• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh paclobutrazol terhadap karakteristik fisiologis dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea L.) varietas sima dan kelinci

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh paclobutrazol terhadap karakteristik fisiologis dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea L.) varietas sima dan kelinci"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP

KARAKTERISTIK FISIOLOGIS DAN HASIL KACANG

TANAH (

Arachis Hypogaea L.

)

VARIETAS SIMA DAN KELINCI

Oleh:

NAJMI RIDHA SYA’BANI

A24051758

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

NAJMI RIDHA SYA’BANI. Pengaruh Paclobutrazol terhadap Karakteristik Fisiologis dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Varietas Sima dan Kelinci. (Dibimbing oleh HENI PURNAMAWATI).

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan

paclobutrazol terhadap karakter fisiologis dan hasil kacang tanah (Arachis

hypogaea L.) varietas Sima dan Kelinci. Percobaan dilaksanakan di lahan

percobaan Cikabayan dan laboratorium micro technology Departemen Agronomi

dan Hortikultura IPB Darmaga Bogor pada bulan April sampai dengan Juli 2009.

Perlakuan paclobutrazol dilakukan pada minggu ke 8 setelah tanam (MST).

Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot) dengan

rancangan lingkungan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas petak

utama dan anak petak. Petak utama adalah perlakuan varietas yang terdiri atas

varietas Sima dan Kelinci . Anak petak adalah perlakuan paclobutrazol dengan

tiga taraf yaitu 0, 100, dan 200 ppm . Total perlakuan adalah varietas Sima tanpa

perlakuan paclobutrazol, varietas Sima dengan perlakuan paclobutrazol 100 ppm,

varietas Sima dengan perlakuan paclobutrazol 200 ppm, varietas Kelinci tanpa

perlakuan paclobutrazol, varietas Kelinci dengan perlakuan paclobutrazol 100

ppm, varietas Kelinci dengan perlakuan paclobutrazol 200 ppm. Masing-masing

perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 18 satuan percobaan.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan paclobutrazol berinteraksi

dengan varietas Sima dalam menurunkan jumlah daun tanaman kacang tanah

dengan konsentrasi paclobutrazol berbeda. Jumlah daun varietas Sima menurun

setelah perlakuan paclobutrazol 100 ppm sedang jumlah daun varietas Kelinci

menurun setelah perlakuan paclobutrazol 200 ppm. Perlakuan paclobutrazol pada

kacang tanah secara tunggal mempengaruhi peningkatan laju pertumbuhan polong

pada minggu ke 10 hingga 12 sebesar 75%. Hasil kacang tanah yang mendapat

perlakuan paclobutrazol 200 ppm memiliki jumlah polong, jumlah biji, dan indeks

(3)

paclobutrazol. Perlakuan paclobutrazol 200 ppm, juga mampu meningkatkan

produktivitas hasil kacang tanah mencapai 35%.

Perlakuan varietas menunjukkan bahwa varietas Sima memiliki bobot

kering tajuk lebih besar pada 12 MST, indeks luas daun yang lebih tinggi pada 6

MST, laju pertambahan bahan kering lebih cepat pada 6 hingga 8 MST, serta

jumlah biji yang lebih banyak dibandingkan dengan varietas Kelinci. Varietas

Kelinci menghasilkan jumlah polong yang lebih tinggi daripada Sima. Pada kedua

varietas tidak terdapat perbedaan hasil yang signifikan dari nilai produktitivitas

Sima dan Kelinci yang masing-masing 1.12 dan 1.01. Pada keduanya, diduga

mengalami hambatan dalam pengisian polong. Pada fase pengisian polong, bahan

kering yang dihasilkan varietas Sima lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan

tajuk dibandingkan untuk pengisian polong sedangkan varietas Kelinci pada fase

tersebut tidak memiliki cukup bahan kering untuk pembentukan asimilat yang

(4)

PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP

KARAKTERISTIK FISIOLOGIS DAN HASIL KACANG

TANAH (

Arachis hypogaea L.

)

VARIETAS SIMA DAN KELINCI

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

NAJMI RIDHA SYA’BANI A24051758

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul

:

PENGARUH

PACLOBUTRAZOL

TERHADAP

KARAKTERISTIK FISIOLOGIS DAN HASIL

KACANG

TANAH

(

Arachis

hypogaea

L.

)

VARIETAS SIMA DAN KELINCI

Nama

:

NAJMI RIDHA SYA’BANI

NRP

:

A24051758

Menyetujui,

Pembimbing

(Ir. Heni Purnamawati, MSc.Agr.)

NIP. 19660406 199003 2 009

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian IPB

(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr.)

NIP. 19611101 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 9 April 1987 dari pasangan

Bapak Is Sudaryono dan Ibu Apriyanti Budianingsih. Penulis anak kedua dari

enam bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 07 Pagi Jakarta

Timur tahun 1999 kemudian melanjutkan ke SLTPN 1 Kupang, NTT dan lulus

pada tahun 2002. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 11 Jakarta Timur pada

tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor

(IPB) sebagai mahasiswa melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

(SPMB). Pada tahun 2006 penulis tercatat sebagai mahasiswa Departemen

Agronomi dan Hortikultura (AGH) Fakultas Pertanian dengan minor Komunikasi.

Selama menempuh studi di IPB, penulis aktif menjadi asisten mata kuliah

yaitu asisten praktikum Pendidikan Agama Islam (2007-2009). Selain itu penulis

juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan baik intra maupun ekstra kampus.

Penulis aktif sebagai pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa Forum for Scientific

Studies (UKM FORCES) dari tahun 2006-2009. Pada tahun 2006-2007 penulis

menjabat sebagai Ketua Divisi Keuangan Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas

Pertanian (DPM A). Penulis juga pernah tergabung dengan organisasi ekstra

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala rahmat dan karunia Allah SWT yang senantiasa

terlimpah sehingga memberikan kekuatan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan

laporan penelitian ini dengan baik.

Penelitian perlakuan paclobutrazol pada tanaman kacang tanah ini

dilaksanakan terdorong oleh keinginan untuk mengetahui pengaruh paclobutrazol

yang diperlakuankan pada tanaman kacang tanah berumur 8 MST dengan 3

konsentrasi berbeda terhadap karakter fisiologis dan hasil tanaman kacang tanah

(Arachis hypogaea L).

Penulis menyampaikan terima kasih kepada

1. Ibu dan Bapak, Mas Lukman, Fuad, Ilham, Hadi, dan Hamid yang telah

memberi dukungan moril dan materiil.

2. Ir Heni Purnamawati, MSc.Agr sebagai pembimbing akademik dan

pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan

pengarahan selama penyusunan laporan hasil penelitian.

3. Dr Sandra Arifin Aziz dan Dr Ir Darda efendi yang telah memberikan saran

dan pengarahan dalam rangka menyempurnakan laporan hasil penelitian.

4. Ustadzah Endah Purwanti, Denok, Febriany, Izzati, Astri, dan Fitri yang

senantiasa sabar mendampingi dan menasehati penulis.

5. Keluarga Besar Departemen AGH FAPERTA IPB, AGH 42 khususnya Fefin,

Fuzy, dan Atika yang telah banyak memberi dukungan selama proses

penelitian hingga selesai penulisan.

6. Teman-teman yang tergabung dalam FORCES IPB, DPM A, FKRD A,

VAMDI , SGEI 1 DD Republika, serta guru, murid-murid, dan orang tua

murid di Matematika Akhlak yang banyak memberikan pelajaran berharga

bagi penulis.

Penulis berharap semoga laporan penelitian ini bermanfaat. Amin

Bogor, Maret 2011

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Botani dan Morfologi Kacang Tanah ... 4

Fisiologi dan Pertumbuhan Kacang Tanah ... 5

Paclobutrazol ... 8

Varietas Unggul ... 10

BAHAN DAN METODE ... 12

Waktu dan Tempat ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian ... 12

Pelaksanaan Penelitian ... 13

Pengolahan Lahan dan Penanaman ... 13

Pemeliharaan ... 14

Panen ... 15

Pengamatan ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

Hasil ... 17

Kondisi Umum ... 17

Rekapitulasi Sidik Ragam ... 18

Interaksi antara Paclobutrazol dan Varietas ... 20

Pengaruh Perlakuan Paclobutrazol pada Tanaman Kacang Tanah ... 21

Akumulasi Bahan Kering ... 21

Pertumbuhan Daun ... 22

Laju Pertumbuhan Tanaman ... 22

Hasil dan Komponen Hasil ... 23

Pengaruh Perlakuan Varietas pada Tanaman Kacang Tanah ... 24

Akumulasi Bahan Kering ... 24

Pertumbuhan Daun ... 26

Laju Pertumbuhan Tanaman ... 26

Hasil dan Komponen Hasil ... 27

Pembahasan Umum ... 28

Kondisi Umum ... 28

Interaksi antara Paclobutarzol dan Varietas ... 28

(9)

Pengaruh Perlakuan Paclobutrazol ... 29

KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

Kesimpulan ... 31

Saran…. ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rekapitulasi Analisis Sidik Ragam Pengaruh Varietas dan

Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah ...18

2. Rata-Rata Bobot Kering Brangkasan Tanaman Kacang Tanah

Sebelum dan Sesudah Perlakuan Paclobutrazol ... 21

3. Laju Pertumbuhan Tanaman Setelah Perlakuan Paclobutrazol ... 22

4. Hasil dan Komponen Hasil Kacang Tanah Setelah Perlakuan

Paclobutrazol ... 23

5. Pertumbuhan Daun Varietas Sima dan Kelinci ... 26

6. Laju Pertumbuhan Varietas Sima dan Kelinci ... 26

7. Rata-Rata Hasil dan Komponen Hasil Kacang Tanah Varietas

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kondisi Umum Lahan Penelitian pada Awal Periode

Pertumbuhan ...17

2. Jumlah Daun dari Kombinasi Paclobutrazol dengan Varietas

Sima dan Kelinci ... 20

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Grafik Produktivitas Kacang Tanah Tahun 1993-2009 ...35

2. Grafik Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kacang Tanah Tahun 1993-2009 ... 35

3. Deskripsi Kacang Tanah Varietas Sima ... 36

4. Deskripsi Kacang Tanah Varietas Kelinci ... 37

5. Tabel Data Analisis Tanah ... 38

6. Tabel Klimatologi Maret-Juli 2009 ... 38

7. Tabel Jumlah Daun pada Kombinasi Perlakuan Paclobutrazol dan Varietas pada 10 MST ... 38

8. Tabel Akumulasi Bahan Kering Varietas Sima dan Kelinci ... 38

9. Tabel Sidik Ragam Bobot Polong per Tanaman ... 39

10.Tabel Sidik Ragam Bobot Polong per m2 ... 39

11.Tabel Sidik Ragam Produktivitas ... 39

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman

polong-polongan atau legum kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini

berasal dari Amerika Selatan namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia

yang beriklim tropis atau subtropis. Indonesia merupakan salah satu dari empat

negara yang memproduksi kacang tanah terbesar di dunia. Hasil rata-rata nasional

selama 17 tahun terakhir masih rendah yaitu berada dalam kisaran 0.9 ton/ha

hingga 1.2 ton/ha biji kering (lampiran 1).

Kacang tanah di Indonesia dapat ditanam di lahan sawah atau tegalan

sebagai tanaman tunggal maupun tumpang sari. Namun banyak ditemui kacang

tanah tidak ditanam sebagai tanaman utama sehingga industri-industri yang

menggunakan kacang tanah sebagai bahan baku kesulitan mendapatkan pasokan

kacang tanah dan lebih memilih impor dari luar negeri. Permintaan kacang tanah

pada tahun 2006 adalah 954 500 ton dan proyeksi permintaan tahun 2012

mencapai 1 131 788 ton (Kasno, 2007) sedangkan produksi kacang tanah

Indonesia hingga tahun 2009 belum dapat memenuhi permintaan yaitu sebesar

763 507 ton (lampiran 2).

