• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa SMK khazanah kebajikan Pondok Cabe Ilir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa SMK khazanah kebajikan Pondok Cabe Ilir"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh: Ai Ida Rosdiana NIM. 102011023580

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Disusun Oleh: Ai Ida Rosdiana NIM. 102011023580

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh: Ai Ida Rosdiana

NIM. 102011023580

Di Bawah Bimbingan

Dr. Zaimuddin, MA

NIP. 19590705 199103 1 002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(4)

Pembiasaan Akhlak Karimah Siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada, 3 November 2011 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 3 November 2011

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan

Bahrissalim, MA

NIP. 19680307 199803 1 002 ... ………

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Drs. Sapiudin Shiddiq, MA

NIP. 19670328 200003 1 001 ………... ………

Penguji I

Dr. Ahmad Shodiq, MA

NIP. 19710709 199803 1 001 ………... ………

Penguji II

Drs. Rusdi Jamil, MA

NIP. 19621231 199503 1 005 ………... ………

Mengetahui,

PGS. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(5)

Ai Ida Rosdiana

Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembiasaan Akhlak Karimah Siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembiasaan Akhlak Karimah Siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir. Peneliti melakukan penelitian tersebut sejak bulan November sampai dengan bulan Januari 2007.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode analisa kuantitatif deskriftip yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan cara menjumlahkan, mengklasifikasikan, mentabulasikan dan selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan data statistik.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir yang diambil dari kelas I, II dan kelas III Sebanyak 125 Siswa. Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel adalah secara random (acak) karena populasi siswa yang bersifat homogen. Sedangkan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara (1). Observasi, (2). Wawancara, dan (3). Angket. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif, kemudian untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa yaitu dengan menggunakanProduct Moment.

(6)

ii

Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain menghaturkan puji dan

syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan pencipta dan pemelihara alam, sang penentu

setiap detik kehidupan manusia, atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang

senantiasa berlimpah kepada penulis, sehingga penulis diberikan kemampuan,

kekuatan dan ketabahan hati dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Revolusioner Besar Nabi Muhammad SAW,

yang senantiasa membawa cahaya dan rahmat bagi seluruh umat manusia.

Tak pernah terbayangkan dalam diri penulis, seandainya jiwa tidak

berserah diri kepada-Nya, atas proses panjang melintasi rentang waktu sejak awal

masa orientasi MahaSiswa sampai semester sembilan merupakan detik-detik

terakhir dalam menyelesaikan kewajiban akademik yang harus dipenuhi, dengan

setitik asa yang tergantung di ujung harapan Alhamdulillah kebenaran dan janji

Allah SWT. Menunjukkan bukti-bukti-Nya, bahwa hidup dan keinginan manusia

ada yang menentukan dan mengatur, sehingga kesabaran, kegigihan dan pasrah

kepada Sang Pencipta akan menunjukkan manusia kepada kebenaran tersebut.

Segala sujud syukur hanya kepada-MuYa Rabb.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak sekali kesulitan

dan hambatan yang dihadapi, serta saat ini juga masih jauh dari kesempurnaan dan

hal ini tidak terlepas dari sifat manusia sebagai makhluk yang tidak terlepas dari

kesalahan dan lupa.

Selanjutnya penulis ingin sekali mengucapkan ribuan terima kasih tiada

tara dan tiada terhingga atas bimbingan dan pengarahan-pengarahan yang

diberikan kepada penulis, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan, beserta jajarannya, pembantu Dekan I, II, dan III. Semoga dapat membawa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan menjadi Fakultas

(7)

iii

3. Bapak Dr. Sapiudin Siddiq, MA, sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan

Agama Islam, beserta segenap Ibu/Bapak Dosen, Karyawan/i Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Zaimuddin, MA, sebagai dosen pembimbing skripsi, yang telah

meluangkan waktunya, memberikan motivasi kepada penulis serta

membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

5. Bapak Mochammad Abdul Basyir S.Ag, selaku Kepala Sekolah SMK

Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir Pamulang yang telah memberikan

fasilitas dan informasi yang penulis butuhkan selama dalam proses penelitian

skripsi ini.

6. Ayahanda dan ibundaku beserta Adik-adikku tercinta terima kasih atas

motivasi dan cintanya yang tulus. Cinta yang tersebar diantara untaian do’a

yang tidak pernah putus.

7. Kelurga Besar H. Iim Abdurahim dan Hj.Ema Rahmaniah di Cianjur, Akang

Alu dan teh Siti di Bandung, Salman dan Hilmi. Terima kasih atas doa dan

dukungannya, Semoga ikatan kekeluargaan kita tidak pernah putus.

8. Keluarga Besar Bapak Zindartomimi, Ibu Sari, Yesi, A’Asep dan buah hatinya

Salha, Nadzar dan Cecep. Terima kasih atas dorongan dan motivasinya.

Semoga kita dipertemukan kembali dengan keridhoan Allah SWT.

9. Kawan-kawan Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) angkatan 2002 khususnya kelas D yang selalu rame, An-an

Siti Farihah, Jannah, Aisy, Juju, Enur, Nyak, Umi, Ida, Ira, Ucum, Wiwin,

Dian, Aay, Yoyoh. Semoga ikatan tali silaturrahmi kita tidak pernah putus.

10. Kawan-kawanLS-ADIJakarta, Bang Ray Rangkuti, Mas Anick HT, Mpo Iyo,

Bang Junaedi, Bang Dani Setiawan, Dewi, Nha, Alpi di Aceh, Susan, Ima,

(8)

iv

yang telah menghadirkan kedewasaan penulis dan yang selalu mengajarkan

arti dari sebuah kehidupan, yang mengajarkan bagaimana cara menghargai

orang lain, yang menjadikan penulis tegar dalam menghadapi getir dan

pahitnya kehidupan tanpa itu semua kita tidak akan sampai pada manisnya

kehidupan ini. Semoga kebersamaan kita mendapatkan ridho dan rahmat-Nya.

Jakarta, 14 Februari 2007

Penulis

(9)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitan ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pendidikan Agama Islam ... 9

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 9

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 12

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 15

4. Metode dalam Pendidikan Agama Islam ... 15

B. Akhlak Al-Karimah ... 20

1. Pengertian Akhlak al-Karimah ... 20

2. Sendi-Sendi Akhlak ... 22

3. Muara Akhlak ... 28

4. Pembinaan Manusia Menuju Akhlak Mulia ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

(10)

vi

3. Angket ... 40

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 40

1. Editing ... 41

2. Skoring ... 41

3. Tabulating ... 42

E. Kerangka Penelitian ... 44

F. Hipotesis ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang SMK Khazanah Kebajikan ... 47

1. Sejarah Singkat ... 47

2. Visi dan Misi ... 49

3. Program Kegiatan ... 50

4. Status Siswa... 51

5. Data Guru ... 51

6. Sarana dan Prasarana Pendidikan... 51

7. Struktur Organisasi dan Dewan Pengurus ... 52

8. Dewan Pengurus ... 53

B. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMK Khazanah Kebajikan ... 53

C. Deskripsi Data... 56

1. Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam ... 56

2. Tabulasi Hasil Angket Pembiasaan Akhlak Karimah ... 71

D. Uji Hipotesis ... 86

E. Interpretasi Data ... 91

1. Interpretasi Secara Kasar/Sederhana ... 93

(11)

vii

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(12)

viii

2. Skor alternative jawaban Responden dengan menggunakan skor

kumulatif ... 41

3. Interpretasi tabel Nilai “r” Product Moment secara kasar/sederhana ... 43

4. Kisi-kisi angket untuk Variabel Bebas (Pendidikan Agama Islam)... 45

5. Kisi-kisi angket untuk Variabel Terikat (Pembiasaan Akhlak Karimah) .. 45

6. Sarana dan Prasarana Pendidikan... 51

7. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kesulitan belajar

agama ... 56

8. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang perbuatan siswa

setelah mendapatkan pelajaran Agama Islam ... 57

9. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kegunaan

Pendidikan Agama Islam bagi siswa ... 57

10. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang siswa berdoa

ketika beraktivitas ... 58

11. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang perbuatan siswa

sebelum melakukan suatu pekerjaan... 58

12. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang cara siswa

menghormati orang yang lebih tua... 59

13. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang perbuatan siswa

setelah mendapatkan Pelajaran Agama Islam ... 59

14. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap Siswa

terhadap teman ... 60

15. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang siswa berdzikir

dalam satu minggu ... 60

16. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang materi yang

(13)

ix

terhadap teman yang melakukan pencurian ... 62

19. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kebiasaan siswa

setelah shalat subuh... 62

20. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap Siswa

ketika dinasehati orang tua... 63

21. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa

terhadap teman yang membuang sampah sembarangan ... 63

22. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kebiasaan siswa

ketika memasuki kelas ... 64

23. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa

terhadap teman yang membicarakan orang lain... 64

24. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa

terhadap penjelasan guru... 65

25. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa

terhadap lingkungan ... 65

26. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kebiasaan siswa

dalam mengikuti kajian mingguan ... 66

27. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa

ketika melakukan kesalahan terhadap teman ... 66

28. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa

setelah mencontek ... 67

29. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kebohongan

yang dilakukan Siswa dalam satu minggu ... 67

30. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang kegiatan siswa

setelah shalat ... 68

31. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang tentang

(14)

