• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Keberadaan JKT48 Terhadap Gaya Hidup Konsumtif Fans JKT48 Dikalangan Mahasiswa (Studi Kasus di Komunitas JFUIN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Keberadaan JKT48 Terhadap Gaya Hidup Konsumtif Fans JKT48 Dikalangan Mahasiswa (Studi Kasus di Komunitas JFUIN)"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

Rika Widya Risyadi (1112015000059), Dampak Keberadaan JKT48 Terhadap Gaya Hidup Konsumtif Fans JKT48 Dikalangan Mahasiswa (Studi Kasus di Komunitas JFUIN). Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui tentang dampak keberadaan JKT48 terhadap gaya hidup konsumtif dikalangan mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di komunitas JFUIN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualtatif deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah sepuluh orang anggota JFUIN. Instrumen yang digunakan berupa wawancara. Hasil temuan penelitian yang didapat adalah bahwa adanya dampak karena keberadaan JKT48 terhadap gaya hidup konsumtif pada mahasiswa di komunitas JFUIN. Dampak negatif yang dirasakan meliputi memiliki gaya hidup konsumtif, pengeluaran menjadi lebih boros, waktu yang dihabiskan untuk JKT48 lebih banyak, melakukan kegiatan yang tidak masuk akal, penilaian teman sejawat yang terlihat agak aneh, memuja gadis secara berlebihan, anti sosial terhadap keadaan sekitar, pikiran selalu tertuju pada JKT48, dan mengalami delusi tipe erotomanik. Sedangkan dampak positif yang dirasakan meliputi mendapatkan teman baru, mendapatkan penghasilan tambahan, belajar berorganisasi, mengetahui kebudayaan Jepang lebih jauh, menjadi lebih bersemangat dan termotivasi, dan menjadi pelepas penat.

(7)

ii

Consumptive Lifestyles JKT48 Fans Among in College Students (Case Study in JFUIN Community). Thesis, Departement of Education Social Science. Tarbiyah and Teaching Faculty, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

This study aimed to describe and know about impact the presence of JKT48 toward consumptive lifestyles among in college students. This research was conducted in JFUIN community. The method used is descriptive kualtatif. The sample in this study is ten members of JFUIN. Instruments used in this study is interviews. Research findings is that JKT48 it’s impact due to the presence of the consumer lifestyle in students in the JFUIN community. The negative impact is has a consumptive lifestyle, spending became more extravagant, the time more spent for JKT48, engage activities that do non-sense, assessment of colleague looks a bit odd, adored her in a manner excessive, anti-social of the around situation, mind always focused on JKT48, and delusional type erotomanic. While the perceived positive effects include getting new friends, earn extra income, learning to organize, to know Japanese culture further, becoming more excited and motivated, and be the release of fatigue.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T, karena dengan rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M. Pd, selaku Ketua Jurusan IPS yang memberikan pelayanan yang ramah dan baik selama penulis berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA dan Syaripulloh, M. Si, selaku pembimbing penulis. Terimakasih atas ilmu dan wejangannya selama penulis menulis skripsi.

4. Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan motivasi dan semangat agar menjadi lebih baik. Terimakasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan.

5. Seluruh Dosen Jurusan IPS, Dosen dan Staff UIN yang memberikan pelayanan yang baik selama penulis menulis skripsi.

6. Terkhusus untuk orang tua, adik-adik, almarhumah nenek, dan almarhumah Teh Titi. Skripsi ini ku persembahkan untuk kalian. Terimakasih atas kasih sayang, dukungan, dan do’anya. Aku sayang kalian selalu.

7. Ibni Abrar yang selalu memberikan semangat baru di kala penulis jenuh dan tidak mood dalam mengerjakan skripsi.

8. Seluruh responden dan komunitas JFUIN. Terimakasih banyak berkat kalian aku menemukan banyak sekali wawasan baru, keluarga baru, dan terimakasih atas waktu yang menyenangkan sehingga warna hariku di Ciputat tidak terasa membosankan. JFUIN adalah rumah ke dua ku.

(9)

iv

Iqbal, Syamsul Hari Ramdani dan Rizka Juniar Ambarwati yang selalu membantu penulis jika dalam kesulitan selama proses pengerjaan skripsi. 10. Irma Yulianty dan Fakhurrozi, sahabat penulis di kampus yang selalu

membuat penulis melupakan beban dalam menulis skripsi.

11. Teman SMP, 10 tahun persahabatan kita. Kukun Kurnia, Luthfi Khaerunnisa, Kiki Riyanti, Mohammad Taufiq, Robih, dan Fajar Anugrah yang selalu membuat aku rindu ingin cepat kembali bertemu kalian.

12. Teman Laskar Skripsi Tujuh Chapter. QQ, Tiwi, dan Aida akhirnya skripsi kita selesai ya.

13. Teman PPKT MTs Islamiyah Ciputat, Kiki, Lisa, Nida, Iis, Ila, Rizki, Rais, dan Fahmi. Terimakasih ya atas dukungannya.

14. Seluruh Teman P.IPS 2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih atas waktunya, tetap jaga kekompakan dan silaturahminya.

15. Dan kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan dan semangatnya.

Jakarta, 04 Oktober 2016

(10)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Perumusan Masalah ... 10

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10

1. Tujuan Penelitian ... 10

a. Akademisi (Teoritis) ... 10

b. Praktis (Terapan) ... 11

2. Kegunaan Penelitian ... 11

a. Akademisi (Teoritis) ... 11

b. Praktis (Terapan) ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritik ... 12

1. JKT48 ... 12

a. Sejarah Terbentuknya JKT48 di Indonesia ... 12

b. Konsep JKT48 ... 15

c. Keanggotaan JKT48 ... 17

d. Pemilihan Anggota Senbatsu ... 18

e. Prestasi JKT48 ... 20

f. Manajemen JKT48 ... 21

(11)

vi

a. Pengertian Gaya Hidup ... 24

b. Faktor-Faktor Gaya Hidup ... 27

3. Konsumtif ... 32

a. Pengertian Konsumtif ... 32

b. Indikator Konsumtif ... 34

4. Komunitas dan Budaya Penggemar ... 35

a. Pengertian Komunitas ... 35

b. Budaya Penggemar ... 37

5. Budaya Pop atau Pop Culture ... 40

a. Budaya ... 40

b. Budaya Pop ... 40

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 45

C. Kerangka Berpikir ... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 51

C. Jenis dan Sumber Data ... 53

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 54

1. Observasi ... 54

2. Wawancara ... 55

3. Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen ... 58

E. Teknik Analisa Data ... 58

F. Pengecekan Keabsahan Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Komunitas JFUIN ... 61

B. Hasil Penelitian ... 66

1. Hasil Wawancara ... 66

2. Hasil Observasi ... 88

C. Pembahasan ... 89

(12)

vii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo JKT48 ... 14

Gambar 2.2 Anggota JKT48 ... 18

Gambar 2.3 Kompetisi Janken 2016 ... 19

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ... 50

Gambar 4.1 Logo JFUIN ... 62

Gambar 4.2 Lautan Lightstick ... 71

Gambar 4.3 Photopack Rena AKB48 ... 73

Gambar 4.4 Photopack Rena AKB48 ... 73

Gambar 4.5 Photopack Ayana JKT48 ... 75

Gambar 4.6 Koleksi Berbagai Merchandise JKT48 ... 76

Gamabr 4.7 Koleksi Berbagai Merchandise dan Album JKT48 ... 77

Gambar 4.8 Teater JKT48 ... 78

Gambar 4.9 Suasana di dalam Teater JKT48 ... 78

Gambar 4.10 Suasana di Teater JKT48 Bersama Itano Tomomi Ex AKB48 ... 79

Gambar 4.11 Suasana High Touch dengan Anggota JKT48 ... 82

Gambar 4.12 Penampilan JKT48 di Jak Japan Matsuri 2016 ... 84

Gambar 4.13 Suasana Event Handshake dengan Nabilah JKT48 ... 86

Gambar 4.14 Suasana Event Handshake ... 87

(14)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Penjualan Album AKB48 ... 6

Tabel 2.1 JKT48 Project Staff ... 21

Tabel 2.2 JKT48 Operation Team ... 22

Tabel 2.3 Penelitian Relevan ... 46

Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data ... 54

Tabel 3.2 Pedoman Observasi ... 55

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ... 55

(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi ... 103

Lampiran 2 Pedoman Wawancara ... 104

Lampiran 3 Hasil Observasi ... 108

Lampiran 4 Hasil Wawancara ... 109

Lampiran 5 Dokumentasi ... 166

Lampiran 6 Lembar Uji Referensi ... 171

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gaya hidup merupakan suatu pola atau tindakan seseorang dalam

melakukan kegiatan sosialnya, menunjukkan bagaimana cara hidup,

bagaimana cara melakukan aktifitas sehari-harinya, bagaimana ia

menggunakan uangnya, dan lain-lain. Konsumtif merupakan perilaku dalam

mengonsumsi suatu barang atau jasa secara berlebihan, bukan karena

kebutuhan melainkan hanya karena tuntutan gengsi, mengikuti tren,

menyalurkan hasrat, keinginan, dan lain-lain.

Fenomena gaya hidup konsumtif dalam masyarakat era modern saat

ini sangat sering terjadi tanpa kita sadari, status sosial, tuntutan hidup yang

tinggi, dan menunjukkan identitas diri seseorang menjadi salah satu faktor

penyebabnya. Hal ini sangat menarik untuk diteliti, contohnya adalah

bagaimana cara masyarakat modern menggunakan uangnya terutama

dikalangan mahasiswa yang kebanyakan dari mereka belum memiliki

penghasilan tetap. Yang pada idealnya, seharusnya uang itu dibelanjakan

untuk membeli berbagai keperluan pendidikan dan kuliah seperti membeli

buku, membayar praktikum, membayar iuran semester, membayar kegiatan

observasi dan lain-lain. Akan tetapi pada kenyataannya sekarang hal

tersebut sudah mulai bergeser, kebutuhan mereka menjadi kompleks seperti

pemenuhan kebutuhan akan hiburan semata. Contohnya menonton konser,

menonton film, membeli video game, membeli foto idola, membeli poster, membeli komik, berbelanja online, membeli pulsa, hangout bersama teman sejawat, membeli gadget, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang atau secara terus menerus oleh para pelaku konsumen dalam

hal ini adalah kalangan mahasiswa. Lambat laun hal-hal tersebut menjadi

(17)

jika tidak dilakukan maka pelaku konsumen akan merasa dirinya tertinggal,

diasingkan, dan dianggap tidak up to date pada perkembangan zaman.

Menurut Strinatri dalam Bagong, di dalam era kapitalisme

kebudayaan dapat diproduksi secara tak terbatas, terutama karena di dukung

perkembangan teknik-teknik produksi industri dan teknologi informasi yang

masif atau terus-menerus, sehingga pada titik tertentu terjadilah proses

komersialisasi kebudayan.1 Berbeda dengan definisi budaya yang biasanya

mengacu kepada hukum, tata nilai, dan norma sosial, dalam masyarakat

modern yang dimaksud dengan budaya adalah budaya populer atau budaya

pop yang dibentuk melalui berbagai teknik industrial produksi massa dan

dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan atau benefit kepada khalayak

konsumen.2 Menurut Strinatri dalam Bagong, budaya massa adalah budaya

populer, yang diproduksi industri budaya untuk pasar massal3. Salah satu

ciri yang menonjol dari produk budaya massa adalah tawaran kesenangan,

fantasi, dan menghibur.

Industri budaya membentuk selera dan kecenderungan massa sehingga

mencetak kesadaran mereka dengan cara menanamkan keinginan mereka

atas kebutuhan-kebutuhan palsu. Oleh karena itu, industri budaya berusaha

mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan riil atau sejati.4 Dewasa ini salah

satu contoh kasus yang sukses memasarkan berbagai produk budaya dan

berhasil merangsang tumbuhnya gaya hidup konsumtif yang sinergistik,

yang dimaksud konsumsi sinergistik disini adalah gabungan dari sekain

banyak aktivitas hobi, seperti menonton filmnya, membeli mainannya,

membeli novelnya, memakai kostum, membeli dan bermain video game dan menelusuri web interaktif (Erni, dalam Bagong)5 salah satu contoh

1

Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi Kapitalisme dan Konsumsi di Era Mayarakat Post-Modernisme, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group: 2013), Cet. ke-1, h. 117

2

Ibid., Bagong, h. 117

3

Ibid., Bagong, h. 117

4

Dominic Strianati, Popular Culture Pengantar Menuju Teori Budaya Populer, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media: 2010), h. 107

5

(18)

konsumsi sinergistik adalah industri budaya dari Jepang.6 Kekuatan industri

budaya Jepang, tidak hanya mampu bersaing dengan berbagai produk

budaya asal Barat, dengan memproduksi berbagai produk budaya, mulai

dari komik manga, game, anime, idol group, gaya berbusana (Harajuku Style)dan berbagai merchandise lain, kekuatan industri di Jepang ini dalam beberapa tahun terakhir juga terbukti mampu merebut hati konsumen,

khususnya dikalangan mahasiswa untuk membeli berbagai produk industri

budaya mereka yang terkait.

Di Indonesia sendiri untuk industri budaya dari Jepang sudah sangat

lama ada, mulai dari lagu, film-film kartun seperti Doraemon, Ultraman,

Naruto, dan lain-lain. Lalu akhir-akhir ini mulai menyeruak menguasai

pasar dengan tawaran dunia hiburan industri budaya dari Jepang, yaitu

industri budaya penggemar atau fans. Para fans akan berkontribusi antara satu sama lain dengan media fans terkait dan sang idola dengan cara membeli merchandise mereka.7 Contohnya dengan cara membeli berbagai

merchandise khas sang idola, seperti kaos, sticker, poster, majalah, gantungan kunci, jaket, kipas, topi, photo pack dan lain-lain.

Menyeruaknya tawaran dunia hiburan yang berasal dari Jepang

tersebut menyebabkan terjadinya fenomena budaya penggemar atau fans di Indonesia, terutama pada kalangan mahasiswa, yaitu fenomena dimana

seseorang mengagumi tokoh idola yang disukainya secara berlebihan dan

bahkan bisa dikatakan menyukai secara tidak wajar. Idola mempengaruhi

remaja dalam banyak aspek, idola mempertunjukkan di TV, di majalah, dan

beberapa di koran. Mereka mempengaruhi fashion remaja, gaya hidup, kebiasaan makan dan lain sebagainya. Misalnya, remaja membeli sebuah

produk yang direkomendasikan oleh idola mereka pada sebuah majalah.8

Mereka menghabiskan banyak waktu dan uang mereka untuk idola yang

6

Ibid., Bagong, h. 123

7

Jóna Björk Jónsdóttir, op. cit., h. 3

8

(19)

mereka sukai, termasuk performa mereka, produk, dan kegiatan dengan fans

yang lainnya dan komunitas penggemar. Diduga, pengikutsertaan fans kaum muda pada idola mereka mungkin akan menganggu akademik mereka,

prestasi intelektual, identitas dan perkembangan emosional, dan hubungan

interpersonal.9

Fenomena ini sangat gencar terjadi di Indonesia belakangan ini,

berdasarkan observasi awal yang saya lakukan, saya menemukan dimana

para fans rela mengantre selama berjam-jam lamanya untuk membeli tiket konser sang idola, mengikuti kemana saja sang idola pergi, mengonsumsi

produk yang digunakan sang idola, mengonsumsi produk yang ada

kaitannya dengan sang idola misalnya sang idola mengiklankan suatu

produk makanan atau minuman maka fans akan membeli produk tersebut demi mendukung sang idola, bahkan ditingkat yang ekstrim sang fans rela menghadiahi sang idola suatu hadiah yang branded, seperti tas, parfum, sepatu, baju, dan lain-lain.

Begitu populernya industri budaya Jepang diantara muda-mudi

Indonesia, diantaranya adalah komik, film animasi, cosplay (berdandan, bergaya, atau tampil seperti karakter dari komik (manga), anime, video game, karakter acara di TV, film, dan grup band pop), musik, game, fashion, dan lain sebagainya.

Jepang dikenal dunia dengan industri budaya yang khas dan mengakar

hingga ke dalam kehidupan masyarakatnya. Idol merupakan tokoh media populer di Jepang dan bisnis idol telah kuat selama lebih dari 40 tahun lama nya. Idol wanita biasanya terdiri dari usia remaja, sedangkan idol pria kelihatannya tidak memiliki batasan usia.10 Maraknya berbagai industri

budaya Jepang yang masuk ke Indonesia dan salah satunya industri musik

9

Chau-kiu Cheung dan Xiao Dong Yue, Identity Achievement and Idol Worship

among Teenagers in Hong Kong, International Journal of Adolescence and Youth, 2003, Volume 11, h. 1

10

(20)

yang saat ini sedang menjadi fenomena oleh masyarakat Indonesia adalah

idol group. Ada salah satu grup musik pop yang sangat populer di Indonesia, AKB48. Di Jakarta, ada juga grup yang serupa, yaitu JKT48.11

Secara historis JKT48 merupakan sister dari AKB48. AKB48 merupakan cikal bakal munculnya JKT48 di Indonesia. AKB48 adalah

sebuah grup idola (idol group) yang saat ini di Jepang dan di dunia merupakan pop grup terbesar atau terbanyak (Guinness World Records,

2010) yang dibentuk oleh produser sekaligus pencipta lagu yang sudah sangat terkenal di Jepang, yaitu Yasushi Akimoto. Selain Yasushi Akimoto

ada dua orang lagi yang menjadi founding father atau pendiri dari AKB48 yaitu Yasushi Kubota, dan Shiba Kotaro. AKB48 telah mendulang

kesuksesan di Jepang dan dikancah musik internasional.

AKB48 merupakan sebuah grup idola yang penggemarnya di Jepang

sekitar diakhir usia 20-an dan 30-an mencari hubungan emosional dengan

gadis dibawah umur. Untuk orang luar, yang dirasakan sifat menyimpang

dari obsesi penggemar menyimpang dari kepatutan sosial.12 Pada awal

pertama kali dibentuk, para anggota AKB48 menyebarkan brosur

mengundang orang-orang untuk menyaksiskan pertunjukan mereka di toko

Don Quijote yakni sebuah teater, tempat dimana para anggota AKB48

melakukan pertunjukan. Para anggota AKB48 harus bersabar ketika brosur

yang mereka berikan kepada orang-orang dibuang begitu saja dihadapan

mereka, dan mereka harus menerima kenyataan ketika hanya beberapa

penonton saja yang menyaksikan pertunjukan mereka. Akan tetapi dengan

kesabaran, latihan yang keras, mental dan keahlian yang terus diasah

melalui penampilan mereka di teater dari hari ke hari, kemudian

mengeluarkan single dan album. Perlahan tapi pasti mereka mulai dikenal oleh banyak orang dan total penjualan album mereka bahkan mencapai

11

Yusuke Shindo, op. cit., h. 114

12

(21)

20.300.000 kopi13, akhirnya mereka menjadi idol group yang sangat terkenal dan sukses seperti sekarang. AKB48 saat ini merupakan idol group

yang terlaris di Jepang.14

Berikut adalah hasil penjualan album AKB48 dari tahun ke tahun:15

Tabel 1.1

Hasil Penjualan Album AKB48

Tahun Penjualan Tahunan Total penjualan

2006 92,427 92,427

2007 117,540 209,967

2008 116,407 326,374

2009 591,654 918,028

2010 3,418,604 4,336,632

2011 7,345,663 11,682,295

2012 7,086,201 18,768,496

2013 6,026,178 24,794,674

2014 6,344,633 31,139,307

13

Muhammad Robbiansyah, “Negeri Jepang Mempunyai Banyak Sekali Keunikan, Seperti Misalnya Bunga Sakura, Gunung Fuji atau Film Kartun Yang Biasa Disebut sebagai Anime”, J-Pop Culture, Tangerang, 2012, h. 26

14

Jóna Björk Jónsdóttir, op. cit., h. 12

15

(22)

2015 1,083,514 32,222,791

Produser Yasushi Akimoto mengatakan JKT48 akan menjadi

jembatan persahabatan antara Indonesia dan Jepang. Yasushi Akimoto juga

menyatakan bahwa JKT48 adalah proyek 48 family pertama diluar Jepang. JKT48 merupakan singkatan dari Jakarta dan 48. Nama Jakarta diambil dari

tempat JKT48 berdiri yaitu di Jakarta, sedangkan angka 48 banyak yang

salah menduga bahwa angka 48 disini merupakan jumlah anggota dari

JKT48 padahal tidak seperti itu, angka 48 melambangkan nama dari sister group sebelumnya yaitu AKB48. JKT48 juga memiliki filosofi tersendiri yang kerap diucapkan sebelum perform yaitu J: Joyful, K: Kawaii, T: Try to the best.

JKT48 berada dibawah naungan JKT48 Operational Team, PT Dentsu

Inter Admark Media Group Indonesia dan MNC group. PT Dentsu Inter Admark Media Group Indonesia adalah perusahaan periklanan Jepang yang berlokasi di Kebayoran Baru, Jakarta16 dan berpusat di Gedung Dentsu,

Shiodome Sio-Site, Minato-ku, Tokyo17 Sedangkan MNC group

merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang media yang berpusat di

Jakarta, Indonesia.18

JKT48 adalah idol group yang dibentuk pada akhir tahun 2011 dan merupakan sister group dari AKB48. JKT48 mengadopsi konsep yang sama seperti AKB48 yaitu idol you can meet19 artinya idola yang dapat anda jumpai setiap hari. Untuk fans JKT48 sendiri memiliki sebutan wota yang diambil dari bahasa Jepang otaku, yaitu dimana seseorang sangat mengagumi

16

http://www.campaignasia.com/agencyportfolio/Company/3095,media-agency,dentsu-media-group.aspx#.VpGhc7aLTIU, di akses melalui internet pada tanggal 10-01-2016 pada pukul 07:30

17

https://id.wikipedia.org/wiki/Dentsu, di akses melalui internet pada tanggal 08-01-2016 pada pukul 20:40

18

https://id.wikipedia.org/wiki/Media_Nusantara_Citra, di akses melalui internet pada tanggal 08-01-2016 pada pukul 20:49

19

(23)

dan loyal terhadap idolanya, akan tetapi dalam konteks ini saya tidak akan

menyebutnya wota melainkan fans JKT48.

JKT48 memiliki fanbase mencapai hingga lebih dari 2,5 juta di Asia Tenggara, meski begitu belum ada data statistik mengenai berapa jumlah

fans JKT48 yang di Indonesia, akan tetapi bisa dilihat dari hasil observasi awal. Seperti salah satu komunitas penggemar budaya Jepang yang

berlokasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu JFUIN. Komunitas ini

sengaja dibuat agar dapat mewadahi mahasiswa UIN yang mempunyai

kegemaran yang sama tentang budaya Jepang untuk saling sharing, pergi ke

event bersama, dan membuat kegiatan bersama.

Berdasarkan observasi awal tersebut, begitu banyaknya fans JKT48 ketika mereka rutin mengikuti berbagai event yang diselenggarakan oleh JKT48 seperti contohnya yaitu event handshake, pada event ini para fans

JKT48 berkesempatan untuk berjabat tangan dan ngobrol singkat dengan sang idola20 dengan cara membeli CD single yang dibandrol dengan harga satu CD single Rp. 40.000,- dengan begitu fans JKT48 dapat berjabat tangan dengan sang idola dalam waktu sepuluh detik. Tidak jarang kejadian

dimana para fans JKT48 membeli lebih dari satu atau dua bahkan lebih CD

single agar bisa handshake dan ngobrol lebih dari sepuluh detik dengan sang idola, dan CD tersebut hanya diambil beberapa keping saja oleh para

fans JKT48 padahal mereka membeli lebih dari satu CD singlenya. Walaupun dibandrol dengan harga yang cukup mahal antusias para fans

JKT48 yang sebagian besar adalah kalangan mahasiswa tetap tinggi.

Hal tersebut menyebabkan gaya hidup mereka berubah begitu juga

dalam bidang konsumsi mereka. Greene dan Adam-Price dalam jurnal

penelitian Dicle Yurdakul-Şahin and Deniz Atik berpendapat bahwa, dalam

masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, kaum muda

20

(24)

berusaha melepaskan dari pengawasan orangtua dalam perintah untuk

membentuk gagasan dan menetapkan identitas mereka dan gaya hidup.21

Konsumen merupakan titik utama pemasaran, ketika perilaku

konsumen diketahui oleh para pelaku pasar, maka pelaku pasar akan

mengarahkan pemasaran produk mereka kepada perilaku konsumen

tersebut.22 Misalnya, JKT48 menyelenggarakan event handshake, konser, menjual berbagai merchandise pernak-pernik khas JKT48 seperti kaos,

lightstick, mug, poster, kalender, gantungan kunci, kipas, jaket, pin,

photopack, CD album, CD single, majalah, sticker, dan lain-lain. Selain menjual berbagai merchandise pernak-pernik khas JKT48, JKT48 juga memiliki gedung teater yang bertempat di Mall f(X) Lifestyle X’enter lantai

4, Senayan, Jakarta Selatan yang digunakan oleh para fans JKT48 untuk bertemu para member (anggota JKT48). Melalui gedung teater, JKT48 melakukan perform hampir setiap hari. Harga satu tiket masuk ke teater JKT48 untuk laki-laki sebesar Rp. 100.000,- sedangkan untuk perempuan

dan anak-anak dibandrol dengan harga Rp. 50.000,-. Dengan diberikan

kemudahan akses untuk dapat bertemu face to face dengan para member

(anggota JKT48) secara tidak langsung hal ini menyebabkan para fans

JKT48 ingin datang kembali ke teater JKT48 dan sebagai konsumen

dipandang sangat menjanjikan, walaupun dijual dengan harga cukup mahal.

Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan diatas, maka peneliti merasa

tertarik menganalisa masalah ini mengingat tingkat konsumsi dikalangan

mahasiswa yang semakin berkembang dan ingin mengetahui secara

deskriptif dampak gaya hidup konsumtif seperti apa yang dialami oleh para

fans JKT48. Penelitian ini berjudul, “Dampak Keberadaan JKT48

21

Dicle Yurdakul-Şahin and Deniz Atik, 2013, Jurnal Penelitian: Celebrity Influences on Young Consumers: Guiding the Way to the Ideal Self, Izmir Review of Social Sciences, Vol 1, No. 1, h. 68

22

Fadilah Aulia Rahma dan Muhammad Reza, 2013, Jurnal Penelitian: Hubungan Antara Pembentukan Identitas Diri dengan Perilaku Konsumtif Pembelian Merchandise Pada Remaja,

(25)

Terhadap Gaya Hidup Konsumtif Fans JKT48 Dikalangan Mahasiswa (Studi Kasus di Komunitas JFUIN)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Di komunitas JFUIN, terdapat fenomena budaya penggemar karena

keberadaan JKT48.

2. Di komunitas JFUIN kecenderungan daya beli berubah, lebih

mengutamakan untuk membeli merchandise atau pernak-pernik JKT48. 3. Di komunitas JFUIN terdapat dampak-dampak gaya hidup konsumtif

karena keberadaan JKT48.

C. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan permasalahan penelitian yang peneliti buat, maka

peneliti memberikan spesifikasi mengenai pembahasan yang akan diuraikan

dengan membatasai penelitian ini hanya gaya hidup konsumtif pada

mahasiswa di komunitas JFUIN. Dalam hal ini yang menjadi kawasan

penelitian adalah komunitas JFUIN yang berlokasi di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Maka, penelitian ini berfokus meliputi pada

dampak-dampak gaya hidup konsumtif karena keberadaan JKT48.

D. Perumusan Masalah

Bedasarkan identifikasi masalah diatas, maka pertanyaan penelitian ini

adalah: Apakah dampak keberadaan JKT48 terhadap gaya hidup konsumtif

fans JKT48 di komunitas JFUIN?

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Akademis

(26)

2) Menemukan berbagai fakta, data, konsep, teori tentang gaya hidup

konsumtif.

3) Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui

dampak keberedaan JKT48 terhadap gaya hidup konsumtif fans

JKT48 di komunitas JFUIN.

b. Tujuan Terapan

Secara generalisasi penelititan ini dilakukan adalah untuk

menemukan dan mengungkapkan sejauh mana dampak yang

ditimbulkan oleh adanya keberadaan JKT48 terhadap gaya hidup

konsumtif mahasiswa di komunitas JFUIN, sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dan pengoreksisan untuk

mengambil kebijakan-kebijakan.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Akademis

Hasil penelitian ini akan diletakkan di perpustakaan yang

tujuannya untuk membantu peneliti-peneliti berikutnya terkait

hubungannya dengan JKT48 dan gaya hidup konsumtif dan untuk

menginspirasi penelitian selanjutnya.

b. Kegunaan Terapan

Bagi mahasiswa atau hal layak umum dapat dijadikan sebagai

sumber informasi dan masukan terkait dengan gaya hidup konsumtif

agar sadar dan mampu mengendalikan keinginannya untuk

mengkonsumsi segala sesuatu dengan sewajarnya. Bagi pemerintah

atau lembaga dapat dijadikan untuk membuat bahan-bahan pelatihan,

(27)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik 1. JKT48

a. Sejarah Terbentuknya JKT48 di Indonesia

Japanese pop atau biasa disingkat dengan J-Pop sangat berbeda

jika dibandingkan dengan budaya barat (western): yaitu memiliki rasa periang dan perasaan kekanak-kanakan. Sekumpulan wanita dan

sekumpulan laki-laki menyanyi dan menari biasa nya disebut sebagai

idol group”. Mungkin banyak yang tidak tahu secara pasti apa yang dibawakan seorang idol di Jepang. Kamus Webstre’s memiliki sepasang

definisi dari kata “idol”, pertama menjadi suatu gambaran atau simbol dari objek pemujaan dan yang lain menjadi suatu objek dari kesetiaan

yang ekstrim.23

Dalam kebudayaan Jepang, idol adalah seseorang (biasanya perempuan berusia belasan hingga awal 20 tahun walaupun ada pula

idol group laki-laki) yang memiliki paras yang cantik, tubuh

proposional, imut, lucu, dan mempunyai suatu kompetensi dalam dunia

hiburan, misalnya bisa beryanyi, menari, maupun acting. Kemampuan yang mereka miliki akan dilatih, diasah dan dikembangkan oleh pihak

manajemen agar mereka bisa tampil lebih baik dan percaya diri.

Dalam budaya Jepang, ‘idola’ wanita adalah media personalitas

(penyanyi pop, TV personalitas, model dalam foto yang sudah disebar

tercetak di dalam majalah, iklan, dan lain-lain) pada usia remaja dan

20-an y20-ang di20-anggap s20-angat menarik d20-an m20-anis (kawaii).24 Pemakaian label “idola” di Jepang tidak hanya pada profesi lain, seperti penyiar televisi wanita, pengisi suara wanita, pemeran wanita dalam tokusatsu

23

Jóna Björk Jónsdóttir, op. cit., h. 5

24

Wendy Xie, op.cit., h. 74

(28)

(tidak memandang peran antagonis dalam Serial Kamen Rider, Super

Sentai, atau Serial Ultra), idola perempuan dibawah 15 tahun (U-15

aidoru atau idola junior), dan penyanyi enka usia muda (endoru).25

Budaya J-Pop telah menyebar luas higga ke negara bagian Timur

dan Tenggara. Akimoto meluncurkan JKT48 (berlokasi di Jakarta,

Indonesia) dan SNH48 (berlokasi di Shanghai, China) sebagai

international sister group dari AKB48 pada 2011 dan 2012 secara berturut-turut. Dengan alasan latar belakang didua lokasi tersebut China

dan Indonesia adalah dua negara terbesar di dunia penikmat J-pop.26

Dewasa ini budaya pop atau pop culture yang masuk di Indonesia belakangan membuat industri hiburan semakin berkembang, khususnya

industri musik yang menyebabkan terjadinya budaya penggemar atau

fans. Berbagai adaptasi konsep budaya pop ini masuk ke Indonesia, salah satunya adalah konsep industri musik dari Jepang yaitu idol group. Sering kita lihat ditelevisi sekelompok gadis-gadis cantik menyanyi dan menari, dan bukan hal aneh jika sekelompok gadis-gadis

tersebut sedang pentas maka para fans nya menyemangati mereka dengan sorakan atau yell-yell bagian instrumental dari lagu-lagu yang tidak pernah tumpang tindih atau mengganggu bernyanyi idola dan

salah satu yang paling sering didengar adalah "Yossha ikuzo !!! Tiger,

Fire, Cyber, Fiber, Diver, Viber, Jya Jya !!!"27

Merebaknya fenomena idol group di Jepang membuat Yasushi Akimoto, seorang produser ingin membentuk idol group seperti AKB48 diluar Jepang, akhirnya terbentuklah sebuah idol group di Indonesia hasil adaptasi dari Jepang yang bernama JKT48. Di lansir dari website

resmi JKT48 dikatakan bahwa Yasushi Akimoto ingin menciptakan

tempat bagi para perempuan Indonesia untuk mewujudkan impian

mereka. Bersama para penggemar, kami ingin membuat satu-satunya

25

Muhammad Robbiansyah, op. cit., h. 22-23

26

Wendy Xie, op. cit., h. 88

27

(29)
(30)

pelamar lolos seleksi tahap kedua. Audisi tahap akhir berlangsung pada

2 November 2011. Setelah diseleksi kembali melalui tes menari Heavy Rotation dan menyanyikan lagu favorit, 28 orang peserta dinyatakan di terima. Produser Yasushi Akimoto datang ke Jakarta untuk melakukan

seleksi. Diantara 28 anggota, ada salah satu anggota yang berasal dari

Jepang yang bernama Rena Nozawa yang tinggal di Jakarta. Produser

Yasushi Akimoto mengatakan JKT48 akan menjadi jembatan

persahabatan antara Indonesia dan Jepang.

