• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas kegiatan keputrian pada eksrakkurikuler rohis terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA Negeri 29 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas kegiatan keputrian pada eksrakkurikuler rohis terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA Negeri 29 Jakarta"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

SYA’IDAH NIM: 106011000192

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

bimbingan Dr. Hj. Siti Salmiah, M.A.

Kerohanian Islam (Rohis) merupakan sebuah lembaga organisasi di bawah naungan OSIS yang bergerak di bidang keagamaan. Organisasi ini bertujuan untuk menggali potensi-potensi keagamaan yang dimiliki siswa dan sebagai wadah bagi siswa untuk menambah wawasan tentang ajaran-ajaran agama serta sebagai sarana untuk menginternalisasikan dan mengaktualisasikan nilai-nilai keagamaan dalam setiap aspek kehidupan.

Rohis memiliki beberapa program kegiatan keagamaan dan salah satu dari kegiatan tersebut yaitu keputrian. Keputrian merupakan kegiatan yang dikhususkan bagi pelajar putri sebagai wadah untuk menambah wawasan keilmuan tentang perempuan. Pada kegiatan ini ditanamkan tugas dan peran yang harus dimiliki oleh pelajar putri, baik dari segi pergaulan, cara bertatakrama, cara menjaga kesehatan, serta keterampilan lainnya.

Kegiatan keputrian diharapkan dapat menjadi sarana bagi terbentuknya akhlak terpuji. Proses pembentukan akhlak ini tidak dapat dilakukan hanya dengan satu kali pertemuan saja, melainkan harus dilakukan melalui proses yang cukup panjang. Maka demi terciptanya akhlak tersebut Keputrian dapat menjadi sarana yang sangat efektif bagi proses pembentukan akhlak terutama di sekolah umum yang mendapat pelajaran agama sangat minim. Proses pembentukan akhlak yang benar dapat menjadikan siswa memiliki akhlak terpuji baik terhadap Allah, diri sendiri, maupun terhadap sesama.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas kegiatan keputrian pada ekstrakurikuler Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA N 29 Jakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang didukung melalui teknik-teknik pengumpulan data berupa angket, observasi, dan wawancara dengan Kepala Sekolah, Pembina Rohis, Pembina Keputrian serta Ketua Keputrian di SMA N 29 Jakarta. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi yaitu seluruh pelajar puteri kelas X dan XI sebanyak 232 siswa. Dari populasi tersebut penulis mengambil sampel sebanyak 25% atau 58 siswa.

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui secara rinci bahwa kegiatan Keputrian sebagai sarana untuk menginternalisasi dan mengkatualisasikan nilai-nilai ajaran agama telah berperan cukup efektif. Keefektifan tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian indikator-indikator dua variabel yang terkait yaitu variabel X dan variabel Y yang dicapai hasil akhir atau total nilai keseluruhan sebesar 71,74% yang berada pada kategori “efektif”.

(3)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Kegiatan Keputrian Pada Ekstrakurikuler Rohis Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Di SMA Negeri 29 Jakarta”. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Revolusioner Islam Nabi Muhammad saw., kepada Keluarga, Sahabat dan umatnya yang selalu setia mengikuti setiap sunnah Rasulullah. Semoga kita menjadi salah satu umat yang mendapat syafa’at darinya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat hambatan dan rintangan yang dihadapi. Namun karena bantuan dan motivasi serta

bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Hj. Siti Salmiah, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. H. Abdul Ghofur, M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan dan masukannya kepada penulis.

5. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(4)

7. Kepala sekolah SMA N 29 Jakarta, Dra. Hernita HB. Murap; Pembina Rohis, Dra. Latifah Mahmudy; Pembina Keputrian, Wijiatun S.Pd.; serta Ketua Keputrian, Fitria Hairani A. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA N 29 Jakarta serta memberikan

informasi dan masukan kepada penulis selama proses penelitian.

Skripsi ini juga penulis persembahkan kepada orang-orang yang telah dengan setia mendampingi dan menemani penulis selama proses perkuliahan khususnya dalam penyusunan skripsi. Serta dengan ketulusan hati meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan masukan terhadap skripsi ini.

Oleh karenanya dengan segala ketulusan hati penulis pun mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Ibunda dan ayahanda tercinta dan terkasih Hj. Yayah Suryati dan H. A. Gojali, tiada kata yang mampu aku ucapkan atas ketulusan dan kesabaran bunda dan ayahanda dalam menemani setiap langkahku, hanya doa tulus yang dapat aku berikan. Semoga ketulusan ibunda dan ayahanda akan berbuah manis di akhirat kelak dan semoga ridho Allah selalu mengiringi gerak langkah keluarga kita dalam mengarungi bahtera kehidupan ini. Amin.

2. Kakak serta adik-adikku yang tercinta dan tersayang (Maria Ulfah, Abdul majid dan Ahmad Ridwan). Semangat dan dukungan kalian senantiasa menjadi spirit dan energi yang selalu merekah dalam setiap gerak langkahku. 3. Izatun Milah the Best my friend, sahabat yang sangat kukagumi dan

kusayangi. Rasa syukur yang terdalam aku panjatkan pada Allah karena telah mempertemukan kita. Semoga persahabatan ini abadi dunia dan akhirat.

4. MiQiWa (Emi, Qiqi, dan Wati) sahabat sejati dalam menghadapi masa suka dan duka ketika kuliah. Kebersamaan kita selama kuliah takkan pernah aku lupakan, semoga masa-masa indah itu dapat kita rasakan kembali. Semangat

selalu sahabat.

(5)

dan arahan kepada penulis.

6. Maryam dan Aniah yang selalu memberikan motivasi dalam beribadah dan menjadikan hari-hariku penuh dengan keceriaan, masa-masa indah di kosan takkan pernah aku lupakan kalian adalah adik kelas sekaligus sahabat yang

selalu mengingatkan di kala aku lalai...luv u cz Allah

7. Nisa dan Rahmad bersama kalian aku menemukan arti persaudaraan yang sangat indah, kita adalah orang yang “aneh”, aku akan selalu ingat itu.

8. Tri, Salaf dan Erika semangat dan perjuangan kita bersama akan menjadi bait kenangan yang indah di masa akhir studi ini. Semangat dan Sukses selalu sobat.

9. Teman-teman IRMAFA khususnya (Beni, K’Zaki, Ira, Ana, Irna, Intan, Ab, dan Basyir) terima kasih atas segala hal yang telah kalian berikan, ilmu yg aku raih saat di IRMAFA semoga akan bermanfaat untuk kehidupan di masa yang akan datang. Maaf jika selama proses penyusunan skripsi aku jarang berkunjung ke IRMAFA.

10. Teman-teman kosan di Kertamukti (Yeti, Pipit, Aan, Ifah, Lulu, Ade, dan Didi) terima kasih kalian telah berkenan menemani sebagian langkahku dengan canda dan tawa kalian.

11. Teman-teman kosan di Kp. Utan (Ana, Wiwin, dan Yolan) maaf jika selama di kosan ada hal yang kurang berkenan di hati kalian baik karena sikap dan lisanku yang sempat berbuat khilaf. Dan terima kasih kalian berkenan menjadi tempat sharing dan curhatku, khususnya untuk Ana dan Sule terima kasih banyak atas jasa printnya dan maaf sering mengganggu tidur Ana. 12. Teman-teman PAI kelas E angkatan 2006 (Dede, Yuni, Tya, Fatiah, Ning,

Yhuly, Syifa, Sule, Ujang, Welly, Sarli, Ayub, Toto, dkk) kisah kita di kelas takkan pernah bisa aku lupakan, terima kasih kalian telah banyak membantu

aku saat mengalami kesulitan dalam perkuliahan. Semoga kelak kita semua

(6)

hanya sesaat kebersamaan kita tetapi selama di kelas aku benar-benar merasakan arti kekeluargaan dan persaudaraan. Semoga hubungan kita tidak akan pernah terputus. Untuk T’Devi dan Indah kalian adalah sahabat sejati

yang selalu memotivasi aku serta sebagai tempat bertanya dan sharing seputar permasalahan agama. Semoga kita akan selalu dapat berbagi ilmu ya...!

14. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, namun atas jasa mereka pula penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sangat sadar akan segala bantuan dan motivasi yang telah diberikan oleh semua pihak. Semoga segala amal kebaikan akan diberi balasan yang setimpal oleh Allah swt. baik di dunia maupun di akhirat.

Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga akan membuat pemikiran ini bisa lebih disempurnakan lagi dimasa yang akan datang. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin...

Jakarta, Agustus 2010

Penulis

Sya’idah

(7)

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah... 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Pengertian Efektivitas ... 10

B. Kegiatan Rohis (Rohani Islam) 1. Pengertian Rohani Islam ... 11

2. Fungsi Rohis ... 13

3. Tujuan Rohis ... 13

4. Jenis-jenis Kegiatan Rohis ... 14

C. Keputrian Rohis 1. Pengertian Keputrian ... 15

2. Fungsi Keputrian ... 16

3. Tujuan Kegiatan Keputrian ... 16

4. Kegiatan Keputrian Rohis ... 17

(8)

4. Macam-macam Akhlak ... 20

5. Faktor-faktor Pembentukan Akhlak ... 23

6. Metode Pembinaan Akhlak ... 25

7. Pengertian Siswa Sekolah Menengah dan Problematika yang Dihadapinya ... 28

E. Kerangka Berpikir ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B. Variabel Penelitian ... 32

C. Metode Penelitian ... 33

D. Populasi dan Sampel ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Teknik Analisa Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah 1. Keadaan Sekolah ... 39

2. Visi dan Misi SMA N 29 Jakarta ... 40

3. Data Guru, Pegawai, dan Siswa ... 40

4. Sarana dan Prasarana ... 41

5. Kegiatan Kesiswaan dan Ekstrakurikuler ... 42

B. Keputrian Rohis 1. Sejarah Keputrian SMA N 29 Jakarta ... 44

2. Visi dan Misi Keputrian SMA N 29 Jakarta ... 45

3. Kegiatan Keputrian SMA N 29 Jakarta Periode 2009/2010 ... 45

4. Pelaksanaan Kegiatan ... 47

5. Struktur Kepengurusan Keputrian ... 48

6. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Kegiatan Keputrian ... 49

(9)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 70 B. Saran-saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS

(10)

Tabel 2 Data Guru Tahun Ajaran 2009/2010 ... 40

Tabel 3 Data Pegawai Tahun Ajaran 2009/2010 ... 41

Tabel 4 Data siswa SMA N 29 Jakarta Tahun Ajaran 2009-2010 ... 41

Tabel 5 Sarana dan Prasarana SMA N 29 Jakarta ... 42

Tabel 6 Jadwal Kegiatan Keputrian Semester 1 ... 45

Tabel 7 Jadwal Kegiatan Keputrian Semester II ... 46

Tabel 8 Struktur Kepengurusan Keputrian-Rohis Periode 2009/2010 ... 48

Tabel 9 Pendapat siswa tentang kegiatan Keputrian ... 50

Tabel 10 Alasan siswa mengikuti kegiatan Keputrian ... 51

Tabel 11 Pengalaman siswa mengikuti kegiatan Keputrian ... 52

Tabel 12 Keaktifan Keputrian dalam melaksanakan kajian keagamaan ... 52

Tabel 13 Kegiatan Keputrian wajib diikuti seluruh siswa ... 53

Tabel 14 Pemberian sanksi bagi yang tidak mengikuti kegiatan Keputrian ... 53

Tabel 15 Tema kajian Keputrian up to date dan mudah dipahami ... 54

Tabel 16 Materi yang disampaikan relevan dengan masalah siswa ... 54

Tabel 17 Materi yang disampaikan tentang perempuan ... 55

Tabel 18 Menambah wawasan tentang kewajiban muslimah ... 55

Tabel 19 Kegiatan Keputrian memotivasi siswa lebih dekat dengan Allah ... 56

Tabel 20 Kegiatan Keputrian mempengaruhi akhlak dalam bergaul dengan lawan jenis ... 56

Tabel 21 Kegiatan Keputrian mempengaruhi akhlak siswa sesuai dengan tuntunan agama ... 57

Tabel 22 Memotivasi siswa untuk shalat fardhu tepat waktu ... 57

Tabel 23 Perasaan bersalah ketika meninggalkan shalat ... 58

Tabel 24 Meningkatkan pelaksanaan ibadah puasa sunnah senin-kamis ... 58

Tabel 25 Menggunakan pakaian ketat dan transparan membuat siswa nyaman ... 59

(11)

x

Tabel 29 Kegiatan Keputrian memotivasi siswa untuk patuh

kepada orang tua dan guru ... 61

Tabel 30 Sikap siswa terhadap orang tua dan guru ... 61

Tabel 31 Siswa berbohong kepada orang tua dan guru ... 62

Tabel 32 Menyampaikan materi tentang batas-batas pergaulan antar lawan jenis ... 62

Tabel 33 Siswa putri cenderung bergaul dengan teman laki-laki daripada teman perempuan ... 63

Tabel 34 Bersentuhan tangan ketika berbicara dan bercengkerama dengan lawan jenis ... 63

Tabel 35 Kegiatan Keputrian melarang siswa berkunjung ke diskotik ... 64

Tabel 36 Berkunjung ke diskotik dapat membuat siswa terhibur ... 64

Tabel 37 Materi free sex pada kajian kegiatan Keputrian ... 65

Tabel 38 Pendapat siswa tentang free sex ... 65

[image:11.595.109.511.129.558.2]
(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Arus globasisasi yang membawa pengaruh budaya barat mulai semakin

marak di negeri ini. Budaya-budaya luar perlahan namun pasti mulai

menggoyahkan budaya ke-Timuran yang dimiliki oleh bangsa ini. Hal-hal

yang negatif seperti minum-minuman keras, penggunaan narkoba dan free

sex sudah hampir menjadi sesuatu yang tidak lagi tabu di negeri ini bahkan

ditambah lagi dengan dunia perfilman yang sudah semakin vulgar dengan

mengumbar aurat dan mencontohkan pergaulan bebas tanpa batas.

Filterisasipun semakin mengendur sehingga dengan mudah budaya-budaya

tersebut masuk ke negeri ini.

Akibat dari globalisasi ini membawa dekadensi moral yang berakibat

pada prilaku-prilaku menyimpang sehingga akhlak masyarakat menjadi

negatif. Nilai-nilai keislaman seperti kejujuran, kebenaran, keadilan, saling

tolong menolong, menghargai dan kasih sayang mulai tergantikan oleh

penipuan, penyelewengan, penindasan, saling menghujat, dan rasa dendam.

Sehingga lambat laun masyarakat mulai mementingkan diri mereka

masing-masing dan acuh terhadap kehidupan di sekitarnya.

Secara umum, Indonesia dewasa ini sedang mengalami berbagai krisis.

Selain sedang mengalami krisis ekonomi, tanah air kita pun sedang dilanda

krisis moral, mental, dan spiritual. Sayangnya, kebanyakan obyek dan

(13)

pornografi, komersialisasi seks, pamer tubuh (iklan), tarian erotis, dan banyak

hal lagi yang sasaran utama dan umpannya adalah perempuan.1 Zakiah

Daradjat berpendapat dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama bahwa:

Seorang wanita kelak akan menjadi seorang istri dan ibu bagi suami dan anak-anak mereka, sehingga mereka memiliki peranan yang sangat penting bagi pembinaan generasi muda. Kalau demikian halnya, maka seorang wanita harus dipersiapkan secara matang sebelum menjadi istri dan ibu. Karena hari depan anak-anak yang akan dilahirkannya nanti banyak tergantung kepadanya. Akan tetapi, dalam kenyataan hidup, sekolah atau kursus untuk persiapan menjadi istri dan ibu itu tidak ada, maka terjadilah apa yang terjadi sekarang yaitu wanita dianggap otomatis mampu menjadi istri dan ibu yang baik tanpa persiapan.2

Kondisi ini sangat memprihatinkan apalagi jika kita melihat peran dari

seorang perempuan yang kelak dari rahim mereka lah akan lahir penerus

bangsa.

Dalam kondisi ini, perempuan yang sadar memiliki tugas untuk

menjelaskan kembali fungsi agama dalam menghantarkan manusia menuju

kebahagiaan hakiki (sesuai agama masing-masing). Perempuan yang

tercerahkan harus mengingatkan saudara-saudara mereka akan peran dan

tugas yang dipikul perempuan, baik melalui pendekatan, media, pelatihan,

dan cara lainnya. Tugas ini akan berhasil jika dilakukan oleh perempuan itu

sendiri.3 Maka, melalui kesadaran inilah perempuan dapat saling bahu– membahu untuk menginternalisasi nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupan

mereka sehari-hari sehingga akan terbentuk akhlak yang positif dan mereka

mampu membedakan hal yang baik dan buruk.

Akhlak seseorang merupakan barometer terhadap kebahagiaan,

keamanan dan ketertiban dalam kehidupan manusia dan dapat dikatakan

bahwa akhlak merupakan tiang berdirinya suatu umat, sebagaimana shalat

merupakan tiang agama Islam. Dengan kata lain apabila rusak akhlak suatu

1

Euis Daryati, “Peran Perempuan dalam Membangun Masyarakat Religius”, dalam Syiar (Jakarta: Al-Huda, 2009), h. 35-36.

