• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Akhlak Siswa Smp Negeri 3 Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Akhlak Siswa Smp Negeri 3 Tangerang Selatan"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

M. Irfan Luthfi Rangkuti

NIM: 1112011000019

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Tangerang Selatan.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlak siswa di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, mengetahui pelaksanaan pengajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif riset lapangan (field research), dan desain penelitian ini adalah statistik deskriptif analisis uji korelasi. teknik pengambilan sampel dengan cara simple random sampling.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan angket. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 siswa yang merupakan hasil 19% dari jumlah populasi yang ada sebanyak 486 dibagi menjadi tiga yang menjadi sampel peneliti pada penelitian ini yaitu siswa-siswi dikelas 8.5 8.7, dan 8.9, sehingga masing-masing sampel tiap kelas sebanyak 10 orang. Selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data dan analisa data secara statistik deskriptif kuantitatif yaitu dengan menggunakan distribusi frekuensi, serta menggunakan teknik korelasi yaitu denganproduct moment. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam pembentukan akhlak siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.

Hasil penelitian ini bahwa nilai r hitung sebesar 0,409 termasuk kategori yang sedang/cukup (nilai r hitung pada rentang 0,40-0,70), r tabel 0,361, dengan KD sebesar 16,64%. Karena r hitung > r tabel dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam pembentukan akhlak pada siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Dan ini berarti kontribusi yang diberikan sebesar 16,64%.

(6)

ii

Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT karena berkat

rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan

lancar. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada baginda alam dan

junjungan Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya

yang senantiasa mengikuti ajaran agamanya hingga akhir zaman.

Proposal ini merupakan sebagai rangkaian untuk memenuhi persyaratan

mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Jurusan Pendidikan Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penulis mengakui dan menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

pada kesempurnaan, baik dari segi isi, susunan kalimat dan sistematika

penulisannya. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi perbaikan selanjutnya agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan

yang terdahulu. Penulis berharap semoga laporan penelitian yang sekiranya jauh

dari sempurna ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca umumnya.

Dalam melakukan penelitian dan menyusun skripsi ini tentunya penulis

tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan

baik moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu

(7)

iii

4. Tanenji, S.Ag. M.A selaku dosen pembimbing akademik yang selalu

memberikan motivasi, dukungan, bimbingan kepada penulis untuk

menyelesaikan studi tepat waktu.

5. Muhammad Zuhdi, M.Ed, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang

selalu memberikan bimbingan, arahan, serta teliti dalam mengoreksi dan

membimbing penulis dalam membuat skripsi ini.

6. Seluruh Bapak/Ibu dosen di jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah

memberikan ilmu-ilmu baik ilmu kependidikan maupun ilmu tentang

keislaman selama penulis mengikuti studi dari semester I (satu) hingga

semester VIII (delapan).

7. Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Tangerang Selatan berserta guru

pendidikan agama Islam SMP Negeri 3 Tangerang Selatan yang telah

bersedia menerima dan membantu saya penulis dalam melakukan

penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

8. Segenap pengelola perpustakaan, baik Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta maupun perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam

mencari data-data serta buku referensi yang penulis butuhkan selama

penyusunan skripsi ini.

9. Kedua orang tua, ayahanda Drs. H. Faisal Rangkuti dan Ibunda Dra.

Rahlina Muskar Nasution, M.Hum, Ph.D, yang telah memberikan doa,

bimbingan, arahan, motivasi, serta curahan kasih sayang yang tiada tara.

Begitu juga dengan dukungan moril dan materil yang tiada ternilai

harganya untuk keberhasilan dan kesuksesan penulis.

10. Abang Fakhrizal Mukhtar Rangkuti dan kakak Rafiqa Ulfah Rangkuti

yang selalu ada dan bersedia memberikan motivasi kepada penulis untuk

(8)

iv Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 21 Oktober 2016

(9)

v

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Identifikasi Masalah 6

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 7

D. Tujuan Penelitian 7

E. Manfaat Penelitian 8

BAB II KAJIAN TEORI 9

A. Pendidikan Agama Islam 9

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam 9

2. Dasar Pendidikan Agama Islam 11

a. Al-Qur’an 12

b. Al-Hadits 14

c. Ijtihad 15

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam 15

(10)

vi

2. Ruang Lingkup Akhlak 21

3. Sumber Akhlak 22

4. Induk Sifat Mulia 23

a. Akhlak Mulia 23

b. Akhlak Tercela 24

5. Macam-macam Akhlak 25

6. Faktor Mempengaruhi Pembentukan Akhlak 31

7. Tujuan Akhlak 31

8. Metode Pembentukan Akhlak 32

C. Hasil Penelitian Relevan 33

D. Kerangka Berfikir 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38

A. Tempat dan Waktu Penelitian 38

B. Metode dan Desain Penelitian 38

C. Populasi dan Sampling 38

D. Teknik Pengumpulan Data 40

E. Teknik Pengolahan Data Dan Analisis Data 42

1. Teknik Pengolahan Data 42

2. Analisa Data 43

a. Deskriptif 43

b. Uji Korelasi 44

F. Hipotesa Statistik 47

BAB IV HASIL PENELITIAN 48

A. Profil Sekolah 48

(11)

vii

B. Deskripsi Data 51

C. Uji Korelasi Data 95

D. Pembahasan Hasil Penelitian 99

BAB V PENUTUP 103

A. Kesimpulan 103

B. Saran 105

DAFTAR PUSTAKA 106

(12)

viii

Islam (Variabel X) dan Pembentukan Akhlak Siswa (Variabel Y) 40

Tabel 2 Skor Item Alternatif Jawaban Responden 42

Tabel 3 Kriteria Perhitungan Persentase Angket 43

Tabel 4 Interpretasi Analisa Data Berdasarkan Korelasi Product Moment 44

Tabel 5 Guru Pendidikan Agama Islam 48

Tabel 6 Jumlah Siswa Tahun Ajaran 2015-2016 48

Tabel 7 Termotivasi Untuk Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Sebaik

Mungkin 51

Tabel 8 Memperhatikan Guru Saat Menyampaikan Materi Pendidikan Agama

Islam di Kelas 52

Tabel 9 Guru Masuk Kelas Tepat Waktu 53

Tabel 10 Metode yang Digunakan Guru Dapat Menambah Ketertarikan Terhadap

Materi Pendidikan Agama Islam 54

Tabel 11 Setelah Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Takut Melakukan

Perbuatan Tercela 56

Tabel 12 Selama Proses Belajar Mengajar Berlangsung Guru Pendidikan Agama

Islam Berperilaku Sopan Santun 57

Tabel 13 Kepahaman Siswa Terhadap Materi Pendidikan Agama Islam yang

Disampaikan Oleh Guru Di Sekolah 58

Tabel 14 Setelah Belajar Pendidikan Agama Islam Perilaku Siswa Menjadi Lebih

Baik 59

Tabel 15 Guru Tidak Hanya Menggunakan Buku Pelajaran Sebagai Sumber

Belajar 60

Tabel 16 Senang Mempelajari Pendidikan Agama Islam di Sekolah 61

Tabel 17 Pendidikan Agama Islam Membantu Memahami Perilaku Terpuji dan

Tercela 62

(13)

ix

Tabel 21 Pendidikan Agama Islam Merupakan Pelajaran yang Penting 67

Tabel 22 Pendidikan Agama Islam Mengajarkan Untuk Menghormati, Patuh, dan

Berkata Sopan Santun Kepada Guru 68

Tabel 23 Guru Memotivasi Siswa-Siswi Untuk Berakhlak Mulia 69

Tabel 24 Jenuh Mempelajari Materi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah 69

