• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Acara Televisi dan Persepsi Anak (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan Terhadap Program Acara Junior MasterChef)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Program Acara Televisi dan Persepsi Anak (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan Terhadap Program Acara Junior MasterChef)"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan Terhadap Program Acara Junior MasterChef)

SKRIPSI

RIZALDI NABABAN 110904053

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

(2)

Pemuda Medan Terhadap Program Acara Junior MasterChef)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh:

RIZALDI NABABAN 110904053

Program Studi Hubungan Masyarakat

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Rizaldi Nababan

NIM : 110904053

Judul Skripsi : Program Acara Televisi dan Persepsi Anak

(Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan Terhadap Program Acara Junior MasterChef)

Medan, Oktober 2015

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Rusni, M.A Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A NIP. 195108041985032001 NIP. 19620828 198701 2 001

Dekan FISIP USU

(4)

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Rizaldi Nababan

NIM : 110904053

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Program Acara Televisi dan Persepsi Anak

(Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan Terhadap Program Acara Junior MasterChef)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji :

Penguji :

Penguji Utama :

Ditetapkan di : Medan

(5)

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang di kutip maupun yang dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Rizaldi Nababan

NIM : 110904053

Tanda Tangan :

(6)

Puji dan syukur tiada terkira penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaan, berkat dan kasih karunia-Nya yang begitu berlimpah yang telah diberikan kepada penulis. Terima kasih untuk selalu membuka jalan disaat tiada jalan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini sesuai dengan rencana-Mu.

Penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat yang harus penulis penuhi guna menyelesaikan studi di Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara (USU) untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Ilmu Komunikasi. Adapun judul dari skripsi ini adalah: Program Acara Televisi dan Persepsi Anak (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan Terhadap Program Acara Junior MasterChef).

Pada kesempatan ini, dengan rasa hormat skripsi ini penulis persembahankan untuk kedua orang tua penulis, Lodewik Nababan dan Rosna Aritonang. Terima kasih telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, kesabaran dan pengorbanan yang begitu besar sehingga menjadi penyemangat bagi penulis dalam menjalani hidup. Tak lupa juga ucapan terima kasih kepada

adik kandung penulis, Deby Melisa Nababan, Sarah Nababan dan Duvan Wik Nababan yang selalu memberi doa bantuan serta motivasi kepada penulis untuk selalu bersemangat. Tidak lupa juga penulis ucapakan terima kasih kepada Meitia Putri Alfalinda, teman terdekat penulis yang tidak lelah-lelahnya memberikan perhatian, dukungan dan semangat kepada penulis dalam masa perkuliahan dan pengerjaan skripsi.

Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada masing-masing yang telah membantu dan mendukung penulis mulai dari awal perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini:

1. Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Dra. Fatma Wardy Lubis, MA. Terima Kasih atas segala ilmu yang Ibu berikan.

(7)

dan materi, bersedia mengajari dan memberikan semangat dari proses awal penyusunan proposal sampai skripsi ini terselesaikan. Terima kasih atas pengetahuan dan ilmu yang sangat berharga yang tidak akan pernah penulis lupakan. Semoga Tuhan membalas budi baik dan kelembutan Ibu Rusni berkali-kali lipat.

4. Dosen Pembimbing Akademik saya. Drs. Safrin, M.Si. Terima Kasih atas perspektif dan bimbingan sejak awal perkuliahan hingga penulis menyelesaikan perkuliahan.

5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi USU yang telah memberikan begitu banyak bekal pengetahuan selama masa perkuliahan berlangsung. Terima kasih atas segalanya.

6. Kepada Kak Maya yang selalu dengan senang hati membantu segala kebutuhan administrasi penulis. Terima kasih atas segala informasi dan bantuannya selama ini.

7. Kepada teman-teman Gang Melati, Boy Manalu, Tomy Tamba, Irend Eka, Khaidir Putra, Yohan Andrea, Adam Gofar, Kevin, Sandy Panut, Dedi Kasdi, Erwin, Gael, Aldo, Haritz, Nurhayati dan teman stambuk 2011

lainnya yang mengajarkan banyak hal baru dan membantu penulis selama kuliah di komunikasi. Terima kasih kawan, semoga sukses dan bahagia selalu.

8. Kepada senior dan junior penulis di Ilmu Komunikasi USU mulai dari stambuk 2008 hingga 2015 kalian keluarga besar yang luar biasa

9. Kepada 45 responden mahasiswa ilmu komunikasi, terima kasih waktu dan kerjasama nya dalam mengisi kuesioner penulis.

10.Pihak-pihak yang membantu penulis dalam suka mau pun duka namun tidak bisa penulis ucapkan satu persatu. Terima kasih.

(8)

Akhir kata, penulis ucapkan selamat membaca dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapapun yang membaca.

Medan, 29 September 2015

Peneliti

(9)

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rizaldi Nababan

NIM : 110904053

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas : Universitas Sumatera Utara

Jenis karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exclusive Royalty – Free Rights) atas karya ilmiah saya yang berjudul “Program Acara Televisi dan Persepsi Anak (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan Terhadap Program Acara Junior MasterChef)”. Dengan Hak Bebas Royalty Noneksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data

(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di: Medan, Oktober 2015

(10)

Skripsi ini berjudul Program Acara Televisi dan Persepsi Anak (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan Terhadap Program Acara Junior MasterChef). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi khalayak siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan terhadap tayangan program acara reality show Junior MasterChef di RCTI. Teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah Komunikasi, Komunikasi Massa, Televisi, Teori S-O-R, dan Persepsi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan, kelas VII dan VIII yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakulikuler memasak. Dalam menentukan jumlah sampel, penelitian ini menggunakan teknik penarikan sampel total sampilng, yaitu mengambil keseluruhan populasi sebagai sampel dikarenakan jumlah populasi yang sedikit, berjumlah 45 orang. Teknik pengumpulan data melalui Penelitian Lapangan (Field Research). Alat Pengumpul data menggunakan kuesioner yang terdiri dari 26 soal. Adapun teknik analisis data menggunakan analisis tabel tunggal. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa persepsi khalayak siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan terhadap tayangan program acara reality show Junior MasterChef di RCTI adalah menambah pengetahuan. Dapat dilihat dari bagaimana siswa SMP ekstrakulikuler memasak sangat antusias melihat tayangan tersebut dan bagaimana tanggapan siswa yang menilai reality show

Junior MasterChef di RCTI mengandung unsur pendidikan dan bermanfaat bagi siswa dalam kegiatan memasak.

(11)

Quantitative Studies on Perceptions of Student St. Yoseph Pemuda Medan Junior High School About Event Program Junior MasterChef). The purpose of this research is to discover public perception of students St. Yoseph Pemuda Medan junior high school to reality show program on RCTI Junior MasterChef. Theory relevant to this research is Communication, Mass Communication, Television, S-O-R (Stimulus - Organism - Response), and Perception. This research applied descriptive research and quantitative approach method. The population of this research is students St. Yoseph Pemuda Medan junior high school, classes VII and VIII are actively participates in cooking extracurricular activities. In determining the number of samples, this study using the technique sampling of total sampling, which takes the entire population as a sample because the population is small, just 45 people. The technique of collect data is through field research with 26 questionnaires survey as the tool. And it is analyzed by single table analysis. The conclusion of this research is that the public perception of junior high school students St. Yoseph Pemuda Medan to show reality show program on RCTI Junior MasterChef is to increase knowledge. It can be seen from how the junior high school students in cooking extracurricular are excited to see the show and how the students who assess reality show Junior MasterChef in RCTI contain elements of education and beneficial for students in the cooking.

(12)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PENYATAAN ORISINALITAS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTARGAMBAR………xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori ... 7

2.1.1 Komunikasi ... 7

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi ... 7

2.1.1.2 Ciri Komunikasi ... 10

2.1.1.3 Tujuan dan Fungsi Komunikasi ... 10

2.1.1.4 Tatanan Komunikasi ... 12

2.1.2 Komunikasi Massa ... 13

2.1.2.1 Ciri-ciri Komunikasi Massa ... 14

2.1.2.2 Fungsi Komunikasi Massa ... 16

2.1.2.2 Sifati-Sifat Komunikasi Massa ... 17

2.1.3 Televisi ... 18

2.1.3.1 Daya Tarik Televisi ... 19

2.1.3.2 Dampak Acara Televisi ... 20

2.1.3.3 Program Televisi ... 20

2.1.3.4 Reality Show ... 21

2.1.3.5 Karakteristik Tayangan Televisi ... 24

2.1.4 Teori S-O-R ... 25

2.1.5 Persepsi ... 27

2.1.5.1 Proses Persepsi ... 30

2.1.5.2 Sifat-sifat Persepsi ... 31

2.2 Kerangka Konsep ... 32

2.3 Operasional Komponen ... 33

(13)

3.2 Lokasi Penelitian ... 37

3.3 Populasi dan Sample ... 37

3.4 Teknik Penarikan Sample ... 38 3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.6 Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 40

4.1.1 Proses Pengumpulan Data ... 40

4.1.2 Teknik Pengolahan Data ... 41

4.1.3 Analisis Tabel Tunggal ... 41

4.2 Pembahasan ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 77

(14)

Nomor Judul Halaman

2.1 Operasional Komponen ... 34

3.1 Jumlah Siswa Ekstrakulikuler ... 38

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 43

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas ... 43

4.4 Mengetahui Acara Reality Show Junior MasterChef... 44

4.5 Frekuensi menonton Acara Reality Show Junior MasterChef ... 45

4.6 Tampilan Acara Reality Show Junior MasterChef ... 46

4.7 Waktu Pemutaran Acara Reality Show Junior MasterChef ... 47

4.8 Durasi Pemutaran Acara Reality Show Junior MasterChef ... 48

4.9 Frekuensi Penyiaran Acara Reality Show Junior MasterChef ... 49

4.10 Tema Acara Reality Show Junior MasterChef... 50

4.11 kompetisi Acara Reality Show Junior MasterChef ... 51

4.12 Penggunaan Peserta Acara Reality Show Junior MasterChef... 52

4.13 Pemilihan Peserta Acara Reality Show Junior MasterChef ... 53

4.14 Penampilan Peserta dan Juri... 54

4.15 Kejelasan Pesan Acara ... 55

4.16 Tingkat Antusias Siswa ... 56

4.17 Penalaran Terhadap Acara ... 57

4.18 Pengetahuan Siswa ... 60

4.19 Penalaran Siswa ... 61

4.20 Penalaran Siswa Terhadap Tantangan yang Disajikan ... 62

4.21 Mampu Menggugah Emosi/Perasaan ... 63

4.22 Acara Bermanfaat... 64

4.23 Mempengaruhi Anak Lebih Tertarik Memasak ... 65

(15)
(16)

1. Tabel Fortran Cobol 2. Kuesioner

3. Surat Izin Penelitian

4. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi

(17)

Skripsi ini berjudul Program Acara Televisi dan Persepsi Anak (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan Terhadap Program Acara Junior MasterChef). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi khalayak siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan terhadap tayangan program acara reality show Junior MasterChef di RCTI. Teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah Komunikasi, Komunikasi Massa, Televisi, Teori S-O-R, dan Persepsi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan, kelas VII dan VIII yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakulikuler memasak. Dalam menentukan jumlah sampel, penelitian ini menggunakan teknik penarikan sampel total sampilng, yaitu mengambil keseluruhan populasi sebagai sampel dikarenakan jumlah populasi yang sedikit, berjumlah 45 orang. Teknik pengumpulan data melalui Penelitian Lapangan (Field Research). Alat Pengumpul data menggunakan kuesioner yang terdiri dari 26 soal. Adapun teknik analisis data menggunakan analisis tabel tunggal. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa persepsi khalayak siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan terhadap tayangan program acara reality show Junior MasterChef di RCTI adalah menambah pengetahuan. Dapat dilihat dari bagaimana siswa SMP ekstrakulikuler memasak sangat antusias melihat tayangan tersebut dan bagaimana tanggapan siswa yang menilai reality show

Junior MasterChef di RCTI mengandung unsur pendidikan dan bermanfaat bagi siswa dalam kegiatan memasak.

(18)

Quantitative Studies on Perceptions of Student St. Yoseph Pemuda Medan Junior High School About Event Program Junior MasterChef). The purpose of this research is to discover public perception of students St. Yoseph Pemuda Medan junior high school to reality show program on RCTI Junior MasterChef. Theory relevant to this research is Communication, Mass Communication, Television, S-O-R (Stimulus - Organism - Response), and Perception. This research applied descriptive research and quantitative approach method. The population of this research is students St. Yoseph Pemuda Medan junior high school, classes VII and VIII are actively participates in cooking extracurricular activities. In determining the number of samples, this study using the technique sampling of total sampling, which takes the entire population as a sample because the population is small, just 45 people. The technique of collect data is through field research with 26 questionnaires survey as the tool. And it is analyzed by single table analysis. The conclusion of this research is that the public perception of junior high school students St. Yoseph Pemuda Medan to show reality show program on RCTI Junior MasterChef is to increase knowledge. It can be seen from how the junior high school students in cooking extracurricular are excited to see the show and how the students who assess reality show Junior MasterChef in RCTI contain elements of education and beneficial for students in the cooking.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia saling berhubungan satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Cara terpenting dalam berhubungan satu sama lain adalah dengan komunikasi. Melalui komunikasi manusia dapat saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Dalam interaksi ini manusia saling bertukar pesan guna memperoleh informasi yang diperlukan. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, pesan, gagasan, atau pengertian-pengertian, dengan menggunakan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna, baik secara verbal maupun nonverbal dari seseorang kepada orang lain.

