ANALISIS PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI DAN RESPON
NASABAH TERHADAP PELAKSANAAN
OFFICE CHANNELING
(Studi Kasus Pada BNI Syariah Kantor Cabaug Pembantu Syariah UIN Ciputat)
SKRIPSI
Oleh:
SETIAWATI
NIM : 1040810Qi1l5Jlr9.
. .,
p - . . , ; ; ; ; ; ; " , , , •.
---,
セᄋZセセNG@
'.
ᄋッᄋエ[BGZBoGエBᄋセᄋ@
..
セ@
....
HI, .. _:"'" lnt!uk ;
... <qJ.J.'.3
·i0rco .. .::. ..
ッ」ZNZᄋ\jイヲRNセq@
kl;isifil(3Ri :
...
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI UAN ILMU SOSIAL
Ul"HVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ANALISIS PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOJVII DAN RESPON
NASABAH TERHADAP PELAKSANAAN
OFFICE CHANNELING
(Stndi Kasns Pada BNI Syariah Kantor Cahang Pembantu Sya1riah UIN Ciputat)
MMMMMMMMMMセBGGG@
セ@ I
I
PERPUSTAKA!-'-N UTAMA \Skripsi UIN SVAHlD J/\Kf\RTA _ }
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan llmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Pembimbing I
Oleh Setiawati NIM: 104081002519
Di Bawah Bimbingan
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP.150317955
PembJimbing 11
/
'/ n
,'
11
i
r1
L<
/
Mnrdiyah Haya{s, kom, MM NIP. 150 326 913
Herni Ali. HT, SE, MM.
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULT AS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIJF HIDAY ATULLAH
JAKARTA
ari ini Jum'at Tanggal Delapan Agustus Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif, alas
ima Setiawati NIM: 104081002519 dengan judul skripsi "ANALISIS
PENGARUH STATUS
OSIAL EKONOMI DAN RESPON NASABAH 1['ERHA][)AP PELAKSANAAN
セffOce@
CHANNELING".
Memperhatikan kemampuan mahasfowa tersebut selama ujianerlangsung, maim skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
arjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
yarif Hidayatullah Jakarta.
セ[スL@
Prof. Dr. Ahmad Jtodoni Ketua
Jakarta, 08 Agustus 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
TNセセ@
!flerni Ali, SE, MMProf. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
ANALISIS PENGARUH LATAR BELAKANG STATUS SOSIAL
EKONOM1 DAN RESPON NASABAH TERIIADAP PELAKSANAAN
OFFICE CHANJITELJJVG
(Stu di Kasus Pad a BNI Syariah Kantor Ca bang Pembantu Sya1riah UIN Ciputat)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan llmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Pen1hi1nbing I
Oleh Setiawati NIM: 104081002519
Di Bawah Bimbingan
Pcmbimbing II
セ@
セMMMNN@
_ { _ 1
0---Prof.
dQセュ。、@
セHエ@
NIP. 150 317 955Jl:Junliyah Havati, S, Imm, MM NIP. 150 326 913
.JUIUJSAN MANA.JEMEN
FAKlJLTAS l<:i(ONOMl DAN ILMU SOSIAL
ABSTRACT
The aim of this research is to analysis the effect of social economic status and customer response toward the implementation of office channeling. Variable independent are social economic status and customer response, and variable dependent is implementation of office channeling. The sample method which is used in this research is convenience sampling method there are 100 responden which became samples. Multiple regression is used to examine. The effect of social economic status and customer response toward the implementation of office channeling.
The analysis result revealed that independent variable which explained by custoumer response have significant influence to implementation of office channeling if can be explained from t count bigger than t table. The value of dete1minant coefficient R 2 is 0,426%, it's showed tahat 42,6% change that happened of implementation of office channeling is determined by change that happened of custoumer response and social economic status, and the is determined by other factor out of model.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh status sosial ekonomi dan
respon nasabah terhadap pelaksanaan office channeling. Variabel independen adalah
status sosial ekonomi dan respon nasabah, variabel dependen adalah pelaksanaan office
channeling. Sampel dalam penelitian ini menggunakan Convenience sampling sebanyak I 00 responden yang dijadikan sampel. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi beganda sehingga pengujian menggunakan uji koefisien deteminasi, uji F, uji T.
Berdasarkan pengolahan data dengan analisis tersebut di peroleh bahwa variabel independen yang dijelaskan oleh respon nasabah berpengaruh secara signifikan terhadap
pelaksanaan office channeling dapat dilihat dari t hitung 17.637 l.ebih besar dari t label
2,46. Berdasarkan nilai determinasi R 2 sebesar 0,426% maka sebesar 42,6% perubahan
yang te1jadi pada pelaksanaan office channeling ditentukan oleh perubahan yang teijadi
pada respon nasabah,selebihnya 57,4% ditentukan oleh faktor Jain diluar model.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah
diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat se1ia salam semoga
senantiasa dilimpahkan kepada nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan tauladan
kepada seluruh umat manusia menuju kepada jalan kebenaran.
Sehubungan dengan penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan
baik berupa motivasi, bimbingan, petunjuk maupun sarana dan prasarana dari berbagai
pihak sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Mengingat jasa
dan bantuan dari dari berbagai pihak, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati
menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak dan Mama tersayang nan jauh dimato tapi dekat di hati, walaupun kita
berjauhan dan terpisahkan oleh pulau tapi cinta dan kasih sayang tetap kita rasakan
I ewat oa an m1mp1. -,e1e ... a umya pu ang ampungJuga euy ... . d d . 'JTI kl' I k . 11111111111
2. Untuk keluarga besarku teteh2 n kakang2 tercinta yang ada di Lampung, terima kasih
atas doanya yang tidak henti2nya memberikan semangat untuk penggarapan skripsi.
Untuk adiku sematawayang ayo belajar tidak ada kata malu, tidak ada kata menyerah
buat mencari ilmu gapai cita-citamu setinggi langit.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Selaku Dekan FEIS UIN Jakmia semoga Allah
menberikan kesehatan dan keselamatan supaya bisa menjalankan Amanah dengan
sebaik-baiknya Amin ...
4. Bapak prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM dan !bu Murdiyah Hayati, S.Kom, MM. yang
telah memberikan pengarahan dan meluangkan waktunya untuk penyelesaian skripsi
5. Seluruh dosen FEIS yang telah sabar dan ikhlas mengajarkan ilmunya clan berbagi
pengalaman.
6. Kepada semua para StaffFEIS terima kasih atasjasa-jasanya, pak bambang yang lucu
sering becanda bareng kita-kita, busiska yang baik banget suka nolongin saya klo lagi
bingung, makasih juga buat pak sugeng walaupun kadang-kadang bikin kita nunggu
ga jelas n terkadang bikin kita2 kesel tapi makisih banget atas jasanya, pak rahmat
dan bu !iii yang penyabar makasih ya, pak sumarsono yang suka lari-lari awas jatuh
pak n yang akur ma pak bambang, n the last buat penjaga perpus pak Ali maap ya
pak ldo saya sering telat ngembaliin buku n makasih udah ga kena clendanya
hehe ... Oia satu lagi saya ga tau namanya tapi yang pasti bapak yang satu ini paling
rajin, kerjannya suka bersih2 di FEIS, ramah, murah senyum hehe ....
7. Spesial buat yang terkasih, tercinta, n tersayang "Masday" tengQyu ya sudah sabar
menungguku lulus, menjadi penyemangat, tempat berkeluh kesah, minjemin fasilitas,
sering ngasih uang hehe .. maksih juga buat oem helmi maap ak dah jarang masakin
lagi.
8. Buat sobat yang satu ini, wah paling be1jasa buat penyelesaian skripsi akyu, Diyah
Kusuma wati, SE (si tomboy) tapi jago masak lho ... maap ya nduk sering ngerepotin
dirimu, makasih dah mau berbagi ilmunya dan terima kasih Im ucapkan buat emak
Suprapti n bapak Hmtana yang sudah mendoakan tia, buat ulung mbak ratna n k agus
semoga kita bisa be1jumpa kembali.
9. Buat sobat seperjuangan clan sepenanggungan Manaj C. Annisa yang manja n
ngangenin, Ekowati yang baik n lugu, Isna cungkring n heboh, Vi2 si guru yang
banyak pacar, Pani yang sunda tea .. ., Sogel tq bro dah menjadi teman yang suka
menghibur, Jamrong tq ilmunya semoga kita semua menjadi orang yang bermanfaat
buat orang lain, special buat Nurhakimah i Luv u sister makasih banget dah menjadi
sahabat, saudara yang baik yang bisa nenengin hati.n buat kania i miss u fren ...
IO. Teman-teman Perbankan angkatan ayo kembangkan ilmu perbankannya semoga kita
bisa menjadi Bankir2 yang dermawan hehe .... n buat teman2 manajemen C ayo
11. Teman-teman sepe1juangan Kompre mudah-mudahan ilmu yang sudah didapat tidak
hilang begitu aja. Buat yang mendapat gelar Mr & Miss. Putong selamat yach.
12. Buat bapak kostan mas haris makasih dah boleh nunggak, Anak-anak kostn belajar
yang raj in yach semoga kalian cepat menyusul.
13. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terimakasih banyak atas
do'a dan dukungannya, semoga bantuan dan partisipasinya mendapat ridho Allah
SWT,Amin.
Dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada pada diri ini, Penulis telah
berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini clengan sebaik-baiknya.
Dengan segala kerendahan hati Penulis menerima saran maupun kritik yang dapat
menjadikan skripsi ini lebih baik.
Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak. Amin ...
Jakarta, Februari 2009
DAFTARISI
DAFTARRIWAYATHIDUP ... v
ABSTRACT ... vi
ABSTRAK ... vii
KAT A PENG ANT AR ... ,, ... viii
DAFT AR ISI ... ,,... xi
DAFTAR TABEL ... ,,... xi
DAFT AR GAMBAR ... ,,... xii
DAFT AR LAMPIRAN ...•... ,, ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... ,,... 1
A. Latar Belakang Masalah ... . B. Perumusan Masalah ... ... I 0 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13
A. Status sosial ekonomi ... ... ... 13
I. 2. B. I. 2. 3. 4. 5.
6.
Pengertian Status Sosial Ekonomi ... 13Faktor-faktor Status Sosial Ekonomi ... 14
Office Channeling... ... 18 ·
Penge1tian Office Channeling... 18
Perbedaan Office Channeling dan Windows System ... 19
Landasan Hukum Office Channeling... 20
Kebijakan Layanan Office Channeling... 21
Latar Belakang Office Channeling... 23
7. Pandangan Positif Office Channeling... 25
8. Pandangan Negatif Office Channeling... 28
9. Produk-produk Syariah di Kntor Office Channeling... 34
C. Penelitian Terdahulu ... 49
D. Kerangka Pemikiran & Hipotesis ... 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 56
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 56
B. Metode Penelitian Populasi dan Sampel ... 57
C. Metode Pengumpulan Data ... 58
D. Metode Analisis ... 59
E. Operasional Variabel Penelitian ... 69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 73
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 73
l. Sejarah Singkat BNI Syariah ... 73
2. Visi dan Misi ... 75
B. Hasil Dan Pembahasan ... 74
I. Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas... 76
2. Analisis Dekriptif Statistik ... 78
3. a. Pengujian Asumsi Klasik... 98
b. Pengujian Hipotesis ... I 00 c. Pengujian Koefisien Determinasi ... I 05 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 107
A. Kesimpulan ... ... I 07
C. Saran ... ... .. .. 109
DAFTAR PUSTAKA ... 112
Nomor
1.1
1.2
DAFTAR TABEL
Keterangan Halaman
Perkembangan Kegiatan Usaha Perbankan Syariah
Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah ... . 5
6
3.1 Operasional Variabel ... 71
4.1 Hasil TryOut Validitas dan Riliabilitas ... 77
4.2 DeskriptifNasabah Jenis Kelamin ... 79
4.3 DeskriptifUsia Responden ... 79
4.4 Deskriptif Agarna Responden... 80
4.5 Deskriptif Peke1jaan Responden ... 81
4.6 Deskriptif Pendidikan Responden ... 81
4.7 Deskriptif Pendapatan Responden... 82
4.8 Deskriptif Rutin Mengikuti Kegiatan Keagamaan ... 83
4.9 Deskriptif Aktif Mengikuti Kegiatan Partai Politik ... 83
4.10 Deskriptif Peke1jaan Membuat Lebih Kreatif... 84
4.11 Deskriptif Kebersihan Ruangan BNI Syariah ... 84
4.12 DeskriptifKerapihan Ruangan BNI Syariah ... 85
4.13 DeskriptifRuang Tunggu BNI Syariah ... 86
4.14 DeskriptifTeknologi Sistem Informasi BNI Syariah ... 86
4.15 Deskriptif Ketepatan Pelayanan BNI Syariah ... 87
4.16 Deskriptif Pencatatn dan Pembukuan BNI Syariah ... 88
4.17 Deskriptif Prosedur Pelayanan Produk BNI Syariah ... 88
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Skerna Kerangka Pernikiran ... 53
4.1 Hasil Uji Norrnalitas Data... 97
DAFT AR LAMPIRAN
mor Keterangan Hal am an
Kuesioner Penelitian ... 114
2 Hasil Input Data Mentah Kuesioner ... 118
3 Hasil Output SPSS Validitas dan Reabilitas ... 122
4 Hasil Output SPSS Uji Asumsi Klasik ... 124
5 Hasil Output SPSS Uji Regresi Berganda ... 126
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendahuluan
Agama Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT
melalui perantara Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada
umat manusia sebagai agama yang rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi
seluruh alam). Ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW
tersebut tidak hanya hal-hal yang bersifat vertikal saja (lrnbungan manusia
dengan Allah SWT), tetapi juga menyangkut hal-hal yang bersifat
horizontal (hubungan manusia dengan manusia).
Kegiatan ekonomi dalam panclangan Islam merupakan salah satu
kegiatan kehiclupan manusia yang bersifat horizontal, dimana manusia
saling berinteraksi satu sama lain untuk saling melengkapi melalui
berbagai cara, seperti: jual-beli, pinjam-meminjam, sewa-menyewa clan
kegiatan ekonomi lainnya. (Munawir Saclzali, 2006)
Seiring dengan perkembangan zaman clan peradaban manusia yang
semakin maju, muncul berbagai lembaga perekonomian sebagai waclah
untuk menampung kegiatan-kegiatan ekonomi. Salah satu lembaga
tersebut adalah bank, clari sekian banyak jenis lembaga keuangan, sektor
perbankan merupakan sektor yang paling besar pengaruhnya terhadap
Salah satu upaya untuk merealisasikan nilai-nilai Islam dalam
aktifitas pei·ekonomian adalah dengan mendirikan lembaga-lembaga
keuangan yang berdasarkan syariah Islam. Bank syariah merupakan salah
satu lembaga keuangan yang menjalankan kegiatannya berdasarkan
prinsip-prinsip syariah.
Di Indonesia, prakarsa untuk mendirikan bank Islam barn
dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal
18-20 Agustus 1990 menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan
Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Basil lokakarya tersebut dibahas
lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di
Hotel Sahid Jaya Jakaiia, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat
Munas IV MUI, dibentuk kelompok ke1ja untuk mendirikan bank Islam di
Indonesia. Kelompok ke1ja yang disebut denan Tim Perbankan MUI,
be1iugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak
terkait. Pada tanggal 1 November 1991 berdirilah Bank Mu' amalat
Indonesia yang merupakan hasil ke1ja dari Tim Perbm1kan MUI.
(Muhammad Syafi'i Antonio, 2001 :25)
Pada awal pendirian Bank Mu'mnalat Indonesia, keberadaan bar1k
syariah ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri
perbankan nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan
sistem syariah ini hanya di kategorikan sebagai "bank dengan sistem bagi
hasil"; tidak terdapat rincian landasan hukum syariah se1ia jenis-jenis
Tahun 1992, dimana pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil
diuraikan hanya sepintas lalu dan merupakan sisipan belaka (Muhammad
Syafi'i Antonio, 2001 :26).
Pada era reformasi, pemerintah mulai menunjukkan perhatiannya
terhadap perbankan syariah sebagai salah satu komponen tatanan industri
perbankan nasional. Hal ini ditandai dengan disahkannya undang-undang
No.JO Tahun 1998. Dengan adanya UU No.IO Tahun 1998, maka
berlakulah dual banking system dalaam pengelolaan bank, yakni secara
konvensional dengan menggunakan bunga (interest) untuk setiap
peminjaman atau penyimpanan dana, dan menggunakan sistem bagi hasil
yang merupakan dasar Perbankan Syariah. Selain itu, undang-undang ini
mempe1jelas landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat
dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang
tersebut juga memberikan arahan bagi bank konvensional tmtuk membuka
cabang-cabang syariah atau bahkan mengkonversinya secara total menjadi
bank syariah. (Muhammad Syafi'i Antonio, 2001 :26-27)
Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat kepada jasa
perbankan syariah, Bank Indonesia membolehkan cabang bank
konvensional yang telah memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) untuk juga
melayani transaksi syariah (office channelling). Dengan begitu bank tidak
perlu lagi membuka cabang UUS di banyak tempat untuk dapat
memberikan pelayanan perbankan syariah. Publik perbankan belum begitu
menilai office channelling ini mirip dengan sistem perbankan dua jendela
(t';vo ·windows system) yang berlaku di Malaysia. Padahal, sesungguhnya
terdapat perbedaan yang mendasar antara office channelling dengan two
windows system.
Office channelling adalah istilah yang digunakan Bank Indonesia
untuk menggan1barkan penggunaan kantor bank umum (konvensional)
dalam melayani transaksi-transaksi dengan skim syariah, dengan syarat
bank bersangkutan telah memiliki Unit Usaha Syariah. Berbeda dengan
office channelling versi Indonesia, two windows system yang digunakan di
Malaysia, memperbolehkan bank umum (konvensional) yang tidak
memiliki UUS atau kantor cabang syariah, untuk melakukan transaksi
dengan skim syariah dalam satu kantor (office). Dengan kata lain, dalam
satu bank, terdapat dua sistem layanan sekaligus: skim syariah dan
konvensional.
Perbankan syariah Indonesia kini dituntut untuk melakukan
akselerasi. Bank Indonesia (Bl) sebagai otoritas moneter telah
memberikan target kepada bank syariah untuk rnencapai market share
pada level 5,25% pada akhir tahun 2008. Hal ini merupakan program BI
untuk meningkatkan peran perbankan syariah di kancah perekonomian
nasional serta tingkat signifikansi rnanfaat perbimkan syariah bagi
Dari tahun ke tahun sektor perbankan syariah di Indonesia terns
mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari pangsa kegiatan usaha
perbankan syariah terhadap perbankan nasional clan jumlah jaringan !cantor
perbankan syariah. Jika dilihat dari segi perkembangan pangsa kegiatan
usaha perbankan syariah terhadap perbankan nasional pada pertengahan
tahun 2007 berupa asset, dana pihak ketiga, d.an pembiayaan/kredit
diperoleh informasi sebagai berikut:
I. Asset perbankan syariah mencapai sekitar 1,66% dari total asset
perbankan nasional.
2. Dana pihak ketiga 1,69% dari total dana pihak ketiga perbankan
nasional.
[image:20.595.79.486.200.599.2]3. Pembiayaan 2,63% dari total pembiayaan/ kredit perbankan nasional.
Tabel. 1.1
Perkembangan Pangsa Kegiatan Usaha Perbankan Syariah Terhadap Perbankan Nasional (%)
Keterangan 2000 2001 2002 20003 2004 2005 2006 2007
Asset 0,17 0,25 0,36 0,74 1,22 1,40 1,56 1,66
Dana Pihak Ketiga 0,15 0,23 0,35 0,64 1,25 1,34 1,55 1,69
Pembiayaan/Kredit 0,40 0,57 0,80 1,16 2,10 2,16 2,58 2,63
Sumber: www .. bi.go.id
Jika dilihat dari seg1 Janngan kantor perbankan syariah sampm
dengan akhir tahun 2007, terdapat 3 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit
Tabel. 1.2
Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Keterangan 2000 2001 2002 20003 2004 2005 2006 2007
- ·
Bank UmuSyariah 2 2 2 2 3 3 3 3
Unit Usaha Syariah 3 3 6 8 15 19 20 23
Pembiayaan/Kredit 78 81 83 84 88 92 105 106
Sumber: www .. bi.go.id
BI sebagai regulator sebenarnya telah mernaharni permasalahan
ini. Karena itu, melalui kebijakan yang dikeluarkan yang diatur dalam PBI
No. 8/3/2006, BI ingin melakukan akselerasi pengernbangan perbankan
syariah. Salah satu dari program itu adalah rnembuat kebijakan office
channeling bagi perbankan konvensional yang ingin rnembuka devisi unit
syariah tanpa perlu melakukan investasi dalarn pernbangunan kantor
cabang khusus syariah. Kebijakan ini jelas sangat mernbantu ekspansi
pasar perbankan syariah di daerah-daerah. Karena, berdasarkan hasil riset
yang dilakukan BI sebelumnya, kedekatan lokasi bank menjadi salah satu
faktor dominan masyarakat dalam menggunakan j asa perbankan.
Barile Indonesia pada tahun 2007 rnemberi kebijakan dengan
rnemperbolehkan office channeling dapat rnelayani pembiayaan, tak
sekedar kantor layanan pengumpulkan dana pihak ketiga. Peraturan barn
itu juga memperluas cangkupan wilayah yang 1ak lagi terbatas pada
keberadaan kantor cabang syariah di wilayah kmja Kantor BI (Bank
Secara industri, tambahan 46 kantor hasil office channeling selama
2006 mendonglaak peningkatan volume usaha sebesar Rp5,8 triliun
sehingga pada ald1ir periode laporan mencapai Rp26, 7 triliun. Peningkatan
tersebut memperbesar pangsa aset perbankan syariah terhadap perbankan
nasional dari 1,4% pada akhir 2005 menjadi 1,6% di alillir 2006. Posisi
terse but massih jauh dibandingkan singapura atau Malaysia yang mengejar
pangsa pasar perbankan syariah 15%.
Bila melihat banyaknya cabang perbankan konvensional di
daerah-daerah, maka penerapan office channeling diprediksi bakal meningkatkan
pangsa pasar. Namun, dibutuhkan waktu untuk melakukan edikuasi dan
memberikan informasi sehingga bisa timbul pemahaman masyarakat
mengenai sistem ini. Contoh yang terns melakukan office channeling di
cabang-cabangnya aclalah BNI. Dengan program ini, nasabah yang ingin
membuka tabungan, deposito atau giro cukup datang ke kantor BNI
konvensional tanpa harus datang ke kantor BNI Syariah.
Dengan dikeluarkannya kebijakan BI pada tahun 2006 dalam PBI
No. 8/3/2006 mengenai diperbolehkannya bank konvensional membuka
layanan syariah, khususnya pada penghimpun dana (DPK) dengan syarat
telah memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) dan diikuti dengan PBI No. 9
Talmn 2007 mengenai produk bank syariah berupa pembiayaan, maka
akan menimbulkan respon atau tanggapan dari nasabah terhadap
pelaksanaan office channeling BNI Syariah. Dan disini penulis akan
posisi atau tingkatan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat yang
didasarkan atas latar belakang peke1jan, pendidikan, pendapatan, agama,
politik. (Narwoko dan Bagong, 2004:136-137)
Respon nasabah terhadap layanan office channeling BNI Syariah
1111 tentunya berhubungan dengan operasional layanan yang dilihat
mennrut konsep Service Quality, yaitu: Tangible (berwujud),
Responsiveness (ketanggapan), Reliability (kehandalan), Assurance
(keyakinan) Empathy ( empati). (Kasmir, 2004:67)
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang
berkaitan dengan pengaruh status sosial ekonomi dan meneliti respon
nasabah BNI Syariah yang menggunakan layanan office channeling terkait
dengan usaha yang clilakukan pihak bank melalui penclekatan-pendekatan
yang telah clisebutkan di atas. Maka peneliti berusaha mengangkat tema
tersebut dengan juclul "Analisis Pengaruh Status Sosial Ekonomi dan
Respon Nasabah tcrhadap Pelaksanaan Off.ice Channeling BNI
Syariah (Studi Kasus pada BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu
UIN Ciputat)".
Kelebihan clari penelitian sebelumnya aclalah bahwa peneliti igin
mengetahui secara langsung bagaimana tanggapan atau respon nasabah
BNI Syariah terhadap pelaksanaan operasional office channeling, dengan
menyebarkan anget secara langsung kepada responden ldmsusnya nasabah
BNI Syariah di Kantor Cabang Pembantu Syariah UIN Ciputat. Office
diperbincangkan oleh pakar-pakar perbankan syariah dan masih menjadi
kontroversi bagi sebagian kecil kalangan perbankan syariah dan mencakup
ruang lingkup yang sangat luas yaitu perkembangan perbankan syariah
secara nasional. Oleh sebab itu peneliti ingin rnenekankan penelitian
tentang Office Channeling menurut pendapat para nasabah bank syariah,
terutama nasabah BNI Syariah.
Penelitian yang terdahulu telah dilakukan oleh Suryanita (2007)
meskipun menggunakan metode analisis yang sama namun penelitian
tersebut hanya membahas tentang pengaruh layanan syariah terhadap Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang terdiri dari tabungan, deposito, giro. Hasil
penelitiannya didapat kesimpulan bahwa pada bulan-bulan pertama
beroperasinya layanan syariah peningkatan terkesan lan1bat namun dengan
berjalannya waktu, peningkatan DPK mulai terlihat dimana hingga tahun
2007 secara keseluruhan DPK yang terkumpul melalui office channeling
mencapai Rp. 300 juta.
Penelitian selanjutnya juga dilakukan oleh Ismail (2008), tentang
Analisis faktor-faktor kinerja teknologi informasi office channeling dalam
usaha bank, meneliti apakah faktor-faktor teknologi informasi tersebut
menunpng diberlakukannya Office Channeling. Penulis juga ingin
mengetahui faktor mana saja yang sangat berperan penting terhadap
program Office Channeling dan melakukan studi kasusnya di BNI Syariah
cabang Jakarta Selatan. Has ii penelitiannya didapat kesimpulan bahwa
Variabel Transaksi Perbankan (Teknologi) dengan ェNセ」エッイ@ loading 0.682,
Faktor 2 terdiri atas Variabel Kualitas Layanan (Teknologi) denganfactor
loading 0.824, Faktor 3 terdiri atas Variabel Kemampuan Mengungguli
(Pesaing) dengan factor loading 0.680, Faktor 4 terdiri atas Variabel
Pelayanan yang Istimewa (Pesaing) denganfactor loading 0.680.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian sebaga.imana dikemukakan
diatas, maka rumusan rnasalah dalam penelitian ini adalah:
"Apakah terdapat pengaruh yang signifikan autara status sosial
ekouomi dan respon nasabah terhadap 11elaksanaan office
channeling?".
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh status sosial ekonomi dan respon nasabah BNI Syariah terhadap
pelaksanaan office channeling, khususnya di kantor cabang pembantu BNI
Syariah UIN Ciputat.
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian 1111
diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Penulis
Penelitian 1111 dapat memperdalam pengetahuan, serta dapat
mengaplikasikan teori-teori manajemen khususnya perbankan yang
diterima penulis selama kuliah.
b. Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah
Penulis ingin memberikan sumbangan pikiran dari hasil penelitian ini
dan semoga dapat dijadikan gambaran dalam menerapkan sistem Office
Channeling pada BNI Syariah. Terutama kantor c:abang pembantu BNI
Syariah cabang Jakarta Selatan.
c. Bagi masyarakat (nasabah bank syariah)
Sebagai informasi tambahan yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi baik dalam ha!
menabung maupun dalam mengajukan pembiayaan dengan
d. Pergmuan tinggi
Penelitian
ini
akan menambahkan keperpustakaan dibidang manajemenperbankan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang berisikan
suatu studi perbandingan yang bersifat karya ilmiah untuk menambah
wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang perbankan syariah.
e. Bagi peneliti lain
Sebagai informasi tambahan dan bahan pertimbangan untuk melakukan
penelitian selanjutnya, serta menjadi referensi dan bahan perbandingan
A. Status Sosial Ekonomi
BABU
TINJAUAN PUST AKA
1. Pengertian Status Sosial Ekonomi
Secara etimologis, (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998)
pengertian status sosial ekonomi terdiri dari kata status, sosial dan ekonomi.
Status berarti keadaan, kedudukan (orang, benda, dan sebagainya). Sosial
adalah berkenaan dengan masyarakat, dan yang dimaksud dengan ekonomi
ialah pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan sebagainya yang berharga.
Secara terminologis, J. Dwi Narwoko (2004: 136) mengartikan status
sosial secara terpisah dengan pengertian ekonomi, yaitu tempat seseorang di
clalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan
pergaulannya, prestasinya, hak-hak clan kewajibannya.
Sementara F.S Chapin seperti yang dikutip oleh Kaare Svalastoga
(1989:26) mengartikan status sosial ekonomi secara utuh.yaitu:
Status sosial ekonomi adalah posisi yang di tempati inclividu atau
keluarga berkenaan dengan ukuran rata-rata yang umum berlaku tentang
kepemilikan kultural, penclekatan efektif, pemilikan barang barang, clan
Untuk mengukur status seseorang, menurut Pitrim Sorokin seperti
yang dikutip J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto dalam buku "Sosiologi:
Teks Pengantar dan Terapan", (2004:136-137) secarn rinci status seseorang
dapat dilihat dari:
I) Pendidikan
2) Pekerjaan
3) Pendapatan
4) Keturunan
5) Agama
6) Politisi
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwasanya
yang dimaksud dengan status sosial ekonomi ialah suatu keadaan, posisi
atau tingkatan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat yang didasarkan
atas latar belakang pendidikan, agama, politisi, peke1jaan, keturunan dan
pendapatan. (Narwoko dan Bagong, 2004:138)
2. Faktor -faktor yang mempengaruhi Status Sosial Ekonomi
Setiap masyarakat senatiasa mempunyai pengharapan tertentu
terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan
yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan menempatkan ha! tersebut
pada status yang lebih tinggi dari hal-hal lainya. Dalan1 menentukan status
sosial ekonomi seseorang atau kelompok dalam kehiclupan bermasyarakat,
a. Pendidikan
Pendidikan dapat digunakan untuk menentukan status sosial ekonomi seseorang dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari pendidikan terakhir yang ditamatkan. Yang dimaksud dengan pendidikan yang ditamatkan adalah selesai mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi suatu sekolah sampai akhir dengan mendapatkan tanda tamat/ijazah. Pendidikan yang ditamatkan dibagi menjadi 5 golongan, yaitu:
I) Sekolah Dasar (SD)/MI/Sederajat
2) Sekolah Lanjutan tingkat pertama (SLTP)/ MTs/ Kejuruan/ Sederat 3) Sekolah Menengah Umum (SMU)/MA/Kejuruan/Sederajat
4) Diploma (DI/Dll/DIII) 5) Sarjana (Sl/S2/S3)
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) b. Agama
keagamaan misalnya, bagi pemeluk agama Islam: melaksanakan sholat,
mengikuti pengajian-pengajian, bagi pemeluk agama Kristen: mengikuti
acara-acara kebaktian dan seterusnya.
c. Politis
Latar belakang kehidupan berpolitik dapat menentukan status
sosial seseorang. Karena dengan berpolitik, sepe11i ikut dalam partai
politik, memberi peluang besar bagi anggotanya untuk naik dalam
pertanggaan kedudukan, seperti anggota Dewan P•erwakilan Rakyat yang
mewakili rakyatnya. (Syafri Hamid, 1998: 212)
d. Pekerjaan
Pekerjaan ialah fungsi atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan
menurut kedudukan seseorang di dalam lingkup peke1jaan atau kejujuran
tertentu. Orang yang melakukan pekerjaan disebut tenaga ke1ja.
Pekerjaan seseorang dapat menentukan status sosial ekonomi karena di
dalam peke1jaan terdapat kedudukan.
Menurut Sensus Pencluduk tahun 2000, status pekerjaan tenaga ke1ja
terdiri dari:
I) Pekerjaan kelnarga, yaitu status pekerjaan bagi mereka yang bekerja
untuk keluarganya clengan tidak mendapat upah/gaji baik berupa
uang maupun barang. Contohnya: !bu rumah tangga.
2) Berusaha sencliri tanpa clibantu orang lain, yaitu mereka yang
berusaha/bekerja atas resiko sendiri dan ticlak mempekerjakan
membawa mobil atas resiko sendiri, kuli-kuli pasar, stasiun atau
tempat tempat lainnya yang tidak mernpunyai majikan tertentu.
3) Karyawan dengan upah dan gaji, yaitu mereka yang bekerja pada
orang lain atau instasi/kantor/perusahaan dengan menerima upah/ gaj i
baik berupa uang maupun barang.
4) Berusaha dengan dibantu peke1ja keluarga dan/atau karyawan tidak
tetap, yaitu status pekerjaan bagi mereka yang beke1ja sebagai orang
yang berusaha alas resiko sendiri dan dalam usahanya
mempeke1jakan buruh tidak tetap. Contohnya pengusaha warung
yang dibantu oleh anggota rumah tangganya atau orang lain yang
diberi upah tidak tetap, penjaja keliling yang dibantu anggota rumah
tangganya atau seseorang yang diberi upah hanya pada saat
membantu saja.
5) Berusaha dengan karyawan tetap, yaitu mereka yang bekerja sebagai
orang yang berusaha atas resiko sendiri dan dalam usahanya
mempeke1jakan paling sedikit satu orang buruh tetap. Buruh tetap
adalah buruh /karyawan yang beke1ja pada orang lain dengan
menerima upah atau gaji secara tetap. Contohnya: pemilik toko yang
111empeke1jakan satu / lebih buruh tetap dan pengusaha sepatu yang
memakai buruh tetap. (Mulyadi, 2003 :73)
6) Pendapatan kekayaan dapat dij adikan suatu kriteria dalam
menentukan status sosial ekonomi seseorang. Ukuran kekayaan
deposito, dan lain lain. Barang siapa yang memiliki kekayaan paling
banyak termasuk dalam lapisan teratas.
Faktor-faktor di atas tidaklah bersifat /imitative, karena masih
ada faktor-faktor lain yang dapat digunakan dalam mengukur status
sosial ekonomi individu atau kelompok dalam kehidupan bermasyarakat.
B. Office Channeling
1. Penge1tian Office Channeling
Secara bahasa, office channeling terdiri dari dua kata yaitu office
yang berarti kantor, kantor pusat, kantor cabang. Dan channel yang berarti
saluran. Menurut buku laporan perkembangan Perbankan Syariah Tahun
2005 menyatakan bahwasanya office channeling, yaitu mekanisme
ke1jasama kegiatan penghimpun dana antara kantor cabang syariah sebagai
kantor induk dengan kantor bank konvinsional yang sama dalam kegiatan
pengumpulan dana dalam bentuk giro, tabungan dan atau deposito. (Bank
Indonesia, 2005:9)
Dalam peraturan Bank Indonesia (PBI) No.8/3/PBI/2006 model
"Office Channeling" ini disebut dengan nama "Layanan Syariah". Dalam
pasal I angka 20 disebutkan bahwasanya Layanan Syariah adalah kegiatan
penghimpunan dana yang dilakukan di kantor cabang dan atau di kantor
dibawah kantor cabang untuk dan alas nama Kantor Cabang Syariah pada
Bank yang sama. Sedangkan dalam revisi PBI No.8/3/PBI/2006 yang
tertuang dalam PBI No.9/7/PBI/2007 dalam pasal I angka 20 disebutkan
bahwasanya Layanan Syariah adalah kegiatan penghimpunan dana,
pembiayaan dan pemberian jasa perbankan lainnya berdasarkan prinsip
syariah yang dilakukan di Kantor Cabang dan atau di Kantor Cabang
Pembantu, untuk dan atas nama Kantor Cabang Syariah pada bank yang
sama.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwasanya office
channeling adalah penggunaan kantor-kantor bank umum konvensional
yang mempunyai Unit Usaha Syariah, untuk melayani produk-produk
dana, pembiayaan dan jasa perbankan dengan prinsip syariah baik di
kantor cabang, kantor cabang pembantu bahkan di kantor unit dibawahnya.
2. Perbedaan Office Channeling dan Windows System
Office Channeling yang clilaksanakan di Indonesia kadang
clipersamakan two system yang clilakukan di Malaysia, padahal keduanya
memiliki perbedaan walaupun memang ada persamaannya. Persamaan
kedua system ini sama-sama membolehkan !cantor bank konvensional
membuka kegiatan pelayanan transaksi bank syariah dalam menghimpun
dana masyarakat (DPK) berupa tabungan, deposito dan giro. Perbedaannya
adalah mengizinkan bank konvensional yang tidak memiliki Unit Usaha
Syariah (UUS) atau kantor cabang syariah (KCS) untuk melakukan
transaksi dengan syariah dalam satu kantor, sedangkan di Indonesia cara
tersebut tidak dibenarkan pembukuan setiap transaksi clan kemudian
3. Landasan Hukum Office Channeling
Dengan semakin meningkatnya kebntuhan masyarakat akan
luasnya jaringan pelayanan perbankan syariah, pada bulan Maret tahun
2006 Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan "office channeling" atau
"Layanan Syariah" yang tertuang dalam PBI No.8/3/PBI/2006 tentang
Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank
Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah
dan Pembukaan Kantor Bank Umum Konvensional. Dengan adanya
peraturan ini, bank konvensional yang mempunyai unit usaha syariah
diperbolehkan melayani transaksi-transsaksi dengan skim syariah di kantor
cabang konvensional, kantor cabang pembantu, bahkan di kantor unit di
bawahnya, sehinggajaringan pelayanan kepada masyarakat semakin luas.
Untuk memperluas layanan produk-produk syariah di
kantor-kantor konvensional, pada tanggal 4 Mei 2007 BI merevisi kebijakan PBI
No.8/3/PBl/2006 yang tertuang dalam PB! No. 9/7/PBI/2007. Dalam
peraturan tersebut BI mengizinkan penyaluran pembiayaan syariah dan
memperbolehkan pelayanan jasa perbankan syariah lain melalui kantor
cabang office channeling. Pada PB! No. 8/3/PBI/2006 BI hanya
mengizinkan transaksi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) saja.
Sesuai dengan regulasi Bank Indonesia, landasan hukum yang
dapat digunakan dalam office channeling adalah:
a. UU No. I 0 tahun 1998 yang merupakan perubahan atas UU No. 7
b. PBI No. 8/3/PBI/2006 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank
Umum Konvensional Menjadi Bank Umum yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan Kantor
Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah
oleh Bank Umum Konvensional.
c. PBI No: 9/7/PBl/2007 tentang Perubahan Atas Perturan Bank
Indonesia Nomor 8/3/PBI/2006 Tentang Perubahan Kegiatan Usaha
Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Dan Pembukaan Kantor
Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah Oleh Bank Umum Konvensional.
4. Kebijakan Layanan Office Cha1111eli11g
a. Peraturan Bank Indonesia dalam PB! No. 8/3/2006
Salah satu kelemahan perbankan syariah yang sering menjadi topik
perbincangan adalah jaringan operasi yang terbatas. Konsekuensinya
adalah bank syariah dapat memberikan pelayanan yang luas kepada
masyarakat, sehingga perkembangan bank syariah ikut tersendat.
(Muhammad Syafi'i Antonio, 2004:125)
Layanan syariah memalui office channeling ini tertuang dalam
peraturan Bank Indonesia NO. PBI 8/3/2006. Pada bab I ayat 20
dijelaskan bahwa layanan syariah merupakan kegiatan penghimpunan
dana yang dilakukan oleh Kantor Cabang dan atau Kantor dibawah
Kantor Cabang untuk dan atas nama Kantor Cabang Syariah pada Bank
yang sama. Jadi, nasabah atau masyarakat tidak perlu lagi mencari-cari cabang syariah, tetapi cukup datang ke kantor cabang konvensional di bank yang bersangkutan.
Indonesia memilih pendekatan kelembagaan atau yang dikenal dual banking system. Bank konvensional yang akan membuka layanan syariah hams punya UUS yang terpisah. Layanan syariah hanya dimungkinkan di cabang syariah. Pola ini mengikuti persepsi masyarakat yang menganggap bank syariah hams terpisah supaya dananya tak bercampur antara yang halal dan yang tidak halal.
b. Peraturan Bank Indonesia dalam PB! No. 9 Tahun 2007
Pada tahun 2007 Bank Indonesia menerbitkan kebijakan barn yang sebetulnya merupakan kebijakan revisi atas kebijakan serupa sebelumnya. Kebijakan tersebut dituangkan dalam PBI No. 9 tahun 2007. Kebijakan tersebut mengizinkan UUS untuk menyalurkan pembiayaan melalui kantor cabang office channeling konvensional. Tujuannya agar dapat mempercepat pertumbuhan perbankan syariah dalam mencapai pangsa pasar 5,25 persen pada tahun 2008 (Abdullah, 2007).
diberi pelatihan melayani akad syariah. Skim dan proses berbeda. Tapi
setidaknya ada empat akad yang bisa mereka pelajari. Keempat akad itu
adalah yang sering dilakukan di bank syariah yakni murabahah
(jual-beli), mudharabah (bagi hasil), musyarakah (joint venture), dan ijarah
(sewa).
5. Latar Belakang Office Channeling
Yang menjadi latar belakang dikeluarkannya kebijakan office
channeling oleh Bank Indonesia melalui PB! No.8/3/PBI/2006 dan PB!
No.9/7/PBI/2006, yaitu:
a. Jaringan kantor bank syariah yang belum luas.
Selama ini yang menjadi salah satu penyebab lambatnya
perkembangan perbankan syariah di Indonesia adalah sulitnya akses
masyarakat terhadap kantor-kantor bank syariah, karena belum banyak
kantor bank syariah yang beroperasi di seluruh wilayah Indonesia. Oleh
karena sebab itu, BI mengeluarkan kebijakan ini dengan
memperbolehkan kantor-kantor bank konvensional untuk dapat melayani
produk syariah, sehingga akses masyarakat terhadap bank syariah akan
semakin luas.
b. Kecilnya market share (pangsa pasar) perbankan syariah terhadap
perbankan nasional.
v-Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh BI sampai dengan
bulan Desember 2005 market share perbankan syariah hanya 1,42 persen
bahwasanya bagian perbankan syariah terhadap perbankan nasional
masih kecil sekali. Sedangkan dalam Cetak Biru Pengembangan
Perbankan Syariah di Indonesia tahun 2011 BT menargetkan asset
perbankan syariah terhadap total asset perbankan nasional sebesar 5
persen. Hal ini tidak akan tercapai j ika kantor-kantor bank syariah masih
sedikit. (Bank Indonesia, 2007: 17)
c.Mahalnya biaya ekspansi jaringan kantor bank syariah.
Dalam buku petunjuk pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank
Syariah disebutkan bahwa setiap bank yang ingin membuka Bank
Umum Syariah harus memiliki modal minimal 3 trilyun rupiah.
Sedangkan bagi Bank Um um Konvensional yang ingin membuka Kantor
Cabang Syariah harus menyediakan modal minimal sebesar
2.000.000.000 untuk setiap Kantor Cabang yang akan didirikan(Bank
Indonesia)
6. Tujuan Office Channeling
Ada beberapa tujuan dikeluarkannya kebijakan office channeling
ini, seperti yang dijelaskan berikut ini:
a. Untuk meningkatkan akses masyarakat kepada produk perbankan
syariah.
Dengan adanya kebijakan ini, maka akses masyarakat untuk
menggunakan produk perbankan syariah akan semakin luas, karena
mereka dapat melakukan transaksi dengan skim syariah di wilayah
yang belum ada kantor bank syariah melalui kantor bank konvensional
yang sudah ada.
b. Untuk memperbesar market share (pangsa pasar) perbankan syariah
terhadap perbankan nasional.
Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh BI sampai
dengan bulan Desember 2005 market share perbankan syariah baru
1,42 persen dari total asset perbankan nasional. Dengan adanya
kebijakan ini diperkirakan market share perbankan syariah dari total
asset perbankan nasional akan terns meningkat, karena dana
masyarakat muslim yang menginginkan transaksi yang sesuai syari'at
Islam akan terserap dengan cepat.
c. Untuk mekenan biaya ekspansi jaringan kantor bank syariah.
Dengan kebijakan ini Unit Usaha Syariah tidak perlu lagi
membuka Kantor Cabang Pembantu Syariah ataupun Kantor Unit
dibawahnya di banyak ternpat, karena Unit Usaha Syariah dapat
memanfaatkan kantor kantor yang dimiliki oleh kantor bank induknya
yang sudah tersebar dibanyak tempat. Dengan pemanfaatan kantor
kantor bank induk maka biaya ekspansi jaringan kantor pelayanan akan
jauh lebih efisien
7. Office Channelling Suatu dampak kebijakan yang positif
Dengan adanya sistem office channelling ini, diperkirakan akan
mernberikan darnpak yang positif terhadap perkembangan industri bank
I. Dengan diberlakukannya office channelling, tentu akan semakin
memudahkan bagi nasabah untuk melakukan transaksi syariah. Dengan
kata lain, akses terhadap lokasi bank syariah yang selama ini menjadi
kendala bagi nasabah untuk mendapatkan fasilitas transaksi syariah
akan dapat teratasi. Selama ini masyarakat yang akan bertransaksi
dengan bank syariah mengalami kesulitan karena belum banyak bank
syariah yang beroperasi di Indonesia.
2. Semakin mudahnya para nasabah untuk mendapatkan akses layanan
perbankan syariah, diperkirakan perkembangan Dana Pihak Ketiga
akan semakin besar. Dengan demikian, peran perbankan syariah dalam
melayani kebutuhan masyarakat dalam melayani penyimpanan DPK
akan semakin membaik. Ditinjau dari karakteristik assets dan
liabilities bank syariah, kebijakan office channeling berpeluang
diterapkan untuk sisi liabilities ( dana). Penghimpunan dana baik
tabungan, giro dan deposito dapat dipasarkan massal melalui cabang
konvensional. Sedangkan produk assets (pembiayaan) butuh desain
yang bersifat tailor made sesuai kebutuhan nasabah (mudharib)
sehingga lebih sulit dipasarkan melalui cabang konvensional. Kecuali,
terbatas pada produk murabahah dan ijarah konsumtif.
Umumnya kantor cabang syariah (KCS) memasarkan produk
assets dan liabilitiesnya. Kecuali kantor cabang pembantu syariah
(KCPS) yang biasanya fokus pada penghimpunan dana. Dengan office
yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan, dibandingkan cabang syariah
yang baru satuan atau belasan. Cabang syariah bisa lebih fokus pada
pembiayaan. Secara otomatis cabang syariah bertransformasi menjadi
semacam Sentra Pembiayaan Syariah (Wahyu Avianto dan Dadang
Romansyah, 2005).
Dengan fokus pada pembiayaan, diharapkan kualitas pembiayaan
makin baik, baik dari sisi analisa kelayakan, implementasi kepatuhan
aspek syariah, dan pemantauan kinerja mudharib. Sepintas, office
channeling hanya dapat dimanfaatkan oleh UUS saja. Namun, kedepan
office channelling sebetulnya bisa juga dilakukan oleh bank syariah
dengan PT. Pos atau dengan antar induk yang berbeda, selama
memenuhi ketentuan dan persyaratan office channelling, baik dari
Bank Indonesia maupun Dewan Syariah nasional. Office channeling
akan meningkatkan penghimpunan dana dan kemudian kualitas
pembiayaan yang berujung pada aset dan pertumbuhan bank syariah
yang makin baik. Berikutnya adalah bagaimana agar bank syariah bisa
mempengaruhi kebijakan ekonomi nasional sehingga bisa membawa
dampak pada kesejahteraan umat.
3. Office channeling diharapkan bisa meningkatkan pangsa pasar (market
share) perbankan syariah terhadap perbankan nasional. Dengan
semakin mudahnya mendapatkan informasi dan akses terhadap kantor
bank syariah, d iharapkan market share yang saat ini baru sekitar
Indonesia, dalam cetak birn (blue print) perbankan syariah secara
nasional akan bisa tercapai.
4. Dengan menerapkan office channelling yang mencakup ko-lokasi fisik
gedung, satu pekerja yang diperbolehkan melakukan transaksi baik
syariah maupun konvensional, dan integrated CBS, maka efisiensi
yang dapat dilakukan oleh Bank Syariah akan menjadi sangat luar
biasa. Dapat diilustrasikan bagaimana dahsyatnya daya dobrak
Layanan Syariah untuk mendorong akselerasi pe1iumbuhan Bank
Syariah. Suatu bank seperti BRI, BNI, Permata, Niaga yang
mempunyai jaringan sangat luas, sekaligus akan segera dapat berfungsi
sebagai Bank Syariah. Dalam ukuran waktu kurm1g dari tahunan,
Indonesia akan mempunyai Bank Syariah yang jangkauannya tidak
saj a mencapai kabupaten atau kecamatan, tapi malah sampai ke tingkat
kelurahan. Sebuah perkembangan yang maim dahsyat, sehingga
wilayah darurat atas fatwa DSN tentang pengharaman bunga bank
yang dikecualikan untuk daerah-daerah yang belum ada bank syariah,
bisa direvisi dan ditinjau ulang.
8. Pandangan Negatif terhadap Kebijakan Office Channelling
Akan tetapi disisi lain, dm1 tidak bisa di elakkan lagi bahwa tidak
semua yang positif itu baik pasti ada kekurangarrnya. Oleh karena itu,
berbagai macam pemahaman atau pandangan yang berbeda khususnya
para nasabah terhadap kebijakan office channeling. Istilah office
channelling sendiri tidak terdapat satupun dalam Peraturan Bank Indonesia
tentang office channelling atau PBI No. 8/3/PBI/2006. Yang ada hanya
tentang Layanan Syariah (LS). Layanan Syariah dapat dibuka dalam satu
wilayah kantor Bank Indonesia dengan Kantor Cabang (KC) Syariah
Induknya, dengan menggunakan pola kerja sama antara KC Syariah
Induknya dengan KC dan atau KC Pembantu, atau dengan menggunakan
sumber daya manusia sendiri Bank yang telah memiliki pengetahuan
mengenai produk dan operasional Bank Syariah. Selaajutnya Layanan
Syariah wajib memiliki pembukuan yang terpisah dari Kantor Cabang dan
atau Kantor Cabang Pembantu, menggunakan standar akuntansi keuangan
yang berlaku bagi perbankan syariah, dan lapornn keuangan Layanan
Syariah wajib digabungkan dengan laporan keuangan Kantor Cabang
Syariah Indulmya pada hari yang sama.
Kebijakan office channelling ini, tentunya hams disikapi secara
proporsional. Hal ini penting, sebab jangan karena. saking semangatnya
menyambut kebijakan yang positif ini, kita lupa dengan isu-isu lain yang
bisa menghambat penerapan office channelling tersebut.
Dengan ketentuan Layanan Syariah seperti di atas, timbul beberapa
catatan pertanyaan yang mengemuka dan belum terjawab berdasarkan
hitam putih sesuai ketentuan yang ada. Beberapa pertanyaan yang
mengemuka dan bersifat detil operasional office channelling dimaksud
adalah:
Pertama, Full one person dedicated. Pemahanan yang timbul
aiiinya seorang peke1ja secara khusus hanya boleh melayani transaksi satu
jenis bank saja, syariah atau konvensional. Apabila seorang peke1ja telah
melayani transaksi syariah, maka orang tersebut tidak boleh melayani
transaksi konvensional, dan sebaliknya. Sementara itu, PB! tentang office
channelling memungkinkan bahwa Layanan Syariah dapat dibuka dengan
cara pola kerja sama antara Kantor Cabang Syariah Induk dengan Kantor
Cabang dan atau Kantor Cabang Pembantu konvensional. Apakah pola
ke1ja sama tersebut selanjutnya akan menjadi diperbolehkannya.fi'ont liner
atau bahkan peke1ja lain yang melayani transaksi produk dan jasa
perbankan Bank Syariah maupun Bartle Konvensional adalah satu orang
yang sama, sehingga dalam waktu bersamaan seorai1g pekerja
dimungkinkan melakukan pelayanan dua jenis tra11saksi sekaligus, yaitu
konvensional dan syariah.
Kedua, Integrated Core Banking System. Core Banking System
(CBS) adalah aplikasi utama yang digunakan untuk mencatat dan
membukukan semua transaksi yang dilakukan bank. Dalam PB!, diatur
bahwa Layanan Syariah haius memiliki pencatatan. dan pembukuan yang
terpisah dari Kantor Cabang dai1 atau KC Pembantu konvensional, yang
selanjutnya laporan atas transaksi harian tersebut wajib digabungkan
dengan laporan Kantor Cabang Syariah induknya. Pe1ianyaan selanjutnya
adalah apakah diperbolehkan transaksi Bank Syariah dan Bank
Konvensional dibukukan dan diproses dalam satu Core Banking System
aplikasi Core Banking System dewasa ini mampu meng-handle transaksi
yang bersifat multi-bank atau mu/ticompany. Dengan Core Banking
System yang mempuyai kemampuan multi··bank malrn CBS bisa mencatat
dan mengadministrasikan secara bersamaan baik procluk clan jasa Bank
Syariah maupun Bank Konvensional, tetapi tetap mampu memisahkan
mana transaksi Bank Syariah dan mana transaksi Bank Konvensional.
Oleh karena itu CBS multi-bank bisa menghasilkan accounting entity yang
berbecla antara Bank Syariah clan Bank Konvensional, sehingga
laporan-laporan yang clihasilkan oleh pernsahaan yang bercliri sencliri sepe1ii
Neraca, Laba Rugi, clan laporan lainnya juga dapat dihasilkan clan terpisah
secara otomatis antara Bank Syariah clan Bank Konvensional (Sutrisno
Mukayan clalam Daclang Romansyah, 2006).
Ketiga, perlu dipahami bahwa pola office channelling,
kemungkinan barn akan teruji pada sisi liabilities-nya neraca bank, yaitu
sisi fimding. Yang menjacli masalah, setelah funding cliperoleh, peke1jaan
selanjutnya aclalah bagaimana mengalokasikan dana tersebut kedalam
bentuk pembiayaannya (financing). Paclahal, kalau clana dari skim syariah
dialokasikan dalam !credit berbentnk konvensional adalah tidak
diperbolehkan alias haram dalam konsep bank syariah. Dengan kata lain,
selain pola ini bisa menclorong pertumbuhan perbankan syariah clari sisi
funding, pola office channelling juga memunculkan tantangan tersencliri
bagi para bankir untuk penempatan clananya pacla sektor clan skim yang
Keempat, perlu diperhatikan adalah jangan sampai pola office
channelling ini merusak citra positif (terutama aspek kehalalannya) dari
perbankan syariah. Perlu diketahui, pola two windows system yang selama
ini diterapkan di Malaysia masih diperdebatkan (debatable) keberadaanya
oleh para syariah scholars baik di Timur Tengah, maupun di Malaysia
sencliri. Inti yang diperdebatkan aclalah kehalalan praktik
mencampuraclukkan anta:ra praktik syariah clan praktik konvensional clalam
'satu kerarifang'. Dengan kata lain, karena pola office chanelling ini ada
kemiripan clengan two windows system di Malaysia, maka aspek kehalalan
procluk clan p:raktik perbankan yang sesuai syariah hams cliutamakan.
Logika percampuran uang clianalogikan dengan restoran yang
menjual masakan babi yang haram clan makanan halal. Sehingga,
memungkinkan terjacli percampuran baik melalui waclah penggorengan,
s1sa minyak, tangan koki clan lainnya. Percampuran tersebut
dimungkinkan, karena baik babi, makanan halal maupun media perantara,
secara substansi bersifat riil (ada unsur atau senyawa kimiawi yang
menyusun materi). Sedangkan sistem keuangan ticlak clapat clianalogikan
seperti itu karena bersifat abstrak.
Uang yang cligunakan sekarang ini, jika ditelurusi sejarah uang
kertas, aclalah clipersamakan clengan catatan berisi janji clari penerbit yang
menyatakan lembaran itu clapat clitukar clengan emas senilai nominal yang
tertera. Pacla era modern, kertas janji-janji tersebut, oleh bank clisimpan
janji itu akan dipe1janjikan lagi kepada pihak lain, dan sebagainya.
