• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARANDISCOVERYDAN SIKAP ILMIAH TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

SITI MAISYAROH NIM: 8136176040

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

i

ABSTRAK

SITI MAISYAROH (NIM: 8136176040). Efek Model Pembelajaran Discovery

dan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan kognitif siswa pada model pembelajaran discovery dan pembelajaran ekspositori; untuk menganalisis kemampuan kognitif siswa antara siswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata dan siswa yang memiliki sikap ilmiah di bawah rata-rata-rata-rata; untuk menganalisis interaksi antara model pembelajaran dengan sikap ilmiah terhadap kemampuan kognitif siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik random classsebanyak dua kelas, dimana kelas pertama diajarkan dengan model pembelajaran discovery dan kelas kedua dengan pembelajaran ekspositori. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kemampuan kognitif dan angket sikap ilmiah yang telah divalidkan dan reliabel. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan ANAVA dua jalur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan kognitif siswa yang menggunakan model pembelajaran discovery lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori. Kemampuan kognitif siswa dengan sikap ilmiah diatas rata-rata menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada siswa dengan sikap ilmiah dibawah rata-rata. Terdapat interaksi antara model pembelajaran discovery dan sikap ilmiah terhadap kemampuan kognitif siswa. Interaksi ini menunjukkan kemampuan kognitif siswa dominan pada model pembelajaran discovery pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah diatas rata-rata.

(5)

ii

ABSTRACT

SITI MAISYAROH (NIM: 8136176040). The Effect of Discovery Learning Model and Scientific Attitude on the Students Cognitive Ability. Thesis. Medan: Graduate Program, State University of Medan, 2016.

The aim of the research was to analyze the students’ cognitive ability inboth discovery learning model and expository learning; to analyze the students’ cognitive ability between the students whose scientific attitude above average and the students whose scientific attitude below the average; to analyze the interaction between the learning model and the scientific attitude on the students’ cognitive ability.

This research is a quasi experiment. Sample selection was done by using random class technique as two classes, where the first class was taught discovery learning model while the second class was taught expository learning. The instrument which used is consisted of the tests of cognitive ability and questionnaire of scientific attitude had been both valid and reliable. The data in this research was analyzed by using two ways ANOVA.

The result of this research showed that the students’cognitive ability who taught discovery learning model was better than the students’ cognitive ability who taught expository. The students’ cognitive ability with scientificattitude above the average showed a better result than the students with scientific attitude below the average. There was an interaction between discovery learning model and scientific attitude on the students’ cognitive ability.The interaction showed that the students’ cognitive abilitywas dominant at discovery learning model on students with scientific attitude above the average.

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Esa, yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis dengan judul Efek Model Pembelajaran Discovery dan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi

persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Alhamdulillah dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam menentukan judul, penyusunan proposal hingga menjadi sebuah

tesis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini, yaitu

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program

Pascasarjana UNIMED;

2. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus dosen pembimbing

tesis dan Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program

Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber I,

karena ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan saran, masukan,

serta arahan yang kritis, baik selama kegiatan perkuliahan, maupun dalam

(7)

iv

3. Ibu Dr. Derlina, M.Si, selaku dosen pembimbing tesis yang telah

mendampingi, membimbing, serta memotivasi penulis dalam sejak awal

hingga selesainya tesis ini dengan baik sesuai yang diharapkan;

4. Ibu Prof. Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si sebagai narasumber II, Bapak

Prof.Motlan, M.Sc., Ph.D sebagai narasumber III dalam penyusunan tesis

ini yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun demi

penyempurnaan tesis ini;

5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika PPs Unimed yang telah

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan

berlangsung;

6. Teristimewa penulis ucapkan pada Ayahanda Alm. H. Rustam Turip dan

Ibunda Hj. Ngadisah, yang secara terus menerus memberikan motivasi,

doa, serta kasih sayang yang tak pernah henti, serta kepada adikku

tersayang Nurhasnah, S.Si. dan Nurhasni, S.Pd. yang telah memberikan

motivasi dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed

hingga selesainya tesis ini;

7. Teristimewa penulis ucapkan pada calon imamku tersayang

Muhammmad Ali, S.E. yang secara secara terus menerus memberikan

motivasi, doa, serta kasih sayang yang tak pernah henti kepada penulis

dalam menyelesaikan studi di Unimed hingga selesainya tesis ini;

8. Kepala Sekolah dan Staf Guru di SMA Dharmawangsa Medan yang telah

memberikan izin dalam memberikan waktu, kesempatan dan izin kepada

(8)

v

9. Teman-teman seperjuangan angkatan IV Kelas B-2 Prodi Magister

Pendidikan Fisika yang juga telah memberikan semangat, motivasi, ruang,

serta waktu kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih belum sempurna. Oleh

karena itu masukan dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan

demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian

selanjutnya serta bermanfaat dalam menambah pengetahuan dunia pendidikan.