JKT48 merupakan idol group terbesar di Asia Tenggara dengan

fanbase mencapai lebih dari 2,5 juta fans29 dan sister group dari AKB48. JKT48 mengadopsi konsep yang sama seperti AKB48 yaitu

idol you can meet yang artinya idola yang dapat anda jumpai setiap hari. JKT48 mengadakan pertunujukan hampir setiap hari di teater

JKT48, Mall (X) Lifestyle X’enter lantai 4, Senayan, Jakarta Selatan.

b. Konsep JKT48

Dengan mengusung konsep idol you can meet, maka para fans

dapat bertemu dengan sang idola dan melihat perkembangan idola dari

dekat. Dibandingkan dengan konsep idola konvensional yang muncul

terasa jauh, menyendiri, tinggi, dan tidak dapat di akses dengan fans

mereka seperti “dewi di awan”, JKT48 lebih memancarkan seperti

“gadis disamping” merasa ada dalam pandangan mereka. Artinya, tidak

seperti konsep idola yang lainnya yang sebagian besar terlihat diatas

panggung konser dan layar TV, JKT48 memiliki teater sendiri didaerah

Jakarta dimana mereka melakukan pertunjukan setiap hari. Konsepnya

adalah bahwa penggemar harus memiliki akses untuk pertunjukan

secara langsung dan bisa bertemu anggota yang mereka dukung

sesering yang mereka inginkan (namun, karena popularitas dan tuntutan

yang tinggi, tiket saat ini didistribusikan melalui undian).30

29

https://id.wikipedia.org/wiki/JKT48, diakses melalui internet pada tanggal 08-09-2015 pada pukul 15:50

30

(31)

“Tumbuh dan berkembang bersama dengan para fans”. Itulah mengapa konsep idol yang berasal dari Jepang berbeda dengan konsep

idol yang berasal dari Korea Selatan mengingat di Indonesia juga sedang marak dengan boyband dan girlband asal negeri ginseng tersebut. Tidak seperti boyband atau girlband yang memang di tuntut untuk menjadi seorang yang ahli dan matang sebelum melakukan debut.

Ada yang melakukan trainee selama berbulan-bulan lama nya bahkan sampai ada yang bertahun-tahun sebelum akhir nya mereka debut.

Sedangkan konsep idol dari Jepang memiliki konsep yang berbeda, idol di Jepang adalah pria dan wanita dalam industri hiburan yang “dibesarkan” untuk menghibur orang: beberapa di latih sebelum

mereka debut dan beberapa di latih oleh pengalaman yang mereka dapat

setelah mereka debut.31 Jadi, yang ditawarkan oleh idol group Jepang bukan lah seorang idola yang sudah ahli, matang, dan komplit akan

tetapi menunjukkan sebuah proses jalan menuju pencapaian seorang

idola yang awalnya bukan siapa-siapa hingga menjadi seorang idola

yang sesungguhnya. Dalam proses pemilihan anggota pada idol group

dipilih melalui audisi yang tertutup maupun terbuka. Audisi diadakan

pada saat awal pembentukan grup dan saat ada anggotayang lulus atau

saat pergantian generasi dalam sebuah idol group. Setelah lolos dari audisi dan terbentuk dalam sebuah grup maka mereka akan melakukan

debut. Mereka debut sambil belajar dan mengasah kemampuan dari

yang tidak mahir menjadi mahir, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari

yang malu-malu menjadi percaya diri.

Didalam anggota 48 family anggota dididik, ditempa, dan dilatih untuk menjadi seseorang yang multi talenta. Melalui proses yang

panjang seperti itu tentu melibatkan unsur keterlibatan emosional,

perjuangan antara idola dan fans terjadi sinergi untuk saling mendukung dan menguatkan sehingga terjalin sebuah ikatan antara idola dan fans. Dan ini yang menjadi kekuatan utama dalam sebuah idol group.

31

(32)

Keunikan lain dalam idol group adalah regulasi yang sangat disiplin dan ketat. Salah satu peraturan yang paling menonjol adalah

seorang idola tidak boleh berpacaran. Selain itu, ada beberapa golden rules yang dibuat oleh produser mereka yaitu, Yasushi Akimoto. Ada tujuh golden rules yang diterapkan, yaitu:32

1. Dilarang merokok dan minum-minum

2. Dilarang berpacaran

3. Dilarang ke diskotik

4. Jika bepergian harus didampingi pengawal/wali

5. Tidak boleh membubuhkan tanda tangan di sembarang tempat

(kecuali di merchandise resmi 48 family) 6. Pendidikan tetap yang utama

7. Dilarang memakai pakaian yang mencolok dan make up tebal JKT48 merupakan idol group, idol group juga memiliki konsep seperti akademi keartisan. Mereka mengenal sistem kelulusan

(graduate) pada anggota groupnya. Sepertinya sebuah akademi 48

family juga mengenal istilah graduate (lulus). Lulusnya seorang anggota idol group dari 48 family ada beberapa cara yakni ditentukan oleh Akimoto sendiri apakah sudah layak diluluskan atau tidak, atau

bisa saja dari keputusan anggota tersebut, misalnya ingin fokus ke

pendidikan atau ingin melanjutkan sebagai penyanyi solo.

Graduate atau lulus nya seorang anggota idol group 48 family

juga disambut dengan upacara kelulusan yang diikuti oleh seluruh

anggota, dan anggotayang lulus juga mendapatkan sertifikat kelulusan

dari akademi 48 family, yang menandakan ia telah siap untuk menapaki karir sendiri tanpa ada nama 48 family lagi.

c. Keanggotaan JKT48

JKT48 memiliki 76 orang anggota yang terdiri dari 16 anggota

Tim J, 18 Tim KIII, 15 anggota Tim T, 10 siswi pelatihan Generasi 4,

dan 16 kandidat siswi pelatihan Generasi 5. JKT48 memiliki kapten di

32

(33)
(34)
(35)

e. Prestasi JKT48

Beberapa prestasi yang ditorehkan oleh JKT48 selama berkarir,

yaitu:

1. Yahoo! OMG Awards Indonesia 2012: Best Group;

2. HAI Readers Music Awards 2012: Best Single, Best Costume, Best Stage Performance, Best Freshmeat, Best of The Best (non-nominasi);

3. JPop Asia Music Awards 2012: Best Single dan Best MV; 4. 100% Ampuh Awards 2013: Co Cuit (Best Female Group); 5. Dahsyatnya Awards 2013: Pendatang Baru Terdahsyat, dan

Aksi Panggung Terdahsyat;

6. Selebrita Awards 2013: New Comer of the Year; 7. KLIK! Awards 2013: Pendatang Baru Terfavorit;

8. Indonesia Kids' Choice Awards 2013: Boyband/Girlband Favorit;

9. Yahoo! OMG Awards Indonesia 2013: Best Group dan Celeb with Most Die-Hard Fans;

10.Global Seru Awards 2014: Aksi Panggung Paling Seru dan

Lagu Paling Seru;

11.Indonesia Kids' Choice Awards 2014: Group Favorit; 12.Showbiz Indonesia Award 2014: Band/ Group of The Year; 13.Social Media Awards 2015: Grup Vokal Sentimen Positif di

Media Sosial;

14.World Music Awards 2014: Best Indonesian Group, Best Indonesian Live Act, dan Best Indonesian Video;

15.Anugerah Dangdut Indonesia 2015: Sahabat Dangdut

Terpopuler;

16.Jawa Pos Group Award 2016: Group/Duo Terbaik 2016;35 17.Dll.

35

(36)

f. Manajemen JKT48

Berikut ini adalah manajemen JKT48 yang saling bekerja sama

dalam show teater, CD recording/MV, ataupun program/acara TV (variety show) dari JKT48. (©JKT48 Project/©AKS).36

Tabel 2.1 JKT48 Project Staff

Nama Bagian

Yasushi Akimoto Total Produser

Yasushi Kubota Produser Eksekutif

Nobuyuki Akimoto

Produser Project Takuya Omura

Takumura Matsumura

Kazuhiko Abiru

Hiroyuki Fujita

Akihiro Nishiyama

Kazuki Uchimura

Asisten Produser Project Shin Kijima

Masahiro Uehara

Ryo Kanjo

Yoshimasa Nakano

36

(37)

Toshihiro Iyoda

Ayumi Nishimae

Jaeman Yang

Masatada Oyamada

Tabel 2.2

JKT48 Operation Team37

Nama Bagian

Harris Thajeb

Kaz Tsukaguchi

Produser

Jiro Inao Manajer Umum JKT48

Melody Nurramdhani Laksani

Ghopta Chandra (2011-2014)

Manajer Umum JKT48 Teater

Toshiaki Gomi Pimpinan Kreatif

Genjek Pok Assisten Pimpinan Kreatif

Nikita Rosalini Produser Kreatif

Angga Agustian Pimpinan Manajer Member

Santi Andrian

Manajer Member Tedy Wijaya

Noni M Saragih

Irvan M Martpresa

Anya Syari Nabila

Soenarti Agustina

Radityo Indrapratama Pemimpin Konten Digital

Indra Bayu Setiawan Pemimpin Konten Media Sosial

Fritz Fernandez

Toni Adji Mintaradja

37

(38)

Togas Lubis Pelaksana Produksi/Acara

Putrashita Badha

Juwanil Asra

Elfi Syahmar Media Relations

Toshiyuki Ogino Tim Merchandise JKT48

Rio Wahyu Setiono

Fay Ismail Penata Musik

Ario Hendrawan

Shinobu Kayano Penanggung Jawab Pendukung Busana

Sayaka Izumi

Hiromi Tabei

Penanggung Jawab Pendukung Awak

Panggung

Annisa Pontjo Pelatih Vokal Suara

Charlie Ho beserta tim Penata Rias, Wajah, dan Rambut

Evelyn Fransisca Penata Busana dan Stylist

(39)

Sanita Putry

Desi Ratnasari

Wawan Penata Lampu/Programming Light

Johni F Sarwuna FOH Engineer

Baskoro

Tim Kreatif Produksi Reza Habibie

Hasmy Ritani

Rendy Astari

Roan Gylberth

Herry Saputra Penata Kamera Digital

Viky Artha Penanggung Jawab Operasional

Produksi JKT48 Theater

Ratih Kusuma Yuliani Penanggung Jawab Manajer Panggung

JKT48 Theater

Starizka Adella Manajer Panggung JKT48 Theater

Marlina

Maxwell Elmer S.

Penanggung Jawab Keamanan JKT48

Theater

Onhes Madesky

Tim Keamanan JKT48 Theater Fauzan

Arif Subekti

Prihandoko

Muhammad Riski Staff JKT48 Teater

Afina Noeroel Syaditha Staff Tiket

Sekarlita Endang Widya

2. Gaya Hidup

a. Pengertian Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan bagian dari ciri masyarakat modern, yang

membedakan suatu individu dengan individu lainnya atau kelompok

dengan kelompok lainnya sehingga menampilkan suatu ciri khas yang

(40)

life). Cara hidup ditampilkan dengan ciri-ciri, seperti norma, ritual,

pola-pola tatanan sosial, dan mungkin juga suatu komunitas dialek atau

cara berbicara yang khas. Sementara, gaya hidup diekspresikan melalui

apa yang dikenakaan seseorang, apa yang ia konsumsi, dan bagaimana

ia bersikap atau berperilaku ketika ada dihadapan orang lain.38

Konsep gaya hidup dan kepribadian sering kali disamakan,

padahal sebenarnya keduanya berbeda. Menurut Mowen dan Minor

dalam Tatik, gaya hidup lebih menunjukkan pada bagimana individu

menjalankan kehidupan, bagaimana membelanjakan uang dan

bagaimana memanfaatkan waktunya.39 Dalam pandangan ekonomi,

gaya hidup menunjukkan pada bagaimana seseorang mengalokasikan

pendapatannya, dan memilih produk ataupun jasa dan berbagai pilihan

lainnya ketika memilih alernatif dalam satu kategori jenis produk yang

ada. Dalam pandangan pemasaran, terlihat jelas bahwa konsumen yang

memiliki gaya hidup yang sama akan mengelompok dengan sendirinya

ke dalam satu kelompok berdasarkan apa yang mereka sukai untuk

menghabiskan waktu senggang, berbagi hal yang mereka suka, dan

bagaimana mereka membelanjakan uangnya.

Para ahli mengartikan gaya hidup adalah sebagai ciri sebuah

dunia yang modern. Menurut Chaney dalam Bagong, gaya hidup adalah

pola-pola tindakan yang membedakan satu orang dengan yang lain.40

Pola-pola kehidupan ini kadang diartikan orang sebagai budaya; yang

artinya keseluruhan gaya hidup suatu masyarakat-kebiasaan/adat

istiadat, sikap dan nilai-nilai mereka serta pemahaman yang sama yang

menyatukan mereka sebagai suatu kelompok masyarakat.41

Perilaku seseorang membeli produk budaya, mengonsumsi

produk budaya dan memanfaatkannya, selain dipengaruhi berbagai

38

Bagong Suyanto, op. cit., h. 137

39

Tatik Suryani, Perilaku Konsumen Implikasi pada Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Graha Ilmu: 2008), Cet. ke-1, h. 73

40

Bagong Suyanto, op. cit., h. 139

41

(41)

faktor sosial: kelas, perbedaan usia, gender, dan lain-lain, yang tak

kalah penting perilaku konsumsi acap kali juga dipengaruhi dan di

bentuk gaya hidup. Yang di maksud gaya hidup di sini adalah adaptasi

aktif individu terhadap kondisi sosial dalam rangka memenuhi

kebutuhan untuk menyatu dan bersosialisasi dengan orang lain. Perilaku

seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya

yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya.42

Gaya hidup juga mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan, dan

pola-pola respon terhadap hidup, serta terutama perlengkapan untuk

hidup.43

Beberapa sifat umum dari gaya hidup menurut Piliang dalam

Bagong antara lain adalah, (1) gaya hidup sebagai sebuah pola, yaitu

sesuatu yang dilakukan atau tampil secara berulang-ulang; (2) yang

mempunyai massa atau pengikut sehingga tidak ada gaya hidup yang

sifat nya personal; dan (3) mempunyai daur hidup (life cicle), artinya ada masa kelahiran, tumbuh, puncak, surut, dan mati.44 Gaya hidup

adalah komoditas baru dalam kapitalisme.45 Menurut Machin dan

Leeuwen dalam Bagong gaya hidup adalah gabungan dari gaya pribadi

dan gaya sosial yang muncul pada wilayah tertentu, dan merupakan

aktivitas bersama untuk mengisi waktu luang, dan sikap dalam

menghadapi isu tertentu.46

Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi

dengan lingkungan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa gaya hidup

adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat

42

Maria Cleopatra, 2015, Jurnal Penelitian: Pengaruh Gaya Hidup dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika, Jurnal Formatif, Volume 5, Nomor 2, h. 169

43

Bagong, op. cit., h. 138

44

Bagong, op. cit., h. 138

45

Retno Hendariningrum dan M. Edy Susilo, 2008, Jurnal Penelitian: Fashion dan Gaya Hidup: Identitas dan Komunikasi, Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 6, Nomor 2, h. 32

46

(42)

dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan cara

mengalokasikan waktu.47

Gaya hidup adalah cara manusia memberikan makna pada dunia

kehidupannya, membutuhkan medium dan ruang untuk

mengekspresikan makna tersebut yaitu ruang bahasa dan benda-benda,

yang didalamnya citra mempunyai peran yang sentral.48 Gaya hidup

menurut Kotler dalam jurnal penelitian Angga Sandy Susanto adalah

pola hidup seseorang didunia yang diekspresikan dalam aktivitas,

minat, dan opininya, dalam arti bahwa secara umum gaya hidup

seseorang dapat dilihat dari aktivitas rutin yang dia lakukan, apa yang

mereka pikirkan terhadap segala hal disekitarnya dan seberapa jauh dia

peduli dengan hal itu dan juga apa yang dia pikirkan tentang dirinya

sendiri dan juga dunia luar.49 Gaya hidup berubah tidak hanya menjadi

sebuah kebutuhan (needs) tetapi keinginan/hasrat (desire).50

Berdasarakan berbagai pernyataan dari berbagai ahli, maka gaya

hidup merupakan proses dari berbagai perilaku-perilaku atau

tindakan-tindakan, acuan, kepercayaan-kepercayaan, nilai, pola-pola, pandangan,

kebiasaan yang berlaku di masyarakat, dianut dan dilakukan secara

terus menerus oleh masyarakat tersebut.

b. Faktor-Faktor Gaya Hidup

Faktor-faktor gaya hidup dalam jurnal penelitian yang dilakukan

oleh Misbahun Nadzir 2015, menurut Loudon dan Bitta faktor-faktor

yang mempengaruhi gaya hidup adalah budaya, nilai, demografik, kelas

sosial, kelompok rujukan atau kelompok acuan, keluarga, kepribadian,

motivasi dan emosi.51

47

Latifah Novitasani dan Pambudi Handoyo, 2014, Jurnal Penelitian: Perubahan Gaya Hidup Konsumtif pada Mahasiswa Urban di UNESA, Jurnal Paradigma, Volume 02 Nomer 03, h. 2

48

Bagong, op. cit., h. 140

49

Angga Sandy Susanto, 2013, Jurnal Penelitian: Membuat Segmentasi Berdasarkan Life Style (Gaya Hidup), Jurnal JIBEKA, Volume 7, No. 2, h. 1

50

Atik Catur Budiati, 2011, Jurnal Penelitian: Jilbab: Gaya Hidup Baru Kaum Hawa, Jurnal Sosiologi Islam, Volume 1, Nomor 1, h. 64

51

(43)

