• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN PEREMPUAN DALAM KEBUDAYAAN ADAT PERKAWINAN SUKU GAYO DI KECAMATAN KEBAYAKAN KABUPATEN ACEH TENGAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN PEREMPUAN DALAM KEBUDAYAAN ADAT PERKAWINAN SUKU GAYO DI KECAMATAN KEBAYAKAN KABUPATEN ACEH TENGAH."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PEREMPUAN DALAM KEBUDAYAAN ADAT

PERKAWINAN SUKU GAYO DI KECAMATAN

KEBAYAKAN KABUPATEN

ACEH TENGAH

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

INDA SYAHRA Nim: 3123321020

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

INDA SYAHRA. NIM 3123321020. “Peranan Perempuan Dalam Kebudayaan Adat Perkawinan Suku Gayo Di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (a) peran perempuan Gayo dalam Adat perkawinan di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah, (b) Sejarah Perempuan Gayo dalam masyarakat di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah, (c) tahapan-tahapan dalam adat perkawinan di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah. Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dimana peneliti terjun langsung ke lapangan dan memperoleh data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode lainnya adalah metode studi kepustakaan (library research) dengan mengumpulkan buku-buku yang berkaitan. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti maka diketahui bahwa perempuan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan masyarakat yang bermoral. Akan tetapi kerap kali peran perempuan menjadi perdebatan. Banyak kalangan yang menilai perempuan seharusnya mendapatkan peran yang lebih didalam kehidupan bermasyarakat. Terutama dalam pendidikan, perempuan merupakan guru pertama bagi anak-anaknya. Begitu besar peran perempuan dalam pembentukan pondasi budaya yang bermoral bagi penerus bangsa. Namun, kenyataan yang ada berbanding terbalik dengan realita yang sesungguhnya. Pada zaman yang semakin maju ini banyak penyalahgunaan kebebasan yang telah diberikan. Kebebasan yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan moral bangsa.

Kata Kunci :Peran Perempuan dalam Kebudayaan Adat Perkawinan Suku

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skipsi ini dengan judul: “Peranan Perempuan Dalam Kebudayaan Adat Perkawinan Suku Gayo di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

Dalam melaksanakan penelitian maupun penulisan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd sebagai Rektor Universitas Negeri Medan beserta staffnya.

2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Si sebagai dekan FIS UNIMED beserta staffnya.

3. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FIS UNIMED.

4. Bapak Syahrul Nizar Saragih, M.Hum, M.Aselaku sekretaris Jurusan

Pendidikan SejarahFIS UNIMED.

5. Terima kasih yang terlebih kepada Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum

(7)

iii

6. Bapak Dr. Phil IchwanAzhari, M.S selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis. Ibu Drs. Flores

Tanjung, M.A selaku dosen pengajar dan penguji bebas yang telah memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si serta Bapak Syahrul Nizar Saragih, M.Hum, M.A selaku penguji penulis yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh fungsional dan Dosen serta pegawai pada Jurusan Pendidikan Sejarah.

9. Terima kasih kepada Bapak Camat Aulia Putra Kecamatan Kebayakan beserta staffnya.

10.Teristimewa untuk orang tua penulis, Ayahanda M. Galib, S.Pd dan

Ibunda Khairunisani, S.Pd yang telah bekerja keras untuk membesarkan, mendidik, membimbing, dan mengajari artinya perjuangan hidup serta

memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Teristimewa untuk Adikku tersayang Hilmi Naufal, Syifa Magfirah dan

keluarga besar penulis yang telah memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Kepada teman-teman Mahasiswa Pendidikan Sejarah Unimed terkhusus

buat kelas Ekstensi 2012 Pendidikan Sejarah, terima kasih untuk motivasi dan kebersamaan yang tidak mudah untukdilupakan ini.

(8)

iv

Fandi, kak Tuti, Bang Rizky, Bang Edo, Bang Ari, Kak Ayi, Kak Dewi, Bang Abdul Muis, S.Pd, Julianti dan teman-teman yang lain. Terima kasih

untuk semangat dan waktu yang diberikan selama menyelesaikan skripsi ini.

14.Teman-teman PPLT 2015 SMP Negeri 1 Tanjung Pura yang turut memberikan semangat.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan banyak

terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua terkhusus Jurusan Pendidikan Sejarah.