Medan, Januari 2016

Penulis

(9)

vi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1. Kerangka Teoritis ... 14

2.1.1. Model Pembelajaran ... 14

2.1.1.1. Manfaat Model Pembelajaran ... 15

2.1.1.2. Pembelajaran Ekspositor ... 16

2.1.1.2.1. Konsep Strategi Pembelajaran Ekspositori ... 16

2.1.1.2.2. Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori ... 18

2.1.1.2.3. Keunggulan Strategi Ekspositori ... 20

2.1.1.2.4. Kelemahan Strategi Ekspositori ... 20

(10)

vii

2.1.1.3.1. Pengertian ... 21

2.1.1.3.2. Konsepsi Belajar ... 25

2.1.1.3.3. Tujuan PembelajaranDiscovery ... 28

2.1.1.3.4. Karakteristik PembelajarnDiscovery ... 28

2.1.1.3.5. Peranan Guru dalam PembelajaranDiscovery ... 30

2.1.1.3.6. Langkah-Langkah Operasional dalam Proses Belajar ... 31

2.1.1.3.7. Kelebihan Penerapan PembelajaranDiscovery ... 35

2.1.1.3.8. Kekurangan PembelajaranDiscovery... 36

2.1.1.3.9. Teori Belajar yang Mendukung Model PembelajaranDiscovery ... 37

2.1.1.3.9.1. Teori Belajar Konstruktivisme ... 37

2.1.1.3.9.2. Teori Belajar Penemuan Bruner ... 38

2.1.2. Sikap Ilmiah ... 39

2.1.3. Kemampuan Kognitif ... 43

2.1.4. Penelitian yang Relevan ... 50

2.2. Kerangka Konseptual ... 51

2.2.1. Kemampuan Kognitif Siswa dengan Model Pembelajaran Discovery Lebih Baik dibandingkan Pembelajaran Ekspositori ... 51

2.2.2. Kemampuan Kognitif Siswa Pada Kelompok Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah diatas Rata-Rata Lebih Baik dibandingkan Kelompok Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah dibawah Rata-Rata ... 53

2.2.3. Terjadi Interaksi Menggunakan Model Pembelajaran Discovery dan Pembelajaran Ekspositori dengan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa .. 54

2.3. Hipotesis ... 55

BAB III METODE PENELITIAN ... 56

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56

(11)

viii

3.1.2. Waktu Penelitian ... 56

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 56

3.2.1. Populasi ... 56

3.2.2. Sampel ... 56

3.3. Variabel Penelitian ... 56

3.4. Jenis dan Desain Penelitian ... 57

3.4.1. Jenis Penelitian ... 57

3.4.2. Desain Penelitian ... 57

3.5. Prosedur Penelitian ... 60

3.6. Instrumen Penelitian ... 63

3.6.1. Instrumen Tes Kemampuan Kognitif Siswa ... 63

3.6.2. Instrumen Sikap Ilmiah ... 64

3.7. Teknik Analisis Tes Kemampuan Kognitif ... 65

3.7.1. Validitas ... 65

3.7.1.1. Validitas Isi ... 65

3.7.1.2. Validitas Prediktif ... 66

3.7.2. Reliabilitas ... 68

3.7.3. Tingkat Kesukaran ... 69

3.8. Teknik Analisis Data ... 70

3.8.1. Menentukan Mean ... 70

3.8.2. Menentukan Standar Deviasi ... 71

3.8.3. Uji Normalitas ... 71

3.8.4. Uji Homogenitas ... 72

3.8.5. Uji Gain ... 72

3.8.6. Uji Hipotesis ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 77

4.1. Hasil Penelitian ... 77

4.1.1. Hasil Pretes Kemampuan Kognitif ... 77

4.1.2. Hasil Postes Kemampuan Kognitif ... 80

4.1.3. Data Sikap Ilmiah ... 83

(12)

ix

4.1.4.1.Data Kemampuan Kognitif ... 84

4.1.4.2. Data Kemampuan Kognitif Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah Pada Kelas Sampel... 86

4.1.4.2. Data Kemampuan Kognitif Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah Gabungan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 88

4.1.5. Pengujian Hipotesis ... 89

4.2. Pembahasan ... 97

4.2.1. Kemampuan Kognitif Siswa dengan Model Pembelajaran Discovery Lebih Baik dibandingkan Pembelajaran Ekspositori ... 97

4.2.2. Kemampuan Kognitif Siswa Pada Kelompok Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah diatas Rata-Rata Lebih Baik dibandingkan Kelompok Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah dibawah Rata-Rata ... 101

4.2.3. Terjadi Interaksi Antara Model Pembelajaran Discovery dan Pembelajaran Ekspositori dengan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa .. 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

5.1. Kesimpulan ... 106

5.2. Saran ... 106

(13)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Fase-Fase Model PembelajaranDiscovery... 35

Tabel 2.2. Pengelompokkan Sikap Ilmiah ... 42

Tabel 2.3. Indikator dan Sub Indikator Sikap Ilmiah ... 43

Tabel 2.4. Jenis dan Sub Jenis Dimensi Pengetahuan ... 45

Tabel 2.5. Dimensi Proses Kognitif ... 46

Tabel 2.6. Peneliti Terdahulu ... 50

Tabel 3.1.Two Group Pretes-Postes Design... 58

Tabel 3.2. Desain Penelitian Anova 2 x 2 ... 58

Tabel 3.3. Spesifikasi Tes Kemampuan Kognitif Pada Materi Dinamika Gerak Lurus ... 63

Tabel 3.4. Spesifikasi Instrumen Sikap Ilmiah ... 64

Tabel 3.5. Kesimpulan Pengujian Validitas Ramalan ... 67

Tabel 3.6. Deskripsi Kategori Reliabilitas ... 68

Tabel 3.7. Hasil Uji Reliabilitas ... 69

Tabel 3.8. Deskripsi Kategori Tingkat Kesukaran ... 69

Tabel 3.9. Hasil Perhitungan Tingkat kesukaran Instrumen ... 70

Tabel 3.10. Ringkasan ANAVA Dua Jalur ... 75

Tabel 4.1. Data Pretes Kemampuan Kognitif Siswa ... 77

Tabel 4.2. Uji Normalitas Data Pretes ... 79

Tabel 4.3. Uji Homogenitas Data Pretes ... 79

Tabel 4.4. Uji Kesamaan Kemampuan Kognitif Awal Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 80

Tabel 4.5. Data Postes Kemampuan Kognitif Siswa ... 81

Tabel 4.6. Data Sikap Ilmiah Siswa Pada Kelas Sampel ... 83

Tabel 4.7. Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah .. 84

Tabel 4.8. N-gain Kemampuan Kognitif ... 85

(14)

xii

Tabel 4.10. Nilai Kemampuan Kognitif Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah

Pada Kelas Eksperimen ... 87

Tabel 4.11. N-gain Kemampuan Kognitif Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah Pada Setiap Kelas ... 88

Tabel 4.12. Nilai Kemampuan Kognitif Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah Gabungan Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 89

Tabel 4.13. N-gain Kemampuan Kognitif Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah ... 89

Tabel 4.14. Desain Faktorial Rata-Rata ANAVA 2x2 ... 90

Tabel 4.15. Hasil Uji ANAVA Dua Jalur ... 90

(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Skema Pelaksanaan Penelitian ... 62

Gambar 4.1. Histogram Data Pretes Kelas Kontrol ... 78

Gambar 4.2. Histogram Data Pretes Kelas Eksperimen ... 78

Gambar 4.3. Histogram Data Postes Kelas Kontrol... 82

Gambar 4.4. Histogram Data Postes Kelas Eksperimen ... 82

Gambar 4.5. Hubungan Nilai Pretes-Postes Kemampuan Kognitif dengan Model Pembelajaran Pada kelas Kontrol dan Eksperimen .. 85

Gambar 4.6. Hubungan Data Kemampuan Kognitif Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah ... 87

(16)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP ... 112

Lampiran 2. Indikator Angket Sikap Ilmiah ... 165

Lampiran 3. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Kognitif Siswa ... 169

Lampiran 4. Lembar Validasi Angket Sikap Ilmiah Siswa... 182

Lampiran 5. Lembar Validasi Tes Kemampuan Kognitif Siswa ... 191

Lampiran 6. Validitas Prediktif... 200

Lampiran 7. Reliabilitas ... 207

Lampiran 8. Tingkat Kesukaran ... 208

Lampiran 9. Instrumen Tes Kemampuan Kognitif ... 211

Lampiran 10. Data Sikap Ilmiah ... 213

Lampiran 11. Data Nilai Pretes ... 216

Lampiran 12. Data Nilai Postes ... 219

Lampiran 13. Distribusi Data Pretes-Postes Berdarskan Tingkat Sikap Ilmiah ... 222

Lampiran 14. Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Varians ... 224

Lampiran 15. Uji Normalitas ... 227

Lampiran 16. Uji Homogenitas ... 231

Lampiran 17. Perhitungan Hasil Penelitian Menggunakan IBM SPSS Statistics 21 ... 234

Lampiran 18. Daftar Nilai Tabel ... 243

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting karena

berawal dari pendidikan terciptalah sumber daya manusia yang tangguh dan

mampu mengadakan perubahan menuju pembangunan bangsa dan negara yang

lebih maju. Kemajuan suatu negara tidak bisa dipisahkan dari pendidikan maupun

teknologi bangsa itu sendiri, dengan kata lain keberadaan suatu bangsa saat ini

merupakan buah pendidikan beberapa dekade yang lampau. Pendidikan idealnya

tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya

merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan agar

sejalan dengan situasi masyarakat yang selalu berubah (Putrayasa, 2014).

Salah satu upaya perubahan yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan

menyesuaikan tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan Nasional Indonesia abad 21 bertujuan untuk mewujudkan

cita-cita bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia,

dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia

global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia

yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan

untuk mewujudkan cita-cita bangsanya (BSNP, 2010). Tujuan pendidikan ini pada

hakikatnya sejalan dengan tujuan dan fungsi pendidikan nasional pada

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, namun dengan penekanan yang lebih dalam pada

(18)

2

Ironisnya, setelah satu dekade abad 21 berjalan, Indonesia sebagai negara

berkembang dengan jumlah penduduk mencapai 240 juta jiwa, dengan laju

pertumbuhan penduduk (LPP) mencapai 1,49 persen per tahun, masih

menunjukkan kualitas sumber daya manusia yang sangat rendah. Hal ini

ditunjukkan dari data UNDP pada bulan maret 2013 dalam bentuk Human

Development Index (HDI) atau Index Pembangunan Manusia. HDI mengukur

indeks tiga dimensi dari tiga dimensi pembangunan manusia yaitu, panjangnya

usia, pengetahuan, dan standar hidup yang layak, yang menempatkan Indonesia

pada urutan ke 121 dari 185 negara pada tahun 2012. Rendahnya dimensi

pengetahuan HDI Indonesia ditunjukan hasil riset yang dilakukan oleh Education

for All (EFA) Global Monitoring Report 2010 yang dikeluarkan oleh UNESCO

menunjukkan bahwa indeks pembangunan pendidikan atau Education

Development Index (EDI) Indonesia berada pada peringkat ke 65 dari 128 negara

dengan nilai indeks pengembangan pendidikan sebesar 0,947 dengan kategori

indeks pengembangan pendidikan menengah (EFA 2010), dan tahun 2011

peringkat Indonesia turun keperingkat 69 dari 127 negara yang disurvei dengan

nilai indeks pengembangan pendidikan sebesar 0,934 (EFA 2011) (Purba, 2013).

Rendahnya kualitas pendidikan dan sumber daya manusia Indonesia juga

ditunjukkan oleh berbagai riset dan survei internasional yang melibatkan

Indonesia. Hal ini didukung dari data hasil The Trends in International

Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 bahwa dari 42 negara

yang ikut mengambil bagian, Indonesia berada pada posisi ke-40 dengan skor 406

(IEA, 2011). Begitu juga dari hasil The Programme for International Student

(19)

3

PISA 2012 tentang kemampuan matematika, membaca, dan ilmu pengetahuan

alam bahwa Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 dengan skor 382.

Sementara skor rerata pencapaian negara sebesar 501. Sebagai perbandingan

dengan negara tetangga, Singapura pada urutan ke-2 dengan skor 551, Vietnam

pada urutan ke-17 dengan skor 528, Australia pada urutan ke-19 dengan skor 521,

dan Malaysia pada urutan 53 dengan skor 420, serta urutan terakhir adalah Peru

dengan skor 373. Hal tersebut menunjukkan rendahnya kualitas sumber daya

manusia yang berarti lemahnya sistem pendidikan di Indonesia. Akibatnya sumber

daya manusia yang dihasilkan adalah generasi yang kurang percaya diri, kurang

bisa bekerja mandiri, kurang terampil, dan kurang berkarakter. Hal ini sebaiknya

harus segera diatasi oleh pemangku kepentingan pendidikan agar menyiapkan

generasi bangsa yang lebih percaya diri, mandiri, terampil, dan berkarakter.

Pendidikan harus diarahkan pada upaya menciptakan situasi agar siswa mampu

belajar dan memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pendidikan yang

bermutu dapat memberikan jaminan mutu pendidikan kepada masyarakat

(Rusman, 2013).

Secara umum faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di

Indonesia antara lain masalah efektivitas, efisiensi, dan standarisasi pengajaran

(Kulsum, 2013). Efektivitas, efisiensi, dan standarisasi pengajaran yang tidak

diseimbangkan oleh guru dalam proses pembelajaran membuat pembelajaran

tidak mencapai hasil yang maksimal. Hal tersebut termasuk kedalam proses

pembelajaran yang masih menggunakan teacher centered dimana guru sebagai

sumber belajar. Sedangkan menurut Piaget yang menganut teori kontruktivisme

(20)

4

intelektual, pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari

keseimbangan antara apa yang ia rasakan dan ketahui pada satu sisi dengan apa

yang ia lihat sebagai suatu fenomena baru sebagai pengalaman dan persoalan.

Dalam proses pembelajaran guru juga tidak menggunakan model pembelajaran

yang tepat, guru masih sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan bagi

peserta didik. Dalam hal ini pembelajaran menggunakan pembelajaran

konvensional.

Permasalahan diatas juga terjadi di SMA Dharmawangsa Medan

khusunya pada pelajaran fisika. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

guru bidang studi fisika dimana proses pembelajaran masih berpusat kepada guru,

guru sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswa dan belum adanya inisiatif

guru dalam menggunakan model-model pembelajaran yang ada. Hal ini membuat

hasil belajar fisika rendah. Rendahnya hasil belajar fisika siswa dibuktikan dengan

hasil ujian yang dilakukan terhadap 40 orang siswa. Berdasarkan hasil ujian

tersebut diperoleh nilai dengan perolehan tidak memuaskan (0-50) sebanyak

32,5% siswa, nilai dengan perolehan cukup memuaskan (51-74) sebanyak 52,5%

siswa, nilai dengan perolehan memuaskan (75-90) sebanyak 15% siswa, dan nilai

dengan perolehan sangat memuaskan (91-100) tidak ada. Persentase kelulusan

siswa hanya 15% dengan nilai KKM sebesar 75.

Salah satu masalah umum yang tejadi pada pendidikan terutama dalam

mata pelajaran fisika adalah lemahnya proses pembelajaran. Siswa tidak didorong

untuk menemukan sendiri pengetahuan namun siswa hanya dituntut untuk

mengingat apa yang telah diberikan oleh guru. Akibatnya jika siswa menemukan

(21)

5

siswa tidak mampu memberikan solusi terhadap masalah tersebut. Bagi siswa

sendiri bahwa pelajaran fisika adalah suatu pelajaran yang tidak menyenangkan

karena penuh dengan rumus-rumus dan harus banyak yang dihafal. Beberapa

kendala tersebut mengakibatkan banyak siswa yang memperoleh hasil belajar

kurang dari batas ketuntasan.

Melihat hal diatas, maka dalam pembelajaran fisika diharapkan dapat

memberikan pengalaman langsung untuk memahami fisika tersebut secara ilmiah.

Agar dengan mengalami langsung pembelajaran tersebut peserta didik lebih

memahami pelajaran fisika dan dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan.

Salah satu cara untuk melibatkan langsung siswa tersebut dalam memahami fisika

itu adalah dengan menerapkan model pembelajaran discovery. Model

pembelajaran discovery merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat

menjawab kebutuhan pendidikan sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu pendekatan

scientific. Pembelajaran discovery adalah suatu model untuk mengembangkan

cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka

hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah

dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berpikir

analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini

akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat (Hosnan, 2014).

Model pembelajaran discovery merupakan rangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis

untuk mencapai dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

dipertanyakan. Proses berpikir ini dilakukan mengenai tanya jawab antara guru

(22)

6

siswa untuk menangani permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadapan

dengan dunia nyata. Pada pembelajaran discovery guru harus merencanakan

situasi sedemikian rupa sehingga siswa bekerja seperti seorang peneliti dengan

menggunakan prosedur mengenai permasalahan, menjawab pertanyaan,

investigasi, dan menyiapkan kerangka berpikir, hipotesis, dan penjelasan yang

lebih mudah dimengerti dengan pengalaman pada dunia nyata. Sasaran utama

dalam penggunaan model pembelajaran discovery adalah: keterlibatan siswa

secara maksimal dalam kegiatan belajar mengajar, keterarahan belajar secara logis

dan sistematis dalam tujuan pembelajaran, dan mengembangkan sikap percaya

pada diri sendiri tentang apa yang ditemukan dalam proses pembelajaran. Manfaat

dalam proses pembelajaran discovery yaitu: 1) meningkatkan potensi intelektual,

2) pergeseran nilai dari ekstrinsik ke intrinsik, 3) pembelajaran heuristik dari

penemuan itu, dan 4) untuk meningkatkan ingatan yang panjang (Bruner, 1997).

Pembelajaran di sekolah hendaknya tidak diarahkan semata-mata

menyiapkan anak didik untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih

tinggi. Secara khusus pembelajaran fisika di sekolah harus diarahkan menjadi

seorang yang mampu untuk: 1) memecahkan masalah yang dihadapi dalam

kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep-konsep sains yang telah

mereka pelajari; 2) mengambil keputusan yang tepat dengan menggunakan

konsep-konsep ilmiah; 3) mempunyai sikap ilmiah dalam memecahkan masalah

yang dihadapi sehingga memungkinkan mereka untuk berpikir dan bertindak

secara ilmiah (Ndraka, 1985).

Mempelajari fisika merupakan pengembangan konsep dalam kehidupan

(23)

7

(2008) menyatakan pembelajaran yang siswanya aktif akan dapat meningkatkan

interaksi antarsiswa, menumbuhkan sikap ilmiah, dan hasil belajar yang

meningkat pula. Sehingga pembelajaran sains adalah pembelajaran yang

menghendaki dan membawa siswa menjadi aktif dan kreatif dalam menemukan

berbagai fakta ilmiah. Fakta ilmiah sangatlah penting untuk diketahui siswa. Hal

ini akan menjadikan siswa menjadi seorang yang mandiri, percaya diri, maupun

kreatif. Sikap ilmiah merupakan hal yang penting dan mempengaruhi siswa dalam

menemukan fakta ilmiah. Sikap ilmiah diartikan sebagai sikap saintis seseorang

dalam menyikapi hal yang terjadi dalam kehidupannya. Pada sikap ilmiah terdapat

gambaran bagaimana seharusnya bersikap dalam belajar, menanggapi suatu

permasalahan, melaksanakan tugas, dan mengembangkan diri. Hal ini tentunya

sangat mempengaruhi hasil belajar siswa kearah yang positif.

Guru dapat merancang suatu pengajaran yang memberikan kesempatan

seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar secara aktif dan kreatif dalam

menemukan suatu fakta ilmiah atau konsep ilmiah. Rancangan pembelajaran

melalui suatu model pembelajaran tertentu salah satunya model pembelajaran

discovery. Sehingga model pembelajarandiscovery dapat menumbuhkan motivasi

belajar siswa untuk dapat membangun ide-ide yang baru dalam pola pikir dan

perilaku yang baik.

Penelitian yang terkait dengan pembelajaran discovery yang telah

dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya menurut Widiadnyana, et.al (2014)

menyebutkan penelitian ini menghasilkan temuan, bahwa model pembelajaran

berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA dan sikap ilmiah siswa. Secara

(24)

8

pemahaman konsep dan sikap ilmiah siswa yang signifikan antara kelompok

siswa yang belajar dengan modeldiscovery learningdengan kelompok siswa yang

belajar dengan model pengajaran langsung; (2) terdapat perbedaan nilai rata-rata

pemahaman konsep yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan

model discovery learning dengan kelompok siswa yang belajar dengan model

pengajaran langsung; (3) terdapat perbedaan nilai rata-rata sikap ilmiah siswa

yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan model discovery

learningdengan kelompok siswa yang belajar dengan model pengajaran langsung.

Penelitian yang dilakukan Putrayasa, et.al (2014) menyebutkan bahwa

penelitian ini menyimpulkan: (1) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar

IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model

discovery learning dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

pembelajaran konvensional. (2) Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan

antara model pembelajaran dan minat terhadap hasil belajar IPA siswa. Dengan

kata lain dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran discovery learning dan

minat belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa. (3) Pada

kelompok siswa yang memiliki minat tinggi, terdapat perbedaan hasil belajar IPA

yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

model discovery learning dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan pembelajaran konvensional. (4) Pada kelompok siswa yang memiliki

minat rendah, tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara

kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model discovery learning

dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran

(25)

9

Penelitian yang dilakukan Indarti (n.d) menyebutkan bahwa kemampuan

memecahkan masalah siswa yang pembelajarannya menggunakan model

discovery learninglebih baik daripada model pembelajaran konvensional.

Penelitian yang dilakukan Nengsih (2014) menyebutkan bahwa model

pembelajaran berbasis proyek berpengaruh positif terhadap hasil belajar fisika

siswa, model pembelajaran discovery berpengaruh positif terhadap hasil belajar

fisika siswa dan terdapat pengaruh positif antara model pembelajaran berbasis

proyek dan model pembelajaran discovery secara bersama-sama dengan hasil

belajar fisika siswa.

Penelitian yang dilakukan Purwanto, et.al (2012) menyebutkan bahwa

penerapan model pembelajaranguided discoverydapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa.

Penelitian yang dilakukan Afifah, et.al (2014) menyebutkan bahwa hasil

belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran guided discovery dengan

media question cards bervisi SETS lebih baik daripada hasil belajar siswa yang

diajar dengan model pembelajaran demonstrasi dengan media question cards

bervisi SETS. Sehingga model pembelajaran guided discovery dengan media

question cards bervisi SETS lebih efektif daripada model pembelajaran

demonstrasi dengan mediaquestion cardsbervisi SETS.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian

dengan menggunakan model pembelajaran discoveryyang dipengaruhi oleh sikap

ilmiah siswa. Oleh karena itu judul dalam penelitian ini adalah “Efek Model

(26)

10

1.2. Identifikasi Masalah

1. Hasil belajar fisika siswa masih rendah

2. Proses belajar fisika sebagian besar hanya menekankan pada aspek

menghafal konsep-konsep, prinsip-prinsip atau rumus.

3. Proses belajar yang kurang mengaktifkan siswa dalam membangun

konsep

4. Siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran

5. Sikap ilmiah siswa tidak diperhatikan saat pembelajaran

6. Penerapan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi ajar

ditandai dengan pembelajaran konvensional

7. Belum diterapkan inovasi dalam pembelajaran khususnya model

pembelajarandiscovery

1.3. Batasan Masalah

1. Model pembelajaran yang digunakan adalahdiscovery

2. Materi pokok yang diterapkan adalah dinamika gerak lurus

3. Sampel penelitian yang digunakan adalah kelas X semester ganjil T.P

2015-2016.

1.4. Rumusan Masalah

1. Apakah kemampuan kognitif siswa dengan menggunakan

pembelajaran discovery lebih baik dibandingkan pembelajaran

ekspositori ?

2. Apakah kemampuan kognitif siswa pada kelompok siswa yang

mempunyai sikap ilmiah diatas rata-rata lebih baik dibandingkan

(27)

11

3. Apakah ada interaksi menggunakan model pembelajaran discovery

dan pembelajaran ekspositori dengan sikap ilmiah terhadap

kemampuan kognitif siswa ?

1.5. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis apakah kemampuan kognitif siswa dengan

menggunakan pembelajaran discovery lebih baik dibandingkan

pembelajaran ekspositori

2. Untuk menganalisis apakah kemampuan kognitif siswa pada

kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah diatas rata-rata lebih

baik dibandingkan kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah

dibawah rata-rata

3. Untuk menganalisis adanya interaksi menggunakan model

pembelajaran discovery dan pembelajaran ekspositori dengan sikap

ilmiah terhadap kemampuan kognitif siswa

1.6. Manfaat Penelitian • Manfaat Praktis

1. Sebagai alternatif bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang

sesuai dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar

siswa.

2. Menumbuhkembangkan kemampuan bekerjasama antar siswa dan

memecahkan masalah dalam proses pembelajaran bagi siswa di sekolah.

3. Diharapkan setelah penelitian ini, guru tidak lagi berperan sebagai

satu-satunya sumber informasi dalam pembelajaran fisika, tetapi menjadi

(28)

12

4. Membangun kecakapan siswa untuk berfikir dalam proses belajarnya

dengan memecahkan masalah melalui percobaan dan situasi kehidupan

nyata yang dihadapinya.

• Manfaat Pengembangan Ilmu

1. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam upaya

meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan

model pembelajarandiscovery.

2. Menggugah para pengambil kebijakan untuk mempertimbangkan dalam

merancang dan mengembangkan program pembelajaran dan model

pembelajaran yang efektif, sehingga kualitas hasil belajar dapat

dioptimalkan.

3. Memberikan alternatif penuntun bagi guru dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran berbasis discovery dalam rangka meningkatkan

aktivitas siswa.

4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti

mengenai efek model pembelajaran discovery dalam proses

pembelajaran fisika dan sebagai penambah wawasan bagi peneliti dan

bekal mengajar di masa yang akan datang.

1.7. Defenisi Operasional

1. Model PembelajaranDiscovery

Discovery learning merupakan sebuah model pembelajaran yang

menekankan pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur

atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif

(29)

13

melalui personal discovery (penemu pribadi). Adapun fase-fase model

pembelajaran discovery yaitu: 1) stimulation (stimulasi/pemberian

rangsangan); 2) problem statement (identifikasi masalah); 3) data

collection (pengumpulan data); 4) data processing (pengolahan data);

5) verification (pembuktian); 6) generalization (membuat kesimpulan)

(Arends, 2008).

2. Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari

seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa

dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Sanjaya, 2009).

3. Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah diartikan sebagai penilaian umum seseorang atas suatu

objek yang memiliki tipikal sains atau yang berhubungan dengan

sains, disamping itu sikap merupakan fasilitator dan produk dari

proses belajar kognitif (Mulyasa, 2006).

4. Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif adalah suatu proses kegiatan yang dapat diamati

dari aktivitas mental (otak) untuk memperoleh pengetahuan melalui

pengalaman sendiri. Pengaturan aktivitas mental dengan

menggunakan kaidah dan konsep yang telah dimiliki yang kemudian

direpresentasikan melalui tanggapan, gagasan, atau lambang. Ranah

kognitif yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ranah

(30)

106 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Dharmawangsa

Medan dengan menggunakan model pembelajaran discovery diperoleh

kesimpulan:

1. Kemampuan kognitif siswa menggunakan model pembelajaran discovery

dengan nilai rata-rata 77.13 lebih baik dibandingkan pembelajaran

ekspositori dengan nilai rata-rata 65.37.

2. Kemampuan kognitif siswa pada kelompok siswa yang mempunyai sikap

ilmiah diatas rata-rata dengan nilai rata-rata 74.27 lebih baik dibandingkan

kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dibawah rata-rata dengan

nilai rata-rata 68.08.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajarandiscoverydan pembelajaran

ekspositori dengan sikap ilmiah terhadap kemampuan kognitif fisika siswa

dengan nilai sig. 0.005. Dalam penelitian ini kemampuan kognitif siswa

dominan pada model pembelajaran discovery pada kelompok siswa yang

mempunyai sikap ilmiah diatas rata-rata.

5.2 Saran

1. Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran.

2. Model pembelajaran discovery, baik diterapkan karena dapat

(31)

107

3. Dalam menerapkan model pembelajaran discovery sebaiknaya

diperhatikan tingkat sikap ilmiah siswa, karena model pembelajaran

discovery optimal pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah

diatas rata-rata.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat membuat instrumen yang lebih

(32)

108

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Rusilowati, Supriyadi. 2014. Keefektifan Model Pembelajaran Guided Discovery Dengan Media Question Cards Bervisi SETS Dalam Membelajarkan Kebencanaan Alam Terintegrasi Dalam IPA. Unnes Physics Education Journal,3(1), 6-11.

Anderson, L.W., & Krathwohl, D. R. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Anwar, H. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu. 2(5): 103-104.

Arends, R. I. 2008.Learning To Teach.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bruner, J. S. 1997. On Knowing Essays for The Left Hand. United States Of Amerika: University Press.

Budiningsih, C. A. 2005.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dahar, R. W. 2011.Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Harlen, W. 2001.Teaching Learning and Assessing Science. London: A SAGE.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

IEA. 2011. TIMSS & PIRLS International Study Center: Science Achivement.

Boston Collage: Linch School Of Education.

Indarti, Suyudi, A., Yogihati, C.I. nd. Pengaruh Model Discovery Learning

Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Kelas X SMAN 8 Malang. Tidak diterbitkan.

Joyce, B.& Marsha W. 2009. Models of Teaching (edisi delapan). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Kaur, M.G. 2013. Scientific Attitude in Relation to Critical Thinking Among Teachers. Educationia Confab, 2 (8): 24-29.

Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

(33)

109

Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Standar Nasional Pendidikan; Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Martin, B. L. & Leslie J. B. 1986. The Affective and Cognitive Domains: Integration for Instruction and Research (Online). (http://books.google.co.id/books, Diakses pada tanggal 11 September 2015)

Melani, R., Harlita, Sugiharto, B., 2012. Pengaruh Metode Guided Discovery Learning Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi. 4 (1) : 97-105.

Meltzer, D. E. 2002. The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains In Physics: A Possible Ihidden Variabei In Diagnostic Pretest Scores. Ames: Departement of Physics and Astronomy, Iowa State University.

Mulyasa. 2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Ndraka, T. 1985.Teori Metodologi Administrasi.Jakarta: Bina Aksara.

Nuzlia, Sahputra, R., Harun, A. I. 2015. Pengaruh Model Guided Discovery Learningdengan Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar dan Sikap Ilmiah.Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran.4 (9).

Patil, G.V. 2001. A Comparative Study of scientific Attitude About Secondary and Higher Secondary Level Students. Jurnal International Referred Research,2 (24): 24-26.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum.

Purba, S. L. 2013. Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Guna Meningkatkan Daya Saing Bangsa dalam Rangka Ketahanan Nasional. (online), ( http://edukasi.kompasiana.com/2013/10/31/ peningkatan-indeks-pembangunan-manusia-indonesia-605326.html, Diakses pada tanggal 11 September 2015).

Purwanto, C.E., Nugroho, S.E., & Wiyanto 2012. Penerapan Model Pembelajaran

Guided DiscoveryPada Materi Pemantulan Cahaya Untuk Meningkatkan Berpikir Kritis.Unnes Physics Education Journal. 1(1): 26-32.

Putrayasa, Syahruddin, & Margunayasa 2014. Pengaruh Model Pembelajaran

(34)

110

Rahman, R. & Maarif, S. 2014. Pengaruh Penggunaan Metode Discovery

Terhadap Kemampuan Analogi Matematis Siswa SMK Al-Ikhsan Pamarican Kab.Ciamis Jawa Barat.Jurnal Ilmiah.3(1) : 33-58.

Rusman. 2013.Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Sagala, S. 2003.Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung: Alpabeta.

Sani, R.A. 2013.Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Schleicher, A. 2014.PISA 2012 Technical Report. Paris: OECD.

Slameto. 2012.Belajar dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, R. E. 1977. Cooperative Learning Theory, Research and Practice. 2nd Edition. Boston: Allyin and Bacon

Sudjana. 2005.Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sund, R. B. & Trowbridge, L.W. 1973. Teaching Sains by Inquiry in the Secondary School. 3rd Ed. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company.

Syafi’ I, A., Handayani, L., & Khanafiyah,S. 2014. Penerapan Qustion Based Discovery Learning Pada Kegiatan Laboratorium Fisika Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains. Unnes Physics Education Journal. 3(2): 10-17.

Syah, M. 2006. Islamic English: A Competency-Based Reading Comprehension.

Cetakan ke-2. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tiani, K. T. A., Indrawati, & Harijanto, A. 2015. Model Discovery Learning

Disertai Teknik Probing Prompting Dalam Pembelajaran Fisika di MA.

Jurnal Pendidikan Fisika.3(4) : 336-341.

Tim Paradigma Pendidikan BSNP. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Jakarta: BSNP.

Widiadnyana, Sadia, Suastra. 2014. Pengaruh Model Discovery Learning

(35)

111

Winataputra. 1996.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.

Winkel, W.S. 2009.Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

Gambar

Tabel 4.11. N-gain Kemampuan Kognitif Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah
Gambar 3.1. Skema Pelaksanaan Penelitian .............................................
gambaran bagaimana seharusnya bersikap dalam belajar, menanggapi suatu

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah Calon Penyedia Jasa Konsultansi yang LULUS daftar pendek berdasarkan Pembuktian Kualifikasi sebanyak 5 (lima) perusahaan, antara lain :. Jumlah Calon Penyedia Jasa

Jumlah Calon Penyedia Jasa Konsultansi yang LULUS daftar pendek berdasarkan Pembuktian Kualifikasi sebanyak 5 (lima) perusahaan, antara lain :. Jumlah Calon Penyedia Jasa

Untuk memberi motivasi kepada siswa, guru menyampaikan manfaat mempelajari menerapkan operasi hitung bilangan bulat dengan memanfaatkan berbagai operasi

Analisis pengaruh indeks harga saham syariah di Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang dan Malaysia, dan variabel makroekonomi nasional terhadap Jakarta Islamic Index (JII) dilihat

NAMA PERUSAHAAN ALAMAT NPWP Nilai Teknis1. ARCHI VI L ENGI

PADA SATUAN KERJA PENGADILAN NEGERI SINTANG TAHUN ANGGARAN 2016 ULP DI EMPAT LINGKUNGAN PERADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK.. INDONESIA KOORDINATOR WILAYAH KALIMANTAN BARAT

kelas jika anak berperilaku yang kurang baik, serta membantu anak bermain. dan berinteraksi dengan

Website SMAKORNITA-IPB.web.id merupakan sebuah website yang berisi informasi mengenai SMA KORNITA, yang dibuat dalam bentuk tampilan yang menarik dan iteraktif dengan berbagai