ABSTRACT
The Effect of Water Exchange Percentage of Flow Through System on Clownfish (Amphiprion ocellaris) Juvenile Growth
By
Leo Tubagus
Clownfish (Amphiprion ocellaris) is one of the best of ornamental fish comodity. The biggest constrain in the hatchery of clownfish is the limitation of the juvenile and limited growth which caused by the environmental changes. Water subtitution was considered as one of the resolution to solve this problem complete randomized design (CRD) was used in the research with 4 treatment, in the teatment A (500%), treatment B (750%), treatment C (1000%), treatment D (1250%) and 3 replication for each. The research was performed for 50 day the fishes were maintainded in the 40x40x40 Cm3 fish tanks. The growth rate was significantly influenced by the percentage of water exchange (Duncan) however survival rate was not significantly influenced.
ABSTRAK
PENGARUH PERSENTASE PERGANTIAN AIR YANG BERBEDA
DENGAN SISTEM FLOWTHROUGH TERHADAP PERTUMBUHAN
BENIH CLOWNFISH (Amphiprion ocellaris)
Oleh Leo Tubagus
Ikan clownfish (Amphiprion ocellaris) merupakan salah satu komoditas unggulan ikan hias air laut yang hidup di perairan terumbu karang dan bersimbiosis dengan anemon. Kendala utama dalam budidaya clownfish adalah keterbatasan benih dan pertumbuhannya lambat disebabkan oleh perubahan lingkungan sehingga salah satu faktor yang sangat menentukan dalam upaya tersebut adalah sistem pergantian air Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pergantian air pada pertumbuhan clownfish danUntuk mengetahui persentase pergantian air yang menghasilkan pertumbuhan clownfish yang optimal. Desain penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan, yaitu perlakuan A (500%), perlakuan B (750%), perlakuan C (1000%) dan perlakuan D (1250%) masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali selama 50 hari masa pemeliharaan. Ikan dipelihara menggunakan akuarium dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm. Berdasarkan analisis ragam, sistem pergantian air yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot mutlak dan laju pertumbuhan panjang mutlak ikan clownfish, tetapi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup dari ikan clownfish.
PENGARUH PERSENTASE PERGANTIAN AIR YANG BERBEDA DENGAN SISTEM FLOWTHROUGH TERHADAP PERTUMBUHAN
BENIH CLOWNFISH (Amphiprion ocellaris) Oleh
LEO TUBAGUS
Skripsi
Sebagai Salah Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN
Pada
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian... 6
2. Clownfish ... 8
3. Biota Uji Penelitian ... 13
4. Desain Wadah Pemeliharaan... 14
5. Pertumbuhan Bobot Mutlak (gr) ... 19
6. Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm) ... 20
7. Kelangsungan Hidup Benih Ikan Clownfish (Amphiprion ocellaris) .. 21
8. Grafik Suhu ... 23
9. Grafik pH ... 23
10.Grafik DO... 24
11.Grafik Nitrat ... 24
12.Grafik Amonia ... 25
13.Perubahan Warna Pada Clownfish ... 30
14.Saringan/ Serok Ikan ... 45
15.Aerasi ... 45
17.Pipa ... 45
18.Akuarium ... 46
19.Filter air ... 46
20.Benih Clownfish ... 46
21.Pelet ... 46
22.Artemia ... 46
23.Sampling amonia ... 47
24.pH meter ... 47
25.Alat pengukur KA ... 47
DAFTAR ISI
E. Pengaruh Pergantian Air Terhadap Pemeliharaan Benih Clownfish .... 10
2. Parameter yang Diamati ... 15
2. Pertumbuhan Panjang Mutlak... 20
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Rara Diantari, S.Pi., M.Sc ………..
Sekertaris : Berta Putri, S.Si., M.Si ………..
Penguji
Bukan Pembimbing : Henni Wijayanti M. S.Pi.M.Si ………..
2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S NIP. 19610826 198702 001
Judul Skripsi : PENGARUH PERSENTASE PERGANTIAN AIR YANG BERBEDA DENGAN
SISTEM FLOWTHROUGH TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH
CLOWNFISH (Amphiprion ocellaris)
Nama : Leo Tubagus
Nomor Pokok Mahasiswa : 0614111042
Program Studi : Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI
1. Komisi PembimbingRara Diantari, S.Pi., M.Sc., Berta Putri, S.Si., M.Si., NIP. 1979082120033122001 NIP. 198109142008122002
2. Kepala Program Studi Budidaya Perairan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 17 Agustus 1988, anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak alm Zulkifli B dan
Ibu jumsuarti.Penulis menempuh pendidikan taman kanak-kanak di TK
Darmawanita tahun 1993-1994. Pendidikan dasar di SD 2 Sukarame
Bandar Lampung tahun 1994-2000. Pendidikan tingkat pertama di
SLTP Negeri 21 Bandar Lampung tahun 2001-2004. Pendidikan tingkat atas di SMA Negeri
13 Bandar Lampung 2003-2006. Pada tahun 2006, penulis diterima di Universitas Lampung
Fakultas Pertanian Program Studi Budidaya Perairan melalui jalur SNMPTN
Selama mengikuti perkuliahaan, penulis pernah menjadi asisten dosen Biologi Laut tahun
ajaran 2008/2009, Budidaya Ikan Hias tahun ajaran 2009/2010, Budidaya Air Tawar tahun
ajaran 2011/2012, Manajemen Kualitas Air (MKA) tahun ajaran 2011/2012, dan
Oseanografi tahun ajaran 2011/2012. Penulis pernah melakukan magang di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi tentang Kesehatan ikan pada
tahun 2009 dan praktek umum di Balai Pelestarian Perikanan Perairan Umum (BPPPU),
Ciherang Jawa Barat dengan komoditas ikan lele sangkuriang (Clarias sp) pada tahun 2010.
Penulis juga pernah menjadi ketua umum Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan
Universitas Lampung (HIDRILA) pada tahun 2008-2009. Selain itu penulis pernah menjadi
Seketaris Jendral Dewan Mahasiswa Lampung (DEMA) pada 2009/2010 selain itu penulis
juga pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Perikanan Indonesia (HIMAPIKANI)
di bidang Advokasi pada tahun 2009/2010. Penulis juga menjadi pengurus Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) pada tahun 2009/2010 serta mengikuti Latihan Kader (LK) 1
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Bandar lampung pada tahun 2007, Latihan Kader (LK)
kewirausahaan yang diadakan oleh Kementrian koperasi dan usaha kecil dan menengah pada
tahun 2012.
Pada tahun 2012, penulis menyelesaikan tugas akhirnya dengan menulis skripsi yang berjudul
“PENGARUH PERSENTASE PERGANTIAN AIR YANG BERBEDA DENGAN
SISTEM FLOWTHROUGH TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH CLOWNFISH
”Berhenti mengecam kegelapan nyalakan lilin. Ini negeri besar dan akan
lebih besar. Sekedar mengeluh kegelapan tidak akan mengubah apapun,
nyalakan lilin lakukan sesuatu”
(Indonesia Mengajar)
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa Syukur Kepada Allah SWT, kupersembahkan karya sederhana ini kepada
:
Ibu, alm ayah serta adikku tercinta yang tak pernah henti-hentinya memberikan
semangat, bimbingan, serta doa yang senantiasa mengiringi setiap langkahku untuk
kebahagian dan kesuksesanku.
Teman-teman seperjuangan.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayahNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH PERSENTASE
PERGANTIAN AIR YANG BERBEDA DENGAN SISTEM FLOWTHROUGH
TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH CLOWNFISH (Amphiprion ocellaris)” Tak lupa
pula shalawat serta salam selalu tercurahkan bagi junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW.
Selama pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini banyak pihak-pihak yang
sangat membantu baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bunda, alm ayah dan adikku tercinta, yang telah memberikan semangat, dukungan,
kasih sayang dan doa selama penulisan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung.
3. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., sebagai Ketua Program Studi Budidaya Perairan Universitas
Lampung.
4. Rara Diantari, S.Pi., M.Sc., sebagai Pembimbing Utama yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penulisan skripsi.
