• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh motivasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja guru (studi kasus pada MTs Negeri Tangerang II Pamulang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh motivasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja guru (studi kasus pada MTs Negeri Tangerang II Pamulang)"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU

(Studi Kasus Pada MTs Negeri Tangerang II Pamulang)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Latif Nurrohmadi NIM : 107081003662

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

PENGARUH MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU

(

Studi Kasus Pada MTs Negeri Tangerang II Pamulang)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Latif Nurrohmadi NIM : 107081003662

Di Bawah Bimbingan

Dr. Ahmad Dumyati B, MA Ade Suherlan SE, MM, MBA

Pembimbing I Pembimbing II

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

Hari ini Senin tanggal empat April dua ribu sebelas telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Latif Nurrohmadi NIM : 107081003662 dengan judul

PENGARUH MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP

KINERJA GURU (Studi Kasus Pada MTs Negeri Tangerang II Pamulang). Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 4 April 2011

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Suhendra, S.Ag., MM Amir Syarifuddin, SH., MM

Penguji II Penguji III

(4)

Hari ini Rabu tanggal satu Juni dua ribu sebelas telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Latif Nurrohmadi NIM : 107081003662 dengan judul PENGARUH MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU (Studi Kasus Pada MTs Negeri Tangerang II Pamulang). Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 1 Juni 2011 Tim Penguji Ujian Skripsi

Dr. Ahmad Dumyati B, MA Ade Suherlan, SE., MM., MBA

Pembimbing I Pembimbing II

Suhendra, S.Ag., MM Amir Syarifuddin, SH., MM

Penguji II Penguji III

(5)

SURAT PERNYATAAN

BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Latif Nurrohmadi

NIM : 107081003662

Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupkan plagiat, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 26 April 2011

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : Latif Nurrohmadi

Tempat/ Tgl. Lahir : Tangerang, 19 Maret 1988 Jenis Kelamin : Laki - Laki

Nama Ayah : Rambatono

Nama Ibu : Sutini

Anak ke dari : 2 dari 3 bersaudara

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Ir. H. Juanda No.06 Rt.06/ Rw.01 Cipayung Ciputat 15411

Email : latiev2@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1994 2000 : SD Negeri III Ciputat

2000 2003 : MTs Negeri Tangerang II Pamulang 2003 2006 : SMK Dua Mei Ciputat

(7)

INFLUENCE OF MOTIVATION AND JOB SATISFACTION ON THE PERFORMANCE OF TEACHER

(Case study on MTs Negeri Tangerang II Pamulang)

By: Latif Nurrohmadi ABSTRACT

This study aims to determine the influence of motivation and job satisfaction on the performance of teachers. This research was conducted in MTs Negeri Tangerang II Pamulang. Respondents in this study were divided into two groups, teachers and students grade IX. To measure motivation and job satisfaction, respondents used are the teachers. While respondents to measure the performance of teachers is students grade IX. Total population of teachers in this research is 80 people, while the number of students at grade IX is 315. Sampling method used was convenience sampling. Each number of teachers and students grade IX that made sampled as many as 60 people.

Data obtained using a questionnaire that gives a list of questions directly to respondents. The data analysis technique used in this study is multiple linear regression which is operated through the SPSS 17 in the 5 percent level of significance.

The research result shows on the F test (simultaneous) that motivation and job satisfaction significantly influence the performance of teachers with value of sig F 0,000 < 0.05 and value of calculated F 15.921. T test results (partial) indicates that motivation significantly influence the performance of teachers with value of sig t 0.000 < 0.05 and value of calculated t 5004, and job satisfaction significantly influence the performance of teachers with sig t 0.006 < 0.05 and value of calculated t 2.876. So, it can be concluded that the motivation and job satisfaction influence the performance of teachers, both simultaneously and partial.

(8)

PENGARUH MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU

(

Studi Kasus Pada MTs Negeri Tangerang II Pamulang)

Oleh : Latif Nurrohmadi ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja guru. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri Tangerang II pamulang. Responden dalam penelitian ini dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kelompok guru dan murid kelas IX. Untuk mengukur motivasi dan kepuasan kerja, responden yang digunakan adalah para guru. Sedangkan responden untuk mengukur kinerja guru adalah para murid kelas IX. Jumlah populasi guru dalam penelitian ini adalah 80 orang, sedangkan jumlah murid kelas IX adalah 315 orang. Metode sampling yang digunakan adalah convenience sampling. Masing-masing jumlah guru dan murid kelas IX yang dijadikan sampel sebanyak 60 orang.

Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner, yaitu memberikan daftar pertanyaan secara langsung kepada responden. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda yang dioperasikan melalui program SPSS 17 pada tingkat signifikansi 5 persen.

Hasil penelitian menunjukan dalam uji F (simultan) bahwa motivasi dan kepuasan kerja secara signifikan mempengaruhi kinerja guru dengan nilai sig F 0,000 < 0,05 dan nilai F hitung 15,921. Hasil uji t (parsial) menunjukan bahwa motivasi secara signifikan mempengaruhi kinerja guru dengan nilai sig t 0,000 < 0,005 dan nilai t hitung 5.004, dan kepuasan kerja secara signifikan mempengaruhi kinerja guru dengan nilai sig t 0,006 < 0,05 dan nilai t hitung 2,876. Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi dan kepuasan kerja mempengaruhi kinerja guru baik secara simultan maupun parsial.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya serta Inayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam kita ucapkan kepada junjungan kita Nabi kita Muhammad SAW, yang telah membawa agama islam untuk menuntut ummatnya kejalan yang mustaqim.

Dengan mengucap Syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Penyusunan Skripsi dengan judul Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Guru (Studi Kasus Pada MTs Negeri Tangernag II Pamulang) ini dengan baik. Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan sebagai syarat dalam menempuh pendidikan Strata 1 (S1) atau gelar Sarjana Ekonomi Manajemen pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bahasa yang digunakan maupun sistematika penulisan, hal tersebut dikarenakan terbatasnya kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Namun berkat bantuan, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua Orangtuaku yang telah memberikan doa dan dukungannya baik moril maupun materil.

2. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

4. Bapak Suhendra S.Ag, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

(10)

6. Bapak Dr. Ahmad Dumyati Bashori, MA selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan serta bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Ade Suherlan SE, MM, MBA selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan serta bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini.

8. Kepada semua dosen yang telah dengan ikhlas mengajar dan mendidik kami. 9. Bapak Drs. Suhardi MA selaku Kepala Sekolah MTs Negeri Pamulang II

Pamulang yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini.

10. Seluruh guru dan karyawan MTs Negeri Pamulang II, khususnya Bpk. Drs. Panji Waluyo M.Pd, Bpk. Ulik Widiantoro S.Pd, M.Pd, dan Mas Muhamad Nahrori, yang telah membantu dan memberikan informasi untuk kemudahan dan kelancaran dalam proses penelitian ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga ALLAH SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta Inayah-Nya dan semoga sukses selalu untuk kita semua Amin!

Penulis mengucapkan banyak terima kasih, dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis, Amin

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat menjadi bahan masukan dan tambahan wawasan bagi pembaca pada umumnya dan rekan-rekan mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta pada khususnya. Akhir kata penulis mengucapkan mohon maaf apabila dalam penyajian Skripsi ini terdapat kesalahan dan kekurangan.

Jakarta, 26 April 2011

(11)

DAFTAR ISI

Keterangan Halaman

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF... iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi

ABSTRACT... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

(12)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11

A. Motivasi ... 11

B. Kepuasan Kerja ... 27

C. Kinerja Guru ... 31

D. Penelitian Terdahulu ... 36

E. Kerangka Berpikir ... 39

F. Perumusan Hipotesis ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 42

A. Ruang Lingkup Penelitian... 42

B. Populasi Penelitian ... 42

C. Metode Penentuan Sampel ... 42

D. Metode Pengumpulan Data ... 43

E. Metode Analisis Data... 44

1. Uji Statistik Deskriptif ... 45

2. Uji Kualitas Data ... 45

a. Uji Validitas ... 45

b. Uji Reliabilitas ... 45

3. Uji Asumsi Klasik ... 46

a. Uji Normalitas Data ... 46

b. Uji Multikolonieritas ... 46

c. Uji Autokorelasi ... 47

(13)

4. Pengujian Hipotesis ... 47

a. Uji Koefisiensi Determinasi ... 48

b. Uji Simultan (Uji F) ... 49

c. Uji Parsial (Uji t) ... 49

F. Operasional Variabel ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 53

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 53

2. Deskripsi Responden ... 54

B. Penemuan dan Pembahasan ... 57

1. Uji Statistik Descriptif ... 57

2. Uji Kualitas Data ... 58

a. Uji Validitas ... 58

b. Uji Reliabilitas ... 61

3. Uji Asumsi Klasik ... 62

a. Uji Normalitas Data ... 62

b. Uji Multikolonieritas ... 64

c. Uji Autokorelasi ... 66

d. Uji Heteroskedastisitas ... 67

4. Uji Hipotesis ... 68

a. Uji Determinasi ... 68

b. Uji Simultan (Uji F) ... 69

(14)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Implikasi ... 77

C. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA... 79

(15)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

3.1 Operasional Variabel ... 51

4.3 Deskripsi Responden Variabel Motivasi dan Kepuasan Kerja 54 4.4 Deskripsi Responden Variabel Kinerja Guru ... 56

4.5 Uji Statistik Deskriptif ... 57

4.6 Uji Validitas Variabel Motivasi ... 58

4.7 Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja... 59

4.8 Uji Validitas Variabel Kinerja Guru ... 59

4.9 Uji Validitas Variabel Kinerja Guru ... 60

4.10 Uji Reliabilitas Variabel Motivasi ... 61

4.11 Uji Reliabilitas Variabel Kepuasan Kerja ... 61

4.12 Uji Reliabilitas Variabel Kinerja Guru ... 62

4.13 Analisis Statistik Normalitas Data ... 64

4.14 Uji Multikolonieritas ... 65

4.15 Uji Autokorelasi ... 66

4.16 Durbin Watson Test Bound ... 66

4.17 Uji Determinasi ... 68

4.18 Uji Simultan (Uji F) ... 69

(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Surat Ijin Penelitian ... 82

2. Kuesioner Variabel Motivasi dan Kepuasan Kerja ... 83

3. Kuesioner Variabel Kinerja Guru ... 86

4. Tabulasi Jawaban Kuesioner Variabel Motivasi ... 89

5. Tabulasi Jawaban Kuesioner Variabel Kepuasan Kerja ... 91

6. Tabulasi Jawaban Kuesioner Variabel Kinerja Guru ... 93

7. Output SPSS Uji Validitas Variabel Motivasi ... 95

8. Output SPSS Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja ... 96

9. Output SPSS Uji Validitas Variabel Kinerja Guru ... 97

10. Output SPSS Uji Validitas Variabel Kinerja Guru ... 99

11. Output SPSS Uji Statistik Deskriptif ... 101

12. Output SPSS Uji Normalitas Data ... 101

13. Output SPSS Uji Multikolonieritas ... 102

14. Output SPSS Uji Autokorelasi ... 102

15. Output SPSS Uji Heteroskedastisitas ... 103

16. Output SPSS Uji Determinasi ... 103

17. Output SPSS Uji Simultan (Uji F) ... 104

(18)

Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah

mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Rendahnya kualitas sumber daya manusia juga akan menjadi batu

sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era persaingan mutu. Menata sumber daya manusia, baik dari aspek intelektual, spiritual, kreativitas, moral, maupun tanggung jawab, adalah jalan yang dapat

ditempuh oleh bangsa Indonesia jika ingin berkiprah dalam percaturan global. Penataan sumber daya tersebut perlu diupayakan secara bertahap dan

berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Mulyasa 2004: 4). Dikatakan lebih lanjut

oleh Mulyasa tentang pentingnya pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas perlu ditekankan karena berbagai indikator menunjukan bahwa

sistem pendidikan yang ada belum mampu menghasilkan sumber daya yang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan pembangunan.

Dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, pendidikan

memegang peran yang sangat penting. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas

(19)

Indikator kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat sumber daya manusianya, dan indicator sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat

pendidikan masyarakatnya. Semakin tinggi sumber daya manusianya, maka semakin baik tingkat pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya.

Sumber daya manusia yang berpendidikan adalah modal utama dalam

membangun dan mengembangkan perekonomian nasional. Semakin banyak sumber daya yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu Negara

untuk membangun dan mengembangkan perekonomiannya. Karena sumber daya manusianya telah menguasai keterampilan, pengetahuan, dan teknologi sehingga pemerintah lebih mudah dalam membangun dan mengembangkan

perekonomian nasional.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 pasal 3

dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam perkembangan pendidikan di Indonesia, telah terjadi

kemerosotan kualitas sumber daya manusia yang sangat mengkhawatirkan. Seperti dilaporkan dalam Human Development Report UNDP tahun 1997,

(20)

2000 peringkat ini merosot menjadi 109 dan bahkan tahun 2003 peringkatnya menjadi 112. Peringkat Indonesia tersebut masih berada di bawah Vietnam.

Begitu berat tantangan pendidikan yang harus dihadapi, yakni tantangan globalisasi, otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan guna pengembangan pendidikan yang relevan dengan lingkungan kehidupan warga

belajar yang didukung oleh masyarakat. Tantangan yang lebih berat lagi berkaitan dengan rendahnya mutu dan relevansi pendidikan. Berdasarkan

survei The Political And Economic Risk Consultancy (PERC) yang berbasis di Hongkong disimpulkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia berada di urutan 12 di Asia. Urutan pertama dan kedua masing-masing diduduki Korea

Selatan dan Singapura. Hasil survei yang berdasarkan kualitas tenaga kerja ini menunjukkan bahwa rendahnya kualitas tenaga kerja kita itu berhubungan

dengan rendahnya kualitas sistem pendidikan sehingga dibandingkan dengan negara-negara tetangga Indonesia masih tertinggal.

(http://mutiara.student.umm.ac.id/2010/01/21/hello-world/)

Setiap negara diseluruh dunia begitu menekankan pentingnya kualitas

pendidikan. Salah satu langkah konkret untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan menetapkan anggaran pendidikan yang lebih besar

dibandingkan anggaran lainnya. China dan Korea Selatan menjadi dua negara yang begitu menekankan pentingnya pendidikan bagi rakyatnya. Anggaran pendidikan di China mencapai 13,1% dari anggaran negara, sedangkan di

(21)

dengan Indonesia yang memang menganggarkan anggaran pendidikan sebesar 20%, namun pada prakteknya masih jauh dari kenyataan.

Realisasi anggaran pendidikan yang mencapai 20% dari total APBN negara harus bisa segera direalisasikan oleh pemerintah. Jangan sampai anggaran yang telah besar ini justru dikorup oleh oknum-oknum yang tidak

bertanggung jawab. Penetapan sistem pendidikan yang baku serta tidak harus berubah pada setiap pergantian menteri harus bisa menjadi target pemerintah.

Hal ini bisa memberikan kepastian bagi setiap pengajar dan sekolah. Kelengkapan fasilitas serta pemerataan kualitas pendidikan bagi setiap warga negara, khususnya pada daerah-daerah yang jauh dari pusat kota, sebaiknya

juga perlu diperhati oleh pemerintah. Daerah-daerah seperti ini seharusnya menjadi fokus pemerintah karena banyak sekali masyarakat yang tidak

memperoleh hak mereka dalam memperoleh pendidikan. (http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/18/peningkatan-kualitas-pendidikan-di-indonesia/)

Pada dasarnya terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan, antara lain: guru, siswa, lingkungan pendidikan,

manajemen sekolah, dan kurikulum. Dari beberapa faktor tersebut, guru dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah menempati kedudukan yang sangat penting, dan tanpa mengabaikan faktor penunjang lain, guru

(22)

Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu,

maka guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, dan tentunya tidak lain berkaitan dengan kinerja dan totalitas dedikasi dan loyalitas pengabdiannya.

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia

yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional, sesuai

dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu

pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.

Untuk menjadikan guru sebagai tenaga yang professional maka perlu diadakan pembinaan secara terus menerus dan berkesinambungan, dan

menjadikan guru sebagai tenaga kerja yang perlu diperhatikan, dihargai dan diakui keprofesionalannya. Untuk membuat mereka menjadi professional tidak semata-mata hanya meningkatkan kompetensinya baik melalui

(23)

peningkatan disiplin, pemberian motivasi, pemberian bimbingan melalui supervisi, pemberian insentif, gaji yang layak dengan keprofesionalanya

sehingga memungkinkan guru menjadi puas dalam bekerja sebagai pendidik. Peran motivasi guru, baik internal maupun eksternal, sangat penting bagi terciptanya guru yang profesional. Karena motivasi inilah yang

menentukan perilaku orang-orang untuk bekerja, atau dengan kata lain, perilaku merupakan cerminan yang paling sederhana dari motivasi.

Gitosudarmo dalam Sutrisno (2009:115) menyebutkan bahwa motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor

pendorong perilaku seseorang. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang pasti memiliki suatu faktor yang mendorong aktivitas tersebut. Faktor

pendorong dari seseorang untuk melakukan sesuatu aktivitas tertentu pada umumnya adalah kebutuhan serta keinginan orang tersebut.

Motivasi memiliki komponen, yakni komponen dalam dan komponen

luar. Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, ketegangan psikologis. Komponen luar, ialah apa yang diinginkan

oleh seseorang, tujuan yang menjadi arah tingkah lakunya. Jadi komponen dalam adalah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar adalah tujuan yang hendak dicapai, kalau kita cermati antara

kebutuhan, motivasi, perbuatan atau tingkah laku tujuan dan kepuasan ada hubungan dan kaitan yang kuat. Tiap perbuatan berkat adanya motivasi.

(24)

tertentu dan karenanya perbuatan tersebut terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Apabila tujuan telah tercapai, maka akan merasa puas. Tingkah laku

yang telah memberikan kepuasan terhadap suatu kebutuhan cenderung untuk diulang kembali, sehingga lebih kuat dan lebih mantap. (Sutrisno, 2009:118)

Seperti yang telah dikemukakan oleh Sutrisno (2009), bahwa terdapat

hubungan yang erat antara kebutuhan, motivasi, perbuatan atau tingkah laku tujuan dan kepuasan. Oleh karena itu, selain motivasi, kepuasan kerja bagi

guru sebagai tenaga pendidik juga sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerjanya. Kepuasan kerja berkenaan dengan kesesuaian antara harapan seseorang dengan imbalan yang disediakan. Kepuasan kerja guru berdampak

pada prestasi kerja, disiplin, dan kualitas kerjanya. Pada guru yang puas terhadap pekerjaannya maka kinerjanya akan meningkat dan kemungkinan

akan berdampak positif terhadap peningkatan mutu pendidikan.

Handoko dalam Sutrisno (2009:79) mengemukakan kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan

bagi para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini tampak pada

sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.

Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah

mencapai kepuasan psikologis dan akhirnya akan timbul sikap atau tingkah laku negatif dan pada gilirannya akan menimbulkan frustasi, sebaliknya

(25)

aktif dan dapat berprestasi lebih baik dari karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja (Sutrisno, 2009:79).

MTs Negeri Tangerang II Pamulang adalah sekolah setingkat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang beralamatkan di Jl. Pajajaran No.31, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten Indonesia.

MTs Negeri Tangerang II Pamulang merupakan salah satu dari sekian banyak sekolah yang berusaha meningkatkan kinerja tenaga pendidiknya,

baik dengan cara mengikutsertakan para tenaga pendidiknya ke berbagai pelatihan, pemberian motivasi, meningkatkan tingkat kepuasan kerja, maupun meningkatkan fasilitas sekolah guna menunjang kegiatan belajar mengajar.

Dengan usahanya yang terus menerus meningkatkan kinerja tenaga pendidiknya, MTs Negeri Tangerang II Pamulang pun meraih banyak prestasi

yang menggembirakan. Seperti di tahun 2008 s/d 2010 merupakan tahun prestasi yaitu mendapatkan juara 1 sekolah berprestasi dari Kementrian agama secara Nasional, juara 1 Marching band tingkat nasional dan juara 1

Lomba Sekolah Sehat tingkat Nasional.

Bertitik tolak dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul !"#$ " % &' $ &(

(26)

12 34 5676 89:;9 89 <9=

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang akan

diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh motivasi terhadap kinerja guru MTsN Tangerang II Pamulang?

2. Apakah terdapat pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja guru MTsN Tangerang II Pamulang?

3. Apakah terdapat pengaruh motivasi dan kepuasan kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru MTsN Tangerang II Pamulang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh motivasi terhadap kinerja MTsN Tangerang II Pamulang.

2. Untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh kepuasan kerja terhadap

kinerja MTsN Tangerang II Pamulang.

3. Untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh motivasi dan kepuasan kerja

(27)

>? @AB C AADEFB FG H DH AB

1. Manfaat Teoritis

Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pengaruh motivasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja guru dan dapat diguanakan sebagai bahan acuan di bidang

penelitian yang sejenis. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Bagi para pendidik/guru, dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam rangka meningkatkan kinerjanya.

b. Bagi Sekolah

Bagi sekolah, dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat digunakan

(28)

I JIKK

L JMN JO J MPQR SK

JT UVWX YZ[X

1. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi diambil dari istilah Latin movere, berarti pindah .

Dalam konteks sekarang, motivasi adalah proses-proses psikologis

meminta mengarahkan, arahan, dan menetapkan tindakan sukarela yang

mengarah pada tujuan. (Kinicki, 2003:248)

Gitosudarmo dalam Sutrisno (2009:115), motivasi adalah suatu

faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas

tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor

pendorong perilaku seseorang. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh

seseorang pasti memiliki suatu faktor yang mendorong aktivitas tersebut.

Oleh karena itu, faktor pendorong dari seseorang untuk melakukan suatu

aktivitas tertentu pada umumnya adalah kebutuhan serta keinginan orang

tersebut.

Hasibuan dalam Sutrisno (2009:117), motivasi adalah pemberian

daya penggerak yang menciptakan kegairah kerja seseorang, agar mereka

mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya

(29)

Motivasi ialah konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan

yang ada dalam diri karyawan yang memulai dan mengarahkan perilaku.

(Gibson,et. al. , 1985:94)

Gitosudarmo dalam Sutrisno (2009:117), motivasi untuk bekerja ini

sangat penting bagi tinggi rendahnya produktivitas perusahaan. Tanpa

adanya motivasi dari para karyawan untuk bekerja sama bagi kepentingan

perusahaan maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai.

Sebaliknya, apabila terdapat motivasi yang tinggi dari para karyawan,

maka hal ini merupakan suatu jaminan atas keberhasilan perusahaan dalam

mencapai tujuannya.

Robbins mendefinisikan motivasi sebagai kesediaan untuk

mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi,

yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu

kebutuhan individual. (Robbins, 2001:166)

Motivasi didefinisikan oleh Fillmore H. Stanford dalam

Mangkunegara (2008:93), bahwa Motivation as an energizing condition of the organism that serves to direct that organism toward the goal of a certain class (Motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakan manusia ke arah suatu tujuan tertentu).

Ernest J. McCormick dalam Mangkunegara (2008:94)

(30)

berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang

berhubungan dengan lingkungan kerja).

Motivasi adalah kondisi psikologi yang merupakan hasil dari

interaksi antara kebutuhan seseorang dan faktor-faktor luar yang

mempengaruhi perilaku seseorang. (Kismono, 2001:188)

2. Teori Motivasi

a. Teori Kepuasan Motivasi

Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang,

yang menggerakkan, mengarahkan, mendukung, dan menghentikan

perilaku. (Gibson,et. al., 1985:95)

1) Hierarki Kebutuhan Maslow (Maslow s Need Hierarchy)

Inti teori Maslow ialah bahwa kebutuhan manusia tersusun

dalam suatu hirarki. Tingkat kebutuhan yang paling rendah ialah

kebutuhan fisiologis dan tingkat yang tertinggi ialah kebutuhan akan

perwujudan diri (self-actualization needs). Kebutuhan-kebutuhan tersebut didefinisikan sebagai berikut:

(a) Fisiologis: Kebutuhan akan makan, minum, tempat tinggal, dan

bebas dari rasa sakit.

(b) Keselamatan dan keamanan (safety and security): Kebutuhan akan kebebasan dari ancaman, yakni aman dari ancaman

kejadian atau lingkungan.

(31)

(d) Harga diri (esteem): kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain.

(e) Perwujudan diri (self actualization): kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan memaksimumkan penggunaan kemampuan,

keahlian, dan potensi. (Gibson,et. al.,1985:97)

Maslow mengatakan bahwa kelima kategori kebutuhan ini

disusun dalam tangga hierarki. Dengan kata lain, ia yakin bahwa

kebutuhan manusia secara umum muncul seperti anak tangga yang

dapat diperkirakan. Dengan demikian, pada saat kebutuhan fisiologis

seseorang relatif terpuaskan, maka muncul kebutuhan akan

keamanan, dan demikian selanjutnya menurut hierarki kebutuhan,

satu langkah pada suatu waktu. Sekali suatu kebutuhan terpuaskan

maka akan mengaktifkan kebutuhan berikutnya yang lebih tinggi di

dalam hierarki tersebut. Proses ini berlanjut hingga pada kebutuhan

untuk aktualisasi diri. (Kreitner dan Kinicki, 2003:253)

2) Teori ERG Aldelfer

Clayton P. Aldelfer mengemukakan teori-teorinya dengan

nama ERG (Existence, Relatedness, Growth). Teori meruapakan modifikasi dari teori hierarki kebutuhan Maslow. Dimaksudkan

untuk memperbaiki beberapa kelemahan teori Maslow. Dalam

memodifikasi ini memanfaatkan kelima tingkat kebutuhan Maslow

menjadi tiga kebutuhan saja. Untuk setiap orang perlu memenuhi

(32)

(a) Existence(Keberadaan)

Existencemerupakan kebutuhan seseorang untuk dapat dipenuhi dan terpeliharanya keberadaan yang bersangkutan sebagai

seorang manusia di tengah-tengah masyarakat atau perusahaan.

Existence ini meliputi kebutuhan psikologi (rasa lapar, haus, tidur) dan kebutuhan rasa aman.

(b) Relatedness(Kekerabatan)

Kekerabatan merupakan keterkaitan seseorang dengan

lingkungan sosial sekitarnya. Setiap orang dalam hidup dan

pekerjaannya selalu berhubungan dengan orang. Dalam teori

kekerabatan ini mencakup semua kebutuhan yang melibatkan

hubungan seseorang dengan orang lain.

(c) Growth(Pertumbuhan)

Kebutuhan akan pertumbuhan dan perkembangan ini merupakan

kebutuhan yang berkaitan dengan pengembangan potensi diri

seseorang, seperti pertumbuhan kreativitas dan pribadi.

(Sutrisno, 2009: 148)

3) Teori Dua Faktor Dari Herzberg

Herzberg mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori

dua faktor tentang motivasi. Dua faktor itu dinamakan faktor yang

membuat orang merasa tidak puas dan faktor yang membuat orang

(33)

membahas teori tersebut. Penelitian awal Herzberg menghasilkan

dua kesimpulan khusus mengenai teori tersebut.

(a) Serangkaian kondisi ekstrinsik, keadaan pekerjaan (job context), akan menghasilkan ketidakpuasaan jika kondisi tersebut tidak

ada. Kondisi tersebut adalah faktor-faktor yang membuat orang

merasa tidak puas (dissatisfier) atau disebut juga faktor iklim baik (hygiene factors) karena faktor tersebut diperlukan untuk mempertahankan tingkat yang paling rendah yaitu tidak adanya

ketidakpuasan . Faktor-faktor ini mencakup: upah, jaminan

pekerjaan, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, mutu

supervisi, dan mutu hubungan antarpribadi di antara rekan

sekerja, dengan atasan dan dengan bawahan.

(b) Serangkaian kondisi intrinsik, isi pekerjaan (job content), yang apabila ada dalam pekerjaan tersebut akan menggerakan tingkat

motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi kerja

yang baik. Jika kondisi tersebut tidak ada, maka tidak akan

timbul ketidakpuasan yang berlebihan. Faktor-faktor dari

rangkaian ini disebut pemuas atau motivator, yang meliputi: prestasi, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu

sendiri, dan kemungkinan berkembang. (Gibson, et. al.,

(34)

4) Teori Kebutuhan McClelland

Teori kebutuhan yang dikemukakan oleh David McClelland

(1974) disebut juga dengan toeri motivasi prestasi. Menurut teori ini

ada tiga komponen dasar yang dapat digunakan untuk memotivasi

orang bekerja, yaitu kebutuhan akan:

(a) Need for Achievement

Merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur

berdasarkan standar kesempurnaan dalam diri seseorang.

Kebutuhan ini, berhubungan erat dengan pekerjaan, dan

mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi

tertentu.

(b) Need for Affiliation

Kebutuhan akan kehangantan dan sokongan dalam hubungan

dengan orang lain. Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku

untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain.

