• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pendidikan agama islam terhadap akhlak siswa SD Islam Miftahul Diniyah di Kelurahan Pondok Cabe Udik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pendidikan agama islam terhadap akhlak siswa SD Islam Miftahul Diniyah di Kelurahan Pondok Cabe Udik"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

SD ISLAM MIFTAHUL DINIYAH

DI KELURAHAN PONDOK CABE UDIK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Di susun Oleh: Ika Malgi Ulfa 206011000012

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

SD ISLAM MIFTAHUL DINIYAH

DI KELURAHAN PONDOK CABE UDIK

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat- syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh:

IKA MALGI ULFA 206011000012

Di bawah Bimbingan

Dr.Khalimi,M.A NIP: 19650515 199403 1006

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)

BARANG SIAPA RELA DENGAN KEHIDUPAN TANPA AGAMA

MAKA DIA TELAH MENJADIKAN KEHANCURAN SEBAGAI TEMAN KARIBNYA.

SK RI PSI I N I SAYA

PERSEM BAHK AN U N TU K :

AL M ARHU M AYAHAND A H.ABD U L GAN I DAN

AL M ARHU M AH I BU HJ. YAYAH M U RSI AH

YAN G TERCI NTA.

SERTA U NTU K I BU N D A SAYA TERCI NTA

HJ.PU RWI YANTI .

ADI K - ADI K KU TERSAYANG AHM AD FU RQON,

AHM AD FAD L I , I K HSAN NU R GAK U BA.

FI RM AN SYAH PU TRA

YANG SEL AL U M EM BERI K AN D U K U N GAN,

D ORONGAN, M OTI VASI , SEM ANGAT DAN

(5)

iii

Segala puji serta syukur bagi Allah swt atas segala nikmat dan karunia

yang telah diberikan kepada kita semua, khususnya bagi penulis, sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik, walaupun masih jauh dari

kesempurnaan. Mudah-mudahan dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak

yang membacanya, khususnya bagi penulis.

Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah

saw, serta para sahabatnya, keluarganya dan para pengikutnya yang senantiasa

setia hingga akhir zaman.

Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit kesulitan yang dihadapi penulis,

baik yang menyangkut pengumpulan bahan maupun pembiayaan, dan sebagainya.

Namun, berkat kemauan keras dan kesungguhan hati, disertai dorongan dan

bantuan dari beberapa pihak, maka segala kesulitan dan kendala dapat diatasi

dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sedalam

dalamnya dan penghargaan setinggi- tingginya kepada semua pihak yang telah

terlibat dan telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:

1. Prof.Dr.Dede Rosyada,M.A sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan, UIN Jakarta.

3. Dr.Khalimi,M.A yang telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi

ini.

4. Para dosen dan karyawan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan

keguruan yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas yang membantu

(6)

iv

6. Kepada orang tua tercinta, Ayahanda Alm baba.H.Abdul Gani dan Ibunda

Hj.Purwiyanti dan Alm.Hj.Yayah Mursiah yang telah banyak memberikan

doanya, dukungan moral serta motivasi agar penulis terus berusaha

menjadi lebih baik dan bersabar dalam menyelesaikan penulisan skripsi.

7. Adik-adik tercinta, Achmad Furqon, Ahmad Fadli, Ikhsan Nur Gakuba

yang sudah banyak memberikan motivasi kepada penulis.

8. Seseorang tercinta selalu setia ada menemani selama ini, Firmansyah

Putra yang selalu mendorong serta memberi dukungan kepada penulis.

9. Kepala sekolah dan dewan guru SD-TK islam Miftahul Diniyah.

10.Kawan-kawan terdekat, yaitu sahabat PAI A Non Reguler tahun 2006(cici,

fica, diah, vina,dll)

11.Kawan-kawan “the Tamfan” jamrudin, bongas, arif, Jodi, ibnu, hata,

akbar, nchan, dadang, qori, jajank, dan semuanya yang mungkin tak

penulis sebutkan masing- masing namanya, yang sudah member dorongan

moralnya kepada penulis.

Mudah-mudahan amal dan jasa baik yang mereka berikan dapat

dibalas oleh Allah swt dengan balasan yang berlipat ganda, Amiin.

Jakarta, 1 Desember 2010

(7)

v

Kupersembahkan untuk Ayahandaku Alm Baba.H .Abdul Gani yang telah

(8)

vi

Semoga menjadi kebanggaan dan kebahagiaan bagi beliau semuanya akan selesainya

skripsi ini.

Semoga menjadi jalan pahala yang selalu mengalir untuk beliau semua karena beliau

(9)

v

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESA A. Pendidikan Agama islam ... 5

B. Akhlak ... 12

C. Hubungan PAI dengan Akhlak ... 24

D. Kerangka Berfikir ... 26

E. Hipotesa ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 28

B. Variable Penelitian ... 28

C. Populasi dan Sampel ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31

(10)

v i

C. Analisa Data dan Interprestasi Data ... 43

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

(11)

ВАВІ

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah Pendidikan Agama Islam berarti upaya

membimbing,mengarahkan, dan membina peserta didik yang dilakukan secara

sadar danterencana agar terbina suatu kepribadian yang utama dengan

nilai-nilai ajaranIslam. 1 Pendidikan Agama Islam tidak terlepas dari

pembahasan tentangakhlak, karena salah satu tujuan dari Pendidikan Agama

Islam adalahmembiasakan anak-anak atau siswa berakhlak mulia. Dalam

Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) UU RI NO. 20 TH 2003 BAB II

Pasal 3 yang juga menyatakan:

"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa, berakhlah mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatof, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab."2

Yang artinya proses pendidikan diarahkan pada intemalisasi nilai-nilai

ajaran Islam serta aktualisasinya sebagai etika sosial dalam kehidupan sehari-

hari.

1

Abudin nata, Metodologi Studi Islam , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 340.

2

(12)
(13)

semakin banyak unsur agama dalam pribadi siswa. Apabila dalam pribadinya

banyak unsur agama, така sikap, tindakan, kelakuan dan carnya menghadapi

hidup akan sesuai dengan ajaran agama."5Tampak jelas bagaimana eratnya

hubungan keimanan seseorang dengan ketinggian akhlaknya. Oleh karena itu

seseorang yang telah mengetahui Pendidikan Agama Islam seharusnya

mempunyai akhlak sebagaimana tujuan Pendidikan Agama Islam.

Bertitik tolak dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membuat

judul penelitian "Pengaruh Pendidikan Agama Islam Pada Akhlak Siswa SD Islam Miftahul Diniyah". Dengan alasan sebagai berikut:

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, така diidentifikasi berbagai

masalah terkait dengan pengaruh Pendidikan Agama Islam yaitu :

1. Pendidikan Agama Islam pada SD Islam Miftahul Diniyah mealui

kurikulum KTSP di sekolahnya.

2. Akhlak seseorang bukanlah bawaan dari lahir, namun harus di bentuk dan

di kembangkan. Di SD Islam Miftahul Diniyah menerapkan pendidikan

akhlak yang mengarah pada terbentuknya akhlak siswa yang baik.

3. Di era globalisasi ini banyak sekali akhlak siswa yang buruk, namun di SD

Islam Miftahul Diniyah Akhlak siswa terhadap guru sangat baik.

4. Seringkali terjadi peserselisihan antara teman karena sedikitnya

pengetahuan akhlak mereka, akan tetapi Akhlak siswa SD Islam Miftahul

Diniyah terhadap sesama teman sangat baik.

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang terkait dengan pengaruh

Pendidikan Agama Islam terhadap pembentukan akhlak, така penulis

membatasi masalah sebagai berikut:

5

(14)

(akhlak).

2. Akhlak yang dimaksud disini ialah tingkah laku keseharian siswa pada

tatanan kesopanan dan budi pekerti yang luhur.

3. Proses Pendidikan Agama Islam yang diterapkan pada SD Islam Miftahul

Diniyah.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatsan masalah diatas, така penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. "Bagaimana hasil belajar Pendidikan Agama Islam Di SD Islam Miftahul

Diniyah?"

2. "Bagaimana akhlak siswa di SD Islam Miftahul Diniyah?"

3. "Bagaimana Pendidikan Agama Islam berpengaruh terhadap akhlak siswa

SD Islam Miftahul Diniyah?"

E.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tuj uan Penelitian

a. Mendapatkan informasi mengenai pengajaran Pendidikan Agama Islam

di SD Islam Miftahul Diniyah.

b. Mengetahui kualitas akhlak anak-anak yang belajar di SD Islam

Miftahul Diniyah.

c. Mengetahui pengaruh PAI terhadap akhlaq siswa SD Islam Miftahul

Diniyah.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi pendidik yang

berkewajiban meningkatkan dan mengaktifkan dalam memberikan pendidikan

(15)

sebagai salah satu syarat menyelesaikan program strata satu (SI) pada jurusan

(16)

5

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESA

A.

Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum penulis menjabarkan pengertian dari Pendidikan Agama

Islam, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan tentang istilah

pendidikan. Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya

awalan ”pe” dan akhiran ”kan” mengandung arti perbuatan (hal, cara dan

sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani,

yaitu paedagogik, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.

Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan

education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa

Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti

pendidikan.1

1

(17)

Ahmad D. Marimba, berpendapat bahwa ”Pendidikan adalah

bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama.2

Kemudian dijelaskan lagi bahwa ”Pendidikan adalah segala usaha

orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin

perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan”3.

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun

segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak agar mereka sebagai manusia

dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan

kebahagiaan setinggi-tingginya4.

Dari pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas dapat

disimpulkan bahwa pendidikan ialah suatu usaha yang di sengaja yang

bertujuan untuk menciptakan manusia yang diharapkan di masyarakatnya.

Pendidikan agama Islam itu sendiri menurut Ahmad D. Marimba,

adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama

Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut

ukuran-ukuran Islam5.

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam

adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai

dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan

ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh,

serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai usaha pandangan

hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di

akherat kelak6.

2

Ahmad. D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’rifat,

1981) cet-5,h.19 3

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung:Remaja Karya) h.15

4

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005),

Cet-4,h.4 5

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, h.23

6

(18)

Lebih lanjut Prof. Dr. H. Abudin Nata, MA dalam bukunya

Metodologi Studi Islam, ditulis bahwa ” upaya membimbing,

mengarahkan, dan membina peserta didik yang dilakukan secara sadar dan

terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama dengan nilai-nilai

ajaran Islam”7.

Dari uraian-uraian di atas tentang pendidikan agama Islam dapat di

simpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam ialah usaha yang dilakukan

dalam pembentukan kepribadian yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam

kepada peserta didik, agar peserta didik mampu menjadi manusia yang

menjalankan hidupnya dengan arah yang di ridhoi oleh Allah SWT.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar yang menjadi acuan pendidikan agama Islam hendaknya

merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat

menghantarkan peserta didik ke arah pencapaian pendidikan. Oleh karena

itu, dasar yang terpenting dari Pendidikan Agama Islam adalah Al-Qur’an

dan sunnah Rasulullah (hadits)

Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam dapat pula ditinjau dari

beberapa segi, yaitu :

1) Dasar Religius

Menurut Zuhairini, yang dimaksud dengan dasar religius adalah

dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam

Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Menurut ajaran Islam, bahwa

melaksanakan pendidikan agama Islam adalah merupakan perintah

dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya8. Dalam Firman Allah

SWT surat An-Nahl:64.

7

Abudin Nata, Metodologi Studi Islam , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 340.

8

Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya : Biro Ilmiah Fakultas

(19)













































Artinya: ” Dan kami tidak menurunkan kepadamu Al kitab (Al-Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”

2) Dasar Yuridis Formal

Menurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan Yuridis Formal

pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang berasal dari

perundang-undangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan

pegangan dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam, di sekolah –

sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia.

Adapun dasar yuridis formal ini terbagi tiga bagian, sebagai berikut :

(a) Dasar Ideal

Yang dimaksud dengan dasar ideal yakni dasar dari falsafah

Negara : Pancasila dimana sila yang pertama adalah ketuhanan

Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian, bahwa seluruh

bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha esa,

atau tegasnya harus beragama9.

(b) Dasar Konstitusional / Struktural

Yang dimaksud dengan dasar konstitusional adalah dasar

UUD tahun 2003 Pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi sebagai

berikut :

(1) Negara berdasarkan atas Tuhan Yang Maha Esa

Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamnya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama

dan kepercayaannya10.

9

Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama,…h.22

10

(20)

Bunyi dari UUD di atas mengandung pengertian bahwa

bangsa Indonesia harus beragama, dalam pengertian manusia

yang hidup di bumi Indonesia adalah orang-orng yang

mempunyai agama. Karena itu, umat beragama khususnya

umat Islam dapat menjalankan agamnya sesuai ajaran Islam,

maka diperlukan adanya Pendidikan Agama Islam.

Dan UUD 2003 Pasal 31 ayat 1 dan 2 yang membahas

tentang pendidikan, yang berbunyi:

(2) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran dan

Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan

undang-undang.

3) Dasar Sosial Psikologis

Yang dimaksud dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan

aspek kejiwaaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa

dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai

anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya

tidak tenang dan tidak tentran sehingga memerlukan adanya pegangan

hidup.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an :















Artinya: Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Dengan demikian pegangan hidup seseorang itu hanyalah kepada

Tuhan-Nya dan oleh sebab itu manusia akan selalu berusaha

mendekatkan diri dan mengabdi kepada Tuhan-Nya, hanya saja cara

mendekatkan diri yang berbeda-beda sesuai dengan agama yang

(21)

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Menurut Zakiah Dradjat dalam bukunya yang berjudul Ilmu

Pendidikan Islam menyatakan, bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam

yaitu kepribadian yang membuatnya menjadi ”insan kamil” dengan pola

taqwa Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup

berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah

SWT.3

Sehubungan dengan ini maka tujuan mempunyai arti yang sangat

penting bagi keberhasilan sasaran yang diinginkan, dan mutu kegiatan

yang dilakukan. Oleh karena itu kegiatan yang tanpa disertai tujuan

sasarannya akan kabur, akibatnya program dan kegiatannya akan

berantakan.

Secara praktis, Muhammad Athiyah al-abrasyi menyimpulkan bahwa

tujuan Pendidikan Agama Islam terbagi atas 5 sasaran, yaitu :

1) Membentuk akhlak mulia

2) Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat

3) Persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya

4) Menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik

5) Mempersiapkan tenaga professional yang terampil14

Imam al-Ghazali mengatakan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam

yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan

kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat15.

