• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Matakuliah Agama Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tugas Matakuliah Agama Islam"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Matakuliah Agama Islam

by Arif Rahman Hakim - Monday, December 14, 2015

http://arif.staf.akademitelkom.ac.id/index.php/2015/12/14/tugas-matakuliah-agama-islam/ Makalah PENDIDIKAN AGAMA ISLAM AKIDAH (TAUHID)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM AKIDAH (TAUHID)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Ruang Lingkup Ajaran Islam – AKIDAH”. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah MKU Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Padang.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

ABSTRAK

Makalah ini menjelaskan tentang aqidah.Dimulai dengan pengertian aqidah, hakikat dari aqidah itu. Selain itu diterangkan juga pembagian, bahaya penyimpangan,implementasi dan nilai-nilai aqidah dalam berbagi bidang. Dijelaskan dalam makalah ini bahwa aqidah itu merupakan sesuatu kebenaran yang diyakini dalam hati berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.Yang nantinya dapat mengendalikan perasaan seseorang yang kemudian membuat pemilik perasaan-perasaan itu memiliki pertimbangan penuh dalam melakukan tindakan-tindakannya. Sehingga apa yang kita lakukan adalah perbuatan yang berdasarkan pada kaidah bahwa Allah melihat dan mengamati kita di mana saja dan kapan saja. Nilai-nilai aqidah

(2)

dalam kehidupan antara lain adalah nilai keyakinan dan nilai ketaatan. Aqidah itu memiliki peranan besar dalam kehidupan.Baik dalam kehidupan keluarga, negara dan bermasyarakat.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Manusia merupakan makhluk yang sangat rentang digoda oleh setan.Oleh karena itu, manusia harus memiliki sesuatu yang dapat menjadi pegangan dalam hidupnya.Jawabannya ialah aqidah.Aqidah baik sangatlah diperlukan dalam kehidupan agar kehidupan tidak berjalan seperti layaknya kehidupan dijaman jahiliyah.

Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah yang benar terhadap alam dan kehidupan, karena akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya. Oleh karena itu, jika seseorang beraqidah dengan benar, niscaya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah dan melenceng maka akhlaknya pun akan tidak benar. Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinannya terhadap Allah juga lurus dan benar.

Sangat pentingnya pembahasan tentang aqidah inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengulas sedikit tentang aqidah dalam kehidupan.

(3)

1.2 Rumusan masalah

Untuk mengkaji dan mengulas tentang aqidah dalam kehidupan, maka diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dan hakikat aqidah?

2. Apa saja implementasi aqidah dalam kehidupan? 3. Bagaimana nilai-nilai aqidah dalam kehidupan?

4. Bagaimana nilai-nilai aqidah dalam pengembangan seni budaya, iptek serta dalam bidang ekonomi ?

1.3 Tujuan dan manfaat penulisan

Dari rumusan masatah di atas maka kita dapat mengambil tujuan sebagai berikut Untuk mengetahui pengertian dari aqidah

Untuk mengetahui pembagian aqidah Untuk mengetahui perkembangan aqidah

Untuk mengetahui penyimpangan aqidah saat ini

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca tentang aqidah dalam kehidupan dan dapat diimplementasikan dalan kehidupan.

1.4 Metode Penulisan

Penulis memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari media media lain seperti e-book, web, blog, dan perangkat media massa yang diambil dari internet.

1.5 Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas : latar belakang, rumusan makalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi berdasarkan subbab yang berkaitan dengan pengertian, hakikat, pembagian,bahaya penyimpangan,implementasi serta nilai-nilai aqidah. Terakhir, bab penutup terdiri atas kesimpulan.

BAB II

RUANG LINGKUP PEMBAHASAN AQIDAH ISLAMIYAH (KEIMANAN)

(4)

I.Definisi Iman, Hubungannya dengan Islam dan Sasaran Pembahasannya

Menurut pengertian bahasa iman adalah percaya atau membenarkan.Menurut pengertian syariat (tauhid) iman adalah kepercayaan atau keyakinan yang datang dari hati sanubari, diikrarkan dengan lisan,

kemudian dibuktikan dengan perbuatan amal saleh, oleh anggota badan.Jadi iman adalah pekerjaan yang berhubungan dengan perbuatan batin (hati) yaitu percaya kepada adanya Allah SWT, para malaikat, para Rasul Allah, kitab-kitab Allah, akan terjadinya hari kiamat dan percaya kepadatakdir, sifatnya

abstrak(tersembunyi).Islam adalah pekerjaan yang berhubungan dengan perbuatan lahir yaitu mengucap syahadat, mengerjakan shalat, zakat, puasa, haji, sifatnya konkrit (nyata).Kalau kita perhatikan pengertian antara iman dan Islam, maka jelas keduanya tidak dapat dipisahkan dengan arti kata setiap orang Islam wajiblah beriman dan orang yang beriman wajiblah dia Islam artinya menyerah diri, agar mendapat keselamatan fiddun ya wal akhirat.

Ditinjau dari segi pengertian bahasa, maka di antara iman dan Islam seolah-olah ada perbedaannya, artinya iman dan Islam mempunyai operasional berlainan.Yang satu abstrak, yang satu lagi konkrit.Tapi dalam segi praktis, iman dan Islam tidak dapat dipisahkan, karena sangat erat hubungannya ibarat pohon dengan buahnya. Dengan kata lain, aqidah dan syariat harus sejalan dan seirama, kalau tidak maka kehidupan ini akan pincang. Firman Allah SWT dalam menggambarkan dua hal tersebut antara lain: “Berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh (berbuat yang baik), bahwasanya mereka itu akan memperoleh surga di bawahnya mengalirlah beberapa sungai.” (QS. Al Baqarah: 25)

“Barang siapa beramal shaleh, baik ia lelaki ataupun perempuan dan ia seorang yang beriman, maka pastilah Kami akan memberinya kehidupan yang baik2 dan pasti Kami memberi balasan dengan pahalanya, menurut yang telah dia kerjakan dengan sebaik-baiknya.” (QS. An Nahl: 97)

Adapun seperti yang sudah dikemukakan dalam bab sebelumnya, bahwa sasaran materi dalam makalah ini salah satunya adalah masalah keimanan, maka sebenarnya masalah keimanan secara garis besar juga tercantum dalam hadits Rasulullah Saw:“.... (Iman ialah): kamu harus percaya kepada Allah SWT, kepada para malaikat-Nya, kepada kitab-kitabNya, kepada para utusan-Nya, kepada hari akhir dan percaya pula kepada qadar (kepastian) baik maupun buruk...” (HR. Muslim)

1. Iman Kepada Allah SWT

Prof. Dr. C.C. Yung, seorang ahli psikologi (non Muslim) yang pernah mendapat hadiah nobel tahun 1948, mengatakan bahwa: “Dalam jiwa manusia itu ada fungsi percaya kepada Tuhan”3. Sayangnya manusia kurang mampu untuk menetapkan siapa dan bagaimana Tuhan itu . “Agama seseorang ialah akalnya; dan barang siapa tidak ada akal (berarti) tak pula ia mempunyai agama.” (HR. Abu Syekh ibnu Hiban)

(5)

Quran melarang hal tersebut, seperti dalam firman Allah dalam surat Al Isra' ayat 36:

“Dan janganlah engkau ikuti apa yang engkau tidak ketahui.Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya nanti akan ditanya.” (QS. Al Isra': 36)

Oleh karena itu kita harus menggunakan akal kita pada tempatnya.Orang yang tidak menggunakan akalnya, dalam suatu tugas yang amat penting, yaitu memilih agama sebagai pegangan hidup, oleh Allah SWT disejajarkan dengan hewan, bahkan lebih jelek dari pada hewan. Hal ini seperti firman Allah SWT dalam Al Quran surat Al A’raaf ayat 179:

“Mereka mempunyai hati (akal),tetapitidak mempergunakannya untuk memahami, mempunyai mata, tetapi tidak mempergunakannya untuk melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak mempergunakannya untuk mendengar, orang-orang itu seperti hewan bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang- orang yang lalai.” (QS. Al A'raaf: 179)

Agama adalah keyakinan, yang seharusnya jika kita ingin menganutnya, kita harus meneliti terlebih dahulu, menganalisa

kebenarannya, mempelajari secara kritis ajaran-ajarannya, sehingga agama yang kita anut itu betul-betul dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya di hadapan Allah SWT dan sesuai pula dengan fitrah. Janganlah kita memilih agama karena kita mengikuti tren, sekedar ikut-ikutan. Bahkan meskipun agama yang kita anut adalah agama yang berasal dari orang tua kita, maka sudah seharusnya kita juga harus benar-benar mengerti akan kebenaran agama yang kita anut tersebut. Janganlah agama hanya kita jadikan identitas.

Adapun syarat mutlak dari pengakuan itu haruslah diucapkan dengan secara sadar, dan penuh dengan keinsyafan, yakni dengan membaca dua kalimat syahadat. Dua kalimat sebagai ikrar atau pengakuan, yang tersusun dari:

1. Pengakuan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, disebut dengan syahadat tauhid:

“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (yang patut untuk disembah) melainkan Allah”

2. Pengakuan Nabi Muhammad Saw sebagai utusan Allah, disebut dengan syahadat Rasul:

“Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah”

Dalam Al Quran syahadatain ini terkenal dengan nama “Kalimat Tayyibatun”, yaitu kalimat yang baik, tinggi nilainya, karena mengandung (berfungsi) untuk membawa kebahagiaan hidup umat manusia, baik dunia maupun akhirat. Oleh karena itu setiap orang yang mengamalkan ajaran syahadatain tersebut, maka

(6)

orang itu berhak untuk menempati surga. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

“Barang siapa yang akhir ucapannya (waktu akan mati mengatakan): laa ilaaha illallaah, (maka) ia akan masuk surga.” (HR. Abu Daud).

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa orang yang mampu untuk mengucapkan kalimat syahadatain di akhir masa hidupnya, hanyalah orang- orang yang semasa hidupnya selalu mengingat kepada Allah SWT dan mengamalkan segala perintah-perintah-Nya.Dan orang tersebut dimasukkan dalam kategori

(golongan) orang-orang yang meninggal dengan derajat “Husnul Khatimah” (hidupnya berakhir dalam keadaan baik).

III. Jalan Membuktikan Adanya Allah SWT

Banyak jalan yang dapat digunakan untuk membuktikan adanya Allah SWT. Dalam hal ini sangat mudah, asalkan kita mau mempergunakan akal dan pikiran kita, yaitu dengan memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan-nya, antara lain:

“Dan di bumi ini terdapatlah tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin.Dan (juga) pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tiada memperhatikannya.” (QS. Adz Dzariyat: 20-21)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (bukti kekuasaan Allah) bagi orang yang (mau) menggunakan akalnya.” (QS. Ali Imran: 190)

“Pikirkanlah olehmu tentang makhluk Tuhan, dan janganlah kamu pikirkan tentang zat Khaliq (Allah), karena kamu pasti tidak akan dapat menjangkau-Nya (tidak mungkin manusia untuk memikirkan zat Allah SWT.)” (HR. Abu Syekh)

Beberapa ahli tasawwuf juga mengatakan:

“Barang siapa yang mengenal akan dirinya, niscaya kenallah ia akan Tuhannya.”

(7)

orang mempercayai hal tersebut (manunggaling kawula gusti), tetapi hal ini berarti bahwa kita menyadari betapa indah dan harmonisnya susunan tubuh kita, sehingga dapat bekerja praktis, menurut fungsinya masing-masing. Terutama dalam soal pengendalian roh. Hal-hal yang seperti inilah yang menyadarkan kita akan adanya Yang Maha Kuasa, Yang Maha Mengatur, dan Dia adalah Allah SWT. Kemudian kalau kita memperhatikan alam yang ada di sekitar kita, betapa indah alam tersebut, begitu teraturnya alam berjalan, maka dari situ kita bisa mengambil jalan untuk lebih mengenal Allah SWT.

Sebagai contoh, Imam Hambali (yang hidup antara tahun 164 H- 241H/ 855 M-1055 M), beliau

membuktikan adanya zat Yang Maha Kuasa dengan kejadian makhluk-makhluk, terutama manusia, yang asalnya dari sperma dan ovum, akhirnya setelah mengalami proses yang ditentukan, maka jadilah ia manusia yang sempurna. Sir Isaac Newton, merasakan bahwa ilmu yang ada padanya adalah sekedar hasil penemuan tentang segala apa yang telah tersedia di alam ini. Ilmu dan kepintaran manusia tidak sanggup untuk menciptakan sesuatu yang belum ada sebelumnya.Ketinggian ilmu dan penemuan para ahli

hanyalah mengolah dan merubah bentuk, lebih dari itu tidak dapat berbuat apa-apa.Disinilah Newton membuktikan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT sebagai Pencipta alam semesta. Ilmu telah membawa akal kita untuk melihat kebesaran Allah SWT dengan apa yang tidak dapat terlihat oleh mata manusia. Meskipun ada banyak pengakuan dari ilmuwan non Muslim, tapi hal tersebut hanyalah sekedar

pengakuan mereka saja, tetapi mereka tetap mempersekutukan Allah dan tidak mau mengakui Islam sebagai agama yang benar.Walaupun ada hanya sebagian kecil saja. Kalau kita tinjau lebih jauhlagi, bahkan setan dan iblis juga percaya akan adanya Allah, tetapi cara ibadah dan kebaktian serta

perbuatannya menyeleweng dari kehendak Allah SWT, bahkan secara terus terang di hadapan Allah, mereka tidak mau menuruti perintah Allah untuk menghormati Adam as.

1. Sifat-sifat Allah yang Wajib Diketahui, Serta Argumentasinya

Fakta-fakta yang membuktikan adanya Allah SWT, zat Yang Maha Kuasa, sudah cukup banyak diungkapkan, baik oleh masyarakat Muslim maupun non Muslim. Tetapi, jalan pikiran mereka untuk mengenal hakikat yang sebenarnya masih berbeda-beda menurut cara dan konsep mereka sendiri. Oleh karena itu, sangatlah perlu bagi kita untuk mengetahui sifat- sifat Allah SWT, supaya jangan kita keliru untuk menentukan siapa dan bagaimana Allah Yang Maha Kuasa itu.

Allah SWT tidak menganjurkan kita untuk mengadakan penelitian, menganalisa, mengobservasi, atau mencari zat-Nya.Tapi kita diwajibkan hanya untuk mengenal sifat-sifat-Nya. Untuk itu dapat kita peroleh dengan dua cara, yaitu:

(8)

1. Secara langsung dari Al Quran dan Al Hadits.

Cara ini hanya mempergunakan satu alternatif saja, yaitu semua keterangan diambil dari Al Quran dan Al Hadits yang shahih, inilah yang disebut dengan “Al Asmaul Husna”, (nama-nama yang baik), yang jumlahnya sebanyak 99, dengan perincian sebagai berikut:

1. A. Zat Pribadi-Nya : Al Waahid, Al Haq, Al Qudduus, Ash Shamad, Al Ghanii, Al Mughnii, Al Awwal, Al Aakhiry, Al Hayyi, Al Qayyuum, Al Ahad.

2. B. Penciptaan-Nya : Al Khaaliq, Al Baariu, Al Mushawwir, Al Badii’u.

1. C. Sifat-sifat-Nya : Ar Rahmaan, Ar Rahiim, Ar Rauuf, Al Waduud, Al Lathiif, At Tawwab, Al Haliim, Al Afuwwu, Al Ghaffar, Al Ghafuur, As Syakuur, As Salaam, Al Mukmin, Al Barr, Ar Raafi’, Ar Raazaq, Al Wahhaab, Al Waasi’

D.

Kebesaran/keagungan-Nya : Al ‘Azhiim, Al ‘Aziiz, Al ‘Aliyyu, Al Muta’aalii, Al Qawiyyu, Al

Qahhaar, Al Jabbaar, Al Kabiir, Al Kariim, Al Hamiid, Al Majiid, Al Maajid, Al Matiin, Azh Zhaahir, Zul Jalaali wal Ikraam E

Ilmu Pengetahuan-Nya : Al ‘Aliim, Al Hakiim, As Samii’u, Al Khabiir, Al Bashiir, As Syahiid, Ar Raqiib, Al Baathin, Al MuhaiminF.

Kekuasaan dan kepemimpinan-Nya : Al Qaadir, Al Muqtadir, Al Wakiil, Al Hafizh, Al Malik, Al Fattaah, Al Hasiib, Al Muntaqim, Al Muqiit.

1. G. Kodrat-Nya : Al Qaabidh, Al Baasith, Al Mu’izz, Al Mudzil, Al Mufiib, Al Baa’its, Al

Muhshi, Al Mubdiu, Al Mu’iid, Al Muhyi, Al Mumiit, Malikul Muluk, Al Jaami’, Adh Dhaar, Al Maani’, Al Haadii, Al Baaqii, Al Waarits.

2. H. Iradat-Nya : An Nuur, Ash Shabuur, Ar Rasyiid, Al Muqsith, An Naafi’, Al Waali, Al Jaliil, Al Waliiyu, Al ‘Adlu, Al Khaafidh, Al Waajid, Al Muqaddim, Al Muakhir, Al Hakam, Al Mutakabbir.

3. 2. Secara gabungan, Al Quran dan pikiran (dalil naqliyah dan aqliyah).

Cara ini dirumuskan oleh tokoh dalam aliran ilmu tauhid, yaitu Abul Hassan Al ‘Asyari, yang disebut dengan aliran Ahli Sunnah Wal Jama’ah. Beliau berpendapat, cara untuk mengenal sifat-sifat yang wajib5 bagi Allah SWT itu ada dua macam:

1. Secara ijmali (global), yaitu bahwa Allah SWT mempunyai segala macam sifat kesempurnaan, yang tidak dimiliki oleh makhluk-Nya. Jumlah sifat tersebut tidak terhingga banyaknya, tanpa batas.

2. Secara tafshili (terperinci), yaitu bahwa yang disebut dengan sifat dua puluh atau lebih diringkaskan menjadi sifat tiga belas. Adapun tiga belas sifat Allah tersebut adalah sebagai berikut:

(9)

1) Wujud

Wujud berarti bahwa Allah wajib bersifat ada, dan mustahil bagi Allah kalau Dia bersifat tidak ada (‘Adam). Dalil naqli dari sifat ini adalah Al Quran surat Al Baqarah ayat 163:

“Tidak ada Tuhan, melainkan Dia (Allah).” (QS. Al Baqarah: 163)

Sedangkan dalil aqlinya, kita bisa mengambil contoh seperti suatu gedung, misalnya. Kita bisa melihat suatu gedung, tapi kita tidak pernah tahu siapa yang membuat gedung tersebut, tukang batu, tukang kayu, arsitek, pekerja bangunan, semua bisa saja merupakan bagian dari pembuat gedung tersebut, tapi kita tidak benar-benar tahu siapa sang pembuat gedung. Yang kita tahu, bahwa gedung tersebut bisa berdiri tegak, pasti ada yang membuatnya, tidak mungkin suatu gedung berdiri sendiri.Begitu juga dengan Allah. Kita bisa melihat diri kita, dan juga alam ini, begitu indah, begitu sempurna, begitu menakjubkan, yang kita semua tahu, tidak ada satupun manusia di bumi ini yang bisa meniru sama seperti yang kita lihat, dengan segala keunikannya. Meskipun begitu, semua keindahan itu tidak datang dengan sendirinya, pasti ada Yang Maha Kuasa yang ada di balik semua itu. Pasti ada yang menciptakan sebuah karya agung dari semua itu, dan itu adalah bukti adanya Allah, sang pencipta segala sesuatu. Bukti bahwa Allah itu ada, dan mustahil kalau tidak ada.

2) Qidam Qidam berarti bahwa Allah wajib bersifat dahulu, dan mustahil kalau Allah bersifat baru (Huduuts). Dalil naqli dari sifat ini adalah Al Quran surat Al Hadid ayat 3:

: “Dialah yang awal dan yang akhir.” (QS. AlHadid: 3)

Dalil aqli, bisa kita lihat dari contoh gedung di atas. Jika ada sebuah gedung yang berdiri di suatu tempat, tidak mungkin gedung tersebut berdiri di situ sebelum sang pembuatnya ada terlebih dahulu. Pastilah sang pembuat gedung tersebut ada terlebih dahulu untuk membuat gedung tersebut. Begitu juga Allah, sang pencipta semua makhluk yang ada di dunia ini, pastilah Dia terlebih dahulu ada jika dibandingkan dengan para makhluk-Nya yang dia ciptakan.

3) Baqa’Baqa’ berarti Allah wajib bersifat kekal, mustahil bagi Allah untuk bersifat hancur atau binasa (Fana’). Dalil naqli dari sifat Baqa’ adalah Al Quran surat Al Qashash ayat 88 dan Al Quran surat Ar Rahman ayat 26-27:

“Tiap-tiap sesuatu akan binasa, kecuali Allah.” (QS. Al Qashash: 88)

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa.Dan akan tetap kekal Zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar Rahman: 26- 27)

(10)

Dalil aqli, Allah SWT bukanlah benda atau materi, oleh karena itu Dia tidak hancur, rusak ataupun mati.Kalau kiranya Allah itu bisa binasa, maka sudah pasti ada makhluk yang mampu untuk

menghancurkannya.Dan itu bukanlah Tuhan yang sebenarnya, karena tidak berdaya untuk menolak kebinasaantersebut.Jadi jelas bahwa Allah Yang Maha Kuasa itu tetapkekal abadi, tanpa mengalami kehancuran dan kebinasaan.

4) Mukhalafatuhu Lilhawaadits

Mukhalafatuhu Lilhawaadits berarti bahwa Allah wajib bersifat berbeda dengan makhluk-Nya, dan mustahil bagi Allah untuk serupa dengan makhluk-Nya (Mumatsalatuhu Lilhawaadits). Dalil naqli dari sifat ini adalah Al Quran surat Asy Syuura ayat 11, dan Al Ikhlas ayat 4:

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia.” (QS. Asy Syuura: 11)

Artinya : “Dan tidak ada satu (siapapun) yang sama dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas: 4)

Dalil aqli, tidak mungkin jika kita sama dengan Allah maka kita akan menyembah Allah. Mengapa kita harus menyembah sesuatu yang tidak memiliki perbedaan (lebih) dengan kita? Sedangkan sesuatu

tersebut bahkan sama dengan kita. Bahkan terkadang kita sebagai manusia, menjilat atasan kita, mencoba untuk mencari hati atasan kita, yang tentunya memiliki kelebihan dari pada kita, yang berbeda dengan kita, maka sudah pasti juga kita menyembah Allah karena Allah berbeda dengan kita, karena Allah Maha Kuasa, karena Allah jauh melebihi kita yang diciptakan-Nya.

5) Qiyamuhu BinafsihiQiyamuhu Binafsihi berarti bahwa Allah wajib untuk bersifat berdiri sendiri, dan mustahil bagi Allah untuk meminta bantuan makhluk-Nya (Ihtiyaju Bighairihi). Dalil naqli dari sifat ini “Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup dan berdiri sendiri (di dalam mengurus makhluk).” (QS. Al Baqarah255)

adalah Al Quran surat Al Baqarah ayat 255 dan surat Al Fathir

ayat 15:“Wahai sekalian manusia! Kamulah yang memerlukan Allah, sedangkan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.” (QS. Faathir: 15)

Dalil aqli, jika kita meminta bantuan kepada orang lain, itu bisa berarti bahwa kita lemah, kita tidak menguasai hal yang kita mintakan pertolongan kepada orang lain. Jika Allah meminta pertolongan kepada manusia, maka itu berarti Allah itu lemah, sedangkan kita tahu bahwa Allah adalah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Jadi sudah pasti bahwa Allah itu berdiri sendiri, dan mustahil kalau Allah

(11)

membutuhkan pertolongan orang lain. 6) Wahdaniyah

Wahdaniyah berarti bahwa Allah wajib bersifat Maha Esa6, dan mustahil jika Allah itu banyak atau berbilang (Ta’addud). Dalil naqli dari sifat ini adalah Al Quran surat Al Ikhlas ayat 1-4 dan Al Baqarah ayat 163:

“Dialah Allah Yang Maha Esa.Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas: 1-4)

“Dan Tuhanmu itu Tuhan Yang Maha Esa (tunggal).” (QS. Al Baqarah: 163)

Dalil aqli, dalam sebuah negara selalu hanya ada satu presiden, karena jika ada lebih dari satu presiden, maka negara tersebut akan kacau, karena akan terjadi perebutan kekuasaan dalam menentukan jalannya pemerintahan. Begitu juga dengan alam ini, jika dari dulu sampai sekarang alam ini berjalan begitu rapi, begitu teratur, maka sudah pasti karena yang mengatur segalanya hanyalah satu, yaitu Allah. Jika ada lebih dari satu Tuhan, maka tentu akan terjadi kekacauan dalam mengatur alam ini, selain itu, jika ada lebih dari satu Tuhan, maka Tuhan yang satu akan merasa lebih dari Tuhan yang lain, sehingga Tuhan-Tuhan tersebut akan saling membutuhkan. Itu menunjukkan bahwa Tuhan-Tuhan itu lemah.Dan mustahil kalau Allah itu lemah, maka sudah pasti bahwa Allah itu hanya ada satu.

7) Qudrat

Qudrat berarti bahwa Allah wajib bersifat Maha Kuasa, dan mustahil bagi Allah bersifat lemah (‘Ajzu). Dalil naqli dari sifat ini adalah Al Quran surat Al Baqarah ayat 20:

“Sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (QS. Al Baqarah: 20)

Dalil aqli, seperti yang sudah dipaparkan di atas, alam yang berjalan begitu teratur ini pastilah ada yang mengaturnya. Jika kita lihat, misalnya alat-alat transportasi modern, yang sudah dibuat sedemikian rupa, dengan dikendalikan oleh peralatan yang canggih, tapi terkadang masih terjadi tabrakan dan kecelakaan yang lain. Hal ini karena alat-alat tersebut dibuat

dan diatur oleh manusia yang lemah. Maka jika Allah itu lemah, pastilah akan banyak terjadi tabrakan antar planet di alam ini, sehingga akan terjadi kekacauan di alam ini. Tapi Allah adalah Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu, maka Allah juga berkuasa untuk mengatur dan menjalankan alam ini sesuai dengan apa yang kita lihat sekarang ini. Jadi pastilah Allah itu bersifat Maha Kuasa.

(12)

8) Iradat

Iradat berarti bahwa Allah wajib bersifat berkehendak, dan mustahil jika Allah itu bersifat terpaksa (Karahah). Dalil naqli dari sifat ini adalah Al Quran surat Yaasiin ayat 82 dan surat Al Baqarah ayat 253: “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!”, maka terjadilah dia (sesuatu) yang dikehendaki-Nya itu.” (QS. Yaasiin: 82)

“Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al Baqarah: 253)

Dalil aqli, kita bisa melihat keberagaman akan makhluk- makhluk ciptaan Allah. Beberapa di antara kita ada yang cantik, ada yang ganteng, ada yang pintar, ada yang pandai, ada yang seksi, ada yang gagah, dan ada juga orang lain yang jelek, cacat, bodoh, dan sebagainya. Jika Tuhan itu bisa kita paksa, maka

tentunya kita bisa meminta agar Tuhan itu membuat semuanya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tetapi Allah Maha Berkehendak, Dia bisa menciptakan makhluk yang dikehendaki oleh Allah sendiri. 9) Ilmu

Ilmu berarti bahwa Allah wajib bersifat mengetahui, dan mustahil bagi Allah untuk bersifat bodoh (Jahlu). Dalil naqli dari sifat ini adalah Al Quran surat Al Baqarah ayat 231:

Artinya : “Dan bertakwalah kepada Allah, serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah: 231)

Dalil aqli, seorang ilmuwan yang menciptakan sesuatu karya, pastilah dia mengetahui dengan benar segala apa yang dia ciptakan tersebut, bagaimana cara pengoperasiannya, apa yang harus dilakukan jika misalnya penemuannya tersebut mengalami masalah, dan lain sebagainya. Maka begitu juga Allah, Dia pastilah mengetahui tentang segala sesuatu yang ada di alam ini, karena alam ini adalah ciptaan-Nya. 10) Hayat

Hayat berarti bahwa Allah wajib bersifat hidup, mustahil bagi Allah untuk bersifat mati (Maut). Dalil naqli dari sifat ini adalah Al Quran surat Al Baqarah ayat 255:

“Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus menerus.” (QS. Al Baqarah: 255)

Dalil aqli, seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa Allah itu bersifat ada, kekal dan berkuasa.Maka sudah pasti dengan sifat-sifat tersebut Allah juga bersifat hidup.Suatu hal yang tidak mungkin jika Allah itu kekal, tapi Allah tidak hidup atau mati.Maka tentunya Allah itu tidak kekal, seandainya Allah itu bisa mati.Jadi sudah jelas bahwa Allah itu bersifat hidup.

(13)

11) Sama’

Sama’ berarti bahwa Allah wajib bersifat mendengar, dan mustahil bagi Allah untuk bersifat tuli (‘Ama). Dalil naqli dari sifat ini adalah Al Quran surat Al Isra' ayat 1:

“Sesungguhnya Allah, Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (QS. Al Isra': 1)

Dalil aqli, pada zaman sekarang ini kita sudah mengetahui tentang radio.Dengan radio, kita bisa

mendengar berita, mendengar lagu, mendengar orang mengobrol dan sebagainya, bahkan meskipun kita tidak berada di tempat di mana orang itu berada. Begitu juga dengan teknologi telepon selular, kita bisa mendengar suara orang lain melalui suatu alat yang kecil, yang bahkan bisa kita masukkan ke dalam saku, tanpa kita harus melihat atau bahkan berada dalam satu ruang dengan orang tersebut. Jika sebagai

manusia kita bisa menciptakan alat-alat yang seperti itu, maka sudah pasti pencipta manusia memiliki penglihatan yang melebihi dari apa yang diciptakan manusia. Oleh karena itu wajib bagi Allah untuk bersifat mendengar.

12) Bashar Bashar berarti bahwa Allah wajib bersifat melihat, dan mustahil bagi Allah untuk bersifat buta (Shamam). Dalil naqli dari sifat ini adalah Al Quran surat Al Hujurat ayat 18:

“Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hujurat: 18)

Dalil aqli, dalam teknologi yang serba modern, kita bisa menyaksikan Piala Dunia bulan Juli kemarin lewat layar televisi, tanpa kita harus bersusah payah pergi ke Jerman. bahkan saat ini teknologi telepon selular sudah sedemikian

majunya, dengan generasi ketiganya, kita bisa melakukan video conference. Kita bisa berbicara dengan teman atau saudara kita dan melihat mereka pada layar telepon kita.Atau juga mikroskop untuk melihat kuman, teleskop untuk melihat benda- benda langit, dan sebagainya.Alat-alat yang diciptakan oleh manusia tersebut sudah sedemikian canggih, tetapi tentunya pencipta manusia pasti lebih ‘canggih’ lagi.Sudah pasti bahwa Allah bisa melihat bahkan di tempat-tempat yang tersembunyi sekalipun.Jadi Allah wajib untuk memiliki sifat Maha Melihat.

13) Kalam

Kalam berarti bahwa Allah wajib bersifat berfirman, berkata- kata, dan mustahil kalau Allah memiliki sifat bisu (Abkamu). Dalil naqli dari sifat tersebut adalah Al Quran surat An Nisa' ayat 164:

“Dan Allah berfirman kepada Musa dengan

(14)

Dalil aqli, alam raya ini berjalan begitu teratur, pasti karena ada yang mengatur, memberi petunjuk dan pedoman kepada makhluk-Nya dengan firman-Nya. Begitu juga adanya agama- agama yang membawa kitab-kitab Allah, yang merupakan firman-firman Allah, pastilah Allah telah menyampaikan firman-Nya tersebut melalui perantaraan wahyu yang dibawa oleh Malaikat Jibril. Jadi sudah pasti bahwa Allah itu bersifat kalam.Sebenarnya, sifat-sifat Allah itu tidak hanya terbatas tiga belas sifattersebut di atas saja, tetapi meliputi segala sifat-sifat kesempurnaanyang sesuai dengan kemuliaan Allah SWT itu

sendiri.Sehingga diharapkan setelah kita mengetahui sifat-sifat Allah dan memahaminya, kita bisa terhindar dari dosa terbesar, yaitu syirik.

Dengan mengimani Allah SWT, maka diharapkan hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari kita. Setiap kita pasti akan merasa malu dan takut jika melakukan dosa jika kita mengetahui Allah dengan sifat-sifatnya yang Maha Melihat dan Maha

Mendengar, serta sifat-sifat yang lain. Dengan adanya iman kepada Allah, kita akan meyakini bahwa kita tidak bisa bersembunyi dari Allah. Maka bisa dikatakan, jika seorang manusia melakukan dosa, maka itu berarti iman sedang tidak berada dalam hatinya. Oleh karena itu, selama iman masih ada di hati, kita tidak akan melakukan perbuatan dosa.

BAB II

RUANG LINGKUP AJARAN ISLAM – AKIDAH (Tauhid)

Aqidah merupakan sumber persepsi dan pemikiran.Aqidah juga merupakan asas keterikatan dan

persatuan, asas hukum dan syari’at, dan merupakan sumber keutamaan dan akhlaq. Aqidahlah yang telah mencetak para pahlawan (pejuang) di medan jihad dan untuk mencari syahid.

2.1 Pengertian dan Hakikat Akidah 2.1.1 Pengertian akidah

Menurut bahasa (etimology), akidah berasal dari perkataan bahasa Arab yaitu ?????????????? kata dasar al-aqd yaitu al-Rabith (ikatan), al-Ibram (pengesahan), al-Ahkam (penguatan), al-Tawuts(menjadi kokoh, kuat), al-syadd bi quwwah (pengikatan dengan kuat), dan al-Itsbat(penetapan). Sedangkan menurut istilah (terminologi), aqidah berarti perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram

karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh

keraguan dan kebimbangan, atau dapat juga diartikan sebagai iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya serta tidak mudah terurai oleh pengaruh mana pun baik dari dalam atau dari luar diri seseorang. Jadi, aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan

Pengertian aqidah dalam agama islam berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Dalam pengertian lengkapnya, aqidah adalah suatu kepercayaan dan keyakinan yang menyatakan bahwa Allah SWT itu adalah Tuhan Yang Maha Esa, Ia

(15)

tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada sesuatupun yang menyerupaiNya. Keyakinan terhadap keesaan Allah SWT disebut juga‘Tauhid’, dari kata ‘Wahhada-Yuwahidu’, yang artinya mengesakan. Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah, baik itu benar atau pun salah.

Aqidah menurut hasan al-Banna adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa yang tidak bercampur sedikit dengan keraguan-raguan.Adapun aqidah menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

2.1.2 Hakikat akidah dan iman

Dalam menjelaskan definisi akidah ada disebut perkataan kepercayaan atau keimanan.Ini disebabkan Iman merupakan unsur utama kepada akidah.Iman ialah perkataan Arab yang berarti percaya yang merangkumi ikrar (pengakuan) dengan lidah, membenarkan dengan hati dan mempraktikkan dengan perbuatan. Ini adalah berdasarkan sebuah hadis yang artinya:

“Iman itu ialah mengaku dengan lidah, membenarkan di dalam hati dan beramal dengan anggota.”(al-Hadis)

Walaupun iman itu merupakan peranan hati yang tidak diketahui oleh orang lain selain dari dirinya sendiri dan Allah SWT, namun dapat diketahui oleh orang melalui bukti-bukti amalan. Iman tidak pernah berkompromi atau bersekongkol dengan kejahatan dan maksiat.Sebaliknya, iman yang mantap di dada merupakan pendorong ke arah kerja-kerja yang sesuai dan secucuk dengan kehendak dan tuntutan iman itu sendiri.

2.2 Pembagian Aqidah

Walaupun masalah qadha’ dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan umat Islam, tetapi Allah telah membukakan hati para hambaNya yang beriman, yaitu para Salaf Shalih yang mereka itu senantiasa rnenempuh jaian kebenaran dafam pemaharnan dan pendapat.Menurut mereka qadha’ dan qadar adaiah termasuk rububiyah Allah atas makhlukNya. Maka masalah ini termasuk ke dalam salah satu di antara tiga maoam tauhid menurut pembagian ulama:

Pertama: Tauhid AI-Uluhiyyah, ialah mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan karenaNya semata.

Kedua: Tauhid Ar-Rububiyyah, ialah rneng esakan Allah dalam perbuatanNya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang Mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini.

(16)

Ketiga: Tauhid Al-Asma’ was-Sifat, ialah mengesakan Allah dalam asma dan sifatNya. Artinya

mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dengan Allah Subhanahu wa Ta’a(a. dafam dzat, asma maupun sifat.

Iman kepada qadar adaiah termasuk tauhid ar-rububiyah.oleh karena itu Imam Ahmad berkata: “Qadar adafah kekuasaan Allah”. Karena, tak syak lagi, qadar (takdir) termasuk qudrat dan kekuasaanNya yang menyeluruh. Di samping itu, qadar adalah rahasia Allah yang tersembunyi, tak ada seorangpun yang dapat mengetahui kecuali Dia, tertulis pada Lauh Mahfuzh dan tak ada seorarangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu takdir baik atau buruk yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecua!i setelah terjadi atau berdasarkan nash yang benar.

Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istitah Tauhid Mulkiyah

ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah Azza wa Jalla, maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah Subhanahu wa Ta’ata dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf ayat 40. [Al-Ustadz Yazid Bin Abdu! Qadir Jawas]

2.3 Bahaya Penyimpangan Aqidah

Penyimpangan pada aqidah yang dialami oleh seseorang berakibat fatal dafam seluruh kehidupannya, bukan saja di dunia tetapi berlanjut sebagai kesengsaraan yang tidak berkesudahan di akherat kefak. Dia akan berjalan tanpa arah yang jelas dan penuh dengan keraguan dan menjadi pribadi yang sakit

personatiti. Biasanya penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah faktor diantaranya :

1. Tidak menguasainya pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya pengertian dan perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi bahkan menentang aqidah yang benar.

2. Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. lCarena itu dia menolak aqidah yang benar. Seperti firman Allah SWT tentang ummat terdahulu yang keberatan menerima aqidah yang

dibawa oleh para Nabi dalar~ Surat AI-Baqarah 170 yang artinya : “Dan apabila dikatakan kepada mereka, “lkutlah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang tetah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami. ” (Apabila mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk”

3. Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormati tanpa melalui seleksi yang tepat sesuai dengan argumen A!-Qur’an dan Sunnah. Sehingga apabila tokoh panutannya sesat, maka ia ikut tersesat.

4. Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang sholeh yang sudah meningga! dunia, sehingga menempatkan mereka setara dengan Tuhan, atau dapat berbuat seperti perbuatan Tuhan. Ha! itu karena menganggap mereka sebagai penengahlarbiter antara dia dengan Allah. Kuburan-kuburan mereka dijadikan tempat meminta, bernadzar dan berbagai ibadah yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah.Demikian itu pernah dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh AS ketika mereka mengagungkan kuburan para sholihin. Lihat Surah Nuh 23 yang artinya : “Dan

(17)

jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan) toUadd, dan jangan pula Suwa ; Yaghuts, Ya’uq dan IVasr. “

5. Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajara Islam disebabkan silau terhadap peradaban Barat yang materialistik itu. Tak jarang mengagungkan para pemikir dan ilmuwan Barat serta hasil teknologi yang telah dicapainya sekaligus menerima tingkah laku dan kebudayaan mereka. 6. Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam, sehingga anak

tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Pada ha! Nabi !!!luhammad SAW telah memperingatkan yang artinya : “Setiap anak terlahirkan berdasarkan hthrahnya, maka kedua orang tuanya yang meyahudikannya, menashranikannya, atau memajusikannya” (HR: Bukhari).

Apabita anak tertepas dari bimbingan orang tua, maka anak akan dipengaruhi oleh acara l program televisi yang menyimpang, lingkungannya, dan lain sebagainya.

7. Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan keagamaan seseorang. Bayangkan, apa yang bisa diperoleh dari 2 jam seminggu dalam pelajaran agama, itupun dengan informasi yang kering. Ditambah lagi mass media baik cetak maupun elektronik banyak tidak mendidik kearah aqidah bahkan mendistorsinya secara besar-besaran.

Tidak ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh negatif dari ha!-ha! yang disebut diatas adalah mendalami, memahami dan mengaplikasikan Aqidah Islamiyah yang shahih agar hidup kita yang sekali dapat berjalan sesuai kehendak Sang Khalik demi kebahagiaan clunia dan akherat kita, Allah SVVT berfirman dalam Surah An-Nisa’ 69 yang artinya : “Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasu!-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. “

Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yang artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-Jaki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan karrri beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. “

(18)

2.4 Kiat- kiat Pemeliharaan Akidah

Menambah atau memperdalam ilmu

Ialah ilmu tauhid itu sendiri secara keseluruhan. Bila anda telah menguasai ilmu akidah islam secara benar, maka akan menjadikan anda orang jujur,disiplin dan sopan. Secara umum akan menjadikan anda kepribadian yang baik.

Membiasakan Amal Shahih

Ilmu akidah yang telah anda kuasai itu wujudkan lah dalam bentuk tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dalam kacamata islam disebut amal saleh ,baik amal saleh dalam bentuk ibadah mahdah maupun amal saleh dalam bentuk gharum mahdhah.

Menbiasakan Berjihad

Firman Allah dalam Q.S 37: 10-11 yang terjemahanya sebagai berikut :

“Hai orang-orang yang beriman, suka kah kamu Aku tunjukan suatu perniaagaan yang dapat

menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?(yaitu)kamu beriman kepada Allah dan Rasul- Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itu lah yang lebih bail dari kamu jika kamau mengetahuinya”

Berserah diri kepada Allah

Meskipun anda telah berjihad sepanjang hari dalam kehidupan ini, ada lagi langkah yang harus anda tempuh, yaitu jangan lupa berserah diri kepada Allah, sebab tidak akan terjadi segala sesuatu diatas bumi ini kecuali atas izin Allah.

Selalu mencari keridaan Allah

Bila anda ingin meraih rida Allah dalam hidup ini maka lakukan semua aktifitas yang sesuai dengan koridor yang ditetapkan Allah, yang dijelaskan dan di contohkan RasulNya. Tidak ada artinya kekayaan kalau diraih dengan cara yang tidak diridhoi Allah.

Memakmurkan Mesjid

Akhlak mulia, kepribadiaan yang baik itu perlu tapi dimana diajarkan atau diaman lembaga pendidikanya .Dalam pandangan Islam salah satu peminaaan watak mulia adalah mesjid.Mesjid adalah lembaga

pendidikan pertama di zaman Rasullulah. Diharapakan Anda meramaikan mesjid untuk mendidik jiwa anda dismaping utuk menunaikan ibadah .Dari jiwa yang suci akan lahir kepribadiaan yang baik.

(19)

Membiasakan berzikir dan menbaca serta memdegarkan Al-quran

Berzikir dapat menumbuh kembangkan potensi hati yang anda miliki, zikir meliputi seluruh potensi yang dimiliki manusia, sehingga disebut zikir lidah, zikir hati, zikir otak dan zikir anggota tubuh.Materi zikir yang paling utama adalah Al-quran sering lah anda membaca alquran dan fahami maknanya lalu amalkan agar anda menjadi pribadi yang baik dalam segala hal.

2.5 Implementasi aqidah dalam kehidupan

Aqidah memberikan peranan yang besar dalam kehidupan seseorang, karena:

Tanpa aqidah yang benar, seseorang akan terbenam dalam keraguan dan berbagai prasangka, yang lama kelamaan akan menutup pandangannya dan menjauhkan dirinya dari jalan hidup

kebahagiaan.

Tanpa aqidah yang lurus, seseorang akan mudah dipengaruhi dan dibuat ragu oleh berbagai informasi yang menyesatkan keimanan.

Oleh karena itu, akidah sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Beberapa implementasi aqidah dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari beberapa sisi, antara lain:

1. Aqidah dalam individu

Implementasi aqidah dalam individu berupa perwujudan enam rukun iman dalam kehidupan

manusia.Contoh penerapannya adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Contohnya, merenungkan kekuasaan Allah swt, berbuat kebaikan karena tiap gerakan kita diawasi Allah dan malaikat, mengamalkan ayat- ayat Al Quran, menjalani risalah nabi, dan bertindak penuh perhitungan agar tidak terjadi kesalahan, serta berikhtiar sebelum bertawakal. Kemampuan beraqidah pada diri sendiri akan membuat hubungan kita dengan Allah dan manusia lain menjadi lebih baik.

1. Aqidah dalam keluarga

(20)

dengan ajaran islam.

Contoh implementasi aqidah dalam keluarga adalah shalat berjamaah yang dipimpin oleh ayah, dan berdoa sebelum melakukan sesuatu.

1. Aqidah dalam kehidupan bermasyarakat

Aqidah sangat penting dalam hidup bermasyarakat karena dapat menjaga hubungan dengan manusia lain. Hal ini bisa diwujudkan dengan berbagai cara, antara lain dengan saling menghargai satu sama lain sehingga tercipta suatu masyarakat yang tentram dan harmonis.

Contoh implementasi aqidah dalam kehidupan bermasyarakat adalah tolong menolong, toleransi, musyawarah, bersikap adil, menyadari bahwa derajat manusia itu sama di depan Allah swt dan pembedanya adalah nilai ketakwaannya.

1. Aqidah dalam kehidupan bernegara

Setelah tercipta aqidah suatu masyarakat, maka akan muncul kehidupan bernegara yang lebih baik dengan masyarakatnya yang baik pada negara itu sendiri. Tak perlu lagi menjual tenaga rakyat ke negara lain karena rakyatnya sudah memiliki SDM yang tinggi berkat penerapan aqidah yang benar. Apabila hal ini terlaksana dengan baik, maka negara tersebut akan memperoleh kehidupan yang baik pula dan semua warganya akan hidup layak dan sejahtera.

1. Aqidah dalam pemerintahan

Implementasi aqidah yang terakhir adalah implementasi aqidah terhadap pemerintahan yang dapat membuahkan hasil yang bagus untuk rakyat dan negaranya.Contohnya saat menyelesaikan sebuah masalah pemerintahan.Dalam menyelesaikan masalah pemerintahan, semuanya disandarkan pada ketetapan Al-qur’an dan hadist. Apabila permasalahan tersebut tidak memiliki penyelesaian yang pasti dalam Al-qur’an dan hadist, maka akan dibuat keputusan bersama yang berasaskan kedua sumber ajaran tersebut. Segala keputusan yang didasarkan pada Al-Quran dan Hadist adalah benar dan diridhoi Allah. Dengan begitu, nantinya akan dihasilkan suatu kehidupan berbangsa dan bernegara yang insyaallah juga akan diridhoi Allah SWT.

Jika tiap orang mampu mengimplementasikan aqidah dalam semua aspek kehidupan, maka akan terwujud kehidupan yang baik pula, baik untuk diri sendiri, keluarganya, masyarakat disekitarnya maupun bagi bangsa dan negaranya.

2.6 Nilai akidah dalam kehidupan pribadi dan sosial

Nilai-nilai dalam kehidupan pribadi dan sosial. Nilai dalam kehidupan tentunya telah diatur sedemikian rupa oleh masyarakat itu sendiri sehingga masyarakat mengerti akan ketetapan dan batas-batas dalam bersikap terhadap sesama dan lingkungannya

Aqidah dapat mengendalikan perasaan seseorang yang kemudian membuat pemilik perasaan-perasaan itu memiliki pertimbangan penuh dalam melakukan tindakan-tindakannya. Sehingga apa yang kita lakukan adalah perbuatan yang berdasarkan pada kaidah bahwa Allah melihat dan mengamati kita di mana saja

(21)

dan kapan saja. Hal ini akan membuat kita tidak akan terdorong oleh luapan-luapan perasaan atau tindakan yang melampaui batas-batas ketentuan Allah. Salah satunya tercermin dengan bersikap bijaksana dalam berperilaku dan interaksi sosialnya.

Tanpa aqidah, masyarakat akan berubah menjadi masyarakat Jahiliyah yang diwarnai oleh kekacauan dimana-mana, masyarakat tersebut akan diliputi oleh perasaan ketakutan dan kecemasan di berbagai penjuru, karena masyarakatnya menjadi berprilaku liar dan buas. Yang ada di benak mereka hanyalah perbuatan buruk yang menghancurkan.

Adapun aqidah yang seharusnya tegak pada masyarakat Islam yaitu aqidah “Laa ilaaha illallah

Muhammadan Rasuulullah.”Makna dari ungkapan tersebut adalah bahwa masyarakat Islam benar-benar memuliakan dan menghargai aqidah itu dan juga berusaha untuk memperkuat aqidah tersebut didalam akal maupun hati.Masyarakat itu juga mendidik generasi Islam untuk memiliki aqidah tersebut serta berusaha menghalau pemikiran-pemikiran yang tidak benar dan syubhat yang menyesatkan.Masyarakat tersebut juga berupaya menampakkan (memperjelas) keutamaan-keutamaan aqidah dan pengaruhnya dalam kehidupan individu maupun sosial dengan perantara dari sarana alat komunikasi yang berpengaruh dalam masyarakat, seperti masjid-masjid, sekolah-sekolah, surat-surat kabar, radio, televisi, sandiwara, bioskop dan seni dalam segala bidang, seperti puisi.prosa, kisah-kisah dan teater. Yang nantinya diharapkan dapat diserap dengan lebih baik oleh mereka yang menerimanya.

Demikianlah aqidah dan pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat dan demikianlah hendaknya

pengaruh aqidah dalam setiap masyarakat yang menginginkan menjadi masyarakat Islam, saat ini dan di masa yang akan datang.

Sesungguhnya aqidah Islamiyah dengan segala rukun dan karakteristiknya adalah merupakan dasar yang kokoh untuk membangun masyarakat yang kuat, karena itu bangunan yang tidak tegak di atas aqidah Islamiyah maka sama dengan membangun di atas pasir yang mudah runtuh.

Begitulah nilai-nilai aqidah dalam kehidupan pribadi dan sosial yang mengandung nilai-nilai kebenaran, keyakinan serta ketaatan. Yang merupakan nilai-nilai yang akan membentuk pribadi yang baik, bijak dan bermanfaat untuk lingkungannya sehingga nanti secara otomatis dapat menciptakan masyarakat yang rukun yang berakhlak mulia serta bermanfaat.

(22)

2.7 Nilai akidah dalam iptek

Keutuhan antara iman, ilmu dan amal atau syariah dan akhlak dapat dilakukan dengan menganalogikan dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik. Ini merupakan gambaran bahwa antara iman, ilmu dan amal merupakan suatu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Iman

diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menupang tegaknya ajaran Islam, ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan.Dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu seperti seni budaya, filsafat, dan Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal shaleh bukan kerusakan alam.

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindera, ilustrasi dan firasat, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang telah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasikan sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, telah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Dalam kajian filsafat setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang

kajian.Karena seseorang yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan orang yang banyak tahu tapi tidak memperdalam disebut generalis.Dengan keterbatasan kemampuan manusia, maka sangat jarang ditemukan orang yang menguasai beberapa ilmu secara mendalam.

Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan dalam sudut pandang budaya dan teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral, akan tetapi dalam situasi seperti ini teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi yang merusak dan potensi kekuasaan, disitulah letak perbedaan antara ilmu pengetahuan dan teknologi.

Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpang-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungan.Netralitas teknologi dapat digunakan untuk yang memanfaatkan yang sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia atau digunakan untuk menghancurkan manusia itu sendiri.Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya, seni juga merupakan ekspresi jiwa seseorang kemudian hasil ekspresi jiwa tersebut dapat berkembang menjadi bagian dari budaya manusia, karena seni itu diidentik dengan keindahan.

Seni yang lepas dari nilai-nilai keutuhan tidak akan abadi karena ukurannya adalah nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.

2.7.1 Sumber ilmu pengetahuan

Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu yaitu cikal dan wahyu. Keduanya tidak boleh ditentangkan, karena manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya berdasarkan tuntutan al-Qur’an dan sunnah rasul. Atas dasar itu, ilmu dalam pemikiran Islam ada yang bersifat abadi (perennial

(23)

ilmu yang bersifat perolehan (aquired knowledge) tingkat kebenarannya bersifat nisbi (relative) karena bersumber dari akal pikiran manusia.

Prestasi yang gemilang dalam pengembangan IPTEKS pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menemukan proses sunnatullah itu terjadi di alam ini, bukan merencanakan dan menciptakan suatu hukum baru diluar sunnahtullah (hukum Allah/hukum alam).

2.7.2 Interaksi iman, ilmu dan amal

Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terinteraksi ke dalam suatu sistem yang disebut dinul Islam, didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah, syariah, dan akhlak dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh.

Islam merupakan ajaran agama yang sempurna, karena kesempurnaannya dapat tergambar dalam keutuhan inti ajarannya.Di dalam al-Qur’an dinyatakan yang artinya “Tidaklah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh (menghujam kebumi) dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu

mengeluarkan buahnya setiap muslim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia agar mereka ingat”.

Upaya yang dapat dilakukan untuk memperkokoh aqidah dapat dilakukan dengan memahami al-Qur’an sehingga pemahaman kita tentang syariah, ibadah dan menambah keyakinan kepada Allah. Kita juga harus mengimani hari kiamat dan selalu mengingatnya sehingga kita akan selalu berusah melakukan amal terbai dan rajin berdzikir kepada Allah. Selain itu kita harus selalu mengingat Allah, bermunajad pada-Nya dan berusaha meninggalkan kehinaan dunia.

2.8 Nilai aqidah dalam ekonomi

Agama Islam memandang bahwa semua bentuk kegiatan ekonomi adalah bagian dari

mu’amalah.Sedangkan mu’amalah termasuk bagian dari syari’ah, aqidah, dan akhlaq, yang salah

satunya tidak dapat dipisahkan.Dalam kaitan ini Allah SWT.memberi tamsil tentang hubungan yang tak terpisahkannya ketiga ajaran pokok Islam itu dalam firman-Nya:

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk,

(24)

yang Telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun” (QS.Ibrahim: 24-26)

Dalam kaitan ini Al Qur’an telah menyerukan agar setiap muslim melakukan segala aktivitas

kehidupannya termasuk dalam bidang ekonomi selalu bertumpu pada aqidah yang artinya bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya dalam melakukan kegiatan ekonomi selalu bertumpu pada keimanan kepada Allah SWT dan bertujuan mencari ridha-Nya karena pencipta, pemilik dan penguasa segala yang ada hanyalah Allah Yang Maha Tunggal. Kegiatan ekonomi yang berlandaskan aqidah tauhid menjamin terwujudnya kemaslahatan dan kebaikan perekonomian untuk masyarakat luas, bukan hanya masyarakat muslim. Hal ini, karena ekonomi dalam pandangan Islam merupakan sarana dan fasilitas yang dapat membantu pelaksanaan ibadah dengan sebaik-baiknya. Kegiatan ekonomi yang demikian dilaksanakan oleh pelaku-pelaku ekonomi yang selalu merasakan kehadiran dan pengawasan Allah SWT, sehingga selalu berhias dan menjunjung tinggi akhlak yang terpuji, keadilan, bebas dari segala tekanan untuk meraih kebaikan hidup yang diridhai Allah SWT dunia dan akhirat.

Islam sebagai agama wahyu menjadikannya sebagai sumber pedoman hidup bagi seluruh umat

manusia.Oleh karena itu, seluruh aktivitas yang dilakukan dalam bidang ekonomi Islam mengutamakan metode pendekatan sistem nilai sebagaimana yang tercantum dalam sumber-sumber hukum Islam yang berupa Al Quran, Sunnah, Ijma dan Ijtihad.

Ada beberapa Karasteristik ekonomi Islam sebagaimana disebutkan dalam Al-Mawsu’ah Al-ilmiah wa al-amaliyah al-islamiyah yang dapat diringkas sebagai berikut:

1. Harta Kepunyaan Allah dan Manusia Merupakan Khalifah Atas Harta Karasteristik pertama ini terdiri dari 2 bagian yaitu :

Pertama, semua harta baik benda maupun alat produksi adalah milik Allah Swt, firman Q.S.Al-Baqarah, ayat 284 dan Q.S.Al -Maai’dah ayat17.

Kedua, manusia adalah khalifah atas harta miliknya.Sesuai dengan firman Allah dalam QS.Al-Hadiid ayat 7.

Dapat disimpulkan bahwa semua harta yang ada ditangan manusia pada hakikatnya milik Allah, akan tetapi Allah memberikan hak kepada manusia untuk memanfaatkannya yang tidak boleh bertentangan dengan kepentingan orang lain.

1. Ekonomi Terikat dengan Akidah, Syariah (hukum), dan Moral

Diantara bukti hubungan ekonomi dan moral dalam Islam (yafie, 2003: 41-42) adalah: larangan terhadap pemilik dalam penggunaan hartanya yang dapat menimbulkan kerugian atas harta orang lain atau

kepentingan masyarakat karena akan menghancurkan individu dalam masyarakat. 1. Keseimbangan antara Kerohanian dan Kebendaan

(25)

Beberapa ahli Barat memiliki tafsiran tersendiri terhadap Islam.Mereka menyatakan bahwa Islam sebagai agama yang menjaga diri tetapi toleran (membuka diri), memiliki unsur keagamaan (mementingkan segi akhirat) dan sekularitas (segi dunia).

1. Ekonomi Islam Menciptakan Keseimbangan antara Kepentingan Individu dengan Kepentingan umum

Arti keseimbangan dalam sistem sosial Islam adalah Islam tidak mengakui hak mutlak dan kebebasan mutlak, tetapi mempunyai batasan-batasan tertentu, termasuk dalam bidang hak milik.

1. Kebebasan Individu Dijamin dalam Islam

Individu-individu dalam perekonomian Islam diberikan kebebasan untuk beraktivitas baik secara perorangan maupun kolektif untuk mencapai tujuan.Namun kebebasan tersebut tidak boleh melanggar aturan- aturan yang telah digariskan Allah SWT.Dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadis.Dengan demikian kebebasan tersebut sifatnya tidak mutlat.

1. Negara Diberi Wewenang Turut Campur dalam Perekonomian

Dalam Islam negara berkewajiban melindungi kepentingan masyarakat dari ketidakadilan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, ataupun dari negara lain. Negara juga berkewajiban memberikan jaminan sosial agar seluruh masyarakat dapat hidup secara layak.

1. Bimbingan Konsumsi

Islam melarang orang yang suka kemewahan dan bersikap angkuh terhadap hukum karena kekayaan, sebagaimana Firman Allah dalam QS. Al-Israa ayat 16 :

1. Petunjuk Investasi

Tentang kriteria atau standar dalam menilai proyek investasi, Mawsu’ah Al-ilmiyahwa-al amaliyah al-islamiyah memandang ada lima kriteria yang sesuai dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam menilai proyek investasi, yaitu:

Proyek yang baik menurut Islam.

Memberikan rezeki seluas mungkin kepada anggota masyarakat. Memberantas kekafiran, memperbaiki pendapatan, dan kekayaan. Memelihara dan menumbuhkembangkan harta.

(26)

1. Zakat

Sistem perekonomian diluar Islam tidak mengenal tuntutan Allah kepada pemilik harta, agar menyisihkan sebagian harta tertentu sebagai pembersih jiwa dari sifat kikir, dengki, dan dendam.

1. Larangan Riba

BAB III PENUTUP

Demikian yang dapat penyusun paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, Penyusun menyimpulkan masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya

pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.Penyusun banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan – kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini berguna bagi penyusun pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

MAKALAH AGAMA ISLAM MATERI : AKIDAH (TAUHID)

(27)

DISUSUN OLEH:

ARIF RAHMAN HAKIM NIM :

13140093

KELAS : XIII-TEL-04

_______________________________________________ PDF generated by Kalin's PDF Creation Station

Referensi

Dokumen terkait

 Setiap bahan material yang disimpan didalam gudang diberi label yang jelas sesuai dengan spesifikasi, khusus dengan bahan – bahan B3 harus diberi label peringatan yang jelas

Dalam hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa jamur tiram dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan abon beraroma jeruk karena 90% responden sangat menyukai rasa abon

Model pembelajaran inkuiri menurut Joyce, Weil, dan Calhoun (2011) terdiri dari 4 fase yaitu: 1) fase pertama, siswa disajikan bidang penelitian berupa fenomena

Seperti yang sudah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa inti dari viral marketing adalah strategi pemasaran yang dapat menyebabkan orang-orang

asetat, borneol, simen. Kina, damar, malam.. as. CI CINN NNAM AMOM OMI COR I CORTE TEX X..

kedua persamaan keseimbangan dapat digunakan (pers. Perhitungan dalam analisis dan perencanaan dimensi , tulangan lentur dan tulangan geser tambahan dapat dilakukan berdasarkan

Program utama pengembangan agribisnis komoditas unggas sangat terkait dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Guna menjamin penyediaan pasokan d.o.c. ayam ras yang

Dalam simulasi ini, tiga variasi muatan LNG dalam tangki yang meliputi: kondisi muatan kosong yaitu muatan LNG 10% dari ketinggian tangki (h), kondisi muatan setengah penuh,