Tabel 25 Materi Pendidikan Agama Islam yang Disampaikan Guru Bisa

Membentuk Kepribadian 71

Tabel 26 Setelah Belajar Pendidikan Agama Islam Dapat Menghargai Orang

Lain 72

Tabel 27 Sholat Lima Waktu Setiap Hari 73

Tabel 28 Berkata Jujur Kepada Siapa Saja 74

Tabel 29 Patuh terhadap orang tua 75

Tabel 30 Menghormati Guru di Sekolah 76

Tabel 31 Membantu Teman yang Sedang Mengalami Kesulitan/Musibah 77

Tabel 32 Melalaikan Perintah Orang Tua 78

Tabel 33 Berbohong Kepada Guru 79

Tabel 34 Mengambil Barang Teman Tanpa Izin 80

Tabel 35 Mengejek Teman Dengan Perkataan Tidak Baik di Sekolah

Maupun di Luar Sekolah 81

Tabel 36 Merasa Gelisah Ketika Meninggalkan Sholat 82

Tabel 37 Rendah Hati Saat Mendapatkan Prestasi di Sekolah 84

Tabel 38 Berbicara Lemah Lembut Kepada Orang Tua 85

Tabel 39 Mengikuti Perintah Guru di Sekolah 86

Tabel 40 Menjaga Amanah Orang Lain 87

Tabel 41 Membuang Sampah Pada Tempatnya 87

Tabel 42 Membanggakan Diri di Hadapan Teman-teman Ketika

Mendapatkan Prestasi di Sekolah 89

(14)

x

Agama Islam (X) dan Pembentukan Akhlak Siswa (Y) 94

(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia,

karena manusia dilahirkan tidak mengetahui sesuatu apapun. Pendidikan tidak

dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

Pendidikan menyangkut pengembangan keseluruhan potensi yang

dimiliki manusia. Pendidikan bukan hanya mendidik siswa agar tahu, tetapi

yang sangat penting lagi bagaimana menjadi manusia yang manusiawi.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2005 menyatakan bahwa:

Pembangunan Nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradab berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945.1

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terancana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2

Oleh karena itu, pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi

kehidupan manusia. Dengan pendidikan manusia dapat menduduki tempat

yang terpuji di dunia. Karena pendidikan merupakan suatu proses yang dapat

mempengaruhi kejiwaan seseorang.

1

Undang-undang RI No 14 tentang Guru dan Dosen,(Yogyakarta: Cemerlang Publisher, 2007), Cet. I, h. 5

2

(16)

Sesuai dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional di atas, maka di indonesia dilaksanakan pendidikan

agama yang dimulai dari tingkat pendidikan dasar, menengah, dan perguruan

tinggi.

Pendidikan agama merupakan suatu sistem kependidikan yang mencakup

seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh manusia dalam rangka

meningkatkan penghayatan dan pengamalan agama dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam Islam, pendidikan agama merupakan hal yang terpenting

ditanamkan dalam diri anak didik, karena melalui pendidikan agama, bukan

hanya pengetahuan dan pengembangan potensi anak didik yang akan

terbentuk secara keseluruhan akan tetapi mulai dari pengetahuan agama,

latihan-latihan sehari-hari, sikap keberagamaannya dan perilaku (akhlak)

yang sesuai dengan ajaran agama baik yang menyangkut hubungan manusia

dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, serta manusia dengan dirinya

sendiri.

Pendidikan agama Islam yang diajarkan di sekolah menengah terdiri dari

beberapa aspek seperti aqidah yaitu yang berhubungan dengan keyakinan

kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian adanya materi yang mengandung

ibadah yaitu tentang tata cara beribadah kepada Allah SWT, demikian pula

dengan materi pelajaran yang berhubungan dengan tingkah laku manusia

kepada Allah SWT, manusia, dan lingkungan yang tercermin dalam materi

akhlak.

Pendidikan agama Islam hendaknya harus ditanamkan dalam pribadi

anak sejak ia lahir bahkan sejak dalam kandungan dan kemudian hendaklah

dilanjutkan pembinaan pendidikan itu di sekolah, mulai dari taman

kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, karena setiap anak yang lahir belum

mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Disamping itu, juga belum

diketahui batasan-batasan dan ketentuan akhlak yang berlaku di

lingkungannya. Tanpa adanya pemahaman akhlak yang dibiasakan dari kecil,

(17)

pendidikan pada masa kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk

pendidikan selanjutnya.

Hal tersebut diperkuat oleh Heri Gunawan bahwa, “Pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah, pendidikan agama Islam mutlak harus

diberikan, karena pada jenjang itulah terjadi pembentukan kepribadian,

pembiasaan untuk menguasai konsep-konsep Islam, dan mengamalkannya

dalam kehidupannya.”3

Dengan demikian, pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran di

sekolah umum maupun swasta mempunyai peranan penting dalam

menanamkan rasa takwa kepada Allah SWT yang pada akhirnya dapat

menimbulkan rasa keagamaan yang kuat dan melahirkan perbuatan yang baik

sesuai dengan ajaran agama yang diyakini, tentunya juga dengan

melaksanakan ibadah secara sempurna sebagai bekal di akhirat.

Hal senada dikemukakan pula oleh Mahmud Yunus bahwa, “Pendidikan

agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling mulia, karena

pendidikan agama menjamin untuk memerhatikan akhlak anak-anak dan

mengangkat mereka ke derajat yang tinggi dan berbahagia dalam hidup dan

kehidupannya.” 4 Sehubungan dengan ini salah satu materi pelajaran yang diajarkan dalam pendidikan agama Islam di sekolah adalah mengenai akhlak.

Agama islam tidak pernah mengajarkan kepada kita untuk sekedar

mempelajari teori tentang akhlak tanpa mengaplikasikannya dalam praktik di

kehidupan sehari-hari. Sehingga agama Islam menuntut umatnya untuk

mempraktikkan akhlak tersebut. 5 Persoalan pendidikan akhlak di dalam agama Islam mendapat porsi yang sangat besar, karena masalah akhlak

merupakan masalah penting bagi ajaran agama Islam dan bagi kehidupan

umatnya.

3

Heri Gunawan,Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. I, h. 17

4

Mamud Yunus,Metodik Khusus Pendidikan Agama,(Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1983), h. 7

5

(18)

Akhlak memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, akhlak

yang baik akan membedakan antara manusia dan hewan. Manusia berakhlak

mulia, dapat menjaga kemuliaan dan kesucian jiwanya, dapat mengalahkan

tekanan syahwat hawa nafsu, berpegang teguh kepada sendi-sendi keutamaan.

Itu semua sudah tertuang dalam akhlak Rasulullah SAW. Oleh karenanya

dalam kehidupan sehari-hari Rasul menjadi panduan beretika. Sebagaimana

yang tertuang dalam firman Allah SWT sebagai berikut:







“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatanganhari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab:

21)6

Pendidikan akhlak ini sangat diperlukan terutama bagi generasi muda

yang masih remaja, yaitu antara 12 tahun sampai dengan 17 tahun yang dalam

pertumbuhannya lebih mudah dipengaruhi lingkungan. Sebagaimana

dikatakan oleh Zakiah Daradjat,“Masa remaja adalah masa yang penuh

dengan kegoncongan jiwa, masa berada dalam peralihan atau di atas jembatan

goyang yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh dengan

kebergantungan dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri”.7 Akhir-akhir ini kita banyak melihat dan mendengar keluhan-keluhan

orang tua, ahli pendidik dan orang-orang yang berkecimpung dalam bidang

agama, sosial dan pendidikan, tentang anak-anak terutama yang sedang

berumur belasan tahun dan mulai remaja, banyak yang sukar dikendalikan,

nakal, keras kepala, berbuat keonaran, maksiat dan hal-hal yang menggangu

ketentraman umum. Dari beberapa pengamatan sebagian generasi muda atau

6

Depag RI,Al-Qur’an Tajwiddan Terjemahnya,(Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2010), h. 420

7

(19)

remaja yang masih berada di sekolah menengah sering melakukan hal-hal

yang tidak terpuji, seperti melawan para orang tua atau guru, berkelahi,

bully” antar sesama teman, berpakaian yang kurang sopan, tidak disiplin,

berbicara yang tidak baik, tidak menghargai orang lain, tawuran, pergaulan

bebas, pencurian, narkoba dan lainnya. Mereka saat ini tidak lagi menjunjung

norma-norma kesopanan dan budi pekerti. Mereka tumbuh dalam pengaruh

budaya asing yang sarat dengan kebebasan dan tanpa memperdulikan arti

pentingnya ajaran agama. Hal ini dibuktikan oleh data kasus-kasus yang

diperoleh lembaga sosial di Indonesia, kenakalan remaja setiap tahun

menunjukkan peningkatan yang cukup meningkat.

Data yang dirilis oleh KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) pada

tanggal 17 Juli 2016, menunjukkan bahwa dari hasil pengumpulan data

sepanjang dari tahun 2014-2015, tercatat kasus kejahatan atau kenakalan anak

sebagai pelaku meningkat dibanding antara tahun 2014-2015. Pada 2014,

terdapat 67 kasus anak sebagai pelaku bullying di sekolah. Angka itu mengalami kenaikan pada 2015 sebanyak 93 kasus. Kasus anak sebagai

pelaku tawuran di sekolah pada 2014 tercatat sebanyak 46 kasus dan di 2015

meningkat menjadi 126 kasus, kasus anak sebagai pengguna Napza pada

tahun 2014 tercatat sebanyak 63 kasus dan di 2015 meningkat menjadi 74

kasus, kasus anak sebagai pelaku kekerasan fisik (penganiayaan,

pengeroyokan, perkelahian, dan sebagainya) pada tahun 2014 sebanyak 105

kasus, sementara pada tahun 2015 sebanyak 81 kasus, kasus anak sebagai

pelaku kekerasan seksual (pemerkosaan, pencabulan, sodomi, dan

sebagainya) pada tahun 2014 tercatat sebanyak 561 kasus sementara tahun

2015 sebanyak 157 kasus, kasus anak sebagai pelaku pembunuhan pada tahun

2014 sebanyak 66 kasus, sementara pada tahun 2015 sebanyak 36 kasus,

kasus anak sebagai pelaku pembunuhan pada tahun 2014 sebanyak 47 kasus,

sementara pada tahun 2015 sebanyak 81 kasus.8

8

(20)

Berdasarkan pengamatan peneliti, peneliti masih menemukan beberapa

bentuk krisis akhlak, di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. diantaranya siswa

yang mengejek antar teman, melakukan kekerasan, bullying, kurangnya berperilaku dan berbicara sopan kepada orang lain, kurangnya kedisiplinan,

kurangnya akhlak kepada Allah, berbohong, melalaikan perintah orang tua,

kurangnya kepedulian akan lingkungan disekolah, dan melakukan akhlak

tercela yang lainnya, meskipun tidak sampai kepada taraf yang

mengkhawatirkan, namun jika hal tersebut dibiarkan maka akan merugikan

bagi siswa tersebut.

Maka dari permasalahan-permasalahan yang timbul di atas, pembelajaran

pendidikan agama Islam kiranya sangat diperlukan dalam pembentukan

akhlak yang dilakukan di dalam kelas untuk dapat diaplikasikan. Sehingga

dampak yang diajarkan pada siswa tidak hanya pada aspek kognitif saja, akan

tetapi sampai pada aspek afeksi sebagai penerapan atas nilai-nilai yang akan

memberikan arah pada aplikasi dan realisasi dan kognisi. Hal ini diperlukan

untuk menampilkan pribadi yang utuh sebagai seorang pelajar yang baik dan

terhindar dari tindakan-tindakan amoral dan asosial yang dapat merugikan

diri sendiri dan masyarakat.

Didasarkan atas keprihatinan terhadap krisis akhlak pada siswa yang

akhir-akhir ini mengkhawatirkan, maka salah satu langkah untuk mengatasi

krisis akhlak pada siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, perlu diadakan

penelitian, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Dalam

Pembentukan Akhlak Siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat

mengidentifikasikan beberapa masalah yang berhubungan pengaruh

pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam pembentukan akhlak siswa di

(21)

1. Pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 3 Tangerang

Selatan.

2. Peran guru pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak

siswa di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.

3. Peran sekolah dalam membentuk akhlak siswa.

4. Rendahnya pengamalan siswa terhadap ajaran agama Islam.

5. Akhlak siswa terhadap Allah, orang tua, guru, orang lain, sesama, dan

lingkungan di sekolah.

6. Faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak siswa.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan hasil penelitian ini tidak terlalu luas dan dapat lebih

terarah oleh peneliti, maka penulis membatasi masalah pada masalah studi

kasus pengaruh pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam pembentukan

akhlak siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dikelas VIII, karena kelas

VIII dari tingkat kognitif bukan hanya mengerti dan memahami saja, akan

tetapi sudah bisa menerapkan dan menganalisis materi-materi pendidikan

agama Islam yang dipelajari di sekolah, serta fase pertengahan dari segi

emosi dan jiwanya yang sudah mulai sampai ditingkat kedewasaan.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut: “Bagaimana Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan

Agama Islam Dalam Pembentukan Akhlak Siswa SMP Negeri 3

Tangerang Selatan ?”

D.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang peneliti lakukan adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan mata pelajaran pendidikan

agama Islam dalam membentuk akhlak siswa di SMP Negeri 3

Tangerang Selatan.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pengajaran pendidikan agama Islam di

(22)

E. Manfaat Penelitian

1. Untuk Peneliti:

a. Untuk menambah wawasan keilmuan tentang pelaksanaan pendidikan

agama Islam dalam pembentukan akhlak siswa.

b. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi guna melakukan penelitian pada masalah serupa yang lebih mendalam lagi.

2. Untuk Guru dan Sekolah:

a. Penelitian ini bermanfaat untuk sekolah, agar dapat dijadikan sebagai

bahan informasi tentang betapa pentingnya pelaksanaan mata pelajaran

pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlak siswa.

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi,

rujukan dan informasi bagi guru dalam meningkatkan pembinaan dan

pengetahuan akhlak bagi siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.

c. Penelitian ini diharapkan dapat mengoptimalkan efektifitas kerja para

(23)

9

A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Dalam Permendikbud No 58 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013

Sekolah Menengah Pertama, bahwa Pendidikan Agama Islam adalah

pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan serta

membentuk sikap, dan kepribadian peserta didik dalam mengamalkan

ajaran agama Islam. Selain itu Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan

yang berlandaskan akidah yang berisi tentang keesaan Allah SWT sebagai sumber utama nilai-nilai kehidupan bagi manusia dan alam semesta.1

Berdasarkan hasil rumusan Seminar Pendidikan agama Islam

se-Indonesia tahun1960 di Cipayung Bogor menyatakan, “Pendidikan agama

Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani

menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,

mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.”2

Secara terminologi pendidikan agama Islam adalah merupakan usaha

sadar untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan

segala potensi yang dianugerahkan Allah kepadanya agar mampu

mengemban amanat dan tanggung jawab sebagai khalifah Allah di bumi

dalam pengabdiannya kepada Allah.3

Pendidikan agama Islam adalah usaha yang diarahkan kepada

pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau suatu

upaya dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan dan berbuat

1

Permendikbud No 58 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama, h. 1

2

Muzayyin Arifin,Filsafat Pendidikan Islam,(Bumi Aksara, 2012), Cet. VI, h. 15

3

(24)

berdasarkan nilai Islam, serta bertanggung jawab sesuai dengan

nilai-nilai Islam.4

Menurut Nur Uhbiyati, “Pendidikan agama Islam ialah suatu sistem

kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan

oleh hamba Allah.”5

Menurut Ahmad Marimba, “Pendidikan Agama Islam adalah

bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam

menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

Kepribadian utama adalah kepribadian muslim.”6

Dari pengertian tersebut sangat jelas bahwa pendidikan agama Islam

adalah suatu proses edukatif yang mengarahkan pada pembentukan akhlak

atau kepribadian secara utuh dan menyeluruh menyangkut aspek jasmani

dan rohani.7

Menurut M Arifin, “Pendidikan Agama Islam adalah suatu sistem

kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan

para hamba Allah. Sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi

seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.”8 Menurut Zakiah Daradjat,“Pendidikan agama Islam adalah pendidikan

melalui ajaran-ajaran Islam yang berupa bimbingan dan asuhan terhadap

anak didik agar setelah pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan

mengamalkan ajaran-ajaran Islam sebagai suatu pandangan hidup di dunia

dan di akhirat.”9

Dari beberapa pengertian tersebut yang dikemukakan oleh para tokoh

diatas, dapat diambil pengertian Pendidikan Agama Islam adalah suatu

proses usaha untuk membimbing, mengajar, mengasuh anak didik untuk

4

Zuhairini dkk,Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1984), h. 150

5

Nur Uhbiyati,Ilmu Pendidikan Islam,(Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), Cet. II, h. 13

6

Ahmad D. Marimba,Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,(Bandung: PT Al-Ma’arif, 1981),

Cet. V, h. 23

7

Heri Gunawan,Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. I, h. 9

8

M. Arifin,Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner,(Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. VI, h. 8

9

(25)

mencapai kecerdasan sesuai dengan ajaran Islam, serta mengembangkan

kepribadian anak didik agar selalu berbuat atau bertingkah laku sesuai

dengan ajaran Islam yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta

menjadikan ajaran agama sebagai pedoman hidupnya untuk meraih

keselamatan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian

muslim, maka pendidikan agama Islam memerlukan asas atau dasar yang

dijadikan landasan kerja. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi acuan

pendidikan agama Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran

dan kekuatan yang dapat menghantarkan siswa kearah pencapaian

pendidikan. Oleh karena itu dasar yang terpenting dari pendidikan agma

Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.10

Menurut Zuhairini dkk,“Dasar pendidikan agama Islam adalah

Dasar-dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang tertera dalam Al-Quran dan

hadits. Menurut ajaran agama Islam, bahwa pelaksanaan pendidikan

agama Islam merupakan perintah dari Allah dan merupakan ibadah

kepada-Nya.”11

Sama halnya dengan pendapat Ahmad D. Marimba bahwa dasar pendidikan agama Islam adalah Firman Tuhan dan Sunnah Rasulullah SAW. Al- Quran adalah sumber kebenaran dalam Islam. Kebenarannya tidak dapat diragukan lagi. Sedangkan Sunnah Rasulullah SAW adalah perilaku, ajaran-ajaran, dan perkenan-perkenan Rasulullah sebagai pelaksanaan hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an. Inipun tidak dapat diragukan lagi.12

Begitu juga menurut pendapat Ramayulis, “Prinsip menjadikan al

-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar pendidikan agama Islam bukan hanya

dipandang sebagai kebenaran keyakinan semata.13

10

Samsul Nizar,Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis dan Praktis),(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. I, h. 34

11

Zuhairini,op.cit,h. 23

12

Ahmad D. Marimba,op.cit,h. 41

13

(26)

Menurut Zakiah Daradjat, “Landasan pendidikan agama Islam itu

terdiri dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW yang dapat

dikembangkan dengan ijtihad, maslahah mursalah, istihsan, qiyas, dan sebagainya.”14

Menurut Ahmad Syar’i, “Dasar pendidikan Islam mutlak, final dan

permanen yaitu al-Qur’an dan hadits dengan berbagai fungsinya antara

lain sebagai rujukan final, fundamen, sumber kekuatan dan keteguhan,

landasan kerja, sumber peraturan dan sumber kebenaran penyelenggaraan

pendidikan agama Islam.” 15 Oleh karena itu dasar-dasar atau landasan yang digunakan pendidikan agama Islam adalah:

a. Al-

Qur’an

Sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis dari Abdul Wahhab

Khallaf bahwa al-Qur’an ialah kalam Allah yang diturunkan melalui

Malaikat Jibril kepada hati Nabi Muhamad SAW dengan lafadz Bahasa

Arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah bagi Rasulullah SAW atas

kerasulannya dan menjadi pedoman bagi umat manusia sebagai

petunjuk dan sebagai ibadah bagi yang membacanya.16

Menurut Manna Khalil Al-Qattan, “Al-Qur’an adalah kalam atau

firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

pembacaannya merupakan suatu ibadah.”17

Al-Quran memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan

aqidah, syari’ah dan akhlak, dengan jalan meletakkan dasar-dasar

principal mengenai persoalan-persoalan tersebut. Hal ini dikarenakan agama Islam merupakan jalan hidup yang menjamin kebahagiaan hidup

pemeluknya di dunia dan akhirat kelak. Ia mempunyai sendi utama

yang esensial yang berfungsi untuk memberi petunjuk yang

sebaik-14

Zakiah Daradjat,op.cit.,h. 19

15

Ahmad Syar’i,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011), Cet. II, h. 23

16

Ramayulis,op.cit.,h. 188

17

(27)

baiknya.18Sebagaimana dijelaskan Allah SWT di dalam al-Quran yang berbunyi:

ð











“Kitab (al-qur’an)ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”(Q.S. Al-Baqarah: 2)19

Sedangkan menurut Abuddin Nata, Dasar pendidikan agama Islam adalah berdasarkan konsepsi ajaran tauhid. Dengan dasar ini maka orientasi pendidikan agama Islam diarahkan pada upaya mensucikan diri dan memberi penerangan jiwa, sehingga tiap diri manusia mampu meningkatkan dirinya dan tingkatan iman ketingkat ikhlas melandasi seluruh bentuk kerja kemanusiaannya (amal shaleh).20

Umat Islam sebagai umat yang dianugerahkan Allah suatu kitab

suci al-Qur’an, yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi

seluruh aspek kehidupannya dan bersifat universal, tentu dasar

pendidikan mereka adalah bersumber kepada filsafat hidup yang

berdasarkan kepada al-Qur’an.21 Maka al-Qur’an adalah sumber

kebenaran dalam Islam yang kebenarannya tidak dapat diragukan lagi. Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa yang menjadi

dasar atau landasan pendidikan agama Islam adalah al-Qur’an yaitu

firman Allah SWT yang disampaikan melalui malaikat jibril kepada

Nabi Muhammad SAW dan kitab suci ini menjadi sumber hukum yang

utama dan berlaku untuk sepanjang masa dalam lingkungan umat Islam.

b. Al-Hadits (Sunnah)

Dasar kedua pendidikan agama Islam adalah As-Sunnah. Jumhur

Muhadditsin mengartikan Sunnah ialah sesuatu yang disandarkan

18

M. Quraish Shihab,Membumikan al-Qur’an,jilid I, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2009), Cet. III, h. 45

19

Depag RI,Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya,(Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2010), h. 2

20

Abuddin Nata,Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), h. 229

21

(28)

kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan,

pernyataan atau ketetapan (taqrir) dan sebagainya.22

Alasan hadis dijadikan sebagai dasar pendidikan agama Islam,

karena seluruh umat Islam telah menerima pemahaman bahwa hadis

Rasulullak SAW dijadikan sebagai pedoman hidup yang kedua setelah

al-Qur’an.23

Nabi mengajarkan dan mempraktikkan sikap dan amal baik kepada

istri dan sahabatnya dan seterusnya mereka mempraktekkan pula seperti

yang dipraktekkan Nabi dan mengajarkan pula kepada orang lain.

Perkataan atau pebuatan dan ketetapan Nabi inilah yang disebut hadits

atau sunnah.24

Sunnah adalah amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah dalam

proses perubahan sikap hidup sehari-hari menjadi sumber utama

pendidikan agama Islam karena Allah SWT menjadikan Nabi

Muhammad sebagai suri tauladan bagi umatnya.

Kalau al-Qur’an dan As-Sunnah dijadikan dasar, maka pendidikan

agama Islam merupakan wujud bangunan yang kokoh dan berakar kuat

yang kemudian akan mewarnai corak ke-Islaman dalam berbagai aspek

kehidupan. Hal ini menunjukkan al-Qur’an dan Sunnah menjadi

inspirasi (ilham) dalam segala gerak dan usaha.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dasar pendidikan agama Islam

adalah identik dengan ajaran agama Islam itu sendiri, keduanya berasal

dari sumber yang sama yaitu al-Qur’an dan al-Hadits.

c. Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam

22

Fatchur Rahman, Ikhtishar Mushthalahu’l-Hadits,(Bandung: PT Al-Ma’arif, 1974), Cet. I, h. 20

23

Fatchur Rahman,op.cit.,h. 15

24

(29)

untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum syari’at Islam dalam

hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-Qur’an dan

Sunnah.25

Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan

termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada al-Qur’an

dan Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah

yang diatur oleh para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi

al-Qur’an dan Sunnah.26

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha

kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk

tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian

seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.

Menurut Mahmud Yunus, “Tujuan pendidikan agama Islam adalah

mendidik anak-anak, pemuda-pemudi supaya menjadi seorang muslim

sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia, sehingga

menjadi individu yang sanggup hidup di atas kakinya sendiri, mengabdi

kepada Allah, berbakti kepada bangsa dan sesama umat manusia.”27 Sedangkan menurut al-Ghazali, tujuan akhir dari pendidikan agama

Islam itu ada dua yaitu:

a. Mencapai kesempurnaan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan sedekat-dekatnya.

b. Mencapai kesempurnaan manusia untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Menurut Zakiah Daradjat, “Tujuan pendidikan Islam yaitu kepribadian

seseorang yang membuatnya menjadi “insan kamil” dengan pola takwa

insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan

25

Zakiah Daradjat,op.cit.,h. 21

26

Ibid.,h. 21

27

(30)

berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah

SWT.”28

Di dalam kurikulum 2013 tujuan akhir dari mata pelajaran pendidikan

agama Islam adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak yang

mulia, yang merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW di

dunia. 29 Jadi tujuan pendidikan agama Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yakni untuk menciptakan pribadi-pribadi

sebagai hamba Allah yang selalu bertakwa kepada-Nya dengan

mendekatkan diri kepada-Nya dan dapat mencapai kehidupan kebahagiaan

di dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah di dalam al-Qur’an:





Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56)30

Dari berbagai pendapat diatas, dapat penulis simpulkan bahwa tujuan

pendidikan agama Islam adalah membentuk manusia seutuhnya, yang

berilmu pengetahuan luas yang mampu memenuhi kebutuhan jasmani dan

rohani, yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT sehingga

mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Adapun fungsi pendidikan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari

khususnya bagi peserta didik yaitu:

a. Pengembangan, b. Penyaluran, c. Perbaikan, d. Pencegahan, e. Penyesuaian, f. Sumber nilai,

28

Zakiah Daradjat,op.cit.,h. 29

29

Permendikbud No 58 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, h. 6

30

(31)

g. Pengajaran.31

5. Materi Pendidikan Agama Islam Tingkat SMP

Materi pendidikan agama Islam di tingkat Sekolah Menengah

Pertama (SMP) dikelompokkan menjadi sub bidang studi atau mata

pelajaran, diantaranya yaitu:

a. Al-Qur’an

Untuk SMP materi pelajaran al-Qur’an dan hadits membahas

masalah pemahaman ayat-ayat al-Qur’an tentang Q.S. Al- Mujadilah

(58): 11 dan Q.S. Ar-Rahman (55): 33 serta hadits terkait tentang

menuntut ilmu. Q.S. An-Nisa (4): 8 dan hadis terkait tentang empati

terhadap sesama. Q.S. An-Nisa (4) : 146, Q.S. Al-Baqarah (2): 153, dan Q.S. Ali Imran (3): 134 serta hadis terkait tentang ikhlas, sabar, dan

pemaaf. Q.S. Al-Anfal (8): 27 dan hadis terkait tentang amanah. Q.S.

Al-Ahqaf (46): 13 dan hadis terkait tentang istiqamah. Q.S. Al-Furqan

(25): 63 dan Q.S. Al Isra’(17) : 27 serta hadits terkait Q.S. An Nahl

(16):114 serta hadits terkait Q.S. Al-Maidah (5): 90–91 dan 32 serta

hadits terkait. Q.S. Az-Zumar (39): 53; Q.S. An-Najm (53):39-42; dan

Q.S. Ali Imran (3): 159 serta hadits terkait tentang optimis, ikhtiar, dan

tawakal serta hadits terkait. Q.S. Al-Hujurat (49): 13 tentang toleransi

dan menghargai perbedaan dan haditst terkait. Q.S. Ali Imran (3): 77

dan Q.S. Al-Ahzab (33): 70 serta hadits terkait tentang perilaku jujur

dalam kehidupan sehari-hari. Q.S. Al- Isra (17): 23 dan Q.S. Luqman

(31): 14 dan hadits terkait tentang perilaku hormat dan taat kepada

orang tua dan guru. Q.S. Al- Baqarah (2): 83 dan hadits terkait tentang

tata krama, sopan-santun, dan rasa malu.32

b. Akidah

Untuk SMP materi pelajaran akidah membahas tentang Allah SWT.

Asmaul Husna (Al-’Alim, al- Khabir, as-Sami’, dan al-Bashir), Iman

31

Ramayulis,Metodologi Pendidikan Agama Islam,h.25-26

32

(32)

Kepada Malaikat Allah SWT, Iman Kepada Kitab-kitab Allah, Iman

Kepada Rasul Allah SWT, Iman Kepada Hari Akhir, dan Iman Kepada

Qadha dan Qadar.33

c. Akhlak

Untuk SMP materi pelajaran akhlak membahas amanah,

istiqomah, rendah hati, hemat, gemar beramal, berbaik sangka, sabar,

ikhlas, pemaaf, jujur, optimis, ikhtiar dan tawakal, toleransi,

menghargai perbedaan, tata krama, sopan santun dan rasa malu,

hormat dan patuh kepada orang tua dan guru, serta empati.34

d. Fiqih

Untuk SMP materi pelajaran fiqih membahas tentang hadas kecil

dan hadas besar serta mandi wajib, wudhu dan tayamum, shalat wajib,

shalat sunnah, shalat berjamaah, shalat munfarid, shalat jum’at, shalat

jamak qashar, sujud syukur, sujud sahwi,sujud tilawah, qurban dan

aqiqah, haji dan umrah, puasa, serta makanan halal dan haram.35

e. Sejarah Peradaban Islam

Untuk SMP materi pelajaran sejarah peradaban Islam membahas

tentang sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW periode Mekah

dan Madinah, khulafaurrasyidin, sejarah pertumbuhan ilmu

pengetahuan sampai masa Umayah dan masa Abbasiyah, sejarah

perkembangan Islam di Nusantara.36

6. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam Di SMP

Secara garis besar ruang lingkup pendidikan agama Islam itu terdiri

dari bidang akidah, ibadah, dan akhlak. Adapun bidang lainnya dapat

diberikan setelah anak dapat memahami dan mengaplikasikan ketiga

bidang pokok diatas.37Dalam kaitan tersebut dapat dipahami bahwa ruang

33 Ibid. 34

Ibid. 35

Ibid. 36

Ibid. 37

(33)

lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan

keseimbangan antara:

a. Hubungan manusia dengan Allah b. Hubungan manusia sesama manusia c. Hubungan manusia dengan dirinya

d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.38

B. Pembentukan Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab yang

berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama.