Berdasarkan paradigma Lasswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2006: 10). Media massa adalah alat yang biasanya

digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi (Cangara, 2003: 134). Hingga detik ini media massa masih menjadi

penentu atau pencetus sebuah opini publik yang ada di masyarakat. Media mampu menjangkau masyarakat luas (khalayak) untuk menikmati sajian pesan/berita atau program yang di tampilkan.

(20)

seperti sinetron, sinema, komedi, olahraga, berita, talkshow, reality show, infotainment dan berbagai acara program lainnya.

Televisi mampu mempengaruhi persepsi, sikap, pandagan maupun perilaku bagi masyarakat dikarenakan televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Jika di dalam kehidupan nyata khalayak mampu membuat lingkungannya sama seperti yang ada di tayangan televisi, itu berarti pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan program acara tersebut berhasil menghipnotis penonton. Hal ini merupakan salah satu bentuk psikologis dari televisi yang sudah mempengaruhi penonton, yang seolah-olah penonton tersebut berada di lingkungan dari tayangan televisi itu sendiri.

Televisi ini sendiri sangat dekat dengan kehidupan anak-anak. Apalagi hampir 90% rumah tangga di Indonesia memiliki televisi di rumahnya. Hingga saat ini, aktivitas yang banyak dilakukan anak-anak pada waktu senggangnya adalah menonton televisi. Menonton televisi adalah hiburan yang murah dan mudah. Tidak heran jika jumlah yang menonton televisi di kalangan anak-anak lebih banyak dibandingkan dengan jam belajar di sekolah. Rata-rata anak-anak

menghabiskan waktu menonton televisi sekitar 4-6 jam per hari (Pemakalah Konferensi nasional literasi media, 2011: 50).

Beberapa survei mengenai pola menonton televisi pada anak (YPMA,

2008) menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1997 berdasarkan data dari Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, rata-rata anak usia SD menonton TV 3-4 jam perhari. Pada 2006, rata-rata anak usia SD menonton TV 4-5 jam perhari pada hari biasa dan 7-8 jam perhari di hari minggu (kumpulan makalah literasi media di Indonesia, 2011: 3)

(21)

Pesatnya perkembangan industri pertelevisian dewasa ini, membuat persaingan antara media massa televisi tidak terelakkan lagi. Tingginya persaingan itulah yang membuat mereka takut kehilangan pemirsa setianya, sehingga mendorong setiap stasiun televisi untuk mampu mempertahankan eksistensinya dengan memproduksi acara-acara baru, lebih menarik, cepat, tetapi tetap tidak lepas dari keinginan pasar. Dengan kenyataan ini, televisi tumbuh menjadi sebuah industri yang memperoleh keuntungan dari aktifitas “jual beli” informasi dan hiburan.

Belakangan ini sering kita jumpai di berbagai stasiun televisi yang menyajikan tayangan reality show yang menyajikan beragam tema dan tampilan. Seiring dengan penyiarannya, reality show ini memperoleh tanggapan yang berbeda-beda dari khalayak pemirsa. Tanggapan tersebut diekspresikan dalam bentuk persepsi.Dari beberapa program acara reality show yang kini tayang di stasiun televisi nasional Indonesia, peneliti tertarik untuk menganalisis tayangan paling menyegarkan dan fenomenal di tahun ini yang di sponsori oleh FremantleMedia yang bekerja sama dengan RCTI, Junior MasterChef Indonesia.

Sebuah Talent Search memasak anak–anak terbesar pertama kali di Indonesia yang diikuti oleh anak–anak berusia 8–13 tahun yang memiliki passion memasak. Junior MasterChef Indonesia kini memasuki season 2. Tema pada Junior MasterChef Indonesia Season 1 adalah “Delicious Dream”, dimana anak–anak bisa mewujudkan mimpi mereka di bidang kuliner dan merasakan bagaimana menjadi kontestan Masterchef Indonesia (versi dewasa) seperti yang mereka lihat sebelumnya di televisi. Junior MasterChef Indonesia menyebut ini dengan

Experiencing The Gallery MasterChef. Serta tema pada Junior MasterChef Season 2 adalah “The Sweet Adventure” dimana para peserta akan merasakan tantangan yang lebih seru, lebih variatif dan lebih menegangkan.

(22)

Desember 2014 hingga Maret 2015 acara ini mengudara selama 90 menit setiap hari minggu pukul 16.00 WIB dengan dikemas dalam jumlah 15 episode.

Program acara tersebut menampilkan adu kemampuan memasak bagi kalangan anak-anak, sehingga seharusnya mampu memberikan inspirasi bagi semua kalangan dan anak-anak tentunya. Junior Masterchef menyajikan tiga sesi, yaitu sesi pertama (babak kapten), sesi kedua (babak peserta eliminasi), sesi ketiga (babak eliminasi) dan memiliki tantangan setiap episodenya yang membuat persaingan sangat ketat sehingga sangat menarik perhatian pemirsa dan antusias untuk terus mengikuti. Ditayangkan setiap hari Minggu pada pukul 16.00 sore, jam tayang tersebut memberikan ruang dan waktu yang cukup banyak bagi anak-anak untuk menonton tayangan tersebut. Tayangan dengan durasi yang cukup lama (90 menit) seharusnya membuat pemirsanya puas dengan isi atau content

acara tersebut. Program acara ini sendiri tentunya memberi pengaruh terhadap persepsi serta pemahaman anak-anak untuk mengikuti tayangan per-episodenya. Persepsi itu sendiri merupakan pemberian makna terhadap orang atau subjek tertentu yang prosesnya mempengaruhi lingkungan penonton setianya.

SMP St. Yoseph Pemuda Medan merupakan sekolah yang mempunyai kegiatan ekstrakulikuler, salah satunya adalah ekstrakulikuler memasak. Berdasarkan hasil penelusuran peneliti, SMP St. Yoseph Pemuda Medan telah

menggelar pentas seni siswa (pensi) di Grand Aston City Halltahun kemarin. Acara mereka dibagi dalam dua kategori, yaitu panggung dan stan. Untuk stan-stan terbagi dalam beberapa segmen, yakni tata boga, art and creativity, dan stan-stan foto. Untuk stan art and creativity menampilkan karya siswa St Yoseph seperi lukisan dan keterampilan tangan. Sementara untuk tata boga, menampilkan ekstrakurikuler memasak (http://medan.tribunnews.com/2013/10/02/siswa-smp-st-yoseph-medan-gelar-pensi). Dalam penelitian ini, siswa SMP St. Yoseph Medan dipilih sebagai objek penelitian karena dinilai siswa tersebut berada pada hobi dan minat yang sama yaitu menyukai kegiatan memasak.