Berdasarkan rumusan tujuan di atas, dapat dipahami bahwa

Pendidikan Agama Islam merupakan suatu proses membimbing dan

membina fitrah (kesucian) peserta didik secara maksimal dan bermuara

pada terciptanya pribadi peserta didik sebagai insan kamil. Melalui sosok

pribadi yang demikian, peserta didik diharapkan akan mampu memadukan

3

Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet-5, h.59

14

Al-Rasyidin, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta Ciputat Press, 2005)

h.37 15

(22)

fungsi iman, ilmu dan amal secara seimbang bagi terbinanya kehidupan

yang harmonis di dunia dan akherat.

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam mempunyai pastinya mempunyai fungsi

yang sangat besar dalam proses pendidikan peserta didik. Adapun fungsi

Pendidikan Agama Islam bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan

dapat dilihat dari dua bentuk, yaitu :

1) Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungkan

tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide

masyarakat dan nasional.

2) Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan. Pada

garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan

dan skiil yang dimiliki, serta melatih tenaga-tenaga manusia (peserta

didik) yang produktif dalam menemukan pertimbangan perubahan

sosial dan ekonomi yang demikian dinamis16.

Dalam pasal 3 UUSPN dinyatakan bahwa fungsi pendidikan nasional

adalah untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu

kehidupan dan martabat manusia17.

Menurut H.M. Arifin bahwa fungsi Pendidikan Agama Islam adalah

untuk membentuk manusia pembangunan yang bertaqwa kepada Allah

SWT, memiliki ilmu pengetahuan dan ketrampilan juga memiliki

kemampuan mengembangkan diri (individualis) bermasyarakat (sosialitas)

serta kemampuan untuk bertingkah laku berdasarkan norma-norma susila

menurut agama Islam18.

Secara garis besar penulis menyimpulkan fungsi dari Pendidikan

Agama Islam yaitu untuk membentuk kepribadian muslim yang

16

Al-Rasyidin, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, h.34

17

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Paradigma Pendidikan Islam, (Yogya : Pustaka

Pelajar), Cet-1, h.182 18

Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam dilingkungan Sekolah dan

(23)

benar beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dengan memahami semua

ajaran Islam serta dapat mngamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

B.

Akhlak

Keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang darinya lahir suatu

perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan, atau

penelitian, disebut akhlak. Jika melahirkan perbuatan baik dan terpuji menurut

akal dan syara’ (hukum Islam), hal tersbut disebut akhlak baik. Jika

melahirkan perbuatan tidak baik, hal tersebut disebut akhlak buruk.

1. Pengertian Akhlak

Akhlak merupakan salah satu tujuan dari Pendidikan Agama Islam,

karena akhlak adalah perbuatan manusia yang baik yang harus dikerjakan

dan perbuatan jahat yang harus dihindari dalam pergaulan dengan Tuhan.

Manusia dan makhluk (alam) sekelilingnya dalam kehidupan sehari-hari

sesuai dengan nilai-nilai dan moral19.

Pengertian akhlak secara etimologi, menurut pendekatan etimologi,

perkataan ”akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya

”Khuluqun” yang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah

laku dan tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian

dengan perkataan ”khalkun” (ٌﻖﻠَﺧَ) yang berarti kejadian, serta erat hubungan ”khaliq” (ْﻖِﻠَﺧ) yang berarti pencipta dan ”makhluk” yang berarti yang diciptakan20. Baik kata akhlak atau khuluq kedua duanya dapat

dijumpai di dalam al-qur’an sebagai berikut :



Artinya : Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi

pekerti yang agung. Q.S Al-Qalam, 68:4)21

19

Asmaran , Pengantar Studi Ahlak, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet.-3,

h.5 20

Zahruddin AR, Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004),

cet-1, h.1 21

(24)

Dalam kamus bahasa Indonesia akhlak diartikan sebagai ”budi

pekerti, watak, kesopanan”22. Adapun akhlak dari segi terminologi (istilah)

sebagaimana dijelaskan oleh pakar ahlinya sebagai berikut :

Prof. Dr. Ahmad Amin mengemukakan pendapat bahwa akhlak ialah

”ilmu untuk menetapkan segala perbuatan manusia, yang baik atau yang

buruk, yang benar atau yang salah, yang hak atau yang batil”23.

Ibn Atsir dalam bukunya An-nihayah menerangkan ”hakekat makna

khuluq itu ialah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dsb sifat

sifatnya), sedangkan kholqun merupakan gambaran bentuk luarnya (raut

muka, tinggi rendahnya tubuh dan lain sebagainya)24.

a. Selanjutnya Imam Ghozali mengatakan, sebagai mana dikutip oleh

Yunahar Ilyas, bahwa :

”Akhlak ialah sifat tertanam jiwa yang menimbulkan perbuatan –

perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran

dan pertimbangan”25.

Berdasarkan definisi di atas, Yunahar menyimpulkan bahwa

akhlak atau khuluq ialah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia

sehingga dia akan muncul secara spontan bilaman diperlukan tanpa

memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu serta tidak

memerlukan dorongan dari luar. Jadi intinya akhlak merupakan suatu

kondisi atau sifat-sifat yang telah mersesap dalam jiwa dan telah

menjadi kepribadian sehingga dari situlah timbul berbagai macam

perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat26.

Dari definisi-definisi akhlak yang telah dijabarkan di atas dapat

disimpulkan bahwa sesungguhnya akhlak merupakan sifat atau budi

pekerti seseorang yang ada dalam dirinya dalam perilaku

kesehariannya.

22

Ahmad Amin, Ilmu Akhlak Terjemahan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1991), cet-6, h.1

23

H.A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997), cet-1, h.11

24

Yuhanar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta : LPPI, 1991) cet-1, h.2

25

Yuhanar Ilyas, Kuliah Akhlak, h.3

26

(25)

2. Sumber-sumber akhlak

Yang dimaksud dengan sumber akhlak ialah yang menjadi ukuran

baik dan buruk atau mulia atau tercelanya akhlak. Sebagaimana sumber

akhlak adalah Al-Qur’an dan sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan

masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Seperti dalam

konsep akhlak, segala sesuatu itu dimulai baik atau buruk terpuji atau

tercela, berdasarkan karena syara (Al-Qur’an dan sunnah)27.

Di dalam agama Islam baik akhlak terhadap khalik, sesama manusia

maupun terhadap alam telah dijelaskan oleh Al-Qur’an dan sunnag.

Sehingga manusia dapat menjadikan kedua sumber tersebut sebagai

pedoman dalam berakahlak. Yang menjadi landasan dan sumber ajaran

Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup baik dan mana yang buruk

ialah al-Qur’an dan sunnah. Firman Allah swt yang terdapat pada QS

Al-Ahzab ayat : 21.













































Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab : 21).28

3. Macam-macam Akhlak 1) Akhlak al-Karimah

Akhlak al-Karimah atau akhlak yang mulia sangat banyak

jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan

dan manusia dengan manusia. Akhlak yang mulia dapat dibagi menjadi

tiga bagian. Pertama, akhlak mulia kepada Allah. Kedua, akhlak mulia

terhadap diri sendiri dan ketiga, akhlak mulia terhadap sesama

manusia. Ketiga akhlak tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :

27

. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), cet-2, h.49-57

28

(26)

a) Akhlak terhadap Allah

Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan

kesadaran bahwa Tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat

– sifat terpuji demikian Agung sifat itu, yang jangankan manusia,

malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya29.

Adapun yang harus dilakukan untuk mendapatkan akhlak

mulia itu adalah :

(1) Menjaga kebersihan dan kesucian

Allah adalah Maha Suci. Oleh karena itu Dia hanya bisa

didekati oleh orang yang suci. Untuk berhubungan dengan

Allah diri kita harus bersuci. Ada dua kesucian yang harus

selalu dijaga oleh kita, yaitu kesucian jasmani atau sarana fisik

dan kesucian jiwa

Islam menekankan betapa pentingnya kebersihan,

sehingga kebersihan disebut-sebut sebagai salah satu tujuan

keimanan30.

(2) Menjaga kesucian badan atau sarana peribadatan

Bila kita hendak mengerjakan shalat, kita diwajibkan

untuk berwudhu dengan menggunakan air yang suci dan

diperoleh secara legal31.

(3) Menjaga kesucian jiwa

Untuk dapat mendekatkan diri dengan Allah, jiwa kita

pun harus suci. Firman Allah mengungkapkan secara singkat

tentang persoalan ini yaitu dalam surat Asy-Syams : 9-10























“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.

29

Moh. Ardani, Akhlak, Tasawuf Nilai-nilai Akhlak, h.49

30

Drs. K.H. Muslim Nurdin, dkk, Moral dan Kognisi Islam, h.221

31

(27)

Dalam menjaga kesucian jiwa, kita harus mentauhidkan

(mengEsa-kan) Allah dengan semurni-murninya tauhid.

(4) Ikhlas dalam beribadah

Dalam beribadah kita harus yakin bahwa Allah ada di

hadapan kita. Kita tidak boleh memandang Allah sebagai ”Dia”

(panggilan ketiga), melainkan ”Engkau” (panggilan kedua). Kita

tidak boleh ibadah asal-asalan, melainkan harus mengikhlaskan diri

kepadaNya. Ungkapan ”shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku”

hanya untuk Allah harus benar-benar hanya kepada Allah.harus

benar – benar direalisasikan dalam kehidupan32.

(5) Memohon pertolongan hanya kepada Allah

Dalam beribadah ataupun dalam hidup di dunia ini tidak ada

seorang pun manusia atau jin yang dapat menolong manusia selain

Allah. Tatkala meminta pertolongan, seperti tatkala beribadah.

Allah harus dihadirkan sebagai Engkau bukannya Dia. Yang

penting dalam berdo’a adalah mengerjakan adab-adab batiniyah.

Caranya dengan bertaubat, mengembalikan segala sesuatu yang

berasal diperbuatan dzalim, menghentikan kedzaliman, dan

memusatkan perhatian sepenuhnya kepada Allah33.

b) Akhlak yang baik terhadap diri sendiri

Setiap diri memiliki tiga macam potensi yang bila dikembangkan

dapat mengarah kepada kutub positif, tetapi dapat juga ke kutub

negatif, Ketiga potensi yang dimaksud adalah nafsu, amarah dan

kecerdasan. Bila dikembangkan secara positif, nafsu dapat menjadi

suci, amarah menjadi berani dan kecerdesan menjadi bijak. Sebaliknya

bila negatif maka akan menghasilkan potensi nafsu menjadi

pengumbaran hawa nafsu dan serakah, potensi amarah menghasilkan

karakter berani secara ceroboh atau gegabah dan pengecut, dan potensi

kecerdasan bisa menjadi bodoh dan jumud.

32

Muslim Nurdin, dkk, Moral dan Kognisi Islam, h. 227

33

(28)

Ketiga potensi diri dengan kedua kutub pengembangannya dapat

divisualisasikan dalam bagan berikut34 :

Berakhlak yang baik pada diri sendiri dapat diartikan

menghargai, menghormati dan menjaga diri sendiri dengan

sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah

Allah yang harus dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya35.

c) Akhlak yang baik terhadap sesama

Manusia adalah sebagai makhluk sosial yang kelanjutan

eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada

orang lain. Untuk itu, ia perlu bekerja sama dan saling menolong

dengan orang lain. Oleh karenanya ia perlu menciptakan suasana yang

baik, satu dan lainnya saling berakhlak yang baik diantaranya

mengiringi jenazah, menghadap undangan, dan mengunjungi orang

sakit.

Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, karena

ia berjasa dalam ikut serta mendewasakan kita. Caranya dapat

34

Muslim Nurdin, dkk, Moral dan Kognisi Islam, h.230

35

Moh. Ardani, Ahlak Tasawuf Nilai-nilai Akhlak, h.55

Positif (+) Suci Berani Bijak

Potens Manusia

Nafsu Amarah Kecerdasan

Negatif (-)

Mengumbar

Rakus

Gegabah

Pengecut

Bodoh

(29)

memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan, menghargainya,

dan sebagainya36.

d) Akhlak yang baik terhadap lingkungan

Manusia ditunjuk sebagai Khalifah Allah di muka bumi ini

adalah sebagai wakil Allah yang memegang mandat-Nya untuk

mewujudkan kemakmuran di muka bumi ini dengan kekayaan yang

bersifat kreatif yang memungkinkan manusia mengolah dan

mndayagunakan alam untuk kepentingan hidupnya.

Manusia sebagai khalifah Allah yang telah diciptakan Allah

dengan bekal dan fasilitas yang lengkap ditugaskan untuk secara

kreatif dan dinamis mengarahkan kemampuannya untuk memahami

realitas alam untuk dimanfaatkan dan didayagunakan demi

kesejahteraan manusia.

Kreatifitas khalifah itu tidaklah mutlak, ia dibatasi dengan aturan

– aturan yang diajarkan Allah melalui Rasul-Nya, karena

bagaimanapun seorang wakil dibatasi oleh aturan – aturan yang

diwakilinya. Jadi khalifah di muka bumi merupakan amanat yang

harus dipertanggung jawabkannya kepada yang memberinya. Karena

itu, kebebasan manusia berada dalam lingkup tanggung jawab. Firman

Allah QS : Ar-Ruum : 8











































































Artinya: “Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya”.

36

(30)

Pembatasan kekhalifahan manusia di muka bumi telah

disampaikan kepada manusia, baik secara tersirat melalui alam raya

yang dapat diserap dengan pikirannya, maupun melalui wahyu yang

tersurat dalam Al-Qur’an yang dapat diserap melalui qolbunya.

Karena itu kekhalifahan manusia terletak pada keseimbangan

pikiran dan qolbunya. Ketimpangan pada salah satu daripada keduanya

menyebabkan manusia kehilangan makna kekhalifahannya atau

penyelewengan dan tugas hidupnya.

Kemampuan pikiran melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi,

tetapi dengan mengandalkan itu tidak akan membawa kepada

kedudukan yang tinggi. Demikian pula penggunaan qalbu dengan

menafikan sama sekali peran pikiran, melahirkan fatalisme yang tragis.

Islam mengajarkan kekhalifahan sebagai suatu konsep yang

seimbang antara pikiran dan qalbu, material dan spritual. Ilmu

pengetahuan yang didasarkan kepada iman merupakan identitas

kekhalifahan manusia.

Dilihat dari tanggung jawab manusia adalah makhluk yang

ditugaskan untuk memakmurkan bumi, mengelola dan

melestarikannya. Suka merusak adalah sifat manusia yang didorong

oleh hawa nafsu dan melahirkan sifat rakus dan tamak. Jika

berhadapan dengan alam, sifat ini amat membahayakan, karena ia akan

menjadi makhluk perusak yang mengeksploitasi alam tanpa

memperhatikan kelestariannya, Sifat merusak alam adalah sifat buruk

dan dicela Allah. Firman-Nya :























“Mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan”. (Q.S. 5 : 64)

Untuk menghindarinya, manusia dituntut untuk menempati

(31)

menyikapi alam, sebagai amanat Allah untuk digunakan secara

bertanggung jawab.

Mengelola alam merupakan bentuk suka keadaan Allah, karena

itu ia merupakan kewajiban setiap manusia. Di sini syukur

direalisasikan pada sikap dan tindakan dalam memanfaatkan alam

secara bertanggung jawab.

Tugas mengelola alam merupakan tugas kekhalifahan manusia,

lebih ditekankan pada penebaran rahmat bagi alam secara keseluruhan,

yang merupakan ciri khas Islam. Mengelola dan mengayomi alam

merupakan pancaran iman dan bagian penting dari amal shaleh.

Demikianlah Islam mengajarkan sikap-sikap dan perlakuan yang

bijaksana dalam mengelola alam sebagai aktualisasi dan tugas manusia

sebagai khalifah, yakni pengelola yang akan ditentukan kualitasnya

pada sikap dan perlakuannya terhadap anugrah alam ini37.

Adapun sendi-sendi akhlak mulia menurut Ibn Miskawaih yaitu

ada empat :

1 Arif (hikmah), yaitu keadaan jiwa yang bisa menentukan hal-hal

yang benar diantara yang salah dalam urusan ikhtiariyah38.

Bagian kearifan adalah : pandai, ingat, berfikir, cepat memahami

dan benar pemahamannya, jernih pikiran serta mampu belajar

dengan mudah itu semua merupakan persiapan yang positif dalam

rangka mencapai kearifan39.

2 Sederhana (’iffah) yaitu keadaan syahwat yang terdidik oleh akal

dan syari’at agama40

Keutamaan-keutamaan sikap sederhana ini mencakup :

Rasa malu (al-haya) tindakan menahan diri karena takut melakukan

hal-hal yang senonoh, dan kehati-hatian celaan dan hinaan.

37

Muslim Nurdin, dkk, Moral dan Kognisi Islam, h.267-271

38

Imam Ghazali, Ihya’Ulum al-Din, jilid III, hlm. 53 39

Ibn Miskawaih, Tahzib Al-Akhlaq (Menuju Kesempurnaan Akhlak), Bandung, Mizan,

1997), cet-3, h.46 40

(32)

Tenang (al-da’at) adalah kemampuan seseorang untuk menguasai

dirinya ketika dilanda gejolak hawa nafsu

Dermawan (al-sakha’) adalah kecenderungan untuk berada di

tengah dalam soal memberi.

Puas (al qana’ah) adalah tidak berlebihan dalam makan, minum

dan berhias

Loyal (al damatsah) sifat yang tunduk dalam hal-hal terpuji

Kelembutan (al musalamah) lembut hati yang sampai ke jiwa dan

bebas dari kegelisahan

Wara’ percetakan diri agar senantiasa berbuat baik41

3 Berani (syaja’ah) yaitu keadaan kekuatan amarah yang tunduk

kepada akal pada waktu dilahirkan atau dikekang

Kebajikan yang menjadi bagian dari berani ini adalah :

Besar jiwa : meninggalkan persoalan yang tak penting dan berani

menanggung kehormatan dan kehinaan

Tegar (al najdah) kepercayaan diri dalam menghadapi hal-hal yang

menakutkan

Ulet (’azam al himmah) merupakan kebajikan jiwa, yang membuat

bahagia akibat bersungguh-sungguh

Tenang dan tabah merupakan kebajikan jiwa yang membuat

seseorang mencapai ketenangan jiwa

Perkasa : berkemauan melakukan pekerjaan – pekerjaan besar

4 Adil yaitu kekuatan jiwa yang dapat menuntun amarah dan

syahwat sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hikmah

Bagian – bagian dari adil sebagai berikut : bersahabat,

bersemangat, sosial, bersilaturahmi, memberi imbalan, bersikap

baik dalam kerja sama, jeli dalam merumuskan masalah, cinta

kasih, beribadah, jauh dari rasa dengki, memberi imbalan, yang

41

(33)

baik dan terbaik kendari diri sendiri ditimpa keburukan,

berpenampilan lembut dan sebagainya42.

2) Akhlakul Madzmumah

Akhlak tercela (akhlak al-Madzmumah) secara umum adalah

sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik

Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam

akhlak tercela, diantaranya :

a) Berbohong

Bohong ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang

tidak sesuai, tidak cocok dengan yang sebenarnya.

Berdusta/berbohong ada tiga macam : berdusta dengan perbuatan,

berdusta dengan lisan, berdusta dalam hati

b) Takabur (sombong)

Takabur adalah satu akhlak yang tercela pula. Arti takabur ialah

merasa atau mengaku diri besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain.

Pendek kata merasa diri serba hebat

Takabur ada tiga macam, yaitu takabur kepada Tuhan, berupa

sikap tidak mau memperdulikan ajaran-ajaran Tuhan. Takabur

kepada Rasul-Nya dan Takabur kepada sesama manusia

c) Dengki

Dengki ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang

diperoleh orang lain, dan berusaha untuk menghilangkan

kenikmatan itu dari orang lain tersebut, baik dengan maksud

supaya kenikmatan itu berpindah ke tangan sendiri atau tidak

d) Bakhil

Bakhil artinya kikir. Orang yang kikir ialah orang sangat hemat

dengan apa yang menjadi miliknya, tetapi nikmatnya demikian

42

(34)

sangat dan sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang

dimilikinya itu untuk diberikan orang lain43.

Adapun sendi-sendi akhlak tercela sebagai berikut :

(1) Khubtsan wa Jarbazah (keji dan pintar busuk) dan balhan (bodoh)

yaitu keadaan jiwa yang terlalu pintar atau tidak bisa menentukan

yang benar diantara yang salah karena bodohnya, di dalam urusan

ikhtiar

(2) Tahawwur (berani tapi sombong), jubun (penakut) dan kahuran

(lemah, tidak bertenaga), yaitu kekuatan amarah yang tidak bisa

dikekang atau tidak dilahirkan, sekalipun sesuai dengan yang

dikehendaki akal

(3) Syarban (rakus) dan jumud (beku), yaitu keadaan syahwat yang

tidak terdidik oleh akal dan syari’at agama, berarti ia berlebihan

atau sama sekali tidak berfungsi

(4) Zalim, yaitu kekuatan syahwat dan amarah yang tidak terbimbing

oleh hikmat.

Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha

sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan

sarana pendidikan dan pembinasan yang terprogram dengan baik

dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.

Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa

akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan

sendirinya. Potensi rohani yang ada di diri manusia, termasuk di

dalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati

nurani dan dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang

tepat.

43

Drs. Humaidi Tatapangarsa, Akhlak yang mulia, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1980),

(35)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak

Dalam suatu usaha, pastilah ada faktor-faktor yang mempengaruhi

dalam usaha tersebut. Begitu pula dalam usaha pembentukan akhlak dalam

pendidikan, namun pada faktor-fator pembentukan akhlak ini kita bisa

lihat dari aliran aliran pendidikan, yaitu :

1) Aliran nativisme berpendapat bahwa faktor yang paling berpengaruh

dalam pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari

dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal dan

lainnya

2) Aliran empirisme berpendapat bahwa faktor yang paling berpengaruh

dalam pembentukan diri seseorang adalah faktor luar, yaitu lingkungan

sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan

3) Aliran konvergensi berpendaat bahwa faktor yang paling berpengaruh

dalam pembentukan diri seseorang adalah faktor internal, yaitu

pembawaan si anak. Dan faktor luar, yaitu pendidikan dan pembinaan

yang dibuat secara khusus, atau melalui inetraksi dalam lingkungan

sosial

Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembentukan

akhlak pada anak ada dua, yaitu :

a) Faktor dari dalam, yaitu potensi fisik bakat, akal yang dibawa anak

sejak lahir

b) Faktor yang kedua, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat

C. Hubungan PAI dengan akhlak

Akhlak dalam kehidupan sering diartikan tingkah laku, etika, norma,

tetapi akhlak nilainya lebih tinggi sebab akhlak sumbernya adalah agama yaitu

Al-Qur’an dan Hadits, lain halnya etika yang sifatnya temporer sebab dia

hanya dapat kebiasaan pada suatu daerah yang nilai adat itu berbeda pada

suatu adat lain. Demikian pula ketika sahabat bertanya kepaa Aisyah sebagai

contoh konkret akhlak Rasulullah SAW. Beliau menjawab : akhlaknya adalah

(36)

bermasyarakat. Sehingga dengan demikian akan terbentuk suatu masyarakat

yang adil dan sejahtera, Allah berfirman didalam Al-Qur’an surat Al Maidah

ayat 2 :







































Artinya: ” Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”

Perbuatan - perbuatan baik yang telah diterangkan tidak hanya

dilakukan dilingkungan masyarakat luas, tetapi harus dapat pula dilakukan

dilingkungan lainnya yaitu lingkungan keluarga dan ligkungan sekolah.

Dalam ajaran Islam perbuatan baik atau akhlak baik itu tidak hanya

dilakukan manusia kepada Allah dan manusia dengan manusia juga, manusia

harus berbuat baik dengan sesama makhluknya, misalnya manusia membunuh

binatang tanpa alasan.

Pendidikan Agama Islam adalah pengetahuan untuk membentuk

akhlak agar segala perbuatannya sesuai dengan tuntutan yang ada dalam

ajarannya.

”Agama akan membukakan hati manusia kepada pengertian -

pengertian yang absolut dan altruistik (cinta sesama manusia). Agama itu juga

mempunyai nilai-nilai yang absolute dan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur.

Oleh karena itu setiap pengarahan diri kepada nilai-nilai keagamaan pasti amat

besar artinya bagi perubahan dan pembentukan karakteristik.”4

Pendidikan Agama Islam yang ada di sekolah sangat penting artinya

bagi pembinaan akhlak siswa. Zakiah Darajat mengatakan bahwa Pendidikan

Agama di sekolah sangat penting untuk penyempurnaan pertumbuhan

kepribadian anak didik. Lebih lanjut dikatakan bahwa pendidikan di sekolah

mempunyai dua aspek terpenting.

Aspek pertama dari Pendidikan Agama Islam adalah yang ditujukan

kepada jiwa atau pembinaan kepribadian. Anak didik diberi kesadaran kepada

4

(37)

adanya Tuhan. Lalu dibiasakan melakukan perintah - perintah Tuhannya dan

meninggalkan larangan-laranganNya.

Aspek kedua dari Pendidikan Agama Islam adalah yang ditujukan

kepada fikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri. Kepercayaan kepada Tuhan

tidak sempurna bila isi dari ajaran - ajaran Tuhan itu tidak diketahui

betul-betul. Anak didik harus ditujukan apa yang disuruh, apa yang dilarang, apa

yang boleh, apa yang dianjurkan dilakukan dan apa yang dianjurkan

meninggalkannya menurut ajaran agama.

Belajar mengajar bidang studi Pendidikan Agama Islam disekolah

dengan materi baca tulis Al-Qur’an, ibadah dan akhlak. Yang kemudian

disampaikan oleh guru sebagai pembimbing yang akan mengarahkan siswanya

terhadap tujuan yang ditentukan.

Dengan demikian hubungan belajar mengajar bidang study Pendidikan

Agama Islam dengan pembinaan akhlak mempunyai hubungan erat yaitu

dalam penanaman pengetahuan yang harus dapat dilakukan atau dipraktekkan

dalam kehidupannya. Sehingga apa yang dilakukannya merupakan

kepribadian akhlak dari siswa.

Pada akhirnya berhasil atau tidaknya Pendidikan Agama Islam

tergantung kepada sampai sejauhmana para pendidik dalam menanamkan

nilai-nilai ajaran Islam. Hubungan mereka akan dikatakan baik atau berhasil

bila dibuktikan oleh pengetahuan dan sikap dalam bentuk pengalaman yang

merupakan akhlak dirinya.

D. Kerangka Berfikir

Dari kajian teori yang telah dipaparkan di atas telah kita ketahui bahwa

betapa pentingnya Pendidikan Agama Islam bagi seorang anak, agar dalam

kehidupan berbangsa dapat dillandaskan dengan pengetahuan yang didasari

agama,. Jika seseorang telah diberikan Pendidikan Agama Islam, maka ia akan

menjadi seseorang yang berbudi luhur yang penuh dengan akhlak mulia

Dalam hal ini, Pendidikan Agama Islam merupakan suatu usaha yang

(38)

ajaran agama Islam dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari,

serta dapat diridhoi oleh Allah SWT.

Kepribadian muslim yang baik itu tidak luput dari akhlak yang mulia.

akhlak mulia tidak begitu saja ada pada diri seseorang, namun perlu

pembinaan dan bimbingan.

Sesuai dengan tujuan Pendidikan Agama Islam bahwa Pendidikan

Agama Islam merupakan suatu proses membimbing dan emmbina fitrah

(kesuian) peserta didik secara maksimal dan bermuara pada terciptanya

pribadi yang demikian, peserta didik diharapkan akan mampu memadukan

pengetahuan dengan akhlak yang mulia.

SD Islam Mifthaul Diniyah sebagai salah satu institusi yang

menyelenggarakan pendidikan berbasis agama islam diharapkan dapat

memberikan pembinaan khusus terhadap peserta didiknya agar terbentuk

kepribadian muslim yang sempurna.

E. Hipotesa

Berdasarkan kajian teoritis yang telah dipaparkan, maka peneliti

mengajukan pertanyaan :”Apakah siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam

pelajaran Pendidikan Agama islam mempunyai akhlak yang baik

dibandingkan siswa yang nilainya rendah ?”

Berdasarkan pertanyaan di atas maka penulis membuat hipotesa sebagai

berikut :

Ha : terdapat pengaruh yang signifikan Pendidikan Agama Islam

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodologi kuantitatif yaitu

dengan cara uji korelasi karena langkah penulis lalukan dalam penelitian ini

adalah dengan mengumpulkan data, menganalisa dan menginterprestasikan

hasil dari data yang di dapat pada waktu dilapangan.

B.

Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki dua variabel. Pertama pengaruh Pendidikan

Agama Islam sebagai variabel bebas (variabel x) yang diambil dari hasil

belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam yang terdapat pada

[image:39.612.114.505.147.354.2]

buku raport siswa. Kedua akhlak siswa sebagai variabel terikat atau variabel y.

Tabel 1 Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator

Proses

Pendidikan

Agama

Islam

Materi Pendidikan

Agama Islam

Berdasarkan (nilai

raport Pendidikan

Agama Islam siswa)

-

(40)

Akhlak 1 Akhlak terhadap

Allah SWT dan

RasulNya

1.1. Pembiasaan melaksanakan shalat

lima waktu tepat waktu agar

disiplin dalam belajar

1.2.Membiasakan membaca Al

Qur’an

1.3.Membiasakan melaksanakan

puasa bulan Ramadhan agar

membina kejujuran

1.4. meninggalkan perbuatan yang

dilarang oleh Allah SWT

2 Akhlak siswa

terhadap rang tua dan

guru

1.1. Berperilaku santun pada

sesama dan hormat pada

orang yang lebih tua.

1.2. Menunjukkan cara

berterima kasih dan hormat

kepada orang tua, guru dan

teman

1.3. Membiasakan berbicara

dengan baik, kasih sayang,

terhadap orang tua, guru dan

teman

3 Akhlak terhadap diri

sendiri dan manusia

lain

3.1. Selalu menjaga hidup

toleransi agar bisa bekerja

sama dengan pihak lain

dalam melaksanakan

kebaikan sosial.

3.2. Menjadi siswa yang ulet

sabar dan pekerja keras.

4 Akhlak siswa

terhadap lingkungan

(41)

C.

Populasi dan Sampel

1

Populasi

Populasi adalah keseluruhan wilayah secara umum yang terdiri atas

obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil

kesimpulannya.1

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas

IV, V dan VI SDI Miftahul Diniyah yang berjumlah 55 orang.

2

Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk dijadikan

contoh, teknik pengambilan sampel yang dipergunakan adalah teknik

random sampling (sampel acak sederhana) yaitu bertujuan mengambil

sampel anggota populasi yang dilakukan secara acak karena beberapa

pertimbangan sehingga tidak mengambil sampel yang besar atau jauh.2

Sampel penelitian yang digunakan adalah siswa SDI Miftahul

Diniyah yang berjumlah 30 anak. Teknik pengambilan sample yang

digunakan adalah random sample (pengambilan sampel ssecara acak),

karena merupakan rumpun – rumpun yang merupakan kelompok

[image:41.612.117.508.119.684.2]

individu-individu itu yang tersedia sebagai unit – unit dalam populasi.

Tabel 2

Matrik Populasi dan Sampel

No Kelas Populasi Sampel

1

2

3

IV

V

VI

25

18

12

10

10

10

Jumlah 55 30

1

Sugiono, Metodologi Kuantitatif, Kualitatif Danr&D, (Bandung: Pt. Alfabet, 2008),

h.80. 2

Suharsini Arikanto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rieke

(42)

D.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis

yaitu dengan cara :

1. Wawancara

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan kepala sekolah

untuk medapatkan data tentang gambaran sekolah yang diteliti.

2. Angket

Yaitu dengan cara menyebarkan angket berisi daftar pertanyaan dan

pernyataan yang harus diisi siswa untuk mendapatkan skor akhlak siswa.

Angket ini disampaikan pada siswa-siswi SDI Miftahul Diniyah.

Adapun kontruksi angketnya adalah sebagai berikut :

a. Pertanyaan terstruktur

Pada bagian angket ini, subyek diminta untuk mengisi variabel

control yang berupa pertanyaan mengenai identitas subyek, kelas. Jenis

kelamin, asal sekolah

b. Pertanyaan Utama

Pada bagian yang dimaksud adalah angket yang terdiri dari

sekumpulan pertanyaan yang menghendaki pendapat / penelitian siswa

guna menjaring data kemampuan dan kebiasaan responden dalam

berakhlak. Pertanyaan tersebut terdiri dari 20 item pertanyaan dengan

alternative jawaban yang tersedia, yaitu Sangat setuju, Setuju, Ragu,

Tidak setuju, dan Sangat tidak setuju

Pada bagian item pertanyaan dibagi dalam dua bentuk, yaitu :

1). Item sikap, yaitu item – item yang mengindikasikan bahwa “sikap

yang sepeti itu adalah saya”. Item sikap ini terdiri dari 10

pertanyaan dengan nomor item 1 – 10 .

2). Item perilaku, yaitu item – item yang mengindikasikan bahwa hal

yang demikian adalah ”perilaku yang saya lakukan”. Item perilaku

(43)

Perskoran terhadap item – item posisi dilakukan dengan cara memberi

skor sebagai berikut:

1. Jawaban option SSskor nilai 5

2. Jawaban option S skor nilai 4

3. Jawaban option R skor nilai 3

4. Jawaban option TS skor nilai 2

5. Jawaban option STS skor nilai 1

E.

Teknik Analisis Data

Teknik yang penulis pergunakan dalam menganalisa data penelitian ini

adalah teknik korelasi produt moment atau lengkapnya ”Product of the

Moment Correlation” Yaitu dengan menggunakan rumus :

Nxy – (x) (y)

{Nx2 – (x)2} {Ny2 – (y)2}

rxy = hasil korelasi

x = jumlah skor dalam distribusi x

y = jumlah skor dalam distribusi y

xy = jumlah produk – produk pasangan skor x dan y

x2 = jumlah kwadrat dalam distribusi x

y2 = jumlah kwadrat dalam distribusi y

N = jumlah data

Dalam teknis penulisan ini penulis menghadapi dua macam variabel,

yaitu variabl x dan y, variabel x adalah data nilai bidang studi. Agama

Islam yang terdapat pada raport siswa dan variabel y adalah data nilai

akhlak siswa

Adapun langkah – langkah yang pnulis tempuh dalam perhitungan

product moment adalah :

1 Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungannya, yang terdiri dari 6

kolom

(44)

Kolom 2 = skor variabel x (data hasil belajar siswa bidang studi

agama Islam

Kolom 3 = skor variabel y (data hasil perhitungan angket akhlak)

Kolom 4 = haisl perkalian antara skor variabel x dan skor variabel y

atau xy

Kolom 5 = hasil pengkuadratan skor variabel x yaitu y

Kolom 6 = hasil pengkuadratan y yaitu y

Mencari angka korelasinya, dengan menggunakan rumus :

Nxy – (x) (y)

{Nx2 – (x)2} {Ny2 – (y)2}

2 Memberikan interprestasi terhadap rxy dan menarik kesimpulan

Setelah dketahui nilai ”r” (r hasil perhitungan) kemudian penulis

menginterprestasikan haisl perhitungan tersebut, yaiyu Ho diterima

jika harga ”r” (r hasil perhitungan) kurang dari harga tabel, sebaliknya

jika harga ”r” lebih dari satu atau sama dengan harga tabel, maka Ho

ditolak dan Ha diterima, untuk mengetahui tingkat korelasi dari ”r” (r

hasil perhitungan) antara kedua variabel tersebut, maka kita

konsultasikan dengan kriteria ”r” product moment

Adapun kriteria dimaksud adalah

0,90 sampai 1,00 korelasi sangat tinggi

0,70 sampai 0,90 korelasi tinggi

0,40 sampai 0,70 korelasi sedang / cukup

0,20 sampai 0,40 korelasi rendah

0,00 sampai 0,20 korelasi sangat rendah

Korelasi antara variabel dapat terjadi dua macam yaitu korelasi

yang sifatnya satu arah dan korelasi yang sifatnya berlawanan arah

Korelasi satu arah (searah) disebut korelasi positif, sedangkan

korelasi yang berlawanan arah disebut korelasi negatif. Kedua korelasi

(45)

Korelasi positif Korelasi negatif

Keterangan :

a. Pada korelasi positif jika variabel x mengalami kenaikan atau

kemajuan maka akan diikui oleh variabel y, begitu juga sebaliknya,

jika variabel x mengalami penurunan maka akan diikuti oleh variabl y

b. Pada korelasi negatif arahnya berlawanan maka variabel y akan

mengalami penurunan, dan begitu juga sebaliknya.

Interprestasi menggunakan tabel nilai ”r” product moment (rt), dengan terlebih

dahulu mencari derajat babasnya (db) atau degress of freedom (df) yang

rumusannya adalah:

df= N-nr

keterangan:

df = Derajat bebas

N=banyak responden yang diteliti

Nr=banyaknya variabel yang dikorelasikan.3

Setelah hasil dicocokan dengan tabel koefisien korelasi ”r” Product

moment untuk berbagai df, baik pada taraf signifikan 1 % ataupun pada taraf

signifikan 5%.

Selanjutnya untuk mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y

penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

KD= r² x 100%

Keterangan:

KD = kontribusi variabel X terhadap Y

3

Anas sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,(Jakarta: PT. Grafindo Persada,2005),

h.180-193.

var var var var var var var var

(46)

r = koefisien korelasi antara variabel X dan Y

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku ”pedoman

(47)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.

Gambaran Umum SD Islam Miftahul Diniyah

1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya

SD Islam Miftahul Diniyah didirikan pada tahun 2002 oleh Yayasan

Miftahul Diniyah dengan status swasta, atas pertimbangan-pertimbangan

dibawah sebagai berikut:

1) Penduduk di sekitar lingkungan sudah sangat padat penduduk

sedangkan sekolah masih sedikit.

2) Kebutuhan masyarakat sangat mendesak akan dunia pendidikan.

3) Untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana yang telah

diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945.

4) Undang-undang Dasar yang menyatakan bahwa, Negara patut

menyelenggarakan pendidikan tingkat dasar sampai dengan perguruan

tinggi dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sumber data: Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan arsip SD Islam

Miftahul Diniyah.

2. Visi dan Misi SD Islam Miftahul Diniyah a. Visi

Mewujudkan manusia yang beriman, bertaqwa, berilmu, berteknologi

dan berakhlakul karimah dalam menghadapi persaingan di era

(48)

b. Misi

1) Meningkatkan kualitas keislaman ummat Islam

2) Menggali dan mengembangkan sumber daya insani bangsa dalam

menghadapi tantangan globalisasi untuk mencapai pembangunan

nasional

3) Menggali dan mengembangkan kreatifitas insani bangsa yang

mengarah pada kemajuan teknologi.

c. Tujuan

Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Berdasarkan

pada tujuan tersebut, maka tujuan pendidikan Sekolah Dasar Islam

Miftahul Diniyah sebagai berikut:

1)Dapat mengamalkan ajaran agama islam hasil pembelajaran dan

kegiatan pembiasaan.

2)Meraih prestasi akademik maupun non akademik pada semua

bidang ilmu pengetahuan di tingkat kecamatan dan tingkat

nasional.

3)Menguasai life skill (kecakapan hidup) sebagai bekal di masa

mendatang.

4)Menjadi sekolah pelopor dan penggerak serta diminati masyarakat.

5)Mengenal, mencintai, dan menghargai bangsa Indonesia dan

kebudayaannya.

3. Struktur kurikulum dan muatan KTSP

Struktur kurikulum SDI Miftahul Diniyah berdasarkan standar

kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan

ketententuan sebagai berikut:

1) Kurikulum SDI Miftahul Diniyah memuat 8 mata pelajaran, muatan

(49)

2) Substansi mata pelajaran Sains dan IPS merupakan “Sains Terpadu”

dan “IPS Terpadu”

3) Pembelajaran pada kelas 1 s/d III dilakukan dengan pendekatan

tematik.sedangakn pada kelas IV s/d VI melalui pendekatan mata

pelajaran.

4) Alokasi waktu satu jam mata pelajaran adalah 35 menit.

5) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 36

[image:49.612.114.502.103.644.2]

minggu.

Tabel 3 Struktur Kurikulum

Komponen Kelas dan Alokasi Waktu

I II III IV, V, VI

A.Mata Pelajaran TEMATIK

1.Pendidikan Agama 4

2. Pendidikan kewarganegaraan 2

3.Bahasa Indonesia 8

4.Matematika 8

5.Sains 6

6.Ilmu Pengetahuan Sosial 4

7.Seni budaya dan ketrampilan 2

8.Penjasorkes 4

B.Muatan Lokal

a.Bahasa Inggris TEMATIK 4

b.BTQ (Baca Tulis Qur’an) 4

c.TIK/Komputer 2

d.Budi Pekerti 2

C.Pengembangan Diri

a.Pramuka b.Olahraga c.Seni d.Profesi e.Ilmiah

(50)

4. Tenaga Pengajar dan Tenaga Administrasi SD Islam Miftahul Diniyah

Agar lebih jelasnya jumlah untuk tenaga pengajar dan ten

Gambar

Tabel 1 Variabel Penelitian
Tabel 2 Matrik Populasi dan Sampel
Tabel 3  Struktur Kurikulum
Tabel 5 Data Siswa SD Islam Miftahul Diniyah
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan Hormat disampaikan bahwa sebagai proses kelanjutan dari proses evaluasi kualifikasi pengadaan barang jasa pada pekerjaan Jasa Konsultansi Audit Dana Kampanye

Dengan diajukannya proposal ini untuk mengajukan Rancang Bangun Sistem Informasi Penjualan Obat pada Apotek Berliana diharapkan dapat membuat laporan penjualan yang

Pegumuman ini mendahului persetujuan APBN DIPA Tahun Anggaran 201 Pegumuman ini mendahului persetujuan APBN DIPA Tahun Anggaran 201 Pegumuman ini mendahului

Ketut Suminta, Drs, 2000, Modul Pelatihan Geometri roda,

Analisis penguatan front wheel alignment mengacu pada pengaturan pada tiap faktor front wheel alignment mencakup perubahan camber, spesifikasi awal menggunakan

Jika 3 berkas sequential, seperti master file, transaction file dan update master file yang digunakan oleh sebuah program. Karena hanya ada 2 tape drive, maka salah satu dari

Akuakultur merupakan sistem produksi yang mencakup input produksi (prasarana dan sarana produksi), proses produksi (persiapan hingga pemanenan) dan output produksi (pascapanen