PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN E3DU DAN
MODEL PEMBELAJARAN LC5E PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
(Skripsi)
Oleh
FATIMAH TRIYANINGSIH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN E3DU DAN
MODEL PEMBELAJARAN LC5E PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
Oleh
Fatimah Triyaningsih
Kesempatan interaksi dengan sesama siswa akan lebih mengembangkan
kemampuan siswa dalam mengomunikasikan gagasannya mengenai materi yang
sedang dibahas. Oleh sebab itu, sebaiknya guru dapat merancang kegiatan
pembelajaran yang membuat siswa nyaman untuk berinteraksi sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu variasi model pembelajaran yang
dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat meningkatkan
hasil belajar adalah penggunaan model pembelajaran E3DU dan LC5E.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar ranah
kognitif siswa pada pembelajaran fisika dengan menggunakan model
pembelajaran E3DU dan model pembelajaran LC5E. Desain eksperimen pada
penelitian ini menggunakan bentuk Pre-Eksperimental Design dengan tipe
One-Group Pretest-Posttest Design. Teknik analisis data hasil belajar siswa
menggunakan skor gain dan N-gain sedangkan pengujian hipotesis dengan
Fatimah Triyaningsih Berdasarkan hasil analisis data N-gain, rata-rata hasil belajar kognitif (produk)
pada model pembelajaran E3DU sebesar 0,72 dan pada model pembelajaran LC5E
sebesar 0,64. Persentase rata-rata hasil belajar kognitif (proses) pada model
pembelajaran E3DU diperoleh rata-rata nilai ≥70,00 sebesar 94,29% dan
mendapat nilai <70,00 sebesar 5,71%, sedangkan pada model pembelajaran LC5E
diperoleh rata-rata nilai ≥70,00 sebesar 91,43% dan mendapat nilai <70,00 sebesar
8,57 %. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar
fisika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran E3DU lebih tinggi
daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar mengggunakan model
pembelajaran LC5E.
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN E3DU DAN
MODEL PEMBELAJARAN LC5E PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
Oleh
FATIMAH TRIYANINGSIH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN E3DU DAN MODEL PEMBELAJARAN LC5E PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
Nama Mahasiswa : Fatimah Triyaningsih
Nomor Pokok Mahasiswa : 0813022030
Program Studi : Pendidikan Fisika
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. Dr. Abdurrahman, M.Si. NIP 19580603 198303 1 002 NIP. 19681210199303 1 002
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc.
Sekretaris : Dr. Abdurrahman, M.Si.
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Eko Suyanto, M.Pd.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah:
Nama : Fatimah Triyaningsih
NPM : 0813022030
Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA
Program Studi : Pendidikan Fisika
Alamat : Jl. Cendana II No:15 Desa Fajar Baru, Kec: Jati Agung,
Kab: Lampung Selatan.
Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Oktober 2012 Yang Menyatakan,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 18 November 1990, sebagai
anak ketiga dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak Tarjono dan Ibu Retno
Dumilah.
Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1995 di TK Al-Azhar 6
Jatimulyo, Kecamatan Jatiagung, Kabupaten Lampung Selatan. Pada tahun 1996
penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri 05 Jatimulyo dan
tamat pada tahun 2002. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di MTs N 2
Bandar Lampung hingga tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan
pendidikannya di MAN 1 Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2008. Pada
tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa regular
program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif sebagai pengurus Biro BBQ
FPPI FKIP tahun 2009/2010, pengurus Biro RTP FPPI FKIP tahun 2010/2011,
serta pernah terdaftar sebagai pengurus Biro RTP Birohmah tahun 2011/2012.
Pada tahun 2011/2012, penulis juga aktif sebagai pengurus Ruang Baca
Pendidikan MIPA. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum
Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Sindang Pagar Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat selama 40
hari dan pada tahun yang sama pula penulis melaksanakan praktik mengajar
melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3 Sumber Jaya
MOTTO
1. “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat”
(Q.S. Asy-Syura: 20)
Jadi sanggupkah kita jika tidak mendapat suatu bagianpun diakhirat…? jika ingin mendapatkan akhiratmu namun
tak melupakan duniamu maka
2. “Kenalilah Allah disaat lapang, niscaya Allah akan mengenalimu
disaat sempit” (HR. Tirmidzi)
Dunia ini adalah cobaan maka kesempitan merupakan suatu kepastian, hanya tinggal bagaimana manusia itu mengambil keputusan
karena
3. “Ada perbedaan antara manusia yang mendapat deraan lalu menyerah dan putus asa, dengan manusia yang menyikapinya secara positif untuk
kemudian bangun lagi dan mulai memperbaiki hidup”
(Muhammad Izza Ahsin Sidqi)
Maka temukanlah kekuatanmu
untuk menjadi seorang pemenang dunia dan akhirat, dan bagiku
4. “Kekuatan itu akan semakin bertambah saat melandasi langkah-langkah kita dengan nama Allah, untuk Allah dan karena Allah”
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt atas segala nikmat luar biasa, sehingga
manusia dapat mempelajari dan meneliti segala ciptaan-Nya yang luar biasa.
Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya sederhana ini kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah sabar dalam mendidik dan
membesarkanku serta mendo’akan yang terbaik untuk kehidupanku.
2. Adik-adik dan Mba-mba’ku yang senantiasa memberikan dukungan dan
motivasi untuk kesuksesanku.
3. Keluarga besar yang senantiasa menantikan keberhasilanku.
4. Para pendidik yang ku hormati.
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena kasih sayang dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa dengan Menggunakan Model
Pembelajaran LC5E dan Model Pembelajaran E3DU pada Materi Listrik Dinamis” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Fisika di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika.
4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik,
Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan,
arahan dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku Pembimbing II atas kesediaan dan
keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan
6. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd. Selaku Pembahas yang selalu memberikan
bimbingan dan saran atas perbaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan
Pendidikan MIPA.
8. Bapak Supriyanto, SH, MM. selaku Kepala SMA Al-Huda Jati Agung,
Lampung Selatan.
9. Bapak Farid Densa, S.TP. selaku guru mitra atas bantuan dan kerja samanya
selama penelitian berlangsung.
10.Bapak dan Ibu Guru serta Staf SMA Al-Huda Jati Agung, Lampung Selatan.
11.Siswa-siswi kelas X1 dan X2 SMA Al-Huda Jati Agung, Lampung Selatan.
12.Sahabat seperjuangan di Lebai Famz: Abi Sarah, Umi Laras, Mimi Tina, Pipi,
Nenek Henni, Kakak Tata, Ukhti Dewi. Yuk, kita terus perbaiki diri agar
dapat selalu lebai (lebih baik).
13.Rekan-rekan Pendidikan Fisika 2008: Lis, Niluh, Diana A, Rani, Siska, DJ,
Hervin, Icha, Echi, Happy, Diana Sari, Sinka, Ninik, Theo, Anna, Fathin,
Salva, Dio, Ismu, Nouval, Bayu, Johan, Mario, Fahrudin, Husni, Nurrohman,
Mardian, Wira, Widi, Ahmadi, Arif . Terimakasih atas persaudaraan dan
kebersamaannya.
14.Kakak tingkat 2006, 2007 serta adik-adik tingkat angkatan 2009, 2010 dan
2011. Terimakasih atas bantuannya dan teruslah berjuang!!
15.Teman - teman di FPPI, Terima kasih atas kebersamaan dan ukhuwah yang
selalu terjaga, tetap bejuang sahabat!!!
16.Temen - temen pengurus refrensi; Pipi, Mb’Dian, Mb’Desy, Mb’Erlida,
17.Temen-temen KKN dan PPL diSindang pagar: Ayu, Aulia, Eni, Elvina, Yusi,
Doni, Endriyan dan Azis.
18.Semua jajaran karyawan dan tentor BKB Nurul Fikri yang telah memberikan
ilmu dan motivasi baik langsung maupun tidak langsung,
19.Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta
berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Fajar Baru, Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... xv
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR GAMBAR ... xix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis ... 7
1. Model pembelajaran LC5E ... 7
2. Model pembelajaran E3DU ... 14
3. Hasil Belajar ... 18
B. Kerangka Pemikiran ... 21
C. Hipotesis ... 26
III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 27
B. Sampel Penelitian ... 27
C. DesainPenelitian ... 27
xvi
E. Prosedur Penelitian ... 29
F. Instrumen Penelitian ... 33
G. Analisis Instrumen ... 33
H. Teknik Pengumpulan Data ... 35
I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 36
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1 Silabus E3DU ... 72
2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) E3DU ... 79
3 LKK SMA Kelas E3DU ... 101
4 Kunci jawaban LKK SMA Kelas E3DU ... 117
5 Silabus LC5E ... 133
xvii
7 LKK SMA Kelas LC5E ... 161
8 Kunci jawaban LKK SMA Kelas LC5E ... 177
9 Buku Siswa ... 193
10 Kisi-Kisi Pretest dan Post Test ... 202
11 Rubrik Penilaian Hasil Belajar ... 207
12 Lembar Pretest dan Post Test ... 212
13 Lembar Penilaian (LP) 1: Produk ... 215
14 Kunci Lembar Penilaian (LP): 1 ... 217
15 Lembar Penilaian (LP) 2: Proses, Hukum Ohm (E3DU) ... 220
16 Lembar Penilaian (LP) 2: Proses, Hukum Ohm (LC5E) ... 221
17 Data Hasil Uji Coba Soal di Kelas XI IPA1 ... 222
18 Data Hasil Uji Validitas Butir Soal ... 223
19 Data Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 224
20 Data Rekapitulasi Nilai Kognitif Produk Siswa ... 225
21 Data Uji Normalitas Nilai Hasil Siswa ... 226
22 Data Uji Homogenitas Nilai Hasil Siswa ... 226
23 Data Sampel Tidak Berhubungan ... 227
24 Data Rekapitulasi Nilai Kognitif Proses Siswa ... 228
25 Surat Keterangan Penelitian ... 230
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Perlakuan yang diberikan pada kelas X1 dan X2 ... 23
3.1. Data Hasil Belajar Siswa (test) ... 36
3.2. Data Rekapitulasi N-gain Siswa ... 36
4.1. Hasil Uji Validitas Soal ... 44
4.2. Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 44
4.3. Kenaikan Hasil Belajar Siswa ... 51
4.4. Hasil Uji Normalitas N-Gain ... 52
4.5. Hasil Uji Homogenitas N-Gain ... 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Diagram Fase Pelaksanaan Pembelajaran Model Siklus ... 9
2.2 Diagram Paradigma Pemikiran ... 25
3.1. Desain Eksperimen One-Group Pretest-Post Test Design ... 28
4.1 Grafik Presentase Hasil Belajar N-Gain ... 57
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memfasilitasi dan
meningkatkan kualitas belajar para siswa. Berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pembelajaran bergantung kepada bagaimana proses pembelajaran
dirancang dan dijalankan secara profesional. Agar proses pembelajaran
dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, maka salah satu
strateginya adalah dengan memilih model pembelajaran yang sesuai. Suatu
model pembelajaran tidak dapat diterapkan pada semua meteri sehingga
guru mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran yang tepat.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru fisika di
SMA Al-Huda Jati Agung diketahui bahwa nilai rata-rata siswa pada
materi listrik dinamis ditahun 2010-2011 belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM). Hal tersebut disebabkan karena siswa
masih malu untuk mengungkapkan gagasannya, masih ragu-ragu dalam
mengemukakan permasalahan serta siswa belum mampu menyampaikan
ide atau pendapatnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang siswa kelas X SMA
2 pelajaran fisika sebagai pelajaran yang sulit, membosankan, serta banyak
menghafal rumus. Ketika diberikan permasalahan yang tidak sesuai
dengan contoh, siswa masih bingung bagaimana menyelesaikannya.
Berbagai usaha telah dilakukan guru dalam mengatasi permasalahan di
atas, diantaranya memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya diluar
jam pelajaran, tetapi usaha itu belum mampu merangsang siswa untuk
aktif dalam pembelajaran. Siswa yang menjawab pertanyaan guru,
cenderung didominasi oleh beberapa orang. Akibatnya pada saat diadakan
tes, sebagian besar siswa masih mendapat nilai di bawah rata-rata, hal ini
secara langsung mempengaruhi rendahnya hasil belajar yang mereka
peroleh.
Agar siswa merasa nyaman mengikuti kegiatan pembelajaran sebaiknya
siswa diajak untuk berinteraksi dengan seluruh peserta belajar yang ada
dalam kelas. Kesempatan interaksi dengan sesama siswa akan lebih
mengembangkan kemampuan siswa dalam mengomunikasikan ide atau
gagasannya mengenai materi yang dibahas. Oleh sebab itu pembelajaran
fisika hendaknya dirancang dengan baik.
Model pembelajaran yang sesuai untuk merangsang siswa berinteraksi
dalam kelas adalah model pembelajaran E3DU dan model pembelajaran
learning cycle 5E. Hal ini disebabkan siswa memiliki kesempatan yang
lebih luas untuk mengemukakan pendapatnya dan siswa akan menemukan
konsep berdasarkan pemahamannya sendiri. Selain itu, siswa juga diberi
3 Tahap-tahap kegiatan pembelajaran E3DU yaitu: mengembangkan
pemikiran dari suatu fenomena (explore), membuat hipotesis atas
konsep-konsep yang berkaitan dengan fenomena yang diberikan (diagnose),
merancang tes pribadi untuk mengetahui kebenaran konsep yang telah
ditemukan (design), mendiskusikan informasi yang didapat (discuss),
menerapkan konsep yang dimiliki dari kegiatan pembelajaran (use).
Pada model pembelajaran learning cycle 5E dilakukan kegiatan-kegiatan
yaitu membangkitkan minat siswa (engagement), siswa berinteraksi dengan
lingkungan (exploration), siswa menyampaikan gagasan yang mereka
miliki melalui kegiatan diskusi (explaination), siswa mengaplikasikan
konsep yang mereka dapatkan (elaboration) dan terdapat suatu tes akhir
untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa (evaluation).
Listrik dinamis merupakan salah satu materi pada mata pelajaran fisika
yang terdapat di kelas X semester 2. Alasan mengapa topik ini dipilih
adalah karena guru mata pelajaran fisika kelas X SMA Al-Huda Jati
Agung berencana membelajarkan topik ini dengan pembelajaran
konvensional sehingga ingin dicari model pembelajaran yang lebih efektif.
Untuk melihat mana yang lebih efektif antara model pembelajaran E3DU
dan model pembelajaran learning cycle 5E terhadap hasil belajar siswa
pada materi listrik dinamis, maka perlu dilakukan penelitian. Berdasarkan
uraian diatas, maka telah dilakukan suatu penelitian yang berjudul
“Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa dengan Menggunakan Model
4 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan
menggunakan model pembelajaran E3DU dan model
pembelajaran learning cycle 5E?
2. Apakah hasil belajar siswa dengan mengunakan model
pembelajaran E3DU lebih tinggi daripada model pembelajaran
learning cycle 5E?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan
menggunakan model pembelajaran E3DU dan model
pembelajaran learning cycle 5E.
2. Mengetahui manakah yang lebih tinggi antara hasil belajar siswa
yang menggunakan model pembelajaran E3DU dan model
pembelajaran learning cycle 5E.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih dan
5 sesuai dengan materi pembelajaran fisika, terutama pada materi
pokok listrik dinamis.
2. Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran fisika disekolah.
3. Meningkatkan hasil belajar siswa dan ketrampilan siswa untuk
saling bekerjasama dalam hal kebaikan.
4. Sebagai bahan literatur bagi peneliti lain untuk mengembangkan
penelitian sejenis dalam ruang lingkup yang lebih luas.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagai mana yang telah dirumuskan,
maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada:
1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X1 dan X2 SMA
Al-Huda Jati Agung semester genap tahun ajaran 2011/2012
2. Model Pembelajaran E3DU merupakan suatu model
pembelajaran yang menyoroti pentingnya diagnosis sebelum
terbentuknya kelompok. Saat pembelajaran akan dimulai,
pengajar harus mendapatkan gambaran tentang konsep yang telah
dimiliki siswa. Tahapan-tahapan kegiatan pembelajarannya yaitu:
mengembangkan pemikiran dari suatu fenomena (explore),
mendiagnosis konsep yang dimiliki (diagnose), merancang tes
untuk mengukur kemampuan yang dimilikinya (design),
mendiskusikan informasi yang didapat (discuss), menerapkan
6 3. Model Pembelajaran learning cycle 5E merupakan model
pembelajaran yang menuntut siswa berperan aktif untuk
menguasai kompetensi-kompetensi yang akan dicapai. Tahap -
tahapan kegiatan yang harus dilaluinya yaitu membangkitkan
minat siswa (engagement), berinteraksi dengan lingkungan
(exploration), menyampaikan gagasan dalam diskusi
(explaination), mengaplikasikan konsep-konsep (elaboration) dan
tes akhir (evaluation ).
4. Hasil Belajar yang dimaksud oleh peneliti adalah kemampuan
koognitif siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika yang
ditunjukkan dengan nilai tes hasil belajar.
5. Materi pembelajaran yang akan diberikan pada penelitian ini
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoretis
1. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
Model pembelajaran learning cycle 5E atau dalam penulisannya
disingkat LC5E adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat
pada siswa sehingga siswa tidak hanya sebagai pendengar. Hal ini
didukung oleh pendapat Fajaroh (2008: 1)
Model pembelajaran siklus belajar merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif .
Pada model pembelajaran LC5E siswa diajak untuk berfikir dan
membangun pemahaman melalui tahap-tahap pembelajaran yang telah
mereka lewati, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang
membimbing siswa dalam melaksanakan pembelajaran tersebut.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tiap fase dalam LC5E mewadahi
pebelajar untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri
dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Siswa
mempelajari materi dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan yang
8 Dikutip dari Astrina (2011: 29) menyatakan bahwa LC5E pada mulanya
terdiri dari fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept
introduction), dan aplikasi konsep (concept application). Pada tahap
eksplorasi, pebelajar diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca
inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan
melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum, menganalisis artikel,
mendiskusikan fenomena alam, mengamati fenomena alam atau perilaku
sosial, dan lain-lain.
Pada fase pengenalan konsep terjadi proses menuju kesetimbangan antara
konsep-konsep yang telah dimiliki pebelajar dengan konsep-konsep yang
baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar
seperti menelaah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada fase terakhir,
yakni aplikasi konsep, pebelajar diajak menerapkan pemahaman
konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti problem solving
(menyelesaikan masalah-masalah nyata yang berkaitan) atau melakukan
percobaan lebih lanjut.
Menurut Wena yang dikutip oleh Astrina (2011: 31) lima tahapan dalam
model siklus belajar adalah:
1. Engagement, yaitu tahap pembangkitan minat, merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada tahap ini guru berusaha
9 2. Exploration, merupakan tahap kedua dalam siklus belajar. Pada
tahap ini dibentuk kelompok kecil oleh guru, kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok tanpa pembelajaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini siswa didorong untuk menguji hipotesis atau membuat hipotesis, mencoba alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi. Tujuan dari tahap ini adalah mengecek pengetahuan siswa apakah sudah benar atau masih salah.
3. Explanation, merupakah tahap ketiga siklus belajar. Pada tahap penjelasan, guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat atau pemikiran sendiri, meminta bukti dan kalrifikasi atas penjelasan siswa, dan saling
mendengar secara kritis penjelasan antar siswa dan guru. Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi definisi dan penjelasan atas konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai bahan diskusi.
4. Elaboration, yaitu tahap keempat siklus belajar. Pada tahap elaborasi siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru dan konteks yang berbeda. Dengan demikian, siswa dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat menerapkan dan mengaplikasikan konsep yang baru dipelajari dalam situasi baru.
5. Evaluation, yaitu tahap akhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi guru mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru.
Berikut disajikan diagram visual fase pelaksanaan pembelajaran model
siklus belajar:
10 Pada fase awal (engagement) bertujuan mempersiapkan diri pebelajar
agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya Pada fase ini, guru
memperkenalkan pelajaran yang akan dipelajari yang sifatnya
memotivasi atau mengaitkannya dengan hal-hal yang membuat siswa
lebih berminat untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru
dalam mengajar. Fase ini dapat dilakukan dengan memberikan
pertanyaan, memberikan gambaran tentang materi yang akan dipelajari,
membaca, demonstrasi, atau aktivitas lain yang digunakan untuk
membuka pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa keingintahuan
siswa. Fase ini juga diigunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
dan pikiran siswa mengenai konsep yang akan dipelajari.
Pada fase exploration, dapat dilakukan dengan mengobservasi, bertanya,
dan menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah
disediakan sebelumnya. Pada fase ini juga siswa diberi kesempatan untuk
bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran
langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat
pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum
dan telaah literatur.
Pada fase explanation, guru harus mengajak dan mendorong siswa untuk
menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan
klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi.
11 dipelajari selanjutnya guru menjelaskan konsep dan definisi yang lebih
formal untuk menghindari perbedaan konsep yang dipahami oleh siswa.
Pada fase elaboration, bertujuan untuk membawa siswa menggunakan
definisi-definisi, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan yang
telah dimiliki siswa dalam situasi baru melalui kegiatan seperti praktikum
lanjutan dan problem solving. Fase ini dapat meliputi penyelidikan,
pemecahan masalah, dan membuat keputusan.
Pada gambar siklus belajar LC5E di atas, terlihat bahwa evaluation
dilakukan penilaian terhadap seluruh pembelajaran, evaluasi terhadap
efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan,
pemahaman konsep, atau kompetensi pebelajar melalui problem solving
dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong pebelajar
melakukan investigasi lebih lanjut. Pada fase ini dapat digunakan
berbagai strategi penilaian formal dan informal. Guru diharapkan secara
terus-menerus dapat mengobservasi dan memperhatikan siswa terhadap
pengetahuan dan kemampuannya.
Berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode pembelajaran bersiklus
seperti dipaparkan di atas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar
keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali dan
memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang
dipelajari. Pada fase evaluasi juga dilakukan tes untuk mengukur
ketuntasan siswa. Jika dalam evaluasi belajar siswa belum mencapai
12 yang belum dipahami. Apabila siswa mengalami kesulitan, siswa dapat
bertanya pada sumber belajar lain, seperti guru, teman, dan sebagainya.
Jika siswa mencapai KKM, maka siswa dapat melanjutkan ke bab
selanjutnya.
Berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode pembelajaran bersiklus
seperti dipaparkan di atas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar
keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali dan
memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang
dipelajari. Berdasarkan uraian di atas, LC5E dapat dimplementasikan
dalam pembelajaran bidang sains.
Implementasi LC5E dalam pembelajaran menempatkan guru sebagai
fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari
perencanaan (terutama pengembangan perangkat pembelajaran),
pelaksanaan (terutama pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan
proses pembimbingan) sampai evaluasi. Efektifitas implementasi LC5E
biasanya diukur melalui observasi proses dan pemberian tes.
Menurut Hudojo dalam Massofa (2008: 9) Implementasi LC5E dalam
pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivis yaitu:
1. Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan
dikonstruksi dari pengalaman siswa.
2. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu.
13
Dengan demikian proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer
pengetahuan dari guru ke siswa, seperti dalam falsafah behaviorisme,
tetapi merupakan proses pemerolehan konsep yang berorientasi pada
keterlibatan siswa secara aktif dan langsung.
Menurut Cohen dan Clough dalam Massofa (2008: 9) menyebutkan
bahwa penerapan model LC5E memiliki kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut:
Kelebihan LC5E:
1. Meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar (siswa) dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran 2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar 3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna
Kekurangan LC5E:
1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran
2. Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran
3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi
4. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kelebihan,
maka butuh peran guru dan siswa dalam menyukseskan proses
pembelajaran yang akan berlangsung, karena kekuatan terbesar untuk
mencapai tujuan dalam proses pembelajaran adalah kesadaran siswa
14 2. Model Pembelajaran E3DU
Pada model pembelajaran E3DU, guru dapat membantu siswa untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep sains yang siswa miliki. Peran
Pengajar adalah untuk memperhatikan indikator pemahaman awal,
kesalahpahaman, gagasan yang muncul, dan ide-ide asli yang ada untuk
memilih strategi pembelajaran yang berbeda. Model pembelajaran
E3DU menyoroti pentingnya diagnosis sentral dalam membentuk
kemitraan antara pengajar dan pelajar untuk mengetahui kesalahan
konsep yang siswa miliki tentang fenomena sains.
Sebelum pembelajaran dimulai, pengajar harus menemukan cara untuk
mendapatkan gambaran tentang konsep yang telah dimiliki oleh siswa
secara keselurahan sehingga guru harus mempertimbangkan terlebih
dahulu pengetahuan dan pengalaman siswa, mengidentifikasi kesalahan
konsep yang dimiliki siswa secara umum, merencanakan kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan sehingga didapatkan konsep-konsep
sains yang benar, memandu pelajar untuk mengembangkan pengetahuan
yang baru siswa miliki dalam fenomena yang berbeda. Siswa dapat
belajar dari pengalaman sehingga menghasilkan konsep yang lebih
akurat, lebih ahli, lebih terkonsep.
Keberhasilan pembelajaran tergantung pada kemampuan guru untuk
memandu siswa melalui proses aktif dalam kegiatan pembelajaran
dengan cara siswa mengajukan pertanyaan, berdikusi dan menguji
15 melibatkan siswa untuk merasakan pengalaman yang sebenarnya
sehingga mereka tergerak untuk berpikir sebagai ilmuwan dan
melakukan penelitian.
Pengajaran model E3DU ditemukan oleh McComas (1995), yang
menegaskan bahwa guru perlu mengetahui konsep-konsep yang telah
dimiliki siswa, sehingga dibutuhkan interaksi antara siswa dan guru
untuk mengetahui konsep yang benar. Model pembelajaran E3DU adalah
pengembangan dari model pembelajaran siklus belajar. Model
pembelajaran E3DU memiliki 5 fase yang terdiri dari guru menganalisis
konsep sains yang telah dimiliki siswa secara pribadi, memandu
eksplorasi, membimbing kemajuan proses individual, memberi tantangan
dari ide yang telah dimiliki siswa. Dasar pemikiran dari model E3DU
adalah guru memainkan perannya dalam membimbing siswa secara
mandiri untuk mecapai tujuan tertentu.
Menurut Shope dan Chapman (2001) dalam Shope Richard E (2006: 1)
menyatakan bahwa terdapat lima tahapan dalam model pembelajaran
E3DU adalah:
1. Explore: Students explore the phenomenon: in the form of a discrepant event, a visual display, a hands-on activity, an observation, or exposure to a variety of information sources, print, videos, film clips, internet sites. Object is to think toward proposing explanations of the phenomenon, selecting from a substrate of ideas.
16
3. Design: Students design personally-relevant tests of their ideas; create a context for a crucial experiment or prediction to test strength or weakness of a proposed explanation in both its explanatory and predictive value. The process of thinking out a personally-relevant test allows the students to explore the phenomenon in new ways.
4. Discuss : Students discuss the implications. If the results suggest that a new conception is needed to replace a misconception, such alternative ideas are considered. Students may come up with their own ideas or their readiness may be open to exposure to a new theory presented by the teacher or other information source.
5. Use : Students apply new understanding; place the new
conception in relation to other related knowledge; may also lead to a new cycle that further confirms or disconfirms the validity of the new conception.
Pada zona explore siswa diberi kesempatan untuk menggali fenomena
yang telah diberikan oleh guru sehingga siswa menghasilkan pertanyaan,
membuat dugaan, dan mengusulkan penjelasan sehingga siswa dapat
menggali fenomena tersebut secara mendalam. Guru mendengarkan
berbagai pertanyaan, hipotesis, dan penjelasan-penjelasan yang
dikemukakan oleh siswa untuk mendapatkan wawasan tentang potensi
perubahan konseptual dan mengembalikan pertanyaan yang diajukan
siswa dengan pertanyaan yang lebih terkonsep.
Zona konstruktif yang terdiri dari (diagnose, design, discuss), dimana
siswa menggunakan alat laboratorium untuk melakukan penyelidikan
ilmiah sesuai pemahaman yang mereka miliki, merancang tes untuk
mengukur kemampuan yang telah dimilikinya serta mendiskusikan ide
yang telah dimiliki. Dalam zona ini, peran guru adalah mengamati
17 menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki dari kegiatan yang
telah dilakukan.
Zona aplikasi (use), dimana siswa menunjukkan pengetahuan baru yang
telah dimiliki dengan mengaplkasikannya serta menerapkan ilmu
pengetahuan dalam situasi baru, memecahkan masalah baru. Pada fase ini
pula guru dan siswa dapat mengevaluasi kemajuan yang telah dimiliki,
hal tersebut dapat dilihat dari bisa atau tidaknya siswa menerapkan
konsep yang telah didapat dalam situasi yang berbeda.
Model pembelajaran E3DU berorientasi pada perbaikan konsep keliru
yang telah siswa miliki melalui mepenyelidikan ilmiah. Carey dalam
Shope Richard E (2006: 1) menegaskan bahwa :
Teachers and science educators should be made aware of the important and perhaps surprising consequences of looking at the problem of science education in terms of conceptual change. For example, I have often heard teachers and science educators blame student misconceptions on faulty education at an earlier stage in the curriculum. Rather, student misconceptions are inevitable. Not having the target concepts is not an undesirable stage in students but an absolutely necessary one. Indeed, students will construct intermediate steps and misconceptions that do not conform with the views of developed science, and educators should recognize when these steps constitute progress, not problems.
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa guru dan siswa harus sadar akan
pentingnya masalah dalam pendidikan sehingga mereka termotivasi
untuk terus memperbaiki konsep-konsep yang telah mereka miliki.
18 menyalahkan konsep-konsep yang telah siswa miliki melainkan harus
membimbing siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan jalan
keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi siswa.
3. Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu tindakan perilaku yang kompleks yang
berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan tingkah laku pada diri sendiri. Sebagai bentuk
tindakan, maka sikap pembelajarlahnyang dapat menentukan perubahan
yang terjadi dalam diri sendiri. Hal tersebut didukung oleh pendapat
Slameto (2003: 2)
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa siswa merupakan
kunci utama dalam menentukan perubahan tingkah laku dan perubahan
pengetahuan yang semestinya dimiliki, sehingga siswa harus
memanfaatkan setiap kondisi yang telah diciptakan guru untuk
memperoleh pengetahuan sebanyak-banyaknya.
Ciri akhir dari proses pembelajaran adalah adanya evaluasi untuk
mengetahui bagaimana hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Evaluasi
dalam pembelajaran dikelas tidak hanya dilakukan oleh guru melainkan
dapat melibatkan siswa, sehingga siswa dapat menilai sendiri pekerjaan
19 temannya. Hal ini tentu dapat membangkitkan motivasi siswa untuk
mencapai hasil belajar yang lebih baik, karena siswa dapat mengetahui
kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan sehingga siswa tersebut dapat
memperbaikinya.
Hasil belajar siswa dapat dinyatakan dengan nilai berupa angka atau
huruf sebagai pernyataan berhasil atau tidaknya siswa didalam proses
pembelajaran.Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 200):
Hasil belajar merupakan hasil proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Dengan tujuan mengetahui tingkat keberhasilan yang ditandai dengan huruf atau kata atau simbol yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pendapat di atas menjelaskan bahwa hasil belajar bukan hanya sekedar
nilai akhir dari kegiatan-kegiatan pembelajaran, melainkan hasil dari
proses kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, sehingga dengan
mengetahui hasil belajar membuat siswa paham sampai sejauh mana
perubahan sikap dan pengetahuan siswa dari proses pembelajaran.
Dikutip dari Adesanjaya (2011: 1) yang menuliskan bahwa hasil belajar
siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran.
Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh
guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif
(intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi
20 (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan
demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa
berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan
dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri
indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga
nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
Hasil belajar siswa menyangkut semua perubahan perilaku yang dialami
oleh siswa sebagai akibat proses belajar baik sebagai instructional effect
maupun nurturants effect. Tingkah laku yang dimaksud dapat berupa
keterampilan intelektual (kognitif), keterampilan proses (kognitif dan
kinerja), keterampilan psikomotor (kinerja), keterampilan sosial, maupun
sikap. Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan
psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan
afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses
pembelajaran di sekolah.
Aspek kognitif berkenaan dengan prilaku yang berhubungan dengan
berpikir , mengetahui dan memecahkan masalah. Aspek kognitif
memiliki enam tingkatan. Dalam Sumiati (2007: 214) aspek kognitif
memiliki enam tingkatan sebagai berikut:
a. Pengetahuan (knowledge)
21 b. Pemahaman ( comprehension, understanding)
Pemahaman adalah kemampuan memahami arti suatu materi pelajaran seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas suatu pengertian
c. Penerapan (aplication)
Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan atau
menafsirkan suatu materi yang sudah dipelajari kedalam situasi baru atau situasi yang konkret. Sepeerti menerapkan dalil , metode, konsep, prinsip atau teori.
d. Analisis ( analysis)
Analisis adalah kemampuan menguraikan atau menjabarkan sesuatu kedalam komponene-komponen atau bagian-bagian sehingga susunanaya dapat dimengerti.
d. Sintesis ( synthesis)
Kemampuan sintesisi menunjukan pada menghimpun bagian kedlam suatu keseluruhan.kemampuan ni adalah semacam
kemampuan merumuskan suatu pola terstruktur baru berdasarkan pada berbagai informasi atau fakta.
e. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan pada maksud atau kriteria tertentu.
Berdasarkan tingkatan di atas, aspek tingkatan tingkatan tersebut
memudahkan guru dalam menyiapkan pertanyaan-pertanyaan atau
soal-soal yang akan diujikan kepada siswa.
B. Kerangka Pemikiran
Penelitian tentang perbandingan hasil belajar fisika menggunakan model
pembelajaran E3DU dan model pembelajaran LC5E merupakan
penelitian yang terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model
pembelajaran E3DU sebagai (X1) dan model pembelajaran LC5E (X2),
sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y).
Hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran E3DU (Y1) dan
22
Untuk memperjelas kerangka pemikiran penelitian ini, maka dapat
digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
Gambar 2.2. Diagram Paradigma Pemikiran.
Keterangan:
1
X : model pembelajaran E3DU
2
X : model pembelajaran LC5E Y1 : hasil belajar E3DU
Y2 : hasil belajar LC5E
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan
dua kelas yaitu kelas X1 dan X2, sedangkan materi yang akan diterapkan
pada penelitian ini terdiri dari beberapa sub materi pembelajaran yaitu
hukum Ohm, rangkaian hambatan dan hukum 1 Kirchoff. Pada hari
pertama dan kedua pembelajaran listrik dinamis, kelas X1 menggunakan
model pembelajaran E3DU untuk sub materi hukum Ohm sedangkan
kelas X2 menggunakan model pembelajaran LC5E. Sedangkan pada hari
ketiga pembelajaran listrik dinamis, kelas X1 menggunakan model
pembelajaran E3DU untuk sub materi rangkaian hambatan dan hukum 1
Kirchoff sedangkan kelas X2 menggunakan model pembelajaran LC5E. X1
X2
Y1
Y2
23
Untuk mempermudah pengamatan, perlakuan yang diberikan pada kelas
X1 (A) dan kelas X2 (B) diilustrasikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1. Perlakuan yang diberikan pada kelas X1 (A) dan X2 (B).
Pokok bahasan
Perlakuan Eksperimen E3DU LC5E
1. hukum Ohm A B
2. rangkaian hambatan dan hukum 1 Kirchoff
B A
Sebelum pembelajaran dimulai, masing-masing kelas diberikan soal
pretest untuk mengukur kemampuan awal siswa dan diakhir kegiatan
pembelajaran, siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan soal posttest
untuk melihat kemampuan akhir siswa. Dengan begitu, guru dapat
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa (N-Gain) baik pada kelas X1
maupun X2. Untuk melihat mana yang lebih baik dari kedua model yang
telah diterapkan maka guru akan membandingkan N-Gain tersebut.
Kedua model pembelajaran tersebut, tentunya memiliki keunggulan dan
kelemahan masing-masing sehingga pada penelitian ini akan dicobakan
kedua model tersebut untuk mengetahui mana yang lebih efektif ketika
kedua model pembelajaran itu diterapkan di kelas X1 dan X2 semester
24 Pada model pembelajaran LC5E, siswa diberi kesempatan untuk
melewati beberapa fase seperti guru dapat mengajukan pertanyaan yang
sesuai dengan topik yang akan dipelajari untuk memotivasi siswa pada
pembelajaran tersebut.
Pada fase berikutnya, siswa diberi kesempatan untuk bekerjasama dengan
teman-temannya mengenai materi listrik dinamis, menjelaskan konsep
dengan kalimat mereka sendiri kemudian mengaplikasikan konsep dan
kecakapan yang telah mereka miliki dalam situasi yang berbeda. Selama
proses pembelajaran berlangsung, guru bertugas untuk mengobservasi
pengetahuan dan kecakapan siswa dalam mengaplikasikan konsep dan
perubahan berfikir siswa.
Model pembelajaran E3DU menyoroti pentingnya diagnosis sentral
dalam membentuk kemitraan antara pengajar dan pelajar untuk
mengetahui kesalahan konsep yang siswa miliki tentang fenomena sains.
Saat pembelajaran akan dimulai, pengajar harus mendapatkan gambaran
tentang konsep yang telah dimiliki siswa.
Tahapan-tahapan kegiatan pembelajarannya yaitu: mengembangkan
pemikiran dari suatu fenomena (explore), membuat hipotesis atas
konsep-konsep yang berkaitan dengan fenomena yang diberikan
(diagnose), merancang tes pribadi untuk mengetahui kebenaran konsep
yang telah ditemukan (design), mendiskusikan informasi yang didapat
25 (use). Dari tahap-tahap model pembelajaran E3DU diatas terlihat bahwa
siswa diberi kesempatan yang lebih luas dalam bereksperimen.
Berdasarkan uraian diatas, diduga bahwa hasil belajar fisika siswa pada
topik listrik dinamis dengan menggunakan model pembelajaran E3DU
akan lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar fisika siswa
dengan menggunakan model LC5E.
C. Anggapan Dasar
Peneliti memiliki anggapan dasar dalam pelaksanaan penelitian ini, yaitu:
1. Seluruh siswa kelas X1dan X2 semester genap tahun pelajaran
2011/2012 yang menjadi objek penelitian mempunyai kemampuan
akademis yang relatif sama dalam mata pelajaran fisika.
2. Siswa memiliki hasil belajar fisika yang berbeda-beda.
3. Kelas yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran
LC5E dan kelas yang menggunakan model pembelajaran E3DU
memperoleh materi, alokasi waktu pembelajaran dan diajar oleh guru
yang sama.
4. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar
fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran E3DU dan
26 D. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka, kerangka pikir dan anggapan dasar yang
telah diuraikan, maka rumusan hipotesis penelitian ini adalah:
1. Ada perbedaan hasil belajar siswa antara model pembelajaran E3DU
dengan model pembelajaran LC5E.
2. Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran E3DU
lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang menggunakan model
III. METODE PENELITIAN
A.Populasi Peneletian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Al-Huda Jati
Agung pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012.
B.Sampel Peneltian
Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive
sampling, Artinya sampel yang diambil dari populasi sesuai dengan
pertimbangan tertentu. Berdasarkan nilai hasil belajar semester satu maka
sampel penelitian yang diambil terdiri dari dua kelas yaitu kelas X1 dan kelas
X2 SMA Al-Huda Jati Agung pada semester genap Tahun Pelajaran
2011/2012. Pada kelas X1 berjumlah 35 siswa dan kelas X2 berjumlah 35 siswa.
C.Desain Penelitian
Pada penelitian ini akan digunakan desain penelitian berupa
Pre-Eksperimental Design dengan tipe One-Group Pretest-Posttest Design. Pada
desain ini, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi
perlakuan. Pada penelitian ini, terdapat dua kelas yang akan diberi perlakuan
berbeda dengan beberapa sub topik listrik dinamis yaitu hukum Ohm,
rangkaian hambatan dan hukum 1 Kirchoff. Untuk sub topik hukum
28
1
O X1 O2
1
O X2 O2
E3DU terhadap kelas X1 dan model pembelajaran LC5E terhadap kelas X2,
sedangkan pada subtopik rangkaian hambatan dan hukum 1 Kirchoff, peneliti
akan memberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran LC5E
terhadap kelas X1 dan model pembelajaran E3DU terhadap kelas X2.
Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Desain eksperimen One-Group Pretest-Posttest Design
Keterangan: O1 : nilai pretest
2
O : nilai posttest
1
X : model pembelajaran E3DU
2
X : model pembelajaran LC5E
Sugiyono (2010: 110-111)
D.Variabel Penelelitian
Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan
veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran E3DU (X1) dan model pembelajaran LC5E (X2), sedangkan
variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa dengan menggunakan model
29 E.Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Persiapan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah sebagai
berikut:
a. Membuat surat penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian
untuk mendapatkan informasi tentang kelas yang akan diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian yaitu dua kelas dari populasi untuk
kelas eksperimen.
d. Mempersiapkan perangkat pembelajaran antara lain: silabus,
rencana pelaksanaan pembelajaran, analisis materi pembelajaran,
lembar kerja siswa dalam kelompok, dan tes hasil belajar.
e. Memberikan tes awal, yang akan digunakan sebagai nilai dasar
siswa dalam menentukan skor peningkatan individu.
f. Menentukan kelompok dengan didasarkan pada nilai dasar siswa
yang diperoleh dari tes awal dengan tetap memperhatikan
heterogenitas ras, suku, jenis kelamin, dan asal sekolah.
g. Memberikan penjelasan kepada siswa tentang jalannya kegiatan
30 2. Pelaksanaan
A. Model pembelajaran E3DU
1. Explore
Siswa mengeksplorasi fenomena dalam bentuk yang berbeda, seperti
melalui tampilan visual, kegiatan eksperimen, observasi, atau
mencari penjelasan dari berbagai sumber informasi seperti: cetak,
video, klip film, situs internet. Siswa memberikan penjelasan dari
fenomena tersebut berdasarkan ide yang dimilikinya.
2. Diagnose
Guru membangkitkan pemahaman konsep yang telah siswa miliki
dan menilai bagaimana siswa mengemukakan konsep yang masuk
akal. Memilih langkah pembelajaran yang tepat, untuk menyadarkan
siswa terhadap kesalahpahaman konsep yang telah dimiliki; Guru
memandu siswa untuk mencari penjelasan yang lebih akurat.
3. Design
Siswa merancang tes yang relevan berdasarkan ide-ide mereka,
menciptakan rangka percobaan berdasarkan hipotesis yang mereka
buat untuk menguji kebenaran atau kesalahan penjelasan yang telah
diusulkan. Dengan adanya tes ini, siswa dimungkinkan
31 4. Discuss
Siswa berdiskusi mengenai penerapan dari kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan. Jika hasil diskusi tersebut menunjukan bahwa
konsep yang telah ditemukan dapat menggantikan hipotesis yang
telah mereka buat maka siswa dapat menerapkannya dan harus siap
dengan paparan teori baru yang disajikan oleh guru atau sumber
informasi lain.
5. Use
Siswa menerapkan pemahaman yang baru dimiliki, menempatkan
konsep baru dan mengkaitkannya dengan pengetahuan lain yang
berkaiatan sehingga dapat menyebabkan tahap baru untuk
membuktikan ketepatan konsep baru tersebut.
B. Model pembelajaran LC5E
1. Engagement
Guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan
keingintahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan dengan
mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan
sehari-hari. Siswa akan memberikan respon atau jawaban, yang
akan dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan
32 2. Explore
Guru membagi siswa dalam kelompok kecil, Siswa diberi
kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok dan diminta
untuk menguji hipotesis atau membuat hipotesis, mencoba
alternatif pemecahan masalah dengan teman sekelompok. Siswa
melakukan pengamatan dan mencatat ide-ide atau pendapat yang
berkembang dalam diskusi.
3. Explain
Guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep
dengan kalimat atau pemikiran sendiri, meminta bukti dan
klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis
penjelasan antar siswa dan guru. Dengan adanya diskusi tersebut,
guru memberi definisi dan penjelasan atas konsep yang dibahas,
dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai bahan diskusi.
4. Elaboration
Siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari
dalam situasi baru dan konteks yang berbeda. Dengan demikian,
siswa dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat
menerapkan dan mengaplikasikan konsep yang baru dipelajari
dalam situasi baru.
5. Evaluation
Guru mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam
33 F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa soal pretest
dan postest. Pretest dan postest yang diberikan kepada siswa pada kelas X1
dan kelas X2 berupa soal essay dengan jumlah dan waktu yang sama. Pada
soal pretest diharapkan dapat membimbing siswa untuk dapat memunculkan
ide baru, gagasan atau jawaban yang bervariasi, sedangkan pada soal posttest
dapat mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam belajar yaitu dengan
melihat hasil belajarnya. Dengan adanya pretest dan posttest, peneliti juga
dapat melihat peningkatan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan.
G. Analisis Instrumen
Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih
dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas
1. Uji Validitas
Validitas suatu instrumen penelitian merupakan derajat yang menunjukan
dimana suatu tes dapat mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan).
Maka sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas yang baik jika
terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sebenarnya. Menurut Sukardi (2007: 122) Validitas suatu tes yang perlu
diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu
tujuan tertentu saja, sehingga dapat disimpulkan bahwa jika suatu
instrumen valid untuk materi fluida statis maka instrumen tersebut belum
34
Untuk menguji validitas instrumen digunakan teknik korelasi product
moment yang dikemukakan oleh Pearson. Pada penelitian ini akan
digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yaitu:
dimana:
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan.
Arikunto (2008: 72)
Dalam analisis instrumen ini memiliki kriteria pengujian jika korelasi antar
item dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen yang telah dibuat
dinyatakan valid. Bila korelasi antar item dengan skor total kurang dari 0,3
maka instrumen dinyatakan tidak valid.Dan jika r hitung >r tabel dengan
maka koefesien korelasi tersebut signifikan.
Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut
mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.
Masrun dalam Sugiyono (2009: 188)
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi atau keajekan suatu
instrumen. Suatu instrumen dikatakan mempunyai reliabilitas yang baik
jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama. Untuk mencari harga reliabilitas suatu
instrumen dapat digunakan rumus alpha. Perhitungan ini didasarkan pada
35
Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Andriansyah (201: 29-30),
kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka
digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai
berikut:
1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel.
2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.
3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.
4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel. 5. Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat
reliabel
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel
yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan
menjumlahkan skor setiap nomor soal.
H.Teknik Pengumpulan Data
Selain uji validitas dan reliabititas, kualitas dari suatu instrumen penelitian juga
dipengaruhi oleh ketepatan cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data. Oleh sebab itu, peneliti harus menggunakan instrumen
36 Pengumpulan data diambil dalam bentuk angka atau nilai yang diperoleh
dengan mengadakan pretest dan posttest sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Nilai dari pretest dan posttest dapat digunakan untuk melihat
seberapa jauh peningkatan hasil belajar ketika diberikan perlakuan yang
berbeda. Kemudian, peneliti membuat tabel untuk mendata hasil pretest dan
postest pada kelas X1 dan X2 sehingga hasil N- Gain dari kedua kelas
eksperimen dapat dibandingkan.
I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis Data
Setelah Semua data terkumpul, kita perlu melakukan teknik analisis data.
Untuk mengetahui signifikasi peningkatan hasil belajar siswa maka hasil
pretest dan posttest siswa akan diolah secara kuantitaf dengan
menggunakan rumus Normal-Gain. N-gain diperoleh dari pengurangan skor
postest dengan skor pretest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor
pretest. Secara matematis persamaan ini dapat dituliskan sebagai berikut :
37 2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah sampel penelitian yang digunakan
terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji statistik
non-parametrik Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih
dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:
O
H : data terdistribusi secara normal
1
H : data tidak terdistribusi secara normal
Menurut Priyatno (2010: 72) pengujian normalitas ini dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:
a. Buka lembar kerja/file input normalitas.
b. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Descriptive
Statistic Explore.
c. Masukkan variabel yang akan diuji ke dalam dependent list.
d. klik plots.
e. Beri tanda centang pada Normality plots with tests,lalu klik
continue
f. Klik OK
g. Lihat hasil output untuk uji normalitas pada output Test of
Normality
h. Terima H0 jika pada kolmogorov-smirnov maupun shapiro-wilk
nilai sig.> 0.05 dan tolak H0 jika pada kolmogorov-smirnov
38
b. Uji Homogenitas
Syarat dalam analisis varians adalah homogenitas sampel. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui kedua kelas eksperimen yang digunakan
peneliti mempunyai varian yang homogen atau tidak. Pada penelitian
ini dilakukan uji homogenitas menggunakan program SPSS 17 dengan
kriteria uji yang digunakan adalah :
H0 : Kedua sampel mempunyai variansi sama
H1 :Kedua sampel mempunyai variansi berbeda
Pengujian homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 17.0. Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :
1) Buka lembar kerja/file input normalitas.
2) Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Compare Means
One Way Anova.
3) Masukkan variabel indeks gain ke dalam dependent list dan
variabel kelas ke dalam kotak factor.
4) klik options, pilih homogenity of variance test.
5) Klik continue, klik ok.
6) Terima H0 jika nilai sig.> 0,05 dan tolak H0 jika nilai sig. ≤ 0,05.
Prayitno (2010: 77- 80)
c. Pengujian Hipotesis
Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka
uji hipotesis yang digunakan adalah uji parametrik. Pada penelitian ini,
39 1) Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test).
Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda
(bebas). Independent Sample T Test digunakan untuk mengetahui
ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel
yang tidak berhubungan.
Adapun hipotesis penelitian yang akan diuji adalah:
Hipotesis Pertama
0
H : Tidak ada perbedaan hasil belajar fisika siswa antara model
pembelajaran E3DU dengan model pembelajaran LC5E.
1
H : Ada perbedaan hasil belajar fisika siswa antara model
pembelajaran E3DU dengan model pembelajaran LC5E.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai
probabilitas.
Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO
diterima.
Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO
ditolak.
Hipotesis Kedua
0
H : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
E3DU sama atau tidak lebih baik dari hasil belajar siswa yang
40
H : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
E3DU lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang menggunakan
model pembelajaran LC5E.
Rumus perhitungan Independent Sample T Test adalah sebagai
berikut :
Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel
distribusi t dengan = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat
kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka
dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
Kriteria pengujian
O
H diterima jika -t tabel t hitung t tabel
O
H ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai
probabilitas.
Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.
Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.
41 2) Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan
Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk
menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan
menggunakan Uji Mann-Whitney.
Hipotesis Pertama
0
H : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara model
pembelajaran E3DU dengan model pembelajaran LC5E.
1
H : Ada perbedaan hasil belajar siswa antara model pembelajaran
E3DU dengan model pembelajaran LC5E.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai
probabilitas.
Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO
diterima.
Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO
ditolak.
Hipotesis Kedua
0
H : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
E3DU sama atau tidak lebih baik dari hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran LC5E.
1
H : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
E3DU lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang menggunakan
42 Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai
probabilitas.
Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO
diterima.
Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran E3DU dan model pembelajaran LC5E.
Hal ini didukung dengan perolehan skor rata-rata N-Gain siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran E3DU sebesar 0,72
dan yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran LC5E
sebesar 0,64. Persentase rata-rata hasil belajar kognitif (proses) pada
model pembelajaran E3DU diperoleh rata-rata nilai ≥70,00 sebesar
94,29% dan mendapat nilai <70,00 sebesar 5,71%, sedangkan pada model
pembelajaran LC5E diperoleh rata-rata nilai ≥70,00 sebesar 91,43% dan
mendapat nilai <70,00 sebesar 8,57 %.
2. Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran E3DU lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar fisika
siswa yang diajar mengggunakan model pembelajaran LC5E. Hal ini
didukung dengan perolehan skor rata-rata N-Gain siswa yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran E3DU sebesar 0,72 dan yang