x

sebelum berangkat sekolah ... 69

34. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam yang dilakukan siswa

sebelum keluar rumah ... 70

35. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang pelanggaran

siswa dalam satu minggu ... 70

36. Tabulasi hasil angket Pendidikan Agama Islam tentang sikap siswa

ketika melihat teman yang berduka... 71

37. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi kejujuran tentang perasaan

setelah shalat lima waktu ... 71

38. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi kejujuran ketika menyakiti

teman dengan perkataan buruk... 72

39. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi kejujuran terlambat shalat

subuh dalam satu minggu... 72

40. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi berbakti kepada Allah

SWT ... 73

41. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi berbakti dalam

melaksanakan perintah Allah SWT... 73

42. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi berbakti tentang perbuatan

yang dilakukan ketika mendengarkan adzan... 74

43. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi berbakti tentang sikap

siswa terhadap teman yang melalaikan shalat ... 74

44. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi ikhlas dalam memperbaiki

bantuan kepada pengemis ... 75

45. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi ikhlas siswa dalam

memberikan sumbangan... 75

46. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi ikhlas ketika menolong

(15)

xi

memperbaiki teman yang melakukan kecurangan ... 77

49. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi berani dalam kebenaran

sikap siswa terhadap teman yang merokok di dalam kelas... 77

50. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi qonaah ketika

mendapatkan cobaan ... 78

51. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi kesabaran ketika dihina

teman ... 78

52. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi kesabaran ketika

menghadapi teman yang meminta bantuan ... 79

53. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi kesabaran terhadap siswa

yang suka jahil... 79

54. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi amanah siswa ketika diberi

uang SPP ... 80

55. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi tekun tentang sikap siswa

ketika mendapatkan nilai yang tidak memuaskan... 80

56. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi disiplin siswa dalam

mengikuti kajian ... 81

57. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi disiplin tentang siswa yang

tidak izin masuk sekolah ... 81

58. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi disiplin memasuki kelas .... 82

59. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi disiplin terhadap tata tertib

yang diterapkan di sekolah... 82

60. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi tekun dalam belajar... 83

61. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi tekun dalam waktu

belajar... 83

62. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi tekun dalam memilih

(16)

xii

terhadap teman yang tidak punya uang saku... 85

65. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi amanah yang sering

dilalaikan ... 85

66. Tabulasi hasil angket perilaku siswa dimensi peduli tentang banyaknya

siswa mengajak jajan teman... 86

67. Uji Korelasi Antara Variabel X (Pendidikan Agama Islam) dan Variabel

(17)

xiii

2. Struktur organisasi SMK Khazanah Kebajikan... 52

(18)

1

A. Latar Belakang Masalah

Manusia, baik sebagai makhluk ciptaan ilahi maupun sebagai makhluk

insani mempunyai pembawaan sifat dan kedudukan secara alami atau secara

kodrati yang membedakan dirinya dengan bawaan kodrati makhluk lainnya.

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan ia mempunyai pembawaan serba ganda,

dwitunggal dan serba tunggal. Dari segi pembawaan kodrati, ia terdiri dari

unsur jasmani, dan sekaligus rohani, dari sifat kodrati, ia mempunyai sifat

individual (egoisme), tetapi sekaligus sifat sosial, yakni merasa perlu tolong

menolong (ta’awun) dan kerja sama dengan orang lain. Dan dari kedudukan

kodrati, ia merupakan makhluk hamba Tuhan yang mempunyai kebebasan

berbuat (free will) namun ia tetap bergantung pada kekuatan di luar dirinya,

yakni bergantung pada batas-batas kekuatan Allah SWT (predestination).

Kemudian manusia memiliki unsur nasut (kemanusiaan) dan lahut

(ketuhanan). Namun demikian segala aspek pembawaan, sifat dan kedudukan

yang bersifat bawaan atau alamiah tersebut manunggal dan menyatu dalam

diri manusia yang begitu unik dan spesifik.

Pembawaan kodrati manusia yang terdiri dari unsur jasmani dan rohani

mempunyai berbagai kebutuhan yang perlu ia penuhi. Tubuhnya atau

(19)

sedangkan rohaninya yang bersifat immaterial mempunyai kebutuhan

spiritual. Firman Allah SWT:

ْذِإ

َلﺎَﻗ

َﻚﱡﺑَر

ِﺔَﻜِﺋَﻼَﻤْﻠِﻟ

ﱢﱐِإ

ٌﻖِﻟﺎَﺧ

اًﺮَﺸَﺑ

ْﻦﱢﻣ

اَذِﺈَﻓ.ِْﲔِﻃ

ُﻪُﺘْـﻳﱠﻮَﺳ

ُﺖْﺨَﻔَـﻧَو

ِﻪﻴِﻓ

ْﻦِﻣ

ﻲِﺣْوﱡر

اْﻮُﻌَﻘَـﻓ

ُﻪَﻟ

َﻦْﻳِﺪِﺟﺎَﺳ

)

ص

/

٣٨

:

٧۲

-٧١

(

Artinya: “(Ingatlah) ketika Rabbmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan menusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan sujud kepadanya.”(Q.S. Shaad/38 : 71-72)

Untuk memacu dinamika kehidupannya, agar ia aktif kreatif dan

dinamis, siap berusaha dan berkerja keras, maka pada dirinya ditanamkan

berbagai pendorong (drive) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang

bermacam-macam. Untuk mendorong manusia dan menggerakkannya kearah

pemenuhan kebutuhannya, Allah SWT melengkapi jasmani dan rohaninya

dengan berbagai daya (al-quwwah) yang menurut Ibnu Maskawaih dan

al-Ghazali meliputi daya ilmu, daya ghadlab (marah), daya syahwah (makan,

minum dan seksual), dan daya‘adalah(keseimbangan).1

Semua daya tersebut jika ditumbuh kembangkan dengan prinsip

keadilan dan keseimbangan, akan lahirlah akhlak dan budi pekerti mulia

(akhlaq al-karimah). Namun jika sebaliknya terjadi misalnya dengan ilmu

dikembangkan secara tidak seimbang seperti kepintaran yang disertai

kesombongan atau sama sekali teramat bodoh dan dungu maka merupakan

akhlak yang jahat, sebaliknya hikmah arif bijaksana adalah akhlaq mulia.

Dalam hal ini akhlak mulia adalah berani (syaja’ah) dan perwira atau siap

menjaga kehormatan (‘iffah). Dengan demikian induk dari akhlak mulia itu

meliputi arif bijaksana, berani, perwira dan adil (hikmah, syaja’ah, ‘iffah dan

‘adalah) ajaran akhlak yang di dasarkan pada al-Qur’an dan Sunnah tersebut

sebenarnya telah dipraktekkan dalam kehidupan manusia dari masa ke masa.

1

(20)

Tetapi untuk mewujudkan akhlak mulia dalam realitas kehidupan sehari-hari

tidaklah mudah semudah membalikkan telapak tangan.

Dalam konteks Indonesia pada masa kini, dari sudut akhlak mulia

seringkali kita mengamati fenomena yang memperihatinkan. Di hadapan mata

kita terpampang realitas yang sering tidak masuk akal. Akhlak mulia dan budi

pekerti luhur baik pada tingkat individual maupun sosial, seolah-olah

tenggelam, dan kemerosotan akhlak dipertontonkan banyak kalangan

masyarakat akhir-akhir ini. Berdasarkan gejala kemerosotan itu misalnya

semakin mudahnya masyarakat, terutama generasi muda, dalam

mengkonsumsi minuman keras, narkoba dan obat terlarang lainnya; banyak

kasus bentrokan, tawuran pelajar baik di lingkungan sekolah maupun diluar

sekolah, sehingga proses belajar mengajar terganggu.

Menurut data kepolisian, merebaknya kasus narkoba selalu diiringi

dengan merebaknya berbagai tindakan kejahatan, inilah bahaya secara sosial.

Bisa dibayangkan jika pengguna narkoba semakin banyak, berarti tingkat

kejahatan akan semakin banyak.

Saat ini menurut data kepolisian para pecandu narkoba sudah mencapai

2% dari seluruh penduduk Indonesia. Jika seluruh penduduk Indonesia

berjumlah 200 juta, berarti ada 4 juta pecandu narkoba di Indonesia yang

sebagian besar penggunanya adalah remaja. Data ini sebagaimana diakui

Kapolri hanya sebagian kecil saja yang berhasil di data, sementara data

sebenarnya jauh lebih banyak dari yang diketahui.2 Sedangkan data yang diperoleh LSM di Jabotabek ada 40% remaja yang suka sekali menonton film

porno, 28% remaja yang suka berjudi, 25% peminum alcohol dan 14%

pecandu narkoba dari jumlah responden adalah 5.860 remaja yang berusia

13-21 tahun.3

Masalah akhlak dalam kemajuan teknologi yang modern ini semakin

penting dan mendesak untuk dikaji dan diperlukan kumpulan fakta-fakta yang

menunjukkan bahwa kemajuan teknologi tersebut membawa lebih banyak

2

Abu al-Ghifari,Romantika Remaja, (Bandung: Mujahid Press, 2004), Cet. VIII, h. 69

3

(21)

dampak negatif disamping membawa dampak positif bagi peradaban manusia.

Pendidikan Agama Islam yang berfokus meliputi akhlak, aspek al-Qur'an,

aspek aqidah, syariah dan tarikh yang ada di sekolah menjadi tumpuan

pembinaan dan perbaikan moral para siswa. Namun selama ini masih saja

terdengar bahwa pendidikan agama masih cenderung pada perkembangan

aspek kognitif dan psikomotorik saja, sedangkan aspek afektif dilupakan.

Seharusnya pendidikan itu menyumbangkan ketiga ranah tersebut agar para

siswa dapat terhindar dari perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji.

Pendidikan benar-benar merupakan latihan fisik, mental, dan moral bagi

individu-individu, agar mereka menjadi manusia yang berbudaya. Dengan

pendidikan, individu-individu itu diharapkan mampu memenuhi tugasnya

sebagai manusia yang diciptakan Allah, sebagai makhluk yang sempurna dan

terpilih sebagai khalifah-Nya di bumi, menjadi warga yang berarti dan

bermanfaat bagi suatu negara. Seperti yang ditegaskan Azyumardi, pendidikan

lebih daripada sekedar pengajaran. Pendidikan adalah suatu proses di mana

suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri di

antara individu-individu.4

Sekolah bukan hanya sekedar tempat belajar (transfer of knowladge),

namun sekaligus juga tempat memperoleh pendidikan termasuk pendidikan

karakter (character building). Dalam dunia pendidikan tidak hanya

semata-mata mengarahkan pengajaran pada pembinaan intelektual dan keterampilan,

tapi juga pendidikan yang berupaya membentuk kepribadian manusia yang

luhur dan mulia.

Pembentukan dan pendidikan karakter melalui Pendidikan Agama

Islam di sekolah merupakan usaha mulia. Sekolah bertanggung jawab bukan

hanya dalam menciptakan peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan

dan teknologi, tetapi juga dalam pembentukan karakter dan kepribadian yang

sesuai dengan nilai-nilai agama. Dalam konteks ini, Zakiyah Darajat

menyatakan bahwa sekolah diharapkan dapat menjadi lapangan yang baik

4

(22)

bagi pertumbuhan kepribadian anak-anak, di samping sebagai tempat untuk

mendapatkan ilmu pengetahuan yang akan memupuk kecerdasannya.5 Dengan kata lain, sekolah diharapkan menjadi lapangan sosial bagi anak-anak di mana

pertumbuhan kepribadian, moral, sosial dan segala aspek kepribadian dapat

berkembang, tidak terbatas pada aspek kognisi saja.

Di samping itu, salah satu tugas para pendidik adalah mendidik akhlak

dan jiwa para siswa, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan

mereka dengan kesopanan, mempersiapkan mereka suatu kehidupan yang

suci, ikhlas dan jujur. Anak-anak selain membutuhkan kekuatan akali atau

ilmu pengetahuan tapi ia juga membutuhkan pendidikan budi pekerti,

perasaan, kemauan dan kepribadian.

Dalam hal ini, al-Ghazali banyak mengungkapkan tentang hakikat dan

perilaku manusia. al-Ghazali memandang bahwa baik-buruk akhlak yang

ditampilkan seseorang itu adalah cerminan dari kepribadiannya, karena

manusia memiliki struktur jiwa yang terdiri dari nafsu, akal dan kalbu.

Akhlak merupakan pengalaman yang berhubungan dengan pribadi batin

manusia, dalam usahanya untuk memperoleh keutamaan-keutamaan ruhaniah,

dan menghilangkan sifat-sifat buruk yang ada di dalam diri manusia itu. Oleh

karena itu, manusia bisa dinilai baik buruknya melalui akhlaknya.

Untuk mengatasi penyakit-penyakit mental dan sosial yang terdapat

pada anak-anak sekarang ini, maka harus ada sebuah penanggulangan yang

serius dari semua kalangan seperti halnya membina, melatih, dan

membiasakan kembali mental rohani melalui aktifitas pendidikan agama yang

mampu membangun moral akhlak dan budi pekerti. Dalam kaitan ini, penulis

merasa perlu membahas masalah tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul:

“Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembiasaan Akhlak Karimah Siswa SMK Khazanah Kebajikan Pondok Cabe Ilir.”

5

(23)

B. Identifikasi Masalah

Penulis mengidentifikasi ada beberapa masalah yang berkaitan dengan

judul skripsi penulis, yaitu

1. Bagaimana aktifitas Pendidikan Agama Islam yang diterapkan di SMK

Khazanah Kebajikan?

2. Bagaimana efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMK Khazanah

Kebajikan?

3. Bagaimana sendi-sendi akhlak yang ada di SMK Khazanah Kebajikan?

4. Bagaimana perilaku siswa di keluarga, sekolah dan masyarakat?

5. Bagaimana pembiasaan akhlak karimah siswa dalam kehidupan

sehari-hari?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengingat kajian pembahasan dari identifikasi masalah dalam skripsi

ini cukup luas, dan agar penelitian ini menjadi terarah dan tidak bias, maka

penulis membatasi masalah-masalahnya pada:

1. Aktifitas Pendidikan Agama Islam di SMK Khazanah Kebajikan

2. Pembiasaan akhlak karimah siswa SMK Khazanah Kebajikan dalam

kehidupan sehari-hari

Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka

perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana

pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembiasaan akhlak karimah siswa

SMK Khazanah Kebajikan”.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembiasaan akhlak karimah

(24)

2. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a. Penulis, dalam rangka menambah wawasan dan keilmuan tentang

pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembiasaan akhlak siswa.

b. Para praktisi pendidikan, khususnya praktisi pendidikan agama Islam,

sebagai informasi yang positif dalam rangka meningkatkan dan

membentuk akhlak karimah para siswa.

E. Sistematika Penulisan

Untuk lebih dapat memberikan penjelasan dengan lebih sistematis, dan

untuk dapat melihat persoalan dengan lebih objektif, maka penulis menyusun

skripsi ini berdasarkan urutan sebagai berikut:

Bab pertama, merupakan sebuah pengantar dari penelitian yang

berjudul pengaruh pendidikan agama Islam terhadap akhlak karimah siswa

SMK Khazanah Kebajikan, yang menjelaskan latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua, merupakan landasan teori atau acuan yang digunakan

penulis pada penelitian skripsi ini, yang terdiri pembahasan mengenai

Pendidikan Agama Islam, yang meliputi, pengertian, tujuan, ruang lingkup,

dan metode Pendidikan Agama Islam. Juga membahas tentang akhlakul

karimah yang meliputi pengertian akhlakul karimah, sendi-sendi akhlak,

muara akhlak, dan pembinaan manusia menuju akhlak mulia.

Bab ketiga, akan membahas mengenai metodologi penelitian yang

meliputi tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, kerangka penelitian,

dan hipotesis.

Bab keempat, akan membahas mengenai hasil penelitian yang meliputi

gambaran umum tentang SMK Khazanah Kebajikan, pelaksanaan pendidikan

di SMK Khazanah Kebajikan, deskripsi data, uji hipotesis, dan interpretasi

(25)

Bab kelima, merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan dari

sebuah penelitian yang dilakukan oleh penulis, dan saran untukstakeholders.

Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

(26)

9

A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pengertian pendidikan berbeda dengan pengertian pengajaran,

namun sering kali diartikan sama. Secara etimologi, kata pendidikan yang

kita gunakan sekarang dalam bahasa Arab adalah ‘tarbiyah’, dengan kata

kerja ‘rabba’. Kata pengajaran dalam bahasa Arab adalah ‘ta’lim’dengan

kata kerja‘allama’.1

Setelah melihat pengertian secara etimologi di atas, maka

terlihatlah perbedaan pengertian pendidikan dengan pengajaran.

Pendidikan bukan pengajaran karena materi pelajaran yang diajarkan tidak

semata-mata untuk diketahui saja tetapi juga untuk diamalkan.

M. Arifin mengatakan bahwa pada hakekatnya pendidikan adalah

“usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan

mengembangkan kepribadian serta kemampuan anak didik dalam bentuk

pendidikan formal dan non formal.”2

1

Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. I, h. 25.

2

(27)

Sedangkan menurut Zuhairini, dkk. bahwa mendidik adalah

menanamkan tabiat yang baik agar anak-anak mempunyai sifat yang baik

dan berpribadi utama.”3

Ahmad D. Marimba merumuskan bahwa pendidikan adalah

“Bimbingan atau pinjaman secara sadar oleh si pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

kepribadian utama.”4

Gagasan utama pendidikan, termasuk di dalamnya pendidikan

Agama Islam, terletak pada pandangan bahwa setiap manusia mempunyai

nilai positif tentang kecerdasan, daya kreatif, dan keluhuran budi. Peran

pendidikan adalah bagaimana nilai positif ini tumbuh menguat. Pendidikan

yang tidak melahirkan pribadi yang berperilaku positif bisa dipastikan

gagal, dan sistem pendidikan seperti ini sudah sepatutnya untuk

direformasi.

Semua yang telah dicapai para ahli pendidikan sebelum al-Ghazali

dan ahli lainnya di berbagai bidang yang berkaitan dengan manusia dan

masyarakat, dan semua yang dicapai oleh para ahli pendidikan

kontemporer setelah terpaut hampir seribu tahun dengan al-Ghazali,

tersimpul dalam ungkapan al-Ghazali5dalam sebuah ungkapan ringkas:

َﺗﺎَﺒﱠﻨﻟا ُجِﺮُْﳜَو َكْﻮﱠﺸﻟا ُﻊَﻠْﻘَـﻳ ْىِﺬﱠﻟا ِحﱠﻼَﻔْﻟا َﻞْﻌِﻓ ُﻪِﺒْﺸُﻳ ِﺔﱠﻴِﺑْﺮﱠـﺘﻟا َﲎْﻌَﻣَو

ِتﺎ

.ُﻪُﻌْـﻳَر َﻞُﻤْﻜَﻳَو ُﻪُﺗﺎَﺒَـﻧ َﻦُﺴْﺤَﻴِﻟ ِعْرﱠﺰﻟا ِْﲔَـﺑ ْﻦِﻣ ِﺔﱠﻴِﺒَﻨْﺟَﻷْا

Artinya: “Makna pendidikan (tarbiyah) sama dengan pekerjaan seorang petani yang mencabuti duri-duri dan mengeluarkan tumbuh-tumbuhan liar dari tanamannya supaya tanamannya subur dan memuaskan”.

3

Zuhairini,Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam.(Surabaya: Usaha Nasional, 1978), Cet. II, h. 27.

4

Ahmad D. Marimba,Pengantar Filsafat Pendidikan Agama.(Bandung: PT.Maaf, 1987) Cet. VIII, h. 19.

5

(28)

Dari ungkapan al-Ghazali yang ringkas tersebut mengandung

pengertian bahwa pendidikan adalah kegiatan atau usaha yang disengaja

oleh seorang pendidik untuk mengeluarkan akhlak yang buruk dari diri

anak didik dan menggantinya dengan akhlak yang mulia. Bentuk kegiatan

atau usaha tersebut meliputi bimbingan, pengajaran dan latihan atau

pembiasaan dalam rangka membersihkan jiwa dari akhlak yang buruk

sehingga terbentuk kepribadian yang utama berdasarkan ajaran Islam.

Sedangkan dalam konteks Pendidikan Agama Islam, pendidikan

dapat diartikan sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengisi

peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang

diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik

hasilnya di akhirat.6

Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan rohani

berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian

utama menurut ukuran-ukuran Islam. Kepribadian utama yang dimaksud

adalah kepribadian muslim.7

Hal ini senada dengan pengertian yang diungkapkan oleh

Zuhairini, dkk. bahwa Pendidikan Agama Islam adalah: “Usaha-usaha

secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka

hidup sesuai dengan ajaran Islam.”8

Direktorat Pembinaan Agama Islam pada Sekolah Umum Negeri

(Ditbinpaisun) menjelaskan bahwa Pendidikan Islam adalah:

“Suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung dalam Islam secara keseluruhan. Menghayati makna dan maksud serta manjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya sebagai

6

Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1980), h. 944.

7

Ahmad D. Marimba,Pengantar Filsafat Pendidikan Agama.(Bandung: PT.Maaf, 1987) Cet. VIII, h. 83.

8

(29)

pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan kebahagian dunia akhirat kelak”9

Dengan adanya berbagai pendapat tentang Pendidikan Agama

Islam di atas, dapat dirumuskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah

suatu usaha dalam membimbing dan mengembangkan kepribadian anak

didik agar selalu berbuat atau bertingkah laku sesuai dengan ajaran Agama

Islam sebagai pedoman bagi kehidupannya sehingga mereka selamat dunia

dan akhirat.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Proses pendidikan pada intinya merupakan interaksi antara

pendidik (guru) dan peserta didik (murid) untuk mencapai tujuan-tujuan

pendidikannya yang telah ditetapkan.10 Tujuan pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting karena merupakan arah yang hendak

dituju oleh pendidikan itu sendiri.

Tujuan Pendidikan Agama Islam itu sendiri menurut M. Arifin.

Adalah: “Perwujudan nilai-nilai Islami dalam pribadi manusia pendidikan

yang diikhtiarkan oleh pendidikan muslim melalui proses yang terminal

pada hasil (produk) yang berkepribadian Islam yang beriman, bertaqwa

dan berilmu pengetahuan yang sanggup mengembangkan dirinya menjadi

hamba Allah yang taat.”11

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa tujuan pendidikan

bukan hanya mengisi anak didik dengan ilmu pengetahuan dan

mengembangkan keterampilannya, tetapi juga mengembangkan aspek

moral dan agamanya, dengan membersihkan jiwa dari akhlak yang buruk

dan menggantinya dengan akhlak yang mulia. Konsekuensinya,

pendidikan bertujuan untuk membentuk pribadi dan akhlak yang mulia.

9

Departemen Agama RI, Ilmu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Ditjen Binbaga Islam, 1982/1983), h. 83.

10

Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), Cet. I, h. 191.

11

(30)

Dengan kata lain, tujuan pendidikan itu harus mencakup tiga aspek, yaitu

aspek kognitif, yang meliputi pembinaan nalar, seperti kecerdasan,

kepandaian dan daya pikir; aspek afektif, yang meliputi pembinaan hati,

seperti pengembangan rasa, kalbu dan rohani; dan aspek psikomotorik,

yaitu pembinaan jasmani, seperti kesehatan badan dan keterampilan.12 Sedangkan menurut al-Ghazali, tujuan akhir dari Pendidikan

Agama Islam itu ada dua, yaitu:13

a. Mencapai kesempurnaan manusia untuk mendekatkan diri kepada

Allah SWT. dengan sedekat-dekatnya.

b. Mencapai kesempurnaan manusia untuk meraih kebahagiaan di dunia

dan akhirat.

Tujuan akhir Pendidikan Agama Islam ini tidak terlepas dari tujuan

hidup manusia dalam Islam, yakni untuk menciptakan pribadi-pribadi

hamba Allah yang selalu bertakwa kepada-Nya, dan dapat mencapai

kehidupan berbahagia di dunia dan akhirat.14 Sebagaimana yang digariskan dalam al-Qur’an:15

ﺔﻳراﺬﻟا) ِنوُﺪُﺒْﻌَـﻴِﻟ ﻻِإ َﺲْﻧﻹاَو ﱠﻦِْﳉا ُﺖْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻣَو

/

٥٦

:

٥۱

(

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51] : 56)

ﱠـﺗا اﻮُﻨَﻣآ َﻦﻳِﺬﱠﻟا ﺎَﻬﱡـﻳَأ ﺎَﻳ

َنﻮُﻤِﻠْﺴُﻣ ْﻢُﺘْـﻧَأَو ﱠﻻِإ ﱠﻦُﺗﻮَُﲤ ﻻَو ِﻪِﺗﺎَﻘُـﺗ ﱠﻖَﺣ َﷲا اﻮُﻘ

)

ناﺮﻤﻋ لآ

/

۳

:

۱٠٢

(

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali

12

Muhaimin dan Abdul Mujib,Pemikiran Pendidikan Islam,(Bandung: Trigenda Karya, 1993), h. 20.

13

Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, (Semarang: Maktabah wa Mathba’ah Toha Putera, tt), jilid I, h. 15.

14

Muhammad Natsir,Kapita Selekta, (Bandung: Van Hoeve, 1965), h. 46; Bandingkan dengan Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru,

(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. I, h. 8.

15

(31)

kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran [3] : 102)

Makna dan tujuan hidup manusia dalam agama Islam juga

diperintahkan oleh Allah untuk dikemukakan dalam do’a pembukaan

(iftitah) setiap shalat.16

ﺎَﻣَو ﺎًﻔﻴِﻨَﺣ َﻢﻴِﻫاَﺮْـﺑِإ َﺔﱠﻠِﻣ ﺎًﻤَﻴِﻗ ﺎًﻨﻳِد ٍﻢﻴِﻘَﺘْﺴُﻣ ٍطاَﺮِﺻ َﱃِإ ﱢﰊَر ِﱐاَﺪَﻫ ِﲏﱠﻧِإ ْﻞُﻗ

ﱢبَر ِﷲ ِ ِﰐﺎََﳑَو َيﺎَﻴَْﳏَو ﻲِﻜُﺴُﻧَو ِﰐﻼَﺻ ﱠنِإ ْﻞُﻗ . َﲔِﻛِﺮْﺸُﻤْﻟا َﻦِﻣ َنﺎَﻛ

َﲔِﻤَﻟﺎَﻌْﻟا

مﺎﻌﻧﻷا)

/

٦

:

۱٦۲

-۱٦۱

(

Artinya: "Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik". Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”(QS. Al-An’am [6] : 161-162)

Menurut al-Ghazali, pendidikan yang benar, merupakan sarana

untuk bertakwa dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Pendidikan juga

dapat mengantarkan manusia untuk menggapai kebahagiaan di dunia dan

akhirat. Namun demikian, menurut al-Ghazali kebahagiaan di dunia yang

fana ini hanya sekedar faktor suplementer bagi pencapaian kebahagiaan

akhirat yang abadi.

Dengan demikian hubungan vertikal (hablu minallah) dan

hubungan horizontal (hablu minannas) menjadi seimbang, sebagaimana

dinyatakan oleh M. quraish Shihab bahwa:

Manusia sebagai sasaran pendidikan pada dasarnya memiliki unsur-unsur material (jasmani) dan immaterial (akal dan jiwa). Membina akalnya akan menghasilkan ilmu pengetahuan, mendidik jiwanya akan menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan membina jasmaninya akan menghasilkan keterampilan, sehingga dengan membina seluruh unsur-unsur yang terdiri dari materi dan immateri tersebut akan menghasilkan makhluk yang dwidimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu dan iman.17

16

A. Malik Fadjar,Reorientasi Pendidikan Islam,(Jakarta: Fajar Dunia, 1999), Cet. I, h. 2

17

(32)

Dengan demikian, pendidikan agama Islam selain bertujuan untuk

menyiapkan segala hal untuk kehidupan akhirat, juga menyiapkan insan

yang saleh yang memenuhi syarat untuk menjadi khalifah di muka bumi.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan agama Islam meliputi;

keimanan, ibadah, al-Qur’an dan akhlak. Namun, pada Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) di samping empat unsur itu, unsur pokok muamalah dan

syari’ah lebih dikembangkan lagi.

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,

keselarasan dan keseimbangan antara :

a. Hubungan manusia dengan Allahswt.

b. Hubungan manusia dengan manusia.

c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.18

4. Metode dalam Pendidikan Agama Islam

Untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan Agama Islam yang

telah disinggung di atas, maka diperlukan metode pendidikan yang tepat

sehingga tujuan-tujuan tersebut dapat tercapai.

Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani,

metodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata, metha yang berarti melalui

atau melewati, danhodos yang berarti jalan atau cara. Jadi metode berarti

suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.19

Dari definisi di atas, maka metode Pendidikan Agama Islam

adalah: “Suatu cara yang dilalui oleh guru agama secara sadar, teratur dan

18

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum Pendidikan Dasar, (Jakarta: Dirjen Dikdasmen, 1993), h. 2.

19

(33)

bertujuan untuk menyampaikan bahan pendidikan agama Islam kepada

siswa.

Dalam dunia pendidikan, banyak dikenal metode-metode atau

cara-cara yang digunakan agar tujuan pendidikan itu dapat tercapai, diantaranya

adalah metode hafalan, metode perumpamaan, metode teladan, metode

kisah, metode nasihat, metode pembiasaan, metode hukuman dan

ganjaran.20 Sedangkan dalam Pendidikan Agama Islam, metode yang dapat dipergunakan antara lain metode ceramah, metode tanya jawab,

metode diskusi, metode pemberian tugas, metode demonstrasi, metode

latihan, dan metode dramatisasi.21

Dalam pemakaian metode-metode di atas, seorang guru dituntut

untuk dapat memilih metode yang tepat dan sesuai dengan bahan atau

materi yang disampaikan. Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang

beberapa metode yang sering dipakai dalam mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam.

a. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah suatu metode di dalam pendidikan

dengan cara menyampaikan pengertian-pengertian pada anak didik

dengan jalan menerangkan dan penuturan secara lisan.

Untuk penjelasan dan uraiannya, guru dapat mempergunakan

alat-alat bantu pengajaran, misalnya gambar, data, peta, denah, dan alat

peraga lainnya.

Penggunaan metode ceramah dalam pendidikan agama Islam,

hampir semua bahan atau materi pendidikan agama Islam dapat

mempergunakan ini, baik yang menyangkut masalah akidah, syari’ah,

maupun akhlak. Hanya saja pelaksanaan harus dilengkapi dengan

metode-metode lain yang sesuai. Metode ceramah ini banyak dipakai

oleh rasul dalam menyampaikan dakwahnya. Hal ini dapat kita lihat

20

Nur Uhbiyati,Ilmu Pendidikan Islam I,(Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 153, 226.

21

(34)

misalnya sebelum Nabi Musa menjalankan tugas dakwahnya, beliau

berdoa:

َلﺎَﻗ

ِﱏ ﺎَﺴِﻟ ْﻦِﻣ َةَﺪْﻘُﻋ ْﻞُﻠْﺣاَو ىِﺮْﻣَأ ِﱃْﺮﱢﺴَﻳَو ىِرْﺪَﺻ ِﱃ ْحَﺮْﺷا ﱢبَر

ِﱃْﻮَـﻗ اْﻮُﻬَﻘْﻔَـﻳ

Artinya: “Berkata Musa: ya Tuhan-ku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuanku dari lidahku supaya mereka mengerti dari perkataanku.”22

Selain itu hampir semua bahan atau materi dakwah Nabi

Muhammad SAW disampaikan melalui metode ceramah.

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang

disampaikan oleh guru dengan cara mengajukan berbagai pertanyaan

kepada murid dan murid menjawab pertanyaan guru tersebut dengan

baik.

Metode dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan,

fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan dan untuk merangsang perhatian

murid-murid dengan berbagai cara sebagai appersepsi, selingan dan

evaluasi.

Metode tanya jawab banyak dipakai pada pendidikan agama

Islam dalam hubungannya dengan materi pelajaran agama yang

meliputi akidah, syari’ah dan akhlak. Bahkan ketiga inti ajaran Islam

tersebut disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad

dengan melalui Tanya jawab.

c. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu metode di dalamnya mempelajari

bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya,

sehingga membuahkan pengertian serta perubahan tingkah laku.

22

(35)

Metode ini dimaksudkan untuk merangsang murid berpikir dan

mengeluarkan pendapat sendiri serta ikut menyumbang pikiran dalam

satu masalah bersama yang tergantung banyak

kemungkinan-kemungkinan jawabannya.

Dalam ajaran Islam banyak menunjukkan pentingnya metode

diskusi dipergunakan dalam pendidikan agama Islam. Allah

mengajarkan agar segala sesuatu dipecahkan atas dasar musyawarah,

sesuai dengan firman-Nya:

ْﻢُﻫْرِوﺎَﺷَو

ِﺮْﻣَﻷْا ِﰲ

)

:ناﺮﻤﻋ لآ

١٥۹

(

Artinya: “…Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”23(QS. Ali Imran : 159)

Dalam pendidikan agama Islam, metode diskusi ini banyak

dipergunakan dalam bidang syari’ah dan akhlak. Sedangkan masalah

keimanan (aqidah) kurang sesuai apabila metode ini digunakan.

d. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah metode mengajar dengan cara

murid diberi tugas khusus oleh guru di luar jam pelajaran.

Dalam pelaksanaan metode ini anak-anak dapat mengerjakan

tugasnya di mana saja seperti di rumah, di perpustakaan, di

laboratorium, di ruang praktikum untuk dipertanggung jawabkan

kepada guru di kelas.

Dalam pendidikan agama Islam metode ini dipergunakan dalam

hal yang bersifat praktis. Misalnya, menjelang hari raya, mereka diberi

tugas untuk mengumpulkan zakat fitrah (sebagai amil). Setelah selesai

mereka harus mempertanggung jawabkan tugasnya dengan membuat

laporan kepada guru.

23

(36)

e. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dengan cara

seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri

memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu

kaifiyah melakukan sesuatu, misalnya cara mengambil wudhu, cara

mengerjakan salat jenazah dan sebagainya.

Di dalam pendidikan agama Islam metode demonstrasi banyak

digunakan terutama dalam menerangkan tentang cara mengerjakan

suatu ibadah, misalnya shalat, haji, tayamum, dan sebagainya.

f. Metode Latihan

Metode latihan adalah suatu metode dalam pendidikan dan

pengajaran dengan jalan melatih anak-anak terhadap bahan pelajaran

yang sudah diberikan.

Metode latihan biasanya digunakan dalam pelajaran-pelajaran

yang bersifat motoris seperti pelajaran menulis, pelajaran bahasa dan

pelajaran keterampilan, dan pelajaran-pelajaran yang bersifat

kecakapan mental dalam arti melatih anak-anak berpikir cepat.

Dalam pendidikan agama Islam, metode ini sering dipakai

untuk melatih ulangan pelajaran al-Qur’an dan praktek ibadah.

g. Metode Dramatisasi

Metode dramatisasi adalah suatu metode mengajar dengan cara

siswa memerankan atau mendramakan sesuatu dalam hubungannya

dengan kehidupan

Metode ini digunakan dalam pendidikan agama Islam, terutama

dalam bidang akhlak dan sejarah Islam. Dengan metode ini anak-anak

akan lebih bisa menghayati tentang pelajaran yang diberikan, misalnya

dalam menerangkan sikap seseorang muslim terhadap fakir miskin

atau dalam merekonstruksikan peristiwa sejarah Islam, umpamanya

tentang peristiwa awal mulanya Umar bin Khattab memeluk agama

(37)

Menurut penulis agama Islam sangatlah mementingkan pendidikan

kebiasaan, dengan pembiasaan itulah diharapkan peserta didik

mengamalkan ajaran agamanya secara berkelanjutan. Beberapa metode

pengajaran dalam Pendidikan Agama Islam diatas, yang perlu untuk

dipilih dan lebih banyak digunakan dalam pembiasaan antara lain: metode

latihan (Drill), metode pemberian tugas, metode demonstrasi dan metode

eksperimen.

B. Akhlak Karimah

1. Pengertian Akhlak Karimah

Kata akhlak secara etimologi (lughatan) adalah bentuk jamak dari

khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.24Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata “akhlak memiliki arti yang sama

dengan budi pekerti, watak, dan tabi’at.25

Sinonim dari budi pekerti adalah etika dan moral. Etika berasal dari

bahasa Itali ‘etos’ yang berarti kebiasaan, dan moral juga berasal dari bahasa

Latin ’mores’ yang berarti kebiasaan.26

Adapun pengertian akhlak secara terminologi menurut Ibnu

Miskawaih dalam bukunyaTahdzibu al-Akhlak wa That-hirul A’raqialah:

َﻌْـﻓَأ ﺎََﳍ ٌﺔَﻴِﻋاَد ِﺲْﻔﱠـﻨﻠِﻟ ٌلﺎَﺣ : ﻖﻠﳋا

ٍﺔَﻳِوُرَوٍﺮْﻜِﻓِْﲑَﻏ ْﻦِﻣ ﺎََﳍﺎ

Artinya: “Akhlak itu adalah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.”27

Sedangkan al-Ghazali dalam bukunya Ihya ‘Ulumuddin

menyatakan :

24

Louis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-I’lam,(Beirut: Dar al-Masyriq, 1989), Cet. XXVIII, h. 164

25

Poerwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta: Pusat Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa Indonesia. PN. Balai Pustaka, 1985), h. 8.

26

Rahmat Djatmika,Sistem Etika Islami,(Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), h. 26.

27

(38)

ٍﺔَﻟْﻮُﻬُﺴِﺑ ُلﺎَﻌْـﻓَﻷاُرُﺪْﺼَﺗﺎَﻬْـﻨَﻋ ٍﺔَﺨَﺳاَر ِﺲْﻔﱠـﻨﻟا ِﰱ ٍﺔَﺌْﻴَﻫ ْﻦَﻋ ٌةَرﺎَﺒِﻋ ُﻖُﻠُْﳋﺎَﻓ

ٍﺮْﺴُﻳَو

ٍﺔَﻳِوُرَو ٍﺮْﻜَﻓ َﱃِإ ٍﺔَﺟﺎَﺣِْﲑَﻏ ْﻦِﻣ

Artinya: “Akhlak Adalah suatu sikap (hay’ah) yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”28

Dari keterangan diatas, jelaslah bahwa akhlak itu harus bersifat

konstan, spontan, tidak temporer dan tidak memerlukan pemikiran dan

pertimbangan serta dorongan dari luar.29

Akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang

mengatur hubungan antara sesama manusia, tetapi juga norma yang

mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam

semesta sekalipun.30

Baik kata akhlak atau khuluq kedua-duanya dijumpai pemakaiannya

di dalam al-Qur’an maupun Hadits sebagai mana terlihat di dalam ayat dan

hadits berikut ini:

َﻚﱠﻧِإَو

ﻠَﻌَﻟ

َﻰ

ٍﻖُﻠُﺧ

ٍﻢﻴِﻈَﻋ

ا)

ﻢﻠﻘﻟ

/

٦٨

:

٤

(

Artinya: “Dan sesunguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(Q.S. al-Qalam/68 : 4)

ُﻞَﻤْﻛأ

َْﲔِﻨِﻣْﺆُﳌا

ﺎًﻧﺎَْﳝِإ

ْﻢُﻬُـﻨَﺴْﺣَأ

ﺎًﻘُﻠُﺧ

)

ﻩاور

ـﻣﱰﻟا

ى

(

Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang sempurna budi pekerti.”(H.R. Turmuzi)

28

Abu Hamid Muhammad al-Ghazali,Ihya’ ‘Ulum ad-Din, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1989), jilid III, h. 58

29

Yunahar Ilyas,Kuliah Akhlak,(Yogyakarta: LPPI, 1999), Cet. I, h. 8

30

(39)

al-Ghazali memberikan definisiakhlaksebagai berikut:

ٌةَرﺎَﺒِﻋ

ْﻦَﻋ

ٍﺔَﺌْﻴَﻫ

ِﰲ

ِﺲْﻔﱠـﻨﻟا

ٌﺔَﺨِﺳاَر

,

ﺎَﻬْـﻨَﻋ

ُرُﺪْﺼَﺗ

َلﺎَﻌْـﻓَﻷا

ْﻮُﻬُﺴِﺑ

ٍﺔَﻟ

ٍﺮْﺴُﻳَو

ْﻦِﻣ

ٍﺔَﺟﺎَﺣِْﲑَﻏ

َﱃِإ

ٍﺮْﻜِﻓ

ٍﺔﱠﻳِوَرَو

,

ْنِﺈَﻓ

ْﺖَﻧﺎَﻛ

ُﺔَﺌْﻴَﳍا

ُﺚْﻴَِﲝ

ُرُﺪْﺼَﺗ

ﺎَﻬْـﻨَﻋ

ُلﺎَﻌْـﻓَﻷا

ُﺔَﻠْـﻴِﻤَﳉا

ُةَﺪُﻤْﺤَﳌا

ًﻼْﻘَﻋ

ﺎًﻋْﺮَﺷَو

ْﺖَﻴُِﲰ

َﻚْﻠِﺗ

ُﺔَﺌْﻴَﳍا

َوﺎًﻨَﺴَﺣﺎًﻘُﻠُﺧ

ْنِإ

َنﺎَﻛ

ُرِدﺎﱠﺼﻟا

ﺎَﻬْـﻨَﻋ

ُلﺎَﻌْـﻓَﻷا

ُﺔَﺤْﻴِﺒَﻘﻟا

ْﺖَﻴُِﲰ

ُﺔَﺌْﻴَﳍا

ِﱴﱠﻟا

َﻲِﻫ

ُرَﺪْﺼَﳌا

ًﻘْﻠُﺣ

ًﺎﺌْﻴَﺳ

Artinya: “Adalah suatu sikap (hay’ah) yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara’, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.”31

Berdasarkan definisi akhlak diatas, maka akhlak yang mulia ( al-Akhlak al-Karimah/al-Mahmudah), yaitu kondisi kejiwaan seseorang yang

senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai

positif dan kondusif bagi kemaslahatan umat. Dengan demikian maka setiap

perbuatan positif yang dilakukan seseorang secara sadar menyangkut

pertanggung jawabannya dengan Tuhan.

2. Sendi-Sendi Akhlak

Dalam wujud pengamalannya, akhlak dapat dibedakan menjadi dua

bagian, yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Jika sesuai dengan perintah

Allah SWT dan Rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik,

maka itulah yang dinamakan akhlak tepuji. Sedangkan jika ia sesuai dengan

apa yang dilarang Allah SWT dan Rasul-Nya dan melahirkan

perbuatan-31

(40)

perbuatan yang buruk, maka itulah yang dinamakan akhlak tercela.32Berikut penjelasan mengenai kedua akhlak tersebut:

a) Akhlak Terpuji

Mengenai akhlak yang terpuji ada empat sendi yang cukup

mendasar dan menjadi induk seluruh akhlak. al-Ghazali dalam hubungan

ini mengatakan:

…Seperti demikian pula pada batiniah itu ada empat sendi. Tidak boleh tidak, harus bagus semuanya, sehingga sempurnalah kebagusan akhlak. Apabila sendi yang empat itu lurus, betul dan sesuai, niscaya berhasillah kebagusan akhlak. Yaitu: kekuatan ilmu, kekuatan marah, kekuatan nafsu syahwat, dan kekuatan keseimbangan diantara kekuatan yang tiga tersebut.33

Induk-induk akhlak yang baik (ummahat mahasin al-akhlak)

adalah sebagai berikut:

1) Kekuatan ilmu, yaitu kebaikannya terletak pada kekuatan ilmu.

Dengan kekuatan ilmu itu akan mudah untuk mengetahui perbedaan

kondisi jiwa seseorang antara yang jujur dan yang berdusta dalam

perkataan, antara yang benar dan yang bathil dalam beri’tikad dan

diantara yang baik dan yang buruk dalam perbuatan.34 Maka apabila kekuatan ilmu ini baik niscaya akan menuai hikmah dari padanya,

hikmah inilah merupakan pokok dari pada budi pekerti yang baik.

Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT:

ِﰐْﺆُـﻳ

َﺔَﻤْﻜِْﳊا

ﻦَﻣ

ُءﺂَﺸَﻳ

ﻦَﻣَو

َتْﺆُـﻳ

َﺔَﻤْﻜِْﳊا

ْﺪَﻘَـﻓ

َِﰐوُأ

اًﺮْـﻴَﺧ

اًﲑِﺜَﻛ

ُﺮﱠﻛﱠﺬَﻳﺎَﻣَو

ﱠﻻِإ

اﻮُﻟْوُأ

ِبﺎَﺒْﻟَﻷْا

)

: ةﺮﻘﺒﻟا

۲٦٩

(

Artinya: “Barang siapa yang dianugrahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia banyak.” (Q.S. al-Baqarah: 269)

32

Dewan Redaksi, Ensiklopedi al-Qur’an Dunia Islam Modern,(Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2002), h. 135

33

Imam al-Ghazali,Ihya’ ‘Ulumiddin(Terj). (Semarang: CV. Asy Syifa’ 2003), jilid. V, h. 53

34

(41)

2) Kekuatan marah wujudnya adalah syaja’ah (keberanian), maka

kebaikannya berada pada keadaan jiwa yang dapat menundukkan

amarah untuk patuh kepada akal pada waktu dilahirkan atau

dikekang.

3) Kekuatan nafsu syahwat wujudnya adalah ‘iffah (perwira),

kebaikannya ketika syahwat dalam keadaan terdidik oleh akal dan

syariat agama atau (situasi jiwa yang mampu menertibkan nafsu atas

dasar pertimbangan akal dan syariat agama.

4) Kekuatan keseimbangan diantara kekuatan yang tiga diatas wujudnya

ialah adil, yaitu kondisi jiwa yang dapat mengendalikan amarah dan

syahwat sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh akal dan syara’,

posisi akal disini diumpamakan seperti orang yang memberikan

nasehat dan menunjukkan jalan, kekuatan keadilan itu merupakan

suatu kekuasaan. Perumpamaannya seperti anjing buruan yang

memerlukan pendidikan, sehingga lari dan berhentinya itu menurut

isyarat. Tidak menurut kehebatan nafsu syahwatnya sendiri. Nafsu

syahwat itu perumpamaannya seperti kuda yang dinaiki untuk

mencari buruan, sekali waktu kuda itu terlatih dan terdidik dan sekali

waktu kuda itu tidak patuh pada majikannya.35

Dengan demikian, maka pokok-pokok akhlak dan dasar-dasarnya

itu ada empat, yaitu: hikmah, keberanian, menjaga kehormatan diri dan

keadilan. Yang dimaksud hikmah adalah suatu keadaan jiwa yang dapat

dipergunakan untuk mengatur marah dan nafsu syahwat dan

mendorongnya menurut kehendak hikmah.36

Yang dimaksudkan dengan keberanian adalah kekuatan sifat

kemarahan itu dapat ditundukkan. Adapun menjaga kehormatan diri

adalah mendidik kekuatan syahwat dengan didikan akal dan syara’.

35

Imam al-Ghazali,Ihya’ ‘Ulumiddin(Terj). (Semarang: CV. Asy Syifa, 2003), jilid. V, h. 110-111.

36

(42)

Maka apabila keempat pokok ini lurus sesuai dengan akal dan

syara’ akan memunculkan budi pekerti yang baik. Karena dari lurusnya

kekuatan akal bisa menghasilkan penalaran yang baik, sehat, kejernihan

hati, kecerdasan berfikir, kebenaran dugaan, kecerdasan berfikir terhadap

perbuatan-perbuatan yang halus dan bahaya-bahaya jiwaa yang

tersembunyi.

Dari penggunaan akal yang berlebih-lebihan akan menimbulkan

sifat cerdik, jahat, suka menipu, mengicuh dan panjang akal, jika

berkurangnya akal akan menimbulakn kebodohan, tidak punya

kepandaian, dungu dan gila. Yang dimaksudkan dengan tidak punya

kepandaian adalah karena sedikitnya pengalaman dalam segala urusan,

kadang-kadang manusia itu tidak pengalaman dalam satu urusan dan

tidak pada urusan lain. Perbedaan antara dungu dan gila yaitu bilamana

orang yang dungu bermaksudnya benar, tetapi dalam menempuh

kebenarannya itu dengan jalan salah. Maka tidak ada satu pemikiran pun

yang benar dalam menempuh jalan untuk bisa menyampaikan pada apa

yang dimaksudkannya. Adapun gila, yaitu orang yang memilih apa yang

tidak seharusnya ia pilih.

Dari empat sendi akhlak terpuji itu, akan lahirlah suatu

perbuatan-perbuatan baik seperti jujur, suka memberi kepada sesama, berani dalam

kebenaran, menghormati orang lain, sabar, malu, pemurah, memelihara

rahasia, qana’ah (menerima hasil usaha dengan senang hati), menjaga

diri dari hal-hal yang haram dan sebagainya.

Di dalam agama Islam, hal-hal yang terpuji ini betul-betul

mendapat perhatian yang istimewa, sehingga dapat disimpulkan bahwa

Islam itu berisi akhlak terpuji saja, sebagaimana sabda Nabi SAW:

ِإ ﱠن

َﷲا

َﺺَﻠْﺤَﺘْﺳإ

اَﺬَﻫ

َﻦْﻳﱢﺪﻟا

ِﻪِﺴْﻔَـﻨِﻟ

َو َﻻ

ُﻪُﻠْﺴَﻳ

ْﻳِﺪِﺑ

ِﻨ

ْﻢُﻜ

ﱠﻻِإ

ُءﺎَﺨﱠﺴﻟا

)

ﻩاور

ﲎﻄﻗراﺪﻟا

ﻦﻋ

(43)

Artinya: “Sesungguhnya Allah Ta’ala menerima dengan ikhlas agama ini (agama Islam) bagi dirinya. Dan tidak patut bagi agamamu selain kemurahan hati dan kebagusan budi. Dari itu ketauhilah! Maka hiasilah agamamu dengan keduanya.” (H.R. Ad-Duruqutni dari Abi Sa’id al-Khudri)

Sabda Nabi yang lain:

ﱠنِإ

َﷲا

ﱠﻖَﺣ

َمَﻼﺳِﻹا

ِقَﻼْﺧَﻷﺎﺑ

ِﺔَﻨَﺴَﳊاَو

ِلﺎَﻤْﻋَﻷاو

ِتَﺎﳊﺎﱠﺼﻟا

Artinya: “Bahwasanya Allah telah menyelubungi Islam dengan budi-budi mulia dan dengan amal-amal yang baik.”

Selanjutnya kebahagiaan yang abadi pun hanya akan dapat dicapai

atau diraih dengan akhlak yang baik, sabda Nabi mengenai hal itu:

ىِﺬﱠﻟاَو

ﻰ ِﺴْﻔَـﻧ

ِﻩِﺪَﻴِﺑ

,

َﻻ

ُﻞُﺧْﺪَﻳ

َﺔﱠﻨَﳉا

ﱠﻻإ

ُﻦْﺴُﺣ

ِﻖُﻠُﳋا

Artinya: “Demi Tuhan yang diriku ditangan-Nya, tiada masuk surga melainkan orang yang baik akhlak tinggi budi.”37

b) Akhlak Tercela

Pembahasan selanjutnya ialah akhlak yang tercela, untuk akhlak ini

pun ada sendi-sendi yang patut diketahui, yang menjadi sumber

timbulnya perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Sendi-sendi akhlak yang

tercela tersebut merupakan kebalikan dari sendi-sendi akhlak yang

terpuji, yaitu:

1) Khubtsan wa Jarbazah (pura-pura bodoh) danbalhan (bodoh), yaitu

keadaan jiwa yang terlalu pintar sehingga tidak bisa menentukan

mana yang benar dan mana yang salah atau berpura-pura bodoh/tidak

tahu dalam urusanikhtiariah.

2) Tahawwur (sembrono atau berani tapi tanpa perhitungan dan

pemikiran), Jubun (penakut) dan khauran (lemah), yaitu kekuatan

amarah yang tidak bisa dikendalikan walaupun sesuai dengan yang

dikehendaki akal.

37

(44)

3) Syarhan(rakus) danJumud(beku), yaitu keadaan syahwat yang tidak

terdidik oleh akal dan syariat agama, yang mengakibatkan kebekuan.

4) Zalim, yaitu kekuatan syahwat dan amarah yang tidak terbimbing

oleh hikmah, sekaligus kebalikan dari adil.

Keempat sendi-sendi akhlak tercela ini akan melahirkan berbagai

perbuatan buruk yang di kendalikan oleh hawa nafsu seperti congkak,

riya’, mencaci maki, khianat, dusta, dengki, keji, serakah, ‘ujub,

pemarah, malas, membukakan rahasia orang lain, kikir, dan sebagainya

yang kesemuanya akan mendatangkan mudharat dan kerugian bagi

individu dan masyarakat.

Keadaan akhlak ini adalah pangkal yang menentukan corak hidup

manusia, manusia akan mengetahui mana yang baik dan yang buruk,

dapat membedakan yang patut dan tak patut, yang hak dan yang bathil,

boleh dan tidak boleh untuk dilakukan, meskipun ia kuasa atau mampu

untuk melakukannya. Inilah suatu hal yang khusus untuk manusia.

Lain halnya bagi hewan, dalam dunia hewan tidak ada pekerjaan

yang baik dan buruk atau patut dan tak patut. Manusia dengan kelebihan

akalnya dapat mengerti dan menginsyafi dirinya sendiri dan segala

perbuatan yang baik sebelum maupun sesudah ia lakukan sehingga ia

dapat dimintai pertanggung jawaban atas segala tindakannya. Akal pada

manusia inilah yang mewujudkan adanya akhlak, yang sekaligus

merupakan faktor utama pembeda antara hewan dan manusia. Dengan

demikian akal adalah sesuatu yang istimewa pada manusia yang amat

berperan bagi pembinaan akhlak.

Dalam kaitannya dengan besarnya keistimewaan akal itu,

al-Ghazali mengatakan:

(45)

manusia itu akan menggagahinya lantaran keistimewaan manusia memperoleh helah dan daya upaya.”38

Pendapat al-Ghazali tersebut di atas menunjukkan bahwa manusia

mempunyai kelebihan dari hewan karena akalnya, yang kemudian karena

akhlaknya. Jika tanpa akhlak, manusia akan lebih buas dan lebih jahat

daripada hewan, kehidupannya akan kacau. Seperti di ketahui akhlak

adalah suatu ukuran tentang segala perbuatan manusia yang baik maupun

yang buruk untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dalam segala

lingkungan pergaulan. Sekalipun rasa moral yang mendasari akhlak itu

merupakan naluri yang dibawa manusia sejak lahir, namun tidak jarang

setelah ia melihat kenyataan dalam kehidupan, manusia menjadi bimbang

untuk memilih yang baik, hal mana memerlukan petunjuk wahyu.

3. Muara Akhlak

Al-Qur’an dan al-Hadits mendasari seluruh ajaran al-Ghazali dan

menjadi sumber utama inspirasi dari nilai-nilai pribadi dan sikap dalam

kehidupannya, begitu juga mengenai konsep akhlak yang dikemukakan

beliau.39

Berbicara mengenai akhlak tidak akan terlepas dari sendi-sendi akhlak

sebagaimana telah dikemukakan diatas yaitu akhlak mulia dan akhlak

tercela, Baik Akhlak mulia ataupun akhlak tercela tersebut tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia. Adapun akhlak yang dipandang tinggi

nilainya dan dicita-citakan oleh segenap lapisan masyarakat adalah akhlak

mulia.

Akhlak selalu merujuk kepada keadaan atau suasana jiwa seseorang.

Bila seseorang melakukan suatu perbuatan, bukan hasil atau perbuatannya

yang dilihat melainkan suasana kejiwaannya, tetapi bagaimana mungkin

38

Moh. Ardani, Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti Dalam Ibadat, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2001), Cet. I, h. 58.

39

Ali Issa Othman,Manusia Menurut al-Ghazali,(terj.), Anas Mahyuddin dari judul asli

(46)

keadaan jiwa seseorang itu bisa diketahui. Kejiwaan seseorang bisa dilihat

dari segi sikap atau kesungguhannya, karena dalam akhlak (akhlak mulia)

yang didasari sifat ke-Tuhan-an tidak akan bersikap hipokrit dan

kepura-puraan. Akhlak mestilah dilakukan tanpa rekayasa yang benar-benar muncul

dari dalam diri seseorang. Oleh karena itu persoalan akhlak merupakan

persoalan batin seseorang yang tidak mudah untuk ditebak.40

Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa al-Khalqu (ciptaan, makhluk)

dan al-Khuluqu (budi pekerti) itu adalah dua ibarat yang dipergunakan

bersama-sama. Seperti diucapkan bahwa Fulan itu bagus tingkah laku atau

perangainya. Yang dimaksud al-Khalqu adalah tingkah laku lahiriyah dan

yang dimaksudkan denganal-Khuluquadalah tingkah laku batiniyah. Karena

manusia terdiri dari jasad yang dapat dilihat oleh mata dan dari ruh serta jiwa

yang dapat dilihat dengan penglihatan hati. Masing-masing dari keduanya

mempunyai eksistensi dan bentuk, ada kalanya buruk dan ada kalanya baik.

Adapun jiwa yang dapat dilihat dengan penglihatan hati itu lebih besar

tingkatannya dari pada jasad yang dapat dilihat dengan mata.41

Karena ruh(roh atau jiwa) menunjukan kelembutan Ilahi, dan seperti

halnya Si “hati”, ia juga berada di dalam hati badaniah roh di masukkan ke

dalam tubuh melalui “saringan yang halus”. Pengaruhnya terhadap tubuh

ialah seperti lilin di dalam kamar. Tanpa meninggalkan tempatnya,

cahayanya memancarkan sinar kehidupan bagi seluruh tubuh.

Pada dasarnya, roh merupakan lathifah dan oleh karenanya ia

merupakan suatu unsur Ilahi. Sebagai sesuatu yang halus, ia merupakan

kelengkapan pengetahuan yang tertinggi dari manusia, yang

bertanggungjawab terhadap sinar dari penglihatan yang murni, apabila

manusia bebas seluruhnya dari kesadaran fenomenal.42

40

http: //www. Mubarok. Institute. Blogspot. com

41

Imam al-Ghazali,c,(Terj). (Semarang: CV. Asy Syifa’ 2003), Jilid. ke-5. h. 107-108

42

Ali Issa Othman,Manusia Menurut al-Ghazali,(terj.), Anas Mahyuddin dari judul asli

(47)

Allah mengagungkan urusan jiwa dengan disandarkan kepada-Nya.

Allah berfirman:

اَذِﺈَﻓ

ُﻪُﺘْـﻳﱠﻮَﺳ

ُﺖْﺨَﻔَـﻧَو

ِﻪﻴِﻓ

ﻦِﻣ

ﻲِﺣوﱡر

اﻮُﻌَﻘَـﻓ

ُﻪَﻟ

َﻦﻳِﺪِﺟﺎَﺳ

)

ص

/

۳٨

:

٧٢

(

Artinya:

“Sesungguhnya Aku menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan kepadanya ruh ciptaan-Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan sujud kepadanya.”(Q.S. Shaad/38 : 71-72)

Berdasarkan ayat diatas, al-Ghazali menyatakan bahwa manusia

mempunyai dua unsur: yaitu jasmani dan rohani. Unsur jasmani berupa

tubuh yang dihubungkan atau disandarkan dengan tanah (thin), sedangkan

unsur Ruhani berupa jiwa dihubungkan dengan Allah SWT.43

Yang dimaksudkan dengan ruh dan jiwa pada tempat ini adalah satu.

Makaal-Khuluqu (budi pekerti) itu suatu ibarat tentang keadaan dalam jiwa

yang menetap di dalamnya. Dari keadaan dalam jiwa itu muncul perbuatan-perbuatan dengan mud

Gambar

Gambar 1 : Skema hubungan antara metode-metode peningkatan pribadi(disarikan dari pandangan al-Ghazali)
Tabel 1Jumlah Siswa SMK Khazanah Kebajikan Tahun Ajaran 2006-2007
Tabel 2Skor Alternatif Jawaban Responden
Tabel 12Tabulasi Hasil Angket Pendidikan Agama Islam
+7

Referensi

Dokumen terkait

agama Islam, pembinaan akhlak siswa melalui pembelajaran pendidikan. agama islam, penelitian terdahulu, dan

Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam pembentukan akhlak siswa SMP Negeri

Berdasarkan analisa data hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara pembelajaran pendidikan agama Islam dengan pelaksanaan

iii.. HANI MAISYA PUTRIANI, “Pelaksanaan Pendidikan Akhlak dalam Pembentukan Akhlakul Karimah siswa di MI Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan”. Skripsi, Jurusan Pendidikan

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan akhirnya menghasilkan sesuatu kesimpulan sebagai berikut: pertama, bahwa strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Pengetahuan Akhlakul Karimah Siswa.. Kompetensi guru pendidikan agama Islam dalam

Untuk mewujudkan anak didik yang berakhlakul karimah, maka guru pendidikan agama Islam harus menguasai dan memahami berbagai startegi dalam pembinaan akhlak

“Pengaruh Pembiasaan Kegiatan Keagamaan terhadap Kedisiplinan Siswa SMP Al-Falah Dago Bandung.” Dalam Prosiding Pendidikan Agama Islam, Vol.. Bandung: Fakultas Tarbiyyah dan Keguruan,