(23)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahansebagai berikut: “Bagaimanakah persepsi khalayak siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan terhadap tayangan program acara relaity show Junior MasterChef di RCTI?”

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti merasa perlu membuat pembatasan masalah agar menjadi lebih jelas, yaitu:

a. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu tentang persepsi siswa SMP St. Yospeh Pemuda Medan terhadap tayangan Junior MasterChef Indonesia di RCTI.

b. Objek penelitian ini adalah siswa ekstrakulikuler memasak SMP St. Yoseph Pemuda Medan.

c. Waktu penelitian dimulai pada bulan April 2015 sampai dengan selesai.

1.4 Tujuan Penilitian

Adapun yang menjadi tujuan penilitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui persepsi khalayak siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medan terhadap tayangan program acara reality show Junior MasterChef di RCTI.

2. Untuk mengetahui bagaimana daya tarik tayangan Junior MasterChef Indonesia.

3. Untuk mengetahui seberapa besar minat siswa SMP St. Yoseph Pemuda Medanmelihat tayangan program acara reality show Junior MasterChef di RCTI.

1.5 Manfaat Penilitian

(24)

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan memperdalam pemahaman mengenai bidang kajian komunikasi, khususnya bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 2. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan

pengetahuan peneliti dan mahasiswa lainnya mengenai bidang kajian komunikasi media massa dan riset khalayak.

(25)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Kerangka teoris adalah suatu kumpulan teori dan model dari literatur yang menjelaskan hubungan dalam masalah tertentu. Dalam kerangka teoritis, secara logis dikembangkan, digambarkan dan dielaborasi jaringan-jaringan dari asosiasi antara variabel-variabel yang diidentifikasi melalui survei atau telaah literatur (Silalahi, 2009:92).

Emery dan Cooper mengatakan bahwa teori merupakan suatu kumpulan konsep, definisi, proposisi, dan variabel yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasikan sehingga dapat menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena tertentu (Umar, 2002:55).

Berdasarakan penjelasan tersebut, perlu disusun beberapa kajian yang bersifat teoritis atau kepustakaan yang memuat pokok-pokok pikiran yang

menggambarkan dari sudut pandang apa masalah peneliti akan diteliti sekaligus sebagai landasan atau pondasi dari penelitian. Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah:

2.1.1 Komunikasi

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi dibutuhkan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain, karena komunikasi merupakan pengaruh dan alat dalam aktifitas manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat bertanya mengenai suatu hal yang tidak diketahuinya, menerima dan mengawasi. Komunikasi dapat menjadi saran-saran guna terciptanya ide bersama, memperkuat perasaan kebersamaan melalui tukar menukar pesan (informasi), menggambarkan emosi dan kebutuhan mulai dari yang paling sederhana sampai yang kompleks.

(26)

sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial mempunyai rasa ingin tahu, ingin maju dan ingin berkembang, maka salah satu syaratnya adalah komunikasi. Karenanya komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia.

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin yaitu

communico yang artinya membagi (Cangara, 1998:17).

Carl I. Hovland mendefinisikan komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk mengubah perilaku orang lain. Jadi, dengan demikian komunikasi itu adalah persamaan pendapat dan untuk kepentingan itu maka orang harus mempengaruhi orang lain dahulu sebelum orang lain itu berpendapat, bersikap, bertingkah laku yang sama dengan kita. (Widjaja, 2000: 26-27)

Harold D. Lasswell menyebutkan bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya”

Paradigma Lasswell diatas menunjukan bahwa Komunikasi meliputi lima

unsur yaitu:

a. Komunikator (communicator, sender, source) adalah orang yang menyampaikan pesan atau informasi. Dalam komunikasi, peran komunikator bisa bersifat fleksibel dalam artian setiap partisipan dalam komunikasi bisa berperan sebagai komunikator secara bergantian.

b. Pesan (message) adalah pernyataan yang didukung oleh lambang, bahasa, gambar, dan sebagainya.

c. Media (channel, media) adalah sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya, maka diperlukan media sebagai penyampai pesan.

(27)

komunikator. Sama halnya dengan unsur komunikator dalam komunikasi, peran komunikan juga dipegang oleh setiap partisipan. e. Efek (effect, impact,influence) adalah dampak sebagai pengaruh pesan

tersebut. Efek ini merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh seorang komunikator lewat transmisi pesan yang dilakukan agar komunikan dapat memahami makna pesan yang terkandung. Efek ini juga diharapkan mampu mengubah perilaku atau menggerakkan komunikan agar memenuhi imperatif atau perintah yang disampaikan oleh komunikator.

H.A.W. Widjaja (2000:13), berpendapat bahwa komunikasi merupakan suatu hubungan dimana terdapat tukar menukar pendapat atau informasi diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu hubungan kontak antara manusia baik secara individu maupun kelompok.

Definisi-definisi komunikasi di atas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar. Namun, sedikit banyaknya dapat memberi gambaran seperti apa yang diungkapkan oleh Shanon dan Weaver (1949), bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja serta tidak terbatas

pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi (Cangara, 1998:19).

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan / informasi. Di dalam proses komunikasi terdapat tiga unsur yang sangat penting, yaitu komunikator, pesan dan komunikan. Proses komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Proses komunikasi secara primer, yaitu: proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang (symbol) sebagai media atau saluran.

(28)

komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh dan berjumlah banyak (Effendy, 1993:33).

2.1.1.2 Ciri Komunikasi

Berdasarkan paradigma Lasswell, bisa diartikan kalau komunikasi adalah proses linier penyampaian pesan yang dilakukan oleh komunikator kepada komunikan melalui perantara media yang diharapkan mampu menimbulkan atau menciptakan efek tertentu berupa kesepahaman hingga perubahan perilaku sesuai dengan keinginan komunikator yang disispkan di dalam makna pesan yang ditransmisikan.

Komunikasi memiliki sifat atau ciri. Adapun sifat atau ciri dari komunikasi, antara lain :

1. Komunikasi Verbal (Verbal Communication) a) Komunikasi Lisan (Oral Communication)

b) Komunikasi Tulisan / Cetak (Written/Printed Communication) 2. Komunikasi Niverbal (Nonverbal Communication)

a) Komunikasi Kial / Isyarat Badaniah (Gestured Communication) b) Komunikasi Gambar (Pictorial Communication)

3. Komunikasi Tatap Muka ( Face to Face Communication)

4. Komunikasi Bermedia (Mediated Communication) (Effendy,1993:33)

2.1.1.3 Tujuan dan Fungsi Komunikasi

Suatu pesan disampaikan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan agar pesan tersebut dapat dimengerti, memperkuat dan bahkan mampu mengubah orang lain. Dengan kata lain, kegiatan atau proses komunikasi tidak begitu saja diterima oleh komunikan, tetapi akan mengalami proses pengolahan terlebih dahulu sebelum akhirnya diterima dan menghasilkan efek sesuai dengan keinginan komunikator. Adapun tujuan komunikasi menurut Onong U. Effendy (1993:55), adalah :

a. Mengubah sikap (to change the attitude)

(29)

mengenai menjaga lingkungan kampus dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tujuannya adalah agar mahasiswa tidak lagi membuang sampah sembarangan di lingkungan sekitar area kampus. b. Mengubah pendapat atau opini (to change the opinion)

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadapat tujuan informasi yang disampaikan. Misalnya informasi mengenai kebijakan baru pihak Universitas tentang UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang mendapat tantangan dari mahasiswa maka harus disertai penyampaian informasi yang lengkap supaya pendapat mahasiswa dapat terbentuk untuk menerima kebijakan tersebut.

c. Mengubah perilaku (to change the behaviour)

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat akan berubah perilakunya. Misalnya informasi tentang kerugian yang dialami kampus dari tawuran antar mahasiswa agar kedepannya mahasiswa tidak lagi melakukan tawuran.

d. Mengubah masyarakat (to change the society)

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat yang dimana pada akhirnya bertujuan agar masyarakat mau mendukung dan ikut serta

terhadap tujuan informasi yang disampaikan.

Fungsi komunikasi dipandang dari arti yang luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan akan tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide. Adapun fungsi dari kegiatan komunikasi, dibagi atas empat fungsi utama (Effendy, 1999), yaitu:

a. Menyampaikan imformasi (to infororm)

Di sini komunikasi berfungsi dalam menyampaikan informasi, tidak hanya informasi tetapi juga pesan, ide, gagasan, opini maupun komentar. Sehingga masyarakat bisa mengetahui keadaan yang terjadi dimanapun.

b. Mendidik (to educute)

(30)

pendidikan untuk membuka wawasan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, serta memberikan berbagai informasi tidak lain agar masyarakat menjadi lebih baik, lebih maju dan lebih berkembang.

c. Menghibur (to intertain)

Komunikasi juga memberikan warna dalam kehidupan kita, tidak hanya menjadi sumber informasi tetapi komunikasi juga dapat sebagai sumber hiburan. Semua golongan menikmatinya sebagai alat hiburan dalam bersosialisasi. Menyampaikan informasi dapat berupa dalam gambar, bahasa, bunyi, tulisan, dan lagu.

d. Mempengaruhi (to influence)

Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk memberi motivasi, mendorong untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang dilihat, dibaca dan didengar. Serta memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku kearah yang baik dan modernisasi.

2.1.1.4 Tatanan Komunikasi

Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi yang ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:

1. Komunikasi Pribadi (Personal Communication), yaitu : komunikasi diri sendiri, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Komunikasi Pribadi ini terbagi atas:

a) Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) b) Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)

2. Komunikasi Kelompok (Group Communcation), yaitu: komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Komunkasi ini terdiri dari:

a) Komunikasi kelompok kecil (small group communication) 1. Ceramah (lecture)

2. Diskusi Panel (panel discussion) 3. Symposium

4. Forum 5. Seminar

(31)

3. Komunikasi Massa (Mass Communication), yaitu: komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh ciri khas institusionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi dan kegiatan yang sebenarnya). Komunikasi Massa ini terdiri dari:

a) Komunikasi media massa cetak (printed mass media communication) 1. Surat Kabar (daily)

2. Majalah (magazine)

b) Komunikasi media massa elektronik (electronic mass media communication)

1. Radio 2. Televisi 3. Film

4. Komunikasi Medio (Medio Communication), yang terdiri dari: a) Surat

b) Telepon c) Pamflet d) Poster

e) Lain-lain (Effendy,1999).

2.1.2 Komunikasi Massa

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Antara lain media elektronik (televisi, radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloit), buku dan film. Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan pada waktu yang serempak.

Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Ardianto, 2004:3), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large

number of people). Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi

massa tersebut harus menggunakan media massa.

(32)

diproduksi secara massal/ tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen. Luas disini berarti lebih besar daripada kumpulan orang berdekatan secara fisik, sedangkan anonim berarti individu yang menerima pesan cenderung asing satu sama lain, dan heterogen berarti pesan dikirimkan kepada orang-orang dari berbagai macam status, pekerjaan, dan jabatan dengan karakteristik yang berneda satu sama lain dan bukan penerima pesan yang homogen.

Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah dikemukakan oleh para ahli komunikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa modern (media cetak dan elektronik) dalam menyampaikan informasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak (komunikan) heterogen dan anonim sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak.

2.1.2.1 Ciri-Ciri Komunikasi Massa

Melalui defenisi-defenisi komunikasi massa tersebut, kita dapat

mengetahui ciri-ciri komunikasi massa. Menurut Nurudin dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi Massa (2007: 19-32), ciri-ciri dari komunikasi massa adalah:

1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Artinya, kumpulan antarberbagai macam unsur dan kerja sama satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Sistem itu adalah sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai suatu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi.

2. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/ beragam. Artinya, komunikan terdiri dari beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, jabatan yang beragan, dan memiliki agama atau kepercayaan yang berbeda pula.

Herbert Blumer pernah memberikan ciri-ciri tentang karakteristik

(33)

a. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya, mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat. b. Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain.

Di samping itu, antarindividu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.

c. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal.

3. Pesannya Bersifat Umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan kepada khalayak plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakan pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini, artinya pesan memang tidak disengaja untuk golongan tertentu.

4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Pada media massa, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda.

5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Salah satu ciri komunikasi massa selanjutnya adalah adanya keserempakan dalam proses penyebaran pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.

6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik).

7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper

Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/palang pintu/penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami.

Gatekeeper juga berfungsi untuk menginterprestasikan pesan, menganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan-pesannya. Intinya,

(34)

2.1.2.2 Fungsi Komunikasi Massa

Disamping memiliki ciri-ciri khusus, komunikasi massa juga mempunyai fungsi bagi masyarakat. Adapun fungsi komunikasi massa menurut Dominick yang dikutip Ardianto dkk dalam bukunya “Komunikasi Massa Suatu Pengantar” (2004: 16-17) adalah sebagai berikut:

a. Surveillance (Pengawasan)

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk (1) pengawasan peringatan ; (2) pengawasan instrumental

Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung berapi, kondisi efek yang memperihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dapat serta merta menjadi ancaman. Sebuah stasiun televisi mengelolah program untuk menayangkan sebuah peringatan. Sebuah surat kabar secara berkala memuat bahaya polusi udara dan pengangguran. Kendati banyak informasi yang menjadi peringatan dan ancaman serius bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak pula orang yang tidak mengetahui tentang ancaman tersebut.

