i
ABSTRAK
Rika Widya Risyadi (1112015000059), Dampak Keberadaan JKT48 Terhadap Gaya Hidup Konsumtif Fans JKT48 Dikalangan Mahasiswa (Studi Kasus di Komunitas JFUIN). Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui tentang dampak keberadaan JKT48 terhadap gaya hidup konsumtif dikalangan mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di komunitas JFUIN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualtatif deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah sepuluh orang anggota JFUIN. Instrumen yang digunakan berupa wawancara. Hasil temuan penelitian yang didapat adalah bahwa adanya dampak karena keberadaan JKT48 terhadap gaya hidup konsumtif pada mahasiswa di komunitas JFUIN. Dampak negatif yang dirasakan meliputi memiliki gaya hidup konsumtif, pengeluaran menjadi lebih boros, waktu yang dihabiskan untuk JKT48 lebih banyak, melakukan kegiatan yang tidak masuk akal, penilaian teman sejawat yang terlihat agak aneh, memuja gadis secara berlebihan, anti sosial terhadap keadaan sekitar, pikiran selalu tertuju pada JKT48, dan mengalami delusi tipe erotomanik. Sedangkan dampak positif yang dirasakan meliputi mendapatkan teman baru, mendapatkan penghasilan tambahan, belajar berorganisasi, mengetahui kebudayaan Jepang lebih jauh, menjadi lebih bersemangat dan termotivasi, dan menjadi pelepas penat.
ii
Consumptive Lifestyles JKT48 Fans Among in College Students (Case Study in JFUIN Community). Thesis, Departement of Education Social Science. Tarbiyah and Teaching Faculty, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
This study aimed to describe and know about impact the presence of JKT48 toward consumptive lifestyles among in college students. This research was conducted in JFUIN community. The method used is descriptive kualtatif. The sample in this study is ten members of JFUIN. Instruments used in this study is interviews. Research findings is that JKT48 it’s impact due to the presence of the consumer lifestyle in students in the JFUIN community. The negative impact is has a consumptive lifestyle, spending became more extravagant, the time more spent for JKT48, engage activities that do non-sense, assessment of colleague looks a bit odd, adored her in a manner excessive, anti-social of the around situation, mind always focused on JKT48, and delusional type erotomanic. While the perceived positive effects include getting new friends, earn extra income, learning to organize, to know Japanese culture further, becoming more excited and motivated, and be the release of fatigue.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T, karena dengan rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M. Pd, selaku Ketua Jurusan IPS yang memberikan pelayanan yang ramah dan baik selama penulis berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA dan Syaripulloh, M. Si, selaku pembimbing penulis. Terimakasih atas ilmu dan wejangannya selama penulis menulis skripsi.
4. Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan motivasi dan semangat agar menjadi lebih baik. Terimakasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan.
5. Seluruh Dosen Jurusan IPS, Dosen dan Staff UIN yang memberikan pelayanan yang baik selama penulis menulis skripsi.
6. Terkhusus untuk orang tua, adik-adik, almarhumah nenek, dan almarhumah Teh Titi. Skripsi ini ku persembahkan untuk kalian. Terimakasih atas kasih sayang, dukungan, dan do’anya. Aku sayang kalian selalu.
7. Ibni Abrar yang selalu memberikan semangat baru di kala penulis jenuh dan tidak mood dalam mengerjakan skripsi.
8. Seluruh responden dan komunitas JFUIN. Terimakasih banyak berkat kalian aku menemukan banyak sekali wawasan baru, keluarga baru, dan terimakasih atas waktu yang menyenangkan sehingga warna hariku di Ciputat tidak terasa membosankan. JFUIN adalah rumah ke dua ku.
iv
Iqbal, Syamsul Hari Ramdani dan Rizka Juniar Ambarwati yang selalu membantu penulis jika dalam kesulitan selama proses pengerjaan skripsi. 10. Irma Yulianty dan Fakhurrozi, sahabat penulis di kampus yang selalu
membuat penulis melupakan beban dalam menulis skripsi.
11. Teman SMP, 10 tahun persahabatan kita. Kukun Kurnia, Luthfi Khaerunnisa, Kiki Riyanti, Mohammad Taufiq, Robih, dan Fajar Anugrah yang selalu membuat aku rindu ingin cepat kembali bertemu kalian.
12. Teman Laskar Skripsi Tujuh Chapter. QQ, Tiwi, dan Aida akhirnya skripsi kita selesai ya.
13. Teman PPKT MTs Islamiyah Ciputat, Kiki, Lisa, Nida, Iis, Ila, Rizki, Rais, dan Fahmi. Terimakasih ya atas dukungannya.
14. Seluruh Teman P.IPS 2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih atas waktunya, tetap jaga kekompakan dan silaturahminya.
15. Dan kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan dan semangatnya.
Jakarta, 04 Oktober 2016
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 10
C. Pembatasan Masalah ... 10
D. Perumusan Masalah ... 10
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10
1. Tujuan Penelitian ... 10
a. Akademisi (Teoritis) ... 10
b. Praktis (Terapan) ... 11
2. Kegunaan Penelitian ... 11
a. Akademisi (Teoritis) ... 11
b. Praktis (Terapan) ... 11
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritik ... 12
1. JKT48 ... 12
a. Sejarah Terbentuknya JKT48 di Indonesia ... 12
b. Konsep JKT48 ... 15
c. Keanggotaan JKT48 ... 17
d. Pemilihan Anggota Senbatsu ... 18
e. Prestasi JKT48 ... 20
f. Manajemen JKT48 ... 21
vi
a. Pengertian Gaya Hidup ... 24
b. Faktor-Faktor Gaya Hidup ... 27
3. Konsumtif ... 32
a. Pengertian Konsumtif ... 32
b. Indikator Konsumtif ... 34
4. Komunitas dan Budaya Penggemar ... 35
a. Pengertian Komunitas ... 35
b. Budaya Penggemar ... 37
5. Budaya Pop atau Pop Culture ... 40
a. Budaya ... 40
b. Budaya Pop ... 40
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 45
C. Kerangka Berpikir ... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 51
C. Jenis dan Sumber Data ... 53
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 54
1. Observasi ... 54
2. Wawancara ... 55
3. Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen ... 58
E. Teknik Analisa Data ... 58
F. Pengecekan Keabsahan Data ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Komunitas JFUIN ... 61
B. Hasil Penelitian ... 66
1. Hasil Wawancara ... 66
2. Hasil Observasi ... 88
C. Pembahasan ... 89
vii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 99
B. Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 101
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Logo JKT48 ... 14
Gambar 2.2 Anggota JKT48 ... 18
Gambar 2.3 Kompetisi Janken 2016 ... 19
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ... 50
Gambar 4.1 Logo JFUIN ... 62
Gambar 4.2 Lautan Lightstick ... 71
Gambar 4.3 Photopack Rena AKB48 ... 73
Gambar 4.4 Photopack Rena AKB48 ... 73
Gambar 4.5 Photopack Ayana JKT48 ... 75
Gambar 4.6 Koleksi Berbagai Merchandise JKT48 ... 76
Gamabr 4.7 Koleksi Berbagai Merchandise dan Album JKT48 ... 77
Gambar 4.8 Teater JKT48 ... 78
Gambar 4.9 Suasana di dalam Teater JKT48 ... 78
Gambar 4.10 Suasana di Teater JKT48 Bersama Itano Tomomi Ex AKB48 ... 79
Gambar 4.11 Suasana High Touch dengan Anggota JKT48 ... 82
Gambar 4.12 Penampilan JKT48 di Jak Japan Matsuri 2016 ... 84
Gambar 4.13 Suasana Event Handshake dengan Nabilah JKT48 ... 86
Gambar 4.14 Suasana Event Handshake ... 87
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Hasil Penjualan Album AKB48 ... 6
Tabel 2.1 JKT48 Project Staff ... 21
Tabel 2.2 JKT48 Operation Team ... 22
Tabel 2.3 Penelitian Relevan ... 46
Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data ... 54
Tabel 3.2 Pedoman Observasi ... 55
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ... 55
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Observasi ... 103
Lampiran 2 Pedoman Wawancara ... 104
Lampiran 3 Hasil Observasi ... 108
Lampiran 4 Hasil Wawancara ... 109
Lampiran 5 Dokumentasi ... 166
Lampiran 6 Lembar Uji Referensi ... 171
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gaya hidup merupakan suatu pola atau tindakan seseorang dalam
melakukan kegiatan sosialnya, menunjukkan bagaimana cara hidup,
bagaimana cara melakukan aktifitas sehari-harinya, bagaimana ia
menggunakan uangnya, dan lain-lain. Konsumtif merupakan perilaku dalam
mengonsumsi suatu barang atau jasa secara berlebihan, bukan karena
kebutuhan melainkan hanya karena tuntutan gengsi, mengikuti tren,
menyalurkan hasrat, keinginan, dan lain-lain.
Fenomena gaya hidup konsumtif dalam masyarakat era modern saat
ini sangat sering terjadi tanpa kita sadari, status sosial, tuntutan hidup yang
tinggi, dan menunjukkan identitas diri seseorang menjadi salah satu faktor
penyebabnya. Hal ini sangat menarik untuk diteliti, contohnya adalah
bagaimana cara masyarakat modern menggunakan uangnya terutama
dikalangan mahasiswa yang kebanyakan dari mereka belum memiliki
penghasilan tetap. Yang pada idealnya, seharusnya uang itu dibelanjakan
untuk membeli berbagai keperluan pendidikan dan kuliah seperti membeli
buku, membayar praktikum, membayar iuran semester, membayar kegiatan
observasi dan lain-lain. Akan tetapi pada kenyataannya sekarang hal
tersebut sudah mulai bergeser, kebutuhan mereka menjadi kompleks seperti
pemenuhan kebutuhan akan hiburan semata. Contohnya menonton konser,
menonton film, membeli video game, membeli foto idola, membeli poster, membeli komik, berbelanja online, membeli pulsa, hangout bersama teman sejawat, membeli gadget, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang atau secara terus menerus oleh para pelaku konsumen dalam
hal ini adalah kalangan mahasiswa. Lambat laun hal-hal tersebut menjadi
jika tidak dilakukan maka pelaku konsumen akan merasa dirinya tertinggal,
diasingkan, dan dianggap tidak up to date pada perkembangan zaman.
Menurut Strinatri dalam Bagong, di dalam era kapitalisme
kebudayaan dapat diproduksi secara tak terbatas, terutama karena di dukung
perkembangan teknik-teknik produksi industri dan teknologi informasi yang
masif atau terus-menerus, sehingga pada titik tertentu terjadilah proses
komersialisasi kebudayan.1 Berbeda dengan definisi budaya yang biasanya
mengacu kepada hukum, tata nilai, dan norma sosial, dalam masyarakat
modern yang dimaksud dengan budaya adalah budaya populer atau budaya
pop yang dibentuk melalui berbagai teknik industrial produksi massa dan
dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan atau benefit kepada khalayak
konsumen.2 Menurut Strinatri dalam Bagong, budaya massa adalah budaya
populer, yang diproduksi industri budaya untuk pasar massal3. Salah satu
ciri yang menonjol dari produk budaya massa adalah tawaran kesenangan,
fantasi, dan menghibur.
Industri budaya membentuk selera dan kecenderungan massa sehingga
mencetak kesadaran mereka dengan cara menanamkan keinginan mereka
atas kebutuhan-kebutuhan palsu. Oleh karena itu, industri budaya berusaha
mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan riil atau sejati.4 Dewasa ini salah
satu contoh kasus yang sukses memasarkan berbagai produk budaya dan
berhasil merangsang tumbuhnya gaya hidup konsumtif yang sinergistik,
yang dimaksud konsumsi sinergistik disini adalah gabungan dari sekain
banyak aktivitas hobi, seperti menonton filmnya, membeli mainannya,
membeli novelnya, memakai kostum, membeli dan bermain video game dan menelusuri web interaktif (Erni, dalam Bagong)5 salah satu contoh
1
Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi Kapitalisme dan Konsumsi di Era Mayarakat Post-Modernisme, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group: 2013), Cet. ke-1, h. 117
2
Ibid., Bagong, h. 117
3
Ibid., Bagong, h. 117
4
Dominic Strianati, Popular Culture Pengantar Menuju Teori Budaya Populer, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media: 2010), h. 107
5
konsumsi sinergistik adalah industri budaya dari Jepang.6 Kekuatan industri
budaya Jepang, tidak hanya mampu bersaing dengan berbagai produk
budaya asal Barat, dengan memproduksi berbagai produk budaya, mulai
dari komik manga, game, anime, idol group, gaya berbusana (Harajuku Style)dan berbagai merchandise lain, kekuatan industri di Jepang ini dalam beberapa tahun terakhir juga terbukti mampu merebut hati konsumen,
khususnya dikalangan mahasiswa untuk membeli berbagai produk industri
budaya mereka yang terkait.
Di Indonesia sendiri untuk industri budaya dari Jepang sudah sangat
lama ada, mulai dari lagu, film-film kartun seperti Doraemon, Ultraman,
Naruto, dan lain-lain. Lalu akhir-akhir ini mulai menyeruak menguasai
pasar dengan tawaran dunia hiburan industri budaya dari Jepang, yaitu
industri budaya penggemar atau fans. Para fans akan berkontribusi antara satu sama lain dengan media fans terkait dan sang idola dengan cara membeli merchandise mereka.7 Contohnya dengan cara membeli berbagai
merchandise khas sang idola, seperti kaos, sticker, poster, majalah, gantungan kunci, jaket, kipas, topi, photo pack dan lain-lain.
Menyeruaknya tawaran dunia hiburan yang berasal dari Jepang
tersebut menyebabkan terjadinya fenomena budaya penggemar atau fans di Indonesia, terutama pada kalangan mahasiswa, yaitu fenomena dimana
seseorang mengagumi tokoh idola yang disukainya secara berlebihan dan
bahkan bisa dikatakan menyukai secara tidak wajar. Idola mempengaruhi
remaja dalam banyak aspek, idola mempertunjukkan di TV, di majalah, dan
beberapa di koran. Mereka mempengaruhi fashion remaja, gaya hidup, kebiasaan makan dan lain sebagainya. Misalnya, remaja membeli sebuah
produk yang direkomendasikan oleh idola mereka pada sebuah majalah.8
Mereka menghabiskan banyak waktu dan uang mereka untuk idola yang
6
Ibid., Bagong, h. 123
7
Jóna Björk Jónsdóttir, op. cit., h. 3
8
mereka sukai, termasuk performa mereka, produk, dan kegiatan dengan fans
yang lainnya dan komunitas penggemar. Diduga, pengikutsertaan fans kaum muda pada idola mereka mungkin akan menganggu akademik mereka,
prestasi intelektual, identitas dan perkembangan emosional, dan hubungan
interpersonal.9
Fenomena ini sangat gencar terjadi di Indonesia belakangan ini,
berdasarkan observasi awal yang saya lakukan, saya menemukan dimana
para fans rela mengantre selama berjam-jam lamanya untuk membeli tiket konser sang idola, mengikuti kemana saja sang idola pergi, mengonsumsi
produk yang digunakan sang idola, mengonsumsi produk yang ada
kaitannya dengan sang idola misalnya sang idola mengiklankan suatu
produk makanan atau minuman maka fans akan membeli produk tersebut demi mendukung sang idola, bahkan ditingkat yang ekstrim sang fans rela menghadiahi sang idola suatu hadiah yang branded, seperti tas, parfum, sepatu, baju, dan lain-lain.
Begitu populernya industri budaya Jepang diantara muda-mudi
Indonesia, diantaranya adalah komik, film animasi, cosplay (berdandan, bergaya, atau tampil seperti karakter dari komik (manga), anime, video game, karakter acara di TV, film, dan grup band pop), musik, game, fashion, dan lain sebagainya.
Jepang dikenal dunia dengan industri budaya yang khas dan mengakar
hingga ke dalam kehidupan masyarakatnya. Idol merupakan tokoh media populer di Jepang dan bisnis idol telah kuat selama lebih dari 40 tahun lama nya. Idol wanita biasanya terdiri dari usia remaja, sedangkan idol pria kelihatannya tidak memiliki batasan usia.10 Maraknya berbagai industri
budaya Jepang yang masuk ke Indonesia dan salah satunya industri musik
9
Chau-kiu Cheung dan Xiao Dong Yue, Identity Achievement and Idol Worship
among Teenagers in Hong Kong, International Journal of Adolescence and Youth, 2003, Volume 11, h. 1
10
yang saat ini sedang menjadi fenomena oleh masyarakat Indonesia adalah
idol group. Ada salah satu grup musik pop yang sangat populer di Indonesia, AKB48. Di Jakarta, ada juga grup yang serupa, yaitu JKT48.11
Secara historis JKT48 merupakan sister dari AKB48. AKB48 merupakan cikal bakal munculnya JKT48 di Indonesia. AKB48 adalah
sebuah grup idola (idol group) yang saat ini di Jepang dan di dunia merupakan pop grup terbesar atau terbanyak (Guinness World Records,
2010) yang dibentuk oleh produser sekaligus pencipta lagu yang sudah sangat terkenal di Jepang, yaitu Yasushi Akimoto. Selain Yasushi Akimoto
ada dua orang lagi yang menjadi founding father atau pendiri dari AKB48 yaitu Yasushi Kubota, dan Shiba Kotaro. AKB48 telah mendulang
kesuksesan di Jepang dan dikancah musik internasional.
AKB48 merupakan sebuah grup idola yang penggemarnya di Jepang
sekitar diakhir usia 20-an dan 30-an mencari hubungan emosional dengan
gadis dibawah umur. Untuk orang luar, yang dirasakan sifat menyimpang
dari obsesi penggemar menyimpang dari kepatutan sosial.12 Pada awal
pertama kali dibentuk, para anggota AKB48 menyebarkan brosur
mengundang orang-orang untuk menyaksiskan pertunjukan mereka di toko
Don Quijote yakni sebuah teater, tempat dimana para anggota AKB48
melakukan pertunjukan. Para anggota AKB48 harus bersabar ketika brosur
yang mereka berikan kepada orang-orang dibuang begitu saja dihadapan
mereka, dan mereka harus menerima kenyataan ketika hanya beberapa
penonton saja yang menyaksikan pertunjukan mereka. Akan tetapi dengan
kesabaran, latihan yang keras, mental dan keahlian yang terus diasah
melalui penampilan mereka di teater dari hari ke hari, kemudian
mengeluarkan single dan album. Perlahan tapi pasti mereka mulai dikenal oleh banyak orang dan total penjualan album mereka bahkan mencapai
11
Yusuke Shindo, op. cit., h. 114
12
20.300.000 kopi13, akhirnya mereka menjadi idol group yang sangat terkenal dan sukses seperti sekarang. AKB48 saat ini merupakan idol group
yang terlaris di Jepang.14
Berikut adalah hasil penjualan album AKB48 dari tahun ke tahun:15
Tabel 1.1
Hasil Penjualan Album AKB48
Tahun Penjualan Tahunan Total penjualan
2006 92,427 92,427
2007 117,540 209,967
2008 116,407 326,374
2009 591,654 918,028
2010 3,418,604 4,336,632
2011 7,345,663 11,682,295
2012 7,086,201 18,768,496
2013 6,026,178 24,794,674
2014 6,344,633 31,139,307
13
Muhammad Robbiansyah, “Negeri Jepang Mempunyai Banyak Sekali Keunikan, Seperti Misalnya Bunga Sakura, Gunung Fuji atau Film Kartun Yang Biasa Disebut sebagai Anime”, J-Pop Culture, Tangerang, 2012, h. 26
14
Jóna Björk Jónsdóttir, op. cit., h. 12
15
2015 1,083,514 32,222,791
Produser Yasushi Akimoto mengatakan JKT48 akan menjadi
jembatan persahabatan antara Indonesia dan Jepang. Yasushi Akimoto juga
menyatakan bahwa JKT48 adalah proyek 48 family pertama diluar Jepang. JKT48 merupakan singkatan dari Jakarta dan 48. Nama Jakarta diambil dari
tempat JKT48 berdiri yaitu di Jakarta, sedangkan angka 48 banyak yang
salah menduga bahwa angka 48 disini merupakan jumlah anggota dari
JKT48 padahal tidak seperti itu, angka 48 melambangkan nama dari sister group sebelumnya yaitu AKB48. JKT48 juga memiliki filosofi tersendiri yang kerap diucapkan sebelum perform yaitu J: Joyful, K: Kawaii, T: Try to the best.
JKT48 berada dibawah naungan JKT48 Operational Team, PT Dentsu
Inter Admark Media Group Indonesia dan MNC group. PT Dentsu Inter Admark Media Group Indonesia adalah perusahaan periklanan Jepang yang berlokasi di Kebayoran Baru, Jakarta16 dan berpusat di Gedung Dentsu,
Shiodome Sio-Site, Minato-ku, Tokyo17 Sedangkan MNC group
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang media yang berpusat di
Jakarta, Indonesia.18
JKT48 adalah idol group yang dibentuk pada akhir tahun 2011 dan merupakan sister group dari AKB48. JKT48 mengadopsi konsep yang sama seperti AKB48 yaitu idol you can meet19 artinya idola yang dapat anda jumpai setiap hari. Untuk fans JKT48 sendiri memiliki sebutan wota yang diambil dari bahasa Jepang otaku, yaitu dimana seseorang sangat mengagumi
16
http://www.campaignasia.com/agencyportfolio/Company/3095,media-agency,dentsu-media-group.aspx#.VpGhc7aLTIU, di akses melalui internet pada tanggal 10-01-2016 pada pukul 07:30
17
https://id.wikipedia.org/wiki/Dentsu, di akses melalui internet pada tanggal 08-01-2016 pada pukul 20:40
18
https://id.wikipedia.org/wiki/Media_Nusantara_Citra, di akses melalui internet pada tanggal 08-01-2016 pada pukul 20:49
19
dan loyal terhadap idolanya, akan tetapi dalam konteks ini saya tidak akan
menyebutnya wota melainkan fans JKT48.
JKT48 memiliki fanbase mencapai hingga lebih dari 2,5 juta di Asia Tenggara, meski begitu belum ada data statistik mengenai berapa jumlah
fans JKT48 yang di Indonesia, akan tetapi bisa dilihat dari hasil observasi awal. Seperti salah satu komunitas penggemar budaya Jepang yang
berlokasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu JFUIN. Komunitas ini
sengaja dibuat agar dapat mewadahi mahasiswa UIN yang mempunyai
kegemaran yang sama tentang budaya Jepang untuk saling sharing, pergi ke
event bersama, dan membuat kegiatan bersama.
Berdasarkan observasi awal tersebut, begitu banyaknya fans JKT48 ketika mereka rutin mengikuti berbagai event yang diselenggarakan oleh JKT48 seperti contohnya yaitu event handshake, pada event ini para fans
JKT48 berkesempatan untuk berjabat tangan dan ngobrol singkat dengan sang idola20 dengan cara membeli CD single yang dibandrol dengan harga satu CD single Rp. 40.000,- dengan begitu fans JKT48 dapat berjabat tangan dengan sang idola dalam waktu sepuluh detik. Tidak jarang kejadian
dimana para fans JKT48 membeli lebih dari satu atau dua bahkan lebih CD
single agar bisa handshake dan ngobrol lebih dari sepuluh detik dengan sang idola, dan CD tersebut hanya diambil beberapa keping saja oleh para
fans JKT48 padahal mereka membeli lebih dari satu CD singlenya. Walaupun dibandrol dengan harga yang cukup mahal antusias para fans
JKT48 yang sebagian besar adalah kalangan mahasiswa tetap tinggi.
Hal tersebut menyebabkan gaya hidup mereka berubah begitu juga
dalam bidang konsumsi mereka. Greene dan Adam-Price dalam jurnal
penelitian Dicle Yurdakul-Şahin and Deniz Atik berpendapat bahwa, dalam
masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, kaum muda
20
berusaha melepaskan dari pengawasan orangtua dalam perintah untuk
membentuk gagasan dan menetapkan identitas mereka dan gaya hidup.21
Konsumen merupakan titik utama pemasaran, ketika perilaku
konsumen diketahui oleh para pelaku pasar, maka pelaku pasar akan
mengarahkan pemasaran produk mereka kepada perilaku konsumen
tersebut.22 Misalnya, JKT48 menyelenggarakan event handshake, konser, menjual berbagai merchandise pernak-pernik khas JKT48 seperti kaos,
lightstick, mug, poster, kalender, gantungan kunci, kipas, jaket, pin,
photopack, CD album, CD single, majalah, sticker, dan lain-lain. Selain menjual berbagai merchandise pernak-pernik khas JKT48, JKT48 juga memiliki gedung teater yang bertempat di Mall f(X) Lifestyle X’enter lantai
4, Senayan, Jakarta Selatan yang digunakan oleh para fans JKT48 untuk bertemu para member (anggota JKT48). Melalui gedung teater, JKT48 melakukan perform hampir setiap hari. Harga satu tiket masuk ke teater JKT48 untuk laki-laki sebesar Rp. 100.000,- sedangkan untuk perempuan
dan anak-anak dibandrol dengan harga Rp. 50.000,-. Dengan diberikan
kemudahan akses untuk dapat bertemu face to face dengan para member
(anggota JKT48) secara tidak langsung hal ini menyebabkan para fans
JKT48 ingin datang kembali ke teater JKT48 dan sebagai konsumen
dipandang sangat menjanjikan, walaupun dijual dengan harga cukup mahal.
Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan diatas, maka peneliti merasa
tertarik menganalisa masalah ini mengingat tingkat konsumsi dikalangan
mahasiswa yang semakin berkembang dan ingin mengetahui secara
deskriptif dampak gaya hidup konsumtif seperti apa yang dialami oleh para
fans JKT48. Penelitian ini berjudul, “Dampak Keberadaan JKT48
21
Dicle Yurdakul-Şahin and Deniz Atik, 2013, Jurnal Penelitian: Celebrity Influences on Young Consumers: Guiding the Way to the Ideal Self, Izmir Review of Social Sciences, Vol 1, No. 1, h. 68
22
Fadilah Aulia Rahma dan Muhammad Reza, 2013, Jurnal Penelitian: Hubungan Antara Pembentukan Identitas Diri dengan Perilaku Konsumtif Pembelian Merchandise Pada Remaja,
Terhadap Gaya Hidup Konsumtif Fans JKT48 Dikalangan Mahasiswa (Studi Kasus di Komunitas JFUIN)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Di komunitas JFUIN, terdapat fenomena budaya penggemar karena
keberadaan JKT48.
2. Di komunitas JFUIN kecenderungan daya beli berubah, lebih
mengutamakan untuk membeli merchandise atau pernak-pernik JKT48. 3. Di komunitas JFUIN terdapat dampak-dampak gaya hidup konsumtif
karena keberadaan JKT48.
C. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan permasalahan penelitian yang peneliti buat, maka
peneliti memberikan spesifikasi mengenai pembahasan yang akan diuraikan
dengan membatasai penelitian ini hanya gaya hidup konsumtif pada
mahasiswa di komunitas JFUIN. Dalam hal ini yang menjadi kawasan
penelitian adalah komunitas JFUIN yang berlokasi di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Maka, penelitian ini berfokus meliputi pada
dampak-dampak gaya hidup konsumtif karena keberadaan JKT48.
D. Perumusan Masalah
Bedasarkan identifikasi masalah diatas, maka pertanyaan penelitian ini
adalah: Apakah dampak keberadaan JKT48 terhadap gaya hidup konsumtif
fans JKT48 di komunitas JFUIN?
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Akademis
2) Menemukan berbagai fakta, data, konsep, teori tentang gaya hidup
konsumtif.
3) Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui
dampak keberedaan JKT48 terhadap gaya hidup konsumtif fans
JKT48 di komunitas JFUIN.
b. Tujuan Terapan
Secara generalisasi penelititan ini dilakukan adalah untuk
menemukan dan mengungkapkan sejauh mana dampak yang
ditimbulkan oleh adanya keberadaan JKT48 terhadap gaya hidup
konsumtif mahasiswa di komunitas JFUIN, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dan pengoreksisan untuk
mengambil kebijakan-kebijakan.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Akademis
Hasil penelitian ini akan diletakkan di perpustakaan yang
tujuannya untuk membantu peneliti-peneliti berikutnya terkait
hubungannya dengan JKT48 dan gaya hidup konsumtif dan untuk
menginspirasi penelitian selanjutnya.
b. Kegunaan Terapan
Bagi mahasiswa atau hal layak umum dapat dijadikan sebagai
sumber informasi dan masukan terkait dengan gaya hidup konsumtif
agar sadar dan mampu mengendalikan keinginannya untuk
mengkonsumsi segala sesuatu dengan sewajarnya. Bagi pemerintah
atau lembaga dapat dijadikan untuk membuat bahan-bahan pelatihan,
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik 1. JKT48
a. Sejarah Terbentuknya JKT48 di Indonesia
Japanese pop atau biasa disingkat dengan J-Pop sangat berbeda
jika dibandingkan dengan budaya barat (western): yaitu memiliki rasa periang dan perasaan kekanak-kanakan. Sekumpulan wanita dan
sekumpulan laki-laki menyanyi dan menari biasa nya disebut sebagai
“idol group”. Mungkin banyak yang tidak tahu secara pasti apa yang dibawakan seorang idol di Jepang. Kamus Webstre’s memiliki sepasang
definisi dari kata “idol”, pertama menjadi suatu gambaran atau simbol dari objek pemujaan dan yang lain menjadi suatu objek dari kesetiaan
yang ekstrim.23
Dalam kebudayaan Jepang, idol adalah seseorang (biasanya perempuan berusia belasan hingga awal 20 tahun walaupun ada pula
idol group laki-laki) yang memiliki paras yang cantik, tubuh
proposional, imut, lucu, dan mempunyai suatu kompetensi dalam dunia
hiburan, misalnya bisa beryanyi, menari, maupun acting. Kemampuan yang mereka miliki akan dilatih, diasah dan dikembangkan oleh pihak
manajemen agar mereka bisa tampil lebih baik dan percaya diri.
Dalam budaya Jepang, ‘idola’ wanita adalah media personalitas
(penyanyi pop, TV personalitas, model dalam foto yang sudah disebar
tercetak di dalam majalah, iklan, dan lain-lain) pada usia remaja dan
20-an y20-ang di20-anggap s20-angat menarik d20-an m20-anis (kawaii).24 Pemakaian label “idola” di Jepang tidak hanya pada profesi lain, seperti penyiar televisi wanita, pengisi suara wanita, pemeran wanita dalam tokusatsu
23
Jóna Björk Jónsdóttir, op. cit., h. 5
24
Wendy Xie, op.cit., h. 74
(tidak memandang peran antagonis dalam Serial Kamen Rider, Super
Sentai, atau Serial Ultra), idola perempuan dibawah 15 tahun (U-15
aidoru atau idola junior), dan penyanyi enka usia muda (endoru).25
Budaya J-Pop telah menyebar luas higga ke negara bagian Timur
dan Tenggara. Akimoto meluncurkan JKT48 (berlokasi di Jakarta,
Indonesia) dan SNH48 (berlokasi di Shanghai, China) sebagai
international sister group dari AKB48 pada 2011 dan 2012 secara berturut-turut. Dengan alasan latar belakang didua lokasi tersebut China
dan Indonesia adalah dua negara terbesar di dunia penikmat J-pop.26
Dewasa ini budaya pop atau pop culture yang masuk di Indonesia belakangan membuat industri hiburan semakin berkembang, khususnya
industri musik yang menyebabkan terjadinya budaya penggemar atau
fans. Berbagai adaptasi konsep budaya pop ini masuk ke Indonesia, salah satunya adalah konsep industri musik dari Jepang yaitu idol group. Sering kita lihat ditelevisi sekelompok gadis-gadis cantik menyanyi dan menari, dan bukan hal aneh jika sekelompok gadis-gadis
tersebut sedang pentas maka para fans nya menyemangati mereka dengan sorakan atau yell-yell bagian instrumental dari lagu-lagu yang tidak pernah tumpang tindih atau mengganggu bernyanyi idola dan
salah satu yang paling sering didengar adalah "Yossha ikuzo !!! Tiger,
Fire, Cyber, Fiber, Diver, Viber, Jya Jya !!!"27
Merebaknya fenomena idol group di Jepang membuat Yasushi Akimoto, seorang produser ingin membentuk idol group seperti AKB48 diluar Jepang, akhirnya terbentuklah sebuah idol group di Indonesia hasil adaptasi dari Jepang yang bernama JKT48. Di lansir dari website
resmi JKT48 dikatakan bahwa Yasushi Akimoto ingin menciptakan
tempat bagi para perempuan Indonesia untuk mewujudkan impian
mereka. Bersama para penggemar, kami ingin membuat satu-satunya
25
Muhammad Robbiansyah, op. cit., h. 22-23
26
Wendy Xie, op. cit., h. 88
27
pelamar lolos seleksi tahap kedua. Audisi tahap akhir berlangsung pada
2 November 2011. Setelah diseleksi kembali melalui tes menari Heavy Rotation dan menyanyikan lagu favorit, 28 orang peserta dinyatakan di terima. Produser Yasushi Akimoto datang ke Jakarta untuk melakukan
seleksi. Diantara 28 anggota, ada salah satu anggota yang berasal dari
Jepang yang bernama Rena Nozawa yang tinggal di Jakarta. Produser
Yasushi Akimoto mengatakan JKT48 akan menjadi jembatan
persahabatan antara Indonesia dan Jepang.
JKT48 merupakan idol group terbesar di Asia Tenggara dengan
fanbase mencapai lebih dari 2,5 juta fans29 dan sister group dari AKB48. JKT48 mengadopsi konsep yang sama seperti AKB48 yaitu
idol you can meet yang artinya idola yang dapat anda jumpai setiap hari. JKT48 mengadakan pertunujukan hampir setiap hari di teater
JKT48, Mall (X) Lifestyle X’enter lantai 4, Senayan, Jakarta Selatan.
b. Konsep JKT48
Dengan mengusung konsep idol you can meet, maka para fans
dapat bertemu dengan sang idola dan melihat perkembangan idola dari
dekat. Dibandingkan dengan konsep idola konvensional yang muncul
terasa jauh, menyendiri, tinggi, dan tidak dapat di akses dengan fans
mereka seperti “dewi di awan”, JKT48 lebih memancarkan seperti
“gadis disamping” merasa ada dalam pandangan mereka. Artinya, tidak
seperti konsep idola yang lainnya yang sebagian besar terlihat diatas
panggung konser dan layar TV, JKT48 memiliki teater sendiri didaerah
Jakarta dimana mereka melakukan pertunjukan setiap hari. Konsepnya
adalah bahwa penggemar harus memiliki akses untuk pertunjukan
secara langsung dan bisa bertemu anggota yang mereka dukung
sesering yang mereka inginkan (namun, karena popularitas dan tuntutan
yang tinggi, tiket saat ini didistribusikan melalui undian).30
29
https://id.wikipedia.org/wiki/JKT48, diakses melalui internet pada tanggal 08-09-2015 pada pukul 15:50
30
“Tumbuh dan berkembang bersama dengan para fans”. Itulah mengapa konsep idol yang berasal dari Jepang berbeda dengan konsep
idol yang berasal dari Korea Selatan mengingat di Indonesia juga sedang marak dengan boyband dan girlband asal negeri ginseng tersebut. Tidak seperti boyband atau girlband yang memang di tuntut untuk menjadi seorang yang ahli dan matang sebelum melakukan debut.
Ada yang melakukan trainee selama berbulan-bulan lama nya bahkan sampai ada yang bertahun-tahun sebelum akhir nya mereka debut.
Sedangkan konsep idol dari Jepang memiliki konsep yang berbeda, idol di Jepang adalah pria dan wanita dalam industri hiburan yang “dibesarkan” untuk menghibur orang: beberapa di latih sebelum
mereka debut dan beberapa di latih oleh pengalaman yang mereka dapat
setelah mereka debut.31 Jadi, yang ditawarkan oleh idol group Jepang bukan lah seorang idola yang sudah ahli, matang, dan komplit akan
tetapi menunjukkan sebuah proses jalan menuju pencapaian seorang
idola yang awalnya bukan siapa-siapa hingga menjadi seorang idola
yang sesungguhnya. Dalam proses pemilihan anggota pada idol group
dipilih melalui audisi yang tertutup maupun terbuka. Audisi diadakan
pada saat awal pembentukan grup dan saat ada anggotayang lulus atau
saat pergantian generasi dalam sebuah idol group. Setelah lolos dari audisi dan terbentuk dalam sebuah grup maka mereka akan melakukan
debut. Mereka debut sambil belajar dan mengasah kemampuan dari
yang tidak mahir menjadi mahir, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari
yang malu-malu menjadi percaya diri.
Didalam anggota 48 family anggota dididik, ditempa, dan dilatih untuk menjadi seseorang yang multi talenta. Melalui proses yang
panjang seperti itu tentu melibatkan unsur keterlibatan emosional,
perjuangan antara idola dan fans terjadi sinergi untuk saling mendukung dan menguatkan sehingga terjalin sebuah ikatan antara idola dan fans. Dan ini yang menjadi kekuatan utama dalam sebuah idol group.
31
Keunikan lain dalam idol group adalah regulasi yang sangat disiplin dan ketat. Salah satu peraturan yang paling menonjol adalah
seorang idola tidak boleh berpacaran. Selain itu, ada beberapa golden rules yang dibuat oleh produser mereka yaitu, Yasushi Akimoto. Ada tujuh golden rules yang diterapkan, yaitu:32
1. Dilarang merokok dan minum-minum
2. Dilarang berpacaran
3. Dilarang ke diskotik
4. Jika bepergian harus didampingi pengawal/wali
5. Tidak boleh membubuhkan tanda tangan di sembarang tempat
(kecuali di merchandise resmi 48 family) 6. Pendidikan tetap yang utama
7. Dilarang memakai pakaian yang mencolok dan make up tebal JKT48 merupakan idol group, idol group juga memiliki konsep seperti akademi keartisan. Mereka mengenal sistem kelulusan
(graduate) pada anggota groupnya. Sepertinya sebuah akademi 48
family juga mengenal istilah graduate (lulus). Lulusnya seorang anggota idol group dari 48 family ada beberapa cara yakni ditentukan oleh Akimoto sendiri apakah sudah layak diluluskan atau tidak, atau
bisa saja dari keputusan anggota tersebut, misalnya ingin fokus ke
pendidikan atau ingin melanjutkan sebagai penyanyi solo.
Graduate atau lulus nya seorang anggota idol group 48 family
juga disambut dengan upacara kelulusan yang diikuti oleh seluruh
anggota, dan anggotayang lulus juga mendapatkan sertifikat kelulusan
dari akademi 48 family, yang menandakan ia telah siap untuk menapaki karir sendiri tanpa ada nama 48 family lagi.
c. Keanggotaan JKT48
JKT48 memiliki 76 orang anggota yang terdiri dari 16 anggota
Tim J, 18 Tim KIII, 15 anggota Tim T, 10 siswi pelatihan Generasi 4,
dan 16 kandidat siswi pelatihan Generasi 5. JKT48 memiliki kapten di
32
e. Prestasi JKT48
Beberapa prestasi yang ditorehkan oleh JKT48 selama berkarir,
yaitu:
1. Yahoo! OMG Awards Indonesia 2012: Best Group;
2. HAI Readers Music Awards 2012: Best Single, Best Costume, Best Stage Performance, Best Freshmeat, Best of The Best (non-nominasi);
3. JPop Asia Music Awards 2012: Best Single dan Best MV; 4. 100% Ampuh Awards 2013: Co Cuit (Best Female Group); 5. Dahsyatnya Awards 2013: Pendatang Baru Terdahsyat, dan
Aksi Panggung Terdahsyat;
6. Selebrita Awards 2013: New Comer of the Year; 7. KLIK! Awards 2013: Pendatang Baru Terfavorit;
8. Indonesia Kids' Choice Awards 2013: Boyband/Girlband Favorit;
9. Yahoo! OMG Awards Indonesia 2013: Best Group dan Celeb with Most Die-Hard Fans;
10.Global Seru Awards 2014: Aksi Panggung Paling Seru dan
Lagu Paling Seru;
11.Indonesia Kids' Choice Awards 2014: Group Favorit; 12.Showbiz Indonesia Award 2014: Band/ Group of The Year; 13.Social Media Awards 2015: Grup Vokal Sentimen Positif di
Media Sosial;
14.World Music Awards 2014: Best Indonesian Group, Best Indonesian Live Act, dan Best Indonesian Video;
15.Anugerah Dangdut Indonesia 2015: Sahabat Dangdut
Terpopuler;
16.Jawa Pos Group Award 2016: Group/Duo Terbaik 2016;35 17.Dll.
35
f. Manajemen JKT48
Berikut ini adalah manajemen JKT48 yang saling bekerja sama
dalam show teater, CD recording/MV, ataupun program/acara TV (variety show) dari JKT48. (©JKT48 Project/©AKS).36
Tabel 2.1 JKT48 Project Staff
Nama Bagian
Yasushi Akimoto Total Produser
Yasushi Kubota Produser Eksekutif
Nobuyuki Akimoto
Produser Project Takuya Omura
Takumura Matsumura
Kazuhiko Abiru
Hiroyuki Fujita
Akihiro Nishiyama
Kazuki Uchimura
Asisten Produser Project Shin Kijima
Masahiro Uehara
Ryo Kanjo
Yoshimasa Nakano
36
Toshihiro Iyoda
Ayumi Nishimae
Jaeman Yang
Masatada Oyamada
Tabel 2.2
JKT48 Operation Team37
Nama Bagian
Harris Thajeb
Kaz Tsukaguchi
Produser
Jiro Inao Manajer Umum JKT48
Melody Nurramdhani Laksani
Ghopta Chandra (2011-2014)
Manajer Umum JKT48 Teater
Toshiaki Gomi Pimpinan Kreatif
Genjek Pok Assisten Pimpinan Kreatif
Nikita Rosalini Produser Kreatif
Angga Agustian Pimpinan Manajer Member
Santi Andrian
Manajer Member Tedy Wijaya
Noni M Saragih
Irvan M Martpresa
Anya Syari Nabila
Soenarti Agustina
Radityo Indrapratama Pemimpin Konten Digital
Indra Bayu Setiawan Pemimpin Konten Media Sosial
Fritz Fernandez
Toni Adji Mintaradja
37
Togas Lubis Pelaksana Produksi/Acara
Putrashita Badha
Juwanil Asra
Elfi Syahmar Media Relations
Toshiyuki Ogino Tim Merchandise JKT48
Rio Wahyu Setiono
Fay Ismail Penata Musik
Ario Hendrawan
Shinobu Kayano Penanggung Jawab Pendukung Busana
Sayaka Izumi
Hiromi Tabei
Penanggung Jawab Pendukung Awak
Panggung
Annisa Pontjo Pelatih Vokal Suara
Charlie Ho beserta tim Penata Rias, Wajah, dan Rambut
Evelyn Fransisca Penata Busana dan Stylist
Sanita Putry
Desi Ratnasari
Wawan Penata Lampu/Programming Light
Johni F Sarwuna FOH Engineer
Baskoro
Tim Kreatif Produksi Reza Habibie
Hasmy Ritani
Rendy Astari
Roan Gylberth
Herry Saputra Penata Kamera Digital
Viky Artha Penanggung Jawab Operasional
Produksi JKT48 Theater
Ratih Kusuma Yuliani Penanggung Jawab Manajer Panggung
JKT48 Theater
Starizka Adella Manajer Panggung JKT48 Theater
Marlina
Maxwell Elmer S.
Penanggung Jawab Keamanan JKT48
Theater
Onhes Madesky
Tim Keamanan JKT48 Theater Fauzan
Arif Subekti
Prihandoko
Muhammad Riski Staff JKT48 Teater
Afina Noeroel Syaditha Staff Tiket
Sekarlita Endang Widya
2. Gaya Hidup
a. Pengertian Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan bagian dari ciri masyarakat modern, yang
membedakan suatu individu dengan individu lainnya atau kelompok
dengan kelompok lainnya sehingga menampilkan suatu ciri khas yang
life). Cara hidup ditampilkan dengan ciri-ciri, seperti norma, ritual,
pola-pola tatanan sosial, dan mungkin juga suatu komunitas dialek atau
cara berbicara yang khas. Sementara, gaya hidup diekspresikan melalui
apa yang dikenakaan seseorang, apa yang ia konsumsi, dan bagaimana
ia bersikap atau berperilaku ketika ada dihadapan orang lain.38
Konsep gaya hidup dan kepribadian sering kali disamakan,
padahal sebenarnya keduanya berbeda. Menurut Mowen dan Minor
dalam Tatik, gaya hidup lebih menunjukkan pada bagimana individu
menjalankan kehidupan, bagaimana membelanjakan uang dan
bagaimana memanfaatkan waktunya.39 Dalam pandangan ekonomi,
gaya hidup menunjukkan pada bagaimana seseorang mengalokasikan
pendapatannya, dan memilih produk ataupun jasa dan berbagai pilihan
lainnya ketika memilih alernatif dalam satu kategori jenis produk yang
ada. Dalam pandangan pemasaran, terlihat jelas bahwa konsumen yang
memiliki gaya hidup yang sama akan mengelompok dengan sendirinya
ke dalam satu kelompok berdasarkan apa yang mereka sukai untuk
menghabiskan waktu senggang, berbagi hal yang mereka suka, dan
bagaimana mereka membelanjakan uangnya.
Para ahli mengartikan gaya hidup adalah sebagai ciri sebuah
dunia yang modern. Menurut Chaney dalam Bagong, gaya hidup adalah
pola-pola tindakan yang membedakan satu orang dengan yang lain.40
Pola-pola kehidupan ini kadang diartikan orang sebagai budaya; yang
artinya keseluruhan gaya hidup suatu masyarakat-kebiasaan/adat
istiadat, sikap dan nilai-nilai mereka serta pemahaman yang sama yang
menyatukan mereka sebagai suatu kelompok masyarakat.41
Perilaku seseorang membeli produk budaya, mengonsumsi
produk budaya dan memanfaatkannya, selain dipengaruhi berbagai
38
Bagong Suyanto, op. cit., h. 137
39
Tatik Suryani, Perilaku Konsumen Implikasi pada Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Graha Ilmu: 2008), Cet. ke-1, h. 73
40
Bagong Suyanto, op. cit., h. 139
41
faktor sosial: kelas, perbedaan usia, gender, dan lain-lain, yang tak
kalah penting perilaku konsumsi acap kali juga dipengaruhi dan di
bentuk gaya hidup. Yang di maksud gaya hidup di sini adalah adaptasi
aktif individu terhadap kondisi sosial dalam rangka memenuhi
kebutuhan untuk menyatu dan bersosialisasi dengan orang lain. Perilaku
seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya
yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya.42
Gaya hidup juga mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan, dan
pola-pola respon terhadap hidup, serta terutama perlengkapan untuk
hidup.43
Beberapa sifat umum dari gaya hidup menurut Piliang dalam
Bagong antara lain adalah, (1) gaya hidup sebagai sebuah pola, yaitu
sesuatu yang dilakukan atau tampil secara berulang-ulang; (2) yang
mempunyai massa atau pengikut sehingga tidak ada gaya hidup yang
sifat nya personal; dan (3) mempunyai daur hidup (life cicle), artinya ada masa kelahiran, tumbuh, puncak, surut, dan mati.44 Gaya hidup
adalah komoditas baru dalam kapitalisme.45 Menurut Machin dan
Leeuwen dalam Bagong gaya hidup adalah gabungan dari gaya pribadi
dan gaya sosial yang muncul pada wilayah tertentu, dan merupakan
aktivitas bersama untuk mengisi waktu luang, dan sikap dalam
menghadapi isu tertentu.46
Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi
dengan lingkungan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa gaya hidup
adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat
42
Maria Cleopatra, 2015, Jurnal Penelitian: Pengaruh Gaya Hidup dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika, Jurnal Formatif, Volume 5, Nomor 2, h. 169
43
Bagong, op. cit., h. 138
44
Bagong, op. cit., h. 138
45
Retno Hendariningrum dan M. Edy Susilo, 2008, Jurnal Penelitian: Fashion dan Gaya Hidup: Identitas dan Komunikasi, Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 6, Nomor 2, h. 32
46
dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan cara
mengalokasikan waktu.47
Gaya hidup adalah cara manusia memberikan makna pada dunia
kehidupannya, membutuhkan medium dan ruang untuk
mengekspresikan makna tersebut yaitu ruang bahasa dan benda-benda,
yang didalamnya citra mempunyai peran yang sentral.48 Gaya hidup
menurut Kotler dalam jurnal penelitian Angga Sandy Susanto adalah
pola hidup seseorang didunia yang diekspresikan dalam aktivitas,
minat, dan opininya, dalam arti bahwa secara umum gaya hidup
seseorang dapat dilihat dari aktivitas rutin yang dia lakukan, apa yang
mereka pikirkan terhadap segala hal disekitarnya dan seberapa jauh dia
peduli dengan hal itu dan juga apa yang dia pikirkan tentang dirinya
sendiri dan juga dunia luar.49 Gaya hidup berubah tidak hanya menjadi
sebuah kebutuhan (needs) tetapi keinginan/hasrat (desire).50
Berdasarakan berbagai pernyataan dari berbagai ahli, maka gaya
hidup merupakan proses dari berbagai perilaku-perilaku atau
tindakan-tindakan, acuan, kepercayaan-kepercayaan, nilai, pola-pola, pandangan,
kebiasaan yang berlaku di masyarakat, dianut dan dilakukan secara
terus menerus oleh masyarakat tersebut.
b. Faktor-Faktor Gaya Hidup
Faktor-faktor gaya hidup dalam jurnal penelitian yang dilakukan
oleh Misbahun Nadzir 2015, menurut Loudon dan Bitta faktor-faktor
yang mempengaruhi gaya hidup adalah budaya, nilai, demografik, kelas
sosial, kelompok rujukan atau kelompok acuan, keluarga, kepribadian,
motivasi dan emosi.51
47
Latifah Novitasani dan Pambudi Handoyo, 2014, Jurnal Penelitian: Perubahan Gaya Hidup Konsumtif pada Mahasiswa Urban di UNESA, Jurnal Paradigma, Volume 02 Nomer 03, h. 2
48
Bagong, op. cit., h. 140
49
Angga Sandy Susanto, 2013, Jurnal Penelitian: Membuat Segmentasi Berdasarkan Life Style (Gaya Hidup), Jurnal JIBEKA, Volume 7, No. 2, h. 1
50
Atik Catur Budiati, 2011, Jurnal Penelitian: Jilbab: Gaya Hidup Baru Kaum Hawa, Jurnal Sosiologi Islam, Volume 1, Nomor 1, h. 64
51
Kotler dalam Misbahun menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup seseorang ada dua faktor yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari
luar (eksternal). Faktor internal antara lain: sikap, pengalaman, dan
pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif dan persepsi. Sedangkan,
faktor eksternal antara lain: kelompok referensi, keluarga, kelas social,
dan kebudayaan.52
Gaya hidup seseorang menurut Amstrong dalam Angga dapat
diidentifikasi dari perilaku orang tersebut seperti kegiatan-kegiatan
dalam pengambilan keputusan, cara mendapatkan dan menggunakan
suatu barang atau jasa. Amstrong menjelaskan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada dua, yaitu:
1) Faktor Internal a) Sikap
Sikap bisa dipahami sebagai cara seseorang dalam
memberikan respon terhadap suatu hal sesuai dengan keadaan
jiwa dan pikirannya yang dipengaruhi oleh pengalaman dan
mempengaruhi secara langsung terhadap perilaku orang
tersebut. Sikap bisa jadi dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan,
kebudayaan dan dimana lingkungan sosialnya berada.
b) Pengalaman dan Pengamatan
Pengalaman dan pengamatan seseorang dapat
mempengaruhi cara seseorang dalam mengamati suatu hal
sehingga akhirnya dapat membentuk pandangan pribadi
mereka terhadap sesuatu, pengalaman ini didapatkan dari
semua tindakannya pada masa lalu. Pengalaman tersebut di
dapat dari belajar dan juga dapat disalurkan ke orang lain
dengan cara mengajarkannya. Hal ini mempengaruhi gaya
hidup seseorang, pengamatan atas pengalaman orang lain
52
juga dapat mempengaruhi opini seseorang sehingga pada
akhirnya membentuk gaya hidup.
c) Kepribadian
Setiap orang memiliki kepribadian yang
berbeda-beda. Kepribadian berubah dari waktu ke waktu, sehingga hal
itu sangat penting untuk diamati karena mempengaruhi
buying behavior dari seorang konsumen. Sebenarnya, kepribadian bukan lah mengenai apa yang kita pakai di tubuh
fisik kita, melainkan adalah totalitas perilaku dari seseorang
di setiap situasi yang berbeda. Kepribadian meliputi beberapa
karakteristik khusus seperti dominasi, keagresifan, rasa
percaya diri dan lain-lain yang berguna untuk menentukan
perilaku konsumen untuk produk tertentu.
d) Konsep Diri
Konsep diri sangat berhubungan dengan image merek
atau brand suatu produk, cara seseorang memandang dirinya
sendiri akan menentukan minat seseorang terhadap suatu
objek termasuk juga suatu produk. Konsep diri adalah inti
dari pola kepribadian yang akan mempengaruhi cara
seseorang dalam mengatasi permasalahan dalam hidupnya,
konsep diri merupakan kerangka dari referensi yang menjadi
awal perilaku.
e) Motif
Perilaku individu terbentuk karena adanya motif
kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan fisik, merasa aman,
merasa dihargai dan lain sebagainya, pengelompokan
kebutuhan manusia telah dibuat teori oleh beberapa orang,
salah satunya teori kebutuhan Maslow. Jika motif seseorang
cenderung untuk memenuhi kebutuhan akan prestise yang
gaya hidup hedonis sehingga bisa menjadi target pasar yang
tepat untuk barang-barang mewah.
f) Persepsi
Persepsi merupakan proses dimana seseorang
memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk
membentuk pemahaman dan gambaran mengenai sesuatu.
Persepsi dapat mempengaruhi seseorang untuk memilih suatu
produk sebagai contoh adalah green product, setelah adanya informasi yang disosialisasikan secara global mengenai isu
global warming, terbentuk interprestasi seseorang terhadap isi sosialisasi tersebut dan terbentuk pemahaman mengenai
pentingnya mengkonsumsi produk yang dapat mengurangi
dampak global warming, mereka adalah target pasar yang pas untuk green product.
2) Faktor Eksternal a) Kelompok Referensi
Kelompok referensi yaitu kelompok yang di anggap
mampu dan memiliki pengetahuan untuk memberikan
pengaruh terhadap pembentukan sikap dan perilaku
seseorang, pengaruh yang diberikan bisa bersifat secara
langsung maupun tidak langsung, masukan dari kelompok
referensi bisa mempengaruhi persepsi seseorang terhadap
suatu produk sehingga akhirnya membentuk gaya hidupnya.
Kelompok referensi bisa meliputi orang-orang yang
dihormati oleh masyarakat luas karena silsilah, pengetahuan,
reputasi dan lain sebagainya.
b) Keluarga
Keluarga merupakan peranan terbesar dan terlama
terhadap pembentukan sikap dan perilaku individu. Oleh
karena itu saran dari keluarga berupa nasihat dan cerita
seseorang, budaya salah satu anggota keluarga dapat menjadi
kebiasaan bagi anggota keluarga lain yang mengamati setiap
harinya, tidak heran jika ada saudara yang memiliki gaya
hidup yang sama dengan kita.
c) Kelas Sosial
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif
homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang
tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota
dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah
laku yang sama. Kelas sosial biasanya dibuat karena ada nya
suatu kebutuhan akan prestise dan berhubungan dengan
kemampuan ekonomi atau diatur oleh budaya, setiap kelas
cenderung memiliki gaya hidup yang khas dibandingkan
kelas sosial lainnya. Kelas sosial dapat diklasifikasikan
sebagai kelas bawah, menengah, atas dan lain-lain.
d) Kebudayaan
Kebudayaan bisa meliputi pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kebiasaan-kebiasaan yang membentuk gaya hidup seseorang dan
akhirnya membuat pemasar mudah untuk mengidentifikasi
apakah kelompok konsumen dengan kebudayaan tersebut
sesuai dengan produknya atau tidak. Orang-orang diseluruh
dunia menyadari akan budaya merayakan malam tahun baru
dengan membunyikan terompet disetiap malam tahun baru.
Hal ini menjadikan pemasar untuk menemukan peluang
dalam memproduksi terompet secara masal disetiap
menjelang malam tahun baru.53
53
3. Konsumtif
a. Pengertian Konsumtif
Konsumtif adalah penggunaan barang dan jasa secara berlebihan
dalam memenuhi kebutuhan hidup nya. Awal munculnya konsumtif
dimulai dari era kapitalisme, Eric Wolf dalam Bagong menyebutkan
ada tiga ciri pokok yang menandai kapitalisme, yaitu:54
Pertama, berkembangnya kelas kapitalis dengan memiliki kekayaan maka uangnya dapat membeli tenaga kerja dan sarana
produksi untuk memproduksi barang dagangan di pasar.
Kedua, kelas kapitalis menguasai seluruh sarana produksi yang penting didalam masyarakat dan membatasi akses pekerja nya terhadap
sarana produksi, sehingga para pekerja harus menjual tenaga kerjanya
kepada kapitalis.
Ketiga, maksimalisasi keuntungan melalui produksi yang dikuasai sepenuhnya oleh kapitalis.
Kapitalisme merupakan suatu paham yang meyakini bahwa
seorang pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk mendapatkan
keuntungan sebanyak-banyaknya. Semakin meningkatnya kekayaan
atau kemakmuran, maka tingkat konsumsi seseorang akan meningkat
pula.
Paham kapitalisme telah membentuk sebuah pandangan baru
dikehidupan manusia dalam konsumsi yaitu gaya hidup konsumtif.
Gaya hidup konsumtif merupakan hasil dari proses budaya konsumsi
yang tidak sehat, dimana manusia melakukan konsumsi secara
berlebihan dan tidak didasari oleh pemikiran rasionalnya sehingga
terjadilah pemborosan dalam konsumsi manusia.
Perilaku konsumtif dapat diartikan sebagai suatu tindakan
memakai produk yang tidak tuntas yakni, belum habis sebuah produk
yang dipakai oleh seseorang akan tetapi orang tersebut telah
menggunakan produk jenis yang sama dari merek lainnya atau dapat
54
disebutkan, membeli barang karena adanya iming-iming hadiah yang
ditawarkan atau membeli suatu produk karena banyak orang memakai
barang tersebut.55 Misal nya Abrar membeli gadget atau smarthpohone
baru, padahal barang yang sedang ia pakai belum rusak akan tetapi ia
sudah membeli yang baru.
Pengertian perilaku konsumtif menurut Lubis dalam Rezi
berpendapat bahwa perilaku konsumtif melekat pada individu bila
membeli dan mengkonsumsi barang dan jasa yang didasari pada
keinginan (want) dan bukan pada kebutuhan (need).56
Menurut Tambunan dalam Septi perilaku konsumtif adalah
tindakan membeli barang-barang yang kurang atau tidak diperhitungkan
dengan matang apa manfaat dan kebutuhannya sehingga sifatnya
menjadi berlebihan.57 Enggel dalam Septi mengatakan bahwa ada
beberapa tanda yang dapat diperhatikan pada seseorang yang sedang
mengalami perilaku konsumtif, yaitu:
1. Impulsive, adalah perilaku konsumen yang membeli barang hanya karena hasrat dan tidak memeprhitungkan atau merencanakannya
secara matang.
2. Non-Rational, yaitu perilaku pembelian yang tidak rasional. Maksud nya adalah perilaku pembelian didasari pada keinginan
semata tanpa memperhitungkan manfaat dan kegunaannya.
3. Wasteful, menggambarkan pemborosan sebagai salah satu perilaku membeli yang menghambur-hamburkan banyak uang
tanpa didasari kebutuhan yang jelas.58
55
Endang Dwi Astuti, Jurnal Penelitian: Perilaku Konsumtif dalam Membeli Barang Pada Ibu Rumah Tangga Di Kota Samarinda, Character, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013, h. 150.
56
Rezi Suci Agustia, Jurnal Penelitian: Gambaran Perilaku Konsumtif Siswa-i sekolah Menengah Atas “International Islamic Boarding School Republic of Infonesia (SMA IIBS RI). h. 2
57
Septi Anugrah Heni, Jurnal Penelitian: Hubungan Antara Kontrol Diri dan Syukur Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja SMA IT Abu Bakar Yogyakarta. EMPATHY-Jurnal Fakultas Psikologi, 2013, h. 4
58
b. Indikator Konsumtif
Sumartono dalam Endang menyebutkan indikator dari perilaku
konsumtif, yaitu:
1. Membeli produk karena iming-iming hadiah.
Individu membeli suatu barang karena adanya hadiah yang
ditawarkan jika membeli barang tersebut.
2. Membeli produk karena kemasannya menarik.
Konsumen sangat mudah terbujuk untuk membeli produk yang
dibungkus dengan rapi dan dihias dengan warna-warna menarik. Artinya motivasi untuk membeli produk tersebut hanya karena
produk tersebut dibungkus rapi dan menarik.
3. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi.
Konsumen memiliki tingkat daya beli yang tinggi, karena pada
umumnya konsumen mempunyai ciri khas dalam berpakaian,
berdandan, gaya rambut dan sebagainya dengan tujuan agar
konsumen selalu berpenampilan yang dapat menarik perhatian
yang lain. Konsumen membelanjakan uangnya lebih banyak
untuk menunjang penampilan diri mereka.
4. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar
manfaat atau kegunaannya).
Konsumen cenderung berperilaku yang ditandakan oleh adanya
kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal
yang dianggap paling mewah atau mahal.
5. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status.
Konsumen mempunyai kemampuan membeli yang tinggi baik
dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya
sehingga hal tersebut dapat menunjang sifat ekslusif dengan
barang yang mahal dan memberi kesan berasal dari kelas sosial
yang lebih tinggi. Dengan membeli suatu produk dapat
memberikan simbol status agar kelihatan lebih keren dihadapan
6. Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang
mengiklankan.
Konsumen cenderung meniru perilaku tokoh yang diidolakannya
dalam bentuk menggunakan segala sesuatu yang dapat dipakai
tokoh idolanya. Konsumen juga cenderung memakai dan
mencoba produk yang ditawarkan bila ia mengidolakan publik
figur produk tersebut.
7. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal
akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.
Konsumen sangat terdorong untuk mencoba suatu produk karena
mereka percaya apa yang dikatakan oleh iklan yaitu dapat
menumbuhkan rasa percaya diri seseorang.
8. Mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda).
Konsumen akan cenderung menggunakan produk jenis sama
dengan merek yang lain dari produk sebelum ia gunakan,
meskipun produk tersebut belum habis dipakainya.59
Dari berbagai penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
konsumtif merupakan suatu perilaku konsumen yang menggambarkan
pemborosan, pembelian yang tidak direncanakan atau diperhitungkan
kegunaannya dengan baik dan bukan pada pembelian yang rasional
sehingga timbul pembelian barang yang berlebihan.
4. Komunitas dan Budaya Penggemar
Komunitas dan budaya penggemar pada penelitian ini saling
berkaitan, karena dengan adanya komunitas maka budaya penggemar akan
semakin menguat eksistensinya. Sebelum membahas tentang budaya
penggemar, akan dibahas terlebih dahulu apa itu komunitas.
a. Pengertian Komunitas
Berkaitan dengan kehidupan sosial, ada banyak definisi yang
menjelaskan tentang arti komunitas. Tetapi setidaknya definisi
59
komunitas dapat didekati melalui; pertama, terbentuk dari sekelompok orang; kedua, saling berinteraksi secara sosial diantara anggota kelompok itu; ketiga, berdasarkan adanya kesamaan kebutuhan atau tujuan dalam diri mereka atau di antara anggota kelompok yang alin;
keempat, adanya wilayah-wilayah individu yang terbuka untuk anggota kelompok yang lain, misalnya waktu.60
Dalam buku terjemahan Bruce J. Cohen, komunitas didefinisikan
sebagai kelompok khusus dari orang-orang yang tinggal dalam wilayah
tertentu, memiliki kebudayaan dan gaya hidup yang sama, sadar sebagai
satu-kesatuan, dan dapat bertindak secara kolektif dalam usaha mereka
mencapai sesuatu tujuan.61
Kebudayaan memiliki hubungan yang signifikan dengan
komunitas. Menurut elville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski
dalam Rulli mengatakan bahwa, segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat (komunitas) ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri yang turun-temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain.62
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, paguyuban
(gemeinschaft) dan patembayan (gesellschaft) merupakan konsep yang kurang lebih sama dengan konsep kelompok sekunder yang
dikembangkan oleh Ferdinand Tonnies. Kedua istilah itu dapat
diterjemahkan sebagai “komunitas” (community) dan “masyarakat” (society).63 Jadi, komunitas dalam penelitian ini dapat dikatakan sebagai kelompok sosial yang memiliki arti perkumpulan beberapa individu.
b. Indikator Komunitas
Menurut Kennerth dan Wilkinson dalam Isbandi, komunitas
sekurang-kurangnya mempunyai tiga unsur dasar, yaitu:
60
Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber, (Jakarta: Kencana: 2014), Cet. ke-2, h, 138
61
Bruce J. Cohen, Sosiologi Suatu Pengantar, (____: PT. Bina Aksara: 1983), Cet. ke-1, h. 315
62
Rulli Nasrullah, op. cit., h. 139
63
1. Ada nya batasan wilayah atau tempat (territory or place);
2. Merupakan suatu ‘organisasi sosial’ atau instusi sosial yang
menyediakan kesempatan untuk para warga nya agar dapat
melakukan interaksi antar warga secara reguler; dan
3. Interaksi sosial yang dilakukan terjadi karena ada nya minat atau
kepentingan yang sama (common interest).64
Sedangkan menurut McMillan dan Chavis dalam jurnal penelitian
oleh Yudho Hartono mengatakan bahwa paling tidak terdapat tiga
karakteristik utama komunitas yang sering muncul, yaitu:
1. Kesatuan tempat (locality), komunitas didefinisikan secara fisik sebagai entitas spasial dimana titik beratnya lebih kepada lokasi
geografis, seperti desa atau kota.
2. Jaringan sosial (social network), suatu komunitas dapat dikatakan keberadaannya apabila didalamnya terdapat network of relationship antar-anggota didalam suatu tempat yang sama. 3. Hubungan (relationship-communion), komunitas didefinisikan
sebagai suatu hubungan perasaan saling berbagi identitas
(shared sense of identity) diantara individual-individual dari anggota komunitas tersebut.65
a. Budaya Penggemar
Para penggemar atau fans adalah bagian paling tampak dari khalayak teks dan praktik budaya pop. Pada tahun-tahun belakangan
ini, kelompok penggemar (fans) lagi-lagi berada di bawah tatapan kritis
cultural studies. Dahulu, peggemar diperlakukan dengan dua cara— ditertawakan atau dipatalogikan. Menurut Joli Jenson dalam John
Storey ‘Literatur mengenai kelompok penggemar dihantui doleh citra
64
Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada: 2013) Cet. ke-2, h. 83
65