• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG CALON PRESIDEN JOKO WIDODO PADA MASA KAMPANYE PILPRES 2014 Analisis Framing Pada Media Online Detik.com dan Inilah.com Edisi 3-5 Juli 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSTRUKSI MEDIA ONLINE TENTANG CALON PRESIDEN JOKO WIDODO PADA MASA KAMPANYE PILPRES 2014 Analisis Framing Pada Media Online Detik.com dan Inilah.com Edisi 3-5 Juli 2014"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

S฀RIPSI

Oleh:

Maharani Eka Sari

NIM: 09220425

PROGRAM STUDI ILMU ฀OMUNI฀ASI

FA฀ULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITI฀

(2)
(3)

Dialah Tuhan semesta alam. Berkat karaunia Nya yang sangat besar, sehingga

peneliti mampu menyelesaikan skripsi yang berda dihadapan pembaca saat ini.

Limpahan salam dan shalawat untuk Nabi Besar Muhammad SAW.

฀arya tulis akhir ini, dilaksanakan untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan program sarjana Ilmu ฀omunikasi di Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang. Teririg rasa hormat peneliti

mengucapkan terimakasih kepada orang-orang terdekat yang telah memberikan

inspirasi dan bimbingan, sehingga karya tulis akhir ini bisa dinikmati oleh para

pembaca. Adapun pihak yang disebut yaiu:

1. Bapak Dr. Muhadjir Effendy. M. AP, selaku Rektr Universitas

Muhammdiyah Malang,

2. Bapak Drs. Faris Rusman, M. Si, selaku pembimbing pertama yang

telah memberikan kritik, saran, pengarahan, serta kemudahan selama

penelitian ini berlangsung,

3. Bapak Novin Faris Setyo Wibowo, M. Si, selaku pembimbing kedua

yang telah memberikan kemudahan dan saran selama proses

penyelesaian penelitian ini,

4. Bapak, Ibu dosen Ilmu ฀omunikasi yang telah memberikan ilmu

(4)

kritik dan saran penelti harapkan sebagai bahan perbaikan dan

penyempurnaan dari karya tulis akhir ini. Peneliti berharap semoga karya

tulis ini dapat berguna bai kita semua, Amin.

Malang, 25 April 2015

Penulis

฀AFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ...i

LEMBAR PENGESAHAN ...ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ...iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKIRPSI ...iv

ABSTRAK ...v

KATA PENGANTAR ...vii

฀AFTAR ISI ...xi

I. PEN฀AHULUAN ...1

A. LATAR BELA฀ANG ...1

B. RUMUSAN MASALAH ...10

C. TUJUAN PENELITIAN ...10

(5)

A. Pengertian ฀omunikasi ...11

B. Macam-Macam ฀omunikasi ...14

C. Pengertian Media Massa ...15

D. Macam-Macam ฀onteks Media Massa ...17

E. Pengertian Media

฀nline

...23

F. ฀arakteristik Media

฀nline

...23

G. Sifat Pesan Media

฀nline

...24

E.2. Internet Sebagai Media Baru...25

E.3. Surat ฀abar

฀nline

sebagai Industri ...28

E.4. Surat ฀abar

฀nline

sebagai Intitusi Politik ...29

E.5. ฀onstruksi Media tentang Realitas ...32

E.6. ฀onstruksi Sosial dalam Paradigma ฀onstruktivisme ...36

E.7. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap ฀onstruksi Media

Tentang Realitas ...42

F. DEFINISI ฀ONSEPTUAL ...46

G. METODE PENELITIAN ...49

G.1. Pendekatan Penelitian ...49

G.2. Subjek dan Objek Penelitian ...50

G.3. Sumber dan Cara Memperoleh Data ...50

G.4. Teknik Pengumpulan Data ...51

G.5. Tenik Analisi Data ...51

G.6. Analisis Framing Zhongdan Pan dan Gerald M. ฀osicki ...53

G.7. Teknik ฀eabsahan Data ...56

II. GAMBARAN OBJEK PENELITIAN ...57

A. GAMBARAN UMUM DETI฀.COM...57

A.1. Sejarah Detik.com ...58

A.2. Visi dan Misi Detik.com...59

A.3. Struktur Manajemen Detik.com ...60

A.4. Struktur Redaksi Detik.com ...60

A.5. Rubik Berita Detik.com ...65

A.6. Alamat Redaksi ...68

A.7. Logo Detik.com ...69

A.8. Tampilan Halaman Detik.com ...70

B. GAMBARAN UMUM INILAH.COM ...71

B.1. Sejarah Inilah.com ...71

B.2. Struktur Redaksi Inilah.com ...71

B.3. Rubik Berita Inilah,com ...74

B.4. Alamat Redaksi Inilah.com ...78

B.5 Logo Inilah.com ...78

B.6. Tampilan Halaman Inilah.com ...79

(6)

A.3. ฀onstruksi Detik.com tentang Revolusi Mental Jokowi...89

B. ฀ONSTRU฀SI INILAH.COM ...95

B.1. ฀onstruksi Inilah.com tentang Jokowi Yang Terkait

฀asus ฀orupsi ...95

B.2. ฀onstruksi Inilah.com tentang Citra Jokowi ...100

B.3. ฀onstruksi Inilah.com tentang gagasan revolusi Mental

Jokowi ...103

C. PERBANDINGAN ฀ONSTRU฀SI DETI฀.COM DAN

INILAH.COM TENTANG CALON PRESIDEN

JO฀O WIDODO...107

IV. PENUTUP ...113

A. ฀ESIMPULAN ...113

B. RE฀OMENDASI ...115

B.1. Rekomendasi Akademis ...115

B.2. Rekomendasi Sosial ...116

฀AFTAR PUSTAKA

Buku

Bungin, Burhan. 2008. ฀onstruksi Sosial Media Massa, Jakarta: ฀ENCANA

Prenada Media Group

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian ฀ualitatif, Jakarta: ฀ENCANA Prenada Media

Group

McQuail, Denis. 2011. Teori ฀omunikasi Massa McQuail, Jakarta: Salemba

Humanika

Moleong, Lexy J.2011. Metodologi Penelitian ฀ualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

(7)

Internet

http:/ /m. berdikarionline.com/kabar

–rakyat/20130519/media-massa-sebagai-alat-pertarungan-elit-politik.html (diakses pada tanggal 18 Desember 2014, pukul

13.00 WIB).

http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2014/01/01/kenapa-jokowi-jadi-jablay-detikcom-623218.html, (diakses pada tanggal 20

Desember 2014, pukul 10.30 WIB).

http://news.detik.com/read/2014/07/04/163325/2628195/1562/jokowi-jk-dinilai-punya-kapabilitas-tuntaskan-kasus-aktivis-98-yang-hilang (diakes

pada tanggal 20Desember 2014, pukul 22.00 WIB).

http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_definisi_komunikasi#Raymond_Ross

(diakses tgl 10 Februari 2015 jam 19.07)

http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-media-massa-menurut-para-ahli.html (diakses paha tanggal 8 Desember 2014, pukul 13.55 WIB)

http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-media-massa-menurut-para-ahli.html (diakses paha tanggal 8 Desember 2014, pukul 13.55 WIB)

http://www.romelteamedia.com/2014/04/media-online-pengertian-dan.html

(diakses tgl 17 Februari 2015 jam 12.31)

(8)

http://dapur.detik.com/inside/1/redaksi (diakses pada 11 April 2015, pukul 09.03)

www.detik.com (diakses pada 11 April 2015, pukul 09.45)

https://greenp4r4hyangan.wordpress.com/2012/04/07/sejarah-berdirinya-detik-com/ (diakses pada 11 April 2015, pukul 10.46)

http://www.inilah.com/about (diakses pada 12 April 201, pukul 10.09)

http://www.inilah.com/kontak (diakses pada 12 April 201, pukul 10.50)

http://id.wikipedia.org/wiki/Inilah.com (diakses pada 12 April 201, pukul 12.07)

Skripsi

Ratih Puspita Ayu,

Konstruksi Erotika Dalam Majalah Kosmopolitan; Analisis

Semiotik Artikel Pada Rubrik Love And Lust

, (Skripsi S1, Jurusan Ilmu

(9)

1

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangannya, kekuatan media massa dalam proses konstruksi sosial telah menjadi legitimasi masyarakat modern bahkan masyarakat awam sekalipun. Kehadiran media massa di tengah-tengah peradaban manusia sebagai bahan produksi serta distribusi wacana dan opini publik telah menunjukkan taringnya sebagai pembentuk paradigma dan pengetahuan baru yang sebelumnya tidak pernah dijumpai oleh manusia-manusia terdahulu. Melalui berita yang disampaikannya dengan bahasa yang mengandung nilai estetika tinggi yang dipoles sedemikian rupa membuat masyarakat seakan-akan kesulitan untuk tidak mempercayai atau mengamini yang kemudian dijadikan kebenaran baru yang hampir tidak memiliki celah untuk disalahkan.

(10)

media memberi ruang atau arena pertarungan diskursus bagi kepentingan berbagai kelompok sosial-politik yang ada dalam masyarakat demokratis.1

Sejarah Indonesia mencatat bahwa pada masa orde baru yang dipimpin oleh presiden Soeharto, media massa pernah kehilangan fungsi utamanya sebagai pembawa informasi yang benar adanya kepada khalayak oleh karena sistem pemerintahan yang otoriter hingga mengintervensi setiap berita yang menjadi pembahasan dalam suatu media. Kebebasan berpendapat yang menjadi salah satu wacana utama dalam sebuah negara demokrasi tak lagi menjadi hak setiap individu, kelompok maupun institusi yang notabene adalah bagian bangsa Indonesia, sebab dibatasi oleh sistem yang berlaku pada saat itu.

Seiring dengan perkembangannya, setelah rezim otoriter orde baru runtuh dan mulai diberlakukannya UU No. 40 tahun 1999 tentang pers yang mengatur tentang kemerdekaan pers dalam upaya mencari, memperoleh, serta menyebarluaskan gagasan dan informasi telah memberikan dampak yang positif bagi kehidupan pers Indonesia, di mana sistem tidak lagi membatasi media dalam hal memberitakan informasi kepada khalayaknya.

Lembaga perizinan dan pembredelan yang selama ini membelenggu dan membatasi kebebasan menjadi kuasa pemerintah terhadap pers telah dihapus, sehingga memberikan iklim baru dalam perkembangan media, yaitu adanya kemudahan dalam mendirikan usaha penerbitan pers.2 Hal inilah yang menjadi penyebab munculnya berbagai media-media baru yang menjadi pusat

1

ht t p:/ / m. berdikarionline.com/ kabar –rakyat / 20130519/ m ediamassasebagaialat -pert arungan-elit -polit ik.ht ml (diakses pada t anggal 18 Desember 2014, pukul 13.00 WIB).

2

(11)

informasi setiap kejadian, keadaan, situasi, kondisi hingga sifat dan karakter manusia modern yang kesemuanya di ekspose melalui media baik cetak maupun elektronik.

Perkembangan yang dialami media massa di Indonesia mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Indikasinya bisa dilihat dari pertumbuhan jumlah media massa yang terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Beragam jenis media massa yang segmentatif telah ikut memperkuat asumsi bahwa media massa sedang mengalami nasib baik di negeri ini. Hal inilah yang membuat industri media massa ikut terdongkrak dan memunculkan konglomerasi media yang menguasai berbagai rumpun media massa.3

Dengan adanya regulasi yang mengatur kebebasan pers ternyata tidak selamanya membawa dampak yang positif terhadap citra lembaga pers itu sendiri, sebab dengan kebebasannya tersebut kadang kala media massa luput dari etika dan sifat independensi yang seharusnya dijunjung tinggi dan menjadi dasar profesionalisme bagi media. Dominasi para pengusaha yang memetik keuntungan dari bisnis media baik cetak maupun elektronik semakin kokoh dan memposisikan diri sebagai kelompok pemilik modal sekaligus menguasai pencitraan media massa. Karakteristik media massa pun telah mencerminkan keberpihakannya terhadap kepentingan kelas kapitalis yang memang sejak awal memiliki orientasi untuk mendominasi masyarakat lain secara umum,4 karena tidak adanya daya dan upaya dari masyarakat sebagai konsumen media untuk membongkar teka-teki yang disuguhkan oleh kaum kapitalis melalui

3

Kun Wazis, M edia M assa dan Konst ruksi Realit as (Yogyakart a: Adit ya M edia Publishing, 2012) hlm. 1.

4

(12)

media massa menyebabkan sebagian masyarakat maklum terhadap politik pencitraan media yang setiap waktu disuguhkan kepada jutaan konsumen, dalam hal ini masyarakat indonesia.

(13)

Menyambut momentum tersebut, media massa baik elektronik maupun cetak secara intens memainkan perannya sebagai pembawa informasi kepada masyarakat, partai politik dan siapa saja yang menjadi kandidat dalam kontes pesta demokrasi kali ini. Akan menjadi keuntungan besar bagi mereka yang memiliki kepentingan politik sekaligus sebagai pemilik media, sebab akan dengan mudah dia mengendalikan, mengintervensi dan mencitrakan diri dan partainya melalui media yang ia miliki. Hal inilah yang menjadi keresahan sebagian akademisi terhadap etika dan sifat independensi pers yang sudah tidak lagi diindahkan oleh sebagian lembaga pers dan jurnalis.

(14)

apa yang mereka tulis, dan disebarkan melalui dunia maya. Mengingat adanya persoalan degradasi nilai profesionalisme yang menimpa media-media di Indonesia, patut dikhawatirkan keberadaan informasi-informasi tersebut dapat menyesatkan pandangan masyarakat mengenai realitas yang sebenarnya. Khususnya pada saat momentum pemilihan Presiden, diketahuai bahwa beberapa media online secara intens saling melempar opini kepada publik melalui pemberitaan-pemberitan.

Pada saat sebelum pesta demokrasi khususnya pemilihan presiden dan wakil presiden 2014 berlangsung, Media Online merupakan salah satu instrument komunikasi politik yang cukup efektif untuk mempengaruhi pilihan masyarakat saat pemilihan umum berlangsung. Akan tetapi, jika dikembalikan pada peraturan yang mengatur sikap media dalam memberikan informasi kepada khalayaknya, maka sudah sepatutnya media tersebut untuk bersikap objektif dalam artian tidak menambah atau mengurangi kebenaran sebuah informasi. Sayangnya, meskipun sikap media telah diatur dalam bentuk perundang-undangan sekalipun, masih saja ada media online yang terindikasi memuat informasi yang tidak berimbang dalam menyambut pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2014.

(15)

sejak bergulirnya jaman reformasi. Indikasi keberpihakan Detik.com pada salah satu kandidat Capres/Cawapres 2014 yaitu pasangan nomor urut 2 Joko Widodo dan Jusuf Kalla, tidak terlepas dari seorang A.M. Hendropriyono seorang pensiunan TNI, terakhir mengabdi sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) pada jaman Presiden Megawati yang sampai saat ini masih disebut-sebut sebagai anak emas Megawati dan secara kebetulan ternyata sosok ini juga menjabat sebagai Komisaris di salah satu perusahaan di bawah bendera CT Corporation.5 Salah satu indikasi keberpihakan Detik.com pada pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla terlihat pada sebuah berita yang dimuat hari Jumat tanggal 4 Juli 2014 jam 16:33 WIB dengan judul berita “Jokowi-JK Dinilai Punya Kapabilitas Tuntaskan Kasus Aktivis 98 yang Hilang”, dalam berita tersebut dimuat sebuah kalimat yang dilontarkan salah seorang mantan korban penculikan 1998, Faisol Riza dalam konferensi pers di Hotel Cemara, Jl Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (4/7/2014)."Karena kalau profiling political leadership, Jokowi punya kemampuan merangkul semua elemen masyarakat atau istilah populernya solidarity maker," dalam berita tersebut, lebih lanjut Faisol juga mengaku tidak meragukan track record pasangan Cawapresnya Jusuf Kalla dengan sebuah kalimat “Track record JK ketika selesaikan kasus Poso dimana terjadi konflik horizontal yang begitu rumit untuk diselesaikan, beliau dengan posisinya wktu itu berusaha dan tidak lama

5

(16)

dapat terselesaikan”.6 Sementara itu mengenai kasus hilangnya 13 orang aktivis 1997-1998 adalah sebuah kasus yang seringkali disebut-sebut melibatkan kandidat nomor urut 1 Prabowo Subianto. Dari berita ini Detik.com terindikasi menunjukkan keberpihakannya kepada satu pihak dengan membingkai berita mengagung-agungkan pasangan nomor urut 2 yakni Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Berbeda dengan media online Inilah.com yang dikelola oleh PT Indonesia News Center, dibawah kepemimpinan Muchlis Hasyim Jahja seorang pengamat media dan mantan wartawan Media Indonesia Inilah.com mampu menempati posisi 5 besar sebagai situs berita di Indonesia. Inilah.com mencoba mengkonstrusi pembacanya tentang Jokowi dengan memberitakan kelemahan atau kekurangan tentang Jokowi. Salah satu berita yang menunjukkan sikap kontra pada Jokowi terdapat pada berita yang dimuat pada hari Kamis, 3 Juli 2014 pukul 00:54 wib, berita tersebut oleh Inilah.com diberi judul “Anarkis Revolusi Mental Ala Jokowi-JK”, isi beritanya tentang penyegelan kantor redaksi TV ONE Yogyakarta yang didugadilakukan oleh partisipan Jokowi-JK. Dalam berita yang dimuat Inilah.com tersebut juga menuliskan beberapa coretan yang dituliskan di dinding pada kantor Tv One Yogyakarta seperti Jokowi bukan kader PKI, JKW-JK, tvOne anjing, dan sebagainya. Kemudian pada paragraph berikutnya dituliskan bahwa tindakan tersebut sangat disayangkan karena bertolak belakang dengan konsep revolusi mental. Pada akhir paragraph terdapat kalimat pertanyaan “Lantas, apakah tindakan anarkis sebagai Revolusi Mental yang diserukan pasangan

6

(17)

cawapres nomor urut dua itu?”7 Isi berita ini terindikasi telah berpihak dan mengkonstruk pola pikir masyarakat, karena memuat kalimat yang menjatuhkan gagasan ataupun visi yang usung salah satu pasangan kandidat.

Perbedaan frame disajikan kedua media tersebut terindikasi secara intens menyajikan realitas yang telah diubah dan memuat berita yang tidak berimbang, dengan hanya menampilkan satu tokoh dan menyembunyikan tokoh lainnya. Detik.com dan Inilah.com dalam memberikan informasi seputar pemilihan presiden dan wakil presiden ibarat dua kubu yang sedang bertikai di dunia maya melalui gaya bahasa dan kalimat masing-masing untuk membangun opini publik hal ini juga berdampak pada profesionalisme media yang seharusnya dijunjung setinggi-tingginya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian lebih mendalam mengenai pembingkaian yang dilakukan oleh media online Detik.com dan Inilah.com tentang Calon Presiden Joko Widodo pada masa kampanye Pilres 2014. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis framing. Framing merupakan metode penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu realitas tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya.8 Dalam penjelasan lain framing merupakan pendekatan untuk mengetahui bagaimana prespektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan

7

ht t p:/ / nasional.inilah.com/ read/ det ail/ 2115893/ anarkis-ironi-revolusi-ment al-ala-jokow i-jk (diakses pada 20 Desem ber 2015 jam 10.14).

8

(18)

menulis berita. Cara pandang atau prespektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil , bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut.9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, muncul satu permasalahan yang menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini adalah bagaimana media online membingkai pemberitaan tentang calon presiden Joko Widodo pada masa kampanye pilpres 2014?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana media online membingkai pemberitaan tentang capres Joko Widodo pada massa kampanye presiden 2014, khususnya pada edisi 3 – 5 Juli 2014. D. Signifikasi Penelitian

D.1 Signifikasi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai sumber pengetahuan tentang pembingkaian pada pemberitaan media massa khususnya media onlinr terhadap dinamika politik yang terjadi di Indonesia. Selain itu, peneliti juga mengaharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi bagi mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang yang melakukan penelitian serupa.

9

(19)

D.2 Signifikasi Sosial

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan dan pemikiran yang kritis kepada pembaca (khalayak) mengenai objektivitas suatu media terhadap pemberitaan dinamika politik khusunya media online. Selain itu, penelitian juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada media sebagai produsen dan kontributor informasi, untuk senantiasa mengacu pada tanggung jawab etis dalam memproduksi karya jurnalistik.

E. TINJAUAN PUSTAKA

E.1. Surat Kabar Online Sebagai Medium Komunikasi Massa A. Pengertian Komunikasi

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, artinya setiap individu tidak bisa hidup tanpa individu lainnya. Maka setiap inividu akan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhannya, dalam interaksi itu terdapat aktivitas komunikasi yang berguna untuk mengekspresikan keinginan yang dibutuhkannya. Mudahnya, komunikasi merupakan penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Di balik pengertian tersebut, berbagai pakar telah memberikan pengertian yang berbeda-beda mengenai komunikasi, namun memiliki konklusi yang sama pada wilayah substansi dari pengertian komunikasi tersebut. Sebelum pada definisi para pakar, berikut merupakan

(20)

Carl I.Hoveland dalam bukunya Mohammad Zamroni Filsafat Komunikasi (2009) mengatakan “Communication is the process by wich an individual transmit stimuly (usualy verbal symbol) to modify

the behavior of another individuals”, yang artinya komunikasi itu sebagai

suatu proses menstimulasi dari seorang individu terhadap individu lain dengan menggunakan lambing –lambang yang beraryi, berupa lambang kata untuk mengubah tingkah laku.

Warren Weaver (Zamroni, 2009:4) mendefinisikan komunikasi secara lebih sederhana “communication is all of the procedure by which one mind can effect another” (komunikasi adalah

semua prosedur dengan mana pemikiran seseorang dapat mempengaruhi yang lainnya).

Simpson dan wainer (Zamroni, 2009:5) berpendapat lain tentang komunikasi, mereka mengatakan bahwa komunikasi sebagai penanaman (imparting), penyampaian (conveying), atau penukaran (ex change) ide-ide, pengetahuan, maupun informasi baik melalui pembicaraan, tulisan, maupun tanda-tanda.

Sedangkan Littlejhon (Zamroni, 2009:6) mendefinisikan komunikasi sangat berbeda dengan para pakar diatas, Ia membedakan tiga model dalam memahami apa yang dimaksud dengan komunikasi. Tiga model tersebut adalah receiver model, sender model, behavior sender-receiver model. Berikut penjelasan tiga model tersebut untuk lebih

(21)

a. Receiver model

Bila suatu teks, yang tidak disengaja, ditangkap, oleh individu. Terjadi proses pembentukan makna pada diri seseorang, maka dikaitkan sudah terjadi proses komunikasi.

b. Sender model

Seorang penyampai pesan secara sengaja, tapi tidak ditangkap atau dimaknai orang lain, jadi pembentukan makna hanya terjadi pada diri pembuat pesan.

c. Behavior sender-receiver model

seseorang menyampaikan pesan dengan sengaja apakah verbal maupun non verbal, kemudian ditangkap orang lain, apakah sekilas atau secara penuh.

Raymond Ross berpendapat bahwa komunikasi merupakan proses menyortir, memilih, dan pengiriman symbol-simbol sedemikian rupa agar membantu penerima pesan membangkitkan respon/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator. 10

Maka dari penjelasan beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan penyampaikan makna dalam bentuk pesan atau informasi setelah melalui proses pemilihan/ penyortiran dari komunikator kepada komunikan dengan tujuan komunikan memiliki pemikiran atau makna yang sama dengan komunikator.

10

(22)

B. Macam-Macam Komunikasi

a. Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi intrapersonal ini merupakan dasar dari komunikasi antarpersonal, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain terlebih dahulu kita berkomunikasi dengan diri sendiri. Komunikasi ini terjadi karena kita mempresepsi dan memastikan makna pesan dari orang lain.

b. Komunikasi Antarpersonal

Komunikasi yang terjadi oleh dua orang yang saling bertatapan muka sehingga memungkinkan terjadi feedback baik secara verbal maupun non vebal. Komunikasi antarpersonal ini dinilai efektif karena kelima

panca indra dapat bekerja dalam berkomunikasi c. Komunikasi Kelompok

Jika komunikasi antarpersonal terjadi karena dua orang yang saling bertatap muka, maka komunikasi kelompok merupakan komunikasi yang melibatkan banyak individu. Tingakat efektifitas dari komunikasi kelompok ini dapat diukur dari kesadaran peran masing-masing individu yang ada didalam kelompok tersebut.

d. Komunikasi Organisasi

(23)

tertulis akan lebih efektif dibandingkan hanya dengan pesan lisan saja, misalnya seorang atasan juga memberikan memo kepada bawahannya sehingga pesan yang disampaikan juga memberikan informasi yang cukup tanpa membebani penerima pesan.

e. Komunikasi Massa

Komunikasi Massa merupakan komunikasi yang ditujukan untuk khalayak ramai yang bersifat heterogen. Komunikasi massa bersifat media, publik, dan juga cepat. Feedback dalam komunikasi massa terbatas dan tidak selengkap pada komunikasi antarpersonal, namun dengan perkembangan tekhnologi dan komunikasi feedback dapat terjadi seca langsung apabila media menyediakan telepon interaktif. Penyebaran informasi melalui media massa dinilai sangat efektif karena diproduksi dalam jumlah yang banyak dan penyebaran yang meluas dalam waktu yang bersamaan.

C. Pengertian Media Massa

Secara sederhana media massa dapat dipahami sebagai alat untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat secara bersamaan. Di balik pengertian tersebut, terdapat berbagai pakar telah memberikan pengertian yang berbeda-beda mengenai media massa,

(24)

dalam memberikan makna yang sebenarnya terhadap pengertian media massa.

Secara etimologis, kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang berarti tengah, perantara atau pengantar dan kata “massa” yang berasal dari Anglosaxon berarti instrument atau alat yang pada hakikatnya terarah kepada semua saya yang mempunyai sifat massif.11

Sedangkan penggunaan istilah massa menurut Bramson (1961) awalnya merujuk pada gerombolan atau ‘orang biasa’ yang biasanya dipandang tidak berpendidikan, tak acuh dan berpotensi irasional sulit dikontrol dan bahkan kasar. Selain itu, istilah massa juga sering diidentikkan dengan gerombolan pengacau atau perusuh, sehingga istilah massa seringkali membawa asosiasi negatif. Meskipun demikian, tidak selamanya istilah ini dapat dikonotasikan kepada hal-hal yg bersifat negatif, dalam tradisi sosialis istilah massa dapat dipahami sebagai sesuatu yg bersifat positif, dimana massa dikonotasikan dengan kekuatan dan solidaritas pekerja biasa yang dibentuk dengan tujuan kolektif atau ketika melawan ketertindasan (Denis McQuail, 2011:60).

Secara teoritis, massa memiliki ciri-ciri yang terdiri atas sekumpulan orang, isinya serupa, umumnya dipersepsikan negatif, tidak memiliki struktur atau tatanan internal dan merupakan cerminan dari masyarakat massa yang lebih luas. Istilah massa pertama kali di defininisikan secara formal oleh seorang tokoh sosiologi yang bernama

11

(25)

Herbert Blummer (1939). Blumer memaknai massa sebagai jenis baru dari bentukan sosial dalam masyarakat modern, dan membandingkannya dengan bentuk lain, terutama kelompok, kerumun, dan publik.

Pengertian lain pernah disampaikan oleh Dennis McQuail bahwa media massa merupakan sumber kekuatan alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya.12

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa media massa adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan secara bersamaan dengan menggunakan alat seperti radio, Tv, surat kabar, internet, dll.

D. Macam-Macam Konteks Media Massa

Dalam buku Pengantar Komunikasi Massa (Nurudin: 2007) membagi contoh macam-macam media dalam dua paradigma, paradigma lama yang terdiri dari film, surat kabar, majalah, tabloid, buku, radio, televise, kaset/cd. dan paradigma baru yaitu surat kabar, majalah, tabloid, radio, televisi, dan Internet. Berikut merupakan beberapa penjelasan dari jenis media dalam paradigma baru.

 Surat Kabar

Awal kemunculan surat kabar ditandai dengan kemunculan yang berkala dengan basis komersial (dijual untuk umum) dan karaternya terbuka, jadi surat kabar digunakan untuk informasi,

12

(26)

rekaman, iklan, isu pengalihan, dan gossip. Pada abad ke-17 surat kabar komersial sudah diterbitkan oleh penerbit yang sah misalnya pada saat itu adalah kerajaan atau pemerintahan, yang juga bertujuan sebagai alat pemerintah. Kehadiran surat kabar komersial untuk pertama kalinya menjadi awal terbentuknya berbagai macam lembaga surat kabar, hal ini juga dapat dilihat sebagai peristiwa bersejarah komunikasi sebagai alat propaganda pemerintah.13

Di Indonesia sendiri, surat kabar mempunyai perjalanan yang sangat panjang yang terbagi dalam enam rezim yakni, rezim Belanda, rezim Jepang, rezim kemerdekaan, rezim orde lama, rezim orde baru, dan saat ini pada rezim reformasi. Pada saat sekarang surat kabar meskipun tidak banyak diliirk oleh masyarakat yang memasuki era digital, bukan berarti keberadaannya telah punah, surat kabar tetap memiliki segmen pasar sendiri. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya surat kabar yang beredar dimasyarakat baik yang berskala nasional mauun daerah, diantaranya adalah KOMPAS, Jawa Pos, Koran SINDO, Koran TEMPO, Harian Indonesia, Jurnal nasional,dll. Kenyataan bahwa surat kabar tidak kehilangan pamornya juga terlihat pada masa kampanye Pemilihan Presiden Indonesia 2014 lalu, dimana para tim pemenangan menggunakan Koran sebagai salah satu instrument dalam berkampanye.

13

Denis M cQuail, Teori Komunikasi M assa M cQuail “ M cQuail’s M ass Communicat ion Theory”

(27)

Berikut merupakan karakteristik surat kabar sebagai media dan lembaga (MCQuail:31):

Aspek Media

1. Kemunculannya yang berkala dan sering 2. Teknologi percetakan

3. Isi dan rujukan menurut tema tertentu 4. Dibaca oleh individu atau kelompok

Aspek Kelembagaan

1. Khalayak perkotaan yang sekuler 2. Cenderung bebas, tetapi disensor sendiri 3. Berada dalam ranah publik

4. Bentuk komoditas 5. Berbasis komersial.  Radio

Dr. Lee De Forest merupakan orang Amerika Serikat yang menemukan rasio pada tahun 1916, hingga pada tanggal 1 april 1933 Mangkunegoro VII dan Sarsito Mangkunegoro mendirikan Solossche Radio Vereenging (SRV) di Surakarta dan menjadi

(28)

Ditengah persaingan yang ketat dengan televisi, radio tetap mampu menunjukkan eksistensinya meskipun saat ini lebih banyak menyajikan acara musik, berikut merupakan radio-radio yang cukup terkenal dan memiliki pendengar yang lumayan dan mampu bertahan hingga saat ini: Hard Rock FM 87,6 MHz; Cosmopolitan 90,4 MHz (Jakarta); Makobu FM 88,7; Tidar Sakiti FM 91,1 (Malang), dan masih banyak lagi didaerah lain. MCQuali (2011:40) telah merangkum ciri-ciri radio sebagai berikut:

Aspek Media

1. Hanya memeliki daya tarik suara

2. Penggunaannya mudah dan dapat dibawa kemana-mana 3. Kontennya beragam, tetapi lebih banyak music

4. Potensial untuk partisipasi dua arah 5. Penggunaan yang akarab dan personal Aspek Kelembagaan

1. Kebebasan relatife

2. Lokal dan Tersebar 3. Produksinya murah  Televisi

(29)

sumber penghasilan mereka. Tidak hanya itu, dewasa ini televise mampu menjelma sebagai salah satu alat untuk mendekati pemerintahan atau bahkan masuk didalamnya. Begitu besar efek televisi bagi para kaum elit untuk melancarkan kepentingannya membuat mereka berbondong bondong mendirikan stasiun televisi, misalkan saja Aburizal Bakri yang mendirikan TV ONE dan membeli saham salah satu stasiun televise yang saat ini diberi nama ANTV, Surya Paloh dengan Metro Tvnya, Chairul Tandjung dengan Trans TV dan Trans 7, dan beberapa elit lainnya. Tidak hanya para kaum elit televisi juga menjadi primadona bagi pengusaha untuk memasang iklan di TV karena akan lebih efektif, dan untuk politisi menjadikan TV sebagai ajang pencitraan dan menaikkan pamor. Berikut merupakan ciri-ciridari televise (McQuail:40):

Aspek media

1. Memiliki konten yang sangat beragam

2. Saluran audio visual

3. Dianggap bersifat domestic, dekat, dan personal 4. Intensitas rendah dan pengalaman keterlibatan

Aspek Kelembagaan

(30)

4. Dapat dilihata orang banyak  Internet

Awalnya internet dimulai sebagai alat komunikasi non komersial dan pertukaran data diantara professional, tetapi perkembangan selanjutnya adalah internet sebagai penyedia barang dan berbagai jasa, dan alternative bagai komunikasi pribadi dan antar personal (McQuail:44). Aplikasi internet yang tersedia saat ini sangat beragam, salah satunya adalah situs berita on-line yang

merupakan perkembangan dari surat kabar.

Keberadaan internet ditengah masyarakat digital dan masyarakat informasi seperti saat ini tentunya sangat dibutuhkan, kemudahan dan kecepatan untuk mengaksesnya membuat internet banyak digemari. Sebagai media, internet memiliki ciri-ciri sebagai berikut (McQuali:45):

1. Teknologi berbasis computer 2. Karakternya hibrida, fleksibel 3. Potensi interaktif

4. Fungsi publik dan privat 5. Peraturan yang tidak ketat 6. Kesalingterhubungan

(31)

E. Pengertian Media Online

Media online merupakan media baru generasi ketiga setelah media cetak dan media elektronik atau televisi dan radio. Media online adalah media yang menggunakan jaringan komputer sebagai alat untuk mengakses internet yang merupakan ciri dari media online sebagai tempat untuk menyebarkan informasi tersebut.

Teknologi internet yang digunakan dalam media online sangat mempermudah para konsumennya untuk mendapatkan informasi karena tidak harus membeli produk media yang disebarkan. Konsumen cukup mengakses via sambungan internet yang saat ini juga semakin mudah untuk diakses kapanpun dan dimanapun konsumen mau.

F. Karakteristik Media Online

Setiap media memiliki ciri-ciri tersendiri, begitu juga dengan media online juga memiliki karakteristik sendiri yang membedakan dengan media cetak ataupun media elektronik, berikut merupakan karakteristik media online:14

1. Kapasitas luas- halaman web bisa menampung naskah sangat

panjang

2. Jadwal terbit bisa kapan saja atau setiap saat

3. cepat, karena di upload langsung bisa diakses semua orang 4. menjangkau seluruh dunia yang memiliki akses internet

14

(32)

5. aktual, berisi info actual karena kemudahan dan kecepatan

penyajian

6. Update, pembaharuan informasi terus dan dapat dilakukan kapan saja

7. Interaktif, dua arah, dan egaliter dengan adanya fasilitas kolom

komentar, chat room, polling, dst

8. Terdokumentasi, informasi tersimpan di bank data (arsip) dan

dapat ditemukan melalui link, artikel terkait, dan fasilitas cari atau search.

9. Terhubung dengan sumber lain yang berkaitan dengan informasi

tersaji.

10. Pemuatan dan editing naskah bisa kapan saja dan dimana saja

G. Sifat Pesan Media Online

Media online saat ini telah menjadi salah satu medium yang sangat bermanfaat untuk mendapatkan sebuah informasi. Awal mula kemunculan media online banyak kalangan yang meragukan validitas data ataupun informasi yang terdapat didalamnya. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi internet keraguan itu mulai terkikis karena banyak publikasi teoritis yang dipublikasikan melalui jaringan internet.

(33)

menggunakan fasilitas sreach yang disediakan oleh website tertentu yang

dikelola oleh sreach engine.

E.2. Internet sebagai Media Baru

Seiring dengan perkembangan tekhnologi dan informasi, perkembangan media menjadi salah satu kemajuan yang tak dapat dielakkan. Salah satu indikasinya adalah menjamurnya portal berita di internet saat ini tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat untuk memperbaharui informasinya bahkan dalam hitungan detik di mana pun dan kapanpun. Peluang ini yang kemudian dibaca oleh pelaku bisnis teknologi komunikasi untuk menciptakan berbagai macam teknologi, fitur serta kemudahan-kemudahan lainnya dalam mengakses internet, sehingga informasi dengan mudah diakses hanya dengan sekali tekan.

(34)

umum bahwa media baru telah menjadi semakin umum (mainstream), rutin dan binal.15

Salah satu bentuk pembahruan yang dilakukan oleh internet adalah konsep baru dan realitas dari portal Web. Kalyanaraman dan Sunder mengatakan bahwa salah satu ciri unik dari World Wide Web sebagai media massa terletak pada fakta sumber pesan tidak dibedakan dari penerima pesan, hasilnya adalah portal yang membantu mengambil dan menyaring banyak informasi yang tersedia.16

Sejak runtuhnya orde baru yang dibarengi dengan meningkatnya jumlah media massa di Indonesia telah membawa angin segar dalam segala aspek kehidupan, terutama bagi politikus yang menginginkan kekuasaan akan dapat dengan mudah mendapat membangun citra dan mendapat sorotan masyarakat, apalagi dengan munculnya internet atau bisa disebut dengan media online ini. Para politikus dapat berkomunikasi dengan partisipannya tanpa dibatasi oleh siapapun melalui akses internet yang luas dan tidak terbatas, sehingga meskipun terpisahkan oleh jarak dan waktu partisipan seolah memiliki kedekatan emosional yang tinggi terhadap idolanya tersebut, dengan hal semacam ini maka politisi dapat dengan mudah menyampaikan visi dan misi serta pemikiran-pemikirannya untuk mempengaruhi dan mendapatkan partisipan ataupun kader politik militan.

15

Ibid, hal 151

16

(35)

Politik dan media telah menjadi dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, berkembangnya media baru sedikit banyak juga berpengaruh pada perkembangan sistem politik, setidaknya dari cara-cara pengambilan poling elektronik melalui internet atau cara berkamnye mereka yang juga memanfaatkan media baru ini yang notabene dapat diakses dengan mudah dimanapun dan kapanpun, mulai dari membuat web, blog, memasang iklan di beberapa portal berita, bahkan bekerja sama dengan potal berita tersebut untuk menampilkan beritanya secara terus menerusuntuk mendapatkan dukungan dari masyarakat.

Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh internet menimbulkan ketakutan pada Breen (2007) di mana ia mengatakan bahwa internet mungkin berkembang melampaui fase keterbukaan dan demokrasi, kemudian menjadi layanan multi tahap dengan akses yang lebih baik kepada mereka yang mampu membayar lebih untuk memproduksi dan menyediakan konten, atau membayar lebih untuk menerima konten yang lebih bernilai.17 Ketakutan Breen telah terjawab oleh realitas yang terjadi saat ini, di mana para pelaku konglomerasi media melebarkan sayapnya dengan membuat portal berita di internet untuk memperluas jangkaun pasar mereka, dimana kontennya tidak berbeda dari apa yang mereka sajikan di media lama. Bahkan pada media baru ini mereka dapat menyajikan berita secara terus menerus dengan satu topik namun dengan judul yang berbagai macam, berarti masyarakat mendapatkan informasi yang banyak dari satu

17

(36)

topik itu, sehingga dengan mudah masyarakat terpengaruh dengan konstruksi pemberitaan yang disajikan secara intens.

E.3. Surat Kabar Online Sebagai Industri

Industri merupakan suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.18

Perkembangan industri media online seperti semakin banyak portal berita di Indonesia, menarik perhatian perusahaan media besar seperti MNC Group, Trans Corp, dan masih banyak lagi yang lainnya juga menggeluti bisnis media baru ini. Akibat dari perilaku media ini terhadap masyarakat adalah masyarakat hanya dianggap sebagai konsumen yang dapat memenuhi kepentingan kaum kapitalis dengan kekuatan media yang dimilikinya. Hingga pada akhirnya media menjadi lahan yang ingin dimiliki siapa saja yang berkepentingan untuk mendapatkan keuntungan atapun pengaruh di masyarakat. Dampak lain yang terjadi adalah kesamaan isi media, karena para pemilik media yang juga terjun kedunia politik mengontrol isu yang ada di masyarakat, mereka membatasi apa yang dibaca, didengar dan dilihat oleh masyarakat dengan kekuatan kelompok

18

(37)

medianya. Sehingga hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang utuh dan objectif telah berkurang.

Orientasi keuntungan yang sebesar besarnya merupakan karakteristik sebuah industri, tidak terkecuali media. Segalanya akan dilakukan untuk mendapatkan keuntungan itu, hingga tidak jarang ditemui konten media yang tidak berkualitas dan jauh dari kata mendidik. Bahkan, saat ini media telah mengawinkan bisnis dan politik kedalam satu bagian yang sangat penting dalam ranah publik dengan keuntungan yang akan dipetik secara bersamaan.

E.4. Surat Kabar Online Sebagai Institusi Politik

“Siapa yang menguasai media dialah yang menguasai dunia”, pernyataan ini sangat tepat untuk menggambarkan posisi media yang memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi masyarakat, bagaimana tidak jika apa yang dikatakan media dapat dengan mudah diamini dan seringkali dijadikan kebenaran baru. Seperti yang dikatakan oleh KH. Mustofa Bisri, Pengasuh Ponpes Raudatul Talibin, Rembang: “Apa yang dikatakan pers hampir selalu dipercayai oleh publik. Begitu hebatnya pers, sehingga seandainya siang dikatakan pers malam pun, masyarakat (terutama yang lugu) akan mempercayainya”.19

Begitu besarnya pengaruh media massa terutama media online terhadap kehidupan masyarakat, menjadikan media sebagai

19

(38)

primadona baru bagi para segelintir elit yang haus kekuasaan. Keterkaitan sistem media dan sistem politik telah disinggung oleh Gunter dan Mugham (2008) yang menunjukakn perbedaan antar budaya yang besar. Meskipun demikian tetap memiliki relasi dengan struktur, perilaku, dan kinerja. Dibanyak negara, terdapat sektor publik media yang secara mutlak dikendalikan oleh pemerintah dan terdapat beragam cara bagaimana manajemen organisasi ini dimasuki kepentingan politik, bahkan di mana media itu memiliki otonomi.20

Perkembangan media di Indonesia memanglah sangat pesat, hal ini dapat terlihat dari banyaknya stasiun Tv, radio, koran, majalah, hingga portal berita internet. Sayangnya media-media tersebut hanya dimiliki beberapa orang saja atau disebut dengan konglomerasi media. Para pemilik media ini memiliki ambisi yang kuat untuk dapat masuk kedalam dunia politik dengan memanfaatkan media yang ia miliki. Seperti yang terjadi pada momen PILPRES 2014 para politikus merangkul para pemilik media untuk bergabung dalam partainya, hal ini bertujuan untuk mempermudah jalan partai politik dalam meraih pamor melalui media yang memberitakan secara terus menerus tentang partai ataupun figure partai politik.

Halin dan Mancini (2004) menyebutkan terdapat tiga model fundamental hubungan antara system media dan system politik nasional:

20

(39)
[image:39.612.165.512.213.647.2]

(1) model liberal atau Atlantik Utara, (2) korporat demokratis atau Eropa Utara, (3) pluralis yang terpolarisasi atau mediteran. Penjelasan tentang ketiga model ini akan digambarkan dalam tabel dibawah ini:21

Tabel 1

Tiga Model Sistem Hubungan Media dan Politik (Halin dan Mancini (2004)

Liberal Korporat demokratis

Pluralis yang terpolarisasi

Peranan Negara terhadap media

Lemah Kuat (sejahtera) Kuat

Konsensus atau

polarisasi politik

Campuran Lebih banyak konsessus

Lebih terpolarisasi

Profesionalisme jurnalisme

Rendah Tinggi Sedang

Pararelisme pers-politik

Rendah Sedang Tinggi

Keberadaan Clientelisme

Rendah Rendah Tinggi

21

(40)

Pemberitaan politik yang disajikan oleh media setiap hari dan cenderung mendominasi pemberitaan media cetak dan elektronik sesungguhnya tidak terlalu urgent untuk publik, namun publik hanya bisa menerima konten pemberitaan dan mengkonsumsinya sebagai bentuk dari pemenuhan kebutuhan akan informasi, karena media memililiki kepentingan politik yang harus diupayakan melalui konten media tersebut.

E.5. Konstruksi Media tentang Realitas

Sejak era keterbukaan informasi publik pasca runtuhnya masa Orde Baru hingga saat ini, media menjadi salah satu elemen penting di dalamnya, tanpa keberadaannya mustahil kiranya informasi dapat tersalurkan kepada masyarakat. Karena baik cetak maupun elektronik media merupakan tempat paling efektif dan efisien untuk menyampaikan informasi kepada publik. Bukan berarti, keberadaan media semata-mata sebagai wadah penyampaian segala bentuk informasi atau berita yang sesuai fakta di lapangan, ada beberapa bagian yang sengaja ditonjolkan dan juga dikaburkan untuk mempengaruhi pola pikir audiensnya, hal ini bertujuan untuk menggiring opini publik sesuai dengan kepentingan atau ideologi media. Inilah yang dimaksut dengan konstruksi realitas.

(41)

menjadi rahasia umum, khususnya di Indonesia media telah menjadi lahan basah para kaum kapaitalis untuk mendapatkan keuntungan sebesar besarnya tanpa memperhatikan konten media, selain itu media juga menjadi ajang pencintraan untuk menaikkan pamor politisi atau partai politik yang beberapa juga sebagai pemilik modal media, seperti yang dikatakan Berger dan Luckmann, konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang yang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan.22

Istilah konstruksi atas realitas sosial mulai diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann pada tahun 1966 dalam bukunya yang berjudul The Sosial Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of knowledge. Dalam bukunya ia menggambarkan proses sosial

dalam tindakan dan interaksi, di mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.23

Asal muasal konstruksi sosial dari falsafah konstruktivisme yang dimulai dari gagasan konstruktif kognitif. Menurut Von Glasersfeld, konstruksi kognitif muncul pada abad ini dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. 24 terdapat tiga macam konstruktivisme: pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme biasa.25

22

Burhan Bungin , Penelit ian Kualit at if (Jakart a: Kencana Prenada, 2010), hal. 86.

23

Burhan Bungin, Konst ruksi Sosial M edia M assa (Jakar t a: Kencana Prenada, 2008), hal 13.

24

Ibid, hal 13

25

(42)

Kajian tentang konstruksi sosial telah memunculkan banyak gagasan dari para ahli. Misalnya gagasan Berger dan Luckmann tentang konstruksi sosial yang berseberangan dengan gagasan Derrida ataupun Habermas dan Gramsci, namun gagasan tersebut membentuk dua kutub dalam satu garis linier, dimana menurut Derrida dan Habermas yaitu dekonstruksi sosial dan menurut Berger dan Luckmann yaitu konstrusi sosial. Kajian dekontruksi sosial menempatkan konstruksi sosial sebagai objek yang didekonstruksi, sedangkan kajian konstruksi sosial menggunakan dekonstruksi sebagai bagian analisisnya tentang bagaimana individu memaknakan konstrusi sosial tersebut. Dengan demikian kedua gagasan ini akan hadir dalam perbincangan mengenai realitas sosial.26

Max weber melihat realitas sosial sebagai perilaku sosial yang memiliki makna subjektif, karena itu perilaku memiliki tujuan dan motivasi. Weber mengatakan, apabila yang dimaksut subjektif dari perilaku sosial membuat individu mengarahkan dan memperhitungkan kelakuan orang lain dan mengarahkan kepada subjektif itu. Perilaku itu memiliki kepastian kalau menunjukkan keseragaman dengan perilaku pada umumnya dalam masyarakat.27 Berger dan Luckmann mengatakan realitas sosial dikonstruksikan melalui proses eksternalisasi (penyesuaian diri) dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia, objektivasi yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi, dan proses internalisasi yaitu proses

26

Burhan Bugin, op. cit hal 90 (Penelit ian Kualit at if)

27

(43)

yang mana individu mengidentifikasian dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya.28

Menurut Burhan Bugin (2010), Proses kelahiran konstruksi sosial media massa melalui tahap-tahap sebagai berikut (1) tahap menyampaikan materi konstruksi, pada tahapan ini redaktur bertugas mempersiapkan materi konstruksi sosial, sesuai dengan visi dan kebutuhan media, (2) tahap sebaran konstruksi, dalam tahap ini media menggunakan model satu arah terutama media cetak, untuk media elektronik, bisa dilakukan dua arah meskipun agenda seting tetap dilakukan media. Seringkali media memberikan informasi sementara masyarakat tidak memiliki pilihan, (3) tahap pembentukan konstruksi, setelah informasi sampai kepada publik, terjadi pembentukan konstruksi dengan melalui tiga tahap yaitu: a. konstruksi realitas pembenaran, dimana informasi media massa sebagai sebuah otoritas sikap untuk membenarkan sebuah kejadian, b. kesediaan dikonstruksi oleh media, pilihan menjadi pembacanya, berarti pikirannya bersedia dikonstruksi oleh media massa, c. sebagai pilihan konsumtif, pembaca akan menjadikan kebiasaan untuk mengkonsumsi media tersebut. Dan tahapan kelahiran konstruksi soaial yang terakhir adalah (4) tahap konfirmasi dalam tahapan ini sangat penting bagi media karena memberikan agrumentasi terhadap alasan konstruksi sosial, sedangkan bagi pembaca tahapan ini merupakan bagian dalam penjelasan mengapa mau terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial.

28

(44)

Keberadaan media di era masyarakat informasi seperti saat ini menjadi alat yang efektif untuk mengkonstruksi sebuah realita. Konstruksi realitas terjadi tidak hanya dipengaruhi latar belakang wartawan dalam memandang sebuah realita melainkan juga dari ideology, kepentingan ataupun visi ekonomi dan politik pemilik media dan peran masyarakat yang mengkonsumsi media tersebut dengan penuh kesadaran.

E.6. Konstruksi Sosial Dalam Paradigma Konstruktivisme

Peter L, Berger dan Luckmann dalam bukunya yang berjudul “The Social Construction of Reality (1966)”, memperkenalkan istilah konstruksi atas realitas sosial, mereka menggabarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, di mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. 29 hal ini terjadi karena sifat manusia yang dinamis dan selalu berkembang dalam setiap generasi.

Gagasan awal mengenai konstruktivisme telah dimulai oleh seorang epistemology Italia yaitu Giambatissta Vico, dalam “De Antiquissima Italorum Sapientia” pada tahun 1710 ia mengungkapkan

filsafatnya bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan. Vico menjelaskan bahwa “mengetahui” berarti “mengetahui bagaimana membuat sesuatu”. Hal ini berarti seseorang itu baru mengetahui sesuatu apabila ia menjelaskan unsur-unsur apa yang

29

(45)

membangun sesuatu itu. Menurutnya hanya Tuhanlah yang dapat mengerti alam raya ini karena hanya Dia yang tahu bagaimana membuatnya dan dari apa Dia membuatnya, sementara itu manusia hanya dapat mengetahui sesuatu yang telah dikonstrusikannya.30

Terdapat tiga macam kontruktivisme, pertama konstruktivisme radikal yang hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh dunia pikiran kita yang tidak selalu representasi dunia nyata, kaum ini juga mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai kriteria sebuah kebenaran. Bagi mereka pengetahuan tidak merefleksikan suatu realitas ontologis objektif, namun sebagai sebuah realitas yang dibentuk oleh pegalaman seseorang. Kedua realisme hipotesis, Pandangan kaum ini bahwa pengetahuan merupakan hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju pada pengetahuan yang hakiki. Ketiga, konstruktivisme biasa mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu dan pengetahuan individu dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari realitas objek dalam dirinya sendiri. Terdapat persamaan dari ketiga konstruktivisme diatas, bahwa konstruktvisme merupakan hasil dari kerja individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antar individu dengan invidu lainnya dan dengan lingkungan sekitarnya, kemudian individu membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihat berdasarkan pengetahuan sebelumnya yang telah ada, yang disebut

30

(46)

oleh Piaget sebagai skema. Dan Konstruktivisme seperti inilah yang oleh Berger dan Luckmann disebut dengan konstruksi sosial.31 Penjelasan Berger dan Lukmann tentang realitassosial adalah dengan memisahkan pemahaman tentang kenyataan yang diartikan sebagai kualitas yang terdapat dalam realitas yang diakui memiliki keberasaan (being) dan tidak tergantung kepada kehendak sendiri dan pengetahuan sebagai kepastian bahwa realitas itu nyata (real) yang memiliki karakteritik sendiri.

Suatu hal yang terbentuk dimasyarakat merupakan hasil dari definisi subjektif melalui proses interaksi sosial yang terlihat seperti nyata secara objektif. Objektivitas akan bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan dan memiliki definisi subjektif yang sama. pada dasarnya manusia menciptakan dunia dengan pandangan hidup yang menyeluruh, pemberian legitimasi dan mengatu bentuk-bentuk sosial serta memberikan pada berbagai aspek kehidupan mereka.

Seperti yang dikatakan oleh Berger dan Lukmann bahwa proses dialketika antara invidu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi, internalisasi.32

Seperti yang telah dijelaskan pada penjabaran diatas, ketiga konsep Berger dan Lukmann yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi merupakan simultan untuk menjelaskan dialektika antara diri sendiri dalam berinteraksi dengan individu lainnya juga dunia sosiokultural,

31

Ibid, hal 14

32

(47)

hal ini akan memunculkan suatu proses konstruksi sosial yang dilihat dari segi asal muasalnya merupakan hasil ciptaan manusia, yakni buatan interaksi inter-subjektif, dari ketiga tahap dialektika ini juga dapat terlihat realitas sosial.

 Eksternalisasi

Eksternalisasi (penyesuaian diri) merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia dan dunia sosiolukturalnya karena eksternalisasi terjadi pada tahapan paling mendasar dalam proses

dialeketika pada perilaku interaksi antar individu dengan produk – produk sosial masyarakat. Maksud dari proses ini adalah ketika sebuah produk sosial telah menjadi sebuah bagian penting dalam masyarakat yang setiap saat dibutuhkan oleh individu, maka produk sosial itu menjadi bagian penting dalam kehidupan seseorang untuk melihat dunia luas.33 Seperti halnya sebuah media massa yang saat ini telah menjadi kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat untuk mengetahui informasi dari segala penjuru dunia. Dapat disimpulkan bahwa tahap eksternalisasi ini berlangsung ketika individu mengeksternalisasikan (penyesuaian

diri) pada produk sosial yang tercipta kedalam dunia sosiokulturalnya sebagai bagain dari produk manusia

 Objektivasi

33

(48)

Pada tahapan yang kedua ini, sebuah produk sosial terjadi dalam dunia intersubyektif masyarakat yang dilembagakan dan berada pada proses institusional, sedangkan individu Berger dan Lukmann mengatakan memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-produsennya maupun bagi orang lain sebagai unsur dari dunia bersama.

Proses objektivasi juga terjadi melalui penyebaran opini sebuah produk sosial yang berkembang dimasyarakat, sehingga dalam proses ini tidak harus bertatap muka antar individu dengan produsennya. Berger dan Lukmann mengatakan bahwa, sebuah tanda (sign) dapat dibedakan dari objektivasi-objektivasi lainnya, karena tujuannya yang eksplesit untuk digunakan sebagai isyarat atau indeks bagi pemaknaan subjektif,34 dengan demikian pembuatan tangda atau pembuatan signifikasi dalam tahap objektivasi merupakan hal terpenting, selain itu bahasa juga memegang peranan penting dalam objektivasi terhadap tanda-tanda. Seperti yang dikatakan oleh Berger dan Lukmann, bahasa merupakan alat simbolis untuk mengsignifikasidimana logika ditambahkan secara mendasar kepada dunia sosial yang diobjektivasi.

34

(49)

 Internalisasi

Internalisasi merupakan dasar, pertama bagi pemahaman mengenai “sesama saya”, yatu pemahaman individu dan orang lain, kedua bagi pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi dari kenyataan sosial. Berger dan Lukmann dalam tahap ini berpendapat, bagaimanapun juga ,dalam bentuk internalisasi yang kompleks, individu tidak hanya memahami proses proses subjektif orang lain yang berlangsung sesaat, individu memahami

dunia dimana ia hidup dan dunia itu menjadi dunia individu sendiri.35 Ini artinya bahwa individu tidak hanya memahami kenyataan sosial melalui definisi individu lainnya, namun mereka juga mendefinisikan secara timbal balik, sehingga mereka hidup berpartisipasi dengan keberadaan individu lainnya yang tidak hanya hidup dalam dunia yang sama, setelah pada tahapan inilah individu menjadi anggota sosial.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa realitas sosial dikontruksikan melalui tiga proses dialektika yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi, dan konstrusi sosial

tidak berlangsung begitu saja melainkan banyak kepentingan-kepentingan yang terdapat dibelakangnya. Kondisi seperti inilah yang kemudian menjadi hegemoni pola pikir masyarakat, melalui informasi yang dibuat yang akhirnya dapat diterima masyarakat

35

(50)

meskipun berdampak pada penindasan intelektual dan kultural masyarakat. seperti yang dikatakan oleh Lash bahwa gejala seperti itu merupakan produk dari keberadaan rezim pemaknaan (regime of significance)yang cenderung melakukan dominasi dan hegemoni

makna atasberbagai peristiwa, pengetahuan, kesadaran, dan wacana. Rezim yang dimaksud adalah sekelompok orang yang memiliki kekuasaan formal sebagai representasi dari penguasa.36

E.7. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Konstruksi Media Tentang Realitas

Proses produksi berita sebuah media terjadi dalam sebuah tempat yang sering disebut dengan newsroom, dalam ruangan inilah pengaruh, kepentingan dan pemaknaan terhadap sebuah peristiwa terjadi sesuai dengan representasi media, sebelum akhirnya akan diproduksi dan diditribusikan kepada khalayak ramai.

Pamela J. Shoemaker dam Stephen D. Reese, mengidentifikasi lima faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan:37

1. Level individual

Pada faktor ini melihat sejauh mana pengaruh aspek personal misalnya jenis kelamin, umur, atau agama akan mempengaruhi apa yang akan ditampilkan dan disampaikan kepada khalayak. Selain aspek personalitas, aspek profesionalisme juga turut

36

Ibid, hal 24

37

(51)

mempengaruhi pemahaman pengelola media. Latar belakang pendidikan dan kecendurangan terhadap suatu hal juga akan mempengaruhi pemberitaan media.

2. Level Rutinitas Media

Rutinitas media berhubungan dengan dua mekanisme terbentuknya suatu berita yang pertama adalah proses penentuan berita dan yang kedua adalah bagaimana berita dibentuk, dalam proses penentuan berita setiap media memiliki prosedur standart dan ukuran sendiri-sendiri tentang apa yang disebut dengan berita, kriteria berita yang baik dan tidak baik, yang layak ataupun tidak layak untuk ditampilkan kepada khalayak. Sedangkan dalam proses mekanisme bagaimana berita itu dibentuk lebih menjelaskan bagaimana berita akan diproduksi, misalnya siapa yang akan meliput, bagaimana cara pendelegasiannya, siapa yang akan menulis beritanya, melalui proses dan tangan siapa sajasebuah tulisan sebelum sampai ke proses pencentakan, siapa editornya, seperti apa gambar penunjangnya, dst. 3. Level Organisasi

(52)

berita lain yang ditonjolkan karena telah terbukti menaikkan penjualan. Setiap komponen memang tidak selalu sejalan, namun setiap organisasi media memiliki tujuan dan filosofi organisasi sendiri, berbagai komponen tersebut akan mempengaruhi bagaiman seharusnya wartawan beriskap dan bagaimana juga peristiwa disajikan menjadikan sebuah berita. Level ini juga dapat menjelaskan munculnya kecenderungan media era reformasi yang mengedepankan berita politik yang tajam, sensational, bahkan bombastis. Hal ini juga dipengaruhi dengan dominasi marker regulation yang membutuhkan sajian seperti itu untuk menarik perhatian khalayak dan pengiklan. 4. Level Ekstramedia

Level ekstramedia ini berhubungan dengan faktor diluar lingkungan media, meskipun demikian tetap memiliki pengaruh terhadap pemberitaan media. Berikut merupakan faktor-faktor lingkungan luar media:

 Sumber Berita

Di sini sumber berita dipandang bukanlah pihak netral yang memberikan informasi apa adanya, mereka akan memberikan

(53)

 Sumber Penghasilan Media

Kenyataan bahwa uang yang harus digelontorkan media setiap harinya tidak sedikit, maka media harus survive dan berfikir keras bagaimana mendapatkan uang untuk menutup kebutuhan yang sangat besar itu. Salah satunya adalah dengan menyediakan space iklan bagi pengusaha yang ingin produknya gampang dikenali oleh khlayak , dan dari iklan inilah sumber penghasilan terbesar media, sumber lainnya didapat dari pelanggan/ pembeli media.

Namun, ada kalanya pengiklan memasukkan kepentingannnya kedalam media dan memaksa untuk mengembargo berita yang merugikaannya. Faktor sumber berita juga dapat menjelaskan kecenderungan media seperti majalah Garda yang menampilkan berita-berita yang memihak kepda Soeharto dan Orde Baru, dalam konteks ini, dapat dikatakan bahwa semakin kuat dukungaan terhadap Soeharto atau sebaliknya maka akan semakin besar pula kemungkinan Garda akan dibeli pembacanya.

 Pihak Eksternal

Pihak eksternal yang dimaksut disini adalah pemerintah dan lingkungan bisnis. Dalam Negara yang otoriter memegang peran yang paling dominan dalam menentukan berita apa yang akan

(54)

pernah terjadi di Indonesia pada jaman Presiden Soeharto, namun hal sebaliknya telah terjadi sekarang dimana Indonesia menjadi Negara yang demokratis, sehingga pemerintah tidak lagi ikut campur dalam isi media, tetapi justru pengaruh terbesar datangnya dari lingkungan bisnis dan pasar.

5. Level Ideologi

Berbeda dengan keempat level diatas yang tampak kongkrit, pada level ideologi ini tampak abstrak yang berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas. Ideologi ini dapat diartikan juga sebagai kerangka berfikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Pada level ini akan dilihat lebh kepada yang berkuasa dimasyarakat dan bagaimana media menentukan. Media sejatinya merupakan cerminan masyarakat, pandangan-pandangan masyarakatlah yang digunakan pengelola media untuk menyikapi perkembangan isu-isu yang terjadi.

F. Definisi Konseptual

Konsep Shoemaker dan Stephen terkait pengaruh konstruksi media adalah sebagai berikut38: pertama, faktor individual berhubungan dengan latar belakang professional dari pengelola media seperti jenis kelamin, umur, agama dan lain-lain akan mempengaruhi apa yang akan disampaikan kepada khalayak

38

(55)

ramai, tidak hanya itu kecenderungan politik pengelola media juga bisa mempengaruhi pemberitaan.

Kedua konsep rutinitas media pada kajian konstruksi media ini adalah berkaitan dengan bagaimana sebuah media cetak, elektronik maupun online memutuskan bagaimana mekanisme suatu berita akan dibentuk sampai

ditampilkannya berita tersebut, tentunya setiap media memiliki mekanisme yang berbeda-beda.

Tiga, stuktur organisasi dalam sebuah media massa akan dapat menjelaskan kecenderungan sebuah media dalam menampilkan sebuah berita karena juga dipengaruhi oleh dominasi marker regulation. Pada level ini akan dapat menjelaskan munculnya kecenderungan pers era reformasi dalam menampilkan berita-berita yang sensasional.

Empat, faktor ekstramedia merupakan konsep yang sangat berhubungan dengan lingkungan luar media, faktor lingkungan luar itu adalah sumber berita, sumber penghasilan media, dan pihak eksternal. Meskipun berada dilingkungan luar, namun level ini mampu mempengaruhi peberitaan

Kelima, Ideologi merupakan konsep yang tidak kongkrit karena berhubungan bagaimana seseorang menafsirkan sebuah realitas, konsep ideologi juga akan dapat melihat siapa yang berkuasa di masyarakat.

(56)

radio, film, dan video.39 Media online menyajikan data maupun informasi dalam bentuk online yang terdapat dalam situs website.

Menurut UU Nomor 23 Tahun 2003 Pasal 1 Angka 6 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, calon presiden dan wakil presiden adalah peserta pemilu Presiden dan Wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang telah memenuhi persyaratan.40

Kampanye pemilihan presiden (pilpres) merupakan kegiatan yang dilakukan pada periode kampanye pemilihan. Kampanye pemilihan merupakan upaya sistematis untuk mempengaruhi khalayak, terutama calon pemilih. Tujuan dari kampanye sendiri adalah supaya calon pemilih memebrikan suaranya kepada kandidat yang sedang berlaga dalam pemilihan presiden, gubernur, walikota, dll.

Analisi framing versi Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki pada dasarkan akan mengoprasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi diatas akan mempertautkan sematik narasi berita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. 41

39

ht t p:/ / mediat ajir.blogspot .com/ 2012/ 11/ pengert ian -media-online.ht ,l?m=1 (diakses pada t gl 17 Febr uari 2015 jam 08.47)

40

ht t p:/ / penelit ihukum .org/ t ag/ pengert ian-pasangan-calon-presi den-dan w akil-presiden/ (diakses pada t gl 17 Febr uari 2015 jam 09:01)

41

(57)

G. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah analisi framing. Framing pertama kali dikenalkan oleh Baterson pada tahun 1955,

awalnya Frame dimaknai sebagai struktur konsepual kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta menyediakan kategori-kategori standart yang mengapresiasi realitas. Pada tahun 1974 Goffman memperbaharui konsep ini dengan mengandaikan frame sebagai kepingan – kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas. Dalam prespektif komunikasi sendiri, analisis framing digunakan untuk membedah cara-cara ataupun ideology media saat mengkonstruksi fakta.42

G.1. Pendekatan Penelitian

Pada dasarnya

Gambar

Tabel 1 Tiga Model Sistem Hubungan Media dan Politik (Halin dan Mancini
gambar/foto, grafik

Referensi

Dokumen terkait

Gugatan atas dasar wanprestasi ini, harus dibuktikan bahwa dokter itu benar- benar telah mengadakan perjanjian, kemudian dia telah melakukan wanprestasi terhadap

8 Tahun 1995 tersebut diiringi juga dengan dikeluarkannya peraturan oleh Bapepam mengenai penyampaian laporan keuangan berkala emiten atau perusahaan melalui

menghasilkan kondisi lebih buruk daripada yang sebelumnya terjadi, karena menghasilkan masalah lebih serius – akan timbul komplikasi penyakit – sebagai

the amount of the Loan then allocated to any Category will be insufficient to finance the agreed percentage of all expendi- tures in that Category, the Fund

Bung Kar

hasil dan risiko reksadana syariah memberikan hasil bahwa kinerja imbal-hasil semua jenis reksa- dana syariah (saham, pendapat an tet ap, cam- puran dan terproteksi)

Perlakuan yang adil baik secara prosedural yaitu yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan yang dihubungan dengan hasil maupun dalam hal keadilan yang

[r]