• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Umur Panen Tiga Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Berdasarkan Akumulasi Satuan Panas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Umur Panen Tiga Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Berdasarkan Akumulasi Satuan Panas"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN UMUR PANEN TIGA VARIETAS KACANG

TANAH (

Arachis hypogaea

L.) BERDASARKAN

AKUMULASI SATUAN PANAS

YOGA SETIAWAN SANTOSO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Umur Panen Tiga Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Berdasarkan Akumulasi Satuan Panas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013

Yoga Setiawan Santoso

(4)

ABSTRAK

YOGA SETIAWAN SANTOSO. Penentuan Umur Panen Tiga Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Berdasarkan Akumulasi Satuan Panas. Dibimbing oleh HENI PURNAMAWATI dan YUDIWANTI WAHYU ENDRO KUSUMO.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan umur berbunga dan umur panen tiga varietas kacang tanah berdasarkan akumulasi satuan panas tanaman. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor. Percobaan terdiri atas dua faktor yang disusun petak terbagi (split plot) yaitu varietas (sebagai petak utama) dan waktu panen (sebagai anak petak) dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Kelinci mulai berbunga pada 403.60 °Cd (suhu dasar 10 °C) atau 334.60 °Cd (suhu dasar 13 °C), sedangkan varietas Gajah dan Jerapah keduanya mulai berbunga pada 420.75 °Cd atau 348.75 °Cd. Varietas Kelinci mencapai 50% tanaman tanaman berbunga pada 453.85 °Cd atau 376.85 °Cd, sedangkan varietas Gajah dan Jerapah mencapai 50% tanaman berbunga pada 470.95 °Cd atau 391.80 °Cd. Varietas Kelinci dan Jerapah sudah dapat dipanen pada 1619.35°Cd (suhu dasar 10 °C) atau 1346.35 °Cd (suhu dasar 13 °C), sedangkan varietas Gajah sudah dapat dipanen pada 1792.50 °Cd atau 1489.50 °Cd.

Kata kunci: kacang tanah, akumulasi satuan panas, umur berbunga, umur panen

ABSTRACT

YOGA SETIAWAN SANTOSO. Harvesting Time Determination of Three Varieties of Peanut (Arachis hypogaea L.) based on Heat Unit Accumulation. Supervised by HENI PURNAMAWATI and YUDIWANTI WAHYU ENDRO KUSUMO

The objectives of this reseach were to determine the flowering time and the harvesting time of three varieties of peanut based on their heat unit accumulation. This research was conducted in Kebun Percobaan Leuwikopo Research Station, Bogor Agricultural University (IPB). A split plot design with two factors (varieties as a main plot and harvesting time as a subplot) and three replications were used in the field experiment. The result showed that Kelinci started to bloom at 403.60 °Cd (with 10 °C-base temperature) or 334.60 °Cd (with 13 °C-base temperature), while Gajah and Jerapah started to bloom at 420.75 °Cd or 348.75 °Cd. Kelinci reached 50% population blooming at 453.85 °Cd or 376.85 °Cd, while Gajah and Jerapah reached 50% population blooming at 470.95 °Cd or 391.80 °Cd. Kelinci and Jerapah could be harvested at 1619.35°Cd (with 10 °C-base temperature) or 1346.35°Cd (with 13 °C-base temperature), while Gajah could be harvested at 1792.50°Cd or 1489.50 °Cd.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENENTUAN UMUR PANEN TIGA VARIETAS KACANG

TANAH (

Arachis hypogaea

L.) BERDASARKAN

AKUMULASI SATUAN PANAS

YOGA SETIAWAN SANTOSO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Penentuan Umur Panen Tiga Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Berdasarkan Akumulasi Satuan Panas

Nama : Yoga Setiawan Santoso

NIM : A24090028

Disetujui oleh

Dr Ir Heni Purnamawati, MScAgr Pembimbing I

Dr Ir Yudiwanti Wahyu EK, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito MScAgr Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Segala puji penulis panjatkan kepada Allah ىلاعت‎ و‎ هناحبس‎ ‎-‎ Tuhan semesta alam - atas segala rahmat dan taufik-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian dengan judul Penentuan Umur Panen Tiga Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Berdasarkan Akumulasi Satuan Panas ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor pada Februari 2013 hingga Juni 2013.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Heni Purnamawati, MScAgr dan Dr Ir Yudiwanti Wahyu EK, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, koreksi dan masukan dalam penelitian dan juga dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing studi penulis di departemen Agronomi dan Hortikultura. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada MINAMAS – SIME DARBY dan Badan Metorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor yang telah banyak membantu dalam penelitian ini baik berupa bantuan dana maupun data yang sangat bermanfaat. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang turut membantu dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran yang membangun akan sangat penulis butuhkan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, November 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Kacang Tanah 2

Kriteria Panen Kacang Tanah 2

Konsep Satuan Panas 3

Suhu dan Kacang Tanah 4

METODE PENELITIAN 5

Waktu dan Lokasi Penelitian 5

Bahan dan Peralatan Penelitian 5

Rancangan Penelitian, Model Percobaan dan Analisis Data 5

Pelaksanaan 6

Pengamatan 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum 6

Umur Berbunga 8

Rekapitulasi Sidik Ragam 9

Umur Panen 10

Varietas Gajah 11

Varietas Jerapah 12

Varietas Kelinci 13

Bobot Polong 14

KESIMPULAN 14

SARAN 14

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

(11)

DAFTAR TABEL

1. Subspesies kacang tanah (Arachis hypogaea L.) 2 2. Perbedaan antar stadium kematangan polong kacang tanah 7 3. Persentase tanaman berbunga tiga varietas kacang tanah 8 4. Konversi satuan hari ke satuan panas pada saat tanaman kacang tanah

berbunga 9

5. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh varietas, umur panen, dan

interaksi keduanya pada tanaman kacang tanah 9

6. Konversi satuan waktu menjadi satuan panas tujuh taraf waktu panen 10 7. Persentase polong stadium penuh 2 antar varietas tanpa menyertakan

polong cipo tanaman kacang tanah 10

8. Total bobot polong isi per tanaman antar perlakuan waktu panen kacang

tanah 14

DAFTAR GAMBAR

1 Persentase polong penuh 2, penuh 1, setengah penuh, dan cipo antar

waktu panen varietas Gajah 11

2 Persentase polong penuh 2, penuh 1, setengah penuh, dan cipo antar

waktu panen varietas Jerapah 12

3 Persentase polong penuh 2, penuh 1, setengah penuh, dan cipo antar

waktu panen varietas Kelinci 13

DAFTAR LAMPIRAN

1. Deskripsi varietas-varietas kacang tanah yang ditanam 17 2. Kriteria penilaian hasil analisis tanah menurut Balai Penelitian Tanah

2005 17

3. Persentase jumlah polong tiap stadia kematangan polong antar waktu

panen tiga varietas kacang tanah 18

4. Suhu maksimum, suhu minimum, dan suhu rata-rata lingkungan tumbuh

selama penanaman 19

5. Curah hujan, hari hujan, dan intensitas penyinaran matahari pada

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki nilai ekonomi dan nutrisi tinggi, namun rendahnya produksi tidak dapat mengimbangi tingginya permintaan masyarakat akan kacang tanah. Produktifitas kacang tanah pada tahun 2012, yaitu 1.2 ton ha-1 (BPS 2013) tergolong cukup rendah dibandingkan produktifitas potensial varietas unggul nasional seperti Kelinci (2.3 ton ha-1), Komodo (3.3 ton ha-1), Zebra (3.8 ton ha-1), atau Panter (5.4 ton ha-1) (Suhartina 2005). Rendahnya produktifitas tersebut salah satunya disebabkan karena kehilangan hasil pada saat panen dan ketidaktepatan penentuan waktu panen. Penentuan waktu panen dan cara panen yang tidak tepat dapat mengurangi hasil panen sekitar 10-15% (Adisarwanto 2001).

Deskripsi varietas kacang tanah di Indonesia masih menggunakan satuan waktu (hari) dalam menentukan waktu panennya, sehingga akan dapat terjadi perbedaan kematangan polong pada waktu yang sama jika tanaman ditanam pada lokasi dengan ketinggian yang berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena perbedaan suhu harian yang diterima di tiap lokasi tertentu. Selain itu, waktu panen kacang tanah umumnya ditentukan oleh kondisi visual tanaman, yaitu ditandai dengan banyaknya daun yang telah berubah dari hijau menjadi kuning, atau bila dicabut akan tampak polong dengan tekstur yang jelas serta warna lebih gelap (Adisarwanto 2001). Selain itu kebanyakan petani di Indonesia menggunakan indikator penyakit bercak daun sebagai indikator waktu panen kacang tanah. Namun saat ini telah dikembangkan varietas kacang tanah yang tahan penyakit bercak daun (Yudiwanti et al. 2008), sehingga penentuan waktu panen tidak dapat lagi menggunakan indikator tersebut.

Metode satuan panas adalah metode kuantitatif mengenai hubungan antara suhu dan tanaman. Konsep satuan panas ini didasarkan pada kebutuhan total panas dari tanaman untuk tumbuh dan menghasilkan yang diasumsikan bahwa terdapat hubungan linier antara pertumbuhan tanaman dan suhu (Baharsjah 1991). Metode ini populer dengan istilah degrees-day, heat unit dan growing degrees-day. Metode satuan panas sudah banyak digunakan karena memiliki kelebihan daripada satuan waktu (hari). Kelebihan dari penerapan satuan panas sebagai umur pertumbuhan dan panen kacang tanah yaitu dapat mempermudah peramalan produksi dengan metode energy-crop-growth, simulasi produksi dan komputerisasi. Penggunaan metode akumulasi satuan panas dalam menentukan umur panen kacang tanah diharapkan dapat meningkatkan keakuratan dalam menentukan waktu panen, memudahkan taksasi hasil, simulasi produksi dan komputerisasi.

Tujuan Penelitian

(13)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Kacang Tanah

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan tropik dan subtropik dari Argentina sebelah utara sampai Amazona. Diperkirakan pada 1500 M telah menyebar di seluruh Amerika Selatan, Meksiko dan Karibia dan akhirnya dibawa ke Afrika oleh penjelajah dan pedagang Iberia. Dari Afrika kacang tanah dibawa ke Amerika Utara, Asia dan Oceania (Ashley 1984). Menurut Shokes dan Melouk (1995) kacang tanah dipercaya telah didomestikasi pertama kali di Paraguay, dan hingga saat ini kacang tanah telah ditanam di seluruh belahan dunia di lebih dari 50 negara.

Kacang tanah termasuk tanaman herba semusim, berakar tunggang, dan memiliki empat helaian daun (tetrafoliate). Pertumbuhan tanaman terdiri dari fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif dimulai sejak perkecambahan sampai sebelum berbunga, sedangkan fase generatif dimulai sejak timbulnya bunga pertama sampai dengan polong masak, yang meliputi fase pembungaan, pembentukan ginofor (peg), pembentukan polong, pembesaran polong, pembentukan biji dan pematangan biji (Shokes dan Melouk 1995).

Menurut Shokes dan Melouk (1995) terdapat dua subspesies kacang tanah yang umum dibudidayakan dengan ciri-ciri seperti pada tabel 1.

Sumarno dan Slamet (1993) menjelaskan bahwa tanaman kacang tanah memiliki sifat-sifat fisiologis yang unik yang tidak terdapat pada tanaman kacang-kacangan lain, seperti: 1) pertumbuhan vegetatif dan generatif lebih dipengaruhi oleh suhu daripada lama penyinaran, 2) pertumbuhan generatif memerlukan radiasi surya yang cukup tinggi, dan 3) bunga terbentuk pada tajuk di atas tanah, tetapi polong masuk dan berkembang di dalam tanah dan mampu menyerap hara langsung dari tanah.

Kriteria Panen Kacang Tanah

Penentuan umur panen kacang tanah pada umumnya menggunakan satuan waktu, yaitu berdasarkan satuan umur panen yang ada pada deskripsi varietas yang ditanam (Marzuki 2009). Selain itu umur panen kacang tanah juga dapat ditentukan dengan melihat perubahan karakter fisik tanaman seperti

Tabel 1 Subspesies kacang tanah (Arachis hypogaea L.) Subspesies Letak bunga Tipe

pertumbuhan

Varietas botani Waktu pematangan

hypogaea Cabang

lateral

Menyebar hypogaea, Runner Panjang (145-165 hari) Berkelompok hypogaea, Virginia

hirsuta, Peruvian humpback atau Chinese dragon

fastigiata Batang utama Tegak fastigiata, Valencia Pendek

(14)

3 menguningnya daun, meluruhnya daun, dan mengerasnya batang (Tim Bina Karya Tani 2012).

Petani biasanya juga mencabut kurang lebih sepuluh tanaman untuk melihat tingkat kematangan polongnya (Marzuki 2009). Ciri-ciri polong yang menjadi kriteria panen tanaman kacang tanah antara lain: kulit polong keras, jaring tampak jelas (khusus untuk varietas yang berjaring), warna polong terlihat menghitam, kulit polong bagian dalam terlihat menghitam, kulit biji mudah dikelupas, kadar air kurang dari 25% (Marzuki 2009), biji terisi penuh (Tim Bina Karya Tani 2012), dan persentase polong tua mencapai 70-80% (Adisarwanto 2001).

Konsep Satuan Panas

Suhu memengaruhi tanaman melalui pengaruhnya pada laju proses-proses metabolisme. Pengaruh suhu terlihat terutama pada laju perkembangan tanaman seperti perkecambahan, pembentukan daun, inisiasi organ reproduktif (Baharsjah 1991); pematangan buah, dan umur tanaman (Bey dan Las 1991).

Setiap tanaman memerlukan suhu optimum tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pertumbuhan tanaman akan terganggu atau terhenti apabila suhu lingkungan berada di bawah suhu minimum atau di atas suhu maksimum (Karsono 1984). Suhu ekstrim tinggi akan menyebabkan desikasi jaringan, yaitu kekeringan daun akibat kepanasan atau kelayuan akibat tingginya transpirasi. Suhu ekstrim rendah mengakibatkan terjadinya frost atau chilling injury dan kehampaan tinggi pada tanaman biji-bijian (Bey dan Las 1991). Bey dan Las (1991) juga menjelaskan bahwa suhu tinggi pada malam hari sangat memperlambat laju pertumbuhan, karena tingginya respirasi tidak diimbangi dengan fotosintesis sebagaimana halnya pada siang hari.

Konsep satuan panas atau degree day sudah dicetuskan lebih dari dua abad yang lalu. Konsep ini didasarkan pada kebutuhan total panas dari tanaman untuk tumbuh dan menghasilkan. Konsep satuan panas ini didasarkan pada asumsi bahwa terdapat hubungan linier antara pertumbuhan tanaman dan suhu (Baharsjah 1991). Konsep ini populer dengan istilah akumulasi satuan panas, heat unit, dan growing degrees-day.

Secara matematik persemaan untuk menghitung jumlah panas adalah sebagai berikut (Boote dan Gardner 1998):

...(persamaan 1) Keterangan :

SPn = akumulasi panas sampai hari ke-n (oCd) tmaks(i) = suhu maksimum harian (oC)

tmin(i) = suhu minimum harian (oC)

tb = suhu dasar (oC) i = hari setelah tanam

(15)

4

Untuk menghitung jumlah panas perlu mengetahui suhu dasar tanaman, yakni suhu saat di bawah suhu tersebut aktivitas pertumbuhan tanaman terhenti atau suhu saat laju pertumbuhan sama dengan nol.

Metode ini memang relatif mudah dan tidak memerlukan biaya banyak untuk dilakukan. Namun demikian terdapat beberapa kelemahan dalam penggunaannya. Menurut Baharsjah (1991) metode ini tidak memperhitungkan faktor-faktor lingkungan lain yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti kelembaban tanah, kelembaban relatif, radiasi matahari, dan angin. Selain itu terdapat perbedaan respon tanaman terhadap suhu di setiap fase perkembangan atau perbedaan suhu minimum untuk berbagai tahap pertumbuhan.

Suhu dan Kacang Tanah

Suhu berpengaruh terhadap semua aspek pertumbuhan kacang tanah. Menurut Kvien (1995) kacang tanah termasuk tanaman yang sangat sensitif terhadap suhu bahkan bisa mati karena suhu rendah. Suhu terbaik untuk fotosintesis dan produksi bahan kering tertinggi pada kacang tanah sekitar 30 oC. Suhu rendah akan mengurangi laju fotosintesis dan produksi bahan kering. Pertumbuhan dan fotosintesis rendah saat suhu di bawah 15 oC.

Ashley (1984) menjelaskan bahwa kacang tanah tumbuh paling baik pada kisaran suhu 25–35 oC dan tidak tahan terhadap embun dingin. Tipe Valencia tidak dapat berbunga pada suhu dibawah 24 oC , namun pada suhu 33 oC mengakibatkan pertumbuhan vegetatif lebih banyak tanpa kenaikan jumlah polong dan menyebabkan hanya satu persen bunga yang membentuk polong (dari 100 bunga). Pada suhu 28 oC terdapat lebih sedikit bunga (40 bunga) tetapi sekitar 59 % menjadi polong. Produksi buah tertinggi dihasilkan pada saat suhu siang/malam 26/27 oC.

Menurut Kuntyastuti (1993) penghitungan satuan panas terbaik adalah jika suhu dasar yang digunakan adalah suhu dasar tanaman pada fase vegetatif karena memberikan nilai simpangan baku (s) terkecil dibandingkan dengan penggunaan suhu dasar fase lainnya. Boote dan Gardner (1998) menyatakan suhu dasar kacang tanah adalah 10 oC, sedangkan menurut Ketring dan Reid (1995) suhu yang menyebabkan tanaman kacang tanah tidak mengalami pertumbuhan (atau biasa disebut dengan suhu dasar) adalah 13 oC.

(16)

5

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2013 di Kebun Percobaan Leuwikopo (koordinat 6.565206 oLS dan 106.725557 oBT, ketinggian lebih kurang 250 m) dan Laboratorium Pascapanen (Postharvest Laboratory), Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor. Data iklim dan cuaca harian didapatkan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor (kooordinat 06o31’ LS 106o44’ BT, ketinggian lebih kurang 207 m)

Bahan dan Peralatan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih tiga varietas kacang tanah (Gajah, Jerapah, dan Kelinci), Dolomit CaMg(CO3)2, pupuk kandang, pupuk NPK Phonska (15-15-15), dan pestisida (Furadan, Curacron, dan Antracol). Peralatan yang digunakan antara lain peralatan pertanian, penggaris, timbangan digital, jangka sorong digital, kamera digital, dan latar foto.

Rancangan Penelitian, Model Percobaan dan Analisis Data

Percobaan terdiri atas dua faktor yang disusun petak terbagi (split plot) dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan tiga ulangan. Petak utama adalah varietas dengan tiga taraf, yaitu Gajah (V1), Jerapah (V2), dan Kelinci (V3). Sebagai anak petak adalah waktu panen dengan tujuh taraf yaitu 85 (P1), 90 (P2), 95 (P3), 100 (P4), 105 (P5), 110 (P6), dan 115 hari (P7). Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006) model linier untuk percobaan ini dapat dituliskan seperti dalam persamaan 2.

Yijk = µ + Ui + Pj + αij + Kk + (PK)jk+ εijk...( persamaan 2) Keterangan: i = 1, 2, 3; j = 1, 2, 3; k = 1, 2, 3, ... , 7

Yijk = Pengamatan pada faktor varietas taraf ke-i, faktor waktu panen taraf ke-j, dan ulangan ke-k

µ = Rataan umum

Ui = Pengaruh ulangan ke-i

Pj = Pengaruh varietas (petak utama) taraf ke-j

αij = Pengaruh galat pada ulangan ke-i dan varietas taraf ke-j Kk = Pengaruh waktu panen (anak petak) taraf ke-k

(PK)jk = Pengaruh interaksi antara varietas (petak utama) taraf ke-j dan waktu panen (anak petak) taraf ke-k

(17)

6

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Uji F. Analisis dilanjutkan dengan Uji Perbandingan Berganda Duncan (DMRT, Duncan Multiple Range Test) apabila hasil pengujian sebelumnya (Uji F) berpengaruh nyata. Apabila hasil pengujian Split Plot (Uji F) tidak menunjukkan interaksi berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan pengujian faktor tunggal (terutama pengaruh umur panen pada setiap taraf varietas).

Pelaksanaan

Benih diseleksi berdasarkan ukuran dan bentuk, diupayakan benih yang ditanam berukuran seragam. Penambahan pupuk kandang dengan dosis 1 ton ha-1 dan Dolomit dengan dosis 600 kg ha-1 dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah. Pemetakan dilakukan dua minggu setelah pengolahan tanah dengan ukuran petak 4.5 m × 3.6 m. Setiap petak mewakili satu taraf varietas dan satu ulangan sehingga terdapat 9 petak.

Jarak tanam yang digunakan adalah 40 cm × 20 cm. Benih ditanam sebanyak satu benih per lubang tanam. Pemberian pupuk NPK Phonska (15-15-15) dengan dosis 200 kg ha-1 dilakukan sepuluh hari setelah tanam dengan cara ditebar dalam alur. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman (pada 1 MST), pemberian bendera pada tanaman sulaman dan tanaman sakit (pada 10 HST), pembumbunan, penyiraman, penyiangan, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Pemberian bendera bertujuan menandai tanaman sulaman agar tidak digunakan sebagai sampel karena sampel yang diambil harus memiliki umur yang sama pada tiap panen. Panen dilakukan sesuai dengan perlakuan waktu panen.

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan yaitu pengamatan umur berbunga (jumlah tanaman berbunga dalam populasi) dan pengamatan umur panen (kematangan polong). Pengamatan kematangan polong (umur panen) meliputi pengamatan persentase polong tiap stadium kematangan (Tabel 2), warna polong bagian luar dan jaring-jaring, ukuran polong, warna kulit polong bagian dalam, warna kulit biji, serta bobot polong kering. Selain itu dilakukan juga penghitungan akumulasi satuan panas tanaman berdasarkan data yang didapatkan dari BMKG Stasiun Klimatologi Dramaga Februari-Juni 2013.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

(18)

7 empat bulan basah (curah hujan lebih dari 200 mm bulan-1) yaitu bulan Februari, Maret, April, dan Mei; dan satu bulan kering (curah hujan kurang dari 100 mm bulan-1) yaitu bulan Juni. Rata-rata hari hujan sebesar 23.4 hari, rata-rata intensitas cahaya matahari sebesar 299.76 cal cm-2, rata-rata suhu udara maksimum harian sebesar 32.3 °C, dan rata-rata suhu udara minimum harian sebesar 23.3 °C. Secara umum tanaman mendapatkan air yang cukup dan suhu yang optimal selama pertumbuhan.

Tabel 2 Perbedaan antar stadium kematangan polong kacang tanah Stadium

Cipo Fase awal pembentukan polong, bentuk

belum sempurna, diameter lebih besar dari dua kali diameter ginofor, sebagian besar isi masih berupa bahan cair, jaring-jaring belum terlihat

Penuh 1 Bentuk sempurna, ukuran maksimal,

kulit bagian luar berwarna kuning kecoklatan, jaring-jaring sudah terlihat, kulit bagian dalam berwarna putih, kulit biji berwarna putih

Penuh 2 Bentuk sempurna, ukuran maksimal,

kulit bagian luar berwarna coklat, jaring-jaring sudah terlihat, kulit bagian dalam

terdapat bercak coklat, kulit biji

berwarna merah muda (pink) untuk

varietas Gajah dan Jerapah; putih untuk varietas Kelinci

Penuh 3 Bentuk sempurna, ukuran maksimal,

kulit bagian luar berwarna coklat, jaring-jaring sudah terlihat, kulit bagian dalam hampir dipenuhi bercak coklat, kulit biji berwarna kecoklatan

Berkecam-bah

Biji berkecambah dalam polong atau polong pecah lalu berkecambah

Rusak Biji rusak terserang hama atau penyakit

(19)

8

Jenis tanah di lokasi percobaan termasuk jenis tanah latosol dengan pH rendah (masam) yaitu 5.10 (Lampiran 2). Kandungan Ca dan Mg di lahan juga tergolong rendah. Penambahan Dolomit CaMg(CO3)2 dengan dosis 600 kg ha-1 saat pengolahan tanah diharapkan dapat memperbaiki sifat kimia tanah, yaitu meningkatkan pH, meningkatkan kandungan Ca dan Mg, serta meningkatkan ketersediaan unsur P dalam tanah.

Daya tumbuh benih masih tergolong tinggi (di atas 80%) yaitu 91.92% untuk varietas Kelinci, 87.88% untuk varietas Jerapah, dan 84.34% untuk varietas Gajah. Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur satu minggu setelah tanam (MST) dan pemberian bendera dilakukan saat 10 hari setelah tanam (HST).

Umur Berbunga

Penentuan umur berbunga kacang tanah didasarkan pada persentase tanaman berbunga dalam populasi. Pengamatan umur berbunga dilakukan sejak ada tanaman dalam populasi mulai berbunga hingga lebih dari 75% populasi telah berbunga. Pengamatan dilakukan pada pagi hari. Menurut Shokes dan Melouk (1995) waktu penyerbukan kacang tanah (self pollination) biasanya dimulai saat matahari terbit hingga 5-6 jam setelahnya. Penyerbukan terjadi beberapa saat sebelum bunga mekar (kliestogami) sehingga diharapkan pada pagi hari bunga kacang tanah masih terlihat jelas (belum layu).

Varietas Kelinci mulai berbunga pada 23 hari setelah tanam (HST), sedangkan varietas Jerapah dan Gajah mulai berbunga pada 24 HST (Tabel 3). Varietas Kelinci mencapai 50% tanaman berbunga pada 26 HST, sedangkan varietas Jerapah dan Gajah mencapai 50% tanaman berbunga pada 27 HST (Tabel 3). Secara umum menurut Shokes dan Melouk (1995) kacang tanah mulai berbunga pada umur 4–6 minggu setelah tanam (MST) atau bahkan mulai berbunga pada 6–10 MST. Menurut Purnamawati (2012) selisih waktu antara periode bunga dengan waktu panen menggambarkan periode pengisian biji.

Pembentukan bunga masih terus berlangsung walaupun tanaman memasuki periode pengisian biji. Purnamawati (2012) melaporkan bahwa varietas Gajah dan Jerapah mengalami pertambahan jumlah bunga yang cepat pada awal pembungaan dan laju pertambahannya berkurang drastis selama periode pembentukan polong dan pengisian biji, sedangkan pada varietas Kelinci laju pertambahan cenderung konstan dan sedikit melambat saat periode pengisian polong.

Penghitungan satuan panas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menghitung rata-rata suhu maksimum dan minimum harian lalu dikurangi dengan suhu dasar tanaman (Ketring dan Reid 1995), seperti pada persamaan 1. Berdasarkan akumulasi satuan panas yang diperoleh tanaman (Tabel 4) maka varietas Kelinci mulai berbunga pada 403.60 °Cd (suhu dasar 10 °C), sedangkan

Tabel 3 Persentase tanaman berbunga tiga varietas kacang tanah Varietas Rata-rata persentase tanaman berbunga (%)

23 HST 24 HST 25 HST 26 HST 27 HST 28 HST

Jerapah 0.0 1.4 7.2 39.9 68.7 90.2

Gajah 0.0 2.0 12.8 46.7 73.5 92.9

(20)

9 varietas Gajah dan Jerapah keduanya mulai berbunga pada 420.75 °Cd (suhu dasar 10 °C) atau 348.75 °Cd (suhu dasar 13 °C).

Hal ini sejalan dan mendukung Ketring dan Reid (1995) yang menyatakan bahwa kacang tanah tipe Spanish (seperti varietas Gajah dan Jerapah) mulai berbunga pada 300–400 °Cd (suhu dasar 13 oC). Varietas Kelinci mencapai 50% tanaman tanaman berbunga pada 454.85 °Cd; varietas Gajah dan Jerapah mencapai 50% tanaman berbunga pada 472.20 °Cd.

Rekapitulasi Sidik Ragam

Parameter-paramater yang menunjukkan kematangan polong atau stadium-stadium kematangan polong yang digunakan dalam penelitian ini antara lain stadium polong penuh 3, penuh 2, penuh 1, setengah penuh, cipo, berkecambah, dan polong rusak seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada tabel 2. Hasil analisis ragam (Tabel 5) menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap semua stadium kematangan polong kecuali stadium polong setengah penuh dan berkecambah. Umur panen berpengaruh sangat nyata terhadap semua stadium kematangan polong kecuali stadium polong cipo dan rusak.

Interaksi antar faktor (varietas dan umur panen) tidak berpengaruh terhadap semua stadium kematangan polong (Tabel 5). Karena interaksi tidak berpengaruh, Tabel 5 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh varietas, umur panen, dan

interaksi keduanya pada tanaman kacang tanaha

Stadium kematangan polong Varietas Umur panen Interaksi KK (%)

Penuh 3 ** ** tn 22.14

Hasil analisis setelah dilakukan transformasi data dengan arcsin akar kuadrat, ** sangat nyata (F

hitung < 1%), tn Tidak nyata (F hitung > 5%).

Tabel 4 Konversi satuan hari ke satuan panas pada saat tanaman kacang tanah berbunga

(21)

10

pengujian dilanjutkan (pada faktor tungggal umur panen) untuk melihat pengaruh umur panen pada tiap taraf varietas yang diuji (Gajah, Jerapah, dan Kelinci). Pengujian juga dilakukan terhadap semua stadium kematangan polong.

Umur Panen

Pengamatan pasca panen (polong) dilakukan secara dekstruktif pada tujuh taraf waktu pemanenan, yaitu 85, 90, 95, 100, 105, 110, dan 115 HST. Berdasarkan hasil konversi satuan (Tabel 6), pengamatan dilakukan pada saat akumulasi satuan panas tanaman berkisar antara 1530.05 °Cd dan 2058.60 °Cd (pada suhu dasar 10 °C) atau antara 1272.05°Cd dan 1710.60°Cd (pada suhu dasar 13 °C). Secara umum suhu udara selama pertumbuhan tanaman tergolong baik dan optimum untuk pertumbuhan.

Umur panen kacang tanah ditentukan berdasarkan tingkat kematangan polong, yaitu saat persentase polong standar konsumsi (stadium penuh 2) mencapai tertinggi, serta ukuran dan kematangan polong seragam. Keseragaman ukuran polong ditandai dengan rendahnya persentase polong setengah penuh, keseragaman kematangan ditandai dengan rendahnya persentase polong stadium penuh 1. Sanders (1995) mengemukakan bahwa persentase polong matang untuk menentukan waktu panen kacang tanah tipe Spanish adalah 75-80%. Berdasarkan kriteria Sanders, maka kacang tanah varietas Gajah dan Jerapah dapat dipanen

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT dengan α = 5%

Tabel 6 Konversi satuan waktu menjadi satuan panas tujuh taraf waktu panen Umur

(22)

11 Varietas Gajah

Kacang tanah varietas Gajah adalah kacang tanah tipe Spanish dari seleksi keturunan persilangan Schwarz-21 Spanish 18-38 (Suhartina 2005). Rata-rata polong tanaman selama waktu panen berbiji 1–2. Berdasarkan hasil pengujian, seluruh stadium kematangan polong berbeda nyata terhadap persentase polong kecuali stadium polong rusak (Lampiran 3). Polong stadium penuh 2 berbeda nyata antar waktu panen dengan nilai tertinggi pada 90 (51.62 %), 95 (42.20 %), dan 100 HST (50.92 %) (Gambar 1). Persentase polong stadium 1 berbeda nyata

antar waktu panen dengan nilai terendah pada 95 (10.74%), 100 (5.69 %), 105 (3.78 %), 110 (3.45 %), dan 115 HST (2.01 %). Persentase polong stadium setengah penuh berbeda nyata antar waktu panen dengan nilai terendah pada 90, 100, 105, 110, dan 115 HST. Persentase polong stadium penuh 2 tertinggi dengan persentase polong stadium penuh 1 dan setengah penuh terendah didapatkan pada waktu panen 100 HST. Selama masa pengisian dan pemasakan polong, persentase polong cipo cenderung konstan walaupun terdapat perbedaan pada 85 dan 90 HST. Selain itu pada Gambar 1 juga terlihat penurunan persentase polong penuh 2 secara signifikan setelah 100 HST.

Hasil yang ditunjukkan bahwa waktu panen yang tepat varietas gajah yaitu pada 100 HST mendukung pendapat Sanders (1995). Walaupun tidak berbeda nyata antara 90, 95, dan 100 HST (Tabel 7), persentase polong penuh 2 cenderung paling tinggi pada 100 HST, yaitu 75.12%. Berarti berdasarkan satuan panas waktu panen kacang tanah varietas Gajah

(23)

12

Varietas Jerapah

Kacang tanah varietas Jerapah adalah kacang tanah tipe Spanish dari hasil silang tunggal varietas lokal Majalengka dengan ICGV 86021 (Suhartina 2005). Rata-rata polong tanaman selama waktu panen berbiji 1–2 seperti ciri kacang tanah tipe Spanish pada umumnya.

Berdasarkan hasil pengujian, stadium kematangan polong penuh, setengah penuh, dan polong berkecambah berbeda nyata terhadap persentase polong. Persentase polong rusak dan polong cipo tidak berbeda nyata antar waktu panen (Lampiran 3). Persentase polong stadium penuh 2 berbeda nyata antar waktu panen dengan nilai tertinggi pada 90 (57.39 %) dan 100 HST (41.07 %) (Gambar 2). Persentase polong stadium penuh 1 dan setengah penuh berbeda nyata antar waktu panen. Persentase polong stadium penuh 1 dan polong setengah penuh keduanya tidak berbeda nyata pada 90, 95 dan 100 HST. Persentase polong stadium penuh 2 tertinggi dengan persentasi polong stadium penuh 1 dan setengah penuh terendah didapatkan pada waktu panen 90 dan 100 HST.

Persentase polong cipo varietas Jerapah konstan (Gambar 2) selama pengisian polong dan tidak berbeda nyata antar waktu panen. Persentase polong penuh 2 masih belum muncul pada 85 HST dan berkurang signifikan setelah 100 HST.

Persentase polong penuh 2 terhadap total polong tanpa menyertakan polong cipo varietas Jerapah (Tabel 7) menunjukkan perbedaan yang nyata antar waktu panen dengan nilai tertinggi pada 90 HST (77.55 %), sehingga 90 HST dianggap Penuh 2 0.00 c 57.39 a 38.96 b 41.07 ab 12.40 c 1.71 c 1.76 c

Penuh 1 51.79 a 10.15 bc 14.03 b 10.84 bc 5.35 cd 4.75 cd 0.87 d

½ Penuh 7.77 a 2.40 abc 7.03 ab 4.10 abc 1.59 bc 2.08 bc 0.44 c

Cipo 33.62 26.06 29.01 32.40 27.16 26.78 28.38

Gambar 2 Persentase polong penuh 2, penuh 1, setengah penuh, dan cipo antar waktu panen kacang tanah varietas Jerapah

(24)

13 waktu panen yang tepat untuk varietas Jerapah. Hal ini juga mendukung pendapat Sanders. Berdasarkan satuan panas yang didapat tanaman (Tabel 6), varietas Jerapah sudah dapat dipanen pada 1619.35 °Cd (suhu dasar 10 °C) atau 1346.35°Cd (suhu dasar 13 °C).

Varietas Kelinci

Kacang tanah varietas Kelinci adalah kacang tanah tipe Valencia yang berasal dari IRRI-Filipina dengan No. Acc-12 (Suhartina 2005). Rata-rata polong tanaman selama waktu panen berbiji 3-5 seperti ciri kacang tanah tipe Valencia pada umumnya. Berdasarkan hasil pengujian, persentase polong cipo varietas Kelinci cenderung konstan (Gambar 3) selama pengisian polong dan tidak berbeda nyata antar waktu panen. Persentase polong penuh 2 masih belum muncul pada 85 HST dan berkurang signifikan setelah 100 HST. Varietas Kelinci menghasilkan lebih banyak polong (termasuk polong cipo) per tanaman daripada dua varietas lainnya (Gambar 1, 2, 3). Menurut Purnamawati et al. (2010) hal ini kemungkinan disebabkan kurangnya asimilat dari fotosintesis (source-limited).

Persentase polong penuh dan setengah penuh berbeda nyata terhadap persentase polong. Persentase polong berkecambah, rusak, dan polong cipo tidak berbeda nyata antar waktu panen (Lampiran 3). Sama seperti varietas Jerapah, polong stadium penuh 2 berbeda nyata antar waktu panen dengan persentase polong tertinggi pada 90 (37.33 %), 95 (31.39 %), dan 100 HST (32.09 %) (Gambar 3) namun memiliki kecenderungan tertinggi pada 90 HST. Persentase polong penuh 1 dan setengah penuh berbeda nyata antar waktu panen namun tidak berbeda pada 90, 95 dan 100 HST.

Penuh 2 0.00 c 37.33 a 31.39 a 32.09 a 5.99 b 3.04 b 4.84 b Penuh 1 33.06 a 6.23 b 4.92 bc 6.65 b 2.39 bc 4.46 bc 0.00 c ½ Penuh 6.04 a 3.02 ab 3.16 ab 2.72 ab 2.35 b 3.10 ab 0.97 b

Cipo 58.61 51.54 57.50 53.72 53.28 43.75 51.34

Gambar 3 Persentase polong penuh 2, penuh 1, setengah penuh, dan cipo antar waktu panen kacang tanah varietas Kelinci

(25)

14

Bobot Polong

Bobot polong didapatkan dari pengukuran bobot polong tanaman setelah dikeringkan (oven). Berdasarkan hasil analisis ragam, total bobot polong isi per tanaman varietas Gajah dan Jerapah tidak berbeda nyata antar waktu panen, dan total bobot polong isi per tanaman (Tabel 8) varietas Kelinci berbeda nyata antar waktu panen. Total bobot polong isi per tanaman varietas Kelinci pada 90 HST (21.21 g) tidak berbeda nyata dengan total bobot polong isi pada 95 (20.10 g), 105 (23.25 g), dan 110 HST (18.38).

Berdasarkan Tabel 8, dan juga dengan memperhatikan persentase polong, varietas Kelinci sudah layak untuk dipanen pada saat tanaman mencapai umur 90 HST; atau pada saat satuan panas tanaman (Tabel 6) mencapai 1619.35°Cd (suhu dasar 10 °C) atau 1346.35°Cd (dengan suhu dasar 13 °C).

KESIMPULAN

Varietas Kelinci mulai berbunga pada 403.60 °Cd (suhu dasar 10 °C) atau 334.60 °Cd (suhu dasar 13 °C), sedangkan varietas Gajah dan Jerapah keduanya mulai berbunga pada 420.75 °Cd atau 348.75 °Cd. Varietas Kelinci mencapai 50% tanaman tanaman berbunga pada 453.85 °Cd atau 376.85 °Cd, sedangkan varietas Gajah dan Jerapah mencapai 50% tanaman berbunga pada 470.95 °Cd atau 391.80 °Cd. Varietas Kelinci dan Jerapah dapat dipanen pada 1619.35°Cd (suhu dasar 10 °C) atau 1346.35 °Cd (suhu dasar 13 °C), sedangkan varietas Gajah dapat dipanen pada 1792.50°Cd atau 1489.50 °Cd.

SARAN

Penelitian ini sebaiknya dilanjutkan dengan penelitian yang sama pada tempat yang berbeda ketinggian misalnya tempat dengan ketinggian 0-100 m dpl dan 400-500 m dpl agar pengaruh dari suhu dapat terlihat jelas.

Tabel 8 Total bobot polong isi per tanaman antar perlakuan waktu panen kacang tanaha

Varietas Waktu Panen (HST)

85 90 95 100 105 110 115

(g)

Gajah 19.09 22.11 21.91 20.54 19.09 18.26 19.69 Jerapah 12.06 18.99 18.75 16.28 17.20 15.91 15.56 Kelinci 17.30 b 21.21 ab 20.10 ab 18.38 b 23.25 a 20.48 ab 17.65 b a

(26)

15

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto T. 2001. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Ashley JM. 1984. Kacang tanah. Di dalam: Tohari, penerjemah; Goldsworthy PR, Fidher NM, Soedharoedjian, editor. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr. Terjemahan dari: The Physiology of Tropical Field Crops.

Baharsjah JS. 1991. Hubungan cuaca–tanaman. Bey A, editor. Kapita Selekta dalam Agrometeorologi. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Bey A, Las I. 1991. Strategi Pendekatan Iklim dalam Usaha Tani. Bey A, editor.

Kapita Selekta dalam Agrometeorologi. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Boote KJ, Gardner FP. 1998. Temperature. Sinclair TR, Gardner FP, editor.

Principles of Ecology in Plant Production. Florida (US): CAB International. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Tabel luas panen produktivitas produksi

tanaman kacang tanah seluruh provinsi [Internet]. [diunduh 2013 Juli 17]. Tersedia pada http://bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3.

Karsono. 1984. Penggunaan metode jumlah panas untuk menentukan umur kedelai (Glycine max (L.) Merr) pada tiga tinggi tempat [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Kartasapoetra AG. 2004. Klimatologi Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Ed Revisi. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

Ketring DL, Reid JL. 1995. Peanut growth and development. Mellouk HA, Shokes FM, editor. Peanut Health Management. Minnesota (US): APS Pr. Kuntyastuti H. 1993. Penggunaan metode satuan panas untuk menentukan umur

panen kacang hijau [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kvien C. 1995. Physiological an environmental disorder of peanut. Melouk HA, Shokes FM, editor. Peanut Health Management. Minnesota (US): APS Pr. Lenisastri. 2000. Penggunaan metode akumulasi satuan panas (heat unit) sebagai

dasar penentuan umur panen benih sembilan varietas kacang tanah (Arachis hypogaea) [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan MINITAB. Bogor (ID): IPB Pr.

Marzuki AR. 2009. Bertanam Kacang Tanah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Purnamawati H. 2012. Analisis potensi hasil kacang tanah dalam kaitan dengan

kapasitas dan aktifitas source dan sink [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Purnamawati H, Poerwanto R, Lubis I, Yudiwanti, Rais SA, Manshuri AG. 2010. Akumulasi dan distribusi bahan kering pada beberapa kultivar kacang tanah. J. Agron. Indonesia. 38(2):100-106.

Sanders TH. 1995. Harvesting, storage, and quality of peanuts. Mellouk HA, Shokes FM, editor. Peanut Health Management. Minnesota (US): APS Pr. Shokes FM, Melouk HA. 1995. Plant health management in peanut production.

(27)

16

Suhartina. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang (ID): Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Sumarno, Slamet P. 1993. Fisiologi dan pertumbuhan kacang tanah. Di dalam: Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Monograf Balittan Malang. Kacang Tanah. Malang (ID): Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Tim Bina Karya Tani. 2012. Pedoman Bertanam Kacang Tanah. Bandung (ID): Yrama Widya.

(28)

17 Lampiran 1 Deskripsi varietas-varietas kacang tanah yang ditanam (Trustinah

2005)

Keterangan Varietas

Gajah Jerapah Kelinci

Tipe Spanish Spanish Valencia

Dilepas tahun 1950 1998 1987

Warna bunga Kuning Kuning muda Kuning

Warna ginofor Ungu Hijau Hijau

Warna biji Merah muda Merah muda Merah muda

Bentuk tanaman Tegak Tegak Tegak

Umur berbunga 30 hari 28–31 hari 25–29 hari

Sifat lain Rendemen biji 60-70

%

Toleran kekeringan, hasil stabil,

beradaptasi luas

Rendemen biji 67 %

Lampiran 2 Kriteria penilaian hasil analisis tanah menurut Balai Penelitian Tanah 2005

Parameter Satuan Nilai Kriteria

(29)

18

Lampiran 3 Persentase jumlah polong tiap stadia kematangan polong antar waktu panen tiga varietas kacang tanah

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT dengan α = 5%

Varietas Jerapaha

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT dengan α = 5%

Varietas Kelincia

Cipo 60.00 51.77 58.31 54.47 54.63 51.25 53.01

Berkecambah 0.30 0.49 0.28 0.00 0.45 2.75 3.34

Rusak 0.60 1.16 1.66 0.35 1.44 2.02 4.00

Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 a

(30)

19 Lampiran 4 Suhu maksimum, suhu minimum, dan suhu rata-rata lingkungan

tumbuh selama penanaman (BMKG Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor 2013)

Lampiran 5 Curah hujan, hari hujan, dan intensitas penyinaran matahari pada Februari-Juni 2013a

Bulan Curah hujan

(mm)

Hari hujan (hari)

Intensitas penyinaran matahari (cal cm-2)

Februari 406.2 24 293.6

Maret 289.8 26 329.6

April 216.0 26 314.3

Mei 399.3 22 283.3

Juni 62.3 19 278.0

a

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor

20,0 22,5 25,0 27,5 30,0 32,5 35,0

19 25 3 9 15 21 27 2 9 16 23 30 7 14 21 28 4 10 15

S

u

h

u

(

°

C)

Suhu Maksimum Suhu Minimum Suhu Rata-rata

(31)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Yoga Setiawan Santoso, dilahirkan di Tuban, Jawa Timur pada tanggal 10 Juli 1991 dari pasangan ayah Gusno Santoso dan ibu Nurkaryati. Penulis adalah putra pertama dari dua bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Jember pada tahun 2009 dan lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian pada tahun yang sama.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti program pertukaran pelajar Malaysia-Indonesia-Thailand (MIT exchange program) ke Kasetsart University Thailand pada tahun ajaran 2010/2011 dan penulis menjadi asisten praktikum Dasar Hortikultura pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis pernah aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah Jember sebagai wakil ketua umum pada tahun 2009/2010 dan sebagai ketua umum pada tahun 2010/2011. Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di PT Arutmin Indonesia, Site Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

Gambar

Tabel 1  Subspesies kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
Tabel 2  Perbedaan antar stadium kematangan polong kacang tanah
Tabel 3  Persentase tanaman berbunga tiga varietas kacang tanah
Tabel 4  Konversi satuan hari ke satuan panas pada saat tanaman kacang tanah berbunga
+5

Referensi

Dokumen terkait

Proses diagnosa penyakit diikuti dengan tersedianya lebih dari satu pilihan yang memenuhi kriteria tertentu adalah termasuk permasalahan fuzzy logic, fuzzy logic

Terhadap 6 (enam) penawar, 3 (tiga) penawar dinyatakan lulus evaluasi administrasi, teknis dan harga sehingga dapat ditetapkan sebagai calon pemenang, yaitu :.

Dengan sistem yang akan dibangun ini, yaitu sewa VCD dengan sistem antar jemput dan SMS, pelanggan dapat melakukan sendiri proses peminjaman, pengembalian, melihat film

Kualitas hidup pada kelompok yang biasa sarapan cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok yang tidak biasa sarapan, namun tidak terdapat perbedaan signifikan secara

Fokus penelitian ini adalah “ Peran ketua prodi sebagai pembuat keputusan dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) di Prodi DIII Keperawatan Stikes Yarsi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan perendaman telur dengan menggunakan larutan ekstrak Daun Cengkeh dalam dosis yang berbeda maka intensitas

Dari penelitian ini penulis menemukan temuan bahwa tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Islam desa Keboananom Sidoarjo dalam hal pernikahan berdasarkan penelitian

Diversiikasi Energi melalui kebijakan/regulasi, kegiatan, dan/ atau produk nyata secara isik sebagai hasil inovasi dan pengem - bangan teknologi baru yang berdampak besar