• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA CAMAT DALAM PEMERINTAHAN DAERAH (Studi di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA CAMAT DALAM PEMERINTAHAN DAERAH (Studi di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan)"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA CAMAT DALAM PEMERINTAHAN DAERAH

(Studi di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan) Oleh :

SASTA ARADA

Camat merupakan pejabat administratif yang melaksanakan pelimpahan sebagian kewenangan dari bupati/walikota. Fungsi Camat membantu penyelenggaraan pemerintahan kabupaten/kota yang diatur dalam peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangannya. Camat dalam melaksanakan tugasnya dapat mengeluarkan peraturan-peraturan yang bersifat administratif Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis masalah-masalah apa saja yang dihadapi camat dalam melakukan tugas, fungsi dan tata kerja dalam Pemerintahan Daerah di kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan dan faktor pendukung dan penghambat camat dalam melaksanakan tugas-tugas Pemerintahan Daerah. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris, data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Prosedur pengumpulan data dilakuka dengan cara studi pustaka dan studi lapangan dengan wawancara kepada narasumber, data dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa Masalah-masalah yang dihadapi camat dalam melakukan tugas, fungsi dan tata kerja dalam Pemerintahan Daerah di kecamatan diwilayah studi antara lain masih belum jelasnya status dan kewenangan Camat antara normatif dengan realitas, para camat merasa bahwa kewenangan mereka pada era UU No 32 Tahun 2004 ini sangat berkurang dibandingkan era UU No 5 Tahun 1974. Akibat dipangkasnya kewenangan camat, maka camat seringkali ragu-ragu dalam bertindak, khususnya dalam kaitannya dengan para kepala desa, yang bukan lagi sebagai bawahan mereka seperti pada rezim UU No 5 Tahun 1974. Faktor pendukung camat dalam melaksanakan tugas-tugas Pemerintahan Daerah adalah adanya beberapa strategi untuk memperkuat posisi, fungsi dan peranan camat. Sedangkan hambatan yang dihadapi camat dikarenakan kurangnya sosialisi status kewenangan camat menurut UU No 32 Tahun 2004, karena permasalahan yang dihadapi camat dewasa ini terlihat bersumber kepada kekeliruan pemahaman terhadap kewenangan camat dalam UU No 32 Tahun 2004.

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……… 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup………. 6

C. Tujuan Penelitian………..………. 7

D. KegunaanPenelitian ……… 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Perangkat Daerah………. 9

B. Tinjauan Umum Tentang Camat dan Kecamatan………. 16

C. Pemerintah Kecamatan……….. 18

D. Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Camat ………... 19

III.METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah………..……….. 25

B. Sumber dan Jenis Data………..……….. 26

C. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data……..……..……….. 27

(3)

1. Kondisi Wilayah ... 30

2. Struktur Organisasi ... 31

3. Pendidikan Pegawai di Kecamatan Ketibung... 32

4. Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Camat ... 33

B. Analisis Tugas, Fungsi dan Tata Kerja dalam Pemerintahan Daerah di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan ... 38

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Camat Dalam Melaksanakan Tugas-tugas Pemerintahan Daerah khususnya di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan ... 61

V. PENUTUP A. Kesimpulan………..………. 66

B. Saran……….……… 67

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad. ,Abdulkadir, 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Sunggono., Bambang , 2007. Metodologi Penelitian Hukum. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

C.S.T. Kansil. 2008. Sistem Pemerintahan Indonesia, Edisi Revisi. Bumi Aksara.Jakarta.

Effendi, Onong Uchjana, 1981, Kepemimpinan dan Komunikasi, Gunung Agung, Jakarta.

Asshiddiqie., Jimly ,2008, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.

Kaho, Josef Riwu, 1997, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Meltarini. 2004.Kecamatan dan Kewenangan Camat. Widya Praja. Jakarta. Nordholt, Nico schutle, 1987,Kepemimpinan Lokal dan Pembangunan Pedesaan,

Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Chalid, Pheni, 2005, Otonomi Daerah, Masalah Pemberdayaan dan Konflik. Kemitraan, Jakarta.

Tutik., Titik Triwulan, 2006,Pokok-Pokok Hukum Tata Negara.Prestasi Pustaka. Jakarta.

HAW , Wijaya. 2003. Otonomi Daerah Merupakan Otonomi Yang Asli Bulat dan Utuh. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang no 12 tahun 2004 perubahan atas UU no 22/1999 dan UU no 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.

(5)

Perda No 14 tahun 2000 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Kelurahan Lampung Selatan.

(6)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintahan Daerah terdiri dari pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten/kota dan pemerintahan desa yang tersirat dalam Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dilaksanakan dengan

prinsip otonomi daerah dan tugas pembantuan. Prinsip otonomi daerah adalah asas dekonsentrasi dan desentralisasi. Desentralisasi dalam UU No. 32 Tahun

2004 Pasal 1 angka 7 mengartikan desentraliasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Penyelenggaraan urusan daerah oleh pemerintah daerah dibantu oleh perangkat daerah yang dibagi atas perangkat daerah provinsi dan kabupaten/kota. Perangkat daerah kabupaten/kota salah satunya adalah kecamatan. Hal ini sesuai dengan

ketentuan Pasal 126 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten/kota dengan Perda berpedoman pada

(7)

Ditengah semangat membangun otonomi, adalah hal ironis bahwa kewenangan dan sumber daya besar yang dimiliki Kabupaten/Kota kurang berdampak pada pemberdayaan Kecamatan dan Kelurahan. Padahal

Kecamatan dan Kelurahan inilah yang semestinya diposisikan sebagai ujung tombak pelayanan kepada masyarakat. Otonomi boleh saja menjadi domein Pemkab/Pemkot, namun front line dari sebagian fungsi pelayanan mestinya

diserahkan kepada Kecamatan dan Kelurahan, disamping kepada Dinas Daerah. Dengan demikian, Pemkab/Pemkot perlu lebih mengedepankan

fungsi-fungsi steering seperti koordinasi, pembinaan, fasilitasi, dan pengendalian, dari pada fungsi penyelenggaraan langsung suatu urusan.

Secara hirarkis dalam Pemerintahan Daerah, camat merupakan pejabat administratif yang melaksanakan pelimpahan sebagian kewenangan dari bupati/walikota. Camat membantu penyelenggaraan pemerintahan kabupaten/kota

yang diatur dalam peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangannya. Camat dalam melaksanakan tugasnya dapat mengeluarkan peraturan-peraturan yang bersifat administratif. Camat dalam menjalankan

tugas-tugasnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 126 ayat (2) dan ayat (3) UU No 32 Tahun 2004 dibantu oleh perangkat kecamatan dan bertanggung jawab kepada

Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah kabupaten/kota.

Pemerintahan kabupaten dalam penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah dibantu oleh perangkat daerah. Camat yang sebagaimana dimaksud dalam

(8)

3

lanjut dari ketentuan tersebut maka di Lampung Selatan dibentuklah Peraturan Daerah Lampung Selatan No 43 tahun 2000 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Kelurahan Se-Kabupaten Lampung Selatan (Perda No. 43 Tahun 2000). Atas peraturan daerah tersebut dikeluarkanlah Keputusan Bupati Lampung Selatan No. 28 Tahun 2001 tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Kecamatan Lampung Selatan.

Camat yang memiliki posisi penting sebagai perangkat daerah untuk membantu penyelenggraan urusan daerah menentukan kesuksesan pembangunan daerah di

era otonomi daerah. Otonomi daerah yang masih memilki kelemahan dalam pelaksanaannya akan berpengaruh pada kinerja camat dalam melaksanakan tugasnya di pemerintah kecamatan. Menurut Josef Riwu Kaho,1 Desentralisasi

yang merupakan bentuk dari Otonomi daerah memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

1. Besarnya organ-organ pemerintahan, maka struktur pemerintahan bertambah kompleks yang mempersulit koordinasi;

2. Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam kepentingan dan

daerah dapat lebih mudah terganggu;

3. Khususnya mengenai desentralisasi teritorial, dapat mendorong timbulnya apa

yang disebut daerahisme atau provinsialisme;

4. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama, karena memerlukan perundingan yang bertele-tele;

1

(9)

5. Dalam penyelenggaraan desentralisasi, diperlukan biaya yang lebih banyak dan sulit memperoleh keseragaman/uniformitas dan kesederhanaan.

Kelemahan-kelemahan dari otonomi daerah tersebut akan memengaruhi

pelaksanaan otonomi daerah. Camat sebagai pejabat administratif dalam pelaksanaan otonomi daerah harus mampu melaksanakan pelayanan publik dan urusan pemerintahan di tingkat kecamatan. Kewenangan tersebut ditentukan oleh

bagaimana bupati atau walikota mendelegasikan kewenangan kepada camat. Masalahnya, di hampir semua daerah di Indonesia camat belum mendapatkan

delegasi kewenangan dari bupati atau wali kota secara maksimal. Pemerintah daerah cenderung mengedepankan logika sektoral dan belum mampu memberdayakan kecamatan dalam logika kewilayahan. Sebagian besar

kewenangan lebih banyak dimiliki instansi sektoral. Hal ini diperparah dengan tidak mudahnya membuka kesediaan instansi sektoral untuk berbagi kewenangan

dengan kecamatan karena terkait dengan pembagian sumber daya. Meski ada komitmen menguatkan kelembagaan kecamatan, dalam praktiknya pemerintah daerah masih menemukan masalah dalam dua hal yaitu:2 Pertama, masih

lemahnya pembagian urusan dari instansi sektoral ke kecamatan. Kedua, adanya kecenderungan untuk melakukan pengaturan kelembagaan kecamatan yang

seragam sehingga gagal merespons kebutuhan dan konteks lokal kecamatan.

Faktor-faktor tersebut akan berpengaruh besar terhadap peran camat dalam pemerintahan tingkat kecamatan. Baik kedudukannya sebagai pelaksana pelayanan publik maupun urusan pemerintahan umum di tingkat kecamatan. Jika

2

(10)

5

salah satu dari faktor tersebut tidak ada maka camat dalam melaksanakan tugas, fungsi dan kewenangannya akan berjalan pincang. Selain itu pemenuhan dari

beberapa faktor diatas juga akan berpengaruh pada siap tidaknya daerah untuk melaksanakan otonomi daerah. Karena pemekaran daerah yang bertujuan untuk pembentukan otonomi daerah merupakan salah satu dinamika pembangunan

daerah yang dapat memberi pengaruh terhadap kinerja camat di daerah. Selain itu kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang kepada camat membatasi ruang kerja camat, karena kewenangan camat tergantung kepada pendelegasian

kewenangan yang diberikan oleh bupati/walikota.

Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105′ sampai dengan 105′45′ Bujur Timur dan 5′15’ sampai dengan 6′ Lintang Selatan.

Mengingat letak yang demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia merupakan daerah tropis.

Kabupaten Lampung Selatan bagian selatan meruncing dan mempunyai sebuah teluk besar yaitu Teluk Lampung. Di Teluk Lampung terdapat sebuah pelabuhan yaitu Pelabuhan Panjang dimana kapal-kapal dalam dan luar

negeri dapat merapat. Secara umum pelabuhan ini merupakan faktor yang sangat penting bagi kegiatan ekonomi penduduk Lampung, terutama penduduk

Lampung Selatan. Pelabuhan ini sejak tahun 1982 termasuk dalam wilayah Kota Bandar Lampung.

Dari studi kabupaten di Lampung Selatan, yang salah satunya adalah Kecamatan Katibung, ternyata ada sebagian informan merasa bahwa lembaga kecamatan

(11)

mendukung keberadaan bahkan penguatan kecamatan. Wakil Bupati Kabupaten Lampung Selatan Eki Setyanto misalnya yang mengajukan beberapa alasan

mengapa camat/kecamatan masih diperlukan, salah satunya dari segi manajemen dengan adanya jumlah desa yang mencapai ratusan dalam kabupaten apakah bisa langsung ke Bupati tanpa ada Kecamatan yang tentunya hal ini akan sangat berat.

Selain itu dari segi pembagian wilayah perlu adanya penajaman kewilayahan yang memerlukan adanya pihak yang lebih dekat ada di lapangan dan hubungan emosional antara warga dalam satu wilayah kecamatan yang tidak mudah untuk

dihapukan begitu saja. Pada kenyataan yang ada dilapangan pun, seperti yang diungkapkan oleh wakil Bupati di Kabupaten Lampung selatan, dengan adanya

camat lebih mudah untuk dapat mengkoordinir desa, mengingat luasnya Kabupaten Lampung Selatan, pihak bupati dan wakilnya akan merasa terbantu dengan adanya camat.3

Berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya tugas dan fungsi camat dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul : “Analisis Tugas, Fungsi dan Tata

Kerja Camat Dalam Pemerintahan Daerah (Studi di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan)”.

B. Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

3

(12)

7

a. Analisis masalah-masalah apa saja yang dihadapi camat dalam melakukan tugas, fungsi dan tata kerja dalam Pemerintahan Daerah di kecamatan Katibung

Kabupaten Lampung Selatan?

b. Apakah faktor pendukung dan penghambat camat dalam melaksanakan tugas-tugas Pemerintahan Daerah khususnya di Kecamatan Katibung Kabupaten

Lampung Selatan?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di Kantor Camat Katibung Lampung Selatan. Sedangkan

lingkup pembahasan dalam penelitian ini hanya terbatas pada tugas, fungsi dan tata kerja dalam Pemerintahan Daerah di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan serta faktor pendukung dan penghambat camat dalam

melaksanakan tugas-tugas Pemerintahan. Sedangkan lingkup bidang ilmu adalah bidang hukum administrasi negara.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi camat dalam melakukan tugas, fungsi dan tata kerja dalam Pemerintahan Daerah di

kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat camat dalam melaksanakan tugas-tugas Pemerintahan Daerah khususnya di Kecamatan

(13)

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah : a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan demi pengembangan ilmu

pengetahuan yang berhubungan dengan kedudukan camat dalam Pemerintahan Daerah.

b. Kegunaan Praktis

1) Sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam tugas, fungsi dan tata kerja camat.

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perangkat Daerah

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam ketentuannya mengatur tentang perangkat daerah. Pasal 120 menyatakan bahwa daerah memiliki perangkat masing-masing baik di tingkat provinsi maupu di

kabupaten/kota. Di tingkat provinsi perangkat daerah terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dinas daerah, dan

lembaga teknis daerah.

Dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa

kecamatan sebagai wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten dan daerah kota. Dimana wilayah kerjanya mencakup paling sedikit 10 desa/kelurahan

untuk daerah kabupaten dan paling sedikit 5 desa/kelurahan untuk wilayah kota. Sebagai wilayah kerja camat, kecamatan bukan lagi wilayah administrasi pemerintahan melainkan wilayah kerja dari perangkat daerah.1

Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan. Perangkat daerah kabupaten/kota dalam melaksanakan tugas dan fungsinya saling bersinergis satu

sama yang lain dalam rangka pembangunan daerah. Sekertaris daerah memiliki

1

(15)

tugas dan kewajiban membantu kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan

mengkoordinasi dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Sekertaris daerah dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang diatur oleh

undang-undang bertanggung jawab kepada bupati.

Lembaga teknis daerah adalah unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah. Kebijakan daerah dalam hal ini

lebih bersifat spesifikasi berbentuk badan, kantor atau rumah sakit umum daerah. Lembaga teknis daerah masing-masing dipimpin oleh kepala badan, kepala kantor, atau kepala rumah sakit yang diangkat oleh kepala daerah yang memenuhi

syarat dari Pegawai Negri Sipil. Pertanggungjawaban masing-masing yang mengepalai badan, kantor atau rumah sakit umum daerah adalah kepada kepala

daerah melalui sekertaris daerah.

Kecamatan yang pembentukannya di wilayah kabupaten/kota dengan peraturan

daerah yang berpedoman pada peraturan pemerintah.2Kecamatan adalah wilayah administrasi yang tugasnya menyelenggarakan pelayanan publik dibawah

bupati/walikota. Setiap kecamatan dipimpin oleh seorang camat yang diangkat oleh bupati/atau walikota yang tugasnya menyelenggarakan pemerintahan di tingkat kecamatan sebagai pelimpahan kewenangan dari bupati/walikota. Tugas

camat dalam penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana diatur dalam Pasal 126 ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004 yaitu:

a. mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

2

(16)

11

b. mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban

umum;

c. mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;

d. mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan;

e. membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;

f. melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya

dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.

Camat dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh perangkat kecamatan yang bertanggung jawab langsung kepada camat. Camat diangkat atasa usulan

sekertaris daerah kabupaten/kota dari pegawai negri sipil yang menguasai pengetahuan teknis pemerintahan.

Perangkat daerah kabupaten/kota adalah unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari sekretariat daerah,

sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan.

1) Sekretariat daerah

Sekretariat daerah mempunyai tugas dan kewajiban membantu bupati/walikota dalam menyusun kebijakan dan mengoordinasikan dinas daerah dan lembaga

(17)

Berdasarkan Pasal 10 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007

tentang Organisasi Perangkat Daerah, fungsi Sekretariat Daerah adalah: (1) Penyusunan kebijakan pemerintahan daerah.

(2) Pengordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah.

(3) Pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah.

(4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai tugas dan

fungsinya.

2) Sekretariat DPRD

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD. Sekretariat DPRD

mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD dan menyediakan serta mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan

kemampuan keuangan daerah. Sekretariat DPRD dipimpin oleh sekretaris dewan dan terdiri dari paling banyak 4 (empat) bagian, dan masing-masing bagian terdiri

dari 3 (tiga) subbagian. Sekretariat DPRD menyelenggarakan fungsi (Pasal 11 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah), antara lain:

(1) Penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD. (2) Penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD.

(3) Penyelenggaraan rapat-rapat DPRD.

(4) Penyediaan dan pengordinasian tenaga ahli yang diperlukan DPRD.

(18)

13

Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Dinas daerah

mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dinas daerah dipimpin oleh kepala dinas. Dinas

terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) seksi. Sedangkan, unit pelaksana teknis pada dinas terdiri dari 1

(satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional. Dinas daerah menyelenggarakan fungsi (Pasal 14 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 41

Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah):

(1) Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

(2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan

lingkup tugasnya.

(3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya.

(4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

4) Lembaga Teknis Daerah

Lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah.

Lembaga teknis daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik. Lembaga teknis daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berbentuk badan, kantor, dan rumah sakit. Lembaga teknis daerah yang berbentuk badan dipimpin oleh kepala badan, yang berbentuk kantor dipimpin oleh kepala kantor, dan yang berbentuk rumah

(19)

masing-masing bidang terdiri dari 2 subbidang atau kelompok jabatan fungsional.

Lembaga teknis yang berbentuk kantor terdiri dari 1 subbagian tata usaha dan paling banyak 3 seksi. Sedangkan unit pelaksana teknis pada badan, terdiri dari 1

subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional. Lembaga teknis daerah menyelenggarakan fungsi (Pasal 15 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah):

(1) Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

(2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan

lingkup tugasnya.

(3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya.

(4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

5) Kecamatan

Kecamatan merupakan wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten

dan daerah kota. Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati/walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Kecamatan dipimpin oleh camat. Kecamatan terdiri dari 1

sekretariat, paling banyak 5 seksi, dan sekretariat membawahkan paling banyak 3 subbagian. Camat menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi (Pasal

17 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah):

(1) Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

(20)

15

(3) Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan.

(4) Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum. (5) Menggoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat

kecamatan.

(6) Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan.

(7) Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya

dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.

6) Kelurahan

Kelurahan merupakan wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah

kabupaten/kota dalam wilayah kecamatan. Kelurahan dipimpin oleh lurah yang membawahi 1 sekretariat dan paling banyak 4 seksi. Selain organisasi perangkat

daerah di atas, ada beberapa lembaga yang dapat dibentuk oleh daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yaitu:

a) Inspektorat

Inpekstorat diatur dalam Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Inspektorat yang dipimpin oleh inspektur

merupakan unsur pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintah di daerah kabupaten/kota, pelaksanaan pembinanan atas penyelenggaraan pemerintah desa

dan pelaksanaan urusan pemerintah desa. Inspektorat, menurut Pasal 12 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah menyelenggarakan fungsi:

(1) Perencanaan program pengawasan.

(21)

(3) Pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan.

b) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

Menurut Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah, badan perencanaan dan pembangunan daerah merupakan unsur

perencana penyelenggaraan pemerintahan daerah yang mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang

perencanaan pembangunan daerah. Badan ini menyelenggarakan fungsi: (1) Perumusan kebijakan teknis perencanaan.

(2) Pengordinasian penyusunan perencanaan pembangunan.

(3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah.

(4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

B. Tinjauan Umum Tentang Camat dan Kecamatan

Camat adalah kepala pemerintahan kecamatan yang berada di bawah bupati/walikota dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota. Menurut Bayu

Suryaningrat mengatakan bahwa camat merupakan seorang yang mengepalai dan membina suatu wilayah yang bernama kecamatan. Dari batasan pengertian di atas,

(22)

17

untuk daerah kota paling sedikit terdiri atas 5 desa/kelurahan yang disebut dengan

kecamatan.3

Kecamatan adalah suatu wilayah kerja seorang camat yang memimpin daerah yaitu kecamatan, camat diangkat oleh bupati/walikota serta menerima sebagian

kewenangan pemerintah, sehingga dapat dikatakan bahwa camat merupakan perpanjangan tangan dari bupati sebagai kepala pemerintahan di wilayah

kecamatan. Sebagai kepala pemerintahan, camat mempunyai peranan yang besar atas penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan tugas khsususnya di wilayah kecamatan.

Selanjutnya berdasarkan Pasal 126 UU No. 32 Tahun 2004 dan Pasal 14 ayat (1)

dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 (PP No. 19 Tahun 2008) mengatur bahwa kedudukan camat adalah:

1. Kepala pemerintah kecamatan yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada bupati/walikota.

2. Camat di wilayah kabupaten administrative berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada bupati/walikota.

3. Camat di wilayah adalah pembantu bupati/walikota dalam pelaksanaan tugas berada di bawah koordinasi pembantu bupati.

Setiap daerah dipimpin oleh seorang kepala daerah sebagai kepala eksekutif yang dibantu seorang wakil kepala daerah. daerah propinsi dipimpin oleh seorang gubernur, dalam menjalankan tugas dan wewenangnya gubernur bertanggung

jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. dalam Pasal 2 UU No. 32 Tahun

3

(23)

2004 tentang Pemerintahan Daerah, dijabarkan bahwa kecamatan merupakan

perangkat daerah kabupaten atau daerah kota yang dipimpin oleh kepala kecamatan yang disebut camat.

Camat diangkat oleh bupati/walikota atas usulan sekertaris daerah kabupaten/kota

dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat. Camat menerima pelimpahan sebagaian urusan Pemerintahan Daerah dari bupati/walikota dengan demikian

camat dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada bupati/walikota. Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 120 ayat (20) jo Pasal 126 menyatakan bahwa kecamatan merupakan perangkat daerah

kabupaten/kota yang dipimpin oleh kepala daerah. dengan demikian dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa camat merupakan perangkat daerah kabupaten yang

menerima limpahan kewenangan pemerintahan dari bupati yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada bupati/walikota.

C. Pemerintah Kecamatan

Pemerintah kecamatan adalah unsur perangkat daerah kota yang dipimpin oleg seorang camat yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada

bupati/walikota. Pemerintah kecamatan merupakan perangkat daerah yang menerima pelimpahan sebagaian kewenangan pemerintah dari bupati/walikota.

Dalam UU No. 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa :

1. Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten dan kota yang dipimpin oleh seorang kepala kecamatan.

2. Kepala kecamatan disebut camat.

(24)

19

4. Camat menerima pelimpahan sebagai kewenangan pemerintahan dari

bupati/walikota.

5. Camat bertanggungjawab kepada bupati/walikota.

6. Pembentukan kecamatan ditetapkan dengan Peraturan daerah.

Pendapat Sadu Wasistiono dalam Meltarini mengatakan bahwa keberadaan kecamatan cukup penting dalam pemerintah daerah. Posisi kecamatan dalam

penyelenggaraan pemerintahaan antara lain :4

1. Kecamatan merupakan ujung tombak dari penyelenggaraan pemerintahan yang langsung berhadapan dengan masyarakat luas. Citra birokrasi

pemerintahan secara keseluruhan akan banyak ditentukan oleh kinerja organisasi tersebut.

2. Kecamatan merupakan “line office” dari pemerintah pusat yang berhadapan langsung dengan masyarakat dan mempunyai tugas membina desa harus pula diselenggarakan secara berdaya guna dan berhasil guna.

D. Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Camat

Camat mempunyai tugas pokok memimpin penyelenggaraan pemerinatahan,

pembangunan dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan kecamatan. Camat mempunyai tugas untuk melaksanakan sebagian kewenangan tugas

bupati/walikota di kecamatan. Sesuai dengan Perda Kabupaten Lampung Selatan nomor 3 Tahun 2006 tentang Kewenangan Daerah Kabupaten Lampung Selatan sebagai kewenangan pemerintah dari bupati/walikota kepada camat dapat

4

(25)

dikelompokkan dalam bidang tersendiri. Kewenangan tersebut adalah

kewenangan wajib dan kewenangan lainnya.

Kewenangan wajib diantaranya adalah sebagai berikut: a) Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan/Pemukiman;

b) Bidang Kesehatan;

c) Bidang Pendidikan dan Perpustakaan;

d) Bidang Pertanian; e) Bidang Perhubungan;

f) Bidang Perindustrian dan Perdagangan;

g) Bidang Penanaman Modal; h) Bidang Lingkungan Hidup;

i) Bidang Pertanahan;

j) Bidang Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah; dan, k) Bidang Ketenagakerjaan.

Kewenangan lainnya :

a) Bidang Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah; b) Bidang Keuangan Daerah;

c) Bidang Hukum dan Perundang-Undangan;

d) Bidang Ketertiban Umum dan Penegakan Peraturan Daerah; e) Bidang Pariwisata dan Kebudayaan;

(26)

21

i) Bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana; j)Bidang Humas dan

Penerangan.

Pada organisasi pemerintah, kinerja organisasi bergantung pada kinerja aparatur. Effendi5 menyatakan tentang kinerja organisasi pemerintah bahwa "organisasi

pemerintah di Indonesia belum mampu memberikan pelayanan yang cepat, berkualitas tinggi serta merata kepada warga negaranya yang seharusnya

menerima pelayanan tersebut". Camat sebagai kepala pemerintah di tingkat kecamatan merupakann ujung tombak bagi bupati /walikota untuk keberhasilan pembangunan daerah yang telah menjadi visi dan misinya. Dengan kata lain

kinerja kecamatan akan menentukan kinerja pemerintah daerah secara keseluruhan.6

Kewenangan yang dilimpahkan oleh bupati/walikota kepada camat akan memberi ruang bagi camat dalam melaksanakan tugas-tugasnya di tingkat kecamatan.

Camat yang kedudukannya sebagai kepala pemerintah kecamatan merupakan perpanjangan tangan dari pemerintahan kabupaten/kota melaksanakan

tugas-tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang diatur dalam bentuk produk hukum daerah atau peraturan daerah. Camat sebagai kepala pemerintah kecamatan bertugas untuk menjalankan pelayanan publik, baik

admisistrasi maupun strategi kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan oleh bupati/walikota.

5

Effendi, Onong Uchjana, 1981,Kepemimpinan dan Komunikasi, Gunung Agung, Jakarta. Hal 2.

6

(27)

Pemerintah daerah dalam menjamin terpenuhinya kepentingan masyarakat dapat

dilihat dari fungsi pengaturan kehidupan masyarakat. Berhubungan dengan hal tersebut, lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

menggantikan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah membawa paradigma baru dalam penyelenggaraan pemerintah daerah yang mengubah secara mendasar praktek-praktek penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Salah satu

perubahan paradigma yang terjadi menyangkut kedudukan, tugas, fungsi dan kewenangan camat.

Pada masa UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah,

disebutkan bahwa kecamatan merupakan wilayah administratif pemerintahan dalam rangka dekonsentrasi yakni lingkungan kerja perangkat pemerintah yang

menyelenggarakan tugas pemerintahan umum di daerah. Secara jelas disebutkan pada Pasal 81 Undang-undang ini bahwa wewenang, tugas dan kewajiban camat sebagai kepala wilayah, sebagai berikut :

a. Membina ketentraman dan ketertiban di wilayahnya sesuai dengan kebijaksanaan ketentraman dan ketertiban yang ditetapkan oleh Pemerintah. b. Melaksanakan segala usaha dan kegiatan di bidang pembinaan ideology

negara dan politik dalam negeri serta pembinaan kesatuan bangsa sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.

c. Menyelenggarakan koordinasi atas kegiatan-kegiatan instansi-instansi vertikal, dan dinas-dinas daerah, baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan untuk mencapai daya guna dan hasil guna sebesar-besarnya.

(28)

23

e. Mengusahakan secara terus menerus agar segala peraturan

perundangundangan dan peraturan daerah dijalankan oleh instansi-instansi pemerintah dan pemerintah daerah serta pejabat-pejabat yang ditugaskan

untuk itu serta mengambil segala tindakan kelancaran penyelenggaraan pemerintahan.

f. Melaksanakan segala tugas pemerintah yang dengan atau berdasarkan

peraturan perundang-undangan diberikan kepadanya.

Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa kecamatan sebagai wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten dan daerah kota.

Selanjutnya dinyatakan bahwa perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah,

kecamatan dan kelurahan. Kecamatan bukan lagi wilayah administrasi pemerintahan melainkan wilayah kerja dari perangkat daerah.

Dalam menyelenggarakan tugas umum pemerintahan, tugas camat meliputi mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat, mengkoordinasikan

upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang- undangan, mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum, mengkoordinasikan

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan, membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan atau kelurahan dan melaksanakan

(29)

Berdasarkan Keputusan Mentri Dalam Negeri nomor 158 tahun 2004

(Kepmendagri No. 158 Tahun 2004) camat mempunyai tupoksi melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati wilayah, kebutuhan daerah dan tugas pemerintahan lainnya berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Oleh sebab itu untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah kecamatan harus memiliki aparatur yang berkualitas, memiliki kinerja, motifasi yang tinggi

(30)

III. METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu cara yang dipergunakan dalam pelaksanaan

suatu penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecah suatu permasalahan. Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan kegiatan

yang terdiri dari beberapa langkah yaitu :

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris.

1. Pendekatan yuridis normatif adalah mengkaji hukum yang dikonsepkan

sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Norma hukum yang berlaku itu berupa norma hukum positif tertulis bentukan lembaga

perundang-undangan. Penelitian yuridis normatif ini dilakukan terhadap hal-hal yang bersifat teoritis yaitu suatu pendekatan yang dilakukan dengan mempelajari asas-asas hukum yang ada dalam teori/pendapat sarjana dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pendekatan yuridis empiris adalah mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai

(31)

menggali pola prilaku yang hidup dalam masyarakat sebagai gejala yuridis

melalui ungkapan prilaku nyata yang dialami oleh anggota masyarakat.

B. Sumber dan jenis Data

Dalam melakukan penelitian penulis pertama-tama memerlukan data-data atau keterangan-keterangan yang terkait dengan permasalahan pada penelitian.

Sedangkan data yang dipergunakan penelitian ini berasal dari : a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan secara langsung pada objek penelitian yang dilakukan dengan wawancara.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan (Library Research). Data sekunder terdiri dari 3 (tiga) Bahan Hukum yaitu :

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat mengikat. Dalam penulisan ini, bahan hukum primer yang digunakan adalah :

a) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18, Pasal 18A, dan 18B.

b) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

c) PP No.41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

d) PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antar

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

(32)

27

f) Perda Nomor 43 tahun 2000 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan

Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Kelurahan Se-Kabupaten Lampung Selatan.

g) Kepmendagri No. 158 Tahun 2004 tentang Pedoman Organisasi Kecamatan.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku literatur dan karya ilmiah

yang berkaitan dengan permasalahan penelitian seperti : Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, Politik Hukum Di Indonesia, Dasar-Dasar Ilmu Politik.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, antara lain kamus

Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, Kamus Hukum, Majalah, surat kabar, media cetak dan media elektronik.

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penulisan skipsi ini, dilakukan dengan menggunakan dua cara sebagai berikut, yaitu:

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

(33)

mencatat dan mengutip dari berbagai literatur, perundang-undangan,

buku-buku, media massa dan bahas tertulis lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan.

b. Studi Lapangan (Field Research)

Studi Lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara wawancara (interview) yaitu sebagai usaha mengumpulkan data dengan mengajukan

pertanyaan secara lisan, maupun dengan menggunakan pedoman pertanyaan secara tertulis. Wawancara dilakukan dengan mengadakan wawancara kepada

Bapak Drs. Aswarodi, M.Si selaku Camat Kecamatan Katibung Lampung Selatan. Teknik yang penulis gunakan dalam wawancara ini adalah teknik wawancara terstruktur atau wawancara yang pertanyaannya telah dibuat

sebelumnya.

2. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, baik studi kepustakaan maupun studi lapangan, maka data diproses melalui pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing, yaitu memeriksa kembali kelengkapan, kejelasan, dan relevansi dengan penelitian.

b. Klasifikasi data yaitu mengklasifikasi/mengelompokan data yang diperoleh

menurut jenisnya untuk memudahkan dalam menganalisis data.

c. Sistematisasi data, yaitu malakukan penyusunan dan penempatan data pada

(34)

29

D. Analisa Data

Data yang terkumpul secara keseluruhan baik yang diperoleh dari hasil studi pustaka dan studi lapangan, kemudian di analisis secara kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan permasalahan berdasarkan penelitian dan pembahasan dalam

bentuk penjelasan atau uraian kalimat yang disusun secara sistematis. Setelah dilakukan analisis data maka ditarik kesimpulan secara induktif yaitu suatu cara

(35)

…Jangan Menyerah Atas Apa Yang Kamu Yakini Benar, Jika

Ada 1000 Alasan Untuk Menyerah, Ada 1001 Alasan Untuk

Terus Berjuang…

(36)

-Penulis-RIWAYAT HUDUP

Penulis dilahirkan di Tanjungkarang, pada tanggal 25 Juli 1988. Penulis merupakan anak pertama dari dua

bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Samudra dan Ibu Nurhuda, S.E.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD)

1 Kalianda yang diselesaikan tahun 2000, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 2 Kalianda yang diselesaikan tahun 2003, kemudian melanjutkan ke Sekolah Madrasah

Aliyah (SMU) Negeri 1 Kalianda yang diselesaikan tahun 2006.

(37)

Bismillahirrohmanirrohim.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Analisis Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Camat Dalam

Pemerintahan Daerah (Studi di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung

Selatan)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di

Universitas Lampung.

Penulis menyadari selesainya skripsi ini tidak terlepas dari partisipasi, bimbingan

serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Heriyandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Yulia Neta, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Bapak Armen Yasir, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing I yang telah

(38)

4. Ibu Yulia Neta, S.H., M.H. selaku Pembimbing II yang telah memberikan

kesempatan, bimbingan, dan masukan-masukan yang membangun, memotifasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Siti Asiah, S.H., M.H. selaku Pembahas I atas waktu, saran, masukan dan kritik membangunnya kepada penulis untuk dapat menyempurnakan skripsi ini.

6. Muhtadi, S.H., M.H. selaku Pembahas II atas waktu, saran, masukan dan kritik membangunnya kepada penulis untuk dapat menyempurnakan skripsi

ini.

7. Bapak Armen Yasir, S.H., M.Hum. Selaku Pembimbing Akademik selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Para Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang tak bisa disebutkan satu persatu, atas bimbingan dan pengajarannya selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.

9. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung: Ibu Arniah, S.Pd., Bapak Marji, S.Pd., Mas Jarwo, Mas Fendi dan yang lain-lain yang

telah membantu penulis dalam proses akademis dan kemahasiswaan atas bantuannya selama penyusunan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabatku yang telah mendahului Sarjana: Fajar, Rio, Oki, Merik,

Santo, Rico, Arif, Yudha, vido, Indra. Terimakasih atas kebersamaan dan kekompakannya.

(39)

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara, para mahasiswa, akademisi, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan terutama bagi penulis. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan dan kebaikan bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis

(40)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Masalah-masalah yang dihadapi camat dalam melakukan tugas, fungsi dan

tata kerja dalam Pemerintahan Daerah di kecamatan diwilayah studi adalah masih belum jelasnya status dan kewenangan Camat antara normatif dengan

realitas, para camat merasa bahwa kewenangan mereka pada era UU No 32 Tahun 2004 ini sangat berkurang dibandingkan era UU No 5 Tahun 1974. Akibat dipangkasnya kewenangan camat, maka camat seringkali ragu-ragu

dalam bertindak, khususnya dalam kaitannya dengan para kepala desa, yang bukan lagi sebagai bawahan mereka seperti pada rezim UU No 5 Tahun 1974. Selain itu, ternyata masalah koordinasi antara camat dengan berbagai instansi

lain yang ada di kecamatan merupakan suatu persoalan yang sangat serius dan sulit yang dihadapi oleh seorang camat masa kini. Koordinasi ini mencakup

koordinasi dengan para kepala desa maupun dengan instansi instansi teknis yang ada di kecamatan seperti dinas pertanian, dinas pendidikan, dinas kesehatan, agama dan lain-lain.

(41)

peranan camat. Setiap program dan kegiatan yang dimasukan kedalam suatu

wilayah kecamatan, sudah dikoordinasikan dengan camat selaku pemimpin wilayah maupun sebagai koordinator berbagai kegiatan diwilayah kecamatan.

Sedangkan hambatan yang dihadapi camat dikarenakan kurangnya sosialisi status kewenangan camat menurut UU No 32 Tahun 2004, karena permasalahan yang dihadapi camat dewasa ini terlihat bersumber kepada

kekeliruan pemahaman terhadap kewenangan camat dalam UU No 32 Tahun 2004 itu. Selain masalah sosialisasi, penyediaaan petunjuk teknis UU yang

berlaku juga sangat penting, peran camat sebagai pimpinan wilayah dan koordinator itu belum cukup jelas bagi para camat dan pihak-pihak lainnya. Itulah antara lain yang menyebabkan para camat masih bingung dan ragu-ragu

dalam melaksanakan berbagai hal. Kurangnya kualitas dan kompetensi kecamatan, maka diperlukan peningkatan kualitas atau kompetensi para aparatur kecamatan. Peningkatan kualitas ini mencakup dimensi keterampilan

teknis maupun sistem nilai.

B. Saran

Berdasarkan kenyataan dilapangan serta merujuk pada UU No 32 Tahun 2004 yang mengatur tentang kecamatan, maka disarankan :

1. Disarankan agar dilakukan pendelegasian sebagian kewenangan bupati kepada camat secara formil, sesuai dengan amanat UU no. 32 Tahun 2004.

(42)

68

2. Diperlukannya sinkronisasi peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang organisasi perangkat daerah, sehingga antar peraturan tidak saling tumpang tindih dan keseragaman penamaan dinas dan lembaga teknis daerah

Referensi

Dokumen terkait

Nurzaidah Putri Dalimunthe : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Berdasarkan Jumlah Sarang Di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara, 2009.

Kecamatan adalah Wilayah Kerja Camat yang ada dalam Kabupaten Mamuju Utara yang ditetapkan sebagai Perangkat Daerah berdasarkan Peraturan Daerah ini;.. Camat adalah Kepala

•• Kalau ternyata kelemahan belajar tersebut bersumber Kalau ternyata kelemahan belajar tersebut bersumber pada faktor hereditas (tingkat kecerdasan atau bakat), pada

Parameter yang dipelajari adalah variasi suhu kalsinasi gel U-PVA- NH 3 hasil proses sol-gel emulsifikasi NUKEM (gelasi eksternal), untuk mendapatkan kernel U 3 O 8 dengan

Pada saat penelitian dilakukan, volume sump tidak dapat menampung air limpasan yang masuk sehingga air meluap dan mengganggu jalan tambang.. Sehingga diperlukan

Indonesia sebagai negara pihak yang telah meratifikasi UNCRPD melalui Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011, pada bidang pekerjaan dan lapangan kerja negara memiliki

Pada tabel menunjukkan bahwa F-hitung sebesar 10,421 dengan probabilitas tingkat kesalahan lebih kecil dari tingkat signifikansi yang diharapkan (0% < 5%), yang berarti

Jabatan Kesihatan Negeri Sarawak telah mengisytiharkan tiga (3) kluster tamat setelah tiada kes baharu dikesan atau dilaporkan dalam tempoh 28 hari melibatkan kluster-kluster