Rendahnya produksi kacang tanah Indonesia dapat disebabkan oleh

beberapa masalah seperti teknik budidaya dan varietas. Masalah teknik budidaya

menyebabkan peningkatan persentase polong hampa (cipo) yang cukup besar. Hal

inilah yang sering ditemui di lapang, polong yang terisi pun seringkali tidak selalu

penuh terisi biji atau terisi kurang maksimal sehingga tidak mencapai ukuran biji

yang diharapkan. Menurut Goldsworthy dan Fisher (1996) polong hampa

disebabkan oleh ginofor yang tidak mencapai permukaan tanah, kadar kalsium

pada tanah yang rendah serta akibat cekaman air. Selain permasalahan teknik

budidaya, penanaman varietas berdaya hasil rendah oleh petani juga merupakan

masalah yang menyebabkan rendahnya produksi. Varietas dipandang sebagai

komponen teknologi budidaya esensial didalam suatu sistem produksi tanaman

(14)

pun menentukan perbedaan produktivitas yang dicapai. Varietas menentukan

hasil, sehingga upaya untuk peningkatan hasil per satuan luas yaitu dengan

menanam varietas berdaya hasil tinggi atau varietas unggul.

Kacang tanah memiliki karakter fisiologis yang khas yaitu sifatnya yang

indeterminet, yakni bagian vegetatif tetap tumbuh, pada saat tanaman sudah mulai

pertumbuhan generatif (Sumarno dan Slamet, 1993). Pada tanaman yang bersifat

indeterminet sebagian bahan kering yang dihasilkan setelah pembungaan lebih

digunakan untuk membentuk daun-daun baru daripada pengisian sink-sink

reproduktif sehingga terjadi persaingan internal antara komponen pertumbuhan

vegetatif dan generatif dalam mendapatkan bahan kering (Goldworthy and Fisher,

1996). Hal ini mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan produktivitas tanaman

kacang tanah.

Pada kacang tanah, zat pengatur tumbuh ternyata mampu menekan

pertumbuhan vegetatif, memperbaiki kualitas polong, dan meningkatkan hasil

(Adisarwanto et all., 1993). Salah satu zat pengatur tumbuh yang telah banyak

dibuktikan efektif menekan pertumbuhan vegetatif adalah paclobutrazol.

Paclobutrazol mempunyai peranan dalam mengatasi kelemahan-kelemahan

pemangkasan dalam membatasi pertumbuhan vegetatif tanaman, bahkan dapat

pula melibatkan perubahan fisiologis seluruh bagian tanaman sehingga

pemangkasan tidak perlu dilakukan (Harijono, 1990). Paclobutrazol juga mampu

meningkatkan karbohidrat jaringan kayu, partisi asimilat dari daun ke akar,

meningkatkan respirasi akar, dan mengurangi kehilangan air di akar (Wang,

Stefefens dan Faust dalam Purnomo dan Prahardini, 1991).

Senoo dan Isoda (2003) di Jepang melakukan percobaan dengan

menggunakan paclobutrazol pada kacang tanah. Hasil percobaan menunjukkan

adanya peningkatan produktivitas yang ditunjukkan dengan bertambahnya jumlah

polong tanaman dengan perlakuan paclobutrazol 100 dan 200 ppm sehingga

meningkatkan produksi sampai 3.7 ton per ha. Kegiatan tersebut juga

diujicobakan oleh Mas’udah (2008) dengan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm.

Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah penggunaan paclobutrazol

dapat menekan indeks luas daun dan bobot brangkasan kering, memperpendek

(15)

Informasi tentang penggunaan zat pengatur tumbuh untuk budidaya

kacang tanah di Indonesia masih sangat terbatas. Penggunaan paclobutrazol pada

kacang tanah diharapkan dapat menjadi kajian lanjutan dalam mempelajari

fisiologi produksi tanaman kacang tanah.

Tujuan

1. Identifikasi karakter fisiologi kacang tanah varietas Sima dan Kelinci

dengan perlakuan paclobutrazol

2. Mengetahui pengaruh paclobutrazol terhadap produktivitas kacang tanah

varietas Sima dan Kelinci

Hipotesis

1. Paclobutrazol mempengaruhi karakter fisiologi kacang tanah

2. Penggunaan paclobutrazol dapat menekan pertumbuhan vegetatif pada

kacang tanah

3. Penggunaan paclobutrazol meningkatkan produktivitas tanaman kacang

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi Kacang Tanah

Kacang tanah tergolong dalam famili Leguminoceae sub-famili

Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini

membentuk polong dalam tanah. Spesies genus Arachis yang ada sekarang berasal

dari Amerika Selatan tropik dan subtropik dari Argentina sebelah utara sampai

Amazona. Diduga ada 40 hingga 70 spesies Arachis di Amerika Selatan tetapi

kurang dari 20 spesies yang telah diperikan secara mendalam, tiga diantaranya

adalah semusim (Arachis hypogaea L, Arachis monticola Krap dan Rig, dan

Arachis pusilla Benth). Di antara itu Arachis hypogaea adalah satu-satunya yang

tidak didapatkan dalam keadaan liar.

Pertumbuhan kacang tanah dapat dibedakan menjadi dua macam tipe,

yaitu tipe tegak dan tipe menjalar. Pada umumnya percabangan tanaman kacang

tanah tipe tegak sedikit banyak melurus atau hanya agak miring ke atas. Batang

utama tanaman kacang tanah tipe menjalar tentu saja lebih panjang daripada

batang utama tipe tegak, biasanya panjang batang utama antara 33-50 cm. Kacang

tanah tipe tegak umumnya lebih disukai karena umurnya yang genjah (antara

100-120 hari), sedangkan umur kacang tanah tipe menjalar kira-kira 150-180 hari.

Disamping itu, kacang tanah tipe tegak lebih mudah dipungut hasilnya daripada

tipe menjalar (Goldworthy dan Fisher, 1996).

Kacang tanah menyukai tanah yang gembur, tidak terlalu banyak

mengandung bahan organik, pH 6-6,5, mengandung unsur hara (P, Ca, dan K)

dalam jumlah cukup, dan drainase yang baik. Kondisi tanah yang demikian akan

memudahkan dan mempercepat pembentukan polong yang terjadi di dalam tanah.

Kacang tanah juga membutuhkan iklim yang panas tetapi lembab (65-75%) serta

curah hujan sekitar 800-1300 mm/tahun dengan musim kering rata-rata sekitar 4

bulan/tahun. Tanaman ini cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 0-500 mdpl

(Purwono dan Heni, 2007).

