• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERJANJIAN KREDIT PEGAWAI DENGAN JAMINAN SURAT KEPUTUSAN PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (Studi Pada PT Bank Lampung Kantor Cabang Utama)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERJANJIAN KREDIT PEGAWAI DENGAN JAMINAN SURAT KEPUTUSAN PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (Studi Pada PT Bank Lampung Kantor Cabang Utama)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Mohammad Rezwandha Mesya

ABSTRAK

PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERJANJIAN KREDIT PEGAWAI DENGAN JAMINAN SURAT KEPUTUSAN PENGANGKATAN

PEGAWAI NEGERI SIPIL

(Studi Pada PT Bank Lampung Kantor Cabang Utama)

Oleh

MOHAMMAD REZWANDHA MESYA

Berdasarkan ketentuan pada Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana yang telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan bahwa Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Kredit merupakan salah satu kegiatan usaha perbankan, di dalam perjanjian kredit bank tersebut harus memuat klausula-klausula yang penting bagi pelaksanaan perjanjian. Klausula merupakan suatu persetujuan atau janji, yang terdiri dari hak dan kewajiban untuk dilaksanakan oleh kreditur dan debitur dalam perjanjian kredit. Pokok permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini, yaitu bagaimana pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam perjanjian kredit pegawai dengan jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil pada PT. Bank Lampung Kantor Cabang Utama dan bagaimana penyelesaian hukum terhadap permasalahan pada pinjaman kredit pegawai dengan jaminan Surat Keputusan Pengangkatan sebagai Pegawai Negeri Sipil pada PT. Bank Lampung Kantor Cabang Utama.

(2)

Mohammad Rezwandha Mesya Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam perjanjian kredit pegawai dengan jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil pada PT. Bank Lampung Kantor Cabang Utama terlebih dahulu harus dipastikan kerjasama Bank dengan Dinas/Instansi sudah dilaksanakan berdasarkan perjanjian kerjasama. Perjanjian kerjasama tersebut minimal sesuai dengan standar perjanian kerjasama yang ditetapkan Bank, dengan mencantumkan pasal yang mengatur tanggung jawab pimpinan Dinas/Instansi untuk tidak memindahkan pembayaran gaji tanpa izin bank dan menjamin tertibnya pemotongan dan penyetoran angsuran sampai dengan pinjaman dinyatakan lunas oleh bank, selanjutnya dilakukan upaya-upaya guna memastikan bahwa debitur tidak memiliki pinjaman pada bank lain, dan bendahara konsisten mengangsur pinjaman tersebut dengan memotong gaji dari masing-masing debitur. Ketentuan-ketentuan dalam penyaluran kredit PNS harus tercantum dalam perjanjian kredit antara lain plafond, jangka waktu, tingkat suku bunga, jadwal pembayaran angsuran dan besar angsuran, pelunasan dini dan denda bunga atas pelunasan dini. 2) Penyelesaian hukum terhadap permasalahan pada pinjaman kredit pegawai dengan jaminan Surat Keputusan Pengangkatan sebagai Pegawai Negeri Sipil, PT. Bank Lampung Kantor Cabang Utama telah menyiapkan upaya-upaya sebagai berikut, yaitu musyawarah dengan pihak debitor, memberikan kesempatan kepada debitor untuk membayar secara angsuran, memberi kelonggaran waktu untuk membayar hutang, menagih dengan memberi pernyataan (pernyataan dengan sangat), agar debitor segera memenuhi kewajibannya, pernyataan dengan pembenahan bunga kredit yang disetor.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional memerlukan sumber pendanaan yang tidak kecil guna mencapai sasaran-sasarannya, seperti pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, kesempatan kerja, distribusi pendapatan, dan lain-lain. Sasaran itu terus diupayakan untuk ditingkatkan kualitasnya dari waktu ke waktu. Untuk itu upaya memperbaiki dan memperkuat sektor keuangan khususnya industri perbankan menjadi sangat penting.

Sektor perbankan memiliki peran sangat vital, antara lain sebagai pengatur urat nadi perekonomian nasional. Lancaran aliran uang sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan ekonomi. Dengan demikian, kondisi sektor perbankan yang sehat dan kuat penting menjadi sasaran akhir dari kebijakan disektor perbankan. Peran sektor perbankan dalam pembangunan juga dapat dilihat pada fungsinya sebagai alat transmisi kebijakan moneter. Di samping itu, perbankan merupakan alat sangat vital dalam menyelenggarakan transaksi pembayaran, baik nasional maupun internasional. Mengingat pentingnya fungsi ini, maka upaya menjadi kepercayaan masyarakat terhadap perbankan menjadi bagian yang sangat penting untuk dilakukan.

(4)

Perkembangan dunia perbankan di Indonesia adalah dinamis, cepat berubah, seiring berkembangnya masyarakat dalam menggunakan media perbankan sebagai upaya pemenuhan kebutuhannya. Pengaturan perbankan di Indonesia sebagai koridor, yakni dengan pemberlakuan Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Di dalam peraturan perundang-undangan tersebut, dimuat ketentuan bahwa Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

Pelaksanaan prinsip kehati-hatian merupakan hal penting guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat, kuat dan kokoh. Krisis perbankan yang melanda Indonesia sepanjang tahun 1997 hingga saat ini menunjukkan betapa lemahnya komitmen untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian dikalangan pelaku bisnis perbankan. Berdasarkan pengalaman tersebut, dan beberapa negara lain, tampaknya kegiatan perbankan tidak bisa seluruhnya diserahkan kepada mekanisme pasar, karena kenyataannya pasar tidak selalu mampu membetulkan dirinya sendiri (self correcting) bila terjadi sesuatu diluar dugaan1. Oleh karena itu, dukungan kontrol terhadap aktivitas perbankan oleh BI dengan kewajiban melaksanakan prinsip kehati-hatian merupakan solusi terbaik dalam rangka menjaga dan mempertahankan eksistensi perbankan, yang pada akhirnya menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada industri perbankan itu sendiri. Salah satunya adalah melalui pengawasan, yakni sampai sejauh mana bank diawasi kegiatan dengan menggunakan prinsip kehati-hatian sebagai tolak ukur utama. Namun, pengawasan perbankan pada umumnya merupakan tindakan represif yang tidak cukup mencegah terjadinya kebangkrutan bank atau likuidasi, atau pembekuan kegiatan usaha dan ditempatkannya bank dalam pengawasan khusus di masa industri perbankan saat ini. Beberapa studi memang

1

(5)

meragukan efektifitas aturan kehati-hatian (prudential regulation) dan kinerja lembaga pengawas. Pendekatan alternatif yang ditawarkan adalah menerapkan sunshine regulation (aturan keterbukaan). Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan nasabah dan stakeholderlainnya mengawasi bank secara langsung.

Pola hidup konsumtif sebagian besar masyarakat Indonesia yang tidak diimbangi dengan daya beli mengakibatkan permintaan akan kredit pada bank terus meningkat setiap tahunnya. Sebagian besar bank di Indonesia sendiri sampai saat ini sudah sangat banyak menawarkan berbagai macam produk perkreditan dengan administrasi mudah dan menjangkau semua golongan.

Prinsip kehati-hatian atau yang dalam istilah lain disebut dengan banking prudential principles merupakan prinsip yang umum yang digunakan dalam kegiatan atau aktivitas perbankan. Pemberian kredit oleh bank tersebut merupakan unsur yang terbesar dari aktiva bank, yang juga sebagai asset utama serta sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan dalam menjalankan fungsi dan usahanya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Kredit yang diberikan oleh bank mengandung suatu resiko, sehingga dalam pelaksanaanya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk mencegah, mengurangi atau menetralisir terjadinya resiko tersebut, maka dunia perbankan diharuskan untuk melaksanakan prudential banking principleatau prinsip kehati-hatian bagi bank.2

