• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pemberian Paclobutrazol Terhadap Keseimbangan Pertumbuhan Dua Varietas Kacang Tanah:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pemberian Paclobutrazol Terhadap Keseimbangan Pertumbuhan Dua Varietas Kacang Tanah:"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PACLOBUTRAZOL

TERHADAP KESEIMBANGAN PERTUMBUHAN

DUA VARIETAS KACANG TANAH

ARIES KUSUMAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Effektivitas Pemberian Paclobutrazol Terhadap Keseimbangan Pertumbuhan Dua Varietas Kacang Tanah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2010

(3)

ARIES KUSUMAWATI. Study of application time and concentration of paclobutrazol on growth balance of two groundnut varieties. Under supervision of ISKANDAR LUBIS and MUNIF GHULAMAHDI.

Paclobutrazol application effectivity on growth balance of two groundnut varieties were investigated at Cikabayan (IPB Research Station) from April to July 2009. The field experiment was arranged in split-split-plot design. The main factors were time of paclobutrazol applications (6 and 8 WAP), the sub factors were varieties (sima and kelinci) and the sub-sub factors were paclobutrazol concentrations (0, 100, and 200 ppm). The result showed that 200 ppm concentration of paclobutrazol played significant role in increasing pod weight, productivity and harvest index than other treatments. The 200 ppm treatment was also increase non structural carbohydrate accumulated, and lower total nitrogen of the stem at 10 WAP. Sima variety had higher total nitrogen in the stem than kelinci variety.

(4)

ARIES KUSUMAWATI. Efektivitas Pemberian Paclobutrazol Terhadap Keseimbangan Pertumbuhan Dua Varietas Kacang Tanah. Dibimbing oleh ISKANDAR LUBIS (Ketua) dan MUNIF GHULAMAHDI (Anggota).

Kacang tanah di Indonesia merupakan tanaman pangan sekunder kedua terpenting setelah kedelai yang juga merupakan sumber lemak (oleic dan linoleic acids) dan protein nabati dengan harga relatif murah, mempunyai kualitas dan kuantitas lemak dan protein yang cukup tinggi dalam bijinya. Produktivitas kacang tanah selama 17 tahun terakhir (1986-2006) di Indonesia berkisar 0.7 ton/ha hingga 1.2 ton/ha biji kering. Permasalahan produktivitas erat kaitannya dengan jumlah polong hampa dan tidak terisi penuh, ginofor yang berkembang menjadi polong berisi hanya sekitar 26 – 68% (rata-rata 46%) dari ginofor yang terbentuk.

Tujuan utama dari penelitian adalah mempelajari pengaruh aplikasi paclobutrazol terhadap produksi dua varietas kacang tanah. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk memperoleh info tentang pengaruh waktu aplikasi paclobutrazol yang tepat terhadap pertumbuhan kacang tanah, menentukan konsentrasi optimum paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah dan memperoleh info tentang perbedaan pola pertumbuhan dan produksi antara varietas kacang tanah. Penelitian ini mempelajari pengaruh waktu aplikasi dan konsentrasi paclobutrazol terhadap keseimbangan pertumbuhan pada dua varietas kacang tanah (Sima dan Kelinci) yang memiliki pola kapasitas source sink yang berbeda.

Percoban lapangan untuk mempelajari efektivitas waktu aplikasi dan konsentrasi paclobutrazol terhadap keseimbangan pertumbuhan dua varietas kacang tanah telah dilakukan di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor (IPB), Cikabayan, Darmaga, Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan April sampai dengan Juli 2009. Penelitian teridiri atas tiga faktor yang disusun dengan rancangan split-split-plot (rancangan petak-petak terbagi). Waktu aplikasi merupakan petak utama yang terdiri dari dua taraf perlakuan aplikasi 6 MST dan 8 MST, anak petak merupakan varietas yang terdiri dua taraf perlakuan yaitu varietas Sima dan Kelinci sedangkan anak-anak petak adalah konsentrasi paclobutrazol teridiri dari tiga taraf perlakuan yaitu konsentrasi 0 ppm, 100 ppm dan 200 ppm.

(5)

indeks panen. Aplikasi konsentrasi paclobutrazol 200 ppm pada kacang tanah terlihat meningkatkan source (asimilat) berupa karbohidrat terlarut dan menurunkan nitrogen total pada batang pada umur 10 MST. Jumlah asimilat pada batang varietas Kelinci lebih tinggi dibandingkan varietas Sima, sebaliknya jumlah total nitrogen pada batang varietas Sima lebih tinggi dibandingkan varietas kelinci. Hal ini mengindikasikan bahwa pada varietas kelinci jumlah asimilat yang ada dalam batang cenderung lebih berperan dalam pengisian biji, sedangkan pada varietas Sima, fotosintesis cenderung lebih berperan dalam pengisian biji, sehingga indeks panen varietas Kelinci lebih tinggi dibandingkan Sima. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa varietas Sima dan Kelinci mempunyai pola source sink yang berbeda dan dapat dimanipulasi pertumbuhannya dengan zat pengatur tumbuh melalui peningkatan sink, yaitu jumlah polong.

(6)

© HAK Cipta miilik IPB, tahun 2010

Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebahagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan lapporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

TERHADAP KESEIMBANGAN PERTUMBUHAN

DUA VARIETAS KACANG TANAH

ARIES KUSUMAWATI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Nama : Aries Kusumawati

NRP : A252070031

Mayor : Agronomi dan Hortikultura

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS.

Ketua

Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS.

Anggota

Diketahui

Ketua Mayor Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS.

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS.

(10)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat penulis selesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan dari bulan April sampai dengan Agustus 2009 adalah Efektivitas Pemberian Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dua Varietas Kacang Tanah.

Terima kasih penulis ucapkan kepada :

 Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS. sebagai ketua komisi pembimbing, Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS. sebagai anggota komisi pembimbing dan Ketua Program Mayor Agronomi dan Hortikultra, Ir. Heni Purnamawati, MSc. Agr. sebagai pembimbing lapangan.

 Dr. Ir. Yudiwanti Wahyu Endro Kusumo, MS sebagai dosen penguji luar komisi dan Dr. Ir Trikoesoemaningtyas MSc. sebagai wakil ketua Mayor Agronomi dan Hortikultura dalam ujian sidang tesis.

 Pimpinan Program Mayor Agronomi dan Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura Sekolah Pascasarjana beserta staf pengajar, karyawan dan teman-teman yang telah membantu dalam penelitian dan penyelesaian studi di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi atas bantua beasiswa BPPS dan Departemen Pertanian atas bantuan pembiayaan penelitian yang didanai oleh KKP3T (Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi).

 Pimpinan Universitas Andalas beserta staf.

 Rekan-rekan AGH 07 ( Ola, Pien, Arrin, Leo, Puji, Enni, Odit, Syukur, Dian, Tisna) dan Rekan-rekan PBT 07, terima kasih atas kebersamaan selama studi. Wilna, Zora, Fitri, Via dan Akhyar yang telah menyediakan waktunya menemani penulis dalam penelitian.

 Ibunda, adik beserta seluruh keluarga atas segala dorongan doa, kasih sayang serta pengertiannya.

 Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor Juli 2010

(11)

Penulis dilahirkan di Bukittinggi, Propinsi Sumatra Barat pada tanggal 12 April 1980, merupakan putri pertama dari dua bersaudara, dari Ibunda Hayati dan Ayahanda Yursal Candra. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1992 di SDN No. 1 Larak Kecamatan IV Angkat Candung. Pendidikan Sekolah

Menengah Pertama diselesaikan pada tahun 1995 di MIA (Madrasah Ibtidaiyah Awaliyah) Sei. Baringin Kec. IV Angkat Candung Kab. Agam. Pendidikan Sekolah Menengah atas diselesaikan pada tahun 1998 di SMUN 1 IV Angkat Candung Kab. Agam Propinsi Sumatra Barat.

Tahun 1998, penulis diterima sebagai mahasiswa jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Andalas melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Selanjutnya pada tahun 2005 penulis diterima sebagai staf pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Pada tahun 2007 penulis diberi kesempatan melanjutkan pendidikan Program Magister pada Mayor Agronomi dan Hortikultura di Sekolah Pascasarjana IPB melalui

(12)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

PENDAHULUAN ... 1

Latar belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Botani Kacang Tanah ... 4

Pertumbuhan dan Perkembangan Kacang Tanah ... 5

Syarat Tumbuh ... 6

Hubungan Source Sink Tanaman ... 6

Zat Penghambat Tumbuh Paclobutrazol ... 7

BAHAN DAN METODE ... 11

Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Rancangan dan Perlakuan penelitian ... 11

Pelaksanaan Penelitian ... 12

Pengamatan Penelitian... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

Keadaan Umum Penellitian ... 18

Korelasi Komponen Pertumbuhan dan Hasil ... 50

Pembahasan Umum ... 50

KESIMPULAN ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(13)

Halaman

1 Tabel rekapitulasi hasil sidik ragam ... 19

2 Tabel rata-rata tinggi tanaman pada varietas ... 21

3 Tabel rata-rata tinggi tanaman pada konsentrasi paclobutrazol ... 21

4 Tabel rata-rata persentase polong isi per tanaman ... 31

5 Tabel rata-rata jumlah biji per tanaman ... 33

6 Tabel rata-rata indeks biji ... 33

(14)

