PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLES TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI
(Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Raman
Tahun Ajaran 2011/2012)
(Skripsi)
Oleh
Dewi Eka Susilowati
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI
(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Raman
Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh
DEWI EKA SUSILOWATI
Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu tuntutan hasil belajar yang harus dimiliki oleh siswa sekolah menengah. Namun, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi yang mengajar di kelasX SMA Negeri 1 Seputih Raman, diketahui bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa belum dikembangkan secara optimal. Hali ini dikarenakan selama ini guru menggunakan metode/model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah dengan kombinasi media kartu bergambar dengan model
pengaruh penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran Examples Non Examples untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes postes tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas X5 dan X6 yang dipilih dari populasi secara cluster random sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes dan postes yang didukung dengan data kualitatif berupa data aktivitas siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (eksperimen = 79,22; kontrol = 61,66) dan berbeda secara signifikan. Hal ini tampak dari hasil uji persamaan dan perbedaan dua rata-rata terhadap N-gain yang menunjukkan bahwa thitung > ttabel sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran Examples Non Examples pada materi pokok Keanekaragaman Hayati berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI
(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Raman
Tahun Ajaran 2011/2012)
Oleh
DEWI EKA SUSILOWATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Neni Hasnunidah, S.Pd., M.Si. ……….………
Sekretaris : Berti Yolida, S.Pd., M.Pd. ……….
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Arwin Achmad, M.Si. ………
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003
Judul Skripsi : PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Seputih Raman Tahun Ajaran 2011/2012)
Nama Mahasiswa : Dewi Eka Susilowati
Nomor Pokok Mahasiswa : 0813024022
Program Studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Neni Hasnunidah, S.Pd., M.Si. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd. NIP 19700327 199403 200 1 NIP 19831015 200604 2 001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rama Kelandungan pada tanggal 04 Februari 1990 sebagai
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Nyaman dan Ibu Martini.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri 2
Rama Kelandungan (1996-2002), SMP N 1 Seputih Raman (2002-2005), dan
SMA N 1 Seputih Raman (2005-2008). Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai
mahasiswi Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan
Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi.
Selama menjadi mahasiswa penulis memiliki pengalaman berorganisasi yaitu
sebagai anggota Divisi Pendidikan dalam Himpunan Mahasiswa Pendidikan
Mahasiswa (HIMASAKTA). Dan pada tahun 2011, penulis melakukan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA N 1 Negeri Besar dan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Negeri Besar kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan dan
melakukan penelitian di SMA N 1 Seputih Raman untuk meraih gelar sarjana
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, dengan mengucap syukur kepada Allah SWT yang selalu memberikan karunia dan nikmat-Nya, kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada :
Bapak dan ibu tercinta yang tak pernah berhenti menyayangi, mendidik dan
melupakanku dalam setiap lantunan do’anya. Terima Kasih atas pengorbanan yang telah diberikan selama ini yang takkan mungkin dapat nduk membalasnya walau sampai akhir hayat. Mudah-mudahan kelak nduk dapat membahagiakan dan dapat membuat kalian bangga telah memiliki putri sepertiku.
Adikku tersayang Nurida Rahmatun Nisa terima kasih atas kasih sayang, do’a, dukungan, dan perhatiannya.
Para sahabat tercinta dan pendamping yang akan menjadi imamku kelak. Para pendidik dan dosen yang terhormat, memenuhiku dengan pengetahuan dan
motivasi, serta menerangi jalanku.
Teman-teman ku Mandibula (Eko Budiyono, Tri Suwandi, Robidinsyah, Hadi Wijaya, Ardi Yusuf, Yudi Trisila, Harry Haryono, Dedi Pendra, Yulia, Arista, Tia Rani, Siska, Dwi, Meldayanti, Auliana Afandi, Betty Anggraini, Dewi Oktaria, Wahyu Sri Sukarsih, Siti Nurhalimah, Wartini Oktarina, Three Wati, Anggun Yuliana, Prisil Anggun, Misriyanti, Ria Ratna, Deny Rinawati, Ririn, Imatul khoiriah, Nurhidayah, Wina Halimah, Ajeng Pratiwi, Dzul Fitria, Iska Widia, NovriaWandira, Dwi Susanti, Rindi Antika, Evriana Darma, Rina Sailifa, Kurnia Mayang Sari) yang mengisi hari-hariku.Terima kasih semuanya.
MOTTO
“Setiap pekerjaan yang kita lakukan harus disertai dengan niat ikhlas dan rasa tanggung jawab
(Irgi A. Fahrezi)”
“Barang siapa yang menempuh perjalanan dengan tujuan untuk menuntut ilmu, niscaya Alloh akan memudahkan
jalan ke surga baginya
(HR Muslim)”
“Tak ada kekuatun apapun di dunia ini yang mampu membuat kita jadi apapun kecuali kita mengubah apa yang
ada didalam diri kita (Dr. Ibrahim Elfiky)”
“Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan hanya kepada Allah-lah kembali (seluruh makhluk)
SANWACANA
Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT, dengan ridho-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Kartu
Bergambar melalui Model Pembelajaran Examples Non Examples Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi Pokok Keanekaragaman Hayati
(Kuasi Eksperimen di SMA N 1 Seputih Raman)” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Pendidikan Biologi di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Unila beserta para Pembantu
Dekan yang telah memberi izin penelitian;
2. Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas
Lampung;
3. Neni Hasnunidah, S. Pd., M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi dan sekaligus Pembimbing I, terima kasih atas nasehat, kesabaran,
motivasi dan saran kepada penulis;
4. Berti Yolida, S.Pd., M. Pd., selaku Pembimbing II terima kasih atas bantuan
dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan kepada penulis;
5. Drs. Arwin Achmad, M. Si., selaku pembahas atas saran-saran perbaikan dan
6. Drs. Darlen Sikumbang M. Biomed., Selaku pembimbing akademik, atas doa,
motivasi dan bimbinganya kepada penulis;
7. Bapak dan ibu dosen pengajar, atas segala bantuan dan ilmu yang telah
diberikan serta staf di Jurusan PMIPA FKIP Unila;
8. Keluarga besar SMA N 1 Seputih Raman yang telah memberi izin dan saran
untuk keberhasilan penelitian penulis;
9. Teristimewa untuk kedua orang tua, Bapak dan Ibuku tersayang yang selalu
memberikan semangat, motivasi dan doa. Tentunya iringan doa mereka
menjadi jalan kelancaran pendidikan penulis di Unila ini. Termasuk untuk
adikku tercinta Nurida Rahmatunnisa;
10. Team kartu bergambar terimakasih atas kerjasama, semangat, dan rasa
kekeluargaan yang indah;
11. Keluarga besar asrama sofi, Melinda Dwi, Laras Sewesti, Evriana Darma,
Yunita Mustiani, Nurul Magfiroh, Rina Utami, Mahfudzyah, Esti Yuliana,
Rita dan Titik;
12. Teman-teman KKN dan PPL, Dita Vinda, Milah, Yondariwati, Evo alfareza,
Aas Lailah, Santi Noviyana, Kiki Indah, Arif Hidayat, dan Tomi.
13. Sahabat-sahabatku di Pendidikan Biologi ’08 (Mandibula), kakak tingkat dan
adik tingkat, semoga kesuksesan menjadi bagian dari hidup kita semua;
14. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat dituliskan satu persatu.
Bandar Lampung, Mei 2012
Penulis,
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dewi Eka Susilowati
Nomor Pokok Mahasiswa : 0813024024
Program Studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri,
dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau
ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan
penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.
Bandar Lampung, April 2012 Yang menyatakan
DAFTAR ISI
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Kartu Bergambar ... 11
G. Mendeskripsikan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa... 44
H. Pengolahan Data Aktivitas Siswa ... 45
I. Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Media Kartu Bergambar Melalui Model Examples Non Examples ... 47
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 50
B. Pembahasan ... 58
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 76
LAMPIRAN 1. Silabus ... 81
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 85
3. Lembar Kerja Kelompok ... 103
4. Soal Pretes Postes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 120
5. Angket Tanggapan Siswa ... 127
6. Data Hasil Penelitian ... 128
7. Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ... 139
8. Foto-Foto Penelitian ... 152
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1. Indikator Berpikir Kreatif ... 25
2. Kriteria N-gain ... 42
3. Kriteria Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 42
4. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 45
5. Kriteria Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 45
6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 46
7. Klasifikasi Persentase Aktivitas Siswa ... 47
8. Daftar Pernyataan Dalam Angket Tanggapan Siswa ... 47
9. Skor Per Soal Angket ... 48
10. Tabulasi Data Angket Tanggapan Siswa terhadap Penggunaan Media Kartu Bergambar melalui Model Examples Non Examples ... 49
11. Kriteria Persentase Angket Tanggapan Siswa terhadap Penggunaan Media Kartu Bergambar melalui Model Examples Non Examples ... 49
12. Hasil uji Normalitas Nilai Pretes, Postes dan N-gain Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 50
13. Hasil uji Homogenitas Nilai Pretes, Postes, dan N-gain Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 51
15. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan Kesamaan Dua Rata-rata N-gain Setiap Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada
Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 53
16. Peningkatan Setiap Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Sesudah Pembelajaran pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 54
17. Persentase Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol . 55
18. Nilai Pretes, Postes dan N-gain Kelas Eksperimen ... 128
19. Nilai Pretes, Postes dan N-gain Kelas Kontrol ... 129
20. Analisis Butir Soal Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ... 130
21. Analisis Butir Soal Pretes dan Postes Kelas Kontrol ... 131
22. Analisis Perindikator Kemampuan Berpikir Kreatif pada Soal Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ... 132
23. Analisis Perindikator Kemampuan Berpikir Kreatif pada Soal Pretes dan Postes Kelas Kontrol ... 134
24. Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kontrol Pertemuan ke-1 ... 136
25. Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 137
26. Analisis Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan media Kartu Bergambar melalui Model Examples Non Examples .. 138
27. Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 139
28. Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 139
29. Hasil Uji Normalitas N-gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 140
30. Hasil Uji Kesamaan Dua Varian dan Kesamaan Dua Rata-rata Pretes ... 140
31. Hasil Uji Kesamaan Dua Varian dan Kesamaan Dua Rata-rata Postes ... 141
32. Hasil Uji Kesamaan Dua Varian dan Kesamaan Dua Rata-rata N-gain ... 142
34. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Postes ... 144
35. Hasil Uji Normalitas N-gain Indikator Evaluation Kelas
Eksperimen dan Kontrol ... 145
36. Hasil Uji Homogenitas dan t1 N-gain Indikator Evaluation Kelas
Eksperimen dan Kontrol ... 145
37. Hasil Uji Normalitas N-gain Indikator Elaboration Kelas
Eksperimen dan Kontrol ... 146
38. Hasil Uji Hmogenitas dan t1 N-gain Indikator Elaboration Kelas
Eksperimen dan Kontrol ... 147
39. Hasil Uji Normalitas N-gain indikator Flexibility Kelas Eksperimen
dan Kontrol ... 148
40. Hasil Uji Homogenitas dan t1 N-gain Indikator Flexibility Kelas
Eksperimen dan Kontrol ... 148
41. Hasil Uji Normalitas N-gain Indikator Originality Kelas
Eksperimen dan Kontrol ... 149
42. Hasil Uji Homogenitas dan t1 N-gain Indikator Originality Kelas
Eksperimen dan Kontrol ... 149
43. Hasil Uji Normalitas N-gain indikator Fluency Kelas Eksperimen
dan Kontrol ... 150
44. Hasil Uji Homogenitas dan t1 N-gain Indikator Fluency Kelas
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 30
2. Desain pretes-postes tak ekuivalen ... 33
3. Aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 56
4. Tanggapan siswa terhadap penggunaan media kartu bergambar melalui model examples non examples . ... 57
5. Contoh jawaban siswa untuk indikator fluency (eksperimen) ... 64
6. Contoh jawaban siswa untuk indikator fluency (kontrol) ... 64
7. Contoh jawaban siswa untuk indikator flexibility (kontrol) ... 66
8. Contoh jawaban siswa untuk indikator flexibility (eksperimen) ... 66
9. Contoh jawaban siswa untuk indikator elvaluation (kontrol) ... 68
10. Contoh jawaban siswa untuk indikator evaluation (eksperimen) ... 69
11. Contoh jawaban siswa untuk indikator originality (kontrol) ... 70
12. Contoh jawaban siswa untuk indikator originality (eksperimen) ... 71
13. Contoh jawaban siswa untuk indikator elaboration (kontrol) ... 71
14. Contoh jawaban siswa untuk indikator elaboration (eksperimen) ... 72
15. Siswa mengerjakan soal-soal pretes . ... 161
17. Siswa kelompok kontrol melakukan diskusi ... 162
18. Guru membimbing siswa melakukan diskusi ... 162
19. Siswa melakukan presentasi ... 163
20. Siswa mengerjakan postes ... 163
21. Contoh fauna tipe asiatis ... 164
22. Contoh fauna tipe peralihan ... 164
23. Contoh fauna tipe australis ... 165
24. Contoh flora Indonesia barat ... 165
25. Contoh flora Indonesia tengah ... 166
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Sebagai negara
berkembang, Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang
mampu memberi sumbangan bermakna pada ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian, serta pada kesejahteraan bangsa pada umumnya. Sehubungan
dengan ini pendidikan hendaknya tertuju pada perkembangan kreativitas
peserta didik agar kelak dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan kebutuhan
masyarakat dan negara (Munandar, 1985:12).
Menurut PP nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi KTSP pelajaran
biologi yang termasuk dalam rumpun ilmu IPA umumnya memiliki peran
penting dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya di dalam
menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu
berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di
masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan ilmu pengetahuan
alam. Mata pelajaran biologi bertujuan untuk memupuk sikap ilmiah yaitu
jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain
2
deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam
sekitar (BNSP, 2006:vi).
Kemampuan berpikir kreatif dirasakan perlu untuk dikembangkan dalam
kegiatan pembelajaran, karena kemajuan teknologi yang semakin pesat dan
meningkatnya populasi penduduk dunia disertai berkurangnya persediaan
sumber-sumber alami menuntut adaptasi secara kreatif dan kemampuan untuk
mencari pemecahan masalah yang imajinatif (Munandar, 1985:7). Mereka
harus mampu menghasilkan berbagai macam ide untuk pemecahan
permasalahan tersebut atau menyediakan berbagai kemungkinan jawaban
untuk masalah itu. Dalam kenyataannya, pola berpikir kreatif menghasilkan
ide-ide dalam jumlah banyak yang selanjutnya dapat dipilih jawaban yang
paling tepat (Rawlinson, 1989:4-7).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan rendahnya kemampuan berpikir siswa
terutama berpikir kritis dan kreatif, seperti yang diungkapkan Rofi’uddin
(2009:2) bahwa kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang dimiliki oleh
siswa sekolah menengah, mahasiswa strata satu, bahkan juga mahasiswa
strata dua masih rendah. Senada dengan itu Yunita (2011:2),
mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa SMAN 14
Bandung masih rendah pada pembelajaran sistem endokrin.
Fenomena serupa juga dapat dijumpai pada SMAN 1 Seputih Raman.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru Biologi, dapat
diketahui bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih tergolong rendah
3
kreatif siswa yang sering muncul adalah berpikir lancar (fluency) yang
ditunjukkan dengan perilaku siswa mengajukan banyak pertanyaan dan
menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan.
Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif pada diri siswa
diperlukan perubahan dalam metode, model maupun media pembelajaran
disekolah. Namun, pada kenyataannya penguasaan guru tentang
model-model pembelajaran masih rendah dan kurangnya keterampilan guru dalam
mengkombinasikan media dengan model yang sesuai dengan materi
pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari proses pembelajaran di SMAN 1
Seputih Raman. Guru mata pelajaran biologi disekolah tersebut cenderung
menggunakan metode ceramah yang berorientasi pada pembelajaran yang
bersifat teacher centered dan sesekali menggunakan diskusi tanpa
menggunakan media pembelajaran yang mendukung materi pelajaran yang
sedang diajarkan. Dengan sistem pembelajaran yang seperti ini siswa akan
lebih cenderung pasif, banyak mendengarkan penjelasan guru, mudah bosan
dan potensi yang dimiliki siswa kurang berkembang terutama kemampuan
berpikir kreatif siswa.
Siswa mengalami kesulitan dalam mengerti dan memahami materi
Keanekaragaman Hayati dan sering kali hanya menghafal saja jika dalam
proses pembelajaran hanya berorientasi pada pembelajaran yang bersifat
teacher centered tanpa penggunaan media pembelajaran. Materi
Keanekaragaman Hayati selain memuat konsep-konsep nyata yang sederhana
4
pengelompokan atau proses pengklasifikasian ( Tika, 2011: 3). Materi
Keanekaragaman Hayati banyak ditemui disekitar lingkungan siswa baik
keanekaragaman hewan maupun tumbuhan, namun siswa tidak banyak yang
mengenal dengan baik makhluk hidup tersebut, seperti mengenal ciri
khasnya, nama lokal dan ilmiahnya serta peranan dari makhluk hidup tersebut
terhadap kelangsungan hidup di bumi. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut diperlukan adanya suatu media pembelajaran yakni media kartu
bergambar. Dengan penggunaan media kartu bergambar, diharapkan siswa
dapat lebih memahami materi Keanekaragaman Hayati karena dengan
gambar siswa mendapat pengalaman belajar konkret sehingga siswa dapat
menghindari pengertian yang abstrak dari suatu materi.
Banyak ahli berpendapat bahwa 75% dari pengetahuan manusia sampai ke
otaknya melalui mata dan yang selebihnya melalui pendengaran dan
indera-indera yang lain (Suleiman, 1988:12). Kartu bergambar merupakan salah
satu implementasi dari media berbasis visual yakni pesan yang dituangkan
dalam bentuk tulisan dan gambar yang disajikan dalam ukuran berbentuk
kartu. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat
ingatan (Arsyad, 2007:91). Kartu bergambar merupakan sebuah media
belajar secara visual (visual learning) yang disusun sedemikian rupa untuk
merangsang keaktifan belajar siswa di kelas. Siswa mampu membayangkan
secara konkret informasi-informasi yang diberikan dan mampu mengambil
ingatan dan pengalaman dari apa yang telah dilihatnya sehingga mampu
untuk mengembangkan kompetensi berpikir kreatif siswa (Kohlberg dalam
5
menunjukkan bahwa penggunaan media kartu bergambar dapat meningkatkan
kreativitas menulis pada pembelajaran bahasa Inggris.
Menurut Hidayat (1990:24) penggunakan media kartu bergambar membuat
proses pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa diajak untuk
belajar sambil bermain. Permainan dapat mengembangkan motivasi siswa
untuk belajar aktif karena permainan dapat menembus kebosanan, permainan
memberikan tantangan untuk memecahkan masalah dalam suasana gembira
dan dapat menimbulkan semangat kooperatif dan kompetitif yang sehat serta
membantu siswa yang lamban dan kurang motivasi.
Pembelajaran akan berjalan efektif apabila media dikombinasikan dengan
model pembelajaran yang sesuai. Hal ini sesuai dengan pendapat Suyitno
(2000:37) bahwa untuk menunjang kelancaran pembelajaran disamping
pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan suatu media pembelajaran
yang sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat dikombinasikan dengan media
kartu bergambar untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa
yaitu model examples non examples. Model pembelajaran examples non
examples ini merupakan pembelajaran yang memerlukan gambar-gambar
sebagai sumber pembelajaran. Model examples non examples ini merupakan
salah satu model pembelajaran yang menekankan pada partisipasi dan
aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan
dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia. Model ini menuntut para siswa
6
sesuatu yang menjadi contoh (example) akan suatu materi yang sedang
dibahas, sedangkan non example memberikan gambaran akan sesuatu yang
bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas (Hamzah, 2009:113).
Penerapan model pembelajaran examples non examples dalam kegiatan
pembelajaran, dapat menciptakan suatu proses pembelajaran dimana siswa
dapat belajar dengan mengingat informasi dari suatu sumber, dapat aktif
dalam kegiatan pembelajaran serta dapat mengaitkan pelajaran yang sudah
dipelajari dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Sehingga membantu
guru untuk mengaktifkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dalam
proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukankan
oleh Tissa ( 2011), yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran
examples non examples meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil
belajar ekonomi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian di SMA Negeri 1 Seputih Raman menggunakan media kartu
bergambar melalui model pembelajaran examples non examples, sehingga
diharapkan akan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa dan
dapat membantu siswa untuk mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) di
sekolah yaitu ≥ 68. Dalam hal ini, peneliti akan memfokuskan pada materi
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Adakah pengaruh yang signifikan dari penggunaan media kartu
bergambar melalui model pembelajaran examples non examples terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pokok Keanekaragaman
Hayati?
2. Apakah kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pokok
Keanekaragaman Hayati dengan media kartu bergambar melalui model
pembelajaran examples non examples lebih tinggi jika dibandingkan
dengan diskusi dan gambar?
3. Bagaimana aktivitas belajar siswa yang menggunakan media kartu
bergambar melalui model pembelajaran examples non examples pada
materi pokok Keanekaragaman Hayati?
4. Bagaimana tanggapan siswa tentang penggunaan media kartu bergambar
melalui model pembelajaran examples non examples pada materi pokok
Keanekaragaman Hayati?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka penelitian
ini bertujuan untuk mengkaji:
1. Pengaruh penggunaan media kartu bergambar melalui model
8
Keanekaragaman Hayati terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
X SMA Negeri 1 Seputih Raman tahun pelajaran 2011/2012.
2. Kemampuan berpikir kreatif siswa yang paling tinggi antara pembelajaran
yang menggunakan media kartu bergambar melalui model pembelajaran
examples non examples pada materi pokok Keanekaragaman Hayati
dibanding dengan diskusi dan gambar.
3. Aktivitas belajar siswa yang menggunakan media kartu bergambar
melalui model pembelajaran examples non examples pada materi pokok
keanekaragaman hayati.
4. Tanggapan siswa tentang penggunaan media kartu bergambar melalui
model pembelajaran examples non examples pada materi pokok
Keanekaragaman Hayati.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi
pendidikan, khususnya bagi:
1. Peneliti yaitu untuk menambah wawasan dan pengalaman sebagai calon
guru dalam memilih media serta model pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa.
2. Guru yaitu sebagai informasi mengenai alternatif media dan model
pembelajaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan keterampilan
9
3. Siswa yaitu untuk mendapat pengalaman belajar yang berbeda pada
materi pokok keanekaragaman hayati, dan untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif siswa.
4. Sekolah yaitu sebagai masukan dalam meningkatkan mutu proses dan
hasil belajar dalam mata pelajaran biologi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap penelitian ini, maka
penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Media kartu bergambar yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu
set kartu yang berisi gambar dan keterangan mengenanai materi
keanekaragaman hayati dengan panjang 10 cm dan lebar 7 cm.
2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe examples non
examples dalam penelitian ini adalah guru mempersiapkan
gambar-gambar tentang permasalahan yang sesuai dengan pembelajaran, guru
membagikan kartu bergambar, guru memberi petunjuk dan memberi
kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis permasalahan
yang ada di gambar, melalui diskusi kelompok, siswa mendiskusikan
permasalahan yang ada pada gambar. Hasil diskusi dari analisis
permasalahan dalam gambar dicatat pada kertas, tiap kelompok diberi
kesempatan membacakan hasil diskusinya. Mulai dari komentar/hasil
diskusi dari siswa guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin
10
3. Indikator kemampuan berpikir kreatif yang diamati adalah kelancaran
(fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), memerinci
(elaboration) dan menilai (evaluation).
4. Aktivitas belajar siswa yang diamati adalah mengajukan pertanyaan,
menjawab pertanyaan, bekerjasama dalam kelompok dan mengajukan
pendapat atau bertahan terhadapnya.
5. Materi yang diteliti adalah materi pokok Keanekaragaman Hayati KD 3.2
mengkomunikasikan Keanekaragaman Hayati Indonesia, dan Usaha
Pelestarian serta Pemanfaatan Sumber Daya Alam.
6. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA N 1 Seputih
Raman dengan subyek penelitian siswa kelas X6 sebagai kelas eksperimen
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Media Kartu Bergambar
Proses pembelajaran di kelas dapat berlangsung dengan baik dengan adanya
alat bantu berupa media pembelajaran. Menurut Sadiman (2008:6), kata
media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medòë adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Menurut
Gagne (1970, dalam Komalasari 2010:111-112) media adalah jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk
belajar. Senada dengan itu Briggs mengartikan media sebagai alat untuk
memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar.
Sementara itu Heinich (1982, dalam Arsyad 2007:4) mengemukakan istilah
medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan
penerima. Jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang
diproyeksikan, bahan–bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media
komunikasi. Apabila media itu membawa pesan–pesan atau informasi yang bertujuan instruksional dan mengandung maksud–maksud pengajaran maka
media itu disebut media pengajaran. Dengan demikian dapat diartikan
12
merangsang pikiran, perasaan, minat, dan perhatian siswa sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar pada siswa.
Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik
dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali
bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks, maya dan berada di balik
realitas. Karena itu, media memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang
abstrak dan menunjukkan hal-hal yang tersembunyi. Ketidakjelasan atau
kerumitan bahan ajar dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai
perantara. Bahkan dalam hal-hal tertentu media dapat mewakili kekurangan
guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran (Fathurrohman, 2009:65).
Gearlach dan Ely (1971, dalam Fathurrohman 2009:65) mengatakan bahwa
media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau
kejadian yang membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam aktivitas
pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat
membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung
antara pendidik dengan peserta didik.
Menurut Sadiman (2008:17-18), media pendidikan mempunyai
kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
13
a. Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan gambar, film atau
model.
b. Objek yang kecil bisa dibantu dengan film, gambar, dan sebagainya.
c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan
timelapse.
d. Kejadian yang terjadi di masa lampau bisa ditampilkan lagi lewat
rekaman film, video, dan foto.
3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan
berguna untuk:
a. Menimbulkan kegairahan belajar.
b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik
dengan lingkungan dan kenyataan.
c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.
Ada beberapa jenis media pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai
(2010:3-4), yaitu:
a. media dua dimensi seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram,
poster, komik, dan lain-lain.
b. Media tiga dimensi seperti model padat, model penampang, model
susun, model kerja, mock up, diorama, dan lain-lain.
c. Media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP, dan
lain-lain.
14
Salah satu media pembelajaran adalah media kartu bergambar. Gambar
merupakan salah satu media visual dua dimensi. Media berbasis visual
memegang peranan sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat
memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula
menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi
pelajaran dengan dunia nyata (Sadiman, 2008:91).
Media kartu bergambar merupakan modifikasi dari media gambar. Menurut
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Balai Pustaka (1999, dalam Zukhaira
2010: 5), kartu adalah kertas tebal yang berbentuk persegi panjang.
Sedangkan menurutZukhaira (2010:6) yang dimaksud dengan media gambar
adalah gambar yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang dituangkan
dalam bentuk simbol-simbol komunikasi visual biasanya memuat gambar
orang, tempat, dan binatang.
Media kartu atau flash card diperkenalkan oleh Glenn Doman, seorang dokter
ahli bedah otak dari Philadelpia, Pennsylvania. Flash card adalah kartu-kartu
bergambar yang dilengkapi oleh kata-kata (Herlina, 2011:8). Sedangkan
Prapita (2009:4) menyatakan bahwa media kartu bergambar adalah sebuah
alat atau media belajar yang dirancang untuk membantu mempermudah
dalam belajar. Media bergambar ini terbuat dari kertas tebal atau karton
berukuran 17×22 cm yang tengahnya terdapat gambar materi yang sesuai
dengan pokok bahasan.
Menurut Arsyad (2007:120-121) kartu bergambar biasanya berukuran 8x12
15
yang terdapat pada kartu menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk
memberikan respon yang diinginkan. Menurut Komalasari (2010:119) fungsi
dari media gambar adalah untuk mendapatkan gambaran yang nyata,
menjelaskan ide dan menunjukkan objek benda yang sesungguhnya. Dengan
gambar akan memberikan makna pembelajaran lebih hidup dan tepat
dibanding kata-kata. Bagi siswa hal ini akan lebih menarik dan merangsang
kemampuan berpikirnya.
Sadiman (2008:29-30) menyatakan beberapa kelebihan media bergambar
diantaranya adalah:
1. Sifatnya konkret, lebih realistis menunjukkan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal semata.
2. Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek,
atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu dapat siswa dibawa
ke objek atau peristiwa tersebut.
3. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
4. Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat
usia berapa saja sehingga dapat mencegah kesalahpahaman.
5. Harganya murah, mudah diperoleh dan digunakan tanpa memerlukan
peralatan khusus.
Menurut Sadiman (2008:31) kelemahan dari media bergambar yaitu:
1. Hanya menekankan persepsi indera mata.
2. Benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.
16
B. Model Pembelajaran Examples non Examples
Menyikapi perubahan kondisi kehidupan sekarang ini, khususnya di bidang
pendidikan, para ahli pendidikan terdorong untuk mengembangkan berbagai
model pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends.
1997 dalam Trianto. 2007:1).
Sebagaimana pendapat Joice (1992, dalam Trianto 2007:2):
A model of teaching is plan or pattern that we can use to design face-to-face teaching in classroom or tutorial settings and to shape instructional materials including books, films, tapes, computer-mediated programs, and curricula (longterm courses of study). Each model guides us as we design intruction to help students achieve various obyectives.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita
gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam
kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan material/perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film-film, tipe-tipe,
program-program media komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar).
Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat
17
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan
siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen
and Kauchak, 1996 dalam Trianto, 2011:58). Pembelajaran kooperatif
disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa,
memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat
keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk
berinteraksi dan belajar bersama-sama yang berbeda latar belakangnya.
Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, maka
siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama
manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam tipe, salah satunya adalah
tipe examples non examples. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua
cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui
pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Examples
non examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat
dengan menggunakan dua hal yang terdiri dari examples dan non examples
dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk
mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Examples
memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi
yang sedang dibahas, sedangkan non examples memberikan gambaran akan
sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas
18
Setiap Model pembelajaran memiliki beberapa keuntungan. Menurut Buehl
(1996 dalam Deden, 2011:3) mengemukakan keuntungan model examples
non examples antara lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk
memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih
kompleks.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang
mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui
pengalaman dari examples non examples
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi
karakteristik dari suatu konsep yang mempertimbangkan bagian non
example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada
bagian example
Model pembelajaran examples non examples dapat menarik minat belajar
siswa karena guru menyajikan contoh-contoh berupa gambar yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Namun dalam menyajikan contoh-contoh
tersebut ada hal-hal yang harus diperhatikan. Ini diperkuat oleh pendapat
Tennyson dan Pork (1980 dalam Slavin, 2002:59) yang menyarankan bahwa
jika guru akan menyajikan contoh dari suatu konsep maka ada tiga hal yang
seharusnya diperhatikan, yaitu:
a. Urutkan contoh dari yang gampang ke yang sulit.
19
c. Bandingkan dan bedakan contoh-contoh dan bukan contoh.
Menurut Komalasari (2010:61-62) langkah-langkah pembelajaran model
examples non examples adalah sebagai berikut:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar tentang permasalahan yang
sesuai dengan pembelajaran
2. Guru menempelkan gambar dipapan/ditayangkan melalui OHP
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisis permasalahan yang ada di gambar
4. Melalui diskusi kelompok, siswa mendiskusikan permasalahan yang
ada pada gambar. Hasil diskusi dari analisis permasalahan dalam
gambar dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi dari siswa guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7. Menarik kesimpulan.
Menyiapkan pengalaman dengan contoh dan non contoh akan membantu
siswa untuk membangun pemikiran yang kaya dan lebih mendalam dari
sebuah konsep penting. Menurut Joyce dan Weil (1986 dalam Nurhayati,
2011:81) kerangka konsep terkait strategi tindakan yang menggunakan
dengan metode examples non examples. Kerangka konsep tersebut antara
lain:
a. Menggeneralisasikan pasangan antara contoh dan non contoh yang
menjelaskan beberapa dari sebagian besar karakter atau atribut dari
20
memikirkan perbedaan apa yang terdapat pada dua daftar tersebut.
Selama siswa memikirkan tentang tiap example dan non examples
tersebut, tanyakanlah pada mereka apa yang membuat kedua daftar
tersebut berbeda.
b. Menyiapkan examples non examples tambahan, mengenai konsep yang
lebih spesifik untuk mendorong siswa mengecek hipotesis yang telah
dibuatnya sehingga mampu memahami konsep yang baru.
c. Meminta siswa untuk bekerja berkelompok untuk menggeneralisasikan
konsep examples non examples mereka. Setelah itu meminta tiap
pasangan untuk menginformasikan di kelas untuk mendiskusikan secara
klaikal sehingga tiap siswa dapat memberikan umpan balik.
d. Sebagai bagian penutup, adalah meminta siswa untuk mendeskripsikan
konsep yang telah diperoleh dengan menggunakan karakter yang telah
didapat dari examples non examples.
Model pembelajaran examples non examples ini dianggap baik karena
memiliki beberapa kelebihan, namun model pembelajaran ini juga tidak lepas
dari adanya kekurangan. Ini dinyatakan oleh Kusumah (2008:3) bahwa
terdapat kelebihan dari model pembelajaran ini yaitu siswa dianggap lebih
kritis dalam menganalisa gambar, siswa mengetahui aplikasi dari materi
berupa contoh gambar dan siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya. Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah
tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar serta memakan
21
C.Kemampuan Berpikir Kreatif
Dalam kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat cepat seperti sekarang
ini, seringkali pengetahuan yang kita miliki tidak dapat diterapkan dalam
mengatasi masalah-masalah yang muncul. Oleh karena sebab itu, diperlukan
keterampilan berpikir tingkat tinggi, yang meliputi keterampilan berpikir
kritis dan kreatif (critical and creative thingking), keterampilan memecahkan
masalah (problem solving), dan mengambil keputusan (decision making)
(Zuchdi, 2008:124).
Menurut Djamarah (2008:44), berpikir merupakan salah satu aktivitas belajar.
Seseorang akan memperoleh penemuan baru, atau setidaknya seseorang
menjadi tahu tentang hubungan antara sesuatu. Selajutnya, Djamarah
(2008:34) mendefinisikan berpikir sebagai kemampuan jiwa untuk
meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan. Ketika berpikir
dilakukan, maka akan terjadi proses.
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan berpikir kreatif. Salah satunya adalah
Rawlinson (1989:11) yang mendefinisikan berpikir kreatif adalah upaya
untuk menghubungkan benda-benda atau gagasan-gagasan yang sebelumnya
tidak berhubungan. Sedangkan menurut Cropley (dalam Munandar 1985:9)
kecakapan berpikir kreatif adalah kecakapan menciptakan gagasan, mengenal
kemungkinan alternatif, melihat kombinasi yang tidak diduga, dan memiliki
keberanian untuk mencoba sesuatu yang tidak biasa. Dengan kata lain
keterampilan berpikir kreatif adalah kecakapan untuk memberikan
22
Menurut Munandar (1985:47-51), berpikir kreatif adalah berpikir untuk
menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dengan
penekanan pada ketepatgunaan dan keragaman jawaban. Berpikir kreatif
merupakan berpikir yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, orisinal, dan
kemampuan mengelaborasi dengan mengembangkan, memperkaya,
memerinci suatu gagasan. Proses berpikir kreatif dapat dilihat melalui:
1. Kelancaran
Kelancaran sebagai kemampuan untuk (a) mencetuskan banyak gagasan,
jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan, (b) memberikan banyak
cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, dan (c) selalu memikirkan
lebih dari satu jawaban.
2. Keluwesan
Keluwesan sebagai kemampuan untuk (a) menghasilkan gagasan, jawaban
atau pertanyaan yang bervariasi, (b) dapat melihat masalah dari sudut
pandang yang berbeda-beda, (c) mencari banyak alternatif atau arah yang
berbeda-beda, dan (d) mampu mengubah cara pendekatan atau cara
pemikiran.
3. Keaslian
Keaslian sebagai kemampuan untuk (a) melahirkan ungkapan yang baru
dan unik, (b) memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan
diri, dan (c) mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari
bagian-bagian atau unsur-unsur.
23
Keterperincian sebagai kemampuan untuk mengembangkan suatu gagasan,
memerincinya sehingga menjadi lebih menarik.
Wallas ( Jamaris, 2006 dalam Sujiono, 2010:86) menjelaskan proses berpikir
kreatif utamanya digunakan seseorang untuk memecahkan masalah.
Pemecahan masalah adalah proses yang terjadi dalam empat fase, yaitu:
(1) fase persiapan; berupa pengumpulan informasi yang berkaitan dengan
masalah yang sedang dipecahkan;
(2) fase pematangan; informasi yang telah terkumpul berupa kegiatan yang
berkaitan dengan usaha memahami keterkaitan satu informasi dengan
informasi lainnya dalam rangka pemecahan masalah;
(3) fase iluminasi; berupa penemuan cara-cara yang perlu dilakukan untuk
memecahkan masalah; dan
(4) fase verifikasi; berupa kegiatan yang berkaitan dengan usaha untuk
mengevaluasi apakah langkah-langkah yang akan digunakan dalam
pemecahan masalah akan memberikan hasil yang sesuai.
Pola berpikir kreatif membutuhkan imajinasi dan akan membawa kepada
kemungkinan jawaban atau ide-ide yang banyak, dimana sejumlah ide-ide
yang banyak itu selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan satu atau beberapa
yang mungkin dapat diimplementasikan. Pola berpikir kreatif bersifat
divergen, diawali dari suatu uraian permasalahan kemudian menyebar untuk
menghasilkan berbagai macam ide untuk pemecahan permasalahan tersebut
24
Dalam kenyataannya, pola berpikir kreatif menghasilkan ide-ide dalam
jumlah banyak yang selanjutnya dapat dipilih jawaban yang paling tepat
(Rawlinson, 1989:4-7).
Pencapaian keberhasilan pendidikan yang mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif ditopang oleh tiga komponen yang bersinergi, yaitu keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari
pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi,
mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang
yang menakjubkan, dan mengembangkan ide-ide yang tidak terduga
(Johnson, 2007:214).
Menurut Munandar (2004:31-32) kreativitas sangat bermakna dalam hidup
sehingga perlu dipupuk dalam diri anak didik dengan alasan:
a. Dengan berkreasi orang dapat mengaktualisasikan dirinya yang
merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia.
b. Merupakan bentuk pemikiaran yang sampai saat ini masih kurang
mendapat perhatian dalam pendidikan.
c. Selain bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan juga memberikan
kepuasan kepada individu.
d. Memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Menurut Johnson (2007:215) berpikir kreatif yang membutuhkan ketekunan,
disiplin diri, dan perhatian penuh, meliputi aktivitas mental seperti:
25
2. mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan
pikiran terbuka
3. membangun keterkaitan, khususnya diantara hal-hal yang berbeda
4. menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas
5. menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk mnghasilkan hal baru dan
berbeda
6. mendengarkan intuisi.
William (1977 dalam Munandar 1985:88) merinci indikator keterampilan
berpikir kreatif seperti pada tabel berikut:
Tabel 1. Indikator Berpikir Kreatif
No. Indikator
Berpikir Kreatif
Definisi Perilaku Siswa
1. Berpikir lancar
(fluency) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian
masalah atau pertanyaan.
Memberikan banyak
cara atau saran untuk melakukan berbagai
Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain.
Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu obyek atau situasi.
2. Berpikir luwes
(flexibility) Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi.
26
konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda. an suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau
bertentangan dari mayoritas kelompok.
Jika diberikan suatu masalah biasanya
Mampu mengubah arah
berpikir secara spontan. 3. Berpikir orisinal
(originality) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.
cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.
Memilih asimetri dalam menggambar atau membuat desain.
Memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain.
Setelah membaca atau
27
Mencari arti yang lebih mendalam terhadap
Mencoba atau menguji
detil-detil untuk
28
Pada waktu tertentu tidak menghasilkan
Setiap peserta didik memiliki kemampuan untuk berpikir kreatif. Dalam
kehidupan sehari-hari kemampuan berpikir kreatif tersebut perlu dilatih dan
dikembangkan agar peserta didik terampil untuk berpikir kreatif. Namun,
didalam proses pembelajaran saat ini di SMAN 1 Seputih Raman masih
kurang memberdayakan kemampuan berpikir kreatif, karena pembelajaran
cenderung berpusat pada guru. Untuk mengembangkan keterampilan berpikir
kreatif salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
yang tepat. Dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran kooperatif
tipe examples non examples dengan media kartu bergambar.
Media kartu bergambar ini terbuat dari kertas tebal atau karton berukuran 10
× 7 cm yang tengahnya terdapat gambar materi disertai dengan kata-kata
yang sesuai dengan pokok bahasan Keanekaragaman Hayati. Materi
Keanekaragaman Hayati memuat konsep-konsep yang kompleks terutama
29
sehingga diperlukan proses pembelajaran yang konkret dan bermakna.
Dengan melihat gambar, diharapkan siswa mampu membayangkan secara
konkret informasi-informasi yang diberikan serta dapat memperlancar
pemahaman dan memperkuat ingatan. Gambar dapat pula menumbuhkan
minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran
dengan dunia nyata, dapat menguatkan konsep siswa sehingga dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Pembelajaran tidak akan berjalan efektif apabila hanya menggunakan media
pembelajaran yang menarik. Oleh sebab itu, akan lebih baik apabila
didukung dengan model pembelajaran yang tepat dan menarik. Model
pembelajaran kooperatif tipe examples non examples menekankan partisipasi
aktif siswa untuk menemukan sendiri materi pelajaran dari berbagai sumber.
Model ini menuntut siswa memiliki kemampuan yang baik untuk
memberikan gambaran akan suatu yang menjadi contoh dalam materi yang
sedang dibahas. Mendorong siswa untuk berpikir mengapa sesuatu selalu
dilakukan seperti itu, mengapa sebuah pernyataan harus dipercaya sehingga
mereka dapat mengajukan banyak pertanyaan dan mencetuskan berbagai
ide-ide pemecahan masalah. Siswa dilatih untuk berpikir kreatif dalam
menganalisis gambar, mengetahui aplikasi dan diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapat.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan dua
kelas. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk membandingkan
30
examples dengan menggunakan media kartu bergambar dan dengan metode diskusi, pada pokok bahasan keanekaragaman hayati. Hubungan antara
variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut ini:
Keterangan: X= Media kartu bergambar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe examples non examples; Y= kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pokok keanekaragaman hayati.
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan dalam penggunaan media
kartu bergambar dengan model pembelajaran examples non
examples terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi
pokok Keanekaragaman Hayati.
H1 = Ada pengaruh yang signifikan pada penggunaan media kartu
bergambar dengan model pembelajaran examples non examples
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pokok
Keanekaragaman Hayati.
2. HO = Kemampuan berpikir kreatif siswa dengan media kartu
bergambar dan model pembelajaran kooperatif tipe example non
example sama dengan diskusi dan gambar.
H1 = Kemampuan berpikir kreatif siswa dengan media kartu bergambar
31
dan model pembelajaran kooperatif tipe example non examples
lebih tinggi jika dibandingkan dengan diskusi dan gambar.
3. Penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran
kooperatif examples non examples meningkatkan aktivitas belajar siswa.
4. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap
penggunaan media kartu bergambar melalui model pembelajaran
32
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA N 1 Seputih Raman pada semester
genap 2012.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMA N 1
Seputih Raman Tahun Pelajaran 2011/2012. Pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik cluster random sampling. Margono (2005:127) menyatakan
bahwa cluster random sampling merupakan populasi tidak terdiri dari
individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau
cluster misalnya kelas sebagai cluster. Sampel tersebut adalah siswa-siswi
kelas X6 sebagai kelas eksperimen dan siswa-siswi kelas X5 sebagai kelas
kontrol.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes
kelompok tak ekuivalen. Kelas kontrol maupun kelas eksperimen
33
Kelas eksperimen diberi perlakuan menggunakan media kartu bergambar
melaui model pembelajaran examples non examples, sedangkan kelas kontrol
diberi perlakuan pembelajaran menggunakan diskusi dan gambar. Hasil pretes
dan postes pada kedua kelompok subjek dibandingkan. Struktur desain
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kelompok pretes perlakuan postes
I O1 X O2
II O1 O2
Keterangan: I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretes; O2 =
Postes; X = Perlakuan media kartu bergambar dengan model examples non examples (dimodifikasi dari Hadjar, 1999:335).
Gambar 2. Desain pretes-postes tak ekuivalen
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
d. Membuat media pembelajaran. Media yang dibuat berupa media kartu
34
1. Membagi materi pokok Keanekaragaman Hayati ke dalam tujuh
tema yaitu fauna asiatis, fauna peralihan, fauna australis, flora
Indonesia barat, flora Indonesia tengah, flora Indonesia Timur,
fauna endemik, flora endemik, dan peran Keanekaragaman Hayati.
2. Menentukan gambar dan materi yang akan disajikan dalam kartu
untuk tiap-tiap tema. Masing-masing kartu terdiri dari satu gambar
dan cuplikan materi.
3. Mendesain kartu dengan menggunakan program Microsoft Office
Publisher.
4. Mendesain logo belakang kartu dengan menggunakan program
AAA Logo 2010.
5. Mencetak kartu dengan menggunakan printer di atas kertas bc
berwarna putih polos.
6. Menggunting kartu dengan rapi.
7. Melaminating kartu agar kartu lebih awet dan mudah digunakan.
e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kelompok (LKK)
untuk setiap pertemuan dan Instrumen evaluasi yaitu soal pretes postes.
f. Membuat lembar observasi aktivitas siswa.
g. Membuat angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan media kartu bergambar dan model pembelajaran
35
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan media kartu
bergambar melalui model pembelajaran kooperatif examples non examples
untuk kelas eksperimen dan menggunakan diskusi dan gambar untuk kelas
kontrol di SMA Negeri 1 Seputih Raman. Penelitian ini direncanakan
sebanyak 2 kali pertemuan, pertemuan pertama membahas mengenai
Keanekaragaman Hayati di Indonesia dan pertemuan kedua membahas
tentang usaha pelestarian, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai
berikut:
A.Kelas Eksperimen
1) Pendahuluan
a) Siswa mengerjakan soal pretes pada pertemuan I berupa soal uraian
mengenai Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Usaha Pelestarian
serta Pemanfaatan Sumber Daya Alam.
b) Siswa diberikan motivasi:
Pertemuan I: Siswa mendengarkan cerita bahwa keanekaragaman
hayati di Indonesia termasuk dalam golongan tertinggi
di dunia, jauh lebih tinggi daripada di Amerika dan di
Afrika yang sama-sama beriklim tropis. Sebagai
Bangsa Indonesia, kita harus bangga dengan kekayaan
atau keanekaragaman hayati kita karena banyak hewan
dan tumbuhan yang ada dinegara kita, tetapi tidak ada
di negara lain, dan guru memberikan pertanyaan ”apa
36
tersebut?”
Pertemuan II: Siswa mendengarkan cerita bahwa di Indonesia pernah
terjadi gagal panen karena ledakan populasi hama
wereng. Wereng yang menyerang padi diduga karena
predator wereng punah akibat terkena pestisida yang
digunakan petani untuk memberantas hama. Untuk itu,
penting bagi kita untuk mengetahui berbagai aktivitas
manusia yang dapat membahayakan keanekaragaman
hayati.
c) Siswa diberikan apersepsi:
Pertemuan I: ” Guru memperlihatkan gambar peta Indonesia yang
memuat garis wallace dan Weber dan terdapat gambar
gajah di pulau sumatera dan kuskus di papua dan
mengajukan pertanyaan : “Apakah perbedaan antara
gajah dan kuskus?”
Pertemuan II: “Siswa diberikan apersepsi dengan diperlihatkan
gambar seseorang yang sedang menebang hutan dan
seseorang yang melakukan reboisasi dan mengajukan
pertanyaan “Apa yang akan terjadi jika manusia terus
mengeksploitasi sumber daya secara berlebihan?”
2) Kegiatan inti
a) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
37
b) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang heterogen, setiap
kelompok terdiri dari tiga sampai empat orang.
c) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
Kemudian siswa menerima satu set kartu bergambar beserta
Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang harus dikerjakan kepada
setiap kelompok.
d) Siswa memperhatikan/menganalisa gambar.
e) Melalui diskusi kelompok, siswa mulai mengerjakan LKK yang
telah dibagikan, dengan mengamati/menganalisa kartu bergambar.
f) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
g) Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
h) Kesimpulan.
3) Penutup
a) Siswa mendengarkan ulasan materi yang dipelajari.
b) Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
c) Siswa mengerjakan soal postes pada akhir pembelajaran pertemuan
II berupa soal uraian yang sama dengan soal pretes.
B.Kelas Kontrol
1) Pendahuluan
a) Siswa mengerjakan soal pretes pada pertemuan I berupa soal uraian
mengenai Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Usaha Pelestarian
38
b) Siswa diberikan motivasi:
Pertemuan I: ” Siswa mendengarkan cerita bahwa keanekaragaman
hayati di Indonesia termasuk dalam golongan tertinggi di
dunia, jauh lebih tinggi daripada di Amerika dan di
Afrika yang sama-sama beriklim tropis. Sebagai bangsa
Indonesia, kita harus bangga dengan kekayaan atau
keanekaragaman hayati kita karena banyak hewan dan
tumbuhan yang ada dinegara kita, tetapi tidak ada di
negara lain, dan guru memberikan pertanyaan ”apa
yang harus kita lakukan untuk menjaga ciptaan Tuhan
tersebut?”
Pertemuan II: Siswa mendengarkan cerita bahwa di Indonesia pernah
terjadi gagal panen karena ledakan populasi hama
wereng. Wereng yang menyerang padi diduga karena
predator wereng punah akibat terkena pestisida yang
digunakan petani untuk memberantas hama. Untuk itu,
penting bagi kita untuk mengetahui berbagai aktivitas
manusia yang dapat membahayakan keanekaragaman
hayati.
c) Siswa diberi apersepsi:
Pertemuan I: ” Apakah yang dimaksud dengan spesies endemik?
Dapatkah kalian menyebutkan beberapa spesies yang
39
Pertemuan II: “ Sebutkan kegiatan manusia yang berdampak negatif
terhadap keanekaragaman hayati?”
2) Kegiatan inti
a) Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok, (setiap kelompok
berjumlah tiga sampai empat orang dan pembagian kelompok
dilakukan pada pertemuan pertama).
b) Siswa menerima Lembar Kerja Kelompok (LKK) mengenai
keanekaragaman hayati Indonesia (pertemuan I), usaha pelestarian
serta pemanfaatan sumber daya alam (pertemuan II).
c) Setelah LKK selesai dikerjakan guru meminta setiap kelompok
mengumpulkannya.
d) Selanjutnya dilakukan presentasi LKK oleh setiap kelompok.
e) Siswa mendengarkan penjelasan tentang materi yang belum dipahami
oleh siswa.
f) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah berlangsung.
3) Penutup
a) Siswa mendengarkan ulasan materi yang dipelajari.
b) Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
c) Siswa mengerjakan soal postes pada akhir pembelajaran pertemuan
40
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
1) Jenis Data
a) Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa data keterampilan berpikir kreatif siswa
pada materi pokok Keanekaragaman Hayati yang diperoleh dari nilai
pretes dan postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan
postes dalam bentuk N-gain
b) Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data aktivitas siswa selama proses pembelajaran
dan data angket tanggapan siswa terhadap media kartu bergambar dan
model pembelajaran examples non examples.
2) Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:
a) Pretes dan Postes
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik tes. Untuk
mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa adalah soal uraian. Tes
ini dapat menuntut kemampuan berpikir kreatif siswa untuk dapat
memunculkan ide baru, gagasan atau jawaban yang bervariasi sehingga
sangat cocok untuk menguji kemampuan berpikir kreatif siswa. Data
kemampuan berpikir kreatif berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes
diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun
kontrol, sedangkan nilai postes diambil di akhir pembelajaran pada