2

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. 16, h. 157. 3

(14)

umat maka rusaklah bangsanya. Sebagaimana yang dikutip oleh Abudin Nata:

As-Syauki Bey mengatakan dalam syairnya:

اﻮ ه

ذ

ﻬﻗ

ﺧا

ﺖ ه

ذ

اﻮ ه

ناو

ﺖﻴ

ق

ا

ا

ﺎ ﻧا

Selama umat itu akhlaknya baik ia akan tetap eksis, dan jika akhlaknya sirna, maka bangsa itu pun akan binasa”.4

Pembinaan dan pembentukan akhlak dapat melalui proses pendidikan

dan pelatihan yang dilakukan secara kontinyu atau berkesinambungan.

Sebagaimana dikatakan Aminudin: ”Ibnu Miskawaih, Ibnu Sina dan

Al-Ghazali, sepakat bahwa akhlak dapat dibentuk melalui pendidikan, pelatihan,

pembinaan dan perjuangan keras yang sungguh-sungguh”.5

Dalam lingkup sekolah umum pembentukan akhlak dapat dilakukan

melalui pengajaran pendidikan agama Islam. Namun sayangnya, alokasi

waktu untuk mata pelajaran agama Islam di sekolah umum sangat minim

yaitu setiap minggu hanya diberikan waktu selama dua jam pelajaran saja.

Waktu yang diberikan tentu sangat terbatas jika dibandingkan dengan materi

yang hendak disampaikan, belum lagi jika para pelajar ingin berdiskusi

seputar permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

sangat mungkin terjadi karena pendidikan agama Islam merupakan pedoman

yang akan mereka aktualisasikan dalam kehidupan nyata.

Selain itu, menurut Towaf (1996) sebagaimana dikutip oleh Muhaimin

menyatakan bahwa kelemahan-kelemahan pendidikan agama Islam di

sekolah, antara lain sebagai berikut.

1. Pendekatan masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama menyajikan norma-norma yang seringkali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian.

2. Kurikulum pendidikan agama Islam yang dirancang di sekolah

sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi atau minimum informasi, tetapi pihak guru pendidikan agama Islam seringkali terpaku padanya sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi kurang tumbuh.

4

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), Cet. 5, h. 176. 5

(15)

3. Sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut di atas maka guru pendidikan agama Islam kurang berupaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa dipakai untuk pendidikan agama sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton.

4. Keterbatasan sarana/prasarana, mengakibatkan pengelolaan cenderung seadanya. Pendidikan agama yang diklaim sebagai aspek yang penting, seringkali kuranng diberi prioritas dalam urusan fasilitas.6

Dengan demikian sekolah harus mengadakan suatu wadah atau kegiatan

yang dapat membantu para pelajar untuk mengaplikasikan

pengetahuan-pengetahuan agama yang telah didapatkan secara optimal. Dalam dunia

proses pendidikan, dikenal adanya dua kegiatan yang cukup elementer, yaitu

kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan kurikuler merupakan kegiatan pokok pendidikan dimana

didalamnya terjadi proses belajar mengajar antara peserta didik dan guru

untuk mendalami materi-materi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

tujuan pendidikan dan kemampuan yang hendak diperoleh peserta didik.

Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan

dalam rangka mengembangkan aspek-aspek tertentu dari apa yang ditemukan

pada kurikulum yang sedang dijalankan.7

Kegiatan ekstrakurikuler adalah wahana pengembangan pribadi peserta

didik melalui berbagai aktivitas, baik yang terkait langsung maupun tidak

langsung dengan materi kurikulum.8 Menurut B. Suryosubroto “kegiatan

ekstrakurikuler mencakup semua kegiatan di sekolah yang tidak diatur dalam

kurikulum”.9 Sementara menurut Wahjosumidjo dalam bukunya

Kepemimpinan Kepala Sekolah menyatakan bahwa:

Kegiatan ekstrakurikuler, yaitu kegiatan-kegiatan siswa di luar jam pelajaran, yang dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah, dengan

6

Muhaimin, et. al., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), Cet. 3, h. 89-90.

7

Departemen Agama RI, Panduan Kegiatan Ekstra Kurikuler Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 3-4.

8

(http://kurikulumsmk.freehosting.net/hp-buku3/page4.html), 23 Desember 2009, 10.30 WIB

9

(16)

tujuan untuk memperluas pengetahuan, memahami keterkaitan antara berbagai mata pelajaran, penyaluran bakat dan minat, serta dalam rangka usaha untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan para siswa terhadap Tuhan Yang Mahaesa, kesadaran berbangsa dan bernegara, berbudi pekerti luhur dan sebagainya.10

Kegiatan ekstrakurikuler berada dibawah garis koordinasi OSIS

(Organisasi Siswa Intra Sekolah) yaitu organisasi kesiswaan yang berada di

bawah naungan sekolah yang bertujuan untuk melakukan pembinaan terhadap

siswa melalui berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan yang

dilakukan oleh ekstrakurikuler harus diketahui oleh OSIS agar dapat

berkoordinasi dengan baik dan tidak bertentangan dengan visi dan misi

sekolah.

Pada dasarnya penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler dalam dunia

persekolahan ditujukan untuk menggali dan memotivasi siswa dalam bidang

tertentu. Karena itu, aktivitas ekstrakurikuler itu harus disesuaikan dengan

hobi serta kondisi siswa sehingga melalui kegiatan tersebut siswa dapat

memperjelas identitas diri. Kegiatan itupun harus ditujukan untuk

membangkitkan semangat, dinamika, dan optimisme siswa sehingga mereka

mencintai sekolahnya dan menyadari posisinya di tengah-tengah

masyarakat.11 Bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 29

Jakarta yang dapat membantu mereka memperjelas identitas diri yaitu sebagai

berikut; Kerohanian Islam (Rohis), Kerohanian Kristen (Rohkris), Paskibra,

Palang Merah Remaja (PMR/UKS), Pramuka, Olah raga permainan (Bola

Basket), Bela Diri (Karate dan Tae Kwon Do), Teater, Modern Dance, Tari

Saman, Vocal Group, Majalah Dinding, Futsal, Pencak Silat, Marawis,

Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Band, Bridge, dan English Club.12

Kegiatan yang dapat mengatasi ketimpangan antara kurangnya jam

pelajaran dengan materi pendidikan agama Islam di kelas yaitu

10

Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1999), h. 256.

11

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), Cet. 2, h. 187.

12

(17)

ekstrakurikuler Rohis (Kerohanian Islam) karena ekskul ini merupakan salah

satu ekstrakurikuler keagamaan yang ada di sekolah. Dan diharapkan mampu

memberikan kontribusi yang positif dalam mengembangkan pola pikir dan

sikap keberagamaan siswa agar lebih baik lagi. Dan sebagai sarana untuk

mengaplikasikan nilai-nilai ajaran Islam yang telah diberikan dalam

kehidupan sehari-hari.

Ekstrakurikuler Rohis di SMA Negeri 29 Jakarta merupakan salah satu

ekskul keagamaan yang berada dibawah naungan OSIS yang memiliki

beberapa departemen dalam membantu menginternalisasi ajaran-ajaran Islam

diantaranya; Asy-Syifa, Orkes (Olahraga dan Kesenian), Dikro (Pendidikan

Rohis), Intel (Informasi dan Telekomunikasi) dan Perpustakaan. Selain

departemen-departemen tersebut, ekstrakurikuler Rohis pun memiliki

kegiatan yang dikhususkan bagi pelajar putri yaitu kegiatan Keputrian13. Kegiatan ini memiliki kepengurusan tersendiri tetapi tetap berada di bawah

garis koordinasi Rohis.

Kegiatan ekskul Rohis yang paling urgen bagi pelajar putri adalah

Keputrian. Keputrian cenderung menangani masalah-masalah kewanitaan

baik dari segi jasmani maupun rohani. Kajian yang dilaksanakan khusus

untuk putri ini mengkaji tentang berbagai macam hal yang disyariatkan oleh

agama diantaranya yaitu, kewajiban seorang muslimah untuk menutup aurat,

batasan-batasan yang harus dijaga antara laki-laki dan wanita yang bukan

mahram, kewajiban dan hak-hak wanita, tips-tips merawat diri dan lain

sebagainya.

Minimnya pemahaman pelajar putri tentang kewajiban-kewajiban yang

disyariatkan oleh agama terkadang membuat perilaku mereka keluar dari

norma-norma yang disyariatkan Islam. Seperti halnya beberapa kasus yang

telah disebutkan di atas yaitu kasus pornografi, komersialisasi seks, pamer

tubuh (iklan), tarian erotis, dan lain sebagainya ini merupakan akibat yang

terjadi dari kurangnya pemahaman wanita tentang perannya, hingga mereka

dapat dengan mudah dijadikan umpan untuk merusak moral bangsa.

13

(18)

SMA N 29 Jakarta adalah salah satu lembaga pendidikan umum yang

ikut serta menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan

ekstrakurikuler yang menjadi unggulan di sekolah ini salah satunya yaitu

ekskul keagamaan Rohis (Kerohanian Islam). Pada ekskul ini terdapat

kegiatan keputrian yang mendapat apresiasi sangat baik dari pihak sekolah.

Apresiasi ini ditunjukkan dengan mengikutsertakan guru-guru untuk menjadi

narasumber pada kegiatan tersebut. Dan menjadikan kegiatan keputrian

sebagai kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh pelajar putri dari kelas X,

XI, dan XII. Kegiatan ini diselenggarakan secara rutin pada hari Jum’at ketika

berlangsungnya sholat Jum’at.

Dalam hal ini kegiatan Keputrian dapat dijadikan sebagai wadah untuk

saling mengingatkan khususnya kepada pelajar putri akan tugas dan peran

yang akan dipikulnya di masyarakat kelak sehingga mereka tidak menjadi

icon untuk hal-hal yang negatif. Yaitu dengan memberikan arahan kepada

pelajar putri dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran Islam

sehingga dapat terbentuk akhlak yang mulia.

Keberadaan kegiatan keputrian Rohis inilah yang menarik perhatian

penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul:

”EFEKTIVITAS KEGIATAN KEPUTRIAN PADA

EKSTRAKURIKULER ROHIS TERHADAP PEMBENTUKAN

AKHLAK SISWA DI SMA N 29 JAKARTA”

(19)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

beberapa masalah, diantaranya sebagai berikut:

a. Lemahnya Filterisasi terhadap arus globalisasi budaya luar membawa

dampak negatif bagi perkembangan akhlak individu yang cenderung

mengarah kepada prilaku negatif.

b. Wanita dijadikan sebagai obyek krisis mental, moral dan spiritual yang

terjadi di negeri ini.

c. Banyak remaja putri yang melanggar norma dan nilai-nilai agama seperti

melakukan aksi pornografi, komersialisasi seks, pamer tubuh (iklan),

tarian erotis, dan lain sebagainya.

d. Rendahnya pemahaman pelajar putri tentang tugas dan perannya,

terutama tentang kewajiban-kewajiban yang disyariatkan oleh agama.

e. Minimnya alokasi waktu di sekolah umum untuk mata pelajaran

pendidikan agama Islam membuat penyampaian materi kurang optimal.

f. Penyampaian materi pendidikan agama Islam yang cenderung normatif

sehingga siswa mengalami kesulitan untuk mengaktualisasikannya.

g. Keterbatasan sarana/prasana dalam penyampaian materi pendidikan

agama Islam.

h. Keefektifan kegiatan ekstrakurikuler dalam menanamkan nilai-nilai

agama pada akhlak siswa.

C. Pembatasan Masalah

Setelah mengidentifikasi berbagai permasalahan yang ada, maka penulis

membatasi permasalahan sebagai berikut:

a. Penelitian ini di batasi kepada dua aspek, yaitu kegiatan keputrian Rohis

dan akhlak siswa, siswa yang dimaksud yaitu pelajar putri.

b. Rendahnya pemahaman pelajar putri tentang tugas dan perannya,

terutama tentang kewajiban-kewajiban yang disyariatkan oleh agama.

c. Keefektifan kegiatan ekstrakurikuler dalam menanamkan nilai-nilai

agama pada akhlak siswa.

(20)

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diidentifikasi dan

dibatasi di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut: ”Bagaimana efektivitas kegiatan keputrian pada ekstrakurikuler

Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA N 29 Jakarta?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mendeskripsikan kegiatan keputrian yang berdampak bagi

pembentukan akhlak siswa.

b. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas kegiatan keputrian pada

ekstrakurikuler Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa.

2. Manfaat Penelitian

a. Memberikan kontribusi dalam peningkatan kegiatan Keputrian pada

ekstrakurikuler Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA N

29 Jakarta.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

pengembangan penelitian serupa di masa yang akan datang.

c. Menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan

(21)

10

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Pengertian Efektivitas

Efektivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata efektif yang berarti ada efek (pengaruh, akibat, kesannya).1 Dalam bahasa Inggris kata efektivitas berasal dari kata “effective” yang berarti “berhasil, mujarab, berlaku atau mengesankan.”2

Dalam Ensiklopedi Indonesia efektivitas berarti “menunjukkan tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal, efektivitas dapat dinyatakan dengan aturan

yang pasti.”3

Sementara menurut T. Hani Handoko dalam bukunya “Manajemen” mengatakan bahwa “efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan”4

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu usaha atau kemampuan yang dilakukan oleh

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 284.

2

John M. Echols dan Hasan Sadily, An-English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), Cet. XXIV, h. 207.

3

Hasan Sadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve), jilid 2, h. 1.

4

(22)

seseorang atau sekelompok orang agar tujuan yang telah ditetapkan di awal dapat tercapai secara optimal.

B. Kegiatan Rohis (Kerohanian Islam)

1. Pengertian Rohani Islam

Rohis berasal dari dua kata yaitu Rohani dan Islam. Kata rohani dalam bahasa Arab berarti ”ruh”. Muhammad Quthb menyatakan bahwa roh adalah

suatu kekuatan yang tidak terlihat dan tidak diketahui materi dan cara kerjanya. Ia adalah alat untuk mengadakan kontak dengan Allah.5 Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Hijr: 29

Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu

kepadanya dengan bersujud” 6

Sedangakan pengertian roh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni ”sesuatu (unsur) yang ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup (kehidupan)”.7

Menurut Muhammad Quthb rohani adalah pusat eksistensi manusia dan menjadi titik perhatian pandangan Islam. Rohani adalah landasan tempat sandaran eksistensi itu seluruhnya serta dengan rohani itulah seluruh alam ini saling berhubungan. Ia merupakan pemelihara kehidupan manusia dan ia merupakan penuntun kepada kebenaran.8

Jadi rohani merupakan sesuatu kekuatan yang tidak dapat diraba oleh panca indera, namun keberadaannya sangat menentukan eksistensi kehidupan manusia dan merupakan penghubung antara manusia dengan Tuhannya.

5

Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terj. oleh Salman Harun, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1988), Cet. 2, h. 56.

6

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2000), Cet. 10, h. 210.

7

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar,..., h. 960.

8

(23)

Tanpa rohani manusia bagai makhluk hidup yang tak bernyawa karena rohanilah mesin penggerak bagi jasmani manusia.

Sementara pengertian Islam adalah ketentuan-ketentuan Allah, berupa takdir dan sunnah-Nya, demi untuk ketundukan semua makhluk kepada-Nya, agar ia senantiasa terpelihara dalam keadaan selamat sentosa.9 Menurut Mohammad Daud Ali dalam bukunya Pendidikan Agama Islam, Islam berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan (kepada kehendak Allah). Berasal dari kata

salima, yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Dari akar itu juga terbentuk kata-kata salm, silm yang berarti kedamaian, kepatuhan, penyerahan (diri).10

Islam dapat diartikan juga sebagai bentuk pemasrahan diri yang sempurna kepada Allah dan keyakinan yang terus menerus kepada wahyu Allah yang telah disampaikan melaui Nabi Muhammad saw. Di sisi lain Islam juga dapat berarti way of life, peraturan yang bersifat integral, yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dan menjadi dasar akhlak yang mulia, yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. untuk disampaikan kepada umat manusia.11

Rohani Islam merupakan sebuah lembaga organisasi siswa di bidang keagamaan yang menyelenggarakan sejumlah program kegiatan, yang ditujukkan untuk menggali potensi-potensi keagamaan yang dimiliki siswa. Serta menjadi wadah atau sarana bagi siswa-siswi yang beragama Islam untuk memperoleh pembinaan keagamaan secara lebih mendalam dalam rangka menumbuhkembangkan bakat, kemampuan serta memperkuat pengetahuan tentang ajaran-ajaran Islam. Dan senantiasa menanamkan, membudayakan, mengakrabkan serta mengaktualisasikan nilai-nilai Islam untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan bagi para pelajar.12

9

Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV. Grafika Karya Utama, 2001), Cet. 2, h. 37.

10

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. 4, h. 49.

11

Altaf Gauhar, Tantangan Islam, (Bandung: Pustaka, 1983), Cet. 3, h. 2.

12

(24)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rohani Islam adalah segala usaha dan tindakan guna mendekatkan dan memasrahkan diri kepada Allah sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Agar kehidupannya dapat terpelihara dengan baik, selamat dan sejahtera serta selalu berada pada jalan kebenaran.

2. Fungsi Rohis

Kegiatan rohis berfungsi sebagai wadah untuk memperdalam

pengetahuan ajaran-ajaran Islam serta sebagai sarana untuk mengaktualisasikan ajaran-ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Agar pelajaran agama tidak hanya sampai pada aspek kognitif saja melainkan lebih dari itu yaitu sampai pada aspek afektif dan psikomotorik yang ditandai dengan praktek-praktek keagamaan seperti sholat, puasa, zakat, dan lain sebagainya yang dilakukan oleh para pelajar sesuai dengan pengalaman belajar yang telah mereka dapatkan.

Selain itu kegiatan rohis pun berfungsi untuk mempererat tali silaturrahmi sesama siswa dan sebagai wadah yang mampu mencirikan nilai-nilai Islami mengenai tata cara pergaulan antar sesama manusia melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam ekskul tersebut.

3. Tujuan Rohis

Tujuan bimbingan Islam secara garis besar menurut Aunur Rahim Faqih, dibagi menjadi dua yakni tujuan secara umum dan tujuan secara khusus, sebagaimana berikut:

1) Tujuan Umum

Membantu individu guna mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

2) Tujuan Khusus

a. membantu individu agar tidak menghadapi masalah. b. membantu individu mengatasi masalah yang dihadapinnya.

(25)

menjadi lebih baik. Sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.13

Adapun tujuan dibentuknya rohis yaitu untuk membentuk kepribadian siswa yang Islami dan untuk menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan agama khususnya dalam hal ibadah, aqidah, dan akhlak. Dan melalui ekskul ini siswa diharapkan mampu memiliki akhlak mulia sehingga siswa dapat mengaktualisasikan ajaran-ajaran agama yang telah diperoleh dalam

segala aspek kehidupan.

4. Jenis-jenis kegiatan Rohis

Rohani Islam di SMA N 29 Jakarta memiliki 5 departemen yang terdiri dari departemen asy-Syifa, dept. Orkes (Olahraga dan Kesenian), dept. Dikro (Pendidikan Rohis), dept. Intel (Informasi dan Telekomunikasi), dan dept. Perpustakaan. Adapun kegiatan dari masing-masing departemen ialah sebagai berikut:

a) Departemen Asy-Syifa

1. Membuat jadwal piket (ikhwan dan akhwat). 2. Membuat jadwal adzan (ikhwan).

3. Mengadakan kegiatan shalat Jum’at (ikhwan). 4. Menghubungi khotib saat shalat Jum’at. 5. Mengadakan kerja bakti seminggu sekali. 6. Menginventariskan alat kebersihan masjid. 7. Meningkatkan keamanan inventaris masjid. 8. Menyusun keuangan masjid.

b) Departemen Orkes (Olahraga dan Kesenian)

1. Mengadakan riyadoh sebulan sekali, seperti futsal, basket, renang, dan bulutangkis.

2. Mengadakan sparing dengan Rohis sekolah lain. 3. Mengadakah rihlah 1 semester 2 kali.

c) Departemen Dikro (Pendidikan Rohis) 1. Taklim mingguan (diselingi orkes).

2. Membuat acara yang bermanfaat dan tidak monoton, contoh: riyadhoh, rukiah, tausiyah, thsin, rihlah, studi banding, nonton bareng, dan lain-lain.

13

(26)

3. Membuat pelatihan-pelatihan yang bersifat keagamaan. 4. Mengadakan mentoring untuk kelas X, XI, dan XII.

d) Departemen Intel (Informasi dan Telekomunikasi) 1. Mengubah isi mading minimal sebulan 2 kali. 2. Setiap Jum’at membuat buletin (MIKAIL).

3. Mengisi mading sekolah tentang berita berbau Rohis.

4. Memberi informasi setiap ada acara Rohis (phamplet, membuat jalur jarkom untuk pengurus dan anggota).

5. Membuat kalender even Rohis.

e) Departemen Perpustakaan Rohis

1. Merapihkan dan mengontrol buku-buku perpustakaan. 2. Mendata buku-buku dan peminjam.

3. Menambah koleksi buku-buku Islami. 4. Mempromosikan buku perputakaan. 5. Membuat kartu dan buku peminjam. 6. Mencari sponsor untuk koleksi buku.14

Selain kegiatan di atas Rohis juga memiliki kegiatan lain yang dikhususkan bagi pelajar putri yakni Keputrian. Kegiatan ini diadakan setiap hari jum’at untuk mengisi kekosongan waktu ketika pelajar putra sedang melaksanakan shalat jum’at. Di samping itu ada juga kegiatan silaturrahmi ke tempat alumni, pengurus dan anggota Rohis setiap bulannya dalam rangka mempererat ukhuwah Islamiah yang telah terjalin. Dan kegiatan-kegiatan insidental lainnya.

C. Keputrian Rohis

1. Pengertian Keputrian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keputrian berasal dari kata putri yang artinya anak perempuan atau sapaan khusus untuk wanita.15 Penambahan imbuhan ke-an pada kata putri menyatakan sifat atau keadaan.16 Jadi keputrian menyatakan sifat seorang anak perempuan atau keadaan yang melekat pada anak perempuan yang menjadi identitas dirinya.

14

Arsip Organisasi Rohis-Keputrian SMA Negeri 29 Jakarta.

15

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar ... , h. 913.

16

(27)

Adapun keputrian Rohis merupakan suatu wadah yang berada di bawah naungan Rohis yang dikhususkan bagi pelajar putri. Guna membahas tentang ilmu-ilmu keagamaan yang berkaitan tentang wanita seperti fiqh wanita yang memaparkan kewajiban-kewajiban serta hak-hak yang harus dilakukan oleh seorang muslimah dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam tata cara berpakaian, bersolek, serta pergaulan dengan sesama dan lawan jenis. Dalam kegiatan ini pelajar putri dapat mengeksplorasi keterampilan yang dimilikinya

seperti belajar membuat kue, jamu, jus, dan lain sebagainya.

2. Fungsi Keputrian

Fungsi keputrian yaitu sebagai sarana untuk menambah wawasan keilmuan dalam bidang keagamaan bagi pelajar putri khususnya yang terdapat di sekolah umum. Selain itu untuk menanamkan nilai-nilai Islam pada akhlak pelajar putri dalam bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Dan memberikan bekal agar kelak mereka dapat mengetahui tugas dan perannya di keluarga dan masyarakat.

3. Tujuan Kegiatan Keputrian

Kegiatan keputrian bertujuan agar pelajar putri dapat mengetahui dan memahami kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslimah terutama bagi mereka yang sudah baligh. Adapun kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi oleh seorang wanita yang sudah baligh yaitu:

1) Mengenakan hijab syar’i, dengan cara menutup seluruh tubuh dengan pakaian yang longgar yang tidak menggambarkan lekuk liku tubuhnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzab: 59 yang isinya ialah sebagai berikut:

ﻬ ْﻴ ﺎ ﺟ

ْ

ﻬْﻴ

ْﻴﻧْﺪ

ْﻴ ْﺆ ْا

ءﺎﺴﻧو

ﻚﺗﺎ و

ﻚﺟاوْزﺎ

ْ ﻗ

ا

ﺎﻬ ا

ﺎً ْﻴﺣر

اًرْﻮ ﻏ

ﷲا

نﺎآو

ْذْﺆ

ْ ﺮْ

ْنا

ﻰﻧْدا

ﻚ ذ

.

”Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”17

17

(28)

2) Menundukkan pandangan matanya atas laki-laki yang halal menikahinya. 3) Tidak bercampur baur dengan kaum lelaki.

4) Tidak berjabat tangan dengan lelaki yang bukan mahram. 5) Mengetahui cara bersuci dari haid.

6) Tidak boleh shalat dan puasa selama haid. Dan tidak perlu di qadha’ shalat yang ditinggalkannya selama haid, tetapi harus mengqadha’ puasa Ramadhan yang ditinggalkannya.

7) Tidak boleh berduaan/berkhalwat dengan laki-laki yang bukan mahram. 8) Tidak boleh memegang mushaf Al-Qur’an dan membacanya.

9) Tidak boleh masuk masjid.

10) Tidak boleh bercampur dengan suami selagi haid.18

Dengan demikian tujuan keputrian Rohis yaitu sebagai sarana untuk mengetahui kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi oleh seorang muslimah dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat membentuk akhlak yang mulia pada diri mereka sejak dini.

4. Kegiatan Keputrian Rohis

Kegiatan keputrian Rohis diadakan setiap hari Jum’at pada pukul 12.00-12.40 di ruang kelas. Adapun kegiatan yang dilakukan yakni berupa diskusi keagamaan yang berkaitan dengan masalah kewanitaan seperti mengkaji fiqh wanita mengenai tata cara thaharah, masalah menstruasi, tata cara berpakaian, bersolek dan lain sebagainya. Selain berdiskusi kegiatan lainnya yaitu membuat kue, memasak, membuat minum-minuman seperti jus, jamu, wedang, dan lain-lain. Kegiatan ini dilakukan agar ukhuwah antar pelajar putri dapat terjalin dengan baik dan mampu menyalurkan bakat/potensi yang dimilikinya.19

D. Akhlak Siswa

1. Pengertian Akhlak

18

Haya binti Mubarak Al-Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah, (Jakarta: Darul Falah, 1998), Cet. 5, h. 163.

19

(29)

Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa yang asal katanya Khuluqun yang berarti perangai, tabiat, adat atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak berarti perangai, adat, tabiat atau sistem perilaku yang dibuat.20

Sedangkan menurut Rachmat Djatnika dalam bukunnya Sistem Ethika Islami akhlaq yaitu ”budi pekerti yang merupakan perpaduan dari hasil ratio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia”.21

Ada beberapa pengertian tentang akhlak yang dikemukakan oleh beberapa tokoh, diantaranya:

a. Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran.22

b. Imam al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:

”Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.23

c. Menurut Zakiah Daradjat dalam bukunya Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah menyatakan bahwa “Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup kesehariaan” .24

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ”akhlak adalah suatu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan

20

Zakiah Daradjat, et al, Dasar-dasar Agama Islam: Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi dan Umum, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. 10, h. 253.

21

Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami: Akhlak Mulia, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), Cet.2, h. 26.

22

Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami..., h. 27.

23

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf... , h. 3.

24

(30)

lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan ”.25

2. Sumber Akhlak

Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber akhlak bagi seorang muslim adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Sehingga ukuran baik/buruk, patut atau tidak, secara utuh diukur dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama hal itu tidak

bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah swt. dan Rasul-Nya.26

Dengan demikian dalam proses pembentukan akhlak perlu diperhatikan nilai-nilai yang terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah agar tidak terjadi penyimpangan terhadap akhlak tersebut. Nilai-nilai yang terdapat dalam sumber akhlak yaitu akhlak al-karimah seperti jujur, bertanggung jawab, amanah, menepati janji, tasamuh, dan lain sebagainya. Namun sebaliknya apabila terjadi penyimpangan dari sumber akhlak maka akan terbentuk akhlak al-madzmumah (akhlak tercela) seperti dusta, khianat, penipu, berlaku kasar, ghibah, dan lain sebagainya.

3. Prinsip-Prinsip Dasar Pandangan Terhadap Akhlak

Menurut Jalaluddin prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan terhadap akhlak, meliputi dasar pandangan bahwa:

1) Akhlak termasuk faktor yang diperoleh dan dipelajari.

2) Akhlak lebih efektif dipelajari dan dibentuk melalui teladan dan pembiasaan yang baik.

3) Akhlak dipengaruhi oleh faktor waktu, tempat, situasi, dan kondisi masyarakat serta adat istiadat dan cita-cita atau pandangan hidup. Akhlak tidak selalu terpelihara, kebaikan dan keburukan berpengaruh bagi pembentukan akhlak.

4) Akhlak sejalan dengan fithrah dan akal sehat (common sense) manusia, yaitu cenderung kepada yang baik.

5) Akhlak mempunyai tujuan akhir yang identik dengan tujuan akhir ajaran Islam yaitu untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

25

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), Cet. 2, h. 30.

26

(31)

6) Akhlak yang mulia (Akhlak Al-Karimah) merupakan realisasi dari ajaran Islam.

7) Akhlak berintikan bertanggungjawab terhadap amanat Allah, sehingga dinilai berdasarkan tolok ukur yang diisyaratkan Allah dalam ajaran Islam.27

4. Macam-macam Akhlak

Akhlak terbagi menjadi dua macam, yaitu akhlak al-karimah dan akhlak al-madzmumah.

1) Akhlak al-Karimah

Akhlak al-Karimah atau akhlak yang mulia amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia dapat dibagi menjadi 3 bagian, antara lain:

a. Akhlak Terhadap Allah

Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Banyak alasan mengapa manusia harus berakhlak baik terhadap Allah. Diantaranya adalah hal-hal sebagai berikut:

Karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistemawaan dan kesempurnaannya. Sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang menciptakannya.

Karena Allah telah memberikan perlengkapan panca indera, hati nurani, dan naluri kepada manusia. Semua potensi jasmani dan rohani ini amat tinggi nilainya, karena dengan potensi tersebut manusia dapat melakukan berbagai aktifitas dalam berbagai bidang kehidupan yang membawa kepada kejayaannya.

Karena Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan yang terdapat di bumi, seperti tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang, dan sebagainya. Semua itu tunduk kepada manusia, atau siap untuk dimanfaatkan.28

Adapun akhlak kepada Allah diantaranya yaitu sebagai berikut: • Mentauhidkannya.

• Mencintai-Nya di atas segalanya dengan cara menaati perintah, menjauhi larangan dan mendahulukan/mengutamakan-Nya. • Bertakwa.

27

Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. 3, h. 45.

28

(32)

• Selalu mengingat-Nya (zikrullah) baik dalam pikiran, perasaan, perbuatan dan ucapan.

• Berdoa; hanya berharap dan meminta kepada-Nya, dll.29

b. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Berakhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya.30 Beberapa contoh akhlak al-karimah terhadap diri sendiri yaitu: • Sabar (tegar, konsisten, kerja keras dalam kebenaran). • Syukur dalam bentuk aktualisasi potensi diri.

• Rendah hati; tidak sombong, angkuh (egoistik). • Jujur terhadap hati nurani dan pikiran sendiri. • Menjaga kesucian, kebersihan dan kerapian diri.

• Berperilaku halus, yaitu ramah, santun dan tidak emosional. • Dapat dipercaya, tidak curang atau khianat.

• Ksatria; berani karena benar, bertanggung jawab.

• Tidak ambisius yaitu tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai suatu tujuan.31

c. Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Manusia adalah sebagai makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong menolong dengan orang lain.32 Bentuk akhlak terhadap sesama diantaranya yaitu kepada orang tua, kaum kerabat, teman, dan masyarakat. Adapun contoh-contohnya yaitu sebagai berikut.

Akhlak kepada orang tua:

• Harus menaati kedua orang tua dalam urusan apapun selagi didalamnya tidak terkandung kedurhakaan,

• Berbicara dihadapan kedua oranng tua dengan cara yang lembut dan tidak berbicara keras dihadapan keduanya,

• Menyimak perintah keduanya dengan penuh perhatian,

29

Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 209.

30

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak..., h. 55.

31

Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 210.

32

(33)

• Tidak bermuka masam dihadapan keduanya dengan alasan apapun, • Tidak memotong perkataan keduanya tatkala sedang berbicara, dll.

Akhlak kepada kaum kerabat:

• Saling mengunjungi dari satu waktu ke lain waktu;

• Memprioritaskan pemberian bantuan kepada mereka jika membutuhkan;

• Melibatkan mereka dalam berbagai acara khusus, asalkan tidak bertentangan dengan syariat, dan saling memeberikan hadiah pada saat itu;

• Menjenguk orang yang sakit diantara mereka, dll.

Akhlak kepada teman:

• Rendah hati dan tidak sombong; • Saling kasih mengasihi;

• Memberi perhatian terhadap keadaan sahabat; • Selalu membantu keperluan teman;

• Menjaga teman dari gangguan orang lain; • Memberi nasihat;

• Mendamaikan bila berselisih; • Doakan dengan kebaikan.33

Akhlak kepada masyarakat:

• Persaudaraan, baik seagama, sebangasa, setanah air, kemanusiaan. • Tolong menolong.

• Toleransi dan berlaku adil. • Pemurah.

• Penyantun (menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda).

• Pemaaf.

• Menepati janji. • Musyawarah.

• Saling berwasiat kepada kebenaran dan kesabaran, dll.34

d. Akhlak terhadap lingkungan dan alam

Prinsip umum akhlak al-karimah yang mulia terhadap lingkungan dan alam diantaranya yaitu; memikirkan penciptaan dan hukum-hukumnya, melestarikannya, dan memanfaatkannya. Adapun contoh-contoh akhlak yang baik terhadap lingkungan dan alam yaitu:

33

Haya binti Mubarak Al-Barik, Ensiklopedi..., h. 129-130.

34

(34)

• Memperhatikan, meneliti, dan merenungkan penciptaannya. • Mempelajari hukum-hukum Allah di dalam alam.

• Memanfaatkannya dengan tidak boros/mubazir, tidak kikir. • Melestarikan agar senantiasa indah dan lebih bermanfaat.35

2) Akhlak al-Madzmumah

Akhlak al-Madzmumah adalah kebalikan dari akhlak al-Karimah yaitu akhlak yang tercela dan harus dihindari. Adapun contoh akhlak al-Madzmumah yaitu sebagai berikut:

a. Iri adalah sikap kurang senang melihat orang lain mendapat kebaikan atau keberuntungan. Sikap ini kemudian menimbulkan prilaku yang tidak baik terhadap orang lain, misalnya sikap tidak senang, sikap tidak ramah terhadap orang yang kepadanya kita iri atau menyebarkan isu-isu yang tidak baik.

b. Dengki artinya merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan kenikmatan dan berusaha agar kenikmatan tersebut cepat berakhir dan berpindah kepada dirinya, serta merasa senang kalau orang lain mendapat musibah. Perbuatan dalam bentuk kemarahan, permusuhan, menjelek-jelekkan, menjatuhkan nama baik orang lain. Orang yang terkena sifat ini bersikap serakah, rakus, dan zalim.

c. Hasud adalah sikap suka menghasud dan mengadu domba terhadap sesama. Menghasud adalah tindakan yang jahat dan menyesatkan, karena mencemarkan nama baik dan merendahkan derajat seseorang dan juga karena mempublikasikan hal-hal jelek yang sebenarnya harus ditutupi.36

5. Faktor-faktor Pembentukan Akhlak

Menurut Abuddin Nata dalam bukunya Akhlak Tasawuf faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak terbagi menjadi 3, yaitu:

1) Aliran Nativisme

Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain.

2) Aliran Empirisme

Aliran ini menyatakan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan.

35

Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 211.

36

(35)

3) Aliran Konvergensi

Aliran ini berpendapat bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor eksternal yaitu pembentukan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial.37

Aliran yang ketiga, yakni aliran konvergensi tampak sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadits di bawah ini:

☺ ⌧

”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (Q.S. An-Nahl: 78)38

Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik, yaitu penglihatan, pendengaran, dan hati sanubari. Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara mengisinya melalui pendidikan dan pengajaran terutama tentang nilai-nilai yang telah disyariatkan agama.

Adapun hadits Nabi yang sejalan dengan teori tersebut adalah:

ةَﺮْﻄ ْا

ﻰََ

ﺪَْﻮ

ﺎﱠإ

دْﻮ ْﻮَ

ْﻦ

ﺎَ

,

ﺎَﺴ َﻤ

ْوَأ

ﻪ اَﺮﺼْ

ْوَأ

ﻪ اَدﻮَﻬ

اَﻮَﺑ

َﺄَ

,

َء

ﺎَ ْﻤَ

ًﺔَﻤْﻴﻬَﺑ

َﺔَﻤْﻴﻬَْا

َْ

ﺎَﻤَآ

,

؟َءﺎَ

ْﺪَ

ْﻦ

ﺎَﻬْﻴ

َنْﻮﺴ

ْ َه

((

ﱠﻢ

ﺿَر

َةَﺮَْﺮه

ﻮﺑَأ

لْﻮﻘَ

ﻪَْ

ﷲا

َ

)

ﺎَﻬْﻴََ

َسﺎﱠ ا

َﺮَﻄَ

ﱠا

ﷲا

َةَﺮْﻄ

,

َ ْﺪَْ

َ

ﷲا

ﻖَْ

,

ﻢﻴَﻘ ْا

ﻦْ

ﺪ ا

َﻚ

اَذ

(

“tidak ada anak yang dilahirkan, kecuali dalam keadaan fitrah (kesucian) maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya sebagai seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi, keluar dari pada suatu binatang melata yang seluruhnya merayap, apakah kamu merasa mengetahui yang ada di dalamnya yaitu dipotong hidungnya, kemudian Abu Hurairah berkata: Allah mensucikan manusia yang telah disucikan

37

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,…, h. 166-167.

38

(36)

atasnya, tidaklah menggantikan segala apa yang diciptakan Allah, yang demikian itu agama yang lurus” (HR. Bukhari).39

Ayat dan hadits tersebut di atas selain menggambarkan adanya teori konvergensi juga menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam pendidikan adalah kedua orang tua.40

Sedangkan menurut Novi Hardian dalam bukunya Super Mentoring: Panduan Keislaman Untuk Remaja, mengatakan bahwa faktor-faktor pembentuk akhlak terbagi menjadi empat diantaranya:

1) Al-Wiratsiyyah (Genetik)

Misalnya: seseorang yang berasal dari daerah Sumatera Utara cenderung berbicara ”keras”, tetapi hal ini bukan melegitimasi untuk berbicara keras atau kasar karena Islam dapat memperhalus dan memperbaikinya.

2) Al-Nafsiyyah (Psikologis)

Faktor ini berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga (misalnya ibu dan ayah) tempat seseorang tumbuh dan berkembang sejak lahir.

3) Syariah Ijtima’iyyah (Sosial)

Faktor lingkungan tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada pada dirinya berpengaruh pula dalam pembentukan akhlak seseorang.

4) Al-Qiyam (Nilai Islami)

Nilai Islami akan membentuk akhlak Islami. Akhlak Islami ialah seperangkat tindakan/gaya hidup yang terpuji yang merupakan refleksi nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata mencari keridhoan Allah.41

6. Metode Pembinaan Akhlak

Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad saw. yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah satu haditsnya beliau menegaskan:

َق

َ ْ

َﺎْ

َم

َر

ﺎَﻜَ

ﱠﻢﻤَ

ْ ﺑ

,

ْن

ﺎﱠﺣ

ﻦْﺑا

اَو

َر

” Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”

39

Syaikh Abdul Aziz, Shahih Bukhari, (Beirut: Daar al-Fikr, tth), h. 118.

40

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,…, h. 168-169

41

(37)

(HR. Ibnu Hibban)42

Dalam pembinaan akhlak perlu diketahui tentang perbedaan psikologis setiap individu antara anak-anak, remaja dan dewasa. Sehingga dalam proses pembinaan akhlak dapat diberikan metode yang tepat.

Adapun metode-metode yang dapat dilakukan dalam proses pembinaan akhlak diantaranya:

1) Pembiasaan secara kontinyu

Pembiasaan ini hendaknya dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Berkenaan dengan ini Imam al-Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat. Untuk ini al-Ghazali menganjurkan agar akhlak diajarkan, yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah, maka ia harus dibiasakan dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah.

2) Paksaan

Jika ingin melakukan suatu perbuatan yang belum pernah dilakukan sebelumnya, maka metode paksaan cukup tepat. Setelah melakukan terus-menerus maka perbuatan tersebut sudah tidak lagi terasa seperti dipaksa dan telah menjadi suatu kebiasaan. Misalnya, seseorang yang ingin menulis dan mengatakan kata-kata yang bagus pada mulanya ia harus memaksakan tangan dan mulutnya menuliskan atau mengatakan kata-kata dan huruf-huruf yang bagus. Apabila pembinaan ini sudah berlangsung, maka paksaan tersebut sudah tidak terasa lagi sebagai paksaan.

3) Keteladanan

Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi, dan larangan saja. Misalnya dalam menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendidikan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses melainkan jika disertai dengan pemberian contoh

42

(38)

teladan yang baik dan nyata. Cara yang demikian telah dilakukan oleh Rasulullah saw. Sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah yang berbunyi:

⌧ ☺

⌧ ⌧

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab: 21)43

4) Introspeksi Diri

Dalam hubungan ini Ibn Sina mengatakan jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak utama hendaknya lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak berbuat kesalahan, sehingga kecacatannya tidak terwujud dalam kenyataan.44

Perbaikan tidak akan berhasil dengan masa bodoh terhadap segala kekurangan dan tidak berusaha menutupnya karena kita membawa amanah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan semesta alam dan pertanggungjawaban di hadapan sejarah yang tidak meninggalkan keburukan dan kebaikan melainkan menuliskannya.45

5) Nasehat

Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata yang didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap, dan oleh karenanya

kata-kata tersebut harus diulang-ulangi. Kata-kata-kata ini biasanya berupa nasehat. Namun nassehat saja tidaklah cukup jika tidak dibarengi dengan teladan dan perantara yang memungkinkan teladan itu diikuti atau diteladani karena di

43

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan..., h. 336.

44

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf…, h. 164-166.

45

(39)

dalam jiwa terdapat berbagai dorongan yang asasi yang terus-menerus memerlukan pengarahan dan pembinaan.46

7. Pengertian Siswa Sekolah Menengah dan Problematika yang

Dihadapinya

Siswa sekolah menengah adalah individu yang sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat.47 Siswa sekolah menengah berusia sekitar 12 sampai 18 tahun. Masa ini dikenal dengan masa remaja.

Masa remaja disebut pula sebagai masa adolecenes, yang berarti mencakup kematangan mental, emosional, dan fisik. Menurut M. A. Priyatno D. yang dikutip dalam bukunya Sahilun A. Nasir, bahwa, “rentangan usia remaja adalah antara 13-14 tahun. Menurut Elizabeth B. Hurlock membagi usia remaja menjadi usia pra remaja yaitu antara usia 10-12 tahun, usia remaja awal yaitu antara usia 13-16 tahun dan usia remaja akhir yaitu antara usia 17-21 tahun”.48

Sedangkan menurut Sahilun A. Nasir masa remaja adalah: “masa yang penuh kontradiksi. Sebagian orang mengatakan masa remaja adalah masa energik, heroik, dinamis, kritis dan masa yang paling indah, tetapi adapula yang menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa badai dan topan, masa rawan dan masa nyentrik”.49

Menurut M. Alisuf Sabri dalam bukunya Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan menyatakan bahwa “masa remaja sebagai masa mencari identitas. Pada awal masa remaja, identitas yang dicari remaja berusaha untuk

46

Muhammad Quthb, Terj. oleh Salman Harun, Sistem Pendidikan Islam,..., h. 334.

47

Ridwan, Pengantar Efektif; Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), Cet. 1, h. 109.

48

Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. 1, h. 70.

49

(40)

menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya di masyarakat, dan apakah ia seorang anak atau seorang dewasa?”.50

Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa sekolah menengah adalah individu yang sedang mengalami masa remaja yaitu masa yang unik, dimana pada masa ini manusia mengalami suatu dinamika yang khas, peralihan dan perubahan baik dari segi biologis maupun psikologis. Masa ini pun sebagai masa pencarian terhadap identitas diri sehingga mereka cenderung menjadi

individu yang tergolong labil terhadap fenomena kehidupan yang mereka hadapi.

Dalam dirinya, remaja mengalami problem individual yang disebut identitas ego, dimana pada saat itu remaja berusaha mencari identitas dirinya dengan tidak mau menerima keterlibatan orang lain dalam setiap permasalahan.

“Remaja dalam kehidupan tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan seperti kebutuhan yang bersifat biologis, psikis, maupun yang bersifat sosial, maka sehubungan dengan kebutuhan remaja tersebut timbullah berbagai problem yang dihadapi oleh remaja-remaja”.51

Adapun jenis-jenis problema yang dihadapi oleh remaja menurut Zakiah Darajat, diantaranya:

1) Problem memilih pekerjaan dan kesempatan belajar. 2) Problem sekolah.

3) Problem kesehatan. 4) Problem keuangan. 5) Problem seks.

6) Problem persiapan untuk berkeluarga. 7) Problem keluarga.

8) Problem pribadi (emosi).

9) Problem perkembangan pribadi dan sosial. 10) Problem pengisian waktu terluang.

11) Problem agama dan akhlak.

12) Problem kehidupan masyarakat.52

50

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cet. 1, h. 162.

51

Sofyan S. William, Problema Remaja dan Pemecahannya, (Bandung: Aksara, 1981), Cet. 3, h. 69.

52

(41)

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sifat siswa sekolah menengah yang berada pada masa remaja tergolong labil dan merupakan masa pencarian identitas/jati diri yang membawa mereka pada problematika kehidupan. Pada penyelesaian problem-problem tersebutlah mereka dilatih untuk mengatasi sifat labil tersebut dan menemukan identitas diri yang mereka cari. Hingga akhirnya mereka dapat menemukan apa yang mereka inginkan.

E. Kerangka Berpikir

Efektivitas merupakan suatu usaha atau kemampuan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan di awal secara optimal. Sehingga memberikan hasil yang sesuai dengan harapan.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari kegiatan yang ada di

sekolah yang berada di bawah naungan OSIS. Kegiatan ekstrakurikuler ini disediakan untuk menggali potensi peserta didik sesuai dengan hobi dan bakat yang dimiliki oleh mereka. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler pun berfungsi sebagai sarana untuk menambah wawasan pemahaman siswa berkaitan dengan berbagai macam pelajaran yang diberikan di sekolah.

Rohis (Kerohanian Islam) merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang berada di sekolah. Ekskul Rohis berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai agama dan sebagai sarana untuk mengaktualisasikan nilai-nilai tersebut dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Ekskul tersebut dijadikan sebagai sarana untuk menambah wawasan siswa tentang pelajaran agama yang masih sangat minim diberikan di kelas.

(42)

proses pembelajaran agar terbentuk akhlak yang terpuji dalam kehidupan sehari-hari.

Akhlak merupakan perangai atau tabiat seseorang yang sudah tertanam kuat dalam jiwa. Akhlak terjadi tanpa adanya proses pemikiran yang panjang atau terjadi secara spontanitas dan sudah menjadi suatu kebiasaan yang melekat pada diri seseorang. Baik buruknya akhlak seseorang bergantung pada proses pembentukan akhlak. Jika sumber pembentukan akhlak sesuai

dengan al-Qur’an dan as-Sunnah maka akan lahir akhlak terpuji dalam jiwa. Namun, sebaliknya apabila sumber akhlak tersebut bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah maka yang akan lahir pada perbuatan seseorang yaitu akhlak tercela.

Maka hal yang sangat diperhatikan dalam proses pembentukan akhlak yaitu faktor internal dan faktor eksternal seseorang. Faktor internal meliputi pembawaan, bakat atau potensi yang dimiliki oleh seseorang. Sementara faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dimana seseorang tinggal dan menetap. Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh dan saling berkaitan dalam proses terbentuknya akhlak seseorang. Untuk membentuk akhlak seseorang diperlukan pembinaan terhadap akhlak tersebut, pembinaan yang dilakukan dapat melalui berbagai macam metode diantaranya yaitu; pembiasaan secara kontinyu, paksaan, keteladanan, introspeksi diri, dan nasehat.

Siswa sekolah menengah adalah individu yang sedang mengalami masa remaja yaitu masa yang unik, dimana pada masa ini manusia mengalami suatu dinamika yang khas, peralihan dan perubahan baik dari segi biologis maupun psikologis. Masa ini pun sebagai masa pencarian terhadap identitas diri sehingga mereka cenderung menjadi individu yang tergolong labil dalam menghadapi permasalahan mereka sehari-hari. Sebagai remaja yang labil mereka memiliki berbagai macam problem yang harus dihadapi. Problem-problem tersebut diantaranya yaitu; Problem-problem memilih pekerjaan dan

(43)

Dari uraian di atas, penulis berasumsi bahwa kegiatan keputrian Rohis akan menjadi sangat efektif apabila diselenggarakan di suatu lembaga pendidikan, khususnya di sekolah umum. Karena kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai wadah bagi proses pembentukan akhlak siswa terutama bagi pelajar putri di sekolah menengah yang sedang mengalami masa pencarian identitas diri sehingga dapat menambah wawasan bagi mereka mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tugas dan peran seorang perempuan.

(44)

Gambar

Tabel 27 Siswa menggunakan jilbab pada saat keluar rumah ..........................  60
Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Angket

Referensi

Dokumen terkait

Kimia merupakan bagian dari mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) di SMA yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu pokok bahasan kimia

Dalam melatih peserta didik untuk selalu menghayati nila-nilai Pendidikan Agama Islam biasanya dilakukan dengan cara yang simpati, memotivasi, dengan lemah lembut,

Program diniyah adalah sebuah program pendidikan yang menekankan pada pentingnya pemahaman tentang ajaran agama Islam, yang dicanangkan oleh pemerintah Kota Banda

Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang ikut organisasi Rohis dengan siswa yang tidak

Berdasarkan gejala diatas penulis ingin mengetahui sejauh mana Rohani Islam dapat membentuk akhlak siswa dan mengatasi kenakalan remaja, yang penulis tuangkan dalam

Nilai-nilai ASWAJA dalam pendidikan islam adalah sikap yang diterpakan dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi muslim yang

Maka dari itu, kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh Rohis Nurul Aulad sebagai bentuk penanaman, penghayatan, pembinaan, pembiasaan, dan pembudayaan nilai- nilai agama yang berjalan

Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam No Aspek yang dinilai 1 Orientasi atau Kesiapan siswa menerima materi pelajaran Siswa siap melaksanakan