Secaralinguistic(kebahasaan) kata akhlak merupakanisim jamidatauisim ghair mustaq. Kata akhlak adalah jamak dari kata ٌﻖ ْﻠ ُﺧ atau ْﻖ ُﻠ ُﺧ yang artinya sudah disebutkan diatas. Kata ْﻖ َﻠ ْﺧ َأ atau ٌﻖ ْﻠ ُﺧ keduanya dijumpai

pemakaiannya di dalam al-Qur’an maupun hadits sebagai berikut:39





“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(QS. Al-Qalam: 4)40





“(agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu.” (Q.S. Asy-Syu’ara: 137)41

Perlu dijelaskan pengertian akhlak menurut istilah yang diberikan para

ahli di bidangnya seperti Ibnu Maskawih sebagai pakar bidang akhlak

terkemuka dalam kitabnya Tahdzibul Akhlaq yang dikutip oleh Moh.

38

Yunus Namsa,Metodologi Pengajaran Agama Islam,(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 23

39

Moh. Ardani,Akhlak Tasawuf,(Jakarta: CV Karya Mulia: 2001), cet 1, h. 25

40

Depag RI,Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya,(Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2010), h. 564

41

(34)

Ardani bahwa, “Akhlak adalah sikap yang tertanam dalam jiwa yang

mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan (lagi).”42

Sementara akhlak menurut Al-Ghazali yang dikutip oleh Moh. Ardani

mempunyai tiga dimensi:

a. Dimensi Diri, yakni orang dengan dirinya dan Tuhannya, seperti ibadah b. Dimensi Sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaulannya

dengan sesamanya.

c. Dimensi metafisis, yakni aqidah dan pegangan dasarnya.43

Moh. Ardani juga mengutip definisi akhlak menurut Al-Ghazali, Akhlak adalah Suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara’, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.44

Sebagaimana menurut Ahmad Amin yang dikutip oleh Zainuddin AR

di dalam bukunya mengatakan, “Orang mengetahui bahwa yang disebut

akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila

membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak.”45

Sehingga menurut Ahmad Amin, kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari dua kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan besar inilah yang bernama Akhlak.46

Jelaslah bahwa sumber penggerak akhlak yang dapat menimbulkan

perbuatan adalah jiwa. Jiwa yang tidak bersih akan menimbulkan

perbuatan tercela dan tidak baik. Jika diperhatikan dengan seksama tampak

42

Moh. Ardani,op.cit., h. 27

43

Ibid, h. 28

44

Ibid., h. 28-29

45

Zahruddin AR & Hasanuddin Sinaga,Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 4

46

(35)

bahwa seluruh definisi akhlak sebagaimana tersebut diatas tidak

bertentangan, melainkan saling melengkapi.

Sementara ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara

baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, tentang perkataan dan

perbuatan manusia lahir dan batin. Ilmu akhlak juga ilmu pengetahuan

yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang

mengajarkan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari

seluruh usaha pekerjaan mereka.47

Jadi penulis dapat menarik kesimpulan bahwa akhlak adalah suatu

sifat maupun perbuatan yang tertanam kuat dan meresap di dalam jiwa

manusia yang menimbulkan berbagai macam tingkah laku baik perbuatan

maupun ucapan tanpa memerlukan pemikiran dengan berfikir terlebih

dahulu dan tanpa paksaan karena sudah terbiasa sehingga menjadi

kepribadiannya. Maka akhlak adalah cerminan hati. Oleh karena itu akhlak

yang baik bukan terletak pada segi perbuatan zhahir semata, melainkan

lebih pada dorongan hati nurani yang ikhlas dan spontan.

2. Ruang Lingkup Akhlak

Akhlak dalam Islam cakupannya sangat luas, karena akhlak bukanlah

sekedar perilaku manusia yang bersifat bawaan lahir, tetapi merupakan

salah satu dari kehidupan manusia yang mencakup aqidah, akhlak, dan

syariah, karena itu akhlak dalam Islam meliputi Ethos, Ethis, Moral,

Estetika.

a. Ethos yaitu pandangan hidup yang mengatur hubungan seseorang dengan khaliknya serta kelengkapan uluhiyah dan ubudiyah seperti pada para Rasul Allah dan kitab Allah.

b. Ethis, yaitu sesuatu yang sesuai dengan perilaku yang disepakati secara umum yang mengatur hubungan seseorang dengan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari.

c. Moral, yaitu baik buruknya perbuatan dan kelakukan yang mengatur hubungan seseorang dengan sesamanya yang menyangkut kehormatan pribadi.

47

(36)

d. Estetika, yaitu keindahan yang mendorong seseorang untuk meningkatkan keadaan dirinya serta lingkungannya agar lebih indah menuju kesempurnaan.48

Jadi secara garis besar ruang lingkup akhlak meliputi cara berhubungan

manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan

manusia dengan lingkungannya.

3. Sumber Akhlak

Pengertian akhlak didalam Islam banyak dibicarakan dan dimuat

dalam Hadits. Sumber tersebut merupakan batas-batas dalam tindakan

sehari-hari bagi manusia ada yang menjelaskan arti baik dan buruk.

Memberi informasi kepada umat, apa yang semestinya harus diperbuat dan bagaiman harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui,

apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah.

Akhlak Islam karena merupakan sistem akhlak yang berdasarkan

kepada kepercayaan kepada Allah, maka tentunya sesuai pula dengan

dasar daripada agama itu sendiri. Dengan demikian dasar atau sumber

pokok dari pada akhlak adalah al-Qur’an dan Hadits yang merupakan

sumber utama dari agama itu sendiri.49

Dengan demikian menurut penulis tidak diragukan lagi bahwa segala

perbuatan atau tindakan manusia apapun bentuknya pada hakikatnya

adalah bermaksud mencapai kebahagiaan, sedangkan untuk mencapai

kebahagiaan menurut sistem moral atau akhlak Islam dapat dicapai dengan

jalan menuruti perintah Allah yakni dengan menjauhi segala larangan-Nya

dan mengerjakan segala perintah-Nya, sebagaimana yang tertera dalam

pedoman dasar hidup setiap muslim yakni al-Qur’an dan Hadits.

48

Abdul Salim, Akhlak Islam, (Jakarta: Gunung Agung), h. 95

49

(37)

4. Induk Sifat Mulia

Akhlak dalam wujud pengalamannya dibedakan menjadi dua macam

yaitu akhlak terpuji dan tercela. Jika ia sesuai dengan perintah Allah dan

Rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah

yang dinamakan akhlak terpuji. Sedangkan jika ia sesuai dengan apa yan dilarang Allah dan Rasul-Nya dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang

buruk maka itulah yang dinamakan akhlak tercela.50

a. Akhlak Mulia

Tentang akhlak yang terpuji ada empat sendi yang cukup mendasar

dan menjadi induk seluruh akhlak. Induk-induk akhlak yang baik itu

seperti disebut Al-Ghazali adalah sebagai berikut:

1) Kekuatan ilmu wujudnya adalah hikmah (kebijaksanaan), yaitu keadaan jiwa yang bisa menentukan hal-hal yang benar diantara yang salah dalam urusan ikhtiariyahi (perbuatan yang dilaksanakan dengan pilihan dan kemauan sendiri).

2) Kekuatan marah wujudnya adalah syaja’ah (berani), yaitu keadaan kekuatan amarah yang tunduk kepada akal pada waktu yang dilahirkan atau dikekang.

3) Kekuatan nafsu syahwat wujudnya adalah ‘iffah (perwira),

yaitu keadaan syahwat yang terdidik oleh akal dan syari’at

agama.

4) Kekuatan keseimbangan dianta kekuatan dari ketiga diatas wujudnya ialah adil, yaitu kekuatan jiwa yang dapat menuntun amarah dan syahwat sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hikmah.51

Dari keempat sendi akhlak yang terpuji itu akan lahirlah

perbuatan-perbuatan baik seperti: jujur, suka memberi kepada sesama, tawadhu,

tabah, tinggi cita-cita, pemaaf, kasih sayang terhadap sesama, berani

dalam kebenaran, menghormati orang lain, sabar, pemalu, pemurah,

amanah, qana’ah (menerima hasil usaha dengan senang hati), menjaga

diri dari hal-hal yang haram dan sebagainya.52

50

Ardani,op.cit.,h. 61

51

Ibid.,h. 62

(38)

Dalam pandangan Islam, akhlak mulia diukur dengan kesesuaian

akhlak itu dengan sifat dasar manusia atau jati dirinya. Semakin sesuai

sifat atau aktivitas dengan jati diri, maka semakin terpuji ia, demikian

juga sebaliknya.53

Karena itu, akhlak manusia yang dikatakan terpuji apabila sifat dan

tingkah lakunya dapat mencerminkan sifat-sifat Allah sesuai dengan

kedudukannya sebagai makhluk dan hamba Allah SWT.54

Dengan demikian dapat penulis simpulkan, akhlak seseorang akan

dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang

terkandung dalam al-Qur’an.

b. Akhlak Tercela

Selanjutnya ialah akhlak tercela, untuk akhlak ini pun ada

sendi-sendi yang patut diketahui, menjadi sumber timbulnya

perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Sendi-sendi akhlak tercela tersebut

merupakan kebalikan dari sendi-sendi akhlak terpuji, yaitu:

1) Khubtsan wa Jarbazah (keji dan pintar busuk) dan balhan (bodoh), yaitu keadaan jiwa yang terlalu pintar atau tidak bisa menentukan yang benar diantara yang salah karena bodohnya di dalam urusanikhtiariah.

2) Tahawwur (berani tapi sembrono), jubun (penakut), dan khauran (lemah, tidak bertenaga), yaitu kekuatan amarah yang tidak bisa dikekang atau tidak pernah dilahirkan, sekalipun sesuai dengan yang dikehendaki akal.

3) Syarhan (rakus), jumud (beku), yaitu keadaan syahwat yang

tidak terdidik oleh akal dan syari’at agama, berarti ia bisa

berkelebihan atau sama sekali tidak berfungsi.

4) Zailim, yaitu kekuatan syahwat dan amarah yang tidak terbimbing oleh akal dan hikmah, sekaligus kebalikan dari adil.55

Keadaan akhlak ini adalah pangkal yang menentukan corak hidup

manusia. Dengannya manusia akan mengetahui yang baik dan yang

53

M. Quraish Shihab,Membumikan al-Qur’an,Jilid II, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2010), Cet. I, h. 759

54

Ibid.,h. 750

55

(39)

buruk, dapat membedakan yang patut dan tak patut, yang hak dan yang

bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan meskipun ia kuasa atau mampu

melakukannya. Inilah suatu hal yang khusus untuk manusia.56

5. Macam-macam Akhlak

a. Akhlak Al-Karimah

Akhlak Al-Karimah atau akhlak yang mulia amat banyak

jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan

dan manusia.57

Akhlak mulia adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh para utusan dan

merupakan amalan para shadiqin. Akhlak yang baik itu sebagian dari

agama dan hasil dari sikap sunggguh-sungguh dari latihan para ahli

ibadah dan para muttaqin.58

Akhlak yang mulia itu dapat dibagi kepada tiga bagian diantaranya

sebagai berikut:59

1) Akhlak Terhadap Allah

Titik tolak akhlak terhadap Allah dalah pengakuan kesadaran

bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Banyak alasan mengapa

harus berakhlak baik terhadap Allah. Diantaranya adalah sebagai

berikut:

a) Karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan dan kesempurnaannya. Sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang menciptakannya.

b) Karena Allah terlah memberikan pelengkapan pancaindera, hati nurani, dan naluri kepada manusia.

c) Karena Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan yang terdapat di bumi, seperti tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang, dan lain sebagainya. Semua itu tunduk kepada kemauan manusia, atau siap untuk dimanfaatkan.

56 Ibid. 57

Ibid., h. 49

58

Imam Al-Ghazali,Ringkasan Ihya’ Ulumuddin, (Surabaya: Gitamedia Press, 2003), Cet. I, h. 190

59

(40)

Pengakuan dan kesadaran ini mengantarkan manusia untuk

tunduk dan patuh kepada semua perintah-Nya dan menjauhi

semua larangan-Nya sehingga seluruh hidupnya akan

dipersembahkan kepada Allah dalam berbagi bentuk ibadah dan

pengabdian kepada-Nya.60

Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atas

perbuatan yang seharusnya dilakukan manusia sebagai makhluk

kepada Tuhan sebagai khalik. Akhlak terhadap Allah SWT

merupakan cerminan hubungan baik antara manusia dengan Allah

SWT.61

Adapun akhlak baik terhadap Allah SWT, secara garis besar

meliputi sebagai berikut:

a) Bertaubat b) Bersabar c) Bersyukur d) Bertawakkal e) Ikhlas f) Raja’

g) Bersikap takut.62

2) Akhlak Yang Baik Terhadap Diri Sendiri

Berakhlak yang baik kepada diri sendiri dapat diartikan

menghargai, menghormati, menyayangi, dan menjaga diri sendiri

dengan sebaik-naiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai

ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan

dengan sebaik-baiknya.63

Untuk menjalankan perintah Allah dan bimbingan Nabi

Muhammad SAW maka setiap umat Islam harus berakhlak dan

bersikap sebagai berikut:

60

Toto Edidarmo & Drs. Mulyadi,Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas XI,(Semarang: PT Karya Toha Putra, 2009), h. 56

61

Ardani,op.cit.,h. 66-67

62

Ardani,op.cit.,h. 70

63

(41)

a) Hindarkan minuman beracun/keras b) Hindarkan perbuatan yang tidak baik c) Memelihara kesucian jiwa

d) Pemaaf dan Pemohon Maaf e) Sikap sederhana dan Jujur f) Hindarkan perbuatan tercela.64

Oleh karena itu manusia yang berakhlak baik terhadap

dirinya sendiri adalah manusia yang terbina sumber dayanya

secara optimal. Hal ini semakin dirasakan pentingya, terutama

kepada manusia yang memasuki abad ke-21, yaitu abad

globalisasi dunia yang ditandai oleh adanya persaingan yang amat

tajam dan kompetitif.65

3) Akhlak Yang Baik Terhadap Sesama Manusia

Manusia adalah sebagai makhluk sosial yang kelanjutan

eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung

pada orang lain. Untuk itu, ia perlu berkerjasama dan saling

tolong menolong dengan orang lain. 66Titik tolak akhlak terhadap sesama manusia adalah kesadaran bahwa manusia hidup dalam

sebuah masyarakat yang terdiri atas berbagai macam suku bangsa

yang berbeda-beda bahasa dan budayanya, termasuk karakter dan

sifat-sifatnya.67

Oleh karenanya ia perlu menciptakan suasana yang baik, satu

dengan lainnya saling berakhlak baik, diantaranya

mmemuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan,

menghargainya, mengiringi jenazahnya, mengabulkan

undangannya, dan mengunjungi orang sakit.68

64

Ibid.,h. 56

65

Ibid.,h. 57

66

Ibid.,h. 57

67

Toto Edidarmo,op.cit.,h. 57

68

(42)

Jadi manusia agar hidup tentram, serasi dan selamat bersama

orang lain dalam masyarakat, membutuhkan etika pergaulan yang

mengatur hubungan dengan antar mereka. Dengan demikian ia

akan terhindar dari ancaman bencana dan kejahatan orang lain,

manakala ia menerapkan tata cara pergaulan yang baik. 69Begitu banyak tata sopan santun yang dipandang baik oleh manusia dari

masa ke masa dan menjadi adab hidup mereka. Diantara sopan

santun pergaulan ialah:

a) Silaturrahim. b) Persaudaraan. c) Persamaan. d) Adil

e) Baik sangka. f) Rendah hati. g) Tepat janji. h) Lapang dada. i) Dapat dipercaya. j) Dermawan.70

Dengan sepuluh perilaku tersebut ia tidak di salah pahami

dan dicurigai orang, ia tidak diragukan dan dijahati orang, tidak

dicelakakan dan didengki orang. Malahan sebaliknya ia disukai

orang, dipandang orang baik, berpandangan luas dan lapang dada,

lalu ia dijadikan contoh budi luhur dalam masyarakat.71

4) Akhlak Kepada Orang Tua

Sebagai anak diwajibkan untuk patuh dan menurut terhadap

perintah orang tua dan tidak durhaka kepada mereka. Dalam hal

ini terutama kepada ibu, karena jasa seorang ibu kepada anaknya

tidak bisa dihitung dan tidak bisa ditimbang dengan ukuran. Ibu

mengasihi anaknya tidak habis-habisnya bagaimana pun keadaan

69

Ardani, Ardani,op.cit.,h. 84-85

70

Muhammad Alim,Pendidikan Agama Islam,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. 2, h. 155.

71

(43)

anaknya tugas seorang ibu dari mulai mengandung sampai

dewasa, lebih berat daripada seorang ayah.72

Akhlak terhadap orang tua, antara lain: 1) mencintai mereka

melebihi cinta kepada kerabatnya; 2) merendahkan diri kepada

keduanya diiringi perasan kasih sayang; 3) berkomunikasi dengan

orang tua dengan khidmat, mempergunakan kata-kata lemah

lembut; 4) berbuat baik kepada ibu-bapak dengan sebaik-baiknya;

5) mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka

walaupun seorang ada keduanya telah meninggal dunia.73

5) Akhlak Terhadap Lingkungan

Akhlak terhadap bukan manusia (lingkungan) antara lain: 1)

sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup; 2) menjaga

dan memanfaatkan alam terutama hewan dan tumbuh-tumbuhan

yang diciptakan Tuhan untuk kepentingan dan kebutuhan

manusia; 3) sayang pada sesama makhluk.74

b. Akhlak Al-Madzmumah

Akhlak tercela (Al-Maudzmumah) secara umum adalah sebagai

lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana diatas.

Namun ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan

tujuan agar dapat dipahami dengan benar dan dapat diketahui

cara-cara menjauhinya.75

Menurut Al-Ghazali, “Akhlak buruk adalah racun pembunuh dan

membinasakan. Akhlak buruk merupakan pintu-pintu terbuka menuju

neraka yang apinya dinyalakan sampai ke hati.”76

72

Ardani,op.cit.,h. 58

73

Muhammad Daud Ali,Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h. 357

74

Ibid.,h. 359

75

Ardani,op.cit.,h. 58

76

(44)

Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam

akhlak yang tercela diantaranya:

1) Berbohong

Berbohong adalah memberikan atau atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai, tidak cocok dengan sebenarnya. Berbohong ada tiga macam: berdusta dengan perbuatan, berdusta dengan lisan, berdusta dalam hati.

2) Takabbur (Sombong)

Sombong adalah salah satu akhlak yang tercela yaitu merasa atau mengaku diri besar, tinggi, mulia, dan melebihi orang lain. Takabbur ada tiga macam, yaitu takabbur kepada Allah berupa sikap tidak mau memperdulikan ajaran-ajaran Allah, takabbur kepada Rasul-Nya berupa sikap dimana orang merasa rendah dirinya kalu mengikuti dan mematuhi Rasul, dan takabbur kepada sesama manusia berupa sikap menganggap dirinya lebih hebat dari orang lain.

3) Dengki

Dengki ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan

yang diperoleh orang lain, dan berusaha untuk menghilangkan

kenikmatan itu dari orang lain tersebut, baik dengan maksud

supaya kenikmatan itu berpindah ke tangan sendiri atau tidak.

4) Bakhil

Bakhil artinya kikir. Orang yang kikir ialah orang yang sangat hemat dengan apa yang menjadi miliknya, tetapi hematnya demikiran sangat sukar baginya mengurangi sebagaian dari apa yang dimilikinya iu untuk diberikan kepada orang lain.77

Oleh sebab itu keburukan-keburukan akhlak itu haruslah diobati.

Jika dibiarkan maka penyakit itu akan menumpuk di dalam hati.

Untuk menyembuhkan penyakit hati, maka seseorang harus

77

(45)

mengetahui sebab-sebab mengapa ia terkena penyakit dan bagaimana

langkah mengatasinya.78

Berdasarkan uraian diatas maka akhlak dalam wujud

pengamalannya dibedakan menjadi dua yaitu akhlak terpuji dan

akhlak tercela. Jika sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya

yangkemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah yang

dinamakan akhlak terpuji, sedangkan jika ia sesuai dengan apa yang

dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya dan melahirkan

perbuatan-perbuatan yang buruk, maka itulah yang dinamakan akhlak yang

tercela.

6. Faktor Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Segala tindakan dan perbuatan manusia memiliki corak berbeda antara

satu dengan lainnya, diakibatkan karena adanya faktor dari dalam diri

(internal) seperti naluri/insting, dan faktor dari luar diri eksternal seperti

adat/kebiasaan, aspek keturunan, milieu. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan akhlak adalah:

a. Insting/naluri, insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia sejak lahir, para psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku.

b. Adat/kebiasaan, adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara terus-menerus, dan berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan.

c. Keturunan, dalam hal ini secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi pembentukan sikap dan tingkah laku seseorang. d. Milieu/Lingkungan, adalah satu aspek yang turut memberikan

saham dalam terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah milieu, milieu adalah lingkungan dimana seseorang berada.79

7. Tujuan Akhlak

Tujuan adalah salah satu usaha yang diharapkan tercapai setelah

sesuatu usaha atau kegiatan selesai dikerjakan. Tujuan utama pendidikan

78

Imam Al-Ghazali.,op.cit.,h. 190

79

(46)

akhlak dalam islam agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa

berada dijalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah. Inilah

yang akan mengantarkan manusia menuju kebahagiaan didunia dan

akhirat.80

Tujuan akhlak adalah mengantarkan seseorang kepada jenjang

kemuliaan akhlak, karena dengan ilmu akhlak seseorang akan dapat

menyadari mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang tidak baik,

dan seseorang akan selalu berusaha memelihara dirinya agar senantiasa

berada pada garis akhlak yang mulia, dan menjauhi segala bentuk tindakan

yang tercela yang dimurkai oleh Allah SWT.81

Menurut Al-Ghazali bahwa tujuan pendidikan akhlak dalam prosesnya haruslah mengarah kepada pendekatan diri kepada Allah dan kesempatan insani, dapat membentuk kepribdian muslim ya

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2Skor Item Alternatif Jawaban Responden
Tabel 3.3Kriteria Perhitungan Persentase Angket
Tabel 4.2Jumlah Siswa Tahun Ajaran 2015-2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

hal tersebut dengan judul “ Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif pembentukan perilaku siswa dalam pendidikan berbasis karakter di SMP IT

KONTRIBUSI PEMBELAJARAN PENDIDII(AN AGAMA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SHALAT LIMA WAKTU SISWA SMP NEGERI

Strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam menguatkan akhlak baik siswa di SMP Negeri 01 Kota Batu ada 3, yaitu merefresh/mengulang kembali tentang materi atau nasehat yang

Pendidikan Agama Islam dalam pelaksanaan pembelajaran yang.. mendidik dan dialogis terhadap pemahaman materi Pendidikan Agama. Islam siswa SMP Negeri

Adapun yang menjadi pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan akhlak siswa di SMKN 1 Bireuen?, (2) Upaya

Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Akhlak Hablumminallah siswa di SMP Negeri 1 Plosoklaten kab.. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Akhlak. Hablumminal’alam di SMP Negeri

Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam membangun akhlak.. hablumminallah siswa di SMP Negeri 1 Plosoklaten