• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktek khitan perempuan dalam Islam studi terhadap pandangan dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Praktek khitan perempuan dalam Islam studi terhadap pandangan dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah B. Permasalahan Peneletian C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian E. Signifikansi

F. Riset Sebelumnya

Bab II Landasan Teori

A. Khitan dalam Perspektif Fikih Islam B. Kontroversi sekitar khitan perempuan C. Khitan Perempuan dan Kesehatan

Bab III Metodologi Penelitian A. Jenis Penelitian

B. Pendekatan Penelitian C. Sumber Data

D. Teknik Pengumpulan Data E. Metode Analisa Data

Bab IV Hasil Penelitian

A. Pandangan keagamaan terhadap khitan perempuan

B. Tingkat pengetahuan terhadap dampak khitan perempuan

C. Persepsi terhadap regulasi tentang khitan perempuan

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Hingga kini, khitan perempuan masih menjadi kontroversi tak berujung dan belum menemui keputusan final, baik dilihat dari tinjauan medis ataupun agama. Satu pandangan berpendapat bahwa khitan terhadap perempuan merupakan keutamaan ajaran agama. Sedangkan kelompok lain berpandangan bahwa khitan terhadap perempuan hanyalah budaya sebuah negara yang dipengaruhi oleh lembah Nil (tradisi pedalaman Nil) yang tidak banyak memiliki manfaat bagi perempuan. Jadi khitan terhadap perempuan tidak mempunyai kaitan dengan syari'at agama. Tapi hanyalah sebuah kebiasaan klasik dari negara-negara Afrika yang dilalui oleh sungai Nil.

Pun demikian dalam Islam, para agamawan sendiri masih memperdebatkan praktek khitan wanita dari aspek legitimasi keagamaannya. Syekh Ali Jadd al-Haqq, Syaikh al-Azhar, pada tanggal 29 Januari 1981, menfatwakan bahwa khitan baik bagi laki-laki atau perempuan adalah salah satu tuntutan agama Islam, meski ulama berbeda pendapat apakah hukumnya wajib atau sunnah. Tak satupun pendapat dari para fukaha yang menyatakan keharaman khitan baik untuk laki-laki atau perempuan. Sebagaiamana Rasulullah telah mengajari Ummi Habibah untuk tidak berlebihan dalam mengkhitan perempuan Islam pada waktu itu.1 Senada dengan fatwa tersebut adalah fatwa Abdul Aziz bin al-Bazz, mufti Saudi Arabia, menyatakan bahwa khitan wanita adlah sunnah yang disyariatkan oleh Islam dan salah satu bentuk kesucian, melanjutkan tradisi agama Ibrahim (millah Ibrahim) sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an.2

Berbeda dengan fatwa di atas, sekelompok mufti di Kuwait menyatakan bahwa khitan perempuan bukan perintah wajib maupaun sunnah. Hadits yang       

1

Lihat Fatawa Dar al-Ifta al-Misriyyah, juz II, h. 208

2

(3)

diriwaytkan oleh Abi Dawud dan lainnya tentang dialog Nabi dengan Ummu Habibah adalah lemah (dlaif).

Di sisi lain, para aktivis LSM perempuan menolak praktek tersebut karena merupakan bentuk kekerasan terhadap perempuan yang dapat membahayakan kesehatan reproduksi serta efek negatif lainnya, seperti kehilangan kesempatan untuk mencapai orgasme seksual atau dampak psikis lainnya. Para aktivis berpendapat praktek khitan bagi perempuan disamping menyalahi aturan hak asasi manusia, dari segi kesehatan, khitan perempuan tidak memiliki alasan kesehatan yang kuat seperti khitan laki-laki. Dalam konteks itulah diseminasi informasi ini perlu bagi petugas kesehatan (bidan, dokter, perawat) untuk tidak melakukan tindakan medis (medikalisasi) khitan perempuan.3 Pandangan ini juga didukung oleh para ahli medis yang memandang khitan perempuan tidak memilki manfaat bagi kesehatan bagi perempuan, bahkan bisa-bisa menimbulkan efek yang tidak baik bagi kesehatan perempuan.

Badan Kesehatan Dunia atau WHO sendiri sejak tahun 1982 sudah meyatakan bahwa sunat terhadap perempuan merupakan tindakan yang melanggar hak asasi manusia, melanggar hak atas penikmatan sepenuhnya standar kesehatan tertinggi yang dapat dicapai seperti tercantum dalam pasal 24 (ayat 1 dan 3) dari Konvensi Hak Anak. 4

Di dunia, kebanyakan negara telah melarang praktek khitan perempuan ini bahkan diantaranya telah merupakan sanksi pidana atau denda. Sudah tercatat juga 16 negara-negara Afrika yang mengundang-undangkan larangan khitan ini. Selain undang-undang, sangsi yang dikenakan adalah kurungan 6 bulan hingga satu tahun. Benin, Chad, Niger mengeluarkan peraturan ini pada tahun yang sama pada tahun 2003. Ethiopia, Jibouti, Burkina Faso, Ghiena, Senegal, Tanzania dan Togo baru tahun lalu (2010) menetapkan pelarangan ini. Selain itu negara Afrika Selatan terryata sudah mengundangkan larangan khitan perempuan sejak tahun

       3

Lihat,www.jurnalperempuan.com

4

(4)

1996. Dan masih banyak negara Afrika dan negara maju di Eropa, seperti Prancis, Swiss, yang sudah mematenkan larangan khitan terhadap kaum hawa.

Peninjauan yang dilakukan di negara-negara Afrika yang kemudian menyebabkan negara-negara kulit hitam ini mengeluarkan undang-undang melarang sunat terhadap perempuan adalah, akibat buruk dan trauma yang ditimbulkan dari tradisi ini. Menurut perkiraan PBB, sekitar 28 juta perempuan Nigeria, 24 juta perempuan Mesir, 23 juta perempuan Ethiopia, dan 12 juta perempuan Sudan, dengan sangat terpaksa telah menjalani sunat ini. Dikisahkan, seorang gadis asal Togo bernama Fauziya Asinga (17) melarikan diri dari negaranya dan meminta suaka di Amerika karena dipaksa untuk dikhitan.

Di saat beberapa negara di dunia telah melakukan regulasi pelarangan khitan perempuan, sedang Indonesia belum melarang praktek khitan perempuan karena alasan tradisi keagamaan. Sebenarnya praktek inklubasi klitoris ini telah “dilarang” secara implisit dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 46 butir C menegaskan bahwa hak khusus yang ada pada diri wanita dikarenakan fungsi reproduksinya dijamin dan dilindungi oleh hukum. Namun pada faktanya berdasarkan penelitianyang dilakukan oleh Population Council menunjukkan bahwa praktek khitan perempuan masih banyak terjadi di Indonesia, bahkan untuk beberapa daerah seperti Padang dan Padang Pariaman di Sumatra Barat khitan perempuan justru dilakukan oleh bidan atau petugas kesehatan yang lain. Berkaitan dengan praktek khitan perempuan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. WHO pada tahun 1982 sebenarnya telah melarang penggunaan medikalisasi khitan perempuan atau melarang petugas kesehatan untuk melakukan tindakan khitan pada perempuan.5

Penekanan pelarangan bagi petugas kesehatan ini dianggap penting karena dari hasil studi lapangan di 6 propinsi di Indonesia yaitu Sumatra Barat, Banten, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo mendapatkan bahwa khitan perempuan tidak hanya dilakukan oleh dukun bayi

      

(5)

atau tukang sunat saja tapi juga oleh petugas kesehatan. Bahkan dalam beberapa daerah, khitan perempuan ini dijadikan satu paket jika melahirkan di tempat yang sama.6

Problem lemahnya penegakan aturan khitan perempuan sebagaimana amanat Undang-undang Kesehatan tersebut sangat dipengaruhi pandangan kebanyakan masyarakat, khususnya umat Islam yang menganggap khitan perempuan sebagai kewajiban atau minimal anjuran keagamaan. Majelis Ulama Indonesia dalam fatwanya Nomor 09 Tahun 2008 secara implisit mengajurkan khitan wanita dengan menyebutnya sebagai fitrah, syiar Islam dan makrumah. Pun demikian, Nahdlatul Ulama dalam Muktamar Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-32 yang bersidang di Komisi Bahtsul Masa`il Diniyah Maudlu`iyyah (pembahasan masalah keagamaan tematik) membuat kesimpulan akhir bahwa hukum khitan untuk perempuan adalah sunah dan wajib. Kesimpulan ini diambil setelah para pembahas menggali rujukan dalam berbagai kitab kuning, yang mengulas dalil-dalil khitan perempuan, di kalangan empat mazhab utama, yakni Hanafi, Maliki, Syafi`i, dan Hambali. Hasil penggalian dari empat mazhab itu diperoleh tiga kesimpulan atas khitan perempuan: wajib, sunah, dan makrumah (dimuliakan). Fatwa ini mengundang kekecewaan sejumlah pihak dari kalangan NU sendiri, seperti Fatayat NU yang menginginkan penghapusan praktek khitan perempuan.7

Bahkan dengan dikeluarkannya Permenkes Nomor 1636 Tahun 2010 secara legal praktek tersebut diakomodir termasuk tata cara khitan perempuan agar tidak menyebakan dampak negatif terhadap kesehatan perempuan. Reaksipun beragam, bagi sebagian kalangan aktifis gender keluarnya Permenkes tersebut dianggap negera telah melegalisasi dan melanggengkan praktek kekerasa terhadap perempuan. Sementara kalangan agamawan. Permenkes tersebut adalah “jalan tengah” untuk merespon aspek keagamaan dan kesehatan.

      

6 Lihat www.jurnalperempuan.com 

 

7

(6)

Di sisi lain, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu institusi akademik terkemuka pada level nasional dengan visi integrasi keislaman, keilmuan, dan keindonesiaan, memiliki peran strategis untuk memberikan kontribusi dalam memecahkan masalah-masalah umat Islam Indonesia. Civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta sebagai kelas menengah Islam terdidik seringkali menjadi rujukan terhadap kebijakan-kebijakan publik. khususnya terkait masalah-masalah keislaman. Para guru besar atau dosen UIN banyak terlibat dan mewarnai wacana keislaman Indonesia dengan pandangan-pandangan mereka yang modern.

Berangkat dari realitas tersebut, peneliti mengangap perlu dilakukan sebuah penelitian untuk mengetahui persepsi civitas akademika khususnya para dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta terhadap praktek khitan perempuan.

Permasalahan Penelitian

Masalah penelitian ini dibatasi pada persepsi para dosen terhadap khitan perempuan secara spesifik terkait dengan pandangan keagamaan, kesehatan reproduksi perempuan, dan regulasi khitan perempuan di Indonesia. Rumusan masalahnya adaah sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan keagamaan para dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta terhadap praktek khitan perempuan?

2. Apakah para dosen mengetahui dampak khitan perempuan terhadap kesehatan?

3. Apakah para dosen menyetujui regulasi tentang larangan khitan perempuan?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

(7)

2. Untuk mengetahui persepsi para dosen terhadap dampak negatif praktek khitan terhadap kesehatan perempuan yang umumnya terjadi di berbagai wilayah di Indonesia.

3. Untuk mengetahui pandangan para dosen tentang regulasi yang lebih tegas tentang khitan perempuan.

Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat dan kegunaan sebagai berikut:

1. Secara akademik, penelitian ini dapat dijadikan bahan akademik untuk memberikan peta pemikiran dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta sebagai kelompok Muslim terdidik yang secara intens melakukan pengkajian terhadap hukum Islam dalam menanggapi praktek khitan perempuan yang umunya masih menjadi tradisi masyrakat Muslim Indonesia.

2. Secara sosial, penelitian ini akan memberikan gambaran spektrum pemikiran yang bervariasi diantara para pakar hukum Islam tentang khitan wanita di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta.

3. Penelitian ini dapat dijadikan pijakan bagi peneliti selnajutnya untuk memetakan persepsi masyarakat Muslim terdidik terhadap tradisi khitan perempuan.

Signifikansi

Penelitian ini memiliki siginifikansi secara teoritis dalam memotret dinamika pemikiran para intelektual Muslim tentang isu-isu krusial, dalam hal ini khitan perempuan. Dengan mengetahui potret spektrum pendapat tersebut pada gilirannya akan mendorong diskursus akademik yang berkualitas dan berbobot untuk melahirkan pemikiran-pemikiran alternatif dan solutif terkait dengan masalah khitan perempuan, kini dan akan datang.

Berangkat dari kaidah ﺔ ﻜ ﻷاو ﺔ زﻷا ﺮ ﻐ مﺎﻜ ﻷا ﺮ ﻐ (Hukum Islam itu

(8)

bukanlah wacana yang telah final secara akademik. Ruang-ruang untuk mendiskusikan kembali adalah hal lumrah mengingat perekambangan zaman dan keadaan yang begitu cepat. Oleh karena itu penelitian ini tetap seksis untuk diangkat.

Riset Sebelumnya

(9)

BAB II

KERANGKA TEORI

A.Khitan Dalam Perspektif Fikih

Kata khitan berasal dari akar kata Arab khatana-yakhtanu-khatnan, artinya memotong. Makna asli kata khitan dalam bahasa Arab adalah bahagian yang dipotong dari kemaluan laki-laki atau perempuan. Khitan laki-laki disebut juga dengan i’zar. Sedangkan khitan perempuan disebut juga dengan khafdh

(merendahkan). Secara istilah khitan adalah memotong kulit yang menutupi penis laki-laki atau memotong kulit yang terdapat di atas vagina wanita yang seperti jengger kepala ayam jantan atau klitoris.8 Dalam bahasa biasa disebut genital mutilation.

Dalam Islam, dalil yang sering dikemukan untuk mendukung praktek khitan perempuan adalah:

Pertama, hadis Nabi dari Abu Hurairah r.a :

لﺎ ةﺮ ﺮه أ ﻋ

:

و ﻋﷲاﻰ ﷲالﻮ رلﺎ

:

نﺎ اةﺮﻄﻔ ا وأ ةﺮﻄﻔ ا

برﺎﺸ ا ورﺎﻔﻇﻷا وﻂ ﻹاﻒ وداﺪ ﻻاو

)

ﻋ ﻔ

(

Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : “ Fitrah itu ada lima : khitan, mencukur bulu di sekitar kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan

mencabut bulu ketiak.” (HR.Bukhari dan Muslim)9;

Kedua, Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Ummi

Athiyyah, salah seorang yang biasa mengkhitan anak-anak perempuan di Madinah, “ Apabila kamu meng-khifadh (khitan untuk perempuan), janganlah berlebihan karena yang tidak berlebihan itu akan menambah cantiknya wajah

      

8 Ibn al-Manzh r, Lisân al-Arab, (Mesir: Dâr al-Ma‘ârif, t.th.), juz 13, h.1102

9 Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam Shahih-nya no. 5550 dan no.

(10)

dan lebih menambah kenikmatan dalam berhubungan dengan suami.” (HR.Thabrani, Hadits Hasan);

Ketiga, hadis Nabi SAW:

سﺎ ﻋ ا ﻋ

:

لﺎ و ﻋﷲاﻰ ا ﻋ

:

ءﺎ ﺔ ﺮﻜ لﺎﺟﺮ ﺔ نﺎ ا

10

Khitan itu sunnah untuk laki-laki dan kehormatan/dianggap baik untuk wanita.”

(HR.Ahmad dan al-Thabarani);

Keempat hadis Nabi :

ﻐ ا ﺟو نﺎ ﺎ ا ﻰ ا اذإ لﺎ و ﻋ ﷲا ﻰ ا ﻋ ةﺮ ﺮه أ ﻋ

)

يرﺎ ا اور

ﺪ أو ﺋﺎ اويﺬ ﺮ او

11

“Apabila bertemu dua khitan maka wajib mandi.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari,

al-Tirmidzi, al-Nasai, dan Ahmad).

Umumnya ulama sepakat mengatakan bahwa khitan itu suatu hal yang

masyru’ (disyari atkan) baik bagi laki-laki ataupun wanita dengan berbagai

variasi pendapat. Sebagaimana yang dinukil Ibnu Hazm dalam bukunya Maratibul

Ijma’ dan Ibnu Taimiyah dalam bukunya Majmu’ Fatawa. Namun mereka

berbeda pendapat dalam menetapkan hukumnya, apakah khitan itu wajib atau tidak. Dalam hal ini ada tiga pendapat: Pertama: Khitan itu wajib, baik bagi laki-laki ataupun wanita. Ini adalah pendapat ulama mazhab Syafii, Hanbali, dan sebagian ulama Maliki. Bahkan Imam Malik sangat keras dalam masalah khitan laki-laki. Beliau berkata, "Barangsiapa tidak berkhitan maka tidak sah menjadi

imam dan persaksiannya tidak diterima." Juga berkata Imam Ahmad, "Tidak

boleh dimakan sembelihan orang yang tidak khitan, tidak sah shalat dan hajinya sampai bersuci, dan ini adalah kesempurnaan Islam seseorang." Kedua: Khitan itu hukumnya adalah sunah, baik bagi laki-laki, maupun wanita. Ini adalah pendapat ulama Hanafi, Imam Malik dan Imam Ahmad dalam satu riwayat. Ketiga: Khitan itu wajib hukumnya bagi laki-laki, sedangkan bagi wanita hanya merupakan suatu       

10 Diriwayatkan oleh al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 11590. Lihat

al-Maktabah al-Syamilah.

11 Al-Bukhari no. 287, al-Nasai. No. 191, al-Tirmidzi no. 109, Ahmad no.

(11)

kehormatan (makrumah/mustahab). Ini pendapat sebagian ulama Maliki, ulama Zhahiri, dan pendapat imam Ahmad dalam satu riwayat.12

Para ulama yang berpendapat bahwa khitan wajib bagi laki-laki dan wanita, berdalil dengan hal-hal berikut:

1. Firman Allah:

Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat

perintah dan larangan, lalu Ibrahim melaksanakannya” (QS. Al-Baqarah:

124). Khitan adalah salah satu kalimat yang diperintahkan Allah sebagai ujian terhadap Nabi Ibrahim sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Dan biasanya seseorang itu diuji Allah dengan sesuatu yang wajib.

2. Firman Allah:

Kemudian Kami wahyukan kepadamu agar engkau mengikuti agama

(ajaran) Ibrahim dengan lurus”. (QS. an-Nahl: 123).

Ini adalah perintah untuk mengikuti ajaran Ibrahim as, dan khitan merupakan salah satu ajarannya, sebagaimana yang diriwayatkan Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda, 'Nabi Ibrahim Khalilur Rahman berkhitan setelah berumur delapan puluh tahun”. Maka khitan termasuk ajaran Ibrahim yang wajib kita ikuti, karena dalam kaidah ilmu ushul fiqh dikatakan bahwa pada dasarnya. Sebuah perintah itu berhukum wajib selagi tidak ada dalil yang memalingkannya kepada hukum lainnya.

3. Rasulullah bersabda kepada seseorang yang masuk Islam: Dari Utsaim bin Kulaib dari bapaknya dari kakeknya bahwasannya dia datang kepada Rasulullah, seraya berkata: "Saya telah masuk Islam." Maka Rasulullah, bersabda, "Buanglah darimu rambut kekufuran dan berkhitanlah." Ini adalah bentuk perintah, di dalam kaidah ilmu ushul fiqh bahwa pada dasarnya sebuah perintah itu berhukum wajib selagi tidak ada dalil yang

      

12 Lihat Ianah al-Thalibin (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), juz IV, h. 202; Fath

(12)

memalingkannya kepada hukum lainnya. Perintahnya untuk satu orang mencakup semua orang selama tidak ada dalil yang menunjukkan khusus.

4. Diriwayatkan oleh Zuhri, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang masuk Islam, maka hendaklah berkhitan, sekalipun dia telah besar”. Ibnu Qayyim berkata :” Hadis ini sekalipun mursal, namun layak untuk dijadikan dalil (sandaran hukum)”.

5. Dari Ummu Muhajir, beliau berkata: “Saya dan budak-budak dari Romawi tertawan. Lalu Utsman menawarkan kepada kami (masuk) islam, di antara kami tidak ada yang masuk islam kecuali saya dan satu lagi yang lain, maka Utsman berkata;”Khitan keduanya dan sucikan! Lalu saya berkhidmat kepada Utsman. (HR. Imam Bukhari).

6. Khitan adalah syi'ar kaum muslimin dan yang membedakan antara mereka dengan umat lainnya dari kalangan kaum kuffar dan ahli kitab. Oleh sebab itu, sebagaimana syi'ar kaum muslimin yang lain wajib, maka khitan pun wajib. Juga, sebagaimana menyelisihi kaum kuffar itu wajib, maka khitan juga wajib. Rasulullah bersabda: "Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk darinya."

7. Dibolehkan membuka aurat untuk dikhitan, kalaulah hukum khitan itu bukan wajib, maka pasti membuka aurat untuknya tidak dibolehkan, apalagi tidak ada unsur darurat disitu dan tidak ada pula unsur pengobatan. 8. Khitan itu memotong anggota badan sedangkan pada dasarnya memotong anggota tubuh itu haram. Sesuatu yang haram tidak mungkin menjadi boleh kecuali dengan sesuatu yang wajib.

9. Bahkan Ibnul Qayyim menyebutkan lima belas dalil tentang kewajiban khitan bagi laki-laki dalam kitabnya “Tuhfat al-Maudud”.

Mereka yang berpendapat bahwa hukum khitan itu adalah sunat bagi laki-laki dan wanita, berdalil dengan dalil-dalil berikut :

(13)

kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak”, yang dimaksud fitrah disini adalah sunat, artinya khitan itu hukumnya sunat bukan wajib, oleh karena itu dalam hadis ini Rasulullah saw menyebutnya bersamaan dengan hal-hal yang disunatkan. Dan hadis ini bersifat umum, tanpa membedakan antara laki-laki dan wanita.

2. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda (artinya): “Khitan itu adalah

sunnah bagi kaum laki-laki dan kehormatan bagi kaum wanita”. Zahir Hadis

ini menunjukkan bahwa khitan itu tidak wajib, baik bagi laki-laki maupun wanita.

Sedangkan mereka yang berpendapat bahwa khitan wajib bagi laki-laki, dan hanya merupakan kehormatan (mustahab) bagi wanita, berdalil dengan dalil-dalil kelompok pertama, dan mengatakan bahwa khitan bagi laki-laki lebih kuat, karena khitan bagi laki-laki tujuannya membersihkan sisa air kencing yang najis yang terdapat pada kulit tutup kepala zakar, sedangkan suci dari najis merupakan syarat sah shalat. Sedangkan khitan bagi wanita hanyalah untuk mengecilkan dan menstabilkan syahwatnya, yang ini hanyalah untuk mencari sebuah kesempurnaan dan bukan sebuah kewajiban.

1. Adanya beberapa dalil yang menunjukkan Rasulullah menyebut khitan bagi wanita di antaranya sabda beliau: "Apabila bertemu dua khitan, maka wajib mandi." Imam Ahmad berkata, "Hadits ini menunjukkan bahwa wanita juga dikhitan."

2. Dari Aisyah, beliau berkata, "Rasulullah bersabda,"Apabila seorang laki-laki duduk di empat abang wanita dan khitan menyentuh khitan, maka wajib mandi.” Hadis ini zahirnya menunjukkan bahwa wanita juga dikhitan.

(14)

4. Khitan bagi wanita sangat masyhur dilakukan oleh para sahabat dan para salaf,diantaranya apa yang diceritakan oleh Ummu muhajir diatas.

Ibnu Taimiyah pernah ditanya, "Apakah wanita itu dikhitan ataukah tidak?" Beliau menjawab, "Ya, wanita itu dikhitan, dan khitannya adalah dengan memotong bagian yang paling atas yang mirip dengan jengger ayam jantan. Rasulullah bersabda kepada wanita yang mengkhitan, 'Biarkanlah sedikit dan jangan potong semuanya, karena itu lebih bisa membuat ceria wajah dan lebih disenangi suami.' Hal ini karena tujuan khitan laki-laki ialah untuk menghilangkan najis yang terdapat dalam kulit penutup kepala zakar. Sedangkan tujuan khitan wanita ialah untuk menstabilkan syahwatnya, dan itu akan membuat jiwa mereka lebih suci dan kehormatan diri mereka lebih terjaga.13

B. Kontroversi sekitar khitan perempuan

Realitas mengakar terjadi, dimana, di sebagian masyarakat telah menganggap khitan perempuan sebagai kewajiban penyempurnaan dalam kehidupan beragama telah menimbulkan kontroversi di kalangan sarjana, agamawan, dan ahli kontemporer. Sebagian besar bahkan mensakralkan bahwa khitan perempuan merupakan ritual yang berasal dari perintah agama. Sehingga mereka berkesimpulan, jika perempuan belum dikhitan maka agamanya belum sempurna.

Di sisi lain sebagian kecil intelektual menyoal legitimasi penafsiran terkait dengan khitan perempuan. KH. Husein Muhammad misalnya —sebagaimanaa mengutip pendapatnya Sayid Sabiq—dalam bukunya “Ijtihad Kiai Husein:

Membangun Keadilan Gender”, menyatakan bahwa maksud dari ayat ini

sesungguhnya membicarakan hal yang lebih luas dan lebih prinsip dibanding sekedar bicara soal khitan. Ajakan atau perintah millah Ibrahim adalah ajakan

      

13 Ibn Taimiyah, al-Fatâwâ al-Kubra, (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.th), h.

(15)

kepada keyakinan tauhid dan menjauhi kekafiran atau kemusyrikan kepada Allah melalui argumen rasional dan ilmiah.

Menurut Husein, bahwa Al-Qur’an sama tidak memberikan rujukan dan dasar teologis terkait dengan khitan perempuan. Dangkalnya pengetahuan dan pemahaman dalam mengkaji ayat-ayat inilah yang menjadikan tradisi khitan perempuan masih saja dilestarikan.Walaupun tidak dipungkiri ada beberapa hadits yang sepintas merujuk pada perintah khitan perempuan, seperti misalnya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal: “Dari Abu Hurairah ra. Nabi SAW bersabda: “Khitan adalah sunah bagi laki-laki dan kehormatan bagi

perempuan”. Atau juga bersandar pada hadits yang serupa dari Zaid ibn Abi

Habib bahwa “Sesungguhnya Abu Hasan ibn Abi al-Hasan menanyakan tentang khitan kepada Rasulullah, lalu Nabi menjawab; Untuk laki-laki merupakan

ajaran (sunah) dan bagi perempuan merupakan anjuran mulia”.

Dalam membaca berikut memahami interpretasi hadits ini, diperlukan sebuah olah pikir yang mendalam. Tradisi khitan yang sudah berlangsung lama ini harus dikontekstualisasikan dengan kondisi kekinian, dengan kata lain tradisi yang dianggap terhormat disuatu masa dan tempat, tidak melulu terhormat untuk masa dan tempat yang lain. Dalam pada itu, hadits ini harus dipahami dalam konteks yang dalam kehidupan klasik-tradisional telah mengakar tradisi khitan perempuan ekstrim, yakni praktik dengan menghilangkan sebagian klitoris (clitorydectomy)

atau bahkan memotong keseluruhan klitoris, labia minora, dan labia mayora sekaligus (infibulation).

Oleh sebab itu, hadits ini harus dipahami dalam bentuk usaha transformasi gradual-kultural yang dilakukan Nabi dalam menyikapi ekstrimisme tradisi khitan perempuan saat itu. Dan secara implisit, hadits ini mempunyai spirit dan pesan moral bahwa Nabi sebetulnya ingin menghapuskan praktik khitan perempuan ini.

(16)

mengakibatkan kekerasan fisik maupun psikis yang disebabkan oleh praktik khitan perempuan, seperti; pendarahan yang dapat mengakibatkan kematian, infeksi yang dapat menimbulkan rasa sakit pada saat menstruasi, dan sakit karena operasi tanpa pembiusan yang berimplikasi trauma berkepanjangan, stress, dan gangguan kejiwaan lainnya.

Sebagian kalangan lagi berpendapat bahwa membincangkan soal khitan perempuan merupakan hal tabu, terlebih jika hal ini jarang atau tidak pernah sama sekali disosialisasikan ke publik secara terbuka dan ilmiah, dari perspektif medis maupun teologis (agama). Akan tetapi jika melihat fakta sosial masyarakat, terkait problem serius yang disebabkan praktik khitan perempuan, seperti dibeberapa Negara, semisal Afrika yang masih ditemukan praktik-praktik “kejam”; memotong seluruh klitoris dan kemudian menyemburkan sejenis abu gosok kebagian luka, atau juga dengan cara menjahit bagian lubang vagina. Dan tidak heran jika akibat praktik khitan tidak sedikit anak perempuan yang meninggal akibat praktik khitan perempuan ini.

Sementara itu Majelis Ulama Indonesia menegaskan bahwa khitan bagi laki-laki mapaun perempuan termasuk fitrah dan syiar Islam, sednagkan khitan perempuan meruapakan makrumah, pelaksanaannya sebagai salah satu bentuk ibadah yang dianjurkan. Sebalaiknya MUI menolak segala upaya pelarangan praktek khitan perempuan dipandang bertentangan dengan syariat Islam. Namun MUI juga tidak menutup mata dimana terjadi penyimpangan praktek khitan perempuan yang dapat memebhayakan kesehatan perempuan, sehingga dalam pelaksanaannya MUI memberikan batasan. Khitan perempuan hanya dilakuakn dengan mengupas selaput yang menutupi klitoris dan tidak boleh dilakukan dengan melekuai atau memotong klitoris.14

MUI berpendapat bahwa berdasarkan kosensus ulama menegaskan bahwa khitan perempuan adalah hal disyariatkan dan tidak ada satupun yang       

14 M. Asrorun Niam Sholeh, “Fatwa MUI tentang Khitan Perempuan”,

(17)

melarangnya. Dari keumuman ayat al-Qur’an dan hadis yang sahih, praktek sahabat, khazanah fiqh klasik tidak ditemukan satupun pendapat yang melarangnya, baik status hukumnya makruh, atau haram.

Pendapat sejenis juga ditegaskan dengan mengutip pendapat mufti kontemporer dari Mesir Syekh Yusuf al-Qaradhawi dalam al-Hukm al-Syari fi

Khitan al-Inats yang menyatakan bahwa tidak staupun ahli Fiqh yang menyatakan

khitan perempuan itu haram atau makruh, baik tahrim maupun tanzih. Ini adalah dalail atas pensyariatan khitan perempuan. Ijma’ dlimniy dari seluruh ahli Fiqh ini menjadi dalil bahwa khitan perempuan sepanjang dilakukan sesusi denga petunjuk hadis dimana Nabi menyarankan memotong sedikit dan tidak berlebihan, maka jelas bukan perbuatan dosa.15

Juga ditegaskan Syekh al-Azhar Jad al-Haqq dalam Buhuts Fatawa

Muashirah menyatakan bahwa seluruh mazhab Fiqh sepakat bahwa

sesungguhnya kkhitan bagi laki-laki dan perempauan adalah bagian dari fitrah (kesucian) dan syiar Islam. Khitan pada prinsipnmya adalah perkara terpuji dan sepanjang penelaahan terhadap atas kitab-kitab fiqh tidak satupun pendapat yang melansir tentang larangan khitan perempuan atau menganggapnya bahaya.16

Berdasarkan paparan tersebut di atas, persoalan hukum khitan perempuan akan tetap mereupakan masalah kotroversial baik intern kalangan ulama, maupun antar ahli. Titik temu tentu sangat diharapkan agar regulasi yang terkait dengan khitan perempuan akan membawa kemasalahtan bagi perempuan bukan sebaliknya.

B.Khitan Perempuan dan Kesehatan

Para ahli kesehatan menyatakan bahwa khitan terhadap perempuan tidak memilki manfaat, bahkan membahayakan kesehatan. Prof. DR Jurnalis Udin, Guru Besar Universitas YARSI, menyatakan bahwa berdasarkan penelitian

      

15Ibid.

(18)

bahwa khitan terhadap wanita memilki dampak negatif jangka panjang terhadap wanita yakni:

1. Rasa sakit berkepanjangan pada saat berhubungan seks

2. Penis tidak dapat masuk dalam vagina sehingga memerlukan tindakan operasi 3. Disfungsi seksual (tidak dapat mencapai orgasme pada saat berhubungan seks) 4. Disfungsi haid yang mengakibatkan hematocolpos (akumulasi darah haid

dalam vagina), hematometra (akumulasi darh haid dalam rahim), dan hematosalpinx (akumulasi darah haid dalam saluran tuba)

5. Infeksi saluran kemih kronis

6. Inkontinensi urine (tidak dapat menahan kencing)

7. Bisa terjadi abses, kista dermoid, dan keloid (jaringan parut mengeras).17

Perdebatan tak berujung ini pada sisi akibat terjadikan perbedaan cara pijak berpikir masing-masing pihak. Untuk diskusi dan dialog lebih panjang terkait masalah ini masih sangat dibutuhkan waktu untuk mencari titik temu.

      

17 Jurnalis Udin dalam Laporan Penelitian “Khitan Perempuan dalam Perspektif

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei. Penelitian survei menitik

beratkan pada penelitian rasional yakni mempelajari hubungan variabel-variabel

sehingga secara langsung maupun tidak langsung hipotesa selalu dipertanyakan.

Dalam survei informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan

kuesioner. Survey adalah salah satu bentuk teknik penelitian yang banyak dikenal

dimana dalam teknik ini informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa orang,

melalui pertanyaan-pertanyaan; satu cara mengumpulkan data melalui komunikasi

dengan individu-individu dalam dalam suatu sampel (Sugiarto, 2003).

Survey adalah metoda pengumpulan data melalui instrument yang bias

merekam tanggapan-tanggapan responden dalam sebuah sampel penelitian

(Sugiyono, 2004). Walaupun umumnya banyak orang saling mempertukarkan istilah

Survey dengan daftar pertanyaan, namun istilah survey digunakan sebagai kategori

umum penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara sebagai metodenya

(Suharsimi Arikunto, 1997). Survey merupakan satu metode penelitian yang teknik

pengambilan datanya dilakukan melalui pertanyaan tertulis atau lisan (Bhuana Agung

Nugroho, 2005).

Survey boleh disebut sebagai satu bentuk penelitian yang respondennya

adalah manusia, dan untuk dapat memperoleh informasi, maka perlu disusun satu

instrument penelitian yaitu kuesioner (daftar pertanyaan) dan atau pedoman

(20)

Umumnya pengertian survei dibatasi pada penelitian yang datanya

dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Dengan

demikian, penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu

populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.

Pada umumnya yang merupakan unit analisa dalam penelitian survei adalah individu.

Unit analisa perlu sekali diperhatikan terutama bagi peneliti muda. Menurut Sugiyono

(2004) Penelitian survei dapat digunakan untuk maksud : (1) penjajagan (2) deskriptif

(3) penjelasan (4) evaluasi (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu dimasa

yang akan datang (6) penelitian operasional (7) pengembangan indikator-indikator

sosial. Pertimbangan yang sering digunakan dalam desain sebuah penelitian survei

yaitu : Survei yang tepat harus : (1) merefleksikan proposisi teoritis yang relevan; (2)

menggunakan hasil dari sampel untuk melakukan generalisasi terhadap populasi; (3)

dapat direplikasi.

Untuk mendesain kuisioner kita harus : (1) membaca hal-hal seputar

topik; (2) menentukan tujuan;(3) menentukan populasi dan kelompok sampel;(4)

menguji sebelum pelaksanaan.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah para pegawai pada BPRS di kabupaten

bogor yang berjumlah 600 orang.

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini dosen tetap fakultas syariah dan hukum UIN

Jakarta yang berjumlah 113 orang

(21)

Ukuran menentukan sampel yang digunakan dalam penelitiian ini

penarikan sampel yang digunakan menggunakan Table Kretice ukuran sampel

langsung diketahui berdasarkan jumlah populasi yang dimiliki. Dengan

demikian jumlah populasi dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta

berjumlah 113 orang maka sampel yang yang diambil sebanyak 78 dengan

tingkat kesalahan 5 %.

3. Teknik sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan probability sampling

atau sampling probabilitas adalah pengambilan sampel dimana setiap objek

penelitian yang diambil memilki peluang yang sama untuk dijadikan sampel

penelitian. Adapun yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan simple

random sampling dengan ciri-cirinya yaitu pertama, bentuknya sederhana,

setiap sampel memilki kesempatan sama untuk dipilih ; kedua; populasinya

bersifat homogen. Caranya adalah dari populasi diambil objek secara acak,

tanpa adanya penunjukan yaang subjektif. Objek yang sudah terpilih adalah

menjadi sampel penelitian.

C. Metode pengumpulan data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data menggunaka bebarapa metode yaitu;

a. Metode Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan melalui tatap muka, dimana dua orang

atau lebih secara fisik langsung berhadap-hadapan dan masing-masing dapat

menggunakan saluran komunikasi secara wajar dan lancer, jadi dalam penulisan ini

penggunaan wawancara bertujuan untuk memperoleh data langsung dari sumbernya

(22)

b. Kuesioner

Dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada dosen tetap pada fakultas

Syariah dan hukum UIN Jakarata yang berjumlah 73 kuesioner

c. Metode kajian Pustaka

Pada penelitian kepustakaan ini dilakukan untuk mencari data-data yang

berupa catatan, buku dan sebagainya yang relevan dengan masalah yang akan

dibahas. Menurut J. Supranto (2000 : 11) penelitian kepustakaan dilaksanakan untuk

memperoleh data skunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi,

sudah dikumpulkan dan diolah pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi

D. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis, penelitian ini menggunakan deskriftif analis,

Berdasarkan data yang didapat dari pertanyaan, pernyataan-pernyataan dalam

(23)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data dan Pengujian Instrumen Penelitian

1. Deskripsi Data

Jumlah responden yang menjadi sampel penelitian seluruhnya berjumlah 78 orang, yang terdiri atas 66 orang (84 % ) laki-laki dan 12

orang (16 % ) perempuan. Dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 1

Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki 66 Perempuan 12

84 % 16 %

laki

perempuan

Sumber; diolah dilapangan tahun 2102 Tabel 2

Umur responden

Umur Jumlah

20-29 Tahun 0

30-39 Tahun 27

40-49 Tahun 40

50-59 Tahun 9

(24)

0

27

40

9 2

0 10 20 30 40 50

20‐29  Tahun

30‐39  Tahun

40‐49  Tahun

50‐59  Tahun

60‐70  Tahun

Sumber: diolah dari lapangangan tahun 2012

Prosentase usia responden usia 30-39 tahun berjumlah 27 orang (

9%), usia 40-49 tahun berjumlah 40-49 orang (12%), usia 50-59 tahun

berjumlah 25 orang (73%) dan usia 60-70 tahun (2%)

Berdasarkan komposisi usia responden di atas menunjukan

bahwa pada umumnya usia responden sebagian besar masih berada pada

usia produktif dan ini merupakan tenaga pendidik yang dapat mendukung

pelaksanaan tugas di masa yang akan datang dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Sementara itu, jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 3 Tingkat pendidikan

(25)

0

46

31

0 10 20 30 40 50

S1 S2 S3

Sumber: diolah dari data lapangan tahun 2012

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa proporsi tingkat

pendidikan responden terbesar adalah tingkat pendidikan S2 sebanyak 46

orang atau 62 % dan pendidikan S3 sebanyak 33 orang atau 48 %.

Dari komposisi latar belakang pendidikan responden yang

diuraikan di atas, terlihat bahwa reponden dituntut untuk menguasai

pengetahuan pada bidang pekerjaannya sebagai tenaga pendidik.

Sementara itu, status responden berdasarkan status perguruan

tinggi dapat dilihat pada tabel berikut pada tabel berikut;

Tabel 4

Status Perguruan Tinggi responden

Status Perguruan Tinggi Jumlah

Negeri 78 Swasta 0

78

0 0

20 40 60 80 100

(26)

Tabel di atas merupakan gambaran jawaban responden mengenai perbedaan nilai-nilai dasar yang ada pada Perguruan Tinggi Negeri dengan perguruan tinggi Swasta. Ternyata, mayoritas responden, yakni rata-rata di atas 100 % lulusan perguruan tinggi negeri.

Adapun jenis organisasi kemasyarakatan (ORMAS) yang diikuti oleh responden bisa dilihat pada tabel berikut;

Tabel 6

Jenis Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) yang diikuti responden

Jenis Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) Jumlah

HISSI 19 NU 13 Muhammadiyah 6

Al-Washliyah 2 Aisyiyah 4

HMI 4 MES 2 KEI 2 IAEI 2 LKB 2 ICMI 2 Tidak ada/ tidak dijawab 38

19 13 6 2 4 4 2 2 2 2 2

38

0 10 20 30 40

Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2012

(27)

Aisiyyah 4 orang, HMI 4 oarng, Masyarakat Ekonomi Islam 2 orang, KEI 2 Orang IAEI 2 orang, LKB 2 orang ICMI sebanyak 2 orang.

Sementara itu, status responden berdasarkan status atau Posisi

dalam ORMAS dapat dilihat pada tabel berikut pada tabel berikut;

tabel

Posisi Dalam ORMAS

Posisi Dalam ORMAS Jumlah Pengurus Harian Pusat 19

Pengurus Daerah 11

Anggota 13 Tidak ada/ tidak dijawab 35

19

11 13

35

0 10 20 30 40

Pengurus  Harian

Pengurus  Daerah

Anggota Tidak ada/ 

tidak dijawab

Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2012

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden menyatakan

memilki posisi dalam ormas yaitu pengurus harian di tingkat pusat sebanyak

19 orang atau 14,82 %, pengurus daerah sebanyak 11 orang atau 8,58 %

dan anggota sebanyak 13 orang atau 10,14 %.

B. Pandangan Keagamaan terhadap Khitan Perempuan

(28)

Pe

abel 1 menu ukum Unive h khitan per

den menjaw puan adalah

nggapnya b menjawab ra

ari jawaban perempuan wab ya, arti h bagian dar bukan ajaran ntah Atau Aj

dari data la

ahwa umum m Negeri S erupakan pe nya umumn ri jaran Islam

n agama. S %.

tersebut, k h, umumny ya bisa diliha

51%

mpuan Apa ma Islam

un 2012

nden dosen F yatullah ket u ajaran aga den meyaki kan sebesar g menjawab

yakan rinci at pada tabe

Ya

ini bahwa k 14 % respo b tidak tahu

an status hu el berikut;

(29)

Ta Tentang Hu

abel 2 ukum Khita

Pengetahuan RResponden an Menurut Ilmu Fikih

5% ding lurus

sebagaima pada tabel

% 1

mber: Diola

onden ditan ana dalam t

di bawah in

17% esponden h

tentang hu

ngetahui b den, yakni an itu ajara at gambara

n menurut aban sama an atau per an tersebut,

fikih, a. Ini

(30)

Taabel 3

Pengetahuaan Respondden Tentangg Hukum Khhitan Menurrut Ilmu Fikkih

Bil

la dilihat p pok respond khitan, y gkan respon sponden yan

ari respond ut, adapun su ya tentang su

t; yakni sunn nden yang m

ng menyatak

: diolah dar

43% 3

ah  mubah

17%

ri data lapan

s, ternyata khitan. Resp

r responden

ri data lapan

6%

48% %

makruh h

61%

ngan tahun

terdapat p ponden ya , Mubah s hitan adalah

ukum khitan engenai huk sebut bisa d

mengetahu

ngan tahun 2

haram  tidak tahu

2012

perbedaan ang menya sebanyak 4

wajib yakn

Buku

Sejawa

Media

n menurut kum khitan dilihat pada

(31)

Su t pada tabel

ak 3% dan wab ketigan l dari buku.

etahuan res l di atas, um

n teman sej nya hanya rasal dari b pus sebanya

mber peng

m khitan pe buku sebany am berikut i

gkat penge

Pendapaat jenis kelammin peremppuan seluruhh

anggoota keluarga responden di khitan

5%

abel di atas puan dikhit puan yang d

a keluarga p

lain itu, res Pengetahua

data diolah

ya tentang ternyata jaw en memberi a sebanyak

anyak 5 %, dikhitan seb

ga ditanya t n atas perta

56 ebut bisa d

u if seperti te anggota kelu n kecil ang n sebagaian

uarga dilihat pada

(32)

berikutt;

Taabel 6

P

Pengetahuaan respondeen tentang kkhitan peremmpuan berteentangan HAAM

Jik

ka dilihat pa njawab “tida responden y k menjawab

Pengetah

ka dilihat pa jawab “tida

Sumbe

ada tabel di ak” yakni 7 yang menya b sebanyak 5

huan respon

bag

Sumber: ada tabel di ak” Yakni 2

8%

27% 14%

er; data diol

i atas, secar 76 % dan ha

data diolah

i atas, secar 27 % dan h

an menurut

h dari lapang

ra keseluruh anya 49 %

1%

49%

gan tahun 20

han respond yang meny ui yakni 8 %

mengandun

Islam

gan tahun 2

han respond

den lebih ba yatakankan

den lebih ba yatakankan

(33)

Bahkan, responden yang menyatakan tidak mengetahui yakni 114 % dan responden yang tidak menjawab sebanyak 10 %.

Pengetahuan responden yang cukup tinggi tentang khitan itu mengandung maslahat bagi perempuan menurut Islam “responden juga dimintai alasanya beberapa hal penting yang khitan terkait jenis kemaslahatan khitan perempuan, diantaranya adalah bisa dilihat dari tabel sebagai berikut

Tabel 9

Pengetahuan responden tentang jenis kemaslahat khitan perempuan

2 2 2 2 2 2

Sumber: diolah dari data lapangan tahun 2012

(34)

%, aspek tahsiniyat 1,8 %, gairah seks 1,8 %, tidak hipper sex 1,8 %, kemuliaan adat 1,8 %, tidak sensitif 1,8%, menyebabkan wajah berseri 1,8 %, patuh pada perintah/ ajaran Islam, 1,8%, menyeimbangkan/stabilitas syahwat wanita 1,8 %, kontrol/ balancing emosi jiwa 1,8 %, pemotongan kelentit harus sederhana tidak terlalu panjang 1,8 %, jaga kehormatan 1,8%, jika pemotonganya lebih banyak akan menyebabkan efek tidak baik 1,8 %, menghilangkan penyakit 1,8 %, menghilangkan penyumbatan air seni 1,8 %, menyederhanakan dalam hubungan sex 1,8 %, ada beberapa pendapat, ada maslahat ada juga yang berpendapat tidak maslahat malah ada yang berpendapat khitan perempuan membahayakan kesehatan 1,8 %, lebih menyenangkan suami 1,8 %, membuat wajah lebih cantik 1,8 %, menjaga agar syahwat tidak berlebihan 1,8 %. Dan responden yang tidak menjawab sama sekali sebanyak 39, 45 %

Berdasarkan jawaban tersebut dapat ditafsirkan bahwa maslahat dari khitan perempuan, umumnya responden taken for granted karena khitan perempuan adalah perintah agama tanpa dapat memerinci maslahat yang dimaksud. Namun bagi sebgain responden yang tidak menganggapnya itu bukan perintah agama maka memililih tidak menjawab.

C. Pengetahuan terhadap Dampak Kesehatan Perempuan

(35)

Pe

abel 1. menu Hukum Un ahuan yang ap kesehata

tidak meng sebesar 54 ta 14 %. niverstas I g cukup tin n yakni ya getahui dam %, Bahkan

en yang men n tersebut, hitan peremp

t bisa diliha

54 mpak buruk n yang menj

ngetahui ten adapun sum puan lebih at pada tabe

4% 14%

abel 1 mpak buruk

ehatan

gan tahun 20

nden dosen if Hidayat buruk kh mlah 32 %. empuan ter k tahu atau

(36)

Su den, dan tem den yang tid

umber peng khitan per ang terkait at dari tabel t jenis dam

sebagai ber

r; data diola

sponden ten atas, umum ebanyak 9 t kampus se wab atau tida

esponden y Responden mpak buruk

rikut; khitan per

%

an tahun 20

ak buruk kh al dari buku

nden, ahli % responden

tiganya hany

p tinggi te ntai alasany u sebanyak

kesehatan n, dokter 9 %

ya 51 %,

entang “dam ya beberap antaranya a

(37)

Al g jenis damp yakni 32 % n khitan per ebagai berik

an responde

Sumber; d

dikemuka pak buruk k % yang me

en tentang je peremp

data yang di

akan oleh

ari orang lai

32 onden juga

in, diantaran

%

11% %

k buruk kes

angan tahun

yang men erti terlihat angguan hu n, 11 %

akan gangg uan psikis.

p tinggi ten dimintai Ke nya adalah

Gangguan

nyatakan b pada diagra

bisa diliha

(38)

banyak tahui yakni

man respond per

Sumbe

hat pada tab njawab “tid

takankan “y 3 % respon

psi terhada ntuk meliha puan di Ind

nakan hal i pengetahu perempuan den terhada pa diagram

ap Regulasi at tingkat donesia ser ini penting uan dan me

den pernah a rempuan dar

er; data diola

bel di atas dak” Yakni ya”. Bahka nden.

i Khitan Pe persepsi rta hal-hal y

untuk dila ri orang lain

ah dilapang it dengan m gan tujuan

dulian resp l terkait d i indonesia

Ya

Tidak

Tidak T Dijawa

ma keluhan k

012

responden dan hanya 1 menyatakan

ia

regulasi k masalah ters mengkonfir ponden terh dengan per

, disajikan

(39)

Tabeel 1

Persepsi respondenn terhadap hhukum Inddonesia tenntang k

khitan pereempuan

abel di atas dan Hukum terhadap h uan yakni s

en, sangat ti etuju 5 %. Namun resp

n lainnya ya nya adalah idak setuju

ponden me ang terkait bisa dilihat

14% 7%

ang diolah d

kkan bahwa as Islam Ne

onesia yan 6 %. Yang

sebesar 19

nganggap p khitan pere

tahun 2012

responden f Hidayatul erbolehkan

an tidak set den, cukup s

wa perlunya

n dosen Fak llah menya

(40)

Taabel 2

Tanggaapan respon dia

nden tentang amandemen/

g perlunya U / disempurn

UU khitan p nakan. perlunya U ang menya en, cukup 1 % responden

Namun rnakan um ari tabel seb

s menunju gat perlu 5

nden , tida u sebesar 3 den, sangat

(41)

Tabel 3

Pengetahuan responden tentang hal-hal apa saja undang-undang khitan ini perlu diamandemen atau disempurnakan

2 2 2 2 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

42

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Sumber data di olah dilapangan tahun 2012

(42)

% respond hkan dalam esponden, b biskan 2,47 esponden da

bangan kese rsyaratan y % respon

pandangan batas penyu

%, tata car an Tidak Ta

ehatan 2,47 yang tidak den, mem islam 2,47 unatan 2,47 ra khitan pe ahu/Tidak D ang baik 2,4

esar 51, 85

n kesehatan ksananya k pelarangan

hitan perem boleh di po 47 % respo ri tabel seba

responden san tatacara uran terkait ri praktek k agai berikut an sunat pe tuju sudah m g tidak seha

sponden pe

Penddapat responnden tentang batasan-b perempu

batasan tatac uan

cara pelaksaanaan sunat

enyatakan t

19%

Sumber: Dat

diatas me iah dan Huk tentang pen

14% 18%

ta diolah dil

enunjukkan rstas Islam onden tentan

esponden d arif Hidayat -batasan tat

(43)

pel

laksanaan s rkait sudah hitan yang

ngat setuju tuju 14 %, tidak setuj responden ngat tidak

ng-undanga ak perempu n yakni ya ar 39 % re

setuju 10 %

an dan pera uan dari pr ang menya esponden, c % dan tidak laksanaan s rkait sudah hitan yang

rsepsinya asyarakat in sa dilihat da

gapan respon ari tabel seb

nden yang

ang batasan ng undanga an dan pera uan dari pr en juga dim

respon des al dengan m

rlu atau tida melarangnya

akah meresp a proses khi enyatakan t ternasional sponden , ti

43%

9% 8%

data diolah

menunjukk rlu atau tid elarangnya p u 5 % resp

idak perlu 4

5%

n tahun 2012

wa umumn espon desa tan perempu

lu sebesar 2 nden, sangat

Gambar

Tabel 3  Tingkat pendidikan  Pendidikan Jumlah  S1 0  S2 46  S3 31
Tabel  di atas merupakan gambaran jawaban responden mengenai  perbedaan nilai-nilai dasar yang ada pada Perguruan Tinggi Negeri dengan  perguruan tinggi Swasta

Referensi

Dokumen terkait

Batuan ultrabasa terdiri atas harzburgit, dunit, serpentinit, piroksinit, gabro dan basal; singkapannya tersebar, terdapat di daerah satuan morfologi perbukitan, dapat

Prosedur bedah menggunakan teknik bedah invasif minimal yang menggunakan alat- alat berdiameter kecil untuk menggantikan tangan dokter bedah melakukan prosedur bedah di dalam rongga

Pada pembahasan Sejarah Peradaban manusia kami akan memaparkan sejarah peradaban Pada pembahasan Sejarah Peradaban manusia kami akan memaparkan sejarah peradaban manusia pada

Menentukan langkah yang tepat dalam pembelajaran untuk anak retardasi mental maka sebuah aplikasi alat bantu belajar untuk anak-anak retardasi mental dengan mengenal objek

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Dina Yuliastuti, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Analisis Pengaruh Pelatihan Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Peningkatan

Pada variabel harga gula pasir dunia, nilai tukar rupiah, konsumsi langsung gula pasir, produksi gula pasir dan harga domestik gula sebelumnya berpengaruh positif terhadap

mengeksekusi agunan tersebut dengan mu- dah, jika terjadi gagal bayar atau gagal serah. Agunan efek asing yang dapat diterima pun ti- dak sembara ngan, hanya government bond

Setelah melakukan analisis lingkungan, kepala SMP Negeri 1 Bululawang dan SMP Annur Bululawang dalam meningkatkan kompetensi leadership GPAI mempunyai standar yang ideal, yaitu