• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis unsur dalam butir darah hipertensi dan non-hipertensi menggunakan metode analisis aktivasi neutron

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis unsur dalam butir darah hipertensi dan non-hipertensi menggunakan metode analisis aktivasi neutron"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

WAHYU SUGIARTO. Analisis Unsur dalam Butir Darah Hipertensi dan Non-hipertensi Menggunakan Metode Analisis Aktivasi Neutron. Dibimbing oleh ETI ROHAETI dan Th. RINA MULYANINGSIH.

Komposisi unsur-unsur dalam darah diduga berkaitan dengan timbulnya hipertensi. Dalam penelitian ini, unsur dalam cuplikan butir darah hipertensi dan non-hipertensi dianalisis menggunakan metode analisis aktivasi neutron (AAN). Analisis kualitatif menunjukkan 34 unsur berhasil dideteksi dalam cuplikan butir darah hipertensi dan 38 unsur pada non hipertensi. Namun, dari jumlah tersebut hanya sembilan unsur layak dianalisis secara kuantitatif, yang memiliki kesalahan penghitungan kurang dari 10%, yaitu Na, Cl, K, Br, Zn, Rb, Co, Fe, dan Cs. Konsentrasi unsur-unsur tersebut dalam butir darah hipertensi berturut-turut sebesar 5665,87; 6460,70; 6630,71; 11,85; 29,78; 27,79; 0,56; 2522,50; dan 0,33 mg/kg. Sementara, konsentrasi dalam butir darah non hipertensi masing-masing sebesar 4615,37; 6677,14; 6657,36; 11,53; 26,87; 27,43; 0,34; 18440,4; dan 0,18 mg/kg. Berdasarkan hasil uji regresi logistik biner, unsur Co dan Cs memiliki hubungan positif terhadap timbulnya penyakit hipertensi. Sebaliknya, unsur Fe memiliki hubungan negatif.

ABSTRACT

WAHYU SUGIARTO. Elemental Analysis of Hypertension and Non-hypertension Packed Blood Cells Using Neutron Activation Analysis Method. Supervised by ETI ROHAETI and Th. RINA MULYANINGSIH.

(2)

1

PENDAHULUAN

Unsur kimia dalam tubuh memiliki berbagai fungsi penting. Seperti diketahui, kekurangan suatu unsur kimia dapat mengakibatkan timbulnya gangguan metabolisme. Namun, kelebihan suatu unsur kimia juga membahayakan tubuh karena dapat menimbulkan keracunan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis unsur mineral dalam tubuh karena dapat menunjukkan kondisi kesehatan seseorang (Rao 2005). Berbagai faktor dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Salah satu faktor tersebut ialah pola makan. Pola makan yang cenderung mengkonsumsi makanan siap saji yang mengandung nilai gizi rendah dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif. Salah satu penyakit degeneratif yang dapat timbul ialah tekanan darah tinggi (Muhaimin 2008).

Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan kondisi meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh arteri. Penyakit hipertensi tidak memiliki gejala khusus bagi penderitanya sehingga banyak kasus hipertensi yang tidak terdeteksi (Sudoyoet al. 2006). Prevalensi penyakit hipertensi secara nasional sebesar 31,7% (KEMENKES 2010).

Berbagai faktor dapat menyebabkan timbulnya penyakit hipertensi. Salah satu penyebabnya ialah adanya gangguan kesetimbangan cairan dalam tubuh akibat transpor zat-zat elektrolit, seperti Na, Cl, dan K (Isnanta 2009). Beberapa unsur esensial, seperti Zn, Fe, dan Cu yang berperan dalam reaksi enzim secara tidak langsung juga mempengaruhi tekanan darah dalam tubuh (Saltman 2008). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh unsur dalam tubuh terhadap timbulnya hipertensi (Asaolu et al. 2010). Unsur mineral dalam tubuh dapat dianalisis dari beberapa cuplikan dari tubuh, seperti darah, urin, cairan cerebrospinal, dan feses. Namun, secara umum keberadaan mineral dalam tubuh cenderung lebih banyak ditemukan dalam darah karena darah berperan dalam sistem transpor tubuh (Rossete 2002).

Sampai saat ini, telah banyak dilakukan penelitian mengenai hubungan konsentrasi unsur dalam tubuh dengan penyakit dalam tubuh. Analisis unsur dalam tubuh memerlukan metode analisis yang sensitif karena kadarnya yang sangat kecil (orde ppm) (Djokowidodo 1990). Metode umum yang sering digunakan antara lain spektroskopi massa, metode fluoresens sinar-X, spektroskopi serapan atom, spektroskopi

emisi atom, dan metode analisis aktivasi neutron (AAN) (Moon et al. 2007). Metode AAN merupakan metode analisis yang berbasis nuklir. Kelebihan Metode AAN dibandingkan metode analisis lain ialah limit deteksi yang rendah, sensitivitas yang baik, non dekstruktif dan simultan. Namun, metode AAN memiliki beberapa kekurangan, yaitu hanya dapat menganalisis unsur dalam bentuk bebas, biaya analisisnya yang mahal, dan hanya dapat dilakukan pada laboratorium yang berbasis nuklir (Sutisna 2008).

Metode AAN telah valid untuk pengujian unsur dalam cuplikan biologis, seperti SRM NIST 1573a Tomato Leaves dan 1577b Bovine Liver(Ramzy 2008). Dalam penelitian ini, metode AAN digunakan untuk analisis unsur dalam butir darah hipertensi dan non-hipertensi. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara unsur yang terdapat dalam butir darah dengan kecenderungan timbulnya hipertensi. Untuk kontrol mutu kualitas hasil analisis digunakan bahan standar IAEA A-13 Freezed Dried Animal Blooddan SRM NIST 1577bBovine Liver.

TINJAUAN PUSTAKA

Darah

Sistem sirkulasi dalam tubuh merupakan sistem yang berfungsi untuk menyalurkan zat-zat esensial ke seluruh bagian tubuh. Komponen penting dalam sisitem sirkulasi tubuh ialah darah. Darah merupakan suatu suspensi partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung elektrolit (Anderson 2003). Darah mengandung berbagai unsur mineral, seperti Ca (kalsium), Cl (klor), K (kalium), Fe (besi), P (fosfor), Cu (tembaga), Na (natrium), dan Mg (magnesium). Banyaknya unsur mineral yang terkandung dalam darah disebabkan karena darah berfungsi menyalurkan zat-zat esensial ke seluruh bagian tubuh (Rosette 2002). Darah manusia dapat digunakan untuk analisis klinis pada diagnosa medis karena darah mengandung zat-zat kimia dalam tubuh dan mudah diperoleh dari tubuh.

Darah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu serum darah dan sel (butir) darah. Komponen yang terkandung dalam serum darah antara lain protein plasma, zat-zat pembekuan, dan enzim (Anderson 2003).

(3)

1

PENDAHULUAN

Unsur kimia dalam tubuh memiliki berbagai fungsi penting. Seperti diketahui, kekurangan suatu unsur kimia dapat mengakibatkan timbulnya gangguan metabolisme. Namun, kelebihan suatu unsur kimia juga membahayakan tubuh karena dapat menimbulkan keracunan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis unsur mineral dalam tubuh karena dapat menunjukkan kondisi kesehatan seseorang (Rao 2005). Berbagai faktor dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Salah satu faktor tersebut ialah pola makan. Pola makan yang cenderung mengkonsumsi makanan siap saji yang mengandung nilai gizi rendah dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif. Salah satu penyakit degeneratif yang dapat timbul ialah tekanan darah tinggi (Muhaimin 2008).

Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan kondisi meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh arteri. Penyakit hipertensi tidak memiliki gejala khusus bagi penderitanya sehingga banyak kasus hipertensi yang tidak terdeteksi (Sudoyoet al. 2006). Prevalensi penyakit hipertensi secara nasional sebesar 31,7% (KEMENKES 2010).

Berbagai faktor dapat menyebabkan timbulnya penyakit hipertensi. Salah satu penyebabnya ialah adanya gangguan kesetimbangan cairan dalam tubuh akibat transpor zat-zat elektrolit, seperti Na, Cl, dan K (Isnanta 2009). Beberapa unsur esensial, seperti Zn, Fe, dan Cu yang berperan dalam reaksi enzim secara tidak langsung juga mempengaruhi tekanan darah dalam tubuh (Saltman 2008). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh unsur dalam tubuh terhadap timbulnya hipertensi (Asaolu et al. 2010). Unsur mineral dalam tubuh dapat dianalisis dari beberapa cuplikan dari tubuh, seperti darah, urin, cairan cerebrospinal, dan feses. Namun, secara umum keberadaan mineral dalam tubuh cenderung lebih banyak ditemukan dalam darah karena darah berperan dalam sistem transpor tubuh (Rossete 2002).

Sampai saat ini, telah banyak dilakukan penelitian mengenai hubungan konsentrasi unsur dalam tubuh dengan penyakit dalam tubuh. Analisis unsur dalam tubuh memerlukan metode analisis yang sensitif karena kadarnya yang sangat kecil (orde ppm) (Djokowidodo 1990). Metode umum yang sering digunakan antara lain spektroskopi massa, metode fluoresens sinar-X, spektroskopi serapan atom, spektroskopi

emisi atom, dan metode analisis aktivasi neutron (AAN) (Moon et al. 2007). Metode AAN merupakan metode analisis yang berbasis nuklir. Kelebihan Metode AAN dibandingkan metode analisis lain ialah limit deteksi yang rendah, sensitivitas yang baik, non dekstruktif dan simultan. Namun, metode AAN memiliki beberapa kekurangan, yaitu hanya dapat menganalisis unsur dalam bentuk bebas, biaya analisisnya yang mahal, dan hanya dapat dilakukan pada laboratorium yang berbasis nuklir (Sutisna 2008).