Kacang tanah memiliki perakaran yang banyak, dalam, dan berbintil.

(17)

mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat pengisap

unsur hara. Sejalan dengan meningkatnya umur tanaman, akar-akar tersebut akan

mati namun ada akar yang akan tetap bertahan hidup yang akan menjadi akar

permanen. Tanaman kacang tanah memiliki daun majemuk bersirip genap. Setiap

helai daun terdiri dari empat helai anak daun. Permukaan daunnya sedikit berbulu,

berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu dan obat semprotan. Seringkali

dijumpai tanaman kacang tanah yang daun-daunnya berguguran. Hal ini dapat

disebabkan oleh penyakit atau umur tanaman yang telah lanjut. Gugurnya

daun-daun itu akan terjadi pada saat akhir masa pertumbuhan, dimulai dari bagian

kanan sisi tanaman, kemudian menyusul bagian kiri, lalu ke atas, dan seterusnya.

Rangkaian berwarna kuning oranye yang muncul dari setiap ketiak daun

adalah ciri dari bunga tanaman kacang tanah. Kacang tanah berbunga pada umur

4-6 MST. Dari sekian banyak jumlah bunga, setiap pohon diperkirakan dapat

membentuk ginofor sekitar 70-75%. Umur bunga kacang tanah maksimal hanya

dapat bertahan 24 jam, kemudian layu. Dengan demikian, berdasarkan kenyataan

bahwa setiap hari tanaman kacang tanah berbunga. Penyerbukan bunga kacang

tanah terjadi pada malam hari, yakni sebelum bunga mekar.

Polong (buah pada kacang tanah disebut polong) terbentuk setelah terjadi

proses pembuahan, bakal buah tumbuh memanjang, dan disebut ginofor.

Mula-mula ujung ginofor yang runcing ini mengarah ke atas tetapi setelah tumbuh

memanjang, ginofor tadi mengarah ke bawah (positive geotropic) dan terus masuk

ke dalam tanah. Setelah polong terbentuk, proses pertumbuhan ginofor yang

memanjang terhenti. Ginofor dapat tumbuh memanjang dan mencapai ukuran

antara 6-15 cm. Tidak semua ginofor dapat menembus tanah sehingga tidak

semua ginofor dapat membentuk polong. Ukuran polong kacang tanah bervariasi,

ada yang berukuran 1 cm x 0.5 cm hingga yang berukuran 6 cm x 1.5 cm. Setiap

polong dapat berisi 1 hingga 5 biji. Pada varietas kacang tanah yang polongnya

rata-rata berisi 2 biji, bakal buah yang tidak dibuahi sekitar 6%, abortus 9-10%

(Goldworthy dan Fisher, 1996).

(18)

Tanaman kacang tanah memiliki sifat-sifat fisiologis yang unik, yang tidak terdapat pada tanaman kacang-kacangan yang lain. Sifat fisiologis yang menonjol

adalah sebagai berikut:

1. Bunganya terbentuk pada tajuk di atas tanah, tetapi polong masuk dan

berkembang di dalam tanah dan mempu menyerap hara langsung dari

tanah.

2. Periode berbunga cukup lama, mencapai 75% dari periode hidup tanaman.

Bunga yang terbentuk banyak jumlahnya, tetapi bunga yang menjadi

polong dan menjadi biji relatif sangat sedikit

3. Pertumbuhan vegetatif dan generatif lebih dipengaruhi oleh suhu daripada

panjang penyinaran.

4. Pertumbuhan generatif memerlukan radiasi surya yang cukup tinggi.

5. Pada tanah yang memiliki kesuburan sedang hingga subur tanaman kacang

tanah tidak tanggap terhadap pemupukan unsur makro NPK, tetapi kacang

tanah menyerap cukup banyak hara sehingga sering disebut sebagai

tanaman penguras tanah.

6. Tanaman kacang tanah sangat peka terhadap kekurang unsur hara mikro

terutama Bo, Ca, Mn, dan Fe, dengan gejala yang khas dan sangat

menentukan berhasil tidaknya tanaman.

7. Pada akar terbentuk bintil Rhizobium yang mampu memfiksasi N dari

udara, tetapi inokulasi dengan biakan Rhizobium jarang meningkatkan

efisiensi pengikatan N.

8. Perbandingan benih yang ditanam dengan biji yang dihasilkan tergolong

kecil 1:10 hingga 1:25.

9. Hasil biomassa yang tinggi bukan merupakan jaminan hasil biji yang

tinggi pula.

10.Varietas yang biasa ditanam di Indonesia bijinya tidak memiliki dormansi,

sehingga biji sering berkecambah sebelum tanaman dipanen, terutama bila

kelembapan tanah rendah.

(Sumarno dan Slamet, 1993)

Kacang tanah memiliki karakter fisiologis yang khas yaitu sifatnya yang

(19)

pertumbuhan generatif. Pada tanaman yang bersifat indeterminet sebagian bahan

kering yang dihasilkan setelah pembungaan lebih digunakan untuk membentuk

daun-daun baru daripada pengisian sink-sink reproduktif sehingga terjadi

persaingan internal antara komponen pertumbuhan vegetatif dan generatif dalam

mendapatkan bahan kering (Goldworthy and Fisher, 1996). Hal ini mempengaruhi

pertumbuhan tanaman dan produktivitas tanaman kacang tanah.

Pertumbuhan tanaman merupakan suatu hasil dari metabolisme sel-sel

hidup yang dapat diukur sebagai pertambahan bobot basah atau bobot kering, isi,

panjang, atau tinggi. Pertumbuhan pada tumbuhan dapat dibedakan dari arah letak

pertumbuhannya. Akar akan menuju kebawah di dalam tanah, sedangkan pucuk

tumbuh ke atas dari permukaan tanah. Baik sistem pucuk maupun sistem

perakaran cenderung berada dalam keseimbangan. Pertumbuhan bagian atas yang

semakin membesar seperti bertambahnya indeks luas daun, dan bertambahnya

kehilangan air karena transpirasi akan diimbangi dengan pertambahan sistem

perakaran. Pertambahan besar sistem pucuk juga memerlukan jumlah hara yang

lebih besar yang akan diabsorpsi sebanding dengan pertambahan sistem perakaran

[image:19.595.83.512.472.769.2]

(Trustinah, 1993).

Tabel 1. Penandaan fase tumbuh kacang tanah

Sandi Stadia tumbuh Keterangan

VE Kecambah Kotiledon baru muncul di atas tanah

VK Kotiledon terbuka Kotiledon terbuka

V1 Buku kesatu Daun bertangkai empat pada buku pertama telah berkembang penuh

V2 Buku kedua Sda pada buku kedua

V3 Buku ketiga Sda pada buku ketiga

Vn Buku ke-n Sda pada buku ke-n

R1 Mulai berbunga Terdapat satu bunga mekar pada ketiak daun

R2 Pembentukan ginofor Mulai terlihat ginofor

(20)

R4 Polong penuh Polong mencapai ukuran maksimum untuk pengisian biji

R5 Pembentukan biji Polong berkembang penuh dan bila disayat melintang akan terlihat tumbuhan kotiledon

R6 Biji penuh Polong telah terisi dalam keadaan segar

R7 Biji mulai masak Satu polong telah memperlihatkan bintik-bintik hitam di bagian dalam kulit polong (pericarp)

R8 Masak panen Beberapa polong telah memperlihatkan bintik-bintik hitam di bagian dalam kulit polong

Sumber: Boote, (1982)

Penandaan fase pertumbuhan kacang tanah penting untuk menetapkan

jadwal pengairan, penyiangan, pemanenan, dan lain-lain. Perlakuan tersebut bila

tidak diberikan pada fase yang tepat akan memberikan respon yang berbeda

dengan pemberian perlakuan yang sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman.

Pertumbuhan kacang tanah terdiri dari fase vegetatif dan fase generatif.

Penandaan fase tumbuh kacang tanah didasarkan pada pertumbuhan jumlah buku

pada batang utama dan perkembangan bunga hingga menjadi polong masak, serta

buku-buku pada batang utama yang mempunyai daun yang telah berkembang

penuh. Karakter dan sifat itulah yang digunakan Boote (1982) dan Trustinah

(1986) untuk menghitung fase tumbuh vegetatif kacang tanah. Fase vegetatif

dimulai sejak perkecambahan sampai tanaman berbunga, sedangkan fase generatif

dimulai sejak timbulnya bunga sampai dengan polong masak. Fase generatif

meliputi pembungaan, pembentukan polong, pembentukan biji, dan pemasakan

biji (tabel 1). Boote (1982) membagi fase reproduktif kacang tanah menjadi

delapan stadia, yaitu mulai berbunga (R1) pada 27-37 hari setelah tanam (HST),

pembentukan ginofor (R2) pada 32-36 HST, pembentukan polong (R3) pada

40-45 HST, polong penuh/maksimum (R4) pada 44-52 HST, pembentukan biji (R5)

pada 52-57 HST, biji penuh (R6) pada 60-68 HST, biji mulai masak (R7) pada

(21)

PENGARUH PACLOBUTRAZOL TERHADAP

KARAKTERISTIK FISIOLOGIS DAN HASIL KACANG

TANAH (

Arachis Hypogaea L.

)

VARIETAS SIMA DAN KELINCI

Oleh:

NAJMI RIDHA SYA’BANI

A24051758

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(22)

RINGKASAN

NAJMI RIDHA SYA’BANI. Pengaruh Paclobutrazol terhadap Karakteristik Fisiologis dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Varietas Sima dan Kelinci. (Dibimbing oleh HENI PURNAMAWATI).

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan

paclobutrazol terhadap karakter fisiologis dan hasil kacang tanah (Arachis

hypogaea L.) varietas Sima dan Kelinci. Percobaan dilaksanakan di lahan

percobaan Cikabayan dan laboratorium micro technology Departemen Agronomi

dan Hortikultura IPB Darmaga Bogor pada bulan April sampai dengan Juli 2009.

Perlakuan paclobutrazol dilakukan pada minggu ke 8 setelah tanam (MST).

Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot) dengan

rancangan lingkungan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas petak

utama dan anak petak. Petak utama adalah perlakuan varietas yang terdiri atas

varietas Sima dan Kelinci . Anak petak adalah perlakuan paclobutrazol dengan

tiga taraf yaitu 0, 100, dan 200 ppm . Total perlakuan adalah varietas Sima tanpa

perlakuan paclobutrazol, varietas Sima dengan perlakuan paclobutrazol 100 ppm,

varietas Sima dengan perlakuan paclobutrazol 200 ppm, varietas Kelinci tanpa

perlakuan paclobutrazol, varietas Kelinci dengan perlakuan paclobutrazol 100

ppm, varietas Kelinci dengan perlakuan paclobutrazol 200 ppm. Masing-masing

perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 18 satuan percobaan.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan paclobutrazol berinteraksi

dengan varietas Sima dalam menurunkan jumlah daun tanaman kacang tanah

dengan konsentrasi paclobutrazol berbeda. Jumlah daun varietas Sima menurun

setelah perlakuan paclobutrazol 100 ppm sedang jumlah daun varietas Kelinci

menurun setelah perlakuan paclobutrazol 200 ppm. Perlakuan paclobutrazol pada

kacang tanah secara tunggal mempengaruhi peningkatan laju pertumbuhan polong

pada minggu ke 10 hingga 12 sebesar 75%. Hasil kacang tanah yang mendapat

perlakuan paclobutrazol 200 ppm memiliki jumlah polong, jumlah biji, dan indeks

(23)

paclobutrazol. Perlakuan paclobutrazol 200 ppm, juga mampu meningkatkan

produktivitas hasil kacang tanah mencapai 35%.

Perlakuan varietas menunjukkan bahwa varietas Sima memiliki bobot

kering tajuk lebih besar pada 12 MST, indeks luas daun yang lebih tinggi pada 6

MST, laju pertambahan bahan kering lebih cepat pada 6 hingga 8 MST, serta

jumlah biji yang lebih banyak dibandingkan dengan varietas Kelinci. Varietas

Kelinci menghasilkan jumlah polong yang lebih tinggi daripada Sima. Pada kedua

varietas tidak terdapat perbedaan hasil yang signifikan dari nilai produktitivitas

Sima dan Kelinci yang masing-masing 1.12 dan 1.01. Pada keduanya, diduga

mengalami hambatan dalam pengisian polong. Pada fase pengisian polong, bahan

kering yang dihasilkan varietas Sima lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan

tajuk dibandingkan untuk pengisian polong sedangkan varietas Kelinci pada fase

tersebut tidak memiliki cukup bahan kering untuk pembentukan asimilat yang

(24)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman

polong-polongan atau legum kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini

berasal dari Amerika Selatan namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia

yang beriklim tropis atau subtropis. Indonesia merupakan salah satu dari empat

negara yang memproduksi kacang tanah terbesar di dunia. Hasil rata-rata nasional

selama 17 tahun terakhir masih rendah yaitu berada dalam kisaran 0.9 ton/ha

hingga 1.2 ton/ha biji kering (lampiran 1).

Kacang tanah di Indonesia dapat ditanam di lahan sawah atau tegalan

sebagai tanaman tunggal maupun tumpang sari. Namun banyak ditemui kacang

tanah tidak ditanam sebagai tanaman utama sehingga industri-industri yang

menggunakan kacang tanah sebagai bahan baku kesulitan mendapatkan pasokan

kacang tanah dan lebih memilih impor dari luar negeri. Permintaan kacang tanah

pada tahun 2006 adalah 954 500 ton dan proyeksi permintaan tahun 2012

mencapai 1 131 788 ton (Kasno, 2007) sedangkan produksi kacang tanah

Indonesia hingga tahun 2009 belum dapat memenuhi permintaan yaitu sebesar

763 507 ton (lampiran 2).

Rendahnya produksi kacang tanah Indonesia dapat disebabkan oleh

beberapa masalah seperti teknik budidaya dan varietas. Masalah teknik budidaya

menyebabkan peningkatan persentase polong hampa (cipo) yang cukup besar. Hal

inilah yang sering ditemui di lapang, polong yang terisi pun seringkali tidak selalu

penuh terisi biji atau terisi kurang maksimal sehingga tidak mencapai ukuran biji

yang diharapkan. Menurut Goldsworthy dan Fisher (1996) polong hampa

disebabkan oleh ginofor yang tidak mencapai permukaan tanah, kadar kalsium

pada tanah yang rendah serta akibat cekaman air. Selain permasalahan teknik

budidaya, penanaman varietas berdaya hasil rendah oleh petani juga merupakan

masalah yang menyebabkan rendahnya produksi. Varietas dipandang sebagai

komponen teknologi budidaya esensial didalam suatu sistem produksi tanaman

(25)

pun menentukan perbedaan produktivitas yang dicapai. Varietas menentukan

hasil, sehingga upaya untuk peningkatan hasil per satuan luas yaitu dengan

menanam varietas berdaya hasil tinggi atau varietas unggul.

Kacang tanah memiliki karakter fisiologis yang khas yaitu sifatnya yang

indeterminet, yakni bagian vegetatif tetap tumbuh, pada saat tanaman sudah mulai

pertumbuhan generatif (Sumarno dan Slamet, 1993). Pada tanaman yang bersifat

indeterminet sebagian bahan kering yang dihasilkan setelah pembungaan lebih

digunakan untuk membentuk daun-daun baru daripada pengisian sink-sink

reproduktif sehingga terjadi persaingan internal antara komponen pertumbuhan

vegetatif dan generatif dalam mendapatkan bahan kering (Goldworthy and Fisher,

1996). Hal ini mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan produktivitas tanaman

kacang tanah.

Pada kacang tanah, zat pengatur tumbuh ternyata mampu menekan

pertumbuhan vegetatif, memperbaiki kualitas polong, dan meningkatkan hasil

(Adisarwanto et all., 1993). Salah satu zat pengatur tumbuh yang telah banyak

dibuktikan efektif menekan pertumbuhan vegetatif adalah paclobutrazol.

Paclobutrazol mempunyai peranan dalam mengatasi kelemahan-kelemahan

pemangkasan dalam membatasi pertumbuhan vegetatif tanaman, bahkan dapat

pula melibatkan perubahan fisiologis seluruh bagian tanaman sehingga

pemangkasan tidak perlu dilakukan (Harijono, 1990). Paclobutrazol juga mampu

meningkatkan karbohidrat jaringan kayu, partisi asimilat dari daun ke akar,

meningkatkan respirasi akar, dan mengurangi kehilangan air di akar (Wang,

Stefefens dan Faust dalam Purnomo dan Prahardini, 1991).

Senoo dan Isoda (2003) di Jepang melakukan percobaan dengan

menggunakan paclobutrazol pada kacang tanah. Hasil percobaan menunjukkan

adanya peningkatan produktivitas yang ditunjukkan dengan bertambahnya jumlah

polong tanaman dengan perlakuan paclobutrazol 100 dan 200 ppm sehingga

meningkatkan produksi sampai 3.7 ton per ha. Kegiatan tersebut juga

diujicobakan oleh Mas’udah (2008) dengan konsentrasi paclobutrazol 100 ppm.

Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah penggunaan paclobutrazol

dapat menekan indeks luas daun dan bobot brangkasan kering, memperpendek

(26)

Informasi tentang penggunaan zat pengatur tumbuh untuk budidaya

kacang tanah di Indonesia masih sangat terbatas. Penggunaan paclobutrazol pada

kacang tanah diharapkan dapat menjadi kajian lanjutan dalam mempelajari

fisiologi produksi tanaman kacang tanah.

Tujuan

1. Identifikasi karakter fisiologi kacang tanah varietas Sima dan Kelinci

dengan perlakuan paclobutrazol

2. Mengetahui pengaruh paclobutrazol terhadap produktivitas kacang tanah

varietas Sima dan Kelinci

Hipotesis

1. Paclobutrazol mempengaruhi karakter fisiologi kacang tanah

2. Penggunaan paclobutrazol dapat menekan pertumbuhan vegetatif pada

kacang tanah

3. Penggunaan paclobutrazol meningkatkan produktivitas tanaman kacang

(27)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi Kacang Tanah

Kacang tanah tergolong dalam famili Leguminoceae sub-famili

Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini

membentuk polong dalam tanah. Spesies genus Arachis yang ada sekarang berasal

dari Amerika Selatan tropik dan subtropik dari Argentina sebelah utara sampai

Amazona. Diduga ada 40 hingga 70 spesies Arachis di Amerika Selatan tetapi

kurang dari 20 spesies yang telah diperikan secara mendalam, tiga diantaranya

adalah semusim (Arachis hypogaea L, Arachis monticola Krap dan Rig, dan

Arachis pusilla Benth). Di antara itu Arachis hypogaea adalah satu-satunya yang

tidak didapatkan dalam keadaan liar.

Pertumbuhan kacang tanah dapat dibedakan menjadi dua macam tipe,

yaitu tipe tegak dan tipe menjalar. Pada umumnya percabangan tanaman kacang

tanah tipe tegak sedikit banyak melurus atau hanya agak miring ke atas. Batang

utama tanaman kacang tanah tipe menjalar tentu saja lebih panjang daripada

batang utama tipe tegak, biasanya panjang batang utama antara 33-50 cm. Kacang

tanah tipe tegak umumnya lebih disukai karena umurnya yang genjah (antara

100-120 hari), sedangkan umur kacang tanah tipe menjalar kira-kira 150-180 hari.

Disamping itu, kacang tanah tipe tegak lebih mudah dipungut hasilnya daripada

tipe menjalar (Goldworthy dan Fisher, 1996).

Kacang tanah menyukai tanah yang gembur, tidak terlalu banyak

mengandung bahan organik, pH 6-6,5, mengandung unsur hara (P, Ca, dan K)

dalam jumlah cukup, dan drainase yang baik. Kondisi tanah yang demikian akan

memudahkan dan mempercepat pembentukan polong yang terjadi di dalam tanah.

Kacang tanah juga membutuhkan iklim yang panas tetapi lembab (65-75%) serta

curah hujan sekitar 800-1300 mm/tahun dengan musim kering rata-rata sekitar 4

bulan/tahun. Tanaman ini cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 0-500 mdpl

(Purwono dan Heni, 2007).

Kacang tanah memiliki perakaran yang banyak, dalam, dan berbintil.

(28)

mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat pengisap

unsur hara. Sejalan dengan meningkatnya umur tanaman, akar-akar tersebut akan

mati namun ada akar yang akan tetap bertahan hidup yang akan menjadi akar

permanen. Tanaman kacang tanah memiliki daun majemuk bersirip genap. Setiap

helai daun terdiri dari empat helai anak daun. Permukaan daunnya sedikit berbulu,

berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu dan obat semprotan. Seringkali

dijumpai tanaman kacang tanah yang daun-daunnya berguguran. Hal ini dapat

disebabkan oleh penyakit atau umur tanaman yang telah lanjut. Gugurnya

daun-daun itu akan terjadi pada saat akhir masa pertumbuhan, dimulai dari bagian

kanan sisi tanaman, kemudian menyusul bagian kiri, lalu ke atas, dan seterusnya.

Rangkaian berwarna kuning oranye yang muncul dari setiap ketiak daun

adalah ciri dari bunga tanaman kacang tanah. Kacang tanah berbunga pada umur

4-6 MST. Dari sekian banyak jumlah bunga, setiap pohon diperkirakan dapat

membentuk ginofor sekitar 70-75%. Umur bunga kacang tanah maksimal hanya

dapat bertahan 24 jam, kemudian layu. Dengan demikian, berdasarkan kenyataan

bahwa setiap hari tanaman kacang tanah berbunga. Penyerbukan bunga kacang

tanah terjadi pada malam hari, yakni sebelum bunga mekar.

Polong (buah pada kacang tanah disebut polong) terbentuk setelah terjadi

proses pembuahan, bakal buah tumbuh memanjang, dan disebut ginofor.

Mula-mula ujung ginofor yang runcing ini mengarah ke atas tetapi setelah tumbuh

memanjang, ginofor tadi mengarah ke bawah (positive geotropic) dan terus masuk

ke dalam tanah. Setelah polong terbentuk, proses pertumbuhan ginofor yang

memanjang terhenti. Ginofor dapat tumbuh memanjang dan mencapai ukuran

antara 6-15 cm. Tidak semua ginofor dapat menembus tanah sehingga tidak

semua ginofor dapat membentuk polong. Ukuran polong kacang tanah bervariasi,

ada yang berukuran 1 cm x 0.5 cm hingga yang berukuran 6 cm x 1.5 cm. Setiap

polong dapat berisi 1 hingga 5 biji. Pada varietas kacang tanah yang polongnya

rata-rata berisi 2 biji, bakal buah yang tidak dibuahi sekitar 6%, abortus 9-10%

(Goldworthy dan Fisher, 1996).

(29)

Tanaman kacang tanah memiliki sifat-sifat fisiologis yang unik, yang tidak terdapat pada tanaman kacang-kacangan yang lain. Sifat fisiologis yang menonjol

adalah sebagai berikut:

1. Bunganya terbentuk pada tajuk di atas tanah, tetapi polong masuk dan

berkembang di dalam tanah dan mempu menyerap hara langsung dari

tanah.

2. Periode berbunga cukup lama, mencapai 75% dari periode hidup tanaman.

Bunga yang terbentuk banyak jumlahnya, tetapi bunga yang menjadi

polong dan menjadi biji relatif sangat sedikit

3. Pertumbuhan vegetatif dan generatif lebih dipengaruhi oleh suhu daripada

panjang penyinaran.

4. Pertumbuhan generatif memerlukan radiasi surya yang cukup tinggi.

5. Pada tanah yang memiliki kesuburan sedang hingga subur tanaman kacang

tanah tidak tanggap terhadap pemupukan unsur makro NPK, tetapi kacang

tanah menyerap cukup banyak hara sehingga sering disebut sebagai

tanaman penguras tanah.

6. Tanaman kacang tanah sangat peka terhadap kekurang unsur hara mikro

terutama Bo, Ca, Mn, dan Fe, dengan gejala yang khas dan sangat

menentukan berhasil tidaknya tanaman.

7. Pada akar terbentuk bintil Rhizobium yang mampu memfiksasi N dari

udara, tetapi inokulasi dengan biakan Rhizobium jarang meningkatkan

efisiensi pengikatan N.

8. Perbandingan benih yang ditanam dengan biji yang dihasilkan tergolong

kecil 1:10 hingga 1:25.

9. Hasil biomassa yang tinggi bukan merupakan jaminan hasil biji yang

tinggi pula.

10.Varietas yang biasa ditanam di Indonesia bijinya tidak memiliki dormansi,

sehingga biji sering berkecambah sebelum tanaman dipanen, terutama bila

kelembapan tanah rendah.

(Sumarno dan Slamet, 1993)

Kacang tanah memiliki karakter fisiologis yang khas yaitu sifatnya yang

(30)

pertumbuhan generatif. Pada tanaman yang bersifat indeterminet sebagian bahan

kering yang dihasilkan setelah pembungaan lebih digunakan untuk membentuk

daun-daun baru daripada pengisian sink-sink reproduktif sehingga terjadi

persaingan internal antara komponen pertumbuhan vegetatif dan generatif dalam

mendapatkan bahan kering (Goldworthy and Fisher, 1996). Hal ini mempengaruhi

pertumbuhan tanaman dan produktivitas tanaman kacang tanah.

Pertumbuhan tanaman merupakan suatu hasil dari metabolisme sel-sel

hidup yang dapat diukur sebagai pertambahan bobot basah atau bobot kering, isi,

panjang, atau tinggi. Pertumbuhan pada tumbuhan dapat dibedakan dari arah letak

pertumbuhannya. Akar akan menuju kebawah di dalam tanah, sedangkan pucuk

tumbuh ke atas dari permukaan tanah. Baik sistem pucuk maupun sistem

perakaran cenderung berada dalam keseimbangan. Pertumbuhan bagian atas yang

semakin membesar seperti bertambahnya indeks luas daun, dan bertambahnya

kehilangan air karena transpirasi akan diimbangi dengan pertambahan sistem

perakaran. Pertambahan besar sistem pucuk juga memerlukan jumlah hara yang

lebih besar yang akan diabsorpsi sebanding dengan pertambahan sistem perakaran

[image:30.595.83.512.472.769.2]

(Trustinah, 1993).

Tabel 1. Penandaan fase tumbuh kacang tanah

Sandi Stadia tumbuh Keterangan

VE Kecambah Kotiledon baru muncul di atas tanah

VK Kotiledon terbuka Kotiledon terbuka

V1 Buku kesatu Daun bertangkai empat pada buku pertama telah berkembang penuh

V2 Buku kedua Sda pada buku kedua

V3 Buku ketiga Sda pada buku ketiga

Vn Buku ke-n Sda pada buku ke-n

R1 Mulai berbunga Terdapat satu bunga mekar pada ketiak daun

R2 Pembentukan ginofor Mulai terlihat ginofor

(31)

R4 Polong penuh Polong mencapai ukuran maksimum untuk pengisian biji

R5 Pembentukan biji Polong berkembang penuh dan bila disayat melintang akan terlihat tumbuhan kotiledon

R6 Biji penuh Polong telah terisi dalam keadaan segar

R7 Biji mulai masak Satu polong telah memperlihatkan bintik-bintik hitam di bagian dalam kulit polong (pericarp)

R8 Masak panen Beberapa polong telah memperlihatkan bintik-bintik hitam di bagian dalam kulit polong

Sumber: Boote, (1982)

Penandaan fase pertumbuhan kacang tanah penting untuk menetapkan

jadwal pengairan, penyiangan, pemanenan, dan lain-lain. Perlakuan tersebut bila

tidak diberikan pada fase yang tepat akan memberikan respon yang berbeda

dengan pemberian perlakuan yang sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman.

Pertumbuhan kacang tanah terdiri dari fase vegetatif dan fase generatif.

Penandaan fase tumbuh kacang tanah didasarkan pada pertumbuhan jumlah buku

pada batang utama dan perkembangan bunga hingga menjadi polong masak, serta

buku-buku pada batang utama yang mempunyai daun yang telah berkembang

penuh. Karakter dan sifat itulah yang digunakan Boote (1982) dan Trustinah

(1986) untuk menghitung fase tumbuh vegetatif kacang tanah. Fase vegetatif

dimulai sejak perkecambahan sampai tanaman berbunga, sedangkan fase generatif

dimulai sejak timbulnya bunga sampai dengan polong masak. Fase generatif

meliputi pembungaan, pembentukan polong, pembentukan biji, dan pemasakan

biji (tabel 1). Boote (1982) membagi fase reproduktif kacang tanah menjadi

delapan stadia, yaitu mulai berbunga (R1) pada 27-37 hari setelah tanam (HST),

pembentukan ginofor (R2) pada 32-36 HST, pembentukan polong (R3) pada

40-45 HST, polong penuh/maksimum (R4) pada 44-52 HST, pembentukan biji (R5)

pada 52-57 HST, biji penuh (R6) pada 60-68 HST, biji mulai masak (R7) pada

Gambar

Tabel 1. Penandaan fase tumbuh kacang tanah
Tabel 1. Penandaan fase tumbuh kacang tanah

Referensi

Dokumen terkait

Renja 2015 merupakan penjabaran dari kebijakan dan strategi pembangunan yang termuat dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2015,

Oistribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan 20 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan 21 Oistribusi Responden Menllrut Lamanya Menikah 21 Oistribusi Responden rnenurut Jurnlah

Pada skripsi yang berjudul Konsep Alienasi Kerja Menurut Karl Marx dalam Buku “Economic and Philosophic Manuscripts of 1844”, penulis menggunakan skema

13 Peraturan pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan.. Pengelolaan kawasan hutan untuk tujuan khusus

Proses diagnosa penyakit diikuti dengan tersedianya lebih dari satu pilihan yang memenuhi kriteria tertentu adalah termasuk permasalahan fuzzy logic, fuzzy logic

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa profesi ners menggunakan mekanisme koping yang berfokus pada emosi dalam melaksanakan kolaborasi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan metode permainan kata berantai terhadap hasil belajar bahasa Mandarin siswa kelas XI SMA Kebon Dalem Semarang..

Menyerahkan berkas perkara pidana yang telah diregister dan dilengkapi dengan formulir penetapan penunjukan Majelis Hakim kepada Wakil Panitera untuk diserahkan