Selanjutnya, pemberian kredit dalam pelaksanaannya guna mengurangi resiko atas kredit tersebut bank wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Jadi, bank dalam menyalurkan dana

2

(6)

untuk kredit harus didasarkan pada adanya suatu jaminan. Dalam pemberian kredit terkait sekali perlunya suatu jaminan dalam arti sebagaimana diuraikan di atas, yaitu keyakinan bahwa debitur akan sanggup untuk melunasi kreditnya.3 Penyaluran kredit kepada masyarakat oleh bank sering terbentur kepada ketiadaan jaminan berupa agunanyang dimiliki oleh calon debitor. Menghadapi kendala ketiadaan jaminan tersebut, bank sebagai penyalur dana menyikapi dengan mengadakan penawaran kepada pegawai negeri sipil berupa penawaran kredit dengan tanpa penyertaan agunan tetapi hanya dengan menjaminkan surat keputusan pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil.

Berkaitan dengan hal tersebut, PT. Bank Lampung mengeluarkan produk perbankan di bidang kredit pegawai dengan nama produk yaitu, PANTAS yang akan memudahkan para pegawai negeri sipil yang ingin mengajukan kredit tanpa agunan dengan hanya menjaminkan surat keputusan pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Prinsip Kehati-hatian Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil” ( Studi Pada Kantor Cabang Utama PT. Bank Lampung ).

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Permasalahan

Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah:

3

(7)

a. Bagaimanakah penerapan prinsip kehati-hatian dalam perjanjian kredit pegawai dengan jaminan surat keputusan pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil oleh PT. Bank Lampung Kantor Cabang Utama ?

b. Bagaimanakah penyelesaian hukum terhadap permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan perjanjian kredit pegawai dengan jaminan surat keputusan pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil yang diterapkan oleh PT. Bank Lampung Kantor Cabang Utama ?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi lingkup pembahasan dan lingkup bidang ilmu. Lingkup pembahasan adalah bagaimanakah penerapan prinsip kehati-hatian dalam perjanjian kredit pegawai dengan jaminan surat keputusan pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil oleh PT. Bank Lampung Kantor Cabang Utama dan bagaimanakah penyelesaian hukum terhadap permasalahan pada perjanjian kredit pegawai dengan jaminan surat keputusan pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil yang diterapkan oleh PT. Bank Lampung Kantor Cabang Utama. Sedangkan lingkup bidang ilmu adalah Hukum Keperdataan (Ekonomi) khususnya Hukum Perbankan dan Hukum Jaminan.

C. Tujuan Penelitian

(8)

1. Pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam perjanjian kredit pegawai dengan jaminan surat keputusan pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil pada PT. Bank Lampung Kantor Cabang Utama.

2. Penyelesaian hukum terhadap permasalahan pada pinjaman kredit pegawai dengan jaminan surat keputusan pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil pada PT. Bank Lampung Kantor Cabang Utama.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu :

1. Kegunaan Teoritis

Secara Teoritis penelitian ini adalah sebagai dasar pemikiran dalam upaya perkembangan secara teoritis disiplin ilmu, khususnya hukum perdata ekonomi selain itu juga untuk memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum, khususnya ilmu hukum yang berkaitan dengan hukum perbankan dan hukum jaminan.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis penelitian ini berguna untuk :

a. Sebagai upaya pengembangan wawasan keilmuan dan pengetahuan peneliti di bidang ilmu hukum khususnya ilmu hukum yang berkenaan dengan hukum perbankan dan hukum jaminan.

(9)
(10)

II. Tinjauan Pustaka

A. Bank

Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa pengertian bank telah dikemukakan baik oleh para ahli maupun menurut ketentuan undang-undang, yaitu pada dasarnya usaha perbankan merupakan suatu usaha simpan-pinjam demi dan untuk kepentingan pihak ketiga tanpa memperhatikan bentuk hukumnya apakah perorangan ataukah badan hukum (rechtperson).1 Dalam Undang-Undang Perbankan yang lama maupun yang terbaru, pengertian bank pada umumnya adalah sama, hanya terdapat perbedaan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, yaitu menghilangkan kedudukan bank sebagai lembaga keuangan dan diganti dengan badan usaha.

Pengertian Bank dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 disebutkan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Demikian pula menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, pengertian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

1

(11)

masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Berdasarkan pengertian di atas menjadi jelas, bahwa usaha perbankan haruslah didirikan dalam bentuk badan hukum atau tidak boleh berbentuk usaha perseorangan. Penegasan seperti itu dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang menentukan bentuk hukum bank, yaitu perusahaan persero (PERSERO), perusahaan daerah, koperasi, dan Perseroan Terbatas (PT).

1. Jenis Bank Menurut Kegiatan Usaha

Menurut kegiatan usahanya, jenis kelembagaan bank dapat dibedakan atas :

a. Bank Umum Konvensional, yaitu bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.

1) Bank Umum Konvensional adalah bank konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum konvensional dalam kegiatannya menjalankandual banking system ( sistem konvensional dan sistem syariah ).

2) Bank Perkreditan Rakyat adalah bank konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

(12)

1) Bank Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran;

2) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.2

B. Kredit

Istilah kredit berasal dari bahasa latin“creditus” yang merupakan bentuk past participle dari kata “credere”yang berarti to trust. Kata trust sendiri berarti kepercayaan.3Dalam dunia bisnis kredit juga mempunyai banyak arti, salah satunya adalah kredit dalam artian seperti kredit yang diberikan oleh suatu bank kepada nasabahnya.

Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian.4

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.5

1. JenisJenis Kredit

2

Djoni S.Gazali & Rachmadi Usman,op.cit,hlm. 151.

3

Munir Fuady,Hukum Perkreditan Kontemporer, (Bandung, : Citra Aditya Bakti, 1996), hlm.5

4

Djoni S.Gazali & Rachmadi Usman,op.cit. hlm.263

5

(13)

Dalam praktek saat ini, secara umum ada 2 (dua) jenis kredit yang diberikan oleh bank kepada para nasabahnya, yaitu kredit ditinjau dari segi tujuan penggunaannya dan kredit yang ditinjau dari segi jangka waktunya.

Jenis kredit ditinjau dari segi tujuan penggunaannya dapat berupa :

a. Kredit Produktif

Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan kepada usaha-usaha yang menghasilkan barang dan jasa sebagai kontribusi dari usahanya. Untuk kredit jenis ini terdapat 2 (dua) kemungkinan, yaitu :

1) Kredit modal kerja, yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai kebutuhan usaha-usaha, termasuk guna menutupi biaya produksi dalam rangka peningkatan produksi dan penjualan.

2) Kredit Investasi, yaitu kredit yang diberikan untuk pengadaan barang modal maupun jasa yang dimaksudkan untuk menghasilkan suatu barang ataupun jasa bagi usaha yang bersangkutan.

b. Kredit Konsumtif

Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan kepada orang perorang untuk memenuhi kebutuhan konsumtif masyarakat pada umumnya (sumber pengembaliannya dari fixed income debitur).

Sedangkan jenis kredit ditinjau dari segi jangka waktunya dapat berupa :

(14)

Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang diberikan dengan tidak melebihi jangka waktu 1 (satu) tahun.

b. Kredit Jangka Menenngah

Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari satu tahun tetapi tidak lebih dari 3 (tiga) tahun.

c. Kredit Jangka Panjang

Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari 3 (tiga) tahun.

C. Perjanjian Kredit

Perjanjian kredit (PK) menurut Hukum Perdata Indonesia merupakan salah satu dari bentuk

perjanjian pinjam meminjam yang diatur dalam Buku Ketiga KUHPerdata. Dalam bentuk apa pun

juga pemberian kredit itu diadakan pada hakikatnya merupakan salah satu perjanjian pinjam

meminjam sebagaimana diatur dalam Pasal 1757 sampai 1769 KUHPerdata. Namun demikian dalam

praktek perbankan modern, hubungan hukum dalam kredit tidak semata-mata berbentuk hanya

perjanjian pinjam meminjam saja melainkan adanya campuran dengan bentuk perjanjian yang

lainnya seperti perjanjian pemberian kuasa, dan perjanjian lainnya. Dalam bentuk yang campuran

demikian maka selalu tampil adanya suatu jalinan di antara perjanjian yang terkait tersebut.6

Menurut Ch.Gatot Wardoyo dalam tulisannya mengenai Sekitar Klausul-Klausul perjanjian kredit Bank, Bank dan Manajemen, perjanjian kredit mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

1. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok. Artinya, perjanjian kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidak batalnya perjanjian lain yang mengikutinya. Misalnya : perjanjian pengikatan jaminan.

6

(15)

2. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban di antara kreditur dan debitur.

3. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.7

D. Prinsip Kehati-hatian

Prinsip kehati-hatian (prudent banking principle) adalah suatu asas atau prinsip yang menyatakan bahwa dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib bersikap hati-hati (prudent) dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya.8

Pengertian di atas sejalan dengan apa yang telah dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.9

Ketentuan dalam Pasal 29 ayat (2), (3), dan (4) Undang-Undang Perbankan juga secara eksplisit mengandung muatan pengaturan tentang prinsip kehati-hatian dalam kegiatan perbankan. Ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Perbankan tersebut secara khusus dapat dikatakan sebagai ketentuan yang termasuk dalam ruang lingkup pembinaan dan pengawasan, artinya ketentuan tentangprudential banking principletersebut merupakan bagian dari pembinaan dan pengawasan bank.

Maksud dari prinsip kehati-hatian di dalam Undang-Undang Perbankan sama sekali tidak dijelaskan, baik pada bagian ketentuan maupun dalam penjelasannya. Undang-Undang Perbankan hanya menyebutkan istilah dan ruang lingkupnya saja sebagaimana dijelaskan dalam

7

Ch.Gatot Wardoyo, Sekitar Klausul-Klausul perjanjian kredit Bank, Bank dan Manajemen, November-Desember 1992, hlm. 64-69

8

Rachmadi Usman,Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta :PT Gramedia Pustaka, 2001),

hlm.18

9

(16)

Pasal 29 ayat (2), (3), dan (4) Undang-Undang Perbankan. Selain itu, guna mendukung atau menjamin terlaksananya proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan bank yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian, bank wajib memiliki dan menerapkan sistem pengawasan intern dan bentukself regulation.10

E. Jaminan

Salah satu kegiatan usaha perbankan adalah berupa pemberian kredit. Pemberian kredit merupakan pemberian pinjaman uang oleh bank kepada anggota masyarakat yang umumnya disertai dengan penyerahan jaminan oleh debitur (peminjam). Bank sebagai badan usaha yang wajib dikelola berdasarkan prinsip kehati-hatian tidak terlepas dari ketentuan hukum yang berlaku agar dapat mengamankan dan melindungi kepentingannya. Jaminan kredit yang diterima bank dari debitur termasuk sebagai salah satu objek yang berkaitan dengan kepentingan bank. Jaminan kredit tersebut harus dapat diyakini sebagai jaminan yang baik dan berharga sehingga akan dapat memenuhi fungsi-fungsinya, antara lain dengan memerhatikan aspek hukum yang terkait termasuk aspek hukum jaminan.11

1. Ketentuan Hukum Jaminan dalam KUH Perdata dan KUH Dagang

a. Gadai

Gadai adalah salah satu lembaga jaminan yang dapat digunakan untuk mengikat objek jaminan utang yang berupa barang bergerak. Gadai diatur oleh ketentuan-ketentuan Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160 KUH Perdata.

10

Zulfi Diane Zaini,Independensi Bank Indonesia dan Penyelesaian Bank Bermasalah, (Bandung : CV. Keni Media, 2012), hlm.65

11

(17)

b. Hipotek

Lembaga jaminan yang juga diatur oleh ketentuan KUH Perdata, Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1232 adalah hipotek. Akan tetapi, dengan berlakunya UU No. 4 Tahun 1996, objek jaminan utang berupa tanah sudah tidak dapat diikat dengan hipotek. Hipotek pada saat ini hanya dapat digunakan untuk mengikat objek jaminan utang yang ditunjuk oleh ketentuan peraturan perundang-undangan lain.

c. Hak Tanggungan

UU No. 4 Tahun 1996 mengatur lembaga jaminan yang disebut Hak Tanggungan. Lembaga jaminan hak tanggungan digunakan untuk mengikat objek jaminan utang yang berupa tanah atau benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang bersangkutan.

d. Fiducia

UU No. 42 Tahun 1999 adalah tentang lembaga jaminan yang disebut jaminan fidusia. Jaminan fidusia adalah lembaga jaminan yang dapat digunakan untuk mengikat objek jaminan yang berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak khusunya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan. Objek jaminan fidusia tetap dalam penguasaan pemiliknya.12

Jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan.13

12

M. Bahsan,op.cit,hlm. 12-50

13

(18)

Dalam konteks perkreditan, istilah jaminan sering bertukar dengan istilah agunan. Menurut Muhammad Djumhana, apabila yang dimaksud jaminan itu adalah sebagaimana ditegaskan dalam pemberian kredit menurut Pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit, maka jaminan itu adalah suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitor untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan. Dengan demikian mencermati maksud dari istilah yang dipakai oleh Soebekti dengan jaminan seperti di bawah ini, menurut Djumhana yang tepat sebenarnya harus memakai istilah agunan.14Jaminan yang ideal (baik) tersebut terlihat dari :

1) Dapat secara mudah membantu perolehan kredit oleh pihak yang memerlukannya ; 2) Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si penerima kredit untuk melakukan (meneruskan) usahanya ;

3) Memberikan kepastian kepada kreditor dalam arti bahwa mudah diuangkan untuk melunasi hutangnya si debitor.15

F. Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri Sipil adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.16

14

Muhammad Djumhana,op.cit, hlm. 398

15

Soebekti,Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia,(Bandung : Alumni, 1986), hlm 29

16

(19)

Berdasrkan pengertian di atas bahwa setiap warga negara berhak untuk menjadi pegawai negeri sipil sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, dan dapat diangkat oleh pejabat yang berwenang dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri.

Menurut Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 jenis Pegawai Negeri terdiri dari :

a. Pegawai Negeri Sipil ;

b. Anggota Tentara Nasional Indonesia ;

c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Sedangkan Pegawai Negeri Sipil juga dibedakan menjadi dua, yaitu Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah. Menurut Pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000, pengertian Pegawai Negeri Sipil Pusat disebutkan :

Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Kejaksaan Agung, Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, Sekretariat Militer, Sekretariat Presiden, Sekretariat Wakil Presiden, Kantor Menteri Koordinator, Kantor Menteri Negara, Kepolisian Negara, Lembaga Pemerintahan Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Instansi Vertikal didaerah Propinsi / Kabupaten / Kota, Kepaniteraan Pengadilan, atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya”.

Demikian pula menurut Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, yang dimaksud Pegawai Negeri Sipil Daerah :

(20)

G. Profil Bank Lampung

1. Pendirian/Pembentukan

Bank Pembangunan Daerah Lampung yang juga biasa disebut Bank Lampung didirikan oleh Pemerintah Daerah Lampung. Didirikan di Bandar Lampung berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung No. 10A/1964 tanggal 1 Agustus 1964 dan memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor ; DES 57/7/31-150 tanggal 26 Juli 1965 dan memperoleh persetujuan izin usaha dari Menteri Bank Sentral Republik Indonesia Nomor : Kep. 66/UBS/1965 tanggal 13 Agustus 1965. Bank Lampung mulai beroperaional pada tanggal 31 Januari 1966.

2. Kepemilikan

Bank Lampung dimiliki oleh Pemerintah Provinsi lampung bersama-sama dengan Pemerintah Kabupaten dan Kota seluruh Provinsi Lampung.

3. Tujuan

Tujuan didirikannya Bank Lampung adalah untuk mengelola keuangan daerah dan membantu mendorong pertumbuhan perekonomian daerah.

4. Bentuk Badan Hukum

Pada awal berdirinya Bank Lampung berbentuk Perusahaan Daerah atau PD dan sejak tahun 1999 berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung

(21)

merupakan Anggaran Dasar Bank dan perubahannya tertuang dalam Akta Notaris Soekarno,S.H. Notaris di Bandar Lampung Nomor : 5 tanggal 3 Mei 1999 dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C8058.H.01.04 Tahun 2001 tanggal 6 Mei 2001.

H. Kerangka Pikir

Keterangan :

1. Pengaturan mengenai Prinsip Kehati-hatian diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 Junto Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

2. Perjanjian kredit pegawai (PANTAS) dilakukan antara PT. Bank Lampung Kantor Cabang Utama dengan Debitor (PNS).

UU No. 7 Tahun 1992 Jo. UU No. 10 Tahun 1998 Tentang

Perbankan

Prinsip Kehati-Hatian

Perjanjian Kredit PANTAS

Debitor (PNS) Bank Lampung

KCU

(22)

3. Dalam perjanjian tersebut, Debitor (PNS) menggunakan Surat Keputusan Pengangkatan sebagai Pegawai Negeri Sipil sebagai jaminan dalam perjanjian kredit pegawai

(23)

III. Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Penilitian Hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.1Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah Normatif-Empiris. Penelitian Hukum Normatif-empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang, atau kontrak) secarain action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.2

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengambarkan secara rinci, jelas dan sistematis mengenai mekanisme pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam perjanjian kredit oleh PT. Bank Lampung dengan jaminan surat keputusan pengangkatan pegawai negeri sipil.

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan Masalah pada penelitian ini adalah pendekatan normatif-terapan. Dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi pokok bahasan, subpokok bahasan berdasarkan rumusan masalah;

1

Sarjono Soekanto,Penelitian Hukum Normatif,(Jakarta : Rajawali Pers, 1990), hlm. 1

2

(24)

2. Atas dasar setiap subpokok bahasan yang sudah teridentifikasi tersebut, diinventarisasi pula ketentuan-ketentuan hukum normatif yang menjadi tolak ukur terapan.

3. Implementasi tolak ukur terapan tersebut pada peristiwa hukum pemberian saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah.

4. Hasil Implementasi, yaitu kesesuaian pemberian saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah terhadap Peraturan Perundang-undangan mengenai Perbankan khususnya tentang Prinsip Kehati-hatian.

D. Data dan Sumber Data

Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka.3 Adapun dalam mendapatkan data atau jawaban yang tepat dalam membahas skripsi ini, serta sesuai dengan pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitina ini maka jenis data yang digunakan dalam penellitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari observasi di lapangan melalui wawancara dengan berbagai pihak yang mengetahui tentang pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam perjanjian kredit dengan jaminan surat keputusan pengangkatan pegawai negeri sipil.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan bahan-bahan hukum, jenis data sekunder yang dipergunakan dalam penulisan ini terdiri dari:

3

(25)

1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, terdapat dalam peraturan perundang-undangan.:

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

c. Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

2) Bahan Hukum sekunder. Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan baku primer dan dapat membantu dalam menganalisa serta memahami bahan hukum primer, seperti literatur dan norma-norma hukum yang berhubungan dengan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

3) Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi, petunjuk maupun penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, antara lain berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia, Media Massa, Artikel, makalah, naskah, paper, jurnal, internet yang barkaitan dengan masalah yang akan dibahas atau diteliti dalam skripsi ini.

E. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan dua cara sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan (Liberary Research)

(26)

literatur, peraturan perundang-undangan, buku-buku, media masa, dan bahan tulisan lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan.

2. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dengancara wawancara (interview) yaitu sebagai usaha mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan, maupun dengan menggunakan pedoman pertanyaan secara tertulis.

F. Pengolahan Data

Data yang diperoleh baik dari hasil studi kepustakaan dan wawancara, peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dengan subjek wawancara sebagai berikut:

1. Hari Budiharjo (Pimpinan Operasional Kantor Cabang Utama PT. Bank Lampung). 2. Angga Wijaya Praja (Pegawai Bagian Administrasi Kredit Kantor Cabang Utama PT.

Bank Lampung).

Selanjutnya di olah dengan mengunakan metode :

a. Editing, yaitu data yang diperoleh diperiksa apakah masih terdapat kekurangan serta apakah data tersebut sesuai dengan permasalahan.

(27)

c. Sistematisi data, yaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada tiap pokok bahasan secara sistemasi sehingga memudahkan pembahasan.

G. Analisis Data

(28)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan simpulan sebagai berikut, yaitu :

(29)

2

2. Penyelesaian kredit pegawai dengan jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil yang wanprestasi yaitu pertama diadakannya musyawarah dengan mengajak debitor memenuhi unsur itikad baik, apabila debitor tidak beritikad baik dan tidak segera memenuhi kewajibannya untuk melunasi maka akan ditempuh jalur hukum, dimana cara ini hanya dipakai untuk dapat memberikan penekanan (preasure) kepada debitor untuk melunasi kredit yang dipinjam dan pihak bank dapat mencabut gugatannya. Apabila debitor pindah / mutasi akan diminta pelunasan lewat transfer dana antar bank ke PT. Bank Lampung Kantor Cabang Utama. Apabila debitor meninggal maka akan tetap dimintakan pelunasan kepada keluarga nasabah debitor dengan melakukan konfirmasi terlebih dahulu kepada pihak kantor / dinas tempat debitor bekerja ataupun dengan cara pihak bank akan merealisasikan dana asuransi yang diperoleh yang diperuntukkan untuk pelunasan kredit.

B. Saran

Berdasarkan temuan pada hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut, yaitu :

1. PT. Bank Lampung diharapkan untuk terus mengaplikasikan prinsip kehati-hatian dalam setiap kegiatan usahanya, khususnya perjanjian di bidang perkreditan secara maksimal, hal tersebut guna mencegah ataupun meminimalisir berbagai risiko yang kemungkinan terjadi.

(30)

3

(31)

PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERJANJIAN KREDIT PEGAWAI DENGAN JAMINAN SURAT KEPUTUSAN PENGANGKATAN

PEGAWAI NEGERI SIPIL

(Studi Pada PT Bank Lampung Kantor Cabang Utama)

(SKRIPSI)

Oleh

Mohammad Rezwandha Mesya

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

Referensi

Dokumen terkait

Telah diuji dalam sidang Laporan Tugas Akhir yang diselenggarakan oleh Program Studi Diploma III ...

[r]

Usulan Penelitian (UP) merupakan proses awal dalam menulis skripsi, yang wajib dilakukan oleh mahasiswa dengan tujuan untuk mendapatkan topik penelitian awal

Hasil temuan pada penelitian ini adalah a) Kepanitiaan PPDB di SD Muhammadiyah Program Khusus Boyolali merupakan SDM yang terlatih, b) Alur pelaksanaan PPDB di SD

Intinya adalah jika konselor dapat menerapkan onseling dengan baik maka klien yang mendapat kekerasan dalam rumah tangga dapat memecahkan masalanya, karena pada dasarnya

Jika angka signifikansi penelitian < 0,05 Ha diterima dan Ho ditolak. Jika angka signifikansi > 0,05 Ha ditolak dan Ho diterima. Berdasarkan hasil perhitungan dengan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan karakter tanggung jawab siswa kelas III semester 2 SD 1

Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan..