• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Masyarakat Terhaap Pergaulan Mahasiswa Kost Di Rt 003 Rw 03 Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Masyarakat Terhaap Pergaulan Mahasiswa Kost Di Rt 003 Rw 03 Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERGAULAN

MAHASISWA KOST DI RT 003 RW 03 KELURAHAN

CEMPAKA PUTIH KECAMATAN CIPUTAT TIMUR

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

DisusunOleh :

FUJI NURUL HAMDAN

NIM : 1112015000111

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

iii

ABSTRAK

Fuji Nurul Hamdan. 1112015000111. Persepsi Masyarakat Terhadap Pergaulan Mahasiswa Kost Di RT 003 RW 03 Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur. SKRIPSI. Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang perilaku pergaulan mahasiswa kost di RT 003 RW 03 Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur. Penelitian ini dilakukan di RT 003 RW 03 Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Teknik pengumpulan data yaitu diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu perilaku pergaulan mahasiswa kost di RT 003 RW 03 Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur. Perilaku itu dilakukan mahasiswa kost ketika sedang ada peluang untuk melakukannya. Peluang itu ada ketika mahasiswa tersebut memperoleh kesempatan karena memang lingkungan kost tidak peduli terhadap apa yang dilakukan mahasiswa kost tersebut. Ketika para mahasiswa ketika berada di tempat kost mereka melakukan perilaku yang menyimpang, seperti meninggalkan sholat wajib, merokok, meminum minuman alkohol, mengkonsumsi narkoba, dan melakukan seks bebas. Mahasiswa tersebut melakukan perilaku-perilaku menyimpang bukan hanya di lingkungan kost saja, melainkan mereka sering pergi ke tempat-tempat yang menjadikannya mereka bebas dan menghilangkan kebosanan karena berada di lingkungan kampus saja. Mereka pergi seperti ke diskotik, ke bar, ke tempat karaoke. Mahasiswa tersebut pergi ke tempat yang tidak selayaknya mahasiswa berada ketika sudah mendapatkan kiriman uang dari orang tua. Setelah mendapatkan uang kiriman orang tua mahasiswa langsung melakukan perilaku yang menyimpang karena didukung dengan keuangan mereka yang baru saja ia dapatkan.

(6)

iv

ABSTRACT

Fuji Nurul Hamdan. 1112015000111. public perpection to intercommunication students boarding in rt 003 rw 03 Cempaka Putih Village in East Ciputat Subdistrict. Skripsi. Jakarta: Social Science Departement. Faculty of Tarbiyah and Education State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016.

This report aims to obtain information on the behavior public perpection t o Intercommunication students boarding in rt 003 rw 03 Cempaka Putih Village in East Ciputat Subdistrict. The research was conducted in in rt 003 rw 03 Cempaka Putih Village in East Ciputat Subdistrict. The methodology used is the method descriptive with a qualitative approach. Engineering the sample purposive sampling. The collecting data tehnique is obtained through research activities the location research by means of observation, interviews and documentation.

Based on the result of research has been carried out is behavior Intercommunication students boarding in rt 003 rw 03 Cempaka Putih Village in East Ciputat Subdistrict. The research was conducted in in rt 003 rw 03 Cempaka Putih Village in East Ciputat Subdistrict. The behavior of students in boarding house while there are opportunities to do so. Opportunities exist when these students get the opportunity because it is a boarding environment does not care about what the boarding students. When the students while in the boarding house where they perform deviant behavior, such as leaving the obligatory prayers, smoking, drinking alcohol, taking drugs and free sex. The students perform deviant behavior not only in a boarding environment alone, but they often go to places that make them free and relieve the boredom of being on campus only. They go as to discotheques, to bar, to a karaoke place. The student went to place undue when students are already getting remittances from parents. After getting the money sent directly to the parents of students for misbehavior as supported by their financial newly he get.

(7)

v memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan, serta memberikan taufik, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah menjadi suri teladan bagi umatnya terutama dalam hal mendidik. Pendidikan sangat diutamakan dalam Islam, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Skripsi ini penulis ajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan (S.Pd).

Skripsi ini dapat penulis susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan skripsi ini. Berkaitan dengan rampungnya skripsi ini, penulis sangat menyadari berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung kegiatan ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

vi

4. Drs. Syaripulloh, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah tulus dan ikhlas memberikan dan melayani penulis selama penulis kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si., dan Dr. H. Nurochim, MM., selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas bimbingan dan motivasinya selama penulis menyusun skripsi.

6. Dr. Muhamad Arif, M.Pd., dan Drs. Syaripulloh, M.Si., selaku dosen penguji I dan II pada sidang skripsi penulis.

7. Kepada Ibu Jakiatin Nisa, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik. Terima kasih atas saran dan masukannya selama panulis dalam masa perkuliahan.

8. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan, semoga ilmu yang telah bapak dan ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

9. Seluruh staf karyawan perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mempermudah penulis dalam mencari data. 10. Ibunda tercinta, Hj. Ooy Rukoyah, S.Pd (Almarhummah), yang tak

henti-hentinya mengajarkan, memotivasi, mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Maafkan anakmu yang telah banyak menyusahkanmu hingga Allah SWT memanggilmu untuk berpulang. Semoga Allah SWT memberikan tempat terindah untukmu. Dan gelar sarjana ini penulis persembahkan untukmu. Terima kasih Mamah.

11. Ayahanda tercinta, H. Yuyud Saepudin, terima kasih atas semua do’a dan kasih sayang, serta dukungan moril dan materil kepada penulis hingga penulis menyelesaikan skripsi.

(9)

vii

13. Bapak Widia selaku Ketua Rukun Warga 03 Kelurahan Cempaka Putih, dan Bapak Daryadi selaku Ketua Rukun Tetangga 003 Kelurahan Cempaka Putih yang telah memberi izin dan memberikan informasi terkait penelitian.

14. Hj. Ida Jubaedah, S.Pd.I., beliau adalah sosok ibu kedua bagi penulis. Beliau yang selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan gelar sarjana pendidikan. Terima kasih atas curahan kasih sayang dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis.

15. H. Syamsul Huda, B.A, merupakan sosok panutan bagi penulis. Beliau yang memfasilitasi penulis dari awal kuliah hingga sampai saat ini penulis bekerja di perusahaan beliau. Beliau adalah sosok ayah kedua selama penulis di perantauan. Terimakasih untuk semuanya.

16. Kakak tercinta, Fery Andriansyah, S.Pd., beserta istrinya Yovi Lismawati, mereka berdua adalah sosok pengganti orang tua selama penulis kuliah, dan mereka selalu memotivasi penulis agar segera mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Terima kasih atas semuanya yang telah kalian berikan kepada penulis.

17. Adik-adik tercinta, Fazri Muhammad Luthfi dan Nur Wulan Farhatul Jannah, yang membuat penulis termotivasi agar selalu menjadi teladan bagi mereka. 18. Kawan-kawan Social Ethnic Voyager, Muhammad Iqbal Muharram, Amry Al

Mursalaat, Darul Faisal Ramadhan, Maulana Yusuf, Wais Al-Qurni, Rizal Fakhrudin, Abidilah Syawaludin, Muhammad Agus, Muhammad Nur, Fakhurrozi, Rian Arpan Ansori, Rizki Fauzi, Amar Rasyidillah, dan Abdul Kahfi. Semoga persahabatan kita dapat terus terjalin dengan baik dan tak lekang oleh waktu. Salam Jagemenday.

19. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2012 FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa disebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa persahabatan kita, tetap kompak selalu dan terus jalin tali silaturrahmi.

(10)

viii

Wulandari (PBI), Mia Halpiani (PMTK), Rifah Atul Mahmuda (IPA), Robiah Adawiyah (PMTK). Terimakasih atas dukungan serta motivasinya, semoga tetap kompak selalu.

21. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Tarbiyah Cabang Ciputat yang menjadi wadah dalam berorganisasi di ekstra kampus dan merupakan titik awal penulis memulai organisasi, baik tataran intra kampus maupun tataran ekstra kampus. Terima kasih HMI, Yakin Usaha Sampai.

22. HMJ P.IPS yang telah memberikan penulis pengalaman yang sangat berharga dalam berorganisasi di tataran intra kampus.

23. Distrik IPS sebagai wadah perkaderan di HMI dalam skala jurusan. Terima kasih sudah menjadi bagian dari keluarga di HMI. Tetap solid dan tetap berproses di HMI. Karena HMI kita ada sampai sekarang.

24. Teman-teman Korps Pelopor Lembaga Pariwisata dan Pecinta Alam Mahasiswa Islam (LEPPAMI HMI) dari Sabang sampai Merauke yang telah sama-sama berjuang dalam pembentukkan Lembaga Pengembangan Profesi di dalam tubuh HMI. Semoga perjuangan kita tak sia-sia. Salam Lestari. 25. Lembaga Pariwisata dan Pecinta Alam Mahasiswa Islam (LEPPAMI) HMI

Cabang Ciputat, yang telah sama-sama berjuang hingga terbentuknya LEPPAMI HMI di Cabang Ciputat. Terima kasih atas pengalaman yang diberikan kepada penulis hingga penulis bisa berproses di skala Cabang. 26. Badan Koordinasi Nasional (BAKORNAS) Lembaga Pariwisata dan Pecinta

Alam Mahasiswa Islam (LEPPAMI) PB HMI, akhirnya perjuangan kita semua kurang lebih dua tahun terbayar dengan terbentuknya BAKORNAS LEPPAMI PB HMI. Terima kasih atas pengalaman yang diberikan kepada penulis hingga penulis dapat berproses di skala Nasional.

27. Keluarga besar Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Kuningan (IPPMK) Jadetabek, yang telah memberikan tempat untuk penulis berproses di organisasi primordial tempat kelahiran penulis.

(11)

ix

Ucapan terima kasih juga ditunjukkan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa hormat

penulis. Penulis hanya dapat memohon dan berdo’a mudah-mudahan bantuan,

bimbingan, dukungan, semangat, masukan, dan do’a yang telah diberikan menjadi

pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat. Amin Demikianlah, betapapun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk menyusun karya tulis yang sebaik-baiknya, namun di atas lembaran-lembaran skripsi ini masih saja dirasakan dan ditemui berbagai macam kekurangan dan kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka

Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya.

Jakarta, 21 November 2016

(12)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Batasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A.Persepsi ... 8

1. Pengertian Persepsi ... 8

2. Ciri-ciri Umum Dunia Persepsi ... 9

(13)

xi

4. Jenis-jenis Persepsi ... 12

B. Pergaulan ... 13

1. Pengertian Pergaulan ... 13

2. Faktor Penyebab Terjadinya Pergaulan ... 17

a. Faktor Internal ... 17

2. Karakteristik Perkembangan Mahasiswa ... 27

D.Kost-kostan ... 30

E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Kelurahan Cempaka Putih ... 46

1. Sejarah Kelurahan Cempaka Putih ... 46

2. Perkembangan Kelurahan Cempaka Putih ... 48

3. Lokasi Dan Demografi ... 49

4. Keadaan Penduduk Kelurahan Cempaka Putih ... 51

(14)

xii

a. Keadaan Sosial Ekonomi ... 52

b. Keadaan Sosial Budaya ... 53

6. Sarana Dan Prasarana Kelurahan Cempaka Putih ... 55

a. Pendidikan Dan Sarana Pendidikan ... 55

b. Kesehatan ... 58

c. Ekonomi Masyarakat ... 59

d. Keamanan Dan Ketertiban ... 62

e. Partisipasi Masyarakat ... 63

7. Pemerintahan Kelurahan Cempaka Putih ... 63

a. Kepala Kelurahan dan Perangkatnya ... 63

b. Kepala Lingkungan/Dusun RT dan RW ... 64

c. Ideologi Politik ... 65

B. Pergaulan Mahasiswa Kost ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 80

B.Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 39

Tabel 3.2 Informan Kunci ... 43

Tabel 3.3 Pedoman Observasi ... 43

Tabel 4.1 Penduduk Kelurahan Cempaka Putih ... 51

Tabel 4.2 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... 51

Tabel 4.3 Mata Pencaharian Pokok Penduduk Kelurahan Cempaka Putih ... 53

Tabel 4.4 Agama Penduduk Kelurahan Cempaka Putih ... 54

Tabel 4.5 Lembaga Pendidikan Formal ... 56

Tabel 4.6 Jumlah Sekolah, Guru Dan Siswa ... 57

Tabel 4.7 Data Kepemilikan Kost-kostan Di RT 003 RW 03 ... 59

Tabel 4.8 Keterangan Pemilik Kost Di RT 003 RW 03 ... 60

(16)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi

Lampiran 2 Instrumen Wawancara

Lampiran 3 Hasil Observasi

Lampiran 4 Hasil Wawancara

Lampiran 5 Dokumentasi

Lampiran 6 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Dari Jurusan

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian Dari Kelurahan Cempaka Putih

Lampiran 9 Lembar Uji Referensi

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 37

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kelurahan Cempaka Putih ... 50

Gambar 4.2 Tempat Beribadah ... 55

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pergaulan adalah hubungan timbal balik antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.1 Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan hal-hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi mahasiswa yang masih dikatakan remaja yang masih mencari jatidirinya.

Masa remaja adalah masa pencarian jati diri. Ingin mengetahui dan mencoba hal-hal yang baru. Masa remaja adalah masa penuh gairah, semangat, energi dan pergolakan karena pada masa remaja, remaja tidak hanya mengalami perubahan secara fisik saja tetapi juga secara psikilogis.2 Pada masa ini ada kebanggaan, karena sebagai remaja, status sosial mereka berubah dari anak-anak menjadi remaja. Tetapi, ada juga kebingungan, kegelisahan, kecanggungan, kegalauan, atau salah tingkah, karena remaja belum siap untuk terjun lansung ke tengah-tengah masayarakat.

Dari segi fisik sepintas memang sudah matang tetapi secara psikologis belum lagi. Maka seorang remaja memerlukan bimbingan dan binaan dari orang dewasa yang ada di sekitarnya terutama orang tua.3 Dalam menjalani masa remaja belum semua remaja dapat menjalaninya dengan baik. Hal ini

(19)

terjadi mungkin saja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang ada

dalam diri remaja itu sendiri maupun faktor dari luar diri remaja itu.

Remaja yang belum bisa menjalani masa remajanya dengan baik akan

mengalami berbagai masalah. Misalnya remaja bermasalah dalam pergaulan

kehidupan bermasyarakat. Dalam pergaulan para remaja ini belum

sepenuhnya bisa menganalisa dengan baik, apakah itu benar atau tidaknya

dalam pergaulan. Para remaja ini mengalami berbagai masalah dalam

pergaulan. Seperti remaja yang terjerumus dalam pergaulan bebas.

Dengan demikian Allah sudah menjelaskan dalam tentang tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anak. Al-Quran surat At-Tahrim ayat 6.

ساّنلا اهدوقݔ اܔان ْمكيلْهأݔ ْمكسفْنأ اوق اونمآ نيܓّلا اݓّيأ اي

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S at-Tahrim: 6)

Ayat di atas mengajarkan untuk menjaga diri serta keluarga dari siksa api neraka. Tugas dan tangung jawab untuk orang tua agar selalu menjaga diri sendiri dan keluarga dari segala hal yang buruk. Keharmonisan dan keselamatan keluarga ada pada tanggungjawab semua anggota keluarga.

Orang tua berperan dalam membentuk kepribadian anak remajanya. Apa bila orangtua lengah dalam membimbing remajanya maka remaja itu akan salah dalam menjalani masa remajanya, contohnya salah memahami pergaulan. Remaja memerlukan bimbingan dan binaan dari orang yang ada di sekitarnya, terutama dari orang tua supaya tumbuh dengan matang dan dewasa serta menjadi remaja yang shaleh dan sholehah.

(20)

sehat dan berpostur tubuh yang lebih baik, maka anak remaja harus diberi makanan yang bergizi dan seimbang. Secara mental anak remaja tumbuh cerdas dan cemerlang, maka selain kelengkapan gizi perlu juga diberi motivasi belajar disertai sarana dan prasarana yang memadai. Sedangkan secara sosial suapaya remaja dapat mengembangkan jiwa sosial dan budi pekerti yang baik mereka harus diberi peluang untuk bergaul mengaktualisasikan diri, memupuk kepercayaan diri seluas-luasnya. Bila belum juga terpenuhi biasanya karena soal teknis seperti hambatan ekonomi atau kondisi sosial orang tua.”4

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.5 Sehingga sebagai mahasiswa yang mempunyai kesempatan menempuh pendidikan lebih tinggi seharusnya mempunyai moral dan perilaku yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang tidak mempunyai kesempatan menempuh pendidikan atau anak-anak yang tidak mampu bersekolah.

Namun seiring berjalannya waktu semua itu bertolak belakang dengan yang terjadi pada mahasiswa masa kini. Moral dan perilaku mahasiswa hampir sama dengan anak-anak yang tidak menempuh pendidikan. Mereka yang harusnya menjadi contoh untuk teman-teman yang tidak mampu menempuh pendidikan di perguruan tinggi malah melakukan hal-hal yang tidak baik. Seperti yang terjadi akhir-akhir ini, banyak mahasiswa kebanyakan luar kota yang seharusnya mereka merantau untuk belajar namun melakukan penyimpangan seperti pergaulan bebas. Mereka merasa jauh dari orang tua dan keluarga sehingga bebas untuk melakukan apa saja. Seperti minum-minuman keras, clubbing bahkan hingga seks bebas.

Transisi dari sekolah menengah atas menuju universitas dapat melibatkan hal-hal yang positif. Pelajar mungkin lebih merasa dewasa, lebih

4 Sabri Alisuf, Konseling Keluarga, (Bandung: Alfabeta, 1995), h. 24

5 Hartaji Damar A, Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang Berkuliah Dengan Jurusan

(21)

banyak pelajaran yang dapat dipilih, lebih banyak waktu untuk dihabiskan bersama kelompok sebaya, lebih banyak kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai gaya hidup dan nilai-nilai, dan menikmati kemandirian yang lebih luas dari pengawasan orang tua6. Hal ini ia tunjukkan pada saat melanjutkan pendidikan ke tingkat Perguruan Tinggi, banyak dari mereka yang memilih tinggal di kost-kostan.

Selain karena faktor tersebut di atas, lokasi rumah yang berjauhan dari tempat kuliah juga membuat sebagian mahasiswa memilih tinggal di tempat kost-kostan sebagai rumah kedua. Banyak hal yang positif yang didapat dari tinggalnya mahasiswa di kost-kostan ini. Antara lain, mereka jadi lebih mandiri. Namun juga tidak terlepas dari sisi negatif, yaitu kurangnya pengawasan dari orang tua, ditambah letak kamar kost yang terlalu terbuka (bebas pengunjung) serta interaksi antar warga kos yang minim membuat remaja bisa melakukan segala sesuatu di wilayah teritorinya (dalam kamar kost). Beberapa hal yang dapat menjadi faktor resiko terjadinya aktivitas penyimpangan remaja adalah kurangnya pengawasan orang tua dan rendahnya pengawasan lingkungan.7

Adapun tempat-tempat kost yang diperuntukkan bagi pelajar dan mahasiswa, tempat tersebut ada yang khusus untuk perempuan atau laki-laki, bahkan ada yang dihuni oleh perempuan dan laki-laki (campur). Tempat kost yang dihuni ada yang diawasi ibu kost maupun tidak diawasi. Yang dimaksud dengan diawasi adalah anak-anak kost tinggal satu rumah (bersama) dengan pemilik kost, dan pemilik kost tersebut membuat peraturan-peraturan seperti jam berkunjung yang dibatasi hingga pukul 22.00 WIB, dan menyediakan tempat khusus untuk menerima tamu. Ini menandakan tingkat privasi warga kost yang cukup tinggi. Sedangkan tempat kost yang tidak diawasi atau tidak bersama pemilik kostnya, rumah tersebut dibuat dengan banyak kamar-kamar yang diisi oleh perempuan dan laki-laki (campur), dan tidak ada peraturan-peraturan seperti tempat khusus menerima tamu atau batas waktu berkunjung,

6 Naldjoeni, Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial, (Bandung: PT. Alumni, 1997), h. 31 7 John W. Santrock, Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup Edisi 5 Jilid II,

(22)

sehingga mereka dapat berbuat sesuka hatinya, misalnya dengan mengajak tamu langsung masuk ke dalam kamar. Ini menandakan rendahnya tingkat privasi warga kost yang ada di dalamnya. Tempat kost seperti itu dapat membuka peluang atau kesempatan untuk melakukan tindakan yang melanggar norma.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di RT 003 RW 03 Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur bahwa: Mahasiswa secara umum di sana bisa menjalani masa kuliahnya dengan baik sebagaimana mestinya. Dalam kehidupan sehari-hari selalu penuh kedamaian dan kerukunan antara sesama mahasiswa yang tinggal bersama di tempat kost. Namun di samping itu tidak sedikit pula dijumpai mahasiswa yang mengalami berbagai masalah dalam pergaulan. Berbagai macam bentuk permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam bergaul diantaranya: ada beberapa mahasiswa yang merasa bebas bergaul karena jauh dari pengawasan orang tua dan terjerumuslah mahasiswa tersebut ke dalam pergaulan bebas.

Oleh karena begitu maraknya permasalahan perilaku pergaulan di kalangan remaja yang mayoritas dilakukan oleh mahasiswa, maka peneliti tertarik melakukan penelitian lebih jauh mengenai “Persepsi Masyarakat Terhadap Pergaulan Mahasiswa Kost Di RT 003 RW 03 Kelurahan

(23)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dan untuk lebih jelasnya untuk mengoperasionalkan, maka dapat menuliskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Perilaku pergaulan mahasiswa yang tinggal di tempat kost di RT 003 RW 03 Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur.

2. Persepsi masyarakat terhadap mahasiswa yang merokok.

3. Persepsi masyarakat terhadap mahasiswa yang mengkonsumsi minuman keras.

4. Persepsi masyarakat terhadap mahasiswa yang mengkonsumsi narkoba. 5. Persepsi masyarakat terhadap mahasiswa yang melakukan seks bebas.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan indentifikasi masalah yangsudah dijelaskan di atas, maka masalah yang diteliti dibatasi pada:

Pergaulan Mahasiswa yang merokok, yang mengkonsumsi minuman keras, yang mengkonsumsi narkoba, dan yang melakukan seks bebas di lingkungan kost di RT 003 RW 03 Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dan juga pembatasan masalah, maka permasalahan ini dirumuskan sebagai berikut:

“Bagaimanakah persepsi masyarakat terhadap pergaulan mahasiswa di lingkungan kost di RT 003 RW 03 Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(24)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi psikologi sosial sebagai sumber penelitian yang akurat terhadap perilaku sosial remaja yang tinggal di lingkungan kampus.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa, orang tua, pengelola kost-kostan dan universitas sebagai berikut:

a. Manfaat bagi Mahasiswa : Mengetahui sifat dan karakter pada masa perkuliahan sehingga mahasiswa tidak terjerumus kedalam pergaulan yang bebas.

b. Manfaat bagi Orang Tua : Mengenal perilaku dan kepribadian mahasiswa sehingga dapat melakukan edukasi dini dan perhatian lebih kepada anak-anaknya yang berada pada masa remaja atau saat jauh darinya.

c. Manfaat bagi Pengelola Kost-kostan : Lebih memperhatikan desain kost, memperhatikan warga kost serta menerapkan peraturan-peraturan yang dapat mencegah terjadinya hal yang tidak diingikan di wilayah kost-kostannya.

(25)

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu kejadian yang dialami. Semakin hari perkembangan zaman yang semakin modern menjadikan berbagai macam pandangan dan asumsi masyarakat yang semakin berkembang.

Menurut Abdul Rahman Shaleh, “persepsi dianggap sebagai sebuah

pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan pengindraan.”8 Dalam hal ini persepsi dianggap sebagai kebutuhan untuk kehidupan sehari-hari yang membutuhkan dan memerlukan pengindraan.

Definisi lain menyebutkan, bahwa “persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfocuskan perhatian terhadap satu objek rangsang.”9 Dalam proses pengelompokan dan membedakan

ini persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman yang sudah pernah terjadi pada satu peristiwa atau objek.

Menurut Yudho Adi Wijaya, “Karena persepsi bukan hanya

penginderaan, maka ada penulis yang menyatakan persepsi sebagai the interpretation of expriene (penafsiran pengalaman) karena persepsi terjadi setelah penginderaan. Penginderaan itu terjadi dalam suatu konteks tertentu, artinya terdapat objek yang menjadi fokus setelah melalui proses selektifitas penginderaan oleh alat panca indera kita, konteks

ini disebut persepsi”.10

8 Abdul Rahman Saleh, Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, ( Jakarta:

Kencana, 2009), Ed.1.Cet.4, h. 110.

9Ibid.

10Yudho Adi Wijaya, “Persepsi Anak Jalanan Mengenai Signifikansi Pendidikan

(26)

Oleh karena itu sebelum seseorang berpresepsi terhadap apa yang telah diamati, sebelumnya telah mengalami proses penginderaan terlebih dahulu.

Menurut Robbins dalam Muharmawati (2004) “persepsi merupakan proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsangan yang bermakna dengan tujuan untuk memberikan arti pada lingkungan mereka.”11 Individu menemukan suatu persepsi berdasarkan

mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsangannya sendiri. Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah nilai-nilai dari dalam diri dipadukan dengan hal-hal yang ditangkap pancaindra pada proses melihat, merasakan, mencium aroma, dan mendengar. “Faktor eksternal adalah keadaan lingkungan fisik dan sosial, dan kemudian menjadi suatu respon dalam bentuk suatu tindakan."12 Kedua faktor ini berpengaruh penting agar tercapainya persepsi seseorang terhadap suatu pengamatannya.

Proses pengelompokan, membedakan, dan mengorganisir informasi pada dasarnya dapat terjadi pada tingkatan sensasi. Hanya saja tidak terjadi interprestasi atau pemberian arti terhadap stimulus. Pada persepsi pemberian arti ini menjadi hal yang penting dan utama. Pemberian arti ini dikaitkan dengan isi pengalaman seseorang. Dengan kata lain, seseorang menafsirkan satu stimulus berdasarkan minat, harapan, dann keterkaitannya dengan pengalaman yang dimilikinya. Oleh karena itu, persepsi juga dapat didefinisikan sebagai interpretasi berdasarkan pengalaman.

2. Ciri-ciri Umum Dunia Persepsi

Pengindraan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks in disebut sebagai dunia persepsi. Agar menghasilkan suatu pengindraan

11Wina Geuma Yunita, “Persepsi Remaja Terhadap Pendidikan Seks di SMP Negeri “X”

Kota depok Tahun 2014”, Skripsi pada Universitas Indonesia, Depok, 2014, h. 10, tidak dipublikasikan.

12Yudi Asmara dan Suhirman, “Persepsi dan Sikap Masyarakat Terhadap Kegiatan

(27)

terhadap persepsi yang bermakna, ada ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi:

a. Modalitas: rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indra, yaitu sifat sensoris dasar dan masing-masing indra (cahaya untuk penglihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi perasa; bunyi bagi pendengaran; sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya).13 Rangsangan yang diterima itu haruslah diambil yang

sifatnya positif terhadap diri kita sendiri maupun buat orang lain. b. Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi

ruang); kita dapat mengatakan atas bawah, tinggi rendah, luas sempit, latar depan latar belakang, dan lain-lain.14 Dalam arti ruang tersebut adalah ruang yang mempunyai isi untuk mempunyai suatu persepsi. c. Dimensi waktu: dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti

cepat lambat, tua muda, dan lain-lain.15 Waktu itu terus berputar sama halnya seperti bumi ini yang terus berputar.

d. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu: objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya.16 Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu dari semua gejala-gejala dalam dunia pengamatan atau persepsi.

e. Dunia penuh arti: dunia persepsi adalah dunia penuh arti. Kita cendrung melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang hubungannya dalam diri kita.17 Oleh karena itu persepsi mempunyai arti dunia penuh arti,

(28)

3. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Persepsi

Robbin dan Judge dalam Ilma Avitrianti menjelaskan, walaupun semua individu melihat suatu hal yang sama, persepsi mereka terhadap hal tersebut dapat berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dibedakan menjadi tiga macam yaitu faktor eksternal, faktor internal, dan fakor perhatian. Pada faktor eksternal diperoleh dari stimulus dan tidak semua stimulus aka diteruskan dalam proses persepsi, tetapi sebagian saja. Faktor internal berasal dari individu dan saat menghadapi stimulus mana yang diperhatikan sehingga menimbulkan kesadaran individu. Sedangkan, faktor perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditunjukan pada suatu objek.18

Karena persepsi lebih bersifat psikologis dari pada merupakan proses pengindraan saja maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya persepsi:

a. Perhatian yang selektif

Dalam kehidupan manusia pasti saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak harus menaggapi semua rangsang yang diterimanya untuk itu, individunya memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja.19 Dengan demikian objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai objek pengamatan, karena itu perlunya perhatian yang selektif untuk menerima rangsang-rangsang perhatiannya terhadap persepsi tersebut.

b. Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar di antara yang kecil; yang kontras dengan latar belakangnya dan intensitas

18Ilma Avitrianti, “Persepsi Dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan Terhadap Kerjasama

Pendidikan”, Skripsi pada Universitas Indonesia, Depok, 2013, h. 27, tidak dipublikasikan.

(29)

rangsangnya paling kuat.20 Sebab itu rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik diperhatikan dengan secara saksama dan terfokuskan.

c. Nilai dan kebutuhan individu

Seorang seniman tentunya punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya dibanding seorang bukan seniman. Penelitian juga menunjukan, bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat koin lebih besar dari pada anak-anak orang kaya.21 Arti dari

pengartian kata tersebut yaitu nilai dan kebutuhan seseorang berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain, sehingga terjadinya perbedaan persepsi didalam kehidupan sehari-hari.

d. Pengalaman dahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersiapkan dunianya. Cermin bagi kita tentu bukan barang baru, tetapi lain halnya bagi orang-orang mentawai di pedalaman Siberut atau saudara kita di pedalaman Irian.22 Masyarakat di pedalaman mempunyai pengalaman terlebih dahulu dari pada masyarakat di perkotaan, karena masyarakat di pedalaman itu serba masih mempertahankan budaya-budaya yang ada pada suku dan adat istiadatnya.

4. Jenis-jenis Persepsi

Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis : 1. Persepsi visual: Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan.

Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.

(30)

2. Persepsi auditori: Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.

3. Persepsi perabaan: Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.

4. Persepsi penciuman: Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.

5. Persepsi pengecapan: Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.

B. Pergaulan

1. Pengertian Pergaulan

Manusia sebagai makhluk sosial dapat diartikan secara umum,

bahwa “ia dilahirkan untuk berhubungan dan bergaul dengan sesamanya,

karena ia tidak dapat hidup sendirian.”23 Menurut hakekatnya ia

dilahirkan untuk menjadi bagian dari suatu keutuhan masyarakat, seperti yang kita lihat pada negara ataupun keluarga. Jadi, manusia itu merupakan bagian dari suatu organisme sosial.

Pergaulan merupakan “jalinan hubungan sosial antara seseorang dengan orang lain yang berlangsung dalam jangka relatif lama sehingga terjadi saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Pergaulan merupakan kelanjutan dari proses interaksi sosial yang terjalin antara individu dalam lingkungan sosialnya.”24 Kuat lemahnya suatu interaksi sosial mempengaruhi erat tidaknya pergaulan yang terjalin. Seorang anak yang selalu bertemu dan berinteraksi dengan orang lain dalam jangka waktu relatif lama akan membentuk pergaulan yang lebih. Beda dengan orang yang hanya sesekali bertemu atau hanya melakukan interaksi sosial secara tidak langsung.

Menurut Soerjono Soekanto pergaulan merupakan "cara yang dipakai atau dilakukan oleh seseorang dalam menjalin hubungan sosial

(31)

antara individu dengan kelompoknya, atau kelompok lain.”25 Pergaulan yang dimaksud ialah sebuah proses yang dialami oleh setiap manusia saat menjalin hubungan dengan orang-orang di sekitarnya.

Menurut Bonner pergaulan merupakan “suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.”26 Dalam

pergaulan juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi satu sama lainnya.

Selanjutnya Menurut Bimo Walgito pergaulan adalah “hubungan timbal balik antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.”27 Pengertian pergaulan dari Bimo Walgito mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif.

Menurut Gunarsa Singgih dan Gunarsa Yulia, pergaulan berarti

“pergaulan yang luas antara pemuda dan pemudi. Tidak terlalu menekankan pengelompokkan yang kompak antara dua orang saja, akan tetapi antara banyak muda-mudi.”28

Pengertian lain muncul dari Aristoteles yang mendefinisikan pergaulan adalah “manusia yang merupakan makhluk yang tak dapat dilepaskan dari kehidupan sosial.”29 Yang dimaksud Aristoteles yaitu manusia merupakan makhluk yang saling berhubungan dan bergaul antara yang satu dengan yang lainnya.

Dilihat dari segi agama dapat ditafsirkan dan dimengerti apa maksud dari istilah pergaulan itu. Dari segi bahasa pergaulan artinya

25 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2002), h. 115

26 Gerungan W.A, Psikologi Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama IKAPI, 2004), h. 62 27 Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2003), h. 65

28 Gunarsa Singgih & Gunarsa Yulia, Psikologi Muda-Mudi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2004), h. 50

29 Chairul Mahfud, 39 Tokoh Sosiologi Dan Politik Dunia, (Surabaya: PT. Jaring Pena

(32)

“proses bergaul, sedangkan bebas artinya terlepas dari ikatan. Jadi pergaulan artinya proses bergaul dengan orang lain terlepas dari ikatan

yang mengatur pergaulan.”30

Islam telah mengatur bagaimana cara bergaul dengan lawan jenis. Hal ini telah tercantum dalam surat An-Nur ayat 30-31.

 "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". (31) Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Q.S An-Nur : 30-31)

30 Quantum, Etika Pergaulan Remaja Dalam Pandangan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2010),

(33)

Telah dijelaskan bahwa hendaknya kita menjaga pandangan mata dalam bergaul. Yang terjadi dalam pergaulan tentunya banyak hal yang bertolak belakang dengan aturan-aturan yang telah Allah SWT tetapkan dalam etika pergaulan. Karena dalam pergaulan itu tidak dapat menjamin kesucian seseorang.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “pergaulan merupakan hubungan dalam bergaul, seseorang yang bercampur untuk bergaul dan bersahabat.”31

Dalam kehidupan sosial ada berbagai bentuk pergaulan, ada yang sehat ada pula yang dikategorikan pergaulan yang tidak sehat. Pergaulan sehat adalah pergaulan yang membawa pengaruh positif bagi perkembangan kepribadian seseorang. Sebaliknya pergaulan tidak sehat mengarah kepada pola perilaku yang merugikan bagi perkembangan dirinya sendiri maupun dampaknya bagi orang lain.

Menurut Ghozali Pergaulan merupakan “suatu hubungan yang

dijalin antar individu yang meliputi perasaan, tingkah laku, serta yang

ada di dalamnya.”32

Menurut Basrowi “Pergaulan tidak dapat di lepaskan dari interaksi yaitu hubungan yang dinamis antar individu dengan individu yang lainnya, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok yang lainnya.”33

Dari beberapa definisi di atas terdapat kesamaan arti bahwa pergaulan memiliki pengaruh dalam membentuk suatu komponen kepribadian seseorang, pergaulan yang dilakukan oleh seseorang tanpa di sadari akan membentuk dirinya menyerupai lingkungan bergaulnya. Jadi kepribadian seseorang dapat dilihat dari pergaulannya,apakah pergaulan yang positif atau pergaulan yang negatif, karena pergaulan memiliki ragam pola yang terarah serta ragam pola yang tidak terarah.

31 http://kbbi.web.id, diakses pada tanggal 21 Juli 2016 pukul 22.21 WIB

32 Abdul Syani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, (Bandar Lampung: Bumi Aksara,

1992), h. 31

(34)

2. Faktor Penyebab Terjadinya Pergaulan

Menurut Soerjono Soekanto, faktor-faktor yang mempengaruhi pergaulan di antaranya sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Apabila seseorang melakukan pergaulan, sesungguhnya secara naluriah manusia mempunyai dorongan-dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang itu sendiri, antara lain:

1) Dorongan Untuk Meneruskan/Mengembangkan Keturunan Secara naluriah manusia mempnyai dorongan untuk saling tertarik dengan lawan jenisnya. Dorongan ini bersifat kodrati artinya tidak perlu dipelajari, orang akan mengerti secara sendirinya, orang akan berpasang-pasangan untuk meneruskan keturunannya agar tidak mengalami kepunahan.

2) Dorongan Untuk Memenuhi Kebutuhan Manusia

Manusia memerlukan keberadaan orang lain sebagai pihak yang menyediakan berbagai kebutuhan hidup yang diperlukan. Manusia tidak mungkin hidup sendiri dan mandiri tanpa keberadaan orang lain.

3) Dorongan Untuk Mempertahankan Hidup

Pada manusia primitif manusia hidup berkelompok membentuk suatu satu kesatuan (suku) untuk menghadapi serangan suku bangsa yang lain maupun serangan binatang-binatang buas. Suku-suku ini terhimpun menjadi satu sistem sosial, sistem ekonomi dan sistem sosial budaya.

(35)

b. Faktor Eksternal

Selain dorongan-dorongan yang bersifat internal, manusia juga melakukan pergaulan atas dasar dorongan eksternal, yaitu dorongan-dorongan yang berasal dari luar dirinya. Sesuatu yang menarik perhatian dapat berupa orang, benda atau keadaan-keadaan yang menjadi suatu rangsangan untuk melakukan pergaulan dengan orang lain. Adapun macam-macam dorongan eksternal tersebut antara lain: 1) Adanya Simpati

Dalam suatu pra bergaul seorang individu akan merasa tertarik untuk bergaul dengan orang lain. Inilah yang dimaksud dengan simpati yang selanjutnya akan menggerakkan individu untuk mengawali proses bergaul dengan pihak yang lain. Dalam suatu bergaul psikis yang paling mendasar adalah rasa simpati seseorang terhadap orang lain.

Pada dasarnya simpati adalah suatu sikap tertarik kepada orang lain karena sesuatu hal mungkin karena menarik penampilannya, mungkin karena kebijaksanaannya atau karena pola pikir, yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh orang yang menaruh simpati.

Simpati ini akan menjadi dorongan yang sangat kuat pada diri seseorang untuk melakukan kontak dan bergaul dengan orang tersebut dan hasilnya akan sangat efektif untuk terjadinya suatu proses pergaulan, nilai-nilai melalui proses bergaul tersebut.

Dengan adanya rasa simpati maka akan mendorong seseorang untuk berbuat apa saja untuk mewujudkan rasa simpati pada orang tersebut.

2) Adanya Motivasi

(36)

Motivasi dalam suatu pergaulan adalah dorongan yang ada pada diri seseorang yang mendasari orang melakukan perbuatan. Motivasi ini muncul karnea pertimbangan rasionalitas.

Motivasi seseorang bisa dibangkitkan atas dasar keadaan ataupun pengaruh dari orang lain sehingga memunculkan suatu perbuatan bagi seorang individu untu melakukan pergaulan dengan orang lain.

3) Adanya Empati

Proses empati merupakan proses psikis, yaitu rasa haru atau iba sebagai akibat tersentuh perasaannya dengan objek yang ada di hadapannya. Melalui panca indra proses empati telah mampu menggerakkan perasaan seseorang untuk melakukan sesuatu terhadap orang lain.

Pada dasarnya rasa empati merupakan rasa haru ketika seseorang melihat orang lain mengalami sesuatu yang menarik perhatian. Empati pada hakikatnya adalah kelanjutan dari rasa simpati yang berupa perbuatan nyata untuk mewujudkan rasa simpatinya.

4) Adanya Sugesti

Awal dari proses sugesti adalah adanya kepercayaan yang sangat mendalam dari seseorang kepada orang lain, sehingga orang yang dipercayai akan sangat memengaruhi perilaku bagi orang yang mempercayai. Proses inilah yang dinamakan dengan sugesti.

(37)

Selanjutnya sugesti ini akan membuahkan dorongan kepada individu untuk melakukan suatu pergaulan dengan pihak lain.

5) Adanya Imitasi

Sebagai awal dari proses imitasi sesungguhnya adalah adanya kesamaan pola pikir atau tata nilai antara diri seseorang dengan objek yang dikenal melalui panca indra. Sehingga terdorong manusia untuk menirunya. Proses seperti ini merupakan proses imitasi. Pada dasarnya imitasi adalah suatu keinginan seseorang untuk meniru segala sesuatu yang ada pada orang lain.

Hal ini disebabkan oleh adanya minat, perhatian atas sikap mengagumi terhadap pihak lain yang diangap cocok.

6) Adanya Identifikasi

Proses identifikasi terjadi karena teikat oleh suatu aturan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri seperti orang-orang yang lain. Proses seperti inilah merupakan proses identifikasi. Proses identifikasi dapat juga terjadi atas dasar kesenangan atau kecocokan sehingga tertarik untuk menyesuaikan diri dengan orang-orang yang lain.

Pada umumnya pergaulan terjadi karena beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal seperti yang sudah dujelaskan di atas bagaimana faktor pendorong yang saling berkaitan satu sama lainnya. Karena faktor-faktor tersebut “cikal bakal munculnya pergaulan manusia yang awalnya manusia tidak mengenal pergaulan maka dengan adanya faktor-faktor tersebut manusia akan melakukan pergaulan sesuai dengan karakter orangnya masing-masing.”34

(38)

3. Macam-macam Pergaulan

Pergaulan dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu pergaulan yang bersifat positif dan pergaulan yang bersifat negatif.

a. Pergaulan Positif

Pergaulan yang bersifat positif ialah pergaulan yang di latar belakangi dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat positif, seperti: 1) Kerja kelompok untuk mengerjakan tugas dari Dosen

2) Membuat laporan tugas bersama-sama

3) Sering melakukan hal yang positif bersama teman-temannya Dengan pergaulan mahasiswa lebih mengenal kepribadian masing-masing orang sekaligus menyadari bahwa manusia memiliki keunikan yang masing-masing perlu dihargai. Dan Pergaulan mahasiswa mampu menyesuaikan diri dalam berinteraksi dengan banyak orang sehingga mampu meningkatkan rasa percaya diri.35 Dengan pergaulan mahasiswa mampu membentuk kepribadian yang baik yang bisa diterima di berbagai lapisan masyarakat sehingga bisa tumbuh dan berkembang menjadi sosok individu yang pantas diteladan.

Adapun pengaruh dalam pergaulan yang positif, karena

“pergaulan merupakan ajang sosialisasi bagi individu dalam mengenal lingkungan sosialnya”,36 melalui pergaulan dapat

diperoleh manfaat sebagai berikut:

1) Lebih mengenal nilai-nilai dan norma sosial yang berlaku sehingga mampu membedakan mana yang pantas dan mana yang tidak pantas dalam melakukan sesuatu.

2) Lebih mengenal kepribadian masing-masing orang sekaligus menyadari bahwa manusia memiliki keunikan yang masing-masing perlu dihargai.

(39)

3) Mampu menyesuaikan diri dalam berinteraksi dengan banyak orang sehingga mamu meningkatkan rasa percaya diri.

4) Mampu membentuk kepribadian yang baik yang bisa diterima di berbagai lapisan masyarakat sehingga bisa tumbuh dan berkembang menjadi sosok individu yang pantas diteladani.

b. Pergaulan Negatif

Pergaulan yang bersifat negatif adalah “pergaulan perilaku menyimpang yang melewati batas dari kewajiban, tuntutan, aturan, syarat, dan perasaan malu. Atau dapat diartikan sebagai perilaku menyimpang yang melanggar norma agama maupun norma kesusilaan.”37

Pergaulan negatif sekarang sudah menjadi trend baru bagi anak muda zaman sekarang. Mereka melakukan perbuatan yang menyimpang dari nilai-nilai budaya serta agama. Mereka sama sekali tidak memikirkan dampak apa yang terjadi pada mereka. “Mereka hanya memikirkan kepuasannya sendiri tanpa memikirkan dampaknya terhadap orang lain.”38 Berbagai jenis pergaulan negatif diantaranya:

1) Seks Bebas

Seks bebas telah merambah dunia anak muda Indonesia. Mereka berpikir bahwa dengan sex mereka bisa puas dan enjoy. Mereka tidak berpikir tentang dampak yang terjadi jika mereka tertular virus HIV/AIDS. Virus yang belum ditemukan untuk menyembuhkannya. Salah satu penyebab Seks bebas adalah media. Medialah yang paling banyak mempengaruhi moralitas anak bangsa. Semakin banyak remaja disuguhi dengan eksploitasi seks di media, maka mereka akan semakin berani mencoba seks di usia muda.

(40)

Soerjono Soekanto menganggap seks bebas itu sebagai suatu pekerjaan yang bersifat menyerahkan diri kepada umum untuk melakukan perbuatan-perbuatan seksual dengan mendapatkan upah.39

2) Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan Obat berbahaya. Narkoba menjadi ancaman terberat bagi bangsa ini. Berapa puluh ribuan orang yang sudah terjangkit narkoba. Narkoba terdiri dari beberapa macam yaitu :

a) Opiat (heroin, morfin, ganja) b) Amfetamin (shabu, ekstasi, inex) c) Kokain

d) Benzodiazepin (pil nipam, BK, mogadon) 3) Kehidupan Malam

Kehidupan malam identik dengan seks bebas, alkohol dan obat terlarang. Itu tidak bisa dipungkiri ketika mewabahnya ekstasi dan shabu-shabu. Obat terlarang jenis ini sering ditemui di klub-klub malam. Alkohol mudah sekali dijumpai ketika kita masuk dalam klub-klub malam. Dunia ini banyak dirambah oleh kalangan atas dan kalangan selebritis. Mereka menghambur-hamburkan uang demi kepuasan sesaat. Tetapi pada kenyataan zaman sekarang banyak para remaja terutama para mahasiswa telah mengenal tentang dunia malam yang penuh kelabu.

4) Alkohol (minunan keras)

Kita sudah tidak asing lagi dengan kata minuman keras, minuman keras atau yang sering disebut miras mudah sekali ditemui di manapun kita berada. Alkohol adalah zat yang paling sering disalahgunakan manusia, alkohol diperoleh atas peragian/fermentasi madu, gula, sari buah atau umbi-umbian. Dalam peragian tersebut akan menghasilkan kurang lebih 15%,

(41)

tetapi jika dilakukan penyulingan maka dapat menghasilkan kurang lebih 100%.

Pengonsumsian alkohol yang berlebihan dapat mengakibatkan pengerutan otak dan pengonsumsian alkohol yang berat dapat terancam masalah kesehatan yang serius seperti radang usus, penyakit liver, dan kerusakan otak. Kadang-kadang alkohol digunakan dengan kombinasi obat-obatan berbahaya lainnya, sehingga efeknya jadi berlipat ganda.40 Bila ini terjadi,

efek keracunan dari penggunaan kombinasi akan lebih buruk lagi dan kemungkinan mengalami over dosis akan lebih besar. Tapi bodohnya masyarakat Indonesia sudah terbukti, banyak terdengar kabar para pemabuk tewas ketika menengguk minuman keras, ternyata minuman keras itu sudah dicampur dengan bahan-bahan yang berbahaya seperti baygon, soklin, soffel dan banyak lainnya.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur,an Surat Al-Ma’idah ayat 90-91:

Artinya: 90. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar

kamu mendapat keberuntungan.

(42)

91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Yang patut disayangkan pula dari pergaulan kebanyakan mahasiswa saat ini adalah standar nilainya diambil dari tradisi budaya ataupun cara hidup masyarakat yang naon muslim. Contoh, pakaian yang dipakai itu modelnya harus sesuai dengan mode-mode yang berkembang di dunia internasional saat ini. Dan bisa kita lihat pakaian-pakaian tersebut jarang sekali ada yangcocokdengan kriteria pakaian yang pantas secara islam.

Solidaritas dan kesetiakawanan sering dijadikan landasan untuk

terjun ke dunia pergaulan yang menyimpang. Dengan “setia kawan” itu

pula kebanyakan remaja mulai merokok, minum-minuman keras, dan seks bebas. Kalau tidak ikut kegiatan-kegiatan teman nongkrong atau gengnya bisa dianggap tidak setia kawan. Paradigma seperti itulah yang menggerayangi pikiran sebagian remaja masa kini. Sebenarnya tindakan mereka itu telah merusak kemurnian makna dari solidaritas dan kesetiakawanan itu sendiri.

C. Mahasiswa

1. Pengertian Mahasiswa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di Perguruan Tinggi”.41

Menurut Hartaji dan Damar, mahasiswa adalah “seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan

(43)

universitas.”42 Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa yang merupakan prinsip yang saling melengkapi.

Menurut Dwi Siswoyo, mahasiswa dapat didefinisikan sebagai

“individu yang sedang menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.”43 Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas

yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Menurut Syamsu Yusuf, seorang “mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan.”44 Tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup dan hidup secara mandiri.

Menurut Prof Ichlasul Amal mengatakan bahwa “mahasiswa itu

seperti asap. Bisa setiap saat muncul dan bisa cepat menghilang sesuai dengan kebutuhan, apabila misi moralnya telah terserap. Nuansa seperti itu menggambarkan bahwa misi moral yang diemban mahasiswa belum

terwujud.”45

Menurut Sugandhi mengatakan bahwa berdasarkan fase perkembangan peran, tugas, dan tanggung jawab mahasiswa tidak hanya tentang pencapaian kesuksesan secara akademik. “Mahasiswa diharapkan mampu menunjukkan perilaku dan pribadi untuk mengeksplorasi berbagai gaya hidup dan nilai sosial selain kesuksesan secara akademik.”46 Mahasiswa sudah menjadi bagian dari masyarakat

seutuhnya dengan peran yang nyata. Wujud peran nyata mahasiswa yaitu

42 Hartaji, Damar A, Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang Berkuliah Dengan

Jurusan Pilihan Orangtua.(Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma, 2012), h. 5

43 Dwi Siswoyo, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: UNY Pers, 2007), h. 121

44 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2012), h. 27

45 Kunarto, Mahasiswa Menuntut, (Jakarta: PT. Cipta Manunggal, 1999), h. 2

46 Nani M Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik , (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

(44)

melalui pelaksanakan nilai dan norma yang ada didalam masyarakat dengan baik. Prestasi secara akademik yang bagus dengan ditunjang karakter yang baik di lingkungan masyarakat menunjukan kesuksesan akademik mahasiswa secara keseluruhan.

Kesuksesan akademik mahasiswa terwujud dalam Indeks Prestasi (IP), pola hidup sehari-hari, dan praktik ajaran agama. Indeks prestasi menunjukkan kemampuan mahasiswa dalam pembelajaran. Indeks prestasi akan menunjukkan nilai-nilai sebagai syarat kelulusan dan hasil selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Nilai yang tinggi menunjukkan keberhasilan dalam belajar materi perkuliahan. Pola hidup sehari-hari merupakan sikap dan kebiasaan mahasiswa. Kebiasaan terbentuk dari manifestasi nilai-nilai sosial yang diajarkan saat perkulihan dan pengaruh lingkungan. Kebiasaan dan sikap yang baik menunjukkan kesuksesan mahasiswa dalam mempraktikkan teori-teori yang dipelajari saat perkuliahan. Praktik agama merupakan kebutuhan mental setiap manusia. Praktik agama yang baik menunjukkan kesuksesan mahasiswa dalam menyerap lebih dalam nilai-nilai mental dalam aktivitas perkuliahan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa ialah seorang peserta didik berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar dan menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi baik dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.

2. Karakteristik Perkembangan Mahasiswa

(45)

sebaya dari daerah yang lebih beragam dan peningkatan perhatian pada prestasi dan penilaiannya.”47

Perguruan tinggi dapat menjadi masa penemuan intelektual dan pertumbuhan kepribadian. Mahasiswa berubah saat merespon terhadap kurikulum yang menawarkan wawasan dan cara berpikir baru seperti; terhadap mahasiswa lain yang berbeda dalam soal pandangan dan nilai, terhadap kultur mahasiswa yang berbeda dengan kultur pada umumnya, dan terhadap anggota fakultas yang memberikan model baru. “Pilihan perguruan tinggi dapat mewakili pengejaran terhadap hasrat yang menggebu atau awal dari karir masa depan.”48

Ciri-ciri perkembangan remaja lanjut atau remaja akhir (usia 18 sampai 21 tahun) dapat dilihat dalam tugas-tugas perkembangan yaitu: a. Menerima keadaan fisiknya; perubahan fisiologis dan organis yang

sedemikian hebat pada tahun-tahun sebelumnya, pada masa remaja akhir sudah lebih tenang. Struktur dan penampilan fisik sudah menetap dan harus diterima sebagaimana adanya. Kekecewaan karena kondisi fisik tertentu tidak lagi mengganggu dan sedikit demi sedikit mulai menerima keadaannya.

b. Memperoleh kebebasan emosional; masa remaja akhir sedang pada masa proses melepaskan diri dari ketergantungan secara emosional dari orang yang dekat dalam hidupnya (orangtua). Kehidupan emosi yang sebelumnya banyak mendominasi sikap dan tindakannya mulai terintegrasi dengan fungsi-fungsi lain sehingga lebih stabil dan lebih terkendali. Dia mampu mengungkapkan pendapat dan perasaannya dengan sikap yang sesuai dengan lingkungan dan kebebasan emosionalnya.

c. Mampu bergaul; dia mulai mengembangkan kemampuan mengadakan hubungan sosial baik dengan teman sebaya maupun orang lain yang berbeda tingkat kematangan sosialnya. Dia mampu menyesuaikan dan

(46)

memperlihatkan kemampuan bersosialisasi dalam tingkat kematangan sesuai dengan norma sosial yang ada.

d. Menemukan model untuk identifikasi; dalam proses ke arah kematangan pribadi, tokoh identifikasi sering kali menjadi faktor penting, tanpa tokoh identifikasi timbul kekaburan akan model yang ingin ditiru dan memberikan pengarahan bagaimana bertingkah laku dan bersikap sebaik-baiknya.

e. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri; pengertian dan penilaian yang objektif mengenai keadaan diri sendiri mulai terpupuk. Kekurangan dan kegagalan yang bersumber pada keadaan kemampuan tidak lagi mengganggu berfungsinya kepribadian dan menghambat prestasi yang ingin dicapai.

f. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma; nilai pribadi yang tadinya menjadi norma dalam melakukan sesuatu tindakan bergeser ke arah penyesuaian terhadap norma di luar dirinya. Baik yang berhubungan dengan nilai sosial ataupun nilai moral. Nilai pribadi adakalanya harus disesuaikan dengan nilai-nilai umum (positif) yang berlaku dilingkungannya.

g. Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan; dunia remaja mulai ditinggalkan dan dihadapannya terbentang dunia dewasa yang akan dimasuki. Ketergantungan secara psikis mulai ditinggalkan dan ia mampu mengurus dan menentukan sendiri. Dapat dikatakan masa ini ialah masa persiapan ke arah tahapan perkembangan berikutnya yakni masa dewasa muda.49

Apabila telah selesai masa remaja ini, masa selanjutnya ialah jenjang kedewasaan. Sebagai fase perkembangan, seseorang yang telah memiliki corak dan bentuk kepribadian tersendiri.Adapun ciri-ciri kedewasaan seseorang antara lain:

49 Gunarsa Singgih & Gunarsa Yulia, Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga,

(47)

a. Dapat berdiri sendiri dalam kehidupannya. Ia tidak selalu minta pertolongan orang lain dan jika ada bantuan orang lain tetap ada pada tanggung jawabnya dalam menyelesaikan tugas-tugas hidup.

b. Dapat bertanggung jawab dalam arti sebenarnya terutama moral. c. Memiliki sifat-sifat yang konstruktif terhadap masyarakat dimana ia

berada.50

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik mahasiswa ialah pada penampilan fisik tidak lagi mengganggu aktifitas dikampus, mulai memiliki intelektualitas yang tinggi dan kecerdasan berpikir yang matang untuk masa depannya, memiliki kebebasan emosional untuk memiliki pergaulan dan menentukan kepribadiannya. Mahasiswa juga ingin meningkatkan prestasi dikampus, memiliki tanggung jawab dan kemandirian dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah, serta mulai memikirkan nilai dan norma-norma di lingkungan kampus maupun di lingkungan masyarakat dimana dia berada.

D. Kost-kostan

Kost-kostan begitulah istilah yang sangat sering kita dengar. Berkembangnya ekonomi masyarakat juga mempengaruhi para pemilik usaha jasa kost-kostan ini. Dimana pada awalnya usaha kost-kostan ini tidak meberikan fasilitas yang baik. Seperti halnya kebersihan, kenyamanan, keamanan, ketiga hal tersebutlah yang saat ini gencar diperbincangkan oleh para calon pengguna jasa kost-kostan ini. Lokasi yang dekat dengan perkantoran maupun sekolah adalah lokasi yang sangat strategis untuk di bangunnya jasa kost-kosan ini.

Dimana para penghuni jasa kost-kostan ini akan diberikan keuntungan tersendiri bagi orang tersebut, seperti halnya jarak tempuh kantor atau sekolah yang menjadi lebih dekat, sehingga mereka dapat menghemat waktu dan biaya transportasi. Tidak jarang banyak kalangan orang tua yang

50 Ahmadi Abu & Sholeh Munawar, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta,

(48)

menyekolahkan anaknya jauh di luar daerah tempat tinggal orang tuanya, sehingga tidak memungkinkan untuk pulang pergi rumah-sekolah setiap hari yang dikarenakan jarak tempuh yang begitu jauh. Untuk saat ini persaingan jasa kost-kostan ini sangatlah ketat. Dimana harga atau tarif yang diberikan sangatlah bersaing dengan fasilitas yang di berikan. Namun tarif dan fasilitas bukanlah faktor penting, namun yang terpenting adalah kenyamanan.

Dimana penyewa bisa beristirahat dengan nyaman. Tak hayal untuk saat ini ada bermacam–macam tipe jasa kos-kostan ini, dari tipe yang low price low quality dan high price high quality. Biasanya pengguna jasa

kost-kostan dengan price yang rendah adalah kalangan pegawai dan mahasiswa dimana semua biaya bisa diminimalisir seminimal mungkin. Dengan tujuan biaya hidup. Berbeda dengan kalangan yang menggunakan jasa kost-kostan dengan tarif yang mahal dimana fasilitas yang diberikan juga lebih menjanjikan, pengguna jasa ini biasanya adalah kaum atas seperti manager perusahaan dan kalangan berduit. kelengkapan fasilitas adalah faktor yang mempengaruhi mengapa tarif jasa kot-kostan ini bisa lebih mahal dari yang biasanya.

Saat ini kost-kostan selalu memberikan berbagai sisi pemikiran. Mulai dari kemandirian, kebebasan, keakraban, dan sosialisasi. Mungkin banyak diantara kita berfikir akan jika seseorang menggunakan jasa kost-kostan perilakunya akan menjadi mandiri yang baik, tak semua pengguna jasa kost-kostan ini memiliki sifat dan karakter yang sama, tak heran banyak juga yang memilih kost hanya untuk kebebasan, tanpa adanya waktu yang mengatur. Namun “dari kebebasan itu bukan selamanya memiliki pemikiran negative, namun ada segi positifnya, seperti bebas bersosialisasi dengan orang lain untuk menambah kekerabatan kebersamaan.”51

1. Pengertian Kost-kostan

Kost-kostan bisa juga disebut rumah penginapan. Itu adalah “rumah yang digunakan untuk orang. Digunakan orang untuk menginap selama

51 http://tugaskuliahkresna.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 6 September 2016, pukul

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .....................................................................
     Gambar 2.1          Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 :
Tabel 3.2 Informan Kunci
+7

Referensi

Dokumen terkait

Program Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalulintas yang dicanangkan Korlantas Polri ini merupakan salah satu bentuk kebijakan publik karena program tersebut

Keseruan keluarga Tunas Unggul ini juga dapat dilihat dari kesan-kesan yang disampaikan beberapa perwaki- lan siswa-siswi yang mengikuti kegiatan Malaysia National Children’s

Dalil aqli, jika kita meminta bantuan kepada orang lain, itu bisa berarti bahwa kita lemah, kita tidak menguasai hal yang kita mintakan pertolongan kepada orang lain. Jika Allah

‘’setiap proses belajar mengajar di kelas, saya selalu memberikan motivasi kepada siswa mbak, karena siswa di SMP Negeri Terbuka perlu banyak motivasi agar

11 orang konsumen yang menyatakan beras premium lebih buruk daripada beras medium karena pada saat membeli beras premium konsumen menemukan kreteria kualitas beras

Masalah utama dalam susu adalah tentang kualitas susunya yang kurang baik khushusnya di peternak skala kecil milik masyarakat, salah satu yang menyebabkannya

Kebiasaan mereka menggunakan alat teknologi digital adalah cirri khusus masyarakat era digital yang harus dijawab oleh pendidikan untuk menyediakan materi