• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA (STUDI EKSPERIMEN KELAS XI SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG T.P 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA (STUDI EKSPERIMEN KELAS XI SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG T.P 2012/2013)"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DALAM MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

(Studi Eksperimen Kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung T.P 2012/2013)

(Skripsi)

Oleh LAMUDIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Lamudin

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DALAM MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

(Studi Eksperimen Kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung T.P 2012/2013)

Oleh LAMUDIN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam

meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi sistem peredaran darah manusia

kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

Desain yang digunakan adalah pretest-posttest non equivalen. Sampel dalam

penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelas Eksperimen dan XI IPA 2

sebagai kelas kontrol yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Data

kualitatif penelitian diambil berupa data aktivitas siswa dan tanggapan terhadap

pembelajaran sedangkan data kuantitatif diperoleh dari nilai rata-rata pretest,

posttest, kemudian dihitung N-gainnya. Analisis data menggunakan deskriptif dan

statistik uji Mann-Withney.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata aspek aktivitas belajar siswa, kemampuan

(3)

Lamudin

informasi, kemampuan menjawab pertanyaan, mengalami peningkatan baik itu

kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Semua aspek pada kelas eksperimen

rata-rata peningkatannya lebih tinggi sebesar (49,96 % ) dibandingkan kelas kontrol

(44,71%). Penguasaan materi juga mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai

N-Gain sebesar 59%. Berdasarkan data angket yang dibagikan kepada siswa Kelas

ekperimen, banyak siswa yang menyatakan setuju artinya penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT efektif dalam meningkatkan aktivitas dan

penguasaan materi sistem peredaran darah manusia pada siswa kelas XI IPA SMA

Negeri 13 Bandar Lampung.

(4)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DALAM MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

(Studi Eksperimen Kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung T.P 2012/2013)

(Skripsi)

Oleh LAMUDIN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA (STUDI EKSPERIMEN KELAS XI SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG T.P 2012/2013)

Nama Mahasiswa : Lamudin

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024033

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Arwin Achmad, M.Si. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd.

NIP 19570803 198603 1 004 NIP 19770715 200801 2 020

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Arwin Achmad, M.Si.

Sekretaris : Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Tri Jalmo M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315 1985031 003

(7)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lamudin

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024033

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri,

dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau

ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan

penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.

Bandar Lampung, April 2013 Yang menyatakan

Lamudin

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kartaraharja Kecamatan Tulang Bawang Udik

Kabupaten Tulang Bawang Barat, tanggal 10-08-1988, yang

merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak

Hermansyah dan Ibu Karnila.

Penulis menempuh pendidikan formal dari SD Negeri 1 Kartaraharja yang

diselesaikan pada tahun 2001, SLTP Negeri 2 Karta selesai pada tahun 2004 dan

SMA Negeri 1 Karta diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis

terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi Non

Reguler.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi penyiar radio di RCM

Lampung, aktif di organisasi internal kampus (BEM FKIP, HIMASAKTA,FPPI),

dan menjadi Staf Pengajar Bimbel Profesional Lampung dan pembina eksternal

Asrama Anjung Way Lima siswa Al-Kautsart serta Staf Pengajar Ekskul (Ekstra

kulikuler) multi media SMA Negeri 13 Bandar Lampung, pada tahun 2011

penulis melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA

Muhammadiyah 2 Bandar Lampung dan pada tahun 2012 penulis melakukan

penelitian di SMA Negeri 13 Bandar Lampung untuk meraih gelar Sarjana

(9)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdullillah hirobill alamin puji sukur atas nikmat yang Allah berikan jika kita hitung maka

kita akan merasa malu sendiri, bayangkan jika Allah cabut satu nikmat semisal nikmat melihat

maka kita tidak bisa melihat indahnya dunia kedua kalinya solawat dan salam tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarga, sahabat serta pengikutnya hingga akhir jaman

Kupersembahkan kepada ibundaku tercinta Karnila dan ayahhanda Hermansyah yang kucintai

dan kusayangi terimakasih ibu dan ayah yang sudah memberikan warisan yang begitu berharga

yaitu ilmu dengan ilmu insya Allah dapat menjaga diri sendiri dan orang lain , ( dengan ilmu

hidup menjadi mudah, dengan agama hidup menjadi terarah, dengan seni hidup menjadi indah)

Buat nenek ku Halimah (alm) dan jedi Syukur dan Mayunah (alm), Rajo Megal (alm) terimakasih

atas doa dan nasehat yang sudah diberikan

Kupersembahkan pada Ayunda Nurmala Dewi, Kakanda Rusnadi dan Adinda Esi Erhana serta

keluarga besarku terimakasih atas motivasi dan dorongan yang sudah di berikan pada ku

Kupersembahkan pada guru-guruku dan dosen-dosenku serta murobbi yang telah memberikan

ilmu yang sangat berharga dan motivasi dan bimbingan yang selama ini telah diberikan padaku

hanya Allah Tuhan Robb seluruh alam yang membalas semua amal kebaikan yang telah

diberikan padaku aamin…

Kupersembahkan pada calon pendamping hidupku semoga kita menjadi keluarga yang sakinah

mawadah warohmah dan diberi keturunan yang sholeh dan sholehah dan menjadi keluarga

teladan bagi banyak orang

(10)

MOTTO

Ya Allah, ampunilah dosaku, belaskasihanilah aku cukupkanlah segala

kekuranganku angkatlah derajatku berilah rezeki padaku berilah aku petunjuk

berikanlah kesehatan padaku berilah ampunan kepadaku (doa duduk diantara

dua sujud)

(bahagia dunia bahagia akherat)

(Lamudin)

Ya Allah jadikan dalam hatiku cahaya, penglihatanku cahaya, pendengaranku

cahaya, Ya Allah jadikan dibelakangku cahaya dan depanku cahaya, Ya Allah

jadikan di atasku cahaya dan di bawahku cahaya, Ya Allah jadikan di samping

kananku cahaya dan kiriku cahaya, Ya Allah berikan aku cahaya dan jadi kan

aku cahaya, Ya Allah lindungilah aku dari azab kubur dan azab neraka, Ya

Allah lindungilah aku dari fitnah hidup dan fitnah mati, dan lindungilah aku

dari fitnah dazal

(11)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, dengan

ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Efektivitas

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Dalam Meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan Materi Sistem

Peredaran Darah Pada Manusia”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan

dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unila.

3. Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi.

4. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I

yang telah memberikan, motivasi, bantuan, saran, kesabaran dan

bimbingannya hingga terselesainya skripsi ini.

5. Rini Rita T. Marpaung S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II, yang telah

membimbing, memberikan motivasi, arahan, saran dan pengalaman yang

sangat berharga dalam hidupku.

6. Dr. Tri jalmo, M.Si., selaku Pembahas, termakasih atas segala masukan, kritik,

(12)

7. Bapak dan Ibu dosen pengajar, atas segala bantuan dan ilmu yang telah

diberikan.

8. Drs. Triatmo, S.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 13 Bandar Lampung dan Ibu

Tansilawati S.Pd., dan rekan-rekan observer yang telah membantu dalam

menyelesaikan skipsi ini dan rekan-rekan staf pengajar di SMA Negeri 13

yang tidak bisa disebut satu persatu.

9. Keluarga besar yang ada di Kartaraharja dan Karta City tercinta, dan keluarga

besar Abun Hilal, S.Sos., di Bandar Lampung yang memberikan semangat dan

nasehat serta dukungan moril, terimakasih atas semuanya.

10.Keluarga besar UKM FPPI, HIMASAKTA, BEM FKIP, IMAKIPSI, BEM U

KBM UNILA, dan Sahabat PROF (Progressive Resource Of Future) Smart

Education Training Center: Herdizal R, S.Pd., Raden R.S, S.Pd., terimakasih

atas inspirasi dan motivasi yang kalian berikan dll.

11.Sahabat tercintaku Raka Septian, Ariza Patria, Angga Prayoga, S.Pd., Septian

Nur Rahman, S.pd., Feri Ardianto, Antun Sutarya, S.Pd., Fitradi, S.Pd. Nuris

Mukthon, Nurvita Sari Samwar, S.Pd., Rini Hardianti, S.Pd., A.Rudhia, S.Pd.

12.Keluarga besar Crew @radio kak Hadin S.Si., kak As Hadi S.Si., kak Adhi

Ihsan Mendoza S.P., dan rekan-rekan crew @radio yang tidak bisa ditulis

satu-persatu.

13.Rekan-rekanku di pendidikan Biologi, teman se-angkatan, kakak tingkat, dan

adik tingkat yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

14.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) ... 10

B. Aktivitas ... 17

(14)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Hasil Penelitian ... 38

Aktifitas Belajar Siswa ... 38

Penguasaan Materi ... 39

Tanggapan Siswa Pada Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 41

1. Perangkat Pembelajaran ... 52

2. Data Hasil Penelitian ……….. ... 122

3. Analisis Butir Soal Per-Indikator pretest, posttest ... 124

4. Analisis Indikator Pengguasaan Materi ... 126

5. Data Aktivitas Siswa ... 130

6. Data Anggket Tanggapan Siswa ... 132

7. Normalitas Pretest ... 134

8. Normalitas Posttest ... 137

9. Data aktivitas kelas eksperimen pertemuan 1 ... 143

10. Data aktivitas kelas eksperimen pertemuan 2 ... 145

11. Data aktivitas kelas kontrol pertemuan 1 ... 147

12. Data aktivitas kelas kontrol pertemuan 2 ... 149

13. Data angket tanggapan siswa ... 151

14. Soal TGT ... 153

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

1. Kriteria poin penghargaan kelompok ... 15

2. Hubungan antara variabel, instrumen, data penelitian dan analisis data 31 3. Lembar observasi aktivitas siswa ... 31

4. Klasifikasi persentase aktivitas siswa ... 32

5. Skor jawaban angket ... 33

6. Data angket tanggapan siswa... 33

7. Kriteria presentase tanggapan siswa... 33

8. Peningkatan aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol ... 38

9. Hasil uji normalitas dan homogenitas ... 39

10. Hasil uji Mann-Withneypretest, posttest dan N-gain... ... 40

11. Hasil peningkatan indikator penguasaan materi... 41

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 9

2. Desain pretest-postest control non equivalen ... 24

3. Gambar 3 jawaban eksperimen dan kontrol ... 44

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan

nasional yang dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin

dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, iman dan taqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa juga menjadi sumber motivasi segala bidang,

dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas

dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang

berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan

tujuan pendidikan, bagi umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

harus dipenuhi sepanjang hayat. Manusia adalah makhluk yang dinamis dan

bercita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti

yang luas, baik lahiriah maupun batiniah, duniawi dan ukhrawi. Semakin

tinggi cita-cita manusia semakin menuntut kepada peningkatan mutu

pendidikan sebagai sarana mencapai cita-cita tersebut. Jadi antara kedudukan

pendidikan yang dilembagakan dalam berbagai bentuk atau model dalam

masyarakatnya selalu berinteraksi (saling mempengaruhi) sepanjang waktu

(18)

2

Masalah utama pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini

adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak pada

rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan.

Prestasi ini adalah hasil dari kondisi pembelajaran yang masih bersifat

konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik, yaitu

bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar) dalam arti yang

substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan

dominasi guru dan tidak memberikan akses anak didik untuk berkembang

secara mandiri melalui penemuaan dalam proses berpikirnya (Trianto,

2009:5).

Seorang guru bertugas mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana

kegiatan pembelajaran yang dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Oleh

sebab itu, seorang guru perlu mempersiapkan strategi pembelajaran yang

optimal, salah satunya yaitu dengan memilih model pembelajaran yang tepat

sehingga tugas mengajar guru dapat berjalan dengan efektif dan siswa akan

termotivasi untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran yang akhirnya

dapat memperoleh hasil belajar yang optimal (Trianto, 2007:1).

Pendidikan IPA di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi

peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan

sehari-hari. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung

untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan

(19)

3

mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk

memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan

alam sekitar.

Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman

belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Mata pelajaran biologi

dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif

untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar.

Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan

menggunakan pemahaman dalam bidang matematika, fisika, kimia dan

pengetahuan pendukung lainnya (BSNP, 2006:451).

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau

tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni

mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan

pengubahan kelakuan (Hamalik, 2004:27). Aktivitas siswa dalam

pembelajaran memiliki peranan yang penting. Sesuai dengan pendapat

Sardiman (2004:99) bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas,

tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik.

Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang

meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum

jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca dan segala kegiatan yang

dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi di SMA

(20)

4

digunakan untuk materi pokok sistem peredaran darah adalah metode ceramah

yang cenderung teacher centered atau satu arah. Metode seperti ini

menyebabkan siswa menjadi pasif, karena hanya mendengarkan informasi

yang disampaikan guru. Sehingga materi yang disampaikan oleh guru tidak

mampu diterima siswa secara optimal. Aktivitas siswa seperti bertanya,

mengungkapkan pendapat, menjawab pertanyaan, dan berkerja sama tidak

terlihat pada proses pembelajaran hal ini menunjukkan aktivitas siswa rendah.

Hasil rata-rata penguasaan materi pada materi pokok sistem peredaran darah

pada tahun 2010/2011 baru mencapai 65% nilai ini belum mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70 dengan

ketuntasan 100%. Materi yang diteliti ialah sistem peredaran darah. Materi ini

tergolong sulit karena banyak membahas tentang istilah-istilah biologi yang

harus dipahami oleh siswa sehingga dalam pembelajaran memerlukan model

pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Oleh sebab itu,

Teams Games Tournament (TGT) dirasa sesuai dengan karakteristik materi

tersebut. Terbukti TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata

pelajaran dari ilmu-ilmu eksak, ilmu-ilmu sosial maupun bahasa dari jenjang

pendidikan dasar, SMP, hingga perguruan tinggi (Trianto, 2010:83).

Hasil penelitian (Yuniarti, 2011:45) menunjukkan bahwa penguasaan konsep

setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi pokok dunia tumbuhan pada

kelas eksperimen mengalami peningkatan lebih baik dibandingkan kelas

(21)

5

Hasil penelitian (Yusuf, 2010:83) menunjukkan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi besaran dan pengukuran, dapat

meningkatkan minat, aktivitas, belajar dan penguasaan konsep siswa serta

meningkatkan kinerja guru. Berdasarkan uraian di atas maka penulis

melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dalam Meningkatkan Aktivitas dan

Penguasaan Materi Sistem Peredaran Darah ( Studi kuasi Eksperimen Kelas XI

Semester Ganjil SMA Negeri 13 Bandar Lampung T.P. 2012/2013).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT efektif dalam

meningkatan penguasaan materi sistem peredaran darah pada manusia

siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung?

2. Bagaimana aktivitas siswa selama menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT pada materi pokok sistem peredaran darah?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunan model pembelajaran

(22)

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini ialah sebagai

berikut:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT efektif dalam

meningkatan aktivitas dan penguasaan materi sistem peredaran darah

manusia siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

2. Aktivitas siswa selama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT pada materi pokok sistem peredaran darah.

3. Tanggapan siswa penggunan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

pada materi pokok sistem peredaran darah.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, yaitu untuk menambah pengalaman menjadi calon guru dan

menjadi pelajaran yang berharga serta menjadi acuan untuk

penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Bagi siswa, diharapkan dapat memberikan suasana belajar yang

menyenangkan.

3. Bagi guru, sebagai tambahan pengetahuan untuk menerapkan model

pembelajaran TGT yang meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan

penguasaan materi yang disampaikan.

4. Bagi sekolah, menjadi masukan untuk para guru dalam menerapkan

berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan

(23)

7

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap masalah maka perlu adanya

batasan ruang lingkup penelitian yaitu:

1. Efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah tipe

pembelajaran dengan cara membagi siswa dalam satu kelas menjadi

kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen baik

kemampuan akademik maupun jenis kelaminnya. Pada akhir

pembelajaran diadakan games berupa soal untuk memastikan seluruh

anggota kelompok menguasai materi atau tidak. Kemudian diberikan

suatu penghargaan untuk kelompok terbaik.

2. Aktivitas yang diamati dalam penelitian ini meliputi kemampuan

mengemukakan pendapat, kemampuan bertanya, kemampuan

berkerjasama dengan teman, dan kemampuan bertukar informasi.

3. Penguasaan materi pokok sistem peredaran darah diukur dalam penelitian

ini diperoleh dari nilai pretest, posttest dan N-gain.

4. Penelitian ini hanya pada satu kompetensi dasar yaitu ” Menjelaskan

keterkaitan antar struktur, fungsi dan proses serta penyakit yang dapat

terjadi pada sistem peredaran darah”.

F. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran biologi membutuhkan model pembelajaran yang langsung

melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dan sifatnya menyenangkan dan

membutuhkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan

(24)

8

secara ilmiah dan dapat meningkatkan aktivitas siswa dan penguasaan materi.

Dalam hal ini, peneliti menawarkan solusi untuk mengatasi masalah yang

timbul ketika proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Dengan model ini siswa dilibatkan secara langsung dalam proses

pembelajaran, sehingga pembelajaran berjalan dengan efektif dan

menyenangkan. Langkah-langkah model pembelajaran ini antara lain

penyajian materi di dalam kelas oleh guru dan pembelajaran dalam kelompok,

permainan dalam kelas, pertandingan dan penghargaan pada kelompok yang

memenangkan pertandingan. Dengan demikian siswa menjadi termotivasi

untuk lebih giat belajar untuk mendapatkan penghargaan, selain mendapatkan

penghargaan tentunya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas siswa dan

penguasaan materinya.

Adapun variabel bebas (X) dari penelitian ini adalah model pembelajaran tipe

TGT, sedangkan variabel terikat (Y) adalah aktivitas dan penguasaan materi

siswa. Hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dapat

digambarkan sebagai berikut:

Keterangan: X = Efektivitas model TGT, Y1= Penguasaan materi dan Y2 = Aktivitas siswa

Gambar 1. Diagram hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

X

(25)

9

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. H0 = penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak efektif dalam meningkatan penguasaan materi pokok sistem peredaran

darah siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

H1 = penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT efektif

dalam meningkatan aktivitas dan penguasaan materi sistem

peredaran darah siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu

meningkatkan aktivitas siswa pada materi pokok sistem peredaran darah.

3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi pokok

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok

yang bersifat heterogen. Dalam hal ini tercipta sebuah interaksi yang lebih

luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa,

siswa dengan siswa dan siswa dengan guru (Rusman, 2010:203).

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan paham kontruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi

belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat

kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap

siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu

untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar

belum dikatakan selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum

menguasai bahan pelajaran (Amri dan Achmadi, 2010:90).

Belajar kooperatif bukanlah hal yang baru. Sebagai guru dan mungkin siswa

pernah menggunakannya atau mengalaminya sebagai contoh saat berkerja di

(27)

kelompok-11

kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang untuk bekerja sama dalam

menguasai materi yang diberikan guru (Slavin dalam Trianto, 2009:56).

Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok

kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang siswa yang sederajat tetapi

heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras dan satu sama lain saling

membantu. Tujuan dibentuknya kelompok adalah untuk memberikan

kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses

berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota

kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan

saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar

(Trianto, 2010:56).

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.

Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan

pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar

pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar memungkinkan guru

mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses

pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling

membelajarkan sesama siswa lainya (Rusman, 2010:203).

Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif menurut Roger dan David Johnson

(dalam Rusman, 2010:212) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran

(28)

12

1. Prinsip ketergantungan positif (positif interdependence) yaitu dalam

pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung

pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja

kelompok ditentukan oleh kinerja oleh masing-masing anggota kelompok.

Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling

ketergantungan.

2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu

keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota

kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompoknya mempunyai

tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction) yaitu memberikan

kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka

melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima

informasi dari kelompok lain.

4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication) yaitu melatih

siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan

pembelajaran

5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi

kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama

mereka, agar selanjutnya bisa berkerja sama dengan lebih efektif.

TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dari ilmu-ilmu

eksak, ilmu-ilmu sosial maupun bahasa dari jenjang pendidikan dasar (SD,

(29)

13

pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban yang benar

(Trianto, 2010:83).

Menurut Slavin (dalam Rusman, 2010:225) pembelajaran kooperatif tipe TGT

terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class

precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games),

pertandingan (tournament) dan penghargaan kelompok (teams recognition).

Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran

kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut: siswa berkerja dalam

kelompok-kelompok kecil, games tournament dan penghargaan kelompok.

Adapun langkah-langkah sebagai berikut, pada TGT siswa ditempatkan dalam

timbelajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut

tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru menyiapkan pelajaran dan

kemudian siswa berkerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa

seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.

1) Aturan permainan

Dalam satu permainan terdiri dari: kelompok pembaca, kelompok

penantang 1 kelompok penantang 2 dan seterusnya sejumlah kelompok

yang ada.

Kelompok pembaca, bertugas: mengambil kartu bernomor dan mencari pertanyaan pada lembar permainan, membaca pertanyaan keras-keras dan

memberi jawaban.

(30)

14

Kelompok penantang 2 bertugas: menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda dan mengecek lembar jawaban. Kegiatan ini

dilakukan bergiliran.

2) Sistem perhitungan poin turnamen

Skor siswa dibandingkan dengan rata-rata skor yang lalu mereka sendiri,

dan poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh siswa menyamai. Poin

tiap anggota ini dijumlah untuk mendapatkan skor tim dan tim mencapai

kriteria tertentu dapat diberi sertifikat (Trianto, 2010:84-85).

a) Games dapat dijadikan sarana belajar yang menyenangkan. Games dalam

metode ini terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan

yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari

presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Games tersebut dimainkan

diatas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim

yang berbeda. Kebanyakan games hanya berupa nomor-nomor pertanyaan

yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah

kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang

tertera pada kartu tersebut (Slavin, 2008:166).

b) Tournament adalah sebuah struktur games berlangsung. Biasanya

berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan

presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap

(31)

15

c) Penghargaan kelompok

Poin tiap anggota tim ini dijumlah untuk mendapat skor tim dan tim yang

mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau ganjaran (award)

yang lain (Trianto, 2010:86-87).

Tabel 2. Kriteria point penghargaan kelompok

No. Perolehan skor Predikat

1. 30 – 40 Good teams

2. 40 – 45 Great teams

3. 45- ke atas Super teams

(Trianto, 2010:87).

Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh

pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara

implisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT,

sebagai berikut:

1. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari

pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.

2. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh

tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.

3. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.

(32)

16

5. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan

waktu yang lebih banyak.

6. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.

Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT

adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa.

Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk

mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.

Kelebihan dan kelemahan pembelajaran TGT metode pembelajaran kooperatif

TGT ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT ialah sebagai berikut:

1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas

2. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu

3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam

4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa

5. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain

6. Motivasi belajar lebih tinggi

7. Hasil belajar lebih baik

8. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

Sedangkan kelemahan TGT adalah:

1. Bagi Guru sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan

(33)

17

yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan

pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa

cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan

ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.

2. Bagi siswa masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan

sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi

kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang

mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu

menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain (Anonim, 2012:15-20).

B. Aktivitas

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirnya

tentang belajar “belajar” sering kali pula perumusan dan tafsiran itu berbeda

satu sama lain. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu

kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Belajar bukan hanya mengingatkan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.

Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan

kelakuan (Hamalik, 2004:27-28).

Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas

(34)

18

dilakukan di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich (dalam Sardiman,

2005:95) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang

antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca,

memerhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi interupsi.

3. Lestening activities, sebagai contoh mendegarkan, uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4. Writing activties, seperti misalnya, menulis cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: mengambar, membuat garfing, peta,

diagram.

6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,

beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan.

8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Menurut pandangan ilmu jiwa modern menerjemahkan jiwa manusia sebagai

sesuatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Oleh karena itu,

secara alami anak didik itu juga bisa menjadi aktif, karena adanya motivasi

(35)

19

sebagai organisme yang mempunyai potensi untuk berkembang. Oleh sebab

itu, tugas pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak

didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam hal ini, anaklah

yang beraktivitas, berbuat dan aktif sendiri. Guru bertugas menyediakan bahan

pelajaran, tetapi yang mengolah dan mencerna adalah para siswa sesuai

dengan bakat, kemampuan dan latar belakang masing-masing. Dengan

demikian, jelas bahwa aktivitas itu dalam arti luas, baik yang berarti

fisik/jasmani maupun mental/rohani. Kaitan antara keduanya akan

membuahkan aktivitas belajar yang optimal (Sardiman, 2005:95).

Whipple (Hamalik, 2004:176) membagi kegiatan–kegiatan murid sebagai

berikut:

a. Bekerja dengan alat-alat visual

b. Ekskursi dan trip

c. Mempelajari masalah-masalah

d. Mengapresiasi literatur

e. Ilustrasi dan konstruksi

f. Berkerja menyajikan informasi

g. Cek dan tes

Pengunaan aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa oleh karena:

1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri

2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara

(36)

20

3. Memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan siswa

4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri

5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

demokratis.

6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat dan hubungan orang tua

dan guru.

7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga

mengembangkan pemahaman berpikir kritis serta menghindarkan

verbalitis.

8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam

kehidupan dimasyarakat.

C. Penguasaan Materi

Penguasaan materi merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Ada beberapa

teori yang berpendapat bahwa proses belajar itu pada prinsipnya bertumpu

pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta prinsip-prinsip,

sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi subjek didik.

Secara umum, belajar boleh dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi

antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi,

fakta, konsep ataupun teori. Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa

proses interaksi adalah:

1. Proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar;

(37)

21

Proses internalisasi dan dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera perlu

ada follow upnya yakni proses “sosialisasi” dalam hal ini dimaksudkan

mensosialisasikan atau menularkan kepada pihak lain. Dalam proses sosialisasi,

karena berinteraksi dengan pihak lain sudah barang tentu melahirkan pengalaman.

Dari pengalaman yang satu ke pengalaman yang lain, akan menyebabkan proses

perubahan pada diri seseorang. Sudah dikatakan di muka bahwa belajar adalah

perubahan tingkah laku. Orang yang sebelumnya tidak tahu setelah belajar

menjadi tahu. Proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan

terjadi karena hasil pengalaman. Oleh karena itu dapat dikatakan terjadi proses

belajar, apabila seseorang menunjukkan “tingkah-laku yang berbeda”. Sebagai

contoh, orang yang belajar itu dapat membuktikan pengetahuan tentang

fakta-fakta baru atau dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat

melakukannya. Jadi belajar menempatkan seseorang dari status abilitas yang satu

ke tingkat abilitas yang lain (Sardiman, 2005:21-23).

Mengenai perubahan status ablitas itu, Menurut Bloom (dalam Sardiman,

2005:23) meliputi tiga ranah/matra, yaitu: matra kognitif, afektif dan

psikomotorik. Masing-masing matra atau domain ini dirinci lagi menjadi beberapa

jangkauan kemampuan (level of competence). Rincian ini dapat disebutkan

sebagai berikut:

1. Kognitif domain.

a. Knowledge (pengetahuan, ingatan).

b. Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh).

(38)

22

d. Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan).

e. Evaluation (menilai).

f. Application (menerapkan).

2. Afektif Domain.

a. Receiving (sikap menerima).

b. Responding (memberikan respon).

c. Valuing (nilai).

d. Organization (organisasi).

e. Characterization (karakteristik).

Dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan, dalam kegiatan

pendidikan formal di kelas, tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan-ulangan

harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruaan

tinggi, formatif adalah penggunan hasil tes prestasi belajar untuk melihat

sejauhmana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti

proses pembelajaran. Hasil tes prestasi merupakan umpan balik (feed back)

kemajuan belajar dan karena itu biasanya tes diselenggarakan di tengah jangka

waktu suatu program yang sedang berjalan. Hasil tes formatif dapat menyebabkan

perubahan kebijaksanaan mengajar atau belajar. Contoh tes prestasi yang

berfungsi formatif adalah ujian tengah semester di perguruan tinggi atau hasil

belajar (THB) disetiap catur wulan atau setiap semester di sekolah-sekolah tingkat

menengah dan dasar. Sumatif adalah pengunaan hasil tes prestasi untuk

memperoleh informasi mengenai penguasaan pelajaran yang telah direncanakan

sebelumnya dalam suatu program pembelajaran. Tes sumatif merupakan

(39)

23

apakah siswa dapat dinyatakan lulus dalam program pendidikan tersebut, atau

apakah siswa dinyatakan dapat melanjutkan ke jenjang program yang lebih tinggi

(40)

24

III.METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November yaitu pada semester

ganjil tahun pelajaran 2012/2013 di SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 13

Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Sampel yang

diambil dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas XI IPA 1 sebagai

kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol.

C. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen. Desain yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah group pretest posttest non equivalen.

Struktur desainnya sebagai berikut:

Keterangan: I1 = Kelas eksperimen; I2 = Kelas kontrol;

O1 = pretest; O2 = posttet; XI = Perlakuan Tims Games Tournament (TGT); C = Kontrol ( menggunakan metode diskusi), (Dimodifikasi dari Riyanto. 2001:43).

Gambar 2. Desain pretest posttestnon equivalen.

I1 O1 X O2

(41)

25

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:

a. Membuat surat izin penelitian ke fakultas untuk diadakannya

penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,

untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

e. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretest/posttest berupa soal

essay berjumlah 8 soal.

f. Membuat soal-soal TGT untuk digunakan dalam tournament.

g. Membuat lembar observasi yang akan digunakan untuk melihat

aktivitas siswa.

h. Membentuk kelompok diskusi pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik, tinggi,

sedang dan rendah. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Nilai

diperoleh dari dokumentasi pada guru kelas dan dari hasil pretest

(42)

26

i. Melakukan uji ahli pada tiap butir soal yang akan digunakan pada

pretest dan posttest.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe TGT untuk kelas eksperimen dan tanpa pembelajaran

kooperatif tipe TGT untuk kelas kontrol yaitu menggunakan metode

ceramah dan diskusi tanya jawab. Penelitian ini sebanyak 2 pertemuan.

Pertemuan I membahas submateri pokok sistem peredaran darah pada

manusia, pertemuan II membahas gangguan pada sistem peredaran darah.

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:

a. Kelas eksperimen

Kelas eksperimen adalah kelas yang dilakukan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Tahap-tahap

kegiatan sebagai berikut:

1. Pendahuluan

a. Guru memberikan pretest berupa soal essay sebanyak 8 soal

tentang sistem peredaran darah pada manusia.

b. Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa.

c. Memberikan apersepsi dan motivasi dalam bentuk pertanyaan

kepada siswa

(43)

27

2. Kegiatan inti

a. Presentasi guru

Guru menjelaskan secara umum materi yang dipelajari.

b. Membagi siswa menjadi 5 kelompok yang masing-masing

kelompok terdiri dari 5 siswa dengan kemampuan heterogen.

Sedangkan pada waktu tournament kelompok yang mempunyai

kemampuan yang setara.

c. Memberikan LKS kepada setiap kelompok.

d. Menyiapkan kartu soal untuk digunakan dalam permainan.

e. Pelaksanaan permainan (Tournament).

Dalam pelaksanaan ini terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

1)Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada

meja tournament (lima orang, kemampuan setara). Setiap meja

terdapat 1 lembar permainan, 1 lembar jawaban, 1 kotak kartu

nomor dan 1 lembar skor permainan.

2)Siswa mengambil kartu di dalam kotak yang sudah disediakan

untuk menentukan pembaca (nomor tertinggi), pemain dan yang

lain menjadi penantang I, II dan III.

3)Pembaca I mengocok kartu dan mengambil kartu secara acak yang

sudah disediakan yang sekaligus membaca soal dan menjawab soal,

jika soal tidak bisa dijawab soal dijawab oleh peserta yang lain.

4)Pembaca I kemudian membaca soal sesuai nomor pada kartu yang

(44)

28

sanksi dan kartu dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai

bukti skor.

5)Jika penantang I, II dan III memiliki jawaban berbeda, mereka dapat

mengajukan jawaban dengan cara mengangkat tangan dengan cepat,

siapa yang paling cepat mengangkat tangannya maka dialah yang

berhak untuk menjawab namun jika salah minus 10.

6)Jika jawaban penantang salah, maka penantang yang lain masih

mempunyai kesempatan untuk menjawab dan aturannya sama

seperti awal siapa yang paling cepat dia yang berhak menjawab.

7)Jika jawaban dari penantang masih salah maka permainan

dilanjutkan dengan siswa berganti posisi sesuai urutan sesuai

dengan prosedur yang sama. Begitu seterusnya sampai 8 soal

permainan terbuka.

8)Setelah selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka dan

diakumulasi dengan semua tim.

3. Kegiatan Penutup

a. Menghitung skor kelompok untuk memberikan penghargaan

kelompok terbaik.

b. Memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang berhasil

mendapat predikat kelompok sangat bagus yang dilakukan dalam

bentuk pengumuman lisan di depan kelas dan memberikan

hadiah yang bertujuan untuk memotivasi siswa dan

(45)

29

Super untuk kriteria atas, Tim Sangat Baik (kriteria tengah) Tim

Baik (kriteria bawah).

c. Setelah permainan selesai kemudian guru memberikan posttest

berupa soal essay sebanyak 8 soal.

b. Kelas Kontrol

Kelas kontrol dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode

diskusi.

1) Pendahuluan

a. Guru memberikan pretest berupa soal essay sebanyak 8 soal

tentang sistem peredaran darah manusia dan sistem peredaran

darah getah bening dan gangguan pada sistem peredaran darah

b. Guru menyebutkan tujuan yang harus dicapai oleh siswa pada

materi tersebut.

c. Guru memberikan apersepsi pada setiap pertemuan.

d. Guru memberikan motivasi pada setiap pertemuan diawal

pembelajaran dengan tujuan untuk memotivasi siswa agar siswa

terpacu untuk mengikuti proses pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

a. Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok

b. Guru memberikan LKS dan meminta siswa untuk melakukan

diskusi mengerjakan LKS yang diberikan.

c. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya

(46)

30

3) Kegiatan Penutup

a. Meminta siswa untuk mengumpulkan LKS

b. Siswa membuat kesimpulan mengenai materi yang diajarkan.

c. Guru memberikan posttest berupa soal essay pertemuan ke 2.

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

Data dalam penelitian ini meliputi nilai penguasaan materi biologi siswa,

dengan persentase aktivitas siswa.

1. Penguasaan materi

Nilai penguasaan materi biologi siswa diperoleh dari rata-rata pretest dan

posttest. Data nilai pretest diambil sebelum pembelajaran, sedangkan nilai

posttest diambil setelah pembelajaran berlangsung, baik pada kelas

eksperimen maupun kelas kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah

berupa soal essay, dengan jumlah soal sebanyak 8 soal. Soal pretest

maupun posttest berupa soal yang sama.

2. Aktivitas siswa

Persentase aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa.

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang

diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan

yang dilakukan dengan cara memberi tanda check list(√) pada lembar

observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Kemudian

menghitung nilai rata-rata aktivitas siswa (Tabel 4) dan

(47)

31

Tabel 1. Hubungan antara variabel, instrumen, data penelitian dan analisis data

No Variabel Instrumen Jenis data dan Alat ukur

2 Aktivitas siswa selama proses

Non tes Persentase

Lembar observasi yang digunakan dalam pengambilan data aktivitas siswa

pada saat pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Nama

1. Tidak mampu berkomunikasi

2. Mampu berkomunikasi dengan baik tapi terbata-bata 3. Mampu berkomunikasi dengan baik dan lancar

B. Kemampuan Bekerjasama dengan Tim

1. Tidak bekerjasama dengan tim

2. Bekerjasama dengan tim, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok sistem peredaran darah

(48)

32

C. Kemampuanm Bertukar Informasi

1. Tidak bertukar informasi dengan teman dalam mengerjakan LKS (diam saja)

2. Bertukar informasi dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan pada LKS materi pokok sistem peredaran darah

3. Bertukar informasi dengan semua anggota kelompok sesuai dengan permasalahan pada LKS materi pokok sistem peredaran darah dan bekerjasama

D. Kemampuan Menjawab soal

1. Tidak menjawab pertanyaan (diam saja)

2. Menjawab pertanyaantetapi tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok sistem peredaran darah

3. Menjawab pertanyaandengan benar dan sesuai dengan pembahasan pada materi pokok sistem peredaran darah.

Menafsirkan atau menentukan kategori persentase aktivitas siswa sesuai klasifikasi pada Tabel 3.

Tabel 3. Klasifikasi Persentase Aktivitas Siswa Persentase aktivitas

Sumber: Dimodifikasi dari Hake (dalam Belina, 2008:37)

H. Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui

penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 10 pernyataan yang terdiri dari 7

(49)

33

Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

1) Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 4.

Tabel 4. Skor perjawaban angket

Sifat

S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010:29).

2) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang

dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan

kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

Tabel 5. Data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

No.

Tabel 6. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

Persentase (%) Kriteria 100

(50)

34

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis data

Data penguasaan materi diperoleh dari nilai pretest dan posttest yang

diambil pada saat sebelum pembelajaran dan nilai posttest diambil setelah

proses pembelajaran berlangsung baik pada kelas eksperimen maupun

pada kelas kontrol.

Teknik penskoran nilai pretest dan posttest yaitu :

S = R x 100 N

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes (Purwanto, 2008:112)

Nilai pretest dan posttest yang telah diperoleh kemudian dihitung

selisihnya. Nilai selisih pretest dan posttest disebut sebagai skor gain.

Untuk mendapatkan nilai skor gain menggunakan formula Rulon (dalam

Loranz, 2008: 3) sebagai berikut:

N-gain = XY

Z –Y

Keterangan: X = nilai posttest; Y = nilai pretest; Z = skor maksimum.

Setelah diperoleh nilai selisih pretest dan posttest (skor gain), selanjutnya

data pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol dianalisis dengan

(51)

35

prasyaratnya berupa uji normalitas data dan uji homogenitas data. Adapun

uraianya sebagai berikut:

a. Uji Normalitas (Uji Lilliefors)

Uji normalitas data menggunakan uji Liliefors yang dilakukan dengan

menggunakan program software SPSS versi 17.

1) Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

2) Kriteria Pengujian

Jika Lhitung < Ltabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima

Jika Lhitung > Ltabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004:5).

a. Uji Mann-Whitney U

Kriteria Uji:

- Jika Z hitung < t tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima

- Jika Z hitung > t tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak

Uji Mann-Whitney U digunakan jika sebaran data tidak normal dan

tidak homogen (Martono, 2010:158).

b. Uji kesamaan dua varian

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan

dengan uji homogenitas yang menggunakan uji Barlet dan diolah

(52)

36

1) Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians yang sama

H1 : Kedua sampel mempunyai varians yang berbeda

1. Kriteria Pengujian

Dengan kriteria uji yaitu jika F hitung < Ftabel atau probabilitasnya>

0,05 maka H0 diterima, jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya <

0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:71).

2. Pengujian Hipotesis (Uji t)

Jika sampel berdistribusi normal maka pengujian hipotesis menggunakan

Uji t dan jika sampel tidak berdistribusi normal maka pengujian hipotesis

mengunakan uji U (Mann-Withney) menggunakan program SPSS 17.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

1) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

2) Kriteria Uji

Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima

Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak

(53)

37

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

1) Hipotesis

H0 = rata-rata skor gainpada kelompok eksperimen sama dengan

kelompok kontrol.

H1 = rata-rata skor gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi

dari kelompok kontrol.

2) Kriteria Uji :

1. Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

2. Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004:10).

G. Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data

yang diambil melalui observasi. Data tersebut kemudian dianalisis dengan

menggunakan indeks aktivitas siswa dengan menggunakan rumus:

% 100

x n

x

X

i

Keterangan :

X = Rata-rata skor aktivitas siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh

(54)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT efektif dalam

meningkatkan penguasaan materi sistem peredaran darah siswa kelas XI

SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

2. Pengunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu

meningkatkan aktivitas siswa pada materi sistem peredaran darah

manusia.

3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi pokok

(55)

48

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, penulis memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Untuk mahasiswa skripsi ini dapat menjadi acuan untuk bahan penelitian

selanjutnya.

2. Untuk guru biologi hendaknya menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas

karena model ini dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi

sistem peredaran darah pada manusia.

3. Pembagian kelompok pada pembelajaran TGT dikonfirmasikan dengan

guru mitra sebelum kelompok ditentukan sesuai dengan tingkatan

kemampuan masing-masing siswa.

4. Sebelum mengadakan turnamen perhatikan form penilaian perkelompok

supaya hasilnya akhi benar-benar valid.

5. Pada pembelajaran kooperatif hendaknya mengunakan 3 observer supaya

(56)

49

DAFTAR PUSTAKA

Amri, A. 2010. Kontruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Anonim. 2011. Model-pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt-2/ http://www.google.co.id/search (diakses 6 juli 2012 pukul 15:20)

Azwar, S. 2007. Tes Prestasi fungsi Dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Pustaka pelajar. Yogyakarta.

Belina, W.W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung. Dalam

http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0519108-104827/. 2 januari 2012: 20.30

BSNP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA.http://masdwijanto

files.wordpress.com/2012/04/buku-standar-isi-sma.pdf 12 April: 20.45

Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Ihsan, F. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan. PT. Asdi Mahasatya. Jakarta.

Loranz, D. 2008. TMCC Program and Discipline Report. [Online]. (www.tmcc.edu, diakses 13 Mei 2012 pukul 16.50 WIB).

Martono, N. 2010. Statistik Sosial. Yogyakarta: Gava Media.

(57)

50

Purwanto, M. N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya.

Rusman.2010. Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme Guru. Raja wali pers. Jakarta.

Sardiman. 2005.Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar.PT. Raja Gravindo persada.

Slavin, R.E. 2008. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik (Alih Bahasa Nurulita Yusron). Penerbit Nusa Media. Bandung.

Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. Bandung. PT. Tarsito

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Kencana. Jakarta.

Yuniati, 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Lampung. Lampung.

Yusuf, A. 2010. Peningkatan Minanat Dan Penguasaan Konsep Fisika Siswa

Gambar

Tabel
Tabel 2. Kriteria point penghargaan kelompok
Tabel 1. Hubungan antara variabel, instrumen, data penelitian dan analisis data
Tabel 3. Klasifikasi Persentase Aktivitas Siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa impak dari penerapan model pembelajaran fisika berbasis proyek terhadap pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kreatif siswa

Berdasarkan kajian literatur mengenai sistem pendanaan KPS (Tabel 1), beberapa faktor kunci keberhasilan skema KPS pada pembangunan infrastruktur mencakupi kerjasama dan

Locus of control adalah variabel kepribadian yang mengukur seberapa jauh seseorang memandang kemungkinan adanya hubungan antara perbuatan yang dilakukan dengan hasilnya

Dari hasil analisis software, ketiga model pembebanan tersebut, model pembebanan kedua dan ketiga merupakan model pembebanan yang mendekati keadaan sesungguhnya,

Kesimpulan penelitian ini adalah model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa semester I A Program Studi

Sarung Helm anti air, sebuah solusi bagi mayoritas orang yang sering merasa tidak nyaman saat bepergian karena masih banyak tempat parkir yang kurang akan kenyamanan

jiban dalam pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima oleh wajib pajak.. dalam menjalankan usahanya, baik itu usaha jasa maupun pengadaan

(1) Dalam hal penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggara jasa telekomunikasi belum dapat menyediakan akses di daerah tertentu, maka penyelenggara