5. Berta Putri, S.Si., M.Si., sebagai Pembimbing Pembantu yang telah memberikan
6. Mas Bambang, yang telah banyak membantu dalam pengadaan surat-surat yang
mendukung dalam pelaksanaan penelitian dan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabatku, Prabowo Tri asmoro, S.pi, Rahmat yulianto (aan), Selvia
Hermanto Pagar Alam (ndut), Angga Julian Dwi Prabowo (gajul), M farzuki, Aiqal,
Evi Nila Dewi, Lik diansa yang telah memberikan semangat serta dukungan saat
perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. Ginanjar, Ardi, Tri agus saputra (ogie),
Bintang, Beni, Panca, Supra, Tomang serta anak-anak sekret dan pengurus yang telah
banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian.
8. Teman-teman angkatan 2006, kakak dan adik tingkat yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih, semoga Allah SWT membalas segala
kebaikan pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan skripsi ini. Semoga karya
sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ikan clownfish (Amphiprion ocellaris) atau biasa disebut ikan nemo merupakan
salah satu komoditas unggulan ikan hias air laut yang hidup di perairan terumbu
karang dan bersimbiosis dengan anemon. Ikan clownfish merupakan jenis ikan
hias air laut tropis dari Famili Pomacentridae yang hidup di terumbu karang dan
terlindung hingga kedalaman 15 m (Kusumawati dkk., 2006). Ikan clownfish dari
jenis Amphiprion ocellaris memiliki bentuk dan corak warna yang menarik yaitu
berwarna jingga, belang putih di bagian kepala, badan dan pangkal ekor, serta
cocok untuk pengisi akuarium khusus ikan maupun akuarium terumbu karang
(Wardoyo, 2006).
Ikan clownfish merupakan salah satu produk laut yang diperdagangkan dan
bahkan di ekspor. Permintaan untuk ekspor cukup tinggi. Namun, tingginya
permintaan tidak sebanding dengan hasil tangkapan dari alam. Salah satu upaya
untuk mengatasi kesenjangan tersebut adalah dengan melakukan pembudidayaan
2
Kendala utama dalam budidaya clownfish adalah keterbatasan benih dan
pertumbuhannya lambat disebabkan oleh perubahan lingkungan sehingga
produktivitas sangat rendah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi, perlu
dilakukan upaya perbaikan kondisi lingkungan budidaya agar sesuai dengan
kebutuhan optimal ikan (Boyd, 1990). Salah satu faktor yang sangat menentukan
dalam upaya tersebut adalah sistem pergantian air karena dengan sistem
pergantian air yang tepat selain dapat mempertahankan kualitas air juga dapat
meminimalisir kondisi stress pada ikan akibat perubahan lingkungan (Boyd, 1990)
Penerapan teknologi pergantian air media pemeliharaan (water exchange
technology) dengan persentase berbeda pada kepadatan ikan yang sama
dimaksudkan untuk menentukan pergantian air yang menghasilkan pertumbuhan
clownfish (Amphoprion ocellaris) yang optimal.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh pergantian air pada pertumbuhan clownfish
(Amphiprion ocellaris) dan
2. Mengetahui persentase pergantian air yang menghasilkan
3
C. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai acuan teknik pemeliharaan clownfish
(Amphiprion ocellaris).
D. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. H0 : β1= β2 = β3 = β4 = 0 ; tidak ada pengaruh perbedaan pergantian
air terhadap pertumbuhan clownfish.
2. H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0 ; minimal ada satu pasang perlakuan
perbedaan pergantian air yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
4
E. Kerangka Pemikiran
Kegiatan budidaya secara terpadu dimulai dari kegiatan pembenihan hingga
pembesaran. Kegiatan budidaya merupakan solusi yang tepat untuk menghindari
penangkapan dan pemanfaatan sumberdaya yang berlebihan. Untuk menghindari
hal tersebut perlu dilakukan pola budidaya terpadu untuk clownfish tetapi kendala
utama dalam budidaya clownfish adalah keterbatasan benih dan pertumbuhannya
lambat sehingga produktivitas sangat rendah (BBPBL, 2009).
Produktivitas suatu kegiatan budidaya ditentukan oleh kelangsungan hidup benih
Clownfish. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan
dalam wadah budidaya terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal
adalah umur, kemampuan adaptasi ikan, dan penyakit. Faktor eksternal meliputi
kondisi lingkungan, populasi, dan ketersedian pakan. Salah satu cara untuk
mencegah kualitas air yang buruk adalah dengan cara menciptakan lingkungan
ideal (Affandi dan Tang, 2002). Berdasarkan hasil penelitian Taufik (2008)
perubahan suhu yang mendadak mengakibatkan degradasi sel darah merah
sehingga proses respirasi terganggu dan tingkat kelulusan hidup ikan betutu
rendah. Salah satu metode untuk menciptakan lingkungan ideal adalah dengan
pergantian air. Hasil penelitian Widiyantara tahun 2009 menunjukkan pendederan
lele sangkuriang (Clarias sp) melalui penerapan teknologi pergantian air dengan
kepadatan 35 ekor/L adalah dengan sistem pergantian air 100%. Persentase
pergantian air tersebut dapat menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik.
Pengantian air berpengaruh pada kualitas air media pemeliharaan, terutama
5 dapat ditingkatkan dengan pengantian air dan pemberian aerasi (Goddard, 1996).
Kandungan oksigen yang rendah menyebabkan nafsu makan menurun, yang
selanjutnya akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan (Boyd, 1990).
Dalam kondisi lingkungan yang optimal melalui sistem penggantian air yang tepat
diharapkan respons fisiologis benih ikan clownfish akan mencapai aklimatisasi.
Aklimatisasi adalah kondisi dimana laju fungsi fisiologis tidak dipengaruhi oleh
perubahan faktor lingkungan. Penerapan teknologi pergantian air media
pemeliharaan (water exchange technology) dengan persentase yang berbeda
(500%, 750%, 1000%, dan 1250%) pada kepadatan ikan yang sama dimaksudkan
untuk menentukan pergantian air yang efisien pada produksi benih sehingga target
6 Secara garis besar kerangka pikir dari penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Budidaya clown fish
Clown fish rentan terhadap kualitas air yang tidak stabil
500%
Kondisi lingkungan pemeliharaan benih clownfish sesuai dengan kebutuhan optimal
ikan.
Sistem pengantian air
1250% 1000%
750%
Kualitas air terjaga sehingga meminimalisir kondisi stres ikan akibat tekanan lingkungan
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish
Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Amphiprion
Spesies : Amphiprion ocellaris
Clownfish (Amphiprion ocellaris) atau sering disebut juga dengan anemone fish
(ikan yang hidup diantara anemon) memiliki badan berwarna dasar kuning
kecoklatan dengan tiga belang berwarna putih (white band) dan sedikit warna
hitam di bagian kepala, badan dan pangkal ekor. Tulang di muka dan di bawah
mata tidak berduri panjang, bergigi pendek, jari-jari keras sirip punggungnya tidak
sama panjang, memiliki 11 jari-jari pada sirip dorsal dan 17 jari-jari pada pektoral,
8
clownfish dikenal sebagai ikan yang berenang lambat sehingga ikan tersebut
cenderung mengandalkan anemon sebagai tempat perlindungan dari ikan-ikan
pemangsa.
Gambar 2. Clownfish (Amphiprion ocellaris) (Randal, et al, 1997)
B. Habitat dan Penyebaran
Menurut Allen (1997), lokasi penyebaran Clownfish berada di perairan laut tropis
diantaranya Samudera Hindia, Laut Merah, Asia Tenggara (khususnya Indonesia),
Australia Utara dan di Pulau Ryukyu (Jepang). Clownfish dapat hidup pada
kedalaman ± 15 meter, dimana tempat hidupnya berada di antara tentakel-tentakel
anemon. Anemon yang biasa bersimbiosis dengan Clownfish diantaranya adalah
Heteractis magnifica, Stichodactyla gigantean, dan Stichodactyla mertensii
(Allen, 1997;Myers, 1999)
Ikan Clownfish mendapatkan sumber makanan dari sekitar anemon dan sebaliknya
anemon mendapatkan bahan makanan dari kotoran (feces) Clownfish. Anemon
memberikan perlindungan yang efektif dengan menghasilkan substansi toksin
9 sebagai tempat bertelur untuk meletakkan dan melindungi telurnya di sekitar
jangkauan rumbai tentakel (Mebs, 1994).
C. Pakan dan Kebiasaan Makan
Ikan clownfish adalah omnivorus yang mengkonsumsi zooplankton,
udang-udangan dan alga bentik yang dijumpai di habitat mereka. Ikan clownfish
menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk mencari makan, bermain, dan
berpasangan dalam wilayahnya, yakni tidak jauh dari anemon yang merupakan
daerah teritorinya. Daerah tersebut akan dipertahankan dari predator dan hewan
penganggu lainnya (Suharti, 1990).
Kebiasaan lain dari clownfish adalah beraktivitas di siang hari, dengan kata lain
clownfish termasuk hewan diurnal. Waktu yang digunakan dalam mencari makan
tiap jenis clownfish tidak sama. Sebagai salah satu contoh yaitu pasangan
A. chrysopterus menghabiskan kurang lebih 90% waktunya untuk makan dan
berenang di antara tentakel (Allen, 1972). Dalam budidaya clownfish stadia larva
hari 1-10 diberi pakan hidup Brachionus sp atau dapat juga diberi tambahan
zooplankton lain dari jenis kopepoda dan naupli artemia sampai umur 30 hari
(Ari et al, 2009).
D. Siklus Hidup
Amphipron ocellaris termasuk dalam golongan hermaprodit prototandri yaitu
hewan yang masih muda atau masih berukuran kecil berjenis kelamin jantan dan
kemudian akan berubah menjadi kelamin betina (Myers, 1999). Siklus hidup A.
10
stadia benih sampai menjadi ikan dewasa sekitar 10 bulan. Clownfish yang telah
berumur 11-12 bulan telah siap untuk dipijahkan (Ari dan Murdjani, 2008).
Tanda-tanda clownfish akan memijah dapat dilihat dari perilakunya dalam
menyiapkan dan membersihkan sarang oleh induk jantan. Aktivitas tersebut akan
meningkat seiring makin dekatnya saat pemijahan yang tampak dari perut induk
betina yang mengembung berisi telur (Ruigomez dan Javier, 2007). Pada masa
menjelang pemijahan tampak perilaku yang menonjol adalah saling berkejaran
antara pasangan ikan tersebut. Kemudian induk betina akan masuk ke dalam
sarang dan menekankan bagian bawah perutnya ke substrat dengan tubuh agak
digetarkan (Ruigomez dan Javier, 2007). Induk betina A. ocellaris yang berumur 1
tahun menghasilkan telur 100-400 butir bergantung pada kualitas dan kuantitas
nutrisi pakan induk. Telur tersebut diletakkan pada substrat di bawah mantel
anemon dan kedua induk menjaga telurnya selama 6-8 hari hingga menetas (Ari et
al, 2007). Larva selanjutnya akan bersifat planktonis dan terbawa arus laut.
Setelah 15 hari larva akan berkembang menjadi clownfish muda dan siap mencari
anemon sebagai tempat tinggalnya (Suharti, 1990).
E. Pengaruh Pergantian Air Terhadap Pemeliharaan Benih Clownfish.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan dalam wadah
budidaya terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal tersebut adalah
umur, kemampuan adaptasi ikan, dan penyakit. Faktor eksternal meliputi kondisi
lingkungan, populasi, dan ketersediaan pakan. Salah satu cara untuk menciptakan
11 Pergantian air berpengaruh terhadap kualitas air media pemeliharaan, terutama
oksigen dan akumulasi racun sisa metabolisme. Oksigen yang semakin berkurang
dapat ditingkatkan dengan pergantian air dan pemberian aerasi (Goddard, 1996).
Kandungan oksigen yang rendah menyebabkan nafsu makan menurun, yang
selanjutnya akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan.
Kandungan racun yang berbahaya dalam budidaya diantaranya adalah nitrogen.
Nitrogen yang dibuang ikan ke perairan, 60-90% dalam bentuk amoniak, yang
sangat toksik dan berbahaya bagi ikan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan.
Kadar amoniak sebaiknya kurang dari 0,1 mg/L (Boyd, 1990).
Daya racun amoniak akan meningkat jika kadar oksigen dalam air rendah atau
menurun. Pada budidaya ikan konsentrasi amoniak bergantung pada kepadatan
populasi, metabolisme ikan, pergantian air, dan suhu. Meningkatnya kandungan
amoniak dalam air dapat menyebabkan ikan cepat mengalami stress dan ikan
mudah terkena penyakit, serta terganggu pertumbuhannya (Boyd, 1990). Suhu
merupakan faktor yang mempengaruhi laju metabolisme dan kelarutan gas dalam
air (Zonneveld et al, 1991). Suhu yang semakin tinggi akan meningkatkan laju
metabolisme ikan namun respirasi yang terjadi semakin cepat sehingga
mengurangi konsentrasi oksigen yang menyebabkan stres bahkan kematian pada
ikan. Data parameter kualitas air pemeliharaan disajikan secara lengkap pada
12
Tabel 1. Parameter Kualitas Air Benih A. ocellaris
No Parameter Kualitas Air Kisaran Nilai Standar Mutu
1 Suhu (oC) 27,5 - 29,5 Alami
2 Salinitas (ppt) 30,0 – 32,0 30 - 34*
3 pH 7,6 – 8,5 7 – 8,5*
4 DO (mg/l) 4,0 – 5,0 > 4,0
5 Amoniak 0,030 – 0,082 < 0,3*
6 Nitrit (mg/l) 0,094 – 0,580 < 0,05**
Sumber : * Berdasarkan Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut KepMen Lingkungan Hidup No. 51 Th. 2004
13 III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember
2011, bertempat di laboratorium ikan Clownfish Balai Besar Pengembangan
Budidaya Laut (BBPBL) Lampung.
B. Materi Penelitian
1. Biota uji
Biota uji yang digunakan dalam penelitian adalah benih Clownfish
(Amphiprion ocellaris) berukuran 1,3–1,5 cm dengan umur 21 hari, didapat
dari laboratorium Clownfish Balai Besar Pengembangan air Laut (BBPBL)
Lampung.
14 2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah akuarium 12 buah,
instalasi aerasi, rak, blower, pipa paralon, timbangan digital, pakan komersil
(pellet dan pakan alami artemia) dan benih clownfish sebanyak 480 ekor.
C. Desain Wadah Pemeliharaan
Desain wadah pemeliharaan pada penelitian menggunakan akuarium dengan
ukuran 40cm x 40cm x 40cm dengan volume 40 Liter yang diletakkan pada lantai.
Penjelasan secara lengkap disajikan pada gambar 4.
Gambar 4. Desain Wadah Pemeliharaan
Dari gambar 3 dapat dijelaskan sebagai berikut:
15 D. Desain Penelitian
1. Perlakuan
Penelitian terdiri atas empat perlakuan yaitu 500% volume air , 750% volume air,
1000% volume air, dan 1250% volume air, dengan tiga kali ulangan, Rancangan
dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan model linier:
Yij = µ + βi + εij ; (Steel dan Torrie, 1982) dimana:
Yij = nilai pengamatan akibat pengaruh pergantian air ke- 1, dan ulangan ke- k.
µ = rataan percobaan
βi = pengaruh perlakuan pergantian air ke-i εij = galat percobaan
2. Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati dalam setiap pengamatan adalah:
a. Pertumbuhan Berat Mutlak
Menurut Effendi (1997), pertumbuhan berat mutlak dapat dinyatakan dengan rumus :
Keterangan :
G = Pertumbuhan mutlak (gr)
Wt = Berat rata-rata akhir ikan (gr) Wo = Berat rata-rata awal benih ikan (gr)
b. Pertumbuhan Panjang Mutlak
Menurut Effendi (1997), pertumbuhan panjang mutlak dapat dinyatakan dengan
16
c. Derajat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) dihitung dengan cara
menghitung total ikan yang hidup di akhir perlakuan dan digunakan rumus
Effendi (1979):
SR = (Nt/N0) x 100%
Keterangan : SR = Derajat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan (ekor) N0 = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
d. Kualitas air
Kualitas air yang diamati pada penelitian adalah suhu, DO, pH, nitrat dan
Amoniak.
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Persiapan
Persiapan yang dilakukan antara lain adalah akuarium dibersihkan menggunakan
air tawar lalu dikeringkan, selanjutnya akuarium diisi dengan air laut sebanyak 40
liter yang sudah disterilisasi. Selanjutnya akuarium tersebut diberi aerasi selama
24 jam kemudian sampel biota uji dimasukkan dalam akuarium dan diaklimatisasi
selama 1 hari. Aklimatisasi dilakukan agar ikan dapat beradaptasi dengan
lingkungan baru, sehingga ikan tidak mengalami stress. Selanjutnya dilakukan
pengaturan debit air untuk masing masing akuarium perlakuan. Pengaturan debit
air dilakukan dengan cara mengatur bukaan kran pipa air sehingga jumlah air
yang masuk persatuan waktu (dihitung menggunakan stopwatch) dapat diketahui.