Sehingga yang ada pada bank adalah sekedar catatan-catatan atau ingatan
janji-janji saja. Dengan demikian karena uang pada bank bersifat abstrak
dan tidak bersifat benda kimiawi, maka logika pe:nggorengan tersebut
kurang tepat (Wahyu Avianto dalam Dadang Romansyah, 2005).
Kelima, yang merupakan kekhawatiran berikutnya adalah
pendapatan bunga kredit yang mungkin nyasar ke bank syariah. Hal ini
sebenarnya diatur dalam sistem akuntansi perbankan syariah berdasarkan
PSAK 59. Peraturan tersebut tidak mengakui pendapatan bunga atau
pendapatan non-halal lainnya sebagai pendapatan bank syariah. Dana
syariah tidak boleh disalurkan ke konvensional clan juga sebaliknya.
Laporan keuangan bank syariah pun disajikan tersendiri bahkan oleh bank
konvensional yang memiliki UUS, masyarakat dapat memantaunya.
Terakhir, jika ke depan dengan pola office channelling ini akan
berlanjut untuk menyatukan dua model pembiayaan, yaitu: syariah dan
konvensional dalam satu kantor, maka yang perlu diperhatikan adalah
aspek kepatuhan terhadap syariah (syariah compliance). Pengalaman di
Malaysia dalam mengelola industri perbankan syariah, syarat dengan
kontroversi. Hal ini mengingat, regulasi yang dijalankan sangat longgar
terhadap kepatuhan syariah (syariah compliance), yang hingga kini
9. Layanan Produk- produk Syariah di Kantor Office channeling
a. Pengertian Layanan dan Dimensi Kualitas Layanan
Pelayanan menurut bahasa adalah perbuatan, yaitu perbuatan
untuk menyediakan segala yang diperlukan orang lain. Sedangkan
menurut istilah, pelayanan dapat diartikan sebagai tindakan atau
perbuatan seseorang atau organisasi yang pada dasamya bersifat
intangibles (tidak dapat diraba) dan tidak mengkibatkan kepemilikan
atas sesuatu serta bertujuan untuk memberikan kepuasan kepada
pelanggan atau nasabah. Tindakan tersebut dapat dilakukan melalui
cam langsung melayani pelanggan atau cam tidak langsung yaitu
dengan melalui mesin atau sarana teknologi informasi. (Kashmir,
2005:15)
Kasmir (2004:67-68) dimensi kualitas layanan menurut konsep
Service Quality, yaitu:
1) Tangible (berwujud)
Hal-ha! yang tennasuk unsur tangible antara lain:
(a) Kebersihan, kerapihan serta kenyamana ruangan.
(b) Kerapihan dalam penampilan petugas bank.
( c) Penataan Exterior dan Interior rum1gan bank yang baik.
( d) Penggunaan teknologi yang canggih
2) Reabi/ity (kehandalan)
(a) Ketepatan dalam menangani transaksi serta memenuhi
pelayanan yang dijanjikan.
(b) Akurasi dalam pencatatan.
(c) Mesin ATM selalu berfungsi dengan baik (Bilson, 2001:186)
3) Responsiveness (ketanggapan)
Unsur responsivennes dalam dunia perba.nkan, antara lain:
(a) Kecepatan dalm melayani dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi nasabah.
(b) Kesiagapan dan kesungguhan petugas dalam menjawab
pertanyaan atau permintaan pelanggan.(Handi lrwan, 2002:67)
4) Assurance (keyakinan)
Ada 4 aspek dari dimensi ini, yakni:
(a) Keramahan petugas dalam melayani nasabah.
(b) Pengetahuan dan kecakapan petugas dalam memberikan
penjelasan atas pertanyaan nasabah.
(c) Pengetahuan dan kecakapan petugas dalam memberikan
penjelasan atas pertanyaan nasabah.
(d) Reputasi yaitu bank harus bisa menjaga ョセーオエ。ウゥ@ perusahaanya
dengan memberikan jaminan keamanan kepada nasabahnya.
5) Emphaty (empati)
Dimensi Empati mencakup, antara lain:
(a) Memberikan keamanan dan kenyamanan kepada nasabah.
( c) Mempunyai produk perbankan yang sesuai dengan kebutuhan
nasabah.
b. Produk-produk syariah di kantor Office channeling
Produk-produk syariah yang bisa dilayani dengan office
channeling menurut PB! No.9/7/PBI/2007 adalah produk
penghimpunan dana, produk pembiayaan danjasa-jasa bank lainnya.
Produk-produk penghimpun dana (funding) yang tergabung
disini adalah produk yang bertujuan untuk menghimpun dana
masyarakat, yaitu:
1) Giro
Pengertian giro menurut Undang-undang Perbankan nomor
10 tahun 1998 tanggal I 0 November 1998 adalah Simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
eek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan
cara pemindah bukuan.
Pada umumnya bank syariah menggunakan akad wadi'ah
yad dhamanah pada rekening giro yaitu akad penitipan
barang/uang diman pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin
pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan
harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan
barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang
diperoleh dalam penggunaan barang/uang tersebut menjadi hak
Laporan Rekening Koran sebagai laporan bank atas penatausahaan
simpanan nasabah, baik rnutasi debet ataupun rnutasi kredit.
(Sunarto Zulkifli, 2003:35)
2) Tabungan
Pengertian tabungan menurut Undang-undang Perbankan
nornor I 0 tahun 1998 adalah Simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepkati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan eek, bilyet giro dan atau alat
lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Bank syariah rnenggunakan dua akad dalam tabungan, yaitu
wadi'ah dan rnudharabah. Tabungan yang menerapkan akad
wadi'ah mengikuti prinsip prinsip セキ。、ゥG。ィ@ yad adh dhamanah
seperti yang dijelaskan diatas. Tabungan yang berdasarkan akad
wadiah ini tidak rnendapatkan keuntungan karena sifatnya titipan.
Akan tetapi, bank tidak dilarang jika ingin memberikan sernacam
bonus/hadiah. Tabungan yang menerapkan akad mudharabah
mengikuti prinsip-prinsip akad mudharabah. Diantaranya sebagai
berikut: pe1tama, keuntungan dari dana yang digunakan harus
dibagi antara shahibul maal (dalam hal ini nasabah) dan mudharib
(dalam hal ini bank). Kedua, adanya tenggat waktu antara dana
yang diberikan dan pembagian keuntungan, karena untuk
melakukan investasi dengan memutarkan dana itu diperlukan
memperoleh buku tabungan ataupun kartu yang berisi laporan bank
atas penatausahaan simpanan nasabah, baik mutasi debet ataupun
mutasi kredit. (Muhammad Syafi' i Antonio, 200I:156)
3) Deposito
Pengertian deposito menurut Undang-undang nomor I 0 tahun
1998 adalah Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
pada waktu tertentu berdasarkan peljanjian nasabah penyimpan
dengan bank.
Bank syariah menggunakan akad mudharabah untuk
deposito. Seperti dalam tabungan, dalam hal ini nasabah (deposan)
bertindak sebagai shahibul maal dan bank selaku mudharib.
Penerapan mudharabah terhadap deposito dikarenakan kesesuaian
yang terdapat di antara keduanya, Misalnya seperti yang
dikemukakan diatas bahwa akad mudharabah mensyaratkan
adanya tenggat waktu ini merupakan salah satu sifat deposito,
bahkan dalam deposito terdapat pengaturan waktu seperti: 30 hari,
90 hari, dan seterusnya. (Muhammad Syafi'i Antonio:l57)
Produk-produk pembiayaan (financing) yang tergabung disini
adalah produk yang bertujuan untuk membiayai kebutuhan
masyarakat, yaitu:
I) Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau
memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. Aplikasi dalam perbankan, musyarakah biasanya
diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan
bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek
tersebut. Setelah proyek tersebut selesai, nasabah
mengembalikan dana tersebut bersama bagi basil yang telah
disepakati. (Ibid, 93)
2) Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan
seluruh (100%) modal, sedang pihak lainnya menjadi
pengelola. Keutungan usaha secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan