Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
Zakiya
1810011000051
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
ABSTRAK
Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Akhlak Siswa SMA
Negeri 51 Jakarta.
Kata Kunci : Pendidikan Agama Islam, Akhlak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran pendidikan agama Islam di SMAN 51 Jakarta, dan untuk memperoleh gambaran tentang akhlak siswa di SMAN 51 Jakarta serta untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan Agama Islam terhadap akhlak siswa SMAN 51 Jakarta, penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2014 di SMA Negeri 51 Jakarta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, sedangkan metode penelitiannya adalah koralesional deskriptif. Tehnik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Instrument penelitian yang digunakan adalah angket. Sedangkan tehnik korelasi yang digunakan adalah product moment. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan agama Islam terhadap akhlak siswa SMAN 51 Jakarta.
Hasil penelitian bahwa nilai r hitung sebesar 0,364, r tabel 0,250 dan termasuk kategori yang rendah ( nilai r hitung pada rentang 0,20 - 0,39) dengan KD sebesar 13,2 % . Karena nilai r hitung > r tabel dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak, dengan demkian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan agama Islam terhadap akhlak siswa SMAN 51 Jakarta. Dan ini berarti kontribusi yang diberikan hanya sebesar 13,2%
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kekuatan, kesempatan dan kasih sayang serta taufik dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam marilah kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang-benderang.
Dalam pembuatan skripsi ini terdapat berbagai kesulitan. Alhamdulillah
selama menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga skripsi ini dapat disusun, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dra. Nurlena, MA.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama
Islam.
3. Marhamah Saleh, Lc. MA selaku sekretaris jurusan Pendidikan Agma Islam
4. Dr. Akhmad Sodiq, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis selama
menyusun skripsi ini.
5. Para dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan.
6. Drs. H. Aris Gunandar, M.M selaku kepala sekolah SMA Negeri 51 Jakarta
beserta para guru, staf dan karyawan.
7. Mugi Sembadani,S.Pd. selaku wakil kepala bidang kurikulum
8. Yenny, S.Pd. selaku wakil kepala bidang sarana dan prasarana
9. Drs. Suwondo dan staf TU SMA Negeri 51 Jakarta yang telah membantu
penulis dalam memberikan data yang diperlukan dalam pelaksanaan
iii
10.Suami tercinta Wawan Kurniawan,S.Pd.I, atas segala dukungannya serta
kesetiaannya dalam menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11.Ayahanda H. Muchtar dan Ibunda Hj. Maryam, atas doa serta kasih sayang
mereka yang tak terhingga kepada penulis dari lahir sampai dengan saat ini.
12.Ayah mertua Endang Istohari dan Ibu mertua Ita Rosita, atas doa dan
dorongan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Anak tersayang, Marwah Nur’Afifah yang menjadi sumber kebahagiaan bagi penulis sehingga penulis menjadi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
14.Kakak-kakakku tersayang, Tarwiyah, Imron, Ida Farida, Ahmad Fauzi, Nurdin
serta Eli Murniasih yang terus memberikan dorongan dan semangat kepada
penulis.
15.Sahabat-sahabatku Irmah Wati, Rima Oktaria yang selalu memberikan saran
dan semangat kepada penulis.
16.Teman-teman DMS PAI kelas B
Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT,
dan menjadi catatan amal baik untuk kita semua.
Jakarta, 10 April 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Perumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Kegunaan Penelitian... 8
BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Agama Islam ... 9
1. Pengertian Pendidikan Islam ... 9
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 11
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 14
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 15
5. Komponen Pembelajaran ... 17
B. Akhlak ... 18
1. Pengertian Akhlak ... 18
2. Macam-macam Akhlak ... 21
v
4. Cara Pembinaan Akhlak ... 27
C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 29
D. Kerangka Berfikir... 30
E. Hipotesis ... 31
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu Penelitian ... 32
B. Metode Penelitian... 32
C. Populasi dan Sampel ... 32
D. Teknik Pengumpulan Data ... 33
E. Teknik Analisi Data ... 36
F. Hipotesis Statistik ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian ... 39
1. Sejarah Berdiri SMA Negeri 51 Jakarta ... 39
2. Visi dan Misi ... 39
3. Kurikulum dan Prestasi yang dicapai ... 40
4. Sarana dan Prasarana ... 41
B. Deskripsi dan Interpretasi Data ... 42
1. Pengolahan Data... 42
2. Hasil Uji Koefisien Korelasi ... 58
3. Hasil Uji Hipotesis ... 62
4. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 63
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63
D. Keterbatasan Penelitian ... 64
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Variabel X (Pendidikan Agama Islam)……… 33
Tabel 2 Variabel Y (Akhlak)………. 34
Tabel 3 Kisi-kisi Instrument Pengumpulan Data Variabel X dan Y…. 34 Tabel 4 Interpretasi Analisa Data Berdasarkan Korelasi Product Moment………. 36
Tabel 5 Rekapitulasi Keadaan siswa SMAN 51 Jakarta……… 41
Tabel 6 Penjelasan dari guru mudah dipahami……….. 42
Tabel 7 Memperhatikan Ketika guru sedang menyampaikan materi… 43 Tabel 8 Guru masuk kelas tepat waktu………. 43
Tabel 9 Materi-materi yang diberikan guru, menambah keyakinan Saya tentang agama Islam………. 44
Tabel 10 Saya menyukai pelajaran agama Islam……….. 44
Tabel 11 Guru menggunakan waktu belajar secara efektif……….. 45
Tabel 12 Metode yang digunakan guru, dapat menambah ketertarikan Terhadap pembelajaran agama Islam……… 46
Tabel 13 Guru menggunakan multi media yang dapat menggugah hati. 46 Tabel 14 Guru tidak hanya menggunakan buku pelajaran sebagai Sumber belajar……….. 47
Tabel 15 Guru bersikap adil terhadap siswa-siswinya………. 48
Tabel 16 Saya merasa gelisah ketika meninggalkan shalat………. 48
Tabel 17 Saya menyesal ketika melakukan dosa……… 49
Tabel 18 Ketika saya berbuat dosa, saya segara bertaubat………. 49
Tabel 19 ketika saya berbuat kesalahan saya mengucap istighfar…….. 50
Tabel 20 Saya selalu berdoa kepada Allah………. 50
Tabel 21 Saya yakin doa saya akan dikabulkan Allah………... 51
Tabel 22 saya mengharapkan pahala dari Allah………. 51
Tabel 23 Saya yakin dengan kebesaran Allah……… 52
vii
Tabel 25 Ketika teman mendapat prestasi, saya mengucapkan selamat
Kepadanya………. .. 53
Tabel 26 Saya termotivasi melihat prestasi orang lain……….. . 53
Tabel 27 Saya merasa ikhlas dalam bekerja dan belajar………... . 54
Tabel 28 Saya tidak mempercayai ramalan/ zodiac……….. . 54
Tabel 29 Jika saya berjanji akan saya tepati………. . 55
Tabel 30 Saya melakukan shalat 5 waktu………. . 55
Tabel 31 Saya patuh terhadap ayah dan ibu………. .. 56
Tabel 32 Saya merasa bahagia bila berada dekat dengan keluarga….... 56
Tabel 33 Saya bersikap lamah lembut terhadap kedua orang tua…… .. 57
Tabel 34 Saya tidak meminum-minuman keras………... .. 57
Tabel 35 Saya menjaga amanah orang lain………. .. 58
Tabel 36 Hasil perhitungan Korelasi Product Moment………. . 59
1
A.
Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya setiap manusia dilahirkan dalam keadaan
fitroh,orang tuanyalah yang menjadikannya Nasrani/Majusi. Seperti pada
hadits Rasulullah SAW:
“Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islami). Ayah
dan ibunya lah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau
Majusi (penyembah api dan berhala)”. (HR. Bukhari)1
Dalam surat Al-Rum ayat 30:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.2
Ayat diatas menunjukkan bahwa manusia lahir membawa fitrah
(potensi), tetapi fitrah itu dapat berkembang, dan akan berkembang sesuai
dengan usaha manusia itu sendiri. Dalam hal ini perkembangan fitroh
tersebut dapat berkembang melalui pendidikan. Baik itu pendidikan dalam
keluarga, sebagai unsur terkecil dalam masyarakat, maupun pendidikan
formal yaitu melalui pembelajaran disekolah
1
Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Nabi Muhammad,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1994), Cet. VIII, h.243. 2Al-Qur’an dan Terjemahnya,
.Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
mengembangkan pribadi anak.Perawatan orang tua yang penuh kasih
sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun
sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk
mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.3
Keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama kepada anak
agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Dalam al-Qur’an surat
al-Tahrim ayat 6 Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.4
Ayat ini memberikan isyarat kepada para orangtua bahwa mereka
diwajibkan memelihara diri dan keluarganya dari murka Tuhan.
Satusatunya cara untuk menghindari siksa api neraka atau murka Tuhan
adalah dengan beragama yang benar.5
Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan
berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari
pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan
strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi
pendidikan.Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan
hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua
dan anak.Di samping itu pangkal ketenteraman dan kedamaian hidup
terletak dalam keluarga. Mengingat pentingnya hidup keluarga yang
3
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. IV, h. 37.
4
Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Jakarta: al-Huda, 2005), h. 561. 5
demikian, maka Islam memandang keluarga bukan hanya sebagai
persekutuan hidup terkecil saja, melainkan sebagai lembaga hdup manusia
yang member peluang kepada para anggotanya untuk hidup celaka atau
bahagia dunia dan akhirat.6
Membina akhlak merupakan bagian yang sangat penting dalam
tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana yang tercantum dalam
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yag
menyatakan bahwa: “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”7
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diatas,
maka mutu pendidikan agama Islam perlu ditingkatkan terutama masalah
pembentukan akhlak, agar pengetahuan tentang agama dapat seimbang
dengan pengetahuan umum yang dimilikinya.Agar siswa dapat bahagia
dan selamat dunia dan akhirat.
Pendidikan merupakan salah satu bidang garapan yang amat
penting dalam pembangunan suatu bangsa, karena pembangunan suatu
bangsa yang tidak dibarengi dan diiringi pembangunan akhlak, moral dan
etika, maka pembangunan itu tidak akan seimbang, jika pendidikan hanya
mementingkan ilmu pengetahuan umum, tanpa diberikan ilmu agama dan
penanaman akhlak, maka akan tumbuh generasi bangsa yang pintar dan
beri lmu tetapi tidak berakhlak. Generasi bangsa yang seperti itu yang
akan membawa kehancuran pada bangsanya. Seperti saat ini, kemerosotan
moral generasi muda sudah mulai terasa.Seperti banyaknya pemuda yang
6
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. III, h.35-36.
7
Abd.Rozak, Fauzan, dan Ali Nurdin, Kompilasi Undang-undang & Peraturan Bidang
mengkonsumsi narkoba, pergaulan bebas, tawuran pelajar, merokok dan
mengkonsumsi minuman keras, geng motor dan lain sebagainya.
Remaja Indonesia saat ini tak lagi menjunjung norma-norma
kesopanan dan budi pekerti.Dimasa kini mereka tumbuh dalam pengaruh
budaya asing yang sarat dengan kebebasan dan tanpa memperdulikan arti
pentingnya ajaran agama.Hal ini dibuktikan oleh data kasus-kasus yang
diperoleh beberapa lembaga sosial di Indonesia, kenakalan remaja setiap
tahun menunjukkan peningkatan yang cukup mengejutkan.8
Pada tahun 2003 Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
(PKBI) melakukan survey dilima kota besar, diantaranya Bandung,
Surabaya dan Yogyakarta, dinyatakan 85 persen remaja berusia 13-15
tahun mengaku telah melakuka hubungan seks dengan pacar mereka.
Selanjutnya Annisa Foundation pada tahun 2006, seperti dikutip Warta
Kota. Diberitakan 42,3 persen pelajar SMP dan SMA di Cianjur sudah
melakukan hubungan seksual. Hasil suvei teranyar yang dilakukan
BKKBN pada 2010 menunjukkan sebanyak 51 persen remaja di
Jabodetabek tidak perawan lagi karena telah melakukan hubungan seks
pranikah.9
Beberapa contoh lain tentang kenakalan remaja adalah :
1. Berani atau suka menentang orang tua
2. Berpakaian tidak sopan atau tidak diterima oleh masyarakat
3. Sering malas atau membolos tidak sekolah
4. Berpesta pora semalam suntuk
5. Suka membaca buku-buku cabul dan porno
6. Meminum minuman keras
7. Merokok ditempat umum sebelum batas umur yang pantas
8. Membawa alat-alat yang membahayakan bagi orang lain
8
Muslimah Intelektual, ”Fakta Mengejutkan Remaja Indonesia”, 2012, (http://www.choirunnheesha.blogspot.com).
9. Mengebut dijalan umum, dan lain sebagainya10
Masalah pokok yang sangat menonjol dewasa ini, adalah kaburnya
nilai-nilai dimata generasi muda.Mereka dihadapkan kepada berbagai
kontradiksi dan aneka ragam pengalaman moral, yang menyebabkan
mereka bingung untuk memilih mana yang baik untuk mereka.Para remaja
mencoba mengembangkan diri ke arah kehidupan yang disangka maju dan
modern, dimana berkecamuk budaya asing yang masuk seolah-olah tanpa
saringan.Mereka mulai kehilangan pegangan agama dalam hidup
mereka.11
Apabila masalah keadaan itu dibiarkan berjalan dan berkembang,
maka pembangunan bangsa akan terganggu, bahkan mungkin akan gagal.
Karena tujuan pembangunan bangsa Indonesia adalah untuk mencapai
kesejahteraan hidup yang seimbang antara jasmani dan rohani, antara
materil dan spiritual antara kehidupan dunia dan akhirat.12
Untuk mengatasi berbagai macam keburukan akhlak tersebut,
maka diperlukan pendidikan Agama Islam untuk membentuk manusia
Indonesia yang percaya dan takwa kepada Allah SWT, menghayati dan
mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, mempertinggi
budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat
kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.13
Pendidikan agama disekolah sangat penting untuk pembinaan dan
penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan
agama mempunyai dua aspek terpenting.Aspek pertama dari pendidikan
agama, adalah yang ditujukan kepada jiwaa atau pembentukan
10
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. I, h. 82-83.
11
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), Cet. XVII, h. 153-154.
12Ibid,
h. 154. 13
kepribadian.Anak didik diberi kesadaran kepada adanya Tuhan, lalu
dibiasakan melakukan perintah-perintah Tuhan dan meninggalkan
larangan-laranganNya.Aspek kedua dari pendidikan agama adalah yang
ditujukan kepada pikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri, kepercayaan
kepada Tuhan tidak akan sempurna bila isi dari ajaran-ajaran Tuhan itu
tidak diketahui betul-betul.14
Dengan ringkas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama
sangatlah penting dalam pembentukan akhlak siswa.
Dari latar belakang inilah, maka penulis sangat tertarik untuk
mengadakan penelitian secara langsung dan mengangkat judul skripsi
“PengaruhPendidikan Agama Islam terhadap Akhlak Siswa SMA
NEGERI 51 JAKARTA”
Alasan pemilihan judul tersebut adalah:
1. Krisis moral yang sangat kompleks dan banyak menimbulkan
keresahan dikalangan masyarakat, orang tua dan guru agama pada
khususnya.
2. Pendidikan agama Islam adalah menanamkan akhlak mulia di dalam
jiwa seseorang sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan
jiwa.
3. Akhlak merupakan misi yang dibawa Nabi Muhammad SAW ketika
diutus sebagai Rosulullah.
4. Menyadari akan pentingnya pendidikan agama disamping pendidikan
umum.
5. Kesadaran seorang pelajar agar tidak hanya meiliki ilmu agama saja
tetapi harus memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyajikan
permasalahan yang muncul sehingga dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
1. Kurangnya kesadaran siswa tentang pentingnya pendidikan agama
Islam
2. Peran dan tugas serta tanggung jawab Pendidikan Agama Islam.
3. Faktor yang menyebabkan krisis moral yang terjadi pada siswa.
4. Langkah-langkah yang ditempuh guru Pendidikan Agama Islam
dalam menanamkan dan mengembangkan akhlakul karimah.
C.
Pembatasan Masalah
Agar pemahaman dalam pembahasan ini tidak terlalu luas, maka
penulis perlu membatasi permasalahannya, yaitu:
1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah.
2. Pembentukan Akhlak
3. Pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak
siswa SMA Negeri 51 Jakarta
D.
Perumusan Masalah
Dalam perumusan masalah, penulis merumuskannya dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pendidikan Agama Islam di sekolah
2. Bagaimanakah Akhlak siswa SMAN 51 Jakarta
3. Bagaimanakah pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
terhadap akhlak siswa SMAN 51 Jakarta
E.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pembelajaran pendidikan agama Islam di SMAN
2. Untuk memperoleh gambaran tentang akhlak siswa di SMAN 51
Jakarta
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Pendidikan Agama Islam
terhadap pembentukan akhlak siswa di SMAN 51 Jakarta.
F.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dilakukan dalam rangka mencari informasi tentang
pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa
di SMA Negeri 51 Jakarta.
2. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi guna
9
A.
Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, disebutkan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan pada umunnya berarti
daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran
(intelek), dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan masyaratnya.2
Menurut Soegarda poerbakawaca, pendidikan dalam arti umum
mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk
mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta
ketrampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya
dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya.3
Dari definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan
merupakan usaha menanamkan sesuatu kepada peserta didik melalui
berbagai kegiatan yang dilaksanakan secara sadar dan sengaja, berupa
bimbingan, pimpinan, bantuan, pengajaran, dan latihan yang ditujukan
kepada peserta didik dalam pertumbuhan jasmani dan rohaninya
menuju tujuan yang diharapkan.
1
Abd.Rozak, fauzan, dan Ali Nurdin, Kompilasi Undang-Undang & Peraturan Bidang
Pendidikan, (Jakarta: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2010), h. 4
2
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
(Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2002), Cet. IV, h. 4 3
Setelah menguraikan tentang pendidikan selanjutnya penulis akan
mengemukakan tentang pengertian pendidikan agama Islam.
Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 tahun
2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan pasal 1 ayat 1
pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan
dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik
dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang
kurangnya melalui pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan.4
Menurut Zakiah daradjat pendidikan agama Islam ialah usaha
berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah
selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran
agama Islam serta menjalankan ajaran agama Islam serta
menjadikannya sebagai pandangan hidup.5
Menurut Sahilun A. Nasir pendidikan agama Islam ialah suatu
usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak didik
yang beragama Islam dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga
ajaran-ajaran Islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian
yang integral dalam pribadinya, dimana ajaran-ajaran Islam itu
benar-benar dipahami, diyakini kebenar-benarannya, diamalkan menjadi pedoman
hidupnya, menjadi pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap
mentalnya.6
Dengan demikian dapat diartikan bahwa pendidikan agama Islam
adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak
yang sesuai dengan ajaran Islam atau suatu proses bimbingan dan
bantuan secara sadar dan sengaja terhadap anak didik yang dilandasi
dengan ajaran Islam, dalam pertumbuhan dan perkembangan jasmani
4
Abd.Rozak, fauzan, dan Ali Nurdin, Kompilasi Undang-Undang & Peraturan Bidang
Pendidikan, (Jakarta: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2010), h. 144
5
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. III, h. 86 6
dan rohaninya menuju kepada terbentuknya kepribadian yang utama
atau dengan kata lian kepribadian muslim.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan dapat dibagi menjadi tujuh tahapan sebagai
berikut:
a. Tujuan pendidikan Islam secara Universal
Rumusan tujuan pendidikan yang bersifat universal dapat
dirujuk pada hasil kongres sedunia tentang pendidikan Islam yag
dirumuskan dari berbagai pendapat para pakar pendidikan seperti
al-Attas, Athiyah, al-Abrasy, Munir, Mursi, Ahmad D. Marimba,
Muhammad Fadhil al-Jamali Mukhtar Yahya, Muhammad Quthb,
dan sebagainya.7 Rumusan tujuan pendidikan tersebut adalah
sebagai berikut:
Pendidikan harus ditujukan untuk menciptakan
keseimbangan pertumbuhan keperibadian manusia secara
menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal pikiran, perasaan, dan
fisik manusia. Dengan demikian, pendidikan harus mengupayakan
tumbuhnya seluruh potensi manusia, baik yang bersifat spiritual,
intelektual, daya khayal, fisik, ilmu pengetahuan, maupun bahasa,
baik secara perorangan maupun kelompok, dan mendorong
tumbuhnya seluruh aspek tersebut agar mencapai kebaikan dan
kesempurnaan. Tujuan akkhir pendidikan terletak pada
terlaksananya pengabdian yang penuh kepada Allah, pada tingkat
perorangan, kelompok maupun kemanusiaan dalam arti yang
seluas-luasnya.8
b. Tujuan Pendidikan Islam secara Nasional
Yang dimaksud dengan tujuan pendidikan Islam nasional
ini adalah tujuan pendidikan Islam yang dirumuskan oleh setiap
7
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. I, h. 61. 8Ibid
Negara Islam.Dalam hal ini maka setiap Negara Islam merumuskan
tujuan pendidikannya dalam mengacu kepada tujuan
universal.Tujuan pendidikan Islam secara nasional di Indonesia,
secara eksplisit belum dirumuskan, karena Indonesia bukanlah
negara Islam. Dengan demikian tujuan pendidikan Islam nasional
dirujuk kepada tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam
undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional sebagai berikut:
Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.9
c. Tujuan Pendidikan Islam secara Institusional
Yang dimaksud dengan tujuan pendidikan Islam secara
institusional adalah tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh
masing-masing lembaga pendidikan Islam, mulai dari tingkat
taman kanak-kanak, samapi dengan perguruan tinggi.10
Pada tujuan instruksional ini bentuk insan kamil dengan
pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana,
pola takwa itu harus kelihatan dalam semua tingkat pendidikan
Islam.Karena itu setiap lembaga pendidikan Islam harus dapat
merumuskan tujuan pendidikan Islam sesuai dengan tingkatan jenis
pendidikannya.11
d. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat program Studi (kurikulum)
Tujuan pendidikan Islam pada tingkat program studi adalah
tujuan pendidikan yang disesuaikan dengan program
studi.Rumusan tujuan pendidikan Islam pada tingkat kurikulum ini
mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agama Islam
9
Abd.Rozak, Fauzan, dan Ali Nurdin, Kompilasi Undang-undang & Peraturan Bidang
Pendidikan, (Jakarta: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2010), h. 6.
10
Abuddin Nata, Op. cit. h. 64 11
yang dilalui dan dialami olehh siswa di sekolah, dimulai dari
tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa
terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam,
untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya
proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa,
dalam arti menghayati dan meyakininya.12
e. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat Mata Pelajaran
Tujuan pendidikan Islam pada tingkat mata pelajaran yaitu
tujuan pendidikan yang didasarkan pada tercapainya pemahaman,
penghayatan, dan pengalaman ajaran Islam yang terdapat pada
bidang studi atau mata pelajaran tertentu.misalnya tujuan mata
pelajaran tafsir yaitu peserta didik dapat memahami, menghayati,
dan mengamalkna ayat-ayat al-Qur’an secara benar, mendalam dan
komprehensif.13
f. Tujuan pendidikan Islam pada Tingkat Pokok Bahasan
Tujuan pendidikan Islam pada tingkat pokok bahasan
adalah tujuan pendidikan yang didasarkan pada tercapainya
kecakapan (kompetensi) utama dan komptensi dasar yang terdapat
pada pokok bahasan tersebut.14
g. Tujuan Pendidikan Islam pada Tingkat Sub Pokok Bahasan
Tujuan pendidikan Islam pada tingkat sub pokok bahasan
adalah tujuan yang didasarkan pada tercapainya kecakapan yang
terlihat pada indikator-indikatornya secara terukur.15
Dari ketujuh tahapan tentang tujuan pendidikan agama Islam dapat
disimpulkan bahwa tujuan utama pendidikan agama Islam adalah
menanamkan nilai-nilai keagamaan agar siswa mempunyai kecakapan
12
Muhaimin, Suti’ah dan Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. V, h. 79.
13
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. I, h. 65
14Ibid.
dalam bersikap dan bertindak, menjadi manusia yang bertakwa kepada
Allah SWT, berakhlak mulia, serta mengamalkan ajaran agama.
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah
berfungsi sebagai berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan
peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan fisik maupun lingkungan social dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik
dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum,
system dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain.16
16
Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. I, h.
Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi
pendidikan agama Islam disekolah dapat membentuk siswa-siswi yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, mempunyai pegangan
hidup, mampu menghindari diri dari perbuatan tercela, dan mempunyai
kepercayaan diri dalam mengembangkan potensinya.
4. Ruang Lingkup Pengajaran Agama Islam
a. Pengajaran Keimanan
Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar
tentang berbagai aspek kepercayaan menurut ajaran Islam. Dalam
hal keimanan inti pembicarannya adalah tentang keesaan Allah.
Karena itu ilmu tentang keimanan ini disebut jugaa “Tauhid”
Ruang lingkup pengajaran keimanan ini meliputi rukun
iman yang enam. Yang perlu digaris bawahi dalam pengajaran
keimanan ini guru tidak boleh melupakan bahwa pengajaran
keimanan banyak berhubungan dengan aspek kejiwaan dan
perasaan. Nilai pembentukan yang diutamakan dalam mengajar
ialah keaktifan fungsi-fungsi jiwa. Yang terpenting adalah anak
diajarkan supaya menjadi orang beriman, bukan ahli pengetahuan
keimanan.17
b. Pengajaran Akhlak
Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang bentuk batin
seseorang yang kelihatan pada tindak-tanduknya (tingkah lakunya).
Dalam pelaksanaannya, pengajaran ini berarti proses kegiatan
belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar
berakhlak baik. Pengajaran akhlak membicarakan nilai sesuatu
perbuatan menurut ajaran agama, membicarakan sifat-sifat terpuji
dan tercela menurut ajaran agama, membicarakan berbagai hal
yang langsung ikut mempengaruhi pembentukan sifat-sifat itu pada
17
diri seseorang secara umum. Ruang lingkup akhlak secara umum
meliputi berbagai macam aspek yang menentukan dan menilai
bentuk batin seseorang.18
c. Pengajaran Ibadat
Hal terpenting dalam pengajaran ibadat adalah pembelajaran ini
merupakan kegiatan yang mendorong supaya yang diajar terampil
membuat pekerjaan ibadat itu, baik dari segi kegiatan anggota
badan, ataupun dari segi bacaan. Dengan kata lain yang diajar itu
dapat melakukan ibadat dengan mudah, dan selanjutnya akan
mendorong ia senang melakukan ibadat tersebut.19
d. Pengajaran Fiqih
Fiqih ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan/ membahas/
memuat hukum-hukum Islam yang bersumber pada al-Qur’an,
Sunnah dan dalil-dalil Syar’I yang lain.20
e. Pengajaran Qiraat Qur’an
Yang terpenting dalam pengajaran ini adalah keterampilan
membaca al-Qur’an yang baik sesuai dengan kaidah yang disusun
dalam ilmu tajwid. Pengajaran al-Qur’an pada tingkat pertama
berisi pengenalan huruf hijaiyah dan kalimah (kata), selanjutnya
diteruskan dengan memperkenalkan tanda-tanda baca. Melatih
membiasakan mengucapkan huruf Arab dengan makhrajnya yang
benar pada tingkat permulaan, akan membantu dan mempermudah
mengajarkan tajwid dan lagu pada tingkat membaca dengan
irama.21
f. Pengajaran Tarikh Islam
Pengajaran tarikh Islam adalah pengajaran sejarah yang
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam.
Tujuan belajar sejarah Islam adalah agar mengetahui dan mengerti
18 Ibid
, h. 68-72.
19Ibid,
h. 76. 20Ibid
, h. 78. 21Ibid
pertumbuhan dan perkembangan umat Islam. Hal ini bertujuan
untuk mengenal dan mencintai Islam sebagai agama dan pegangan
hidup.22
Demikian beberapa ruang lingkup pendidikan agama Islam yang
diajarkan disekolah, baik di madrasah maupun di sekolah umum, jika di
madrasah ruang lingkup tersebut menjadi mata pelajaran yang berdiri
sendiri, sedangkan di sekolah umum semua menjadi satu kesatuan
dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam.
5. Komponen Pembelajaran
a. Anak Didik
Yaitu pihak yang merupakan obyek terpenting dalam pendidikan.
Hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan
atau dilaksanakan hanyalah untuk membawa anak didik kepada
tujuan pendidikan Islam yang dicita-citakan.23
b. Pendidik
Yaitu subyek yang melaksanakan Pendidikan Islam. Pendidik ini
mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan.
Baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil
pendidikan Islam.24
c. Materi
Yaitu bahan-bahan, atau pengalaman-pengalaman belajar ilmu
agama Islam yang disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang
lazim tetapi logis) untuk disajikan atau disampaikan kepada anak
didik.25
d. Metode
Yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk
menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak
22
Ibid, h. 110-113.
23
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), h. 14 24
Ibid 25
didik. Metode disini mengemukakan bagaimana mengolah,
menyusun, dan menyajikan materi pendidikan Islam, agar materi
pendidikan Islam tersebut dapat dengan mudah diterima dan miliki
oleh anak didik.26
e. Evaluasi
Yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau
penilaian terhadap hasil belajar anak didik.tujuan pendidikan Islam
umumnya tidak dapat dicapai sekaligus, melainkan melalui proses
atau tahapan tertentu. Apabila tujuan pada tahap atau fase ini telah
tercapai maka pelaksanaan pendidikan dapat dilanjutkan pada
tahap berikutnya dan berakhir dengan terbentuknya kepribadian
muslim.27
Demikian telah dijabarkan tentang komponen
pembelajaran, kelima komponen tersebut saling berkaitan dan
mempengaruhi dalam proses pembelajaran, jika ada satu dari
kelima komponen tidak ada atau tidak optimal maka dalam proses
pembelajaranpun tidak akan menghasilkan pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
B.
Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Pengertian akhalak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, yang
berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun
agama.Secara linguistic kata akhlak merupakan isim jamid atau isim
ghair mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan
kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak adalah jamak dari
26
Ibid, h. 15 27
kata khulqun atau khuluq yang artinya sama dengan arti akhlak
sebagaimana telah disebutkan diatas.28
Pemakaian kata akhlak atau khulq kedua-duanya dijumpai baik
dalam al-Qur’an maupun al-Hadits, sebagai berikut:
“Dan Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi
pekerti yang agung”.(Q.S. al-Qalam : 4)29
“ (agama kami) Ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang
dahulu”. (Q.S. al-Syu’ara: 137)30
“Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang sempurna budi pekertinya”. (H.R Turmuzi). 31
“Bahwasahnya akudiutus (Allah) untuk menyempurnakan keluhuran budi pekerti”. (H.R Ahmad).32
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, dapat
merujuk kepada para pakar dibidang ini, sebagai berikut:
a. Menurut Ibnu miskawaih akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran atau pertimbangan.
28
Moh. Ardani, Akhlak-Tasawuf Nilai-nilai Akhlak/ Budi Pekerti dalam Ibadat &
Tasawuf, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2005), h. 25.
29
Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Jakarta: al-Huda, 2005), h. 565.
30
Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Jakarta: al-Huda, 2005), h. 374.
31
Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Nabi Muhammad,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1994), Cet. VIII, h.262.
b. Menurut al-Ghazali akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
c. Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan
baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.33
Dari beberapa definisi akhlak diatas, dapat disimpulkan bahwa
akhlak adalah suatu perbuatan yang timbul tanpa memerlukan
pemikiran karena sudah tertanam dalam hati atau suatu perbuatan yang
reflek yang sudah terbiasa dilakukan sehingga dalam melaksanakannya
tidak memerlukan memikiran yang panjang karena sudah
terbiasa.Akhalk adalah cerminan dari hati.
Keseluruhan dari definisi akhlak tersebut diatas tampak tidak ada
yang bertentangan, memiliki kemiripan antara satu dengan lainnya.
Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial tampak saling
melengkapi, dan dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri
perbuatan akhlak adalah sebagai berikut:
1) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam
jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
mudahdan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat
melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan
tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Pada saat yang
bersangkutan melakukan suatu perbuatan ia tetap sehat akal
pikirannya dan sadar.
3) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari kalam diri
dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atu
tekanan dari luar.
33Ibid
4) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
5) Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya
akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas
semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau
karena ingin mendapatkan sesuatu pujian.34
2. Macam-macam Akhlak
a. Akhlak al-Karimah
Akhlak yang mulia dilihat dari segi hubungan manusia
dengan Tuhan, dan manusia dengan manusia dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu:
1) Akhlak Baik terhadap Allah
Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan
kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah.Berikut ini
adalah beberapa alasan mengapa manusia harus berakhlak baik
terhadap Allah SWT.
a) Karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala
keistimewaan dan kesempurnaannya. Sebagai yang
diciptakan sudah sepantasnya manusia berterima kasih
kepada yang menciptakannya.
b) Karena Allah telah memberikan perlengkapan panca indera
hati nurani dan naluri kepada manusia. Semua potensi
jasmani dan rohani ini amat tinggi nilainya, karena dengan
potensi tersebut manusia dapat melakukan berbagai
aktifitas dalam berbagai bidang kehidupan yang membawa
kepada kejayaannya.
c) Karena Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana
kehidupa yang terdapat dibumi, seperti tumbuhan, air,
34
Moh. Ardani, Akhlak-Tasawuf Nilai-nilai Akhlak/ Budi Pekerti dalam Ibadat &
udara, binatang, dan lain sebagainya. Semua itu tunduk
kepada kemauan manusia, dan siap untuk dimanfaatkan.35
Akhlak baik terhadap Allah , secara garis besar meliputi:
(1) Bertaubat, sikap yang menyesali perbuatan buruk yang
pernah dilakukannya dan berusaha menjauhi serta
melakukan perbuatan baik.
(2) Bersabar, sikap yang betah/ menahan diri pada kesulitan
yang dihadapinya.
(3) Bersyukur, sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan
sebaik-baiknya, nikmat yang telah diberikan oleh Allah
SWT kepadanya.
(4) Bertawakal, menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT
setelah berbuat semaksimal mungkin.
(5) Ikhlas, sikap yang menjauhkan diri dari riya ketika
mengerjakan amal baik.
(6) Raja’, sikap jiwa yang sedang menunggu sesuatu yang
disenangi dari Allah SWT
(7) Bersikap takut, sikap jiwa yang sedang menunggu sesuatu
yang tidak disenangi dari Allah SWT.36
Dalam kehidupan sehari-hari manusia harus
bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan
Allah SWT dan berakhlak baik kepada Allah. Begitupun para
remaja agar selalu berprasangka baik kepada Allah dan selalu
mengingat Allah dimanapun mereka berada agar tidak
terpedaya dengan kehidupan dunia.
2) Akhlak Baik terhadap Diri Sendiri
Berakhlak yang baik pada diri sendiri dapat diartikan
menghargai, menghormati, menyayangi, dan menjaga diri
sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu
35Ibid
, h. 49-53
36 Ibid,
sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggung
jawabkan dengan sebaik-baiknya. Untuk menjalankan perintah
Allah dan bimbingan Nabi Muhammad SAW maka setiap umat
Islam harus berakhlak dan bersikap sebagai berikut:
a) Hindarkan minuman beracun/ keras
b) Hindarkan perbuatan yang tidak baik
c) Memelihara kesucian jiwa
d) Pemaaf dan pemohon maaf
e) Sikap sederhana dan jujur
f) Hindarkan perbuatan tercela37
3) Akhlak Baik terhadap Sesama Manusia
Manusia sebagai makhluk sosial yang kelanjutan
eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung
pada orang lain. Untuk itu, ia perlu bekerja sama dan saling
tolong menolong dengan orang lain. Karena itu perlunya
menciptakan suasana yang baik satu sama lain, berakhlak yang
baik dengan sesama manusia diantaranya mengiringi jenazah,
mengabulkan undangan, dan mengunjungi orang sakit.38
Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia sebagai makhluk
sosial yang selalu membutuhkan orang lain, untuk itu berbuat
baik terhadap sesama merupakan hal terpenting dalam
kehidupan bermasyarakat, saling berhargai dan saling
menghormati akan menciptakan keharmonisan di dalam
kehidpan bermasyarakat.
b. Akhlak al-Madzmumah
Akhlak madzmumah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
maksiat lahir dan maksiat batin.Maksiat lahir adalah segala sifat
yang tercela yang dikerjakan oleh anggota lahir seperti tangan,
37Ibid
, h. 55-56 38Ibid
mulut, mata, telinga dan sebagainya.Sedangkan maksiat batin
adalah segala sifat yang tercela yang diperbuatoleh anggota batin,
yaitu hati.39
1) Maksiat-maksiat Lahir
a) Maksiat Lisan
(1) Berkata yang tidak memberikan manfaat baik untuk
dirinya sendiri maupun untuk orang lain
(2) Berlebih-lebihan dalam percakapan, sekalipun yang
dipercakapkan tersebut berguna
(3) Berbicara hal yang batil
(4) Berdebat dan berbantah yang hanya mencari
menangnya sendiri tanpa menghormati orang lain
(5) Berkata kotor, mencaci maki atau mengungkapkan kata
laknat baik kepada manusia, binatang, maupun
benda-benda lainnya
(6) Menghina, menertawakan atau merendahkan orang lain
(7) Berkata dusta.40
b) Maksiat Telinga
Diantara maksiat telinga adalah mendengarkan
pembicaraan suatu golongan yang mereka itu tidak senang
kalau pembicaraannya didengar oleh orang lain. Juga
mendengarkan bunyi-bunyian yang dapat melalaikan untuk
ibadah kepada Allah SWT, atau suara apapun yang di
haramkan, seperti suara orang yang mengumpat, mengadu
domba, dan lain sebagainya, kecuali mendengarnya itu
karena terpaksa atau tidak sengaja, sedang ia sendiri
membenci kemungkaran-kemungkaran tersebut.41
c) Maksiat Mata
39
Asep Umar Ismail, Wiwi St Sajarah, dan Sururin, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Jakarta, 2005), h. 30.
40Ibid,
Maksiat mata ialah melihat hal-hal yang diharamkan
oleh Allah dan Rasul-Nya seperti seorang laki-laki melihat
aurat perempuan, dan sebaliknya seorang perempuan
melihat aurat laki-laki.42
d) Maksiat Tangan
Maksiat tangan ialah menggunakan tangan untuk
hal-hal yang haram, atau sesuatu yang dilarang oleh agama
Islam, seperti mencuri, merampok, merampas dan lain
sebagainya.43
2) Maksiat Batin
a) Marah
b) Rasa mendongkol
c) Dengki
d) Sombong44
Demikian penjabaran tentang akhlak al-Madzmumah yang perlu
kita hindari dalam kehidupan sehari-hari agar kita menjadi muslim
yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
3. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Segala tindakan dan perbuatan manusia yang memiliki corak
berbeda antara satu dengan yang lainnya, diakibatkan karena adanya
faktor dari dalam diri (internal) seperti naluri/ insting, dan faktor dari
luar diri (eksternal) seperti adat/ kebiasaan, aspek wirotsah/ keturunan
dan milieu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak adalah:
a. Insting/ naluri, insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa
manusia sejak lahir, para psikolog menjelaskan bahwa insting
berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya
tingkah laku.
42Ibid 43Ibid
, h. 32. 44Ibid
b. Adat/ kebiasaan, adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang
yang dilakukan secara terus menerus, dan berilang-ulang dalam
bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan.
c. Wirotsah/ keturunan, dalam hal ini secara langsung atau tidak
langsung sangat mempengaruhi pembentukan sikap dan tingkah
laku seseorang.
d. Milieu, salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam
terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah milieu,
milieu adalah lingkungan dimana seseorang berada.45
Menurut Abuddin Nata, faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan akhlak ada tiga, yaitu:
a. Aliran Nativisme, menurut aliran ini bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor
bawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan,
bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki
pembawaan an kecenderungan kepada yang baik maka dengan
sendirinya orang tersebut menjadi baik.
b. Aliran Empirisme, berpendapat bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap pembentukan diriseseorang adalah faktor
dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan
pendidikan yang diberikan. Jika pembinaan da pendidikan yang
diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu.
c. Aliran Konvergensi, berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi
oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar
yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau
melalui interaksi dalam lingkungan sosial.46
45
AR. Zahruddin, dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. I, h. 93-100
46
Dari ketiga aliran ini, aliran yang ketiga yaitu aliran konvergensi yang
sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari al-Qur’an surat
al-Nahl ayat 78
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.47
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa setiap manusia yang
dilahirkan memiliki potensi untuk dididik, yaitu melalui pendengaran,
penglihatan dan juga hati. Anugerah yang sudah diberikan Allah SWT
harus disyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran dan
pendidikan.
4. Cara Pembinaan Akhlak
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam
Islam.Hal ini dapat dibuktikan dari misi kerasulan Nabi Muhammad
SAW yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Islam memberi perhatian besar terhadap pembinaan akhlak, pembinaan
akhlak tersebut dilakukan dengan menggunakan cara atau system
integrated, yaitu system yang menggunakan berbagai sarana
peribadatan dan lainnya secara stimultan untuk diarahkan pada
pembinaan akhlak.48
Di bawah ini akan dikemukakan berbagai cara yag dilakukan
dalam pembentukan akhlak al-karimah, yaitu sebagai berikut:
a. Melalui pembiasaan, pembentukan akhlak ini dilakukan sejak kecil
dan berlangsung secara kontinyu. Berkenaan dengan hal ini Imam
47Al-Qur’an dan Terjemahnya,
(Jakarta: al-Huda, 2005), h. 276. 48
al-Ghazali sebagaimana yang dikutip Abuddin Nata mengatakan
bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima
segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia
membiasakan dirinya berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang
jahat.
b. Melalui paksaan, dalam tahap-tahap tertentu, khususnya akhlak
lahiriyah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama
kelamaan tidak lagi terasa dipaksa. Seseorang yang ingin menulis
dan mengatakan kata-kata yang bagus misalnya, pada mulanya ia
harus memaksakan tangan dan mulutnya menuliskan atau
mengatakan kata-kata dan huruf yang bagus. Apabila pembiasaan
ini sudah berlangsung lama, maka paksaan tersebut sudah tidak
terasa lagi sebagai paksaan.
c. Melalui keteladanan, akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya
dengan pelajaran, instruksi, dan larangan, sebab tabi’at jiwa untuk
menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru
mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Menanamkan
sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada
pendekatan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses,
melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik
dan nyata.
d. Pembinaan akhlak juga dapat dilakukan dengan cara senantiasa
menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya daripada
kelebihannya. Dalam hubungan ini Ibn Sina yang dikutip oleh
Abuddin Natamengatakan bahwa jika seseorang menghendaki
dirinya berakhlak utama, hendaklah ia lebih dahulu mengetahui
kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya, dan membatasi
sejauh mungkin untuk tidak berbuat kesalahan, sehingga
kecacatannya itu tidak terwujud dalam kenyataan.
e. Memperhatikan faktor kejiwaan, menurut hasil penelitian para
perbedaan tingkat usia. Pada masa kanak-kanak misalnya lebih
menyukai hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Untuk itu
ajaran akhlak disajikan dalam benntuk permainan.49
Demikianlah beberapa cara dalam pembinaan akhlakul karimah
siswa menurut beberapa ahli, sehingga dapat disimpulkan bahwa
membina akhlakul karimah seseorang harus dimulai dari pembiasaan
melalui diri sendiri dan lingkungan terkecil, kemudian dilanjutkan lagi
dilingkungan sekolah dan masyarakat. Pembinaan akhlakul karimah
disekolah melalui pembelajaran pendidikan agama Islam dapat
dilakukan secara integrated dan memberi keteladanan melalui
pembiasaan, saling menasehati, pergaulan dan yang paling utama
adalah memperhatikan faktor kejiwaannya sehingga pembinaan yang
dilakukan cepat diterima dan tepat sasaran.
C.
Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diteliti oleh Yusrina,
jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006.Dengan judul “Pengaruh
Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan Akhlak Siswa SMP YPI
Cempaka Putih Bintaro kelas 2”. hasil penelitiannya adalah tidak ada
pengaruh yang signifikan antara pendidikan agama Islam terhadap
pembentukan akhlak siswa di SMP YPI Cempaka Putih Bintaro, hal ini
dikarenakan siswa SMP YPI Cempaka Putih Bintaro khusunya kelas 2
telah memiliki pengalaman keagamaan dan sikap keagamaan yang mereka
dapatkan dari luar sekolah.
Pada penelitian yang dilakukan okeh Ika Malgi Ulfa, jurusan
pendidikan agama Islam, fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan judul penelitian “Pengaruh Pendidikan
Agama Islam terhadap Pembentukan Akhlak Siswa SD Islam Miftahul
Diniyah Pondok Cabe.” Hasil dari penelitian tersebut adalah tidak ada
49Ibid,
pengaruh yang signifikan antara pendidikan agama Islam terhadap
pembentukan akhlak siswa di SD Islam Miftahul Diniyah di kelurahan
Pondok Cabe Udik. Hal ini dikarenakan pembentukan akhlak siswa lebih
dipengaruhi oleh factor intern dan factor ekstern siswa.
Dari kedua penelitian tersebut, penelitian diadakan di SD dan SMP,
sedangkan saya mencoba mengadakan penelitiannya di SMA, mengingat
masa-masa SMA adalah masa remaja, dimana seseorang sedang mencari
jati diri yang sesungguhnya, menurut saya di masa SMA sangat penting
dan perlu memberikan Pendidikan Agama agar para remaja bisa berakhlak
sesuai dengan kaidah agama Islam.
D.
Kerangka Berpikir
Di era globalisasi seperti saat ini, di mana sains dan teknologi
sudah semakin berkembang dan maju, sudah barang tentu akanada warna
baru bagi pola kehidupan manusia, terlebih lagi dengan begitu leluasanya
budaya asing yang masuk ke negeri ini. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi sangat berbahaya khusunya bagi para pelajar remaja bila dalam
penerapannya tidak dilandasi oleh iman yang kuat serta akhlak atau budi
pekerti yang luhur.
Pada masa remaja yaitu antara 13-21 tahun, anak-anak sedang
mengalami kegoncangan jiwa.Dalam fase ini anak remaja tidak mampu
lagi menahan segala macam gejolak dan gelombang kehidupan apalagi
untuk zaman sekarang ini yang menyebabkan mereka menderita dan
kebingungan.
Maka dalam hal ini pendidikan agama Islam menjadi sangat
penting dan dibutuhkan guna mengatasi serta sebagai penyeimbang bagi
perkembangan dua hal di atas tadi yaitu ilmu pengetahuan dan
teknologi.Selain pendidikan agama Islam disekolah factor intern dan
ekstern siswa juga mempengaruhi dalam pembentukan akhlak.Akhlak
sebagai center bagi manusia dalam menjalankan fungsinya sebagai
khalaifah di muka bumi guna mewujudkan kesejahteraan dan ketentraman
SAW dalam berdakwah yang tidak lain adalah karena akhlaknya. Oleh
karena itu pendidikan agama Islam dibutuhkan dalam pembentukan akhlak
sejak dini, mengingat remaja adalah generasi penerus bangsa yang
nantinya diharapkan dapat berperan aktif dalam membangun dan
memajukan bangsa ini.Artinya maju mundurnya suatu bangsa ditentukan
oleh pemudanya.
E.
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban penelitian terhadap pertanyaan yang
diajukan oleh seorang peneliti.Jawaban ini diberikan sebelum penelitian
itu sendiri dilakukan.Karena itu jawaban yang diberikan ini masih perlu
diuji kebenarannya. Dengan kata lain hipotesis adalah jawaban sementara
dari peneliti terhadap pertanyaan penelitiannya sendiri.50
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan Agama Islam
terhadap pembentukan akhlak siswa SMA Negeri 51 Jakarta.
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan Agama
Islam terhadap pembentukan akhlak siswa SMA Negeri 51 Jakarta.
50
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian Pengantar Teori dan Panduan
Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula, (Jakarta: STIA-LAN, 2000), Cet.
32
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 51 Jakarta Timur selama
kurang lebih tiga bulan, dimulai dari bulan Januari dan berakhir pada
bulan Maret 2014. Alasan penulis meneliti di SMA Negeri 51 Jakarta ini
karena letaknya yang dekat dengan rumah, dan juga karena penulis ingin
mengetahui apakah di sekolah tersebut Pendidikan Agama Islamnya
mempunyai pengaruh terhadap pembentukan akhlak siswa atau tidak.
B.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menerapkan pendekatan kuantitatif.
Metode yang digunakan adalah korelasional deksriptif . Dengan metode
korelasional deskriptif ini dapat diperoleh gambaran sesungguhnya
mengenai variabel-variabel peneliti sehingga dapat diketahui pengaruh
antara dua variabel tersebut, yaitu Pendidikan Agama Islam (X) dan
Pembentukan Akhlak (Y).
C.
Populasi dan Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Populasi adalah “Keseluruhan subjek Penelitian”.1
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMAN 51
Jakarta yang berjumlah 877 siswa, karena kebijakan dari pihak sekolah,
yang menjadi responden dalam penelitian ini hanya siswa kelas XI IPA 1,
dan siswa XI IPA 4 oleh karena itu penelitian ini menggunakan purposive
sampling yang berjumlah 70 siswa.
1
D.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam