• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Kelas IV Di MIN 15 Bintaro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Kelas IV Di MIN 15 Bintaro"

Copied!
215
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN Learning Starts With A

Question (LSQ) TERHADAP HASIL BELAJAR MATA

PELAJARAN IPS KELAS IV DI MIN 15 BINTARO

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar SarjanaPendidikan (S.Pd)

oleh Resty Meidiana NIM 1110018300086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

disusun oleh Resty Meidiana NIM. 1110018300086, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 17 November 2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Jakarta, 17 November 2014

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan PGMI) Tanggal Tanda Tangan

Dr. Fauzan, MA ________ _____________

NIP. 19761107 200701 1 003

Sekretaris (Sekretaris Jurusan PGMI)

Asep Ediana Latip, M.Pd ________ _____________ NIP. 19810623 200912 1 003

Penguji I

Dr. Muhammad Arif, M.Pd ________ _____________

NIP. 19700606 199702 1 002 Penguji II

Dr. Iwan Purwanto, M.Pd ________ _____________ NIP. 19700606 199702 1 002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dra. Nurlena Rifa’I, MA., Ph.D

(5)
(6)

i

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MIN 15 Bintaro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan penelitian two group randomized subject pretest posttest. Penelitian ini dilakukan di MIN 15 Bintaro tanggal 21 April – 12 Mei 2014. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling. Instrument penelitian ini berupa tes (pilihan ganda) yang berjumlah 25 soal pilihan ganda (PG). Untuk mengukur validitas menggunakan Program Annates. Setelah dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik Paired Sample T-Test diperoleh thitung sebesar 0,034 pada taraf signifikansi < 0,05, dengan demikian, H1 diterima dan H0 ditolak karena 0,034 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Pengaruh Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS.

(7)

ii ABSTRACT

Resty Meidiana (1110018300086). The Influence of LSQ Learning Method (Starts Learning With A Question) Against Learning Outcomes Subject IPS Class IV at MIN 15 Bintaro. Thesis. Elementary School Teacher Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.

The purpose of this research is to determine the influence of LSQ Learning Method (Learning Starts With A Question) Against Learning Outcomes Subject IPS Class IV at MIN 15 Bintaro. In this research, we used quasi-experimental with research program with the two group randomized subject pretest posttest design. The research is done in MIN 15 Bintaro from April 21th to May 12th 2014. In this research we used cluster random sampling as a sample technique. This research instrument in the form of a test (multiple choice), amounting to 25 multiple choice questions (PG). To measure the validity may use the Annates Program. After testing the hypothesis by using Paired Sample T-Test obtained t of 0.034 at a significance level of ρ < 0.05, Thus, H1 is accepted and H0 is rejected because 0.034 < 0.05, so it can be concluded that there are significant The Influence of LSQ Learning Method (Start Learning With A Question) Against Learning Outcomes Subject IPS.

(8)

iii

“Pengaruh Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MIN 15 Bintaro”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana pendidikan (S.Pd) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Banyak hambatan yang Penulis alami dalam penyusunan skripsi ini, namun dengan keyakinan dan kesungguhan, akhirnya Penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan skripsi ini baik moral maupun material. Adapun ucapan terima kasih yang disampaikan Penulis kepada,

1. Dra. Nurlena Rifa’I MA, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.

2. Dr. Fauzan, MA. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin atas penyusunan skripsi.

3. Asep Ediana Latip, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

4. Takiddin, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dan penuh pengertian membantu, dan memberikan pemahaman mengenai materi yang berhubungan dengan skripsi ini.

(9)

iv

6. Kepala sekolah MIN 15 Bintaro, guru kelas IV, siswa kelas IV A dan IV B, dan staf yang telah membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian demi terselesaikannya skripsi ini.

7. Orang tua saya tercinta, Ibunda Rosni Fitri dan Ayahanda H. Afrizal, SHI, kakak-kakaku Reza Annisa, SE, Arief Setyohadi, S.Pd, dan Febriyanti Istratul Jannah, AM. Keb, adik-adiku Reni Afriyanti Azizah, dan Muhammad Rizki Afrian. Yang selalu mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap semangat dan telah banyak memberikan bantuan tenaga dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabatku tercinta, Roza Indah Pratiwi, S.Pd, Della Triwidiastuti, S.Pd, Risa Afriyanti, S.Pd, Rizka Muzayyinatul Jannah, Djehan Nur Mulyani, Triastuti Nur Hidayah, Saniatur Rohimah, Fitri Wahyuniarti, Putri Dwi Kartika, dan Dina Rosalina. Dan seluruh rekan mahasiswa PGMI 2010. Terima kasih atas bantuan, doa dan dukungan yang kalian berikan semoga kebersamaan kita menjadi kenangan terindah untuk menggapai kesuksesan dimasa mendatang.

9. Kepada Muhammad Ali Nasrullah (Anas), Orang yang selalu ada di hati penulis terima kasih atas kesetiaan menemani penulis di saat suka maupun duka dan perhatian, pengertian, pengorbanan serta semangat yang tercurahkan untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umunya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.

Jakarta, 08 Oktober 2014

(10)

v

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 7

A. Kajian Teoretik ... 7

1. Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question ... 7

a. Pengertian Metode Learning Starts With A Question (LSQ) ... 7

b. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) ... 7

c. Kelebihan dan kekurangan Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) ... 9

2. Hakikat Belajar ... 10

a. Pengertian Belajar ... 10

(11)

vi

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 13

3. Hakikat Hasil Belajar ... 14

a. Pengertian Hasil Belajar ... 14

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 15

4. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 16

a. Pengertian IPS ... 16

b. Tujuan Pembelajaran IPS ... 17

c. Karakteristik Pembelajaran IPS ... 18

d. Pendekatan-pendekatan Pembelajaran IPS ... 19

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 19

C. Kerangka Berpikir ... 22

D. Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

B. Metode dan Desain Penelitian ... 25

C. Populasi dan Sampel ... 25

1. Populasi ... 25

2. Sampel ... 26

D. Instrumen Pengumpulan Data ... 26

1. Tes ... 26

a. Pretest ... 26

b. Posttest ... 26

2. Wawancara ... 27

3. Observasi ... 28

4. Catatan Lapangan ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Instrumen Penelitian ... 29

(12)

vii

H. Teknik Analisis Data ... 35

1. Uji Persyaratan Analisis ... 35

a. Uji Normalitas ... 35

1) Uji Normalitas Pretest ... 36

2) Uji Nomrlaitas Posttest ... 36

b. Uji Homogenitas ... 37

1) Uji Homogenitas Pretest ... 37

2) Uji Homogenitas Posttest ... 37

2. Uji Hipotesis ... 38

I. Hipotesis Statistik ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Deskripsi Data ... 41

1. Pelaksanaan Pembelajaran ... 41

a. Kelas Eksperimen ... 41

1) Pertemuan Pertama ... 41

2) Pertemuan Kedua ... 42

3) Pertemuan Ketiga ... 42

4) Pertemuan keempat ... 43

b. Kelas Kontrol ... 44

1) Pertemuan Pertama ... 44

2) Pertemuan Kedua ... 44

3) Pertemuan Ketiga ... 45

4) Pertemuan Keempat ... 46

(13)

viii

3. Data Pretest IPS Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 49

a. Data Pretest IPS Kelompok Eksperimen ... 49

b. Data Pretest IPS Kelompok Kontrol ... 52

4. Data Posttest IPS Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 55

a. Data Posttest IPS Kelompok Eksperimen ... 55

b. Data Posttest IPS Kelompok Kontrol ... 57

B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 60

1. Pengujian Persyaratan Analisis ... 60

a. Uji Normalitas ... 60

1) Uji Normalitas Pretest ... 60

2) Uji Normalitas Posttest ... 61

b. Uji Homogenitas ... 62

1) Uji Homogenitas Pretest ... 62

2) Uji Homogenitas Posttest ... 63

2. Pengujian Hipotesis ... 63

C. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian ... 65

BAB V PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 68

(14)

ix

Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 28

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrument Penelitian ... 30

Tabel 3.5 Kriteria Besar Korelasi ... 33

Tabel 3.6 Klarifikasi Interprestasi Indeks Kesukaran ... 34

Tabel 3.7 Klarifikasi Interprestasi Daya Pembeda ... 35

Tabel 4.1 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 44

Tabel 4.2 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ... 45

Tabel 4.3 Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen ... 47

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelompok Eksperimen ... 48

Tabel 4.5 Deksripsi Data Pretest Kelompok Kontrol ... 49

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelompok Kontrol ... 50

Tabel 4.7 Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen ... 52

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Kelompok Eksperimen ... 53

Tabel 4.9 Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol ... 54

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Kelompok Kontrol ... 55

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Pretest ... 57

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Posttest ... 58

Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas Pretest ... 59

Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Posttest ... 60

(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Histogram Nilai Pretest Kelompok Eksperimen ... 49

Gambar 4.2 Histogram Nilai Pretest Kelompok Kontrol ... 51

Gambar 4.3 Histogram Nilai Posttest Kelompok Eksperimen ... 54

(16)

xi Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Tes

Lampiran 4 Soal Uji Instrumen Tes

Lampiran 5 Kunci Jawaban Instrumen Tes

Lampiran 6 Korelasi Skor Butir dengan Skor Total (UJi Validitas) Lampiran 7 Reliabilitas Tes

Lampiran 8 Daya Pembeda Lampiran 9 Tingkat Kesukaran

Lampiran 10 Soal Pretest dan Posttest

Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest

Lampiran 12 Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Lampiran 13 Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Lampiran 14 Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen

Lampiran 15 Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol Lampiran 16 Lembar Observasi Guru (Kelas Eksperimen) Lampiran 17 Lembar Observasi Guru (Kelas Kontrol) Lampiran 18 Lembar Observasi Siswa (Kelas Eksperimen) Lampiran 19 Lembar Observasi Siwa (Kelas Kontrol) Lampiran 20 Catatan Lapangan

Lampiran 21 Wawancara Guru IPS Kelas IV Setelah Pelaksanaan Tindakan Lampiran 22 Wawancara Siswa Kelas IV Setelah Pelaksanaan Tindakan Lampiran 23 Permohonan Surat Bimbingan Skripsi

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan.”1

Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati, dapat diketahui jika ada perubahan perilaku yang berbeda dari seseorang baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Melalui proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu membimbing dan memfasilitasi peserta didik agar mereka dapat memahami kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki, untuk selanjutnya memberi motivasi agar siswa terdorong untuk belajar sebaik mungkin untuk mewujudkan keberhasilan berdasarkan kemampuan yang mereka miliki.

Terutama di tingkat MI/SD yang merupakan lembaga pendidikan formal yang berperan penting dalam mengembangkan segala potensi dasar yang dimiliki peserta didik. Pengembangan potensi dasar peserta didik tersebut dapat dilakukan dengan berbagai upaya, salah satunya adalah melalui proses belajar mengajar. Untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar, sekolah harus menyediakan perangkat yang cukup agar dapat mengembangkan segala potensi dan kreativitas peserta didik secara optimal melalui penggunaan metode pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran.

Guru harus dapat memasuki dunia peserta didik dalam proses pembelajaran melalui perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini diperlukan kemampuan guru untuk memasuki dunia siswa baik sebelum maupun saat

(18)

berlangsungnya pembelajaran, sehingga dapat mewujudkan pembelajaran yang berhasil secara akademik karena membantu guru menyelesaikan pembelajaran lebih cepat, lebih melekat dan lebih bermakna dengan hasil belajar yang memuaskan.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru mata pelajaran IPS di MIN 15 Bintaro, beliau menggunakan metode pembelajaran seperti sosio drama, ceramah, diskusi dan tanya jawab, tetapi mayoritas menggunakan metode ceramah. Dan hasil wawancara penulis dengan siswa kelas IV A dan IV B di MIN 15 Bintaro, beberapa siswa menyukai IPS dan beberapa siswa tidak menyukai IPS. Tapi lebih banyak yang kurang menyukai IPS karena IPS materi yang banyak menghafal.

Dalam pembelajaran metode yang digunakan guru belum bervariasi. mengakibatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS sangat kurang memuaskan, nilai rata-rata mata pelajaran IPS kelas IV di MIN 15 Bintaro adalah 55 sedangkan KKM mata pelajaran IPS 65. Hal itu disebabkan oleh pemahaman siswa yang masih kurang terhadap materi pokok yang diajarkan, dan materi IPS cenderung menghafal materi. Siswa cenderung pasif dalam setiap proses KBM yang dilaksanakan di dalam kelas, walaupun ada beberapa dari siswa yang bersikap aktif dalam menjawab beberapa pertanyaan guru dengan pemahaman konsep yang kurang memadai.

(19)

3

Selain itu, jika siswa memiliki konsep materi lebih awal, pembelajaran menjadi terarah dan peserta didik menjadi paham materi yang akan disampaikan oleh guru. Kondisi kelas yang kurang kondusif semakin mempersulit tujuan pembelajaran dalam menciptakan komunikasi dua arah antara siswa dan guru. Guru harus melakukan diagnosis terhadap kondisi awal siswa, apakah peserta didik sudah membaca buku yang berisi materi yang akan dibahas dan apakah siswa memahami tentang materi yang akan dijelaskan.

Guru harus mampu mengambil tindakan untuk menenangkan suasana kelas sehingga terjadi interaksi yang kondusif antara guru dan peserta didik. Salah satu usaha untuk menstimulus siswa adalah dengan menggunakan media yang merangsang peserta didik untuk berpikir, cara lainnya adalah dengan menghubungkan materi yang akan dijelaskan dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik sebagai bahan apersepsi.2

Maka perlu diterapkan metode pembelajaran yang bernilai edukatif dan inovatif agar dapat membuat peserta didik untuk tertarik mengikuti proses pembelajaran di kelas. Guru IPS di MIN 15 Bintaro dalam pembelajaran kurang menggunakan metode yang bervariasi, hanya menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. Jika guru dalam pembelajaran hanya menggunakan metode tersebut akan terjadi kejenuhan pada siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Realitanya, Setiap siswa memiliki cara belajar yang berbeda-beda, maka diperlukan metode pembelajaran aktif yang harus diterapkan oleh guru pada saat penyampaian materi.

Banyak metode pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat selain dapat mengatur siswa di dalam kelas, juga dapat memberikan motivasi serta dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya secara optimal, dengan demikian siswa tidak hanya menyerap informasi dari guru, akan tetapi siswa dapat memahami konsep

(20)

IPS secara utuh karena adanya interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa lainnya.

Salah satu bentuk metode pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan pembelajaran aktif agar belajar mengajar tidak hanya berpusat pada guru, tetapi siswa juga dapat menggali potensi yang mereka miliki untuk memahami suatu materi pelajaran. Pembelajaran yang dapat menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan, dan pembelajaran aktif mempunyai beberapa metode yang bisa digunakan salah satunya ialah pembelajaran aktif dengan metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (Learning Starts With A Question), yaitu metode yang mengajak siswa untuk dapat bertanya dan menemukan jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan dengan berdiskusi sesama kelompoknya agar mereka lebih mengerti materi yang diajarkan oleh guru. Sebelum mereka mengemukakan pertanyaan terlebih dahulu mereka harus membaca dan memahami materi yang diberikan oleh guru agar mereka bisa mengemukakan pertanyaan yang mereka ingin ajukan dari materi yang belum mereka pahami.

Metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (Learning Starts With A Question) diharapkan dapat mengoptimalkan proses pembelajaran IPS di kelas karena dengan metode ini siswa diharuskan untuk memahami materi yang akan diberikan oleh guru dengan cara mendiskusikan sesama kelompoknya, selain itu mereka juga diminta untuk membuat pertanyaan-pertanyaan dari materi yang belum mereka pahami dengan cara seperti itu diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS, atas dasar hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPS

(21)

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. IPS merupakan mata pelajaran yang kurang diminati siswa karena menghafal materi.

2. Peserta didik kurang menguasai konsep awal materi pada saat proses KBM berlangsung.

3. Interaksi antara guru dan siswa kurang aktif.

4. Kegiatan mengajar yang kurang bervariasi, sehingga berdampak pada pencapaian hasil belajar yang rendah dalam aspek kognitifnya.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka penulis membatasi pada masalah:

1. Peserta didik kurang menguasai konsep awal materi pada saat proses KBM berlangsung.

2. Kegiatan mengajar yang kurang bervariasi, sehingga berdampak pada pencapaian hasil belajar yang rendah dalam aspek kognitifnya.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah Bagaimana pengaruh metode pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas IV MIN 15 Bintaro?

E. Tujuan Penelitian

(22)

F. Kegunaan penelitian

Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi program pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, diantaranya adalah :

1. Manfaat bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah terutama guru-guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar.

2. Manfaat bagi Guru

Bagi guru mata pelajaran Ilmu Pendidikan Sosial, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi alternatif pilihan untuk menggunakan metode pembelajaran yang lebih efektif dalam pembelajaran.

3. Manfaat bagi Peneliti

(23)

7 BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik

1. Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question

a. Pengertian Metode Learning Starts With A Question (LSQ) Suryo Budi Susanto berpendapat, “Metode learning starts with a question adalah metode dimana siswa diarahkan untuk belajar mandiri dengan membuat pertanyaan berdasarkan bacaan yang diberikan oleh guru.” 1 Kemudian siswa berusaha menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut melalui diskusi dengan siswa lain dan guru ikut membantu apabila siswa kesulitan dalam menemukan jawaban.

Hamruni mengungkapkan, “Metode Learning Starts With A Question (LSQ) adalah suatu metode pembelajaran dimana proses belajar sesuatu yang baru akan lebih efektif jika siswa aktif dalam bertanya sebelum mereka mendapatkan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari dari guru sebagai pengajar.”2

Salah satu cara untuk membuat siswa belajar secara aktif adalah dengan membuat mereka bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan dari pengajar. metode ini dapat memberikan stimulus siswa untuk mencapai kunci belajar, yaitu bertanya.

b. Langkah-langkah Metode Pembelajaran learning starts with a question

Agus Suprijono mengatakan, “Langkah-langkah penerapan metode pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ), adalah:”

1 Suryo Budi Susanto, Pengaruh Strategi Learning Starts With A Question Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi Memahami Sifat Dasar Sinyal Audio di SMK Negeri 2 Surabaya, (Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, No. 1, Tahun 2013), hal. 432.

2 Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran aktif-Menyenangkan, (Yugyakarta:

(24)

1) Pilih bacaan yang sesuai kemudian bagikan kepada siswa. Dengan cara memilih satu topik atau bab tertentu dari buku teks. Usahakan bacaan itu bacaan yang memuat informasi umum atau bacaan yang memberi peluang ntuk ditafsirkan berbeda-beda. 2) Mintalah kepada siswa untuk mempelajari bacaan secara sendiri

atau dengan teman.

3) Mintalah kepada siswa untuk memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahami. Anjurkan kepada mereka untuk memberi tanda sebanyak mungkin. Jika waktu memungkinkan, gabungkan pasangan belajar dengan pasangan yang lain, kemudian minta mereka untuk membahas poin-poin yang tidak diketahui yang telah diberi tanda.

4) Di dalam pasangan atau kelompok kecil, minta kepada siswa untuk menuliskan pertanyaan tentang materi yang telah mereka baca.

5) Kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah ditulis oleh siswa. 6) Sampaikan materi pelajaran dengan menjawab

pertanyaan-pertanyaan tersebut.3

Teknik bertanya merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk mengajukan sejumlah pertanyaan kepada siswanya dengan memperhatikan karakteristik dan latar belakang siswa. Dengan mengajukan pertanyaan yang menantang, siswa akan terangsang untuk berimajinasi sehingga dapat mengembangkan gagasan-gagasan barunya yang berisi tentang informasi yang lengkap. Dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan penting, sebab bertanya dapat membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dibicarakan, menuntun proses berpikir siswa, dan memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.

3Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka

(25)

9

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question

“Sudrajat dalam blognya mengatakan bahwa terdapat kelebihan dan kelemahan dalam Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question. Diantaranya adalah:

1) Kelebihan Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question a) Siswa lebih siap memulai pelajaran, karena siswa telah terlebih dahulu belajar sehingga mempunyai sedikit gambaran dan lebih paham setelah mendapat tambahan penjelasan dari guru;

b) Siswa menjadi aktif bertanya;

c) Materi dapat diingat lebih lama oleh siswa;

d) Kecerdasan siswa lebih diasah pada saat siswa belajar untuk mengajukan pertanyaan;

e) Mendorong tumbuhnya keberanian siswa untuk mengutarakan pendapat secara terbuka dan memperluas wawasan siswa melalui bertukar pendapat;

f) Siswa belajar memecahkan masalah sendiri dan bekerjasama antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai; g) Dapat mengetahui mana siswa yang belajar dan mana siswa

yang tidak belajar.

2) Kekurangan Metode Pembelajaran Learning Starts With A Question

a) Membutuhkan waktu panjang jika banyak pertanyaan yang dilontarkan siswa;

b) Jika guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab, pertanyaan atau jawaban bisa melantur jika siswa tersebut tidak belajar atau tidak menguasai materi;

(26)

d) Mensyaratkan siswa memiliki latar belakang yang cukup tentang topik atau masalah yang diskusikan.4

2. Hakikat Belajar a. Pengertian Belajar

Slameto berpendapat, “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” 5 Jamil Suprihatiningrum berpendapat, “Belajar merupakan suatu proses perubahan kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan.”6Syaiful Bahri Djamarah mengungkapkan, “Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.”7

Dengan demikian, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan dengan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun dapat diartikan sebagai belajar karena pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian yang bersangkutan.

b. Teori Belajar

Berikut ini akan dikemukakan beberapa teori belajar, yang merupakan hasil penyelidikan para ahli psikologi sesuai dengan aliran

4Hamruni., op.cit., hal. 280.

5 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2010), hal. 2.

6 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktek, (Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media, 2013), hal. 13.

(27)

11

psikologinya masing-masing. Ngalim Purwanto berpendapat, “Teori belajar yang terkenal dalam psikologi antara lain adalah:”8

1) Teori Conditioning

a) Teori Classical Conditioning (Pavlov dan Watson)

Maka menerut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menemukan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini ialah hal belajar yang terjadi secara otomatis.

b) Teori Conditioning dari Guthrie

Masih dalam rangka uraian tentang teori conditioning, berikut ini diuraikan sekedarnya teori Guthrie yang kami anggap penting untuk diketahui Guthrie mengemukakan bagaimana cara metode untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik, berdasarkan teori conditioning Guthrie juga mengemukakan baha tingkah laku manusia itu secara keseluruhan dapat dipadang sebagai deretan-deretan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini reaksi atau respon dari stimulus sebenarnya dan kemudian unit tersebut menjadi pula stimulus yang kemudian menimbulkan response bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Demikianlah seterusnya sehingga merupakan deretan-deretan unit tingkah laku yang terus-menerus.

c) Teori Operant Conditioning (Skinner)

Sepeti Pavlov dan Watson, Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsangan dan respons.

(28)

Hanya perbedaannya Skinner membuat perincian lebih jauh Skinner membedakan adanya dua macam respons, yaitu:

(1) Respondent response (ferlexive response), respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu. Misalnya, keluar air liur setelah lihat makanan tertentu. Apa umumnya, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respon yang ditimbulkannya.

(2) Operant response (instrumental response), respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing stimull atau reinforce, karena perangsang itu memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi yang demikian itu mengikuti (dan karenanya memperkuat) sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan.

d) Teori Systematic Behavior (Hull)

Clark C. Hull mengemukakan teorinya, yaitu bahwa suatu kebutuhan atau keadaan terdorong (oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi, ambisi) harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu.

2) Teori Conectionism (Thorndike)

Proses belajar menurut Thorndike melalui proses:

a) Trial and error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan), dan

(29)

13

Sedangkan segala tingkah laku yang berakibat tidak menyenangkan akan dihilangkan atau dilupakannya. Tingkah laku ini terjadi secara otomatis.

3) Teori Belajar menurut Psikologi Gestalt

Maka belajar menurut psikologi Gestalt bukan hanya sekedar merupakan proses asosiasi antara stimulus-respons yang makin lama makin kuat karena adanya latihan-latihan atau ulangan-ulangan. Dengan singkat, belajar menurut psikologi Gestalt dapat diterangkan sebagai beriku:

a) Dalam belajar faktor pemahaman atau pengertian merupakan faktor yang penting. Dengan belajar dapat memahami atau mengerti hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. b) Dalam belajar, pribadi atau organisme memegang peranan

yang paling central. Belajar tidak hanya dilakukan secara reaktif-mekanistis belaka, tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif dan bertujuan.

Yang penting bagi kita sebagai pendidik ialah mengambil manfaat dari masing-masing teori itu, dan menggunakannya dalam praktek sesuai dengan situasi dan materi yang dipelajari dan diajarkan. Sebab kita mengetahui bahwa macam-macam cara belajar yang dikemukakan oleh berbagai teori belajar tersebut di atas dalam batas tertentu berlaku pula bagi manusia apabila teori yang dikemukakan oleh psikologi Gestalt.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

(30)

tujuan pembelajaran. Hasil belajar setiap peserta didik memiliki karakteristik dan hasil belajar yang berbeda-beda. Ngalim purwanto berpendapat, “faktor-faktor itu, dapat kita bedakan menjadi dua golongan:”

1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual, antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial, antara lain: faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan motivasi sosial.9

3. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar

Nana Sudjana mengatakan, ”Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”10 Hasil belajar yang dimaksud dapat berupa pemahaman siswa mengenai pelajaran yang telah diberikan, atau dapat berupa analisis terhadap suatu hal, dan dapat pula dalam bentuk pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa terhadap suatu hal tertentu.

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Ngalim Purwanto, menurutnya, “Hasil belajar adalah hasil-hasil pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu.”11 Hasil belajar yang dimaksud dapat berupa tes, ulangan harian, atau evaluasi akhir. Gredler mengatakan bahwa “Hasil belajar merupakan respon (tingkah laku) yang baru.”12 Sedangkan menurut Hamalik,

9Ngalim Purwanto, ibid., hal. 102.

10 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2001), hal. 22.

11 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:PT Remaja

Rosdakarya, 1994), Cet VII, hal. 33

12 Nurdin Ibrahim, Pengaruh Pembelajaran Berbantuan KomputerTerhadap Hasil Belajar,

(31)

15

“Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam situasi tertentu berkat pengalamannya yang berulang-ulang.”13

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan bukti pencapaian kemampuan belajar yang diperoleh siswa setelah melalui serangkaian kegiatan pembelajaran, yang bertujuan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Agus Suprijono mengatakan bahwa, “Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Masing- masing kemampuan meliputi:”

1) Domain kognitif meliputi: knowledge (pengetahuan, ingatan), omprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,), evaluation (menilai).

2) Domain afektif terdiri dari: receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakteristik).

3) Domain psikomotorik terdiri dari: mencakup kemampuan produktif, tekink, fisik, sosial dan intelektual.14

b. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pada dasarnya hasil belajar siswa yang baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan siswa itu saja, akan tetapi masih ada hal lain yang juga menjadi faktor penentu yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai keberhasilan

13 Ahmad Jamalong, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Kooperatif NHT di

Kelas X SMA Negeri 1 Beduai Kabupaten Sanggau, (Jurnal Pendidikan & Kebudayaan, No. 4, Desember 2012).

(32)

belajar siswa. Ngalim Purwanto berpendapat, “faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:”

1) Faktor Eksternal dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor lingkungan dan faktor instrumental. Yang dikategorikan faktor lingkungan antara lain: alam dan sosial. Sedangkan yang dikategorikan faktor instrumental antara lain: kurikulum/bahan pelajaran, guru/pengajar, sarana, fasilitas, dan administrasi/manajemen.

2) Faktor internal dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor fisiologi dan faktor psikologi. Yang dikategorikan faktor fisiologi antara lain: kondisi fisik dan kondisi panca indera. Sedangkan yang dikategorikan faktor psikologi antara lain: bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemamapuan kognitif.15

4. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian IPS

Istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menenagah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “social studies” dalam kurikulum persekolahan di Negara lain, khususnya di Negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat.16

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu social dan kewarganegaraan.17

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. IPS juga dirumuskan atas dasar realita dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial.18

15Ngalim Purwanto., op.cit., 107.

16 Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet 1, hal. 19.

17 Arnie Fajar, Portofolio Dalam Pelajaran IPS, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet

1, hal. 110.

18 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka,

(33)

17

Jadi IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial. Dan IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana peserta didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitar. Pembelajaran IPS membantu peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya.

b. Tujuan Pembelajaran IPS

Tujuan mata pelajaran IPS di SD dan MI adalah:

1) Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis;

2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan social;

3) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan;

4) Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara rasional maupun global.19

Tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.20

Dan tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS disekolah diorganisasikan secara baik. Jadi kesimpulannya tujuan dari pembelajaran IPS adalah untuk mendidik

19Arnie Fajar., ibid., hal. 110-111.

(34)

dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

c. Karakteristik Pembelajaran IPS

Karakteristik pembelajaran IPS yang membedakan dengan pembelajaran ilmu-ilmu social lainnya (geografi, sejarah, ekonomi, hokum dll). A. Kosasih Djahiri mengatakan bahwa ciri dan sifat utama dari pembelajaran IPS, sebagai berikut:

1) IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya;

2) Pembahasan IPS tidak hanya dari saru bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif (meluas/dari berbagai ilmu sosial lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu) digunakan untuk menaalah satu masalah/tema/topic. Pendekatan seperti itu disebut pendekatan integrated, pendekatan broadfield, dan multiple resources (banyak sumber);

3) Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar nquiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional dan analitis;

4) Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya;

5) Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.21

21Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iin Siti Masyitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar

(35)

19

d. Pendekatan-pendekatan Pembelajaran IPS

Adapun pendekatan-pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran IPS baik dalam mengembangkan program maupun metode pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1) Siswa sentris, dimana faktor siswa diutamakan;

2) Kemasyarakatan sentris (Community Oriented), dimana masalah kehidupan nyata dan kemasyarakatan yang dijadikan sumber dan bahan serta tempat pembelajaran;

3) Ekosistem, dimana factor lingkungan fisik maupun budayanya selalu dijadikan pertimbangan dalam pembelajaran IPS;

4) Bersifat meluas (Komprehensif-Broadfield, Multidimensional), dengan pola pengorganisasian bahan yang terpadu (integrated) an bersifat korelated (bertautan dan berkesinambungan);

5) Menggunakan teknik inkuiri dan menunjukkan student active learning ( siswa belajar dengan aktif) sebagai media pembelajaran utama dan sekaligus akan melahirkan Cara Mengajar Guru Aktif (CMGA);

6) Tujuan (Oriented), maksudnya program dan pelaksanaan pembelajatannya berfokus pada Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang telah ditentukan sebagai pengarah program dan sasaran;

7) Integrated (terpadu) menelaah suatu permasalahan social dari berbagai konsep dan sudut pandang ilmu-ilmu social dan lainnya; 8) Efisien dan efektif, efesien dari segi tenaga/biaya dan ekeftif dari

segi waktu dengan hasil yang maksimal.22

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Linda Feni Haryati, “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Learning Starts With

(36)

A Question”, Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi.

Terdapat perbedaan keaktifan belajar siswa secara signifikan antara siswa kelas X MAN Yogyakarta III yang memperoleh pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Learning Starts With A Question dengan model pembelajaran Konvensional. Dan terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar Matematika siswa secara signifikas antara siswa kelas X MAN Yogyakarta III yang menggunakan model pembelajaran Learning Starts With A Question dengan model pembelajaran Konvensional.

2. Nur Komariah, “Pengaruh Penggunaan Strategi Learning Starts With A Question Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV di SDN Marunda”. Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Bahwa ada pengaruh strategi pembelajaran Learning Starts With A Question terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV. Dari hasil perhitungan uji validitas pada 35 butir soal maka 30 soal yang dinyatakan valid karena didapat rhitung rtabel. Setelah pengujian validitas dilanjutkan reliabilitas dengan menggunakan rumus K-R 20 (Kuder Richardason) diperoleh reliabilitas hitung 0,90. Karena nilai r 11 rtabel yakni 0,90 0,316 maka butir soal dinyatakan reliabel dan layak digunakan untuk penelitian.

(37)

21

didapat nilai Fhitung dan Ftabel berturut-turut sebesar 1,073 dan 1,785. Berdasarkan kriteria pengujian karena Fhitung Ftabel atau (1,073 1,785). Maka sampel kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kondisi homogen.

Uji hipotesis dengan uji-t diperoleh hasil thitung sebesar 2,307 dan ttabel sebesar 1,671. Karena thitung ttabel atau 3,064 1,671 maka H0 ditolak. Hal ini berarti ada Pengaruh Strategi Pembelajaran Learning Start With A Question Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Marunda 03 Pagi Jakarta Utara.

3. Zahrotun Sholihah “Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Siswa dengan Menerapkan Strategi Pembelajaran Aktif Metode Learning Starst With A Question” Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Penerapan strategi pembelajaran aktif metode learning starts with a question dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika. Peningkatan ini terlihat pada lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa yang menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II. Dari empat indikator aktiitas belajar siswa yang diukur, seluruh aspek aktivitas dapat ditingkatkan melalui strategi pembelajaran aktif metode learning starts with a question yaitu aktivitas memperlihatkan gambar, mengajukan/membuat pertanyaan, menanggapi penjelasan/menjawab pertanyaan, dan senang selama proses pembelajaran.

(38)

C. Kerangka Berpikir

Sampai saat ini pelajaran IPS cenderung kurang diminati oleh peserta didik karena menghafal materi. Hal itu disebabkan oleh pemahaman siswa yang kurang terhadap materi pokok yang diajarkan. Siswa cenderung pasif dalam setiap proses KBM yang dilaksanakan di dalam kelas, dan penguasaan konsep awal siswa yang tidak terbentuk sejak proses KBM dimulai. Bahkan sebagian dari mereka belum mengetahui materi apa yang akan dipelajari pada saat itu, mereka melaksanakan proses pembelajaran tanpa adanya kesiapan berupa pengetahuan dasar.

Penerapan suatu model, strategi atau metode dalam pembelajaran suatu hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa pada penguasaan materi, karena itu dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi dan metode pembelajaran yang tepat, efektif, efesien dan mencapai pada tujuan yang diharapkan salah satunya dapat melibatkan siswa secara aktif, menarik minat dan perhatian siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dalam metode pembelajaran Learning Starts With A Question, Siswa di minta untuk membaca dan memahami bacaan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan, lalu dari bacaan tersebut beri tanda pada bagian yang tidak dipahami. Selanjutnya bahas poin-poin yang tidak diketahui yang telah diberi tanda dengan teman atau kelompok kecil, minta kepada siswa untuk menuliskan pertanyaan tentang materi yang telah mereka baca. Dan sampaikan materi pelajaran dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

(39)

23

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah ”terdapat pengaruh metode pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS kelas IV di MIN 15 Bintaro.

H0 : Tidak terdapat pengaruh metode pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS kelas IV di MIN 15 Bintaro.

(40)

24

Adapun tempat penelitiannya adalah di MIN 15 Bintaro, Jl. Mawar I Rempoa-Bintaro Jakarta Selatan. Waktu penelitiannya adalah semester genap bulan Januari-September 2014. Jadwal kegiatan penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Penelitian Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agts Sept Penyusunan Proposal

Skripsi 

Wawancara 

Observasi (Studi

Lapangan) 

Penyusunan

Instrumen Penilaian 

Uji Instrumen 

Kegiatan Penelitian  

Pengolahan Data 

Teknis Analisis Data  

Penyusunan Laporan

(41)

25

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi ekperimen. Peneliti menguji coba metode pembelajaran aktif memulai pelajaran dengan pertanyaan (Learning Starts With A Question) untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa dengan membandingkan tes hasil belajar IPS antara siswa yang menggunakan metode pembelajaran aktif memulai pelajaran dari bertanya (Learning Starts With A Question) sebagai kelas eksperimen dan siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional sebagai kelas kontrol.

Desain penelitian yang digunakan adalah Two Group Randomized Subjects Pretest Posttest. Desain penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2

Desain Penelitian Two Group Randomized Subject Pretest Posttest

Kelompok Pretest Treatmen Posttest

(R) E Y X E Z

(R) K Y - Z

Keterangan:

(R) E = Kelompok eksperimen (R) K = Kelompok kontrol Y = Tes awal yang diberikan

X E = Perlakuan kelompok eksperimen Z = Tes yang diberikan

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

(42)

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”1 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas IV MIN 15 Bintaro, Tahun Ajaran 2013/2014 sejumlah 3 kelas.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan dari guru. Penentuan sampel dilakukan dengan memilih dua kelas yang memiliki kesamaan karakter, baik dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotoriknya, kelas yang terpilih sebagai kelas eksperimen dalam penelitian ini adalah kelas IV A yang berjumlah 38 siswa, sedangkan kelas yang terpilih sebagai kelas kontrol adalah kelas IV B dengan jumlah 38 siswa.

D. Instrumen Pengumpulan Data 1. Tes

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tes. Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.2 Menggunakan dua tes, yaitu pretest dan posttest sebagai berikut:

a. Pretest

Data hasil pretest diperoleh dari pemberian tes awal pelajaran sebelum diadakan tindakan terhadap pembelajaran. tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dalam memahami dan mengenal materi yang akan dipelajari.

b. Posttest

Data hasil tes akhir ini diambil dari pemberian tes kepada peserta didik setelah dilakukan tindakan pembelajaran. tujuan tes ini adalah untuk

1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2008), hal. 80.

(43)

27

mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik dalam mempelajari suatu materi yang diberikan.

Tes yang diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda (PG). Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Tes dalam teknik penelitian merupakan sebagai cara yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa setelah memperoleh pengajaran.

2. Wawancara

Dalam teknik wawancara dikenal adanya dua macam pendoman wawancara, yaitu:3

a. Wawancara berstruktur, pewawancara sudah mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berupa pokok-pokok persoalan saja, kuesioner tertutup, kuesioner terbuka, kuesioner campuran atau esai bebas.

b. Wawancara tidak berstruktur, pewawancara tidak menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu, melainkan langsung mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan kepada responden dan mencatat jawabannya secara langsung pula.

Wawancara dilakukan dengan guru IPS dan siswa kelas IV pada penelitian pendahuluan untuk mengetahui permasalahan yang ada di sekolah. Wawancara dilakukan untuk mengungkapkan kebiasaan yang dilakukan oleh guru dan siswa selama pembelajaran IPS dan hasil belajar yang didapat oleh siswa serta cara guru dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas.

3 Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hal.

(44)

3. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada penelitian. S. Margono mengungkapkan, “Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga berada bersama objek yang diselidiki.”4 Observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dan lembar observasi kegiatan guru. Aktivitas siswa yang diamati ketika proses pembelajaran disesuaikan dengan indilator Learning Starts With A Question (LSQ).

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek dan objek. Catatan lapangan ini memuat kondisi siswa pada saat proses pembelajaran dengan menerapkan metode Learning Starts With A Question (LSQ).

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang telah diperoleh diklarifikasikam berdasarkan analisis kaitan logisnya, kemudian diinterprestasikan dan disajikan secara actual dan sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian.

Tabel 3.3

Teknik Pengumpulan Data

No. Instrument Kegiatan Pengumpulan Data

1. Tes Soal pretest diberikan sebelum pembelajaran,

(45)

29

sedangkan soal posttest di akhir pertemuan dengan menggunakan metode pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ).

2. Wawancara

Dilaksanakan sebelum tindakan karena untuk mengetahui permasalahan-permasalahan proses pembelajaran di kelas dan wawancara juga dilaksanakan setelah tindakan dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ).

3. Observasi

Dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, hal yang diamati aktivitas siswa dan guru yang muncul selama proses pembelajaran berlansung.

4. Catatan Lapangan

Dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, hal yang diamati berupa kondisi siswa selama proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ).

F. Instrumen Penelitian

(46)

Sebelum dibuat instrumen, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal untuk menentukan ruang lingkup dan tekanan tes yang setepat-tepatnya sehingga dapat menjadi petunjuk dalam penulisan soal. Sebelum digunakan untuk penelitian instrumen, instrumen terdiri dari 40 soal tersebut terlebih dahulu diuji cobakan kepada siswa di kelas atas, guna mengukur validitas dan reliabilitas.

(47)
(48)

sumber daya

G. Kontrol Terhadap Validitas Internal

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui instrument tes hasil belajar IPS bentuk objektif yang diberikan kepada siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Namun sebelum instrument tersebut diujicobakan kepada responden untuk menguji butir soal yang valid, reliabilitas instrument, indeks kesukaran dan daya pembeda soal. Berikut ini prosedur pengujian validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda soal.

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.5 Untuk mengukur validitas soal tersebut menggunakan ANNATES versi 4.0.2. Dari hasil penghitungan terhadap 40

5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,

(49)

33

butir soal yang diujicobakan, maka soal yang tidak valid disisihkan. Butir soal yang valid berjumlah 25 soal, dan yang tidak valid berjumlah 15 soal (pada lampiran 6).

2. Reliabilitas

Suatu alat ukur memiliki reliabilitas yang baik jika alat ukur itu memiliki konsistensi yang handal walau dikerjakan oleh siapapun (dalam level yang sama), dimanapun dan kapanpun. Selain pengujian validitas, sebuah tes juga hasrus memiliki reliabilitas. Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya.

Tes hasil belajar yang baik harus memiliki reliabilitas yang harus dipercaya, artinya setelah tes hasil belajar itu dilaksanakan berulang kali terhadap subyek yang sama, hasilnya selalu relatif sama. Uji ini dilakukan dengan menggunakan program ANNATES versi 4.0.2 dengan kriteria kategori reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kriteria Besar Korelasi

Nilai Korelasi Kriteria

r

11 0,20 Tidak ada korelasi

0,20

r

11 0,40 Korelasi rendah

0,40

r

11 0,70 Korelasi sedang

0,70

r

11 0,90 Korelasi tinggi

0,90

r

11 1,00 Korelasi sangat tinggi

(50)

3. Indeks Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran untuk setiap item soal menunjukkan apakah butir soal itu tergolong sukar, sedang atau mudah. Tingkat kesukaran merupakan salah satu analisis kuantitatif proporsi atau perbandingan siswa yang menjawab benar dengan keseluruhan siswa yang mengikuti tes.

Indeks kesukaran rentangnya dari 0,0 – 0,1. Semakin besar indeks kesukaran menunjukkan semakin mudah butir soal dan sebaliknya semakin rendah indeks kesukaran menunjukkan semakin sulit butir soal. Tingkat kesukaran dapat diketahui dengan menggunakan program ANNATES. Tingkat kesukaran yang baik adalah P = 0,5 atau 0,15. dengan klasifikasi sebagai berikut:

Table 3.6

Klasifikasi Interprestasi Indeks Kesukaran

Nilai IK Interprestasi

IK = 0,00 Sangat sukar

0,00 IK 0,30 Sukar

0,30 IK 0,70 Sedang

0,70 IK 1,00 Mudah

IK = 1,00 Sangat mudah

Hasil penghitungan butir soal menunjukkan dari 40 butir soal yang diujikan terdapat 20 butir soal sangat mudah, 8 butir soal mudah, 7 butir soal sedang, 2 butir soal sukar, dan 3 butir soal sangat sukar (pada lampiran 8).

4. Daya Pembeda Soal

(51)

35

menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Untuk mengetahui daya pembeda dapat dilakukan dengan program ANNATES versi 4.0.2. Klasifikasi interprestasi daya pembeda tiap butir soal yang digunakan adalah sebagai berikut:6

Table 3.7

Klasifikasi Interprestasi Daya Pembeda

Nilai Dp Interprestasi

0,00 – 0,20 Buruk

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

Hasil 40 butir soal yang diujikan menunjukkan terdapat 4 soal berkategori baik sekali, 2 soal berkategori baik, 10 soal berkategori cukup, dan 24 soal berkategori buruk (pada lampiran 9).

H. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh, kemudian dilakukan perhitungan statistik dan membandingkan hasil belajar IPS kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Perhitungan statistik meliputi uji persyaratan analisis dan uji hipotesis. Uji persyaratan analisis terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah sebaran data pada dua kelompok sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak.

(52)

Analisis data ini menggunakan SPSS 16 for windows version dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnova. Syarat suatu data dapat dikatakan berdistribusi normal adalah jika signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05. 1) Uji Normalitas Pretest

Kelompok Kolmogorov-Smirnov

a

Statistic df Sig.

Pretest Eksperimen .121 38 .171 Kontrol .128 38 .121 a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan hasil uji normalitas data di atas menunjukkan bahwa hasil pretest kelompok eksperimen signifikansinya 0,171. Hal itu menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena signifikansinya 0,171 > 0,05. Begitu pun dengan hasil pretest kelompok kontrol signifikansinya 0,121. Hal itu juga menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena signifikansinya 0,121 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil pretest baik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol keduanya berdistribusi normal.

2) Uji Normalitas Posstest

Kelompok Kolmogorov-Smirnov

a

Statistic df Sig.

Posttest Eksperimen .110 38 .200 Kontrol .132 38 .092 a. Lilliefors Significance Correction

(53)

37

signifikansinya 0,092 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil posttest baik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol keduanya berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut memiliki tingkat varian data yang sama atau tidak. Analisis ini menggunakan SPSS 16 for windows version yaitu One Way Anova. Jika hasil uji homogenitas ditunjukkan bahwa tingkat signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian yang dimiliki oleh sampel yang bersangkutan tidak jauh berbeda, maka sampel-sampel tersebut homogen.

1) Uji Homogenitas Pretest

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.604 8 27 .170

Berdasarkan hasil uji homogenitas data pretest di atas, menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya adalah 0,170. Maka dengan hasil uji homogenitas di atas disimpulkan bahwa varian yang dimiliki kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak jauh berbeda dan cukup homogen karena 0,170 > 0,05.

2) Uji Homogenitas Posttest

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.247 10 30 .307

(54)

eksperimen dan kelompok kontrol tidak jauh berbeda dan cukup homogen karena 0,307 > 0,05.

2. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian populasi data dengan menggunakan normalitas dan homogenitas, apabila data populasi berdistribusi normal dan data populasi homogen maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh metode pembelajaran LSQ (Learning Starts With A Question) dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

Posttest Eksperimen -

Kontrol 5.00000 13.97875 2.26765 .40530 9.59470 2.205 37 .034

(55)

39

parametrik yang digunkana pada penelitian ini adalah Uji Mann-Whitney (Uji “U”) untuk sampel besar dengan taraf signifikan α = 0,05. Rumus Uji Mann -Whitney (Uji “U”) yang digunakan yaitu:

U = n

1

n

2

+

R

1

Dimana,

U = Statistik Uji Mann Whitney n1n2 = Ukuran sampel pada kelas 1 dan 2

R1 = Jumlah rangking pada sampel dengan ukuran n1 (n terkecil)

Untuk sampel berukuran besar (n 20), dapat digunakan pendekatan ke distribusi normal dengan bentuk statistik sebagai berikut:

z =

=

Dimana, z = statistik uji z yang berdistribusi normal N(0,1). Dengan hipotesis statistik

H0 = z = z0 H1 = z z1

I. Hipotesis Statistik

Perumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut: H0 : 1 = 2

H1 : 1≠ 2

Keterangan:

(56)
(57)

41 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Pelaksanaan Pembelajaran

Penelitian ini dilakukan pada saat pengajuan proposal dimulai pada Januari. Sedangkan pengambilan data dilakukan pada April-Mei 2014 di MIN 15 Bintaro yang memiliki jumlah siswa kelas IV semester genap sebanyak 38 siswa di kelas IVA dan IVB. Kelas IVA dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kelas IVB jadikan sebagai kelompok kontrol. Sebelum melakukan proses pembelajaran, peneliti memberikan pretest kepada kedua kelas ini untuk diuji kesamaan varian dan keduanya menunjukkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen. Hal ini menunjukkan jika sebelum diberi perlakuan kedua kelas ini memiliki kemampuan awal yang sama, terbukti dari varian yang tidak jauh berbeda di antara kedua kelas tersebut.

a. Kelas Eksperimen

1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama di kelas ekperimen, sebelum guru menyampaikan materi peserta didik diminta mengerjakan pretest untuk mengetahui pengetahuan awal setiap individu. Selanjutnya peserta didik berkumpul dengan kelompok masing-masing. Setiap peserta didik diminta membaca materi yang akan dibahas hari, lalu berilah tanda pada bagian yang kurang dipahami.

Gambar

Gambar 4.1 Histogram Nilai Pretest Kelompok Eksperimen  .........................................
gambaran dan lebih paham setelah mendapat tambahan
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Desain PenelitianTabel 3.2  Two Group Randomized Subject Pretest Posttest
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelebihan dari metode Learning Starts With A Question adalah: (i) siswa menjadi siap memulai pelajaran, karena siswa belajar terlebih dahulu sehingga memiliki sedikit

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keberanian bertanya dalam pelajaran IPS melalui strategi Learning Starts With a Question.Subyek penelitian adalah guru

dapat penel iti rumuskan sebagai berikut:”Apakah melalui penggunaan strategi learning starts with a question dapat meningkatkan keberanian bertanya. dalam pelajaran IPS

Metode learning starts with a question adalah suatu strategi pembelajaran aktif dalam bertanya, agar siswa aktif dalam bertanya maka siswa diminta untuk mempelajari materi

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa ada perbedaan hasil belajar IPS antara peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode

Pengaruh strategi pembelajaran aktif metode memulai pelajaran dengan pertanyaan (Learning Start With a Question) terhadap hasil belajar siswa.. Jakarta: Skripsi

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran learning starts with a question terhadap hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi

yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran learning starts with a question adalah 81,06 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siwa