SD ISLAM MIFTAHUL DINIYAH
DI KELURAHAN PONDOK CABE UDIK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Di susun Oleh: Ika Malgi Ulfa 206011000012
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
SD ISLAM MIFTAHUL DINIYAH
DI KELURAHAN PONDOK CABE UDIK
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat- syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh:
IKA MALGI ULFA 206011000012
Di bawah Bimbingan
Dr.Khalimi,M.A NIP: 19650515 199403 1006
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
BARANG SIAPA RELA DENGAN KEHIDUPAN TANPA AGAMA
MAKA DIA TELAH MENJADIKAN KEHANCURAN SEBAGAI TEMAN KARIBNYA.
SK RI PSI I N I SAYA
PERSEM BAHK AN U N TU K :
AL M ARHU M AYAHAND A H.ABD U L GAN I DAN
AL M ARHU M AH I BU HJ. YAYAH M U RSI AH
YAN G TERCI NTA.
SERTA U NTU K I BU N D A SAYA TERCI NTA
HJ.PU RWI YANTI .
ADI K - ADI K KU TERSAYANG AHM AD FU RQON,
AHM AD FAD L I , I K HSAN NU R GAK U BA.
FI RM AN SYAH PU TRA
YANG SEL AL U M EM BERI K AN D U K U N GAN,
D ORONGAN, M OTI VASI , SEM ANGAT DAN
iii
Segala puji serta syukur bagi Allah swt atas segala nikmat dan karunia
yang telah diberikan kepada kita semua, khususnya bagi penulis, sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik, walaupun masih jauh dari
kesempurnaan. Mudah-mudahan dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak
yang membacanya, khususnya bagi penulis.
Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah
saw, serta para sahabatnya, keluarganya dan para pengikutnya yang senantiasa
setia hingga akhir zaman.
Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit kesulitan yang dihadapi penulis,
baik yang menyangkut pengumpulan bahan maupun pembiayaan, dan sebagainya.
Namun, berkat kemauan keras dan kesungguhan hati, disertai dorongan dan
bantuan dari beberapa pihak, maka segala kesulitan dan kendala dapat diatasi
dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sedalam
dalamnya dan penghargaan setinggi- tingginya kepada semua pihak yang telah
terlibat dan telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:
1. Prof.Dr.Dede Rosyada,M.A sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan, UIN Jakarta.
3. Dr.Khalimi,M.A yang telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi
ini.
4. Para dosen dan karyawan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan
keguruan yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas yang membantu
iv
6. Kepada orang tua tercinta, Ayahanda Alm baba.H.Abdul Gani dan Ibunda
Hj.Purwiyanti dan Alm.Hj.Yayah Mursiah yang telah banyak memberikan
doanya, dukungan moral serta motivasi agar penulis terus berusaha
menjadi lebih baik dan bersabar dalam menyelesaikan penulisan skripsi.
7. Adik-adik tercinta, Achmad Furqon, Ahmad Fadli, Ikhsan Nur Gakuba
yang sudah banyak memberikan motivasi kepada penulis.
8. Seseorang tercinta selalu setia ada menemani selama ini, Firmansyah
Putra yang selalu mendorong serta memberi dukungan kepada penulis.
9. Kepala sekolah dan dewan guru SD-TK islam Miftahul Diniyah.
10.Kawan-kawan terdekat, yaitu sahabat PAI A Non Reguler tahun 2006(cici,
fica, diah, vina,dll)
11.Kawan-kawan “the Tamfan” jamrudin, bongas, arif, Jodi, ibnu, hata,
akbar, nchan, dadang, qori, jajank, dan semuanya yang mungkin tak
penulis sebutkan masing- masing namanya, yang sudah member dorongan
moralnya kepada penulis.
Mudah-mudahan amal dan jasa baik yang mereka berikan dapat
dibalas oleh Allah swt dengan balasan yang berlipat ganda, Amiin.
Jakarta, 1 Desember 2010
v
“Kupersembahkan untuk Ayahandaku Alm Baba.H .Abdul Gani yang telah
vi
Semoga menjadi kebanggaan dan kebahagiaan bagi beliau semuanya akan selesainya
skripsi ini.
Semoga menjadi jalan pahala yang selalu mengalir untuk beliau semua karena beliau
v
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 3
D. Perumusan Masalah ... 4
E. Tujuan penelitian ... 4
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESA A. Pendidikan Agama islam ... 5
B. Akhlak ... 12
C. Hubungan PAI dengan Akhlak ... 24
D. Kerangka Berfikir ... 26
E. Hipotesa ... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 28
B. Variable Penelitian ... 28
C. Populasi dan Sampel ... 30
D. Teknik Pengumpulan Data ... 31
v i
C. Analisa Data dan Interprestasi Data ... 43
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 62
ВАВІ
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah Pendidikan Agama Islam berarti upaya
membimbing,mengarahkan, dan membina peserta didik yang dilakukan secara
sadar danterencana agar terbina suatu kepribadian yang utama dengan
nilai-nilai ajaranIslam. 1 Pendidikan Agama Islam tidak terlepas dari
pembahasan tentangakhlak, karena salah satu tujuan dari Pendidikan Agama
Islam adalahmembiasakan anak-anak atau siswa berakhlak mulia. Dalam
Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) UU RI NO. 20 TH 2003 BAB II
Pasal 3 yang juga menyatakan:
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa, berakhlah mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatof, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab."2
Yang artinya proses pendidikan diarahkan pada intemalisasi nilai-nilai
ajaran Islam serta aktualisasinya sebagai etika sosial dalam kehidupan sehari-
hari.
1
Abudin nata, Metodologi Studi Islam , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 340.
2
semakin banyak unsur agama dalam pribadi siswa. Apabila dalam pribadinya
banyak unsur agama, така sikap, tindakan, kelakuan dan carnya menghadapi
hidup akan sesuai dengan ajaran agama."5Tampak jelas bagaimana eratnya
hubungan keimanan seseorang dengan ketinggian akhlaknya. Oleh karena itu
seseorang yang telah mengetahui Pendidikan Agama Islam seharusnya
mempunyai akhlak sebagaimana tujuan Pendidikan Agama Islam.
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membuat
judul penelitian "Pengaruh Pendidikan Agama Islam Pada Akhlak Siswa SD Islam Miftahul Diniyah". Dengan alasan sebagai berikut:
B.
Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah diatas, така diidentifikasi berbagai
masalah terkait dengan pengaruh Pendidikan Agama Islam yaitu :
1. Pendidikan Agama Islam pada SD Islam Miftahul Diniyah mealui
kurikulum KTSP di sekolahnya.
2. Akhlak seseorang bukanlah bawaan dari lahir, namun harus di bentuk dan
di kembangkan. Di SD Islam Miftahul Diniyah menerapkan pendidikan
akhlak yang mengarah pada terbentuknya akhlak siswa yang baik.
3. Di era globalisasi ini banyak sekali akhlak siswa yang buruk, namun di SD
Islam Miftahul Diniyah Akhlak siswa terhadap guru sangat baik.
4. Seringkali terjadi peserselisihan antara teman karena sedikitnya
pengetahuan akhlak mereka, akan tetapi Akhlak siswa SD Islam Miftahul
Diniyah terhadap sesama teman sangat baik.
C.
Pembatasan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah yang terkait dengan pengaruh
Pendidikan Agama Islam terhadap pembentukan akhlak, така penulis
membatasi masalah sebagai berikut:
5
(akhlak).
2. Akhlak yang dimaksud disini ialah tingkah laku keseharian siswa pada
tatanan kesopanan dan budi pekerti yang luhur.
3. Proses Pendidikan Agama Islam yang diterapkan pada SD Islam Miftahul
Diniyah.
D.
Perumusan MasalahBerdasarkan pembatsan masalah diatas, така penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. "Bagaimana hasil belajar Pendidikan Agama Islam Di SD Islam Miftahul
Diniyah?"
2. "Bagaimana akhlak siswa di SD Islam Miftahul Diniyah?"
3. "Bagaimana Pendidikan Agama Islam berpengaruh terhadap akhlak siswa
SD Islam Miftahul Diniyah?"
E.
Tujuan dan Manfaat Penelitian1. Tuj uan Penelitian
a. Mendapatkan informasi mengenai pengajaran Pendidikan Agama Islam
di SD Islam Miftahul Diniyah.
b. Mengetahui kualitas akhlak anak-anak yang belajar di SD Islam
Miftahul Diniyah.
c. Mengetahui pengaruh PAI terhadap akhlaq siswa SD Islam Miftahul
Diniyah.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi pendidik yang
berkewajiban meningkatkan dan mengaktifkan dalam memberikan pendidikan
sebagai salah satu syarat menyelesaikan program strata satu (SI) pada jurusan
5
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESA
A.
Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum penulis menjabarkan pengertian dari Pendidikan Agama
Islam, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan tentang istilah
pendidikan. Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya
awalan ”pe” dan akhiran ”kan” mengandung arti perbuatan (hal, cara dan
sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani,
yaitu paedagogik, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.
Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan
education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa
Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti
pendidikan.1
1
Ahmad D. Marimba, berpendapat bahwa ”Pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.2
Kemudian dijelaskan lagi bahwa ”Pendidikan adalah segala usaha
orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan”3.
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun
segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak agar mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya4.
Dari pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan ialah suatu usaha yang di sengaja yang
bertujuan untuk menciptakan manusia yang diharapkan di masyarakatnya.
Pendidikan agama Islam itu sendiri menurut Ahmad D. Marimba,
adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama
Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam5.
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam
adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai
dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan
ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh,
serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai usaha pandangan
hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di
akherat kelak6.
2
Ahmad. D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’rifat,
1981) cet-5,h.19 3
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung:Remaja Karya) h.15
4
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005),
Cet-4,h.4 5
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, h.23
6
Lebih lanjut Prof. Dr. H. Abudin Nata, MA dalam bukunya
Metodologi Studi Islam, ditulis bahwa ” upaya membimbing,
mengarahkan, dan membina peserta didik yang dilakukan secara sadar dan
terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama dengan nilai-nilai
ajaran Islam”7.
Dari uraian-uraian di atas tentang pendidikan agama Islam dapat di
simpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam ialah usaha yang dilakukan
dalam pembentukan kepribadian yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam
kepada peserta didik, agar peserta didik mampu menjadi manusia yang
menjalankan hidupnya dengan arah yang di ridhoi oleh Allah SWT.
2. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar yang menjadi acuan pendidikan agama Islam hendaknya
merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat
menghantarkan peserta didik ke arah pencapaian pendidikan. Oleh karena
itu, dasar yang terpenting dari Pendidikan Agama Islam adalah Al-Qur’an
dan sunnah Rasulullah (hadits)
Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam dapat pula ditinjau dari
beberapa segi, yaitu :
1) Dasar Religius
Menurut Zuhairini, yang dimaksud dengan dasar religius adalah
dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam
Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Menurut ajaran Islam, bahwa
melaksanakan pendidikan agama Islam adalah merupakan perintah
dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya8. Dalam Firman Allah
SWT surat An-Nahl:64.
7
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 340.
8
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya : Biro Ilmiah Fakultas
Artinya: ” Dan kami tidak menurunkan kepadamu Al kitab (Al-Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”
2) Dasar Yuridis Formal
Menurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan Yuridis Formal
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang berasal dari
perundang-undangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan
pegangan dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam, di sekolah –
sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia.
Adapun dasar yuridis formal ini terbagi tiga bagian, sebagai berikut :
(a) Dasar Ideal
Yang dimaksud dengan dasar ideal yakni dasar dari falsafah
Negara : Pancasila dimana sila yang pertama adalah ketuhanan
Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian, bahwa seluruh
bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha esa,
atau tegasnya harus beragama9.
(b) Dasar Konstitusional / Struktural
Yang dimaksud dengan dasar konstitusional adalah dasar
UUD tahun 2003 Pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi sebagai
berikut :
(1) Negara berdasarkan atas Tuhan Yang Maha Esa
Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamnya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama
dan kepercayaannya10.
9
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama,…h.22
10
Bunyi dari UUD di atas mengandung pengertian bahwa
bangsa Indonesia harus beragama, dalam pengertian manusia
yang hidup di bumi Indonesia adalah orang-orng yang
mempunyai agama. Karena itu, umat beragama khususnya
umat Islam dapat menjalankan agamnya sesuai ajaran Islam,
maka diperlukan adanya Pendidikan Agama Islam.
Dan UUD 2003 Pasal 31 ayat 1 dan 2 yang membahas
tentang pendidikan, yang berbunyi:
(2) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran dan
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan
undang-undang.
3) Dasar Sosial Psikologis
Yang dimaksud dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan
aspek kejiwaaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa
dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya
tidak tenang dan tidak tentran sehingga memerlukan adanya pegangan
hidup.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an :
Artinya: Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Dengan demikian pegangan hidup seseorang itu hanyalah kepada
Tuhan-Nya dan oleh sebab itu manusia akan selalu berusaha
mendekatkan diri dan mengabdi kepada Tuhan-Nya, hanya saja cara
mendekatkan diri yang berbeda-beda sesuai dengan agama yang
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Menurut Zakiah Dradjat dalam bukunya yang berjudul Ilmu
Pendidikan Islam menyatakan, bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam
yaitu kepribadian yang membuatnya menjadi ”insan kamil” dengan pola
taqwa Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup
berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah
SWT.3
Sehubungan dengan ini maka tujuan mempunyai arti yang sangat
penting bagi keberhasilan sasaran yang diinginkan, dan mutu kegiatan
yang dilakukan. Oleh karena itu kegiatan yang tanpa disertai tujuan
sasarannya akan kabur, akibatnya program dan kegiatannya akan
berantakan.
Secara praktis, Muhammad Athiyah al-abrasyi menyimpulkan bahwa
tujuan Pendidikan Agama Islam terbagi atas 5 sasaran, yaitu :
1) Membentuk akhlak mulia
2) Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat
3) Persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya
4) Menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik
5) Mempersiapkan tenaga professional yang terampil14
Imam al-Ghazali mengatakan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam
yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan
kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat15.
Berdasarkan rumusan tujuan di atas, dapat dipahami bahwa
Pendidikan Agama Islam merupakan suatu proses membimbing dan
membina fitrah (kesucian) peserta didik secara maksimal dan bermuara
pada terciptanya pribadi peserta didik sebagai insan kamil. Melalui sosok
pribadi yang demikian, peserta didik diharapkan akan mampu memadukan
3
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet-5, h.59
14
Al-Rasyidin, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta Ciputat Press, 2005)
h.37 15
fungsi iman, ilmu dan amal secara seimbang bagi terbinanya kehidupan
yang harmonis di dunia dan akherat.
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam mempunyai pastinya mempunyai fungsi
yang sangat besar dalam proses pendidikan peserta didik. Adapun fungsi
Pendidikan Agama Islam bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan
dapat dilihat dari dua bentuk, yaitu :
1) Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungkan
tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide
masyarakat dan nasional.
2) Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan. Pada
garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan
dan skiil yang dimiliki, serta melatih tenaga-tenaga manusia (peserta
didik) yang produktif dalam menemukan pertimbangan perubahan
sosial dan ekonomi yang demikian dinamis16.
Dalam pasal 3 UUSPN dinyatakan bahwa fungsi pendidikan nasional
adalah untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia17.
Menurut H.M. Arifin bahwa fungsi Pendidikan Agama Islam adalah
untuk membentuk manusia pembangunan yang bertaqwa kepada Allah
SWT, memiliki ilmu pengetahuan dan ketrampilan juga memiliki
kemampuan mengembangkan diri (individualis) bermasyarakat (sosialitas)
serta kemampuan untuk bertingkah laku berdasarkan norma-norma susila
menurut agama Islam18.
Secara garis besar penulis menyimpulkan fungsi dari Pendidikan
Agama Islam yaitu untuk membentuk kepribadian muslim yang
16
Al-Rasyidin, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, h.34
17
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Paradigma Pendidikan Islam, (Yogya : Pustaka
Pelajar), Cet-1, h.182 18
Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam dilingkungan Sekolah dan
benar beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dengan memahami semua
ajaran Islam serta dapat mngamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
B.
Akhlak
Keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang darinya lahir suatu
perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan, atau
penelitian, disebut akhlak. Jika melahirkan perbuatan baik dan terpuji menurut
akal dan syara’ (hukum Islam), hal tersbut disebut akhlak baik. Jika
melahirkan perbuatan tidak baik, hal tersebut disebut akhlak buruk.
1. Pengertian Akhlak
Akhlak merupakan salah satu tujuan dari Pendidikan Agama Islam,
karena akhlak adalah perbuatan manusia yang baik yang harus dikerjakan
dan perbuatan jahat yang harus dihindari dalam pergaulan dengan Tuhan.
Manusia dan makhluk (alam) sekelilingnya dalam kehidupan sehari-hari
sesuai dengan nilai-nilai dan moral19.
Pengertian akhlak secara etimologi, menurut pendekatan etimologi,
perkataan ”akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya
”Khuluqun” yang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah
laku dan tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian
dengan perkataan ”khalkun” (ٌﻖﻠَﺧَ) yang berarti kejadian, serta erat hubungan ”khaliq” (ْﻖِﻠَﺧ) yang berarti pencipta dan ”makhluk” yang berarti yang diciptakan20. Baik kata akhlak atau khuluq kedua duanya dapat
dijumpai di dalam al-qur’an sebagai berikut :
Artinya : Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi
pekerti yang agung. Q.S Al-Qalam, 68:4)21
19
Asmaran , Pengantar Studi Ahlak, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet.-3,
h.5 20
Zahruddin AR, Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004),
cet-1, h.1 21
Dalam kamus bahasa Indonesia akhlak diartikan sebagai ”budi
pekerti, watak, kesopanan”22. Adapun akhlak dari segi terminologi (istilah)
sebagaimana dijelaskan oleh pakar ahlinya sebagai berikut :
Prof. Dr. Ahmad Amin mengemukakan pendapat bahwa akhlak ialah
”ilmu untuk menetapkan segala perbuatan manusia, yang baik atau yang
buruk, yang benar atau yang salah, yang hak atau yang batil”23.
Ibn Atsir dalam bukunya An-nihayah menerangkan ”hakekat makna
khuluq itu ialah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dsb sifat
sifatnya), sedangkan kholqun merupakan gambaran bentuk luarnya (raut
muka, tinggi rendahnya tubuh dan lain sebagainya)24.
a. Selanjutnya Imam Ghozali mengatakan, sebagai mana dikutip oleh
Yunahar Ilyas, bahwa :
”Akhlak ialah sifat tertanam jiwa yang menimbulkan perbuatan –
perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan”25.
Berdasarkan definisi di atas, Yunahar menyimpulkan bahwa
akhlak atau khuluq ialah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia
sehingga dia akan muncul secara spontan bilaman diperlukan tanpa
memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu serta tidak
memerlukan dorongan dari luar. Jadi intinya akhlak merupakan suatu
kondisi atau sifat-sifat yang telah mersesap dalam jiwa dan telah
menjadi kepribadian sehingga dari situlah timbul berbagai macam
perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat26.
Dari definisi-definisi akhlak yang telah dijabarkan di atas dapat
disimpulkan bahwa sesungguhnya akhlak merupakan sifat atau budi
pekerti seseorang yang ada dalam dirinya dalam perilaku
kesehariannya.
22
Ahmad Amin, Ilmu Akhlak Terjemahan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1991), cet-6, h.1
23
H.A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997), cet-1, h.11
24
Yuhanar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta : LPPI, 1991) cet-1, h.2
25
Yuhanar Ilyas, Kuliah Akhlak, h.3
26
2. Sumber-sumber akhlak
Yang dimaksud dengan sumber akhlak ialah yang menjadi ukuran
baik dan buruk atau mulia atau tercelanya akhlak. Sebagaimana sumber
akhlak adalah Al-Qur’an dan sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan
masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Seperti dalam
konsep akhlak, segala sesuatu itu dimulai baik atau buruk terpuji atau
tercela, berdasarkan karena syara (Al-Qur’an dan sunnah)27.
Di dalam agama Islam baik akhlak terhadap khalik, sesama manusia
maupun terhadap alam telah dijelaskan oleh Al-Qur’an dan sunnag.
Sehingga manusia dapat menjadikan kedua sumber tersebut sebagai
pedoman dalam berakahlak. Yang menjadi landasan dan sumber ajaran
Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup baik dan mana yang buruk
ialah al-Qur’an dan sunnah. Firman Allah swt yang terdapat pada QS
Al-Ahzab ayat : 21.
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab : 21).28
3. Macam-macam Akhlak 1) Akhlak al-Karimah
Akhlak al-Karimah atau akhlak yang mulia sangat banyak
jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan
dan manusia dengan manusia. Akhlak yang mulia dapat dibagi menjadi
tiga bagian. Pertama, akhlak mulia kepada Allah. Kedua, akhlak mulia
terhadap diri sendiri dan ketiga, akhlak mulia terhadap sesama
manusia. Ketiga akhlak tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :
27
. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), cet-2, h.49-57
28
a) Akhlak terhadap Allah
Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan
kesadaran bahwa Tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat
– sifat terpuji demikian Agung sifat itu, yang jangankan manusia,
malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya29.
Adapun yang harus dilakukan untuk mendapatkan akhlak
mulia itu adalah :
(1) Menjaga kebersihan dan kesucian
Allah adalah Maha Suci. Oleh karena itu Dia hanya bisa
didekati oleh orang yang suci. Untuk berhubungan dengan
Allah diri kita harus bersuci. Ada dua kesucian yang harus
selalu dijaga oleh kita, yaitu kesucian jasmani atau sarana fisik
dan kesucian jiwa
Islam menekankan betapa pentingnya kebersihan,
sehingga kebersihan disebut-sebut sebagai salah satu tujuan
keimanan30.
(2) Menjaga kesucian badan atau sarana peribadatan
Bila kita hendak mengerjakan shalat, kita diwajibkan
untuk berwudhu dengan menggunakan air yang suci dan
diperoleh secara legal31.
(3) Menjaga kesucian jiwa
Untuk dapat mendekatkan diri dengan Allah, jiwa kita
pun harus suci. Firman Allah mengungkapkan secara singkat
tentang persoalan ini yaitu dalam surat Asy-Syams : 9-10
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.
29
Moh. Ardani, Akhlak, Tasawuf Nilai-nilai Akhlak, h.49
30
Drs. K.H. Muslim Nurdin, dkk, Moral dan Kognisi Islam, h.221
31
Dalam menjaga kesucian jiwa, kita harus mentauhidkan
(mengEsa-kan) Allah dengan semurni-murninya tauhid.
(4) Ikhlas dalam beribadah
Dalam beribadah kita harus yakin bahwa Allah ada di
hadapan kita. Kita tidak boleh memandang Allah sebagai ”Dia”
(panggilan ketiga), melainkan ”Engkau” (panggilan kedua). Kita
tidak boleh ibadah asal-asalan, melainkan harus mengikhlaskan diri
kepadaNya. Ungkapan ”shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku”
hanya untuk Allah harus benar-benar hanya kepada Allah.harus
benar – benar direalisasikan dalam kehidupan32.
(5) Memohon pertolongan hanya kepada Allah
Dalam beribadah ataupun dalam hidup di dunia ini tidak ada
seorang pun manusia atau jin yang dapat menolong manusia selain
Allah. Tatkala meminta pertolongan, seperti tatkala beribadah.
Allah harus dihadirkan sebagai Engkau bukannya Dia. Yang
penting dalam berdo’a adalah mengerjakan adab-adab batiniyah.
Caranya dengan bertaubat, mengembalikan segala sesuatu yang
berasal diperbuatan dzalim, menghentikan kedzaliman, dan
memusatkan perhatian sepenuhnya kepada Allah33.
b) Akhlak yang baik terhadap diri sendiri
Setiap diri memiliki tiga macam potensi yang bila dikembangkan
dapat mengarah kepada kutub positif, tetapi dapat juga ke kutub
negatif, Ketiga potensi yang dimaksud adalah nafsu, amarah dan
kecerdasan. Bila dikembangkan secara positif, nafsu dapat menjadi
suci, amarah menjadi berani dan kecerdesan menjadi bijak. Sebaliknya
bila negatif maka akan menghasilkan potensi nafsu menjadi
pengumbaran hawa nafsu dan serakah, potensi amarah menghasilkan
karakter berani secara ceroboh atau gegabah dan pengecut, dan potensi
kecerdasan bisa menjadi bodoh dan jumud.
32
Muslim Nurdin, dkk, Moral dan Kognisi Islam, h. 227
33
Ketiga potensi diri dengan kedua kutub pengembangannya dapat
divisualisasikan dalam bagan berikut34 :
Berakhlak yang baik pada diri sendiri dapat diartikan
menghargai, menghormati dan menjaga diri sendiri dengan
sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah
Allah yang harus dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya35.
c) Akhlak yang baik terhadap sesama
Manusia adalah sebagai makhluk sosial yang kelanjutan
eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada
orang lain. Untuk itu, ia perlu bekerja sama dan saling menolong
dengan orang lain. Oleh karenanya ia perlu menciptakan suasana yang
baik, satu dan lainnya saling berakhlak yang baik diantaranya
mengiringi jenazah, menghadap undangan, dan mengunjungi orang
sakit.
Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, karena
ia berjasa dalam ikut serta mendewasakan kita. Caranya dapat
34
Muslim Nurdin, dkk, Moral dan Kognisi Islam, h.230
35
Moh. Ardani, Ahlak Tasawuf Nilai-nilai Akhlak, h.55
Positif (+) Suci Berani Bijak
Potens Manusia
Nafsu Amarah Kecerdasan
Negatif (-)
Mengumbar
Rakus
Gegabah
Pengecut
Bodoh
memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan, menghargainya,
dan sebagainya36.
d) Akhlak yang baik terhadap lingkungan
Manusia ditunjuk sebagai Khalifah Allah di muka bumi ini
adalah sebagai wakil Allah yang memegang mandat-Nya untuk
mewujudkan kemakmuran di muka bumi ini dengan kekayaan yang
bersifat kreatif yang memungkinkan manusia mengolah dan
mndayagunakan alam untuk kepentingan hidupnya.
Manusia sebagai khalifah Allah yang telah diciptakan Allah
dengan bekal dan fasilitas yang lengkap ditugaskan untuk secara
kreatif dan dinamis mengarahkan kemampuannya untuk memahami
realitas alam untuk dimanfaatkan dan didayagunakan demi
kesejahteraan manusia.
Kreatifitas khalifah itu tidaklah mutlak, ia dibatasi dengan aturan
– aturan yang diajarkan Allah melalui Rasul-Nya, karena
bagaimanapun seorang wakil dibatasi oleh aturan – aturan yang
diwakilinya. Jadi khalifah di muka bumi merupakan amanat yang
harus dipertanggung jawabkannya kepada yang memberinya. Karena
itu, kebebasan manusia berada dalam lingkup tanggung jawab. Firman
Allah QS : Ar-Ruum : 8
Artinya: “Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya”.
36
Pembatasan kekhalifahan manusia di muka bumi telah
disampaikan kepada manusia, baik secara tersirat melalui alam raya
yang dapat diserap dengan pikirannya, maupun melalui wahyu yang
tersurat dalam Al-Qur’an yang dapat diserap melalui qolbunya.
Karena itu kekhalifahan manusia terletak pada keseimbangan
pikiran dan qolbunya. Ketimpangan pada salah satu daripada keduanya
menyebabkan manusia kehilangan makna kekhalifahannya atau
penyelewengan dan tugas hidupnya.
Kemampuan pikiran melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
tetapi dengan mengandalkan itu tidak akan membawa kepada
kedudukan yang tinggi. Demikian pula penggunaan qalbu dengan
menafikan sama sekali peran pikiran, melahirkan fatalisme yang tragis.
Islam mengajarkan kekhalifahan sebagai suatu konsep yang
seimbang antara pikiran dan qalbu, material dan spritual. Ilmu
pengetahuan yang didasarkan kepada iman merupakan identitas
kekhalifahan manusia.
Dilihat dari tanggung jawab manusia adalah makhluk yang
ditugaskan untuk memakmurkan bumi, mengelola dan
melestarikannya. Suka merusak adalah sifat manusia yang didorong
oleh hawa nafsu dan melahirkan sifat rakus dan tamak. Jika
berhadapan dengan alam, sifat ini amat membahayakan, karena ia akan
menjadi makhluk perusak yang mengeksploitasi alam tanpa
memperhatikan kelestariannya, Sifat merusak alam adalah sifat buruk
dan dicela Allah. Firman-Nya :
“Mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan”. (Q.S. 5 : 64)
Untuk menghindarinya, manusia dituntut untuk menempati
menyikapi alam, sebagai amanat Allah untuk digunakan secara
bertanggung jawab.
Mengelola alam merupakan bentuk suka keadaan Allah, karena
itu ia merupakan kewajiban setiap manusia. Di sini syukur
direalisasikan pada sikap dan tindakan dalam memanfaatkan alam
secara bertanggung jawab.
Tugas mengelola alam merupakan tugas kekhalifahan manusia,
lebih ditekankan pada penebaran rahmat bagi alam secara keseluruhan,
yang merupakan ciri khas Islam. Mengelola dan mengayomi alam
merupakan pancaran iman dan bagian penting dari amal shaleh.
Demikianlah Islam mengajarkan sikap-sikap dan perlakuan yang
bijaksana dalam mengelola alam sebagai aktualisasi dan tugas manusia
sebagai khalifah, yakni pengelola yang akan ditentukan kualitasnya
pada sikap dan perlakuannya terhadap anugrah alam ini37.
Adapun sendi-sendi akhlak mulia menurut Ibn Miskawaih yaitu
ada empat :
1 Arif (hikmah), yaitu keadaan jiwa yang bisa menentukan hal-hal
yang benar diantara yang salah dalam urusan ikhtiariyah38.
Bagian kearifan adalah : pandai, ingat, berfikir, cepat memahami
dan benar pemahamannya, jernih pikiran serta mampu belajar
dengan mudah itu semua merupakan persiapan yang positif dalam
rangka mencapai kearifan39.
2 Sederhana (’iffah) yaitu keadaan syahwat yang terdidik oleh akal
dan syari’at agama40
Keutamaan-keutamaan sikap sederhana ini mencakup :
Rasa malu (al-haya) tindakan menahan diri karena takut melakukan
hal-hal yang senonoh, dan kehati-hatian celaan dan hinaan.
37
Muslim Nurdin, dkk, Moral dan Kognisi Islam, h.267-271
38
Imam Ghazali, Ihya’Ulum al-Din, jilid III, hlm. 53 39
Ibn Miskawaih, Tahzib Al-Akhlaq (Menuju Kesempurnaan Akhlak), Bandung, Mizan,
1997), cet-3, h.46 40
Tenang (al-da’at) adalah kemampuan seseorang untuk menguasai
dirinya ketika dilanda gejolak hawa nafsu
Dermawan (al-sakha’) adalah kecenderungan untuk berada di
tengah dalam soal memberi.
Puas (al qana’ah) adalah tidak berlebihan dalam makan, minum
dan berhias
Loyal (al damatsah) sifat yang tunduk dalam hal-hal terpuji
Kelembutan (al musalamah) lembut hati yang sampai ke jiwa dan
bebas dari kegelisahan
Wara’ percetakan diri agar senantiasa berbuat baik41
3 Berani (syaja’ah) yaitu keadaan kekuatan amarah yang tunduk
kepada akal pada waktu dilahirkan atau dikekang
Kebajikan yang menjadi bagian dari berani ini adalah :
Besar jiwa : meninggalkan persoalan yang tak penting dan berani
menanggung kehormatan dan kehinaan
Tegar (al najdah) kepercayaan diri dalam menghadapi hal-hal yang
menakutkan
Ulet (’azam al himmah) merupakan kebajikan jiwa, yang membuat
bahagia akibat bersungguh-sungguh
Tenang dan tabah merupakan kebajikan jiwa yang membuat
seseorang mencapai ketenangan jiwa
Perkasa : berkemauan melakukan pekerjaan – pekerjaan besar
4 Adil yaitu kekuatan jiwa yang dapat menuntun amarah dan
syahwat sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hikmah
Bagian – bagian dari adil sebagai berikut : bersahabat,
bersemangat, sosial, bersilaturahmi, memberi imbalan, bersikap
baik dalam kerja sama, jeli dalam merumuskan masalah, cinta
kasih, beribadah, jauh dari rasa dengki, memberi imbalan, yang
41
baik dan terbaik kendari diri sendiri ditimpa keburukan,
berpenampilan lembut dan sebagainya42.
2) Akhlakul Madzmumah
Akhlak tercela (akhlak al-Madzmumah) secara umum adalah
sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik
Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam
akhlak tercela, diantaranya :
a) Berbohong
Bohong ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang
tidak sesuai, tidak cocok dengan yang sebenarnya.
Berdusta/berbohong ada tiga macam : berdusta dengan perbuatan,
berdusta dengan lisan, berdusta dalam hati
b) Takabur (sombong)
Takabur adalah satu akhlak yang tercela pula. Arti takabur ialah
merasa atau mengaku diri besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain.
Pendek kata merasa diri serba hebat
Takabur ada tiga macam, yaitu takabur kepada Tuhan, berupa
sikap tidak mau memperdulikan ajaran-ajaran Tuhan. Takabur
kepada Rasul-Nya dan Takabur kepada sesama manusia
c) Dengki
Dengki ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang
diperoleh orang lain, dan berusaha untuk menghilangkan
kenikmatan itu dari orang lain tersebut, baik dengan maksud
supaya kenikmatan itu berpindah ke tangan sendiri atau tidak
d) Bakhil
Bakhil artinya kikir. Orang yang kikir ialah orang sangat hemat
dengan apa yang menjadi miliknya, tetapi nikmatnya demikian
42
sangat dan sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang
dimilikinya itu untuk diberikan orang lain43.
Adapun sendi-sendi akhlak tercela sebagai berikut :
(1) Khubtsan wa Jarbazah (keji dan pintar busuk) dan balhan (bodoh)
yaitu keadaan jiwa yang terlalu pintar atau tidak bisa menentukan
yang benar diantara yang salah karena bodohnya, di dalam urusan
ikhtiar
(2) Tahawwur (berani tapi sombong), jubun (penakut) dan kahuran
(lemah, tidak bertenaga), yaitu kekuatan amarah yang tidak bisa
dikekang atau tidak dilahirkan, sekalipun sesuai dengan yang
dikehendaki akal
(3) Syarban (rakus) dan jumud (beku), yaitu keadaan syahwat yang
tidak terdidik oleh akal dan syari’at agama, berarti ia berlebihan
atau sama sekali tidak berfungsi
(4) Zalim, yaitu kekuatan syahwat dan amarah yang tidak terbimbing
oleh hikmat.
Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha
sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan
sarana pendidikan dan pembinasan yang terprogram dengan baik
dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.
Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa
akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan
sendirinya. Potensi rohani yang ada di diri manusia, termasuk di
dalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati
nurani dan dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang
tepat.
43
Drs. Humaidi Tatapangarsa, Akhlak yang mulia, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1980),
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak
Dalam suatu usaha, pastilah ada faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam usaha tersebut. Begitu pula dalam usaha pembentukan akhlak dalam
pendidikan, namun pada faktor-fator pembentukan akhlak ini kita bisa
lihat dari aliran aliran pendidikan, yaitu :
1) Aliran nativisme berpendapat bahwa faktor yang paling berpengaruh
dalam pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari
dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal dan
lainnya
2) Aliran empirisme berpendapat bahwa faktor yang paling berpengaruh
dalam pembentukan diri seseorang adalah faktor luar, yaitu lingkungan
sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan
3) Aliran konvergensi berpendaat bahwa faktor yang paling berpengaruh
dalam pembentukan diri seseorang adalah faktor internal, yaitu
pembawaan si anak. Dan faktor luar, yaitu pendidikan dan pembinaan
yang dibuat secara khusus, atau melalui inetraksi dalam lingkungan
sosial
Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembentukan
akhlak pada anak ada dua, yaitu :
a) Faktor dari dalam, yaitu potensi fisik bakat, akal yang dibawa anak
sejak lahir
b) Faktor yang kedua, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat
C. Hubungan PAI dengan akhlak
Akhlak dalam kehidupan sering diartikan tingkah laku, etika, norma,
tetapi akhlak nilainya lebih tinggi sebab akhlak sumbernya adalah agama yaitu
Al-Qur’an dan Hadits, lain halnya etika yang sifatnya temporer sebab dia
hanya dapat kebiasaan pada suatu daerah yang nilai adat itu berbeda pada
suatu adat lain. Demikian pula ketika sahabat bertanya kepaa Aisyah sebagai
contoh konkret akhlak Rasulullah SAW. Beliau menjawab : akhlaknya adalah
bermasyarakat. Sehingga dengan demikian akan terbentuk suatu masyarakat
yang adil dan sejahtera, Allah berfirman didalam Al-Qur’an surat Al Maidah
ayat 2 :
Artinya: ” Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
Perbuatan - perbuatan baik yang telah diterangkan tidak hanya
dilakukan dilingkungan masyarakat luas, tetapi harus dapat pula dilakukan
dilingkungan lainnya yaitu lingkungan keluarga dan ligkungan sekolah.
Dalam ajaran Islam perbuatan baik atau akhlak baik itu tidak hanya
dilakukan manusia kepada Allah dan manusia dengan manusia juga, manusia
harus berbuat baik dengan sesama makhluknya, misalnya manusia membunuh
binatang tanpa alasan.
Pendidikan Agama Islam adalah pengetahuan untuk membentuk
akhlak agar segala perbuatannya sesuai dengan tuntutan yang ada dalam
ajarannya.
”Agama akan membukakan hati manusia kepada pengertian -
pengertian yang absolut dan altruistik (cinta sesama manusia). Agama itu juga
mempunyai nilai-nilai yang absolute dan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur.
Oleh karena itu setiap pengarahan diri kepada nilai-nilai keagamaan pasti amat
besar artinya bagi perubahan dan pembentukan karakteristik.”4
Pendidikan Agama Islam yang ada di sekolah sangat penting artinya
bagi pembinaan akhlak siswa. Zakiah Darajat mengatakan bahwa Pendidikan
Agama di sekolah sangat penting untuk penyempurnaan pertumbuhan
kepribadian anak didik. Lebih lanjut dikatakan bahwa pendidikan di sekolah
mempunyai dua aspek terpenting.
Aspek pertama dari Pendidikan Agama Islam adalah yang ditujukan
kepada jiwa atau pembinaan kepribadian. Anak didik diberi kesadaran kepada
4
adanya Tuhan. Lalu dibiasakan melakukan perintah - perintah Tuhannya dan
meninggalkan larangan-laranganNya.
Aspek kedua dari Pendidikan Agama Islam adalah yang ditujukan
kepada fikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri. Kepercayaan kepada Tuhan
tidak sempurna bila isi dari ajaran - ajaran Tuhan itu tidak diketahui
betul-betul. Anak didik harus ditujukan apa yang disuruh, apa yang dilarang, apa
yang boleh, apa yang dianjurkan dilakukan dan apa yang dianjurkan
meninggalkannya menurut ajaran agama.
Belajar mengajar bidang studi Pendidikan Agama Islam disekolah
dengan materi baca tulis Al-Qur’an, ibadah dan akhlak. Yang kemudian
disampaikan oleh guru sebagai pembimbing yang akan mengarahkan siswanya
terhadap tujuan yang ditentukan.
Dengan demikian hubungan belajar mengajar bidang study Pendidikan
Agama Islam dengan pembinaan akhlak mempunyai hubungan erat yaitu
dalam penanaman pengetahuan yang harus dapat dilakukan atau dipraktekkan
dalam kehidupannya. Sehingga apa yang dilakukannya merupakan
kepribadian akhlak dari siswa.
Pada akhirnya berhasil atau tidaknya Pendidikan Agama Islam
tergantung kepada sampai sejauhmana para pendidik dalam menanamkan
nilai-nilai ajaran Islam. Hubungan mereka akan dikatakan baik atau berhasil
bila dibuktikan oleh pengetahuan dan sikap dalam bentuk pengalaman yang
merupakan akhlak dirinya.
D. Kerangka Berfikir
Dari kajian teori yang telah dipaparkan di atas telah kita ketahui bahwa
betapa pentingnya Pendidikan Agama Islam bagi seorang anak, agar dalam
kehidupan berbangsa dapat dillandaskan dengan pengetahuan yang didasari
agama,. Jika seseorang telah diberikan Pendidikan Agama Islam, maka ia akan
menjadi seseorang yang berbudi luhur yang penuh dengan akhlak mulia
Dalam hal ini, Pendidikan Agama Islam merupakan suatu usaha yang
ajaran agama Islam dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari,
serta dapat diridhoi oleh Allah SWT.
Kepribadian muslim yang baik itu tidak luput dari akhlak yang mulia.
akhlak mulia tidak begitu saja ada pada diri seseorang, namun perlu
pembinaan dan bimbingan.
Sesuai dengan tujuan Pendidikan Agama Islam bahwa Pendidikan
Agama Islam merupakan suatu proses membimbing dan emmbina fitrah
(kesuian) peserta didik secara maksimal dan bermuara pada terciptanya
pribadi yang demikian, peserta didik diharapkan akan mampu memadukan
pengetahuan dengan akhlak yang mulia.
SD Islam Mifthaul Diniyah sebagai salah satu institusi yang
menyelenggarakan pendidikan berbasis agama islam diharapkan dapat
memberikan pembinaan khusus terhadap peserta didiknya agar terbentuk
kepribadian muslim yang sempurna.
E. Hipotesa
Berdasarkan kajian teoritis yang telah dipaparkan, maka peneliti
mengajukan pertanyaan :”Apakah siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam
pelajaran Pendidikan Agama islam mempunyai akhlak yang baik
dibandingkan siswa yang nilainya rendah ?”
Berdasarkan pertanyaan di atas maka penulis membuat hipotesa sebagai
berikut :
Ha : terdapat pengaruh yang signifikan Pendidikan Agama Islam
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodologi kuantitatif yaitu
dengan cara uji korelasi karena langkah penulis lalukan dalam penelitian ini
adalah dengan mengumpulkan data, menganalisa dan menginterprestasikan
hasil dari data yang di dapat pada waktu dilapangan.
B.
Variabel Penelitian
Penelitian ini memiliki dua variabel. Pertama pengaruh Pendidikan
Agama Islam sebagai variabel bebas (variabel x) yang diambil dari hasil
belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam yang terdapat pada
[image:39.612.114.505.147.354.2]buku raport siswa. Kedua akhlak siswa sebagai variabel terikat atau variabel y.
Tabel 1 Variabel Penelitian
Variabel Dimensi Indikator
Proses
Pendidikan
Agama
Islam
Materi Pendidikan
Agama Islam
Berdasarkan (nilai
raport Pendidikan
Agama Islam siswa)
-
Akhlak 1 Akhlak terhadap
Allah SWT dan
RasulNya
1.1. Pembiasaan melaksanakan shalat
lima waktu tepat waktu agar
disiplin dalam belajar
1.2.Membiasakan membaca Al
Qur’an
1.3.Membiasakan melaksanakan
puasa bulan Ramadhan agar
membina kejujuran
1.4. meninggalkan perbuatan yang
dilarang oleh Allah SWT
2 Akhlak siswa
terhadap rang tua dan
guru
1.1. Berperilaku santun pada
sesama dan hormat pada
orang yang lebih tua.
1.2. Menunjukkan cara
berterima kasih dan hormat
kepada orang tua, guru dan
teman
1.3. Membiasakan berbicara
dengan baik, kasih sayang,
terhadap orang tua, guru dan
teman
3 Akhlak terhadap diri
sendiri dan manusia
lain
3.1. Selalu menjaga hidup
toleransi agar bisa bekerja
sama dengan pihak lain
dalam melaksanakan
kebaikan sosial.
3.2. Menjadi siswa yang ulet
sabar dan pekerja keras.
4 Akhlak siswa
terhadap lingkungan
C.
Populasi dan Sampel
1
Populasi
Populasi adalah keseluruhan wilayah secara umum yang terdiri atas
obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil
kesimpulannya.1
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas
IV, V dan VI SDI Miftahul Diniyah yang berjumlah 55 orang.
2
Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk dijadikan
contoh, teknik pengambilan sampel yang dipergunakan adalah teknik
random sampling (sampel acak sederhana) yaitu bertujuan mengambil
sampel anggota populasi yang dilakukan secara acak karena beberapa
pertimbangan sehingga tidak mengambil sampel yang besar atau jauh.2
Sampel penelitian yang digunakan adalah siswa SDI Miftahul
Diniyah yang berjumlah 30 anak. Teknik pengambilan sample yang
digunakan adalah random sample (pengambilan sampel ssecara acak),
karena merupakan rumpun – rumpun yang merupakan kelompok
[image:41.612.117.508.119.684.2]individu-individu itu yang tersedia sebagai unit – unit dalam populasi.
Tabel 2
Matrik Populasi dan Sampel
No Kelas Populasi Sampel
1
2
3
IV
V
VI
25
18
12
10
10
10
Jumlah 55 30
1
Sugiono, Metodologi Kuantitatif, Kualitatif Danr&D, (Bandung: Pt. Alfabet, 2008),
h.80. 2
Suharsini Arikanto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rieke
D.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis
yaitu dengan cara :
1. Wawancara
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan kepala sekolah
untuk medapatkan data tentang gambaran sekolah yang diteliti.
2. Angket
Yaitu dengan cara menyebarkan angket berisi daftar pertanyaan dan
pernyataan yang harus diisi siswa untuk mendapatkan skor akhlak siswa.
Angket ini disampaikan pada siswa-siswi SDI Miftahul Diniyah.
Adapun kontruksi angketnya adalah sebagai berikut :
a. Pertanyaan terstruktur
Pada bagian angket ini, subyek diminta untuk mengisi variabel
control yang berupa pertanyaan mengenai identitas subyek, kelas. Jenis
kelamin, asal sekolah
b. Pertanyaan Utama
Pada bagian yang dimaksud adalah angket yang terdiri dari
sekumpulan pertanyaan yang menghendaki pendapat / penelitian siswa
guna menjaring data kemampuan dan kebiasaan responden dalam
berakhlak. Pertanyaan tersebut terdiri dari 20 item pertanyaan dengan
alternative jawaban yang tersedia, yaitu Sangat setuju, Setuju, Ragu,
Tidak setuju, dan Sangat tidak setuju
Pada bagian item pertanyaan dibagi dalam dua bentuk, yaitu :
1). Item sikap, yaitu item – item yang mengindikasikan bahwa “sikap
yang sepeti itu adalah saya”. Item sikap ini terdiri dari 10
pertanyaan dengan nomor item 1 – 10 .
2). Item perilaku, yaitu item – item yang mengindikasikan bahwa hal
yang demikian adalah ”perilaku yang saya lakukan”. Item perilaku
Perskoran terhadap item – item posisi dilakukan dengan cara memberi
skor sebagai berikut:
1. Jawaban option SSskor nilai 5
2. Jawaban option S skor nilai 4
3. Jawaban option R skor nilai 3
4. Jawaban option TS skor nilai 2
5. Jawaban option STS skor nilai 1
E.
Teknik Analisis Data
Teknik yang penulis pergunakan dalam menganalisa data penelitian ini
adalah teknik korelasi produt moment atau lengkapnya ”Product of the
Moment Correlation” Yaitu dengan menggunakan rumus :
Nxy – (x) (y)
{Nx2 – (x)2} {Ny2 – (y)2}
rxy = hasil korelasi
x = jumlah skor dalam distribusi x
y = jumlah skor dalam distribusi y
xy = jumlah produk – produk pasangan skor x dan y
x2 = jumlah kwadrat dalam distribusi x
y2 = jumlah kwadrat dalam distribusi y
N = jumlah data
Dalam teknis penulisan ini penulis menghadapi dua macam variabel,
yaitu variabl x dan y, variabel x adalah data nilai bidang studi. Agama
Islam yang terdapat pada raport siswa dan variabel y adalah data nilai
akhlak siswa
Adapun langkah – langkah yang pnulis tempuh dalam perhitungan
product moment adalah :
1 Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungannya, yang terdiri dari 6
kolom
Kolom 2 = skor variabel x (data hasil belajar siswa bidang studi
agama Islam
Kolom 3 = skor variabel y (data hasil perhitungan angket akhlak)
Kolom 4 = haisl perkalian antara skor variabel x dan skor variabel y
atau xy
Kolom 5 = hasil pengkuadratan skor variabel x yaitu y
Kolom 6 = hasil pengkuadratan y yaitu y
Mencari angka korelasinya, dengan menggunakan rumus :
Nxy – (x) (y)
{Nx2 – (x)2} {Ny2 – (y)2}
2 Memberikan interprestasi terhadap rxy dan menarik kesimpulan
Setelah dketahui nilai ”r” (r hasil perhitungan) kemudian penulis
menginterprestasikan haisl perhitungan tersebut, yaiyu Ho diterima
jika harga ”r” (r hasil perhitungan) kurang dari harga tabel, sebaliknya
jika harga ”r” lebih dari satu atau sama dengan harga tabel, maka Ho
ditolak dan Ha diterima, untuk mengetahui tingkat korelasi dari ”r” (r
hasil perhitungan) antara kedua variabel tersebut, maka kita
konsultasikan dengan kriteria ”r” product moment
Adapun kriteria dimaksud adalah
0,90 sampai 1,00 korelasi sangat tinggi
0,70 sampai 0,90 korelasi tinggi
0,40 sampai 0,70 korelasi sedang / cukup
0,20 sampai 0,40 korelasi rendah
0,00 sampai 0,20 korelasi sangat rendah
Korelasi antara variabel dapat terjadi dua macam yaitu korelasi
yang sifatnya satu arah dan korelasi yang sifatnya berlawanan arah
Korelasi satu arah (searah) disebut korelasi positif, sedangkan
korelasi yang berlawanan arah disebut korelasi negatif. Kedua korelasi
Korelasi positif Korelasi negatif
Keterangan :
a. Pada korelasi positif jika variabel x mengalami kenaikan atau
kemajuan maka akan diikui oleh variabel y, begitu juga sebaliknya,
jika variabel x mengalami penurunan maka akan diikuti oleh variabl y
b. Pada korelasi negatif arahnya berlawanan maka variabel y akan
mengalami penurunan, dan begitu juga sebaliknya.
Interprestasi menggunakan tabel nilai ”r” product moment (rt), dengan terlebih
dahulu mencari derajat babasnya (db) atau degress of freedom (df) yang
rumusannya adalah:
df= N-nr
keterangan:
df = Derajat bebas
N=banyak responden yang diteliti
Nr=banyaknya variabel yang dikorelasikan.3
Setelah hasil dicocokan dengan tabel koefisien korelasi ”r” Product
moment untuk berbagai df, baik pada taraf signifikan 1 % ataupun pada taraf
signifikan 5%.
Selanjutnya untuk mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y
penulis menggunakan rumus sebagai berikut:
KD= r² x 100%
Keterangan:
KD = kontribusi variabel X terhadap Y
3
Anas sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,(Jakarta: PT. Grafindo Persada,2005),
h.180-193.
var var var var var var var var
r = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku ”pedoman
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum SD Islam Miftahul Diniyah
1. Latar Belakang dan Sejarah BerdirinyaSD Islam Miftahul Diniyah didirikan pada tahun 2002 oleh Yayasan
Miftahul Diniyah dengan status swasta, atas pertimbangan-pertimbangan
dibawah sebagai berikut:
1) Penduduk di sekitar lingkungan sudah sangat padat penduduk
sedangkan sekolah masih sedikit.
2) Kebutuhan masyarakat sangat mendesak akan dunia pendidikan.
3) Untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana yang telah
diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945.
4) Undang-undang Dasar yang menyatakan bahwa, Negara patut
menyelenggarakan pendidikan tingkat dasar sampai dengan perguruan
tinggi dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sumber data: Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan arsip SD Islam
Miftahul Diniyah.
2. Visi dan Misi SD Islam Miftahul Diniyah a. Visi
Mewujudkan manusia yang beriman, bertaqwa, berilmu, berteknologi
dan berakhlakul karimah dalam menghadapi persaingan di era
b. Misi
1) Meningkatkan kualitas keislaman ummat Islam
2) Menggali dan mengembangkan sumber daya insani bangsa dalam
menghadapi tantangan globalisasi untuk mencapai pembangunan
nasional
3) Menggali dan mengembangkan kreatifitas insani bangsa yang
mengarah pada kemajuan teknologi.
c. Tujuan
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Berdasarkan
pada tujuan tersebut, maka tujuan pendidikan Sekolah Dasar Islam
Miftahul Diniyah sebagai berikut:
1)Dapat mengamalkan ajaran agama islam hasil pembelajaran dan
kegiatan pembiasaan.
2)Meraih prestasi akademik maupun non akademik pada semua
bidang ilmu pengetahuan di tingkat kecamatan dan tingkat
nasional.
3)Menguasai life skill (kecakapan hidup) sebagai bekal di masa
mendatang.
4)Menjadi sekolah pelopor dan penggerak serta diminati masyarakat.
5)Mengenal, mencintai, dan menghargai bangsa Indonesia dan
kebudayaannya.
3. Struktur kurikulum dan muatan KTSP
Struktur kurikulum SDI Miftahul Diniyah berdasarkan standar
kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan
ketententuan sebagai berikut:
1) Kurikulum SDI Miftahul Diniyah memuat 8 mata pelajaran, muatan
2) Substansi mata pelajaran Sains dan IPS merupakan “Sains Terpadu”
dan “IPS Terpadu”
3) Pembelajaran pada kelas 1 s/d III dilakukan dengan pendekatan
tematik.sedangakn pada kelas IV s/d VI melalui pendekatan mata
pelajaran.
4) Alokasi waktu satu jam mata pelajaran adalah 35 menit.
5) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 36
[image:49.612.114.502.103.644.2]minggu.
Tabel 3 Struktur Kurikulum
Komponen Kelas dan Alokasi Waktu
I II III IV, V, VI
A.Mata Pelajaran TEMATIK
1.Pendidikan Agama 4
2. Pendidikan kewarganegaraan 2
3.Bahasa Indonesia 8
4.Matematika 8
5.Sains 6
6.Ilmu Pengetahuan Sosial 4
7.Seni budaya dan ketrampilan 2
8.Penjasorkes 4
B.Muatan Lokal
a.Bahasa Inggris TEMATIK 4
b.BTQ (Baca Tulis Qur’an) 4
c.TIK/Komputer 2
d.Budi Pekerti 2
C.Pengembangan Diri
a.Pramuka b.Olahraga c.Seni d.Profesi e.Ilmiah
4. Tenaga Pengajar dan Tenaga Administrasi SD Islam Miftahul Diniyah
Agar lebih jelasnya jumlah untuk tenaga pengajar dan ten