Kotler dalam Misbahun menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi gaya hidup seseorang ada dua faktor yaitu faktor yang

berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari

luar (eksternal). Faktor internal antara lain: sikap, pengalaman, dan

pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif dan persepsi. Sedangkan,

faktor eksternal antara lain: kelompok referensi, keluarga, kelas social,

dan kebudayaan.52

Gaya hidup seseorang menurut Amstrong dalam Angga dapat

diidentifikasi dari perilaku orang tersebut seperti kegiatan-kegiatan

dalam pengambilan keputusan, cara mendapatkan dan menggunakan

suatu barang atau jasa. Amstrong menjelaskan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada dua, yaitu:

1) Faktor Internal a) Sikap

Sikap bisa dipahami sebagai cara seseorang dalam

memberikan respon terhadap suatu hal sesuai dengan keadaan

jiwa dan pikirannya yang dipengaruhi oleh pengalaman dan

mempengaruhi secara langsung terhadap perilaku orang

tersebut. Sikap bisa jadi dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan,

kebudayaan dan dimana lingkungan sosialnya berada.

b) Pengalaman dan Pengamatan

Pengalaman dan pengamatan seseorang dapat

mempengaruhi cara seseorang dalam mengamati suatu hal

sehingga akhirnya dapat membentuk pandangan pribadi

mereka terhadap sesuatu, pengalaman ini didapatkan dari

semua tindakannya pada masa lalu. Pengalaman tersebut di

dapat dari belajar dan juga dapat disalurkan ke orang lain

dengan cara mengajarkannya. Hal ini mempengaruhi gaya

hidup seseorang, pengamatan atas pengalaman orang lain

52

(44)

juga dapat mempengaruhi opini seseorang sehingga pada

akhirnya membentuk gaya hidup.

c) Kepribadian

Setiap orang memiliki kepribadian yang

berbeda-beda. Kepribadian berubah dari waktu ke waktu, sehingga hal

itu sangat penting untuk diamati karena mempengaruhi

buying behavior dari seorang konsumen. Sebenarnya, kepribadian bukan lah mengenai apa yang kita pakai di tubuh

fisik kita, melainkan adalah totalitas perilaku dari seseorang

di setiap situasi yang berbeda. Kepribadian meliputi beberapa

karakteristik khusus seperti dominasi, keagresifan, rasa

percaya diri dan lain-lain yang berguna untuk menentukan

perilaku konsumen untuk produk tertentu.

d) Konsep Diri

Konsep diri sangat berhubungan dengan image merek

atau brand suatu produk, cara seseorang memandang dirinya

sendiri akan menentukan minat seseorang terhadap suatu

objek termasuk juga suatu produk. Konsep diri adalah inti

dari pola kepribadian yang akan mempengaruhi cara

seseorang dalam mengatasi permasalahan dalam hidupnya,

konsep diri merupakan kerangka dari referensi yang menjadi

awal perilaku.

e) Motif

Perilaku individu terbentuk karena adanya motif

kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan fisik, merasa aman,

merasa dihargai dan lain sebagainya, pengelompokan

kebutuhan manusia telah dibuat teori oleh beberapa orang,

salah satunya teori kebutuhan Maslow. Jika motif seseorang

cenderung untuk memenuhi kebutuhan akan prestise yang

(45)

gaya hidup hedonis sehingga bisa menjadi target pasar yang

tepat untuk barang-barang mewah.

f) Persepsi

Persepsi merupakan proses dimana seseorang

memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk

membentuk pemahaman dan gambaran mengenai sesuatu.

Persepsi dapat mempengaruhi seseorang untuk memilih suatu

produk sebagai contoh adalah green product, setelah adanya informasi yang disosialisasikan secara global mengenai isu

global warming, terbentuk interprestasi seseorang terhadap isi sosialisasi tersebut dan terbentuk pemahaman mengenai

pentingnya mengkonsumsi produk yang dapat mengurangi

dampak global warming, mereka adalah target pasar yang pas untuk green product.

2) Faktor Eksternal a) Kelompok Referensi

Kelompok referensi yaitu kelompok yang di anggap

mampu dan memiliki pengetahuan untuk memberikan

pengaruh terhadap pembentukan sikap dan perilaku

seseorang, pengaruh yang diberikan bisa bersifat secara

langsung maupun tidak langsung, masukan dari kelompok

referensi bisa mempengaruhi persepsi seseorang terhadap

suatu produk sehingga akhirnya membentuk gaya hidupnya.

Kelompok referensi bisa meliputi orang-orang yang

dihormati oleh masyarakat luas karena silsilah, pengetahuan,

reputasi dan lain sebagainya.

b) Keluarga

Keluarga merupakan peranan terbesar dan terlama

terhadap pembentukan sikap dan perilaku individu. Oleh

karena itu saran dari keluarga berupa nasihat dan cerita

(46)

seseorang, budaya salah satu anggota keluarga dapat menjadi

kebiasaan bagi anggota keluarga lain yang mengamati setiap

harinya, tidak heran jika ada saudara yang memiliki gaya

hidup yang sama dengan kita.

c) Kelas Sosial

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif

homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang

tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota

dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah

laku yang sama. Kelas sosial biasanya dibuat karena ada nya

suatu kebutuhan akan prestise dan berhubungan dengan

kemampuan ekonomi atau diatur oleh budaya, setiap kelas

cenderung memiliki gaya hidup yang khas dibandingkan

kelas sosial lainnya. Kelas sosial dapat diklasifikasikan

sebagai kelas bawah, menengah, atas dan lain-lain.

d) Kebudayaan

Kebudayaan bisa meliputi pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan

kebiasaan-kebiasaan yang membentuk gaya hidup seseorang dan

akhirnya membuat pemasar mudah untuk mengidentifikasi

apakah kelompok konsumen dengan kebudayaan tersebut

sesuai dengan produknya atau tidak. Orang-orang diseluruh

dunia menyadari akan budaya merayakan malam tahun baru

dengan membunyikan terompet disetiap malam tahun baru.

Hal ini menjadikan pemasar untuk menemukan peluang

dalam memproduksi terompet secara masal disetiap

menjelang malam tahun baru.53

53

(47)

3. Konsumtif

a. Pengertian Konsumtif

Konsumtif adalah penggunaan barang dan jasa secara berlebihan

dalam memenuhi kebutuhan hidup nya. Awal munculnya konsumtif

dimulai dari era kapitalisme, Eric Wolf dalam Bagong menyebutkan

ada tiga ciri pokok yang menandai kapitalisme, yaitu:54

Pertama, berkembangnya kelas kapitalis dengan memiliki kekayaan maka uangnya dapat membeli tenaga kerja dan sarana

produksi untuk memproduksi barang dagangan di pasar.

Kedua, kelas kapitalis menguasai seluruh sarana produksi yang penting didalam masyarakat dan membatasi akses pekerja nya terhadap

sarana produksi, sehingga para pekerja harus menjual tenaga kerjanya

kepada kapitalis.

Ketiga, maksimalisasi keuntungan melalui produksi yang dikuasai sepenuhnya oleh kapitalis.

Kapitalisme merupakan suatu paham yang meyakini bahwa

seorang pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk mendapatkan

keuntungan sebanyak-banyaknya. Semakin meningkatnya kekayaan

atau kemakmuran, maka tingkat konsumsi seseorang akan meningkat

pula.

Paham kapitalisme telah membentuk sebuah pandangan baru

dikehidupan manusia dalam konsumsi yaitu gaya hidup konsumtif.

Gaya hidup konsumtif merupakan hasil dari proses budaya konsumsi

yang tidak sehat, dimana manusia melakukan konsumsi secara

berlebihan dan tidak didasari oleh pemikiran rasionalnya sehingga

terjadilah pemborosan dalam konsumsi manusia.

Perilaku konsumtif dapat diartikan sebagai suatu tindakan

memakai produk yang tidak tuntas yakni, belum habis sebuah produk

yang dipakai oleh seseorang akan tetapi orang tersebut telah

menggunakan produk jenis yang sama dari merek lainnya atau dapat

54

(48)

disebutkan, membeli barang karena adanya iming-iming hadiah yang

ditawarkan atau membeli suatu produk karena banyak orang memakai

barang tersebut.55 Misal nya Abrar membeli gadget atau smarthpohone

baru, padahal barang yang sedang ia pakai belum rusak akan tetapi ia

sudah membeli yang baru.

Pengertian perilaku konsumtif menurut Lubis dalam Rezi

berpendapat bahwa perilaku konsumtif melekat pada individu bila

membeli dan mengkonsumsi barang dan jasa yang didasari pada

keinginan (want) dan bukan pada kebutuhan (need).56

Menurut Tambunan dalam Septi perilaku konsumtif adalah

tindakan membeli barang-barang yang kurang atau tidak diperhitungkan

dengan matang apa manfaat dan kebutuhannya sehingga sifatnya

menjadi berlebihan.57 Enggel dalam Septi mengatakan bahwa ada

beberapa tanda yang dapat diperhatikan pada seseorang yang sedang

mengalami perilaku konsumtif, yaitu:

1. Impulsive, adalah perilaku konsumen yang membeli barang hanya karena hasrat dan tidak memeprhitungkan atau merencanakannya

secara matang.

2. Non-Rational, yaitu perilaku pembelian yang tidak rasional. Maksud nya adalah perilaku pembelian didasari pada keinginan

semata tanpa memperhitungkan manfaat dan kegunaannya.

3. Wasteful, menggambarkan pemborosan sebagai salah satu perilaku membeli yang menghambur-hamburkan banyak uang

tanpa didasari kebutuhan yang jelas.58

55

Endang Dwi Astuti, Jurnal Penelitian: Perilaku Konsumtif dalam Membeli Barang Pada Ibu Rumah Tangga Di Kota Samarinda, Character, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013, h. 150.

56

Rezi Suci Agustia, Jurnal Penelitian: Gambaran Perilaku Konsumtif Siswa-i sekolah Menengah Atas “International Islamic Boarding School Republic of Infonesia (SMA IIBS RI). h. 2

57

Septi Anugrah Heni, Jurnal Penelitian: Hubungan Antara Kontrol Diri dan Syukur Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja SMA IT Abu Bakar Yogyakarta. EMPATHY-Jurnal Fakultas Psikologi, 2013, h. 4

58

(49)

b. Indikator Konsumtif

Sumartono dalam Endang menyebutkan indikator dari perilaku

konsumtif, yaitu:

1. Membeli produk karena iming-iming hadiah.

Individu membeli suatu barang karena adanya hadiah yang

ditawarkan jika membeli barang tersebut.

2. Membeli produk karena kemasannya menarik.

Konsumen sangat mudah terbujuk untuk membeli produk yang

dibungkus dengan rapi dan dihias dengan warna-warna menarik. Artinya motivasi untuk membeli produk tersebut hanya karena

produk tersebut dibungkus rapi dan menarik.

3. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi.

Konsumen memiliki tingkat daya beli yang tinggi, karena pada

umumnya konsumen mempunyai ciri khas dalam berpakaian,

berdandan, gaya rambut dan sebagainya dengan tujuan agar

konsumen selalu berpenampilan yang dapat menarik perhatian

yang lain. Konsumen membelanjakan uangnya lebih banyak

untuk menunjang penampilan diri mereka.

4. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar

manfaat atau kegunaannya).

Konsumen cenderung berperilaku yang ditandakan oleh adanya

kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal

yang dianggap paling mewah atau mahal.

5. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status.

Konsumen mempunyai kemampuan membeli yang tinggi baik

dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya

sehingga hal tersebut dapat menunjang sifat ekslusif dengan

barang yang mahal dan memberi kesan berasal dari kelas sosial

yang lebih tinggi. Dengan membeli suatu produk dapat

memberikan simbol status agar kelihatan lebih keren dihadapan

(50)

6. Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang

mengiklankan.

Konsumen cenderung meniru perilaku tokoh yang diidolakannya

dalam bentuk menggunakan segala sesuatu yang dapat dipakai

tokoh idolanya. Konsumen juga cenderung memakai dan

mencoba produk yang ditawarkan bila ia mengidolakan publik

figur produk tersebut.

7. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal

akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.

Konsumen sangat terdorong untuk mencoba suatu produk karena

mereka percaya apa yang dikatakan oleh iklan yaitu dapat

menumbuhkan rasa percaya diri seseorang.

8. Mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda).

Konsumen akan cenderung menggunakan produk jenis sama

dengan merek yang lain dari produk sebelum ia gunakan,

meskipun produk tersebut belum habis dipakainya.59

Dari berbagai penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

konsumtif merupakan suatu perilaku konsumen yang menggambarkan

pemborosan, pembelian yang tidak direncanakan atau diperhitungkan

kegunaannya dengan baik dan bukan pada pembelian yang rasional

sehingga timbul pembelian barang yang berlebihan.

4. Komunitas dan Budaya Penggemar

Komunitas dan budaya penggemar pada penelitian ini saling

berkaitan, karena dengan adanya komunitas maka budaya penggemar akan

semakin menguat eksistensinya. Sebelum membahas tentang budaya

penggemar, akan dibahas terlebih dahulu apa itu komunitas.

a. Pengertian Komunitas

Berkaitan dengan kehidupan sosial, ada banyak definisi yang

menjelaskan tentang arti komunitas. Tetapi setidaknya definisi

59

(51)

komunitas dapat didekati melalui; pertama, terbentuk dari sekelompok orang; kedua, saling berinteraksi secara sosial diantara anggota kelompok itu; ketiga, berdasarkan adanya kesamaan kebutuhan atau tujuan dalam diri mereka atau di antara anggota kelompok yang alin;

keempat, adanya wilayah-wilayah individu yang terbuka untuk anggota kelompok yang lain, misalnya waktu.60

Dalam buku terjemahan Bruce J. Cohen, komunitas didefinisikan

sebagai kelompok khusus dari orang-orang yang tinggal dalam wilayah

tertentu, memiliki kebudayaan dan gaya hidup yang sama, sadar sebagai

satu-kesatuan, dan dapat bertindak secara kolektif dalam usaha mereka

mencapai sesuatu tujuan.61

Kebudayaan memiliki hubungan yang signifikan dengan

komunitas. Menurut elville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski

dalam Rulli mengatakan bahwa, segala sesuatu yang terdapat dalam

masyarakat (komunitas) ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh

masyarakat itu sendiri yang turun-temurun dari satu generasi ke

generasi yang lain.62

Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, paguyuban

(gemeinschaft) dan patembayan (gesellschaft) merupakan konsep yang kurang lebih sama dengan konsep kelompok sekunder yang

dikembangkan oleh Ferdinand Tonnies. Kedua istilah itu dapat

diterjemahkan sebagai “komunitas” (community) dan “masyarakat” (society).63 Jadi, komunitas dalam penelitian ini dapat dikatakan sebagai kelompok sosial yang memiliki arti perkumpulan beberapa individu.

b. Indikator Komunitas

Menurut Kennerth dan Wilkinson dalam Isbandi, komunitas

sekurang-kurangnya mempunyai tiga unsur dasar, yaitu:

60

Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber, (Jakarta: Kencana: 2014), Cet. ke-2, h, 138

61

Bruce J. Cohen, Sosiologi Suatu Pengantar, (____: PT. Bina Aksara: 1983), Cet. ke-1, h. 315

62

Rulli Nasrullah, op. cit., h. 139

63

(52)

1. Ada nya batasan wilayah atau tempat (territory or place);

2. Merupakan suatu ‘organisasi sosial’ atau instusi sosial yang

menyediakan kesempatan untuk para warga nya agar dapat

melakukan interaksi antar warga secara reguler; dan

3. Interaksi sosial yang dilakukan terjadi karena ada nya minat atau

kepentingan yang sama (common interest).64

Sedangkan menurut McMillan dan Chavis dalam jurnal penelitian

oleh Yudho Hartono mengatakan bahwa paling tidak terdapat tiga

karakteristik utama komunitas yang sering muncul, yaitu:

1. Kesatuan tempat (locality), komunitas didefinisikan secara fisik sebagai entitas spasial dimana titik beratnya lebih kepada lokasi

geografis, seperti desa atau kota.

2. Jaringan sosial (social network), suatu komunitas dapat dikatakan keberadaannya apabila didalamnya terdapat network of relationship antar-anggota didalam suatu tempat yang sama. 3. Hubungan (relationship-communion), komunitas didefinisikan

sebagai suatu hubungan perasaan saling berbagi identitas

(shared sense of identity) diantara individual-individual dari anggota komunitas tersebut.65

a. Budaya Penggemar

Para penggemar atau fans adalah bagian paling tampak dari khalayak teks dan praktik budaya pop. Pada tahun-tahun belakangan

ini, kelompok penggemar (fans) lagi-lagi berada di bawah tatapan kritis

cultural studies. Dahulu, peggemar diperlakukan dengan dua cara— ditertawakan atau dipatalogikan. Menurut Joli Jenson dalam John

Storey ‘Literatur mengenai kelompok penggemar dihantui doleh citra

64

Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada: 2013) Cet. ke-2, h. 83

65

Gambar

Tabel 1.1 Hasil Penjualan Album AKB48  .................................................................
Tabel 1.1 Hasil Penjualan Album AKB48
Gambar 2.G1
Gambarr 2.2
+7

Referensi

Dokumen terkait