• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Raman Tahun Ajaran 2011/

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Raman Tahun Ajaran 2011/"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLES TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI

(Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Raman

Tahun Ajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh

Dewi Eka Susilowati

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Raman

Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

DEWI EKA SUSILOWATI

Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu tuntutan hasil belajar yang harus dimiliki oleh siswa sekolah menengah. Namun, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi yang mengajar di kelasX SMA Negeri 1 Seputih Raman, diketahui bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa belum dikembangkan secara optimal. Hali ini dikarenakan selama ini guru menggunakan metode/model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah dengan kombinasi media kartu bergambar dengan model

(3)

pengaruh penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran Examples Non Examples untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes postes tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas X5 dan X6 yang dipilih dari populasi secara cluster random sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes dan postes yang didukung dengan data kualitatif berupa data aktivitas siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (eksperimen = 79,22; kontrol = 61,66) dan berbeda secara signifikan. Hal ini tampak dari hasil uji persamaan dan perbedaan dua rata-rata terhadap N-gain yang menunjukkan bahwa thitung > ttabel sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran Examples Non Examples pada materi pokok Keanekaragaman Hayati berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa

(4)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Raman

Tahun Ajaran 2011/2012)

Oleh

DEWI EKA SUSILOWATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Neni Hasnunidah, S.Pd., M.Si. ……….………

Sekretaris : Berti Yolida, S.Pd., M.Pd. ……….

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Arwin Achmad, M.Si. ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003

(6)

Judul Skripsi : PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Raman Tahun Ajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Dewi Eka Susilowati

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813024022

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Neni Hasnunidah, S.Pd., M.Si. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd. NIP 19700327 199403 200 1 NIP 19831015 200604 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rama Kelandungan pada tanggal 04 Februari 1990 sebagai

anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Nyaman dan Ibu Martini.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri 2

Rama Kelandungan (1996-2002), SMP N 1 Seputih Raman (2002-2005), dan

SMA N 1 Seputih Raman (2005-2008). Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai

mahasiswi Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SNMPTN) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan

Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi.

Selama menjadi mahasiswa penulis memiliki pengalaman berorganisasi yaitu

sebagai anggota Divisi Pendidikan dalam Himpunan Mahasiswa Pendidikan

Mahasiswa (HIMASAKTA). Dan pada tahun 2011, penulis melakukan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA N 1 Negeri Besar dan Kuliah Kerja Nyata

(KKN) di Desa Negeri Besar kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan dan

melakukan penelitian di SMA N 1 Seputih Raman untuk meraih gelar sarjana

(8)

Dengan menyebut nama Alloh yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, dengan mengucap syukur kepada Allah SWT yang selalu memberikan karunia dan nikmat-Nya, kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada :

 Bapak dan ibu tercinta yang tak pernah berhenti menyayangi, mendidik dan

melupakanku dalam setiap lantunan do’anya. Terima Kasih atas pengorbanan yang telah diberikan selama ini yang takkan mungkin dapat nduk membalasnya walau sampai akhir hayat. Mudah-mudahan kelak nduk dapat membahagiakan dan dapat membuat kalian bangga telah memiliki putri sepertiku.

 Adikku tersayang Nurida Rahmatun Nisa terima kasih atas kasih sayang, do’a, dukungan, dan perhatiannya.

 Para sahabat tercinta dan pendamping yang akan menjadi imamku kelak.  Para pendidik dan dosen yang terhormat, memenuhiku dengan pengetahuan dan

motivasi, serta menerangi jalanku.

 Teman-teman ku Mandibula (Eko Budiyono, Tri Suwandi, Robidinsyah, Hadi Wijaya, Ardi Yusuf, Yudi Trisila, Harry Haryono, Dedi Pendra, Yulia, Arista, Tia Rani, Siska, Dwi, Meldayanti, Auliana Afandi, Betty Anggraini, Dewi Oktaria, Wahyu Sri Sukarsih, Siti Nurhalimah, Wartini Oktarina, Three Wati, Anggun Yuliana, Prisil Anggun, Misriyanti, Ria Ratna, Deny Rinawati, Ririn, Imatul khoiriah, Nurhidayah, Wina Halimah, Ajeng Pratiwi, Dzul Fitria, Iska Widia, NovriaWandira, Dwi Susanti, Rindi Antika, Evriana Darma, Rina Sailifa, Kurnia Mayang Sari) yang mengisi hari-hariku.Terima kasih semuanya.

(9)

MOTTO

“Setiap pekerjaan yang kita lakukan harus disertai dengan niat ikhlas dan rasa tanggung jawab

(Irgi A. Fahrezi)”

“Barang siapa yang menempuh perjalanan dengan tujuan untuk menuntut ilmu, niscaya Alloh akan memudahkan

jalan ke surga baginya

(HR Muslim)”

“Tak ada kekuatun apapun di dunia ini yang mampu membuat kita jadi apapun kecuali kita mengubah apa yang

ada didalam diri kita (Dr. Ibrahim Elfiky)”

“Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan hanya kepada Allah-lah kembali (seluruh makhluk)

(10)

SANWACANA

Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT, dengan ridho-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Kartu

Bergambar melalui Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi Pokok Keanekaragaman Hayati

(Kuasi Eksperimen di SMA N 1 Seputih Raman)” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Pendidikan Biologi di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Unila beserta para Pembantu

Dekan yang telah memberi izin penelitian;

2. Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas

Lampung;

3. Neni Hasnunidah, S. Pd., M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Biologi dan sekaligus Pembimbing I, terima kasih atas nasehat, kesabaran,

motivasi dan saran kepada penulis;

4. Berti Yolida, S.Pd., M. Pd., selaku Pembimbing II terima kasih atas bantuan

dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan kepada penulis;

5. Drs. Arwin Achmad, M. Si., selaku pembahas atas saran-saran perbaikan dan

(11)

6. Drs. Darlen Sikumbang M. Biomed., Selaku pembimbing akademik, atas doa,

motivasi dan bimbinganya kepada penulis;

7. Bapak dan ibu dosen pengajar, atas segala bantuan dan ilmu yang telah

diberikan serta staf di Jurusan PMIPA FKIP Unila;

8. Keluarga besar SMA N 1 Seputih Raman yang telah memberi izin dan saran

untuk keberhasilan penelitian penulis;

9. Teristimewa untuk kedua orang tua, Bapak dan Ibuku tersayang yang selalu

memberikan semangat, motivasi dan doa. Tentunya iringan doa mereka

menjadi jalan kelancaran pendidikan penulis di Unila ini. Termasuk untuk

adikku tercinta Nurida Rahmatunnisa;

10. Team kartu bergambar terimakasih atas kerjasama, semangat, dan rasa

kekeluargaan yang indah;

11. Keluarga besar asrama sofi, Melinda Dwi, Laras Sewesti, Evriana Darma,

Yunita Mustiani, Nurul Magfiroh, Rina Utami, Mahfudzyah, Esti Yuliana,

Rita dan Titik;

12. Teman-teman KKN dan PPL, Dita Vinda, Milah, Yondariwati, Evo alfareza,

Aas Lailah, Santi Noviyana, Kiki Indah, Arif Hidayat, dan Tomi.

13. Sahabat-sahabatku di Pendidikan Biologi ’08 (Mandibula), kakak tingkat dan

adik tingkat, semoga kesuksesan menjadi bagian dari hidup kita semua;

14. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat dituliskan satu persatu.

Bandar Lampung, Mei 2012

Penulis,

(12)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dewi Eka Susilowati

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813024024

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri,

dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau

ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan

penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.

Bandar Lampung, April 2012 Yang menyatakan

(13)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Kartu Bergambar ... 11

G. Mendeskripsikan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa... 44

H. Pengolahan Data Aktivitas Siswa ... 45

I. Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Media Kartu Bergambar Melalui Model Examples Non Examples ... 47

(14)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 50

B. Pembahasan ... 58

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN 1. Silabus ... 81

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 85

3. Lembar Kerja Kelompok ... 103

4. Soal Pretes Postes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 120

5. Angket Tanggapan Siswa ... 127

6. Data Hasil Penelitian ... 128

7. Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ... 139

8. Foto-Foto Penelitian ... 152

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

1. Indikator Berpikir Kreatif ... 25

2. Kriteria N-gain ... 42

3. Kriteria Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 42

4. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 45

5. Kriteria Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 45

6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 46

7. Klasifikasi Persentase Aktivitas Siswa ... 47

8. Daftar Pernyataan Dalam Angket Tanggapan Siswa ... 47

9. Skor Per Soal Angket ... 48

10. Tabulasi Data Angket Tanggapan Siswa terhadap Penggunaan Media Kartu Bergambar melalui Model Examples Non Examples ... 49

11. Kriteria Persentase Angket Tanggapan Siswa terhadap Penggunaan Media Kartu Bergambar melalui Model Examples Non Examples ... 49

12. Hasil uji Normalitas Nilai Pretes, Postes dan N-gain Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 50

13. Hasil uji Homogenitas Nilai Pretes, Postes, dan N-gain Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 51

(16)

15. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan Kesamaan Dua Rata-rata N-gain Setiap Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada

Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 53

16. Peningkatan Setiap Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Sesudah Pembelajaran pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 54

17. Persentase Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol . 55

18. Nilai Pretes, Postes dan N-gain Kelas Eksperimen ... 128

19. Nilai Pretes, Postes dan N-gain Kelas Kontrol ... 129

20. Analisis Butir Soal Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ... 130

21. Analisis Butir Soal Pretes dan Postes Kelas Kontrol ... 131

22. Analisis Perindikator Kemampuan Berpikir Kreatif pada Soal Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ... 132

23. Analisis Perindikator Kemampuan Berpikir Kreatif pada Soal Pretes dan Postes Kelas Kontrol ... 134

24. Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kontrol Pertemuan ke-1 ... 136

25. Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 137

26. Analisis Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan media Kartu Bergambar melalui Model Examples Non Examples .. 138

27. Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 139

28. Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 139

29. Hasil Uji Normalitas N-gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 140

30. Hasil Uji Kesamaan Dua Varian dan Kesamaan Dua Rata-rata Pretes ... 140

31. Hasil Uji Kesamaan Dua Varian dan Kesamaan Dua Rata-rata Postes ... 141

32. Hasil Uji Kesamaan Dua Varian dan Kesamaan Dua Rata-rata N-gain ... 142

(17)

34. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Postes ... 144

35. Hasil Uji Normalitas N-gain Indikator Evaluation Kelas

Eksperimen dan Kontrol ... 145

36. Hasil Uji Homogenitas dan t1 N-gain Indikator Evaluation Kelas

Eksperimen dan Kontrol ... 145

37. Hasil Uji Normalitas N-gain Indikator Elaboration Kelas

Eksperimen dan Kontrol ... 146

38. Hasil Uji Hmogenitas dan t1 N-gain Indikator Elaboration Kelas

Eksperimen dan Kontrol ... 147

39. Hasil Uji Normalitas N-gain indikator Flexibility Kelas Eksperimen

dan Kontrol ... 148

40. Hasil Uji Homogenitas dan t1 N-gain Indikator Flexibility Kelas

Eksperimen dan Kontrol ... 148

41. Hasil Uji Normalitas N-gain Indikator Originality Kelas

Eksperimen dan Kontrol ... 149

42. Hasil Uji Homogenitas dan t1 N-gain Indikator Originality Kelas

Eksperimen dan Kontrol ... 149

43. Hasil Uji Normalitas N-gain indikator Fluency Kelas Eksperimen

dan Kontrol ... 150

44. Hasil Uji Homogenitas dan t1 N-gain Indikator Fluency Kelas

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 30

2. Desain pretes-postes tak ekuivalen ... 33

3. Aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 56

4. Tanggapan siswa terhadap penggunaan media kartu bergambar melalui model examples non examples . ... 57

5. Contoh jawaban siswa untuk indikator fluency (eksperimen) ... 64

6. Contoh jawaban siswa untuk indikator fluency (kontrol) ... 64

7. Contoh jawaban siswa untuk indikator flexibility (kontrol) ... 66

8. Contoh jawaban siswa untuk indikator flexibility (eksperimen) ... 66

9. Contoh jawaban siswa untuk indikator elvaluation (kontrol) ... 68

10. Contoh jawaban siswa untuk indikator evaluation (eksperimen) ... 69

11. Contoh jawaban siswa untuk indikator originality (kontrol) ... 70

12. Contoh jawaban siswa untuk indikator originality (eksperimen) ... 71

13. Contoh jawaban siswa untuk indikator elaboration (kontrol) ... 71

14. Contoh jawaban siswa untuk indikator elaboration (eksperimen) ... 72

15. Siswa mengerjakan soal-soal pretes . ... 161

(19)

17. Siswa kelompok kontrol melakukan diskusi ... 162

18. Guru membimbing siswa melakukan diskusi ... 162

19. Siswa melakukan presentasi ... 163

20. Siswa mengerjakan postes ... 163

21. Contoh fauna tipe asiatis ... 164

22. Contoh fauna tipe peralihan ... 164

23. Contoh fauna tipe australis ... 165

24. Contoh flora Indonesia barat ... 165

25. Contoh flora Indonesia tengah ... 166

(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Sebagai negara

berkembang, Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang

mampu memberi sumbangan bermakna pada ilmu pengetahuan, teknologi dan

kesenian, serta pada kesejahteraan bangsa pada umumnya. Sehubungan

dengan ini pendidikan hendaknya tertuju pada perkembangan kreativitas

peserta didik agar kelak dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan kebutuhan

masyarakat dan negara (Munandar, 1985:12).

Menurut PP nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi KTSP pelajaran

biologi yang termasuk dalam rumpun ilmu IPA umumnya memiliki peran

penting dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya di dalam

menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu

berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di

masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan ilmu pengetahuan

alam. Mata pelajaran biologi bertujuan untuk memupuk sikap ilmiah yaitu

jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain

(21)

2

deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam

sekitar (BNSP, 2006:vi).

Kemampuan berpikir kreatif dirasakan perlu untuk dikembangkan dalam

kegiatan pembelajaran, karena kemajuan teknologi yang semakin pesat dan

meningkatnya populasi penduduk dunia disertai berkurangnya persediaan

sumber-sumber alami menuntut adaptasi secara kreatif dan kemampuan untuk

mencari pemecahan masalah yang imajinatif (Munandar, 1985:7). Mereka

harus mampu menghasilkan berbagai macam ide untuk pemecahan

permasalahan tersebut atau menyediakan berbagai kemungkinan jawaban

untuk masalah itu. Dalam kenyataannya, pola berpikir kreatif menghasilkan

ide-ide dalam jumlah banyak yang selanjutnya dapat dipilih jawaban yang

paling tepat (Rawlinson, 1989:4-7).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan rendahnya kemampuan berpikir siswa

terutama berpikir kritis dan kreatif, seperti yang diungkapkan Rofi’uddin

(2009:2) bahwa kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang dimiliki oleh

siswa sekolah menengah, mahasiswa strata satu, bahkan juga mahasiswa

strata dua masih rendah. Senada dengan itu Yunita (2011:2),

mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa SMAN 14

Bandung masih rendah pada pembelajaran sistem endokrin.

Fenomena serupa juga dapat dijumpai pada SMAN 1 Seputih Raman.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru Biologi, dapat

diketahui bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih tergolong rendah

(22)

3

kreatif siswa yang sering muncul adalah berpikir lancar (fluency) yang

ditunjukkan dengan perilaku siswa mengajukan banyak pertanyaan dan

menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan.

Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif pada diri siswa

diperlukan perubahan dalam metode, model maupun media pembelajaran

disekolah. Namun, pada kenyataannya penguasaan guru tentang

model-model pembelajaran masih rendah dan kurangnya keterampilan guru dalam

mengkombinasikan media dengan model yang sesuai dengan materi

pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari proses pembelajaran di SMAN 1

Seputih Raman. Guru mata pelajaran biologi disekolah tersebut cenderung

menggunakan metode ceramah yang berorientasi pada pembelajaran yang

bersifat teacher centered dan sesekali menggunakan diskusi tanpa

menggunakan media pembelajaran yang mendukung materi pelajaran yang

sedang diajarkan. Dengan sistem pembelajaran yang seperti ini siswa akan

lebih cenderung pasif, banyak mendengarkan penjelasan guru, mudah bosan

dan potensi yang dimiliki siswa kurang berkembang terutama kemampuan

berpikir kreatif siswa.

Siswa mengalami kesulitan dalam mengerti dan memahami materi

Keanekaragaman Hayati dan sering kali hanya menghafal saja jika dalam

proses pembelajaran hanya berorientasi pada pembelajaran yang bersifat

teacher centered tanpa penggunaan media pembelajaran. Materi

Keanekaragaman Hayati selain memuat konsep-konsep nyata yang sederhana

(23)

4

pengelompokan atau proses pengklasifikasian ( Tika, 2011: 3). Materi

Keanekaragaman Hayati banyak ditemui disekitar lingkungan siswa baik

keanekaragaman hewan maupun tumbuhan, namun siswa tidak banyak yang

mengenal dengan baik makhluk hidup tersebut, seperti mengenal ciri

khasnya, nama lokal dan ilmiahnya serta peranan dari makhluk hidup tersebut

terhadap kelangsungan hidup di bumi. Untuk mengatasi permasalahan

tersebut diperlukan adanya suatu media pembelajaran yakni media kartu

bergambar. Dengan penggunaan media kartu bergambar, diharapkan siswa

dapat lebih memahami materi Keanekaragaman Hayati karena dengan

gambar siswa mendapat pengalaman belajar konkret sehingga siswa dapat

menghindari pengertian yang abstrak dari suatu materi.

Banyak ahli berpendapat bahwa 75% dari pengetahuan manusia sampai ke

otaknya melalui mata dan yang selebihnya melalui pendengaran dan

indera-indera yang lain (Suleiman, 1988:12). Kartu bergambar merupakan salah

satu implementasi dari media berbasis visual yakni pesan yang dituangkan

dalam bentuk tulisan dan gambar yang disajikan dalam ukuran berbentuk

kartu. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat

ingatan (Arsyad, 2007:91). Kartu bergambar merupakan sebuah media

belajar secara visual (visual learning) yang disusun sedemikian rupa untuk

merangsang keaktifan belajar siswa di kelas. Siswa mampu membayangkan

secara konkret informasi-informasi yang diberikan dan mampu mengambil

ingatan dan pengalaman dari apa yang telah dilihatnya sehingga mampu

untuk mengembangkan kompetensi berpikir kreatif siswa (Kohlberg dalam

(24)

5

menunjukkan bahwa penggunaan media kartu bergambar dapat meningkatkan

kreativitas menulis pada pembelajaran bahasa Inggris.

Menurut Hidayat (1990:24) penggunakan media kartu bergambar membuat

proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa diajak untuk

belajar sambil bermain. Permainan dapat mengembangkan motivasi siswa

untuk belajar aktif karena permainan dapat menembus kebosanan, permainan

memberikan tantangan untuk memecahkan masalah dalam suasana gembira

dan dapat menimbulkan semangat kooperatif dan kompetitif yang sehat serta

membantu siswa yang lamban dan kurang motivasi.

Pembelajaran akan berjalan efektif apabila media dikombinasikan dengan

model pembelajaran yang sesuai. Hal ini sesuai dengan pendapat Suyitno

(2000:37) bahwa untuk menunjang kelancaran pembelajaran disamping

pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan suatu media pembelajaran

yang sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat dikombinasikan dengan media

kartu bergambar untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa

yaitu model examples non examples. Model pembelajaran examples non

examples ini merupakan pembelajaran yang memerlukan gambar-gambar

sebagai sumber pembelajaran. Model examples non examples ini merupakan

salah satu model pembelajaran yang menekankan pada partisipasi dan

aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan

dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia. Model ini menuntut para siswa

(25)

6

sesuatu yang menjadi contoh (example) akan suatu materi yang sedang

dibahas, sedangkan non example memberikan gambaran akan sesuatu yang

bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas (Hamzah, 2009:113).

Penerapan model pembelajaran examples non examples dalam kegiatan

pembelajaran, dapat menciptakan suatu proses pembelajaran dimana siswa

dapat belajar dengan mengingat informasi dari suatu sumber, dapat aktif

dalam kegiatan pembelajaran serta dapat mengaitkan pelajaran yang sudah

dipelajari dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Sehingga membantu

guru untuk mengaktifkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dalam

proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukankan

oleh Tissa ( 2011), yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran

examples non examples meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil

belajar ekonomi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian di SMA Negeri 1 Seputih Raman menggunakan media kartu

bergambar melalui model pembelajaran examples non examples, sehingga

diharapkan akan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa dan

dapat membantu siswa untuk mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) di

sekolah yaitu ≥ 68. Dalam hal ini, peneliti akan memfokuskan pada materi

(26)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Adakah pengaruh yang signifikan dari penggunaan media kartu

bergambar melalui model pembelajaran examples non examples terhadap

kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pokok Keanekaragaman

Hayati?

2. Apakah kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pokok

Keanekaragaman Hayati dengan media kartu bergambar melalui model

pembelajaran examples non examples lebih tinggi jika dibandingkan

dengan diskusi dan gambar?

3. Bagaimana aktivitas belajar siswa yang menggunakan media kartu

bergambar melalui model pembelajaran examples non examples pada

materi pokok Keanekaragaman Hayati?

4. Bagaimana tanggapan siswa tentang penggunaan media kartu bergambar

melalui model pembelajaran examples non examples pada materi pokok

Keanekaragaman Hayati?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka penelitian

ini bertujuan untuk mengkaji:

1. Pengaruh penggunaan media kartu bergambar melalui model

(27)

8

Keanekaragaman Hayati terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas

X SMA Negeri 1 Seputih Raman tahun pelajaran 2011/2012.

2. Kemampuan berpikir kreatif siswa yang paling tinggi antara pembelajaran

yang menggunakan media kartu bergambar melalui model pembelajaran

examples non examples pada materi pokok Keanekaragaman Hayati

dibanding dengan diskusi dan gambar.

3. Aktivitas belajar siswa yang menggunakan media kartu bergambar

melalui model pembelajaran examples non examples pada materi pokok

keanekaragaman hayati.

4. Tanggapan siswa tentang penggunaan media kartu bergambar melalui

model pembelajaran examples non examples pada materi pokok

Keanekaragaman Hayati.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi

pendidikan, khususnya bagi:

1. Peneliti yaitu untuk menambah wawasan dan pengalaman sebagai calon

guru dalam memilih media serta model pembelajaran yang tepat untuk

meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa.

2. Guru yaitu sebagai informasi mengenai alternatif media dan model

pembelajaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan keterampilan

(28)

9

3. Siswa yaitu untuk mendapat pengalaman belajar yang berbeda pada

materi pokok keanekaragaman hayati, dan untuk meningkatkan

keterampilan berpikir kreatif siswa.

4. Sekolah yaitu sebagai masukan dalam meningkatkan mutu proses dan

hasil belajar dalam mata pelajaran biologi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap penelitian ini, maka

penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Media kartu bergambar yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu

set kartu yang berisi gambar dan keterangan mengenanai materi

keanekaragaman hayati dengan panjang 10 cm dan lebar 7 cm.

2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe examples non

examples dalam penelitian ini adalah guru mempersiapkan

gambar-gambar tentang permasalahan yang sesuai dengan pembelajaran, guru

membagikan kartu bergambar, guru memberi petunjuk dan memberi

kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis permasalahan

yang ada di gambar, melalui diskusi kelompok, siswa mendiskusikan

permasalahan yang ada pada gambar. Hasil diskusi dari analisis

permasalahan dalam gambar dicatat pada kertas, tiap kelompok diberi

kesempatan membacakan hasil diskusinya. Mulai dari komentar/hasil

diskusi dari siswa guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin

(29)

10

3. Indikator kemampuan berpikir kreatif yang diamati adalah kelancaran

(fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), memerinci

(elaboration) dan menilai (evaluation).

4. Aktivitas belajar siswa yang diamati adalah mengajukan pertanyaan,

menjawab pertanyaan, bekerjasama dalam kelompok dan mengajukan

pendapat atau bertahan terhadapnya.

5. Materi yang diteliti adalah materi pokok Keanekaragaman Hayati KD 3.2

mengkomunikasikan Keanekaragaman Hayati Indonesia, dan Usaha

Pelestarian serta Pemanfaatan Sumber Daya Alam.

6. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA N 1 Seputih

Raman dengan subyek penelitian siswa kelas X6 sebagai kelas eksperimen

(30)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Kartu Bergambar

Proses pembelajaran di kelas dapat berlangsung dengan baik dengan adanya

alat bantu berupa media pembelajaran. Menurut Sadiman (2008:6), kata

media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medòë adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Menurut

Gagne (1970, dalam Komalasari 2010:111-112) media adalah jenis

komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk

belajar. Senada dengan itu Briggs mengartikan media sebagai alat untuk

memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar.

Sementara itu Heinich (1982, dalam Arsyad 2007:4) mengemukakan istilah

medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan

penerima. Jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang

diproyeksikan, bahan–bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media

komunikasi. Apabila media itu membawa pesan–pesan atau informasi yang bertujuan instruksional dan mengandung maksud–maksud pengajaran maka

media itu disebut media pengajaran. Dengan demikian dapat diartikan

(31)

12

merangsang pikiran, perasaan, minat, dan perhatian siswa sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar pada siswa.

Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali

bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks, maya dan berada di balik

realitas. Karena itu, media memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang

abstrak dan menunjukkan hal-hal yang tersembunyi. Ketidakjelasan atau

kerumitan bahan ajar dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai

perantara. Bahkan dalam hal-hal tertentu media dapat mewakili kekurangan

guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran (Fathurrohman, 2009:65).

Gearlach dan Ely (1971, dalam Fathurrohman 2009:65) mengatakan bahwa

media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau

kejadian yang membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu

memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam aktivitas

pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat

membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung

antara pendidik dengan peserta didik.

Menurut Sadiman (2008:17-18), media pendidikan mempunyai

kegunaan-kegunaan sebagai berikut:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis

(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

(32)

13

a. Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan gambar, film atau

model.

b. Objek yang kecil bisa dibantu dengan film, gambar, dan sebagainya.

c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan

timelapse.

d. Kejadian yang terjadi di masa lampau bisa ditampilkan lagi lewat

rekaman film, video, dan foto.

3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat

mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan

berguna untuk:

a. Menimbulkan kegairahan belajar.

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik

dengan lingkungan dan kenyataan.

c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut

kemampuan dan minatnya.

Ada beberapa jenis media pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai

(2010:3-4), yaitu:

a. media dua dimensi seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram,

poster, komik, dan lain-lain.

b. Media tiga dimensi seperti model padat, model penampang, model

susun, model kerja, mock up, diorama, dan lain-lain.

c. Media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP, dan

lain-lain.

(33)

14

Salah satu media pembelajaran adalah media kartu bergambar. Gambar

merupakan salah satu media visual dua dimensi. Media berbasis visual

memegang peranan sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat

memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula

menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi

pelajaran dengan dunia nyata (Sadiman, 2008:91).

Media kartu bergambar merupakan modifikasi dari media gambar. Menurut

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Balai Pustaka (1999, dalam Zukhaira

2010: 5), kartu adalah kertas tebal yang berbentuk persegi panjang.

Sedangkan menurutZukhaira (2010:6) yang dimaksud dengan media gambar

adalah gambar yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang dituangkan

dalam bentuk simbol-simbol komunikasi visual biasanya memuat gambar

orang, tempat, dan binatang.

Media kartu atau flash card diperkenalkan oleh Glenn Doman, seorang dokter

ahli bedah otak dari Philadelpia, Pennsylvania. Flash card adalah kartu-kartu

bergambar yang dilengkapi oleh kata-kata (Herlina, 2011:8). Sedangkan

Prapita (2009:4) menyatakan bahwa media kartu bergambar adalah sebuah

alat atau media belajar yang dirancang untuk membantu mempermudah

dalam belajar. Media bergambar ini terbuat dari kertas tebal atau karton

berukuran 17×22 cm yang tengahnya terdapat gambar materi yang sesuai

dengan pokok bahasan.

Menurut Arsyad (2007:120-121) kartu bergambar biasanya berukuran 8x12

(34)

15

yang terdapat pada kartu menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk

memberikan respon yang diinginkan. Menurut Komalasari (2010:119) fungsi

dari media gambar adalah untuk mendapatkan gambaran yang nyata,

menjelaskan ide dan menunjukkan objek benda yang sesungguhnya. Dengan

gambar akan memberikan makna pembelajaran lebih hidup dan tepat

dibanding kata-kata. Bagi siswa hal ini akan lebih menarik dan merangsang

kemampuan berpikirnya.

Sadiman (2008:29-30) menyatakan beberapa kelebihan media bergambar

diantaranya adalah:

1. Sifatnya konkret, lebih realistis menunjukkan pokok masalah

dibandingkan dengan media verbal semata.

2. Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek,

atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu dapat siswa dibawa

ke objek atau peristiwa tersebut.

3. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

4. Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat

usia berapa saja sehingga dapat mencegah kesalahpahaman.

5. Harganya murah, mudah diperoleh dan digunakan tanpa memerlukan

peralatan khusus.

Menurut Sadiman (2008:31) kelemahan dari media bergambar yaitu:

1. Hanya menekankan persepsi indera mata.

2. Benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

(35)

16

B. Model Pembelajaran Examples non Examples

Menyikapi perubahan kondisi kehidupan sekarang ini, khususnya di bidang

pendidikan, para ahli pendidikan terdorong untuk mengembangkan berbagai

model pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau

suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran

mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di

dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan

pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends.

1997 dalam Trianto. 2007:1).

Sebagaimana pendapat Joice (1992, dalam Trianto 2007:2):

A model of teaching is plan or pattern that we can use to design face-to-face teaching in classroom or tutorial settings and to shape instructional materials including books, films, tapes, computer-mediated programs, and curricula (longterm courses of study). Each model guides us as we design intruction to help students achieve various obyectives.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita

gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam

kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan material/perangkat

pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film-film, tipe-tipe,

program-program media komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar).

Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat

(36)

17

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan

siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen

and Kauchak, 1996 dalam Trianto, 2011:58). Pembelajaran kooperatif

disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa,

memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat

keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk

berinteraksi dan belajar bersama-sama yang berbeda latar belakangnya.

Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, maka

siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama

manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam tipe, salah satunya adalah

tipe examples non examples. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua

cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui

pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Examples

non examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat

dengan menggunakan dua hal yang terdiri dari examples dan non examples

dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk

mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Examples

memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi

yang sedang dibahas, sedangkan non examples memberikan gambaran akan

sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas

(37)

18

Setiap Model pembelajaran memiliki beberapa keuntungan. Menurut Buehl

(1996 dalam Deden, 2011:3) mengemukakan keuntungan model examples

non examples antara lain:

1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk

memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih

kompleks.

2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang

mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui

pengalaman dari examples non examples

3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi

karakteristik dari suatu konsep yang mempertimbangkan bagian non

example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada

bagian example

Model pembelajaran examples non examples dapat menarik minat belajar

siswa karena guru menyajikan contoh-contoh berupa gambar yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran. Namun dalam menyajikan contoh-contoh

tersebut ada hal-hal yang harus diperhatikan. Ini diperkuat oleh pendapat

Tennyson dan Pork (1980 dalam Slavin, 2002:59) yang menyarankan bahwa

jika guru akan menyajikan contoh dari suatu konsep maka ada tiga hal yang

seharusnya diperhatikan, yaitu:

a. Urutkan contoh dari yang gampang ke yang sulit.

(38)

19

c. Bandingkan dan bedakan contoh-contoh dan bukan contoh.

Menurut Komalasari (2010:61-62) langkah-langkah pembelajaran model

examples non examples adalah sebagai berikut:

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar tentang permasalahan yang

sesuai dengan pembelajaran

2. Guru menempelkan gambar dipapan/ditayangkan melalui OHP

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk

memperhatikan/menganalisis permasalahan yang ada di gambar

4. Melalui diskusi kelompok, siswa mendiskusikan permasalahan yang

ada pada gambar. Hasil diskusi dari analisis permasalahan dalam

gambar dicatat pada kertas.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil diskusinya.

6. Mulai dari komentar/hasil diskusi dari siswa guru mulai menjelaskan

materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

7. Menarik kesimpulan.

Menyiapkan pengalaman dengan contoh dan non contoh akan membantu

siswa untuk membangun pemikiran yang kaya dan lebih mendalam dari

sebuah konsep penting. Menurut Joyce dan Weil (1986 dalam Nurhayati,

2011:81) kerangka konsep terkait strategi tindakan yang menggunakan

dengan metode examples non examples. Kerangka konsep tersebut antara

lain:

a. Menggeneralisasikan pasangan antara contoh dan non contoh yang

menjelaskan beberapa dari sebagian besar karakter atau atribut dari

(39)

20

memikirkan perbedaan apa yang terdapat pada dua daftar tersebut.

Selama siswa memikirkan tentang tiap example dan non examples

tersebut, tanyakanlah pada mereka apa yang membuat kedua daftar

tersebut berbeda.

b. Menyiapkan examples non examples tambahan, mengenai konsep yang

lebih spesifik untuk mendorong siswa mengecek hipotesis yang telah

dibuatnya sehingga mampu memahami konsep yang baru.

c. Meminta siswa untuk bekerja berkelompok untuk menggeneralisasikan

konsep examples non examples mereka. Setelah itu meminta tiap

pasangan untuk menginformasikan di kelas untuk mendiskusikan secara

klaikal sehingga tiap siswa dapat memberikan umpan balik.

d. Sebagai bagian penutup, adalah meminta siswa untuk mendeskripsikan

konsep yang telah diperoleh dengan menggunakan karakter yang telah

didapat dari examples non examples.

Model pembelajaran examples non examples ini dianggap baik karena

memiliki beberapa kelebihan, namun model pembelajaran ini juga tidak lepas

dari adanya kekurangan. Ini dinyatakan oleh Kusumah (2008:3) bahwa

terdapat kelebihan dari model pembelajaran ini yaitu siswa dianggap lebih

kritis dalam menganalisa gambar, siswa mengetahui aplikasi dari materi

berupa contoh gambar dan siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan

pendapatnya. Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah

tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar serta memakan

(40)

21

C.Kemampuan Berpikir Kreatif

Dalam kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat cepat seperti sekarang

ini, seringkali pengetahuan yang kita miliki tidak dapat diterapkan dalam

mengatasi masalah-masalah yang muncul. Oleh karena sebab itu, diperlukan

keterampilan berpikir tingkat tinggi, yang meliputi keterampilan berpikir

kritis dan kreatif (critical and creative thingking), keterampilan memecahkan

masalah (problem solving), dan mengambil keputusan (decision making)

(Zuchdi, 2008:124).

Menurut Djamarah (2008:44), berpikir merupakan salah satu aktivitas belajar.

Seseorang akan memperoleh penemuan baru, atau setidaknya seseorang

menjadi tahu tentang hubungan antara sesuatu. Selajutnya, Djamarah

(2008:34) mendefinisikan berpikir sebagai kemampuan jiwa untuk

meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan. Ketika berpikir

dilakukan, maka akan terjadi proses.

Ada beberapa ahli yang mendefinisikan berpikir kreatif. Salah satunya adalah

Rawlinson (1989:11) yang mendefinisikan berpikir kreatif adalah upaya

untuk menghubungkan benda-benda atau gagasan-gagasan yang sebelumnya

tidak berhubungan. Sedangkan menurut Cropley (dalam Munandar 1985:9)

kecakapan berpikir kreatif adalah kecakapan menciptakan gagasan, mengenal

kemungkinan alternatif, melihat kombinasi yang tidak diduga, dan memiliki

keberanian untuk mencoba sesuatu yang tidak biasa. Dengan kata lain

keterampilan berpikir kreatif adalah kecakapan untuk memberikan

(41)

22

Menurut Munandar (1985:47-51), berpikir kreatif adalah berpikir untuk

menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dengan

penekanan pada ketepatgunaan dan keragaman jawaban. Berpikir kreatif

merupakan berpikir yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, orisinal, dan

kemampuan mengelaborasi dengan mengembangkan, memperkaya,

memerinci suatu gagasan. Proses berpikir kreatif dapat dilihat melalui:

1. Kelancaran

Kelancaran sebagai kemampuan untuk (a) mencetuskan banyak gagasan,

jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan, (b) memberikan banyak

cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, dan (c) selalu memikirkan

lebih dari satu jawaban.

2. Keluwesan

Keluwesan sebagai kemampuan untuk (a) menghasilkan gagasan, jawaban

atau pertanyaan yang bervariasi, (b) dapat melihat masalah dari sudut

pandang yang berbeda-beda, (c) mencari banyak alternatif atau arah yang

berbeda-beda, dan (d) mampu mengubah cara pendekatan atau cara

pemikiran.

3. Keaslian

Keaslian sebagai kemampuan untuk (a) melahirkan ungkapan yang baru

dan unik, (b) memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan

diri, dan (c) mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari

bagian-bagian atau unsur-unsur.

(42)

23

Keterperincian sebagai kemampuan untuk mengembangkan suatu gagasan,

memerincinya sehingga menjadi lebih menarik.

Wallas ( Jamaris, 2006 dalam Sujiono, 2010:86) menjelaskan proses berpikir

kreatif utamanya digunakan seseorang untuk memecahkan masalah.

Pemecahan masalah adalah proses yang terjadi dalam empat fase, yaitu:

(1) fase persiapan; berupa pengumpulan informasi yang berkaitan dengan

masalah yang sedang dipecahkan;

(2) fase pematangan; informasi yang telah terkumpul berupa kegiatan yang

berkaitan dengan usaha memahami keterkaitan satu informasi dengan

informasi lainnya dalam rangka pemecahan masalah;

(3) fase iluminasi; berupa penemuan cara-cara yang perlu dilakukan untuk

memecahkan masalah; dan

(4) fase verifikasi; berupa kegiatan yang berkaitan dengan usaha untuk

mengevaluasi apakah langkah-langkah yang akan digunakan dalam

pemecahan masalah akan memberikan hasil yang sesuai.

Pola berpikir kreatif membutuhkan imajinasi dan akan membawa kepada

kemungkinan jawaban atau ide-ide yang banyak, dimana sejumlah ide-ide

yang banyak itu selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan satu atau beberapa

yang mungkin dapat diimplementasikan. Pola berpikir kreatif bersifat

divergen, diawali dari suatu uraian permasalahan kemudian menyebar untuk

menghasilkan berbagai macam ide untuk pemecahan permasalahan tersebut

(43)

24

Dalam kenyataannya, pola berpikir kreatif menghasilkan ide-ide dalam

jumlah banyak yang selanjutnya dapat dipilih jawaban yang paling tepat

(Rawlinson, 1989:4-7).

Pencapaian keberhasilan pendidikan yang mengembangkan kemampuan

berpikir kreatif ditopang oleh tiga komponen yang bersinergi, yaitu keluarga,

sekolah, dan masyarakat. Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari

pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi,

mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang

yang menakjubkan, dan mengembangkan ide-ide yang tidak terduga

(Johnson, 2007:214).

Menurut Munandar (2004:31-32) kreativitas sangat bermakna dalam hidup

sehingga perlu dipupuk dalam diri anak didik dengan alasan:

a. Dengan berkreasi orang dapat mengaktualisasikan dirinya yang

merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia.

b. Merupakan bentuk pemikiaran yang sampai saat ini masih kurang

mendapat perhatian dalam pendidikan.

c. Selain bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan juga memberikan

kepuasan kepada individu.

d. Memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.

Menurut Johnson (2007:215) berpikir kreatif yang membutuhkan ketekunan,

disiplin diri, dan perhatian penuh, meliputi aktivitas mental seperti:

(44)

25

2. mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan

pikiran terbuka

3. membangun keterkaitan, khususnya diantara hal-hal yang berbeda

4. menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas

5. menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk mnghasilkan hal baru dan

berbeda

6. mendengarkan intuisi.

William (1977 dalam Munandar 1985:88) merinci indikator keterampilan

berpikir kreatif seperti pada tabel berikut:

Tabel 1. Indikator Berpikir Kreatif

No. Indikator

Berpikir Kreatif

Definisi Perilaku Siswa

1. Berpikir lancar

(fluency) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian

masalah atau pertanyaan.

Memberikan banyak

cara atau saran untuk melakukan berbagai

Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain.

Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu obyek atau situasi.

2. Berpikir luwes

(flexibility) Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi.

(45)

26

konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda. an suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau

bertentangan dari mayoritas kelompok.

 Jika diberikan suatu masalah biasanya

 Mampu mengubah arah

berpikir secara spontan. 3. Berpikir orisinal

(originality)  Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.

cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.

 Memilih asimetri dalam menggambar atau membuat desain.

 Memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain.

 Setelah membaca atau

(46)

27

 Mencari arti yang lebih mendalam terhadap

 Mencoba atau menguji

detil-detil untuk

(47)

28

 Pada waktu tertentu tidak menghasilkan

Setiap peserta didik memiliki kemampuan untuk berpikir kreatif. Dalam

kehidupan sehari-hari kemampuan berpikir kreatif tersebut perlu dilatih dan

dikembangkan agar peserta didik terampil untuk berpikir kreatif. Namun,

didalam proses pembelajaran saat ini di SMAN 1 Seputih Raman masih

kurang memberdayakan kemampuan berpikir kreatif, karena pembelajaran

cenderung berpusat pada guru. Untuk mengembangkan keterampilan berpikir

kreatif salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

yang tepat. Dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran kooperatif

tipe examples non examples dengan media kartu bergambar.

Media kartu bergambar ini terbuat dari kertas tebal atau karton berukuran 10

× 7 cm yang tengahnya terdapat gambar materi disertai dengan kata-kata

yang sesuai dengan pokok bahasan Keanekaragaman Hayati. Materi

Keanekaragaman Hayati memuat konsep-konsep yang kompleks terutama

(48)

29

sehingga diperlukan proses pembelajaran yang konkret dan bermakna.

Dengan melihat gambar, diharapkan siswa mampu membayangkan secara

konkret informasi-informasi yang diberikan serta dapat memperlancar

pemahaman dan memperkuat ingatan. Gambar dapat pula menumbuhkan

minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran

dengan dunia nyata, dapat menguatkan konsep siswa sehingga dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Pembelajaran tidak akan berjalan efektif apabila hanya menggunakan media

pembelajaran yang menarik. Oleh sebab itu, akan lebih baik apabila

didukung dengan model pembelajaran yang tepat dan menarik. Model

pembelajaran kooperatif tipe examples non examples menekankan partisipasi

aktif siswa untuk menemukan sendiri materi pelajaran dari berbagai sumber.

Model ini menuntut siswa memiliki kemampuan yang baik untuk

memberikan gambaran akan suatu yang menjadi contoh dalam materi yang

sedang dibahas. Mendorong siswa untuk berpikir mengapa sesuatu selalu

dilakukan seperti itu, mengapa sebuah pernyataan harus dipercaya sehingga

mereka dapat mengajukan banyak pertanyaan dan mencetuskan berbagai

ide-ide pemecahan masalah. Siswa dilatih untuk berpikir kreatif dalam

menganalisis gambar, mengetahui aplikasi dan diberi kesempatan untuk

mengungkapkan pendapat.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan dua

kelas. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk membandingkan

(49)

30

examples dengan menggunakan media kartu bergambar dan dengan metode diskusi, pada pokok bahasan keanekaragaman hayati. Hubungan antara

variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut ini:

Keterangan: X= Media kartu bergambar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe examples non examples; Y= kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pokok keanekaragaman hayati.

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan dalam penggunaan media

kartu bergambar dengan model pembelajaran examples non

examples terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi

pokok Keanekaragaman Hayati.

H1 = Ada pengaruh yang signifikan pada penggunaan media kartu

bergambar dengan model pembelajaran examples non examples

terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pokok

Keanekaragaman Hayati.

2. HO = Kemampuan berpikir kreatif siswa dengan media kartu

bergambar dan model pembelajaran kooperatif tipe example non

example sama dengan diskusi dan gambar.

H1 = Kemampuan berpikir kreatif siswa dengan media kartu bergambar

(50)

31

dan model pembelajaran kooperatif tipe example non examples

lebih tinggi jika dibandingkan dengan diskusi dan gambar.

3. Penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran

kooperatif examples non examples meningkatkan aktivitas belajar siswa.

4. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap

penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran

(51)

32

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA N 1 Seputih Raman pada semester

genap 2012.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMA N 1

Seputih Raman Tahun Pelajaran 2011/2012. Pengambilan sampel dilakukan

dengan teknik cluster random sampling. Margono (2005:127) menyatakan

bahwa cluster random sampling merupakan populasi tidak terdiri dari

individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau

cluster misalnya kelas sebagai cluster. Sampel tersebut adalah siswa-siswi

kelas X6 sebagai kelas eksperimen dan siswa-siswi kelas X5 sebagai kelas

kontrol.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes

kelompok tak ekuivalen. Kelas kontrol maupun kelas eksperimen

(52)

33

Kelas eksperimen diberi perlakuan menggunakan media kartu bergambar

melaui model pembelajaran examples non examples, sedangkan kelas kontrol

diberi perlakuan pembelajaran menggunakan diskusi dan gambar. Hasil pretes

dan postes pada kedua kelompok subjek dibandingkan. Struktur desain

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kelompok pretes perlakuan postes

I O1 X O2

II O1 O2

Keterangan: I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretes; O2 =

Postes; X = Perlakuan media kartu bergambar dengan model examples non examples (dimodifikasi dari Hadjar, 1999:335).

Gambar 2. Desain pretes-postes tak ekuivalen

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas kontrol dan kelas

eksperimen.

d. Membuat media pembelajaran. Media yang dibuat berupa media kartu

(53)

34

1. Membagi materi pokok Keanekaragaman Hayati ke dalam tujuh

tema yaitu fauna asiatis, fauna peralihan, fauna australis, flora

Indonesia barat, flora Indonesia tengah, flora Indonesia Timur,

fauna endemik, flora endemik, dan peran Keanekaragaman Hayati.

2. Menentukan gambar dan materi yang akan disajikan dalam kartu

untuk tiap-tiap tema. Masing-masing kartu terdiri dari satu gambar

dan cuplikan materi.

3. Mendesain kartu dengan menggunakan program Microsoft Office

Publisher.

4. Mendesain logo belakang kartu dengan menggunakan program

AAA Logo 2010.

5. Mencetak kartu dengan menggunakan printer di atas kertas bc

berwarna putih polos.

6. Menggunting kartu dengan rapi.

7. Melaminating kartu agar kartu lebih awet dan mudah digunakan.

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kelompok (LKK)

untuk setiap pertemuan dan Instrumen evaluasi yaitu soal pretes postes.

f. Membuat lembar observasi aktivitas siswa.

g. Membuat angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan

menggunakan media kartu bergambar dan model pembelajaran

(54)

35

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan media kartu

bergambar melalui model pembelajaran kooperatif examples non examples

untuk kelas eksperimen dan menggunakan diskusi dan gambar untuk kelas

kontrol di SMA Negeri 1 Seputih Raman. Penelitian ini direncanakan

sebanyak 2 kali pertemuan, pertemuan pertama membahas mengenai

Keanekaragaman Hayati di Indonesia dan pertemuan kedua membahas

tentang usaha pelestarian, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai

berikut:

A.Kelas Eksperimen

1) Pendahuluan

a) Siswa mengerjakan soal pretes pada pertemuan I berupa soal uraian

mengenai Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Usaha Pelestarian

serta Pemanfaatan Sumber Daya Alam.

b) Siswa diberikan motivasi:

Pertemuan I: Siswa mendengarkan cerita bahwa keanekaragaman

hayati di Indonesia termasuk dalam golongan tertinggi

di dunia, jauh lebih tinggi daripada di Amerika dan di

Afrika yang sama-sama beriklim tropis. Sebagai

Bangsa Indonesia, kita harus bangga dengan kekayaan

atau keanekaragaman hayati kita karena banyak hewan

dan tumbuhan yang ada dinegara kita, tetapi tidak ada

di negara lain, dan guru memberikan pertanyaan ”apa

(55)

36

tersebut?”

Pertemuan II: Siswa mendengarkan cerita bahwa di Indonesia pernah

terjadi gagal panen karena ledakan populasi hama

wereng. Wereng yang menyerang padi diduga karena

predator wereng punah akibat terkena pestisida yang

digunakan petani untuk memberantas hama. Untuk itu,

penting bagi kita untuk mengetahui berbagai aktivitas

manusia yang dapat membahayakan keanekaragaman

hayati.

c) Siswa diberikan apersepsi:

Pertemuan I: ” Guru memperlihatkan gambar peta Indonesia yang

memuat garis wallace dan Weber dan terdapat gambar

gajah di pulau sumatera dan kuskus di papua dan

mengajukan pertanyaan : “Apakah perbedaan antara

gajah dan kuskus?”

Pertemuan II: “Siswa diberikan apersepsi dengan diperlihatkan

gambar seseorang yang sedang menebang hutan dan

seseorang yang melakukan reboisasi dan mengajukan

pertanyaan “Apa yang akan terjadi jika manusia terus

mengeksploitasi sumber daya secara berlebihan?”

2) Kegiatan inti

a) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

(56)

37

b) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang heterogen, setiap

kelompok terdiri dari tiga sampai empat orang.

c) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.

Kemudian siswa menerima satu set kartu bergambar beserta

Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang harus dikerjakan kepada

setiap kelompok.

d) Siswa memperhatikan/menganalisa gambar.

e) Melalui diskusi kelompok, siswa mulai mengerjakan LKK yang

telah dibagikan, dengan mengamati/menganalisa kartu bergambar.

f) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

g) Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan

materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

h) Kesimpulan.

3) Penutup

a) Siswa mendengarkan ulasan materi yang dipelajari.

b) Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

c) Siswa mengerjakan soal postes pada akhir pembelajaran pertemuan

II berupa soal uraian yang sama dengan soal pretes.

B.Kelas Kontrol

1) Pendahuluan

a) Siswa mengerjakan soal pretes pada pertemuan I berupa soal uraian

mengenai Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Usaha Pelestarian

(57)

38

b) Siswa diberikan motivasi:

Pertemuan I: ” Siswa mendengarkan cerita bahwa keanekaragaman

hayati di Indonesia termasuk dalam golongan tertinggi di

dunia, jauh lebih tinggi daripada di Amerika dan di

Afrika yang sama-sama beriklim tropis. Sebagai bangsa

Indonesia, kita harus bangga dengan kekayaan atau

keanekaragaman hayati kita karena banyak hewan dan

tumbuhan yang ada dinegara kita, tetapi tidak ada di

negara lain, dan guru memberikan pertanyaan ”apa

yang harus kita lakukan untuk menjaga ciptaan Tuhan

tersebut?”

Pertemuan II: Siswa mendengarkan cerita bahwa di Indonesia pernah

terjadi gagal panen karena ledakan populasi hama

wereng. Wereng yang menyerang padi diduga karena

predator wereng punah akibat terkena pestisida yang

digunakan petani untuk memberantas hama. Untuk itu,

penting bagi kita untuk mengetahui berbagai aktivitas

manusia yang dapat membahayakan keanekaragaman

hayati.

c) Siswa diberi apersepsi:

Pertemuan I: ” Apakah yang dimaksud dengan spesies endemik?

Dapatkah kalian menyebutkan beberapa spesies yang

(58)

39

Pertemuan II: “ Sebutkan kegiatan manusia yang berdampak negatif

terhadap keanekaragaman hayati?”

2) Kegiatan inti

a) Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok, (setiap kelompok

berjumlah tiga sampai empat orang dan pembagian kelompok

dilakukan pada pertemuan pertama).

b) Siswa menerima Lembar Kerja Kelompok (LKK) mengenai

keanekaragaman hayati Indonesia (pertemuan I), usaha pelestarian

serta pemanfaatan sumber daya alam (pertemuan II).

c) Setelah LKK selesai dikerjakan guru meminta setiap kelompok

mengumpulkannya.

d) Selanjutnya dilakukan presentasi LKK oleh setiap kelompok.

e) Siswa mendengarkan penjelasan tentang materi yang belum dipahami

oleh siswa.

f) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah berlangsung.

3) Penutup

a) Siswa mendengarkan ulasan materi yang dipelajari.

b) Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

c) Siswa mengerjakan soal postes pada akhir pembelajaran pertemuan

(59)

40

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1) Jenis Data

a) Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa data keterampilan berpikir kreatif siswa

pada materi pokok Keanekaragaman Hayati yang diperoleh dari nilai

pretes dan postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan

postes dalam bentuk N-gain

b) Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa selama proses pembelajaran

dan data angket tanggapan siswa terhadap media kartu bergambar dan

model pembelajaran examples non examples.

2) Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:

a) Pretes dan Postes

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik tes. Untuk

mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa adalah soal uraian. Tes

ini dapat menuntut kemampuan berpikir kreatif siswa untuk dapat

memunculkan ide baru, gagasan atau jawaban yang bervariasi sehingga

sangat cocok untuk menguji kemampuan berpikir kreatif siswa. Data

kemampuan berpikir kreatif berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes

diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun

kontrol, sedangkan nilai postes diambil di akhir pembelajaran pada

Gambar

Tabel
Tabel 1. Indikator Berpikir Kreatif
gambarnya sendiri atau
Gambar 1.    Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Available seat killometres (ASK) per jumlah pegawai sebagai proxy dari produktivitas pegawai, inflight service and passenger expenses sebagai proxy dari kualitas

Data penelitian sastra adalah bahan penelitian atau lebih tepatnya bahan jadi penelitian yang terdapat dalam karya sastra yang akan diteliti (Sangidu, 2004: 41). Data dalam

Tanda pelunasan pajak tahun terakhir (SPT tahun 2013) dan Laporan Bulanan Pajak (PPh pasal 21, PPh pasal 23 bila ada transaksi, PPh pasal 25/29 dan PPN) untuk 3 (tiga) bulan

Selisih Mean rasio keuangan Net Income Growth terbesar dan tidak signifikan terdapat antara Perusahaan Efek dan Perusahaan Leasing dengan.

The sentence is ‘terdapat pula menu show windows version on desktop yang akan menampilkan versi windows anda pada kanan

Kegiatan persiapan meliputi observasi pembelajaran di kelas yang dilakukan pada saat proses pembelajaran di kelas berlangsung dan pembuatan persiapan mengajar yaitu membuat satuan

This study analyses the communication of the five major categories of risk (business, strategy, market and credit risk disclosure) over the volatile 2007-2009 Global Financial

Tetapi masih terdapat banyak toko bunga yang mempunyai pelanggan tersendiri, belum menggunakan system seperti ini untuk mempromosikan dan memasarkan lebih luas lagi bunga-bunga yang