Metode AAN telah valid untuk pengujian unsur dalam cuplikan biologis, seperti SRM NIST 1573a Tomato Leaves dan 1577b Bovine Liver(Ramzy 2008). Dalam penelitian ini, metode AAN digunakan untuk analisis unsur dalam butir darah hipertensi dan non-hipertensi. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara unsur yang terdapat dalam butir darah dengan kecenderungan timbulnya hipertensi. Untuk kontrol mutu kualitas hasil analisis digunakan bahan standar IAEA A-13 Freezed Dried Animal Blooddan SRM NIST 1577bBovine Liver.

TINJAUAN PUSTAKA

Darah

Sistem sirkulasi dalam tubuh merupakan sistem yang berfungsi untuk menyalurkan zat-zat esensial ke seluruh bagian tubuh. Komponen penting dalam sisitem sirkulasi tubuh ialah darah. Darah merupakan suatu suspensi partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung elektrolit (Anderson 2003). Darah mengandung berbagai unsur mineral, seperti Ca (kalsium), Cl (klor), K (kalium), Fe (besi), P (fosfor), Cu (tembaga), Na (natrium), dan Mg (magnesium). Banyaknya unsur mineral yang terkandung dalam darah disebabkan karena darah berfungsi menyalurkan zat-zat esensial ke seluruh bagian tubuh (Rosette 2002). Darah manusia dapat digunakan untuk analisis klinis pada diagnosa medis karena darah mengandung zat-zat kimia dalam tubuh dan mudah diperoleh dari tubuh.

Darah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu serum darah dan sel (butir) darah. Komponen yang terkandung dalam serum darah antara lain protein plasma, zat-zat pembekuan, dan enzim (Anderson 2003).

(4)

2

(Moon et al. 2007). Sel (butir) darah dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping-keping darah (trombosit). Eritrosit merupakan komponen terbesar dalam darah. Eritrosit mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat oksigen terlarut dalam darah. Leukosit merupakan komponen darah yang berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh karena leukosit mampu memusnahkan zat-zat yang dianggap asing bagi tubuh, seperti bakteri dan virus. Komponen darah yang terakhir ialah trombosit. Trombosit merupakan komponen terkecil dalam darah yang befungsi dalam proses pembekuan darah ketika tubuh terluka dengan cara menutup jaringan yang sobek.

Unsur Mineral dalam Tubuh Unsur mineral memiliki berbagai fungsi bagi tubuh, antara lain sebagai kofaktor enzim dalam reaksi kimia dalam tubuh dan sintesis hormon (Griesel et al. 2006). Berdasarkan fungsinya dalam tubuh, mineral dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu mineral esensial dan mineral non esensial. Mineral esensial ialah mineral yang dibutuhkan dalam proses fisiologis mahkluk hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukkan organ. Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tubuh, mineral esensial dibagi menjadi dua jenis, yaitu mineral makro esensial dan mineral mikro esensial.

Mineral makro esensial merupakan mineral yang menyusun hampir 1% dari total berat badan manusia dan dibutuhkan oleh tubuh lebih dari 100 mg/hari. Mineral mikro esensial merupakan mineral yang dibutuhkan dengan jumlah kurang dari 100 mg/hari dan menyusun lebih kurang 0.01% berat badan. Mineral yang termasuk dalam kategori mineral makro esensial ialah Ca (kalsium), P (fosfor), Mg (magnesium), S (sulfur), K (kalium), Cl (klorida), dan Na (natrium). Sedangkan mineral mikro esensial terdiri dari Cr (kromium), Cu (tembaga), F (fluor), I (yodium), Fe (besi), Mn (mangan), Si (silikon), dan Zn (seng) (Santoso 2008).

Mineral non esensial merupakan logam yang peranannya dalam tubuh belum diketahui dan kandungannya dalam tubuh relatif kecil. Bila kandungan dalam tubuh tinggi, maka dapat bersifat toksik sehingga merusak organ tubuh. Unsur yang termasuk dalam mineral non esensial ialah Pb (timbal), Hg (merkuri), As (arsen), Cd (kadmium), dan Al (aluminium) (Darmono 1995).

Hipertensi

Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan suatu fenomena meningkatnya tekanan yang diberikan darah terhadap pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah biasanya terjadi pada pembuluh darah arteri (Muhaimin 2008). Peningkatan tekanan dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer. Beberapa faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer yang dapat mempengaruhi tekanan darah antara lain asupan garam, stres, obesitas, dan faktor genetik (Suheni 2007). Selain itu, beberapa unsur esensial seperti Zn, Fe, dan Cu yang berperan dalam reaksi enzim secara tidak langsung juga mempengaruhi tekanan darah dalam tubuh (Saltman 2008).

Penyakit hipertensi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan penyakit hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui. Hipertensi primer dapat timbul akibat interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu, seperti stres, obesitas, merokok, genetis, diet makanan, dan asupan garam (Sudoyo et al. 2006). Sedangkan hipertensi sekunder dapat timbul akibat kelainan fungsi ginjal, penyakit hormonal, dan pemakaian obat-obatan (Isnanta 2009).

Diagnosa penyakit hipertensi dapat

dilakukan menggunakan alat

sphygmomanometer. Pada pemeriksaan tekanan darah didapat tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan darah dalam tubuh dinyatakan dengan teknan sistolik per tekanan diastolik. Pengukuran tekanan darah tidak hanya untuk diagnosa penyakit hipertensi, tetapi dapat pula untuk menggolongkan tingkat-tingkat penyakit hipertensi. Tabel 1 berikut menunjukkan tingkat-tingkat penyakit hipertensi. Tingkat Hipertensi Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg) Normal 120 dan 80

Prahipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi

140-159 atau 90-99 derajat 1

Hipertensi

≥ 160 atau ≥ 100

derajat 2

Tabel 1 Tingkat-tingkat penyakit hipertensi

(5)

3

Analisis Aktivasi Neutron (AAN) Aktivasi neutron merupakan proses pengaktifan inti atom menggunakan iradiasi neutron sehingga dihasilkan spesi radioaktif (radionuklida). Jumlah radionuklida yang dihasilkan dari proses iradiasi neutron sebanding dengan jumlah target inti atom yang diiradiasi, jumlah neutron yang digunakan untuk aktivasi, dan faktor kemungkinan terjadinya aktivasi (Parry 1991). Spesi radioaktif yang dihasilkan dari proses iradiasi berupa partikel alfa, beta, dan sinar gamma. Pada metode AAN, partikel gamma digunakan sebagai dasar analisis.

Produksi radiasi gamma didasarkan pada reaksi penangkapan neutron termal oleh inti

sasaran (n,γ). Inti atom yang diiradiasi dengan

neutron akan terinduksi sehingga menjadi aktif. Dalam keadaan aktif tersebut, inti atom berada dalam kondisi tidak stabil (metastabil). Untuk mencapai keadaan stabil, inti atom tersebut akan melepaskan kelebihan energinya melalui transisi isomerik yang diikuti dengan emisi sinar-γ. Sinar-γ yang diemisikan

tersebut bersifat spesifik untuk suatu radionuklida tertentu dan sifat ini digunakan untuk mengidentifikasi radionuklida hasil aktivasi (Sutisna 2003). Jumlah proton dan neutron sebelum dan sesudah iradiasi tidak mengalami perubahan (transisi isomerik), tetapi tingkat energi dari inti atom mengalami perubahan sehingga inti atom berubah menjadi keadaan stabil (Hendriyanto 2003). Mekanisme produksi sinar-γ dari proses

iradiasi ialah sebagai berikut:

Gambar 1 Mekanisme produksi sinar-γ dari proses

iradiasi (Hendriyanto 2003)

Metode AAN memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari metode analisis aktivasi neutron ialah memiliki sensitivitas yang tinggi

dibandingkan metode analisis lain, dapat menganalisis unsur secara simultan sehingga efisien dalam penggunaan cuplikan, limit deteksi rendah (orde ppm), tidak merusak cuplikan, serta tingkat akurasi dan presisi yang tinggi. Kekurangan dari metode AAN ialah hanya dapat menganalisis unsur dalam kondisi bebasnya (tidak terikat) dan hanya dapat dilakukan di laboratorium yang memiliki fasilitas iradiasi.

Metode Komparatif dan k0-AAN Metode Komparatif

Metode komparatif merupakan metode yang umum digunakan dalam laboratorium. Dalam metode ini digunakan bahan standar sebagai pembanding yang komposisi dan konsentrasi dari bahan standar tersebut telah diketahui (Mulyaningsih 2008). Analisis aktivasi neutron berbasis metode komparatif merupakan metode yang stabil dan memiliki akurasi serta presisi yang relatif baik.

Metode komparatif memiliki beberapa kekurangan, seperti preparasi dan iradiasi cuplikan maupun bahan standar tidak efisien karena banyak menyita waktu, penghitungan konsentrasi unsur bergantung pada ketersediaan unsur yang terdapat dalam bahan standar, penghitungan limit deteksi dari unsur lain tidak dapat ditentukan bila unsur tersebut tidak terdapat dalam bahan standar, dan tidak ada jaminan akan dicapai kondisi iradiasi yang identik untuk cuplikan dan bahan standar (Sutisnaet al. 2008). Metode komparatif baik untuk menghitung konsentrasi unsur yang memiliki waktu paro pendek. Hal ini dikarenakan fasilitas iradiasi yang ada di reaktor tidak mendukung untuk penentuan waktu mulai iradiasi dan akhir iradiasi secara cepat. Padahal waktu peluruhan cuplikan pascairadiasi sangat diperhitungkan untuk penentuan unsur dengan waktu paro pendek.

Pada metode komparatif, bahan standar dan cuplikan diiradiasi bersamaan dan selanjutnya dicacah secara berurutan pada detektor dengan posisi yang sama. Dengan diletakkan pada posisi geometri yang sama, maka faktor koreksi geometri pada metode komparatif diabaikan. Persamaan yang digunakan untuk menentukan massa unsur dalam cuplikan dengan metode komparatif adalah sebagai berikut:

Wa = st

st st da a

W

t

Exp

cps

t

Exp

cps

.

)

.

(

)

(

)

.

(

)

(

(6)

4

Wa = kadar unsur dalamcuplikan (μ g/g);

Wst = kadar unsur dalam standar (µg/g); (Cps)a = laju cacah radionuklida cuplikan

(luas spektrum/detik);

(Cps)st = laju cacah radionuklida bahan standar (luas spektrum/detik);

λ = ln2/t1/2(detik-1);

tda = waktu peluruhan radionuklida cuplikan (detik);

tst = waktu peluruhan radionuklida standar

(detik);

t1/2 = waktu paro unsur (detik).

Metode k0-AAN

Metode k0-AAN diperkenalkan pertama

kali oleh Simontis pada tahun 1975 dan dikembangkan oleh F.D. Corte pada tahun 1987. Teknik ini berkembang pesat di wilayah Eropa, khususnya Hongaria, Jerman, dan Belanda (Sutisna 2001). Prinsip analisis menggunakan metode k0-AAN ialah dengan

menghitung fluks neutron termal selama iradiasi. Fluks neutron termal dihitung menggunakan logam Au197 sebagai komparator (Soliman et al. 2010). Bahan komparator yang umum digunakan ialah paduan Al-0.1% Au yang dikeluarkan oleh Institute for Reference Material and Measurements-IRRM (Sutisna et al. 2008). Penggunaan paduan logam alumunium dikarenakan logam tersebut tahan terhadap gamma heat saat proses iradiasi dan logam alumunium merupakan unsur dengan waktu paro pendek sehingga mudah meluruh.

Penentuan kadar unsur dengan metode k0

-AAN dihitung menggunakan peranti lunak k0-IAEA. Untuk menghitung kosentrasi unsur

dengan perangkat lunak k0-IAEA terdapat

beberapa parameter yang diperlukan, antara lain: data tentang cuplikan yang dianalisis, data mengenai proses penyiapan cuplikan, data mengenai aktivasi cuplikan, dan data mengenai pencacahan cuplikan. Persamaan yang digunakan untuk menentukan massa unsur dengan metode k0-AAN ialah sebagai

berikut:

(Sumber: Solimanet al. 2010)

ρ = kadar unsur dalam cuplikan (μ g/g);

Np = luas spektrum gamma;

tm = waktu pengukuran analit (detik);

S = faktor kejenuhan; D = faktor peluruhan; C = faktor pencacahan;

f = rasio fluks neutron termal dan epitermal;

Q0 = rasio integral resonansi dengan

tampang lintang aktivitas termal;

α = faktor deviasi fluks neutron epitermal;

ε = efisiensi puncak energi penuh.

Spektrometer-γ

Sinar-γ merupakan bagian dari

gelombang elektromagnetik yang memiliki kisaran energi antara 50 keV hingga 4 MeV. Sinar-γ dapat dihasilkan dari proses aktivasi

suatu unsur dan bersifat diskrit untuk setiap unsur tertentu (Hendriyanto 2003). Dalam metode AAN, sinar-γ yang dihasilkan dari

proses aktivasi kemudian dianalisis menggunakan spektrometer-γ.

Menurut Parry (1991), komponen spektrometer-γ dapat dibagi menjadi 5 bagian,

yaitu detektor, catu daya tegangan tinggi, rangkaian pembentuk pulsa, Multi Channel Analyszer (MCA), dan penampil spektrum. Detektor merupakan komponen yang berfungsi mengubah energi radiasi yang mengenai detektor menjadi pulsa listrik. Catu daya tegangan tinggi merupakan komponen yang berfungsi menyediakan tegangan listrik untuk detektor. Rangkaian pembetuk pulsa berfungsi untuk mengubah pulsa listrik keluaran detektor menjadi bentuk spektrum melalui komponenpreamplifierdanamplifier. Multi Channel Analyzer (MCA) merupakan komponen yang berfungsi menampilkan distribusi intensitas iradiasi terhadap energi. Penampil spektrum berfungsi untuk menampilkan spektrum hasil analisis spektrometer-γ (Hendriyanto 2003). Skema

alat spektrometer-γ terdapatpada Lampiran 1.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebanyak 76 cuplikan darah, nitrogen cair, aseton, akuades, larutan HNO3, logam standar kalibrasi (Ba-133,

(7)

4

Wa = kadar unsur dalamcuplikan (μ g/g);

Wst = kadar unsur dalam standar (µg/g); (Cps)a = laju cacah radionuklida cuplikan

(luas spektrum/detik);

(Cps)st = laju cacah radionuklida bahan standar (luas spektrum/detik);

λ = ln2/t1/2(detik-1);

tda = waktu peluruhan radionuklida cuplikan (detik);

tst = waktu peluruhan radionuklida standar

(detik);

t1/2 = waktu paro unsur (detik).

Metode k0-AAN

Metode k0-AAN diperkenalkan pertama

kali oleh Simontis pada tahun 1975 dan dikembangkan oleh F.D. Corte pada tahun 1987. Teknik ini berkembang pesat di wilayah Eropa, khususnya Hongaria, Jerman, dan Belanda (Sutisna 2001). Prinsip analisis menggunakan metode k0-AAN ialah dengan

menghitung fluks neutron termal selama iradiasi. Fluks neutron termal dihitung menggunakan logam Au197 sebagai komparator (Soliman et al. 2010). Bahan komparator yang umum digunakan ialah paduan Al-0.1% Au yang dikeluarkan oleh Institute for Reference Material and Measurements-IRRM (Sutisna et al. 2008). Penggunaan paduan logam alumunium dikarenakan logam tersebut tahan terhadap gamma heat saat proses iradiasi dan logam alumunium merupakan unsur dengan waktu paro pendek sehingga mudah meluruh.

Penentuan kadar unsur dengan metode k0

-AAN dihitung menggunakan peranti lunak k0-IAEA. Untuk menghitung kosentrasi unsur

dengan perangkat lunak k0-IAEA terdapat

beberapa parameter yang diperlukan, antara lain: data tentang cuplikan yang dianalisis, data mengenai proses penyiapan cuplikan, data mengenai aktivasi cuplikan, dan data mengenai pencacahan cuplikan. Persamaan yang digunakan untuk menentukan massa unsur dengan metode k0-AAN ialah sebagai

berikut:

(Sumber: Solimanet al. 2010)

ρ = kadar unsur dalam cuplikan (μ g/g);

Np = luas spektrum gamma;

tm = waktu pengukuran analit (detik);

S = faktor kejenuhan; D = faktor peluruhan; C = faktor pencacahan;

f = rasio fluks neutron termal dan epitermal;

Q0 = rasio integral resonansi dengan

tampang lintang aktivitas termal;

α = faktor deviasi fluks neutron epitermal;

ε = efisiensi puncak energi penuh.

Spektrometer-γ

Sinar-γ merupakan bagian dari

gelombang elektromagnetik yang memiliki kisaran energi antara 50 keV hingga 4 MeV. Sinar-γ dapat dihasilkan dari proses aktivasi

suatu unsur dan bersifat diskrit untuk setiap unsur tertentu (Hendriyanto 2003). Dalam metode AAN, sinar-γ yang dihasilkan dari

proses aktivasi kemudian dianalisis menggunakan spektrometer-γ.

Menurut Parry (1991), komponen spektrometer-γ dapat dibagi menjadi 5 bagian,

yaitu detektor, catu daya tegangan tinggi, rangkaian pembentuk pulsa, Multi Channel Analyszer (MCA), dan penampil spektrum. Detektor merupakan komponen yang berfungsi mengubah energi radiasi yang mengenai detektor menjadi pulsa listrik. Catu daya tegangan tinggi merupakan komponen yang berfungsi menyediakan tegangan listrik untuk detektor. Rangkaian pembetuk pulsa berfungsi untuk mengubah pulsa listrik keluaran detektor menjadi bentuk spektrum melalui komponenpreamplifierdanamplifier. Multi Channel Analyzer (MCA) merupakan komponen yang berfungsi menampilkan distribusi intensitas iradiasi terhadap energi. Penampil spektrum berfungsi untuk menampilkan spektrum hasil analisis spektrometer-γ (Hendriyanto 2003). Skema

alat spektrometer-γ terdapatpada Lampiran 1.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebanyak 76 cuplikan darah, nitrogen cair, aseton, akuades, larutan HNO3, logam standar kalibrasi (Ba-133,

(8)

5

vial LDPE (Low Density Polyethylene), fasilitas iradiasi Rabbit System reaktor G.A. Siwabessy, dan spektrometer-γ.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu pengambilan cuplikan darah, persiapan cuplikan butir darah, persiapan bahan standar, persiapan target untuk iradiasi, penanganan cuplikan hasil iradiasi, dan analisis kualitatif serta kuantitatif. Diagram alir penelitian terdapat pada Lampiran 2.

Pengambilan Cuplikan Darah

Cuplikan darah diambil dari karyawan PT. Gunung Madu Plantations (GMP) oleh petugas medis Health Centre PT. GMP dari tanggal 2 Februari hingga 18 Februari 2010. Penggolongan cuplikan darah relawan termasuk dalam kategori hipertensi atau non-hipertensi dilakukan dengan mengukur tekanan darah seketika itu. Volume darah yang diambil sebanyak ± 7,5 cc. Darah yang telah diambil lalu disentrifusa selama ± 10 menit pada ± 1500 rpm untuk memisahkan butir darah dan serum darah. Butir darah kemudian disimpan dalam lemari es untuk dibekukan. Butir darah hipertensi diberi kode SWHB dan butir darah non-hipertensi diberi kode SWNB.

Persiapan Cuplikan Butir Darah

Butir darah yang telah dibekukan kemudian dikeringkan menggunakan freeze drier pada suhu -90oC dan tekanan sebesar ± 0,03 mbar. Setelah kering, cuplikan darah lalu dihancurkan dan dihomogenkan menggunakan batang pengaduk hingga menjadi serbuk. Serbuk darah kemudian ditimbang sebanyak 45-50 mg (untuk cuplikan iradiasi pendek), 60-70 mg (untuk cuplikan iradiasi sedang), dan ± 100 mg (untuk cuplikan iradiasi panjang) menggunakan neraca mikro. Serbuk darah yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam vial LDPE. Vial yang berisi cuplikan iradiasi sedang dan panjang selanjutnya dilapisi dengan lembaran alumunium.

Persiapan Bahan Standar

Sebanyak 45-50 mg bahan standar SRM NIST 1577b bovine liver ditimbang menggunakan neraca mikro lalu dimasukkan

ke dalam vial LDPE. Untuk cuplikan iradiasi sedang dan panjang, ditimbang sebanyak 60-70 mg dan ± 100 mg bahan standar IAEA A-13 freezed dried animal blood menggunakan neraca mikro lalu dimasukkan ke dalam vial LDPE. Vial tersebut lalu dilapisi dengan lembaran alumunium.

Penyediaan Target untuk Iradiasi

Cuplikan darah dan bahan standar yang akan diiradiasi pendek (1 menit) dikelompokkan dan disusun dalam lapisan yang sama di dalam kantong plastik lalu dimasukkan ke dalam kapsul iradiasi yang terbuat dari polietilena. Kapsul polietilen tersebut lalu diiradiasi dalam fasilitas Rabbit System reaktor G.A. Siwabessy. Cuplikan darah dan bahan standar yang akan diiradiasi sedang (15 menit) dikelompokkan dan disusun dalam lapisan yang sama lalu dibungkus menggunakan lembaran alumunium dan dimasukkan ke dalam kapsul iradiasi yang terbuat dari polietilen. Cuplikan darah dan bahan standar yang akan diiradiasi panjang (1 jam) dikelompokkan dan disusun dalam lapisan yang sama lalu dibungkus menggunakan lembaran alumunium dan dimasukkan ke dalam kapsul iradiasi yang terbuat dari alumunium. Seluruh proses iradiasi dilakukan pada operasi reaktor daya 15 MW.

Penanganan Cuplikan Hasil Iradiasi Kapsul yang berisi cuplikan darah dan bahan standar hasil iradiasi pendek dibuka di meja pembongkar sampel untuk mengambil vial yang terdapat didalamnya. Vial tersebut lalu dicacah (counting) menggunakan spektrometer-γ dengan lama pencacahan

selama 120 detik. Untuk kapsul yang berisi cuplikan darah dan bahan standar hasil iradiasi sedang dan panjang didiamkan terlebih dahulu selama ± 2 hari (iradiasi sedang) dan ± 7 hari (iradiasi panjang) sebelum dibuka untuk mengambil vial yang terdapat didalamnya. Vial tersebut lalu di counting dengan spektrometer-γ selama 5

menit untuk iradiasi sedang dan 1 jam untuk iradiasi panjang.

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif

(9)

6

dilakukan, spektrometer-γ terlebih dahulu

dikalibrasi dengan sumber standar yang energinya telah diketahui dengan pasti, yaitu Ba-133 dengan energi 81,00 keV dan 356,07 keV, Cs-137 dengan energi 661,66 keV, serta Co-60 dengan energi 1173,24 keV dan 1332,50 keV. Tujuan dari kalibrasi ialah untuk melihat hubungan antara jumlah cacahan (counts) disumbu x dan energi disumbu y. Spektrum hasil kalibrasi dapat terdapat pada Lampiran 3. Proses analisis kualitatif dilakukan dengan mengolah puncak spektrum dengan nilai cacah besar pada energi utama dengan peranti lunak Genie-2000 sehingga didapat jenis unsur dalam cuplikan. Contoh spektrum cuplikan iradiasi pendek, sedang, dan panjang terdapat pada Lampiran 4, Lampiran 5, dan Lampiran 6.

Analisis kuantitatif unsur dalam cuplikan darah dan bahan standar dilakukan menggunakan metode komparatif dan k0-AAN. Dalam metode komparatif, kadar

unsur dihitung menggunakan program Microsoft Excel. Penentuan kadar unsur menggunakan metode k0-AAN dihitung

menggunakan peranti lunak k0-IAEA.

HASIL dan PEMBAHASAN Cuplikan Darah

Berdasarkan proses penarikan contoh yang dilakukan, diperoleh 28 cuplikan darah hipertensi dan 48 cuplikan darah non-hipertensi. Cuplikan butir darah hipertensi ialah sebanyak lima cuplikan termasuk kategori prahipertensi, 15 cuplikan kategori hipertensi derajat 1, dan delapan cuplikan kategori hipertensi derajat 2, dengan 26 cuplikan diambil dari relawan pria dan dua cuplikan dari relawan wanita. Rentang usia relawan berkisar antara 29 tahun hingga 55 tahun dengan rerata usia relawan ialah 49 tahun. Kisaran usia relawan kategori hipertensi derajat 1 antara 29 hingga 55 tahun. Kategori hipertensi derajat 2 memiliki rentang usia antara 49 hingga 55 tahun. Kategori prahipertensi memiliki rentang usia antara 42 hingga 55 tahun.

Usia relawan kategori hipertensi derajat 2 berada pada rentan 49 hingga 55 tahun, sedangkan untuk kategori hipertensi derajat 1 berada pada kisaran 29 hingga 55 tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi usia relawan, semakin meningkat tekanan darah seseorang. Menurut Suheni (2007), tekanan darah seseorang berkaitan dengan usia

seseorang tersebut. Semakin bertambah usia seseorang, maka kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga meningkat. Pria yang berusia kurang dari 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia lebih dari 45 tahun dinyatakan hipertensi bila tekanan 145/95 mmHg (Suheni 2007). Semakin bertambahnya usia seseorang, maka kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Data hasil penarikan contoh terdapat pada Lampiran 7.

Kontrol Mutu

Pengujian menggunakan metode AAN diawali dengan kontrol mutu hasil analisis. Tujuan dari dari kontrol mutu hasil analisis ialah untuk meyakinkan bahwa data yang diperoleh akurat (Mulyaningsih 2009). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai SRM yang telah tersertifikasi dengan nilai hasil analisis yang diperoleh. Jenis SRM yang diuji dalam kontrol mutu ialah SRM A-13 freezed dried animal blood. Hasil pengujian kontrol mutu hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 2.

Hasil pengujian kontrol mutu unsur berupa simpangan relatif dari unsur-unsur yang diuji. Nilai simpangan relatif tersebut digunakan untuk estimasi akurasi pengukuran. Semakin kecil nilai simpangan relatif, keberagaman data semakin rendah sehingga semakin tinggi akurasi metode yang digunakan (Mulyaningsih 2008).

Unsur Nilai Sertifikat

Nilai Hasil

k0-AAN Simpangan

(mg/kg) (mg/kg) Relatif (%)

Na 12600,00 12285,10 ± 6,11 2,50

K 2500,00 2152,13 ± 15,93 13,91

Br 22,00 18,01 ± 0,38 18,14

Fe 2000,00 1764,60 ± 2,90 11,77

Zn 13,00 10,14 ± 0,27 22,00

Rb 2,30 2,38 ± 1,83 3,38

Berdasarkan data yang tertera pada Tabel 2, nilai simpangan relatif unsur Na, Br, Fe, Zn, Rb, dan K berada pada kisaran 2,50% hingga 22,00%. Metode pengukuran memiliki akurasi yang baik apabila nilai simpangan relatifnya lebih kecil dari 10%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hanya unsur Tabel 2 Hasil kontrol mutu SRM IAEA A-13

(10)

6

dilakukan, spektrometer-γ terlebih dahulu

dikalibrasi dengan sumber standar yang energinya telah diketahui dengan pasti, yaitu Ba-133 dengan energi 81,00 keV dan 356,07 keV, Cs-137 dengan energi 661,66 keV, serta Co-60 dengan energi 1173,24 keV dan 1332,50 keV. Tujuan dari kalibrasi ialah untuk melihat hubungan antara jumlah cacahan (counts) disumbu x dan energi disumbu y. Spektrum hasil kalibrasi dapat terdapat pada Lampiran 3. Proses analisis kualitatif dilakukan dengan mengolah puncak spektrum dengan nilai cacah besar pada energi utama dengan peranti lunak Genie-2000 sehingga didapat jenis unsur dalam cuplikan. Contoh spektrum cuplikan iradiasi pendek, sedang, dan panjang terdapat pada Lampiran 4, Lampiran 5, dan Lampiran 6.

Analisis kuantitatif unsur dalam cuplikan darah dan bahan standar dilakukan menggunakan metode komparatif dan k0-AAN. Dalam metode komparatif, kadar

unsur dihitung menggunakan program Microsoft Excel. Penentuan kadar unsur menggunakan metode k0-AAN dihitung

menggunakan peranti lunak k0-IAEA.

HASIL dan PEMBAHASAN Cuplikan Darah

Berdasarkan proses penarikan contoh yang dilakukan, diperoleh 28 cuplikan darah hipertensi dan 48 cuplikan darah non-hipertensi. Cuplikan butir darah hipertensi ialah sebanyak lima cuplikan termasuk kategori prahipertensi, 15 cuplikan kategori hipertensi derajat 1, dan delapan cuplikan kategori hipertensi derajat 2, dengan 26 cuplikan diambil dari relawan pria dan dua cuplikan dari relawan wanita. Rentang usia relawan berkisar antara 29 tahun hingga 55 tahun dengan rerata usia relawan ialah 49 tahun. Kisaran usia relawan kategori hipertensi derajat 1 antara 29 hingga 55 tahun. Kategori hipertensi derajat 2 memiliki rentang usia antara 49 hingga 55 tahun. Kategori prahipertensi memiliki rentang usia antara 42 hingga 55 tahun.

Usia relawan kategori hipertensi derajat 2 berada pada rentan 49 hingga 55 tahun, sedangkan untuk kategori hipertensi derajat 1 berada pada kisaran 29 hingga 55 tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi usia relawan, semakin meningkat tekanan darah seseorang. Menurut Suheni (2007), tekanan darah seseorang berkaitan dengan usia

seseorang tersebut. Semakin bertambah usia seseorang, maka kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga meningkat. Pria yang berusia kurang dari 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia lebih dari 45 tahun dinyatakan hipertensi bila tekanan 145/95 mmHg (Suheni 2007). Semakin bertambahnya usia seseorang, maka kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Data hasil penarikan contoh terdapat pada Lampiran 7.

Kontrol Mutu

Pengujian menggunakan metode AAN diawali dengan kontrol mutu hasil analisis. Tujuan dari dari kontrol mutu hasil analisis ialah untuk meyakinkan bahwa data yang diperoleh akurat (Mulyaningsih 2009). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai SRM yang telah tersertifikasi dengan nilai hasil analisis yang diperoleh. Jenis SRM yang diuji dalam kontrol mutu ialah SRM A-13 freezed dried animal blood. Hasil pengujian kontrol mutu hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 2.

Hasil pengujian kontrol mutu unsur berupa simpangan relatif dari unsur-unsur yang diuji. Nilai simpangan relatif tersebut digunakan untuk estimasi akurasi pengukuran. Semakin kecil nilai simpangan relatif, keberagaman data semakin rendah sehingga semakin tinggi akurasi metode yang digunakan (Mulyaningsih 2008).

Unsur Nilai Sertifikat

Nilai Hasil

k0-AAN Simpangan

(mg/kg) (mg/kg) Relatif (%)

Na 12600,00 12285,10 ± 6,11 2,50

K 2500,00 2152,13 ± 15,93 13,91

Br 22,00 18,01 ± 0,38 18,14

Fe 2000,00 1764,60 ± 2,90 11,77

Zn 13,00 10,14 ± 0,27 22,00

Rb 2,30 2,38 ± 1,83 3,38

Berdasarkan data yang tertera pada Tabel 2, nilai simpangan relatif unsur Na, Br, Fe, Zn, Rb, dan K berada pada kisaran 2,50% hingga 22,00%. Metode pengukuran memiliki akurasi yang baik apabila nilai simpangan relatifnya lebih kecil dari 10%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hanya unsur Tabel 2 Hasil kontrol mutu SRM IAEA A-13

(11)

7

Na dan Rb yang memiliki simpangan relatif kurang dari 10%, sedangkan unsur Br Fe, Zn, K memiliki nilai simpangan relatif lebih besar dari 10%. Simpangan relatif merupakan nilai yang menunjukkan perbedaan antara nilai yang tertera pada standar dengan nilai yang didapat dari proses analisis. Sumber kesalahan pengukuran yang menyebabkan besarnya nilai simpangan relatif pada metode k0-AAN

berasal dari kesalahan pengukuran saat preparasi cuplikan dan standar seperti proses penimbangan, kesalahan pengukuran saat iradiasi, dan kesalahan pengukuran saat pencacahan yang meliputi lama pencacahan dan posisi geometri pencacahn. Metode k0

-AAN merupakan metode yang belum dibakukan dan perlu divalidasi agar dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Mulyaningsih 2008).

Unsur dalam Butir Darah Hipertensi dan Non-hipertensi

Hasil analisis kualitatif menunjukkan terdapat 34 jenis unsur yang berhasil diidentifikasi dalam butir darah hipertensi dan 38 unsur berhasil dideteksi dalam butir darah non-hipertensi. Sebanyak 26 unsur terkandung baik dalam butir darah hipertensi maupun non-hipertensi, yaitu Na, Cl, K, Br, Co, Cu, Zn, Ga, Rb, In, Cs, Re, Pd, Tm, Yb, Ta, Se, Ba, La, Tb, U, Hg, Eu, Sn, Lu, dan Fe. Unsur hasil analisis kualitatif terdapat pada Lampiran 8.

Analisis kualitatif dilakukan dengan melihat energi gamma dari radionuklida unsur yang terdapat dalam cuplikan yang bersifat spesifik dan yang memiliki kelimpahan besar

dalam cuplikan. Selain dari energi gamma radionuklida, analisis kualitatif juga berkaitan dengan waktu paro unsur. Waktu paro ialah waktu yang diperlukan suatu radionuklida untuk meluruh sehingga jumlahnya menjadi setengah dari jumlah semula (Kusumawati dan Akhadi 1999). Berdasarkan waktu paronya, unsur dibagi menjadi tiga jenis, yaitu unsur waktu paro pendek, unsur waktu paro sedang, dan unsur waktu paro panjang. Untuk mengetahui seluruh unsur yang terdapat dalam butir darah, maka dilakukan analisis pada seluruh radionuklida dengan waktu paro pendek hingga panjang.

Penghitungan konsentrasi untuk unsur waktu paro pendek dilakukan menggunakan metode komparatif. Sedangkan, unsur waktu paro sedang dan panjang dihitung menggunakan metode k0-AAN. Hal ini

disebabkan karena fasilitas iradiasi tidak mendukung untuk penentuan waktu mulai dan akhir iradiasi secara cepat. Padahal waktu iradiasi diperlukan untuk penghitungan konsentrasi dengan metode k0-AAN.

Analisis kuantitatif dapat dilakukan pada unsur yang memiliki nilai kesalahan penghitungan lebih kecil dari 10%, yaitu unsur yang memiliki waktu pencacahan yang cukup sehingga jumlah cacahan yang dihasilkan oleh spektrometer-γ besar. Unsur

yang memiliki kesalahan penghitungan kurang dari 10% yaitu Na, Cl, K, Br, Zn, Rb, Co, Fe, dan Cs. Kadar kesembilan unsur tersebut dalam butir darah hipertensi dan non-hipertensi tertera pada Tabel 3. Berdasarkan data pada Tabel 3 terlihat bahwa kadar unsur Na, Br, Zn, Rb, Co, dan Cs pada butir darah

Tabel 3 Kisaran dan rerata kadar unsur dalam butir darah hipertensi dan non-hipertensi

Unsur

Hipertensi Non-hipertensi

Kisaran Rerata Kisaran Rerata

kadar (mg/kg) kadar (mg/kg) kadar (mg/kg) kadar (mg/kg)

Na 2059,71-15562,01 5665,87±100,15 816,2-13046,77 4615,37±80,72

Cl 2507,23-21907,82 6460,7±684,86 3193,84-16009,06 6677,14±779,49

K 2178-10900 6630,71±409,46 906.52-19900 6657,26±349,96

Br 3,51-56,04 11,85±0,81 1,46-33,91 11,52±0,81

Zn 1,04-92,67 29,78±4,91 4,15-80,64 26,87±4,00

Rb 2,02-71,85 27,79±2,98 8,35-79,88 27,43±1,84

Co 0,03-1,89 0,56±0,12 0,1-0,74 0,34±0,05

Fe 105,2-7396 2522,3±229,97 52,54-463221,74 18440,40±344,80

(12)

8

hipertensi lebih besar dibandingkan pada butir darah non-hipertensi. Sebaliknya, kadar unsur K, Cl, dan Fe dalam butir darah hipertensi lebih rendah dibanding dalam butir darah non-hipertensi. Kadar kesembilan unsur tersebut dalam setiap cuplikan butir darah non-hipertensi tertera pada Lampiran 9, 10, dan 11. Sedangkan, kadar unsur tersebut dalam setiap butir darah hipertensi tertera pada Lampiran 12, 13, dan 14.

Asupan garam yang berlebihan dapat meningkatkan resiko terkena hipertensi (Gray et al.2002). Unsur yang terdapat dalam garam yang mampu menimbulkan hipertensi ialah Na. Unsur Na merupakan bagian dari cairan ekstraseluler. Semakin meningkatnya kadar Na, maka semakin meningkat pula konsentrasi cairan ekstraseluler. Untuk menormalkannya volume cairan ekstraseluler ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan menigkatkan tekanan darah (Muhaimin 2008). Unsur yang terdapat dalam cairan intraseluler salah satunya ialah Kalium.

Selain unsur yang berfungsi sebagai elektrolit bagi tubuh (Na, Cl, dan K), beberapa unsur esensial seperti Zn, Fe, dan Cu mempengaruhi kerja enzim dalam tubuh yang secara langsung berperan dalam pengaturan tekanan darah dalam tubuh dan secara tidak langsung berhubungan dalam proses oksidasi untuk menghasilkan energi. Selain itu, beberapa unsur logam berat seperti Cd, Pb, Hg, dan Ta dapat menyebabkan hipertensi dengan mempengaruhi metabolisme hormon dan fungsi renal tubular (Saltman 2008). Berdasarkan data pada Tabel 3, kadar Zn dalam butir darah hipertensi lebih besar

dibandingkan dalam butir darah non-hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa unsur Zn kemungkinan memiliki pengaruh terhadap peningkatan tekanan darah. Berbeda dengan unsur Zn, kadar unsur Fe dalam butir darah hipertensi lebih kecil dibandingkan dalam butir darah non-hipertensi. Hal ini menandakan bahwa kemungkinan unsur Fe kurang berperan dalam mempengaruhi kerja enzim yang dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan unsur Zn.

Untuk melihat hubungan antara unsur-unsur yang ditemukan dengan timbulnya penyakit hipertensi, dilakukan pengujian statistik menggunakan uji regresi logistik biner dengan peranti lunak Minitab. Uji regresi logistik biner merupakan metode dasar untuk menganalisis peubah respon yang terdiri dari dua kategori atau lebih dengan satu atau lebih peubah penjelas (Hosmer 2000). Kategori respon yang diuji dalam penelitian ini ialah hipertensi dan non-hipertensi. Parameter yang dijadikan peubah penjelas ialah kadar unsur yang dianalisis.

