EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DALAM MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA
(Studi Eksperimen Kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung T.P 2012/2013)
(Skripsi)
Oleh LAMUDIN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Lamudin
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DALAM MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA
(Studi Eksperimen Kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung T.P 2012/2013)
Oleh LAMUDIN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam
meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi sistem peredaran darah manusia
kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung.
Desain yang digunakan adalah pretest-posttest non equivalen. Sampel dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelas Eksperimen dan XI IPA 2
sebagai kelas kontrol yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Data
kualitatif penelitian diambil berupa data aktivitas siswa dan tanggapan terhadap
pembelajaran sedangkan data kuantitatif diperoleh dari nilai rata-rata pretest,
posttest, kemudian dihitung N-gainnya. Analisis data menggunakan deskriptif dan
statistik uji Mann-Withney.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata aspek aktivitas belajar siswa, kemampuan
Lamudin
informasi, kemampuan menjawab pertanyaan, mengalami peningkatan baik itu
kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Semua aspek pada kelas eksperimen
rata-rata peningkatannya lebih tinggi sebesar (49,96 % ) dibandingkan kelas kontrol
(44,71%). Penguasaan materi juga mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai
N-Gain sebesar 59%. Berdasarkan data angket yang dibagikan kepada siswa Kelas
ekperimen, banyak siswa yang menyatakan setuju artinya penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT efektif dalam meningkatkan aktivitas dan
penguasaan materi sistem peredaran darah manusia pada siswa kelas XI IPA SMA
Negeri 13 Bandar Lampung.
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DALAM MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA
(Studi Eksperimen Kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung T.P 2012/2013)
(Skripsi)
Oleh LAMUDIN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA (STUDI EKSPERIMEN KELAS XI SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG T.P 2012/2013)
Nama Mahasiswa : Lamudin
Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024033
Program Studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Drs. Arwin Achmad, M.Si. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd.
NIP 19570803 198603 1 004 NIP 19770715 200801 2 020
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Arwin Achmad, M.Si.
Sekretaris : Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd.
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Tri Jalmo M.Si.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.
NIP 19600315 1985031 003
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lamudin
Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024033
Program Studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri,
dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau
ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan
penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.
Bandar Lampung, April 2013 Yang menyatakan
Lamudin
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kartaraharja Kecamatan Tulang Bawang Udik
Kabupaten Tulang Bawang Barat, tanggal 10-08-1988, yang
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak
Hermansyah dan Ibu Karnila.
Penulis menempuh pendidikan formal dari SD Negeri 1 Kartaraharja yang
diselesaikan pada tahun 2001, SLTP Negeri 2 Karta selesai pada tahun 2004 dan
SMA Negeri 1 Karta diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis
terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi Non
Reguler.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi penyiar radio di RCM
Lampung, aktif di organisasi internal kampus (BEM FKIP, HIMASAKTA,FPPI),
dan menjadi Staf Pengajar Bimbel Profesional Lampung dan pembina eksternal
Asrama Anjung Way Lima siswa Al-Kautsart serta Staf Pengajar Ekskul (Ekstra
kulikuler) multi media SMA Negeri 13 Bandar Lampung, pada tahun 2011
penulis melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA
Muhammadiyah 2 Bandar Lampung dan pada tahun 2012 penulis melakukan
penelitian di SMA Negeri 13 Bandar Lampung untuk meraih gelar Sarjana
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdullillah hirobill alamin puji sukur atas nikmat yang Allah berikan jika kita hitung maka
kita akan merasa malu sendiri, bayangkan jika Allah cabut satu nikmat semisal nikmat melihat
maka kita tidak bisa melihat indahnya dunia kedua kalinya solawat dan salam tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarga, sahabat serta pengikutnya hingga akhir jaman
Kupersembahkan kepada ibundaku tercinta Karnila dan ayahhanda Hermansyah yang kucintai
dan kusayangi terimakasih ibu dan ayah yang sudah memberikan warisan yang begitu berharga
yaitu ilmu dengan ilmu insya Allah dapat menjaga diri sendiri dan orang lain , ( dengan ilmu
hidup menjadi mudah, dengan agama hidup menjadi terarah, dengan seni hidup menjadi indah)
Buat nenek ku Halimah (alm) dan jedi Syukur dan Mayunah (alm), Rajo Megal (alm) terimakasih
atas doa dan nasehat yang sudah diberikan
Kupersembahkan pada Ayunda Nurmala Dewi, Kakanda Rusnadi dan Adinda Esi Erhana serta
keluarga besarku terimakasih atas motivasi dan dorongan yang sudah di berikan pada ku
Kupersembahkan pada guru-guruku dan dosen-dosenku serta murobbi yang telah memberikan
ilmu yang sangat berharga dan motivasi dan bimbingan yang selama ini telah diberikan padaku
hanya Allah Tuhan Robb seluruh alam yang membalas semua amal kebaikan yang telah
diberikan padaku aamin…
Kupersembahkan pada calon pendamping hidupku semoga kita menjadi keluarga yang sakinah
mawadah warohmah dan diberi keturunan yang sholeh dan sholehah dan menjadi keluarga
teladan bagi banyak orang
MOTTO
Ya Allah, ampunilah dosaku, belaskasihanilah aku cukupkanlah segala
kekuranganku angkatlah derajatku berilah rezeki padaku berilah aku petunjuk
berikanlah kesehatan padaku berilah ampunan kepadaku (doa duduk diantara
dua sujud)
(bahagia dunia bahagia akherat)
(Lamudin)
“
Ya Allah jadikan dalam hatiku cahaya, penglihatanku cahaya, pendengaranku
cahaya, Ya Allah jadikan dibelakangku cahaya dan depanku cahaya, Ya Allah
jadikan di atasku cahaya dan di bawahku cahaya, Ya Allah jadikan di samping
kananku cahaya dan kiriku cahaya, Ya Allah berikan aku cahaya dan jadi kan
aku cahaya, Ya Allah lindungilah aku dari azab kubur dan azab neraka, Ya
Allah lindungilah aku dari fitnah hidup dan fitnah mati, dan lindungilah aku
dari fitnah dazal
”
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, dengan
ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Efektivitas
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Dalam Meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan Materi Sistem
Peredaran Darah Pada Manusia”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unila.
3. Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi.
4. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I
yang telah memberikan, motivasi, bantuan, saran, kesabaran dan
bimbingannya hingga terselesainya skripsi ini.
5. Rini Rita T. Marpaung S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II, yang telah
membimbing, memberikan motivasi, arahan, saran dan pengalaman yang
sangat berharga dalam hidupku.
6. Dr. Tri jalmo, M.Si., selaku Pembahas, termakasih atas segala masukan, kritik,
7. Bapak dan Ibu dosen pengajar, atas segala bantuan dan ilmu yang telah
diberikan.
8. Drs. Triatmo, S.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 13 Bandar Lampung dan Ibu
Tansilawati S.Pd., dan rekan-rekan observer yang telah membantu dalam
menyelesaikan skipsi ini dan rekan-rekan staf pengajar di SMA Negeri 13
yang tidak bisa disebut satu persatu.
9. Keluarga besar yang ada di Kartaraharja dan Karta City tercinta, dan keluarga
besar Abun Hilal, S.Sos., di Bandar Lampung yang memberikan semangat dan
nasehat serta dukungan moril, terimakasih atas semuanya.
10.Keluarga besar UKM FPPI, HIMASAKTA, BEM FKIP, IMAKIPSI, BEM U
KBM UNILA, dan Sahabat PROF (Progressive Resource Of Future) Smart
Education Training Center: Herdizal R, S.Pd., Raden R.S, S.Pd., terimakasih
atas inspirasi dan motivasi yang kalian berikan dll.
11.Sahabat tercintaku Raka Septian, Ariza Patria, Angga Prayoga, S.Pd., Septian
Nur Rahman, S.pd., Feri Ardianto, Antun Sutarya, S.Pd., Fitradi, S.Pd. Nuris
Mukthon, Nurvita Sari Samwar, S.Pd., Rini Hardianti, S.Pd., A.Rudhia, S.Pd.
12.Keluarga besar Crew @radio kak Hadin S.Si., kak As Hadi S.Si., kak Adhi
Ihsan Mendoza S.P., dan rekan-rekan crew @radio yang tidak bisa ditulis
satu-persatu.
13.Rekan-rekanku di pendidikan Biologi, teman se-angkatan, kakak tingkat, dan
adik tingkat yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
14.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Penulis,
DAFTAR ISI
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) ... 10
B. Aktivitas ... 17
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Hasil Penelitian ... 38
Aktifitas Belajar Siswa ... 38
Penguasaan Materi ... 39
Tanggapan Siswa Pada Pembelajaran Kooperatif tipe TGT ... 41
1. Perangkat Pembelajaran ... 52
2. Data Hasil Penelitian ……….. ... 122
3. Analisis Butir Soal Per-Indikator pretest, posttest ... 124
4. Analisis Indikator Pengguasaan Materi ... 126
5. Data Aktivitas Siswa ... 130
6. Data Anggket Tanggapan Siswa ... 132
7. Normalitas Pretest ... 134
8. Normalitas Posttest ... 137
9. Data aktivitas kelas eksperimen pertemuan 1 ... 143
10. Data aktivitas kelas eksperimen pertemuan 2 ... 145
11. Data aktivitas kelas kontrol pertemuan 1 ... 147
12. Data aktivitas kelas kontrol pertemuan 2 ... 149
13. Data angket tanggapan siswa ... 151
14. Soal TGT ... 153
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1. Kriteria poin penghargaan kelompok ... 15
2. Hubungan antara variabel, instrumen, data penelitian dan analisis data 31 3. Lembar observasi aktivitas siswa ... 31
4. Klasifikasi persentase aktivitas siswa ... 32
5. Skor jawaban angket ... 33
6. Data angket tanggapan siswa... 33
7. Kriteria presentase tanggapan siswa... 33
8. Peningkatan aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol ... 38
9. Hasil uji normalitas dan homogenitas ... 39
10. Hasil uji Mann-Withneypretest, posttest dan N-gain... ... 40
11. Hasil peningkatan indikator penguasaan materi... 41
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 9
2. Desain pretest-postest control non equivalen ... 24
3. Gambar 3 jawaban eksperimen dan kontrol ... 44
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan
nasional yang dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin
dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, iman dan taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa juga menjadi sumber motivasi segala bidang,
dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas
dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang
berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan
tujuan pendidikan, bagi umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang
harus dipenuhi sepanjang hayat. Manusia adalah makhluk yang dinamis dan
bercita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti
yang luas, baik lahiriah maupun batiniah, duniawi dan ukhrawi. Semakin
tinggi cita-cita manusia semakin menuntut kepada peningkatan mutu
pendidikan sebagai sarana mencapai cita-cita tersebut. Jadi antara kedudukan
pendidikan yang dilembagakan dalam berbagai bentuk atau model dalam
masyarakatnya selalu berinteraksi (saling mempengaruhi) sepanjang waktu
2
Masalah utama pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini
adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak pada
rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan.
Prestasi ini adalah hasil dari kondisi pembelajaran yang masih bersifat
konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik, yaitu
bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar) dalam arti yang
substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan
dominasi guru dan tidak memberikan akses anak didik untuk berkembang
secara mandiri melalui penemuaan dalam proses berpikirnya (Trianto,
2009:5).
Seorang guru bertugas mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana
kegiatan pembelajaran yang dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Oleh
sebab itu, seorang guru perlu mempersiapkan strategi pembelajaran yang
optimal, salah satunya yaitu dengan memilih model pembelajaran yang tepat
sehingga tugas mengajar guru dapat berjalan dengan efektif dan siswa akan
termotivasi untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran yang akhirnya
dapat memperoleh hasil belajar yang optimal (Trianto, 2007:1).
Pendidikan IPA di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan
3
mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan
alam sekitar.
Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman
belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Mata pelajaran biologi
dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif
untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar.
Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan pemahaman dalam bidang matematika, fisika, kimia dan
pengetahuan pendukung lainnya (BSNP, 2006:451).
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan (Hamalik, 2004:27). Aktivitas siswa dalam
pembelajaran memiliki peranan yang penting. Sesuai dengan pendapat
Sardiman (2004:99) bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas,
tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik.
Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang
meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum
jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca dan segala kegiatan yang
dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi di SMA
4
digunakan untuk materi pokok sistem peredaran darah adalah metode ceramah
yang cenderung teacher centered atau satu arah. Metode seperti ini
menyebabkan siswa menjadi pasif, karena hanya mendengarkan informasi
yang disampaikan guru. Sehingga materi yang disampaikan oleh guru tidak
mampu diterima siswa secara optimal. Aktivitas siswa seperti bertanya,
mengungkapkan pendapat, menjawab pertanyaan, dan berkerja sama tidak
terlihat pada proses pembelajaran hal ini menunjukkan aktivitas siswa rendah.
Hasil rata-rata penguasaan materi pada materi pokok sistem peredaran darah
pada tahun 2010/2011 baru mencapai 65% nilai ini belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70 dengan
ketuntasan 100%. Materi yang diteliti ialah sistem peredaran darah. Materi ini
tergolong sulit karena banyak membahas tentang istilah-istilah biologi yang
harus dipahami oleh siswa sehingga dalam pembelajaran memerlukan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Oleh sebab itu,
Teams Games Tournament (TGT) dirasa sesuai dengan karakteristik materi
tersebut. Terbukti TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata
pelajaran dari ilmu-ilmu eksak, ilmu-ilmu sosial maupun bahasa dari jenjang
pendidikan dasar, SMP, hingga perguruan tinggi (Trianto, 2010:83).
Hasil penelitian (Yuniarti, 2011:45) menunjukkan bahwa penguasaan konsep
setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi pokok dunia tumbuhan pada
kelas eksperimen mengalami peningkatan lebih baik dibandingkan kelas
5
Hasil penelitian (Yusuf, 2010:83) menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi besaran dan pengukuran, dapat
meningkatkan minat, aktivitas, belajar dan penguasaan konsep siswa serta
meningkatkan kinerja guru. Berdasarkan uraian di atas maka penulis
melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dalam Meningkatkan Aktivitas dan
Penguasaan Materi Sistem Peredaran Darah ( Studi kuasi Eksperimen Kelas XI
Semester Ganjil SMA Negeri 13 Bandar Lampung T.P. 2012/2013).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT efektif dalam
meningkatan penguasaan materi sistem peredaran darah pada manusia
siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung?
2. Bagaimana aktivitas siswa selama menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT pada materi pokok sistem peredaran darah?
3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunan model pembelajaran
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini ialah sebagai
berikut:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT efektif dalam
meningkatan aktivitas dan penguasaan materi sistem peredaran darah
manusia siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung.
2. Aktivitas siswa selama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT pada materi pokok sistem peredaran darah.
3. Tanggapan siswa penggunan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
pada materi pokok sistem peredaran darah.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, yaitu untuk menambah pengalaman menjadi calon guru dan
menjadi pelajaran yang berharga serta menjadi acuan untuk
penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Bagi siswa, diharapkan dapat memberikan suasana belajar yang
menyenangkan.
3. Bagi guru, sebagai tambahan pengetahuan untuk menerapkan model
pembelajaran TGT yang meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan
penguasaan materi yang disampaikan.
4. Bagi sekolah, menjadi masukan untuk para guru dalam menerapkan
berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
7
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap masalah maka perlu adanya
batasan ruang lingkup penelitian yaitu:
1. Efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah tipe
pembelajaran dengan cara membagi siswa dalam satu kelas menjadi
kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen baik
kemampuan akademik maupun jenis kelaminnya. Pada akhir
pembelajaran diadakan games berupa soal untuk memastikan seluruh
anggota kelompok menguasai materi atau tidak. Kemudian diberikan
suatu penghargaan untuk kelompok terbaik.
2. Aktivitas yang diamati dalam penelitian ini meliputi kemampuan
mengemukakan pendapat, kemampuan bertanya, kemampuan
berkerjasama dengan teman, dan kemampuan bertukar informasi.
3. Penguasaan materi pokok sistem peredaran darah diukur dalam penelitian
ini diperoleh dari nilai pretest, posttest dan N-gain.
4. Penelitian ini hanya pada satu kompetensi dasar yaitu ” Menjelaskan
keterkaitan antar struktur, fungsi dan proses serta penyakit yang dapat
terjadi pada sistem peredaran darah”.
F. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran biologi membutuhkan model pembelajaran yang langsung
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dan sifatnya menyenangkan dan
membutuhkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan
8
secara ilmiah dan dapat meningkatkan aktivitas siswa dan penguasaan materi.
Dalam hal ini, peneliti menawarkan solusi untuk mengatasi masalah yang
timbul ketika proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Dengan model ini siswa dilibatkan secara langsung dalam proses
pembelajaran, sehingga pembelajaran berjalan dengan efektif dan
menyenangkan. Langkah-langkah model pembelajaran ini antara lain
penyajian materi di dalam kelas oleh guru dan pembelajaran dalam kelompok,
permainan dalam kelas, pertandingan dan penghargaan pada kelompok yang
memenangkan pertandingan. Dengan demikian siswa menjadi termotivasi
untuk lebih giat belajar untuk mendapatkan penghargaan, selain mendapatkan
penghargaan tentunya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas siswa dan
penguasaan materinya.
Adapun variabel bebas (X) dari penelitian ini adalah model pembelajaran tipe
TGT, sedangkan variabel terikat (Y) adalah aktivitas dan penguasaan materi
siswa. Hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dapat
digambarkan sebagai berikut:
Keterangan: X = Efektivitas model TGT, Y1= Penguasaan materi dan Y2 = Aktivitas siswa
Gambar 1. Diagram hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
X
9
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. H0 = penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak efektif dalam meningkatan penguasaan materi pokok sistem peredaran
darah siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung.
H1 = penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT efektif
dalam meningkatan aktivitas dan penguasaan materi sistem
peredaran darah siswa kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung.
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu
meningkatkan aktivitas siswa pada materi pokok sistem peredaran darah.
3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi pokok
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok
yang bersifat heterogen. Dalam hal ini tercipta sebuah interaksi yang lebih
luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa,
siswa dengan siswa dan siswa dengan guru (Rusman, 2010:203).
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan paham kontruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar
belum dikatakan selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pelajaran (Amri dan Achmadi, 2010:90).
Belajar kooperatif bukanlah hal yang baru. Sebagai guru dan mungkin siswa
pernah menggunakannya atau mengalaminya sebagai contoh saat berkerja di
kelompok-11
kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang untuk bekerja sama dalam
menguasai materi yang diberikan guru (Slavin dalam Trianto, 2009:56).
Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok
kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang siswa yang sederajat tetapi
heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras dan satu sama lain saling
membantu. Tujuan dibentuknya kelompok adalah untuk memberikan
kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses
berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan
saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar
(Trianto, 2010:56).
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.
Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan
pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar
pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar memungkinkan guru
mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses
pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling
membelajarkan sesama siswa lainya (Rusman, 2010:203).
Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif menurut Roger dan David Johnson
(dalam Rusman, 2010:212) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran
12
1. Prinsip ketergantungan positif (positif interdependence) yaitu dalam
pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung
pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja
kelompok ditentukan oleh kinerja oleh masing-masing anggota kelompok.
Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling
ketergantungan.
2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu
keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota
kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompoknya mempunyai
tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.
3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction) yaitu memberikan
kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka
melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima
informasi dari kelompok lain.
4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication) yaitu melatih
siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan
pembelajaran
5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama
mereka, agar selanjutnya bisa berkerja sama dengan lebih efektif.
TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dari ilmu-ilmu
eksak, ilmu-ilmu sosial maupun bahasa dari jenjang pendidikan dasar (SD,
13
pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban yang benar
(Trianto, 2010:83).
Menurut Slavin (dalam Rusman, 2010:225) pembelajaran kooperatif tipe TGT
terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class
precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games),
pertandingan (tournament) dan penghargaan kelompok (teams recognition).
Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran
kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut: siswa berkerja dalam
kelompok-kelompok kecil, games tournament dan penghargaan kelompok.
Adapun langkah-langkah sebagai berikut, pada TGT siswa ditempatkan dalam
timbelajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut
tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru menyiapkan pelajaran dan
kemudian siswa berkerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa
seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
1) Aturan permainan
Dalam satu permainan terdiri dari: kelompok pembaca, kelompok
penantang 1 kelompok penantang 2 dan seterusnya sejumlah kelompok
yang ada.
Kelompok pembaca, bertugas: mengambil kartu bernomor dan mencari pertanyaan pada lembar permainan, membaca pertanyaan keras-keras dan
memberi jawaban.
14
Kelompok penantang 2 bertugas: menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda dan mengecek lembar jawaban. Kegiatan ini
dilakukan bergiliran.
2) Sistem perhitungan poin turnamen
Skor siswa dibandingkan dengan rata-rata skor yang lalu mereka sendiri,
dan poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh siswa menyamai. Poin
tiap anggota ini dijumlah untuk mendapatkan skor tim dan tim mencapai
kriteria tertentu dapat diberi sertifikat (Trianto, 2010:84-85).
a) Games dapat dijadikan sarana belajar yang menyenangkan. Games dalam
metode ini terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan
yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari
presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Games tersebut dimainkan
diatas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim
yang berbeda. Kebanyakan games hanya berupa nomor-nomor pertanyaan
yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah
kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang
tertera pada kartu tersebut (Slavin, 2008:166).
b) Tournament adalah sebuah struktur games berlangsung. Biasanya
berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan
presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap
15
c) Penghargaan kelompok
Poin tiap anggota tim ini dijumlah untuk mendapat skor tim dan tim yang
mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau ganjaran (award)
yang lain (Trianto, 2010:86-87).
Tabel 2. Kriteria point penghargaan kelompok
No. Perolehan skor Predikat
1. 30 – 40 Good teams
2. 40 – 45 Great teams
3. 45- ke atas Super teams
(Trianto, 2010:87).
Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh
pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara
implisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT,
sebagai berikut:
1. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari
pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
2. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh
tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
3. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
16
5. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan
waktu yang lebih banyak.
6. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT
adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa.
Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk
mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran TGT metode pembelajaran kooperatif
TGT ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT ialah sebagai berikut:
1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
2. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
5. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
6. Motivasi belajar lebih tinggi
7. Hasil belajar lebih baik
8. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
Sedangkan kelemahan TGT adalah:
1. Bagi Guru sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan
17
yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan
pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa
cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan
ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
2. Bagi siswa masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan
sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi
kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang
mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu
menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain (Anonim, 2012:15-20).
B. Aktivitas
Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirnya
tentang belajar “belajar” sering kali pula perumusan dan tafsiran itu berbeda
satu sama lain. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengingatkan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.
Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan
kelakuan (Hamalik, 2004:27-28).
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas
18
dilakukan di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich (dalam Sardiman,
2005:95) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang
antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca,
memerhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi interupsi.
3. Lestening activities, sebagai contoh mendegarkan, uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
4. Writing activties, seperti misalnya, menulis cerita, karangan, laporan,
angket, menyalin.
5. Drawing activities, misalnya: mengambar, membuat garfing, peta,
diagram.
6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
beternak.
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan.
8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Menurut pandangan ilmu jiwa modern menerjemahkan jiwa manusia sebagai
sesuatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Oleh karena itu,
secara alami anak didik itu juga bisa menjadi aktif, karena adanya motivasi
19
sebagai organisme yang mempunyai potensi untuk berkembang. Oleh sebab
itu, tugas pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak
didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam hal ini, anaklah
yang beraktivitas, berbuat dan aktif sendiri. Guru bertugas menyediakan bahan
pelajaran, tetapi yang mengolah dan mencerna adalah para siswa sesuai
dengan bakat, kemampuan dan latar belakang masing-masing. Dengan
demikian, jelas bahwa aktivitas itu dalam arti luas, baik yang berarti
fisik/jasmani maupun mental/rohani. Kaitan antara keduanya akan
membuahkan aktivitas belajar yang optimal (Sardiman, 2005:95).
Whipple (Hamalik, 2004:176) membagi kegiatan–kegiatan murid sebagai
berikut:
a. Bekerja dengan alat-alat visual
b. Ekskursi dan trip
c. Mempelajari masalah-masalah
d. Mengapresiasi literatur
e. Ilustrasi dan konstruksi
f. Berkerja menyajikan informasi
g. Cek dan tes
Pengunaan aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa oleh karena:
1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara
20
3. Memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan siswa
4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri
5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat dan hubungan orang tua
dan guru.
7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga
mengembangkan pemahaman berpikir kritis serta menghindarkan
verbalitis.
8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan dimasyarakat.
C. Penguasaan Materi
Penguasaan materi merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Ada beberapa
teori yang berpendapat bahwa proses belajar itu pada prinsipnya bertumpu
pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta prinsip-prinsip,
sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi subjek didik.
Secara umum, belajar boleh dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi
antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi,
fakta, konsep ataupun teori. Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa
proses interaksi adalah:
1. Proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar;
21
Proses internalisasi dan dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera perlu
ada follow upnya yakni proses “sosialisasi” dalam hal ini dimaksudkan
mensosialisasikan atau menularkan kepada pihak lain. Dalam proses sosialisasi,
karena berinteraksi dengan pihak lain sudah barang tentu melahirkan pengalaman.
Dari pengalaman yang satu ke pengalaman yang lain, akan menyebabkan proses
perubahan pada diri seseorang. Sudah dikatakan di muka bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku. Orang yang sebelumnya tidak tahu setelah belajar
menjadi tahu. Proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan
terjadi karena hasil pengalaman. Oleh karena itu dapat dikatakan terjadi proses
belajar, apabila seseorang menunjukkan “tingkah-laku yang berbeda”. Sebagai
contoh, orang yang belajar itu dapat membuktikan pengetahuan tentang
fakta-fakta baru atau dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat
melakukannya. Jadi belajar menempatkan seseorang dari status abilitas yang satu
ke tingkat abilitas yang lain (Sardiman, 2005:21-23).
Mengenai perubahan status ablitas itu, Menurut Bloom (dalam Sardiman,
2005:23) meliputi tiga ranah/matra, yaitu: matra kognitif, afektif dan
psikomotorik. Masing-masing matra atau domain ini dirinci lagi menjadi beberapa
jangkauan kemampuan (level of competence). Rincian ini dapat disebutkan
sebagai berikut:
1. Kognitif domain.
a. Knowledge (pengetahuan, ingatan).
b. Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh).
22
d. Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan).
e. Evaluation (menilai).
f. Application (menerapkan).
2. Afektif Domain.
a. Receiving (sikap menerima).
b. Responding (memberikan respon).
c. Valuing (nilai).
d. Organization (organisasi).
e. Characterization (karakteristik).
Dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan, dalam kegiatan
pendidikan formal di kelas, tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan-ulangan
harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruaan
tinggi, formatif adalah penggunan hasil tes prestasi belajar untuk melihat
sejauhmana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran. Hasil tes prestasi merupakan umpan balik (feed back)
kemajuan belajar dan karena itu biasanya tes diselenggarakan di tengah jangka
waktu suatu program yang sedang berjalan. Hasil tes formatif dapat menyebabkan
perubahan kebijaksanaan mengajar atau belajar. Contoh tes prestasi yang
berfungsi formatif adalah ujian tengah semester di perguruan tinggi atau hasil
belajar (THB) disetiap catur wulan atau setiap semester di sekolah-sekolah tingkat
menengah dan dasar. Sumatif adalah pengunaan hasil tes prestasi untuk
memperoleh informasi mengenai penguasaan pelajaran yang telah direncanakan
sebelumnya dalam suatu program pembelajaran. Tes sumatif merupakan
23
apakah siswa dapat dinyatakan lulus dalam program pendidikan tersebut, atau
apakah siswa dinyatakan dapat melanjutkan ke jenjang program yang lebih tinggi
24
III.METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November yaitu pada semester
ganjil tahun pelajaran 2012/2013 di SMA Negeri 13 Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 13
Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Sampel yang
diambil dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas XI IPA 1 sebagai
kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol.
C. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen. Desain yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah group pretest posttest non equivalen.
Struktur desainnya sebagai berikut:
Keterangan: I1 = Kelas eksperimen; I2 = Kelas kontrol;
O1 = pretest; O2 = posttet; XI = Perlakuan Tims Games Tournament (TGT); C = Kontrol ( menggunakan metode diskusi), (Dimodifikasi dari Riyanto. 2001:43).
Gambar 2. Desain pretest posttestnon equivalen.
I1 O1 X O2
25
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:
a. Membuat surat izin penelitian ke fakultas untuk diadakannya
penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
e. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretest/posttest berupa soal
essay berjumlah 8 soal.
f. Membuat soal-soal TGT untuk digunakan dalam tournament.
g. Membuat lembar observasi yang akan digunakan untuk melihat
aktivitas siswa.
h. Membentuk kelompok diskusi pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik, tinggi,
sedang dan rendah. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Nilai
diperoleh dari dokumentasi pada guru kelas dan dari hasil pretest
26
i. Melakukan uji ahli pada tiap butir soal yang akan digunakan pada
pretest dan posttest.
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe TGT untuk kelas eksperimen dan tanpa pembelajaran
kooperatif tipe TGT untuk kelas kontrol yaitu menggunakan metode
ceramah dan diskusi tanya jawab. Penelitian ini sebanyak 2 pertemuan.
Pertemuan I membahas submateri pokok sistem peredaran darah pada
manusia, pertemuan II membahas gangguan pada sistem peredaran darah.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
a. Kelas eksperimen
Kelas eksperimen adalah kelas yang dilakukan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Tahap-tahap
kegiatan sebagai berikut:
1. Pendahuluan
a. Guru memberikan pretest berupa soal essay sebanyak 8 soal
tentang sistem peredaran darah pada manusia.
b. Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa.
c. Memberikan apersepsi dan motivasi dalam bentuk pertanyaan
kepada siswa
27
2. Kegiatan inti
a. Presentasi guru
Guru menjelaskan secara umum materi yang dipelajari.
b. Membagi siswa menjadi 5 kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari 5 siswa dengan kemampuan heterogen.
Sedangkan pada waktu tournament kelompok yang mempunyai
kemampuan yang setara.
c. Memberikan LKS kepada setiap kelompok.
d. Menyiapkan kartu soal untuk digunakan dalam permainan.
e. Pelaksanaan permainan (Tournament).
Dalam pelaksanaan ini terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
1)Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada
meja tournament (lima orang, kemampuan setara). Setiap meja
terdapat 1 lembar permainan, 1 lembar jawaban, 1 kotak kartu
nomor dan 1 lembar skor permainan.
2)Siswa mengambil kartu di dalam kotak yang sudah disediakan
untuk menentukan pembaca (nomor tertinggi), pemain dan yang
lain menjadi penantang I, II dan III.
3)Pembaca I mengocok kartu dan mengambil kartu secara acak yang
sudah disediakan yang sekaligus membaca soal dan menjawab soal,
jika soal tidak bisa dijawab soal dijawab oleh peserta yang lain.
4)Pembaca I kemudian membaca soal sesuai nomor pada kartu yang
28
sanksi dan kartu dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai
bukti skor.
5)Jika penantang I, II dan III memiliki jawaban berbeda, mereka dapat
mengajukan jawaban dengan cara mengangkat tangan dengan cepat,
siapa yang paling cepat mengangkat tangannya maka dialah yang
berhak untuk menjawab namun jika salah minus 10.
6)Jika jawaban penantang salah, maka penantang yang lain masih
mempunyai kesempatan untuk menjawab dan aturannya sama
seperti awal siapa yang paling cepat dia yang berhak menjawab.
7)Jika jawaban dari penantang masih salah maka permainan
dilanjutkan dengan siswa berganti posisi sesuai urutan sesuai
dengan prosedur yang sama. Begitu seterusnya sampai 8 soal
permainan terbuka.
8)Setelah selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka dan
diakumulasi dengan semua tim.
3. Kegiatan Penutup
a. Menghitung skor kelompok untuk memberikan penghargaan
kelompok terbaik.
b. Memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang berhasil
mendapat predikat kelompok sangat bagus yang dilakukan dalam
bentuk pengumuman lisan di depan kelas dan memberikan
hadiah yang bertujuan untuk memotivasi siswa dan
29
Super untuk kriteria atas, Tim Sangat Baik (kriteria tengah) Tim
Baik (kriteria bawah).
c. Setelah permainan selesai kemudian guru memberikan posttest
berupa soal essay sebanyak 8 soal.
b. Kelas Kontrol
Kelas kontrol dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode
diskusi.
1) Pendahuluan
a. Guru memberikan pretest berupa soal essay sebanyak 8 soal
tentang sistem peredaran darah manusia dan sistem peredaran
darah getah bening dan gangguan pada sistem peredaran darah
b. Guru menyebutkan tujuan yang harus dicapai oleh siswa pada
materi tersebut.
c. Guru memberikan apersepsi pada setiap pertemuan.
d. Guru memberikan motivasi pada setiap pertemuan diawal
pembelajaran dengan tujuan untuk memotivasi siswa agar siswa
terpacu untuk mengikuti proses pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
a. Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok
b. Guru memberikan LKS dan meminta siswa untuk melakukan
diskusi mengerjakan LKS yang diberikan.
c. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
30
3) Kegiatan Penutup
a. Meminta siswa untuk mengumpulkan LKS
b. Siswa membuat kesimpulan mengenai materi yang diajarkan.
c. Guru memberikan posttest berupa soal essay pertemuan ke 2.
E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data
Data dalam penelitian ini meliputi nilai penguasaan materi biologi siswa,
dengan persentase aktivitas siswa.
1. Penguasaan materi
Nilai penguasaan materi biologi siswa diperoleh dari rata-rata pretest dan
posttest. Data nilai pretest diambil sebelum pembelajaran, sedangkan nilai
posttest diambil setelah pembelajaran berlangsung, baik pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah
berupa soal essay, dengan jumlah soal sebanyak 8 soal. Soal pretest
maupun posttest berupa soal yang sama.
2. Aktivitas siswa
Persentase aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa.
Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang
diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan
yang dilakukan dengan cara memberi tanda check list(√) pada lembar
observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Kemudian
menghitung nilai rata-rata aktivitas siswa (Tabel 4) dan
31
Tabel 1. Hubungan antara variabel, instrumen, data penelitian dan analisis data
No Variabel Instrumen Jenis data dan Alat ukur
2 Aktivitas siswa selama proses
Non tes Persentase
Lembar observasi yang digunakan dalam pengambilan data aktivitas siswa
pada saat pembelajaran sebagai berikut:
Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
No Nama
1. Tidak mampu berkomunikasi
2. Mampu berkomunikasi dengan baik tapi terbata-bata 3. Mampu berkomunikasi dengan baik dan lancar
B. Kemampuan Bekerjasama dengan Tim
1. Tidak bekerjasama dengan tim
2. Bekerjasama dengan tim, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok sistem peredaran darah
32
C. Kemampuanm Bertukar Informasi
1. Tidak bertukar informasi dengan teman dalam mengerjakan LKS (diam saja)
2. Bertukar informasi dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan pada LKS materi pokok sistem peredaran darah
3. Bertukar informasi dengan semua anggota kelompok sesuai dengan permasalahan pada LKS materi pokok sistem peredaran darah dan bekerjasama
D. Kemampuan Menjawab soal
1. Tidak menjawab pertanyaan (diam saja)
2. Menjawab pertanyaantetapi tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok sistem peredaran darah
3. Menjawab pertanyaandengan benar dan sesuai dengan pembahasan pada materi pokok sistem peredaran darah.
Menafsirkan atau menentukan kategori persentase aktivitas siswa sesuai klasifikasi pada Tabel 3.
Tabel 3. Klasifikasi Persentase Aktivitas Siswa Persentase aktivitas
Sumber: Dimodifikasi dari Hake (dalam Belina, 2008:37)
H. Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui
penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 10 pernyataan yang terdiri dari 7
33
Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:
1) Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 4.
Tabel 4. Skor perjawaban angket
Sifat
S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010:29).
2) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang
dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan
kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.
Tabel 5. Data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
No.
Tabel 6. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
Persentase (%) Kriteria 100
34
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis data
Data penguasaan materi diperoleh dari nilai pretest dan posttest yang
diambil pada saat sebelum pembelajaran dan nilai posttest diambil setelah
proses pembelajaran berlangsung baik pada kelas eksperimen maupun
pada kelas kontrol.
Teknik penskoran nilai pretest dan posttest yaitu :
S = R x 100 N
Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan (dicari)
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes (Purwanto, 2008:112)
Nilai pretest dan posttest yang telah diperoleh kemudian dihitung
selisihnya. Nilai selisih pretest dan posttest disebut sebagai skor gain.
Untuk mendapatkan nilai skor gain menggunakan formula Rulon (dalam
Loranz, 2008: 3) sebagai berikut:
N-gain = X – Y
Z –Y
Keterangan: X = nilai posttest; Y = nilai pretest; Z = skor maksimum.
Setelah diperoleh nilai selisih pretest dan posttest (skor gain), selanjutnya
data pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol dianalisis dengan
35
prasyaratnya berupa uji normalitas data dan uji homogenitas data. Adapun
uraianya sebagai berikut:
a. Uji Normalitas (Uji Lilliefors)
Uji normalitas data menggunakan uji Liliefors yang dilakukan dengan
menggunakan program software SPSS versi 17.
1) Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berdistribusi normal
2) Kriteria Pengujian
Jika Lhitung < Ltabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima
Jika Lhitung > Ltabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak
(Pratisto, 2004:5).
a. Uji Mann-Whitney U
Kriteria Uji:
- Jika Z hitung < t tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima
- Jika Z hitung > t tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak
Uji Mann-Whitney U digunakan jika sebaran data tidak normal dan
tidak homogen (Martono, 2010:158).
b. Uji kesamaan dua varian
Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan
dengan uji homogenitas yang menggunakan uji Barlet dan diolah
36
1) Hipotesis
Ho : Kedua sampel mempunyai varians yang sama
H1 : Kedua sampel mempunyai varians yang berbeda
1. Kriteria Pengujian
Dengan kriteria uji yaitu jika F hitung < Ftabel atau probabilitasnya>
0,05 maka H0 diterima, jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya <
0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:71).
2. Pengujian Hipotesis (Uji t)
Jika sampel berdistribusi normal maka pengujian hipotesis menggunakan
Uji t dan jika sampel tidak berdistribusi normal maka pengujian hipotesis
mengunakan uji U (Mann-Withney) menggunakan program SPSS 17.
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
1) Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama
H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama
2) Kriteria Uji
Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima
Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak
37
b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
1) Hipotesis
H0 = rata-rata skor gainpada kelompok eksperimen sama dengan
kelompok kontrol.
H1 = rata-rata skor gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi
dari kelompok kontrol.
2) Kriteria Uji :
1. Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
2. Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
(Pratisto, 2004:10).
G. Pengolahan Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data
yang diambil melalui observasi. Data tersebut kemudian dianalisis dengan
menggunakan indeks aktivitas siswa dengan menggunakan rumus:
% 100
x n
x
X
iKeterangan :
X = Rata-rata skor aktivitas siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT efektif dalam
meningkatkan penguasaan materi sistem peredaran darah siswa kelas XI
SMA Negeri 13 Bandar Lampung.
2. Pengunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu
meningkatkan aktivitas siswa pada materi sistem peredaran darah
manusia.
3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi pokok
48
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, penulis memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk mahasiswa skripsi ini dapat menjadi acuan untuk bahan penelitian
selanjutnya.
2. Untuk guru biologi hendaknya menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas
karena model ini dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi
sistem peredaran darah pada manusia.
3. Pembagian kelompok pada pembelajaran TGT dikonfirmasikan dengan
guru mitra sebelum kelompok ditentukan sesuai dengan tingkatan
kemampuan masing-masing siswa.
4. Sebelum mengadakan turnamen perhatikan form penilaian perkelompok
supaya hasilnya akhi benar-benar valid.
5. Pada pembelajaran kooperatif hendaknya mengunakan 3 observer supaya
49
DAFTAR PUSTAKA
Amri, A. 2010. Kontruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.
Anonim. 2011. Model-pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt-2/ http://www.google.co.id/search (diakses 6 juli 2012 pukul 15:20)
Azwar, S. 2007. Tes Prestasi fungsi Dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Pustaka pelajar. Yogyakarta.
Belina, W.W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung. Dalam
http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0519108-104827/. 2 januari 2012: 20.30
BSNP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA.http://masdwijanto
files.wordpress.com/2012/04/buku-standar-isi-sma.pdf 12 April: 20.45
Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.
Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Ihsan, F. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan. PT. Asdi Mahasatya. Jakarta.
Loranz, D. 2008. TMCC Program and Discipline Report. [Online]. (www.tmcc.edu, diakses 13 Mei 2012 pukul 16.50 WIB).
Martono, N. 2010. Statistik Sosial. Yogyakarta: Gava Media.
50
Purwanto, M. N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya.
Rusman.2010. Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme Guru. Raja wali pers. Jakarta.
Sardiman. 2005.Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar.PT. Raja Gravindo persada.
Slavin, R.E. 2008. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik (Alih Bahasa Nurulita Yusron). Penerbit Nusa Media. Bandung.
Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. Bandung. PT. Tarsito
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Kencana. Jakarta.
Yuniati, 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Penguasaan Konsep Siswa. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Lampung. Lampung.
Yusuf, A. 2010. Peningkatan Minanat Dan Penguasaan Konsep Fisika Siswa