(c) Need for Power

Kebutuhan untuk menguasai dan memengaruhi terhadap orang

lain. Kebutuhan ini, meyebabkan orang yang bersangkutan tidak

atau kurang mempedulikan perasaan orang lain. (Sutrisno,

2009:139)

Dari riset mengenai kebutuhan akan prestasi, McClelland

mendapatkan bahwa peraih prestasi tinggi membedakan diri mereka

(35)

dengan lebih baik. Mereka mencari situasi di mana mereka dapat

mencapai tanggung jawab pribadi untuk menemukan pemecahan

terhadap problem-problem, di mana mereka dapat menerima

umpan-balik yang cepat atas kinerja mereka sehingga mereka dapat

mengetahui dengan mudah apakah mereka menjadi lebih baik atau

tidak, dan di mana mereka dapat menentukan tujuan-tujuan yang

cukup menantang. (Robbins, 2001:173)

Kebutuhan akan kekuasaan (nPow need for power) adalah hasrat untuk mempunyai dampak, berpengaruh, dan mengendalikan

orang lain. Individu-individu dengan nPow yang tinggi menikmati untuk dibebani, bergulat untuk dapat mempengaruhi orang lain, lebih

menyukai ditempatkan di dalam situasi kompetitif dan

berorientasi-status, dan cenderung lebih peduli akan prestise (gengsi) dan

memperoleh pengaruh terhadap orang lain daripada kinerja yang

efektif. (Robbins, 2001:174)

Lebih lanjut Robbins (2001) menjelaskan tentang kebutuhan

yang ketiga dari teori McClelland, yaitu kebutuhan akan pertalian

atau afiliasi (nAff need for affiliation) bahwa individu dengan motif afiliasi yang tinggi berjuang keras untuk persahabatan, lebih

menyuai situasi kooperatif daripada situasi kompetitif, dan sangat

menginginkan hubungan yang melibatkan derajat pemahaman

(36)

b. Teori Proses Motivasi

Teori ini menguraikan dan menganalisis bagaimana perilaku itu

digerakan, diarahkan, didukung, dan dihentikan. (Gibson, et. al., 1985:95)

1) Teori Keadilan (J.S Adams)

Manusia selalu terdorong untuk mendapatkan perlakuan yang

adil. Situasi keadilan terjadi jika output (hasil) dibanding input

(pengorbanan) seorang karyawan sama dengan karyawan lainnya.

Jika situasinya tidak adil, maka akan mendorong karyawan untuk

berbuat sesuatu agar kondisi keadilan tercapai. Sebagai contoh,

karyawan yang rajin tetapi menerima gaji lebih sedikit dibanding

dengan karyawan yang malas. Kondisi ini dirasakan tidak adil bagi

dirinya dan mungkin mendorongnya untuk memulihkan keadilan

dengan berbagai jalan, antara lain menjadi pemalas, memilih

pembanding lain, keluar dari perusahaan, atau mendorong karyawan

yang malas agar menjadi rajin. (Kismono, 2001:200)

Teori keadilan (equity theory) merupakan model tentang motivasi yang menerangkan bagaimana orang-orang berupaya

mendapatkan kelayakan (fairness) dan keadilan (justice) dalam pertukaran-pertukaran sosial atau hubungan-hubungan

(37)

2) Teori Pengharapan (V.Vroom)

Teori harapan menyatakan bahwa, kekuatan yang memotivasi

seseorang bekerja giat dalam melaksanakan pekerjaannya

bergantung pada hubungan timbal balik antara apa yang ia inginkan

dengan kebutuhan dari hasil perkejaan itu. Berapa besar ia yakin

perusahaan akan memberikan pemuasan bagi keinginan sebagai

imbalan ata usaha yang ia lakukan itu. Bila keyakinan yang

diharapkan cukup besar untuk memperoleh kepuasannya, ia akan

bekerja keras pula, dan sebaliknya. (Sutrisno, 2009:154)

Dalam istilah yang lebih praktis, teori pengharapkan

mengatakan, seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan

tingkat upaya yang tinggi bila ia menyakini upaya akan menghantar

kesuatu penilaian kinerja yang baik; suatu penilaian yang baik akan

mendorong ganjaran-ganjaran organisasional seperti bonus, kenaikan

gaji, atau promosi; dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan pribadi

karyawan itu. Oleh karena itu, teori tersebut memfokuskan pada tiga

hubungan:

(a) Hubungan upaya kinerja. Probabilitas yang dipersepsikan oleh

individu yang mengeluarkan sejumlah upaya tetentu itu akan

mendorong kinerja.

(b) Hubungan kerja ganjaran. Derajat sejauh mana individu itu

bahwa berkinerja pada suatu tingkat tertentu akan mendorong

(38)

(c) Hubungan ganjaran tujuan-pribadi. Derajat sejauh mana

ganjaran-ganjaran organisasional memenuhi tujuan atau

kebutuhan pribadi seorang individu dan potensi daya tarik

ganjaran tersebut untuk individu tersebut. (Robbins, 2001:185)

3) Teori Penetapan Tujuan (Edwin Locke)

Edwin Locke, seorang ilmuan yang mempelajari penetapan

tujuan, yang terkenal dan rekan-rekannya merumuskan sebuah

tujuan sebagai berikut: apa yang diupayakan pencapaiannya oleh

seorang individu, ia merupakan obyek atau tujuan suatu kegiatan .

(Winardi, 2004:117)

Dalam akhir dasawarsa 1960-an Edwin Locke mengemukakan

bahwa maksud-maksud untuk bekerja kearah suatu tujuan

merupakan sumber utama dari motivasi kerja. Artinya, tujuan

memberitahukan karyawan apa yang perlu dikerjakan dan betapa

banyak upaya akan dihabiskan. Bukti dari kuatnya mendukung nilai

dari tujuan. Lebih tepatnya, kita dapat mengatakan bahwah

tujuan-tujuan khusus meningkatkan kinerja: bahwa tujuan-tujuan sulit, bila

diterima-baik, menghasilkan kinerja yang lebih tingi daripada tujuan

mudah; dan bahwa umpan balik menghantarkan ke kinerja yang

lebih tinggi daripada yang bukan umpan-balik. (Robbins, 2001:177)

4) Teori Penguatan (B.F. Skinner)

Menurut Skinner, perilaku manusia dikendalikan oleh

(39)

sesuatu yang menyenangkan, sebagai konsekuensinya maka

karyawan cenderung akan mengulangi perilaku yang sama.

Sebaliknya, jika perilaku tertentu membawa konsekuensi yang tidak

menyenangkan maka karyawan akan menghindarinya. (Kismono,

2001:199)

Lebih lanjut Kismono (2001) menjelaskan bahwa menurut

teori ini, rekayasa perilaku dapat dilakukan dengan mengelola

konsekuensinya. Manajer dapat memberikan imbalan tertentu agar

karyawan bersedia mengerjakan pekerjaan tertentu. Sebaliknya,

manajer dapat memberikan ancaman hukuman agar karyawan

menghindari perilaku negatif yang diaggap merugikan organisasi.

Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mendorong karyawan

berperilaku tertentu disebut penguat positif. Penguatan positif

mencakup segala sesuatu yang dibutuhkan karyawan. Sebaliknya,

perilaku yang tidak diinginkan perusahaan dapat dihentikan dengan

jalan memberikan penguatan negatif. Penguatan negatif adalah

segala sesuatu yang tidak disukai karyawan sehingga mereka akan

menghindarinya dengan berperilaku lebih baik. Bentu-bentuk

pengautan negatif dapat berupa ancaman hukuman atas perilaku

tertentu. Jika ancaman hukuman diperkirakan akan memberatkan,

maka karyawan diharapkan akan menghindari perilaku yang kurang

(40)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Sutrisno (2009:124) mengemukakan bahwa motivasi yang

merupakan proses psikologis dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan atas Faktor-faktor intern dan Faktor-faktor ekstern yang

berasal dari karyawan:

a. Faktor Intern

1) Keinginan untuk dapat hidup

Keinginan untuk dapat hidup merupakan kebutuhan setiap

menusia yang hidup di muka bumi. Untuk mempertahankan hidup

ini orang mau mengerjakan apa saja, apakah pekerjaan itu baik

atau jelek, apakah halal atau haram dan sebagainya.

Keinginan untuk dapat hidup meliputi kebutuhan untuk;

(a) Memperoleh kompensasi yang memadai;

(b) Pekerjaan yang tetap walaupun penghasilan tidak begitu

memadai;

(c) Kondisi kerja yang aman dan nyaman.

2) Keinginan untuk dapat memiliki

Keinginan untuk dapat memiliki benda dapat mendorong

seseorang untuk mau melakukan pekerjaaan.

3) Keinginan untuk memperoleh penghargaan

Seseorang mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk

diakui, dihormati oleh orang lain. Jadi, harga diri, nama baik,

(41)

mungkin dengan bekerja keras memperbaiki nasib, mencari

rezeki, sebab status untuk diakui sebagai orang yang terhormat

tidak mungkin diperoleh bila yang bersangkutan termasuk

pemalas, tidak mau bekerja, dan sebagainya.

4) Keinginan untuk memperoleh pengakuan

Keinginan untuk memperoleh pengakuan itu dapat meliputi

hal-hal;

(a) Adanya penghargaan terhadap prestasi;

(b) Adanya hubungan kerja yang harmonis dan kompak;

(c) Pimpinan yang adil dan bijaksana;

(d) Perusahaan tempat bekerja dihargai oleh masyarakat.

5) Keinginan untuk berkuasa

Keinginan untuk berkuasan akan mendorong seseorang untuk

bekerja. Kadang-kadang keinginan untuk berkuasa ini dipenuhi

dengan cara-cara tidak terpuji, namun cara-cara yang

dilakukannya itu masih termasuk bekerja juga.

b. Faktor ekstern

1) Kondisi lingkungan kerja

Lingkungan pekerjaan adalah keseluruhan sarana dan prasarana

kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedang melakukan

pekerjaan yang dapat memengaruhi pelaksanaan pekerjaan.

Lingkungan kerja ini meliputi tempat kerja, fasilitas dan alat

(42)

juga hubungan kerja antara orang-orang yang ada di tempat

tersebut.

2) Kompensasi yang memadai

Kompensasi merupakan sumber penghasilan utama bagi para

karyawan untuk menghidupi diri beserta keluarganya.

Kompensasi yang memadai merupakan alat motivasi yang paling

ampuh bagi perusahaan untuk mendorong para karyawan bekerja

dengan baik.

3) Supervisi yang baik

Fungsi supervisi dalam suatu pekerjaan adalah memberikan

pengarahan, membimbing kerja para karyawan, agar dapat

melaksanakan kerja dengan baik tanpa membuat kesalahan.

Dengan demikian peranan supervisior yang melakukan pekerjaan

supervisi amat mempengaruhi motivasi kerja para karyawan.

4) Adanya jaminan pekerjaan

Setiap orang akan mau bekerja mati-matian mengorbankan apa

yang ada pada dirinya untuk perusahaan, kalau yang bersangkutan

merasa ada jaminan karier yang jelas dalam melakukan pekerjaan.

5) Status dan tanggung jawab

Status atau kedudukan dalam jabatan tertentu merupakan

dambaan setiap karyawan dalam bekerja. Dengan menduduki

jabatan, orang merasa dirinya akan dipercaya, diberi tanggung

(43)

kegiatan-kegiatan. Jadi, status dan kedudukan merupakan dorongan untuk

memenuhi kebutuhan sense of achievement dalam tugas sehari-hari.

6) Peraturan yang fleksibel

Bagi perusahaan besar, biasanya sudah diterapkan sistem dan

prosedur kerja yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan. Sistem

dan prosedur kerja ini dapat kita sebut dengan peraturan yang

berlaku dan bersifat melindungi para karyawan. Semua ini

merupakan aturan main yang mengatur hubungan kerja antara

karyawan dengan perusahaan, termasuk hak dan kewajiban para

karyawan, pemberian kompensasi, promosi, mutasi, dan

sebagainya. Oleh karena itu biasanya peraturan bersifat

melindungi dan dapat memberikan motivasi para karyawan utuk

bekerja lebih baik.

Davis dan Newstrom (1985:87), menjelaskan bahwa setiap orang

cenderung mengembangkan pola motivasi tertentu sebagai hasil dari

lingkungan budaya tempat orang itu hidup. Pola ini merupakan sikap yang

mempengaruhi cara orang-orang memandang pekerjaan dan menjalani

kehidupan mereka.

Lebih lanjut Davis dan Newstrom (1985) menjelaskan bahwa hasil

dari penelitian yang dilakukan oleh David C. McClelland dari Universitas

Harvard terdapat banyak minat terhadap pola motivasi. Hasil penelitiannya

(44)

lingkungan budaya di mana mereka hidup keluarga, sekolah, agama, dan

buku yang mereka baca.

Terkait dengan faktor agama yang dapat mempengaruhi seseorang

dalam memandang pekerjaan, menjalani kehidupan dan motivasi

seseorang, Islam mengajarkan bahwa bekerja merupakan amal ibadah.

Sukanto dalam Sapuri (2009:60), mengemukakan bahwa dalam

bidang ilmu pengetahuan, khususnya ilmuwan di bidang science

mendefinisikan ibadah sebagai tata nilai tertinggi dalam ruang motivasi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa amal ibadah merupakan

faktor yang dapat mempengaruhi motivasi seseorang dalam bekerja.

\] ^_` a bc bd^_ efb

1. Pengertian Kepuasan Kerja

Handoko dalam Sutrisno (2009:79), mengemukakan kepusasan kerja

adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan

bagi karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja

mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini tampak

dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang

dihadapi di lingkungan kerjanya.

Tiffin dalam Sutrisno (2009:81), mengemukakan kepuasan kerja

berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya

sendiri, situasi kerja, kerja sama antara pimpinan dengan sesama

(45)

Kepuasan kerja adalah sikap yang dikembangkan para karyawan

sepanjang waktu mengenai berbagai segi pekerjaannya, seperti upah, gaya

penyeliaan dan rekan sekerja. (Gibson,et. al.,1985:67)

Istilah kepuasan kerja (job satisfaction) merujuk pada sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Seorang dengan tingkat kepuasan

kerja tinggi menunjukan sikap yang positif terhadap kerja itu; seorang

yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukan sikap yang negatif

terhadap pekerjaan itu. (Robbins, 2001:139)

Kreitner dan Kinicki (2003:271) mengemukakan bahwa kepuasan

kerja adalah suatu afektivitas atau respons emosional terhadap berbagai

aspek pekerjaan. Definisi ini berarti berarti kepuasan kerja bukanlah suatu

kosep tunggal. Sebaliknya, seseorang dapat relatif puas dengan suatu

aspek dari pekerjaannyadan tidak puas dengan salah satu atau lebih aspek

lainnya. Sebagai contoh, para peneliti di Cornell University

mengembangkan Job Descriptive Index (JDI) untuk menilai kepuasan kerja seseorang dengan dimensi kerja berikut: pekerjaan, upah, promosi,

rekan kerja, dan pengawasan.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Faktor-faktor yang memberikan kepuasan kerja menurut Blum dalam

As ad dan Sutrisno (2009:82), adalah:

a. Faktor individual, meliputi umur, kesehatan, watak , dan harapan;

b. Faktor sosial, meliputi hubungan kekeluargaan, pandangan pekerja,

(46)

c. Faktor utama dalam pekerjaan, meliputi upah, pengawasan,

ketentraman kerja, kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju. Selain

itu, juga penghargaan terhadap kecakapan, hubungan sosial di dalam

pekerjaan, ketepatan dalam menyelesaikan konflik antarmanusia,

perasaan diperlakukan adail baik yang menyangkut pribadai maupun

tugas.

Pendapat lain dikemukakan oleh Brown dan Ghiselli dalam Sutrisno

(2009:84), mengemukakan adanya lima faktor yang menimbulkan

kepuasan kerja, yaitu:

a. Kedudukan

Umumnya manusia beranggapan bahwa seseorang yang bekerja pada

pekerjaan yang lebih tinggi akan merasa lebih puas daripada mereka

yang bekerja pada pekerjaan yang rendah. Pada beberapa penelitian

menunjukan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, tetapi justru

perubahan dalam tingkat pekerjaanlah yang mempengaruhi kepuasan

kerja.

b. Pangkat

Pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat atau golongan,

sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada

orang yang melakukannya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit

banyaknya akan dianggap sebagai kenaikan pangkat, dan kebanggaan

terhadap kedudukan yang baru itu akan mengubah perilaku dan

(47)

c. Jaminan finansial dan jaminan sosial

Finansial dan jaminan sosial kebanyakan berpengaruh terhadap

kepuasan kerja.

d. Mutu pengawasan

Hubungan antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting

artinya dalam menaikan produktivitas kerja. Kepuasan dapat di

tingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan

kepada bawahan, sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya

merupakan bagaina yang penting dari organisasi kerja.

Menurut Sagala dan Rivai (2009:860), Secara teoritis, faktor-faktor

yang mempengaruhi kepuasan kerja sangat banyak jumlahnya, seperti

gaya kepemimpinan, produktivitas kerja, perilaku, locus of control, pemenuhan harapan penggajian dan efektivitas kerja. Faktor-faktor yang

biasanya digunakan untuk mengukur kepuasan kerja seorang karyawan

adalah:

a. Isi pekerjaan, penampilan tugas pekerjaan yang aktual dan sebagai

kontrol terhadap pekerjaan;

b. Supervisi;

c. Organisasi dan manajemen;

d. Kesempatan untuk maju;

e. Gaji dan keuntungan dalam bidang finansial lainnya seperti adanya insentif;

f. Rekan kerja; dan

(48)

Kepuasan kerja berpangkal dari berbagai aspek kerja, seperti upah,

kesempatan promosi, penyelia (supervisior) dan rekan sekerja. Kepuasan

kerja juga berasal dari faktor-faktor lingkungan kerja, seperti gaya

penyeliaan (supervisi), kebijaksanaan dan prosedur, keanggotaan

kelompok kerja, kondisi kerja, dan tunjangan. Dari sejumlah dimensi yang

dihubungkan dengan kepuasan kerja, lima diantaranya memiliki

karakteristik yang sangat penting. Kelima dimensi itu ialah:

a. upah jumlah upah yang diterima dan dianggap upah yang wajar. b. Pekerjaan keadaan di mana tugas pekerjaan dianggap menarik,

memberikan kesempatan untuk belajar dan bertanggung jawab.

c. Kesempatan Promosi tersedia kesempatan untuk maju.

d. Penyelia kemampuan penyelia untuk menunjukan minat dan perhatian terhadap karyawan.

e. Rekan sekerja keadaan di mana rekan sekerja menunjukan sikap bersahabat dan mendorong. (Gibson,et. al.,1985:67)

g. Khi jrklGuru

1. Pengertian Kinerja

Istilah kinerja berasal dari kata Job Performace atau Actual Performace(prestasi kinerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

(49)

Benardin dan Russel (1993) memberikan definisi tentang prestasi

atau kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari

fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu

tertentu. Byars dan Rue (1984) mengartikan prestasi atau kinerja sebagai

tingkat kecakapan seseorang pada tugas-tugas yang mencakup pada

pekerjaannya. (Sutrisno, 2009: 164)

Definisi kinerja yang dikemukakan oleh Bambang Kusriyanto dalam

Mangkunegara (2006: 9) adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan

peran serta tenaga kerja persatuan waktu (lazimnya per jam).

Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas

maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan

penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil

karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional

maupun structural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personal di

dalam organsiasi. (Ilyas, 2002:65)

Departemen Pendidikan Nasional (2008:21) menjelaskan bahwa

kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat

dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki

oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang

dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu

bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan

(50)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut A. Dale Timpel dalam Mangkunegara (2006: 15),

faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal. Faktor

internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat

seseorang. Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena

mempunyai kemampuan tinggi dan seorang itu tipe pekerja keras,

sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut

mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki

upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya. Faktor eksternal yaitu

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari

lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja,

bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim kerja.

Byar dan Rue dalam Sutrisno (2009:166) mengemukakan adanya

dua faktor yang mempengaruhi prestasi kerja atau kinerja, yaitu faktor

individu dan lingkungan. Faktor-faktor individu yang dimaksud adalah:

a. Usaha (effort), yang menunjukan sejumlah senergi fisik dan mental yang digunakan dalam menyelenggarakan gerakan tugas;

b. Abilities, yaitu sifat-sifat personel yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas;

(51)

Sedangkan faktor-faktor lingkungan yang memengaruhi prestasi

kerja atau kinerja adalah:

a. Kondisi fisik;

b. Peralatan;

c. Waktu;

d. Material

e. Pendidikan;

f. Supervisi;

g. Desain organisasi;

h. Pelatihan; dan

i. Keberuntungan.

Menurut Henry Simamora dalam mangkunegara (2006: 14), kinerja

(performance) dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: a. Faktor individual yang terdiri dari

1) Kemampuan dan keahlian

2) Latar belakang

3) Demografi

b. Faktor psikologis yang terdiri dari

1) Persepsi

2) Attitude

3) Personality

4) Pembelajaran

(52)

c. Faktor organsiasi yang terdiri dari

1) Sumber daya

2) Kepemimpinan

3) Penghargaan

4) Struktur

5) Job design

4. Penilaian Kinerja

Leon C. Megginson dalam Mangkunegara (2008:69) mengemukakan

bahwa penilaian kinerja adalah suatu proses yang digunakan majikan

untuk menetukan apakah seorang pegawai melakukan pekerjaannya sesuai

dengan yang dimaksudkan.

Penilaian prestasi pegawai/kinerja adalah suatu proses penilaian

prestasi kerja pegawai yang dilakukan pimpinan peruasahaan secara

sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.

(Mangkunegara, 2008:69)

Ilyas (2002:87) menjelaskan bahwa penilaian kinerja adalah proses

menilai hasil karya personel dalam suatu organisasi melalui instrument

penilaian kinerja. Pada hakikatnya, penilaian kinerja merupakan suatu

evaluasi terhadap penampilan kerja personel dengan membandingkannya

dengan standar baku penampilan. Kegaitan penilaian kinerja ini membantu

pengambilan keputusan bagian personalia dan memberika umpan balik

(53)

Lebih lanjut Ilyas (2002) menjelaskan bahwa penilaian kinerja dapat

didefinisikan sebagai proses formal yang dilakukan untuk mengevaluasi

tingkat pelaksanaan pekerjaan atau untuk kerja (performace appraisal) seorang personel dan memberikan umpan balik untuk kesesuaian tingkat

kinerja.

Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru.

Departemen Pendidikan Nasional (2008:36) menjelaskan bahwa kinerja

atau unjuk kerja dalam konteks profesi guru adalah kegiatan yang meliputi

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran (KBM), dan

melakukan penilaian hasil belajar.

5. Tujuan Penilaian Kinerja

Mangkunegara (2006: 10) menjelaskan tujuan penilaian/evaluasi

kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi

melalui peningkatan kinerja dari SDM organisasi. Secara lebih spesifik,

tujuan dari penilaian/evaluasi kinerja sebagaimana dikemukakan Agus

Sunyoto (1999) adalah:

a. Meningkatkan saling penegertian antara karyawan tentang persyaratan

kinerja.

b. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga

mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau

(54)

c. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan

keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap

karier atau terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang.

d. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan,

sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan

potensinya.

e. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai

dengan kebutuhan pelatihan, khususnya rencana diklat, dan kemudian

menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.

mn opqp rs ts uqvpwx uy z r z

Muhammad Anas (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh

Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Balai Perbenihan Tanaman

Hutan Sulawesi menyimpulkan bahwa faktor motivasi mempengaruhi

kinerja pegawai sebesar 50,1%.

Eva Kris Diana Devi (2009) dalam Tesisnya yang berjudul Analisis

Pengaruh Kepuasan Kerja dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Dengan

Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Intervining menyimpulkan

bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepuasan kerja

dengan kinerja karyawan dengan nilai P (Probability) sebesar 0,037 (p<0,05).

Serta terdapat pula pengaruh positif, walau tidak signifikan, antara motivasi

(55)

Eka Yuliana (2006) dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh

Kemampuan Intelektual dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata

Diklat Produktif Penjualan di SMK Bisni dan Manajemen se Kabupaten

Kebumen , menyimpulkan bahwa motivasi kerja secara signifikan

berpengaruh terhadap kinerja guru sebesar 20,66%.

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2004) yang berjudul

Pengaruh Faktor-faktor Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pusat

Pendidikan Komputer Akuntansi IMKA di Surakarta , menyimpulkan bahwa

kepuasan kerja; gaji, kepemimpinan, dan sikap rekan sekerja mempunyai

pengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan.

Sebuah penelitian meta analisis mengakumulasikan hasil-hasil dari 74

penelitian. Yang menghubungkan antara kepuasan kerja dengan prestasi kerja

terhadap 12.192 orang. Ditemukan bahwa terdapat suatu hubungan positif

yang lemah antara kepuasan kerja dan prestasi. (Kreitner dan Kinicki,

2003:275)

Mangkunegara (2006:76), menjelaskan bahwa berdasarkan hasil

penelitian McClelland (1961), Edward Murray (1957), Miler dan Gordon W.

(1970), Anwar Prabu Mangkunegara (2000), menyimpulkan bahwa ada

(56)

Pendidikan yang berkualitas merupakan pondasi untuk mencetak

sumber daya manusia yang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan

kebutuhan pembangunan. Karakteristik lulusan yang baik mensyaratkan

proses belajar mengajar yang baik. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga

pendidik (guru) professional.

Guru memiliki tugas sebagai pengajar yang melakukan transfer

pengetahuan. Selain itu, guru juga sebagai pendidik yang melakukan transfer

nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan

menuntun siswa dalam belajar. Untuk itu guru harus berperan aktif dan

menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional yang bekerja dengan

kinerja yang tinggi.

Untuk melahirkan guru-guru yang professional, tidak semata-mata

hanya meningkatkan kompetensinya saja, baik melalui pemberian penataran,

pelatihan maupun memberikan kesempatan untuk belajar lagi, namun perlu

juga memperhatikan keadaan guru dari sisi yang lain, seperti motivasi dan

kepuasan guru dalam bekerja sebagai pendidik.

Motivasi, yang timbul karena adanya kebutuhan atau keinginan,

merupakan perangsang daya gerak yang menyebabkan seorang guru

bersemangat dalam mengajar. Guru yang bersemangat dalam mengajar

terlihat dalam ketekunannya ketika melaksanakan tugas, ulet, minatnya yang

(57)

Kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan

atau tidak menyenangkan terhadap pekerjaannya. Seorang guru yang

memiliki kepuasan kerja yang tinggi akan berprestasi lebih baik dari pada

seorang guru yang tidak memiliki kepuasan kerja. Seperti yang dijelaskan

Sutrisno (2009), bahwa karyawan yang memiliki kepuasan kerja tinggi akan

berbrestasi lebih baik daripada karyawan yang tidak memiliki kepuasan kerja.

Hubungan antara motivasi, kepuasan kerja, dan kinerja guru dapat

dinyatakan sebagai beikut:

‡ˆ ‰Šˆ‹Œ Ž  ‹ˆ ‘’“ˆ” ‹ •– “–‹

—˜™š ›œš

(X1)

Kžpuœ œŸ k žr œ

(X2)

KšŸ žr œGuru

(58)

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dari

uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap

kinerja guru.

Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap kinerja

guru.

2. Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja

terhadap kinerja guru.

Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja terhadap

kinerja guru.

3. Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi dan

kepuasan kerja terhadap kinerja guru.

Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi dan kepuasan

(59)

°± °² ²²

³´ µ¶ ·¶¸¶ ¹²º´ »´¸² µ² ±»

±¼ ½¾ ¿À Á¸Â ÀÁà ¾ÄºÅÀ ÅÆ Ç¿À

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kausalitas yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya pengaruh

antara motivasi (X1) dan kepuasan kerja (X2) terhadapa kinerja guru (Y). Unit

analisis yang digunakan adalah para guru dan murid di MTsN Tangerang II

Pamulang.

°¼ ºÈ Ä ¾ Æ ¿ÉºÅÀ ÅÆÂÇ ¿À

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah semua guru dan murid kelas IX MTsN Tangerang

II Pamulang.

Bedasarkan data yang diperoleh melalui tinjauan pustaka, diketahui

jumlah guru MTsN Tangerang II Pamulang berjumlah 80 orang. Sedangkan

jumlah murid kelas XI MTsN Tangerang II Pamulang berjumlah 315 orang.

ʼ MeÇÈ Ëe ºÅÀeÀÇ ¾ ¿ÀÌ¿ÍÄeÆ

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh

populasi. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitin ini adalah

ÎÏÐÑÒÐÓ ÒÐÎ Ò ÔÕÖ×ØÓ ÐÙ, yaitu unit sampel yang digunakan mudah untuk

dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat

Gambar

Tabel 3.1Operasional Variabel
Tabel 4.3Deskripsi Responden
Tabel 4.3 menunjukan bahwa responden untuk mengukur motivasi
Tabel 4.4Deskripsi Responden Variabel Kinerja Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari penulisan ilmiah ini untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh keempat jenis produk (donat, brownies, lapis legit, dan roti manis)

Mengingat manfaat yang bisa dipetik dari Gamification, maka perpustakaan juga perlu belajar bagaimana mengaplikasikannya dalam dunia perpustakaan, terutama untuk

Awalnya uang hasil jualan tanah digunakan untuk pembelian 2 mesin jahit, 1 mesin obras dan sebagian untuk pembelian bahan baku (kain, benang, dll). Pada saat itu,

Proses pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang masih menggunakan sistem manual banyak mengalami kendala antara lain sering terjadi kesalahan ketik identitas

Mengingat luasnya pembahasan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan tidak meyimpang dari permasalahan, maka penulis membatasi permasalahan yang akan

067 = Latihan menebak kata kerja tidak beraturan 068 = Belajar bahasa Inggris melalui video. 069 = Reading Comprehension (Latihan) 070 = Reading Comprehension (Latihan) 071 =

(Coordinate values in a GridCRS are NOT in the referenced GridBaseCRS.) To refer to a recorded pixel, each coordinate value will be an integer. However, to refer to a general

Partisipan berjumlah 8 orang yang terbagi dalam 3 kelompok dan semua partisipan merupakan keluarga dari pasien yang pernah dirawat atau sedang berobat di Rumah Sakit