Halaman

1 Pola pertumbuhan cabang kacang tanah ... 4 2 Rumus bangun paclobutrazol ... 8 3 Bobot kering brangkasan pada perlakuan waktu aplikasi

paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ... 23 4 Bobot kering akar pada perlakuan waktu aplikasi

paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ... 24 5 Bobot kering batang pada perlakuan waktu aplikasi

paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ... 25 6 Bobot kering daun pada perlakuan waktu aplikasi

paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ... 26 7 Jumlah daun pada perlakuan waktu aplikasi

paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ... 28 8 Indeks luas daun pada perlakuan waktu aplikasi

paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ... 29 9 Jumlah ginofor dan polong pada perlakuan waktu aplikasi

paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ... 34 10 Jumlah total polong per tanaman pada perlakuan waktu aplikasi

paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ... 36 11 Bobot polong total per tanaman pada perlakuan waktu aplikasi

paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ... 37 12 Bobot biji per tanaman pada perlakuan waktu aplikasi

paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ... 38 13 Bobot 100 biji pada perlakuan waktu aplikasi

paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ... 39 14 Indeks panen pada perlakuan waktu aplikasi

paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ... 40 15 Produktivitas pada perlakuan waktu aplikasi

paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ... 41 16 Kandungan klorofil perlakuan waktu aplikasi

paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ... 43 17 Laju pertumbuhan tanaman perlakuan waktu aplikasi

paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ... 45 18 Laju asimilasi bersih pada perlakuan waktu aplikasi

paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c) ... 46 19 Kandungan karbohidrat terlarut pada varietas (a) dan

(15)
(16)

1 Deskripsi varietas Kelinci ... 62

2 Deskripsi varietas Sima ... 63

3 Keadaan unsur iklim wilayah Darmaga bulan April – Juli 2009 ... 64

4 Hasil analisis tanah sebelum penanaman ... 65

5 Tahapan analisis kandungan klorofil ... 66

6 Denah percobaan ... 67

7 Matriks korelasi bobot kering brangkasan, ILD, bobot kering ginofor dan polong dan bobot kering biji ... 68

8 Matriks korelasi komponen pertumbuhan dan produksi kacang tanah pada waktu aplikasi dan konsentrasi paclobutrazol serta varietas ( a ) ... 69

9 Matriks korelasi komponen pertumbuhan dan produksi kacang tanah pada waktu aplikasi dan konsentrasi paclobutrazol serta varietas ( b ) ... 70

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang tanah di Indonesia merupakan tanaman pangan sekunder kedua terpenting setelah kedelai. Kacang tanah ditanam untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, meningkatkan pendapatan petani serta memenuhi kebutuhan industri. Kacang tanah juga merupakan sumber lemak (oleic dan linoleic acids) dan protein

nabati yang harganya relatif murah dibandingkan dengan sumber lemak dan protein lainnya. Hal ini dikarenakan kualitas dan kuantitas lemak dan protein yang terdapat dalam bijinya cukup tinggi yaitu kandungan protein sebesar 26 – 30% dan lemak 48 – 50% (Saleh 2002; Arinong et al. 2006; Nigam et al. 2006; Sardana 2007).

Secara nasional, luas tanam kacang tanah pada periode 2004 – 2008

berfluktuasi dengan rata-rata 689.5 ribu ha. Tahun 2008 luas tanam komoditas pangan ini tercatat 636.2 ribu ha, produksi 773.8 ribu ton, dan produktivitas 1.2 t/ha, sedangkan kebutuhannya telah mencapai 856.1 ribu ton. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka impor kacang tanah masih dilakukan (Marwoto 2009).

Produksi kacang tanah di Indonesia mengalami penurunan yang cukup besar pada tahun 2007 dibandingkan dengan tahun 2006. Jika tahun 2006 produksi kacang tanah sebesar 43.956 ton biji kering, maka pada tahun 2007 hanya 32.913 ton biji kering (BPS 2008).

Penurunan produksi ini disebabkan oleh turunnya luas panen seluas 47.09 ribu ha (6.66%), meskipun produktivitas meningkat sebesar 0.11 kuintal/ha

(0.93%). Perkiraan penurunan produksi kacang tanah tahun 2007 tersebut terjadi di Jawa sebesar 29.67 ribu ton (5.16%) dan diluar Jawa sebesar 19.100 ribu ton (7.25%). Di Jawa (Jawa Timur dan D.I Yogyakarta), penurunan produksi disebabkan oleh turunnya luas panen sebesar 25.40 ribu ha (5.28%) (BPS, 2008)

Berbagai varietas baru berdaya hasil mencapai 2 – 2.5 ton/ha lebih telah dilepas, tetapi produktivitas petani hanya mencapai 50 – 60 % saja dari hasil

(18)

1996; Nigam et al. 2008).

Polong hampa (polong tidak berisi) dan polong terisi tapi tidak penuh (ukuran biji kurang maksimal) adalah salah satu penyebab turunnya produksi kacang tanah. Fakta ini didukung oleh penelitian Bell & Wright (1998), mereka menemukan bahwa walaupun populasi tanaman kacang tanah di Indonesia

tergolong tinggi ternyata polong yang dihasilkan banyak yang tidak berisi atau tidak terisi maksimum, yang mengakibatkan produktivitasnya dibawah 2.5 ton/ha. Berdasarkan penelitian terhadap beberapa kultivar unggul nasional kacang tanah diperoleh informasi bahwa ginofor dan polong per tanaman yang dihasilkan

mencapai 20 – 45 buah (Lukitas 2005; Khasanah & Purnamawati 2007), namun ginofor yang berkembang menjadi polong berisi hanya sekitar 26 – 68% (rata-rata 46%) dari ginofor yang terbentuk.

Menurut Utomo et al. (2005) ukuran biji kacang tanah yang lebih besar dapat berkontribusi pada hasil yang tinggi. Karakter agronomis yang mendukung daya hasil tinggi ini terkait dengan jenis pertumbuhan kacang tanah. Jenis kacang tanah yang tergolong ke dalam subspesies (ssp) fastiagata yang dicirikan oleh keberadaan bunga pada cabang utama, tumbuh tegak, dan membentuk bunga dan polong terkonsentrasi seputar cabang utama, cenderung menghasilkan polong yang sedikit dibandingkan kacang tanah subspesies hypogaea yang pertumbuhannya menjalar cenderung menghasilkan polong yang banyak karena

ginofor lebih dekat dan mudah menembus tanah.

Modifikasi pertumbuhan tanaman secara fisiologi adalah salah satu usaha

untuk mengatasi permasalahan di atas dengan mengontrol pertumbuhan vegetatif. Penggunaan zat pengatur tumbuh retardan dapat dilakukan untuk mengatur pola pertumbuhan tanaman dengan tujuan mempertahankan keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan generatif, sehingga kompetisi pemanfaatan source oleh pertumbuhan vegetatif dan generatif yang mengakibatkan rendahnya assimilat yang didistribusikan ke dalam sink dapat ditekan ( Cruz-Aguado et al. 1999; Arzani & Roosta 2004; Lakitan 2007; Dordas 2009; Bueno & Lafarge 2009).

Kacang tanah adalah tanaman semi determinate, dimana pertumbuhan

(19)

ukuran source guna mengetahui keseimbangan source sink kacang tanah. Oleh karena itu penggunaan zat pengatur tumbuh golongan retardan dapat dilakukan untuk pengaturan stadia pertumbuhan tanaman.

Menurut Banon et al. (2002), Rankle dan Heins (2002), Lakshmanan et al. (2007) salah satu retardan yang pemakaiannya sering dan secara luas adalah

paclobutrazol. Seeno dan Isoda (2003a) melaporkan bahwa aplikasi paclobutrazol pada tanaman kacang tanah secara foliar dengan konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm meningkatkan hasil biji tanaman dengan waktu aplikasi pada fase awal pembentukan polong, fase awal pengisian biji dan fase pertengahan pengisian biji.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian adalah mempelajari pengaruh aplikasi paclobutrazol terhadap produksi beberapa varietas kacang tanah. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :

1. Memperoleh informasi tentang pengaruh waktu aplikasi paclobutrazol yang

tepat terhadap pertumbuhan kacang tanah.

2. Memperoleh informasi tentang konsentrasi optimum paclobutrazol terhadap

pertumbuhan dan produksi kacang tanah .

3. Memperoleh informasi tentang perbedaan pola pertumbuhan dan produksi antara varietas kacang tanah.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Waktu aplikasi paclobutrazol berpengaruh terhadap pola pertumbuhan dan

produksi kacang tanah.

2. Konsentrasi paclobutrazol berpengaruh terhadap pola pertumbuhan dan produksi kacang tanah.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kacang Tanah

Kacang tanah (Arachis hypogaea (L.) Merr.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika Selatan, diperkirakan dari lereng pegunungan Andes, yaitu di negara-negara Bolivia, Peru dan Brazilia sekarang. Budidaya tanaman ini sudah dimulai sejak 1500 SM oleh Bangsa Inca dan Indian Maya (Hammons

1982 dalam Trustinah 1993).

Kacang tanah (Arachis hypogaea (L.) Merr.) merupakan anggota famili Papilionidae, sub famili leguminosae, genus Arachis. Genus Arachis merupakan tanaman herba, daunnya terdiri dari 3 – 4 helaian daun, memiliki daun penumpu, bunganya berbentuk kupu-kupu dengan tabung hipantium, buah atau polongnya tumbuh ditanah. Spesies Arachis hypogaea ini menjadi dua sub spesies yaitu sub spesies hypogaea dan sub spesies fastigata, dibedakan berdasar pola pertumbuhan cabangnya. Sub spesies hypogaea memiliki percabangan menjalar (procumbent), menjalar dengan ujung mengarah ke atas (decumbent), atau tegak (erect) (Trustinah 1993; Singh & Oswalt 1995; Augstburger et al. 2000).

(21)

Berdasarkan posisi cabang primer terhadap batang utama tipe pertumbuhan kacang tanah dibedakan menjadi 6 tipe : 1. Procumbent 1 (cabang menjalar), 2. Procumbent 2 ( cabang dan batang utama menjalar), 3. Decumbent 1 (cabang menjalar dengan ujung sedikit ke atas), 4. Decumbent 2 (cabang menjalar

dengan pertengahan cabang menuju ke atas), 5. Decumbent 3 (cabang lateral menuju ke atas) dan 6. Erect (cabang lateralnya tegak ) (Gambar 1).

Kacang tanah yang ditanam di Indonesia sebagian besar umumnya adalah tipe tegak. Petani lebih menyukai kacang tanah tipe tegak karena memiliki sifat

memiliki umur yang pendek yaitu sekitar 100 – 120 hari selain itu sifat lainnya adalah percabangan yang lurus atau sedikit miring ke atas, buahnya hanya pada ruas-ruas yang dekat rumpun sehingga masaknya bersamaan (Trustinah 1993 ).

Pertumbuhan dan Perkembangan Kacang Tanah

Pertumbuhan merupakan hasil dari metabolism dari sel- sel hidup yang

dapat diukur sebagai penambahan berat basah atau berat kering, isi, panjang atau tinggi. Pertumbuhan pada kacang tanah terdiri dari fase vegetatif dan generatif.

Pertumbuhan fase vegetatif kacang tanah dibagi menjadi tiga stadia : perkecambahan, pembukaan kotiledon dan pengembangan daun bertangkai 4 (tetrafoliate). Laju pemunculan kotiledon ke permukaan tanah dipengaruhi oleh kedalaman penanaman, suhu tanah dan keadaan air tanah (Trustinah 1993).

Perkembangan fase vegetatif ini berlangsung selama 20 – 35 hari, kemudian akan disusul oleh munculnya bunga. Permulaan munculnya bunga ini

menandai awal dari fase reproduktif tetapi perkembangan vegetatif ini masih akan tetap berlanjut dalam pembungaan dan pengisian polong. Proses pembungaan akan sangat bergantung dengan ketersediaan air dalam tanaman, fotoperiode, pencahayaan dan suhu (Shorter & Patanothai 1995).

Bunga yang menyerbuk akan menjadi ginofor, yang kemudian menembus

tanah untuk membentuk polong. Oleh karena itu pada stadia ini kelembaban dan

kegemburan tanah sangat diperlukan terutama untuk membantu masuknya ginofor

kedalam tanah. Umumnya diperlukan waktu sekitar 60 – 80 hari untuk

(22)

tipe virginia dan 50 – 60 hari pada tipe spanish-valencia (Shorter & Patanothai

1995).

Syarat Tumbuh

Kacang tanah dapat tumbuh baik pada tanah yang gembur dan cukup unsur

N, P, K, Ca dan unsur mikro. Kacang tanah menghendaki jenis tanah lempung berpasir, liat berpasir, atau lempung liat berpasir. Kemasaman yang optimal

adalah 6.5-7.0. jika pH tanah lebih besar dari 7.0 maka daun akan berwarna kuning karena kekurangan unsur hara (N,S, Fe dan Mn) dan seringkali timbul bercak hitam pada polong. (Adisarwanto 1993; Sutarto et al. 1998).

Pemenuhan kebutuhan unsur hara untuk pertumbuhan dan perkembangan

kacang tanah dapat dilakukan melalui pemupukan agar tanaman dapat berproduksi maksimal. Untuk menghasilkan 3.5 ton/ha polong kering dan seluruh biomasa tanaman kacang tanah, dihabiskan 230kg N + 39kg P2O5+ 116 kg K2O + 66 kg

Ca + 21 kg Mg dan 24 kg S setiap hektarnya. Melalui pertimbangan efisiensi dan kelestarian lahan, dianjurkan memberikan pupuk dasar pada tanah yan tergolong

miskin NPKS, masing-masing adalah 75 – 100 kg Urea, 75 – 100 kg SP36 dan 75 – 100kg ZK per hektarnya (Suyamto 1995).

Selain media tanam, faktor iklim juga berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah. Suhu udara untuk pertumbuhan optimum berkisar 27 oC – 30 oC. Keragaman dalam jumlah dan dsitribusi hujan sangat berpengaruh (dapat menjadi kendala) terhadap pencapaian hasil kacan tanah. Total curah hujan selama 3 – 3.5 bulan atau sepanjang periode pertumbuhan sampai panen adalah 300 – 500 mm (Adisarwanto 1993).

Hubungan Source Sink Tanaman

Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi partisi bahan kering seperti hormon, nutrisi, keterbatasan jaringan pembuluh kapasitas penyangga organ penyimpanan dan kapasitas sink. Penyediaan dalam batang jaringan vegetatif bisa

(23)

tanaman akan menentukan indeks panen.

Hubungan source-sink sangat penting dalam tanaman budidaya. Laju pertumbuhan jaringan sink dan organ-organ tanaman dibatasi oleh hasil fotosintesis dari daun (source limitation) (Biao et al. 2008). Pada tanaman berbiji terdapat korelasi erat antara laju pertumbuhan biji dan aktifitas daun, dari mana

sebagian besar fotosintat diambil. Pada kedelai fotosintesis daun lebih tinggi selama pengisian polong daripada pembungaan. Untuk mengendalikan aktifitas source dan sink dapat dilakukan dengan pengujian hormonal (Goldworthy 1996).

Zat Penghambat Tumbuh Paclobutrazol

Produksi fotosintat, sistem translokasi fotosintat dan akumulasi fotosintat

pada suatu organ tertentu sangat ditentukan oleh kualitas pertumbuhan tanaman. Fotosintat yang dihasilkan akan optimal jika tanaman dapat melakukan proses fotosintesis secara optimal pula. Hal ini tentu sangat berhubungan dengan unsur-unsur yang terlibat dalam proses fotosintesis. Translokasi fotosintat dari sumber

(source) ke pengguna (sink) diatur oleh senyawa pengendali pertumbuhan tanaman yang disebut dengan plant growth substances, jika senyawa buatan yang diberikan secara eksogen disebut plant growth regulator (Sumardi et al. 2007).

Ada berbagai macam kelompok bahan kimia yang memberikan pengaruh fisiologi dalam menghambat pertumbuhan batang dengan menghambat pembelahan sel meristem sub apikal, namun susunan buah, bunga dan buah tidak

terpengaruh, dimana tanaman yang mendapatkan pelakuan ini tetap tampak normal namun mengalami pemendekan batang (Khrisnamoorthy 1981; Owens &

Stover 1999; Smith et al. 2005).

Cathey (1964) mendefinisikan zat penghambat tumbuh (retardant) adalah suatu tipe senyawa organik yang mampu menghambat pemanjangan batang, meningkatkan warna hijau daun dan secara tidak langsung mempengaruhi

pembungaan, menghambat pembelahan dan pemanjangan sel sub apikal tanpa menyebabkan pertumbuhan menjadi abnormal. Paclobutrazol merupakan salah satu penghambat tumbuh yang mempunyai rumus empirik C15H20Cl H3O dengan rumus kimia (2RS,

(24)

merek dagang salah satunya cultar 250 SC (ICI 1986).

Gambar 2 Rumus bangun paclobutrazol (Arteca 1996)

Zat penghambat paclobutrazol ini dapat diserap tanaman melalui tanah, jaringan, akar, batang, kemudian di angkut oleh xylem menuju titik tumbuh.

Senyawa ini aktif mencapai meristem sub apikal, menghambat produksi giberelin yang menyebabkan penurunan laju pembelahan sel. Dengan terjadinya penurunan pembelahan sel maka pertumbuhan vegetatif tanaman terhambat dan secara tidak langsung akan menyebabkan pengalihan assimilat ke pertumbuhan reproduktif, yang dibutuhkan untuk membentuk bunga, buah dan perkembangan buah. Paclobutrazol bersifat menghambat produksi giberelin pada oksidasi ent-kareunic

menjadi asam ent-kaurenoic dalam biosintesis giberelin (ICI 1986; Khalil & Rahman 1995; Rankle & Heins 2002; Seeno & Isoda 2003a; Suzuki et al. 2004; Blaikie et al. 2004; Zhu et al. 2004).

Zat penghambat pertumbuhan paclobutrazol (PBZ) adalah triazole yang di laporkan untuk melindungi dan mencegah tanaman dari beberapa cekaman

(25)

Wattimena (1988) menyatakan bahwa ada beberapa pengaruh fisiologis yang dapat ditimbulkan oleh paclobutrazol, diantaranya: menghambat elongasi sel pada meristem apikal, memperpendek ruas tanaman, mempertebal batang, menghambat senescen, mencegah kerebahan, menghambat etiolasi, memperbanyak perakaran stek, memperpanjang masa simpan buah dan

meningkatkan pembuahan. Sementara itu Hayashi (2001) mengemukakan bahwa paclobutrazol mampu mengontrol tinggi tanaman dan pembungaan. Hal ini juga diperkuat oleh laporan dari Jaleel et al. (2007) penelitiannya menunjukkan bahwa paclobutrazol secara signifikan mempengaruhi karakteristik fotosintesis dan

anatomi tanaman Catharanthus roseus (L.) G. Don. meningkatkan kandungan klorofil dan parameter yang berhubungan dengan fotosintesis seperti laju fotosintesis bersih (net photosynthetic rate) dan konsentrasi CO2 internal tanaman

tetapi mengurangi transpirasi, paclobutrazol juga meningkatkan ketebalan daun,

epidermis dan kutikula, jaringan palisade dan jaringan sponge tetapi mengurangi diameter pembuluh xylem secara nyata dibandingkan kontrol. Paclobutrazol cenderung meningkatkan fotosintesis daun (Gonzales et al. 2003; Gonzales & Blaikie 2003)

Retardan memberikan beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah dapat meningkatkan keseragaman pembungaan, meningkatkan pemanjangan akar serta ketahanan terhadap cekaman pada kondisi ruangan.

Kerugiannya adalah respon yang berbeda-beda dalam spesies yang sama, pembungaan akan terhambat jika pemberian terlambat dilakukan karena

paclobutrazol bekerja secara spesifik pada organ dan jenis tanaman (Larson 1992; Watson 2006). Sementara itu hasil peneltian Sopher et al. (1999) menunjukkan bahwa pengaruh paclobutrazol ditingkat sel tanaman mampu meningkatkan sistem pertahanan daun jagung yang diberikan perlakuan paclobutrazol, hal ini

(26)

paclobutrazol menurunkan perkembangan tajuk tapi meningkatkan ukuran buah hal ini diperkuat penelitian Kuden et al. (1995) mengatakan bahwa paclobutrazol 250 ppm menurunkan pertumbuhan tajuk 34.1 – 42.2 % dan meningkatkan tunas buah.

Selain itu manfaat paclobutrazol juga dilaporkan oleh Susilawati (1993)

bahwa paclobutrazol menghambat pertumbuhan vegetatif seperti munculnya tunas pertama, mengurangi panjang tunas dan panjang ruas tangkai, tidak mempengaruhi saat muncul tunas kedua, jumlah tunas, diameter batang. Widayati (1996) menyampaikan juga bahwa zat penghambat tumbuh paclobutrazol efektif

dalam mengurangi jumlah daun menghambat laju pertumbuhan tunas dan pertambahan panjang ruas serta menekan pertambahan diameter batang.

Armadi (2000) menyatakan bahwa pemberian paclobutrazol dapat menginduksi pembungaan lebih cepat dengan menunjukkan waktu pembungaan

10-18 hari dan waktu aplikasi berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan komponen reproduktif. Waktu aplikasi tidak hanya memperhatikan keadaan cuaca di lapangan saja tetapi juga harus memperhatikan fase pertumbuhan tanaman

terutama waktu pembungaan. Umumnya aplikasi paclobutrazol dilakukan melalui daun dan tanah. Aplikasi paclobutrazol melalui daun dilakukan dengan cara menyemprot daun tanaman, paclobutrazol akan diserap oleh daun yang dewasa, penyerapan melalui daun ini terbatas, dan ditranslokasikan didalam batang

sedangkan aplikasi melalui tanah translokasi paclobutrazol dalam batang akan diserap oleh akar dan dibawa kedalam batang secara akropetal melalui xylem

(Barret & Bartuska 1988; Arzani & Roosta 2004 ).

Penelitian aplikasi paclobutrazol pada kacang tanah telah dilakukan oleh Seeno & Isoda (2003a). Aplikasi paclobutrazol dilakukan secara foliar dengan waktu aplikasi pada fase awal pembentukan polong, fase awal pengisian biji dan

(27)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan IPB yang berlokasi di Cikabayan Bogor selama empat bulan dari bulan April sampai Juli 2009. Analisis laboratorium dilakukan di laboratorium RGCI (Research Group of Crop Improvement) dan Laboratorium Analisis Pangan IPB.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih kacang tanah varietas Kelinci dan Sima. Pupuk yang digunakan yaitu Urea, SP18, dan KCL, sedangkan pestisida yang digunakan karbofuran. Zat pengatur tumbuh yang dipakai berupa retardan yaitu paclobutrazol. Alat yang digunakan sprayer, timbangan, gelas ukur ember plastik, meteran, peralatan tulis dan alat-alat lainnya.

Rancangan dan Perlakuan Penelitian

Penelitian ini mempelajari tiga faktor yang dilaksanakan menggunakan rancangan percobaan faktorial yang ditempatkan secara split-split-plot, sehingga petak utama adalah waktu aplikasi ( A6 = aplikasi 6 MST dan A8 = Aplikasi 8 MST), anak petak adalah varietas ( V1 = Varietas Sima dan V2 = Varietas Kelinci) dan anak-anak petak adalah konsentrasi paclobutrazol (P0 = 0 ppm, P1 =

100 ppm dan P2 = 200 ppm). Perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 18 unit percobaan (Lampiran 6). Tiap unit percobaan berupa plot berukuran 3 x 5 m2 dengan jarak tanam 40 x 10 cm sehingga satuan percobaan berjumlah 280 tanaman / petak percobaan.

Model liniear aditif rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Yijkl =

µ

+ Kk +

α

i + ik + Vj+(αV)ij+ ηijk +

ρ

l+ (α

ρ)

il + (V

ρ)

jl + (

α

V

ρ)

ijl + ijkl

Dimana :

i = (1;2) ; j = (1;2) ; l = (1;2;3); k = (1;2;3)

Yijkl = Nilai pengamatan pada perlakuan paclobutrazol taraf ke-i dan

varietas taraf ke-j, kelompok ke-k waktu semprot ke-l

(28)

Kk = Pengaruh kelompok ke-k

αi = Pengaruh waktu aplikasi paclobutrazol taraf ke-i

ik = Pengaruh galat petak utama (waktu aplikasi paclobutrazol)

taraf ke-i dan kelompok ke-k Vj = Pengaruh varietas taraf ke-j

(αV)ij = Pengaruh interaksi faktor waktu aplikasi palobutrazol taraf ke-I

dan varietas taraf ke-j

ηijk = Pengaruh galat anak petak (varietas) pada waktu aplikasi

paclobutrazol ke-i, varietas ke-j kelompok ke-k ρl = Pengaruh paclobutrazol taraf ke-l

ρ)

il = Pengaruh interaksi waktu aplikasi taraf ke-I dan konsentrasi

paclobutrazol taraf ke-l

(V

ρ)

jl = Pengaruh interaksi varietas taraf ke-j dan konsentrasi

paclobutrazol taraf ke-l

(

α

V

ρ)

ijl = Pengaruh interaksi antara Waktu aplikasi taraf ke-I, varietas

taraf ke-j dan konsetrasi taraf ke-l

ijkl = Pengaruh galat anak-anak petak (konsentrasi paclobutrazol)

pada waktu aplikasi paclobutrazol taraf ke-I, varietas ke-j, konsetrasi paclobutrazol taraf ke-l dan kelompok ke-k

Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam melalui uji F pada taraf 5%, parameter yang menunjukkan hasil berbeda nyata akan diuji lanjut menggunakan DMRT pada taraf 5%. Analisis data dilakukan dengan software S.A.S 0.9.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan lahan. Sebelum dilakukan penanaman dilakukan pengolahan

tanah, tanah dianalisis terlebih dahulu, hasil analisis tanah dapat dibaca pada Lampiran 4. Pengolahan tanah bertujuan agar tanah menjadi gembur dan memudahkan ginofor menembus tanah serta membersihkan gulma yang ada. Petak-petak percobaan dibuat dengan ukuran 3 x 5 m2 sebanyak 36 petak percobaan dan ditambahkan kapur serta pupuk kandang ayam yang matang. Petak

(29)

pada petak percobaan dengan cara ditugal.

Penanaman dan pemberian pupuk. Benih kacang tanah diberi insektisida karbofuran dengan dosis 20-30kg/ha sebelum dilakukan penanaman dan pada saat penanaman. Setiap lubang ditanam dua benih kacang tanah, dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm. Penanaman dilakukan seminggu setelah pengolahan tanah.

Pemberian pupuk dilakukan pada saat tanam dengan dosis 75 kg urea/ha, 200 kg/ha SP18 dan 100 kg/ha KCl.

Aplikasi paclobutrazol. Masing-masing varietas mendapatkan perlakuan paclobutrazol dengan konsentrasi 0 ppm, 100 ppm dan 200 ppm. Aplikasi penyemprotan paclobutrazol dilakukan dengan cara disemprotkan pada tajuk tanaman pada awal fase ginofor mulai memasuki tanah (6 MST) dan awal

pengisian biji (8 MST). Waktu penyemprotan dilakukan pada pagi hari pukul 08.00 ketika stomata daun dalam keadaan membuka.

Pemeliharaan. Pemeliharaan yang dilakukan berupa pengendalian gulma dengan penyiangan gulma sebanyak 2 kali yaitu pada 3 MST dan 7 MST. Pengendalian hama penyakit dilakukan secara kimia dengan perendaman benih

pada larutan fungisida menjelang tanam, pemberian insektisida butiran pada saat tanam. Campuran insektisida dan fungisida diberikan tergantung pada kondisi tanaman di lapangan. Penyiraman terhadap tanaman dilakukan setiap hari apabila tidak turun hujan, dimulai sejak awal tanam hingga pengisian polong maksimal

kecuali saat aplikasi perlakuan paclobutrazol.

Panen. Panen pada kacang tanah dilakukan pada saat tanaman berumur 14

MST (100 hari setelah tanam). Panen dilakukan lebih awal dibandingkan deskripsi varietas karena kondisi tanaman sudah mulai berkecambah.

Pengamatan Penelitian

Pengamatan terhadap tanaman dilakukan pada saat tanaman dalam periode

(30)

dihitung terlebih dahulu, kemudian diukur luas daunnya. Setiap bagian tanaman kemudian dikeringkan dalam oven selama 3 hari pada suhu 60oC, kemudian ditimbang bobot keringnya.

Semua bagian tanaman yang telah dikeringkan kemudian masing-masing dihancurkan untuk analisis kandungan karbohidrat yang akan dilaksanakan

setelah panen. Pengamatan terhadap kandungan karbohidrat total, pati dan karbohidrat terlarut (Total karbohidrat non-struktur atau Total Non-structural Carbohydrate = TNC) dilakukan menggunakan metode by difference.

Komponen Pertumbuhan

Tinggi tanaman. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan saat tanaman berumur 10 dan 12 MST, yaitu setelah tanaman diberi perlakuan paclobutrazol

dengan cara mengukur dari pangkal batang sampai ujung cabang utama.

Bobot kering berangkasan. Bobot kering berangkasan yang diamati adalah pada 6, 8, 10, 12 dan 14 MST dengan cara menghitung bobot kering seluruh berangkasan dikurangi bobot polong dan ginofor.

Bobot kering batang. Bobot kering batang yang diamati adalah pada 6, 8,

10 dan 12 MST dengan cara menimbang bobot kering batang.

Bobot kering daun. Bobot kering daun yang diamati adalah pada 6, 8, 10 dan 12 MST dengan cara menimbang bobot kering daun.

Bobot kering akar. Bobot kering yang diamati adalah pada 6, 8, 10 dan 12

MST dengan cara menimbang bobot kering akar.

Indeks luas daun. Indeks luas daun diukur pada tiap destruksi yaitu pada 6,

8, 10 dan 12 MST dengan cara metoda gravimetri. Jumlah 10 daun ditimbang kemudian difotocopy untuk mendapatkan nilai konversi dari luas daun terhadap luas tanam. Luas daun adalah nilai rata-rata dari tiga tanaman sampel dan luas lahan yang ternaungi adalah jarak tanam dari kacang tanah yaitu 40 cm x 10 cm,

dengan rumus sebagi berikut :

ILD = Luas daun

Luas lahan yang ternaungi

(31)

Bobot kering ginofor dan polong. Bobot kering ginofor dan polong yang diamati adalah pada 6, 8, 10 dan 12 MST dengan cara menimbang bobot kering ginofor dan polong.

Komponen Hasil

Jumlah ginofor dan polong. Jumlah ginofor dan polong yang diamati pada 6, 8, 10 dan 12 MST dengan cara menghitung seluruh ginfor dan polong per

tanaman.

Jumlah polong per tanaman. Jumlah polong diamati dengan menghitung jumlah polong isi per tanaman.

Persentase polong isi. Jumlah polong isi dihitung setelah polong di oven pada suhu 60 oC selama 3 hari. Polong isi adalah polong yang terisi penuh.

Bobot kering polong total. Bobot kering polong total dihitung setelah .total yang ditimbang adalah bobot polong hampa dan polong isi.

Bobot kering biji per tanaman. Bobot kering biji ditimbang setelah biji dioven dengan suhu 60oC selama 3 hari.

Jumlah biji per tanaman. Jumlah biji pertanaman dihitung pada seluruh

polong isi yang ada per tanaman.

Bobot 100 biji. Bobot biji yang diamati adalah dengan menimbang 100 biji bernas per tanaman.

Indeks biji (IB). Indeks biji dihitung dengan membagi bobot kering biji

dengan bobot kering brangkasan dengan bobot kering polong dikalikan 100%, dengan rumus sebagai berikut :

BK biji

IB = x 100%

(BK brangkasan + BK polong)

Indeks panen (IP). Indeks panen dihitung dengan membagi bobot kering

tanaman ekonomis (bobot kering polong total) dengan bobot kering massa tanaman (bobot kering brangkasan dan bobot kering polong total) dikalikan 100%, dengan rumus sebagai berikut :

BK polong total

IP = x 100%

(32)

Rendemen. Rendemen dihitung melalui pembagian berat kering biji total dengan berat kering polong total dikalikan 100%, dengan rumus sebagai berikut :

BK biji

Rendemen = x 100%

BK polong

Produktivitas. Produktivitas tanaman (t/ha) dihitung dengan menghitung berat kering polong total tiap luas ubinan berukuran 1 x 1 m2, kemudian dikonversi kedalam satuan ton/ha.

Komponen Fisiologis

Laju pertumbuhan tanaman (LPT). Perhitungan Laju pertumbuhan

tanaman dilakukan dengan cara menghitung selisih bobot kering brangkasan seluruh tanaman pada waktu pengamatan awal dikurang dengan bobot kering brangkasan tanaman pada pengamatan terakhir (Craufurd et al. 2003; Heddy 2001; Goldworthy 1996; Schulze & Caldwell 1995; Fitter & Hay 1991), dengan rumus sebagai berikut :

W2 – W1 1

LPT = X (g/m2/hari)

T2 – T1 GA

Laju assimilasi bersih (LAB). Laju asimilasi bersih atau laju satuan daun,

adalah hasil bersih dari hasil asimilasi (Gardner et al. 1991). Diperoleh melalui rumus sebagai berikut :

W2 – W1 ln L2 – ln L1

LAB = X

L2 – L1 T2 – T1

Keterangan :

LPT = Laju pertumbuhan tanaman LAB = Laju asimilasi bersih GA = luas tanah (cm2)

L1 = Luas daun pada pengamatan awal (cm2)

(33)

T1 = Waktu awal pengamatan (hari)

T2 = Waktu akhir pengamatan (hari )

W1 = Bobot kering tanaman pada pengamatan awal (g)

W2 = Bobot kering tanaman pada pengamatan akhir (g)

Pengamatan terhadap pengaruh fotosintesis berupa kandungan klorofil daun. Pengamatan klorofil daun dilakukan sebelum penyemprotan paclobutrazol

pada 6 MST dan 8 MST dan setelah penyemprotan pacobutrazol 6 MST dan 8 MST masing-masing jumlah tanaman adalah satu tanaman per unit percobaan. Analisis kandungan dilakukan di laboratorium RGCI.

Kandungan klorofil ditetapkan dengan menggerus daun contoh dalam mortar. Klorofil dipisahkan dari jaringan dengan menuangkan aceton 80% sedikit-sedikit. Suspensi dituang ke dalam labu ukur melalui corong yang dilapisi kertas Whattman-40. Suspensi dipindahkan dalam tabung sentrifuse dan diputar 10 menit dengan kecepatan 14000 rpm. Supernatan dituang ke dalam tabung

(34)
(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2009 di Cikabayan dengan jenis tanah Latosol. Hasil analisis tanah disajikan pada Lampiran 4. Tanah ini memiliki tekstur liat dan agak masam (pH 5.6), C organik sebesar 1.68% (kategori rendah) sedangkan kandungan haranya termasuk dalam

penilaian kesuburan kimia yang rendah. Keadaan iklim selama penelitian ditampilkan dalam Lampiran 2. Curah hujan rata-rata pada daerah Darmaga selama bulan penelitian adalah 325 mm dan suhu rata-rata per bulan 26.1oC.

Kondisi pertumbuhan kacang tanah pada fase awal pertumbuhan memiliki daya tumbuh yang cukup baik, untuk varietas Sima mencapai 95%. Daya tumbuh Varietas Kelinci lebih rendah dibandingkan dengan varietas Sima yaitu sekitar

85%, penyulaman dilakukan pada Varietas Kelinci umur 10 HST.

Selama pertumbuhan tanaman kacang tanah pemeliharaan dilakukan dengan penyiangan gulma dan pemberian pestisida untuk mengatasi serangan serangga. Pertumbuhan gulma meningkat pesat pada 8 MST dan jenis gulma yang

tumbuh dominan pada areal pertanaman adalah Mikania micrantha, dan jenis lainnya adalah Mimosa pudica, Phylantus niruri, Physalis angulata, Imperata cylindrica, Amaranthus sp. Awal pertumbuhan (4 MST), tanaman mengalami serangan layu bakteri yang disebabkan bakteri Pseudomonas solanacearum dengan gejala tanaman layu, pangkal batang dan akarnya membusuk dan berwarna kehitaman sehingga tanaman yang mati berjumlah 10%. Penyakit

lainnya yang menyerang tanaman adalah penyakit karat daun dan penyakit daun belang. Pengendalian terhadap penyakit dan serangga dilakukan dengan penyemprotan pestisida dengan merek dagang Matador setiap 2 minggu sedangkan hama yang menyerang adalah hama rayap.

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi dapat

(36)
[image:36.612.129.508.195.673.2]

interaksinya tidak berbeda nyata. Waktu aplikasi paclobutrazol menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap peubah-peubah pengamatan vegetatif maupun pengamatan reproduktif kacang tanah kecuali pada pengamatan karakter fisiologis seperti laju pertumbuhan tanaman danlaju asimilasi bersih. Hasil rekapitulasi uji F lengkap disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam

Peubah Pengamatan Waktu

Aplikasi (A)

Varietas (V)

Konsentrasi Paclobutrazol

(P)

KK (%)

Tinggi Tanaman

10 MST tn ** ** 6.25

12 MST tn ** ** 8.70

Bobot kering Brangkasan

6 MST tn tn tn 22.26

8 MST tn * tn 16.71

10 MST tn ** tn 8.09

12 MST tn ** tn 19.23

14MST (Panen) tn ** tn 16.95

Bobot kering akar

6 MST tn tn tn 14.89

8 MST tn tn tn 19.31

10 MST tn tn tn 15.52

12 MST tn tn tn 18.19

Bobot Kering Batang

6 MST tn tn tn 18.20

8 MST tn tn tn 22.05

10 MST tn ** * 10.23

12 MST tn ** tn 20.59

Bobot Kering Daun

6 MST tn tn tn (25.81)

8 MST tn ** tn 13.10

10 MST tn ** tn 10.71

12 MST tn * tn 19.27

Bobot Kering Ginofor dan Polong

6 MST tn tn tn (12.79)

8 MST tn tn tn 22.67

10 MST tn tn tn 12.72

12 MST tn tn tn 19.38

Jumlah Daun

6 MST tn tn tn 9.77

8 MST tn tn tn 6.28

10 MST tn tn * 6.28

(37)

Peubah Pengamatan Waktu Aplikasi

(A)

Varietas (V)

Konsentrasi Paclobutrazol

(P)

KK (%)

Index luas daun

6 MST tn tn tn 25.23

8 MST tn * tn 17.43

10 MST tn ** tn 17.83

12 MST tn ** tn 14.75

Jumlah Ginofor dan Polong

6 MST tn * tn 16.90

10 MST tn ** tn 22.59

8 MST tn ** tn 14.44

12 MST tn ** tn 19.17

Jumlah Polong Total/tan tn tn * 12.07

Persentase polong isi tn tn tn 6.05

Bobot Polong/tan tn tn * 14.34

Bobot biji per tanaman tn tn * 12.43

Jumlah biji per tanaman tn tn * 11.22

Bobot 100 Biji tn ** tn 3.77

Indeks Biji tn tn tn 14.94

Indeks Panen tn * tn 10.78

Rendemen tn tn tn 18.91

Produktivitas(t/h)(polong) tn tn ** 13.96

Laju Pertumbuhan Tanaman

6 MST tn tn tn 20.34

8 MST tn tn tn 28.00

10MST tn tn tn 39.00

12 MST ** tn tn 26.13

Laju Assimilasi Bersih

8 MST tn tn tn 36.69

10MST ** tn tn 31.49

12 MST tn tn tn 35.34

Keterangan : tn: Tidak Nyata, * : Nyata pada taraf 5%, ** : Sangat nyata pada taraf 1% ( ) : hasil transformasi √(x + 0.5)

Komponen Pertumbuhan

Tinggi Tanaman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas dan konsentrasi paclobutrazol memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman kacang tanah pada pengamatan tanaman umur 10 MST dan 12 MST. Varietas Sima pada pengamatan 10 dan 12 MST menunjukkan tinggi tanaman yang lebih nyata dibandingkan Kelinci (Tabel 2). Penambahan konsentrasi paclobutrazol terhadap tinggi tanaman secara konsisten menekan pertumbuhan tinggi tanaman.

(38)

tinggi tanaman dibandingkan pemberian konsentrasi paclobutrazol 0 ppm. Aplikasi konsentrasi paclobutrazol 200 dan 100 ppm memiliki pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanamanm (Tabel 3).

Tabel 2 Rata-rata tinggi tanaman pada varietas

Varietas

Tinggi tanaman (cm)

10 MST 12 MST

Sima 60.88 a 76.83 a

Kelinci 55.75 b 63.22 b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%

Tabel 3 Rata-rata tinggi tanaman pada konsentrasi paclobutrazol

Konsentrasi paclobutrazol

(ppm)

Tinggi tanaman (cm)

10 MST 12 MST

0 62.12 a 76.97 a

100 58.25 b 68.44 b

200 54.69 c 64.67 b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%

Bobot Kering Brangkasan

Bobot kering brangkasan tanaman adalah bobot kering seluruh tanaman dikurangi bobot kering ginofor dan polong. Hasil analisis ragam menunjukkan

bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap bobot kering brangkasan umur 8, 10 dan 12 MST, sedangkan waktu aplikasi paclobutrazol dan konsentrasi paclobutrazol menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap bobot kering berangkasan. Bobot kering brangkasan pada masing-masing varietas setiap minggu mengalami peningkatan. Bobot kering brangkasan Sima mempunyai nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan bobot kering brangkasan Kelinci

(39)

Bobot Kering Akar

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan bobot kering akar setiap minggu pengamatan. Rata-rata bobot kering akar pada tiap minggu pengamatan disajikan pada Gambar 4.

Bobot Kering Batang

Hasil analisis ragam terhadap bobot kering batang pada tiap minggu pengamatan menunjukkan bahwa waktu aplikasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap akumulasi biomassa batang (Gambar 5a), sedangkan konsentrasi paclobutrazol menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering batang

pada konsentrasi 0 ppm. Aplikasi konsentrasi paclobutrazol 100 ppm dan 200 ppm menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap peningkatan bobot kering batang (Gambar 5c). Varietas menunjukkan pengaruh yang nyata pada umur 8 MST dan sangat nyata pada umur 10 dan 12 MST terhadap bobot kering batang.

Tren peningkatan bobot kering batang kacang tanah antara varietas cenderung berbeda, peningkatan bobot kering batang varietas Sima cenderung tajam

dibanding Kelinci (Gambar 5b).

Tren grafik peningkatan bobot kering batang yang berbeda antar Varietas Sima dan Kelinci ini merupakan pengaruh karakter pertumbuhan genetik yang dibawa oleh masing-masing varietas. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian

Purnamawati (2007) bahwa terdapat pengelompokan kacang tanah berdasarkan kapasitas pertumbuhan source dan sink-nya, varietas Sima adalah tanaman yang memiliki source tinggi dan sink rendah, sedangkan Kelinci adalah jenis tanaman yang memiliki kapasitas source rendah dan sink cukup tinggi.

Bobot Kering Daun

(40)

Sima memiliki bobot kering daun yang lebih tinggi dibandingkan varietas Kelinci (Gambar 6).

( a )

( b )

( c )

Gambar 3 Bobot kering brangkasan pada perlakuan waktu aplikasi paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c).

( a )

9.27 a

18.84 a 21.37 a

25.79 a 30.39 a

9.28 a

17.55 a

23.28 a 25.74 a 28.35 a

0 20 40

6 8 10 12 14

B o b o t (g )

Waktu pengamatan (MST) Aplikasi 6 MST Aplikasi 8 MST

9.68 a

19.39 a

24.49 a

28.34 a

32.26 a

8.8 a

16.72 b

19.79 b 22.67 b

26.41 b

0 20 40

6 8 10 12 14

b o b o t (g )

Waktu pengamatan (MST)

Sima Kelinci

9.81 a

18.72 a

23.95 a

28.1 a 31.77 a

9.54 a

18.11 a

21.97 a

25.46 a 28.39 a

8.44 a 17.75 a 21.32 a 23.98 a 28.94 a 0 20 40

6 8 10 12 14

B o b o t (g )

Waktu pengamatan (MST)

[image:40.612.95.466.128.657.2]
(41)

( b )

( c )

Gambar 4 Bobot kering akar pada perlakuan waktu aplikasi paclobutrazol (a) perlakuan varietas (b) konsentrasi paclobutrazol (c)

( a )

0.34 a

0.57 a

0.53 a

0.63 a

0.35 a

0.52 a 0.55 a

0.62 a

0 0.4 0.8

6 8 10 12

B o b o t ( g )

Waktu pengamatan (MST)

Aplikasi 6 MST Aplikasi 8 MST

0.36 0.57 0.56 0.66 0.36 0.51 0.52 0.58 0 0.4 0.8

6 8 10 12

B o b o t (g )

Wak tu pengamatan (MST)

Sima Kelinci 0.35 0.56 0.54 0.64 0.36

0.56 0.55 0.61

0.33 0.52 0.55 0.63 0 0.4 0.8

6 8 10 12

B o b o t ( g )

Waktu pengamatan (MST)

[image:41.612.105.461.77.632.2]
(42)

( b )

( c )

Gambar 5 Bobot kering batang pada perlakuan waktu aplikasi paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c).

( a )

4.57 a 9.86 a 11.82 a 13.56 a 4.64 a 9.4 a

12.91 a 13.57 a

0 8 16

6 8 10 12

B o b o t ( g )

Waktu pengamatan (MST)

Aplikasi 6 MST Aplikasi 8 MST

4.8 a 10.2 a 13.63 a 15.27 a 4.4 a 8.92 a

10.87 b 11.53 b

0 8 16

6 8 10 12

B o b o t (g )

Waktu pengamatan (MST)

Sima Kelinci

4.81 a

10.12 a

13.62 a 15.34 a

4.8 a

9.42 a

11.95 b 13.16 a

4.19 a

9.32 a

11.72 b 12.41 b

0 8 16

6 8 10 12

B o b o t (g )

Waktu pengamatan (MST)

[image:42.612.92.448.81.657.2]
(43)

( b )

( c )

Gambar 6 Bobot kering daun pada perlakuan waktu aplikasi paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c).

4.37 a

8.42 a 9.02 a

11.59 a 4.29 a 7.63 a 9.82 a 11.55 a 0 6 12

6 8 10 12

B o b o t ( g )

Waktu pengamatan (MST)

Aplikasi 6 MST Aplikasi 8 MST

4.52 a 8.61 a 10.29 a 12.41 a 4.11 a 7.29 a 8.39 b 10.56 b 0 7 14

6 8 10 12

B o b o t (g )

Waktu pengamatan (MST) Sima Kelinci 4.7 a 8.05 a 9.79 a 12.11 a 4.38 a

8.15 a 9.47 a

11.69 a 3.92 a 7.83 a 9.07 a 10.94 a 0 7 14

6 8 10 12

B o b o t (g )

Waktu pengamatan (MST)

[image:43.612.101.470.79.641.2]
(44)

Jumlah Daun

Berdasarkan hasil analisis statistik melalui uji F, peubah jumlah daun menunjukkan penambahan yang berpengaruh nyata pada perlakuan konsentrasi paclobutrazol pada 10 MST. Jumlah daun pada konsentrasi 0 ppm dan 200 ppm menunjukkan kecenderungan pertambahan yang hampir sama kecuali pada

konsentrasi paclobutrazol 100 ppm (Gambar 7). Jumlah daun yang rendah pada konsentrasi 100 ppm ini diduga karena konsentrasi tersebut menekan pertumbuhan tanaman.

Nilai Indeks Luas Daun

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada umur 8, 10 dan 12 MST

terdapat pengaruh varietas yang nyata terhadap nilai indeks luas daun kacang tanah. Nilai indeks luas daun Varietas Sima dan Kelinci meningkat pada setiap periode pertumbuhan. Varietas Sima memiliki nilai indeks luas daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan Varietas Kelinci (Gambar 8). Nilai indeks luas daun

tertinggi diperoleh pada Varietas Sima pada umur 12 MST dengan nilai 4.48 dan Varietas Kelinci dengan nilai 3.55.

Nilai indeks luas daun yang lebih tinggi pada Varietas Sima ini menggambarkan bahwa luas daun (tajuk) dan struktur kanopi tanaman Sima lebih besar (4.48) dibanding tanaman Kelinci (3.55). Indeks luas daun yang lebih besar pada Sima mencerminkan penyekapan cahaya matahari dan struktur kanopi pada

Sima lebih besar dibanding Kelinci.

Kanopi yang besar pada tanaman akan membuat daun-daun dibawahnya

ternaungi dan tidak efisien dalam melakukan fotosintesis, akibatnya daun-daun pada tanaman yang ternaungi akan cepat menua. Hal ini akan mengakibatkan hasil asimilasi akan diremobilisasi terlebih dahulu oleh tanaman, dari daun yang lebih tua untuk pembentukan daun muda. Secara tidak langsung partisi asimilat yang

seharusnya dialokasikan pada pertumbuhan reproduktif (pengisian biji) masih dimanfaatkan oleh pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga akan terjadi persaingan internal tanaman antara bagian vegetatif (source) dan bagian reproduktif (sink) yang mempengaruhi akumulasi jumlah bahan kering pada polong kacang tanah (Cruz-Aguado et al, 1999).

(45)

( b )

[image:45.612.110.466.80.645.2]

( c )

Gambar 7 Jumlah daun pada perlakuan waktu aplikasi paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c).

36 a

54 a

68 a 73 a

35 a

53 a

66 a 65 a

0 40 80

6 8 10 12

J u m la h ( h e la i)

Waktu pengamatan (MST)

Aplikasi 6 MST Aplikasi 8 MST

36 a

55 a

69.43 a 74.8 a

34.62 a

51.96 a

63.51 a 66.07 a

0 40 80

6 8 10 12

J u m la h ( h e la i)

Waktu pengamatan (MST)

Sima Kelinci

35 a

53 a

69 a 73 a

37 a

54 a

64 b 71 a

35 a

54 a

68 a 70 a

0 40 80

6 8 10 12

J u m la h ( h e la i)

Waktu pengamatan (MST)

(46)

( a )

( b )

( c )

Gambar 8 Indeks luas daun pada perlakuan waktu aplikasi paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c).

1.52 a

3.48 a

3.93 a 3.89 a

1.37 a

3.31 a

4.11 a 4.21 a

0 2.5 5

6 8 10 12

N ila i i n d e k s

Waktu pengamatan (MST)

Aplikasi 6 MST Aplikasi 8 MST

1.55 a

3.74 a

4.45 a 4.48 a

1.31 a

2.97 b

3.53 b 3.55 b

0 2.5 5

6 8 10 12

N ila i i n d e k s

Waktu pengamatan (MST)

Sima Kelinci

1.46 a

3.44 a

4.25 a 4.29 a

1.48 a

3.32 a

3.86 a 3.95 a

1.39 a 3.43 a 4.02 a 3.95 a 0 2.5 5

6 8 10 12

N ila i i n d e k s

Waktu pengamatan (MST)

[image:46.612.95.473.73.685.2]
(47)

Indeks luas daun atau Leaf Area Index sebagai salah satu pengukuran daun menurut Brown (1972) berperan penting untuk menentukan ukuran pertambahan dalam kapasitas fotosintesis tanaman. Fotosintesis memproduksi asimilat yang dimuat ke floem untuk dipartisi keseluruh jaringan tanaman yang berbeda, seperti sink, dan untuk proses respirasi (Kaschuk et al. 2009).

Menurut Goldworthy dan Fisher (1996) daun akan cepat mengalami penuaan bila ternaungi sampai satu titik dimana mereka tidak lagi menyumbang fotosintesis bersih. Pertumbuhan awal yang lambat pada kacang tanah, merupakan akibat perkembangan ILD yang lambat. Kemudian ILD mencapai nilai-nilai

komperatif besar 5.5 dan 7.0 walaupun nilai ILD besar, penyediaan asimilat mungkin masih membatasi hasil biji karena untuk mempertahankan suatu ILD yang besar daun-daun baru harus dihasilkan untuk mengganti yang mati. Kemudian daun yang tumbuh akan bersaing memanfaatkan asimilat dengan organ sink yang sedang berkembang (Gardner et al. 1991).

Fotosintesis tanaman budidaya dan peningkatan produksi bahan kering secara langsung berasosiasi dengan intersepsi cahaya oleh kanopi tanaman. Secara

umum interaksi cahaya berhubungan dengan indeks luas daun (ILD) yang merupakan fungsi ekponensial tanaman dimana radiasi fotosintesis aktif ditangkap oleh kanopi tanaman (Maddoni & Otegui 1996).

Agar diperoleh hasil panen yang tinggi, tanaman budidaya harus

menghasilkan indeks daun yang cukup dengan cepat untuk menyerap sebagian besar cahaya guna mencapai produksi bobot kering maksimum, dan setelah itu

tanaman harus tetap menyerap cahaya yang banyak, dan dapat membagikan hasil asimilasinya dalam kuantitas terbesar yang mungkin ke organ-organ yang mmpunyai nilai ekonomi (biji), tanpa mempengaruhi kualitas yang dipanen. (Gardner et al. 1991)

Pengamatan terhadap Hasil dan Komponen Hasil

Jumlah Ginofor dan Polong

(48)

varietas nyata mempengaruhi jumlah ginofor dan polong yang terbentuk pada setiap minggu pengamatan selama fase pertumbuhan tanaman. Jumlah ginofor yang dihasilkan varietas Kelinci lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah ginofor dan polong yang dihasilkan oleh varietas Sima pada setiap minggu pengamatan (Gambar 9b). Konsentrasi paclobutazol tidak nyata mempengaruhi peningkatan

jumlah ginofor dan polong yang terbentuk (Gambar 9c).

Jumlah Polong Total Pertanaman

Berdasarakan hasil analisis statistik tidak terdapat perbedaan pengaruh perlakuan waktu aplikasi paclobutrazol dan varietas yang nyata terhadap jumlah polong kacang tanah. Perlakuan konsentrasi paclobutrazol berpengaruh nyata

terhadap jumlah polong pertanaman. Jumlah polong tertinggi terdapat pada konsentrasi paclobutrazol 200 ppm dengan nilai 14 buah polong per tanaman sedangkan konsentrasi 0 dan 100 ppm pacalobutrazol memberikan jumlah hasil polong yang sama pada kedua varietas dengan jumlah polong sebanyak 12 buah

polong per tanaman seperti terlihat pada Gambar 10c.

Persentase Polong Isi per Tanaman

Penelitian menunjukkan bahwa waktu aplikasi dan kosentrasi

paclobutrazol menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap persentase polong isi tanaman kacang tanah, demikian juga halnya dengan penggunaan varietas juga berpengaruh tidak nyata terhadap persentase polong isi. Rata-rata persentase polong isi disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Rata-rata persentase polong isi per tanaman

Perlakuan Persentase polong isi (%)

Waktu Aplikasi (MST)

6 99.55 a

8 98.18 a

Varietas

Sima 99.44 a

Kelinci 98.22 b

Konsentrasi paclobutrazol (ppm)

0 97.16 a

100 99.71 a

200 99.56 a

(49)

Bobot Kering Polong per Tanaman

Bobot polong tanaman kacang tanah pada penelitian ini dipengaruhi oleh konsentrasi paclobutrazol. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa konsentrasi 200 ppm memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot polong kacang tanah

dengan nilai sebesar 23.56g dibandingkan dengan konsentrasi paclobutrazol 0 ppm dan 100 ppm (Gambar 11c ), sedangkan antara bobot polong pada perlakuan 0 ppm dan 100 ppm berpengaruh tidak nyata terhadap penambahan bobot polong dengan nilai masing-masing 20.02g dan 20.69g.

Bobot Biji per Tanaman

Hasil analisis statistik pada bobot biji tanaman kacang tanah menunjukkan bahwa konsentrasi paclobutrazol memberikan pengaruh nyata terhadap bobot biji kacang tanah per tanaman. Konsentrasi paclobutrazol 200 ppm memberikan bobot tertinggi dengan nilai 17g per tanaman dibandingkan dengan konsentrasi 0 ppm

dan 100 ppm. Pemberian paclobutrazol 0 ppm dan 100 ppm tidak berpengaruh nyata terhadap penambahan bobot biji per tanaman (Gambar 12).

Jumlah Biji per Tanaman

Jumlah biji per tanaman pada penelitian ini secara nyata dipengaruhi oleh konsentrasi paclobutrazol. Konsentrasi paclobutrazol 200 ppm menunjukkan jumlah biji tertinggi (37 buah) jika dibandingkan dengan konsentrasi 100 dan 0 ppm. Konsenttrasi 0 dan 100 ppm menunjukkan jumlah biji yang tidak signifikan. Demikian juga pada penggunaan varietas dan waktu aplikasi paclobutrazol tidak

berpengaruh nyata terhadap jumlah biji. Rata-rata jumlah biji pada semua perlakuan ditampilkan pada Tabel 5. Seeno dan Isoda (2003a) juga mengungkapkan bahwa aplikasi paclobutrazol 200 ppm meningkatkan biji kacang tanah.

Bobot 100 Biji

(50)

tertinggi yaitu 51.78 g jika dibandingkan dengan varietas Kelinci yang memiliki bobot 100 biji sebesar 46. 76g.

Indeks Biji

Indeks biji kacang tanah pada penelitian ini untuk semua perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata. Pada varietas Sima indeks biji memiliki nilai indeks yang terendah (28.42 %), sedangkan pada Kelinci nilai indeks biji nya lebih tinggi (29.92%). Walapun konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap indeks biji tetapi aplikasi paclobutrazol terlihat meningkatkan nilai indeks biji. Konsentrasi paclobutrazol 200 ppm memiliki nilai indeks biji yang lebih tinggi. Rata-rata indeks biji pada semua perlakuan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 5 Rata-rata jumlah biji per tanaman

Perlakuan Jumlah biji per tanaman (buah) Waktu Aplikasi (MST)

6 31.56 a

8 33.77 a

Varietas

Sima 32.48 a

Kelinci 32.96 a

Konsentrasi paclobutrazol (ppm)

0 30.44 b

100 30.42 b

200 37.24 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%

Tabel 6 Rata-rata indeks biji kacang tanah

Perlakuan Indeks biji (%)

Waktu Aplikasi (MST)

6 29.92 a

8 29.92 a

Varietas

Sima 28.42 a

Kelinci 32.24 a

Konsentrasi paclobutrazol (ppm)

0 20.30 a

100 28.92 a

200 32.27 a

(51)

( a )

( b )

( c )

Gambar 9 Jumlah ginofor dan polong pada perlakuan waktu aplikasi paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c).

18.31 a

37.02 a 38.37 a 42.15 a

18.23 a

36.45 a 38.33 a

45.92 a

0 25 50

6 8 10 12

J u m la h ( b u a h )

Waktu pengamatan (MST)

Aplikasi 6 MST Aplikasi 8 MST

14.11 a

29.3 b 33.87 b

52.51 a 23.31 a 45.64 a 42.83 a 37.08 b 0 30 60

6 8 10 12

Ju m la h ( b u a h )

Waktu pengamatan (MST)

Sima Kelinci 18.3 a 36.97 a 38.83 a 45.74 a 19.31 a

38.14 a 38.12 a

42.49 a

17.81 a

34.97 a 37.12 a

44.33 a

0 25 50

6 8 10 12

J u m la h ( b u a h )

Waktu pengamatan (MST)

(52)

Indeks Panen

Indeks panen didasarkan hasil uji stastik tidak dipengaruhi waktu aplikasi sedangkan varietas dan konsentrasi paclobutrazol memberikan pengaruh yang nyata terhadap indeks panen. Indeks panen tertinggi terdapat pada Varietas Kelinci dengan nilai 44.47%, sedangkan varietas Sima memiliki indeks panen

sebesar 40.47% (Gambar 14). Perlakuan paclobutrazol memberikan hasil indeks panen tertinggi pada konsentrasi 200 ppm dengan nilai sebesar 45.11% berbeda nyata pengaruhnya dengan perlakuan 0 ppm, sedangkan pada konsentrasi 100 ppm dengan 0 ppm indeks panennya tidak berbeda nyata.

Hasil tanaman budidaya tergantung pada jumlah dan bobot masing-masing organ yang dapat dipanen. Secara nyata efisiensi produksi tanaman selalu diukur sebagai Indeks panen: yang merupakan rasio biomassa polong kering terhadap biomassa total. Kedua pengukuran ini dibutuhkan untuk mencerminkan efisiensi

produksi secara keseluruhan (Awal et al. 2003). Hal ini juga dikemukakan oleh Sinclair (1998) dalam Dordas (2009); Bueno dan Lafarge (2009) yang menyatakan bahwa Indeks Panen adalah sebuah indikasi bagaimana bobot bahan

kering vegetatif (biomassa) dialokasikan ke biji pada saat kematangan.

Rendemen

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa waktu aplikasi dan konsentrasi paclobutrazol serta varietas tidak berpengaruh terhadap rendemen. Rendemen

merupakan perbandingan antara bobot kering biji dan bobot polong tanaman. Rata-rata rendemen kacang tanah pada penelitian ini di tampilkan pada Tabel 7.

Produktivitas

Produktivitas kacang pada perlakuan ini dalam bentuk polong kering per ha. Konsentrasi paclobutrazol memberikan pengaruh yang nyata terhadap produktivitas polong kacang tanah. Produktivitas tertinggi diperoleh pada perlakuan paclobutrazol dengan konsentrasi 200 ppm dengan nilai 1.18 ton per ha,

(53)

( a )

( b )

( c )

Gambar 10 Jumlah polong total per tanaman pada perlakuan waktu aplikasi paclobutrazol (a), varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c).

12.6 a 12.68 a 12.55 12.59 12.63 12.67 12.71 6 8 J u m la h p o lo n g ( b u a h )

Waktu aplikasi (MST)

13.02 12.19 11.5 12 12.5 13 13.5 Sima Kelinci J u m la h p o lo n g ( b u a h ) Varietas

11.96 b 11.92 b

14.05 a 10 11 12 13 14 15

0 100 200

J u m la h p o lo n g ( b u a h )

(54)

( a )

( b )

( c )

Gambar 11 Bobot polong total per tanaman pada perlakuan waktu

Gambar

Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam
Gambar 3 Bobot kering brangkasan pada perlakuan waktu aplikasi paclobutrazol (a),  varietas (b), konsentrasi paclobutrazol (c)
Gambar 4 Bobot kering akar pada perlakuan waktu aplikasi paclobutrazol (a) perlakuan varietas (b) konsentrasi paclobutrazol (c)
Gambar 5 Bobot kering batang pada perlakuan waktu aplikasi paclobutrazol (a),  varietas (b),  konsentrasi paclobutrazol (c)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian dilakukan dengan dua cara, yaitu pengujian sistem ( white boxdan black box ) dan pengujian metode AG yang digunakan untuk memproses penjadwalan perawat pada

Proses diagnosa penyakit diikuti dengan tersedianya lebih dari satu pilihan yang memenuhi kriteria tertentu adalah termasuk permasalahan fuzzy logic, fuzzy logic

Dana ini untuk mengirimkan staf ke Perguruan Tinggi lain sebagai penyedia training/magang terkait dengan peningkatan kualitas pembelajaran. Ketentuan dalam pelaksanaan

Pencatatan, pelaporan dan evaluasi

Pengusul juga harus menyertakan TOR untuk pengembangan staf non gelar dalam negeri sesuai dengan format seperti pada Lampiran C.Prakiraan Anggaran Biaya merupakan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa minyak atsiri pada daun sereh segar dapat diisolasi dengan menggunakan metode penyulingan

These base classes implement the business logic based on event handling, in which the user interaction would be captured in the view class, and the event that changes the state

Pandangan anak tidak mempengaruhi harapan atau ekpektasi anak terhadap pola asuh yang diterapkan oleh orangtua, dikarenakan anak merasa apa yang telah dilakukan oleh