POLA RESISTENSI MIKROORGANISME PENYEBAB
KEPUTIHAN PADA WANITA PASCA MENOPAUSE
Oleh: Henry Gunawan
PEMBIMBING:
Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG), SpOG.K dr. Ichwanul Adenin, M.Ked(OG), SpOG.K
PEMBANDING:
dr. Sarah Dina, M.Ked(OG), SpOG.K dr. M. Rhiza Z Tala, M.Ked(OG), SpOG.K dr. Iman Helmi Effendi, M.Ked(OG), SpOG.K
PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa ,
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran dalam bidang Obstetri dan
Ginekologi. Sebagai manusia biasa Saya menyadari bahwa tesis ini banyak
kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan
Saya kiranya Tesis ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan
khususnya tentang :
"
POLA RESISTENSI MIKROORGANISME PENYEBAB
KEPUTIHAN PADA WANITA PASCA MENOPAUSE
"
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah Saya
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
yang terhormat :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H
(CTM&H), SpA(K) dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD (KGEH), yang telah
memberikan kesempatan kepada Saya untuk mengikuti Program
Pendidikan Magister di bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran USU Medan.
2. Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, Prof. dr.
Ginekologi FK-USU Medan, Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG),
SpOG (K); Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
FK-USU Medan, dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K); Sekretaris Program
Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, dr. M.
Rhiza Z. Tala, M.Ked(OG), SpOG (K); Prof. dr. M. Jusuf Hanafiah, SpOG
(K); Prof. dr. Djafar Siddik, SpOG (K); Prof. dr. dr. M. Thamrin Tanjung,
SpOG (K); Prof. dr. Hamonangan Hutapea, SpOG (K); Prof. dr. R.
Haryono Roeshadi, SpOG (K); Prof. dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K); Prof.
dr. Budi R. Hadibroto, SpOG (K); Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K);
Prof. dr. Daulat H. Sibuea, SpOG (K); yang telah bersama-sama berkenan
menerima Saya untuk mengikuti pendidikan magister di Departemen
Obstetri dan Ginekologi FK USU.
3. Khususnya kepada Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K); yang telah
memberi Saya kesempatan untuk dapat menempuh Program Pendidikan
Magister di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU. Saya ucapkan
Terima kasih yang tidak terhingga, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
membalas kebaikan beliau.
4. Ketua Divisi Onkologi Ginekologi Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K)
dan Sekretaris Divisi Onkologi Ginekologi dr. Deri Edianto, M.Ked(OG),
SpOG(K) yang telah mengizinkan Saya untuk melakukan penelitian
tentang :
5. Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG), SpOG (K) dan dr. Ichwanul
Adenin, M.Ked(OG), SpOG.Kselaku pembimbing tesis Saya, bersama dr.
Sarah Dina, M.Ked(OG), SpOG.K, dr. M. Rhiza Z Tala, M.Ked(OG),
SpOG.K, dr. Iman Helmi Effendi, M.Ked(OG), SpOG.K, selaku
pembanding dan nara sumber yang penuh dengan kesabaran telah
meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa,
dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.
6. Terima kasih kepada dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K) yang telah
memberikan ide dan membantu disetujuinya penulisan tesis ini.
7. dr. Jenius L tobing, SpOG selaku Bapak Angkat Saya selama menjalani
masa pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing dan
memberikan nasehat yang bermanfaat kepada Saya selama dalam
pendidikan.
8. Seluruh Staf Pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU
Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik
Saya sejak awal hingga akhir pendidikan magister. Semoga Tuhan Yang
Maha Kuasa membalas budi baik Guru-guru Saya tersebut.
9. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan
kesempatan dan sarana kepada Saya selama mengikuti program
pendidikan magister di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
10.Direktur RSUP dr. Pirngadi Medan, dr. Amran Lubis, SpJP; dan
khususnya Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi
Medan dr. Syamsul Arifin Nasution, SpOG(K); Ketua koordinator PPDS
Penelitian di RSUD dr. Pirngadi Medan dr. Fadjrir, SpOG beserta staf
yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada Saya selama
menempuh pendidikan magister di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
Dan kepada dr. John S. Khoman, SpOG (K), terima kasih banyak atas
segala nasehat, arahan, dan dukungan serta bimbingannya kepada Saya
selama bertugas di Divisi Onkologi Ginekologi RSUD dr. Pirngadi
Medan.
11.Direktur Rumkit Tk. II Puteri Hijau KESDAM II/BB Medan dan Kepala
SMF Obstetri dan Ginekologi Rumkit Tk. II Puteri Hijau KESDAM II/BB
Medan dr. Yazim Yaqub, SpOG beserta staf yang telah memberi
kesempatan dan sarana serta bimbingan selama Saya bertugas di Rumah
Sakit tersebut.
12.Direktur Rumah Sakit Umum PTPN II Tembakau Deli; dr. Sofyan Abdul
Ilah, SpOG dan dr. Nazaruddin Jaffar, SpOG (K) beserta staf yang telah
memberikan kesempatan dan bimbingan selama Saya bertugass menjalani
pendidikan di Rumah Sakit tersebut.
13.Direktur RSU Haji Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Gnekologi RSU
Haji Medan dr. Muslich Perangin-angin, SpOG beserta staf yang telah
memberi kesempatan dan sarana serta bimbingan kepada Saya selama
bertugas di Rumah Sakit tersebut.
14.Direktur RSU Sundari Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Gnekologi
RSU Sundari Medan dr. H. M. Haidir, MHA, SpOG dan Ibu Sundari,
Am.Keb beserta staf yang telah memberi kesempatan dan bimbingan
15.Direktur RSUD Gunung Tua beserta staf yang telah memberikan
kesempatan untuk bekerja dan memberikan bantuan moril selama Saya
bertugas di Rumah Sakit tersebut.
16.Ketua Departemen Anestesiologi dan Reanimasi FK-USU Medan beserta
staf, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama Saya
bertugas di Departemen tersebut.
17.Ketua Departemen Patologi Anatomi FK-USU Medan beserta staf, atas
kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama Saya bertugas di
Departemen tersebut.
18.Kepada senior-senior Saya, dr. Abdul Hadi, SpOG; dr. Teuku Rahmat
Iqbal, SpOG; dr. T.M. Rizki, SpOG; dr. Mulda, SpOG, dr. Sim Romi,
SpOG; dr. Simon P. Saing, SpOG; dr. Sukhbir Singh, SpOG, dr. Ferry
Simatupang, SpOG; dr. Dwi Faradina, Mked(OG), SpOG; dr. Hj. Dessy
Hasibuan, SpOG; dr. Rony P. Bangun, SpOG; dr. Alim Sahid, SpOG; dr.
Ilham Sejahtera L., SpOG; dr. Nur Aflah, SpOG; dr. Yusmardi, SpOG; dr.
Gorga W. Udjung, SpOG; dr. Siti S. Silvia, SpOG; dr. Anggia Melanie L.,
SpOG; dr. Maya Hasmita, SpOG; dr. David Luther, SKM, Mked(OG),
SpOG; dr. Riza H. Nasution, SpOG; dr. Lili Kuswani, SpOG; dr. M.
ikhwan, SpOG; dr. Edward Muldjadi, SpOG; dr. Ari Abdurrahman Lubis,
SpOG; dr. Zilliyadein R., SpOG; dr. Benny J., SpOG; dr. M. Rizki Yaznil,
Mked(OG), SpOG; dr. Yuri Andriansyah, SpOG; dr. T. Jeffrey A., SpOG;
dr. Made S. Kumara, SpOG; dr. Sri Jauharah L., SpOG; dr. M. Jusuf
Rahmatsyah, Mked(OG), SpOG; dr. Boy P. Siregar, SpOG; dr. Hedy Tan,
SpOG; dr. Rizka H., SpOG; dr. Hatsari, SpOG; dr. Andri P. Aswar, SpOG;
dr. Alfian, SpOG; dr. Errol, SpOG; dr. T. Johan A., Mked(OG), SpOG; dr.
Tigor P. H., Mked(OG), SpOG; dr. Elvira M.S., Mked(OG), SpOG; dr.
Hendry A.S., Mked(OG), SpOG; dr. Heika NS, Mked(OG), SpOG; dr.
Riske E.P.; dr. Ali Akbar, Mked(OG), SpOG; dr. Arjuna S, Mked(OG),
SpOG; dr. Janwar S, Mked(OG), SpOG; dr. Irwansyah P, Mked(OG),
SpOG; dr.Ulfah W.K., Mked(OG), SpOG; dr. Ismail Usman, Mked(OG),
SpOG; dr. Aries M; dr. Hendri Ginting, Mked(OG), SpOG; dr. Robby
Pakpahan, dr. Meity Elvina, Mked(OG), SpOG; dr. M. Yusuf, Mked(OG),
SpOG; dr. Dany Ariyani, Mked(OG), dr. Fatin Atifa, M.Ked(OG), SpOG.
Saya berterima kasih atas segala bimbingan, bantuan dan dukungannya
yang telah diberikan selama ini.
19.Kepada sahabat-sahabat saya sejawat angkatan 2009: dr. Pantas S.
Siburian, dr. Morel Sembiring, Mked(OG), SpOG, dr. Eka Handayani,
Mked(OG), SpOG, dr. Sri Damayana, Mked(OG), SpOG, dr. Liza Marosa,
Mked(OG), dr. M. Rizky P. Lubis, Mked(OG), dr. Arief Siregar,
Mked(OG), SpOG, dr. Ferdiansyah Putra, Mked(OG), SpOG dan dr.
Yudha Sudewo ,Mked(OG), SpOG terima kasih untuk kebersamaan dan
kerjasamanya selama pendidikan hingga saat ini.
20.Teman sejawat yang pernah bekerjasama dengan saya dalam tim jaga dr.
Johan Ricardo, dr. Ade Ayu, dr. Mario M T Hutagalung, dr. Tri Ebta,
terima kasih atas kebersamaan kita selama ini, kenangan indah akan Saya
21.Seluruh rekan-rekan PPDS yang sangat baik. Terima kasih atas
kebersamaan, dorongan semangat dan doa yang telah diberikan selama ini.
22.Kepada almh. Ibu Hj. Asnawati Hsb, Ibu Hj. Sosmalawaty, Ibu Zubaedah,
Mimi, dan seluruh Pegawai di lingkungan Departemen Obstetri dan
Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan terima kasih atas bantuan dan
dukungannya.
23.Dokter muda, Bidan, Paramedis, karyawan/karyawati, serta para pasien di
Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSUP. H. Adam
Malik-RSUD dr. Pirngadi Medan, RS. Haji Medan, RS. Sundari yang dari
padanya Saya banyak memperoleh pengetahuan baru, terima kasih atas
kerja sama dan saling pengertian yang diberikan kepada Saya sehingga
dapat sampai pada akhir program pendidikan magister ini.
Tiada kata yang dapat Saya ucapkan selain rasa syukur kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa dan sembah sujud serta terima kasih yang tidak terhingga Saya
sampaikan kepada kedua orangtua Saya yang sangat Saya cintai, Ayahanda Sarno
Rafli dan ibunda Surianah yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan,
serta mendidik Saya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang dari sejak kecil
hingga kini, memberi contoh yang baik dalam menjalani hidup serta memberikan
motivasi dan semangat kepada Saya selama mengikuti pendidikan ini.
Kepada kedua saudara kandung Saya, Abangda: Charlie ,BSc , dan
kakanda Eveline, BSc bapak angkat Saya Budi Luhur terima kasih atas bantuan,
Akhirnnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat Saya
sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung,
yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, Saya
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Medan, April 2014
POLA RESISTENSI MIKROORGANISME PENYEBAB KEPUTIHAN PADA WANITA PASKA MENOPAUSE
Henry Gunawan
Sarah Dina, M. Rhiza Z Tala, Iman Helmi Effendi , M. Fidel Ganis Siregar, Ichwanul Adenin,
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
RSUP H Adam Malik, Medan
ABSTRAK
Tujuan: Mengetahui pola resistensi mikroorganisme penyebab keputihan
pada wanita paska menopause.
Metode: merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang
(cross sectional study), yang dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan dan rumah sakit jejaring FK USU lainnya. Waktu penelitian dimulai pada Febuari 2014, pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling. Sekret vagina diambil dari forniks posterior atau dinding vagina lateral, dikirim ke bagian Mikrobiologi FK USU, untuk dilakukan kultur ke media, Sabarud Dextrose Agar (SDA), Blood Agar, Macconkey (MC) kemudian dilakukan uji resistensi.
Hasil: dari 42 orang wanita paska menopause, usia responden yang
terbanyak adalah berusia 40-50 tahun 24 orang (57,1%) dengan rerata 50,6 tahun dan rerata lama menopause 4,5 tahun, pendidikan responden terbanyak SMA 13 orang (31%), dan status masih bersuami 40 orang (95,2%). Candida albicans merupakan mikroorganisme penyebab keputihan yang terbanyak 52,4%, Staphylococcus aureus ( 26,2%), dan E. coli (16,7%), dijumpai pula Klebsiella pneumoniae, Klebsiella oxytoca, dan Proteus mirabilis serta tidak ada satupun dijumpai parasit Trichomonas sp. Dari uji resistensi E.coli yang sensitive terhadap ciprofloxacin ada 6 (87,7%), untuk Staphylococcus aureus yang sensitive tehadap vancomycin ada 6 (54,55) dan semua Candida albicans (100%) sensitive terhadap fluconazole.
Kesimpulan: mikroorganisme penyebab keputihan pada wanita paska
menopause terbanyak adalah Candida albicans yang semuanya sensitive terhadap fluconazole.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2.1 Prevalensi Mikroorganisme yang Berkenaan dengan Status Menopause ... 13 Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian ……… 26 Tabel 4.2 Rerata Usia dan Lama Menopause Subjek Penelitian …………
26
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Mikroorganisme Penyebab
DAFTAR GAMBAR
Hal.
DAFTAR SINGKATAN
WHO : World Health Organization
MRSA : Methicillin Resistant Staphylococcus aureus FMP : Final Menstrual Period
LH : Luteinizing Hormone
FSH : Follicle Stimulating Hormone MSA : Manitol Salt Agar
SDA : Sabarud Dextrose Agar, ,
MC : Macconkey Agar FK : Fakultas Kedokteran
POLA RESISTENSI MIKROORGANISME PENYEBAB KEPUTIHAN PADA WANITA PASKA MENOPAUSE
Henry Gunawan
Sarah Dina, M. Rhiza Z Tala, Iman Helmi Effendi , M. Fidel Ganis Siregar, Ichwanul Adenin,
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
RSUP H Adam Malik, Medan
ABSTRAK
Tujuan: Mengetahui pola resistensi mikroorganisme penyebab keputihan
pada wanita paska menopause.
Metode: merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang
(cross sectional study), yang dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan dan rumah sakit jejaring FK USU lainnya. Waktu penelitian dimulai pada Febuari 2014, pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling. Sekret vagina diambil dari forniks posterior atau dinding vagina lateral, dikirim ke bagian Mikrobiologi FK USU, untuk dilakukan kultur ke media, Sabarud Dextrose Agar (SDA), Blood Agar, Macconkey (MC) kemudian dilakukan uji resistensi.
Hasil: dari 42 orang wanita paska menopause, usia responden yang
terbanyak adalah berusia 40-50 tahun 24 orang (57,1%) dengan rerata 50,6 tahun dan rerata lama menopause 4,5 tahun, pendidikan responden terbanyak SMA 13 orang (31%), dan status masih bersuami 40 orang (95,2%). Candida albicans merupakan mikroorganisme penyebab keputihan yang terbanyak 52,4%, Staphylococcus aureus ( 26,2%), dan E. coli (16,7%), dijumpai pula Klebsiella pneumoniae, Klebsiella oxytoca, dan Proteus mirabilis serta tidak ada satupun dijumpai parasit Trichomonas sp. Dari uji resistensi E.coli yang sensitive terhadap ciprofloxacin ada 6 (87,7%), untuk Staphylococcus aureus yang sensitive tehadap vancomycin ada 6 (54,55) dan semua Candida albicans (100%) sensitive terhadap fluconazole.
Kesimpulan: mikroorganisme penyebab keputihan pada wanita paska
menopause terbanyak adalah Candida albicans yang semuanya sensitive terhadap fluconazole.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan
adalah suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, dan sosial-ekonomi, bukan
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan reproduksi adalah
suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, yang tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi fungsinya serta
prosesnya.
Menurut WHO masalah kesehatan mengenai reproduksi wanita
yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang
menyerang pada wanita diseluruh dunia. Angka ini lebih besar
dibandingkan dengan masalah reproduksi pada kaum laki-laki yang hanya
mencapai 12,3% pada usia yang sama dengan kaum wanita.
1
Perempuan memiliki banyak masalah dengan area vagina.
Kebanyakan kasusnya adalah keputihan. Keputihan merupakan kondisi
dari sekret vagina persisten dan berlebihan. Keputihan dapat bersifat
fisiologi atau patologis. Keputihan diamati sebagai tanda dari vaginitis
(inflamasi vagina). Infeksi vagina bisa terjadi ketika kuman-kuman seperti
bakteri dan virus masuk ke vagina melalui pertukaran cairan tubuh atau
melalui luka pada kulit. Berhubungan seks, minum antibiotika kuat untuk
waktu yang lama, kondisi stres dan penggunaan sabun yang keras bisa
menyebabkan infeksi vagina dan menimbulkan keputihan.
Keputihan beresiko terjadi pada saat menopause. Saat
menopause, sensitivitas oosit dalam memberikan respon terhadap
stimulasi gonadotropin menghilang. Pada saat menopause juga terjadi
penurunan kadar estradiol, sehingga kadar estriol yang rendah dapat
menurunkan umpan balik negatif terhadap hipotalamus dan hipofisis.
1
2
Menurunnya estrogen yang bersirkulasi yang terkait dengan transisi
menopause berkaitan erat dengan menurunnya Lactobacillus vaginalis, meningkatnya pH, berubahnya morfologi epitel, berkurangnya aliran
vascular, dan berkurangnya sekresi cairan di vagina.
Pada menopause, jumlah Lactobacillus vaginalis menurun lebih
dari 99% dari kadar yang ditemukan saat premenopause (dari 10
3
7-8
sampai < 105).4 pH vagina meningkat di atas 6 pada wanita pasca
menopause, akibat reduksi pada kolonisasi vagina oleh Lactobacillus
vaginalis, penurunan sel superficial, dan karena berkurangnya glikogen dan epitelium sehingga vagina lebih tipis. Untuk alasan ini, vagina pasca
menopause berisiko untuk terjadi infeksi dan inflamasi, meskipun bukti
mengenai meningkatnya insidensi infeksi vagina masih terbatas.
Vaginosis bakteri, Candida, dan Trikomoniasis tidak biasanya
terjadi pada wanita pasca menopause tetapi mungkin terjadi pada wanita
yang memiliki faktor risiko.
3,5
6
Lactobacillus sp., jamur, dan vaginosis
bakterialis kurang umum ditemukan pada wanita pasca menopause
menopause tidak memiliki Lactobacillus vaginalis dan tidak ada mikroorganisme terkait bakterial vaginosis.7
Lakshmi et al menemukan bahwa Escherechia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida sp. diisolasi sekitar 14,8 % , 9,3%, dan 13% pada wanita pasca menopause. Lactobacillus vaginalis ditemukan pada 27,8%
wanita pasca menopause.
Dari penelitian Lakshmi juga ditemukan bahwa kebanyakan bakteri
Gram positif ditemukan rentan terhadap penisilin, generasi III sefalosporin, eritromisin, dan oksasilin. Tiga dari bakteri S. aureus resisten terhadap oksasilin (Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Semua
strain MRSA rentan terhadap vankomisin. Bakteri gram negatif ditemukan sangat rentan terhadap amikasin, gentamisin, dan ceftazidime. Dikatakan
bahwa sistem skoring Nugent yang menilai berdasarkan pada ada atau tidaknya Lactobacillus vaginalis, mungkin tidak cukup untuk mengevaluasi flora vagina normal dan kolonisasi bakteri tingkat intermediate pada wanita
>40 tahun, karena pada banyak kasus tidak ada Lactobacillus vaginalis atau mikroorganisme terkait vaginosis bakteri terdeteksi.
8
Dari berbagai hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa
vagina pasca menopause berisiko terjadi infeksi dan inflamasi. Banyak
penyebab keputihan pada wanita pasca menopause. Meskipun sudah ada
beberapa penelitian yang meneliti penyebab keputihan saat menopause,
namun penelitian mengenai pola resistensi kuman masih terbatas. Karena
alasan inilah peneliti ingin melihat bagaimana pola resistensi kuman
penyebab keputihan pada wanita pasca menopause.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang diuraikan di atas maka peneliti merumuskan
masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimana pola resistensi
mikroorganisme penyebab keputihan pada wanita pasca menopause?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum:
Mengetahui pola resistensi mikroorganisme penyebab keputihan
pada wanita pasca menopause.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik wanita pasca menopause yang menderita
keputihan.
2. Mengetahui jenis-jenis mikroorganisme penyebab keputihan pada
wanita pasca menopause.
3. Mengetahui antibiotik yang sudah resisten pada mikroorganisme
penyebab keputihan pada wanita pasca menopause.
4. Mengetahui hubungan pola kuman dengan uji resistensi antibiotik
penyebab keputihan pada wanita pasca menopause.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
tentang pola resistensi mikroorganisme penyebab keputihan pada
wanita pasca menopause.
2. Memberikan dasar untuk terapi keputihan pada wanita pasca
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Menopause
Menopause, dari bahasa Yunani ‘Menos” (bulan) dan ‘Pausis’
(berhenti) didefinisikan sebagai periode menstruasi terakhir.9 Menopause
merupakan suatu keadaan dimana menstruasi berhenti secara permanen
sebagai akibat tidak aktifnya folikel ovarium. Menopause dihitung mulai
dari periode menstruasi akhir yang diikuti oleh 12 bulan amenorea.10
Meskipun rerata menopause terjadi pada usia 51 tahun, perubahan
secara fisiologis yang menyebabkan final menstrual period (FMP) dapat mulai 10 tahun sebelum ini, mulai dari 43 sampai 57 tahun.9,10 Menopause
ini juga dapat diinduksi oleh ooforektomi atau oleh ablasi iatrogenik dari
fungsi ovarium. Diagnosis menopause dibuat secara klinis tanpa harus
mengukur kadar hormon.10
2.1.1. Patogenesis Menopause
Ada 7 juta oogonium dalam ovarium fetus pada gestasi minggu ke
20. Setelah gestasi bulan ketujuh tidak ada oosit baru yang terbentuk.
Pada saat kelahiran, jumlah oosit sudah menurun menjadi 2 juta dan saat
pubertas hanya tinggal 300000-500000 oosit.2,11 Penurunan ini terus
berlanjut.2 Hanya beberapa ribu oosit yang tertinggal ketika seorang
wanita mencapai umur 40-an tahun dan beberapa atau tidak ada sama
sekali pada pasca menopause.9 Banyaknya jumlah yang hilang terutama
Menopause tampaknya terjadi pada wanita karena dua proses.
Pertama, oosit yang berespon terhadap gonadotropin menghilang dari
ovarium, dan yang kedua, beberapa oosit sisa tidak berespon terhadap
gonadotropin.11 Ada dua petunjuk penting dalam proses kegagalan
ovarium. Pertama, terdapat penurunan fertilitas yang nyata dengan tidak
ada disfungsi siklus. Kemudian, siklus berubah menjadi nyata karena fase
folikular memendek dan terjadi disfungsi fase luteal.
Saat menopause, sensitivitas oosit dalam memberikan respon
terhadap stimulasi gonadotropin menghilang. Karena itu, kadar estradiol
rendah, yang menyingkirkan umpan balik negatif terhadap hipotalamus
dan hipofisis, yang menyebabkan sangat tingginya kadar gonadotropin,
Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH).
9
Perubahan terjadi pada 4 kelompok hormonal yang berbeda
setelah menopause yaitu androgen, estrogen, progesteron, dan
gonadotropin.
2
Terdapat 50% penurunan kadar androstenedion yang bersirkulasi.
Androgen adrenal menurun sekitar 60-80% dengan umur, mulai dari umur
20 tahun sampai perimenopause yang mulai stabil saat FMP.
2
2,9
Namun,
penurunan testosteron hanya minimal.2 Sebagian hormon ini terus
diproduksi oleh sel teka ovarium.9 Ada 14% konversi dari androstenedion,
tetapi mayoritas diproduksi oleh sel stroma hilar dan diluteinisasi di dalam ovarium yang memang berespon terhadap meningkatnya gonadotropin
yang berlebihan. Peningkatan relatif dari testosteron yang dibandingkan
rambut, suara semakin serak dan adanya rambut di wajah kadang-kadang
terlihat pada wanita yang lanjut usia.
Estron merupakan estrogen pasca menopause utama, yang
terutama diproduksi oleh jaringan adipose perifer dan ovarium pasca
menopause lewat aromatisasi adrenal androstenedion.
2
2,9 Sebagian estron
dan testosteron secara perifer berubah menjadi estradiol, yang
menerangkan sedikit persentasi estradiol masih tersedia. Berhentinya
ovulasi menyebabkan 70% reduksi progesterone karena tidak ada lagi
produksi korpus luteal. Produksi adrenal berlanjut. Kadar LH dan FSH di
hipofisis sangat meningkat karena kadar estradiol menurun, tetapi masih
dilepascan secara pulsatil.2
2.1.2. Diagnosis Menopause
Diagnosis menopause biasanya dapat dipastikan dari riwayat
karakteristik dari manifestasi klinis vasomotor hot flush dan keringat
malam dan memanjangnya episode amenorea. Pengukuran kadar hormon
plasma pada pasien dengan manifestasi klinis klasik tidak perlu
disebabkan biaya yang mahal, memerlukan waktu, dan signifikansi klinis
yang sedikit. Setelah diagnosis terbentuk, investigasi seharusnya tidak
lebih dari skrining tahunan yang biasanya dapat diaplikasikan pada wanita
berusia pertengahan. Pemeriksaan ini termasuk penilaian berat badan,
tekanan darah, dan sitologi serviks rutin. Perkiraan profil lemak puasa
mungkin berguna pada wanita dengan faktor risiko tidak hanya dari titik
pengganti hormon.9 Menopause terjadi jika jumlah folikel primordial
berkurang sampai sekitar 1000.12
2.2. Fisiologi Vagina yang Terkait dengan Defisiensi Estrogen
Vagina terdiri dari 3 lapisan yaitu epitel vagina, lapisan muskularis,
dan lapisan fibrosa paling luar yang berasal dari fasia pelvik. Epitel vagina
terdiri dari sel skuamosa stratified, dan mengandung sejumlah besar
lokasi pengikatan estrogen. Dengan mulainya stimulasi estrogen saat
menarche, sel superfisial menguasai seluruh sel parabasal. Sel superfisial
matang diperkirakan meningkatkan protektif. Karena itu, sel parabasal
yang kurang matur meningkat seiring dengan waktu wanita tersebut
mendekati menopause, lebih tipis, dan lebih kurang protektif lapisannya.
Mikrobiologi vagina banyak bervariasi selama kehidupan wanita,
kebanyakan secara langsung karena pengaruh steroid seks pada jaringan
traktus genital bagian bawah. Pada dasarnya pertumbuhan bakteri
merupakan persamaan matematika sederhana: banyaknya organisme
yang ada (bergantung pada inokulum dan sumber makanan yang tersedia
seperti glikogen) dibagi dengan respon imun individu. Defisiensi relatif
glikogen pada vagina premenopause dan menopause menyebabkan
secara kuantitatif sedikit jumlah bakteri yang relatif terhadap yang ada
selama tahun reproduktif.
4
Kebanyakan bakteri memerlukan lingkungan yang kaya akan
nutrisi, kehangatan dan kelembaban untuk tumbuh. Di laboratorium,
lingkungan ini diberikan oleh media pertumbuhan dan incubator. Pada
manusia hidup, kelembaban muncul dalam bentuk sekresi vagina, yang
biasanya terdiri dari transudat vagina yaitu sel epitel terdeskuamasi,
mukus serviks dan cairan endometrium. Pada sekresi vagina normal,
spesies Lactobacillus vaginalis berproliferasi. Lactobacillus vaginalis menggunakan glikogen dari sel superfisial yang terdeskuamasi sebagai
substrat, dan mengkonversikan glukosa menjadi asam laktat dan hidrogen
peroksida. Asam laktat dan hidrogen peroksida menyebabkan rendahnya
pH vagina (sekitar 4,2) yang menghambat pertumbuhan kebanyakan
bakteri patogen. Dengan infeksi bakteri, meningkatnya produk sampingan
menyebabkan meningkatnya pH, sehingga berkurang jumlah
Lactobacillus, sedangkan organisme fakultatif dan anaerob berproliferasi.4 Pada menopause, jumlah Lactobacillus vaginalis menurun lebih
dari 99% dari kadar yang ditemukan pada tahun premenopause (dari 10
7-8
sampai < 105). Karena sumber makanan glikogen untuk bakteri cepat
digunakan oleh bakteri patogen aerobik yang lebih cepat berkembang, pH
vagina meningkat sekitar 5,0-6,0, dimana spesies Lactobacillus vaginalis digantikan dengan spesies bakteri dari perineum.4 Freedman
mengobservasi dari 400 wanita pasca menopause, terdapat 381 wanita
(95%) memiliki pH >4,5 dalam 12 bulan setelah berhenti terapi hormon.13
Kadar estradiol pada wanita premenopause berkisar mulai dari 147
sampai 1468 pmol/l (40-400 pg/ml) dan menurun hingga kurang dari 73
pmol (20pg/ml) pasca menopause. Perubahan dalam estrogen yang
bersirkulasi ini dicerminkan pada fisiologis dan manifestasi klinis vagina
dan sensitif mengenai menurunnya dan rendahnya kadar estrogen yang
bersirkulasi pada wanita pasca menopause.3
Gambar 1. Gambar skematik mengenai efek estrogen pada epitel
vagina3
Estrogen meningkatkan pembentukan glikogen di epitel skuamosa.
Lactobacillus doderlein, bagian dari normal flora vagina, bergantung pada glikogen sebagai sumber tenaga dan mengonversi glikogen menjadi asam
laktat, sehingga mempertahankan pH asam vagina. pH asam berperan
untuk menurunkan patogen. Estrogen juga membantu mempertahankan
ketebalan epitel vagina berlapis banyak skuamosa, yang memberi warna
normal merah jambu, kerutan, dan kelembaban. Tanpa adanya estrogen,
proliferasi jaringan ikat meningkat, elastin menjadi berfragmentasi, dan
kolagen bergantung pada hialinisasi.
Hilangnya lipatan rugae vagina dan menipisnya epitel menjadi lebih
nyata 2-3 tahun pasca menopause dan onset temuan fisik bervariasi.
Hilangnya kerutan akibat pemecahan dukungan kolagen dari epitelium
vagina. Pergantian kolagen meningkat pada wanita yang menua tanpa
terapi hormon dan perubahan ini mungkin penting terhadap terjadinya
prolaps vagina.
pH vagina pada wanita premenopause kurang dari 4,5, yang
mencerminkan produksi asam laktat oleh organisme Lactobacillus sp. pH vagina meningkat di atas 6 pada wanita pasca menopause, akibat reduksi
pada kolonisasi vagina oleh Lactobacillus vaginalis, sekunder terhadap penurunan sel superfisial dan karenanya berkurangnya glikogen, dan
epitelium vagina lebih tipis. Untuk alasan ini, vagina pasca menopause
berisiko terjadi infeksi dan inflamasi, meskipun bukti mengenai
meningkatnya insidensi infeksi vagina masih terbatas.
3
3
Menurunnya estrogen yang bersirkulasi yang terkait dengan transisi
menopause berkaitan erat dengan menurunnya Lactobacilus vaginalis, meningkatnya pH, berubahnya morfologi epitel, berkurangnya aliran
vascular, dan berkurangnya sekresi cairan di vagina.
3
2.3. Keputihan Pada Wanita Menopause
Keputihan merupakan kondisi dari sekret vagina persisten dan
berlebihan. Keputihan dapat bersifat fisiologis atau pataologis. Keputihan
diamati sebagai tanda dari vaginitis (inflamasi vagina).5 Meskipun
dipercayai bahwa kurangnya estrogen dan karena itu menurunnya
glikogen, pada vagina menopause menyebabkan penurunan yang
spesies dapat tinggal di vagina dan menimbulkan manifestasi klinis.
Diagnosis dapat lebih rumit bila sebagian kriteria yang digunakan untuk
mendiagnosis vaginitis, seperti meningkatnya pH, diubah di menopause.
Kebanyakan kasus vaginitis infeksius yang sering kali disebabkan
oleh infeksi fungus Candida albicans atau oleh parasit protozoa
Trichomonas vaginalis, terjadi sekitar 20-30% setiap infeksi ini. Penelitian lain telah menyatakan bahwa vaginitis bakteri sebagai penyebab paling
sering mikrobiologi. Di Abidjan, spesies mikroba yang paling sering
ditemukan adalah vaginitis Gardnerella (47%), Candida albicans (29,4%), Chlamydia trachomatis (13,7%), Trichomonas vaginalis (6,9%), dan
Neisseria gonorrhea (2,9%).
4
Vaginosis bakterialis, kandida, dan trikomoniasis tidak biasanya
terjadi pada wanita pasca menopause tetapi mungkin terjadi dengan yang
memiliki faktor risiko.
5
6
Lactobacillus sp, jamur, dan vaginosis bakteri kurang umum ditemukan pada wanita pasca menopause daripada wanita
usia reproduksi. Banyak wanita peri- dan pasca menopause tidak memiliki
Lactobacillus vaginalis dan tidak ada mikroorganisme terkait bakterial
vaginosis.7
Lakshmi et al menemukan bahwa Escherechia coli, Staphylococcus aureus dan Candida sp. diisolasi sekitar 14,8 % , 9,3%, dan 13% pada
wanita pasca menopause. Lactobacillus vaginalis ditemukan pada 27,8% wanita pasca menopause. Dari penelitiannya juga ditemukan bahwa
aureus resisten terhadap oksasilin (Methicillin Resistant Staphylococcus aureus atau MRSA). Semua strain MRSA rentan terhadap vankomisin.
Bakteri gram negatif ditemukan sangat rentan terhadap amikasin, gentamisin, dan ceftazidime. Dikatakan bahwa sistem skoring Nugent mungkin tidak cukup untuk mengevaluasi flora vagina normal dan
kolonisasi bakteri tingkat intermediate pada wanita >40 tahun, karena
pada banyak kasus tidak ada Lactobacillus vaginalis atau mikroorganisme
terkait vaginosis bakteri terdeteksi.
Tabel 2.1. Prevalensi mikroorganisme yang berkenaan dengan status
menopause
8
8
Meningkatnya pH pada wanita premenopause adalah abnormal
dan sering kali merupakan indikasi adanya infeksi bakteri atau parasit.
Namun, pH biasanya meningkat saat menopause dan karena itu ini
biasanya karena hasil pengaruh dari estrogen endogen atau eksogen,
atau mungkin penggunaan SERM. pH yang rendah juga mungkin akibat
obat dengan gel, atau krim topikal asam, dan pasien seharusnya ditanya
jika memang ada produk tersebut yang digunakan. Dengan pemeriksaan
preparat basah, rasio sel superfisial terhadap parabasal dapat dengan
mudah diketahui. Bahkan jika ada infeksi lain yang terdiagnosis yang
timbulnya bersamaan dengan vaginitis atrofi seharusnya disebutkan
selama atau setelah pengobatan infeksi saat ini sukses.
Jika tidak ada infeksi bakteri berat atau parasit, biasanya berkurang
atau tidak ada morfotipe seperti Lactobacillus vaginalis dan bakteri lain.
Jika morfotipe jamur tidak ditemukan dan vaginanya tipis dan pucat
dengan kerutan yang buruk, maka diagnosis vaginitis atrofi dapat
dipertimbangkan dan pengobatan dimulai. Jika pemeriksaan pasien
menunjukkan adanya respon estrogen yang adekuat dan banyak bakteri
dan sel darah putih, kemungkinan pasien tersebut menderita vaginitis
bakteri (bukan vaginosis bakteri), karena epitelium yang polos,
meningkatnya pH dan kurangnya Lactobacillus vaginalis semua
menyokong pertumbuhan bakteri. Gejala klinis iritasi vagina, tetapi tidak
gatal, membuat diagnosis primer infeksi jamur kurang cocok, dan evaluasi
selanjutnya diperlukan untuk mengidentifikasi patogen.
4
2.4 KERANGKA TEORI
Wanita Menopause
Hormon estrogen ↓
↓ Ketebalan epitel
gepeng vagina, rugae, dan kelembaban
↑ pembentukan
glikogen
↓Proliferasi jaringan
ikat, fragmentasi elastin, dan hyalinisasi
kolagen
• Kerusakan mukosa dan jaringan vagina
• Konversi glikogen menjadi asam laktat oleh Lactobacillussp. terganggu
pH vagina ↑
Proteksi terhadap infeksi berkurang
Keputihan
Karakteristik
Usia
Pendidikan
2.5. Kerangka Konsep
variabel bebas ( variabel independent )
variabel tergantung ( variabel dependent )
Wanita menopause
Karakteristik
Usia
Pendidikan
Status Perkawinan
Penurunan proteksi terhadap infeksi Penurunan estrogen
Infeksi oleh
E. coli
S. aureus
Candida sp
Trichomonas sp
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
desain potong lintang (cross sectional study) yang menilai pola resistensi mikroorganisme penyebab keputihan pada wanita pasca menopause yang
berkunjung ke poliklinik Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan dan
rumah sakit jejaring Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK
USU) lainnya.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi
RSUP H. Adam Malik Medan dan rumah sakit jejaring FK USU lainnya.
Waktu penelitian dimulai pada Febuari 2014 sampai jumlah sampel
minimal terpenuhi.
3.3. Populasi Dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi target adalah seluruh wanita pasca menopause yang
menderita keputihan.
3.3.2. Populasi terjangkau adalah seluruh wanita pasca menopause
yang menderita keputihan yang berkunjung ke poliklinik Ginekologi
3.3.3. Sampel penelitian yaitu wanita pasca menopause yang menderita
keputihan dan berkunjung ke poliklinik Ginekologi RSUP H. Adam
Malik Medan dan rumah sakit jejaring FK USU lainnya.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling sampai jumlah sampel minimal terpenuhi.
3.3.4. Penghitungan Besar Sampel14
n = (Zα)
:
2
d PQ
n = Jumlah sampel
2
Zα = 1,96 (α = 0,05)
P = Proporsi populasi, menurut Hadrians dkk, 2005, insiden keputihan
pada wanita pasca menopause 75,5%.
d= 15% = 0,15
n = 31,58 dibulatkan menjadi 32 orang sampel minimal.
3.4. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi
3.4.1. Kriteria inklusi
a. Wanita pasca menopause yang menderita keputihan.
b. Tidak menderita penyakit kronis seperti diabetes mellitus,
kanker dan lain-lain.
c. Tidak sedang dalam pemakaian obat-obatan.
d. Tidak pernah menjalani histerektomi.
f. Bersedia mengikuti penelitian.
3.4.2. Kriteria eksklusi
a. Tidak dijumpai perkembangbiakan mikroorganisme pada
sediaan sekret vagina.
3.5. Prosedur Kerja
a. Subjek yang memenuhi kriteria penerimaan diberi penjelasan
tentang penelitian yang akan dilakukan dan akan
menandatangani lembar persetujuan serta melengkapi isian
data pribadi.
b. Data diri yang harus diisi berupa umur (tahun), paritas, status
perkawinan, tingkat pendidikan, akses ke sistem pelayanan
kesehatan, kebiasaan merokok (sering, kadang-kadang, tidak
merokok), konsultasi psikiatrik, riwayat penggunaan obat
psikotropik, dan terapi hormon pengobatan alternatif untuk
menopause.
c. Pengambilan sampel sekret vagina dimana sampel diambil dari forniks posterior atau dinding vagina lateral dengan
menggunakan spatula Ayre dan dengan kapas lidi steril dengan
menggunakan spekulum yang tidak dilubrikasi untuk melakukan
smear pada slide. Lalu dikirim ke bagian Mikrobiologi Fakultas
ke media, Sabarud Dextrose Agar (SDA), Blood Agar, Macconkey Agar (MC).
d. Periksa atau identifikasi menurut specimen masing-masing.
e. Apabila dijumpai pertumbuhan coccus gram positif dengan
bentuk seperti buah anggur, maka dilakukan penanaman ke
Mannitoll Salt Agar (MSA) dan dilakukan uji kepekaan dengan Vankomisin dan Oksasiklin.
f. Kemudian bila ditemukan batang gram negative, maka perlu
dilakukan identifikasi dengan pewarnaan gram. Lalu dilanjutkan
dengan reaksi biokimia dan uji kepekaan dengan Ciprofloxacin
dan Doksisklin.
g. Selanjutnya apabila dijumpai Yeast cell atau Candida spesies
dilanjutkan uji spesies dengan Cornmeal Agar dan pewarnaan gram dan uji sensitivitas dengan Flukonazol dan Voriconazol. h. Dilakukan penilaian jenis antibiotika mana yang sensitif dan
resisten berdasarkan luas daerah yang ditekan pertumbuhan
mikroorganismenya dengan cara menempatkan antibiotik di
atas kertas berbentuk cakram (paper disk) diletakkan di atas media agar. Media kemudian diinkubasi selama 24 jam pada
suhu 370C dan dilihat daerah hambat (zona halo) yang
3.6. Definisi Operasional
1. Resisten antibiotik adalah pada pengujian dengan paper disk dengan
antibiotik tertentu didapatkan zona halo < 20 mm
2. Sensitif antibiotik adalah pada pengujian dengan paper disk dengan antibiotik
tertentu didapatkan zona halo > 30 mm
3. Zona halo adalah daerah yang ditekan pertumbuhan mikroorganismenya oleh
antibiotik pada uji resistensi.
4. Pasca menopause adalah suatu keadaan dimana menstruasi berhenti secara
permanen sebagai akibat tidak aktifnya folikel ovarium yang ditetapkan
setelah 12 bulan amenorea secara terus menerus.
5. Keputihan merupakan kondisi dari sekret vagina persisten dan berlebihan
berdasarkan keluhan penderita dan hasil pemeriksaan klinis ginekologi.
6. Kuman penyebab keputihan adalah jenis mikroorganisme yang dijumpai pada
sekret vagina berdasarkan pemeriksaan mikroskopis.
7. Resistensi kuman adalah penilaian pertumbuhan mikroorgnisame pada
biakan kuman yang diberi obat tertentu berdasarkan diameter ring yang
dilakukan oleh Laboratorium Mikrobiologi Terpadu FK-USU Medan.
8. Untuk uji resitensi mikroorganisme penyebab keputihan dari Candida sp akan
menggunakan obat voriconazol dan flukonazol.
9. Untuk uji resitensi mikroorganisme penyebab keputihan dari bakteri E.Coli
akan menggunakan obat ciprofloxacin dan doksisiklin.
10. Untuk uji resitensi mikroorganisme penyebab keputihan dari bakteri
Staphilococcus aureus akan menggunakan obat oksasiklin dan vankomisin
11. Untuk uji resitensi mikroorganisme penyebab keputihan dari Trichomonas sp
12. Untuk uji resitensi mikroorganisme penyebab keputihan dari bakteri jenis lain
akan menggunakan obat sesuai jenis pewarnaan gram.
13. Ciprofloxacin adalah generasi kedua antibiotik fluorokuinolon. Spektrumnya
meliputi sebagian besar strain bakteri patogen untuk pernafasan, saluran
kemih, saluran pencernaan, dan infeksi perut, termasuk Gram-negatif
(Escherichia coli, Haemophilus influenzae, Klebsiella pneumoniae, Legionella
pneumophila, Moraxella catarrhalis, Proteus mirabilis, dan Pseudomonas
aeruginosa), dan Gram-positif (MRSA, Streptococcus pneumoniae,
Staphylococcus epidermidis, Enterococcus faecalis, dan Streptococcus
pyogenes). Ciprofloxacin dan fluoroquinolon lain dinilai memiliki spektrum
yang luas dan penetrasi jaringan yang sangat baik.
14. Doksisiklin adalah antibiotik golongan tetrasiklin yang biasa digunakan untuk
mengobati berbagai infeksi, dapat digunakan untuk mengobati dan
mencegah infeksi Escherichia coli, Chlamydia trachomatis, Enterobacter,
Lyme borreliosis, B. burgdorferi, Shigella, Acinetobacter, Haemophilus
influenza, Streptococcus pneumonia, MRSA, Chlamydia trachomatis. 15,16
15. Vankomisin adalah antibiotika untuk pencegahan dan pengobatan infeksi
yang disebabkan bakteri Gram - positif . Ini adalah antibiotika alami yang
dibuat oleh bakteri tanah Amycolatopsis orientalis. Obat ini menjadi
pengobatan lini pertama untuk Staphylococcus aureus
17
16. Oksasilin adalah penisilinase-tahan β-laktam. Mirip dengan methicillin, dan
telah menggantikan methicillin dalam penggunaan klinis. Karena tahan
terhadap penisilinase, seperti yang dihasilkan Staphylococcus aureus, secara
luas digunakan secara klinis mengobati penicillin-resistant Staphylococcus
aureus.
.18
Blastomyces dermatitidis, Candida, Coccidioides immitis, Cryptococcus
neoformans, Epidermophyton, Histoplasma capsulatum, Microsporum,
Trichophyton.
18. Vorikonazol adalah obat triazole anti jamur yang umumnya digunakan untuk
mengobati infeksi jamur invasif yang biasanya ini terlihat pada pasien yang
immunocompromised, dan termasuk kandidiasis invasif, aspergillosis invasif.
Vorikonazol sedikit efek samping yang serius dan kasus toksisitas ginjal,
namun insiden yang lebih tinggi gangguan visual 20
19. Metronidazole adalah obat antibiotik Nitroimidazole digunakan terutama
untuk bakteri anaerob dan protozoa. Metronidazole terutama digunakan
untuk mengobati Vaginosis bakteri, penyakit radang panggul, kolitis
pseudomembran, aspirasi pneumonia, rosacea, infeksi intra-abdomen, abses
paru, radang gusi, amoebiasis, giardiasis, trikomoniasis, dan infeksi yang
disebabkan oleh organisme anaerob yang sensitif seperti Bacteroides fragilis,
Fusobacterium spp, Clostridium spp, Peptostreptococcus spp dan Prevotella
spp., Helicobacter pylori
21
20. Tinidazole adalah obat antibiotik Nitroimidazole yang digunakan terhadap
infeksi protozoa.
22
3.7. Alur Penelitian
3.8. Analisa Statistik
Data penelitian dikumpulkan dalam suatu formulir penelitian yang
telah disiapkan kemudian dilakukan pengolahan data secara
komputerisasi. Data ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan dilakukan analisa Fisher exact untuk pemakaian jenis
antibiotik.
3.9. Etika Penelitian
Setiap peserta penelitian yang memenuhi kriteria inklusi akan
diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan cara penelitian yang
dijalankan pada penelitian ini. Penelitian dilakukan setelah mendapat
persetujuan sukarela dari masing-masing peserta dengan Wanita pasca menopause yang mengeluh keputihan di
poliklinik RSUP H. Adam Malik dan RS Jejaring Medan
Pengambilan data, pemeriksaan ginekologi, dan pengambilan sekret vagina
Pemeriksaan mikroorganisme penyebab di laboratorium
Uji resistensi
Kriteria inklusi dan eksklusi
menandatangani formulir pernyataan persetujuan penelitian tanpa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Telah dilakukan penelitian terhadap 42 orang wanita pasca
menopause yang berkunjung ke poliklinik rawat jalan ginekologi RSUP H
Adam Malik Medan dan rumah sakit jejaring FK USU lainnya dengan
keluhan keputihan.
4.1. Karakteristik Subjek Penelitian
Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik Jumlah Persentase
(n) (%)
Umur (tahun)
• 40-50 24 57,1
• 51-60 16 38,1
• >60 2 4,8
Pendidikan
• SD 10 23,8
• SMP 11 26,2
• SMA 13 31,0
• Pendidikan Tinggi 8 19,0
Status Perkawinan
• Bersuami 40 95,2
• Janda 2 4,8
Tabel 4.2. Rerata Usia dan Lama Menopause Subjek Penelitian
Karakteristik (tahun) Mean SD
Umur 50,6 5,4
Lama menopause 4,5 3,4
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 di atas, didapatkan usia responden
yang terbanyak adalah berusia 40-50 tahun sejumlah 24 orang (57,1%),
usia 51-60 tahun sejumlah 16 orang (38,1%), dan usia >60 tahun
sejumlah 2 orang (4,8%). Sementara rerata usia subjek penelitian adalah
50,6 tahun (SD ± 5,4 tahun) dengan lama menopause 4,5 tahun (SD ± 3,4
tahun). Jenjang pendidikan responden yang terbanyak adalah jenjang
SMA dengan jumlah 13 orang (31%), jenjang SD sejumlah 10 orang
(23,8%), jenjang SMP sejumlah 11 orang (26,2%), dan jenjang pendidikan
tinggi sejumlah 8 orang (19%). Pada status perkawinan responden,
didapatkan bahwa yang terbanyak adalah bersuami sejumlah 40 orang
4.2.Hasil Pemeriksaan Mikroorganisme Penyebab Keputihan
Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Mikroorganisme Penyebab Keputihan
Jenis Mikroorganisme Positif Negatif
n(%) n(%)
E. coli 7 (16,7) 35(83,3)
Staphylococcus aureus 11(26,2) 31(73,8)
Candida sp 22(52,4) 20(47,6)
Trichomonas sp 0(0) 42(100)
Klebsiella pneumoniae 3 (7,1) 39(92,9)
Klebsiella oxytoca 2(4,8) 40(95,2)
Proteus mirabilis 2(4,8) 40(95,2)
N=42 orang
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, didapatkan bahwa Candida sp.
merupakan mikroorganisme penyebab keputihan yang terbanyak
ditemukan, yaitu sebanyak 52,4%, yang disusul oleh Staphylococcus aureus ( 26,2%) dan E. coli (16,7%) serta tidak ada satupun dijumpai
parasit Trichomonas sp. Kuman penyebab keputihan lain yang dijumpai adalah Klebsiella pneumoniae sebanyak 7,1%, Klebsiella oxytoca
sebanyak 4,8%,dan Proteus mirabilis sebanyak 4,8%.
Hasil ini hampir sama dengan penelitian di Abidjan, yang
menyatakan bahwa spesies mikroba yang paling sering ditemukan adalah
vaginitis Gardnerella (47%), Candida albicans (29,4%), Chlamydia trachomatis (13,7%), Trichomonas vaginalis (6,9%), dan Neisseria
bahwa Escherechia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida sp. diisolasi sekitar 14,8 % , 9,3%, dan 13% pada wanita pasca menopause.8
4.3. Hasil Uji Resistensi Mikroorganisme Penyebab Keputihan
Tabel 4.4. Hasil Uji Resistensi Mikroorganisme Penyebab Keputihan
Jenis Mikroorganisme Uji Resistensi p
yang dijumpai Sensitif Resisten
E. Coli (7 orang)
• Ciprofloxacin 6(87,7) 1(14,3) 0,142
• Doksisiklin 1(14,3) 6(87,7)
Staphylococcus aureus(11 orang)
• Vancomycin 6(54,5) 5(45,5) 1,000
• Oxacyclin 5(45,5) 6(54,5)
Candida albicans (22 orang)
• Flukonazol 22(100) 0(0) 1,000
• Voriconazole 11(50) 11(50)
Uji Fisher exact
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, didapatkan bahwa E.coli yang
sensitif terhadap ciprofloxacin ada 6 (87,7%) dan yang resisten 1 (14,3%). Ini berkebalikan dengan doksisiklin di mana yang sensitif ada 1 (14,3%) dan yang resisten 6 (87,7%). Dengan uji Fisher exact tidak ada hubungan
yang bermakna antara pemakaian ciprofloxacin dan doksisiklin (p>0,05), walaupun demikian hal ini dapat menjadi pertimbangan bahwa dalam
Untuk Staphylococcus aureus, yang sensitif tehadap vancomycin ada 6 (54,55) dan yang resisten 54,5%. Sedangkan, 54,5%
Staphylococcus aureus resisten terhadap oksasilin dan sisanya (45,5%) sensitif terhadap oksasilin. Dengan uji Fisher exact tidak ada hubungan yang bermakna antara pemakaian vancomycin dan oksasilin (p>0,05), hal
ini menunjukkan bahwa dalam terapi keputihan karena Staphylococcus aureus dapat dipergunakan kedua jenis antibiotika tersebut dengan
efektivitas yang sama.
Semua Candida albicans (100%) sensitif terhadap flukonazol dan setengahnya (50%) juga sensitif terhadap voriconazole, hal ini
menunjukkan bahwa terapi keputihan karena Candida albicans terbaik dengan flukonazol.
Dari penelitian Laksmi et al ditemukan bahwa kebanyakan bakteri
Gram positif ditemukan rentan terhadap penisilin, sefalosporin generasi III, eritromisin, dan oksasilin. Tiga dari spesies S. aureus resisten terhadap
oksasilin (Methicillin Resistant Staphylococcus aureus atau MRSA). Semua strain MRSA rentan terhadap vankomisin. Bakteri gram negatif
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Dari 42 wanita pasca menopause yang menderita keputihan yang
terbanyak adalah dengan umur 40-50 tahun, pendidikan SMA, dan
masih bersuami. Rerata usia wanita pasca menopause yang
menderita keputihan adalah 50,6 tahun dengan lama menopause
4,5 tahun.
2. Mikroorganisme penyebab keputihan pada wanita pasca
menopause yang ditemukan adalah Candida albicans, Staphylococcus aureus, E. coli, Klebsiella pneumonia, Klebsiella
oxytoca, dan Proteus mirabilis.
3. Dari hasil uji resistensi pada mikroorganisme penyebab keputihan
pada wanita pasca menopause didapatkan E. coli masih sensitif
dengan ciprofloxacin, Staphylococcus aureus masih sensitif dengan vankomisin serta Candida albicans masih sensitif dengan
flukonazol.
4. Dari hasil uji bivariat kuman E. coli tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pemakaian ciprofloxacin dengan doksisiklin, dan
5.2. Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat terlihat berbagai macam
mikroorganisme penyebab keputihan sehingga setiap wanita pasca
menopause yang mengeluhkan keputihan dianjurkan sebaiknya dilakukan
pemeriksaan sekret vagina dan uji resistensi untuk mencegah
penggunaan antibiotik yang tidak rasional yang dapat menimbulkan
resistensi obat dan menghindari pengobatan yang tidak efisien.
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
besar terhadap uji resistensi mikroorganisme penyebab keputihan dan
dengan jenis antibiotik yang lebih bervariasi sehingga didapatkan hasil
yang lebih baik untuk menjadi acuan pengobatan terhadap kasus
DAFTAR PUSTAKA
1. Widyastuti Y, Rahmawati A, Purnamaningrum YE. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.
2. Pitkin J, Peattie AB, Magowan BA. 2003.
Meno
pause: physiological changes. In: Obstetrics nd Gynaecology An Illustrated Colour Text. USA: Elsevier Science Limited. p148.3. Sturdee DW, Panay N. 2010. Recommendations for the Management of Postmenopausal Vaginal Atrophy. Climacteric 2010: 1-14.
4. Marten MG. 2007. Ecology and Health of the Menopausal Vagina. In: Menopause Management. p30-4.
5. Gul S, Qamar H, Jawaid W, Bukhari U, Javed Y. 2013. Women Facing Heavy Vaginal Discharge (Leucorrhea) by Virtye of Unhealthy Lifestyle. IRJP 4(1) : 258-61.
6. Soper DE. 2012. Vaginitis on the Merck Manual. Available from: [Accessed on 28th June 2013].
7. Bioclin Bio-Active Remedies. 2005. Study Report Relief and prevention of Vaginal Complaints in (post) menopausal women. Menopause Study Report. p1.
8. Lakshmi K, Chitralekha S, Illamani V, Menezes GA. 2012. Prevalence of bacterial vaginal infections in pre and postmenopausal women. Int J pharm Bio Sci 3(4): 949-56.
9. Panay N. 2007. Menopause and the postmenopausal Woman. In: Edmonds DK (ed.). Dewhurst’s Textbook of Obstetrics & Gynaecology Seventh Edition. USA: Blackwell publishing. p479-80.
(eds). Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics 3rd edition. Maryland: Lippincott Williams& Wilkins.
11.
DeCherney AH.
et al
(
eds.
)
2007. Meno
pause & postmenopause Introduction. In: Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology Tenth Edition. USA: The McGraw-Hill Companies.12. Berga SL, Copland SD. Physiology of the Menstrual Cycle In: Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology Tenth Edition. USA: The McGraw-Hill Companies.p843.
13. Freedman MA. 2008. Vaginal pH, Estrogen, dan Genital Atrophy. In : Menopause Management. p10.
14. Sopiyudin MS.2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta.Salemba Medika.hal 36.
15. Ball P.2000. "Quinolone generations: natural history or natural selection?". J. Antimicrob. Chemother. 46 Suppl T1: 17–24.
16. Oliphant CM, Green GM. 2002. "Quinolones: a comprehensive review". Am Fam Physician 65 (3): 455–64.
17. Gladwin M. 2007. Clinical Microbiology Made Ridiculously Simple 4th ed. Miami, FL: MedMaster Inc. p. 68.
18. Moellering RC. 2006. "Vancomycin: a 50-year reassessment". Clin Infect Dis. 42 Suppl 1: S3–4.
19. David G. 2008.
20. Sweetman S. (ed). Martindale: The complete drug reference. 34th ed. London: Pharmaceutical Press; 2004
21. Kullberg B, et al. 2005. "Voriconazole versus a regimen of
non-neutropenic patients: a randomised non-inferiority trial.". Lancet 366 (9495): 1435–42.
22. Rossi S, ed. 2013. Australian Medicines Handbook. Adelaide: The
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Ibu-ibu Yth,
Nama saya dr. Henry Gunawan, saat ini saya sedang menjalani program pendidikan Magister Kedokteran Klinik FK-USU. Saya sedang meneliti tentang Pola Resistensi Kuman Penyebab Keputihan Pada Wanita Pascamenopause.
Adapun tujuan penelitian ini, untuk mengetahui pola resistensi mikroorganisme penyebab keputihan pada wanita pasca menopause. Adapun manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pola resistensi mikroorganisme penyebab keputihan pada wanita pasca menopause.
Pada penelitian ini, saya akan mengambil sekret keputihan dari liang vagina ibu yang akan diperiksakan ke laboratorium Mikrobiologi FK USU.
Penelitian ini tidak berbahaya, dan biaya penelitian ini sepenuhnya tidak dibebankan kepada ibu-ibu. Partisipasi dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan, maupun tekanan dari pihak manapun. Seandainya ibu-ibu menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan kehilangan hak sebagai pasien.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan ibu-ibu yang terpilih sebagai sukarela dalam penelitian ini dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.
Terimakasih saya ucapkan kepada ibu-ibu yang telah berpartisipasi di dalam penelitian ini. Jika selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas maka ibu-ibu dapat menghubungi dr. Henry Gunawan, Departemen Obgin FK-USU telp: 081260222081.
Terima kasih.
Medan, Februari 2014 Hormat saya
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :
Umur :
Kepada saya telah diberikan penjelasan mengenai prosedur penelitian:
“Pola Resistensi Kuman Penyebab Keputihan Pada Wanita
Pascamenopause”
dan saya telah memahaminya.
Maka dengan sadar saya menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian ini.
Medan, ………2014 Yang memberi persetujuan,
LAMPIRAN 4
LEMBAR ISIAN SUBJEK PENELITIAN
NAMA :
UMUR :
PENDIDIKAN :
PEKERJAAN :
RIWAYAT PERKAWINAN:
A. SUAMI I :
B. SUAMI II :
STATUS PERKAWINAN SEKARANG :
A. BERSUAMI
B. JANDA
USIA HAID PERTAMA KALI : USIA HAID TELAH BERHENTI :
RIWAYAT OPERASI KEBIDANAN :
A. PERNAH
B. TIDAK PERNAH
RIWAYAT KEPUTIHAN SEBELUM HAID BERHENTI
A. PERNAH
B. TIDAK PERNAH
RIWAYAT KEGUGURAN
A. PERNAH : BERAPA KALI :
B. TIDAK PERNAH
LAMPIRAN 5
Frequencies
Statistics
KELUMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN STATUS
N Valid 42 42 42 42
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
KELUMUR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 40-50 24 57.1 57.1 57.1
51-60 16 38.1 38.1 95.2
>60 2 4.8 4.8 100.0
Total 42 100.0 100.0
PENDIDIKAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid PT 8 19.0 19.0 19.0
SD 10 23.8 23.8 42.9
SMA 13 31.0 31.0 73.8
SMP 11 26.2 26.2 100.0
PEKERJAAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 31 73.8 73.8 73.8
positif 11 26.2 26.2 100.0
CANDIDA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid negatif 42 100.0 100.0 100.0
ECOLI * CIPROFLOXACIN Crosstabulation
CIPROFLOXACIN
ECOLI * DOKSISIKLIN Crosstabulation
STAPHYLOCOCUS * VANCOMICIN Crosstabulation
STAPHYLOCOCUS * OXACICLIN Crosstabulation
CANDIDA * FLUKONAZOL Crosstabulation
FLUKONAZOL
Total S
CANDIDA negatif Count 20 0 20
% within CANDIDA 100.0% .0% 100.0%
positif Count 0 22 22
% within CANDIDA .0% 100.0% 100.0%
Total Count 20 22 42
% within CANDIDA 47.6% 52.4% 100.0%
CANDIDA * VORICONAZOLE Crosstabulation
VORICONAZOLE
Total
R S
CANDIDA negatif Count 20 0 0 20
% within CANDIDA 100.0% .0% .0% 100.0%
positif Count 0 11 11 22
% within CANDIDA .0% 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 20 11 11 42
LAMPIRAN 6
menopause Pendidikan Pekerjaa
albicans Fluco Vorico Tricho
LAMPIRAN 7
Dokumentasi penelitian Gambar 1. Kapas swab steril
Gambar 2. Media inkubasi