EFEK MODEL PEMBELAJARANDISCOVERYDAN SIKAP ILMIAH TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
SITI MAISYAROH NIM: 8136176040
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
ABSTRAK
SITI MAISYAROH (NIM: 8136176040). Efek Model Pembelajaran Discovery
dan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan kognitif siswa pada model pembelajaran discovery dan pembelajaran ekspositori; untuk menganalisis kemampuan kognitif siswa antara siswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata dan siswa yang memiliki sikap ilmiah di bawah rata-rata-rata-rata; untuk menganalisis interaksi antara model pembelajaran dengan sikap ilmiah terhadap kemampuan kognitif siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik random classsebanyak dua kelas, dimana kelas pertama diajarkan dengan model pembelajaran discovery dan kelas kedua dengan pembelajaran ekspositori. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kemampuan kognitif dan angket sikap ilmiah yang telah divalidkan dan reliabel. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan ANAVA dua jalur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan kognitif siswa yang menggunakan model pembelajaran discovery lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori. Kemampuan kognitif siswa dengan sikap ilmiah diatas rata-rata menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada siswa dengan sikap ilmiah dibawah rata-rata. Terdapat interaksi antara model pembelajaran discovery dan sikap ilmiah terhadap kemampuan kognitif siswa. Interaksi ini menunjukkan kemampuan kognitif siswa dominan pada model pembelajaran discovery pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah diatas rata-rata.
ii
ABSTRACT
SITI MAISYAROH (NIM: 8136176040). The Effect of Discovery Learning Model and Scientific Attitude on the Students Cognitive Ability. Thesis. Medan: Graduate Program, State University of Medan, 2016.
The aim of the research was to analyze the students’ cognitive ability inboth discovery learning model and expository learning; to analyze the students’ cognitive ability between the students whose scientific attitude above average and the students whose scientific attitude below the average; to analyze the interaction between the learning model and the scientific attitude on the students’ cognitive ability.
This research is a quasi experiment. Sample selection was done by using random class technique as two classes, where the first class was taught discovery learning model while the second class was taught expository learning. The instrument which used is consisted of the tests of cognitive ability and questionnaire of scientific attitude had been both valid and reliable. The data in this research was analyzed by using two ways ANOVA.
The result of this research showed that the students’cognitive ability who taught discovery learning model was better than the students’ cognitive ability who taught expository. The students’ cognitive ability with scientificattitude above the average showed a better result than the students with scientific attitude below the average. There was an interaction between discovery learning model and scientific attitude on the students’ cognitive ability.The interaction showed that the students’ cognitive abilitywas dominant at discovery learning model on students with scientific attitude above the average.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis dengan judul “Efek Model Pembelajaran Discovery dan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi
persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Alhamdulillah dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam menentukan judul, penyusunan proposal hingga menjadi sebuah
tesis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini, yaitu
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana UNIMED;
2. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus dosen pembimbing
tesis dan Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program
Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber I,
karena ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan saran, masukan,
serta arahan yang kritis, baik selama kegiatan perkuliahan, maupun dalam
iv
3. Ibu Dr. Derlina, M.Si, selaku dosen pembimbing tesis yang telah
mendampingi, membimbing, serta memotivasi penulis dalam sejak awal
hingga selesainya tesis ini dengan baik sesuai yang diharapkan;
4. Ibu Prof. Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si sebagai narasumber II, Bapak
Prof.Motlan, M.Sc., Ph.D sebagai narasumber III dalam penyusunan tesis
ini yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun demi
penyempurnaan tesis ini;
5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika PPs Unimed yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan
berlangsung;
6. Teristimewa penulis ucapkan pada Ayahanda Alm. H. Rustam Turip dan
Ibunda Hj. Ngadisah, yang secara terus menerus memberikan motivasi,
doa, serta kasih sayang yang tak pernah henti, serta kepada adikku
tersayang Nurhasnah, S.Si. dan Nurhasni, S.Pd. yang telah memberikan
motivasi dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed
hingga selesainya tesis ini;
7. Teristimewa penulis ucapkan pada calon imamku tersayang
Muhammmad Ali, S.E. yang secara secara terus menerus memberikan
motivasi, doa, serta kasih sayang yang tak pernah henti kepada penulis
dalam menyelesaikan studi di Unimed hingga selesainya tesis ini;
8. Kepala Sekolah dan Staf Guru di SMA Dharmawangsa Medan yang telah
memberikan izin dalam memberikan waktu, kesempatan dan izin kepada
v
9. Teman-teman seperjuangan angkatan IV Kelas B-2 Prodi Magister
Pendidikan Fisika yang juga telah memberikan semangat, motivasi, ruang,
serta waktu kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu masukan dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian
selanjutnya serta bermanfaat dalam menambah pengetahuan dunia pendidikan.
Medan, Januari 2016
Penulis
vi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14
2.1. Kerangka Teoritis ... 14
2.1.1. Model Pembelajaran ... 14
2.1.1.1. Manfaat Model Pembelajaran ... 15
2.1.1.2. Pembelajaran Ekspositor ... 16
2.1.1.2.1. Konsep Strategi Pembelajaran Ekspositori ... 16
2.1.1.2.2. Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori ... 18
2.1.1.2.3. Keunggulan Strategi Ekspositori ... 20
2.1.1.2.4. Kelemahan Strategi Ekspositori ... 20
vii
2.1.1.3.1. Pengertian ... 21
2.1.1.3.2. Konsepsi Belajar ... 25
2.1.1.3.3. Tujuan PembelajaranDiscovery ... 28
2.1.1.3.4. Karakteristik PembelajarnDiscovery ... 28
2.1.1.3.5. Peranan Guru dalam PembelajaranDiscovery ... 30
2.1.1.3.6. Langkah-Langkah Operasional dalam Proses Belajar ... 31
2.1.1.3.7. Kelebihan Penerapan PembelajaranDiscovery ... 35
2.1.1.3.8. Kekurangan PembelajaranDiscovery... 36
2.1.1.3.9. Teori Belajar yang Mendukung Model PembelajaranDiscovery ... 37
2.1.1.3.9.1. Teori Belajar Konstruktivisme ... 37
2.1.1.3.9.2. Teori Belajar Penemuan Bruner ... 38
2.1.2. Sikap Ilmiah ... 39
2.1.3. Kemampuan Kognitif ... 43
2.1.4. Penelitian yang Relevan ... 50
2.2. Kerangka Konseptual ... 51
2.2.1. Kemampuan Kognitif Siswa dengan Model Pembelajaran Discovery Lebih Baik dibandingkan Pembelajaran Ekspositori ... 51
2.2.2. Kemampuan Kognitif Siswa Pada Kelompok Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah diatas Rata-Rata Lebih Baik dibandingkan Kelompok Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah dibawah Rata-Rata ... 53
2.2.3. Terjadi Interaksi Menggunakan Model Pembelajaran Discovery dan Pembelajaran Ekspositori dengan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa .. 54
2.3. Hipotesis ... 55
BAB III METODE PENELITIAN ... 56
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56
viii
3.1.2. Waktu Penelitian ... 56
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 56
3.2.1. Populasi ... 56
3.2.2. Sampel ... 56
3.3. Variabel Penelitian ... 56
3.4. Jenis dan Desain Penelitian ... 57
3.4.1. Jenis Penelitian ... 57
3.4.2. Desain Penelitian ... 57
3.5. Prosedur Penelitian ... 60
3.6. Instrumen Penelitian ... 63
3.6.1. Instrumen Tes Kemampuan Kognitif Siswa ... 63
3.6.2. Instrumen Sikap Ilmiah ... 64
3.7. Teknik Analisis Tes Kemampuan Kognitif ... 65
3.7.1. Validitas ... 65
3.7.1.1. Validitas Isi ... 65
3.7.1.2. Validitas Prediktif ... 66
3.7.2. Reliabilitas ... 68
3.7.3. Tingkat Kesukaran ... 69
3.8. Teknik Analisis Data ... 70
3.8.1. Menentukan Mean ... 70
3.8.2. Menentukan Standar Deviasi ... 71
3.8.3. Uji Normalitas ... 71
3.8.4. Uji Homogenitas ... 72
3.8.5. Uji Gain ... 72
3.8.6. Uji Hipotesis ... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 77
4.1. Hasil Penelitian ... 77
4.1.1. Hasil Pretes Kemampuan Kognitif ... 77
4.1.2. Hasil Postes Kemampuan Kognitif ... 80
4.1.3. Data Sikap Ilmiah ... 83
ix
4.1.4.1.Data Kemampuan Kognitif ... 84
4.1.4.2. Data Kemampuan Kognitif Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah Pada Kelas Sampel... 86
4.1.4.2. Data Kemampuan Kognitif Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah Gabungan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 88
4.1.5. Pengujian Hipotesis ... 89
4.2. Pembahasan ... 97
4.2.1. Kemampuan Kognitif Siswa dengan Model Pembelajaran Discovery Lebih Baik dibandingkan Pembelajaran Ekspositori ... 97
4.2.2. Kemampuan Kognitif Siswa Pada Kelompok Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah diatas Rata-Rata Lebih Baik dibandingkan Kelompok Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah dibawah Rata-Rata ... 101
4.2.3. Terjadi Interaksi Antara Model Pembelajaran Discovery dan Pembelajaran Ekspositori dengan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa .. 103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 106
5.1. Kesimpulan ... 106
5.2. Saran ... 106
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Fase-Fase Model PembelajaranDiscovery... 35
Tabel 2.2. Pengelompokkan Sikap Ilmiah ... 42
Tabel 2.3. Indikator dan Sub Indikator Sikap Ilmiah ... 43
Tabel 2.4. Jenis dan Sub Jenis Dimensi Pengetahuan ... 45
Tabel 2.5. Dimensi Proses Kognitif ... 46
Tabel 2.6. Peneliti Terdahulu ... 50
Tabel 3.1.Two Group Pretes-Postes Design... 58
Tabel 3.2. Desain Penelitian Anova 2 x 2 ... 58
Tabel 3.3. Spesifikasi Tes Kemampuan Kognitif Pada Materi Dinamika Gerak Lurus ... 63
Tabel 3.4. Spesifikasi Instrumen Sikap Ilmiah ... 64
Tabel 3.5. Kesimpulan Pengujian Validitas Ramalan ... 67
Tabel 3.6. Deskripsi Kategori Reliabilitas ... 68
Tabel 3.7. Hasil Uji Reliabilitas ... 69
Tabel 3.8. Deskripsi Kategori Tingkat Kesukaran ... 69
Tabel 3.9. Hasil Perhitungan Tingkat kesukaran Instrumen ... 70
Tabel 3.10. Ringkasan ANAVA Dua Jalur ... 75
Tabel 4.1. Data Pretes Kemampuan Kognitif Siswa ... 77
Tabel 4.2. Uji Normalitas Data Pretes ... 79
Tabel 4.3. Uji Homogenitas Data Pretes ... 79
Tabel 4.4. Uji Kesamaan Kemampuan Kognitif Awal Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 80
Tabel 4.5. Data Postes Kemampuan Kognitif Siswa ... 81
Tabel 4.6. Data Sikap Ilmiah Siswa Pada Kelas Sampel ... 83
Tabel 4.7. Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah .. 84
Tabel 4.8. N-gain Kemampuan Kognitif ... 85
xii
Tabel 4.10. Nilai Kemampuan Kognitif Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah
Pada Kelas Eksperimen ... 87
Tabel 4.11. N-gain Kemampuan Kognitif Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah Pada Setiap Kelas ... 88
Tabel 4.12. Nilai Kemampuan Kognitif Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah Gabungan Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 89
Tabel 4.13. N-gain Kemampuan Kognitif Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah ... 89
Tabel 4.14. Desain Faktorial Rata-Rata ANAVA 2x2 ... 90
Tabel 4.15. Hasil Uji ANAVA Dua Jalur ... 90
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Skema Pelaksanaan Penelitian ... 62
Gambar 4.1. Histogram Data Pretes Kelas Kontrol ... 78
Gambar 4.2. Histogram Data Pretes Kelas Eksperimen ... 78
Gambar 4.3. Histogram Data Postes Kelas Kontrol... 82
Gambar 4.4. Histogram Data Postes Kelas Eksperimen ... 82
Gambar 4.5. Hubungan Nilai Pretes-Postes Kemampuan Kognitif dengan Model Pembelajaran Pada kelas Kontrol dan Eksperimen .. 85
Gambar 4.6. Hubungan Data Kemampuan Kognitif Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah ... 87
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP ... 112
Lampiran 2. Indikator Angket Sikap Ilmiah ... 165
Lampiran 3. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Kognitif Siswa ... 169
Lampiran 4. Lembar Validasi Angket Sikap Ilmiah Siswa... 182
Lampiran 5. Lembar Validasi Tes Kemampuan Kognitif Siswa ... 191
Lampiran 6. Validitas Prediktif... 200
Lampiran 7. Reliabilitas ... 207
Lampiran 8. Tingkat Kesukaran ... 208
Lampiran 9. Instrumen Tes Kemampuan Kognitif ... 211
Lampiran 10. Data Sikap Ilmiah ... 213
Lampiran 11. Data Nilai Pretes ... 216
Lampiran 12. Data Nilai Postes ... 219
Lampiran 13. Distribusi Data Pretes-Postes Berdarskan Tingkat Sikap Ilmiah ... 222
Lampiran 14. Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Varians ... 224
Lampiran 15. Uji Normalitas ... 227
Lampiran 16. Uji Homogenitas ... 231
Lampiran 17. Perhitungan Hasil Penelitian Menggunakan IBM SPSS Statistics 21 ... 234
Lampiran 18. Daftar Nilai Tabel ... 243
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting karena
berawal dari pendidikan terciptalah sumber daya manusia yang tangguh dan
mampu mengadakan perubahan menuju pembangunan bangsa dan negara yang
lebih maju. Kemajuan suatu negara tidak bisa dipisahkan dari pendidikan maupun
teknologi bangsa itu sendiri, dengan kata lain keberadaan suatu bangsa saat ini
merupakan buah pendidikan beberapa dekade yang lampau. Pendidikan idealnya
tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya
merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan agar
sejalan dengan situasi masyarakat yang selalu berubah (Putrayasa, 2014).
Salah satu upaya perubahan yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan
menyesuaikan tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan Nasional Indonesia abad 21 bertujuan untuk mewujudkan
cita-cita bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia,
dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia
global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia
yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan
untuk mewujudkan cita-cita bangsanya (BSNP, 2010). Tujuan pendidikan ini pada
hakikatnya sejalan dengan tujuan dan fungsi pendidikan nasional pada
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, namun dengan penekanan yang lebih dalam pada
2
Ironisnya, setelah satu dekade abad 21 berjalan, Indonesia sebagai negara
berkembang dengan jumlah penduduk mencapai 240 juta jiwa, dengan laju
pertumbuhan penduduk (LPP) mencapai 1,49 persen per tahun, masih
menunjukkan kualitas sumber daya manusia yang sangat rendah. Hal ini
ditunjukkan dari data UNDP pada bulan maret 2013 dalam bentuk Human
Development Index (HDI) atau Index Pembangunan Manusia. HDI mengukur
indeks tiga dimensi dari tiga dimensi pembangunan manusia yaitu, panjangnya
usia, pengetahuan, dan standar hidup yang layak, yang menempatkan Indonesia
pada urutan ke 121 dari 185 negara pada tahun 2012. Rendahnya dimensi
pengetahuan HDI Indonesia ditunjukan hasil riset yang dilakukan oleh Education
for All (EFA) Global Monitoring Report 2010 yang dikeluarkan oleh UNESCO
menunjukkan bahwa indeks pembangunan pendidikan atau Education
Development Index (EDI) Indonesia berada pada peringkat ke 65 dari 128 negara
dengan nilai indeks pengembangan pendidikan sebesar 0,947 dengan kategori
indeks pengembangan pendidikan menengah (EFA 2010), dan tahun 2011
peringkat Indonesia turun keperingkat 69 dari 127 negara yang disurvei dengan
nilai indeks pengembangan pendidikan sebesar 0,934 (EFA 2011) (Purba, 2013).
Rendahnya kualitas pendidikan dan sumber daya manusia Indonesia juga
ditunjukkan oleh berbagai riset dan survei internasional yang melibatkan
Indonesia. Hal ini didukung dari data hasil The Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 bahwa dari 42 negara
yang ikut mengambil bagian, Indonesia berada pada posisi ke-40 dengan skor 406
(IEA, 2011). Begitu juga dari hasil The Programme for International Student
3
PISA 2012 tentang kemampuan matematika, membaca, dan ilmu pengetahuan
alam bahwa Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 dengan skor 382.
Sementara skor rerata pencapaian negara sebesar 501. Sebagai perbandingan
dengan negara tetangga, Singapura pada urutan ke-2 dengan skor 551, Vietnam
pada urutan ke-17 dengan skor 528, Australia pada urutan ke-19 dengan skor 521,
dan Malaysia pada urutan 53 dengan skor 420, serta urutan terakhir adalah Peru
dengan skor 373. Hal tersebut menunjukkan rendahnya kualitas sumber daya
manusia yang berarti lemahnya sistem pendidikan di Indonesia. Akibatnya sumber
daya manusia yang dihasilkan adalah generasi yang kurang percaya diri, kurang
bisa bekerja mandiri, kurang terampil, dan kurang berkarakter. Hal ini sebaiknya
harus segera diatasi oleh pemangku kepentingan pendidikan agar menyiapkan
generasi bangsa yang lebih percaya diri, mandiri, terampil, dan berkarakter.
Pendidikan harus diarahkan pada upaya menciptakan situasi agar siswa mampu
belajar dan memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pendidikan yang
bermutu dapat memberikan jaminan mutu pendidikan kepada masyarakat
(Rusman, 2013).
Secara umum faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia antara lain masalah efektivitas, efisiensi, dan standarisasi pengajaran
(Kulsum, 2013). Efektivitas, efisiensi, dan standarisasi pengajaran yang tidak
diseimbangkan oleh guru dalam proses pembelajaran membuat pembelajaran
tidak mencapai hasil yang maksimal. Hal tersebut termasuk kedalam proses
pembelajaran yang masih menggunakan teacher centered dimana guru sebagai
sumber belajar. Sedangkan menurut Piaget yang menganut teori kontruktivisme
4
intelektual, pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari
keseimbangan antara apa yang ia rasakan dan ketahui pada satu sisi dengan apa
yang ia lihat sebagai suatu fenomena baru sebagai pengalaman dan persoalan.
Dalam proses pembelajaran guru juga tidak menggunakan model pembelajaran
yang tepat, guru masih sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan bagi
peserta didik. Dalam hal ini pembelajaran menggunakan pembelajaran
konvensional.
Permasalahan diatas juga terjadi di SMA Dharmawangsa Medan
khusunya pada pelajaran fisika. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
guru bidang studi fisika dimana proses pembelajaran masih berpusat kepada guru,
guru sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswa dan belum adanya inisiatif
guru dalam menggunakan model-model pembelajaran yang ada. Hal ini membuat
hasil belajar fisika rendah. Rendahnya hasil belajar fisika siswa dibuktikan dengan
hasil ujian yang dilakukan terhadap 40 orang siswa. Berdasarkan hasil ujian
tersebut diperoleh nilai dengan perolehan tidak memuaskan (0-50) sebanyak
32,5% siswa, nilai dengan perolehan cukup memuaskan (51-74) sebanyak 52,5%
siswa, nilai dengan perolehan memuaskan (75-90) sebanyak 15% siswa, dan nilai
dengan perolehan sangat memuaskan (91-100) tidak ada. Persentase kelulusan
siswa hanya 15% dengan nilai KKM sebesar 75.
Salah satu masalah umum yang tejadi pada pendidikan terutama dalam
mata pelajaran fisika adalah lemahnya proses pembelajaran. Siswa tidak didorong
untuk menemukan sendiri pengetahuan namun siswa hanya dituntut untuk
mengingat apa yang telah diberikan oleh guru. Akibatnya jika siswa menemukan
5
siswa tidak mampu memberikan solusi terhadap masalah tersebut. Bagi siswa
sendiri bahwa pelajaran fisika adalah suatu pelajaran yang tidak menyenangkan
karena penuh dengan rumus-rumus dan harus banyak yang dihafal. Beberapa
kendala tersebut mengakibatkan banyak siswa yang memperoleh hasil belajar
kurang dari batas ketuntasan.
Melihat hal diatas, maka dalam pembelajaran fisika diharapkan dapat
memberikan pengalaman langsung untuk memahami fisika tersebut secara ilmiah.
Agar dengan mengalami langsung pembelajaran tersebut peserta didik lebih
memahami pelajaran fisika dan dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Salah satu cara untuk melibatkan langsung siswa tersebut dalam memahami fisika
itu adalah dengan menerapkan model pembelajaran discovery. Model
pembelajaran discovery merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
menjawab kebutuhan pendidikan sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu pendekatan
scientific. Pembelajaran discovery adalah suatu model untuk mengembangkan
cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka
hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah
dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berpikir
analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini
akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat (Hosnan, 2014).
Model pembelajaran discovery merupakan rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis
untuk mencapai dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir ini dilakukan mengenai tanya jawab antara guru
6
siswa untuk menangani permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadapan
dengan dunia nyata. Pada pembelajaran discovery guru harus merencanakan
situasi sedemikian rupa sehingga siswa bekerja seperti seorang peneliti dengan
menggunakan prosedur mengenai permasalahan, menjawab pertanyaan,
investigasi, dan menyiapkan kerangka berpikir, hipotesis, dan penjelasan yang
lebih mudah dimengerti dengan pengalaman pada dunia nyata. Sasaran utama
dalam penggunaan model pembelajaran discovery adalah: keterlibatan siswa
secara maksimal dalam kegiatan belajar mengajar, keterarahan belajar secara logis
dan sistematis dalam tujuan pembelajaran, dan mengembangkan sikap percaya
pada diri sendiri tentang apa yang ditemukan dalam proses pembelajaran. Manfaat
dalam proses pembelajaran discovery yaitu: 1) meningkatkan potensi intelektual,
2) pergeseran nilai dari ekstrinsik ke intrinsik, 3) pembelajaran heuristik dari
penemuan itu, dan 4) untuk meningkatkan ingatan yang panjang (Bruner, 1997).
Pembelajaran di sekolah hendaknya tidak diarahkan semata-mata
menyiapkan anak didik untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Secara khusus pembelajaran fisika di sekolah harus diarahkan menjadi
seorang yang mampu untuk: 1) memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep-konsep sains yang telah
mereka pelajari; 2) mengambil keputusan yang tepat dengan menggunakan
konsep-konsep ilmiah; 3) mempunyai sikap ilmiah dalam memecahkan masalah
yang dihadapi sehingga memungkinkan mereka untuk berpikir dan bertindak
secara ilmiah (Ndraka, 1985).
Mempelajari fisika merupakan pengembangan konsep dalam kehidupan
7
(2008) menyatakan pembelajaran yang siswanya aktif akan dapat meningkatkan
interaksi antarsiswa, menumbuhkan sikap ilmiah, dan hasil belajar yang
meningkat pula. Sehingga pembelajaran sains adalah pembelajaran yang
menghendaki dan membawa siswa menjadi aktif dan kreatif dalam menemukan
berbagai fakta ilmiah. Fakta ilmiah sangatlah penting untuk diketahui siswa. Hal
ini akan menjadikan siswa menjadi seorang yang mandiri, percaya diri, maupun
kreatif. Sikap ilmiah merupakan hal yang penting dan mempengaruhi siswa dalam
menemukan fakta ilmiah. Sikap ilmiah diartikan sebagai sikap saintis seseorang
dalam menyikapi hal yang terjadi dalam kehidupannya. Pada sikap ilmiah terdapat
gambaran bagaimana seharusnya bersikap dalam belajar, menanggapi suatu
permasalahan, melaksanakan tugas, dan mengembangkan diri. Hal ini tentunya
sangat mempengaruhi hasil belajar siswa kearah yang positif.
Guru dapat merancang suatu pengajaran yang memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar secara aktif dan kreatif dalam
menemukan suatu fakta ilmiah atau konsep ilmiah. Rancangan pembelajaran
melalui suatu model pembelajaran tertentu salah satunya model pembelajaran
discovery. Sehingga model pembelajarandiscovery dapat menumbuhkan motivasi
belajar siswa untuk dapat membangun ide-ide yang baru dalam pola pikir dan
perilaku yang baik.
Penelitian yang terkait dengan pembelajaran discovery yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya menurut Widiadnyana, et.al (2014)
menyebutkan penelitian ini menghasilkan temuan, bahwa model pembelajaran
berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA dan sikap ilmiah siswa. Secara
8
pemahaman konsep dan sikap ilmiah siswa yang signifikan antara kelompok
siswa yang belajar dengan modeldiscovery learningdengan kelompok siswa yang
belajar dengan model pengajaran langsung; (2) terdapat perbedaan nilai rata-rata
pemahaman konsep yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan
model discovery learning dengan kelompok siswa yang belajar dengan model
pengajaran langsung; (3) terdapat perbedaan nilai rata-rata sikap ilmiah siswa
yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan model discovery
learningdengan kelompok siswa yang belajar dengan model pengajaran langsung.
Penelitian yang dilakukan Putrayasa, et.al (2014) menyebutkan bahwa
penelitian ini menyimpulkan: (1) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar
IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
discovery learning dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
pembelajaran konvensional. (2) Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan
antara model pembelajaran dan minat terhadap hasil belajar IPA siswa. Dengan
kata lain dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran discovery learning dan
minat belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa. (3) Pada
kelompok siswa yang memiliki minat tinggi, terdapat perbedaan hasil belajar IPA
yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model discovery learning dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan pembelajaran konvensional. (4) Pada kelompok siswa yang memiliki
minat rendah, tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara
kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model discovery learning
dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran
9
Penelitian yang dilakukan Indarti (n.d) menyebutkan bahwa kemampuan
memecahkan masalah siswa yang pembelajarannya menggunakan model
discovery learninglebih baik daripada model pembelajaran konvensional.
Penelitian yang dilakukan Nengsih (2014) menyebutkan bahwa model
pembelajaran berbasis proyek berpengaruh positif terhadap hasil belajar fisika
siswa, model pembelajaran discovery berpengaruh positif terhadap hasil belajar
fisika siswa dan terdapat pengaruh positif antara model pembelajaran berbasis
proyek dan model pembelajaran discovery secara bersama-sama dengan hasil
belajar fisika siswa.
Penelitian yang dilakukan Purwanto, et.al (2012) menyebutkan bahwa
penerapan model pembelajaranguided discoverydapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa.
Penelitian yang dilakukan Afifah, et.al (2014) menyebutkan bahwa hasil
belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran guided discovery dengan
media question cards bervisi SETS lebih baik daripada hasil belajar siswa yang
diajar dengan model pembelajaran demonstrasi dengan media question cards
bervisi SETS. Sehingga model pembelajaran guided discovery dengan media
question cards bervisi SETS lebih efektif daripada model pembelajaran
demonstrasi dengan mediaquestion cardsbervisi SETS.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian
dengan menggunakan model pembelajaran discoveryyang dipengaruhi oleh sikap
ilmiah siswa. Oleh karena itu judul dalam penelitian ini adalah “Efek Model
10
1.2. Identifikasi Masalah
1. Hasil belajar fisika siswa masih rendah
2. Proses belajar fisika sebagian besar hanya menekankan pada aspek
menghafal konsep-konsep, prinsip-prinsip atau rumus.
3. Proses belajar yang kurang mengaktifkan siswa dalam membangun
konsep
4. Siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran
5. Sikap ilmiah siswa tidak diperhatikan saat pembelajaran
6. Penerapan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi ajar
ditandai dengan pembelajaran konvensional
7. Belum diterapkan inovasi dalam pembelajaran khususnya model
pembelajarandiscovery
1.3. Batasan Masalah
1. Model pembelajaran yang digunakan adalahdiscovery
2. Materi pokok yang diterapkan adalah dinamika gerak lurus
3. Sampel penelitian yang digunakan adalah kelas X semester ganjil T.P
2015-2016.
1.4. Rumusan Masalah
1. Apakah kemampuan kognitif siswa dengan menggunakan
pembelajaran discovery lebih baik dibandingkan pembelajaran
ekspositori ?
2. Apakah kemampuan kognitif siswa pada kelompok siswa yang
mempunyai sikap ilmiah diatas rata-rata lebih baik dibandingkan
11
3. Apakah ada interaksi menggunakan model pembelajaran discovery
dan pembelajaran ekspositori dengan sikap ilmiah terhadap
kemampuan kognitif siswa ?
1.5. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis apakah kemampuan kognitif siswa dengan
menggunakan pembelajaran discovery lebih baik dibandingkan
pembelajaran ekspositori
2. Untuk menganalisis apakah kemampuan kognitif siswa pada
kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah diatas rata-rata lebih
baik dibandingkan kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah
dibawah rata-rata
3. Untuk menganalisis adanya interaksi menggunakan model
pembelajaran discovery dan pembelajaran ekspositori dengan sikap
ilmiah terhadap kemampuan kognitif siswa
1.6. Manfaat Penelitian • Manfaat Praktis
1. Sebagai alternatif bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang
sesuai dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
2. Menumbuhkembangkan kemampuan bekerjasama antar siswa dan
memecahkan masalah dalam proses pembelajaran bagi siswa di sekolah.
3. Diharapkan setelah penelitian ini, guru tidak lagi berperan sebagai
satu-satunya sumber informasi dalam pembelajaran fisika, tetapi menjadi
12
4. Membangun kecakapan siswa untuk berfikir dalam proses belajarnya
dengan memecahkan masalah melalui percobaan dan situasi kehidupan
nyata yang dihadapinya.
• Manfaat Pengembangan Ilmu
1. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan
model pembelajarandiscovery.
2. Menggugah para pengambil kebijakan untuk mempertimbangkan dalam
merancang dan mengembangkan program pembelajaran dan model
pembelajaran yang efektif, sehingga kualitas hasil belajar dapat
dioptimalkan.
3. Memberikan alternatif penuntun bagi guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran berbasis discovery dalam rangka meningkatkan
aktivitas siswa.
4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti
mengenai efek model pembelajaran discovery dalam proses
pembelajaran fisika dan sebagai penambah wawasan bagi peneliti dan
bekal mengajar di masa yang akan datang.
1.7. Defenisi Operasional
1. Model PembelajaranDiscovery
Discovery learning merupakan sebuah model pembelajaran yang
menekankan pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur
atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif
13
melalui personal discovery (penemu pribadi). Adapun fase-fase model
pembelajaran discovery yaitu: 1) stimulation (stimulasi/pemberian
rangsangan); 2) problem statement (identifikasi masalah); 3) data
collection (pengumpulan data); 4) data processing (pengolahan data);
5) verification (pembuktian); 6) generalization (membuat kesimpulan)
(Arends, 2008).
2. Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari
seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa
dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Sanjaya, 2009).
3. Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah diartikan sebagai penilaian umum seseorang atas suatu
objek yang memiliki tipikal sains atau yang berhubungan dengan
sains, disamping itu sikap merupakan fasilitator dan produk dari
proses belajar kognitif (Mulyasa, 2006).
4. Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif adalah suatu proses kegiatan yang dapat diamati
dari aktivitas mental (otak) untuk memperoleh pengetahuan melalui
pengalaman sendiri. Pengaturan aktivitas mental dengan
menggunakan kaidah dan konsep yang telah dimiliki yang kemudian
direpresentasikan melalui tanggapan, gagasan, atau lambang. Ranah
kognitif yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ranah
106 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Dharmawangsa
Medan dengan menggunakan model pembelajaran discovery diperoleh
kesimpulan:
1. Kemampuan kognitif siswa menggunakan model pembelajaran discovery
dengan nilai rata-rata 77.13 lebih baik dibandingkan pembelajaran
ekspositori dengan nilai rata-rata 65.37.
2. Kemampuan kognitif siswa pada kelompok siswa yang mempunyai sikap
ilmiah diatas rata-rata dengan nilai rata-rata 74.27 lebih baik dibandingkan
kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dibawah rata-rata dengan
nilai rata-rata 68.08.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajarandiscoverydan pembelajaran
ekspositori dengan sikap ilmiah terhadap kemampuan kognitif fisika siswa
dengan nilai sig. 0.005. Dalam penelitian ini kemampuan kognitif siswa
dominan pada model pembelajaran discovery pada kelompok siswa yang
mempunyai sikap ilmiah diatas rata-rata.
5.2 Saran
1. Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
2. Model pembelajaran discovery, baik diterapkan karena dapat
107
3. Dalam menerapkan model pembelajaran discovery sebaiknaya
diperhatikan tingkat sikap ilmiah siswa, karena model pembelajaran
discovery optimal pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah
diatas rata-rata.
4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat membuat instrumen yang lebih
108
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Rusilowati, Supriyadi. 2014. Keefektifan Model Pembelajaran Guided Discovery Dengan Media Question Cards Bervisi SETS Dalam Membelajarkan Kebencanaan Alam Terintegrasi Dalam IPA. Unnes Physics Education Journal,3(1), 6-11.
Anderson, L.W., & Krathwohl, D. R. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Anwar, H. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu. 2(5): 103-104.
Arends, R. I. 2008.Learning To Teach.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bruner, J. S. 1997. On Knowing Essays for The Left Hand. United States Of Amerika: University Press.
Budiningsih, C. A. 2005.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dahar, R. W. 2011.Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Harlen, W. 2001.Teaching Learning and Assessing Science. London: A SAGE.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
IEA. 2011. TIMSS & PIRLS International Study Center: Science Achivement.
Boston Collage: Linch School Of Education.
Indarti, Suyudi, A., Yogihati, C.I. nd. Pengaruh Model Discovery Learning
Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Kelas X SMAN 8 Malang. Tidak diterbitkan.
Joyce, B.& Marsha W. 2009. Models of Teaching (edisi delapan). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Kaur, M.G. 2013. Scientific Attitude in Relation to Critical Thinking Among Teachers. Educationia Confab, 2 (8): 24-29.
Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
109
Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Standar Nasional Pendidikan; Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Martin, B. L. & Leslie J. B. 1986. The Affective and Cognitive Domains: Integration for Instruction and Research (Online). (http://books.google.co.id/books, Diakses pada tanggal 11 September 2015)
Melani, R., Harlita, Sugiharto, B., 2012. Pengaruh Metode Guided Discovery Learning Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi. 4 (1) : 97-105.
Meltzer, D. E. 2002. The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains In Physics: A Possible Ihidden Variabei In Diagnostic Pretest Scores. Ames: Departement of Physics and Astronomy, Iowa State University.
Mulyasa. 2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Ndraka, T. 1985.Teori Metodologi Administrasi.Jakarta: Bina Aksara.
Nuzlia, Sahputra, R., Harun, A. I. 2015. Pengaruh Model Guided Discovery Learningdengan Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar dan Sikap Ilmiah.Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran.4 (9).
Patil, G.V. 2001. A Comparative Study of scientific Attitude About Secondary and Higher Secondary Level Students. Jurnal International Referred Research,2 (24): 24-26.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum.
Purba, S. L. 2013. Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Guna Meningkatkan Daya Saing Bangsa dalam Rangka Ketahanan Nasional. (online), ( http://edukasi.kompasiana.com/2013/10/31/ peningkatan-indeks-pembangunan-manusia-indonesia-605326.html, Diakses pada tanggal 11 September 2015).
Purwanto, C.E., Nugroho, S.E., & Wiyanto 2012. Penerapan Model Pembelajaran
Guided DiscoveryPada Materi Pemantulan Cahaya Untuk Meningkatkan Berpikir Kritis.Unnes Physics Education Journal. 1(1): 26-32.
Putrayasa, Syahruddin, & Margunayasa 2014. Pengaruh Model Pembelajaran
110
Rahman, R. & Maarif, S. 2014. Pengaruh Penggunaan Metode Discovery
Terhadap Kemampuan Analogi Matematis Siswa SMK Al-Ikhsan Pamarican Kab.Ciamis Jawa Barat.Jurnal Ilmiah.3(1) : 33-58.
Rusman. 2013.Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Sagala, S. 2003.Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung: Alpabeta.
Sani, R.A. 2013.Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Schleicher, A. 2014.PISA 2012 Technical Report. Paris: OECD.
Slameto. 2012.Belajar dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R. E. 1977. Cooperative Learning Theory, Research and Practice. 2nd Edition. Boston: Allyin and Bacon
Sudjana. 2005.Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sund, R. B. & Trowbridge, L.W. 1973. Teaching Sains by Inquiry in the Secondary School. 3rd Ed. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company.
Syafi’ I, A., Handayani, L., & Khanafiyah,S. 2014. Penerapan Qustion Based Discovery Learning Pada Kegiatan Laboratorium Fisika Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains. Unnes Physics Education Journal. 3(2): 10-17.
Syah, M. 2006. Islamic English: A Competency-Based Reading Comprehension.
Cetakan ke-2. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tiani, K. T. A., Indrawati, & Harijanto, A. 2015. Model Discovery Learning
Disertai Teknik Probing Prompting Dalam Pembelajaran Fisika di MA.
Jurnal Pendidikan Fisika.3(4) : 336-341.
Tim Paradigma Pendidikan BSNP. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Jakarta: BSNP.
Widiadnyana, Sadia, Suastra. 2014. Pengaruh Model Discovery Learning
111
Winataputra. 1996.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Winkel, W.S. 2009.Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.