Pengujian regresi logistik biner dengan peranti lunak Minitab dilakukan melalui tiga tahap, yaitu uji signifikasi model (statistik uji-G), uji kelayakan model, dan uji parsial. Uji siginifikasi model dilakukan untuk menentukan suatu model signifikan atau tidak terhadap kategori respon yang diuji. Pengujian signifikasi model ialah dengan membandingakan kadar unsur yang diuji yang terkandung dalam butir darah hipertensi dengan yang terdapat dalam butir darah non-hipertensi. Uji kepasan model digunakan untuk melihat suatu model layak atau tidak diuji dengan metode regresi logistik biner. Uji parsial merupakan uji yang digunakan untuk

Unsur Statistik Uji-G Uji Kelayakan Uji Parsial Nilai

(α=0,05) Model (α=0,05) R-Sq (%)

Na Tidak Signifikan Model Pas Tidak Signifikan 59,4

Cl Tidak Signifikan Model Pas Tidak Signifikan 50,4

K Tidak Signifikan Model Tidak Pas Tidak Signifikan 30,4

Fe Signifikan Model Pas Signifikan 68,6

Co Signifikan Model Pas Signifikan 64,3

Zn Tidak Signifikan Model Pas Tidak Signifikan 50,6

Rb Tidak Signifikan Model Pas Tidak Signifikan 37,9

Br Tidak Signifikan Model Pas Tidak Signifikan 40,6

Cs Signifikan Model Pas Signifikan 82,1

(13)

9

melihat komponen dalam model berpengaruh atau tidak terhadap respon yang diuji.

Hasil uji signifikasi model menunjukkan bahwa unsur Fe, Co, dan Cs memiliki model yang berpengaruh secara signifikan terhadap tinbulnya penyakit hipertensi. Hal ini ditunjukkan dari nilai p ketiga unsur tersebut yanglebih kecil dibanding nilai α (0,05). Nilai

p unsur Fe, Co, dan Cs berturut-turut sebesar 0,001; 0,012; dan 0,011. Uji parsial menunjukkan bahwa unsur Fe, Co, dan Cs berpengaruh nyata terhadap timbulnya hipertensi. Ketiga unsur tersebut memiliki nilai p lebih kecil dibanding nilai α. Nilai p

unsur Fe, Co, dan Cs berturut-turut sebesar 0,020; 0,023; dan 0,028. Hasil uji kepasan model menunjukkan bahwa hanya unsur K yang tidak layak dianalisis menggunakan metode regresi logistik niner. Hal ini disebabkan karena sebaran data kadar unsur K yang besar.

Persamaan regresi untuk unsur Fe adalah g(x) = 0,4387-0,0002x dengan nilai R-square sebesar 68,6%. Untuk unsur Co dan Cs, persamaan garisnya ialah g(x) = -1,4038+2,1286x dengan R-square sebesar 64,3% dan g(x) = -3,3452+8,1377x dengan R-square sebesar 82,1%. Bila dilihat dari persamaan regresi yang didapat, unsur Fe memiliki nilai kemiringan negatif yang menandakan kadar Fe memiliki hubungan negatif dengan kemungkinan timbulnya penyakit hipertensi. Semakin besar kadar Fe dalam darah, maka kecenderungan timbulnya hipertensi akan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan data kadar Fe yang terdapat dalam Tabel 3 yang menunjukkan bahwa kadar Fe dalam butir darah non-hipertensi lebih besar dibandingkan dalam butir darah hipertensi.

Unsur Co dan Cs memiliki kemiringan positif yang menandakan bahwa kadar Co dan Cs memiliki hubungan positif terhadap timbulnya hipertensi. Semakin besar kadar Co dan Cs dalam darah, maka kecenderungan timbulnya hipertensi juga semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan data kadar Co dan Cs dalam Tabel 3 yang menunjukkan bahwa kadar Co dan Cs dalam butir darah hipertensi lebih besar dibandingkan dalam butir darah non-hipertensi. Nilai R-square yang didapat menunjukkan keterkaitan antara kadar unsur yang diuji (sumbu x) dengan kecenderungan timbulnya hipertensi (sumbu y).

Unsur Na dan Cl dapat mempengaruhi tekanan dalam tubuh dengan cara pengaturan transfer cairan antarsel (Sutrasni 2004). Namun, dalam penelitian ini kedua unsur tersebut terrnyata tidak berpengaruh signifikan

secara statistika terhadap timbulnya penyakit hipertensi. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya faktor-faktor lain penyebab hipertensi yang tidak ditelusuri dalam penelitian ini. Faktor-faktor lain penyebab hipertensi tersebut yaitu faktor keturunan, berat badan, aktivitas olahraga, asupan makanan, dan stres pekerjaan (Suheni 2007).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Metode analisis aktivasi neutron (AAN) dapat digunakan untuk menganalisis berbagai unsur dalam butir darah hipertensi dan non-hipertensi. Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa unsur kimia yang terdapat dalam butir darah hipertensi dan non-hipertensi ialah Na, Cl, K, Br, Zn, Rb, Co, Fe, dan Cs. Uji regresi logistik biner menunjukkan bahwa kadar unsur Fe, Co, dan Cs berbeda secara signifikan dalam butir darah hipertensi dan non-hipertensi. Semakin besar kadar Co dan Cs dalam butir darah, maka kecenderungan terkena hipertensi akan semakin meningkat. Semakin besar kadar Fe dalam butir darah, maka kecenderungan terkena hipertensi akan semakin rendah.

Saran

Analisis unsur Fe, Co, dan Cs dalam butir darah perlu dilanjutkan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh unsur tersebut terhadap perubahan tekanan darah dalam tubuh. Selain itu, perlu dilakukan juga analisis

unsur dalam darah dengan

mempertimbangkan faktor-faktor lain penyebab hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

[KEMENKES] Kementrian Kesehatan. 2010. Hipertensi penyebab kematian nomor

tiga. [terhubung berkala].

http://www.depkes.go.id/index.php/berita /press-release/810-hipertensi-penyebab-kematian-nomor-tiga.html. [1 Maret 2010].

(14)

9

melihat komponen dalam model berpengaruh atau tidak terhadap respon yang diuji.

Hasil uji signifikasi model menunjukkan bahwa unsur Fe, Co, dan Cs memiliki model yang berpengaruh secara signifikan terhadap tinbulnya penyakit hipertensi. Hal ini ditunjukkan dari nilai p ketiga unsur tersebut yanglebih kecil dibanding nilai α (0,05). Nilai

p unsur Fe, Co, dan Cs berturut-turut sebesar 0,001; 0,012; dan 0,011. Uji parsial menunjukkan bahwa unsur Fe, Co, dan Cs berpengaruh nyata terhadap timbulnya hipertensi. Ketiga unsur tersebut memiliki nilai p lebih kecil dibanding nilai α. Nilai p

unsur Fe, Co, dan Cs berturut-turut sebesar 0,020; 0,023; dan 0,028. Hasil uji kepasan model menunjukkan bahwa hanya unsur K yang tidak layak dianalisis menggunakan metode regresi logistik niner. Hal ini disebabkan karena sebaran data kadar unsur K yang besar.

Persamaan regresi untuk unsur Fe adalah g(x) = 0,4387-0,0002x dengan nilai R-square sebesar 68,6%. Untuk unsur Co dan Cs, persamaan garisnya ialah g(x) = -1,4038+2,1286x dengan R-square sebesar 64,3% dan g(x) = -3,3452+8,1377x dengan R-square sebesar 82,1%. Bila dilihat dari persamaan regresi yang didapat, unsur Fe memiliki nilai kemiringan negatif yang menandakan kadar Fe memiliki hubungan negatif dengan kemungkinan timbulnya penyakit hipertensi. Semakin besar kadar Fe dalam darah, maka kecenderungan timbulnya hipertensi akan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan data kadar Fe yang terdapat dalam Tabel 3 yang menunjukkan bahwa kadar Fe dalam butir darah non-hipertensi lebih besar dibandingkan dalam butir darah hipertensi.

Unsur Co dan Cs memiliki kemiringan positif yang menandakan bahwa kadar Co dan Cs memiliki hubungan positif terhadap timbulnya hipertensi. Semakin besar kadar Co dan Cs dalam darah, maka kecenderungan timbulnya hipertensi juga semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan data kadar Co dan Cs dalam Tabel 3 yang menunjukkan bahwa kadar Co dan Cs dalam butir darah hipertensi lebih besar dibandingkan dalam butir darah non-hipertensi. Nilai R-square yang didapat menunjukkan keterkaitan antara kadar unsur yang diuji (sumbu x) dengan kecenderungan timbulnya hipertensi (sumbu y).

Unsur Na dan Cl dapat mempengaruhi tekanan dalam tubuh dengan cara pengaturan transfer cairan antarsel (Sutrasni 2004). Namun, dalam penelitian ini kedua unsur tersebut terrnyata tidak berpengaruh signifikan

secara statistika terhadap timbulnya penyakit hipertensi. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya faktor-faktor lain penyebab hipertensi yang tidak ditelusuri dalam penelitian ini. Faktor-faktor lain penyebab hipertensi tersebut yaitu faktor keturunan, berat badan, aktivitas olahraga, asupan makanan, dan stres pekerjaan (Suheni 2007).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Metode analisis aktivasi neutron (AAN) dapat digunakan untuk menganalisis berbagai unsur dalam butir darah hipertensi dan non-hipertensi. Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa unsur kimia yang terdapat dalam butir darah hipertensi dan non-hipertensi ialah Na, Cl, K, Br, Zn, Rb, Co, Fe, dan Cs. Uji regresi logistik biner menunjukkan bahwa kadar unsur Fe, Co, dan Cs berbeda secara signifikan dalam butir darah hipertensi dan non-hipertensi. Semakin besar kadar Co dan Cs dalam butir darah, maka kecenderungan terkena hipertensi akan semakin meningkat. Semakin besar kadar Fe dalam butir darah, maka kecenderungan terkena hipertensi akan semakin rendah.

Saran

Analisis unsur Fe, Co, dan Cs dalam butir darah perlu dilanjutkan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh unsur tersebut terhadap perubahan tekanan darah dalam tubuh. Selain itu, perlu dilakukan juga analisis

unsur dalam darah dengan

mempertimbangkan faktor-faktor lain penyebab hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

[KEMENKES] Kementrian Kesehatan. 2010. Hipertensi penyebab kematian nomor

tiga. [terhubung berkala].

http://www.depkes.go.id/index.php/berita /press-release/810-hipertensi-penyebab-kematian-nomor-tiga.html. [1 Maret 2010].

(15)

ANALISIS UNSUR DALAM BUTIR DARAH HIPERTENSI

DAN NON-HIPERTENSI MENGGUNAKAN METODE

ANALISIS AKTIVASI NEUTRON

WAHYU SUGIARTO

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

10

PATOPHYSIOLOGY: CLINIC

CONCEPT.

Asaoluet al. 2010. Evaluation of elements in the pathogenesis of hypertension in Nigerians. Pharmaceutical Sciences Review and Research4: 1-2.

Beevers DG. 2002. Tekanan Darah. Jakarta: Dian Rakyat.

Darmono. 1995.Logam Dalam Sistem Biologi Mahkluk Hidup. Jakarta: UI-Press.

Djokowidodo. 1990. Analisis kelumit. Berita Kedokteran Masyarakat6: 170-179.

Gray HH, Dawkins KD, Morgan JM, Simpson IA. 2002. Lectures Notes Cardiologi. Jakarta: Erlangga.

Griesel S et al. 2006. Mineral elements and essential trace elements in blood of seals of the north sea measured by total reflection X-ray fluorescence analysis. Spectrochimica ActaB61: 1158-1165.

Hapsari BDA. 2010. Pengaruh hipertensi primer terhadap timbulnya premenstrual sindrom pada wanita di Kelurahan Jati Kecamatan Jaten Karanganyar [skripsi]. Surakarta: Program Sarjana, Universitas Sebelas Maret.

Hendriyanto. 2003. Spektrometri Gamma. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan-BATAN.

Hosmer DW. 2000. Applied Logistic Regression.Canada: John Wiley & Sons.

Isnanta R. 2009. Tekanan darah tinggi (hipertensi). [terhubung berkala]. http://medicastore.com/penyakit// Tekanan_darah_tinggi_hipertensi.html. [23 Februari 2010].

Kristedjo, Hamzah A, Purwadi D, Subekti RM. 2000. Pengembangan Perangkat Lunak Untuk Analisis Spektrum Gamma Hasil Aktivasi Neutron.Tri Dasa Mega.

Kusumawati DD, Akhadi M. Radioekologi radionuklida kosmogenik. ALARA 3: 9-13.

Moon JH, Kang SH, Chung YS, Lee OH. 2007. Elemental analysis of Korean

women’s blood serums using

instrumental neutraon activation analysis. J Radioanal Nuc Chem.271(1): 155-158.

Muhaimin. 2008. Penyakit Hipertensi.

[terhubung berkala].

http://one.indoskripsi.com/node/2197. [1 Maret 2010].

Mulyaningsih TR, Sumardjo. 2008. Perbandingan akurasi metode AAN komparatif dan k0-AAN dalam analisis

abu terbang batubara.Tri Dasa Mega10: 45-46.

Mulyaningsih TR, Kuntoro M. 2009. Di dalam: Sofyan R , editor. Studi Kandungan Unsur Kelumit dalam Cuplikan Darah Penderita Hipertensi. Yogyakarta, 20 Oktober 2009. Yogyakarta: 146-150.

Parry SJ. 1991. Activation Spectrometry in Chemical Analysis.Canada: John Willey & Sons Inc.

Ramzy, K.P. Indria, Rohaeti E. 2008. Di dalam: Sofyan R, editor.Validasi Metode AANI untuk Unsur Esensial dalam Cuplikan Biologis. Prosiding Seminar Nasional AAN. Bandung, 22 Oktober 2008. Bandung: 318-330.

Rao AN. 2005. Trace elements estimation-methods and clinical context. Jhas: 46-54.

Rosette GM. 2002. Bioanorganic Chemistry: A Short Course. USA: Wiley Interscience.

Saltman P. 2008. Trace elements and blood preasure. [terhubung berkala]. http://www.annals.org.cgi/content/ abstract/98/5_part_2/283/. [13 September 2009].

Santoso M. 2008. Pengembangan Teknik Deteksi Unsur Mineral Esensial pada Gangguan Kesehatan yang Berkaitan dengan Makanan dan Pengaruh Lingkungan. [terhubung berkala]. http://www.pustakadeptan.go.id/publikasi /p3273084.pdf. [13 September 2009].

(17)

11

Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Suheni Y. 2007. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di badan rumah sakit daerah Cepu [skripsi]. Semarang: Program Sarjana, Universitas Negeri Semarang.

Soliman Met al. 2010. Implementation of k0

-standardization method of the INAA at ETRR-2 research reactor. J Radioanal Nuc Chem.287(2): 629-634.

Sutisna. 2001.Analisis Menggunakan Teknik Nuklir NAA Untuk Uji Kualitas Bahan. Bogor: FMIPA-IPB.

Sutisna. 2003.Aspek Praktis Analisis Aktivasi Neutron. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan-BATAN.

Sutisna, Yusuf S, Sumardjo. 2008. Di dalam: Sofyan R, editor. Aplikasi Metode k0

-AANI di Reaktor G.A. Siwabeesy Siwabessy; Bandung, 22 Oktober 2008. Bandung: 292-305.

(18)

ANALISIS UNSUR DALAM BUTIR DARAH HIPERTENSI

DAN NON-HIPERTENSI MENGGUNAKAN METODE

ANALISIS AKTIVASI NEUTRON

WAHYU SUGIARTO

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(19)

ABSTRAK

WAHYU SUGIARTO. Analisis Unsur dalam Butir Darah Hipertensi dan Non-hipertensi Menggunakan Metode Analisis Aktivasi Neutron. Dibimbing oleh ETI ROHAETI dan Th. RINA MULYANINGSIH.

Komposisi unsur-unsur dalam darah diduga berkaitan dengan timbulnya hipertensi. Dalam penelitian ini, unsur dalam cuplikan butir darah hipertensi dan non-hipertensi dianalisis menggunakan metode analisis aktivasi neutron (AAN). Analisis kualitatif menunjukkan 34 unsur berhasil dideteksi dalam cuplikan butir darah hipertensi dan 38 unsur pada non hipertensi. Namun, dari jumlah tersebut hanya sembilan unsur layak dianalisis secara kuantitatif, yang memiliki kesalahan penghitungan kurang dari 10%, yaitu Na, Cl, K, Br, Zn, Rb, Co, Fe, dan Cs. Konsentrasi unsur-unsur tersebut dalam butir darah hipertensi berturut-turut sebesar 5665,87; 6460,70; 6630,71; 11,85; 29,78; 27,79; 0,56; 2522,50; dan 0,33 mg/kg. Sementara, konsentrasi dalam butir darah non hipertensi masing-masing sebesar 4615,37; 6677,14; 6657,36; 11,53; 26,87; 27,43; 0,34; 18440,4; dan 0,18 mg/kg. Berdasarkan hasil uji regresi logistik biner, unsur Co dan Cs memiliki hubungan positif terhadap timbulnya penyakit hipertensi. Sebaliknya, unsur Fe memiliki hubungan negatif.

ABSTRACT

WAHYU SUGIARTO. Elemental Analysis of Hypertension and Non-hypertension Packed Blood Cells Using Neutron Activation Analysis Method. Supervised by ETI ROHAETI and Th. RINA MULYANINGSIH.

(20)

ANALISIS UNSUR DALAM BUTIR DARAH HIPERTENSI

DAN NON-HIPERTENSI MENGGUNAKAN METODE

ANALISIS AKTIVASI NEUTRON

WAHYU SUGIARTO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(21)

Judul : Analisis Unsur dalam Butir Darah Hipertensi dan Non-hipertensi

Menggunakan Metode Analisis Aktivasi Neutron

Nama : Wahyu Sugiarto

NIM

: G44062320

Menyetujui

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. Dra. Eti Rohaeti, M.Si

Ir. Th. Rina Mulyaningsih, M.Si

NIP 196008071987032001

NIP 196310091988012001

Mengetahui

Ketua Departemen

Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS

NIP 195012271976032002

(22)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai November 2010 diMedical CentrePT. Gunung Madu Plantations, Lampung, Gedung 42 Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir, dan Gedung 31 Pusat Reaktor Serba Guna, BATAN, PUSPIPTEK, Serpong.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Dra. Eti Rohaeti, M.Si dan Ir. Th. Rina Mulyaningsih, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan solusi selama penulis melaksanakan penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada dr. Evi Meiselma atas izin yang diberikan kepada penulis untuk pengambilan cuplikan di Medical Centre PT. Gunung Madu Plantations. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua, adik, dan Ria Astria atas doa, kasih sayang, motivasi, dan perhatian yang diberikan selama penulis menyusun karya ilmiah ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Tarigan, Bapak Alfian, dan Bapak Shaleh, atas arahan yang diberikan selama penelitian di Medical Centre PT. Gunung Madu Plantations dan di Gedung 42 Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir. Tak lupa, ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan (Fiul, Ridho, Tito, Tyas, Anis, Wahyu) atas bantuan, motivasi, diskusi, serta kebersamaan selama penulis menempuh studi dan menjalankan penelitian.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2011

(23)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung pada tanggal 12 Mei 1989 dari Ayah Hadi Sukoco dan Ibu Sugiarti. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan studi di SMAN 1 Terbanggi Besar, Lampung Tengah pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

(24)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... viii DAFTAR TABEL ... viii DAFTAR LAMPIRAN ... viii PENDAHULUAN ... 1 TINJAUAN PUSTAKA

Darah ... 1 Unsur Mineral dalam Tubuh... 2 Hipertensi... 2 Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN) ... 3 Metode Komparatif dan k0-AAN ... 3 Spektrometer-γ... 4 BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat ... 4 Metode Penelitian ... 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Cuplikan Darah ... 6 Kontrol Mutu ... 6 Unsur dalam Butir Darah Hipertensi dan Non Hipertensi ... 7 SIMPULAN DAN SARAN

(25)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Tingkat-Tingkat Penyakit Hipertensi ... 2 2 Hasil Kontrol Mutu SRM A-13 Dengan Metode k0-AAN... 6 3 Kisaran dan Rerata Kadar Unsur dalam Butir Darah Hipertensi

dan Non-hipertensi... 7 4 Hasil Uji Regresi Logistik Biner dengan Peranti Lunak Minitab ... 8

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Konfigurasi Spektrometer-γ... 13 2 Diagram Alir Penelitian ... 13 3 Grafik Sumber Standar Ba-133, Cs-137, dan Co-60... 14 4 Spektrum Cuplikan Iradiasi Pendek Kode SNB 14-1 ... 15 5 Spektrum Cuplikan Iradiasi Sedang Kode MNB 22-1D2L1... 16 6 Spektrum Cuplikan Iradiasi Panjang Kode LNB 1-1 ... 17 7 Data Hasil Proses Penarikan Contoh... 18 8 Hasil Analisis Kualitatif Unsur dalam Butir Darah Hipertensi dan

Non-hipertensi... 20 9 Kadar Unsur Na, Cl, dan K pada Setiap Cuplikan Butir Darah Non-hipertensi . 21 10 Kadar Unsur Br, Zn, dan Rb pada Setiap Cuplikan Butir Darah

Non-hipertensi ... 23 11 Kadar Unsur Co, Fe, dan Cs pada Setiap Cuplikan Butir Darah

(26)

1

PENDAHULUAN

Unsur kimia dalam tubuh memiliki berbagai fungsi penting. Seperti diketahui, kekurangan suatu unsur kimia dapat mengakibatkan timbulnya gangguan metabolisme. Namun, kelebihan suatu unsur kimia juga membahayakan tubuh karena dapat menimbulkan keracunan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis unsur mineral dalam tubuh karena dapat menunjukkan kondisi kesehatan seseorang (Rao 2005). Berbagai faktor dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Salah satu faktor tersebut ialah pola makan. Pola makan yang cenderung mengkonsumsi makanan siap saji yang mengandung nilai gizi rendah dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif. Salah satu penyakit degeneratif yang dapat timbul ialah tekanan darah tinggi (Muhaimin 2008).

Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan kondisi meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh arteri. Penyakit hipertensi tidak memiliki gejala khusus bagi penderitanya sehingga banyak kasus hipertensi yang tidak terdeteksi (Sudoyoet al. 2006). Prevalensi penyakit hipertensi secara nasional sebesar 31,7% (KEMENKES 2010).

Berbagai faktor dapat menyebabkan timbulnya penyakit hipertensi. Salah satu penyebabnya ialah adanya gangguan kesetimbangan cairan dalam tubuh akibat transpor zat-zat elektrolit, seperti Na, Cl, dan K (Isnanta 2009). Beberapa unsur esensial, seperti Zn, Fe, dan Cu yang berperan dalam reaksi enzim secara tidak langsung juga mempengaruhi tekanan darah dalam tubuh (Saltman 2008). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh unsur dalam tubuh terhadap timbulnya hipertensi (Asaolu et al. 2010). Unsur mineral dalam tubuh dapat dianalisis dari beberapa cuplikan dari tubuh, seperti darah, urin, cairan cerebrospinal, dan feses. Namun, secara umum keberadaan mineral dalam tubuh cenderung lebih banyak ditemukan dalam darah karena darah berperan dalam sistem transpor tubuh (Rossete 2002).

Sampai saat ini, telah banyak dilakukan penelitian mengenai hubungan konsentrasi unsur dalam tubuh dengan penyakit dalam tubuh. Analisis unsur dalam tubuh memerlukan metode analisis yang sensitif karena kadarnya yang sangat kecil (orde ppm) (Djokowidodo 1990). Metode umum yang sering digunakan antara lain spektroskopi massa, metode fluoresens sinar-X, spektroskopi serapan atom, spektroskopi

emisi atom, dan metode analisis aktivasi neutron (AAN) (Moon et al. 2007). Metode AAN merupakan metode analisis yang berbasis nuklir. Kelebihan Metode AAN dibandingkan metode analisis lain ialah limit deteksi yang rendah, sensitivitas yang baik, non dekstruktif dan simultan. Namun, metode AAN memiliki beberapa kekurangan, yaitu hanya dapat menganalisis unsur dalam bentuk bebas, biaya analisisnya yang mahal, dan hanya dapat dilakukan pada laboratorium yang berbasis nuklir (Sutisna 2008).

Metode AAN telah valid untuk pengujian unsur dalam cuplikan biologis, seperti SRM NIST 1573a Tomato Leaves dan 1577b Bovine Liver(Ramzy 2008). Dalam penelitian ini, metode AAN digunakan untuk analisis unsur dalam butir darah hipertensi dan non-hipertensi. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara unsur yang terdapat dalam butir darah dengan kecenderungan timbulnya hipertensi. Untuk kontrol mutu kualitas hasil analisis digunakan bahan standar IAEA A-13 Freezed Dried Animal Blooddan SRM NIST 1577bBovine Liver.

TINJAUAN PUSTAKA

Darah

Sistem sirkulasi dalam tubuh merupakan sistem yang berfungsi untuk menyalurkan zat-zat esensial ke seluruh bagian tubuh. Komponen penting dalam sisitem sirkulasi tubuh ialah darah. Darah merupakan suatu suspensi partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung elektrolit (Anderson 2003). Darah mengandung berbagai unsur mineral, seperti Ca (kalsium), Cl (klor), K (kalium), Fe (besi), P (fosfor), Cu (tembaga), Na (natrium), dan Mg (magnesium). Banyaknya unsur mineral yang terkandung dalam darah disebabkan karena darah berfungsi menyalurkan zat-zat esensial ke seluruh bagian tubuh (Rosette 2002). Darah manusia dapat digunakan untuk analisis klinis pada diagnosa medis karena darah mengandung zat-zat kimia dalam tubuh dan mudah diperoleh dari tubuh.

Darah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu serum darah dan sel (butir) darah. Komponen yang terkandung dalam serum darah antara lain protein plasma, zat-zat pembekuan, dan enzim (Anderson 2003).

(27)

2

(Moon et al. 2007). Sel (butir) darah dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping-keping darah (trombosit). Eritrosit merupakan komponen terbesar dalam darah. Eritrosit mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat oksigen terlarut dalam darah. Leukosit merupakan komponen darah yang berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh karena leukosit mampu memusnahkan zat-zat yang dianggap asing bagi tubuh, seperti bakteri dan virus. Komponen darah yang terakhir ialah trombosit. Trombosit merupakan komponen terkecil dalam darah yang befungsi dalam proses pembekuan darah ketika tubuh terluka dengan cara menutup jaringan yang sobek.

Unsur Mineral dalam Tubuh Unsur mineral memiliki berbagai fungsi bagi tubuh, antara lain sebagai kofaktor enzim dalam reaksi kimia dalam tubuh dan sintesis hormon (Griesel et al. 2006). Berdasarkan fungsinya dalam tubuh, mineral dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu mineral esensial dan mineral non esensial. Mineral esensial ialah mineral yang dibutuhkan dalam proses fisiologis mahkluk hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukkan organ. Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tubuh, mineral esensial dibagi menjadi dua jenis, yaitu mineral makro esensial dan mineral mikro esensial.

Mineral makro esensial merupakan mineral yang menyusun hampir 1% dari total berat badan manusia dan dibutuhkan oleh tubuh lebih dari 100 mg/hari. Mineral mikro esensial merupakan mineral yang dibutuhkan dengan jumlah kurang dari

Gambar

Tabel 1  Tingkat-tingkat penyakit hipertensi
Gambar 1 Mekanisme produksi sinar-γ dari prosesiradiasi (Hendriyanto 2003)
Tabel 2 Hasil kontrol mutu SRM IAEA A-13dengan metode k0-AAN
Tabel 2 Hasil kontrol mutu SRM IAEA A-13dengan metode k0-AAN
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode adaptive ant colony optimization diusulkan untuk mengoptimalkan hasil deteksi tepi struktur tulang daun mangga sehingga dapat diperoleh klasifikasi jenis

Dalam komunikasi persuasif yang dilakukan oleh Komunitas 1000_Guru Riau pada kegiatan traveling and teaching untuk meningkatkan sadar pendidikan di daerah pedalaman

Oleh itu, adalah sangat penting bagi pihak-pihak yang terlibat seperti ketua pengurusan eksekutif, ketua pengarah operasi, pengurus P&P, eksekutif P&P,

Tujuan kegiatan ini ialah untuk menyusun Buku Ajar Mata Kuliah Mikrobiologi Pangan dengan tetap berpedoman pada prinsip efektif, efisien, tetap mengembangkan CP

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.. Strategi Pembangunan Ekonomi

Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang rekayasa bioplastik maka penulis menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan

Program Jalur Cepat Sarjana-Magister meruparan dan program magister yang linier untuk memberikan mengembangkan dirinya secara optimal dan dalam penerapan kurikulum baru

Cara seleksi yang demikian dapat mengakibatkan kekeliruan dalam memilih ca - Ion yang baik dan menyebabkan si calon gaga1 dalarn studinya karena kemampu- annya