17 Volume air = 40 liter
1 hari = 1440 menit= 86400 detik Perlakuan
500% = 200 liter/hari = 0,14 liter/menit 750% = 300 liter/hari = 0,21 liter/menit 1000% = 400 liter/hari= 0,28 liter/menit 1250% = 500 liter/hari =0,35 liter/menit
b. Pemeliharaan Ikan
Ikan dipelihara dalam akuarium dengan padat tebar 1 ekor/liter. Jumlah ikan
setiap akuarium sebanyak 40 ekor, sehingga total benih untuk penelitian sebanyak
480 ekor. Selama pemeliharaan akuarium diberi aerasi.
Pakan yang diberikan adalah pakan komersil dan pemberian dilakukan dengan
cara ad satation. Frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari, yaitu pukul 08.00
pakan pelet pukul 09.00 pakan alami artemia pukul pukul 14.00 pakan pelet dan
pukul 15.00 pakan alami artemia.
c. Metode Sampling
Sampling dilakukan dengan cara mengambil 10 ekor sampel benih Clownfish dari
setiap perlakuan dalam satu kali pengambilan. Kemudian dihitung pertumbuhan
berat dan panjang setiap individu Clownfish. Kegiatan tersebut dilakukan setiap
lima hari sekali. Untuk sampling panjang menggunakan milimeterblock dengan
skala ketelitian 0,1 cm dan untuk sampling berat menggunakan timbangan digital
18
D. Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan sebelum dan sesudah pergantian air. Uji
kualitas air yang diamati adalah suhu (Termometer), konsentrasi oksigen terlarut
(DO meter), pH (pH meter), dan amoniak (spektrofotometer).
3. Analisa Data
Data yang dihasilkan dalam penelitian adalah data pertumbuhan bobot mutlak,
data pertumbuhan panjang mutlak, data kelangsungan hidup, dan data kualitas air.
Kemudian data dianalisis dengan analisis sidik ragam dengan selang kepercayaan
95%. Jika hasil perhitungan diketahui berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji
35 V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pertumbuhan dan
kelangsungan hidup benih clownfish pada perlakuan 500% lebih rendah
dibandingkan perlakuan 750%, 1000%, dan 1250%
Pertumbuhan ikan optimal dihasilkan dari perlakuan B sistem pergantian
air 750% dengan volume air 40 liter.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai sistem pergantian air yang berbeda
36
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R. dan U.M. Tang. 2002. Fisiologi hewan air, Unri Press. 213 pp.
Angin, K.P. 2008. Modul Pembesaran Ikan. PPPTK pertanian Cianjur
Allen, G.R. 1972. The anemonefishes : Their Classification and bilogy. T.F.H. Public. Inc., New Jersey : 288 pp
Allen, G.R. 1997. Marine Fishes of Tropical Australia and South-east Asia. Western Australian Museum. Pp.220.
Arafad, I. 2000. Peranan Suhu Media terhadap Kehidupan Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) Ukuran 3-5 cm. Skripsi. Bogor: Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor
Arifin, M.Z. 1991. Budidaya Lele. Dohara Prize. Semarang
Ari, W. Kadek., Suci Antoro dan Anindiastuti. 2007. Pemeliharaan Larva Clownfish
(Amphiprion ocellaris) Buletin Budidaya Laut No 23 Tahun 2007,17-24.
Ari, W. K. dan M. Murdjani. 2008. Rekayasa Penyediaan Induk Unggul Ikan Hias Amphiprion Ocellaris. Makalah disampaikan pada Seminar IndoAqua 2008,
di Yogyakarta 17-21 November 2008.
Ari,W. Kadek, Suci Antoro dan Valentina, 2009. Perbaikan Produksi Benih
Amphiprion ocellaris dengan Aplikasi Berbagai Fitoplankton. Makalah
dipresentasikan di Seminar IndoAqua, 2009 di Manado.
Aslianti, T. 2010. Pemeliharaan Gelondong Kerapu Sunu Dengan Persentase Pergantian Air yang Berbeda Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis,BRKP Vol. 2, No. 2, Hal. 26-33.
Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung (BBPBL). 2009. Budidaya
Clownfish. Juknis Budidaya Laut Nomor 16. Lampung
37
Damayanti, L. 2003. Pengaruh Salinitas Air terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Guramme (Osphronemus gouramy Lac). Skripsi. Bogor: Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor.
Efeendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. PT. Kanisius. 257 hal.
Forteath, N., Wee, L. and Frith, M., (1993), Water Quality, in P. Hart and O’Sullivan (eds) Recirculation System : Design, Construction and Management, University of Tasmania at Launceston, Australia: 1-22.
Gilang, HP., Z. Jamil, A. Fitri, I. Kamaludin, M. Dewi. 2010. PKM : Pengembangan Usaha Ikan Badut Amphiprion ocellaris Pada Sistem Resirkulasi Berbasis In
Land Aquaculture. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.
Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. New York: Chapman and Hall.
Hardjojo B dan Djokosetiyanto. 2005. Pengukuran dan Analisis Kualitas Air. Edisi Kesatu, Modul 1 - 6. Universitas Terbuka. Jakarta.
Hernowo dan S.R. Suyanto. 2008. Pembenihan dan Pembesaran Lele di Pekarangan
Sawah dan Longyam. Penebar Swadaya. Jakarta
Forteath, N., Wee, L. and Frith, M., (1993), Water Quality, in P. Hart and O’Sullivan (eds) Recirculation System : Design, Construction and Management, University of Tasmania at Launceston, Australia: 1-22.
Kusumawati, D., Setiawati, K. M., Wardoyo dan Yunus. 2006. Studi Pendahuluan Domestikasi Ikan Clown (Amphiprion ocellaris) pada Berbagai Substrat. Prosiding: Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan
Kelautan. Yogyakarta: UGM. P: 73-77.
38 Myers R., 1999. Miconesian Reff Fish: A Field Guide for Divers and Aquarist,
Barigada: Teritory of Guam: Coral Graphics.
Rahayu S. 1991. Penelitian Kadar Oksigen Terlarut (DO) dalam Air bagi Kehidupan Ikan. BPPT No. XLV/1991. Jakarta.
Randal, J.E.,Allen, G.R. & R.C. Steene. 1997. Fishes of the great Barrier Reef and Coral Sea. Crawford House Press. Pp. 251.
Ruigomez, M.V.B. dan Javier Urkiaga. 2007. Breeding of Amphiprion Ocellaris clownfish is discussed along with a brief overview of the species and their host anemones. Aqurium Fish: Reproduction and rearing of ocellaris
clownfish (Amphiprion Ocellaris) in captivity. Volume VI
Sawyer, C.N. and McCarty,P.L. 1978. Chemistry for Environmental Engineering, Third edition. Mcgraw-Hill Book Company. Tokyo. 532 p.
Steel RGD, Torrie JH. 1982. Principles and Procedures of Statistics, A Biometrical:
Approach. 2nd edition. Boca Raton, Florida: CCR Press.
Suharti, S.R 1990. Mengenal Kehidupan Ikan Anemon (Pomancentridae). Oseana, Volume XV, Nomor 4: 135-145.
Taufik I. 2008. Pengaruh Sistem Pergantian Air yang Berbeda Pada Pemeliharaan Benih Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata Blkr.). Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar : Bogor.
Widiyantara GB. 2009. Kinerja Produksi Pendederan Lele Sangkuriang (Clarias Sp) melalui Panerapan Teknologi Pergantian Air 50%, 100%, dan 150% Per hari (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wardoyo. 2006. Pemeliharan Induk Ikan Clown (Amphiprion ocellaris) dengan Periode Waktu Penyiponan. Prosiding: Seminar Nasional Tahunan III Hasil
Penelitian Perikanan dan Kelautan. Yogyakarta: UGM. P: 399 – 403.
Yudhistira.,Dwi rian antono., dan hendriyanto. 2007. Respon organisme akuatik
terhadap variabel lingkungan (pH, suhu, kekeruhan, dan deterjen). Skripsi.
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor