• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL REMAJA TERHADAP ORANG TUA DI DESA LABUHAN RATU PASAR KECAMATAN SUNGKAI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL REMAJA TERHADAP ORANG TUA DI DESA LABUHAN RATU PASAR KECAMATAN SUNGKAI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA PROVINSI LAMPUNG"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL REMAJA TERHADAP ORANG TUA DI DESA

LABUHAN RATU PASAR KECAMATAN SUNGKAI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA

PROVINSI LAMPUNG

OLEH ENDA MAULANA

Masa Remaja Merupakan masa perkembangan dalam kehidupan manusia yang mengalami berbagai perubahan baik fisik dan psikis. Semua perubahan ini mempengaruhi penampilan, sikap serta tingkah laku para remaja. Keadaan tersebut telah membawa berbagai perubahan perilaku remaja, termasuk perubahan perilaku remaja terhadap orang tuanya. Pengasuhan keluarga yang salah dan lingkungan masyarakat yang buruk dapat menimbulkan berbagai perilaku menyimpang yang dilakukan para remaja terhadap orang tua. Selain itu pergaulan remaja yang tidak baik dengan teman sebaya juga dapat menyebabkan perubahan perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma yang ada dan berlaku dalam masyarakat.

Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua di Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung utara Provinsi Lampung. Metode yang digunakan dalah metode penelitian deskriftif dengan sampel berjumlah 39 orang remaja dan analisis data yang digunakan penelitian ini adalah dengan presentase.

(2)

orang tua adalah faktor lingkungan masyarakat dengan nilai presentase sebesar 58,9%.

(3)

FACTORS AFFECTING CHANGES IN SOCIAL BEHAVIOR IN ADOLESCENT PARENTS OF QUEEN VILLAGE MARKET HARBOR

SUNGKAI SOUTHERN DISTRICT NORTH DISTRICT LAMPUNG PROVINCE LAMPUNG

BY

ENDA MAULANA

Adolescence is a developmental period in human life which have a variety of changes both physical and psychic. All these changes affect the appearance, attitude and behavior of teenagers. Situation has brought many changes in adolescent behavior, including changes in adolescent behavior towards his parents. Family caregiving is wrong and that poor communities can cause a variety of deviant behaviors committed by teenagers to the elderly. In addition teenagers who are not good association with peers can also cause changes in teenage behavior that is incompatible with the existing norms and prevailing in the society.

The research objective is to elucidate the factors that influence changes in social behavior of adolescents to the elderly in the village of Market District Sungkai Labuhan Queen of South Lampung Regency northern province of Lampung. The method used dalah descriptive research method with the sample of 39 adolescents and analysis of the data used is the percentage of the study.

Based on the analysis of the data can be seen that changes in social behavior of adolescents to their parents due to family caregiving factors tegolong high category 46.15%, 41.03% and is considered a relatively low 12.82%. While the changes caused by factors that belong to peer groups and high categories were 43.59% and 12.82% is low. While changes in social behavior of adolescents to the elderly caused by environmental factors is high society of 58.96%, were classified as belonging as much as 30.77% and 10.27% for lower categories. So that from the results of this analysis can be concluded that the influence of family caregiving factors, peer groups and society tends to high. But of the three factors above percentages are very high in influencing change in social attitudes toward teen parents are the environmental factors with the percentage value of 58.9%.

(4)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap masyarakat selama kehidupanya pasti selalu mengalami perubahan secara terus menerus. Perubahan-perubahan itu dapat berupa perubahan yang menarik, perubahan yang luas pengaruhnya, perubahan cepat, perubahan yang lambat dan lain sebagainya. Secara umum perubahan dari masyarakat terbagi atas perubahan fisik dan perubahan non fisik. Perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat lainya, baik dalam hal bentuk maupun

kecepatan perubahannya. Hal ini karena perubahan yang yang terjadi dalam suatu masyarakat disebabkan oleh berbagai faktor, dimana faktor-faktor yang

mempengaruhi perubahan dalam masyarakat tersebut satu dengan yang lain berbeda.

Soerjono soekanto (2002 : 301) menjelaskan bahwa “perubahan-perubahan non-fisik di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku, organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan lapisan-lapsian dalam

masyarakat, kekuasaan, wewenang, interaksi sosial dan sebagainya.”

(5)

tidak direncanakan. Perubahan yang direncanakan seperti pembangunan ekonomi, modernisasi dan sebagainya, merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan dalam masyarakat.

Perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki atau disebut perubahan yang tidak direncanakan yang berlangsung diluar jangkauan pengawasan masyarakat, sehingga perubahan-perubahan tersebut terkadang kurang diharapkan oleh masyarakat disatu pihak dan mungkin saja sangat diharapkan dipihak lain. Dimana perubahan tersebut adalah sebagai akibat dari pergaulan yang masuk tanpa ada seleksi oleh masyarakat melainkan langsung ditiru dan diterima seperti perubahan gaya hidup, perilaku dan sebagainya yang dapat menimbulkan masalah dalam perubahan dimasyarakat.

Satu dari perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat adalah perubahan sosial budaya. Perubahan sosial budaya adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku diantara individu atau kelompok-kelompok serta perubahan unsur-unsur budaya. ( Soerjono Soekanto, 2002 : 350)

(6)

Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk yang dinamis, sebab selama masa remaja bahkan selama hidupnya selalu mengalami perubahan fisik maupun perubahan psikis. Remaja selalu mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat dimana ia berada, termasuk didalamnya adalah perubahan sosial budaya. Perubahan sosisal budaya di kalangan remaja

memainkan perenan yang besar dalam pembentukan dan pengkondisian tingkah laku remaja.

Salah satu bentuk perubahan sosial budaya di kalangan remaja adalah perubahan perilaku sosial remaja dalam berintraksi dengan orang tuanya. Perilaku sosial sendiri merupakan segala tindakan atau perubahan manusisa sebagai bentuk responketika berhadapan dengan orang lain. Jadi, perilaku sosial remaja yang dapat dilihat dari cara bicara, bersikap dan bereaksi ketika terjadi interaksi antara anak dengan orang tuanya.

Berbagai tata cara berperilaku seorang remaja terhadap orang tua diajarakan dalam norma-norma yang ada dan berlaku dalam masyarakat indonesia. Norma-norma tersebut antara lain Norma-norma hukum, Norma-norma agama, Norma-norma adat dan Norma-norma kesopanan serta kesusilaan. Dalam norma hukum di indonesia perilaku seorang anak terhadap orang tuanya diatur dalam pasal 19 UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang menyebutkan bahwa :

a. Menghormati orang tua, wali dan guru

b. Mencintai keluarga, masyarakat dan menyangi teman c. Mencintai tanah air, bangsa dan negara

(7)

Berdasarkan undang-undang tersebut, maka seorang anak (remaja) secara hukum berkewajiban untuk menghormati, menyayangi dan mengerjakan etika dan akhlak yang mulia terhadap orang tuanya. Seorang anak tidak dibenarkan melakukan tindakan-tindakan yang dapat menyakiti orang tua, baik secara psikis maupun fisik. Tindakan menyakiti orang tua dengan tindakan psikis seperti berkata kasar dan tidak menghormati orang tua, tindakan fisiknya seperti melakukakn tindakan kekerasan kepada orang tua. Hal ini merupakan suatu keseimbangan dalam menjaga hubungan yang harmonis dalam keluarga, karena betapa besar rasa sayang dan pengorbanan yang telah diberikan orang tua terhadap anaknya.

Sebagai orang tua pun harus memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang besar untuk mampu mensejahterakan, melindungi dan menumbuhkembangkan anak untuk dapat meraih sebuah prestasi yang ingin dicapainya ketika ia dewasa. Seperti yang ditegaskan Dalam Bab IV Bagian keempat pasal 26 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak disebutkan juga apa saja yang

menjadi tanggung jawab dan kewajiban orang tua terhadap anaknya, disebutkan bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :

a. Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak

b. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya dan

c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

Selanjutnya dalam UU No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak Bab II Pasal 9, berkaitan dengan tanggung jawab orang tua terhadap kesejahteraan anak

disebutkan bahwa, “Orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab

(8)

Mengingat betapa besar kewajiban dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya, sebagaimana tercantum dalam undang-undang yang diuraikan diatas maka sudah selayaknya seorang anak untuk beretika dan berakhlak mulia kepada orang tuanya dengan cara menghormati, menghargai, menyayangi dan

melaksanakan segala perintah dari orang tuanya sejauh perintah itu untuk hal yang baik.

Uraian mengenai bagaimana seharusnya seorang anak (remaja) berperilaku terhadap orang tuanya diatas diperkuat dengan penjelasan yang terdapat dalam norma agama, norma adat, norma kesopanan dan kesusilaan. Menurut keyakinan agama islam dijelaskan bahwa anak berkewajiban untuk taat terhadap orang tua sejauh perintah tersebut adalah sesuatu yang baik dan bermanfaat serta bukan untuk bermaksiat kepada Allah. Namun demikian ketaatan dan kepatuhan kepada Allah harus melebihi ketaatan kepada siapapun.

Salah satu ajaran norma agama mengenai pergaulan dengan orang tua tercantum dalam Al-Qur’an Surat Bani Isra’il ayat23, yang artinya :

“dan Tuhan-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan keduanya

perkataan “ah”, dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.(Q.S. 17 : 23)

Berdasarkan ayat tersebut, maka seorang anak berkewajiban untuk berkata yang

mulia kepada orang tuanya, tidak diperbolehkan berkata “ah” apalagi sampai

(9)

dipandang masyarakat sebagai sesuatu hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam norma adat dan kesopanan.

Pada kenyataannya, masa remaja merupakan masa perkembangan dalam kehidupan manusia yang merupakan kelanjutan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaaan. Dalam memasuki masa ini seorang remaja mengalami perubahan-perubahan fisik dan psikis(kejiwaan) yang mendekati keadaan fisik dan

psikis(kejiwaan) orang dewasa. Semua perubahan ini mempengaruhi penampilan, sikap serta tingkah laku mereka. Perubahan ini akhirnya menimbulkan konflik dalam diri mereka, karena disatu pihak mereka menampilkan diri serta berharap agar diperlakukan dan dianggap sebagai orang dewasa, tetapi dilain pihak mereka belum dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa.

Keadaan tersebut telah membawa berbagai perubahan perilaku remaja, termasuk di dalamnya adalah perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tuanya. Dalam hal yang tidak diinginkan perubahan tersebut cendrung mengarah kepada bentuk penyimpangan perilaku yang dilakukan para remaja. Perilaku yang kurang atau tidak menghormati dan menghargai orang tua.

(10)

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa Desa Labuhan Ratu Pasar memiliki jumlah remaja yang cukup banyak jika dibanding dengan desa-desa lain yang ada di wilayah kecamatan sungkai selatan, secara rinci jumlah remaja di Desa

Labuhan Ratu Pasar dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Jumlah remaja Desa Labuhan Ratu Pasar Tahun 2010

No Dusun Jumlah Remaja Jumlah

Laki-Laki Perempuan

1. Dusun I 33 33 66

2. Dusun II 29 14 43

3. Dusun III 27 14 41

4. Dusun IV 26 18 44

Jumlah 115 79 194

Sumber: Dokumentasi Bagian Kependudukan Desa Labuhan Ratu Pasar

Berdasarkan tabel 1, dapat dijabarkan bahwa remaja di desa Labuhan Ratu Pasar berjumlah 194 orang yang tersebar dalam 4 dusun. Remaja di Dusun I berjumlah 66 orang, Dusun II 43 orang, Dusun III 41 orang dan Dusun IV berjumlah 44 orang, sehingga jumlah semuanya 194 orang. Dusun I sebagai dusun yang jumlah remaja terbanyak, sedangkan dusun yang terendah jumlah remajanya adalah dusun III.

(11)

Masyarakat transisi merupakan gambaran keadaan masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai sosial budaya asli berupa nilai-nilai adat-istiadat, kebiasaan, keadaan struktur masyarakat, cara-cara berinteraksi dan lain sebagainya, akan tetapi pegangan masyarakat terhadap nilai-nilai yang ada semakin lama semakin melemah. Akibatnya bagi perilaku remaja dalam hubungan dengan orang tuanya tidak dengan sesuai yang semestinya, karena pengaruh yang harusnya diterapkan sesuai nilai-nilai sosial budaya asli tidak semaksimal dahulu.

Perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tuanya di Desa Labuhan Ratu Pasar ditandai dengan adanya berbagai perilaku menyimpang para remaja dalam berinteraksi dengan orang tuanya. Bentuk-bentuk perilaku menyimpang tersebut antara lain berbohong, pergi tanpa pamit, berkata kurang sopan, bersikap kurang sopan, membantah perintah dan diantaranya ada yang sampai pada perilaku mencaci orang tuanya. Bentuk-bentuk penyimpangan tersebut masuk dalam bentuk penyimpangan, yaitu Penyimpangan individual(individual

deviation).(http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang).

Berdasarkan hasil wawancara dengan 20 Kepala Keluarga yang memiliki remaja di Desa Labuhan Ratu Pasar, diketahui bahwa 19 dari 20 remaja pernah

(12)

Tabel 2. Bentuk perilaku menyimpang sebagai bentuk perubahan perilaku Sosial remaja terhadap orang tua di Desa Labuhan Ratu Pasar

Sumber : Data hasil wawancara dengan 20 Kepala Keluarga di Desa Labuhan Ratu Pasar Tahun 2011

Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat dilihat bebagai jenis peilaku menyimpang yang dilakukan para remaja terhadap orang tuanya. Perilaku menyimpang yang banyak dilakukan para remaja dan pada umumnya dengan frekuensi yang tinggi adalah berbohong dan pergi tanpa pamit. Perilaku menyimpang yang banyak dilakukan tetapi dengan fekuensi sedang adalah berbahasa kurang sopan, bersikap kurang sopan dan membantah perintah. Memcaci merupakan perilaku yang jarang dilakukan para remja dan tingkat frekuensinya pun ssangat rendah. Perilaku yang sampai melakukan tindak penganiayaan belum ditemukan di Desa Labuhan Ratu Pasar.

Perubahan lain dapat dilihat dari penggunaan bahasa yang digunakan sehari-hari oleh para remaja dalam berinteraksi dengan orang tua. Para remaja Suku Jawa yang merupakan Suku mayoritas penduduk di Desa Labuhan Ratu Pasar 95% tidak lagi menggunakan bahasa jawa halus ketika berinteraksi dengan orang tuanya. Bahkan ada yang hanya menggunakan bahasa indonesia. Pada hal dalam Adat suku jawa, Bahasa Jawa halus seharusnya digunakan ketika berbicara dengan orang tua atau orang yang lebih tua orang-orang yang dihormati.

No Bentuk perilaku menyimpang

Pelaku

Jumlah Persentase

1. Berbohong 19 95%

2. Pergi Tanpa Pamit 18 90%

3. Berkata Kurang Sopan 14 70%

4. Bersikap Kurang Sopan 9 45%

5. Membantah Perintah 11 55%

6. Mencaci 3 15%

(13)

-Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa Perubahan perilaku sosial yang sering terjadi dikalangan remaja dalam hubungan dengan orang tua merupakan sebuah permasalahan yang ada dalam lingkup kajian Sosiologi yang perlu diteliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan tersebut. Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat sebagai kontrol sosial dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Karena sebuah perubahan perilaku sosial remaja bisa membawa kemajuan jika arah dan nilai perubahan itu bersifat positif dan bisa juga membawa kemunduran jika arah dan nilai perubahan itu negatif karena terdapat banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di dalamnya. Oleh sebab itu, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih jauh permasalahan tersebut dengan suatu penelitian yang berjudul: “Faktor-faktor yang mempengaruhi Perubahan Perilaku Sosial Remaja Terhadap Orang Tua di Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

(14)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitiaan ini untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua di Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah konsep-konsep ilmu sosial khususnya dalam lingkup kajian sosiologi yang mengkaji masalah sosial dan perubahanya. Secara khusus penelitian ini berkaitan dengan bidang sosiologi keluarga yang mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi

perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua 2. Kegunaan Praktis

(15)
(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Menurut M. Ngalim Purwanto (1990 : 32 ) “ perilaku adalah segala tindakan

atau perbuatan manusia yang kelihatan atau tidak kelihatan yang tidak disadari

termasuk di dalamnya cara bebicara, berjalan, cara melakukan sesuatu dan cara

bereaksi terhadap sesuatu yang datangnya dari luar ataupun dari dalam dirinya”.

Perilaku merupakan bentuk tanggapan atau reaksi individu yang terwujud

dalam gerakan atau sikap dan ucapan. Menurut Andi Mappiare (1982 : 130),

semua manusia dalam bertingkah laku pada dasarnya dimotivasi oleh kebutuhan

yang saling berkaitan satu sama lain sebagai perwujudan dari adanya

tuntutan-tuntutan dalam hidup bersam kelompok sosial sekitar, Kebutuhan yang

dimaksud adalah :

a. Kebutuhan untuk diterima oleh kelompok atau orang lain.

b. Kebutuhan untuk menghindari dari penolakan orang lain.

Berdasarkan uraian dan pendapat di atas disimpulkan perilaku dapat diartikan

sebagi bentuk tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan atau

(17)

kebutuhan yang harus dipenuhi, kebutuhan itu antara lain kebutuhan seseorang

untukm dapat diterima oleh suatu kelompok atau orang lain dan kebutuhan

seseorang untuk menghindar dari penolakan suatu kelompok atau orang lain.

2. Konsep Perilaku Sosial Remaja

Manusia mempunyai naluri untuk hidup berkawan dan hidup bersama dengan

orang lain. Setiap manusia mempunyai kebutuhan fisik maupun mental yang sulit

dipenuhi seorang diri. Manusia perlu makan, pakaian, tempat tinggal, berkeluarga,

bergerak secara aman dan sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu,

ia mengadakan berbagai hubungan dan bekerja sama dengan orang lain.

Perilaku sosial akan muncul ketika seseorang berinteraksi atau berhadapan dengan

orang lain dalam rangka mengadakan hubungan kerja sama dengan orang lain

serta perilakunya itu memberi suatu nilai terhadap orang tersebut. Perilaku sosial

dapat berupa sikap atau perbuatan dan ucapan yang merupakan bentuk respon

seseorang dalam berinteraksi dengan suatu kelompok, orang lain ataupun dengan

lingkungannya.

Menurut Peter M. Blau dalam M. Basrowi dan Soenyono (2004:194) “perilaku

sosial adalah suatu perubahan aktifitas diantara sekurang-kurangnya dua orang”.

Jadi perilaku sosial adalah bentuk aktifitas yang timbul karena adanya interaksi

antara orang dengan orang atau orang dengan kelompok.

Berdasarkan uraian diatas perilaku sosial remaja dapet disimpulkan sebagai segala

aktifitas remaja yang merupakan bentuk respon terhadap interaksi yang terjadi

(18)

3. Bentuk-bentuk perilaku sosial

George C. Homans dan Peter M. Blau dalam Zamroni (1992 : 67) berkaitan

dengan bentuk-bentuk perilaku sosial menyatakan :

Bentuk-bentuk perilaku sosial dapat dijabarkan dalam beberapa bentuk, antara lain :

a. Proposisi Keberhasilan

Dalam segala hal yang dilakukan seseorang, semakin sering sesuatu tindakan mendapatkan ganjaran (mendatangkan respon positif dari orang lain), maka akan semkain sering pula tindakan dilakukan leh seseorang yang bersangkutan.

b. Proposisi Stimulus

Jika suatu stimulus tertentu telah merupakan kondisi dimana tindakan seseorang mendapatkan ganjaran, maka semakin serupa stimulus yang ada dengan stimulus tersebut akan semakin besar kemungkinan bagi orang itu untuk mengulang tindakanya seperti yang ia lakukan pada waktu yang lalu.

c. Proposisi nilai

Semakin bermanfaat hasil tindakan seseorang bagi dirinya makan akan semakin besar kemungkinan tersebut terulang.

d. Proposisi Kejenuhan-kerugian

Semakin sering seseorang menerima ganjaran yang istimewa maka ganjaran tersebut akan kurang bermakna.

e. Prorposisi Persetujuan-perlawanan

• Jika seseorang tidak mendapatkan ganjaran seperti yang

diinginkan, atau mendapatkan hukuman yang tidak diharapkan, ia akan menjadi marah dan akan semakin besar kemungkinan bagi orang tersebut untuk mengadakan perlawanan atai menentang dan hasil dari tingkah laku semacam ini akan menjadi lebih berharga bafi dirinya.

(19)

tingkah laku persetujuan terhadap tingkah laku yang dilakukan dan hasil tingkah laku semacam ini akan menjadi semakin berharga bagi dirinya.

Berdasarkan pendapat Geoge C. Homans dan Peter M. Blau dalam M. Basrowi

dan Soenyono dapat diuraikan bentuk-bentuk perilaku sosial terbagi menjadi lima

bentuk, yaitu proposisi keberhasilan, proposisi stimulus, proposisi nilai, proposisi

kejenuhan-kerugian dan proposisi persetujuan-perlawanan. Proposisi

keberhasilan, stimulus dan nilai adalah bentuk perilaku sosial yang terjadi dan

terulang apabila seseorang mendapatakan respon positif berupa ganjaran, pujian

atau hasil dari apa yang ia lakukan. Proposisi kejenuhan-kerugian merupakan

bentuk perilau sosial dimana seseorang akan merasa jenuh atau bosan jika terlalu

sering mendapatkan ganjaran atau hasil dari apa yang dilakukan. Dan proposisi

persetujuan-perlawanan yaitu bentuk perilaku sosial berupa sikap melawan

seseorang apabila ia tidak mendapatakan ganjaran atau hasil atau bahkan, ia justru

mendapatkan hukuman, sebaliknya apabila seseorang mandapatkan ganjaran dan

tidak mendarangkan hukuman atas tindakan yang dilakukan maka ia akan

menunjukan sikap yang positif.

B. Perilaku Menyimpang Remaja

1. Pengertian Perilaku Menyimpang Remaja

(Sarlito Wirawan Sarwono1989 : 197) mengemukakan bahwa, “Penyimpangan

perilaku adalah keseluruhan atau semua tingkah laku yang menyimpang dari yang

berlaku dalam masyarakat yaitu yang melanggar norma-norma agama, etik,

(20)

Berdasarkan pendapat diatas, maka suatu perbuatan dikatakan sebagai perilaku

yang menyimpang ataudeviant behaviorjika ternyata perbuatan tersebut

bertentangan dengan norma hukum, norma agama dan norama-noram lainya yang

berlaku dalam masyarakat.

Pendapat lain dikemukakan oleh soerjono soekanto ( 1989 : 11) yang berpendapat

bahwa, “Penyimpangan perilaku remaja adalah perilaku remaja yang timbul

karena ketidakseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya dengan norma-norma

atau apabila tidak ada keselarasan antara aspirasi dengan saluran-saluran yang

tujuannya untuk mencapai cita-cita.”

Pendapat yang sama dikemukakan oleh (Kartini Kartono 1981 : 31),

“Penyimpangan perilaku adalah semua tingkah laku yang menyimpang dari

norma-norma umum yang dianut masyarakat”.

(Andi Mappiare 1982 : 191) berkaitan dengan perilaku menyimpang menyatakan

bahwa :

Penyimpangan perilaku adalah perilaku yang ditimbulkan oleh adanya rasa tidak enak, rasa tercekam, rasa tertekan, dalam taraf yang sangat kuat sebagai dorongan-dorongan yang saling bertentangan dalam diri seseorang yang secara kuat akan melakukan tindakan-tindakan yang agresif berlebihan dan menurut masyarakat tingkah laku tersebut merupakan tingkah laku sosial yang

menyimpang dari kewajaran, cendrung pada rasa putus asa, tidak aman atau cendrung untuk merusak dan melanggar peraturan-peraturan.

Berdasarkan pada beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

(21)

norma adat, norma agama dan kesopanan serta etika yang berlaku dalam suatu

masyarakat. Perbuatan-perbuatan yang menyimpang tersebut disebabkan karena

ketidakseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya dengan norma-norma yang

ada, adanya rasa takut yang berlebihan, rasa tertekan, rasa putus asa dan lain

sebagainya.

2. Faktor Penyebab Penyimpangan Perilaku Remaja

Menurut Philip Graham dalam (Sarlito Wirawan Sarwono 1994 : 199-200 )

Penyebab peilaku menyimpang remaja dapat digolongkan menjadi 2 faktor,

Yaitu :

1) Faktor lingkungan (Faktor Eksternal) : a. Malnutrisi ( kekurangan gizi) b. Kemiskinan di kota-kota besar

c. Gangguan lingkungan (populasi, kecelakaan lalu lintas, bencana alam dan lain-lain)

d. Migrasi ( urbanisasi, pengunsian karena perang dan lain-lain) e. Faktor sekolah ( kesalahan mendidik, faktor kurikulum dan

lain-lain)

f. Keluarga yang bercerai-berai (perceraian, perpisahan yang terlalu lama dan lain-lain)

g. Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga :

• Kematian orang tua

• Orang tua yang sakit berat atau cacat

• Hubungan antar keluarga tidak harmonis

• Orang tua sakit jiwa

• Kesulitan dalam pengasuhan karena pengangguran,

kesulitan keuangan, tempat tinggal tidak memenuhi syarat dan lain-lain.

2) Faktor pribadi (Faktor Internal) :

a. Faktor bakat yang mempengaruhi tempramen (menjadi pemarah, heperaktif dan lain-lain)

b. Cacat tubuh

(22)

Berdasarkan pendapat diatas, disimpulkan bahwa faktor penyebab penyimpangan

perilaku remaja terbagi atas dua faktor yaitu lingkungan (Eksternal) dan faktor

pribadi (Internal). Penyimpangan karena faktor lingkungan dapat disebabkan oleh

kekurangan gizi, kemisikinan, gangguan lingkungan, kesalahan pendidikan di

sekolah, keadaan keluarga yang tidak kondusif dan adanya gangguan dalam

pengasuhan dalam keluarga. Gangguan pengasuhan anak oleh keluarga misalnya

kematian orang tua, orang tua sakit, cacat dan keadaan keadaan perekonomian

keluarga. Sedangkan faktor pribadi bisa disebabkan oleh faktor bakat, cacat tubuh

dan ketidakmampuan anak dalam menyesuaikan diri.

Pendapat lain dikemukan oleh (Kartini Kartono 1992 : 25-26) yang menyatakan

adanya 4 teori mengenai penyebab terjadinya perilaku menyimpang pada remaja.

Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut :

1) Teori biologis

Teori ini berpendapat tingkah lakusosiopatik(suatu kepribadian yang menyimpang dari norma-norma umum) ataudelinquency(kenakalan) pada anak-anak dan remaja muncul karena faktorfisiologis(fisik dan kimiawi dalam tubuh) dan struktur jasmaniah seseorang, misalnya cacat jasmaniah yang dibawa sejak lahir.

2) Teori psikogenis

Teori ini menenkankan sebab-sebab tingkah laku menyimpang anak atau remaja dari aspek psikologis atau isi kejiwaan, antara lain faktor intelegensi, motivasi, sikap-sikap yang salah, konflik batin, emosi dan Intenasionalisai yang keliru.

3) Teori sosiologis

Pendapat dari teori inidelinquency(kenakalan) pada remaja

(23)

4) Teori struktur

Teori ini menitikberatkan penyebabdeliquency(kenakalan) pada remaja pada adanya “kultur” atau “kebudayaan” dari suatu kelompok atau“gang” yang memiliki nilai dan norma tersendiri.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut secara umum perilaku menyimpang pada

remaja dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu yang berasal dari dalam individu

remaja itu sendiri (faktor Internal) dan faktor yang berasal dari luar diri remaja (

faktor eksternal). Faktor yang berasal dalam individu (faktor internal) antara lain :

1) Sifat khusus yang ada dalam diri individu, yaitu adanya perasaan

tertekan dalam diri remaja, sehingga untuk menurangi rasa tersebut

mereka cendrung untuk melakukan perilaku yang menyimpang.

2) Daya emosinal, merupakan dorongan pada diri remaja yang berada

pada tingkat emosi yang tinggi untuk melakukan tindakan

menyimpang yang disebabkan adanya perubahan yang terjadi di

lingkungan tempat tinggal sedangkan mereka belum tahu ke arah

mana mereka harus ikut.

3) Rendahnya mental, faktor ini dapat dilihat dari rendahnya tingakat

pendidikan, yang menyebabkan mereka berperilaku menyimpang dan

tidak sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan.

Faktor-faktor yang berasal dari luar individu antara lain :

1) Status sosial, hal ini disebabkan kareana rata-rata ekonomi keluarga

mereka tidak memenuhi standar sedangkan remaja merasakan adanya

(24)

2) Lingkungan sosial masyarakat yang homogen, yaitu suatu lingkungan

masyrakat yang terdiri dari satu ragam (suku dan adat-istiadat),

maksunya hanya ada satu ragam masyarakat disuatu desa sehingga

menyebabkan tidak adanya variasi dalam pergaulan mereka

sehari-hari.

3) Rendahnya pengetahuan tentang agama, remaja kurang memahami

nilai-nilai yang ada pada agamanya yang dianutnya.

4) Bacaan dan tontonan, adanya berbagai bacaan dan tontonan yang

tidak mencerminkan nilai-nilai norma yang ada secara tidak langsung

telah mendorong terjadinya perikau menyimpang remaja.

C. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Perilaku Sosial Remaja Terhadap Orang Tua

Perubahan Perilaku remaja terhadap orang tua merupakan salah satu perubahan

unsur sosial budaya masyarakat. Oleh karena itu, untuk mempelajari faktor-faktor

yang mempengaruhi perilaku sosial remaja terhadap orang tua perlu diuraikan

terlebih dahulu faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial budaya. Pada

umumnya penyebab terjadinya perubahan sosial budaya disebabkan oleh dua

faktor, yaitu :

1) Faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri, antara lain :

a. Bertambah atau berkurangnya penduduk

b. Penemuan-penemuan baru

c. Pertentangan (conflik)masyarakat

(25)

e. Terjadinya pemberontak atau revolusi

f. Orienstasi ke masa depan

g. Sifat terbuka dari masyarakat

2) Faktor yang berasal dari luar masyarakat yang bersangkutan, antara

lain :

a. Sebab yang berasal dari lingkungan fisik

b. Peperangan

c. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain

d. Sistem pendidikan yang maju

(Soerjono Soekanto, 2002 : 351)

Pendapat lain dikemukan oelh Bruce J. Colten (1992 : 215) yang mengemukan

bahwa, Perubahan sosial kultural dalam suatu masyarakat dapat disebabkan oleh

berbagai faktor antara lain :

a. Lingkungan fisik

b. Perubahan penduduk

c. Isolasi dan kontak

d. Struktur sosial

e. Sikap dan nilai-nilai

f. Dasar budaya.

Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial

budaya dalam suatu masyarakat dapat disebabkan oleh dua faktor. Faktor-faktor

tersebut adalah faktor yang berasal dari dalam masyarakat dan faktor yang berasal

(26)

perubahan suatu bentuk perilaku sosial individu atau remaja sehingga dapat

menyebabkan terjadinya penyimpangan.

Kedua pendapat tersebut di atas didukung oleh S. Rouncek dan Roland L. Warren

(1984 :219) yang mengemukakan bahwa ada dua faktor penyebab perubahan

sosial budaya, yaitu kontak dengan kebudayaan lain dan penduduk yang

heterogen.

Berdasarkan uraian dan beberapa pendapat di atas dan dihubungkan dengan

situasi dan kondisi di tempat penelitian berdasarkan penelitian pendahuluan serta

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial pada remaja, maka

kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku sosial remaja

terhadap orang tua dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan sosial dimana

remaja-remaja tersebut tinggal dan saling berinteraksi antara yang satu dengan

yang lainya. Menurut Fuad Amsyari ( 1986 : 12 ) “lingkungan sosial

adalah manusia-manusia lain yang ada disekitarnya yang belum

dikenal sekalipun”.lingkungan di DesaLabuhan Ratu Pasar adalah

lingkungan homogen. Lingkungan sosial masyarakat yang homogen

adalah lingkungan sosial yang hanya satu ragam atau jika ada beberapa

tetapi hanya satu yang mendominasi, maksudnya hanya ada satu ragam

masyarakat disuatu desa sehingga menyebabkan tidak adanya variasi

dalam pergaulan mereka sehari-hari, karena mayoritas masyarakatnya

(27)

buruh harian. Keadaaan ini mengakibatkan remaja berusaha mencari

varasi sendiri dalam pergaulan.

2) Kelompok teman sebaya (peer group)

Menurut Andi Mappiare (1982 : 157), “kelompok teman sebaya atau

peer groupmerupakan suatu kelompok yang baru, yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada dalam

lingkungan keluarga remaja”.

Perbedaan antara nilai norma dalam keluarga dan kelompok teman

sebaya inilah yang membawa perubahan perilaku sosial remaja

terhadap orang tua.

Kondisi kejiwaan remaja yang masih labil membuat remaja tidak

mampu membedakan antara nilai-nilai yang baik dan sesuai dengan

norma dengan nilai- nilai yang tidak mencerminkan nilai-nilai norma

yang berlaku dalam masyarakat.

3) Pengasuhan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan primer hampir bagi setiap individu

semenjak ia lahir hingga datang masanya seseorang meniggalkan

rumahnya untuk membentuk keluarga sendiri. Sehingga lingkungan

primer, hubungan antar manusia yang paling intensif dan paling awal

terjadi dalam keluarga. Sebelum seorang anak mengenal lingkungan

yang lebih luas, ia terlebih dahulu mengenal lingkungan keluarganya.

(28)

dari masyarakat umum, pertama kali ia menyerap norma-norma dan

nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya untuk dijadikan bagian dari

kepribadinya, keluarga yang memiliki kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai

dan norma-norma yang negatif, secara tidak langsung telah mendidik

anak untuk memiliki sifat dan sikap yang negatif melalui proses

sosialisasi.

Kempe dan Helfer dalam (Sarlito Wirawan Sarwono 1994 : 114) mengemukan

ciri-ciri pengasuhan anak yang tidak normal oleh keluarga sebagai berikut :

1) Anak dipukuli

2) Anak disalahgunakan secara seksual (misalnya dipaksa kawin

pada usia masih kanak-kanak)

3) Anka tidak diperdulikan

4) Anak dianggap seperti anak kecil terus-menerus atau

dianggap tidak berarti.

Dengan demikian, terjadinya perubahan perilaku sosial remaja bisa jadi karena

pendidikan atau pengasuhan yang salah dalam keluarga atau merupakan suatu

bentuk respon terhadap perlakuan tidak enak yang dialami anak dalam

(29)

D. Pengertian perubahan

Menurut kamus Besar Indonesia (1999 : 667) “perubahan adalah peralihan,

pergantian dari bentuk asal semula menjadi bentuk lain”. Perubahan yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku sosial remaja terhadap

orang tua di Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten

Lampung Utara Provinsi Lampung.

E. Tinjauan Remaja 1. Pengertian Remaja

Remaja sebagai generasi penerus merupakan pihak yang akan mengisi berbagai

posisi di dalam masyarakat di masa yang akan datang, yang akan meneruskan

kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Remaja sering kali didefiniskan

sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa.

Definisi tentang remaja dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain :

1) Remaja dilihat dari segi hukum

2) Remaja menurut sudut pandang perkembangan fisik

3) Remaja menurut WHO

4) Remaja menurut segi sosio-psiologik

Sarlito Wirawan Sarwono (1988 : 4-5) mengemukakan remaja menurut hukum

dimana dinyatakan bahwa :

Berbagai bentuk undang-undang yang ada di berbagai negara di dunia tidak di kenal istilah “remaja”. Di indonesia sendiri konsep remaja tidak kenal dalam sebagian undang-undang yang berlaku. Hukum Indonesia hanya mengenal anak-anak dan dewasa. Dalam hukum perdata

(30)

menikah) untuk menyatakan kedewasaan seseorang. Di sisi lain hukum pidana memberikan batasan 18 tahun usia dewasa (atau yaang kurang dari itu tetapi sudah menikah)

Dapat disampaikan bahwa menurut hukum terdapat perbedaan untuk memberikan

batas usia remaja. Menurut Hukum perdata, remaja adalah anak-anak yang berusia

21 tahun, akan tetapi walaupun belum berusia 21 tahun jika sudah menikah maka

seorang anak dapat digolongkan ke masa dewasa. Sedangkan menurut Hukum

pidana remaja adalah anak-anak yang usia berada dibawah 18 tahun dan belum

menikah. Pendapat lain dapat dilihat dalaam Undang-undang kesejahteraan anak

(UU No. 4/1979) yang menyatakan bahwa semua orang yang di bawah usia 21

tahun dan belum menikah sebagai anak-anak.

Selanjutnya Sarlito Wirawan Sarwono (1988 : 6) menerangkan pengertian remaja

dari segi perkembangan fisik, ia mengemukakan bahwa :

Menurut sudut pandang perkembangan fisik remaja didefinisikan sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia

mencapai kematangan, secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna pula.

WHO (World Health Organization, 1974)memberikan definisi tentang remaja yang bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan 3 kriteria yaitu

biologik, psikologik dan sosial ekonomi sehingga secara lengkap definisi tentang

remaja tersebtu berbunyi sebagi berikut :

1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menujukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual 2) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi

dari kanak-kanak menjadi remaja.

(31)

Dari segi sosial-psikologik, Csikzendmihalyi dan Larson dalam (Sarlito Wirawan

Sarwono, 1988 : 11) mendefinisikan bahwa remaja adalah restrukturisasi

kesadaran yaitu masa penyempurnaan dari perkembangan pada tahap-tahap

sebelumnya.

(Csikzendmihalyi dan Larson) juga mengatakan bahwa puncak perkembangan

jiwa itu ditandai dengan adanya proses perubahan dari kondisientropyke kondisi negentropy.Entropyadalah keadaan dimana kesadaran manusia masih belum tersusun rapi.Entropysecara psikologik berarti isi kesadaran masih saling bertentangan, saling tidak berhubungan sehingga mengurangi kapasitas kerjanya

dan menimbulkan pengalaman yang kurang menyenangkan buat orang yang

bersangkutan. Kondisientropyini selama masa remaja, secara bertahap disusun, diarahkan, distrukturkan kembali, sehingga lambat laun terjadi kondisi negative

entropyataunegentropy. Kondisinegentropyadalah keadaan di mana isi

kesadaran tersusun dengan baik, pengetahuan yang satu terkait denan pengetahuan

yang lain dan pengetahuan jelas hubungannya dengan perasaan atau sikap.

Dari uraian atau pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang

termasuk kategori remaja atau disebut remaja adalah usia dibawah 21 tahun yang

belum menikah, dimana masa-masa itu seorang remaja masih dalam proses

pembentukan karakater dan restrukturisasi kesadaran yaitu masa penyempurnaan

dari perkembangan pada tahap-tahap sebelumnya atau puncak dari perkembangan

(32)

2. Kewajiban Remaja Terhadap Orang Tua

Kewajiban remaja terhadap orang tuanya diatur dalam berbagai tata cara

berperilaku seorang anak yang ada dalam norma-norma yang ada dan berlaku

dalam masyarakat Indonesia. Norma-norma tersebut antara lain norma hukum,

norma agama, norma adat dan norma kesopanan serta kesusilaan. Dalam norma

hukum di indonesia perilaku seorang anak terhadap orang tuanya diatur dalam

Pasal 19 UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang Menyebutkan

bahwa, Setiap anak berkewajiban untuk :

1) Menghoramati orang tua, wali dan guru

2) Mencintai keluarga, masyarakat dan menyanyangi teman

3) Mencintai tanah air, bangsa dan negara

4) Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya dan

5) Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.

Berdasarkan undang-undang tersebut, maka seorang anak (remaja) secara hukum

berkewajiban untuk menghormati, menyayangi dan mengerjakan etika dan akhlak

yang mulia terhadap orang tunya. Seorang anak tidak dibenarakan melakukan

tindakan-tindakan yang dapat menyakiti orang tua, baik secara fisik maupun

psikis. Hal ini merupakan suatu keseimbangan dalam menjaga hubungan yang

harmonis dalam keluarga, karena betapa besar kewajiban dan tanggung jawab

orang tua terhadap anaknya.

Dalam keyakinan agama islam di dalamAl-Qur’an Surat Bani Isra’il ayat 23

(33)

perintah tersebut adalah sesuatu yang baik dan bermanfaat serta bukan untuk

bermaksiat kepada Allah. Begitu juga dalam norma adat dan kesopanan, anak

berkewajiban untuk berkata, bersikap dan berbuat mulia kepada orang tunya.

Sesuatu yang menyakitkan orang tua, baik fisik maupun psikis dipanadang

masyarakat sebagai suatu hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang

terkandung dalam norma adat dan kesopanan.

F. Tinjauan orang tua 1. Pengertian Orang Tua

Menurut Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Bab I

Pasal Butir ke-4, disebutkan bahwa, “Orang tua adalah ayah dan/atau ibu

kandung, atau ayah/atau ibu tiri, atau ayah/atau ibu angkat”. Sedangkan menurut

Undang-undang No. 4 Tahun 1997 Tentang Kesejahteraan Anak Bab 1 Pasal 1

Butir ke-3a, “ Orang tua adalah ayah dan atau ibu kandung”.

Berdasarkan kedua Undang-undang diatas, dapat diuraikan bahwa terdapat

perbedaan mengenai pengertian orang tua dalam kedua undang-undang di atas.

Menurut Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,

seseorang yang disebut orang tua bisa dari ayah/ibu kandung, ayah/ibu tiri

ataupun ayah/ibu angkat. Sedangkan dalam Undang-undang No. 4 Tahun 1979

Tentang Kesejahteraan, sebutan orang tua hanya untuk ayah dan ibu kandung.

Selanjutnya yang dimaksud orang tua dalam penelitiaan ini adalah sebagai mana

(34)

anak Bab 1 Pasal 1 Butir ke-4, yaitu bapak/ibu kandung, bapak/ibu tiri dan

bapak/ibu angkat.

2. Tanggung Jawab dan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak

Dalam Bab IV Bagian keempat Pasal 26 Ayat (1) UU No. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak disebutkan apa saja yang menjadi tanggung jawab dan

kewajiban orang tua terhadap anaknya, disebutkan orang tua berkewajiban dan

bertanggung jawab untuk :

1) Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak

2) Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan

minatnya dan

3) Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

Selanjutnya dalam UU No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak Bab II

Pasal 9, berkaitan dengan tanggung jawab orang tua terhadap kesejahteraan anak

disebutkan bahwa, “Orang tua dalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas

terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani maupun sosial”.

Berdasarkan kedua Undang-undang tersebut, tanggung jawab kewajiban orang tua

terhadap anaknya adalah mewujudkan kesejahteraan anak baik secara rohani,

jasmani, maupun sosial dengan cara mengasuh, memelihara, mendidik,

(35)

G. Kerangka Pikir

Setiap menyelesaikan suatu permasalahan perlu meninjau terlebih dahulu masalah

tersebut dari berbagai susdut pandang, agar dapat menyelesaikan masalahnya

dengan baik. Begitu juga dengan penelitian ini, untuk mendapatkan hasil sesuai

dengan harapan, maka diperlukan adanya kerangaka pikir yang dapat

dipergunakan sebagai acuan dalam membahas masalah dalam penelitian.

Menurut Soerjono Soekanto (1998 : 24 ) “Kerangka pikir adalah konsep yang

memerlukan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada

dasarnya berdimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti”.

Berdasarkan pendapat dan uraian diatas, maka dapat ditarik suatu kerangka pikir

sebagai berikut : Terhadap Orang Tua :

1. Pengasuhan keluarga 2. Kelompok teman sebaya

(Peer group)

3. Lingkungan masyarakat

Variabel Y

Perubahan Perilaku Sosial Remaja Terhadap Orang Tua :

(36)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian deskriptif. Bungin (2001)

menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian.

Moh. Nazir (1988) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang akan diselidiki, sedangkan menurut Singarimbun dan Effendi (1998), tujuan dari penelitian deskriptif adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi terjadinya suatu aspek fenomena sosial tertentu.

b. Untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial.

B. Metode Penelitian

(37)

memaparkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, gejala atau keadaan tertentu dalam masyarakat.

C. Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian merupakan sarana yang sangat membantu dalam menentukan data yang akan diambil. Karena itu lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian perlu dipertimbangkan dengan baik sesuai dengan masalah yang akan diteliti agar dapat diperoleh data atau informasi yang valid.

Dalam penelitian ini, lokasi yang dipilih untuk dijadikan lokasi penelitian adalah Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung. Adapun pertimbangan dalam memilih lokasi penelitian ini antara lain karena:

1. Dari Berdasarkan hasil Observasi dan wawancara Di Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung. Tingkat penyimpangan perilaku yang terjadi akibat perubahan sosial cukup tinggi.

(38)

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang ada di wilayah Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara.

Tabel 3. Data Jumlah Remaja di Desa Labuhan Ratu Pasar Tahun 2010.

No Dusun Jumlah Remaja Jumlah

Laki-Laki Perempuan

1. Dusun I 33 33 66

2. Dusun II 29 14 43

3. Dusun III 27 14 41

4. Dusun IV 26 18 44

Jumlah 115 79 194

Sumber: Dokumentasi Bagian Kependudukan Desa Labuhan Ratu Pasar

Berdasarkan tabel 3, diketahui jumlah populasi dalam penelitian ini adalah berjumlah 194 0rang. Keseluruhan jumlah populasi tersebut tersebar dalam 4 dusun dengan rincian Dusun 1 berjumlah 66 orang, Dusun II 43 orang, Dusun III 41 orang dan Dusun IV yang berjumlah 44 orang.

2. Sampel

(39)

Suharsimi Arikunto, yaitu sebagai berikut:

Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitian ini meupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil 10% - 20% atau 20% - 25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :

• Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tanaga dan dana

• Sempitnya wilayah pengamatan dari setiap subjek karena menyangkut hal banyak sedikitnya data

• Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka sampel yang diambil adalah sebesar 20% dari jumlah populasi. 20% dari 194 adalah 38.8 dan dibulatkan menjadi 39. jadi yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 39 orang. Sedangkan pembagian dalam pengambilan sampel untuk masing-masing dusun adalah 3 dusun diambil 10 orang yaitu Dusun I, Dusun II dan Dusun III, sedangkan Dusun IV hanya diambil 9 orang.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua sebagai Variabel Bebas (Variabel X), dan perilaku sosial remaja terhadap orang tua sebagai Variabel Terikat (Variabel Y).

2. Definisi Operasional Variabel

Untuk memahami objek dalam penelitian ini supaya lebih jelas, maka penulis mendefinisikan variabel secara operasional sebagai berikut:

(40)

faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan pada perilaku remaja dalam berinteraksi atau hubungan dengan orang tuanya.

Pengukuran faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua yaitu dengan melihat indikator-iondikator sebagai berikut:

1. Faktor pengasuhan keluarga

Pengasuhan keluarga adalah suatu proses perbuatan merawat, menjaga, mendidik, dan membimbing anak yang berlangsung dalam suatu keluarga.

2. Faktor kelompok teman sebaya (peer group)

Kelompok teman sebaya atau Peer Group adalah suatu kelompok yang baru, memiliki ciri, norma, dan kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada dalam lingkungan keluarga remaja.

3. Faktor lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan sosial di mana remaja tersebut tinggal dan saling berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya.

(41)

Dengan indikator-indikator sebagai berikut: 1. Tinggi

• Perubahan pada cara bicara (perkataan) • Perubahan pada perbuatan

• perubahan reaksi ketika ada stimulus atau rangsangan (sikap).

2. Sedang

• Perubahan pada cara bicara (perkataan) • Perubahan pada perbuatan

• perubahan reaksi ketika ada stimulus atau rangsangan (sikap).

3. Rendah

• Perubahan pada cara bicara (perkataan) • Perubahan pada perbuatan

• perubahan reaksi ketika ada stimulus atau rangsangan (sikap).

E. Pengukuran Variabel Penelitian

Pengukuran variabel penelitian adalah dengan scorring pada alternatif jawaban dari angket penelitian yang disebarkan kepada responden. Angket yang digunakan adalah angket tertutup yang berisi indikator faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial remaja terhadap orang tua. Item soal memiliki alternatif jawaban masing-masing terdiri dari a, b, dan c sehingga responden hanya memilih salah satu jawaban yang tersedia.

Adapun pemberian nilai dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Alternatif jawaban (a) dengan skor 3

(42)

F. Sumber Data

Data yang digunkan dalam penelitian ini adalah berupa data yang relevan dengan permasalahan dan fokus penelitian. Pada penelitian ini jenis data dibagi dua, yaitu data primer dan darta sekunder.

1. Data Primer, yaitu data yang terpenting dalam penelitian ini mengenai variabel penelitian yang akan diteliti. Dalam penelitian ini data primer yang diambil yaitu data yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua di Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Propinsi Lampung.

2. Data Sekunder, yaitu data yang mendukung data primer, mencakup data tentang lokasi penelitian, dan data-data lain yang mendukung masalah penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk memperoleh data peneliti ini adalah :

1. Teknik Pokok

(43)

terhadap orang tua. Angket yang akan digunakan adalah angket tertutup, yaitu item-item pertanyaan yang sudah disertai dengan kemungkinan pilihan jawaban yang dipilih responden.

Menurut Mohammad Nasir (1998 : 403) berhubungan dengan penggunaan angket mengemukakan bahwa:

Angket dalam penelitian dipakai karena data yang diperlukan adalah angka-angka yang berupa skor nilai, untuk memperoleh data utama dan analisis dalam setiap tes memiliki tiga alternatif jawaban dan masing-masing mempunyai skor atau bobot nilai yang berbeda, yaitu: 1. Untuk jawaban (a) diberikan skor 3

2. Untuk jawaban (b) diberikan skor 2 3. Untuk jawaban (c) diberikan skor 1 Dimana:

1. Untuk jawaban yang sesuai dengan harapan diberi nilai 3

2. Untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan diberi nilai 2 3. Untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan diberi nilai 1.

2. Teknik Penunjang

Teknik penunjang dalam penelitian ini menggunakan 3 cara, yaitu: 1. Wawancara, yaitu sejumlah pertanyaan secara langsung dari

berbagai sumber untuk mendapatkan informasi lebih mendalam guna mendukung data primer yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.

2. Observasi, yaitu pengamatan secara lebih mendalam oleh peneliti pada masyarakat di Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung.

(44)

H. Uji Reliabilitas

1. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitasa dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

1. Angket disebar kepada 10 responden di luar responden penelitian 2. Membagi item berdasarkan nomor genap-ganjil

3. Mengkorelasikan ke dalam rumus Product Moment, yaitu sebagai berikut:

( )( )

( ) ( )

Keterangan :

rxy = Hubungan variabel X dan Y X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat N = Junmlah responden

4. Selanjutnya dicari relaiabiltasnya dengan menggunakan rumus Sperman Brown (Sutrisno Hadi, 1986 : 37) untuk mengetahui koefisien keseluruhan item yaitu sebagai berikut:

rxy = ( ) ( )

(45)

rxy = koefisien reliabilitas seluruh tes rgg = koefisien korelasi item ganjil genap

kriteria reliabilitas angket adalah:

0,90 - 1,00 = reliabilitas tinggi 0,50 - 0,89 = reliabilitas sedang 0,00 - 0,49 = reliabilitas rendah (Manase Mallo, 1986 : 139)

I. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh dari penyebaran angket, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Dalam penelitian ini menggunakan suatu analisis data kuantitatif yaitu dengan menguraikan kata-kata dengan kalimat serta angka secara sistematis. Langkah awal analisis data dengan menggunakan rumus Interval yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi(1986), yaitu sebagai berikut:

I =

Di mana :

(46)

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor lingkungan masyarakat, faktor kelompok teman sebaya dan faktor pengasuhan keluarga terhadap perubahan perilaku remaja terhadap orang tua digunakan rumus persentase, yaitu:

P = X 100%

Keterangan :

P = Persentase keseluruhan item

F = Frekuensi jawaban keseluruhan item N = Jumlah responden

(Mohammad Ali, 1985 : 184)

Menurut Suharsimi Arikunto ( 1998 : 196) untuk menafsirkan banyaknya persentase yang diperoleh menggunakna kriteria:

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. 1991. Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta, Jakarta. 136 halaman.

Fuad Amsyari 1986.Psikologi Sosial.Toha Putra. Rineka Cipta. Jakarta. 248 Halaman.

Andi Mappiare. 1982. Psikologi Remaja. Toha Putra. Usaha Nasional. Surabaya 198 halaman

Bruce J. Colten. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Rineka Cipta. Jakarta 470 halaman.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Joseph S. Roucek & Roland L. Warren. 1984. Pengantar Sosiologi. PT. Bina Aksara. Jakarta. 351 halaman.

Kahar Mansyur. 1994. Membina Moral dan Akhlak. Rineka Cipta. Jakarta. 495 halaman.

Kartini Kartono. 1992. Psikologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Rajawali Pers. Jakarta. 134 halaman.

Manase Mallo. 1985. Metode Penelitian Sosial. Rajawali Kurnia. Jakarta. 395 halaman.

M. Ngalim Purwanto. 1960.Psikologi Pendidikan Remaja. Rosda Karya. Bandung.

Mohammad Ali.1993.Penelitian Kependudukan Prosedur dan Strategi.Bina Angkasa. Bandung. 215 Halaman.

(48)

Mohammad Basrowi & Soenyono. 2004. Teori Sosial Dalam 3 paradigma. Yayasan kampusina. Surabaya. 272 halaman

Paul B. Horton & Cheser L. Hunt, 1999. Sosiologi. Erlangga. Jakarta. 263 Halaman.

Sarlito Wirawan Sarwono. 1988.Psikologi Remaja. PT. Raja Grafindo Perasada. Jakarta. 255 Halaman.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.

Soerjono Soekanto. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 465 Halaman.

Suharsimi Arikunto. 1998.Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis.Bina Aksara. Jakarta. 339 Halaman.

Sukidin dkk. 2003. Pengantar Ilmu Budaya. Insan Cendikia. Surabaya. 215 Halaman.

Sutrisno Hadi. 1986.Metodologi Research.Fakultas Psikologi UGM. Yogykarta. 434 Halaman.

Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak. Citra Umbara. Bandung.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Pendidikan Anak. Sinar Grafika. Jakarta.

Zamroni. 1992.Pengantar Pengembangan Teori Sosial.PT. Tiara Wacana Yogya. Yogyakarta. 207 Halaman.

Sumber Lain :

(49)

IV. GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Singkat Desa Labuhan Ratu Pasar

Desa Labuhan Ratu Pasar merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten lampung Utara Provinsi Lampung. Seperti halnya desa lain, Desa Labuhan Ratu Pasar juga memiliki sejarah dan

perkembangan tersendiri.

Desa Labuhan Ratu Pasar Merupakan desa trasmigrasi yang mulai ada pada tahun 1950. Pada awalnya mayoritas masyarakatnya adalah mayarakat pendatang sedangkan masyarakat pribumi mulai berdatangan setelah tahun 1970.

Dari baru terbentuknya sistem pemerintahan indonesia setelah kemerdekaan, Desa Labuhan Ratu Pasar telah termasuk wilayah Kabupaten Lampung Utara

Kecamatan Sungkai Selatan hingga sekarang.

Desa Labuhan Ratu Pasar sendiri telah mengalami 8 kali pergantiaan kepala desa, secara kronologis Jabatan Kepala Desa Labuhan Ratu Pasar adalah Sebagai Berikut :

1. Tahun 1950 Sampai dengan Tahun 1955 adalah Bapak Samaya 2. Tahun 1956 Sampai dengan Tahun 1959 adalah Dulfani

(50)

5. Tahun 1976 Sampai dengan Tahun 1979 adalah Bapak Karim 6. Tahun 1980 Sampai dengan Tahun 1999 adalah Bapak Safa’at 7. Tahun 2000 Sampai dengan Tahun 2008 adalah Ibu Aspiah 8. Tahun 2009 Sampai dengan Sekarang adalah Bapak Darmadi

B. Letak Geografis

Dalam monografi Desa Labuhan Ratu Pasar Tahun 2010, luas wilayah Desa Labuhan Ratu Pasar secara keseluruhan adalah 913 Hektar, dengan batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Desa Sirna Galih b. Sebelah Selatan : Desa Bumi Ratu

c. Sebelah Barat : Desa Labuhan Ratu Kampung d. Sebelah Timur : Desa Gunung Labuan

Sedangkan jarak dengan pusat pemerintahan (orbitasi) adalah sebagai berikut : a. Ke Ibu Kota Kabupaten : 23 Km

b. Ke Ibu Kota Provinsi : 155 Km

Wilayah Desa Labuhan Ratu Pasar adalah Termasuk daerah lahan kering dengan kondisi sebagai berikut :

a. Ketinggian dari permukaan laut : 154 m

(51)

C. Kependudukan

Dalam monografi Desa 2010 diketahui bahwa jumlah penduduk Desa Labuhan Ratu Pasar adalah 2.180 jiwa. Pada awalnya sebagai daerah transmigran penduduk desa berasal dari daerah-daerah dari pulau Jawa, baik dari Jawa Timur, Tengah, dan Jawa barat. Setelah tahun 1970 mulai berdatangan penduduk yang berasal dari suku asli Pulau Sumatra yaitu Suku lampung, hingga tahun 2010 penduduk asli telah mencapai 10% dari jumlah keseluruhan penduduk di Desa Labuhan Ratu Pasar. Namun demikian hubungan antar etnis yang satu dengan yang lainya tetap terjalin harmonis. Kalaupun muncul unsur kesukuan itu hanya pada acara-acara adat, seperti pernikahan, kematian, kelahiran dan sebagainya sehingga hubungan yang baik tetap terjaga hingga sekarang.

a. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin

Distribusi penduduk Desa Labuhan Ratu Pasar berdasarkan Jenis Kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Distribusi menurut jenis kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki-laki 1.108 50,83%

2 Perempuan 1.072 49,17%

Jumlah 2180 100%

Sumber : Monografi Desa Labuhan Ratu Pasar Tahun 2010

Berdasarkan tabel diatas diketahui jumlah penduduk Desa Labuhan Ratu Pasar yang berjenis kelamin laki-laki lebih besar dibandingkan dengan jumlah

(52)

kecil. Jadi, dapat dinyatakan bahwa perbandingan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah seimbang.

b. Distribusi penduduk berdasarkan golongan umur

Distribusi penduduk Desa Labuhan Ratu Pasar menurut golongan umur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Distribusi menurut Umur Golongan Umur No. Umur(Tahun) Frekuensi Persentase%

1 00-10 400 18,35%

2 11-20 380 17,43%

3 21-30 420 19,27%

4 30-40 458 21,01%

5 50-60 460 21,10%

6 60 Ke atas 390 17,87%

Jumlah 2180 100%

Sumber : Monografi Desa Labuhan Ratu Pasar Tahun 2010

(53)

c. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan

Distribusi penduduk Desa Labuhan Ratu Pasar menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan

No. Tingkat Pendidikan frekuensi Persentase(%) a. Lulusan Pendidikan Umum

1 Belum Sekolah / Tidak Sekolah 1625 74,54%

2 TK 46 2,11%

3 SD / Sederajat 210 9,63%

4 SMP /Sederajat 128 5,87%

5 SMA / Sederajat 78 3,57%

6 Perguruan Tinggi / Akademi 8 0,36%

b. Lulusan Pendidikan Khusus

7 Pondok Pesantren 33 1,51%

8 Sekolah Luara Biasa 2 0,09%

9 Kursus 50 2,29%

Jumlah 2180 100,00%

Sumber : Monografi Desa Labuhan Ratu Pasar Tahun 2010

Berdasrkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penduduk Desa Labuhan Ratu Pasar hanya sedikit sekali yang telah merasakan dunia pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan khusus. Jumlah penduduk yang tidak sekolah dan belum sekolah mencapai 1625 jiwa atau (74,54%) dari seluruh penduduk Desa Labuhan Ratu Pasar yang berjumlah 2180 jiwa. Penduduk yang tamat SD / sederajat berjumlah 210 jiwa atau (9,63%), penduduk yang tamat SMP berjumlah 128 jiwa (5,87%), penduduk tamat SMA berjumlah 78 jiwa atau (3,57%)

(54)

33 jiwa atau (1,51%) dan penduduk mengikuti kursus seperti kursus montir, kursus menjahit dan lain-lain berjumlah 50 jiwa atau (2,29%).

d. Struktur Pemerintah Desa Labuhan Ratu Pasar

Struktur Pemerintah Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara

Provinsi Lampung

Kepala Desa

Darmadi

Sekretaris Desa

Maskur

Kepala Urusan Pemerintahan

Darsono

Kepala UrusanPembangunan

Sumardi

Kepala Urusan Umum

Mustofa. MS

Kepala Dusun I

Supardi

Kepala Dusun III

Hadir Usman

Kepala Dusun II

Jamino

Kepala Dusun IV

(55)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian merupakan suatu bentuk upaya persiapan sebelum melakukan penelitian yang sifatnya sistematis yang meliputi perencenanan, prosedur hingga teknis pelaksanaan di lapangan. Hal ini dimaksudkan agar dalam penelitian yang akan dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

B. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan administrasi

Penelitian dilakukan berdasarkan surat pra riset dari dekan FISIP UNILA Cq. Pembantu Dekan I dengan nomor 77/UN.26/6/DT/2012 dan surat izin peneltian dengan nomor 78/UN.1/12/DT/2012 yang ditujukan kepada Kepala Desa

Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung.

2. Penyusunan Alat Pengumpulan Data

(56)

kepada Dosen Pembimbing untuk mendapatkan persetujuan berkaitan dengan penggunaan instrumen.

3. Uji Coba Soal Angket

a. Analisis Reliabilitas

Uji coba ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui reliabilitas alat ukur yang digunakan, yaitu dengan cara menyebarakan soal angket kepada 10 orang diluar responden. Hasil uji coba tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Hasil uji coba soal angket item ganjil (X)

No. No. Item

Skor

Res. 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21

1 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 27

2 2 1 3 1 3 2 1 2 1 2 2 20

3 3 3 2 1 2 2 3 3 2 3 2 26

4 3 1 3 1 3 3 1 2 3 2 3 25

5 3 2 1 2 2 3 1 2 2 1 3 22

6 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 3 30

7 2 1 3 1 3 1 2 3 3 2 2 23

8 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23

9 3 1 2 1 2 2 3 3 2 1 3 23

10 2 3 2 2 2 1 2 2 1 2 1 20

Jumlah 239

(57)

Tabel 8. Hasil uji coba soal angket item genap (Y)

Sumber : Data Primer

Tabel 9. Tabel kerja antara Iten Ganjil (X) dan Item Genap (Y)

No. X Y X2 Y2 X.Y

Jumlah 239 258 5.798 6.732 6.215 Sumber : Data Primer

Berdasarkan data diatas maka untuk mengkorelasikan kelompok skor antara item genap dan item ganjil dimasukan ke dalam rumusproduct momensebagai

(58)

( )( )

( ) ( )

6215 (239)(258)10

5798 (239)10 6732 (258)10

6215 6166,2

{5798 5712,1}{6732 6654,4}

48,8 6494,04

48,8 80,59

0,61

Selanjutnya untuk mencari reliabilitas alat ukur ini, maka dilanjutkan dengan menggunakan rumusSperman Brownagar diketahui koefisien seluruh item dengan langkah sebagai berikut :

= 2( )

1(+ )

= 2(0,61) 1 + (0,61)

= 1,22 1,61

= 0,76

Dari hasil pengolahan data tersebut, kemudian penulis mengkorelasikan dengan kriteria reliabilitas sebagai berikut.

(59)

0,000,49 =Reliabilitas Rendah (Manase Malio dkk : 139)

Berdasarkan hasil analisis yang telah penulis lakukan diatas, menunjukan bahwa item pertanyaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua menunjukan angka koefisien reliabilitas 0,76 atau reliabiliatas sedang. Oleh karena itu angket tersebut dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian selanjutnya.

4. Penelitian di Lapangan

Penelitian dilapangan dilakukan pada tanggal 28 november 2011 sampai dengan 16 desember 2011 dengan menyebarkan soal-soal angket kepada para remaja di Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung yang berjumlah 39 orang dengan jumlah item pertanyaan 22 butir soal yang telah dilengkapi dengan kemungkinan jawaban yang akan dipili responden.

C. Deskiripsi Data

(60)

Tabel 10. Distribusi skor item angket.

1 23 Tinggi 17 Sedang 16 Tinggi

2 21 Sedang 17 Sedang 15 Tinggi

3 22 Tinggi 17 Sedang 14 Sedang

4 16 Rendah 15 Sedang 15 Tinggi

5 23 Tinggi 20 Tinggi 14 Sedang

6 24 Tinggi 16 Sedang 16 Tinggi

7 16 Rendah 18 Tinggi 16 Tinggi

8 12 Rendah 18 Tinggi 16 Tinggi

9 12 Rendah 13 Rendah 13 Sedang

10 26 Tinggi 17 Sedang 17 Tinggi

11 20 Sedang 18 Tinggi 14 Sedang

12 22 Tinggi 18 Tinggi 14 Sedang

13 22 Tinggi 18 Tinggi 15 Tinggi

14 13 Rendah 13 Rendah 13 Sedang

15 21 Sedang 18 Tinggi 11 Rendah

16 25 Tinggi 17 Sedang 12 Rendah

17 17 Sedang 14 Rendah 10 Rendah

18 12 Tinggi 12 Rendah 11 Rendah

19 16 Rendah 16 Sedang 16 Rendah

20 19 Sedang 18 Tinggi 16 Sedang

21 22 Tinggi 19 Tinggi 13 Sedang

22 22 Tinggi 19 Tinggi 17 Tinggi

23 22 Tinggi 16 Sedang 16 Tinggi

24 21 Sedang 18 Tinggi 15 Tinggi

25 26 Tinggi 18 Tinggi 15 Tinggi

26 21 Sedang 17 Sedang 12 Sedang

27 18 Sedang 18 Tinggi 12 Sedang

28 18 Sedang 16 Sedang 9 Rendah

29 22 Tinggi 16 Sedang 14 Sedang

30 21 Sedang 16 Sedang 17 Tinggi

31 22 Tinggi 18 Tinggi 16 Tinggi

32 20 Sedang 17 Sedang 16 Tinggi

33 23 Tinggi 15 Sedang 15 Tinggi

34 21 Sedang 15 Sedang 15 Tinggi

35 22 Tinggi 16 Sedang 16 Tinggi

36 21 Sedang 19 Tinggi 15 Tinggi

37 21 Sedang 19 Tinggi 15 Tinggi

38 21 Sedang 17 sedang 16 Tinggi

39 22 Sedang 18 tinggi 15 Tinggi

(61)

1. Faktor Pengasuhan Keluarga

Tabel 11. Distribusi Skor Hasil Angket Untuk Faktor Pengasuhan Keluarga

No. Nama Responden Nomor Item Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9

(62)

Berdasarkan tabel 10 dan 11, maka dapat diketahui bahwa faktor pengasuhan keluarga untuk skor tertinggi adalah 26, skor terendah 12, selanjutnya dapat diketahui kelas interval pengaruh faktor pengasuhan keluarga terhadap perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua sebagai berikut :

I =

Dan Rincian perhitungan Persentase Faktor Pengasuhan Keluarga adalah sebagai berikut :

Tabel 12. Tabel Distribusi frekuensi pengasuhan keluarga

No Interval Frekuensi Kategori

1 22-26 18 Tinggi

2 17-21 16 Sedang

3 12-16 5 Rendah

Jumlah 39

1. Kategori Tinggi

Berdasarkan Tabel diatas diketahui : F = 18

Berdasarkan tabel diatas diketahui : F = 16

Gambar

Tabel 1. Jumlah remaja Desa Labuhan Ratu Pasar Tahun 2010
Tabel 2. Bentuk perilaku menyimpang sebagai bentuk perubahan perilakuSosial remaja terhadap orang tua di Desa Labuhan Ratu Pasar
Tabel 3. Data Jumlah Remaja di Desa Labuhan Ratu Pasar Tahun 2010.
Tabel 4. Distribusi menurut jenis kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sosial, Budaya dan Keberadaan permainan pacu kudo di Sumatra Barat, khususnya di kabupaten Lima Puluh Kota tidak berdampak positif, tetapi jug a memiliki pengaruh

Hipotesis awal dari penelitian dengan menambahkan fiber pada tanah lempung yaitu agar kandungan kadar air dan fiber yang ada pada campuran lebih merata

Sementara itu, Amerika dibawah pengaruh Bush yang masa jabatannya hampir habis akan kehilangan beberapa sekutu, sementara itu, senat dan parlemen Amerika

Dengan merujuk pada isu kesenjangan gender serta faktor penyebab internal dan eksternal (langkah 3-5) dan sesuai dengan reformulasi kebijakan atau program

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Sungai Penuh yang relatitif mengalami kenaikan selama periode tahun 2016-2019 dengan persentase kenaikan pada tahun 2017 sebesaar 16,36%

Namun perlu diperhatikan bahwa kenaikan yang terjadi pada kedua komponen keuangan tersebut tidak sama, dan rata-rata kenaikan yang dialami oleh hutang lancar perusahaan lebih

Terakhir kepada pihak yang tak dapat peneliti sebutkan satu persatunya lagi yang bersedia meluangkan waktunya dan membantu peneliti serta memberikan support untuk