TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA OPERATOR KOMPUTER BAGIAN SEKRETARIAT DI INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM TAHUN 2012
SKRIPSI
OLEH :
ROVITA NUR FITRIANI NIM : 108101000016
PEMINATAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA OPERATOR KOMPUTER BAGIAN SEKRETARIAT DI INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM TAHUN 2012
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
ROVITA NUR FITRIANI NIM : 108101000016
PEMINATAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
i
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas
ii
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, September 2012
Rovita Nur Fitriani, NIM : 108101000016
Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat Di Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012
xvii + 112 halaman,6 tabel, 18 gambar, 6 grafik, lampiran ABSTRAK
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah suatu kondisi medis dimana saraf tengah tertekan di bagian pergelangan yang mengakibatkan parastesia, mati rasa dan kelemahan otot di tangan. Jika kondisi ini terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kelemahan otot pada tangan. operator computer bekerja selama 8 jam kerja dengan penggunaan komputer intens selama 5-6 jam kerja. Berdasarkan studi pendahuluan terhadap 15 operator komputer didapatkan 11 operator mengalami keluhan berupa gejala Carpal Tunnel Syndrome (CTS) saat dilakukan pemeriksaan Phalen’s test.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain crossectional yang dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2012. Sampel pada penelitian ini berjumlah 102 orang didapatkan dari hasil perhitungan sampel dengan rumus uji hipotesis dua proporsi. Penelitian ini menggunakan chi- square untuk melihat adanya hubungan antara variabel usia, jenis kelamin, masa kerja, dan posisi janggal pada tangan dengan dugaan Carpal tunnel Syndrome (CTS).
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar operator komputer diduga mengalami Carpal Tunnel Syndrome (CTS) sebanyak 66 operator komputer (64,7%). Pada penelitian ini didapatkan faktor usia dan masa kerja berhubungan dengan dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) sedangkan faktor jenis kelamin dan posisi janggal pada tangan tidak berhubungan dengan dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Untuk mengurangi risiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (CTS), disarankan kepada perusahaan untuk membuat program promosi K3 terkait dengan senam pergelangan tangan yang perlu dilakukan sebelum memulai pekerjaan atau disela-sela pekerjaan.
Kata Kunci : Carpal Tunnel Syndrome (CTS), Operator Komputer.
iii PUBLIC HEALTH STUDY
Undergraduated Thesis, September 2012 Rovita Nur Fitriani, NIM : 108101000016
Determinant Factors Of Suspect Carpal Tunnel Syndrome (CTS) and The Corelation’s On Computer Operator At Secretariat Inspectorate General The Ministry Of Public Works In 2012.
xviii + 112 pages, 6 tables, 18 drawings, 6 graphics, attachments ABSTRACT
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) is a medical condition in which the nerveus medianus oppressed at the ankle which resulted parastesia, numbness and muscle weakness in the hand. If this happens for a long time can cause muscle weakness in the hand.computer operators to work for 8 hours with intense use of the computer for 5-6 hours. Based on a preliminary study of 15 computer operators obtained 11 operators have complaints of symptoms Carpal Tunnel Syndrome (CTS) when checking Phalen's test.
The study’s intend to find out determinant factors of suspect Carpal Tunnel Syndrome (CTS) and the corelation’s on computer operator at Secretariat Inspectorate General the Ministry of Public Works in 2012. This research is a quantitative study using a cross sectional design was conducted in July to August 2012. The sample in this research were 102 people obtained from the calculation of the sample by the formula hypothesis testing two proportions. This study used chi-square to see the relationship between the variables of age, sex, employment period, and the awkward posture of the hand with suspected Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Based on this research, most of the computer operator suspected of having Carpal Tunnel Syndrome (CTS) computer operator as much as 66 (64.7%). In this research, age and employment period associated with suspected Carpal Tunnel Syndrome (CTS), while the factor of sex and awkward posture of the hands is not related to allegations of Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
To reduce the risk of Carpal Tunnel Syndrome (CTS), suggested to the company to to make promotion program K3 associated with wrist exercises that needs to be done before starting work or in a job sidelines.
Keywords : Carpal Tunnel Syndrome (CTS), Operator Computer.
iv
Skripsi Dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DUGAAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA OPERATOR KOMPUTER BAGIAN SEKRETARIAT DI
INSPEKTORAT JENDRAL KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2012.
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
v
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
vi
Nama : Rovita Nur Fitriani
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 05 November 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Sentul jaya RT/RW 05/17 No. 26. Bekasi Utara.
Agama : Islam
Gol.Darah : B
No. Telp : 087875420767
RIWAYAT PENDIDIKAN
1996 – 2002 SDN Marga Mulya VIII Bekasi
2002– 2005 Madrasah Tsanawiah ANNUR Bekasi
2005– 2008 Madrasah Aliyah Negeri 8 Jakarta Utara
2008 – 2012 S1 – Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
RIWAYAT ORGANISASI
2003 – 2005 Pengurus OSISMadrasah Tsanawiah ANNUR Bekasi
2002 – 2005 Anggota PASKIBRA Madrasah Tsanawiah ANNUR Bekasi
2006 – 2008 Pengurus OSISMadrasah Aliyah Negeri 8 Jakarta Utara
2007 – 2008 Pengurus ROHISMadrasah Aliyah Negeri 8 Jakarta Utara
2007 – 2008 Anggota KIRMadrasah Aliyah Negeri 8 Jakarta Utara
2010 – 2011 BEMJ Kesehatan Masyarakat (Jabatan Staff Dana dan Usaha)
PRAKTEK KERJA LAPANGAN :
Praktek Kerja di PT. Waskita Karya, pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Non-Tol Antasari-Blok M (stage 1 : Pasar Inpres Cipete - Lapangan Mabak Blok M)
Periode : Februari 2012 – Maret 2012 Rincian Pekerjaan :
vii hamba-hambanya. Rasa syukur senantiasa terucapkan kepada-Nya atas segala nikmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam juga tak lupa terucapkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.
Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat Di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012” disusun sebagai syarat kelulusan.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, tentunya bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, arahan, koreksi, saran, motivasi dan semangat. untuk itu penulis ucapkan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Mamah dan Bapakku tercinta, yang selalu mendoakan aku dan mengajarkan aku untuk selalu berusaha, memberikan dukungan baik secara moril maupun materiil, dan kepada Mba Sinta dan Mas Sigit ku tersayang yang selalu memberikan motivasi.
viii
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Iting Sofwati, ST, MKKK selaku Dosen Pembimbing I, makasih sebanyak-banyaknya saya ucapkan untuk ibu yang telah membantu dalam memberikan bimbingan dan masukan dari awal penyusunan skripsi ini hingga akhir, hingga skripsi ini dapat terselesaikan. ”love you full deh pokonya buat ibu, heheee....”
5. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku dosen pembimbing II, saya ucapkan terima kasih atas kesediaan bapak untuk membimbing saya dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir pak.
6. Ibu Riastuti Kusumawardani, SKM, MKM selaku ketua penguji terimakasih atas saran dan masukannya.
7. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, Mkes sebagai anggota penguji 1 dalam skripsi ini. 8. Ibu Minsarnawati Tahangnacca, SKM, MKes sebagai anggota penguji 2 dalam skripsi
ini
9. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
10.Bapak Ahmad Ghozali selaku staf Program Studi Kesehatan Masyarakat, terimakasih atas semua bantuannya dalam mengurus berkas-berkas yang diperlukan untuk keperluan sidang maupun wisuda.
ix
cepet selesein skripsi dan ngembantu gw juga dalam menyelasikan skripsi ini. Ngenggalau bareng dengan membicaran hal itu-itu lagi ...hahahahahhaah
13.Sobat tersayang (Mizna) yang juga selalu memberikan dukungan, temen-temen kosan ku (viul dan zum) yang selalu susah senang bersama dalam suka dan duka (hehe....), 14.Tak lupa juga kepada seluruh teman-teman angkatan 2008 yang tidak bisa dituliskan
namanya satu persatu, banyak kenangan indah yang telah dilalui bersama dengan kalian semua.
15.dan untuk semua pihak yang tidak bisa dituliskan namanya satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca lain.
Jakarta, September 2012
x
1.3. Pertanyaan Penelitian --- 11
1.4. Tujuan Penelitian --- 12
xi
2.1.3. Gejala-Gejala Carpal tunnel Syndrome --- 18
2.1.4. Klasifikasi Carpal tunnel Syndrome--- 19
2.1.5. pemeriksaan Klinis / Diagnosa Carpal tunnel Syndrome --- 20
2.1.6. Pencegahan dan Penanganan Medis Carpal tunnel Syndrom --- 25
2.1.6.1. Pencegahan Carpal tunnel Syndrome --- 25
2.1.6.2. Pengobatan Carpal tunnel Syndrome --- 28
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Carpal tunnel Syndrome ---- 33
2.3. Kerangka Teori --- 46
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS 5.1. Bagian Sekretariat di Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum --- 67
xii
Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012 --- 69 5.2.2. Faktor Personal (Jenis Kelamin dan Usia) pada Operator Komputer
Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012 --- 74 5.2.3. Faktor Pekerjaan (Posisi janggal pada Tangan dan Masa Kerja) pada
Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012 --- 75 5.3. Analisis Bivariat --- 77
5.3.1. Hubungan Faktor Personal (Jenis Kelamin dan Usia) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012 --- 77 5.3.2. Hubungan Faktor Pekerjaan (Posisi Janggal pda Tangan dan Masa
kerja) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012 --- 79
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian --- 82 6.2. Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) --- 83 6.3. Hubungan antara Faktor Personal (Jenis Kelamin dan Usia) dengan Dugaan
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) --- 87
6.3.1. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)--- 87
6.3.2. Hubungan Usia dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) ---- 91 6.4. Hubungan antara Faktor Pekerjaan (Posisi Janggal pada Tangan dan Masa
Kerja) dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) --- 93 6.4.1. Hubungan antara Posisi Janggal pada Tangan dengan Dugaan
xiii
Syndrome (CTS)--- 97
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan --- 100
7.2. Saran --- 101
7.2.1. Bagi Perusahaan --- 101
7.2.2. Bagi Operator Komputer --- 102
7.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya --- 102
DAFTAR PUSTAKA --- 104
xiv
Nomor Tabel Halaman 2.1 Pemeriksaan Fisik Carpal tunnel Syndrome ... 21
5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ... 69 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia pada
Operator Komputer Bagian Sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ... 74 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Posisi Janggal dan Masa Kerja
pada Operator Komputer Bagian Sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ... 75 5.4 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dan Usia dengan Dugaan
Carpal Tunel Syndrome (CTS) pada Operator Komputer Bagian
Sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ... 77 5.5 Analisis Hubungan antara Posisi Janggal pada Tangan dan Masa
xv
Nomor Gambar Halaman
2.1 Anatomi PergelanganTangan ... 16
2.2 Gerakan Senam 1... 26
2.3 Gerakan Senam 2... 26
2.4 Gerakan Senam 3... 27
2.5 Gerakan Senam 4... 27
2.6 Gerakan Senam5... 27
2.7 Gerakan Senam6... 28
2.8 Saat Terapi Operatif ... 32
2.9 Setelah Terapi Operatif ... 32
2.10 Posisi Tangan Saat Menggunakan Keyboard ... 38
2.11 Posisi Tangan Saat Menggunakan Mouse ... 39
2.12 Keyboard Qwerty ... 41
2.13 Keyboard Dvorak ... 42
2.14 Keyboard Klockenberg ... 42
2.15 Vertical Mouse... 43
2.16 Letak Keyboard dan Mouse ... 45
4.1 Kuesioner Klinis untuk Diagnosis Carpal Tunnel Syndrome ... 60
xvi DAFTAR GRAFIK
Nomor Grafik Halaman 5.1 Risiko Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator
computer di Masing-Masing Bagian ... 70 5.2 Persentase Keluhan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator
Komputer bagian Sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ... 72 5.3 Distribusi Hasil Kuisoner pada Operator Komputer Bagian
Sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ... 73 5.4 Persentase Hasil Observasi Posisi Janggal Saat Penggunaan Mouse
ataupun Keyboard oleh Operator Komputer Bagian Sekretariat Inspektorat Jendral Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2012 ... 76 6.1 Persentase Wanita Berdasarkan Usia dengan Dugaan Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator Komputer ... 90
xvii Lampiran 1 Surat Balasan Perizinan Penelitian Lampiran 2 Inform Consent
Lampiran 3 Kuesioner
1 1.1.Latar Belakang
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) disebabkan oleh trauma secara akumulatif
yaitu ketika tangan digerakkan berulang-ulang pada periodesasi waktu yang lama
dengan jumlah gerakan pada jari-jari dan tangan yang berlebihan.Hal tersebut
menyebabkan otot atau ligamen dapat menjadi meradang sebagai akibat dari
penekanan otot dan ligamen serta pembendungan terowongan karpal (Haque, 2009).
Peradangan tersebut mengakibatkan jaringan di sekitar saraf menjadi bengkak, sendi
menjadi tebal, dan akhirnya menekan saraf medianus atau saraf tengah di bagian
pergelangan yang dapat mengakibatkan parastesia, mati rasa, dan kelemahan otot di
tangan (Aizid, 2011).
Peradangan yang terjadi pada tangan akibat tertekannya saraf medianus atau
saraf tengah dapat menimbulkan suatu gejala. Gejala yang ditimbulkan umumnya
dimulai dengan gejala sensorik walaupun pada akhirnya dapat pula menimbulkan
gejala motorik. Pada awalnya gejala yang sering dijumpai adalah rasa nyeri, tebal
(numbness) dan rasa seperti aliran listrik (tingling) pada daerah yang diinnervasi
oleh nervus medianus. Seringkali gejala pertama timbul saat malam hari yang
menyebabkan penderita terbangun dari tidurya (Rambe, 2004). Penyakit ini harus
segera diatasi sebelum terlambat, karena rasa nyeri pada tangan akan semakin sering
segera diobati maka penyakit ini dapat berpotensi mengakibatkan kelumpuhan
tangan (Aizid, 2011).
Terjadinya kelumpuhan pada tangan dapat menjadi masalah besar bagi
manusia, karena sebagian besar kegiatan yang dilakukan oleh manusia adalah
dengan menggunakan tangan. Pada kondisi masyarakat yang sekarang ini, interaksi
manusia dengan mesin semakin sering terjadi, sehingga dalam kehidupan sehari-hari
banyak aktivitas atau keadaan yang dapat memacu tingginya kasus Carpal Tunnel
Syndrome (CTS), salah satunya adalah pekerjaan yang menggunakan komputer.
Kegiatan yang selalu melibatkan keyboard dan mouse dapat menimbulkan
cidera urat tangan, lengan dan bahu. Beribu kali jari-jari tangan mengulang gerakan
menekan tuts keyboard ketika mengetik, dengan tangan yang mencengkram dan
menggeser mouse sehinga tanpa disadari terjadi akumulasi kerusakan pada badan
secara keseluruhan, padahal sesungguhnya Allah tidak menyukai hambanya
berlebih-lebihan seperti yang terdapat pada QS. Al-An'aam (Al-An'am) [6] : ayat
141 yang berbunyi ; “dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”. Allah melarang berlebih-lebihan
karena hal itu sangat berbahaya bagi kesehatan dan dapat menimbulkan
bermacam-macam penyakit yang mungkin membahayakan jiwa. Allah Yang Maha Pengasih
kepada hamba-Nya tidak menyukai hamba-Nya yang berlebih-lebihan itu. Demikian
halnya dengan sabda Nabi Muhammad yang berkaitan dengan konteks kesehatan
fisik yang berbunyi “ sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu” dalam
dalam beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniah terabaikan dan kesehatannya
terganggu (Shihab, 2000).
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan sama halnya dengan orang yang
melakukan pekerjaan yang berlebihan seperti melakukan gerakan berulang yang
berlebihan dalam menggunakan keyboard ataupun mouse tidak diperbolehkan karena
dapat menyebabkan kebutuhan jasmaniah terabaikan dan kesehatannya terganggu.
Gerakan berulang yang dilakukan pada pergelangan tangan dalam waktu lama dan
tanpa istirahat, akan meningkatkan tekanan dalam tunnel, dilanjutkan terjadinya
peradangan, sehingga terjepitlah nervus medianus yang akhirnya menimbulkan
gejala terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (Aizid, 2011).
Gerakan berulang pada pergelangan tangan tersebut banyak dijumpai pada
pekerja kantoran yang pekerjaan utamanya adalah duduk di depan komputer, dimana
tangan menjadi salah satu organ tubuh yang digunakan dalam jangka waktu lama
(seperti memegang mouse dan mengetik) yang umumnya menggunakan kombinasi
antara kekuatan dan pengulangan gerakan pada jari-jari dan tangan, selama periode
waktu yang lama, dapat menjadi salah satu alasan mengapa keluhan Carpal Tunnel
Syndrome kini mulai banyak diderita oleh pekerja kantoran.(Aizid, 2011). Pendapat
tersebut dipertegas oleh Biro Statistik Tenaga kerja Internasional yang menyatakan
bahwa mengetik menghasilkan absen terpanjang dari pekerjaan pada tahun 2002, dan
adanya bukti kuat hubungan positif antara kerja berulang dengan faktor-faktor
pekerjaan lain dengan CTS.
Menurut Departemen Tenaga Kerja AS, Ocupational Safety and Health
mahal, mempengaruhi ratusan ribu pekerja Amerika, dan biaya lebih dari $ 20 miliar
per tahun sebagai kompensasi pekerja. penggunaan mouse komputer lebih dari 20
jam setiap pekan atau 3 jam 20 menit setiap harinya, memiliki risiko 2,6 kali lebih
untuk mengalami gejala Carpal Tunnel Syndrome (Hedge, 2004).
Bagi seseorang yang selalu bekerja di depan komputer bahkan menghabiskan
waktu berjam-jam dan melakukan kesalahan dalam menggunakan mouse sehari-hari
akan berakibat pada timbulnya Carpal Tunnel Syndrome. Risiko terjadinya Carpal
Tunnel Syndrome 10% lebih banyak pada orang dewasa dimana wanita berisiko 3
kali lipat lebih banyak daripada pria dan terbanyak terjadi pada usia 40-50 tahun dan
angka kejadian kurang lebih 515/1000 populasi di USA pada 102 tangan (92 orang).
(Purwanti, 2011). NIOSH (The National Institute for occupational Safety and
Health) di tahun 1990, memperkirakan 15%-20% pekerja Amerika berisiko
menderita Cumulative Trauma disorders (CTDs).The National Safety Council (NCS)
melaporkan, kurang lebih 960.000 kasus CTDs di kalangan pekerja amerika tahun
1992.Catatan Bureau of Labor Statistics (BLS) 1992, menunjukkan bahkan dari
seluruh kasus CTDs yang dilaporkan, separuhnya didiagnosis sebagai Carpal Tunnel
Syndrome.(Wichaksana, 2002)
Studi yang dilakukan oleh Mayo Clinic melihat CTS pada pengguna
komputer menyimpulkan bahwa 3,5% dari pengguna komputer memiliki CTS yang
mirip dengan populasi umum. Dan studi yang dilakukan oleh Anderson (2007)
menunjukkan bahwa CTS mempengaruhi 1% sampai 2 % dari populasi umum. Oleh
karena itu, persentase pengguna komputer dengan CTS (3,5%) lebih besar dari
dilakukan oleh Roquelaure (2008) melihat hubungan status pekerjaan dengan tingkat
insiden CTS, hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kejadian rata-rata CTS
lebih tinggi pada pekerja yaitu 75% pada pria dan 67% pada perempuan dari pada
individu yang menganggur. Menurut Kantor Tenaga kerja dan Statistik di USA
Tahun 2003, jumlah pekerja yang tidak masuk kerja akibat terkena Carpal Tunnel
Syndrome adalah 3,7 orang dari seluruh pekerja di Negara ini. Pegawai tersebut
rata-rata kehilangan hari untuk bekerja yaitu 23 hari/tahun, dengan ganti rugi pekerja
yang terkena Carpal Tunnel Syndrome adalah 2 milliar pertahun (Haque, 2009).
Selain itu salah satu penelitian tentang Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja
di instasi pemerintahan juga pernah dilakukan, yaitu mengenai Gambaran Keluhan
Subjektif Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Akibat Penggunaan Komputer Pada
Pekerja Data Entry Di Arsip Nasional Republik Indonesia, dimana didapatkan hasil
bahwa keluhan subyektif yang paling banyak dialami responden adalah pegal pada
lengan, pergelangan / jari-jari saat bekerja atau setelah bekerja yaitu sebanyak 54,2
%, yang diikuti dengan adanya keluhan nyeri dari tangan sampai bahu dan tidak kuat
menggenggam tangan dalam jumlah yang sama sebanyak 29,2%., sedangkan
keluhan yang tidak pernah dirasakan adalah bengkak pada jari-jari tangan dan tangan
tidak bisa membedakan antara panas dan dingin. (Rusmayani, 2002).
Pemakaian komputer telah berkembang dalam pemerintahan, sebagaimana
tertuang dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, bahwa pemanfaatan teknologi informasi berperan penting
untuk kesejahteraan masyarakat, yang berdampak dalam meningkatkan efektivitas
menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya.
Secara spesifik, dalam pasal 107 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
dijelaskan bahwa pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik bertujuan
untuk: meningkatkan transparansi dan akuntabilitas; meningkatkan akses pasar dan
persaingan usaha yang sehat; memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan;
mendukung proses monitoring dan audit; dan memenuhi kebutuhan akses informasi
yang real time.
Salah satu Kementerian yang memanfaatkan teknologi elektronik berupa
komputer adalah Kementerian pekerjaan umum untuk membuat suatu laporan
ataupun dalam mengakses data. Akses Data Kementerian Pekerjaan Umum adalah
salah satu cara atau metode untuk melihat, mengirim, mengambil, dan menggunakan
Data Kementerian Pekerjaan Umum dalam rangka pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara. Sistem Informasi untuk Akses Data Kementerian
Pekerjaan Umum adalah suatu sistem yang terdiri dari sistem aplikasi komputer
(Nota Kesepahaman Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Dengan
Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 21
/KB/X‐XIII.2/12/2010)
Namun berdasarkan hasil dari evaluasi kinerja pada Kementerian dinyatakan
bahwa Kementerian PU belum melakukan kinerja yang baik untuk dapat
menjalankan organisasi dan manajemen dalam melakukan penetapan berbagai
prinsip pengelolaan sumber daya dan terhadap pencapaian hasil-hasil organisasi
Manusia (SDM) yang belum ideal (Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi
Kementerian, 2011).
Berdasarkan hal tersebut maka dipilih Direktorat Jenderal Kementerian
Pekerjaan Umum sebagai tempat penelitian karena secara tidak langsung untuk
meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dilakukan peningkatan beban kerja
pada pekerja, baik pada pekerja yang melakukan pengawasan maupun pada pekerja
yang melakukan perencanaan, pemograman, dan penganggaran yang terdapat pada
bagian Sekretariat. Bagian pengawasan melaksanakan pengendalian/pengawasan
pelaksanaan agar pelaksanaan pekerjaan di lapangan sesuai dengan mutu, biaya, dan
waktu yang ditentukan serta tercapainya tertib administrasi yang
penyelenggaraannya dilakukan secara terpadu melalui koordinasi Sekretariat
Jenderal. (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 02/ PRT/ M/ 2008).
Sedangkan bagian Sekretariat melakukan kegiatan berupa penyusunan dan
perubahan perencanaan, pemrograman dan penganggaran kegiatan Departemen
Pekerjaan Umum sebagai kesatuan yang tidak terpisahkan dengan peraturan Menteri
ini. selain itu juga melakukan perencanaan jangka menengah dan tahunan,
pemrograman dan penganggaran tahunan kegiatan. Setiap perubahan rencana,
program, dan anggaran kegiatan dapat dilaksanakan melalui koordinasi Sekretariat
Jenderal setelah sebelumnya mendapatkan persetujuan tertulis dari Pejabat Eselon-I
terkait sebagai penanggung jawab program (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor : 02/ PRT/ M/ 2008).
Dengan kata lain bagian Sekretariat merupakan bagian yang paling banyak
perencanaan, dan penganggaran kegiatan Departemen Pekerjaan Umum, sedangkan
bagian pengawasan hanya melakukan pengawasan dilapangan agar sesuai dengan
mutu dan waktu yang telah ditentukan. Dengan begitu pekerja pada bagian
secretariat dapat menghabiskan waktu yang lama didepan komputer dimana tangan
menjadi salah satu organ tubuh yang banyak digunakan, sehingga jari-jemari akan
digunakan secara berulang dalam jangka waktu yang lama saat memegang mouse
maupun menekan tuts-tuts keyboard, hal tersebut akan meningkatkan tekanan dalam
tunnel, dilanjutkan terjadinya peradangan, sehingga terjepitlah nervus medianus
yang akhirnya dapat menimbulkan gejala terjadinya Carpal Tunnel Syndrome
(Aizid, 2011).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Mei tahun
2012 diketahui dari 15 pekerja yang menggunakan komputer di bagian Sekretariat
Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum, didapatkan 11 dari 15 pekerja
atau 73,3% mengalami keluhan berupa gejala Carpal Tunnel Syndrome. Dengan
spesifikasi masing-masing jumlah orang dengan keluhan sakit/ nyeri sebanyak 9
orang (60%), kesemutan sebanyak 13 orang (87,6%), mati rasa sebanyak 8 orang
(53,3%), bengkak pada tangan khususnya di pagi hari sebanyak 4 orang (26,7%),
terbangun pada malam hari karena nyeri pada tangan sebanyak 3 orang (2%), dan tes
phalen’s dengan timbulnya gejala – gejala Carpal Tunnel Syndrome dalam waktu 1
menit adalah sebanyak 11 orang (73,3%).
Berdasarkan studi pendahuluan tersebut dan berdasarkan informasi dari
Bagian Sekretariat, bahwa sampai saat ini belum pernah dilakukan suatu penelitian
gangguan pada pergelangan tangan yaitu Carpal Tunnel Syndrome pada operator
komputer, dan berdasarkan informasi dari pekerja rata-rata operator komputer
menggunakan komputer selama 5-6 jam dari jumlah jam kerja pekerja Inspektorat
Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum yaitu 8 jam sehari. Dengan lamanya
penggunaan komputer tersebut dapat memicu untuk menimbulkan Carpal Tunnel
Syndrome karena penggunaan mouse komputer selama 3 jam 20 menit setiap
harinya, memiliki risiko 2,6 kali lebih untuk mengalami gejala Carpal Tunnel
Syndrome. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merasa perlu untuk
mengangkat penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat
di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
1.2.Rumusan Masalah
Operator komputer dapat berisiko mengalami Carpal Tunnel Syndrome
(CTS), karena pekerjaan utama operator komputer adalah duduk di depan komputer,
dimana tangan digunakan secara berulang dalam jangka waktu yang lama (seperti
memegang mouse dan mengetik) dan tanpa istirahat, akan meningkatkan tekanan
dalam tunnel, dilanjutkan terjadinya peradangan, sehingga terjepitlah nervus
medianus yang akhirnya menimbulkan terjadinya keluhanCarpal Tunnel Syndrome
(Aizid, 2011).
Sebuah survei nasional besar Inggris menemukan bahwa penggunaan
pergelangan tangan dan penggunaan mouse komputer selama 3 jam 20 menit setiap
harinya, memiliki risiko 2,6 kali lebih untuk mengalami gejala Carpal Tunnel
Syndrome.(Hedge, 2004). Berbagai faktor juga dapat menyebabkan terjadinya gejala
Carpal Tunnel Syndrome yaitu faktor personal yang terdiri dari usia, jenis kelamin,
obesitas dan riwayat penyakit (reumatoid arthritis, fraktur, diabetes mellitus). Faktor
pekerjaan yang terdiri dari pengulangan pada tangan (masa kerja dan lama kerja) dan
posisi janggal pada tangan.sedangkan faktor workstation terdiri dari bentuk dan letak
keyboard serta bentuk dan letak mouse (Ali, 2006 ; Grandjean, 1987; Boz, 2003 ;
Barcenilla et al, 2012).
Gejala yang sering timbul akibat terjadinya Carpal Tunnel Syndrome adalah
nyeri, kesemutan, atau mati rasa pada jari-jari tangan, terutama ibu jari, telunjuk, dan
jari tengah.Gejala tadi memburuk pada malam hari ataupun sesudah fleksi yang
lama(Aizid, 2011; Rambe, 2004). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan
pada bulan Mei tahun 2012 diketahui dari 15 operator komputer Bagian Sekretariat
di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum, didapatkan 11 dari 15
pekerja atau 73,3% mengalami keluhan berupa gejala Carpal Tunnel Syndrome.
Dengan spesifikasi masing-masing jumlah orang dengan keluhan sakit/ nyeri
sebanyak 9 orang (60%), kesemutan sebanyak 13 orang (87,6%), mati rasa sebanyak
8 orang (53,3%), bengkak pada tangan khususnya di pagi hari sebanyak 4 orang
(26,7%), terbangun pada malam hari karena nyeri pada tangan sebanyak 3 orang
(2%), dan tes phalen’s dengan timbulnya gejala – gejala Carpal Tunnel Syndrome
Berdasarkan teori dan data-data di atas, terdapat gejala Carpal Tunnel
Syndrome yang sering dirasakan pada operator komputer.Untuk itu peneliti tertarik
melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dugaan
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di
Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran terjadinya Dugaan Carpal Tunnel Syndrome(CTS)
pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012?
2. Bagaimana gambaran faktor personal (jenis kelamin, dan usia,) pada operator
komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan
Umum Tahun 2012?
3. Bagaimana gambaran faktor pekerjaan (postur janggal pada tangan dan masa
kerja) pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012?
4. Apakah ada hubungan faktor personal (jenis kelamin, dan usia) dengan
dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer bagian
sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun
2012?
5. Apakah ada hubungan faktor pekerjaan (postur janggal pada tangan, dan
masa kerja) dengan dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator
komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan
1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum
Mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dugaan Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) Pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di
Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
1.4.2. Tujuan khusus
1. Diketahuinya gambaran Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada
Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
2. Diketahuinya gambaran faktor personal (jenis kelamin, dan usia,) pada
Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
3. Diketahuinya gambaran faktor pekerjaan (posisi janggal pada tangan dan
masa kerja) pada Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat
Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
4. Diketahuinya hubungan faktor personal (jenis kelamin, dan usia) dengan
Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Operator Komputer Bagian
Sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum Tahun
2012.
5. Diketahuinya hubungan faktor pekerjaan (posisi janggal pada tangan dan
masa kerja) dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada
Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal
1.5.Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Mahasiswa
1. Sebagai tahap awal pembelajaran dalam melakukan penelitian dan
menambah wawasan untuk lebih mengetahui Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada
Operator Komputer Bagian Sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2012.
2. Dapat menjadi suatu tahapan awal dalam bersosialisasi dengan para
pekerja di Inspektorat Jenderal Kementerian pekerjaan Umum,
sehingga lebih mengetahui dunia kerja
1.5.2. Bagi Fakultas
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan
referensi serta membuka wawasan ilmiah bagi civitas akademik
program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam negeri syarif
Hidayatullah Jakarta mengenai Carpal Tunnel Syndrome(CTS).
1.5.3. Bagi Perusahaan
1. Dengan adanya hasil penelitian ini perusahaan dapat mengetahui
Dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer
bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan
2. Dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam melakukan pencegahan
maupun penanggulangan terhadap Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
pada operator komputer bagian sekretariat di Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum.
1.6. Ruang Lingkup penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain
crossectional yang dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan
dugaan Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada operator komputer bagian sekretariat
di Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum karena operator komputer di
Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum selalu melakukan gerakan
berulang pada jari saat melakukan pengetikan dan menggunakan mouse, dimana
bekerja selama 8 jam sehari dengan pemakaian komputer rata-rata selama 5-6 jam
perhari yang pastinya memiliki risiko untuk terjadinya Carpal Tunnel
Syndrome(CTS).
Penelitian dilakukan di bagian Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan
Umum, dengan subjek penelitian seluruh operator komputer bagian tersebut yaitu
sebanyak 240 orang. Penelitian dilakukan pada bulan bulan Juli-Agustus tahun
2012. Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 102 operator komputer. Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer didapatkan dengan melakukan penyebaran kuesioner, pemeriksaan
fisik dan observasi lapangan. Sedangkan data sekunder yaitu data berupa profil
15 2.1. Carpal Tunnel Syndrome
2.1.1. Definisi Carpal Tunnel Syndrome
Carpal Tunnel Syndrome (CTS/ Sindrom Terowongan Karpal), atau
penyakit saraf menengah di pergelangan tangan, adalah suatu kondisi medis
dimana saraf tengah tertekan di bagian pergelangan yang mengakibatkan
parastesia, mati rasa dan kelemahan otot di tangan. Carpal Tunnel Syndrome
merupakan salah satu jenis penyakit akibat terjadinya Cumulative Trauma
Disorders (CTD), yaitu sekumpulan gangguan atau kekacauan pada sistem
muskuloskeletal (musculosceletal disorders) berupa cedera pada syaraf, otot,
tendon, ligamen, tulang dan persendian pada titik-titik ekstrim tubuh bagian
atas (tangan, pergelangan, siku dan bahu), tubuh bagian bawah (kaki, lutut
dan pinggul) dan tulang belakang (punggung dan leher) (Kuntodi, 2008).
Kelainan (penyakit) ini dapat terjadi akibat adanya proses peradangan
pada jaringan-jaringan di sekitar saraf medianus (tendon dan teosynovium)
yang ada dalam terowongan karpal. Peradangan tersebut mengakibatkan
jaringan disekitar saraf menjadi bengkak, sendi menjadi tebal, dan akhirnya
menekan saraf medianus. Penekanan saraf medianus ini lebih lanjut akan
sehingga menyebabkan berbagai gejala pada tangan dan pergelagan tangan
(Aizid, 2011).
Carpal Tunnel Syndrome adalah gangguan pada syaraf yang
disebabkan karena terperangkapnya nervus medianus dan atau karena adanya
penekanan pada nervus medinus yang melewati terowongan karpal, gangguan
pada syaraf ini berhubungan dengan pekerjaan yang mempunyai paparan
getaran dalam jangka waktu panjang secara berulang (Pakasi, 2005).
2.1.2. Anatomi Pergelangan Tangan Carpal Tunnel Syndrome
Gambar 2.1. Anatomi Pergelangan Tangan Carpal Tunnel Syndrome (Sumber : American academy of orthopedic surgeons (AAOS), 2009)
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) merupakan
terowongan sempit yang berada di dalam dasar pergelangan tangan. Bagian
bawah dan sisi terowongan ini dibentuk oleh pergelangan tangan (karpal)
tulang. Bagian atas terowongan ditutupi oleh sebuah band yang kuat dari
median dari lengan bawah ke tangan melalui terowongan di pergelangan
tangan. Saraf median mengontrol perasaan di sisi telapak ibu jari, jari
telunjuk, dan jari yang panjang. Saraf juga mengontrol otot-otot di sekitar
dasar jempol. Tendon yang menekuk jari-jari dan ibu jari juga berjalan
melalui terowongan karpal, tendon ini disebut tendon fleksor (American
Academy Of Orthopedic Surgeons, 2009).
Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan
pada jari-jari tangan. Jari tangan dan otot-otot flexor pada pergelangan tangan
beserta tendon-tendonnya berinsersi pada tulang-tulang metaphalangeal,
interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari
tangan dan jempol. (Beatrice, 2012). Carpal Tunnel Syndrome (CTS) terjadi
ketika jaringan sekitarnya tendon fleksor pada pergelangan tangan
membengkak dan memberikan tekanan pada saraf median. Jaringan-jaringan
ini disebut sinovium. Sinovium melumasi tendon dan membuatnya lebih
mudah untuk memindahkan jari. Pembengkakan sinovium mempersempit
ruang tertutup dari terowongan karpal (American Academy Of Orthopedic
2.1.3. Gejala-Gejala Carpal Tunnel Syndrome
Gejala yang paling umum dari Carpal Tunnel Syndrome adalah
kesemutan, mati rasa, lemah atau sakit yang terasa di jari atau telapak tangan
(lebih jarang terjadi). Gejala yang paling sering terjadi di bagian saraf tengah
adalah pada bagian jempol, telunjuk, jari tengah, dan setengah dari jari manis
(Aizid, 2011), Sedangkan Rambe (2004) menjelaskan bahwa pada tahap awal
gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja, gangguan motorik hanya
terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa parestesia,
kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling)
pada jari dan setengah sisi radial jari walaupun kadang-kadang dirasakan
mengenai seluruh jari-jari. Keluhan parastesia biasanya lebih menonjol di
malam hari. Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih
berat pada malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari
tidurnya.
Menurut Djojodibroto (1999) yang dikutip oleh Rusdi (2007)
menyebutkan bahwa gejala dari Carpal Tunnel Syndrome adalah sebagai
berikut:
1. Karakteristik parastesia, nyeri, lemah pada jari-jari menurut distribusi
Nervus Medianus distal.
2. Gejala tadi memburuk pada malam hari ataupun sesudah fleksi yang
3. Hilangnya rasa raba permukaan tangan sebelah medial
4. Kelemahan tenar/atrofi
5. Hubungan dengan kerja dinilai secara hati-hati, penggunaan tangan,
posisi tangan, dan sering atau beratnya kekuatan atau tekanan pada
pergelangan tangan atau vibrasi.
6. Gejala berkurang setelah istirahat kerja.
2.1.4. Klasifikasi Carpal Tunnel Syndrome
Menurut Asworth (2009) Carpal Tunnel Syndrome biasanya dibagi
menjadi ringan, sedang, dan berat.
1. Level 1/ ringan/ mild
Carpal Tunnel Syndrome ringan memiliki kelainan sensorik saja
pada pengujian elektrofisiologis. Rasa perih / rasa tersengat dan nyeri
atau gejala Carpal Tunnel Syndrome yang terjadi dapat berkurang dengan
istirahat atau pijat.
2. Level 2/ sedang / moderate
Carpal Tunnel Syndrome sedang memiliki gejala sensorik dan
motorik. Gejala lebih intensif, test orthopedic dan neurologic
mengindikasikan adanya kerusakan syaraf
3. level 3 / berat / severe
Gejala lebih parah, mengalami penurunan sensorik dan rasa nyeri
2.1.5. Pemeriksaan Klinis / Diagnosa Carpal Tunnel Syndrome
Diagnosa Carpal Tunnel Syndrome dapat didukung oleh beberapa
pemeriksaan, yaitu :
1. Pemeriksaan fisik
Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita
dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik, ototnom
tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu
menegakkan diagnosa Carpal Tunnel Syndrome adalah sebagai berikut
Tabel 2.1. Pemeriksaan Fisik Carpal Tunnel Syndrome
Wrist Extenstion Test Phalen’s Test Tinel’s Test Pressure Test Luthy’s Sign (Bottle’s Test) kurang dari 120 detik timbul gejala seperti dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh
dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan
positive dan
mendukung diagnosa.
2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik), (Rambe, 2004)
a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrasi, polifastik,
gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada
otot thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada
otot-otot lumbikal, EMG bisa normal pada 31% kasus Carpal Tunnel
Syndrome.
b. Kecepatan hantar saraf (KHS). Pada 15-25 % kasus , KHS bisa
normal. Pada lainnya, KHS akan menurun dan masa laten distal
(distal latency) memanjang. Menunjukkan adanya gangguan pada
konduksi saraf di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih
sensitive dari masa laten motorik.
3. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan sinar x pada terhadap pergelangan tangan dapat
membantu melihat apakah ada penyebab lain, seperti fraktur atau
arthritis. Foto pales leher berguna untuk menyingkirkan adanya
penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan MRI dilakukan pada
kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi (Rambe, 2004).
Namun American Academy of Neurology telah menggambarkan
kriteria diagnostik yang mengandalkan pada kombinasi gejala dan
hasil dari penelitian elektrofisiologi. Sedangkan diagnosa kejadian
Carpal Tunnel Syndrome sebagai akibat pekerjaan menurut National
Institute for Ocupational Safety and Health (NIOSH) pada tahun 1989
berupa : (Barcenilla, 2012)
1. Terdapatnya salah satu atau lebih gejala parastesia,
hipoanastesia, sakit / baal/ mati rasa pada tangan yang
berlangsung sedikitnya 1 minggu atau bila tidak terjadi secara
terus menerus, sering terjadi pada berbagai kesempatan.
2. Secara objektif dijumpai hasil tes Tinel’s atau tes phalen positif
atau berkurang sampai hilangnya rasa sakit pada kulit telapak dan
jari tangan. Diagnosa dapat pula ditegakkan mlalui pmeriksaan
elektrodiagnostik antara lain dengan pemeriksaan elektromiografi.
3. Adanya riwayat pekerjaan seperti melakukan pekerjaan berulang
atau repetitive, pekerjaan yang disertai kekuatan tangan, fleksi
ekstensi, dan deviasi gerakan pergelangan dan jari tangan,
menggunakan alat dengan getaran tinggi serta terjadi tekanan
2.1.6. Pencegahan dan Penanganan Medis Carpal Tunnel Syndrome 2.1.6.1. Pencegahan Carpal Tunnel Syndrome
Adapun upaya pencegahan yang dapat dilakukan, diantaranya
adalah : (Aizid, 2011)
Biasakan agar pergelangan tangan dalam posisi netral atau lurus
Gunakan semua jari-jari untuk memegang benda
Disela-sela kesibukan, usahakan selalu mengistirahatkan tangan
setiap 15-20 menit
Gunakan pulpen dengan diameter besar agar mengurangi
tekanan
Rutin melakukan latihan peregangan otot-otot tangan dan
lengan bawah.
Sedangkan berdasarkan penelitian intensif yang telah
dilakukan oleh American Academy of Orthopaedic Surgeons telah
menemukan bahwa senam gerakan pergelangan-tangan saat memulai
pekerjaan dan selama waktu-waktu jeda bisa membantu mencegah
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) . Agar menjadi efektif, senam
gerakan pergelangan-tangan ini harus dilakukan saat memulai setiap
jenis pekerjaan dan setelah jeda di masing-masing jenis pekerjaan.
Senam gerakan pergelangan-tangan telah dibuktikan mengurangi
tekanan saraf medianus dan mengurangi kemungkinan terjadinya
Pekerja yang intensif menggunakan tangan, khususnya mouse
komputer, harus melakukan senam pemanasan selama lima menit
sebelum memulai bekerja, seperti halnya atlet lomba lari yang
meregangkan otot sebelum berlari untuk mencegah cedera. Berikut
gerakan-gerakan senam pergelangan-tangan yang dimaksud (Freebie,
2011):
1. Ulurkan kedua tangan ke depan dengan kuat sampai lurus dan
angkat kedua pergelangan tangan dan jari-jari tangan hingga
dalam posisi tegak lurus dengan uluran tangan. Tahan sampai 5
kali hitungan.
Gambar 2.2. Gerakan Senam 1 (Sumber: Masdin, 2010)
2. Luruskan kedua pergelangan tangan dan lemaskan jari-jari
tangan selama 5 kali hitungan.
3. Kepalkan kedua telapak tangan. Tahan sampai 5 kali hitungan.
Gambar 2.4. Gerakan Senam 3 (Sumber: Masdin, 2010)
4. Selanjutnya bengkokkan kedua pergelangan tangan ke bawah
sambil tetap mengepal. Tahan sampai 5 kali hitungan.
Gambar 2.5. Gerakan Senam 4 (Sumber: Masdin, 2010)
5. Luruskan kembali pergelangan tangan, buka kepalan dan
lemaskan jari-jari sampai 5 kali hitungan.
6. Ulangi setiap gerakan 10 kali lalu biarkan kedua lengan anda
tergantung bebas dan goyang-goyangkan selama beberapa detik.
Gambar 2.7. Gerakan Senam 6 (Sumber: Masdin, 2010)
2.1.6.2. Pengobatan Carpal Tunnel Syndrome
Untuk mengobati Carpal Tunnel Syndrome salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan terapi (Aizid, 2011), terapi tersebut yaitu :
1. Terapi konservatif
a. Beberapa terapi konservatif
i. Mengistirahatkan pergelangan tangan dan mengompresnya
dengan air dingin
ii. Pemasangan bidai pada pergelangan tangan pada posisi netral
atau lurus. Bidai bias dipasang secara terus menerus atau
hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.
iii. Pemberian vitamin B6
b. Langkah-langkah pengobatan selain terapi konservatif
Adapun pengobatan lain berdasarkan tingkat gejalanya dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
i. Skrining dan diagnosis
Saat berkonsultasi gejala dan tanda akan diupayakan
timbul. Sebagai skrining, akan diperiksa rasa sensasi jari
kelingking. Jika rasa sensasi pada jari kelingking ada, maka
kemungkinan penyebab lain harus dipikirkan. Pemeriksaan yang
dilakukan antara lain uji sensasi/ rasa pada jari-jari dan kekuatan
otot tangan. Dokter akan memberikan gerakan pada pergelangan
tangan, dan tekanan ataupun ketukan pada daerah pergelangan.
Hal ini dimaksudkan untuk memicu terjadinya gangguan,
sehingga gejala dapat timbul. Jika gejala dan tanda Carpal Tunnel
Syndrome terjadi, maka pemeriksaan lanjutan yang disarankan
meliputi Electromyogram (EMG).
ii. Bidai pada pergelangan tangan
Bidai diberikan pada posisi netral, yaitu pada tangan yang
melurus, agar terjadi rongga terowongan karpal yang maksimal.
Bidai juga sering disebut sebagai night splint, karena (terutama)
bidai akan menolong jika gejala yang terjadi belum melebihi satu
tahun.
iii. Hidoterapi dan splint
Hidroterapi atau terapi air dapat dilakukan dirumah. Pada
beberapa studi, hidroterapi telah dibuktikan cukup efisien dalam
meningkatkan sirkulasi darah pada daerah yang sakit. Caranya
dengan merendam tangan dalam air panas selama 3 menit,
kemudian dilanjutkan dengan merendam dalam air dingin selama
30 detik. Cara tersebut dilakukan sebenyak 3 – 5 kali. Metode ini
akan meningkatkan sirkulasi loka, meningkatkan pasokan nutrisi
serta oksigen, membuang berbagai sisa metabolism, mengurangi
konsentrasi zat-zat mediator inflamasi (peradangan), dan akhirnya
meredakan nyeri.
iv. Pemberian obat
Obat yang diberikan biasanya aspirin dan obat yang
termasuk golongan nonsteroidal anti-inflamatory (NSAID).
NSAID akan meredakan sakit yang terjadi akibat peradangan.
Selain NSAID, Carpal Tunnel Syndrome juga dapat ditanggulangi
dengan beberapa jenis obat, antara lain golongan anti-inflamasi
nonsteroid (aspirin, ibuprofen, naproxen). Selain itu, suplemen
vitamin B6 (piridoksin) dan B2 (ribroflavin) diduga efektif dalam
penanganan Carpal Tunnel Syndrome. Namun pemberian obat
v. Golongan steroid
Injeksi steroid terkadang perlu diberikan untuk meredakan
peradangan. Dengan demikian, tekanan pada nervus medianus
akan berkurang.
vi. Mengurangi beban tangan
Jika memang keluhan berhubungan dengan pekerjaan atau
aktivitas sehari-hari, maka penanggulangan terpnting adalah
mengurangi beban penggunaan tangan. Istirahatkan tangan atau
pergelangan tangan sekurang-kurangnya 2 minggu.
2. Terapi operatif (pembedahan)
Pembedahan merupakan pilihan terakhir dalam pngobatan
Carpal Tunnel Syndrome. Berikut adalah beberapa perawatan terapi
operatif :
a. Dekompreasi terbuka
Dalam perawatan ini, sebuah sayatan dibuat di telapak
tangan dngan anastesi lokal (hanya sebagian yang dibius) atau
anastesi umum (pasien tidur). Kemudian, ligamen karpal
melintang (bagian atas terowongan karpal) dikeluarkan dan
b. Dekompresi endoskopik
Dalam perawatan ini, dua sayatam kecil dibuat di
pergelangan tangan dan telapak tangan. Kemudian, endoskopi
(tabung berlampu kecil berisi kamera) melewati terowongan
karpal melalui sayatan tersebut. Ahli bedah kemudian
mengeluarkan ligamen karpal melintang (bagian atas terowongan
karpal) dan memotongnya serta mmbebaskan isi terowongan
karpal dari kompresi. Berikut ini adalah gambar mengenai cara
perawatan pada terapi operatif sindrom terowomham larpal ini :
Gambar 2.8. Saat Terapi Operatif (Sumber: Zikri, 2010)
2.2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Carpal Tunnel Syndrome
Menurut Boz (2003), faktor risiko Carpal Tunnel Syndrome akibat
melakukan pekerjaan dengan keyboard dapat dibagi menjadi 3 yaitu faktor
personal, pekerjaan dan workstation. Menurut Barcnilla et al (2012), Carpal Tunnel
Syndrome memiliki hubungan yang positif secara signifikan dengan pengulangan
pada tangan, postur pergelangan tangan yang salah (postur janggal), usia, jenis
kelamin, obesitas, dan telah dikaitkan dengan sejumlah kondisi medis seperti
rheumatoid arthritis, trauma/ fraktur pada tangan dan diabetes mellitus.
Sedangkan menurut Ali (2006), posisi tangan yang tertekuk memiliki risiko
yang lebih untuk terkena Carpal Tunnel Syndrome dan gerakan yang berulang pada
tangan yang dipengaruhi oleh masa kerja dan lama kerja diidentifikasi sebagai
faktor yang memberatkan untuk terjadinya Carpal Tunnel Syndrome. Disamping itu
juga dipengaruhi oleh faktor tata letak (lay-out) dari peralatan kerja seperti bentuk
keyboard dan letak keyboard, bentuk mouse dan letak mouse serta faktor pekerja itu
sendiri seperti usia dan jenis kelamin dari karyawan.(Grandjean, 1987) Berikut
beberapa faktor risiko dari Carpal Tunnel Syndrome:
1. Faktor Personal
a. Jenis kelamin
Carpal Tunnel Syndrome lebih mempengaruhi perempuan dari
laki-laki, yaitu 3,6 kali lipat lebih besar dibandingkan laki-laki (Mattioli et al,
2008). Berdasarkan Rasio antara perempuan dan pria untuk sindrom carpal
menunjukkan peningkatan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) secara
bertahap dengan meningkat sampai usia lanjut, sedangkan wanita
memuncak setelah menopause, hal tersebut secara umum konsisten dengan
konsep bahwa pada wanita mungkin ada komponen hormonal dalam
penyebab Carpal Tunnel Syndrome (CTS) (Ashworth, 2010).
Sheila (2010) menjelaskan bahwa adanya perbedaan hormonal pada
wanita, terutama saat wanita hamil dan menopause. Saat hamil disebabkan
oleh retensi cairan yang sering terjadi selama kehamilan, yang
menempatkan tekanan tambahan pada terowongan karpal dan
menyebabkan gejala. Namun Beberapa wanita tidak mengalami gejala
sampai setelah melahirkan dan awal menyusui. Menyusui sementara
menurunkan kadar hormon steroid alami, yang mempertinggi potensi
peradangan selain itu juga disebabkan oleh perbedaan anatomi tulang
karpal, dimana tulang pergelangan tangan pada wanita secara alami lebih
kecil sehingga menciptakan ruang yang lebih ketat di mana saraf dan
tendon harus lulus.
Sedangkan perubahan hormon menopause dapat menempatkan
perempuan pada risiko lebih besar untuk mendapatkan Carpal Tunnel
Syndrome karena struktur pergelangan tangan membesar dan dapat
b. Obesitas
Bray (1985) mengatakan bahwa obesitas adalah faktor risiko Carpal
Tunnel Syndrome dikarenakan oleh semakin besarnya tekanan pada syaraf
median seiring dengan semakin besarnya indeks masa tubuh. BMI juga
terkait dengan Carpal Tunnel Syndrome baik pada wanita maupun lelaki
seperti yang dilaporkan dalam studi sebelumnya (Burt et al, 2000). individu
yang diklasifikasikan sebagai obesitas (BMI> 29) adalah 2,5 kali lebih
brisiko terdiagnosis Carpal Tunnel Syndrome dibandingkan individu
ramping (BMI <20) (Trumble E et al, 2002).
c. Riwayat penyakit (diabetes, arthritis, fraktur atau patah tangan)
Riwayat penyakit memberikan kontribusi terhadap Carpal Tunnel
Syndrome, perubahan anatomi tulang karpal akibat cedera maupun patah
tangan dapat mempersempit volume tulang karpal. Carpal Tunnel
Syndrome akut jarang terjadi, biasanya terjadi karena adanya trauma pada
tulang karpal, akibat patah atau retaknya distal radius. Gejala baru akan
muncul setelah beberapa bulan-tahun setelah trauma . riwayat penyakit
yang dapat menyebabkan resiko carpat tunnel syndrome adalah :
i. Arthritis Reumatoid
Gejala di terowongan carpal ini juga umum terjadi pada lansia
penderita rematik. Dalam hal ini, saraf terjepit bukan akibat
pembesaran otot melainkan sendi di pergelangan tangan berubah
gejala terjadi pada pagi hari dan menghilang pada siang hari. Gejala
kesemutan karena rematik hilang sendiri bila rematiknya sembuh
(Wibisono, 2012).
ii. Fraktur/ Dislokasi
Keadaan lokal lainnya seperti inflamasi sinovial serta fibrosis
(seperti pada tenosinivitis), fraktur tulang carpal, dan cedera termal
pada tangan atau lengan bawah bisa berhubungan dengan Carpal
Tunnel Syndrome (saanin, 2012).
iii. Diabetes Militus
Carpal tunnel syndrom ini juga sering terjadi berkaitan dengan
kelainan yang menimbulkan demielinasi atau kelainan saraf iskemik
seperti diabetes militus (Saanin, 2012). Timbulnya neuropati pada
penderita diabetes tidak tergantung pada kadar gula darah, tetapi pada
lamanya si penderita mengidap diabetes. Semakin lama menderita
diabetes maka semakin tinggi pula rasa kesemutan itu muncul. Jadi bisa
saja seorang penderita merasakan kesemutan meskipun diabetesnya
sendiri terkontrol dengan baik.yang dirasakan biasanya kesemutan pada
ujung jari terus-menerus, kemudian disertai rasa nyeri yang menikam
seperti tertusuk-tusuk diujung telapak kaki atau tangan terutama pada
d. Usia
Carpal Tunnel Syndrome biasanya mulai terdapat pada usia 20-60
tahun (Hobby, 2005). Laki-laki menunjukkan peningkatan kejadian Carpal
Tunnel Syndrome secara bertahap dengan meningkat sampai usia lanjut,
sedangkan wanita memuncak setelah menopause (sesuai dengan kelompok
usia 50-54 tahun), hal tersebut secara umum konsisten dengan konsep
bahwa pada wanita mungkin ada komponen hormonal dalam penyebab
Carpal Tunnel Syndrome (Hadge, 2009; Mattioli, 2008; Asworth, 2010).
Namun Griffith menyatakan bahwa bahwa CTS sering dialami oleh wanita
berusia 29-62 tahun. Beberapa studi juga mengungkapkan bahwa CTS
umumnya dialami oleh wanita berusia 30an. (Kurniawan dkk, 2008)
2. Faktor pekerjaan
a. Posisi janggal pada tangan
Buckle (1997) mendeskripsikan mekanisme terjadinya Carpal
Tunnel Syndrome adalah terjadinya penegangan dan penekanan pada syaraf
median di pergelangan tangan, ketika pergelangan tangan berada dalam
posisi ektrim. Loslever dan ranaivosa, 1993 menyatakan bahwa posisi
pergelangan tangan dan tekanan yang dialami pada saat melakukan
pekerjaan atau menggunakan peralatan merupakan faktor-faktor penyerta
Menurut Humantech (1995) Postur janggal selama durasi > 10 detik
jika dipertahankan secara terus menerus maka akan menimbulkan keluhan
musculoskeletal pada tangan dan frekuensi postur janggal 30 kali secara
berulang dalam 1 menit dapat menyebabkan musculoskeletal pada tangan,
selain itu postur pergelangan tangan juga menunjukkan risiko 4 kali lebih
besar untuk terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (Barcenilla et al, 2012).
Untuk itu sebaiknya saat menggunakan keyboard dan mouse posisi tangan
tidak berada pada posisi janggal/ ekstrim atau tidak ergonomis. Ketika
menggunakan keyboard usahakan agar tangan selalu sejajar, seperti pada
gambar berikut :
Gambar 2.10. Posisi Tangan Saat Menggunakan Keyboard (Sumber: Freebie, 2011)
Sedangkan posisi tangan saat menggunakan mouse diusahakan agar
pergelangan tangan berada pada posisi tidak menggantung dan sejajar atau
sedikit berada diatas meja sehingga dengan begitu tangan tidak
menerus. Berikut ini adalah cara penggunaan mouse yang salah maupum
yang benar :
Gambar 2.11. Posisi Tangan Saat Menggunakan Mouse (Sumber: Freebie, 2011)
b. Masa kerja
Dengan peningkatan masa kerja pada tangan menunjukkan adanya
pekarjaan berulang yang dilakukan oleh tangan dalam jangka waktu yang
lama, dengan peningkatan jumlah tahun kerja menunjukkan risiko lebih
tinggi untuk terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (Ali, 2006) . Fung et al
(2007) mengidentifikasi bahwa semakin sering fleksi / ekstensi yang
berkelanjutan dari pergelangan tangan dapat meningkatkan risiko Carpal
Tunnel Syndrome. Hal tersebut juga diperkuat dengan adanya studi yang
menyatakan bahwa pengulangan dan eksposur gabungan dari kedua
kekuatan dan pengulangan dapat menimbulkan risiko dua kali lipat
terhadap terjadinya Carpal Tunnel Syndrome. (Barcenilla et al, 2012).
pada pekerja yang telah bekerja lebih dari 4 tahun bekerja (Nurqotimah et
al, 2010)
c. Lama kerja
Nurqotimah et al (2010) menjelaskan bahwa adanya hubungan
antara lama kerja dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Sebuah
survei nasional besar Inggris menemukan bahwa Keyboard yang digunakan
selama lebih dari 4 jam per hari meningkatkan risiko gejala musculoskeletal
pada pergelangan tangan. sedangkan penggunaan mouse komputer lebih
dari 20 jam setiap pekan atau 3 jam 20 menit setiap harinya, memiliki
risiko 2,6 kali untuk mengalami gejala Carpal Tunnel Syndrome (Hadge,
2004).
3. Faktor workstation
a. Bentuk dan letak keyboard
Carpal Tunnel Syndrome berisiko terjadi pada pengguna keyboard
pada komputer yang posisinya tidak baik. Karena pekerjaannya memerlukan
pergerakan pergelangan tangan secara terus-menerus (Zikri, 2010).
Penelitian menunjukan bahwa posisi keyboard merupakan salah satu faktor
penyebab Carpal Tunnel Syndrome atau nyeri otot dan persendian. Penyebab
nyeri otot dan tulang yang disebabkan oleh keyboard adalah penggunaan
jari-jari tertentu saja dalam waktu yang lama. Terdapat beberapa bentuk
Carpal Tunnel Syndrome, yaitu: Qwerty, Dvorak ,Klockenberg.
(Bagaskawarasan, 2011). Keyboard Qwerty
Gambar 2.12. Keyboard Qwerty (Sumber : Ayunyaikko, 2010)
Keyboard qwerty, dibuat berdasarkan layout mesin tik. Tata letak
ini ditemukan oleh Scholes, Glidden dan Soule pada tahun 1878, dan
kemudian menjadi standar mesin tik komersial pada tahun 1905.
Meskipun tata letak qwerty sangat luas pemakaiannya, tetapi memiliki
beberapa kelemahan dan ketidakefisienan. Beban tangan kiri lebih besar
dari tangan kanan (56 persen). Contoh paling nyata dari ketidakefisienan
tata letak qwerty adalah pengetikan huruf ‘a’ yang cukup sering dipakai,
tetapi harus dilakukan oleh jari kelingking yang paling lemah