Sedangkan fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat menbantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berite tentang film apa yang sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, produk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep makanan dan sebagainya adalah contoh-contoh pengawasan instrumental.

b. Interpretation (Penafsiran)

Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau di tayangkan.

c. Lingkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatuan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk lingkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

d. Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai)

Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi prilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Dengan perkataan lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati untuk menirunya.

e. Entertainment (Hiburan)

(35)

menciptakan kesenangan yang bersifat hiburan. Melalui berbagai program acara yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya.

2.1.2.3 Sifat-Sifat Komunikasi Massa

Ada beberapa sifat yang melekat dalam komunikasi massa dan sekaligus

membedakannya dengan bentuk komunikasi yang lainnya. Sifat-sifat yang dimaksud adalah (Fajar, 2009: 222-225):

1. Sifat komunikator

Sesuai dengan hakikatnya, didalam sifat penggunaan media atau saluran secara professional dengan teknologi tinggi melalui usaha-usaha industri maka kepemilikan media massa bersifat lembaga, yayasan, organisasi usaha yang mempunyai struktur danpenjelmaan tugas, fungsi-fungsi serta misi tertentu. Pesan-pesan yang terbit dari suatu media massa sesungguhnya bukan berasal dari perorangan, tetapi dari rembukan bersama, olahan redaksi atau keputusan kebijaksanaan organisasi yang menerbitkannya.

2. Sifat pesan

Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum, universal tentang berbagai hal dari berbagai tempat di muka bumi. Sementara itu, isi media massa adalah tentang berbagai peristiwa apa saja yang patut diketahui oleh masyarakat umum.

3. Sifat media massa

Salah satu cirri yang paling khas dalam komunikasi massa adalah sifat media massa. Komunikasi massa dampaknya lebih bertumpu pada andalan teknologi, hal ini berfungsi mengatur hubungan antara komunikator dengan komunikan yang dilakukan secara serempak dan menjangkau berbagai titik-titik pemukiman manusia di muka bumi pada waktu yang sama.

4. Sifat komunikan

Komunikan dalam suatu komunikasi massa adalah masyarakat umum yang sangat beragam, heterogen dalam segi demografis, geografis maupun psikologis.

5. Sifat efek

Secara umum komunikasi massa mempunyai tiga efek. Berdasarkan teori hierarki efek yaitu:

a. Efek kognitif, pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya

(36)

c. Efek konatif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

2.1.3 Televisi

Komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Televisi berasal dari dua kata yang berbeda yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh dan visi (videre; bahasa latin) yang berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang dalam bahasa Inggris disebut television dapat diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat dan dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima/ Television Set (Wahyudi, 1992:49).

Salah satu media dalam komunikasi adalah televisi. Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia (Ardianto, 2004:125). Media televisi sebagai salah satu pioner dalam penyebaran informasi dan dengan menggunakan perngkat satelit, kini menjadi

media informasi yang terus berkembang pesat (Kuswandi, 1996:1). Menurut Effendy (Effendy, 2002:21) yang televisi siaran merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung

satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen.

Sebagai suatu media elektronik, televisi memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Ardianto, 2004:128) :

1. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik, dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak.

2. Berpikir dalam Gambar

Dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi (visualization), yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Kedua, adalah penggambaran (picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.

(37)

Pengoperasian televisi lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang-orang yang terampil dan terlatih.

Televisi mempunyai fungsi sebagai berikut (Effendy, 2007:27) : 1. Fungsi Penerangan (The Informational Function)

Ada dua faktor yang mampu menyiarkan informasi yang memusatkan. Faktor yang pertama adalah faktor immediately (langsung dan dekat) dan faktor yang kedua adalah realism (kenyataan).

2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function)

Televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan yang sifatnya menambah pengetahuan khalayak.

3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function)

Televisi juga menyuguhkan acara yang bersifat hiburan kepada masyarakat. Tayangan-tayangan yang bersifat hiburan misalnya sinetron, kuis, film, komedi dan lain sebagainya. Pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan dan selajutnya untuk memperoleh informasi.

2.1.3.1 Daya Tarik Televisi

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat. Jika radio mempunyai daya tarik yang kuat dikarenakan unsur kata-kata, musik dan sound effect, maka TV selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar. Selain itu, gambar itu bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu

menimbulkan kesan mendalam pada pemirsa. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman. Selain itu TV juga dapat menyajikan berbagai program lainnya

yang cukup inovatif dan menarik untuk dinikmati masyarakat (Effendy, 2002 :177).

(38)

berbusana masyarakat. Penyiaran suatu peristiwa dengan media televisi juga sangat cepat, termasuk siaran langsung yang mampu membangkitkan emosi massa. Tak heran banyak pihak yang menggunakan televisi sebagai media kampanye.

2.1.3.2 Dampak Acara Televisi

Media televisi sebagaimana media massa lain berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara strategis. Bersamaan dengan jalannya proses penyajiannya isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterprestasikan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.

Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu panting bagi khalayak. Ada tiga dampak yang timbul dari

acara televisi terhadap pemirsa :

1. Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang

melahirkan pengetahuan bagi pemirsa.

2. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi.

3. Dampak prilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari (Kuswandi, 1996 : 99).

2.1.3.3 Program Televisi

(39)

pemirsa, sehingga mereka telah hanyut dalam keterlibatan akan kisah dan peristiwa yang disajikan oleh televisi (Effendy, 2002 : 122).

Menurut Frank Jefkins (Jefkins, 2003 : 105), televisi memiliki sejumlah karakteristik khusus dan program acara, yaitu :

1. Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan warna.

2. Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama

3. Karena menghandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang tampak haruslah dibuat semenarik mungkin.

Sedangkan program acara televisi, terdiri dari:

1. Buletin berita nasional, seperti : siaran berita atau buletin berita regional yang dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal.

2. Liputan-liputan khusus yang membahas bebagai masalah aktual secara lebih mendalam.

3. Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam atau di luar ruangan, yang disiarkan langsung atau tidak langsung dari dalam negeri atau luar negeri.

4. Program acara mengenai topik khusus yang bersifat informatif, seperti: acara memasak, berkebun, dan acara kuis.

5. Acara drama, terdiri dari : sinetron, sandiwara, komedi, film dan lain sebagainya.

6. Acara musik, seperti konser musik pop, rock, dangdut, klasik, dan lain sebagainya.

7. Acara bagi anak-anak, seperti film kartun.

8. Acara keagamaan, seperti : siraman rohani, acara ramadhan, acara natal, dan lain sebagainya.

9. Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan. 10.Acara bincang-bincang atau sering disebut talkshow.

2.1.3.4 Reality Show

Beberapa definisi tentang reality show: Reality show adalah acara yang menampilkan realitas kehidupan seseorang yang bukan selebriti (orang awam), lalu disiarkan melalui jaringan TV, sehingga bisa dilihat oleh masyarakat. Reality show tidak sekedar mengekspose kehidupan orang, tetapi juga menjadi ajang kompetisi, bahkan menjahili orang (Widyaningrum dan Christiastuti, 2004). Menurut Motulz Media Center (2005). Reality show secara istilah berarti pertunjukan yang asli (real), tidak direkayasa, dan tidak dibuat-buat. Kejadiannya diambil dari keseharian kehidupan masyarakat apa adanya, yaitu realita dari

(40)

Jadi reality show adalah suatu acara yang menayangkan kejadian nyata atau asli dari kehidupan masarakat sehari hari yang diambil dari orang yang bukan selebriti (orang awam), yang disiarkan melalui jaringan televisi.

Dalam penyajiannya acara reality show terbagi menjadi 3 jenis (Harmandini, 2005).:

1. Docusoap (Documenter dan Soap Opera) yaitu gabungan dari rekaman asli dan plot. Disini penonton dan kamera menjadi pengamat pasif dalam mengikuti orang-orang yang sedang menjalani kehidupan sehari-hari mereka. Baik yang professional maupun pribadi. Dalam hal ini produser menciptakan plot sehingga enak ditonton oleh pemirsa. Para kru dalam proses editing menggabungkan setiap kejadian sesuai dengan yang mereka inginkan. Sehingga akhirnya terbentuk cerita 30 menit tiap episode.

2. Hidden camera yaitu sebuah kamera tersembunyi merekam orang-orang dalam situasi yang sudah diatur.

3. Reality game show yaitu sejumlah kontestan yang direkam secara intensif dalam suatu lingkungan khusus guna memperebutkan hadiah. Fokus dari

acara ini para kontestan menjalani kontes dengan tipu muslihat sampai reaksi yang menang dan kalah.

Junior MasterChef Indonesia merupakan sebuah program acara komperisi

Talent Search memasak anak–anak terbesar pertama kali di Indonesia yang diikuti

oleh anak–anak berusia 8–13 tahun yang memiliki passion memasak. Program acara tersebut menampilkan adu kemampuan memasak bagi kalangan anak-anak, sehingga seharusnya mampu memberikan inspirasi bagi semua kalangan dan anak-anak tentunya.

Masterchef menyajikan tiga sesi yaitu: 1. Sesi pertama (babak kapten)

Setiap peserta mengadukan masakan secara individu. Kemudian, peserta mendapatkan posisi pertama akan menjadi kapten.

2. Sesi kedua (babak peserta eliminasi)

(41)

3. Sesi ketiga (babak eliminasi)

Setiap peserta mengadukan memasak secara individu. Satu dari tiga mendapatkan nilai yang tidak memuaskan akan dieliminasi.

Tantangan Masterchef yaitu:

1. Mystery Box: kontestan harus membuat masakan dari bahan-bahan yang ada di dalam kotak.

2. Multi Mystery Box: selain bahan-bahan yang ada didalam mystery box, kontestan juga harus menggunakan bahan yang berada di mystery box yang besar yang ada dihadapan juri.

3. Signature Dish: kontestan harus membuat masakan dengan tema tertentu. 4. Popstar Challenge: kontestan membuat masakan kesukaan bintang tamu. 5. One Core Ingredient: kontestan harus membuat hidangan dengan satu

bahan dasar yang telah ditentukan.

6. Duel Captain Challenge: kapten dari sebuah tim akan bertanding memasak dengan kapten dari tim yang lain.

7. Offsite Challenge: tantangan yang dilakukan di luar Galeri MasterChef. 8. Pair Challenge: Kontestan akan memasak / menghadapi tantangan secara

berpasangan sesuai dengan tantangan yang ditentukan .

9. Team Challenge: kontestan dibagi menjadi 2 tim atau lebih, tim-tim tersebut diadu memasak di dalam Galeri MasterChef.

10.Pro Chef Challenge: salah satu kontestan berhadapan dengan seorang chef profesional. Apabila berhasil menang, kontestan akan mendapatkan hadiah 11.Pressure Test: Tim yang kalah dalam Offsite Challenge atau Team Challenge akan memasak untuk membuktikan bahwa kontestan tersebut masih layak di Galeri Masterchef.

12.Spike Elimination: kontestan mengikuti babak eliminasi tetapi bukan tantangan memasak, melainkan memilih salah satu kontestan yang menurutnya harus dikeluarkan.

13.Elimination Test: Babak Eliminasi.

14.Duel Black Team: Kontestan terbawah bertanding duel dengan salah satu dari Black Team. Jika kontestan menang maka akan tetap mempertahankan posisinya dan Black Team akan tereliminasi. Namun jika Black Team yang menang maka akan bertukar posisi dengan kontestan tersebut.

15.Black Team Royal Battle: Kontestan terbawah bertanding duel dengan seluruh anggota Black Team. Pemenang akan bertahan dalam kompetisi dan yang kalah akan tereliminasi.

16.Duplication Test: kontestan harus menduplikasi masakan tertentu dari segi presentasi dan rasa.

17.Invention Test: kontestan harus menyiapkan sebuah hidangan hasil kreasi baru dari bahan yang ada.

18.Taste Test: tantangan menebak bahan dalam suatu masakan.

(42)

Junior Masterchef menyajikan tiga sesi, yaitu sesi pertama (babak kapten), sesi kedua (babak peserta eliminasi), sesi ketiga (babak eliminasi) dan memiliki tantangan setiap episodenya yang membuat persaingan sangat ketat sehingga sangat menarik perhatian pemirsa dan antusias untuk terus mengikuti. Dari uraian tersebut, jelas bahwa Junior MasterChef Indonesia merupakan termasuk dalam program acara reality game show.

2.1.3.5 Karakteristik Tayangan Televisi

Terdapat unsur-unsur dominan yang menjadi karakteristik televisi (Baskin, 2006: 63-68), yaitu:

1. Penampilan penyaji berita atau host.

Host secara umum diartikan sebagai orang yang memegang sebuah acara tertentu. Keberadaan host biasanya identik dengan acara yang dibawakannya. Dengan demikian, selain jenis acara, figur host yang bersangkutan juga memegang peranan penting. Kehadiran seorang host yang berkarakter akan menjadi daya tarik sebuah acara. Menurut RM Hartoko, ada beberapa prasyarat untuk menjadi presenter televisi yang baik, yaitu:

a. Penampilan yang baik dan perlu didukung pula oleh watak dan pengalaman.

b. Kecerdasan pikiran yang meliputi pengetahuan umum, penguasaan bahasa, daya penyesuaian, dan daya ingatan yang kuat.

c. Keramahan yang tidak berlebihan sampai over friendly yang dapat menjengkelkan dan menjadi tidak wajar. Penampilan penyiar di layar televisi harus tetap disertai dengan sopan-santun perjumpaan supaya tidak menyinggung perasaan rata-rata pemirsa.

d. Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak, menyenangkan untuk didengar dan memiliki wibawa yang cukup mantap, yaitu suara yang menimbulkan kepercayaan, meyakinkan bagi yang mendengarnya, sehingga membuat pemirsa memperhatikan apa yang dikatakan.

2. Narasumber

Narasumber merupakan orang yang menjadi sumber informasi atau yang mengetahui informasi tertentu. R. Fadli (2002) menyebutkan bahwa seorang narasumber yang baik harus memiliki hal-hal berikut:

a. Memiliki kapabilitas, yaitu kemampuan yang meliputi bidang akademis maupun pengalaman.

b. Memiliki kredibilitas, meliputi kualitas, kapabilitas, atau kekuatan sehingga menimbulkan kepercayaan.

(43)

3. Materi Acara

Faktor lain yang diperhatikan dalam tayangan televisi terletak pada materi acara atau permasalahan (Wibowo, 1997: 48). Dalam hal ini ada dua kategori untuk mengetahui sampai seberapa jauh permasalahan itu menarik, yaitu:

a. Permasalahan apa yang dibahas, yaitu hal yang menjadi topik pembahasan diskusi tersebut merupakan permasalahan yang penting bagi masyarakat. b. Masalah itu merupakan masalah yang aktual atau yang sedang hangat

dibicarakan masyarakat.

4. Perangkat Acara

Ilustrasi visual didalam tayangan dapat berupa sajian musik di awal acara sebagai pembukaan, membacakan cerita menarik, menyajikan ilustrasi, gambar yang berganti-ganti, atau menyajikan situasi komedi yang diperankan oleh perangkat acara (Wibowo, 1997: 37). Perangkat acara merupakan orang-orang yang memiliki peran dalam tayangan tersebut dan bertugas untuk menyampaikan ilustrasi visual terhadap khalayak. Agar ilustrasi tersebut dapat disampaikan dengan baik, perangkat acara perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu:

a. Keselarasan antara perangkat acara dan kerjasama tim.

b. Komunikasi antara perangkat acara yang terlihat dalam penggunaan humor ataupun visualisasi.

5. Waktu tayang

Faktor lain yang harus diperhatikan adalah pemilihan waktu tayang. Pemilihan waktu tayang diperlukan agar segmentasi khalayak yang diharapkan dapat tercapai. Dalam pemilihan waktu tayangan juga perlu memperhatikan:

a. Frekuensi penayangan yang diperlukan untuk memudahkan penonton untuk mengingat acara tersebut.

b. Durasi tayangan, yaitu lamanya tayangan itu berlangsung. Hal ini perlu diperhatikan untuk menghindari penonton dari kebosanan.

2.1.4 Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organism – Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi, tidak mengherankan, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi.

(44)

a. Pesan (stimulus, S)

b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R)

Dalam proses komunikasi berkenan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan.

Dalam prosesnya perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada 3 (tiga) variabel penting (Effendy, 2007:255) adalah sebagai berikut:

1. Perhatian

2. Pengertian mencakup pengetahuan dan pemahaman 3. Penerimaan

Gambar 2.1 Teori S-O-R

Sumber: (Effendy, 2003 : 255)

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organism. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

Sehubungan dengan penjelasan di atas, teori S-O-R dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Stimulus – S (Pesan) yang dimaksud adalah acara reality show Junior MasterChef di RCTI

Organisme  Perhatian  Pengertian  Penerimaan

(45)

b. Organism – O (Komunikan) yang dimaksud adalah khalayak pemirsa, yakni siswa ekstrakulikuler SMP St. Yoseph Pemuda Medan.

c. Response – R (Efek) yang berupa persepsi siswa ekstrakulikuler SMP St. Yoseph Pemuda Medan terhadap acara reality show Junior MasterChef di RCTI .

Perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan pada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya adalah komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Setelah terjadinya proses-proses di dalam diri komunikan, maka perubahan yang terjadi adalah:

a. Perubahan kognitif, pada perubahan ini pesan ditujukan kepada komunikan, bertujuan hanya untuk mengubah pikiran komunikan.

b. Perubahan afektif, dalam hal ini, adapun tujuan komunikator bukan saja

hanya untuk diketahui oleh komunikan, melainkan diharapkan adanya timbul sesuatu bentuk perasaan tertentu seperti rasa iba, sedih, terharu, bahagia, puas dan lain sebagainya.

c. Perubahan behavioral, yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan.

Pada penelitian ini, perubahan sikap yang akan diteliti adalah perubahan afektif, yaitu adanya peningkatan pengetahuan mengenai tokoh-tokoh di Indonesia dalam diri komunikan setelah menyaksikan acara reality show “Junior MasterChef”.

2.1.5 Persepsi

(46)

Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.

Secara etimologis persepsi atau dalam bahasa Inggris Perception berasal dari bahasa latin “perceptio”, dari percipare yang artinya menerima atau mengambil. Dalam arti sempit, persepsi ialah penglihatan, yakni bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003:445).

Manusia dalam menerima informasi, mengolah, menyimpan dan menghasilkannya kembali mengalami empat proses, yaitu meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Persepsi ialah proses pemberian makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respon. Persepsi adalah

pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi, menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2005:51). Walaupun

begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. Perhatian (attention) merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi persepsi.

(47)

mempengaruhi persepsi, yaitu faktor fungsional dan faktor struktural. Berelson dan Steiner (1964:88) mengatakan “perception is the complex process by which people select, organize, and interpret sensory stimulation into a meaningful and

coherent picture of the world”. Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi

adalah anggapan (assumption), harapan kebudayaan (cultural expectations), motivasi (motivations), suasana hati (moods), dan sikap (attitudes). Proses persepsi tidak dapat berjalan dengan sendirinya, melainkan melalui tahapan-tahapan dalam individu yang didapat dan digambarkan sebagai berikut :

a. Pada tahap per

Gambar

Gambar 2.2
Gambar 2.3
Tabel 2.1 Komponen
Tabel 3.1 Siswa Ekstrakulikuler Memasak SMP St.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diumumkan Kepada Publik", bersama surat ini kami PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk ('Perseroan") , memberitahukan bahwa sesuai Akta Notaris yang dibuat oleh

Statistika deskriptif adalah teknik statistik yang memberikan informasi hanya mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis dan kemudian menarik inferensi

Dengan pengambilalihan saham,tersebut, PT lnteract Corpindo telah menjadi salah satu entitas anak Perseroan. yang diharapkan akan mendukung kinerja Perseroan

adalah cara mengumpulkan data dengan mengamati atau menganalisis suatu obyek melalui ekspresi luar dari obyek tersebut dalam bentuk karya lukisan atau tulisan.. Metode ini dipakai

[r]

Dalam Penyusunan Profil yang sangat sederhana ini mencakup gambaran dari hasil kegiatan di Rumah Sakit Umum Daerah Polewali Mandar Tahun 2011.. Kami menyadari bahwa isi

& LAYANAN PEND... ASTRA

Metode penelitian kualitatif itu sendiri adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,