Medan, 09 Januari 2017

Penulis,

Inda Syahra

(9)

v

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Identifikasi Masalah ...6

2.1 Tinjauan Pustaka ...10

2.2 Kerangka Konseptual ...13

2.2.1 Peranan Perempuan Gayo ...13

2.2.2 Kebudayaan Gayo ...17

2.3 Kerangka Berpikir ...25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...28

3.1 Metode Penelitian ...28

3.2 Lokasi Penelitian ...28

3.3 Sumber Data ...28

3.3.1 Data Primer ...29

3.3.2 Data Sekunder ...29

3.4 Populasi dan Sampel………...29

3.4.1 Populasi...29

3.4.2 Sampel...29

3.5 Teknik Pengumpulan Data ...30

3.5.1 Observasi ...30

(10)

vi

3.5.3 Studi Dokumentasi ...31

3.5 Teknik Analisis Data ...31

BAB IV PEMBAHASAN ...32

4.1 Keadaan Geografis Wilayah Gayo ...32

4.2 Lokasi Kabupaten Aceh Tengah ...33

4.3 Sejarah Suku Gayo ...35

4.3.1 Adat Istiadat Suku Gayo ...37

4.3.2 Sejarah Peranan Perempuan Gayo ...40

4.3.3 Peranan Perempuan dalam Kebudayaan Gayo ...43

4.3.4 Peranan Perempuan dalam Tahapan Perkawinan di Suku Gayo ...45

4.3.4.1 Masa Perkenalan (pra perkawinan)...49

4.3.4.2 Munginte (Meminang)...51

4.3.4.3 Mujule Mas...55

4.3.4.4 Pakat Sara Ine...55

4.3.4.5 Beguru...56

4.3.4.6 Jege Uce (Berjaga Kecil)...59

4.3.4.7 Jege Kul (Berjaga Besar)...59

4.3.4.8 Bekune...60

4.3.4.9 Munalo...60

4.3.4.10 Mah Bei (Mengarak Calon Mempelai Laki-laki ke rumah Calon Istrinya)...62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...74

5.1 Kesimpulan ...74

5.2 Saran ...74

(11)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I. Daftar Pedoman Wawancara

Lampiran II. Daftar Narasumber Lampiran III. Hasil Wawancara Lampiran IV. Data Dokumentasi

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Suku Gayo adalah suatu kelompok etnik yang mendiami dataran tinggi Bukit Barisan di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Suku Gayo mendiami empat kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah,

Kabupaten Gayo Lues, dan Kabupaten Aceh Tamiang.Suku Gayo juga mendiami beberapa desa di Kabupaten Aceh Tenggara, Kecamatan Beutong di Kabupaten

Nagan Raya dan Kecamatan Serba Jadi di Kabuaten Aceh Timur.

Mahmud Ibrahim, (2007:5) menjelaskan suku bangsa Gayo berasal dari Melayu Tua yang datang ke-Sumatera gelombang pertama dan menetap di pantai

utara dan Timur Aceh dengan pusat pemukiman di wilayah antara muara aliran sungai Jambu Aye, sungai Peurlak dan sungai Tamiang. Kemudian menyusur

ke-daerah aliran sungai-sungai itu berkembang ke SerbeJadi, Lingge dan Gayo Lues. Menelusuri asal usul etnik Gayo, tidak banyak sumber atau artefak, hanya

sejarah lisan yang terungkap dikenal dengan istilah Kekeberen atau cerita turun temurun yang bersumber dari keturunan raja Lingga (Reje Lingge). Menurut Soekanto, (1990:245) mengenai peran yang sesungguhnya dipegang oleh

unsur-unsur luar hanya cerita-cerita turun temurun yang sampai kepada kita dan yang sukar diperiksa kebenarannya.

(13)

2

tempat yang terhormat.Perempuan adalah sosok yang menjadi tauladan bagi sebuah generasi sehingga perlu dipersiapkan secara matang untuk menuju suatu

perubahan. Perempuan tidak akan bisa mengurusi rumah tangga atau masyrakat tanpa pengetahuan intelektual dan etika yang memadai, perempuan wajib belajar

(mempelajari) apa yang dipelajari kaum lelaki mulai dari dasar hingga ia paham dasar-dasar pengetahuan yang memungkinkan ia dapat memilih sesuai minat dan pengembangan kapan saja.

Perempuan memiliki peranan yang tidak dapat diadakan dengan mudah begitu saja.Banyak peranan perempuan baik didalam kehidupan keluarga,

kehidupan ekonomi, politik, sosial kebudayaan, hingga pendidikan dan agama. Di tingkat keluarga, sebagai seorang anak, perempuan berperan sebagai pemelihara tradisi, norma, dan nilai-nilai luhur sehingga terdapat tuntutan bahwa di

masyarakat ia harus menunjukkan ciri feminisme dan kepatuhan sebagai bentuk sifat kelembutan dan perhatian yang ia miliki.

Peran perempuan dalam pembangunan Gayo tidak harus selalu diterjemahkan dengan terjun secara aktif dalam kegiatan-kegiatan yang beraroma

politik atau keorganisasian semata. Namun yang lebih penting dari itu semua adalah peran perempuan dalam melakukan upaya-upaya penyadaran dan menciptakan satu generasi muda Gayo yang kuat, ulet, pemberani, tangguh, dan

sadar akan budaya dan bahasa Gayo.

Sebelum para perempuan Gayo melakukan upaya-upaya penyadaran

(14)

3

terlebih dahulu terhadap semua perempuan yang ada di Gayo melalui suatu program yang terarah dan terencana. Barangkali sebagian perempuan di Gayo

sudah ada yang sadar akan perannya tersebut tetapi belum maksimal dalam melakukan upaya tersebut. Yang lebih parahnya lagi mungkin masih banyak

perempuan di Gayo yang belum sadar sama sekali akan perannya bahkan tidak mau tahu dengan peran tersebut. Diperlukan munculnya satu kesadaran kolektif dari perempuan di Gayo bahwa perannya dalam proses pembangunan masyarakat

Gayo sangat dibutuhkan dan sangat strategis dalam mendukung keberhasilan pembangunan dan perekayasaan sosial munculnya satu generasi yang berilmu

pengetahuan baik umum maupun agama dan sekaligus sadar budaya dan bahasa Gayo.

Dalam masyarakat manapun, baik dari masyarakat pedesaan sederhana,

masyarakat kota, perempuan dalam sistem sosialnya mempunyai peranan tertentu. Kedudukan dan peranannya terwujud dalam kelompok-kelompok sosial, baik

yang kecil sampai kelompok besar dan meluas.Pada dasarnya kesatuan sosial itu ditata oleh norma-norma atau aturan berdasarkan sistem budaya.

Beberapa di antara peran itu ada yang kita waris, ada yang kita ciptakan dan ada yang muncul bersama pekerjaan kita.kebanyakan gagasan kita tentang tingkah laku yang selaras dengan peran-peran itu diwariskan lewat tradisi

keluarga kita, yang berkaitan dengan nilai-nilai kelompok kesukuan kita, tradisi keagamaan dan golongan ekonomi. Harapan-harapan akan peran dan tingkah laku

(15)

4

Upaya untuk mengembangkan peranan perempuan adalah menggali potensi budaya, sehingga dapat menumbuhkan kepribadian yang utuh dan mapan.

Dapat menjadi acuan atau pedoman dalam usaha menyusun langkah dan strategi untuk menghadapi masa depan yang cerah. Sengat sesuai dengan semangat

otonomi daerah.

Gayo bukan tidak memiliki sederet nama pahlawan-pahlawan perempuan yang demikian agungnya sudah menorehkan satu sejarah pengabdian tertingginya

bagi kemajuan peradaban masyarakatnya, diantaranya adalah Datu Beru, Inen Mayak Pukes dan Inen Mayak Teri. Ketiga perempuan tersebut telah menorehkan

satu sejarah perjalanan perjuangannya dengan tinta emas baik dalam konteks sejarah Aceh maupun Gayo.

Peran perempuan dalam pelestarian suku Gayo yang dilakukan dengan

cara membuat suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasi kedalam banyak bentuk. Tujuannya adalah untuk edukasi

ataupun untuk kepentingan pengembangan kebudayaan itu sendiri dan potensi kepariwisataan daerah. Dengan demikian para Generasi Muda dapat mengetahui

tentang kebudayaannya sendiri. Pelestarian suku Gayo yang dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam sebuah pengalaman kultural. Contohnya, jika kebudayaan tersebut berbentuk kerajinan, maka masyarakat dianjurkan untuk

belajar dan berlatih dalam menguasai pembuatan kerajinan tersebut.Dengan demikian dalam setiap tahunnya selalu dapat dijaga kelestarian budaya kita ini.

(16)

5

rumah tangga dengan membuka usaha produktif. Justru usaha rumah tangga ini bisa membuka kesempatan bekerja bagi perempuan yang lain. Usaha kecil

merupakan kegiatan ekonomi yang menjadi pilihan kebanyakan anggota masyarakat, terutama kelompok perempuan, yang berkecimpung dalam kegiatan

usaha kerajinan dan industri rumah tangga. Begitu juga perempuan yang berada di Kecamatan Kebayakan, mereka memanfaatkan kemampuan mereka untuk berperan sebagai pengrajin anyaman dan kegiatan lainnya.

(http://bwi.or.id/index.php/in/artikel/1123-peran-wakaf-dalam-pemberdayaan-ekonomi-perempuan-1).

Menurut Sulistyowati (2003: 43) komponen-komponen adalah legal

substance (aturan-aturan dan norma-norma), legal structure (institusi atau penegakan hukum seperti polisi, jaksa, hakim, dan pengacara), dan legal culture (budaya hukum, meliputi: ide-ide, sikap-sikap, kepercayaan, harapan, dan

pandangan tentang hukum).

Secara khusus budaya hukum adalah bagian dari kekuatan-kekuatan sosial

tersebut, yang member masukan, menjadi penggerak, dan selanjutnya member output kepada sistem hukum.Dengan demikian dapat mengkaji bagaimana substansi hukum berupa aturan-aturan dan norma-norma, merumuskan suatu

permasalahan, dan bagaimana institusi serta para penegak hukum menanggapi aturan-aturan tersebut, dan bagaimana budaya hukum yang ada dalam masyarakat

(17)

6

Menurut C.Snouck Hurgronje (1996: 73-74) Perbandingan antara hukumdan edet (adat) di Tanah Gayo, pada umumnya samahalnya dengan apa yang berlaku di seluruh Nusantara yang mana penduduknya beragama Islam. Edet adalah hukum yang tidak tertulis, yang hidup dan berkembang bersama kehidupan masyarakat dan dijalankan sepenuhnya oleh reje; sedangkan hukum adalah kaidah-kaidah Islam yang secara teoritis sempurna dan merupakan ketentuan sesuatu yang datang dari Tuhan.Akan tetapi, dalam praktik hukum yang berkaitan dengan agama, kita lihat hanya terbatas dalam kehidupan berfamili saja. Dalam penggunaan sehari-hari yang dimaksud dengan edet adalahsama denganreje yang menjalankan secara keseluruhan, sedangkan dengan hukum adalah sama dengan imem.

Dari latar belakang tersebut, maka penulis berkeinginan mengangkat tema tersebut kedalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul “Peranan Perempuan dalam Adat Perkawinan Suku Gayo di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh

Tengah”

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Sejarah perempuan suku Gayo

2. Aktivitas perempuan Gayo dalam masyarakat di Kecamatan Kebayakan

Kabupaten Aceh Tengah

3. Peran perempuan Gayo dalam bidang adat istiadat perkawinan di

(18)

7

4. Tahapan-tahapan dalam adat perkawinan suku Gayo di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah

1.3.Batasan masalah

Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Sejarah perempuan Gayo dalam masyarakat di Kecamatan Kebayakan

Kabupaten Aceh Tengah

2. Peran perempuan Gayo dalam adat perkawinan di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah

3. Tahapan-tahapan dalam adat perkawinan di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah

1.4.Rumusan Masalah

Agar Penulis terarah dalam melaksanakan penelitian, maka penulis

merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah perempuan Gayo dalam masyarakat di Kecamatan

Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah?

2. Apa saja peran perempuan Gayo dalam adat perkawinan di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah?

(19)

8

1.5.Tujuan Penelitian

Penelitian ini tentunya memliki tujuan yang telah penulis rangkum

menjadi berikut:

1. Untuk mengetahui sejarah perempuan Gayo dalam masyarakat di

Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah.

2. Untuk mengetahui peran perempuan Gayo dalam Adat perkawinan di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah.

3. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam adat perkawinan di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah.

1.6.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh sesudah melaksanakan penelitian ini adalah:

1. Menambah wawasan penulis tentang peranan perempuan dalam kebudayaan adat perkawinan suku Gayo di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah.

2. Untuk menambah pengetahuan atau informasi bagi para pembaca baik dari kalangan mahasiswa tentang peranan perempuan dalam kebudayaan adat perkawinan suku Gayo di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah.

(20)

9

4. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya dalam tema yang berhubungan dengan tema peranan perempuan dalam kebudayaan adat perkawinan suku Gayo di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah.

5. Memperkaya informasi bagi akademisi UNIMED, khususnya Jurusan Pendidikan Sejarah untuk dapat mengetahui dan memahami peranan perempuan dalam kebudayaan adat perkawinan suku Gayo di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah.

(21)

74 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

1. Adat istiadat dalam perkawinan di Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah sampai hari ini masih dilaksanakan sesuai dengan tata cara adat perkawinan tersebut.

2. Peran perempuan dalam adat perkawinan masih cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas perempuan dalam mempersiapkan segala kebutuhan

atau kegiatan perkawinan itu sendiri.

3. Adapun dari semua tahapan di atas telah dijelaskan bahwa peran perempuan lebih banyak ketimbang peran laki-laki. Peran perempuan

sangat dibutuhkan untuk menyediakan segala kebutuhan yang diperlukan oleh calon pengantin. Dari kesemua tahapan diatas peran perempuan

terdapat dalam sepuluh tahapan tersebut, sedangkan peran laki-laki hanya ada pada delapan tahapan saja yang terlibat.

1.2 Saran

Semoga adat istiadat dalam perkawinan dalam masyarakat suku Gayo bisa

bertahan ditengah kemajuan jaman dan pengaruh budaya luar. Semoga pula peran perempuan suku Gayo dalam adat istiadat perkawinan dalam masyarakat suku

(22)

75

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Arikunto, S. (Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi 2010). 2010. Jakarta : Rineka Cipta .

Arivia, D. G. (2008). Jurnal Perempuan Menelusuri Kearifan Lokal. Jakarta : Yayasan Jurnal Perempuan.

Arivia, D. G. (2012). Jurnal Perempuan Perkawinan & Keluarga Edisi April 2012. Jakarta : Yayasan Jurnal Perempuan.

As, N. J. (1988). Upacara Adat Perkawinan Gayo . Jakarta : Tulodong Bawah. Barnhouse, R. T.(1991). Identitas Wanita. Yogyakarta: Kanisius (anggota IKAPI). Drs. Sjafnir Abu Nain, D. R. (1988). Kedudukan dan Peranan Wanita Dalam

Kebudayaan Suku Bangsa Minangkabau. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departeman Sejarah dan Nilai Tradisional .

Hakim, A. (1998). Hakikat Nilai-Nilai Budaya Gayo (Aceh Tengah). Takengon: Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah.

Hasimi, T. L. (2007). Tradisi Makan dan Minum Pada Masyarakat Petani Gayo. Banda Aceh: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional .

Hendrarso, E. S. (2009). Pemberdayaan Perempuan: Kemiskinan, Politik, dan Ancaman Tindak Kekerasan. Surabaya: Lutfansah Mediatama.

Hurgronje, C. S. (1996). Gayo Masyarakat dan Kebudayaan Awal Abad ke-20. Jakarta: Balai Pustaka.

Ibrahim, M. (2007). Mujahid Dataran Tinggi Gayo. Takengon: Yayasan Maqamammahmuda.

Iriyanto, S. (2003). Perempuan Di Antara Berbagai Pilihan Hukum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia .

(23)

76

Maria Ulfah Subadio, T. I. (1994). Peranan dan Kedudukan Wanita Indonesia . Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Melalatoa, M. (1982). Kebudayaan Gayo . Jakarta : PN Balai Pustaka.

Rusdi Sufi, A. B. (2013). Gayo: Sejarah dan Legenda. Banda Aceh: Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh.

Rusdi, P. (2011). Pacu Kude: Permainan Tradisional Di Dataran Tinggi Gayo. Banda Aceh: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional .

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Soekanto, S. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Suhaidy, D. M. (2006). Rona Perkawinan di Tanah Gayo . Banda Aceh : Badan Perpustakaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam .

Syukri, M. (2006). Sarakopat. Jakarta: Hijri Pustaka Utama.

Wiradnyana, K. (2011). Gayo Merangkai Identitas. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Wolfman, B. R. (1983). Peran Kaum Wanita . Yogyakarta : Kanisius.

Referensi

Dokumen terkait

Prevalensi Parasit Penyebab Malaria Unggas Pada Ayam (Gallus gallus bankiva Tem.) Dan Itik (Anas domesticus Lin.) Di Pantai Trisik.. Skripsi S1 Fakultas Teknobiologi Universitas

Dibuat oleh : Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Teknik. Universitas

Jual Furniture Online Toko Perabot Jati

Hal ini tertuang dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tanggal 4 Mei 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi

Masalah yang sering terjadi pada DAS Amprong adalah terjadinya banjir tiap tahunnya diakibatkan karena curah hujan yang tinggi dan juga akibat dari luapan DAS Amprong itu sendiri,

Mikrotik merupakan perangkat router sekaligus sistem operasi yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai fungsi routing serta mengatur lalu lintas data internet serta melakukan

[r]

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t untuk pascates-pascates, maka kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar