• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iklim Komunikasi Organisasi dan Kinerja Karyawan Bank dalam Perspektif Korelasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Iklim Komunikasi Organisasi dan Kinerja Karyawan Bank dalam Perspektif Korelasional"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KINERJA KARYAWAN

(Studi Korelasional Iklim Komunikasi Organisasi dan Kinerja Karyawan

di Bank Bukopin Cabang Medan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyarat Menyelesaikan Pendidikan

Sarjana (S-1)

Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

Oleh :

DUTI MARCYOLA

080904014

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan

karunianya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Iklim Komunikasi

Organisasi dan Kinerja Karyawan Bank dalam Perspektif Korelasional, guna

memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Ilmu

Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam pembuatan

skripsi ini, mengingat keterbatasan waktu, pengetahuan, dan kemampuan peneliti.

Oleh karena itu dengan hati yang tulus dan ikhlas peneliti menerima kritik dan saran

yang membangun dari pembaca sehingga berguna di hari yang akan datang.

Peneliti juga ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada

kedua orang tua peneliti, Bapak Syamsul Bahri MA tercinta dan Ibunda Fitri Yulinda

S.Pd tersayang yang telah memberikan seluruh kehidupannya untuk membesarkan

peneliti dengan kasih sayang, kesabaran pengorbanan, setiap tetes keringat, hingga

saat ini. Kemudian kepada adik-adik peneliti, Dennis Fajar dan Putri Sabrina yang

selalu mensuport peneliti dengan kasih sayang. Tak lupa kepada keluarga besar Drs.

Yusrizal Saadudin dan keluarga Intan Moectar yang tidak bisa disebutkan satu

persatu.

Pada kesempatan ini peneliti juga ingin mengucapakan ucapan terima kasih

(4)

1. Bapak Prof. Dr. Badariddin M.Si selaku dekan FISIP USU

2. Ibu Dra. Fatwa Wardy Lubis MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

FISIP USU

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi sekaligus

dosen wali yang membimbing saya setiap pergantian semester.

4. Kak Yovita Sabarina Sitepu M.Si selaku dosen pembimbing peneliti yang telah

meluangkan waktu, pikiran dan ilmu pengetahuan yang ia miliki untuk

membimbing peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitiaan ini. Terimakasih

untuk setiap nasehat dan cerita yang sangat berharga bagi peneliti.

5. Seluruh dosen dan staff pengajar di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, terimakasih sedalam-dalamnya peneliti sampaikan atas jasa

yang telah diberikan selama perkuliahan.

6. Kak Cut dan Kak Maya yang telah membantu dalam segala hal yang berkaitan

dengan proses administrasi selama ini.

7. Kak Hanim dan Kak Puan staf Laboratorium Komunikasi, special untuk kak Puan,

makasi udah membimbing peneliti mengerjakan SPSS.

8. Kak Nanda selaku Sekretaris Direksi Bank Bukopin Cabang Medan yang telah

banyak membantu peneliti dalam penelitian ini mulai dari data, surat-surat, dan

pembagian kuesioner.

9. Febry Andryan Tambunan, seseorang yang selalu menemani, memberikan

(5)

dorongan untuk menyelesaikan penelitian ini.

10. Keluarga Carolina, mama Siagian, Bapak Tambunan, kak Yanti, bg Hemlan,

Lady, bg Hendra yang sudah seperti keluarga kedua untuk peneliti.

11. Sahabat-sahabat peneliti, Firsty, Boyke, Dwiko Tina, Iren yang selalu membagi

suka duka, canda tawa, motivasi, dan cerita selama peneliti berada di Medan

sebagai anak rantau yang jauh dari orang tua.

12. Teman-teman seperjuangan Kak Fanny Cute, Osin, Erick, Jeje, Dewi, Amel,

Windy, Devi,baik yang ikut membantu peneliti menyelesaikan penelitian ini dan

yang memberikan warna dalam hari-hari peneliti.

13. Teman-teman yang telah membantu peneliti dalam proses penyebaran kuesioner

dan pengelolaan data serta semua pihak yang telah membantu peneliti selama ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu peneliti

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Peneliti, Okober 2012

(6)

DAFTAR ISI

1.1Latar Belakang Masalah………. 1

1.2Perumusan Masalah……… 6

1.3Pembatasan Masalah……….. 7

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 7

1.4.1 Tujuan Penelitian……….. 7

1.4.2 Manfaat Penelitian……….... 7

1.5Kerangka Teori……….. 8

1.5.1 Komunikasi………..… 8

1.5.2 Komunikasi Organisasi……… 9

1.5.3 Arus Komunikasi dalam Organisasi……… 11

1.5.4 Iklim Komunikasi Organisasi……….. 12

1.5.5 Kinerja……… 14

1.6 Kerangka Konsep……….... 16

1.7 Model Teoritis………. 17

1.8 Operasional Variabel……….. 17

1.9 Definisi Operasional Variabel……… 18

1.10 Hipotesis ……… 21

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi……… 22

2.2 Komunikasi Organisasi……….. 27

2.3 Arus Komunikasi Organisasi………. 30

2.4 Iklim Komunikasi Organisasi………. 38

2.5 Kinerja……… 41

2.6 Teori Pendukung Lainnya……….. 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian……….… 49

3.2 Populasi dan Sampel……….... 49

3.2.1 Populasi……….. 49

3.2.2 Sampel………. 49

3.3 Jenis dan Sumber Data………. 51

(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Penelitian………. 55

4.1.1 Sejarah……….……... 55

4.1.2 Visi dan Misi……….. 56

4.1.3 Budaya Perusahaan……… 57

4.1.4 Divisi……….. 58

4.2 Analisis Deskriptif……….. 59

4.2.1 Karakteristik Responden………... 59

4.2.2 Analisis Iklim Komunikasi Organisasi……….. 62

4.2.3 Analisis Kinerja Karyawan……… 72

4.3 Uji Hipotesis ….………. 81

4.4 Pembahasan………. 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……….. 86

5.2 Saran……… 87

(8)

DAFTAR TABEL

1.1 Operasional Variabel……….. 18

3.1 Penarikan Sampel……….. 51

4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin……… 59

4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Usia……… 60

4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja………. 61

4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Divisi………. 62

4.5 Kepercayaan Pimpinan……….. 63

4.6 Hubungan Kepercayaan dengan Rekan Kerja………...………… 63

4.7 Diskusi Pimpinan dalam Pengambilan Keputusan………..……….. 64

4.8 Pengambilan Keputusan Tingkat Divisi………...…. 65

4.9 Pengambilan Keputusan Tingkat Organisasi…….……… 65

4.10 Tingkat Kejujuran di Organisasi………..………. 66

4.11 Pentingnya Kejujuran di Kantor……… 66

4.12 Bebas Berbicara……….……….... 67

4.13 Keterbukaan Pimpinan di Kantor………... 68

4.14 Melaporkan Hasil Kerja yang Sesungguhnya……… 68

4.15 Penginformasian Kebijakan oleh Organisasi………. 69

4.16 Penginformasian OrganisasiTerkait Pengembangan SDM……….... 69

4.17 Pimpinan Mendengarkan Ide Karyawan……… 70

4.18 Pimpinan Menanggapi Laporan Karyawan……… 70

4.19 Hasil Uji Spearman’s Rho Correlations……… 71

4.20 Dorongan Rekan Kerja Meningkatkan Kinerja………. 71

4.21 Kepuasan dengan Pekerjaan………. 72

4.22 Kebanggaan pada Pekerjaan………. 73

4.23 Rela Mengorbankan Waktu……….. 73

4.24 Pentingnya Semangat Kerja………. 74

4.25 Suasana Kondusif Meningkatkan Kinerja……….….. 74

4.26 Perusahaan Mendapat Penghargaan Atas Hasil Kerja………….………... 75

4.27 Menyelesaikan Pekerjaan Tepat Waktu……….. 76

4.28 Penilaian Hasil Kerja……….. 76

4.29 Datang Sebelum Jam Kerja……… 77

4.30 Menjalankan Perintah Atasan dengan Baik………. 77

4.31 Analisis Tabel Silang antara Kebebasan Berbicara dan Kepuasan Kerja…. 78 4.32 Analisis Tabel Silang antara Menghasilkan Kinerja yang Baik dengan Selalu Menjalankan Perintah Atasan dengan Baik……… 79

4.33 Analisis Tabel Silang antara Dorongan Rekan Sekerja dengan Suasana Kondusif meningkatkan Kinerja……….. 80

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

ABSTRAK

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah salah satu elemen penting yang sangat dibutuhkan oleh

seluruh makhluk hidup, terutama manusia. Tanpa adanya komunikasi,

individu-individu tidak dapat berinteraksi satu sama lain, dan terisolasi dalam dirinya saja.

Komunikasi merupakan suatu proses dua arah yang menghasilkan pertukaran

informasi dan pengertian antara masing-masing individu yang terlibat di dalamnya.

Komunikasi memungkinkan adanya pertukaran informasi, perasaan, dan keinginan

yang pada akhirnya akan ikut menentukan perkembangan seseorang dan

lingkungannya.

Di dalam perusahaan tentunya dibutuhkan komunikasi, karena hal tersebut

dapat menjadi faktor penentu kesuksesan perusahaan atau organisasi tersebut.

Komunikasi dibutuhkan dalam penyelesaian tugas dan fungsi perusahaan tempat kita

bekerja. Sehingga butuh komunikasi yang lebih intens antar dan antara setiap audit

yang ada di dalam perusahaan. Karena itu sering diadakan rapat agar setiap audit

dalam perusahaan tersebut bisa menyatukan ide mereka untuk mencapai tujuan

perusahaan pada umumnya.

Komunikasi yang terjadi di dalam perusahaan atau organisasi, dikenal dengan

komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi umumnya membahas tentang struktur

dan fungsi organisasi, hubungan antarmanusia, komunikasi, dan proses

pengorganisasian serta budaya organisasi. Komunikasi organisasi diberi batasan

sebagai arus pesan suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu

(12)

Menurut Goldhaber (1986) komunikasi organisasi adalah proses menciptakan

dan saling menukar pesan dalam satu jaringan, hubungan yang saling tergantung satu

sama lain, untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah.

Dalam komunikasi organisasi terdapat proses sistem yang terbuka, pesan, jaringan

(alur pesan), keadaan saling tergantung, hubungan, lingkungan (eksternal dan

internal), dan ketidakpastian.

Setiap organisasi terdiri dari orang-orang dengan berbagai jabatan, ketika

orang-orang dalam jabatan tertentu berkomunikasi satu dengan yang lainnya, akan

berkembang keteraturan dalam kontak “dengan siapa ia berbicara”. Dalam organisasi

dikenal atasan dan bawahan. Komunikasi yang terjadi antara atasan dengan bawahan

disebut dengan komunikasi vertikal. Sedangkan antara sesama level kerja disebut

dengan komunikasi horizontal.

Seorang atasan di dalam perusahaan dituntut tidak hanya memberikan perintah kerja

atau tugas kepada bawahannya. Tetapi juga harus mendengarkan dan menerima

gagasan serta keluhan dari bawahannya, serta turut menawarkan solusi untuk

memecahkan persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan. Sehingga dapat tercipta

suasana komunikasi yang harmonis dan proses komunikasi yang efektif. Dengan

adanya komunikasi yang efektif tersebut para bawahan akan merasa kinerja mereka

dihargai, kedua belah pihak dapat merasa puas dan nyaman dengan informasi, media,

dan hubungan-hubungan dalam organisasi (Pace dan Faules, 2001: 165).

Hubungan di dalam organisasi ada dua, yaitu hubungan formal dan informal.

Hubungan formal yaitu hubungan yang timbul karena adanya organisasi (resmi)

sebab orientasinya adalah pekerjaan. Sedangkan hubungan informal merupakan

(13)

bersifat individu atau pribadi. Kedua hubungan ini harus berjalan beriringan, sebab

jika tidak otomatis suasana kerja akan bersifat kaku dan akan lebih sulit untuk

mengontrol kinerja organisasi tersebut secara profesional (Thoha, 1993 : 69).

Suasana yang diciptakan oleh pola hubungan antara orang-orang yang terlibat di

dalam suatu organisasi juga menjadi faktor penentu keberhasilan suatu organisasi

atau disebut juga dengan iklim komunikasi organisasi. Suasana pekerjaan harus

menyenangkan dan kondusif, karena jika tidak atau sebaliknya maka komunikasi

akan sulit memperoleh hasil. Peran pemimpin sangat berpegaruh dalam hal ini. Hal

ini dapat dilakukan dengan cara memelihara keadilan di dalam organisasi, senantiasa

memperhatikan sikap, tingkah laku anggota dan menanggapi setiap permasalahan,

kemudian pimpinan harus memberikan penjelasan tentang tugas dan peraturan yang

berlaku dalam menjaga hubungan, saling menghargai, dan adanya rasa solidaritas

sesama anggota perusahaan (Thoha, 1993 : 280).

Iklim organisasi (organization climate) menggambarkan suasana kerja

organisasi atau sejumlah keseluruhan, dan sikap orang-orang yang bekerja di dalam

organisasi. Forehand dan Gilmers (dalam Toulson & Smith, 1884 : 455) menyatakan

iklim organisasi adalah serangkaian deskriptif dari karakteristik organisasi yang

bertahan dalam jangka waktu lama. Iklim organisasi dapat diukur pada lingkungan

kerja baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada karyawan dan

pekerjaannya dimana tempat mereka bekerja dengan asumsi akan berpengaruh pada

motivasi dan perilaku karyawan.

Di dalam komunikasi organisasi, iklim organisasi dipandang sebagai suatu

rangkaian deskriptif dari karakteristik organisasi yang dapat membedakan antara

(14)

masing-masing anggota di dalam memandang organisasi. Iklim dipandang sebagai suatu

kualitas subjektif yang berasal dari persepsi atas karakter yang relatif langgeng pada

organisasi.

Pemimpin organisasi dan kinerja karyawan merupakan faktor penentu

keberhasilan perusahaan. Jika kinerja karyawan tidak maksimal maka hasil yang

dicapai tentunya tidak akan maksimal pula. Singkatnya, iklim komunikasi organisasi

dapat mempengaruhi cara hidup orang-orang di dalam sebuah organisasi atau

perusahaan. Seperti, siapa saja anggota organisasi tersebut, siapa yang disegani,

bagaimana aktivitas dalam organisasi berlangsung, apa yang dirasakan setiap anggota

perusahaan, dan bagaimana perkembangan orang-orang di dalam organisasi tersebut

(Pace dan faules, 2002 : 148).

Setiap perusahaan tentunya diwajibkan menciptakan iklim yang

menimbulkan kenyamanan dan kepuasan dalam bekerja melalui kebijakan, struktur

dan prosedur kerja, sehingga akan meningkatkan kinerja bagi individu di dalam

organisasi tersebut. Haney menemukan bahwa, semakin tinggi kepercayaan maka

kecenderungan motivasi kinerja akan semakin tinggi (Muhammad, 2005 : 174).

Seiring dengan pertumbuhan kebudayaan manusia dewasa ini mendorong

tumbuhnya sektor perekonomian. Sehingga banyak bermunculan perusahaan di

berbagai bidang seperti pertambangan, pertanian, periklanan, perbankan dan lain

sebagainya. Perusahaan yang sering mencolok mata belakangan ini dengan isu-isu

suasana kerja yang baik adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang

perbankan. Dimana seperti yang terlihat dari luar, perusahaan perbankan sepertinya

memiliki suasana bekerja yang baik, baik itu bank yang dinaungi pemerintah,

(15)

Salah satu perusahaan perbankan swasta yang belakangan ini cukup memiliki

prestasi yang baik di mata masyarakat adalah Bank Bukopin. Bank Bukopin atau

Bank Koperasi Indonesia ini, dulunya adalah bank kepemilikan pemerintah. Tetapi

seiring berjalannya waktu bank ini kepemilikannya berada dibawah BULOG, PT.

Pelabuhan Indonesia dan PT. Jamsostek. Bank Bukopin memfokuskan diri bergerak

di bidang UMKMK (Usaha Micro Kecil Menengah Kebawah), dan saat ini

berkembang menjadi bank yang masuk ke kelompok menengah di Indonesia di sisi

aset. Dan kemudian mengembangkan usahanya ke segmen komersial konsumen

(www.bukopin.com).

Bank Bukopin tersebar luas di Indonesia dengan kini berjumlah 543 outlet

sebagai wujud program kemitraan dengan koperasi dan lembaga keuangan mikro.

Bank Bukopin memiliki visi, “Menjadi Bank yang terpercaya dalam pelayanan jasa

keuangan”, dan misi “Memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah, turut

berperan dalam pengembangan usaha menengah, kecil, mikro, dan koperasi serta

meningkatkan nilai tambah investasi pemegang saham dan kesejahteraan karyawan

Bank Bukopin yang berbasis koperasi, tentu tidak serta merta melupakan

prinsip koperasi. Bank ini lebih mengutamakan kesejahteraan karyawannya, karena

jika karyawan telah sejahtera, otomatis mereka akan bekerja lebih profesional.

Budaya perusahaannya adalah Profesionalism, Respect Others, Integrity, Dedicated

to Costumer and Excellence. Atau disingkat dengan PRIDE, yang berarti bangga atau

kebanggaa

Bank Bukopin sering sekali memenangkan berbagai macam penghargaan di

(16)

Service”, Penghargaan sebagai “Mitra Terpercaya tahun 2003-2007 kategori Bank

Umum Swasta Nasional Devisa”, Lima Besar Bank Umum Swasta Teraman versi

Majalah Pilar Bisnis, CBE Award 2010 sebagai Bank Paling Kreatif, meraih Info

Bank Award untuk Kinerja keuangan dengan predikat “Sangat Bagus” dari tahun

2000-2010, serta berbagai prestasi lainnya

Dari berbagai penghargaan yang di dapatkan Bank Bukopin, otomatis

menunjukkan kepada kita bahwa bank ini memiliki sumber daya manusia yang bagus

di dalamnya, baik itu karyawan maupun pimpinan perusahaannya. Berdasarkan

beberapa alasan serta pertimbangan di atas yang dapat mendukung penelitian ini,

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang iklim organisasi terhadap

kinerja karyawan di PT. Bank Bukopin Cabang Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : “Sejauhmanakah hubungan iklim organisasi dengan

kinerja karyawan di PT. Bank Bukopin cabang Medan ? ”

1.3 Pembatasan Masalah

Agar memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dengan tujuan untuk

dapat menghasilkan uraian penelitian yang sistematis dan analisa yang objektif,

diperlukan pembatasan masalah. Maka penulis membuat batasan yang spesifik

sebagai berikut :

1. Fokus penelitian terbatas pada Iklim Organisasi yang terjadi di PT. Bank

Bukopin

2. Penelitian berlokasi di PT. Bank Bukopin Cabang Medan

(17)

4. Penelitian dilakukan Juni – September 2012

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran iklim organisasi di PT. Bank Bukopin Cabang

Medan.

2. Untuk mengetahui hubungan iklim komunikasi organisasi di PT. Bank

Bukopin Cabang Medan terhadap kinerja karyawannya.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

positif terhadap khasanah keilmuan di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP

USU khususnya mengenai iklim organisasi dan kinerja karyawan.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah

pengetahuan dan wawasan peneliti tentang iklim organisasi

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada

PT. Bank Bukopin Cabang Medan tentang hubungan iklim organisasi dengan

kinerja karyawan.

1.5 Kerangka Teori

Setiap peneliti memerlukan kejelasan berfikir dalam memecahkan atau

menyoroti masalah-masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang

membuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah

penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995:39-40).

Menurut Kerlinger, teori adalah himpunan konstruksi (konsep), definisi

proporsi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala yang menjabarkan

(18)

(Rakhmat, 1991 : 6). Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah

komunikasi, komunikasi organisasi, arus informasi dalam organisasi, iklim

komunikasi organisasi dan kinerja.

1.5.1 Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communis, yaitu “sama”, sama

disini diartikan sebagai proses penyamaan makna, jadi komunikasi dapat terjadi

apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh

komunikator dan diterima oleh komunikan. Komunikasi merupakan proses

pengoperasian lambang-lambang yang memiliki makna untuk mengubah pemikiran

orang lain, sikap, dan perilaku (Effendy, 2007 : 9).

Komunikasi menurut Balerson dan Strainer dalam Fisher, adalah,

penyampaian ide, informasi, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui simbol

kata, angka, grafik, dan lain-lain. Menurut Onong Uchjana Effendy, komunikasi

merupakan peristiwa penyampaian ide manusia. Di dalam komunikasi terdapat lima

komponen komunikasi, yaitu komunikator, komunikan, media, pesan, dan efek

(Effendy, 2007 : 10).

Brent D. Ruben mengatakan komunikasi sebagai suatu proses memalui mana

individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi, dan dalam

masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk

mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain. Komunikasi primer yaitu komunikasi

yang proses penyampaian pesannya dengan menggunakan bahasa sebagai media

penyampaian pesannya. Bahasa dipilih sebagai objek verbal dari proses komunikasi

(19)

Lasswell dalam bukunya The Structure and Function of Communication in

Society mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah

menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What In Which Channel To Whom

With What Effect? Atau “Siapa mengatakan Apa dengan Saluran apa Kepada Siapa

dengan Efek apa? (Effendy, 1993 : 10).

Dari definisi diatas, dapat diartikan komunikasi merupakan suatu proses

penyampaian pesan yang berupa ide, gagasan, informasi, emosi, keterampilan

melalui simbol dan lambang-lambang yang berarti melalui media-media tertentu

sehingga dapat menimbulkan efek berupa perubahan tingkah laku.

1.5.2 Komunikasi Organisasi

Stephan P. Robbins menyatakan, organisasi adalah kesatuan (entity) sosial

yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat

diidentifikasi, yang bekerja secara sadar, terus menerus untuk mencapai tujuan

bersama. Organisasi merupakan wadah tempat berkumpulnya seluruh anggota

dengan status posisi tertentu yang selalu bergerak menuju tercapainya tujuan

organisasi (Thoha, 1993 : 7).

Menurut Kochler, organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang

mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.

Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu sendiri, seperti

komunikasi antara atasan dan bawahan, dan komunikasi antara rekan sekerja.

Sedangkan komunikasi eksternal yaitu, komunikasi yang dilakukan organisasi

terhadap lingkungan luarnya, seperti hubungan dengan masyarakat di luar lingkup

(20)

Komunikasi organisasi merupakan pertunjukkan dan penafsiran pesan

diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari sesuatu organisasi. Dalam

sebuah teori tentang komunikasi organisasi, menyebutkan keputusan-keputusan yang

diambil oleh anggota organisasi untuk melakukan pekerjaan secara efektif, untuk

bersikap jujur dalam organisasi, untuk meraih semangat dalam organisasi, untuk

melaksanakan tugas secara kreatif, dan untuk menawarkan gagasan-gagasan yang

inovatif bagi penyempurnaan organisasi, semuanya dipengaruhi oleh komunikasi

(Pace dan Faules, 2001 : 145).

Di dalam organisasi terdapat hubungan formal dan informal. Hubungan

formal yaitu hubungan yang timbul karena adanya organisasi (resmi) orientasinya

lebih kepada pekerjaan. Ini biasanya dilakukan dalam rapat anggota organisasi.

Sedangkan hubungan informal, biasanya berada di luar kedinasan, orientasinya lebih

bersifat pribadi dan dilakukan diluar kantor.

Menurut Goldhaber (Muhammad, 2005 : 34) definisi komunikasi organisasi

adalah pross menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan, hubungan

yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti

atau yang selalu berubah-ubah. Proses di sini adalah organisasi, yaitu suatu sistem

terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar pesan antara

anggotanya. Pesan, merupakan simbol yang penuh arti tentang orang, objek, kejadian

yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang. Jaringan (alur pesan), ciptaan dan

pertukaran pesan dari orang-orang sesamanya yang terjadi melewati satu set jalan

kecil. Keadaan saling tergantung, menunjukkan bahwa organisasi adalah suatu sistem

(21)

Kenaikan kepuasan kerja karyawan akan mengakibatkan kenaikan

produktivitas perusahaan. Seorang karyawan akan lebih bahagia jika ia produktif,

karena itu manajemen di dalam perusahaan harus memperhatikan agar karyawan

selalu merasa puas. Hal ini tentu tidak terlepas dari pimpinan perusahaan, dimana

pemimpin yang demokratis sangat dibutuhkan. Hal ini bertujuan agar pimpinan dapat

mendorong anggotanya untuk berpartisipasi menjalankan tugas organisasinya dengan

cara memberikan sarana, umpan balik, dan menyelesaikan masalah dan keluhan

mereka dengan baik

1.5.3 Arus Komunikasi Dalam Organisasi

Pace dan Faules (2001:157) mengemukakan, dalam organisasi terdapat empat jenis

komunikasi organisasi, yaitu :

1. Downward communication

Yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada

tataran manajemen (atasan) kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi

dari atas ke bawah ini adalah untuk pemberian instruksi kerja, penjelasan

pimpinan untuk perlu menjalankan suatu tugas yang perlu dilaksanakan,

penyampaian informasi mengenai peraturan yang berlaku, serta pemberian

motivasi kepada karyawan untuk berkelakuan baik.

2. Upward communication

Yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim

pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini

adalah untuk menyampaikan informasi tentang pekerjaan ataupun tugas

yang sudah dilaksanakan, penyampaian informasi tentang persoalan

(22)

penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan, penyampaian keluhan

dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.

3. Horizontal variable

Yaitu komunikasi yang berlangsung antara para karyawan ataupun bagian

yang memiliki kedudukan setara. Fungsi arus komunikasi ini adalah untuk

memperbaiki koordinasi tugas, upaya pemecahan masalah, saling berbagi

informasi, upaya pemecahan konflik, serta membina hubungan melalui

kegiatan bersama.

4. Interline communication

Yaitu tindakan komunikasi untuk informasi melewati batas-batas

fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi

lintas-saluran ini, karena biasanya tanggung jawab mereka berhubungan dengan

jabatan fungsional yang berbeda.

1.5.4 Iklim Komunikasi Organisasi

Iklim komunikasi di dalam sebuah organisasi sangatlah penting, karena

secara tidak langsung iklim komunikasi organisasi dapat mempengaruhi cara hidup

orang-orang di dalam sebuah organisasi. Kepada siapa orang-orang berbicara, siapa

saja yang disukai, bagaimana perasaan masing-masing orang, dan bagaimana

perkembangan orang-orang di dalam organisasi tersebut.

Pace dan Faules (2001 : 149) mengatakan iklim komunikasi organisasi terdiri

dari persepsi-persepsi terhadap unsur organisasi dan pengaruhnya terhadap

komunikasi. Pengaruh ini di definisikan, disepakati, dikembangkan, dan dikokohkan

(23)

Pengaruh ini menghasilkan pedoman bagi keputusan-keputusan dan

tindakan-tindakan individu dan mempengaruhi pesan-pesan mengenai organisasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pace dan Faules (2001 : 159)

bahwa ada enam faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi. Keenam

faktor tersebut adalah :

1. Kepercayaan

Pegawai di semua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahannya hubungan yang di dalamnya kepercayaan, keyakinan dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan.

2. Pembuatan keputusan bersama

Semua karyawan diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka. Setiap karyawan harus diberikan kesempatan berkomunikasi dengan manajemen di atas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.

3. Kejujuran

Suasana umum meliputi kejujuran harus mewarnai hubungan dalam organisasi, dan setiap karyawan mampu mengatakan apa yang ada di dalam pemikiran mereka.

4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

Kecuali keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus relatif mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu. Yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya.

5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Karyawan disetiap tingkat dalam organisasi harus mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan personel di setiap tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka.

6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi

Personel di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan berkinerja tinggi-produktifitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah, demikian juga menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.

1.5.5 Kinerja

Kinerja dalam

tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan at

(24)

jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja

telah merosot sehingga

kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda – tanda

peringatan adanya kinerja yang merosot

Menurut Syafarudin Alwi secara teoritis tujuan penilaian kinerja karyawan

dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development

Yang bersifat evaluasi harus menyelesaikan :

1. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi

2. Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision

3. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar mengevaluasi sistem seleksi.

Sedangkan yang bersifat development penilai harus menyelesaikan :

1. Prestasi rill yang dicapai individu

2. Kelemahan- kelemahan individu yang menghambat kinerja

3. Prestasi- prestasi yang dikembangkan.

Kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan suatu yang sangat

bermanfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi adapun secara terperinci

penilaian kinerja bagi organisasi adalah

1. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi

2. Perbaikan kinerja

3. Kebutuhan latihan dan pengembangan

4. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi,

pemecatan

(25)

6. Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai

Hendri Simamora (2001: 415), mengatakan penilaian kinerja adalah suatu

proses denganya suatu organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu. Kegiatan

ini dapat memperbaiki keputusan- keputusan personalia dan memberikan umpan

balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka serta memungkinkan

perusahaan mengetahui seberapa baik seorang karyawan bekerja jika dibandingkan

dengan standar-standar organisasi. Terdapat beberapa indikator kinerja karyawan

yaitu :

1. Loyalitas 2. Semangat kerja 3. Kepemimpinan 4. Kerjasama 5. Prakarsa

6. Tanggung jawab 7. Pencapaian target

1.6 Kerangka Konsep

Konsep sebenarnya adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu

yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama (Bungin,

2001 :148). Konsep menggambarkan suatu fenomena secara abstrak yang dibentuk

dengan jalan membuat generalisasi terhadap sesuatu yang khas (Nazir, 1988 : 148).

Sedangkan Kerlinger menyebut konsep sebagai abstraksi yang dibentuk dengan

menggeneralisasikan hal-hal khusus. Jadi konsep merupakan sejumlah ciri atau

standar umum suatu objek (Rachmad, 2008 : 17).

Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan diatas ada beberapa konsep

(26)

1. Variabel Bebas (X) atau Independence Variable

Variabel bebas adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor di

dalamnya yang adanya menemukan atau mempengaruhi adanya variabel yang

lain (Nawawi, 1995 : 41). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Iklim

Organisasi.

2. Variabel Terikat (Y) atau Dependence Variable

Variabel terikat adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor di

dalamnya yang adanya ditentukan atau dipengaruhi oleh adanya variabel yang

lain (Nawawi, 1995 : 42). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kinerja

Karyawan.

3. Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini karakteristik responden terbagi atas jenis kelamin, usia,

lama bekerja dan bagian staf/ divisi.

1.7Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan

yang terkait antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan pemikiran kerangka teori

dan konsep, maka penelitian ini mengajukan model teoritis seperti bagan di bawah

ini:

Gambar 1

Model Teoritis

Variabel Bebas Variabel Terikat

Variabel (X)

Iklim Organisasi

Variabel (Y)

(27)

1.8 Operasional Variabel

Operasional adalah upaya membuat konsep-konsep yang telah dikelompokkan

ke dalam variabel agar dapat diukur. Berdasarkan kerangka teori dan kerangka

konsep yang telah diuraikan di atas, maka untuk mempermudah penelitian perlu

dibuat operasional variabel-variabel sebagai berikut :

Tabel 1.1

Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas (X)

Iklim Organisasi

• Kepercayaan

• Pembuatan keputusan partisipatif

• Kejujuran

• Keterbukaan

• Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

(28)

1.9Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu penjabaran yang lebih lanjut mengenai

konsep-konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Untuk

memudahkan peneliti dalam meletakkan konsep-konsep dalam dataran operasional

maka dibuat beberapa defenisi operasional sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (X) yaitu Iklim Organisasi, yang terdiri dari :

a. Kepercayaan

Suasana hubungan yang di dalamnya terdapat rasa percaya, keyakinan,

dan kredibilitas yang didukung oleh pernyataan serta tindakan.

b. Pembuatan keputusan partisipatif

Situasi dimana individu di semua tingkatan berperan serta dalam proses

pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.

c. Kejujuran

Suasana yang meliputi rasa jujur yang mewarnai hubungan, mampu

mengatakan apa yang dipikirkan, tanpa mengindahkan kepada siapa

mereka berbicara.

d. Keterbukaan

Suasana umum yang meliputi keterusterangan dalam memperoleh

informasi yang berhubungan langsung.

e. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Setiap tingkat bawahan dalam organisasi mendengarkan dengan

(29)

f. Memikirkan pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi

Komitmen terhadap tujuan perusahaan dengan berkinerja tinggi.

2. Variabel Terikat (Y) yaitu Kinerja Karyawan, yaitu terdiri dari :

a. Loyalitas

Setiap karyawan yang memiliki tingkat loyal yang tinggi pada

perusahaan, mereka akan diberikan posisi yang baik, hal ini dapat dilihat

melalui tingkat absensi ataupun kinerja yang mereka miliki.

b. Semangat kerja

Perusahaan harus menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang

kondusif.

c. Prakarsa

Prakarsa ini perlu dibina dan dimiliki baik itu dalam diri karyawan

ataupun dalam lingkungan perusahaan.

d. Tanggung jawab

Tanggung jawab ini harus dimiliki oleh setiap karyawan baik ia berada

pada level jabatan yang tinggi atau pada level yang rendah.

e. Pencapaian target

Dalam pencapaian target biasanya perusahaan mempunyai

(30)

1.10 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu

kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar

kerja serta panduan dalam verifikasi (Nazir, 1988 : 182). Hipotesis yang peneliti

ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara Iklim Organisasi terhadap Kinerja

Karyawan di PT. Bank Bukopin Cabang Medan

Ha : Terdapat hubungan antara Iklim Organisasi terhadap peningkatan kinerja

(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Komunikasi

Manusia dalam hidupnya setiap hari tidak terlepas dari proses berkomunikasi.

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia

lainnya. Ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan apa yang terjadi di dalam

dirinya sendiri. Rasa keingintahuan inilah yang memaksa manusia perlu

berkomunikasi. Di dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah melakukan

komunikasi dengan dunia sekitarnya akan terisolasi oleh masyarakat. Sehingga dapat

menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya akan membawa orang kehilangan

keseimbangan jiwa (Cangara, 1998 : 1).

Komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communis, yaitu “sama”, sama

disini diartikan sebagai proses penyamaan makna. Jadi komunikasi dapat terjadi

apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh

komunikator dan diterima oleh komunikan. Komunikasi merupakan proses

pengoperasian lambang-lambang yang memiliki makna untuk mengubah pemikiran

orang lain, sikap, serta perilaku (Effendy, 2007:9).

Menurut Everett M. Rogers, komunikasi adalah proses di mana suatu ide

dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud mengubah

tingkah laku mereka. Komunikasi dipandang sebagai suatu proses di mana dua orang

(32)

lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian mendalam (Cangara,

1998 : 20).

Komunikasi menurut Balersoan dan Strainer dalam Fisher, adalah penyampaian

ide, informasi, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui simbol kata, angka,

grafik, dan lain-lain. Menurut Onong Uchana Effendy, komunikasi merupakan

peristiwa penyampaian ide manusia. Brent D. Ruben mengatakan komunikasi

sebagai suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok,

dalam organisasi, dan dalam masyarakat, menciptakan, mengirimkan, dan

menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.

Komunikasi primer yaitu komunikasi yang proses penyampaian pesannya dengan

menggunakan bahasa sebagai media penyampaian pesannya. Bahasa dipilih sebagai

objek verbal dari proses komunikasi (Effendy, 2007 : 12).

Di dalam komunikasi terdapat lima komponen komunikasi, yaitu

komunikator, pesan, saluran atau media, komunikan dan efek. Harold Lasswell

dalam bukunya The Structure and Function of Communication in Society

mengatakan, cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab

pertanyaan sebagai berikut : Who Says What In Which Channel To Whom With What

Effect ? Atau “Siapa mengatakan Apa dengan Saluran apa Kepada Siapa dengan Efek

apa? (Effendy, 1993 : 10).

Gordon Zimmerman (dalam Mulyana, 2005 : 4) merumuskan tujuan kita dalam

berkomunikasi menjadi dua kategori. Yang pertama, kita berkomunikasi untuk

menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kehidupan kita. Seperti, untuk membeli

(33)

hidup. Kemudian yang kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk

hubungan dengan orang lain. Sehingga, disini komunikasi mempunyai fungsi isi,

yang melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas,

dan fungsi hubungan yang melibatkan pertukaran informasi mengenai hubungan kita

dengan orang lain.

Komunikasi memiliki dua fungsi, ada fungsi sosial dan fungsi pengambilan

keputusan. Fungsi sosial bertujuan untuk kesenangan, menunjukkan ikatan dengan

orang lain, serta membangun dan memelihara hubungan. Sedangkan fungsi

pengambilan keputusan, itu bertujuan memutuskan untuk melakukan atau tidak

sesuatu hal pada saat tertentu. Seperti apa yang kita lakukan di pagi hari, apakah

memilih untuk kuliah atau tidak. Sebagian keputusan dibuat sendiri dan sebagian lagi

dibuat setelah berkonsultasi dengan orang lain. Keputusan ada yang bersifat

emosional dan melalui pertimbangan yang matang. Semakin penting keputusan yang

dibuat, maka semakin hati-hati tahapan yang dilalui untuk membuat keputusan

(Mulyana, 2005 : 5).

Kelompok sarjana komunikasi Amerika dalam buku Humman Communication

(1980) membagi komunikasi menjadi lima macam tipe, yaitu, komunikasi

antarpribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi organisasi, komunikasi massa

dan komunikasi publik.

- Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah

komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap

(34)

maupun nonverbal. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah

komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang, seperti hubungan suami

istri, dua sahabat dekat, guru dan murid, dan lainnya.

Biasanya kita menganggap pendengaran dan penglihatan kita sebagai

indera primer, padahal sentuhan dan penciuman juga sama pentingnya dalam

menyampaikan pesan-pesan yang bersifat intim. Komunikasi antarpribadi,

sangat ampuh digunakan untuk mempengaruhi dan membujuk orang lain.

Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab

dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat

kabar, televisi atau teknologi canggih sekalipun seperti telepon genggam dan

e-mail (Mulyana, 2005 :73).

- Komunikasi kelompok kecil

Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang memiliki tujuan

bersama, yang melakukan interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan

bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian

dari kelompok tersebut. Contoh komunikasi kelompok ini adalah komunikasi di

keluarga, tetangga, teman terdekat, kelompok diskusi dan lain sebagainya.

Komunikasi kelompok biasanya merajuk pada komunikasi yang dilakukan

kelompok kecil tersebut (small-group communication) (Mulyana, 2005 : 74).

- Komunikasi Publik

Komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi

(35)

Komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi di mana pesan-pesan

disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang

lebih besar. Komunikasi publik memiliki ciri komunikasi interpersonal

(pribadi), karena berlangsung secara tatap muka, tetapi terdapat beberapa

perbedaan mendasar sehingga memiliki ciri masing-masing.

Dalam komunikasi publik, penyampaian pesan berlangsung secara

kontinu. Dapat didefinisikan siapa yang berbicara (sumber) dan siapa

pendengarnya. Kemudian, pesan yang disampaikan tidak berlangsung secara

spontanitas, melainkan terencana dan telah dipersiapkan lebih awal.

Komunikasi publik biasanya lebih bersifat formal dibandingkan komunikasi

antarpribadi dan komunikasi kelompok (Cangara, 2008 : 35).

- Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang

menggunakan media massa, baik cetak maupun elektronik yang dikelola oleh

suatu lembaga atau orang-orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada

sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen.

Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas

(khusus media elektronik) (Mulyana, 2005 : 75).

Dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi massa

memiliki ciri tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif,

baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan. Pesan

komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat

(36)

komunikasi, maka feedback dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat kepada

penyiar misalnya melalui program interaktif (Cangara, 2008 : 37).

2.2 Komunikasi Organisasi

Stephan P. Robbins menyatakan, organisasi adalah kesatuan (entity) sosial

yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat

diidentifikasi, yang bekerja secara sadar, terus menerus, untuk mencapai tujuan

bersama. Organiasasi merupakan wadah tempat berkumpulnya seluruh anggota

dengan status posisi tertentu yang selalu bergerak menuju tercapainya tujuan

organisasi (Thoha, 1993 : 7).

Komunikasi merupakan suatu bagian yang penting di dalam organisasi.

Komunikasi yang terjadi di dalam organisasi disebut dengan komunikasi organisasi.

Komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi dalam suatu

organisasi yang bersifat formal dan informal dan berlangsung dalam suatu jaringan

yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi sering

melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi dan ada kalanya juga

komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur

organisasi, yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi

horizontal. Sedangkan komunikasi informal tidak tergantung pada struktur

organisasi, seperti komunikasi antarsejawat, juga termasuk gosip di dalamnya

(Mohammad, 2005:34).

Komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses penyampaian informasi,

ide-ide diantara para anggota organisasi secara timabl balik dalam rangka mencapai

(37)

komunikasi organisasi dari beberapa ahli yaitu sebagai berikut (Pace dan Faules,

2001 : 140) :

1. Dance dan Zelko

Komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung mencakup

komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah

komunikasi dalam organisasi itu sendiri, seperti komunikasi dari bawahan

kepada atasannya, komunikasi dari atasan ke bawahan, dan komunikasi sesama

karyawan pada tingkat yang sama. Sedangkan komunikasi eksternal adalah

komunikasi yang dalam penjualan hasil produk, pembuatan iklan, dan hubungan

dengan masyarakat umum. Kemuadian bersama Lesikar, mereka menambahkan

dimensi lain dari komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi di

antara sesama anggota organisasi berupa pertukaran secara informal mengenai

informasi dan perasaan di antara sesama anggota organisasi.

2. Redding dan Saborn

Redding dan Saborn mengatakan, komunikasi organisasi adalah pengiriman dan

penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks, termasuk dalam bidang

ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan

pengelola, komunikasi downward atau komunikasi atasan ke bawahan,

komunikasi upward atau komunikasi bawahan ke atasan, komunikasi horizontal

atau komunikasi dari orang-orang selevel/tingkat dalam organisasi,

keterampilan berkomunikasi, serta berbicara, mendengarkan, menulis, dan

(38)

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan komunikasi organisasi merupakan

proses yang terjadi dalam organisasi, dan di dalamnya proses komunikasi yang

terjadi terbagi dalam empat aspek, yaitu : komunikasi ke bawah (downward

communication), komunikasi ke atas (upward communication), komunikasi

horizontal (horizontal communication) dan komunikasi lintas saluran. Menurut

Wayne Pace (2001 : 143) komunikasi organisasi didefinisikan sebagai pertunjukan

dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari

sesuatu organisasi.

Dalam sebuah teori tentang komunikasi organisasi dikemukakan, bahwa

keputusan-keputusan yang diambil oleh setiap anggota organisasi untuk melakukan

pekerjaan secara efektif, agar dapat bersikap jujur kepada organisasinya dalam

meraih semangat demi organisasi, untuk melaksanakan tugas secara kreatif, serta

untuk menawarkan gagasan-gagasan yang inovatif bagi penyempurnaan

organisasinya ialah dipengaruhi oleh komunikasi (Pace dan Faules, 2001 : 142).

Menurut Goldhaber komunikasi organisasi menciptakan dan saling menukar

pesan dalam satu jaringan, hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk

mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Proses di sini

adalah organisasi, yaitu sistem terbuka dinamis yang menciptakan dan saling

menukar pesan antara anggotanya. Pesan, merupakan simbol yang penuh arti tentang

orang, objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang lain. Jaringan

(alur pesan), ciptaan dan pertukaran pesan dari orang-orang sesamanya yang terjadi

melewati satu set jalan kecil. Keadaan saling tergantung, menunjukkan bahwa

organisasi adalah suatu sistem yang akan berpengaruh antara satu dengan yang

(39)

Organisasi sebagai kerangka kerja (frame of work) dari suatu manajemen

menunjukkan adanya pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas

antara pimpinan dan bawahan dalan suatu sistem manajemen modern. Ada yang

diklasifikasikan sebagai pimpinan dan ada yang betindak sebagai bawahan (Ruslan,

2002 : 88) :

Gambar 2.

Pola Komunikasi dan Pelaksanaan Fungsi Manajemen dalam suatu Organisasi

Top

Middle

Karyawan

Sumber : Ruslan, 2002 : 88

Kenaikan kepuasan kerja karyawan selanjutnya akan mengakibatkan

kenaikan produktifitas perusahaan. Seorang karyawan akan lebih bahagia jika ia

produktif, karena itu manajemen di dalam perusahaan harus memperhatikan agar

karyawannya selalu merasa puas. Hal ini tentu tidak terlepas dari pimpinan

perusahaan, dimana pemimpin yang demokratis sangat dibutuhkan. Hal ini bertujuan

agar pimpinan dapat mendorong anggotanya untuk berpartisipasi menjalankan tugas

organisasinya dengan cara memberikan sarana, umpan balik, dan menyelesaikan

(40)

2.3. Arus Komunikasi Organisasi

Dalam organisasi dikenal adanya susunan organisasi formal dan informal.

Komunikasi organisasi formal mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar

dalam susunan atau struktur organisasi. Adapun komunikasi organisasi informal arus

informasinya sesuai dengan kepentingan dan kehendak masing-masing pribadi yang

ada dalam organisasi tersebut. Proses hubungan komunikasi informal tidak mengikuti

jalur struktural formal berada di bawah, berkomunikasi dengan seseorang di tingkat

pimpinan.

Struktur formal seperti yang dikatakan di atas merupakan karakteristik dari

komunikasi organisasi. Karena itu dalam membicarakan komunikasi secara implisit

adalah proses komunikasi dalam tataran struktur formal. Proses komunikasi dalam

struktur formal tersebut pada hakikatnya dapat dibedakan atas tiga dimensi (Thoha,

1993 : 164).

- Dimensi vertikal

Dimensi komunikasi yang mengalir dari atas ke bawah dan sebaliknya dari

bawah ke atas. Ini melukiskan hubungan kerja antara atasan dan bawahan

dalam struktur organisasi.

- Dimensi horizontal

Pengiriman dan penerimaan berita atau informasi yang dilakukan antara

berbagai pejabat yang mempunyai kedudukan sama. Tujuan dari komunikasi ini

(41)

sebagian dapat dilakukan dengan tertulis dan sebagian lain dilakukan secara

lisan.

- Dimensi luar organisasi

Dimensi organisasi ini muncul sebagai akibat dari kenyataan bahwa suatu

organisasi tidak bisa hidup sendirian dan merupakan bagian dari lingkungannya.

Karena itu organisasi membutuhkan komunikasi dengan pihak luar yang berada

di dalam lingkungannya tersebut.

Pace dan Faules (2001:157) mengemukakan bahwa dalam organisasi,

terdapat empat jenis arus informasi dalam komunikasi organisasi, yaitu :

1. Komunikasi ke Bawah (Downward Communication)

Yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada

pada tataran manajemen (atasan) kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi

dari atas ke bawah ini adalah untuk pemberian instruksi kerja, penjelasan

pimpinan untuk perlu menjalankan suatu tugas yang perlu dilaksanakan,

penyampaian informasi mengenai peraturan yang berlaku, serta pemberian

motivasi kepada karyawan untuk berkelakuan baik.

Katz & Khan menyatakan ada lima jenis informasi yang biasa

dikomunikasikan oleh atasan kepada bawahannya ( Muhammad, 2005 : 108)

yaitu:

a. Informasi bagaimana melakukan pekerjaan

b. Informasi dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan

c. Informasi kebijakan dan praktik-praktik organisasi

(42)

e. Informasi mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission).

Secara umum komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe

(Pace dan Faules, 2005 : 107), yaitu:

a. Instruksi tugas

Instruksi tugas yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai

apa saja yang diharapkan, dilakukan, dan bagaimana melakukannya.

Instruksi tugas yang tepat dan langsung cenderung dihubungkan dengan

tugas yang sederhana dan hanya menghendaki keterampilan serta

pengalaman yang minimal. Biasanya digunakan bagi tugas-tugas yang

kompleks, dimana karyawan diharapkan menggunakan pertimbangan,

keterampilan, dan pengalamannya.

b. Rasional

Rasional dalam pekerjaan maksudnya adalah pesan yang menjelaskan

mengenai tujuan aktifitas dan bagaimana kaitannya dengan aktifitas

yang lainnya dalam objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas dari

komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan

mengenai bawahannya.

c. Ideologi

Ideologi merupakan perluasan dari pesan rasional. Pesan rasional

penekanannya terdapat pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan

perspektif organisasi. Sedangkan pada ideologi sebaliknya mencari

sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat

(43)

d. Informasi

Bermanfaat untuk memperkenalkan bawahan dengan praktek organisasi,

peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan, dan data lain yang

berhubungan dengan instruksi rasional.

e. Balikan

Pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam

melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhana dari balikan ini

adalah pembayaran gaji tetapi dapat juga berupa kritikan atau peringatan

kepada pegawai.

Pada komunikasi ke bawah, persoalan komunikasi yang sering muncul adalah

persoalan relevansi dan ketepatan isi pesan dan informasi dimana pesan dan

informasi tersebut telah mengalami distorsi, gangguan, penyaringan (filtering),

ataupun arti pesan yang telah dilebih-lebihkan (exaggeration), serta waktu (timing)

penyampaian yang tidak tepat (Muhammad, 2005 : 110).

2. Komunikasi ke Atas (Upward communication)

Yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan

kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah untuk

menyampaikan informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan,

penyampaian informasi tentang persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat

diselesaikan oleh bawahan, penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan,

penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.

Tujuan komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran,

dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan

(44)

pembaharuan. Dapat dikatakan, komunikasi pada tingkatan ini merupakan sarana

atau mekanisme umpan balik (feedback) dari bawahan kepada atasannya.

Sharma (dalam Muhammad, 2005 : 118) mengatakan terdapat kesulitan

dalam menyampaikan informasi kepada atasan disebabkan beberapa faktor,

diantaranya sebagai berikut :

a. Kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan perasaan dan pikirannya.

Banyak penelitian yang mengatakan, banyak karyawan yang merasa mereka

akan mendapatkan kesulitan jika menyatakan apa yang sebenarnya menurut

pikiran mereka kepada atasan. Sebab itu banyak di antara mereka yang

mengambil jalur aman dengan mengikuti apa saja yang disampaikan

pimpinannya.

b. Perasaan karyawan bahwa pimpinan tidak tertarik kepada masalah mereka.

Karyawan sering melaporkan bahwa pimpinan mereka tidak prihatin

terhadap masalah mereka. Pimpinan dapat tidak merespon masalah

karyawan dan bahkan menahan beberapa komunikasi ke atas, karena akan

membuat pimpinan kurang baik menurut pandangan atasan yang lebih

tinggi.

c. Kurangnya penghargaan terhadap karyawan yang berkomunikasi ke atas.

Sering kali pimpinan tidak memberikan panghargaan yang nyata kepada

karyawan untuk memelihara keterbukaan komunikasi ke atas.

d. Perasaan karyawan bahwa pimpinan tidak dapat menerima dan merespon

apa yang dikatakan oleh karyawannya. Pimpinan terlalu sibuk dalam

(45)

3. Komunikasi Horizontal (Horizontal variable)

Yaitu komunikasi yang berlangsung antara para karyawan ataupun bagian

yang memiliki kedudukan setara. Fungsi arus komunikasi ini adalah untuk

memperbaiki koordinasi tugas, upaya pemecahan masalah, saling berbagi informasi,

upaya pemecahan konflik, serta membina hubungan melalui kegiatan bersama.

Komunikasi horizontal memiliki tujuan tertentu (Muhammad, 2005 : 107) ,

diantaranya :

a. Mengkoordinasikan tugas-tugas. Kepala bagian dalam suatu organisasi

kadang perlu mengadakan rapat atau pertemuan untuk mendiskusikan

begaimana tiap bagian memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan

organisasi.

b. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktifitas, ide dari banyak

orang biasanya akan lebih baik daripada ide satu orang. Karena itu

komunikasi horizontal sangat diperlukan untuk mencari ide yang lebih baik.

Dalam merancang suatu program latihan atau program hubungan dengan

masyarakat, anggota dari bagian perlu saling membagi informasi untuk

membuat perencanaan apa yang akan dilakukan.

c. Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang berada dalam

tingkat yang sama. Dengan adanya keterlibatan, dalam memecahkan

masalah akan menambah kepercayaan dan moral dari karyawan.

d. Menyelesaikan konflik di antara anggota yang ada di dalam bagian

organisasi dan juga di antara bagian satu ke bagian yang lainnya. Dalam

penyelesaian konflik bermanfaat dalam perkembangan sosial dan emosional

(46)

e. Komunikasi horizontal menjamin pemahaman yang sama. Jika di dalam

suatu organisasi terdapat perubahan, maka diperlukan pemahaman yang

sama antara unit-unit organisasi tersebut tentang perubahan yang terjadi

tersebut, dengan mengadakan rapat untuk menyepakati perubahan yang ada.

f. Mengembangkan sokongan interpersonal, karena sebagian besar waktu kerja

karyawan berinteraksi dengan rekan kerjanya maka mereka memperoleh

sokongan hubungan interpersonal dari rekan sekerjanya. Hal ini dapat

menguatkan hubungan antara sesama karyawan dan membantu kekompakan

dalam kerja kelompok.

Komunikasi horizontal sangat penting dalam mengkoordinasi setiap tugas

yang diberikan atasan kepada karyawannya di setiap bagian. Tetapi bagian di dalam

setiap organisasi menghalangi terjadinya komunikasi horizontal. Menurut Khan dan

Katz, organisasi yang lebih otoriter mengontrol dengan ketat komunikasi horizontal.

Keterbatasan informasi menambah kekuasaan bagi pimpinan untuk berkuasa.

Sehingga meningkatkan keterbatasan komunikasi horizontal bawahan menjadi

tergantung kepada informasi yang disampaikan secara vertikal (Muhammad, 2005 :

109).

4. Komunikasi Lintas Saluran (Interline communication)

Yaitu tindakan komunikasi untuk informasi melewati batas-batas fungsional.

Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran ini, karena

biasanya tanggung jawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional yang

berbeda (Thoha, 1993 : 162).

Komunikasi lintas saluran terjadi jika karyawan berkomunikasi dengan yang

(47)

informal atau pribadi. Arus informasi mengalir ke atas, bawah, maupun secara

horizontal tanpa memperhatikan posisi kedinasan. Komunikasi ini menyebabkan

informasi pribadi muncul dari setiap interaksi yang dilakukan tanpa diperkirakan

terlebih dulu.

Di dalam jaringan komunikasi, informasi lebih diikenal dengan desas-desus

atau kabar angin, dalam istilah ini desas-desus dikatakan sebagai metode untuk

menyampaikan rahasia pribadi dari satu orang ke yang lainnya, yang tidak dapat

diperoleh melalui percakapan di jaringan komunikasi formal. Walaupun desas-desus

membawa informasi yang informal, tetapi juga memiliki manfaat bagi organisasi.

Desas-desus juga memberikan feedback kepada pimpinan mengenai sentimen

karyawannya, sehingga dapat membantu menerjemahkan pengarahan pimpinan ke

dalam bahasa yang lebih mudah dipahami karyawannya (Thoha, 1993 : 165).

2.4 Iklim Komunikasi Organisasi

Iklim komunikasi organisasi merupakan pengalaman yang lebih bersifat

objektif mengenai lingkingan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota

organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam

organisasi (Muhammad, 2005 : 86). Iklim komunikasi sangat penting, karena secara

tidak langsung dapat mempengaruhi cara hidup orang-orang di dalam sebuah

organisasi. Kepada siapa orang-orang berbicara, siapa saja yang disukai, bagaimana

perasaan masing-masing orang, dan bagaimana perkembangan orang-orang di dalam

organisasi tersebut.

Iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam

(48)

mempercayai mereka dan memberi kebebasan dalam mengambil resiko. Yang

menjadi persoalan dalam iklim komunikasi adalah (Pace dan Faules, 2001 : 86). :

- Persepsi mengenai sumber komunikasi dari hubungannya dalam organisasi yang

meliputi rasa puas, pentingnya sumber-sumber itu, percaya, dan terbuka.

- Persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi yang meliputi

jumlah kecocokan, kegunaan dan ketepatan atau tidaknya informasi yang

diterima.

- Persepsi mengenai organisasi yang meliputi keterlibatan anggota organisasi

dalam pembuatan keputusan, tujuan yang dipahami, penghargaan serta sistem

yang terbuka.

Pace dan Faules mengatakan, unsur-unsur dalam organisasi (anggota,

pekerjaan, praktik yang berhubungan dengan pengolahan, struktur dan pedoman)

dipahami secara selektif untuk menciptakan evaluasi dan reaksi yang menunjukkan,

apa yang dimaksud oleh setiap unsur dasar tersebut, dan seberapa baik unsur ini

beroperasi bagi kebaikan anggota organisasi. Misalnya, informasi yang cukup

merupakan sebuah indikasi untuk para anggota organisasi mengenai seberapa baik

unsur-unsur dasar organisasi itu berfungsi bersama-sama untuk menyediakan

informasi bagi mereka (Pace dan Faules, 2001 : 153).

Persepsi atas kondisi kerja, penyediaan, upah kenaikan pangkat, hubungan

dengan rekan, hukum dan peraturan organisasi, praktik pengambilan keputusan,

sumber daya yang tersedia, dan cara memotivasi kerja anggota organisasi semuanya

yang membentuk suatu badan informasi yang membangun iklim komunikasi

organisasi. Unsur dalam organisasi tidak secara langsung menciptakan iklim

(49)

anggota organisasi mengenai nilai, hukum, serta peraturan tersebut. Jadi, tidak semua

unsur-unsur secara otomatis menciptakan iklim komunikasi organisasi, tapi

tergantung pada persepsi anggota organisasi mengenai unsur tersebut.

Dari penelitian Pace dan Peterson, menunjukkan bahwa paling sedikit ada

enam faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi (Pace dan Faules,

2001). Keenam faktor tersebut adalah :

1. Kepercayaan

Personel di semua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan

mempertahankan hubungan yang di dalamnya kepercayaan, keyakinan, dan

kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan.

2. Pembuatan keputusan bersama

Para pegawai di semua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan

berkonsultasi mengenai semua masalah dalam wilayah kebijakan organisasi

yang relevan dengan kedudukan mereka. Para pegawai di semua tingkat harus

diberi kesempatan berkomunikasi dengan manajemen di atas mereka agar

berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.

3. Kejujuran

Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai

hubungan dalam organisasi, dan para pegawai mampu mengatakan apa yang

ada dalam pikiran mereka tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara

kepada teman sejawat, bawahan, atau atasan.

4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

Kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus relatif

(50)

mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk

mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian lainnya,

dan berhubungan luas dengan perusahaan organisasinya, para pimpinan dan

rencana-rencananya.

5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Personel disetiap tingkat dalam organisasi harus mendengarkan saran dan

laporan masalah yang dikemukakan personil di setiap tingkat bawahan dalam

organisasi secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari

bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada

petunjuk yang berlawanan.

6. Perhatian pada tujuan berkinerja tinggi

Personel di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen

terhadap tujuan berkinerja tinggi, produktifitas tinggi, biaya rendah, demikian

pula menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.

2.5 Kinerja

Kinerja adalah sebagai seluruh hasil yang diproduksi pada fungsi pekerjaan

atau aktifitas khusus selama periode khusus. Kinerja keseluruhan pada pekerjaan

adalah sama dengan jumlah atau rata-rata kinerja pada fungsi pekerjaan yang

penting. Fungsi yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut akan dilakukan dan tidak

dilakukan dengan karakteristik kinerja individu. Kinerja seseorang merupakan

kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil

kerjanya. Secara definitif Bernadin dan Russell menjelaskan kinerja merupakan

catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan selama

(51)

Kinerja (peformance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

visi, dan misi organisasi yang tertuang dalam strategi perencanaan suatu organisasi.

Istilah kinerja sering digunakan untuk meraih prestasi atau tingkat keberhasilan

individu maupun kelompok. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau

kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.

Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan atau target tertentu yang hendak dicapai

(Mahsun, 2006 : 25).

Menurut Sunarto (2003), kinerja yang tinggi dapat tercapai karena

kepercayaan (trust) timbal balik yang tinggi di antara anggota-anggotanya. Artinya

para anggotanya mempercayai integritas, karakteristik, dan kemampuan setiap

anggota lain. Untuk mencapai kinerja yang tinggi memerlukan waktu yang lama untu

membangunnya, memerlukan kepercayaan, dan menuntut perhatian yang seksama

dari pihak manajemen perusahaan (Mahsun, 2006 : 156).

Tyson dan Jackson mengatakan, perubahan yang mempengaruhi harga diri

mereka. Kinerja merupakan salah satu aspek harga diri, jika harga diri rendah maka

kinerja individu pun rendah. Hubungan tersebut tidak sederhana seperti yang hendak

dinyatakan, tetapi jelas arah kinerja dan harga diri berkaitan erat (Mahsun, 2006 :

239).

Dalam organisasi kinerja merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya

tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau menejer sering tidak

memperhatikan kinerja karyawannya kecuali jika telah teramat buruk atau segala

sesuatu menjadi serba salah. Terlalu sering menejer tidak mengetahui betapa

Gambar

Gambar 2.
Gambar 3. Hirarki Kebutuhan dari Maslow
Tabel 3.1 Penarikan Sampel
Tabel 4.4 Divisi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan dari penelitian ini adalah dengan pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar gerak dasar lari pada peserta didik kelas IV SD Negeri Sambi 3 Sambirejo

The purposes of the present study were to evaluate the extent to which individual rainbow trout consistently showed low or high responses in serum concentrations of cortisol,

Obat tradisional adalah ramuan bahan alami yang belum dimurnikan, berasal.. dari tumbuhan, hewan dan mineral, yang digunakan untuk

v Kos Griyananda : Apin, Hilfi, Pepy, Ina, Wati, Nita, Danik, Puput, Silvi, mbak Ratih, mbak Bror, mbak Lala, mbak Devi, mbak Wulan, mbak Uly, mbak Sya, mbak Iis, mbak Andri,

an di daerah bagi para masyarakat yang membutuhkanq.. rnerlukan banttian, ha1 ini sudah dijadikan rutinitas

Maka lewat tulisan ini akan dikaji mengenai perbandingan antara teori perkembangan Islam dengan studi teori perkembangan secara umumnya, serta faktor-faktor yang

Hasil Perhitungan Regresi Berganda dari Variabel yang Bepengaruh Terhadap Jumlah Penjualan pada Uasaha Industri Meubel Kayu di Kota

suatu alat pentakar dan pemberi makan ikan, yang dengan otomatis mentakar dan. memberi makan ikan sesuai dengan jam, keadaan dan