PENDEKATAN KONSELING ISLAM BAGI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) KELUARGA
Yunita Arum Mulyani1 Reny Ariska Agustin2
Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl Raya Dukuh Waluh, PO BOX 202 Purwokerto 53812 2Email : reni.agustin72@gmail.com
Abstrak
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menjadi sesuatu yang ditakutkan dan
dikhawatirkan oleh setiap pasangan rumah tangga terutama pada perempuan.
Korban KDRT sering terjadi pada perempuan dan anak-anak karena mereka
dianggap lemah dalam keluarga. Pada perempuan dan anak-anak yang
mengalami KDRT tidak hanya mengalami sakit fisik namun juga goncangan jiwa
(trauma psikis) yang hebat. Karena dampak inilah dibutuhkan adanya konseling
terutama pendekatan konseling islami yang diharapkan dapat membantu korban
KDRT dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Kata kunci : KDRT, Perempuan dan anak, trauma psikis, konseling islami
Abstract
Domestic violence (domestic violence) into something that is feared and feared by
every couple households, especially in women. Victims of domestic violence often
occur in women and children because they are considered weak in the family. In
women and children who experience domestic violence is not only physical
discomfort but also a mental collapse (psychological trauma) were terrific.
Because the impact of their counseling is needed especially Islamic counseling
approach that is expected to help victims of domestic violence in solving the
problems that it faces.
Keywords: domestic violence, women and children, psychological trauma,
Pendahuluan
Masalah kekerasan merupakan fenomena yang sering terjadi dalam sebuah komunitas sosial, baik dalam lingkup sosial yang luas seperti kelompok masyarakat atau pada lingkup komunitas yang kecil seperti keluarga. Salah satu kekerasan dalam lingkup komunitas yang kecil adalah kekerasan dalam rumah tangga, di mana sebagian besar korbannya adalah perempuan dan anak-anak karena mereka dianggap lemah dalam keluarga. Wicaksana, I. (2008)
Maraknya kekerasan dalam rumah tangga ini seperti merupakan sebuah konsekuensi setiap pasangan yang akan dan telah menikah. Tak peduli berapa lama kehidupan rumah tangga yang telah mereka lalui tak ada jaminan yang pasti bahwa dengan berjalannya waktu rumah tangga akan terasa semakin nyaman dan harmonis.
Berbagai dampak akan terjadi pada korban KDRT, seperti mengalami sakit fisik, rasa malu, tertekan, menurunnya percaya diri dan harga diri, merasa tidak berdaya, bahkan sampai stress dan depresi. Untuk itu perlu adanya penanganan bagi para korban KDRT ini. Dalam artikel ini, akan dibahas bagaimana permasalahan yang akan dihadapi korban KDRT dapat diatasi atau diintervensi menggunakan pendekatan konseling islami. Diniyanti (2011)
Tinjauan teori
A. Kekerasan dalam Rumah Tangga
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah kekerasan yang dilakukan oleh salah satu anggota keluarga terhadap anggota keluarga lainnya. (Wicaksana, 2008)
tangga) antar pasangan suami istri (intimate partners), atau terhadap anak-anak, atau anggota keluarga lainnya, atau terhadap prang yang tinggal serumah (pembantu rumah tangga).(Kurniawan, 2015)
Jenis-jenis Kekerasan dalam Rumah Tangga a. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik merupakan perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka
b. Kekerasan Psikis atau Emosional
Kekerasan psikis merupakan perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan penderitaan psikis berat pada seseorang.
c. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual merupakan bentuk pemaksaan dalam berhubungan seksual.
d. Kekerasan Finansial atau penelantaran ekonomi
Penelantaran rumah tangga atau berarti ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi atau melarang pasangan untuk bekerja dengan layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang lain.
Korban KDRT seringkali memiliki suatu ciri kepribadian atau psikopatologi tertentu, yang membuat mereka rentan terhadap situasi yang kurang bersahabat dari lingkungan.
B. Konseling
Sedangkan rogers berpendapat bahwa konseling merupakan hubungna terapi dengan klien ynag bertujuan untuk melakukan perubahan diri (self) pada pihak klien. Rogers dengan tegas menekankan pada perubahan system self klien sebagai tujuan dari konseling akibat struktur hubungan konselor dengan kliennya.
Adapun tokoh lain yakni cormier (1979) yang menekankan pada fungsi pihak-pihak terlibat. Mereka menegaskan bahwa konselor merupakan pihak pihak terlatih yang berkemampuan untuk membantu klien.
Diatas adalah beberapa pengertian konseling menurut beberapa tokoh, dari pengerian diatas muncul empat hal yang menjadi penekanan atau inti dari konseling, yakni:
1. Konseling sebagai proses
Konseling tidak dapat dilakukan sesaat, harus ada selang waktu tertentu yang diperlukan dalam hubungan konseling dan dalam menyeleksaikan masalah yang dialami klien. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu yang kiranya berat dan kompleks, konseling dilakukan secara berkala dalam jangka waktu tertentu.
2. Konseling sebagai hubungan spesifik
Hubungan yang dibangun konselor selama proses konseling dapat meningkatkan keberhasilan dan dapat pula membuat konseling gagal. Hubungan konseling harus dibangun dengan spesifik, berbeda dengan konseling biasa, karena dalam konseling membutuhkan hubungan yang diantaranya perlu keterbukaan, pemahaman, penghargaan secara positif tanpa syarat, dan empati.
3. Konseling adalah membantu klien
Tujuan akhir dari konseling sebenarnya sejalan dengan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow yakni teori yang menjelaskan mengenai aktualisasi diri.
Konseling islam
Menurut hasil seminar bimbingan dan konseling islam di UII Yogyakarta 1985 (dalam abdul khalik D, 2009 : 19) bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah, sehingga mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Berdasarkan pengertian tersebut telah jelas bahwa bimbingan dan konseling islam merupakan proses pemberian bantuan bukan seperti proses bimbingan pada umumnya, hanya saja dalam setiap aspek yang dilakukan pada proses konseling ini menggunakan asas-asas ajaran islam. Artinya landasan pelaksanaan onseling islam ini adalah berdasarkan Al-quran dan Hadist.
Bantuan yang diberikan pada saat proses konseling ini diberikan agar individu dapat hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, artinya :
1. Hidup selaras dengan ketentuan Allah
Maknanya adalah hidup sesuai dengan kodrat yang telah ditentukan oleh Allah, sesuai denga sunatullah, sesuai dengan hakekatnya sebagai makhluk Allah.
2. Hidup selaras dengan petunjuk Allah
Maknanya adalah sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan Allah melalui Rasul-Nya.
3. Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah
Pandangan bimbingan dan konseling islami terhadap manusia, bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (bersih). (Menurut Mufsir bin Said Az-Zahrani, 2005: 29-33)
1. Manusia pada dasarnya baik. Namun bisa berubah
2. Manusia adalah makhluk yang terbaik (Al-Quran surah At-Tin, ayat 4):
“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik0baiknya”, manusia juga sebagai kalifan di bumi (Al-Baqarah ayat 30); manusia diberi kemampuan berpikir ( QS. AlAlaq, ayat 5; QS Adz-dzuhriyat, ayat 21)
3. Manusi adalah makhluk yang penuh kesadaran (QS. Al-Insaan, ayat 3) 4. Manusia mempunyai titik kelemahan apada dirinya. Hal inilah yang
membuat manusia harus berusaha melawan nafsunya dan keinginan berbuat maksiat (QS. Al-Imran, ayat 14)
5. Motivasi manusi yang kuat dan potensinya yang besar mampu mengendalikan perilaku dan selalu beribadah kepada Allah SWT (QS. Adz-Dhariyat ayat 65)
Pembahasan
Sebuah keluarga yang mengalami kekerasan oleh salah seorang anggota keluarga lainnya tentunya berbeda dengan seuah keluarha harmonis yang mana dalam keluarga tersebut terdapat kehangatan dan komunikasi yang baik pada tiap anggota keluarganya. Beberapa hal yang mungkin dialami oleh anggota keluarga yang mengalami kekerasa dalam rumah tangga adalah hilangnya kepercayaan diri, trauma, tidak dapat mengaktualisasikan diri dan sebagainya.
Metode Dzikir dalam konseling islam, Adapun bacaan-bacaan yang dianjurkan dalam dzikir lisan
menurut Hawari (2002:199) adalah sebagai berikut :
2) Membaca Tahmid (alhamdulillah) yang bermakna segala puji bagi Allah.
3) Membaca Tahlil (laillaha illallah) yang bermakna tiada Tuhan selain Allah.
4) Membaca Takbir (Allahu akbar) yang berarti Allah Maha Besar. 5) Membaca Hauqalah (la haula wala quwwata illa billah) yang bermakna
tiada daya upaya dan kekuatan kecuali Allah.
6) Hasballah: Hasbiallahu wani’mal wakil yang berarti cukuplah Allah
dan sebaik-baiknya pelindung.
7) Istighfar : Astaghfirullahal adzim yang bermakna saya memohon ampun kepada Allah yang maha agung.
8) Membaca lafadz baqiyatussalihah: subhanllah wal hamdulillah wala illaha illallah Allahu akbar yang bermakna maha suci Allah dan segala puji bagi Allah dan tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar. (Millatina, 2008)
Konseling islam dapat diterapkan pada kasus kekerasan dalam rumah tangga ini karena pada dasranya out put dari konseling islam dapat menjadikan seorang individu bisa mengaktualisasikan dirinya. Beberapa hal yang dihasilkan dari konseling islam adalah :
1. Hidup selaras dengan ketentuan Allah
Maknanya adalah hidup sesuai dengan kodrat yang telah ditentukan oleh Allah, sesuai denga sunatullah, sesuai dengan hakekatnya sebagai makhluk Allah.
2. Hidup selaras dengan petunjuk Allah
Maknanya adalah sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan Allah melalui Rasul-Nya.
3. Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah
Intinya adalah jika konselor dapat menerapkan onseling dengan baik maka klien yang mendapat kekerasan dalam rumah tangga dapat memecahkan masalanya, karena pada dasarnya jika seseorang dapat hidup lurus dengan apa yang telah disebutkan pedoman yang Allah berikan maka individu tersebut akan dapat mengaktualisasikan dirinya dan dapat memecahkan permasalahannya serta dapat hidup dengan menerapkan nilai-nilai islam.
Kesimpulan
Kekerasan dalam rumah tangga memberikan banyak dampak psikologis yang negative bagi yang menerimanya, banyak dari mereka yang enggan untuk melaporkan apa yang telah diterimanya dengan alasan kekeluargaan. Akan tetapi dampak yang diterima bagi korban bukan merupakan hal yang sepele, trauma bahkan sampai depresi dialami mereka yang mendapatkan perlakuan kekerasan oleh anggota keluarganya sendiri.
Daftar Pustaka
Diniyanti, N., & Sidemen, I. G. (2011). Hubungan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang Dilakukan Suami Pada Istri dengan Perilaku Kekerasan Pada Anak. Jurnal Sosiologi, 1 (14) , 68-82.
Fadilah, S. S., & Santoso, F. (2014). Model Bimbingan Dan konseling Islami Untuk Membentuk Karakter Kuat dan Cerdas Badi Mahasiswa FKIP UNS. Jurnal Profesi pendidik, 1 (1) , 45-56.
Kurniawan, L. S. (2015). In REFLEKSI DIRI PADA KORBAN DAN PELAKU KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Apakah Jiwaku Sehat? (pp. 2-9). Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
Latipun. (2008). psikologi Konseling, edisi ketiga. 3-8.
Millatina. (2008). Dzikir dan Pengendalian Stres (Study Kasus Jamaah Pengajian Ma'rifatullah Lembkota Semarang). Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo.