• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Dakwah Ustadz Mufakhir Dalam Meningkatkan Pemahaman Agama Terhadap Jamaah Masjid Baiturrahmah Legoso

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metode Dakwah Ustadz Mufakhir Dalam Meningkatkan Pemahaman Agama Terhadap Jamaah Masjid Baiturrahmah Legoso"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

Nur Hidayat

Nim : 106051001858

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)

Oleh :

Nur Hidayat

Nim : 106051001858

Dibawah Bimbingan :

Hj. Umi Musyarofah, MA NIP : 197108161997032002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

(3)

MASJID BAITURRAHMAH LEGOSO, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tanggal 23 Juli 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 23 Juli 2010

Sidang Munaqosyah Ketua,

Drs. Study Rizal LK, M.Ag NIP : 19640428 199303 1 002

Sekretaris,

Dr. Moh. Ali Wafa, S.Ag, M.Ag NIP : 150 321 584

Penguji I

Dr. Hj. Roudhonah, M.A NIP : 19580910 198703 2 001

Penguji II

Dra. Armawati Arbi, M.Si NIP : 19650207 199103 2 002

Pembimbing

(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli. saya (Nur Hidayat) sebagai Penulis dan yang ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan atau plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 02 Juli 2010

(5)

Terhadap Jamaah Masjid Baiturrahmah Legoso

Dakwah merupakan sumber penyebaran pengetahuan agama. Islam dapat dikenal oleh umat manusia berkat jasa dakwah nabi Muhammad SAW. Hingga banyak manusia yang menjadi pengikut sah agama Islam. Dewasa ini dakwah bukan lagi sekedar menyebarluaskan agama Islam, akan tetapi dakwah sudah menjadi kebutuhan yang sangat urgen yaitu mengembalikan umat Islam seutuhnya. Banyaknya umat Islam yang masih minim pengetahuan dan pemahaman agama, banyaknya umat Islam yang masih menganggap agama hanyalah sekedar kedok belaka dan lain sebagainya. Salah satu fungsi dakwah dalam Islam adalah meningkatkan ukhuwah Islamiah hingga umat ini benar-benar menjalankan syari’at Islam secara utuh artinya tidak setengah-setengah.

Metode menjadi sangat urgen dalam dakwah. Karena sebaik apapun materi yang disampaikan jika cara yang digunakan kurang baik atau kurang tepat maka materi akan susah untuk diterima oleh mad’u. Persoalan metode dakwah menjadi perlu untuk dikaji sebagai penunjang keberhasilan dakwah secara umum. Berbagai karakter mad’u atau jamaah dapat dipecahkan melalui metode dakwah atau penggunaan metode dakwah secara tepat disesuaikan dengan sasaran dakwah.

Dalam penelitian ini penulis mengambil penelitian mengadakan penelitian terhadap salah satu tokoh pengajar pengajian tafsir di masjid Baiturrahmah yaitu ustadz Mufakhir. Dengan tujuan mengungkap beberapa persoalan yang berkaitan dengan metode penyampaian dakwah. Antara lain : Bagaimana metode dakwah ustadz Mufakhir dalam pengajian tafsir? dan Apa saja materi yang disampaikan ?

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Yaitu mengadakan observasi secara langsung terhadap obyeknya dengan mengikuti kegiatan keagamaan tersebut, dan untuk mengungkap fenomena peneliti mengadakan interviu kepada ustadz Mufakhir dan beberapa jamaah pengajian tafsir.

Secara umum metode penyampaian tafsir al-Qur’an yang digunakan oleh ustadz Mufakhir adalah ceramah, tanya jawab dan diskusi jika diperlukan. Sedangkan materi yang disampaikan sesuai dengan materi ayat yang dikupas. Misalnya pada ayat 34 yang menceritakan tentang nabi Adam a.s, malaikat dan iblis ketika masih tinggal disurga dan terdapat munasabahnya pada surat lain. Penggunaan metode yang tepat menjadi jalan mudahnya mad’u dalam menerima materi yang disampaikan. Oleh karena itu perlu adanya evaluasi da’i untuk meningkatkan metode agar lebih variatif sehingga mad’u atau jamaah tidak mudah bosan.

(6)

Al-Hamdulillah segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan rahmat, nikmat, serta hidayah-Nya. Sehingga dengan karunianya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tetap tercurahkan hanya kepada kekasih Allah Muhammad SAW. Beserta seluruh keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis sadari betul bahwa terselesaikannya skripsi ini adalah merupakan kebanggaan yang besar, dan tentunya berkat dukungan do’a dan dorongan motivasi bahkan juga bantuan sarana sehingga penulis dapat menyelesaikannya. Maka penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak DR. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan I. Drs. Mahmud Djalal, MA selaku Pembantu Dekan II. Drs. Study Rizal, LK, MA.

2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam.

3. Ibu Hj. Umi Musyarofah, MA selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi ini.

4. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan pengalaman yang sangat berharga.

(7)

6. Kedua orang tua penulis ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan dukungannya selama kuliah hingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini, baik dalam segi materi dan yang paling utama adalah ridho serta do’anya, yang tak pernah lelah dilantunkan kepada Allah SWT demi tercapainya cita-cita anaknya. Mudah-mudahan Allah selalu melimpahkan rahmat kepadanya hingga mendapatkan tempat yang mulia disisinya amie.en!.

7. Kakak-kakakku tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungannya

selama kuliah hingga terlaksananya skripsi ini, sehingga dengan ketulusannya, adikmu ini dapat menyelesaiknnya. Mudah-mudahan Allah memberikan kemudahan dalam segala keinginanmu.

8. Istriku tercinta yang tak pernah lelah dalam memberikan dukungan

semangatnya hingga skrisi ini dapat selesai. Mudah-mudahan cinta dan kasih sayang kita dirahmati oleh Allah SWT sehingga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warohmah.

9. Sahabat-sahabatku dan teman-temanku KPI C angkatan 2006 Syukron

katsiron atas semuanya.

10.Ustadz Abdul Mufakhir Muhammad, M.A yang telah membantu menyediakan

waktu untuk wawancara dan lain sebagainya dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda.

(8)

iv

12.Seluruh pengurus masjid Baiturrahmah yang telah banyak membantu

memberikan fasilitas dan lain sebagainya dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah senatiasa mencatat amal kebaikan dan memberikan pahala-Nya.

13.Teman-teman KKN Pabuaran 2009. Sungguh kesan yang indah dan tak

terlupakan yang memberikan pengalaman yang berarti dalam hidup ini. Miss you all the best tim KKN PBR is Okey.

14.seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, meskipun tak

tertulis semuanya tapi tak mengurangi rasa terima kasih atas bantuannya. Semoga Allah memberikan balasan pahala. Amien ya Robbal Alamin.

Semoga akhir dari penyelesaian skripsi menjadi awal kreatifitas yang bermanfaat bagi kita semua. Sehingga dapat membangun sendi-sendi ajaran Islam yang mengarahkan kita semua kejalan yang diridloi Allah SWT. Amien ya Robbal Alamien.

Ciputat, 02 Juli 2010

(9)

KATA PENGANTAR ……… ii

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR LAMPIRAN ………... viii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……….... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...………... 6

D. Metodologi Penelitian ……….. 8

E. Tinjauan Pustaka ………... 10

F. Sistematika Penulisan ……….. 11

BAB II LANDASAN TEORI ……… 13

A. Metode dan Ustadz ……….. 13

B. Dakwah dan Hukumnya ………... 19

C. Unsur-unsur Dakwah ………... 33

D. Pemahaman Agama ……….. 36

E. Jama’ah ……….... 39

BAB III BIOGRAFI USTADZ MUFAKHIR DAN GAMBARAN UMUM MASJID BAITURRAHAMAH ………... 41

A. Biografi dan Karya-Karya Ustadz Mufakhir ……… 41

B. Latar Belakang Berdirinya Masjid Baiturrahamah ………….. 44

C. Visi dan Misi ……… 45

(10)

vii

A. Metode Penyampaian Yang Digunkan Ustadz Mufakhir …… 50

B. Materi ………... ……… 66

C. Keberhasilan dan Hambatan ……….... 70

BAB V PENUTUP ……… 76

A. Kesimpulan ………... 76

B. Saran-saran ………... 78

DAFTAR PUSTAKA ………. 80

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemahaman agama adalah persoalan yang pokok yang harus dikaji secara serius demi membangun dan mengembangkan ukhuwah Islamiyah. Pada dasarnya setiap persoalan tidak akan sempurna tanpa adanya pemahaman yang mendalam. Misalnya pemahaman terhadap agama ini adalah merupakan sumber utama dalam meningkatkan kualitas keagamaan seorang umat. Dengan demikian proses untuk menggali sebuah pemahaman menjadi bahasan yang penting, karena akan menjadi jembatan bagi umat untuk meraih pemahaman tersebut. Mustahil seorang umat dapat menjalan agamanya dengan baik tanpa adanya pemahaman yang mendalam. Sebuah contoh, bagaimana seorang muslim dapat menjalankan syari’at Islam sedangkan dia tidak paham atas segala apa yang terkandung dalam syari’at.

Islam adalah agama dakwah dilihat dari teori maupun pada prakteknya. Hal ini sudah terbukti mulai dari zaman nabi Muhammad SAW hingga sekarang. Nabi Muhammad diturunkan kebumi dalam rangka membawa agama Islam dengan penyebaran melalui dakwah. Beliau menjadi pemimpin dakwah Islam dalam waktu yang lama dan telah berhasil menarik banyak penganut dari kaum kafirin1.

1

Thomas W. Arnold, The Preaching of Islam. (Jakarta : Widjaja, 1981) h. 4

(12)

Melalui dakwah agama Islam dapat tersebar diberbagai penjuru negara, termasuk di Indonesia Islam tersebar diberbagai wilayah melalui dakwah. Dakwah adalah sumber dari penyebaran agama Islam, akan tetapi dakwah juga merupakan suatu keharusan untuk dilaksanan setiap muslim dalam rangka Amar ma’ruf dan Nahi mungkar. Berdasarkan firman Allah :

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imron : 104).

Tugas kewajiban dakwah dalam Islam bukan sesuatu yang dipikirkan sambil lalu, melainkan sesuatu yang sejak semula diwajibkan bagi pengikut-pengikutnya.2

Dengan demikian siapapun yang merasa dirinya adalah golongan umat Islam mempunyai beban kewajiban untuk melaksanakan dakwah, yaitu menegakkan agama Allah serta mengajak manusia kejalan yang ridhoi Allah SWT. Selain dakwah merupakan kewajiban umat muslim dakwah juga merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam hidup ini. Ketika manusia sedang dilanda kegundahan, kecemasan dengan timbulnya berbagai hal yang menjadi timbulnya sebuah tanda-tanya, maka disitulah manusia sangat membutuhkan siraman rohani sebagai pencerahan. Diamping itu dakwah juga

2

(13)

memberikan tuntunan kepada umat Islam terutama yang berpengatahuan minim dalam hal agama Islam.

Firman Allah dalam Surat An-Nahl :125

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S An-nahl :125).

Kandungan ayat diatas menjelaskan tentang tata cara dalam berdakwah. Pada dasaranya dakwah adalah sebuah penyampaian materi keagamaan atau siraman rohani dengan tujuan memperbaiki dan membangun jiwa yang Islami. Akan tetapi metode dalam dakwah sangat diperlukan dalam menyampaikan, karena akan menjadi salah satu faktor penunjang keberhasilan dalam dakwah. Dalam Islam dakwah bukan berarti hanya sekedar menyampaikan materi saja tetapi cara atau metode itu lebih penting. Sejarah dakwah nabi Muhammad SAW membuktikan tata cara dakwah beliau sangat mulia. Yaitu tidak adanya pemaksaan terhadap kaum kafir meskipun sudah banyak kaum kafir yang menghina ajakan nabi bahkan juga menyakiti nabi Muhammad SAW.

(14)

bagus itulah yang akan menjadi penentu keberhasilan. Berhasil atau tidaknya dakwah sangat bergantung sekali pada da’i dalam memberikan pengaruh kepada mad’u. Meskipun keberhasilan dakwah tidak hanya ditentukan oleh da’i, akan tetapi da’i lah yang memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan dakwah.

Menurut Dr. Ahmad Mubarrok, M.A dimungkan berbagai hal :

1. Kemungkinan pertama karena pesan dakwah yang disampaikan oleh da’I memang relevan dengan kebutuhan masyarakat merupan suatu keniscayaan yang tak mungkin ditolak sehingga mereka menerima pesan dakwah itu dengan antusias.

2. Kemungkinan kedua factor pesona da’I yakni disebut mempunyai daya tarik personal yang menyebabkan masyarakat mudah menerima dakwahnya, walaupun kualitas dakwahnya boleh jadi sederhana.

3. Kemungkinan ketiga karena kondisi psikologi masyarakat yang sedang haus siraman rohani dan mereka terlanjur memiliki persepsi positif kepada setiap da’I sehingga pesan dakwah yang sebenarnya kurang jelas ditafsirkan sendiri oleh masyarakat dengan penafsiran yang jelas.

(15)

yang menggelitik persepsi masyarakat dan akhirnya mereka pun merespo secara positif.3

Ustadz Mufakhir adalah salah satu pengajar pegajian rutin dimasjid Baiturrahmah. Ini yang membuat penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai metode yang digunakan. Terlebih yang diajarkan dalam pengajian rutin tersebut adalah tafsir Al-Qur’an, sedangkan yang menjadi sasaran utamanya adalah orang-orang yang kebanyakan berpengatahuan minim terhadap agama. Selain itu melihat dari tingkat materi yang disajikan ini sangat berat dihadapkan pada orang yang belum ada basic menterjemahkan bahkan untuk memahami Al-Qur’an.

Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW untuk menjadi pedoman dan petunjuk bagi umat Islam. Maka sudah patutlah umat Islam untuk mempelajari untuk dapat memahaminya secara menyeluruh. Fungsi dari diturunkannya kitab suci Al-Qur’an akan menjadi kurang manfaatnya apabila belum bisa memahaminya kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika Al-Qur’an sudah dapat dipahami setidaknya dapat dijadikan pegangan yang kuat bagi umat Islam. Menaggapi persoalan ini peran seorang da’i atau ustadz sangat penting. Guna menyampaikan isi kandungan Al-Qur’an terhadap para jama’ah. Tentunya yang menjadi factor utamanya adalah bagaimana metode dalam penyampaian materi tafsir Al-Qur’an. Metode merupakan penentu sampainya materi yang disampaikan kepada jama’ah. Karena dengan adanya metode yang baik dan tepat jama’ah

3

(16)
(17)

Dengan berbagai pertimbangan yang telah terurai, maka penulis mencoba mengadakan penelitian dengan judul “Metode Dakwah Ustadz Mufakhir Dalam Meningkatkan Pemahaman Agama Terhadap Jamaah Masjid Baiturrahmah Legoso”

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah a. Pembatasan Masalah

Demi tercapainya sebuah hasil penelitian yang maksimal dan focus pada pokok pembahasan maka peneliti membatasi masalah yang akan dibahas yaitu : Pemahaman agama yang dimaksud adalah pemahaman mengenai kandungan/tafsir Al Qur’an yang diajarkan Oleh Ust. Mufakhir dalam pengajian rutin.

b. Perumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dikaji adalah bagaimana Metode dakwah Ustadz Mufakhir dalam meningkatkan pemahaman agama jamaah melaui pengajian rutin dilihat dari unsure-unsur dakwah. Antara lain :

1. Bagaimana metode dakwah ustadz Mufakhir dalam pengajian tafsir? 2. Apa saja materi yang disampaikan ?

C. Tujuan Penelitian dan manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Akademis

(18)

penggunaan metode dakwah ustadz Mufakhir dalam pengajian tafsir dimasjid Baiturrahmah.

b. Tujuan Praktis

Dengan penelitian ini peneliti bertujuan agar semua da’i dapat memahami dan mengetahui pentingnya penggunaan metode dalam dakwah demi menunjang pemahaman mad’u terhadap materi yang disampikan da’i, dan pemahaman agama secara khusus pada materi pengajian tafsir al Qur’an terhadap jamaah masjid Baiturrahmah.

2. Manfaat Penelitian 1. Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah input dan informasi dalam pengembangan teori-teori dakwah sehingga dapat dijadikan tendensi bagi umat Islam dalam pengembangan dakwah, khususnya pada pengajian pendalaman al Qur’an/tafsir yang dapat memberikan sumbangan secara spiritual terhadap kita semua baik secara personal maupun universal.

2. Praktis

(19)

telah didapatkan dapat diaplikasikan kedalam kehidupan sehari hari dan tercapai konsep “Fiddunya Khasanah Wafil Akhiroti Khasanah”.

2) Menyumbangkan informasi tentang pentingnya dakwah (siraman rohani dan lain sebagainya) untuk menambah pemahaman agama sehingga dapat dijadikan pondasi dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dan berpacu menuju “Baldatun Thoyyibatun Warobbul Ghofur”.

D. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor Mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.4

2. Sifat Penelitian

Adapun sifat dari penelitian ini adalah deskriptif, dengan tujuan untuk menggambarkan suatu fenonema keagamaan dengan variable pengamatan yang ditentukan secara jelas dan spesifik.

3. Subyek dan Objek Penelitian

4

(20)

Subyek dalam penelitian ini adalah Ustadz Mufakhir selaku pengajar Tafsir pada pengajian rutin di Masjid Baiturrahmah, dan yang menjadi objek penelitiannya adalah para jamaah yang mengikuti pengajian rutin Sabtu malam Minggu ba’da magrib di masjid Baiturrahmah, Tepatnya yang berada di jalan Legoso raya no 30 B Pisangan Tangerang Banten. 4. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk menunjang kemudahan dan keberhasilan dalam penelitian ini yang berdasarkan pertimbangan obyek yang akan diteliti, maka peneliti memilih tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah :

1) Wawancara

Peneliti melakukan wawancara (interview) tatap muka secara lisan dengan ustadz yang bersangkutan dan mengajukan bebrapa pertanyaan kepada para jamaah yang aktif mengikuti pengajian tafsir yang disajikan oleh Ustadz tersebut.

2) Observasi

(21)

berlangsung, sedang berlangsung dan setelah ustadz selesai menjelaskan serta saat dibuka sesi Tanya jawab dan diskusi.

3) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan data-data yang dikumpulkan untuk mendukung sebuah penelitian dan analisis penelitian tentunya yang berkaitan dengan judul penelitian yang telah ditentukan. Selain itu dokumentasi diperlukan dalam rangka meneluisuri dasar-dasar metode dakwah yang dipakai oleh ustadz tersebut.

5. Tehnik Analisa Data

Peneliti mendalami serta mengkaji materi pengajian yang disampaikan kemudian dipadukan dengan hasil wawancara tatap muka dengan ustadz/pengajar yang bersangkutan, kemudian peneliti melanjutkan kepada para jamaah dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan para jamaah mengenai pengajian yang telah disampaikan. Kemudian diambil kesimpulan bagaimana peran ustadz Mufakhir dalam meningkatkan pengetahuan para jamaah khususnya dalam materi tafsir.

E. Tinjauan Pustaka

(22)

Sopyan, Metode Dakwah Habib Hasan bin Ja’far Assegaf pada jamaah Majlis Ta’lim Nurul Mustofa Di Jakarta Selatan. Fakultas

Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009. penulis menjelaskan metode yang digunakan tokoh tersebut pada majlis ta’lim.

Muhammad Maulana, Metode Dakwah K.H. Kosim Nurzeha, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008.

Secara umum dilihat dari teori penelitian ini adalah sama. Akan tetapi perbedaannya adalah pada tokoh yang ditulis. Kemudian yang menjadi kelebihan dari penelitian ini adalah metode dakwah dalam menyampaikan materi tafsir.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi ini disesuaikan dengan pokok masalah yang akan dibahas dalam penelitian. Adapun secara rincinya adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sitematika penulisan.

BAB II Landasan Teori meliputi,

(23)

BAB III Biografi Ustadz Mufakhir dan Gambaran umum Masjid Baiturrahmah meliputi :

Riwayat pendidikan, kiprah dalam dakwah, dan karya-karyanya, kemudian latar belakang berdirinya Masjid Baiturrahmah, visi-misi, strukutur kepengurusan, dan kegiatan.

BAB IV Pembahasan meliputi :

Metode dakwah yang dipakai, dasar-dasar materi yang disampaikan, kondisi jamaah ketika menerima materi, kondisi jamaah ketika dibuka sesi Tanya jawab dan diskusi, hasil akhir Keberhasilan dan hambatan

BAB V Penutup :

Kesimpulan dan saran.

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode dan Ustadz

1. Pengertian Metode, Metode Dakwah dan Macam-macamnya a. Pengertian Metode

Metode menurut bahasa berasal dari dua kata yaitu ‘meta’ (melalui) dan ‘hodos’ (jalan, cara).1 Metode menurut istilah adalah cara yang teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya).2 Pengertian lainnya, kata metode berasal dari bahasa latin, Methodus yang berarti cara. Dalam

bahsa Yunani Methodus cara atau jalan. Seangkan dalam bahasa

Inggris method dijelaskan dengan metode atau cara.3

Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian “Suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelasuntuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikiran manusia”.4

Abdul Kadir Munsyi, mengartikan metode sebagai cara untuk

menyampaikan sesuatu.5 Sedangkan dalam metodologi pengajaran

Islam disebut bahwa metode adalah “Suatu cara yang sistematis dan

1

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara. 1991. Cet. 1, h 61

2

H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek Hukum Dalam Berdakwah di Indonesia), h. 35

3

Woyo Wasito, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : Cy Pres,1974, h.208

4

Elyas Anten, Ashi Injilizi Arabig, (Mesir :Elyas modern Press 1951), h. 438

5

Abdul Kadir Masyi, Metode Diskusi dalam Dakwah, (Surabaya : Al-Ikhlas 1981, h.438

(25)

umum terutama dalam mencari kebenaran ilmiah”6. Kaitannya dengan pengajaran agama Islam sudah tentu pembahasan selalu berkaitan dengan hakikat penyampaian materi terhadap peserta didik agar lebih mudah dicerna.

Melihat dari berbagai pengertian diatas maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa metode dalam arti yang umum adalah suatu cara atau jalan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sehingga tujuan tersebut dapat dicapai dengan semaksimal mungkin.

b. Pengertian Metode Dakwah

Dakwah adalah sebuah penyampaian materi keagamaan, jadi metode dakwa adalah cara atau jalan dalam menyampaikan materi keagamaan tersebut. Metode dakwah merupakan salah satu jalan atau cara dalam meyampaikan seruan. Karena dakwah membutuhkan cara atau proses penyampaian yang tepat demi tercapainya sebuah tujuan akhir. Misalanya penyusunan materi yang tepat, pemilihan bahasa yang mudah dimengerti, adanya bahasa tambahan dan lain sebagainya sebagai penarik simpati mad’u. Dengan demikian dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa metode dakwah adalah jalan atau yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah (Islam), dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, suatu peran walaupun baik, tetapi disampaikannya lewat

6

(26)

metode yang tidak benar, pesan itu bisa saja ditolah oleh si penerima pesan.7

Menerut beberapa ahli metode dakwah yaitu :

a) Raifudin, metode dakwah adalah cara berdakwah dengan cepat

sehingga materi dakwah dapat diterima oleh obyek dakwah.

b) Dr. Abdul Karim Zaidan, metode dakwah yaitu ilmu pengetahuan

yang berhubungan dengan cara penyampaian dan berusaha menyelamatkan yang akan merintangi.

Dari berbagai difinisi diatas, maka pengertian metode dakwah adalah cara penyampaian materi dakwah yang digunakan oleh da’i dalam menyampaikan materi. Sehingga mad’u dapat lebih mudah menerima pesan yang disampaikan.

c. Macam-macam Metode Dakwah

Membahas metode dakwah terdapat beberapa kerangka dasar metode dakwah yang terkandung dalam firman Allah Surat An-Nahl ayat 25 :

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui

7

(27)

tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. An Nahl :125)

Berdasarkan kandungan ayat diatas maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa dalam dakwah terdapat tiga metode yaitu :

a) Al Hikmah

Maksud dari kata al Hikamah yang terkandung dalam ayat diatas berarti “perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan anatara yang hak dan yang batil. Selain itu kata hikmah sering kali diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu sutu pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang didakwahkan atas kemauannya sendiri, sehingga tidak merasakan adanya paksaan, konflik, maupun rasa tertekan. Adapun definisi dakwah secara umum adalah ketepatan dalam perkataan, perbuatan, keyakinan serta melakukan sesuatu pada tempatnya.8

b) Mauidloh Khasanah

Ali Mustofa Ya’qub menyatakan bahwa mauidloh khasanah adalah ucapan yang berisi nasihat yang baik. Dimana nasihat tersebut dapat bermanfaat bagi pobyek dakwah (yang mendengarkannya), atau

argument-argument yang memuaskan sehingga audience dapat

membenarkan apa yang telah disampiakan oleh da’i.

8

(28)

Mauidloh khasanah dalam penyampaianya da-pat melalui beberapa bentuk, anatar lain dalam bentuk tuturan kisah-kisah umat terdahulu, dalam bentuk peringatan atau dalam bentuk berita gembira, dalam bentuk pelukisan surga dan penghuninya, serta neraka dan penghuninya dalam bentuk ungkapan perumpamaan mencari

kesamaan.9 Adapun dakwah yang dapat dikategorikan kedalam

metode mauidloh khasanaha adalah : Silaturohim (kunjungan keluarga), pengajian berkala dimasjid atau majlis ta’lim, ceramah umum, tabligh, dsb.10

c) Mujadalah

Mujadalah merupakan cara terakhir dalam menyampaikan dakwah, manakala kedua cara sebelumnya dirasa tidak cukup. Sayyid Qutub Menyatakan dalam menerapkan metode mujadalah (diskusi) ini perlu diperhatikan hal-hal sebgai berikut :

1) Tidak merendahkan pihak lawan, atau menjelek-jelekkan, karena

tujuan diskusi bukan semata mencari kemengan, melainkan memudahkan mereka agar sampai pada kebenaran.

2) Tujuan diskusi semata-mata untuk menunjukkan kebenaran sesuai

ajaran Allah.

2. Pengertian Ustadz

9

H. M. Masyhur Amin, ”Dakwah Islam dan Pesan Moral” Yogyakarta : Al Amin Press, 1997. Cet Ke-1 h.29

10

(29)

Ustadz berasal dari bahasa arab yaitu “Ustadzun” yang berarti guru laki-laki atau “Ustadzatun” yang berarti guru perempuan11. Akan tetapi sebagai mana yang ada dikalangan masyarakat Indonesia yang dinamakan ustadz atau ustadzah adalah seorang guru yang mengajarkan ilmu-ilmu agama. Misalnya dari tingkat yang paling kecil ; pengajar TPA, Pengajar Privat, guru ngaji, kemudian yang tingkatannya lebih besar, misalnya yang mengajar dipesantren, yang mengajar dimasyarakat dan yang menjadi pembicara dimajlis-majlis ta’lim dan lain sebagainya. Lain halnya dengan yang ada di timur tengah, yang dikatakan sebagaim ustadz adalah orang yang setidaknya hafal al qur’an 20 juz. Ini menggambarkan bahwa yang dikatakan seorang uistadz adalah orang yang mempunyai pemahaman lebih mengenai ilmu agama. Namun sedikit perbedaannya yaitu kalau di timur tengah yang dikatakan seorang ustadz adalah orang yang mempunyai pengalaman lebih didalam ilmu agama. Akan tetapi adanya di masyarakaty kita selain mempunyai pengetahuan lebih tentang agama juga harus mengamalkan serta mengajarkannya pada masyarakat. Selain itu sebagai seorang ustadz harus bisa dijadikan sebagai tolak ukur dan suri tauladan yang baik dalam berbagai persoalan.

Sebagimana diatas telas dijrlaskan pengertian ustadz, adapun pengertian ustadz dilihat dari sisi episomologis, penegrtian ustadz

11

(30)

mengacu kepada orang yang paham secara mendalam tentang agama Islam, mengamalkan dan mengajarkannya kepada yang lain.12

Secara sosiologis siapun orangnya mempunyai peluang untuk menjadi ustadz. Tentunya dengan beberapa syarat secara keilmuan, yaitu mempunyai pengetahuan lebih dalam agama mengamalkan serta dapat mengajarkan kepada orang lain. Kita bisa menjadi ustadz bagi orang lain, begitu pula orang lain pun bisa menjadi ustadz kita. Pengertian ustadz hanya dimahkotai atribut social. Semisal alim,jujur, pintar,dan sebagainya. Semua orang bisa belajar tentang agama dan semua mengajar.13

B. Dakwah dan Hukumnya 1. Pengertian Dakwah

Secara bahasa (etimologi) kata dakwah berasal dari bahasa arab

(da’a, yadu’u, da’watan) yang berarti menyeru, memanggil mengajak.

Adapun pengertian dakwah menurut istilah (terminology) adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kejalan yang benar sesuai dengan perintah Allah. SWT untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia akhirat.14

Sedangkan menurut DR Wardi Bachtiar, dakwah adalah suatu proses upaya mengubah sesuatu situasi kepada situasi yang lebih baik sesuai ajaran Islam, atau proses mengajak manusia kejalan Allah yaitu al Islam.15

12

Ustadz..?” http://ipikbandung.blogspot.com/2010/05/15/ustadz.html.

13

Ibid.

14

Toha Yahya Umar, “Ilmu Dakwah” Jakarta : Wijaya, 1998. cet ke-3 h 1

15

(31)

Dakwah merupakan sebuah proses usaha untuk merubah sesuatu yang jelek untuk menjadi baik, yangkurang baik untuk menjadi lebih baik menurut ajaran agama Islam. Dakwah sebagai peristiwa adalah aktualisasi iman manusia-manusia beriman yang dimanifestasikan dalam suatu kegiatan dalam bidang kemasyarakatan dalam usaha mewujudkan ajaran Islam pada semua sendi kehidupan.

Pernyataan dakwah menurut A. Ilyas Ismail : Pada perkembangan saat ini, dakwah tidak lagi difahami sebagai tabligh semata, tetapi juga dipandang sebagai pembudayaan nilai-nilai Islam, dan usaha membangun sistem Islam secara menyeluruh dalam realitas kehidupan. Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa arab yaitu da’wah, merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’a (madly), yad’u (mudlari’), yang

berarti seruan, ajakan, atau panggilan.16 Sayyid Quthub menegaskan

bahwa sesungguhnya dakwah adalah ajakan ke jalan Allah, bukan ke jalan da’i atau kaumnya. Tiada bagi da’i dari dakwah yang dilakukan, kecuali menjalankan tugas dan kewajibannya kepada Allah SWT.

Menurut Sayyid Quthub, selain sebagai ajakan kejalan tuhan, dakwah juga merupakan ajakan kepada suatu bentuk kehidupan yang sempurna, kehidupan dalam semua bentuk dan seluruh maknanya yang sempurna. Sebagaimana firman Allah SWT Q.S. Al-Anfal: 24:

16

(32)

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu*, ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya** dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. (Q.S. Al-Anfal: 24)

Menurut Quthub, ayat ini menunjukan dengan jelas seruan yang dituju oleh dakwah Islam, yaitu seruan kepada kehidupan yang sempurna, kehidupan dalam semua bentuk dan segala seginya. Seruan ini menurut Quthub, mengandung ajakan kepada lima hal pokok yang akan mengantar manusia memperoleh kehidupannya yang sempurna. Kelima hal pokok tersebut adalah:17

1. Seruan kepada aqidah tauhid yang akan membebaskan manusiadari

penyembahan kepada selain Allah (prinsip tauhid).

2. Seruan kepada hukum-hukum Allah dalam arti seruan untuk

membangun dan mengatur kehidupan denagn undang-undang Allah (prinsip Syar’iah).

17

(33)

3. Seruan kepada system hidup atau konsep mengenai kehidupan yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan, yang tidak lain adalah system Islam itu sendiri.

4. Seruan kepada kemajuan dan kemuliaan hidup denagn aqidah dan

system Islam untuk kemudian membebaskan manusia dari perbudakan dan pennyembahan terhadap sesama manusia.

5. Seruan kepada perjuangan dan jihad Islam untuk dapat

mewujudkan dan mengokohkan sistem Allah dimuka bumi.

Kemudian dijelaskan juga dalam al-Qur’an bahwa diantara

maknanya yang positif adalah firman Allah SWT, “Bagi-Nya dakwah

yang haq.” Dan firman-Nya dalam surat Yunus ayat 25.

Artinya : Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (Q.S. yunus :25)

(34)

Artinya : Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak dan kami jadikan mereka (sebagai) sampah banjir Maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang zalim itu. (Q.S. al Mu’min : 41)

Yang terkadung dalam ayat diatas adalah Allah menyeru kepada hambanya agar mengikuti seruan Allah menuju jalan keselamatan, kedamaian dengan melakukan sesuatu yang menyebabkan mereka masuk surga. Dan dengan ayat-ayat diatas jelas bahwa ada dakwah menuju surga dan ada dakwah menuju neraka. Kemudian orang-orang yang tidak mendengarkan seruan Allah dan menentang utusan Allah yang mulia ia akan menjadi orang yang merugi dan mendapat balasan dari Allah yaitu masuk kedalam neraka. Oleh karena itu,mereka akan dating kelak dihari kiamat dalam keadaan menyesal, karena mereka tidak mau menyambut orang yang menyeru kepada Allah. Mereka berkata sebagaimana dijelaskan dalam al Qur’an ;

(35)

Atas dasar itulah maka ada orang yang mengajak kepada ketaatan dan berbuat kebajikan, adapula yang mengajak kearah kemaksiatan dan kemungkaran. Karenanya, Rosulullah SAW. Disebut sebagai seorang da’i. Allah berfirman ;

Artinya : Hai nabi, Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan, Dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. (Q.S. al Ahzab : 45-46).

Dari berbagai dasar diatas menunjukkan bahwa dakwah adalah salah satu cara untuk menyeru atau mengajak kepada kebaikan. Karena hal ini sudah dilakukan sejak Islam ada, bahkan cara-cara yang dipakai oleh agama dan para utusan Allah sebelum kita pun tidak jauh berbeda. Dakwah bertujuan mengajak manusia untuk kembali pada kehidupan yang hakiki yaitu jalan yang lurus yang diridloi oleh Allah SWT.

2. Hukum Dakwah Menurut Al Qur’an

Dakwah merupakan kewajiban yang syar’i selain manusia dituntut untuk mencari ilmu dan mengamalkan. Kewajiban tersebut berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut :

(36)

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imron : 104).

Ayat ini secara jelas menunjukksn wajibnya berdakwah, karena ada Lam Amr (Lam yang berarti perintah) dalam kalimat Wal takun.

Sedang kalimt Minkum menunjukkan fardlu kifayah. Karena itu,

seluruh umat Islam diperintahkan agar sebagian mereka melaksanakan kewajiban ini. Ketika ada sekelompok orang yang melaksanaknnya maka kewajiban ini gugur dari yang lain. Jika tidak ada seorangpun yang melaksankannya maka seluruh umat Islam akan berdosa. Ketika seorang muslim melihat kemungkaran yang dilakukan secara terang-terangan , maka Rosululloh SAW mewajibkan setiap umat muslim untuk mengubah kemungkaran tersebut, sebagimana sabdanya :

ىأر

ﻢﻜ

اﺮﻜ

ﺮﻴﻐ

ﺪﻴﺑ

,

نﺎ

ﻢﻟ

ﻄﺘ

ﺎﺴ

,

ن

ﻢﻟ

ﻄﺘﺴ

,

ﻚﻟاذو

أ

فﺎ

نﺎﻤ ﻻا

.

Barang siapa diantara kamu melihat suatu kemungkaran, ubahlah ia dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lisannya, jika tidak mampu, maka dengan hatinya; itulah selemah-lemah iman. (HR. Muslim)18

b. Firman Allah dalam surat al Baqoroh 159-160 :

18

(37)

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang Telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati. Kecuali mereka yang Telah Taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), Maka terhadap mereka Itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang

Maha menerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S. al

Baqoroh :159-160)

Ibnu Katsir mengatakan, bahwa ini merupakan ancaman keras bagi orang yang menyembunyikan ajaran yang dibawa oleh para rosul, berupa petunjuk yang menjelaskan tentang berbagai petunjuk yang benar, dan petunujuk yang bermanfaat untuk hati, sebagaimana dijelaskan Allah kepada para hamba-Nya dalam kitab-kitab-Nya yang diturunkan kepada para rosul-Nya.19

c. Firman Allah dalam surat al Maidah ayat 63 :

19

(38)

Artinya : Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang Telah mereka kerjakan itu.(Q.S. al Maidah : 63).

Ibnu Jarir At-Thabari meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa ia berkata “dalam al Qur’an tidak ada satu ayat pun yang lebih keras dalam mengolok-olok Dari pada ayat ini.”

Abu Bakar As Shidiq r.a. berkata tentang penafsiran ayat tersebut, “wahai umat manusia, sesungguhnya kamu telah membaca ayat ini, akan tetapi kamu menempatkannya pada posisi yang tidak tepat. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rosulullah SAW bersabda :

نإ

سﺎ ﻟا

اذإ

أر

او

ﺮﻜ ﻤﻟا

ﺮﻴﻐ ﻻو

ﻚﺷوأ

ﷲا

أ

ن

ﻢﻬﻤ

ﺑﺎ ﺑ

.

Sesungguhnya manusia itu apabila melihat kemungkaran dan mereka tidak mengubahnya, Allah akan menimpakan adzab kepada mereka secara merata.20

d. Firman Allah dalam surat Al ‘Ashr ayat 1-3 :

20

(39)

Artinya : Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S. Al Ashr : 1-3)

Dalam surat ini, Allaha SWT. Bersumabah bahwa pada dasarnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang yang mempunyai empat kriteria. Yaitu beriman, beramal sholeh, saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran. Baik sabar dalam menghadapi takdir, melaksanakan ketaatan, maupun sabar dalam mengahdapi musibah karena telah melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar dan mengembalikan hokum kepada Allah.perintah yang dibawa oleh nabi adalah perintah untuk melakukan amal kebajikan, dan larangan yang dibawa oleh Nabi adalah larangan dari berbuat mungkar.21

Untuk mengetahui yang ma’ruf dan yang mungkar diperlukan ilmu dan fiqih, oleh karena itu, mempunyai ilmu dan fiqih untuk melaksanakan kewajiban ini merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim. Sedang memberanikan diri melakukan ini dengan kebodohan, dapat mengakibatkan kerusakan dan kecenderungan memperturutkan hawa nafsu. Oleh karena itu para ulama menafsirkan kata Bashirat dalam firman

21

(40)

Allah SWT. (Yusuf :108) dengan burhan’aqli dan syar’i, atau ma’rifat dan tahqiq.22

3. Kebutuhan Yang Mendesak Secara Sosial

Sebagaimana dakwah itu merupakan kewajiban syar’i, ia juga merupakan kebutuhan masyarakat, karena beberapa alasan sebagai berikut :

a. Manusia membutuhkan orang yang bisa menjelaskan kepada mereka

apa-apa yang diperintahkan oleh Allah untuk menegakkan hujah atas mereka. Ini adalah tugas para rosul, karena tidak ada hukuman tanpa didahului peringatan. Tepat sekali firman Allah SWT.

Artinya : ….. dan kami tidak akan meng'azab sebelum kami mengutus seorang rasul.(Q.S. Al Isro’ :15).

Adalah suatu keharusan untuk mendakwahi manusia, agar orang yang binasa, binasanya dengan keterangan yang nyata, dan agar orang yang hidup, hidupnya dengan keterangan yang nyata pula.

b. Kondisi kehidupan saat ini diwarnai oleh kerusakan, ketamakan, dan

hawa nafsu, sementara pelakunya menginginkan kerusakan tersebut tersebar dimasyarakat agar masyarakat menjadi seperti mereka. Mereka mengajak masyarakat kepada kerusakan. Sebab mereka senang

22

(41)

berbuat keji tersebut tersebar dimasyarakat, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah,

☺⌧

⌧ ⌧

Artinya : Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka Telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka)…... (Q.S. An Nisa’ :89).

Oleh karena itu, engkau melihat bagaimana mereka saling bekerja sama dan tolong-menolong antara mereka dengan yang lain.Allah SWT berfirman :

Artinya : Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka Telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.(Q.S. At Taubah : 67)

(42)

sehingga tidak ada fitnah, dan agama menjadi milik Allah. Allah berfirman :

Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, (Q.S. At-Taubah : 71)

Karena kita harus menghadapi orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi sampai kekuatan mereka hancur, sehingga mereka menjadi seperti seorang wanita yang menguraikan benang yang sudah dipintal dengan kuat dan menjadi cerai berai kembali. Namun, ini tidak mungkin terklaksana kecuali dengan keberadaan para da’i yang menghidupkan kembali kewajiban amar ma’ruf dan nahi mungkar. Jika tidak maka orang-orang bodoh itu akan “melubangi kapal” yang kita naiki karena memperturutkan hawa nafsu dan keinginan mereka, sehingga tidak seorang penumpang pun yang selamat. Hal ini sebagaimana digambarkan dalam hadits rosulullah SAW. berikut :

Dari Nu’man bin Basyir r.a. dari Nabi SAW. bahwa beliau bersabda :

ﺎ ﻟا

اﻮﻟاو

ﷲادوﺪﺣ

ﻢﺋ

اﻮﻤﻬﺘ ا

مﻮ

ﺜﻤآ

ﺎﻬﻴ

ﺔ ﻴ ﺷ

ﺎ ﺄ

ب

ﺎﻬ أ

ﻢﻬ ﺑو

ﺎه أ

ﻢﻬ ﺑ

,

ﺎﻬﻟﺎ أ

ﻦ ﺬﻟا

نﺎﻜ

(43)

Perumpamaan orang yang tegak dijalan Allah dan yang meninggalkannya, seperti orang-orang yang berdesakan diatas kapal. Sebagian berada diatas dan sebagian lain berada diabwah. Orang-orang yang ada dibawah, apabila mengambil air haruis melewati orang-orang yang ada di atasnya. Maka mereka berkata, ‘Bagimana jika kita lubangi saja bagian yang dibawah kita ini, sehingga tidak usah menganggu yang diatas?’. Jika orang-orang yang diatas membiarkan apa yang mereka inginkan niscaya tenggelmlah semuanya. Tetapi jika mencegahnya, selamatlah mereka dan selamtlah semuanya. (HR. bukhari).

c. Telah diragukan bahwa kepunahan dan kehancuran umat itu

disebabkan oleh kefasikan para pembesar dan orang-orang kaya diantara mereka, serta banyaknya kemungkaran di seantero negeri, sehingga tidak ada lagi orang yang memerintahkan kebajikan dan melarang kemungkaran. Orang zalim tidak pernah mendengarkan

kalimat haq yang diucapkan, sehingga kezaliman itu semakin

merajalela dan kekejian makin tersebar. Kemungkaran berada di atas laksana buih diatas air. Padahal, kekuatan umat itu terletak pada sejauhmana mereka berpegang kepada kebenaran dan menegakkan keadilan. Rosulullah SAW. Bersabda,

“apabila kalian melihat umatku merasa takut kepada yang zalim uantuk mengatakan kepadanya ‘hai orang yang zalim!’ maka berarti

ia telah berdamai dengan mereka.” (HR. Ahmad)

d. Takut terhadap laknat Allah yang menimpa masyarakat yang tidak

(44)

menimpa Bani Israil. Peristiwa itu dijelaskan dalam riwayat sebagi berikut :

Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata bahwa rosulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya cacat pertama yang merasuki Bani Israil seseorang bertemu dengan rekannya, kemudian ia berkata, “Wahai saudarakau, bertakwalah kepada Allah, dan tinggalkanlah apa yang kamu lakukan karena ia tidak halal bagimu.” Esok harinya ia bertemu lagi dengannya dan berbuat serupa, tetapi tidak melarangnya, karena telah menjadi teman makan, minum, dan teman duduknya. Keteka mereka berbuat demikian, Allah menyiksa sebagian mereka dengan sebagian yang lain.”

Kemudian Rosulullah SAW membacakan firman Allah SWT :

(45)

itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (79) Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (80). Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. (8)1. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.(Q.S. Al Ma’idah : 78-81).

Kemudian Rosulullah SAW. bersabda :

“Tidak, Demi Allah kalian benar-benar akan menyuruh yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, atau Allah akan menyiksa dengan hati sebagian kalian atas sebagian yang lain, kemudian (Allah) melaknati kalian sebagaimana melaknati mereka.”(Riyadh Ash-Shalihin, h.106)23

Begitulah beberapa kebutuhan yang mendesak secara sosial manusia terhadap da’wah berdasarkan berbagai tanda-tanda yang diterangkan dalam beberapa dasar diatas.

C. Unsur-unsur dakwah

1. Subyek Dakwah

Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat at Taubah ayat 71 :

23

(46)

Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. At Taubah : 71)

(47)

ceramah, meaupun pengajaran sehingga individu dan masyarakat dapat memahaminya.

2. Objek dakwah

Yang dimaksud sebagai objek dakwah adalah orang-orang yang dituju sebagai sasaran penyampaian dakwah. Orang-orang yang menjadi objekm dakwah sangat bervariasi, sehingga da’i sebagai subyek dakwah haru pandai-pandai dalam menyiasati cara penyampaian dakwah, sehingga juru dakwah harus menegetahui betul siapa yang menjadi objek dakwahnya.

Objek dakwah adalah manusia, baik seorang atau lebih, yaitu masyarakat. Adapun pemahaman dari berbagai lapisan masyarakat ini sangatlah beragam, tergantung dari cara memandangnya. Dipandang dari sosiologi, masyarakatb itu mengalami struktur dan mengalami perubahan-perubahan.24

Manusi yang menjadi obyek dakwah akan diajak secara kaffah,

mereka yang bersifat heterogen, dari sudut ideologi, misalnya atheis, animis, musyrik, munafik, bahkan ada juga yang muslim akan tetapi seorang muslim yang fasik atau penyandang dosa dan maksiat, dari sudut lain juga berbeda baik intelektualitas, status social, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain25.

3. Materi Dakwah

24

Op.cit. h. 35

25

(48)

Menurut H. Endang saifuddin Anshari, secara garis besar Islam terdiri atas aqidah, syariah, dan akhlaq.

a) Aqidah Islam

Secara epistemologis aqidah berarti “ikatan” atau “angkutan” secara teknis berarti “kepercayaan, keyakinan, iman, creed, credo”.

Pembahasan mengenai aqidah pada umumnya berkisar pada arkanul

iman.

b) Syariat Islam

Syariat secara epistemologis berarti “jalan”. Syariat Islam adalah satu system norma Ilahi yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia, serta hubungan manusia dengan makhluq lainnya.

c) Aklaq Islam

Secara etimologi akhlaq berarti perbuatan dan berkaitan dengan kata “Kholiq” yang berarti pencipta dan “Makluq” yang berarti yang diciptakan.26

D. Pemahaman Agama

Pilar dakwah adalah amar ma’ruf dan nahi mungkar. Kemudian salah satu tujuan dakwah yang terkandung dalam pilar dakwah adalah untuk memahamkan para mad’u terhadap agama. Realita yang tidak dapat kita elakkan diantaranya banyak orang yang mengaku Islam akan tetapi sangat

26

(49)

Pemahaman yang benar tentunya sangat dibutuhkan sekali oleh umat

Islam terutama umat Islam yang masih awam. Jika kita mengingat kembali

pada ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT, yaitu suarat Al Alaq ayat 1-5 :

Artinya : (1). Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, (2). Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3). Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, (4). Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (5). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al Alaq : 1-5).

(50)

melaui kitabnya. Bukan sekedar membaca, tetapi memahaminya, karena dengan memahami manusia akan tahu apa yang dimaksud didalamnya.

Begitu juga mengenai agama yang telah difirmankan oleh Allah melalui wahyu yang diberikan kepada nabi Muhammad SAW. adalah untuk dipelajari agar manusia itu paham kemudian melaksanakan segala ketentuan yang terkandung didalamnya. Akan tetapi jika manusia tidak paham maka bagaimana dia bisa mengetahuia maksud yang sebenarnya. Maka dari itu memberikan pemahaman merupakan salah satu hal yang penting dalam dakwah.

Semua itu harus dijelaskan oleh seorang da’i dengan perkataan yang baik, dengan pengajaran yang baik dan kalaupun harus berdebat, maka dengan debat yang lebih baik, disertai dengan argument-argumen yang kuat. Seorang da’i tidak bisa mewajibkan manusia dengan pa yang ia bawa, kecuali dia dapat membuat manusia puas menerima apa-apa yang ia katakana. Membuat puas umat itu membutuhkan penyampaian yang baik, kata-kata yang mudah dimengerti, dan pemahaman yang jelas serta pengenalan terhadap dakwah sebelum memberikan beban berupa apapun ; menyampaikan penjelasan sebelum melimpahkan tanggung jawab kepadanya.27

Al Qur’an diturunkan untuk mengenalkan kepada manusia tentang empat persoalan, sebelum memberikan beban kepada merekan dengan perintah apapun. Empat persoalan itu adalah :

27

(51)

1. Mengenalkan kepada mereka tentang Rabb (yang menciptakan, memberi rizki, dan memelihara) mereka, agar mereka beribadah kepada-Nya.

2. Mengenalkan akan diri mereka, agar mereka memahami hakikat

keberadaan atau eksistensi mereka.

3. Mengenalkan tentang alam semesta, agar mereka menggunakan dan

memakmurkannya.

4. Mengenalkan kepada mereka tentang akhir perjalanan hidup yang

menanti-nanti mereka di akhirat.

jika manusia dapat mengenal dan memahami berbagai perintah dan larangan Allah maka Insya Allah manusia akan lebih baik dalam melaksanakan yang ma’ruf dan meninggalkan yang mungkar.

E. Jama’ah

Menurut bahasa ‘Jamaah’ diambil satu dari kata dasar Jama’a

(mengumpulkan) yang berkisar pada al-Jam’u (kumpulan), al-ijma’

(52)

Menurut istilah para ulama aqidah, ‘Jama’ah’ adalah generasi salaf dari umat ini, meliputi para sahanat Nabi, Tabi’in dan semua orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat. Mereka adalah orang-orang yang bersepakat untuk menerima kebenaran yang nyata dari Al-Qur’an dan as-Sunnah. Menurut bahasa Arab pengertiannya ialah dari kata Al-Jamu’ dengan

arti mengumpulkan yang tercerai berai. Adapun dalam Asyari’ah, Al-Jamaah

adalah orang-orang yang telah sepakat berpegang dengan kebenaran yang pasti sebagaimana tertera dalam al-Qur’an dan as-Sunnah dan mereka itu ialah

para sahabat, tabi’in. Sebagaimana pernyataan Ibnu Mas’ud ra: “Al-Jamaah

itu adalah apa saja yang mecocoki kebenaran, walaupun engkau sendirian

(dalam mencocoki kebenaran itu)”. Maka kamu adalah Al-Jama’ah28.

Sedangkan pengertian Jama'ah Muslimin (Al-Jama'ah) sebagaimana yang dijelaskan oleh sahabat Rasulullah shallalahu alaihi Wasallam yaitu : "Al-jamaatu huwa mujama'atu ahlulhaqqi wain qollu"(Al-jama'ah adalah tempat berkumpulnya ahli haq walaupun sedikit)

Tidak berseberangan dengan berbagai pengertian diatas yang dimaksud jama’ah oleh penulis dalam penelitian ini adalah khusus orang-orang yang mengikuti pengajian tersebut. Jadi jama’ah adalah orang-orang atau peserta

pengajian tafsir al Qur’an oleh Ustadz Mufakhir di masjid Baiturrahmah.

