SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Hedy Afwan NIM 1110013000059
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
i
Skripsi ini membahas permasalahan mengenai bagaimana bentuk-bentuk kesalahan penerapan tanda baca dalam cerpen yang dilakukan siswa kelas VIII SMP Dua Mei Tangerang Selatan, Tahun Pelajaran 2014/2015. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan penempatan tanda baca dalam cerpen, siswa kelas VIII SMP Dua Mei Ciputat Timur, Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015. Pengumpulan data skripsi ini menggunakan teknik tes. Data yang didapat dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Hasil penelitian yang dilakukan di kelas VIII SMP Dua Mei Tangerang Selatan, menunjukan bahwa, dari 25 siswa terdapat 4,32% data persentase siswa yang belum memahami tentang penempatan tanda baca sesuai dengan buku pedoman ejaan yang disempurnakan.
ii
This thesis raises the issue of how the errors of punctuation placement in the short story done by the eighth grade of SMP Dua Mei Tangerang Selatan 2014/2015. This research is aimed to find out and describe the errors of punctuation placement in the short story, the eighth grade of SMP Dua Mei Ciputat Timur, Tangerang Selatan 2014/2015. The data collecting is done by giving test technique. Descriptive qualitative method is used for analyzing the data.
The result of this research which is conducted at the eighth grade of SMP Dua Mei Tangerang Selatan shows that there are 4,32% data percentage of students from 25 students who do not understand about punctuation placement according to enhanced spelling book.
iii
nikmat ke setiap umat-Nya, senantiasa memberikan petunjuk dan jalan di setiap kesulitan kepada setiap insan yang bersunguh-sungguh. Tak lupa solawat serta salam tercurah kepada pemimpin dan panutan umat Islam Nabi Muhammad Swt.
Skripsi ini berjudul “Penempatan Tanda Baca dalam Cerpen, Siswa Kelas Viii Smp Dua Mei Tangerang Selatan, Tahun Pelajaran 2014/2015 (Penelitian
Kualitatif Kesalahan Berbahasa Siswa)”. Sebuah karya tulis ilmiah yang ditulis
untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana strata satu (SI) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan yang baik ini izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan ikhlas memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Makyun Subuki M. Hum.
3. Pembimbing skripsi Dra. Hindun, M. Pd. Terima kasih atas segala yang telah diberikan. Mulai dari semangat, waktu, pemikiran, dan salam sapa keramahan di setiap bimbingan.
4. Terimakasih kepada seluruh dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang tak penulis sebutkan seluruhnya. Namun, tak mengurangi sedikitpun rasa hormat penulis.
5. Kepala SMP Dua Mei Enjang Supyan, M. Pd.
iv Pandu, Rhezky.
9. Terima kasih kepada saudara Rizki Dwi Sumaputra, Megatari Gumilar, Rizkia Auliani yang juga turut membantu aktiv dalam proses skripsi ini. 10.Teman-teman satu angkatan PBSI A, B, dan C yang tak disebutkan satu
per satu dan seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga bantuan, bimbingan, doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis menjadi berkah dibalas oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahawa skripsi ini belum sempurna, dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penivulis dan pembaca.
Jakarta, 22 Juni 2015
v SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORETIS A. Tanda Baca ... 7
1. Tanda Titik ... 7
2. Tanda Koma ... 14
3. Tanda Titik Dua ... 19
4. Tanda Hubung ... 20
5. Tanda Tanya ... 23
6. Tanda Seru ... 23
7. Tanda Petik Dua ... 24
B. Pengertian Karangan dan Cerpen ... 25
1. Pengertian Karangan ... 25
2. Karangan Narasi ... 26
3. Cerpen ... 28
vi
A. Tempat dan Waktu Penelitan ... 37
B. Subjek Penelitian ... 37
C. Metode Penelitian... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ... 38
E. Teknik Pengolahan Data ... 39
F. Teknik Analisis Data ... 39
G. Instrumen Penelitian... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 43
B. Deskripsi dan Analisis Data ... 47
C. Pengolahan Data... 78
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 80
B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
1
Sudah selayaknya kegiatan pembelajaran berlandaskan pemikiran bahwa proses belajar harus belangsung lebih sederhana. Pada zaman dahulu ketika belum ada sekolah, seorang anak belajar berlayar dan manangkap ikan dari orang tuanya. Setiap hari Ia ikut orang tuanya ke laut untuk berlayar menangkap ikan. Belajar untuk mengenal kapal, belajar membuka dan menutup layar kapal dan bagaimana cara menjala ikan. Kegiatan pembelajaran ini melalui proses mengalami langsung. Anak nelayan itu melihat bagaimana orang tuanya menebar jala ikan, Ia memperhatikan bagaimana orang tuanya melihat arah angin agar dapat mengemudikan kapal dengan baik. Kemudian, Ia coba mengendalikan kapal seperti yang orang tuanya lakukan, Ia mencoba untuk menjala ikan. Dua bulan kemudian, setelah rutin mengikuti orangtuanya Ia berhasil pulang dengan membawa hasil tangkapan ikannya sendiri. Anak nelayan tersebut sekarang menjadi nelayan yang baik tanpa sekalipun sekolah untuk menjadi nelayan.
Begitulah seharusnya proses belajar berlangsung. Peserta didik harus belajar dari pengalamannya sendiri. Kegiatan pembelajaran harus meniru pola belajar dari apa yang sudah dikemukakan di atas. Anak belajar sendiri memahami pola-pola bermakna untuk pengetahuan baru. Pembelajaran di kelas seharusnya mirip dengan gambaran tersebut. Dimana peserta didik dapat memperoleh keterampilan dengan cara alamiah.
Pengajaran bahasa Indonesia pada esensinya ialah melatih siswa untuk mempunyai keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat segi, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan keterampilan menulis. Tugas guru adalah melatih keempat keterampilan tersebut dan mengajak peserta didik berdiskusi sebanyak-banyaknya.
berbicara kreatif. Kegiatan berbahasa kreatif ini akan meningkatkan kemampuan berbahasa siswa, sehingga setelah pembelajaran diharapkan peserta didik sudah terbiasa berdiskusi dengan baik, membuat opini, meresensi buku, menyusun iklan, membuat brosur, menyusun berita, menyusun karya ilmiah dengan baik, menulis sebuah karangan baik berbentuk narasi, deskripsi dan sebagainya.
Terkait dengan kemampuan menulis, menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalu mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.1 Menulis juga dapat dipandang sebagai upaya untuk merekam ucapan manusia menjadi bahasa baru, yaitu bahasa tulisan. Bahasa tulisan itu tidak lain adalah suatu jenis notasi bunyi, kesenyapan, infleksi, tekanan nada, isyarat atau gerakan, dan ekspresi muka yang memindahkan arti dalam ucapan atau berbicara manusia.2 Oleh sebab itu, kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting dalam kehidupan, tidak hanya penting dalam lingkungan pendidikan tapi juga penting untuk dimasyarakat.3
Kegiatan berbahasa menulis memiliki fungsi utama yaitu sebagai alat komunikasi secara tertulis dan tidak langsung. Namun, fungsi menulis bukan hanya untuk berkomunikasi secara tulis atau tidak langsung saja, tetapi juga berfungsi sebagai penataan, pengawetan, penciptaan, dan penyampaian.4
Menulis terlihat seperti keterampilan yang mudah, pada hakikatnya menulis adalah hal yang sulit jika kita mengacu pada kepenulisan yang baik dan benar sesuai dengan pengertian yang ada. Menulis adalah tentang mencurahkan gagasan pikiran untuk dikomunikasikan ke pembaca. Menulis
1
Henry Guntur Tarigan, Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Percetakan Angkasa, 2008), h. 22
2
Mukhsin Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar: Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra, (Malang: Yayasan Asih Asah Asuh, 1990), h. 28
3
Budinuryanta Y. dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2008), h. 26
4
termasuk bahasa non verbal. Oleh karena itu, menulis harus memperhatikan aspek pemilihan kata, penggunaan tanda baca, penggunaan pemenggalan kata, penggunaan afiks, penggunaan huruf kapital, penggunaan ejaan, dan kerapihan tulisann dalam karangan.
Kemampuan menulis tidak serta merta mampu dikuasai oleh peserta didik. Harus ada suatu pembiasaan untuk selalu menulis agar peserta didik dapat mahir menulis karena terbiasa. Harus ada pemberian pemahaman pada diri peserta didik mengenai alasan untuk membiasakan menulis. Caryn Mirriam Goldberg dalam karya berjudul Write Where You Are How to Use Writing to
Make Sesnse of Your Life, menawarkan 12 alasan mengapa harus menulis.
Pertama menulis membantu menemukan siapa dirimu. Kedua, menulis dapat membantu anda percaya diri dan meningkatkan kebanggaan. Ketiga, saat menulis anda mendengarkan pendapat unikmu sendiri. Keempat, menulis menunjukan apa yang dapat anda berikan pada dunia. Kelima, dengan menulis anda mencari jawaban terhadap pertanyaan dan menemukan pertanyaan baru untuk ditanyakan. Keenam, menulis meningkatkan kreativitas. Ketujuh, anda dapat berbagi dengan orang lain melalui kegiatan menulis. Kedelapan, menulis memberikan anda tempat untuk melepaskan amarah/ketakutan, kesedihan, dan perasan menyakitkan lainnya. Kesembilan, Anda dapat membantu menyembuhkan diri dengan menulis. Kesepuluh, Menulis memberi Anda kesenangan dan cara mengungkapkannya. Kesebelas, menulis membantu Anda lebih hidup. Terakhir, Anda dapat menemukan impian Anda dengan menulis.5
Namun pada kenyataanya, banyak peserta didik yang menganggap kegiatan menulis mudah. Oleh sebab itu, peserta didik ketika menulis cenderung menghasilkan karya tulis yang kurang baik. Karya tulis yang ditulis tidak memiliki keterbacaan yang baik, karena tidak memperhatikan aspek-aspek kepenulisan. Salah satu kesalahan yang paling sederhana adalah peserta didik tidak memperhatikan penggunaan tanda baca yang benar. ketidaktahuan akan tanda baca dan malasnya membuka buku pedoman ejaan yang disempurnakan, mengakibatkan banyaknya ditemukan kesalahan penggunaan
5
tanda baca. Kesalahan penggunaan tanda baca ini dapat mengurangi kualitas sebuah tulisan, yang mengakibatkan terhambatnya ketercapaian pesan atau gagasan yang ingin disampaikan penulis. Permasalahan ini berlaku dalam semua karya tulis, baik karya tulis ilmiah atau non ilmiah.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan maka muncullah gagasan untuk melakukan penelitian tentang “Penempatan Tanda Baca dalam Cerpen, Siswa Kelas Viii Smp Dua Mei Tangerang Selatan, Tahun Pelajaran
2014/2015 (Penelitian Kualitatif Kesalahan Berbahasa Siswa)”.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjabaran masalah yang sudah diungkapkan, maka masalah yang ingin diteliti dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Siswa kurang terbiasa menulis dengan memperhatikan tanda baca yang baik dan benar.
2. Kurangnya pemahaman penerapan tanda baca dalam kepenulisan. 3. Kurangnya buku pendukung mata pelajaran Bahasa Indonesia.
4. Rendahnya motivasi untuk membaca buku pedoman ejaan yang disempurnakan.
5. Kurangnya minat membaca cerpen.
6. Rendahnya perhatian guru dalam membimbing siswa agar mau menulis dengan baik.
7. Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
8. Media yang digunakan guru mata pelajaran bahasa Indonesia dalam pelajaran menulis kurang bervariasi.
9. Anggapan peserta didik terhadap pelajaran bahasa Indonesia bahwa pelajaran bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang mudah.
3. Pembatasan Masalah
karena paling mungkin untuk mendapatkan penjelasan tentang akar masalah.6 Maka penulis meneliti masalah sebagai berikut:
a. Penempatan tanda baca titik (.), tanda koma (,), tanda titik dua (:), tanda seru (!), tanda tanya (?), tanda hubung (-) dan tanda petik dua (“...”).
b. Cerpen yang disesuaikan berjudul Akibat Jajan Sembarangan oleh Adinta Asfiratun Husna dalam buku paket Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa
Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII terbitan Penerbit Erlangga, pada tahun
2013.
c. Siswa kelas VIIIA SMP Dua Mei yang berjumlah 27 orang. 17 laki-laki dan 10 perempuan.
4. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka masalah yang diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah bentuk Kesalahan Penempatan Tanda Baca dalam Cerpen, Siswa Kelas VIII SMP Dua Mei Ciputat Timur, Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015?”
5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan penempatan tanda baca dalam cerpen siswa kelas VIII SMP Dua Mei Ciputat Timur, Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015.
6. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan pada tingkat teoritis kepada pembaca dan guru dalam mengetahui permasalahan peserta didik, khususnya pada kemampuan keterampilan menulis.
6
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi nyata untuk menangulangi kurangnya kemampuan menulis siswa, khususnya dari segi kesalahan penempatan tanda baca pada sebuah karya tulis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peserta didik, guru dan sekolah.
1) Manfaat Bagi Siswa
Siswa dapat meningkatkan keterampilan menulis dengan memperhatikan tanda baca sehingga menghasilkan karya tulis yang baik.
2) Manfaat bagi Guru
Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih metode pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan hasil penelitian ini.
3) Manfaat bagi Sekolah
Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan proses pengajaran Bahasa Indonesia dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan di SMP Dua Mei Ciputat Timur, Tangerang Selatan. 4) Manfaat bagi Peneliti
7
Kesalahan berbahasa tulis dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Mulai kesalahan penggunaan huruf kapital, kesalahan penggunaan bahasa atau kesalahan dalam penggunaan tanda baca pada sebuah karya tulis baik fiksi maupun nonfiksi. Para sarjana bahasa dan leteraturnya membedakan dua macam kesalahan berbahasa. Dalam literatur bahasa inggris dipergunakan istilah serta dibedakan antara mistake (kekeliruan) dan eror (kesalahan). Mistake adalah penyimpangan yang disebabkan oleh faktor-faktor performance (kinerja) seperti keterbatasan ingatan. Kesalahan seperti ini mudah diperbaiki jika penutur atau pembicara diingatkan. Eror adalah penyimpangan-penyimpangan yang sistematis dan konsisten serta menjadi ciri khas berbahasa siswa yang belajar bahasa pada tingkat tertentu.1
B. Tanda Baca
Tanda baca adalah suatu alat kalimat yang berupa tanda-tanda ekstra lingual, seperti koma, titik, tanda seru, dan sebagainya yang sangat besar perananya dalam menentukan makna kalimat. Berikut adalah penjabaran lengkap dari penggunaan tanda baca:
1. Tanda Titik (.)
a. Tanda titik dipakai pada akhir kaliamat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya:
Ayah tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang datang.
1
Catatan:
Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah tanda titik. Misalnya:
Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M. A. Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
Dia mengatakan, “kaki saya sakit.”2
b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya:
a. III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa B. Direktorat Jenderal Agraria
b. 1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik Catatan:
Tanda tiik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.3
c. Tanda Titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu. Misalnya:
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
2
Inoer Hidayati, Buku Pintar EYD: Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, (Yogyakarta: Indonesia Tera, 2012), h. 39
3
Catatan:
Penulisn waktu dengan angka dapat menikuti salah satu cara berikut.
a) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi , siang, sore, atau
malam. Mislnya:
Pukul 9.00 pagi Pukul 11.00 siang Pukul 5.00 sore Pukul 8.00 malam
b) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam. Miasalnya:
Pukul 00.45 Pukul 07.30 Pukul 11.00 Pukul 22.00
d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka waktu. Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 0.0.30 jam (30 detik)
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
Catatan:
Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan.
f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukan jumlah. Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang. Penduduk jakarta lebih dari 11.000.000 orang
Catatan:
a) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipantannya yang tidak menunjukan jumlah. Misalnya:
Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung. Lihat halaman 2345 dan seterusnya. Nomor gironya 5645678.
b) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya:
c) Tanda titik tidak dipakai dibelakang (a) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) dibelakang tanggal surat. Misalnya:
Yth. Kepala Kantor Penempatan Tenaga Jalan Cikini 71
Jakarta
Yth. Sdr. Moh. Hasan Jalan Arif Rahmad 43 Palembang
Adinda
Jalan Diponegoro 82 Jakarta
21 April 2008
d) Pemisah bilangan ribuan atau kelipatannya dan desimal dilakukan sebagai berikut.
Rp200.250,75 $ 50,000.50
8.750 m 8,750 m4
g. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan. Singkatan ialah bentuk singkat yang erdiri atas satu huruf atau lebih.
a) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu. Misalnya:
A. H. Nasution Abdul Haris Nasution
4
H. Hamid Haji Hamid Suman Hs. Suman Hasibuan
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
M.B.A. master of business administration
M. Hum. Magister Humaniora
M. Si. Magister sains
Bpk. Bapak
Sdr. Saudara
Kol. Kolonel
b) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa WHO Worl Health Organization
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
c) Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
Jml. Jumlah
Kpd. Kepada
Tgl. Tanggal
Hlm. Halaman
Dl. Dalam
d) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
Dll. dan lain-lain
Dsb. dan sebagainya.
Dst. dan seterusnya
Sda. sumber daya alam
Ybs. yang bersangkutan
Catatan:
Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam perbuatan catatan rapat dan kuliah.
e) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim dugunakan dalam surat menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya:
a.n. atas semua d.a. dengan alamat u.b. untuk beliau u.p. untuk perhatian
f) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik. Misalnya:
Cu kuprum Cm sentimeter Kg kilogram
KVA kilovolt-ampere L liter
TNT trinitrotoluene5
2. Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau bilangan. Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan perangko.
Satu, dua, ... tiga !
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi,
melainkan, sedangkan, dan kecuali. Misalnya:
Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya.
Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya.
Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca puisi.
Semua mahasiswa harus hadir, kecuali, yang tinggal diluar kota.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimat. Misalnya:
Kalau ada undangan, saya akan datang.
Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
5
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Saya akan datang kalau ada undangan.
Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak.
Kita harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang luas.
d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang ter-dapat pada awal kalimat, seperti oleh, karena itu,
jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
Misalnya:
Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalu dia menjadi bintang pelajar.
Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada
siapapun.
Catatan:
Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu.
jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu,
tidak dipakai pada awal paragraf.
e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah,
aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti
Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat dalam kalimat. Misalnya:
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, jalannya licin. Mas, kapan pulang?
Mengapa kamu diam, Dik? Kue ini enak, Bu.
f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dan bagian lain dalam kalimat. Misalnya:
Kata Ibu, “Saya gembira sekali.”
“saya gembira sekali,” kata Ibu, “karena lulus ujian.”
g. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya:
“Dimana saudara tinggal?” tanya Pak Guru.
“Masuk ke kelas sekarang!” perintahnya.
h. Tanda koma dipakai di antara (a) nama alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Dekan Fakultas Kedokteran, Universtas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10 mei 1960 Tokyo, Jepang
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran.
Sugono, Dendy, 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
j. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir. Misalnya:
Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Inndonesia. Jilid 2 ( Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat
Budaya Indonesia, (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12
Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa Indonesia untuk Karang-
mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
k. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya:
B. Ratulangi, S. E. Ny. Khadijah, M.A. Bambang Irawan, S.H. Siti Aminah, S.E., M.M.
Catatan:
l. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau diantara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya:
12,5 m 27,3 kg Rp500,50 Rp750.00
Catatan:
Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang dimulai dengan angka desimal atau di antara dollar dan sen.
m.Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnyatidak membatasi. Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, Pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laiki-laki yang makan sirih.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Catatan:
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit dengan tanda koma. Misalnya
Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat ijazah.
Dalam pengenbangan bahasa, kita dapat memamfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini.
Atas perhatian saudara, kami ucapkan terima kasih.
3. Tanda Titik Dua (:)
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan hidup atau mati.
Catatan:
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya:
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani Bendahara : Aulia Arimbi
Tempat : Ruang Sidang Nusantara Pembawa Acara :Bambang S.
c. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan. Misalnya:
Ibu : “Bawa kopor ini, Nak!” Amir : “Baik, Bu.”
Ibu : “Jangan lupa. Letakan baik-baik!”
d. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dalam halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Yasin: 9
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta:
Pusat Bahasa
4. Tanda Hubung (-)
a. Tanda huung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris. Misalnya:
Di samping cara lama diterapkan juga ca- ra baru.
Sebagaimana kata pribahasa, tak ada ga- ding yang tak retak.
b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris. Misalnya:
ukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita meng- ukur kelapa.
Senjata ini merupakan sarana pertahan- an yang canggih.
c. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya:
Anak-anak Berulang-ulang Kemerah-merahan
Selain digunakan pada kata ulang, tanda hubung digunakan untuk merangkaikan, unsur terikat dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital singkatan yang berupa huruf kapital dengan huruf kecil ke- dengan angka, dan angka dengan akhiran –an.6
d. Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu. Misalnya:
8-4-2008 p-a-n-i-t-i-a
e. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian-bagian frasa atau kelompok kata. Misalnya:
6
Asih Anggarani dkk, Mengasah Keterampilan Menulis Ilmiah di Perguruan Tinggi,
Ber-evolusi
Dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
Tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial ( tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial)
Karyawan boleh mengajak anak-isteri ke acara pertemuan besok.
Bandingkan dengan:
Be-revolusi
Dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)
Tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial.
f. Tanda hubung dipakai untuk merangkai:
a. Se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
b. Ke- dengan angka, c. Angka dengan –an,
d. Kata atau imbuhan dengan singkata huruf kapital, e. Kata ganti dengan berbentuk imbuhan, dan
f. Gabungan kata yang merupakan kesatuan. Misalnya:
Se-Indonesia Peringkat ke-2 Tahun 1950-an Hari-H
Sinar-X
Mem-PHK-kan Ciptaan-Nya Atas rahmat-Mu
Alat pandang-dengar
g. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya:
di-smash
di-mark-up
pen-tackle-an
5. Tanda tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Mislanya:
Kapan dia berangkat? Saudara tahu, bukan?
b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya:
Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?)
Uang sebanya sepuluh juta rupiah (?) hilang.
6. Tanda seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidak percayan, ataupun emosi yang kuat. Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini! Bersihkan kamar itu sekarang juga!
7. Tanda petik (“...”)
a. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, “Bahasa negara ialah bahasa
Indonesia.”
Ibu berkata, “Paman berangkat besok pagi.” “Saya belum siap,” kata dia, “tunggu sebentar!”
b. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya:
Sajak “pahlawanku” terdapat pada halaman lima buku itu.
Saya sedang membaca “Peningkatan Mutu Daya Ungkapbahasa Indonesia” dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
Bacalah “Penggunaan Tanda Baca” dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Makalah “Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif” menarik
perhatian peserta seminar.
c. Tanda petik digunakan untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
Dia bercelana panjang yang dikalangan remaja dikenal dengan
nama “cutbrai”.
Catatan:
Kata dia, “saya juga minta satu.”
Dia bertanya, “apakah saya boleh ikut?”
b) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya:
Bang Komar sering disebut “pahlawan”; ia sendiri tidak
tahu sebabnya.
Karena warna kulitnya, dia mendapat julukan “Si Hitam”.
c) Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
d) Tanda petik (“) dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. (sama dengan diatas) atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang berbentuk daftar. Misalnya:
Zaman bukan jaman
Asas “ azas
Plaza “ plasa Jadwal “ jadual
Bus “ bis
C.Pengertian Karangan dan Cerpen 1. Pengertian Karangan
imajinasi sendiri maupun berasal dari tema yang sengaja dipilihnya.7 Imajinasi ini bisa bermula dari sebuah pengalaman, perasaan, pendapat, pengetahuan, keinginan, ajakan, himbauan, penolakan, dan kegundahan batin sorang penulis.
Secara teoritis lahirnya sebuah tulisan dapat dipengaruhi oleh tujuan penulisan, gaya pengungkapan, media yang digunakan, dan sebagainya. Tulisan yang berkembang dimasyarakat sangat beragam, seperti cerita fiksi, non fiksi, iklan, pengumuman, surat, catatan harian, dan sebagainya.8 Karangan terbagi menjadi empat jenis, yaitu narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi.
2. Karangan Narasi
Penulisan yang sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengamatan maupun perekaan, dan tujuannya lebih banyak menghimpun, tergolong kategori pengisahan. Hasilnya dapat disebut kisahan atau narasi.9
Secara harfiah, narasi merupakan suatu cerita. Cerita yang menuturkanatau menyajikan hal, kejadian, atau, peristiwa secara berurutan dengan menonjolkan tokoh. Didalam kejadian itu, tokoh cerita mengalami atau menghadapi suatu konflik atau pertikaian. Rangkaian kejadian, latar, tokoh dan konflik ini merupakan unsur pokok sebuah narasi, dan ketiganya, secara kesatuan biasa pula terangkai dalam satu plot atau alur. Dengan demikian, narasi adalah cerita berupa kejadian atau peristiwa berdasarkan alur.10 Munurut Keraf karangan narasi itu sasaran utamanya adalah tindakan-tindakan yang dijalin dan dirangkaiakan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Berikut contoh karangan narasi, sebuah penggalan cerpen karya Wahyudi S. berjudul Suamiku:
Setelah selesai berpidato, kulihat wajah suamiku begitu cerah dan
bersinar. Sebelumnya, aku belum pernah melihat ia begitu lega saat ia selesai
7
Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 9
8
Sukino, Menulis Itu Mudah: Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal, (Yogyakarta: Pustaka Populer, 2010), h 56
9
Alek A. dan H. Achmad H.P., Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 184
10
berpidato seperti malam ini. Tidak sia-sia rasanya beberapa malam ini ia
belajar berpidato. Entah mengapa, suamiku harus belajar berpidato.
Untuk urusan pidato, aku tidak ingin memuji dan tidak perlu
meragukannya lagi. Suamiku memang jago dalam berpidato. Tidak hanya itu.
ia juga pandai meniru-niru gaya seseorang. Bahkan, pernah ia dengan persis
meniru gaya bicara penyanyi dangdut terkenal.
Tapi entah mengapa untuk pidato kali ini ia harus belajar segala. Kalau
karena alasan yang hadir, aku lihat yang hadir malam itu relatif sama dengan
saat ia berpidato yang kemarin-kemarin. Yang datang teman-teman
sekantornya beserta istri-istri mereka. Hanya saja kali ini memang kepala
kantornya baru.
Tapi tunggu sebentar. Aku baru ingat. Selama belajar berpidato, ia
berusaha keras untuk mengatakan kan dan bukan ken. Ia begitu berhati-hati
mengucapkan kata-kata tekankan, instruksikan, sabarkan, salurkan,
sembunyikan. Kalau dulu kalau dulu pasti yang keluar dari mulutnya adalah
tekanken, instruksiken, sebarken, salurken, sembunyiken.
Lima bulan setelah berpidato, kedudukan suamiku naik menjadi kepala
subbagian di kantornya. Sejak itu, beban pekerjaannya bertambah-tambah.
Yang semula sehabis pulang ke rumah ia bisa bermain-main dan jagongan
dengan tetangga, sekarang waktu untuk itu sedikit sekali.
Tidak jarang ia pulang agak malam. Biasa, alasan pekerjaan, disuruh
kepala bagiannya, dipercaya kepala kantornya, atau alasan rapat, pertemuan
dan tektek bengek lainnya.
Aku sebagai istri sih tidak keberatan. Bagiku ini justru menaikkan
gengsiku. Setiap tetangga bertanya, ke mana suamiku, aku jawab dengan
jawaban yang itu tadi: ngurus pekerjaan, disuruh kepala bagiannya, dipercaya
kepala kantornya, atau alasan rapat, pertemuan.mereka terheran-heran
mereka terhadap pekerjaan pegawai. Memang, di kampungku tidak ada
seorang pun yang menjadi pegawai, kecuali suamiku.11
3. Cerpen
Cerita pendek atau cerpen termasuk ke dalam kategori teks sastra. Sastra itu sendiri memiliki pengertian pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner atau secara fiksi. Dalam hal ini, sastra memang representasi dari cerminan masyarakat. Senada dengan apa yang diungkapkan oleh George Lukas bahwa sastra merupakan sebuah cermin yang memberikan kepada kita sebuah refleksi realitas yang lebih besar, lebih lengkap, lebih hidup, dan lebih dinamik.12
Cerpen itu sendiri adalah kisahan yang memberikan kesan tunggal dominan tentang suatu tokoh dalam satu latar dan satu situasi yang dramatik. Sumardjo dalam Sukino mengungkapkan bahwa cerita pendek adalah seni, keterampilan menyajikan cerita, yang di dalamnya merupakan satu kesatuan bentuk utuh, manunggal, dan tidak ada bagian-bagian yang tidak perlu, tetapi juga ada bagian yang terlalu banyak. Semuanya pas, integral, dan mengandung suatu arti.13
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian cerpen adalah cerita fiksi (rekaan)yang mengisahkan tokoh dan karakternya serta memiliki cakupan ide yang tunggal.
Cerpen masuk dalam kategori prosa rekaan modern. Bentuk prosa rekaan modern bisa dibedakan atas roman, novel, novelet, dan cerpen. Karena tidak ada penelitian yang mendukung, pembedaan atas bentuk tersebut lebih banyak didasarkan pada panjang-pendeknya dan luas-tidaknya masalah yang dipaparkan dalam prosa rekaan. Walaupun tidak selalu benar. Ada juga yang dasar pembedaanya ditambah dengan bahasa dan lukisannya.14
11
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 130 12
Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 12
13
Sumardjo dalam Sukino, Menulis Itu Mudah: Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal, (Yogyakarta: Pustaka Populer, 2010), h. 142
14
Untuk menentukan panjang pendeknya cerpen, khususnya berkaitan dengan kata yang digunakan, berikut ini dikemukakan beberapa pendapat. Menurut Guerin cerpen biasanya menggunakan 15.000 kata atau 50 halaman. Sedangkan Nugroho Notosusanto dalam Zulfahnur menyatakan bahwa jumlah kata yang digunakan dalam cerpen 5.000 kata atau kira-kira 17 halamankuarto spasi rangkap.15
Cerpen dapat dikategorikan kembali menjadi cerpen yang panjang (cerpenpan) dan cerpen yang pendek, biasa disebut cerita mini (misalnya
“Cermin” di majalah Gadis). Cerpen panjang dapat kita temui, antara lain
dalam karya Budi Darma yang berjudul “Fofo” (42 halaman) dan “Kritikus Adinan” (56 halaman). Cerita mini biasanya terdiri atas satu halaman atau
kurang dari itu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia cerpen diartikan sebagai kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh di satu situasi (pada suatu ketika).16
Cerita pendek selain kependekannya ditunjukan oleh jumlah kata yang digunakan. Ternyata peristiwa dan isi cerita yang disajikan juga sangat pendek. Peristiwa ang disajikan memang singkat, tetapi mengandung kesan yang mendalam. Isi cerita memang pendek karena mengutamakan kepadatan ide. Oleh karena peristiwa dan isi cerita dalam cerpen singkat, maka pelaku-pelaku dalam cerpen pun relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan roman/novel.17
4. Unsur Intrinsik
Aminuddin mengatakan unsur intrinsik adalah elemen-elemen fiksional yang membangun karya fiksi itu sendiri sebagai suatu wacana. Sedangkan soedjijono menyatakan bahwa unsur instrinsik adalah unsur yang berkaitan dengan eksistensi sastra sebagai struktur verbal yang otonom.
15
Zulfahnur dalam Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 126
16
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 142 17
Jokob sumardjo dan saini K.M. mengungkapkan bahwa unsur intrinsik prosa fiksi meliputi: alur, tema, tokoh dan penokohan, suasana, latar, sudut pandang, dan gaya.pendapat ini selaras dengan pernyataan William Kenney bahwa unsur intrinsik itu mencakup: plot, karakter, setting, point of view, gaya, tone, dan tema.
Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur instrinsik prosa fiksi ada tujuh, yaitu tema, tokoh dan penokohan, alur atau plot, gaya, setting atau latar, point of view dan suasana (mood and
atmosphere)18
a. Tokoh, Watak dan Perwatakan a) Tokoh
Yang dimaksud dengan tokoh adalah para pelaku atau subjek lirik dalam karya fiksi. Tokoh, berdasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: tokoh fiksi dan tokoh imajiner. Suyitno mengatakan Tokoh fiksi adalah tokoh yang ditampilkan pengarang sebagai manusia yang hidup di alam nyata. Dalam karya fiksi, tokoh semacam ini dapat dilihat pada karya prosa fiksi konvensional. Sedangkan tokoh imajiner adalah tokoh yang ditampilkan sebagai manusia yang hidup dalam fantasi. Dari tokoh imajiner ini kita tidak akan menjumpai sifat-sifat manusia secara wajar. Biasanya tokohnya berupa manusia yang serba super, tokoh tidak memiliki watak, sifat dan perangai seperti layaknya manusia biasa.
Berdasarkan sifat dan watak tokoh, tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Menurut pendapat Aminuddin Tokoh protagonis adalah tokoh yang berwatak baik sehingga disukai oleh pembaca. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang berwatak jelek, tidak sesuai dengan apa yang diidamkan oleh pembaca.
18
Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan atas tokoh utama dan tokoh bawahan/pembantu. Tokoh utama adalah tokoh yang memega peran utama, frekuensi kemunculannya sangat tinggi, menjadi pusat penceritaan. Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh yang mendukung tokoh utama yang membuat cerita lebih hidup.
Berdasarkan kompleksitas masalah yang dihadapi, tokoh dibedakan atas tokoh simple dan tokoh kompleks. Tokoh simple adalah tokoh yang tidak banyak dibebani masalah, sedangkan tokoh kompleks adalah tokoh yang banyak dibebani masalah.
Berdasarkan perkembangan watak tokoh, tokoh yang dibedakan atas tokoh statis dan tokoh dinamis. Tpkoh statis adalah tokoh yang wataknya tidak mengalami perubahan mulai dari awal hingga akhir cerita. Sedangkan tokoh dinamis adalah tokoh yang mengalami perubahan dan perkembangan watak.
b) Watak
Watak adalah sifat dasar, ahklak, atau budi pekerti yang dimiliki oleh tokoh. Setiap tokoh dalam karya fiksi memiliki sifat, sikap, dan tingkah laku atau watak tertentu. Yang memperkenalkan watak-watak tersebut adalah pengarang dengan tujuan untuk memperjelas tema yang ingin disampaikan.
c) Perwatakan
pelaku, jalan pikiran pelaku, reaksi pelaku terhadap peristiwa, dan komentar orang lain terhadap pelaku.
b. Setting atau latar
Peristiwa dalam prosa fiksi dilatari oleh tempat, waktu, dan situasi tertentu. Sebenernya setting tidak hanya berupa tempat, waktu, yang bersifat fisikal semata, tetapi juga setting yang bersifat psikologis. Setting fisik berkaitan dengan tempat, waktu, situasi dan benda-benda/lingkungan hidup yang fungsinya membuat cerita menjadi logis. Sedangkan pada setting psikologis di samping benda, waktu, tempat, dan situasi tersebut mampu membuat cerita menjadi logis juga mampu menggerakan emosi atau jiwa pembaca.
c. Alur/Plot
Alur adalah rangkaian peristiwa yang dimiliki hubungan sebab- akibat. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa peristiwa adalah unsur utama alur. Keterampilan pengarang dalam memgarap peristiwa menjadi jalinan cerita yang menarik ikut menentukan kualitas cerita yang ditampilkan pengarang.
Sudjiman membagi tahapan alur dengan menggunakan bagan sebagai berikut:
Awal
1. Paparan (eksposition) 2. Rangsangan (inciting force) 3. Gawatan (rising action)
Tengah
4. Tikaian (conflict) 5. Rumitan (complication) 6. Klimaks (climacx)
d. Gaya (Style)
Dalam istilah sastra gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasanya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.
Jakob Sumardjo dan Saini K. M. mengartikan gaya gaya sebagai cara khas yang dipakai pengarang untuk mengungkapkan dan meninjau persoalan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian gaya lebih luas dari pada gaya bahasa. Gaya merupakan cermin pribadi pengarang.
e. Sudut Pandang Pengarang/Point of View
Seorang pengarang dalam memaparkan ceritanya dapat memilih sudut pandang tertentu. Pengarang dapat memilih satu atau lebih narator/pencerita yang bertugas memaparkan ide, peristiwa-peristiwa dalam prosa fiksi. Secara garis besar, pengarang dapat memlih pencerita AKUAN atau DIAAN.
Seorang pencerita dapat dikatakan sebagai pencerita akuan apabila pencerita tersebut dalam bercerita menggunakan kata ganti orang pertama: aku atau saya. Pencerita akuan dapat menjadi salah seorang pelaku atau disebut narrator acting. Sebagai narrator acting, ia bisa mengetahui semua gerak fisik maupun psikisnya. Narrator acting yang demikian ini biasanya bertindak sebagai pelaku utama serba tahu.
Tidak semua narrator acting sebagai pencerita serba tahu. Terdapat kemungkinan narrator acting ini hanya mengetahui gerak-gerik fisik dari para pelaku yang bertindak sebagai pelaku bawahan.
Di samping bertindak sebagai pencerita yang terlibat atau narrator
acting, seorang pencerita juga bisa bertindak sebagai pengamat. Pencerita
AKUAAN DIAAN
Kata ganti otang I Kata ganti orang III
Narrator acting serba tahu Observer serba tahu
Narrator acting terbatas
(objektif)
Observe terbatas (objektif)
f. Suasana Cerita
Dalam cerita fiksi terdapat suasana batin dari individu pengarang. Di samping itu juga terdapat suasana cerita yang ditimbulkan oleh penataan setting. Suasana cerita yang ditimbulkan oleh suasana batin individual pengarang disebut mood, sedangkan suasana cerita yang timbul karena penataan setting disebut atmosphere.
g. Tema
Tema dalam prosa fiksi memiliki kedudukan yang sangat penting karena semua elemen dalam prosa fiksi dalam sistem oprasionalnya akan memacu dan menunjang tema. Tema tersebut juga menjadi ide sentral atau makna sentral suatu cerita. Tema merupakan jiwa cerita dalam karya fiksi. Pendapat ini selaras dengan pendapat Aminuddin yang menyatakan bahwa tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.19
5. Unsur Ekstrinsik
Pengkajian unsur ekstrinsik prosa fiksi mencakup: aspek historis, sosiologis, psikologis, filsafat dan religius.20
19
Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 110
D.Penelitian yang Relevan
Analisis kesalahan Penggunaan Huruf Kapital dan Tanda Baca dalam Karangan Narasi pada Siswa Kelas IX Mts Nurul Ihkwan Tahun Pelajaran 2011/2012 oleh Ahmad Razik Irawan. Dari hasil penelitiannya kesalahan terbanyak ditemukan pada tataran penggunaan tanda baca, yaitu 67% siswa melakukan kesalahan dalam menggunakan tanda baca.
Nur Rochman Prabowo (2010), mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, melakukan penelitian tanda baca
mengenai “Peningkatan Kemampuan Tanda Baca dalam Paragraf Narasi
dengan Metode Berlatih Menulis Kelompok pada Siswa Kelas VII SMP
Muhammadiyah 7 Banyudono, Boyolali”. Penerapan metode berlatih menulis
ini diharapkan siswa mampu menulis dengan baik. Salah satu kesulitan siswa adalah penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang kurang tepat, yaitu tanda baca. Kesulitan ini disebabkan siswa tidak paham bagaimana pengunaan tanda baca yang tepat. Kurangnya pelatihan dan juga metode yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode pembelajaran dalam keterampilan menulis. Salah satu dari metode ini siswa diharapkan melakukan percobaan dengan tujuan memperoleh pemecahan masalah yang telah dihadapinya secara berkelompok. Melalui model pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dan memberikan kesempatan untuk berkomunikasi sehingga pemahaman dan kemampuan tentang tanda baca yang dimiliki siswa serta prestasi belajar siswa dapat meningkat.
penempatan tanda baca, tidak mencakup penggunaan huruf besar seperti yang tercantum dalam EYD.
37
Penelitian ini dilaksanakan di Smp Dua Mei Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan. Terhitung mulai dari proposal penelitian diajukan. 18 Desember 2014 sampai 6 Agustus 2015
B.Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA Semester genap tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa 27 orang. Pertimbangan dipilihnya kelas tersebut adalah berdasarkan hasil rundingan dengan guru kelas dan guru bagian kurikulum.
C.Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang menekankan pada analisis non numerik dan analisis interpretatif terhadap fenomena sosial.1
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural/setting). Kualitatif disebut juga sebagai metode etnografi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya. Disebut sebagai metode kualiatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.2
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.3
1
Sulistyaningsih, Metodelogi Penelitian Kebidanan: Kuantitatif-Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 107
2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.12
3
Penelitian kualitatif menurut para ahli di antaranya Bogdan dan Tylor
mendefinisikan “metodelogi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.4 Sejalan dengan itu kirk dan miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.5
Penelitian deskripsi berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu.6 Sedangan inti dari pengertian Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan untuk melukiskan dan menafsirkan keadaan yang ada sekarang. Penelitian ini berkenaan dengan kondisi atau hubungan yang ada, praktek-praktek yang sedang berlaku, keyakinan, sudut pandang, atau sikap yang dimiliki, proses-proses yang sedang berlangsung, pengaruh-pengaruh yang sedang dirasakan, atau kecenderungan-kecenderungan yang sedang berkembang.7 Dalam melakukan penelitian deskriptif tak boleh hanya memindahkan fakta dari lapangan ke laporan penelitian, tanpa mencari makna.8
D.Teknik Pengumpulan Data
Penelitian yang target datanya berupa keterampilan, kompetensi, intelegensi, dan bakat, lebih tepat menggunakan teknik tes.9 Mengingat target data yang ingin didapat dan pernyataan tersebut, maka teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah tes.
4
Bogdan dan Tylor dalam Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 3
5Ibid. h. 3 6
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2010), h. 8
7
Donal Ary Dkk, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 51
8
Tatang M. Amirin, Menyusun Rencara Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 124
9
Penggunaan teknik tes ini disesuaikan dengan masalah yang diteliti, sehingga alat tes yang dipilih sesuai dengan masalah penelitian sehingga format tes dapat dikembangan sendiri oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti menggunakan alat tes berupa cerpen yang berjudul Akibat Jajan Sembarangan oleh Adinta Asfiratun Husna. Peneliti menyajikan cerpen tersebut tanpa dilengkapi tanda baca agar siswa melengkapi tanda baca yang hilang sesuai dengan kaidah EYD.
E. Teknik Pengolahan Data
Berdasarkan teknik pengambilan data maka data yang dihasilkan berupa data teks, maka teknik pengolahan data sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data kesalahan, yaitu berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh sisswa, misalnya hasil ulangan, karangan atau percakapan. b. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan, yaitu mengenali dan
memilah-milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan. Misalnya kesalahan-kesalahan pelafalan, pembentukan kata, penggunaan kata dan penyusunan kalimat.
c. Memperingkat kesalahan,yaitu mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuensi atau keseringannya.
d. Menjelaskan kesalahan, yaitu menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan memberikan contoh yang benar.
e. Memperkirakan daerah rawan kesalahan, yaitu meramalkan tataran bahasa yang dipelajari yang potensial mendatangkan kesalahan.
f. Mengoreksi kesalahan, yaitu memperbaiki dan bila dapat menghilangkan kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran yang serasi.
F. Teknik Analisis Data
dilengkapi dengan presentase. Dalam hal ini, penulis menggunakan rumus sebagai berikut:
F
P= ______ X 100% N
Keterangan:
P = Angka Persentase (%)
F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya (jumlah kesalahan)
N = Number of Case (jumlah frekuensi/banyaknya individu).10
Setelah mendapatkan hasil presentase, maka untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam menggunakan tanda baca dengan benar dapat dilihat berdasarkan kriteria dibawah ini:
G.Instrumen Penelitian
[image:50.595.112.516.136.648.2]Berikut ini adalah instrumen yang penulis gunakan dalam mengolah data penelitian. Ada tiga tabel analisis. Format tabel yang digunakan sebagai berikut:
Tabel 1
No Nama Kls Kode Cerpen
Keterangan:
No : Nomor urut tabel Nama : Nama siswa
Kls : Kelas
Kode Cerpen : Nomor urut cerpen
10
Tabel 2
No Kode Data
Data Ke- Hasil Temuan
Keterangan:
No : Nomor urut tabel
Kode : Kode nomor urut cerpen Data ke- : Nomor urut data temuan Hasil temuan : Data temuan
Tabel 3
Kode Data Ke- Analisis Kesalahan
Keterangan:
Kode : Kode nomor urut cerpen Data ke- : Nomor urut data temuan
Analisis kesalahan : analisis dan perbaikan kesalahan
Tabel 4
No Kode Komponen Jumlah
(.) (,) (:) (?) (!) (-) (“...”)
TKTB Keterangan:
No : Nomor urut tabel
Kode : Kode nomor urut cerpen (.) : Tanda titik
(,) : Tanda koma
(!) : Tanda seru (-) : tanda hubung
(“...”) : Tanda petik Jumlah : Jumlah Kesalahan
43 1. Dentitas Sekolah
a. Nama Sekolah : SMP Dua Mei Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
b. Nomor Statitik Sekolah (NSS): 20 2 280310 014
c. Alamat Sekolah : Jalan H. Abdul Gani No. 135 : Kecamatan Ciputat Timur : Kota Tangerang Selatan : Provinsi Banten
d. Nomor Telepon : (021) 7490034 e. Status Sekolah : Swasta
f. Nilai Akreditasi Sekolah : A g. Tahun Didirikan : 1986 h. Tahun Beroperasi : 1986
i. Kepemilikan Tanah : Yayasan Pendidikan Dua Mei a) Status Tanah : Tanah Milik Yayasan
b) Luas Tanah : 3000 m2 j. Status Bangunan : Yayasan
2. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan a. Kepala Sekolah
No. Nama Jabatan
Jenis
kelamin Usia Pendidikan terakhir
Masa kerja L P
1 Enjang
Supyan, M.Pd.
Kepala Sekolah
L - 44 Th
S.2 12 Th
2 Saptono, S.Pd. Wakil Kepala Sekolah
L - 41 Th
S.2 12 Th
a. Guru
a) Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis kelamin, dan jumlah
No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah dan status guru
Jumlah GT/PNS GTT/Guru Bantu
L P L P
1 S3/S2 1 1 2
2 S1 6 6 10
3 D-4
4 D3/Sarmud 2
5 D2 6 D1
7 SMA/Sederajat
b) Jumlah Guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan (keahlian)
N
o. Guru
Jumlah guru dengan latar belakang pendidikan sesuai dengan tugas mengajar
Jumlah dengan latar belakang pendidikan yang Tidak sesuai dengan tugas mengajar Juml ah D1/D 2 D3/ Sarm ud S1/D 4 S2/S 3 D1/D 2 D3 / Sar mu d S1/D 4 S2/S 3
1 IPA 2 2
2 Matemati
ka 1 1
3 Bahasa
Indonesia 2 1 3
4 Bahasa
Inggris 1 1
5
Pendidik an Agama
1 1
6 IPS 1 1
7 Penjaske
s 2 2
8 Seni
Budaya 1 1
9 PKn 1 1
10 TIK 1 1
12 Lainnya 1 1
Jumlah 13 2 1 16
b) Data Ruang Belajar
Jenis Ruangan Jumla h (buah ) Ukura n (p x
l)
Kondi
si *) Jenis Ruangan
Jumla h (buah
)
Ukura n (p x
l)
Kondi si
1. Perpustak
aan 1 7 x 9 Baik
6. Lab. Bahasa
- - -
2. Lab. IPA
1 10 x
12 Baik
7.Lab.
Komputer 1 7 x 9 Baik 3. Keterampi
lan 1 9 x 9 Baik
1.PTD
- - -
4. Multimedi
a 1 7 x 9
Rsk Ringa
n
2.Serbaguna/A
ula - - -
5. Kesenian - - - 6. - - - -
b. Visi, Misi dan Tujuan a) Visi
Visi sekolah Menengah Pertama (SMP) Dua Mei Ciputat yaitu mewujudkan SMP Dua Mei Ciputat sebagai sekolah “Bermutu, Berakhlak dan Berbudi Pekerti Luhur”
b) Misi
Misi SMP Dua Mei Ciputat yaitu :
1. Bermutu dalam mewujudkan pengembangan pendidikan yang berdasarkan akhlak mulia
3. Bermutu dalam mewujudkan pengembangan standar proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan
4. Bermutu dalam mewujudkan pengembangan fasilitas pendidikan yang lengkap, up to date dan canggih
5. Bermutu dalam mewujudkan peningkatan standar kelulusan dan prestasi non akademik
6. Bermutu dalam mewujudkan peningkatan kelembagaan serta manajemen
7. Bermutu dalam mewujudkan pengembangan standar pembiayaan
8. Bermutu dalam mewujudkan pengembangan standar penilaian pendidikan.
c. Tujuan
Tujuan pendidikan di SMP Dua Mei Ciputat Timur adalah: a) Mendidik siswa menjadi insan yang berakhlak mulia b) Mendidik siswa menjadi insan yang berbudi pekerti luhur c) Mendidik siswa menjadi insan yang jujur
d) Mendidik siswa menjadi insan yang trampil e) Mendidik siswa menjadi insan yang disiplin
f) Mengembangkan bakat siswa dalam bidang akademik g) Mengembangkan bakat siswa dalam bidang non akademik h) Meningkatkaan pembelajaran yang efektif
i) Meningkatkan mutu pendidikan
j) Mengantarkan siswa ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
B. Analisis Data
No Nama Siswa Kelas Kode Cerpen
1 Ahmad Bachza Baimahdi VIIIA 2
2 Alfa San VIIIA 12
3 Anita Sari VIIIA 24
4 Bayu Cesario Tri Kumorodjati VIIIA 17 5 Berlian Tri Cahayana Putri VIIIA 11
6 Bima Antares Alashar VIIIA -
7 Boby Kriscahyanto VIIIA 1
8 Daffa Aria Putra VIIIA 5
9 Diana VIIIA 8
10 Fahri Supriyatna VIIIA 23
11 Farhan Sovi Bawazir VIIIA 14
12 Fauzan Aryatsha VIIIA 6
13 Feny Rahmawati VIIIA 18
14 Ilham Adeputra VIIIA 22
15 Intan Nuryahya saputri VIIIA 10
16 Khoirul Mawaddah VIIIA 9
17 Muhammad Aditya Nanang Nasrullah VIIIA 20 18 Muhammad Alif Raihansyah Sudiman VIIIA 16 19 Muhammad Ar Razzaq Rafi VIIIA 25
20 Muhammad Arvansyah S VIIIA 7
21 Muhammad Fikri Akhrizan VIIIA -
22 Novita Murtiani VIIIA 4
23 Puput Nurjanah VIIIA 3
24 Siti Bunga Nurjanah VIIIA 19
25 Syahdad Afdalash VIIIA 21
26 Tanika Candida Karin VIIIA 13
27 Ubaidillah VIIIA 15
Keterangan:
Nama : Nama siswa
Kls : Kelas
Kode Cerpen : Nomor urut cerpen
Data kesalahan penempatan tanda baca sebagai berikut:
No Kode Data
Data Ke- Hasil Temuan
1 1 1 Sudah dua hari ini Imah tidak Masuk sekolah. Padahal dia itu anak yang rajin
2 Oleh karena itu Aku, Ana, dan Afga berencana mengunjunginya sepulang sekolah.
3 Tiba-tiba mereka mengejutkan ku dan berteriak 2 2 1 Tidak lama Imah keluar.
2 Dia berkata “Afga
3 “Afga jajanya dijaga.
4 Jangan jajan sembarangan gitu”
5 “Tahu apa”
6 “ya ampun”
3 3 1 Sebab itu, lebih bersih dan terhindar
2 “Astaga. Akubelum mau jadi mayat!”
3 “iya, aku juga ga mau” sahutku.
4 “kalau gitu, besok aku bawa bekal dari rumah” ucap Afga.
4 4 1 Silahkan masuk dan duduk dulu ya,” 2 Dia berkata “Afga, jajannya dijaga.
3 Imah menjelaskan Ia sakit karena jajan sembarangan, Ia juga minum es seperti yang sedang dibawa afga.
4 “ya, ampun”
2 Menunggu teman temanku disamping pintu gerbang sekolah.
3 Mereka mengejutkanku dan berteriak “Dor!
4 “Dor! Kaget ya?”
6 6 1 Lagi pula lebih baik bawa bekal dari rumah,
2 “imah lekas sembuh ya” ucap kami sebelum pulang. 3 “Amin, makasih ya teman-teman” jawab Imah. 4 “siap, bos! Semoga kita dapat seratus lagi ya” jawab
Imah.
5 “Pasti. Semangat!” seru kami.
7 7 1 Sebab itu lebih bersih dan terhindar dari zat berbahaya bagi tubuh.
2 “Astaga! Aku belum mau jadi mayat” seru Afga.
3 “iya, aku juga gak mau” sahutku.
4 “kalau gitu, besok aku bawa bekal aja dari rumah” ucap Afga.
8 8 1 “Imah, lekas sembuh ya” ucap kami sebelum pulang.
2 “Amin, makasih ya teman-teman,”
3 “pasti! Semangat” seru kami.
9 9 1 Oleh karena itu, Aku, Ana, dan Afga, berencana mengunjunginya sepulang sekolah.
2 “kemana ya mereka?” gumamku.
3 “dor. Kaget
4 Kaget ya?”
10 10 1 “Imah lekas sembuh ya” ucap kami sebelum pulang.
2 “Amin, makasih ya teman-teman
3 Teman-teman” jawab Imah.
4 Belajar juga buat ulangan matematika,
5 Semangat” kata Ana.
2 “Iya, aku juga ga mau” sahutku.
3 “Kalau gitu, besok aku bawa bekal aja dari rumah” ucap Afga.
12 12 1 “Adi, Ana, dan Afga rupanya. Silahkan masuk dan duduk
dulu ya”
2 Dia berkata “Afga jajannya dijaga. Jangan sembarangan 3 “Afga jajanya dijaga. Jangan sembarangan gitu” sembari
menunjuk ke arah kantong es yang dibawa Afga. 4 “kenapa? Aku haus” jawab Afga dengan polosnya. 5 “ya ampun” kata Afga berikut menjauhkan sedotan dari
bibirnya.
13 13 1 “Adi, Ana, dan Afga rupanya. Silahkan masuk dan duduk
dulu ya”
2 Dia berkata, “Afga! Jajannya di jaga jangan sembarangan 3 “kenapa? Aku haus” jawab Afga dengan polosnya.
4 “tahu. Apa?” tanyaku.
14 14 1 “kemana ya mereka?” gumamku.
2 Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “dor!
3 “dor! Kaget ya?”
4 “apaan sih kalian? Mengagetkanku saja. Kalau aku jantungan gimana?” seruku.
5 “maaf, maaf, soalnya tadi kami mampir dulu ke ruang
guru untuk mengumpulkan tugas dari Pak Marno” pinta
Ana dan Afga.
15 15 1 “kemana ya mereka?” gumamku.
2 Tiba-tiba, mereka mengejutkanku dan berteriak “dor! 3 “apaan sih kalian? Mengagetkanku saja. Kalau aku
jantungan gimana?” seruku.
16 16 1 “astaga! Aku belum mau jadi mayat”
3 “iya aku juga gak mau”
17 17 1 “Adi Ana dan Afga rupanya. Silahkan masuk dan duduk
dulu ya”
2 “Adi Ana dan Afga rupanya. Silahkan masuk dan duduk
dulu ya”
3 Dia berkata “Afga jajanya dijaga. Jangan jajan
sembarangan gitu”
4 Dia berkata “Afga jajanya dijaga. Jangan jajan
sembarangan gitu”
5 Dia berkata “A