28

(53)

BAB III

BIOGRAFI USTADZ MUFAKHIR DAN GAMBARAN UMUM MASJID BAITURRAHMAH

A. Biografi, Dan Karya-Karya Ustadz Mufakhir 1. Biografi

Ustadz Mufakhir bernama lengkap Abdul Mufakhir Muhammad. Lahir di Glumpang Bungli Nangro Aceh Darussalam Tanggal 2 Maret 1963. Beliau adalah putra dari Tengku H. Muhammad Arief dan Hj. Cek Rahmah binti Hasan. Beliau adalah seorang ustadz yang ramah, murah senyum dermawan dan terhadap apa saja yang menjadi tanggung jawabnya. Kedermawanannya dapat dilihat dari semangatnya dalam membentuk organisasi orang-orang Aceh yang bertujuan untuk mengumpulakan zakat sesama orang Aceh. Kemudian Hasil pengumpulan zakat dibagikan kepada orang fakir miskin. Termasuk tukang ojek yang berada dilingkungan tempat tinggalnya. Sehingga banyak orang yang salut terhadap sikap ustadz Mufakhir. Beliau juga seorang teman yang baik, karena selalu bisa diajak bermusyawarah oleh teman-temannya jika ada masalah. Bahkan banyak teman beliau yang menjadikan sebagai konsultan keluarga dan lain sebaginya1.

1

Hasil Wawancara dan Pengamatan tanggal 2 Juni 2010.

(54)

Selain sebagai ustadz beliau adalah seorang kepala rumah tangga dan seorang ayah dari empat anak. Diantaranya adalah Ummu Layyinah, Khalilah Mumtahanah, Nikmal ‘Abdu dan Shulhatul Laiya2.

2. Riwayat Pendidikan a. Pendidikan Formal

1) Madrasah Ibtidaiyah Negeri Cot Glumpang , pidie NAD, tamat 1975.

2) Madrasah Tsanawiyah Agama Islam Negeri Kembang Tanjung, Pidie tamat 1978.

3) Madrasah Aliyah Negeri Sigli, tamat tahun 1981.

4) Sarjana Muda Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry NAD, tamat 1985.

5) Sarjana Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry NAD, tamat 1987.

6) Pascasarjana Institut Ilmu Al-qur’an , Jakarta, tamat 2002

7) Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004 – sekarang

b. Pendidikan Non Formal

1) Pesantren Salafiyah Puuk Kembang Tanjung Sigli, NAD 1976-1978

2) Studi Purna Ulama IAIN Ar-Rainary Banda Aceh NAD 1989.

2

(55)

3) Kursus Bahasa Inggris Kelas Conversation LDC IAIN Ar-Raniry Banda Aceh NAD 1990

3. Karya-karya Ustadz Mufakhir

Adapun Karya-karya ustadz Mufakhir adalah “Membangun Hidup dengan Qur’an”. Yang didalamnya menceritakan tokoh-tokoh yang mendapat hidayah dari Al Qur’an, yang pada intinya mengajak manusia untuk selalu berpegang teguh pada Al Qur’an baik secara duniawi maupun Ukhrowi. Kemudian “Ada Kebahagiaan dalam Al Qur’an” merupakan karya kedua yang ditulis oleh ustadz Mufakhir. Yang pada intinya jika manusia ingin bahagia Dunia akhirat maka carilah didalam kandungan Qur’an. Kemudian karya-karyanya yang lain adalah :

a) Metode taklif zakat Menurut Al-Qur’an (Pusat Penelitian Agama Negeri IAIN Ar Raniry, 1998).

b) Buku 4 wawasan zakat diterbitkan oleh PP. Taman Iskandar Muda Pusat zakata tahun 2010

c) Buku tafsir fase kajian surat Al-Fatihah dan surat – surat dalam juz amma diterbtkan oleh Bale Kajian Tafsir Al-Qur’an Pase Jakarta, 2001 d) Al-Shabru dalam perspektif Hadst ( jurnal Al-Mu’ashirah Fakultas

Ushuluddin IAINAr-Raniry, 2006).

(56)

f) Buku “ Pencerahan Intelektual ( Referensi untuk khatib dan penceramah di NAD)”, 2007

4. Aktivitas Dawah

a. Sebagai Ustadz pengajar Tafsir Al-Qur’an di Masjid Baiturrahmah Legoso, Musholla Perwira Pertamina Pusat, Meunasah Fattahillah Ciputat, Masjid Jabalul Rahmah Gintung, Musholla Rodlotul Jannah, 2004- sekarang. Pengajian Darussalam Pondok Indah2008-sekarang. b. Penceramah Tetap Kuliah Subuh Masjid Raya Baiturrahman Banda

Aceh NAD 2002 – 2004.

c. Dosen tetap Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh 1991 – Sekarang.

d. Dosen Pendidikan Agama ASM di Komputer Banda Aceh, 1992 – 1998.

e. Dosen pendidikan Agama AKPER DEPKES NAD 1995 – 1998 f. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam PTIQ NAD 2001 – 2004 g. Dosen Bahasa Aceh Sekolah Bahasa POLRI Jakarta 2005

B. Latar Belakang Berdirinya Masjid Baiturrahamah

(57)

kecil itupun yang dibangun oleh orang secara pribadi yang belum diwakafkan. Kemudian berdasarkan syiar Islam yang menjadi sangat urgen untuk dibangun sebuah masjid disekitar kelurahan pisangan. Bersamaan dengan itu H. Umar Pagae membangun sebuah sekolah yang berada disekitar jalan legoso Raya beserta sebuah masjid yang tujuannya adalah melengkapi saranya sekolah (untuk anak sekolah).

Setelah beberapa waktu kemudian masyarakat bermusyawarah yang keputusannya mengusulkan agar masjid yang dibangun oleh H. Umar pangae untuk diwakafkan kepada masyarakat umum. Dengan berbagai upaya masyarakat akhirnya masjid yang berada dijalan legoso raya no 30 b diwakafkan kepada masyarakat. Sejak itulah masjid mulai dibangun dan dikembangkan oleh masyarakat sampai sekarang3.

C. Visi dan Misi

1. Visi Masjid Baiturrahamah

Yang menjadi visi didirikannya masjid Baiturrahamah adalah untuk dijadikan tempat ibadah, terutama adalah ibadah sholat Jum’at dan jamaah sholat lima waktu bagi masyarakat sekitar sehingga dapat mengembangkan syiar Islam.

2. Misi Masjid Baiturrahmah

a. Membangun masyarakat Islami untuk melestarikan budaya sholat berjamaah.

3

(58)

b. Menjadi sarana penerimaan zakat infaq dan shodaqoh c. Menjadi pengayom masyarakat Islam

d. Menjadi sumber cahaya bagi semua kalangan masyarakat Islam e. Membangun umat yang sejahtera akhirat

f. Menjadi sumber kebersamaan dan persatuan umat Islam

g. Menetralisir perbedaan dan menciptakan kesetaraan status social

D. Struktur Kepengurusan Masjid Baiturrahamah Penasehat : Ibu Hj. Umar Pangae

H. Adib Mawardi Ir. H. M. Syafuan

Ketua Ta’mir : DR. H. Alimuddin Al Muntala

Ust. Sulhan Harahap

Sekretaris : Ustadz Nur Hidayat

Ustadz Rahmat

Bendahara : Sugeng Waluyo

Seksi-seksi

Seksi ibadah : Kor. H. Anwar 1. Zulfan armiya 2. H. Muhammad 3. Agus jaya 4. H. Muchlis rifa’i Seksi Pendidikan : Kor. Moh. Ishaq

(59)

Seksi Sos/ Masyarakat : Kor. Zaenal a. (rw) 1. Soleh (rt) 2. Sudibyo (rt) 3. H. Rohmat (rt) 4. Iskandar (rt) 5. Ya’qub (rt) n 6. M. Nur (rt) 7. Askar Seksi Sarana dan Prasarana : Kor. H. Hadi r.

1. Darmadi 2. Gunanto 3. Edi susanto 4. Sarkum 5. Hamdan Seksi Keamanan Dan Kebersihan : Kor. Boman p.

1. M. Sholeh 2. Rianto 3. Elon

Seksi Remaja Masjid : Kor. Zakki amani 1. Ali afdhol 2. Rizki 3. Husen

(60)

E. Kegiatan Masjid Secara Umum

Kegiatan umum masjid Baiturrahamah tidak jauh berbeda dengan masjid-masjid lain. Akan tetapi terdapat beberapa kegiatan yang mungkin jarang dilakukan oleh masjid lain.

Kegiatan masjid baiturrahmah terbagi dalam tiga agenda, yaitu : Kegiatan ritin (rutinitas harian masjid dan Mingguan), Kegitan bulanan dan Kegitan jangka panjang tahunan.

1. Kegiatan Rutin :

a. Jama’ah sholat lima waktu b. Sholat jum’at setiap hari Jum’at

c. Pengajian rutin bapak-bapak dan remaja setiap sabtu malam minggu d. Pengajian majlis ta’lim kaum ibu setiap hari minggu pagi.

e. Pelayanan bagi orang yang hendak masuk Islam/muallaf (jika ada). f. Pelayanan perputakaan remaja

g. Tahlil bersama setiap malam jum’at 2. Kegitan Bulanan :

a. Gotong royong bersih-bersih dan disekitar lingkungan masjid b. Santunan anak yatim di akhir bulan

c. Rapat persiapan kegiatan besar dan pembangunan. d. Kegiatan pengembangan kreatifitas remaja

3. Kegiatan Tahunan :

(61)

c. Penyaluran Zakat kepada masyarakat yang tidak mampu disekitar masjid Baiturrahamah

d. Pelaksanaan pembangunan dan penambahan sarana masjid.

e. Rapat evaluasi akhir tahun seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan4.

4

(62)

BAB IV

ANALISIS METODE DAKWAH USTADZ MUFAKHIR

A. Metode Penyampaian Materi Tafsir Ustadz Mufakhir

1. Metode dakwah Ustadz Mufakhir pada pengajian Tafsir Al-Qur’an tanggal 8 Mei 2010 – 12 Juni 2010

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan penulis selama 6 (enam) kali pertemuan adalah sebagi berikut :

a. Metode Dakwah Pada Tanggal 8 Mei 2010

Materi Metode Tafsir Metode Dakwah

S. al-Baqoroh : ayat 34 Kemurkaan Allah terhadap Iblis ketika iblis membangkang untuk bersujud kepada nabi Adam a.s.

1. Membacakan ayat yang akan dikaji/dibahas.

2. Membacakan terjemahnya. 3. Membacakan dan menerang

munasabah ayat.

4. Memberikan keterangan maksud kandungan ayat tersebut beserta dengan munasabahnya.

1. Ceramah, yang berisi Pertama, kemurkaan Allah terhadap Iblis yang membangkang ketika diperintahkan untuk bersujud kepada nabi adam. Maksud dari kata sujud disini adalah menghormati bukan menyembah karena yang berhak disembah hanyalah Allah. Kedua, ancaman bahwa kita akan selalu digoda untuk dijerumuskan kedalam kesesatan oleh iblis kecuali kita menjadi orang yang mukhlis.

5. tanya jawab. pertanyaan :

Orang yang muklis itu orang yang seperti apa sih ustadz?

2. Menjawab Pertanyaan

a. Didalam diri manusia itu ada dua ajakan yaitu mengarah kepada kebaikan dan yang mengajak untuk melakukan kemaksiatan. Karena kadang kala dalam melakukan

(63)

kebaikan timbul rasa sombong atau kadang juga setan berbisik dalam hati kita agar kita melakukan kemaksiatan dengan membayang-bayangi kenikamatan melakukan kemaksiatan. Bahkan yang lebih kacau lagi kita digiring melakukan amal baik tetapi untuk riya. Tetapi jika kita dapat meneguhkan hati kita dengan selalu berusa untuk

mendekatkan diri kepada Allah dengan iklas maka kita akan selamat.

6. Diskusi tentang bagaimana puasanya orang yang sakit parah.

3. Ustadz Mufakhir memberikan kesempatan kepada jamaah tentang kasus itu. Kemudian memberikan jawaban untuk menyelesaikan.

Pada pertemuan ini dalam metode ceamah ustadz Mufakhir lebih banyak memberikan nasehat agar lebih hati-hati dalam berbuat karena iblis dan anak turunnya selalu berusaha untuk menyesatkan manusia yang beriman kepada Allah. Setiap perbuatan itu ada yang hanya mendapat izin Allah dan ada yang mendapat izin dan ridlonya. Adapun perbedaan izin adalah jika izin Allah perbuatan kita bisa berlangsung tetapi Allah tidak restu. Sebenarnya Allah bisa saja memusnahkan iblis pada waktu itu akan tetapi Allah memberikan izin. Sedangkan ridlo Allah adalah perbuatan kita mendapat restu dari Allah SWT.1

1

(64)

b. Metode Dakwah Pada Tanggal 15 Mei 2010

Materi Metode Tafsir Metode Dakwah

S. al-Baqoroh : Ayat 102-103

Tuduhan orang Yahudi

terhadap nabi Sulaiman a.s.

1. Membacakan ayat yang akan dikaji/dibahas.

2. Membacakan terjemahnya. 3. Menceritakan Asbabun Nuzul

ayat.

4. Memberikan keterangan maksud kandungan ayat tersebut beserta contohnya.

1. Ceramah, yang berisi cerita tentang kisah-kisah nabi terdahulu yang dimusuhi orang Yahudi. Ustadz Mufakhir lebih banyak bercerita tentang nabi-nabi terdahulu dengan kisah-kisah dulu. Dengan tujuan memberikan contoh keteguhan nabi Sulaiman a.s. pada saat beliau berdakwah.

5. Tanya-Jawab. pertanyaan jamaah :

a. siapa sih sebenarnya orang Yahudi itu ustadz? b. Mengapa mereka

memusuhi nabi ?

2. Menjawab Pertanyaan

a. yang dimaksud orang yahudi disini adalah orang-orang non muslim yang memusushi nabi ketika berdakwah.

b.Sebenarnya mereka juga manusia biasa akan tetapi mereka telah diperdaya syaitan-syatan untuk tidak percaya pada ajaran yang dibawa nabi. Bahkan mereka menuduh nabi melakukan sihir padahal merekalah yang sebenarnya yang melakukan sihir untuk

membuat kekacauan.

(65)

c. Metode Dakwah Pada Tanggal 22 Mei 2010

Materi Metode Tafsir Metode Dakwah

S. al-Baqoroh : Ayat 119-121

Larangan mengikuti Yahudi dan Nasrani.

1. Membacakan ayat yang akan dikaji/dibahas.

2. Membacakan terjemahnya. 3. Memberikan keterangan

maksud kandungan ayat tersebut beserta contohnya.

1. Ceramah, yang berisi peringatan kepada umat muslim agar tidak mengikuti langkah-langkah Yahudi dan Nasrani. Dalam hal ini usatdz Mufakhir menjelaskan bahayanya meniru Yahudi apalagi mengikutinya. Karena orang Yahudi tidak akan senang kepada kita hingga kita terpengaruh olehnya. Benar-benar sebagai muslim harus berhati-hati apalagi didalam perkembangan zaman yang semakin maju. Contohnya penjajahan moral sekarang ini.

4. Tanya-Jawab. pertanyaan jamaah : Sebagian kelompok

mengatakan bahwa memaki celana panjang hingga menutupi mata kaki itu hukumnya haram. Apa iya ustadz?

2. Menjawab Pertanyaan

a. Mengenai hal itu Sayyidina Usman bin Affan pernah bertanya kepada nabi kemudian nabi menjawab. Hal itu tidak apa-apa, yang dilarang adalah dengan berpakaian begitu kemudian timbul rasa sombong, Itu yang dilarang.

(66)

d.Metode Dakwah Pada Tanggal 29 Mei 2010

Materi Metode Tafsir Metode Dakwah

S. al-Baqoroh : Ayat 172-173

Menjelaskan tentang makan yang halal dan makanan yang haram.

1. Membacakan ayat yang akan dikaji/dibahas.

2. Membacakan terjemahnya. 3. Memberikan keterangan

maksud kandungan ayat tersebut beserta contohnya.

1. Ceramah, yang berisi Nasehat kepada orang Islam agar mencari rizki yang halal dan yang baik. Karena ada juga rizki yang halal tetapi kurang baik untuk dikonsumsi. Ustadz mufakhir memberikan contoh misalnya kita punya penyakit darah tinggi kemudian dokter

Referensi

Dokumen terkait

yang terwujud nyata dalam visual identitas yang sangat kuat, mengirimkan pesan, menyampaikan gagasan, mengkomunikasikan sebuah keberadaan dan peran. Lalu bersama komuniti yang telah

penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara tuntutan pekerjaan dan kesejahteraan kerja pada pekerja shift, dimana pekerja

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pembelajaran melalui Active Learning In Higher Education (ALIHE) pada mata kuliah pendidikan IPA SD di jurusan PGSD FIP UNJ dapat

dibandingkan pada kondisi LD. Interaksi antara kondisi cahaya dan generasi; serta interaksi antara kondisi cahaya, strain, dan generasi juga berpengaruh signifikan

Materi Dakwah yang disampaikan para Ulama di Kecamatan Anjir Pasar tentang zakat pertanian tidak terlepas dari hukum-hukumnya serta bagian- bagiannya, seperti

Pengabdian masyarakat pada RT 30 Kenali Besar, masyarakat dapat mengetahui ,mengenal dan mengatasi cara mengenal gangguan kesehatan mental termasuk juga kecemasan

Aplikasi ini nantinya akan memberikan informasi letak – letak ATM dalam bentuk peta dan dapat menentukan lokasi ATM terdekat dari posisi nasabah menggunakan formula

Pembahasan : terdapat hubungan antara besarnya jasa pelayanan badan penyelenggara jaminan sosial dengan tingkat kepuasan kerja dalam memberikan pelayanan kesehatan