• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE BERCERITA BERPASANGAN (PAIRED STORYTELLING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYMAK CERITA ANAK DI SD : Penelitian Tindakan Kelas Yang Dilakukan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Eretan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE BERCERITA BERPASANGAN (PAIRED STORYTELLING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYMAK CERITA ANAK DI SD : Penelitian Tindakan Kelas Yang Dilakukan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Eretan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASAGAN (PAIRED STORYTELLING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK DI

SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas Yang Dilakukan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Eretan Wetan II Kec. Kandangnhaur

Kab. Indramayu Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Mengikuti Ujian Sidang Sekripsi Penelitian pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta

Disusun Oleh: IRFAN MAULANA SIDIK

0903426

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

BUKTI PEGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI

NAMA : IRFAN MAULANA SIDIK

NIM : 0903426

JUDUL : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE BERCERITA BERPASAGAN (PAIRED STORYTELLING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK DI SEKOLAH

No. Nama (Jabatan) TandaTangan Tanggal

1

Drs. H. Kanda Ruskandi, M.Pd. (Penguji I)

2

Dra. Hj Entin Kartini M.Pd

(Penguji II)

3

Finita Dewi, S.S. M. A.

.(Penguji III)

4

Dr. Burhaniddin, TR.M.Pd.

(PembimbingI)

5

Drs. Endang Hidayat, M.Pd

(Pembimbing II)

Purwakarta, Juli2013

Ketua Program Studi S1 PGSD UPI KampusPurwakarta

(3)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE BERCERITA BERPASANGAN (PAIRED STORYTELLING) UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYMAK CERITA ANAK

DI SD

(Penelitian Tindakan Kelas Yang Dilakukan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Eretan Wetan II Kec. Kandanghaur

Kab. Indramayu Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh

IRFAN MAULANA SIDIK 0905426

ABSTRAKS

(4)

DAFTAR ISI A.Pengertian Belajar dan Pembelajaran………... B.Pemmbelajaran Bahasa...

1. Pengertian Menyimak... 2. Tujuan Menyimak... 3. Jenis-jenis Menyimak... 4. Tahap-Tahap Menyimak Cerita Anak... 5. PemilihanTeknikPembelajaranKeterampilanMenyimak... 6. Cerita Anak... 7. Manfaat Cerita Anak... C.PembelajaranKooperatif...

1. PengertianPembelajaranKooperatif…... 2. Model-model PembelajaranKooperatif... 3. Manfaat Pembelajaran Kooperatif... 4. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif... 5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif... 6. Pengertian Pembelajaran Koopertif Tipe Bercerita Berpasangan...

7. Langkah-langkah Pembelajaran koopertaif Tipe

BerceritaBerpasangan... ...

(5)

2. TahapPelaksanaanPenelitian...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A.Deskripsi Data AwalPenelitian...

1. LokasiPenelitian...

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Pendidikanadalahupayasadaruntukmengembangkanpotensiyang

dianugerahkanTuhankepadamanusiadandiarahkanpadatujuan yang diharapkan

agar memanusiakanmanusiaataumenjadikannyasebagaiinsankamil,

manusiautuhataukaffah. Hakikatpendidikaninidapatterwujudmelalui proses

pengajaran, pembelajaran (ta‟limdantadris), pembersihandanpembiasaan

(tahdzibdanta`dib), dantadrib (latihan)

denganmemperhatikankompetensi-kompetensipedagogis berupaprofesi, kepribadiandansosial. (Rohimin, dkk . 2009 :

12).

Pendidikanmerupakansalahsatusektor yang paling

pentingdalampembangunannasional.Dikarenakanmelaluisektor

pendidikandapatdibentukmanusia yang berkualitas, seperti yang

dituangkandalamUndang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 bahwa:

“Pendidikannasionalberfungsimengembangkankemampuandanmembentuk

wataksertaperadabanbangsa yang

bermartabatdalamrangkamencerdaskankehidupanbangsa,

bertujuanuntukberkembangnyapotensipesertadidik agar menjadimanusia yang berimandanbertakwakepadaTuhan Yang MahaEsa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiridanmenjadiwarga Negara yang

demokratissertabertanggungjawab”(Bab II Pasal 3 UU RI No.20 Tahun 2003 ).

Untuk mencapai proses pendidikan yang dapatmembentukmanusia yang

berkualitassertabertakwakepada Allah, makaperan guru

sangatpentingdalammecerdaskanmanusia. Seperti yang dituangkandalam

Undang-undang RI No. 14 tahun 2005, bab I, pasal 1, ayat, 1 bahwa, guru

adalahpendidikdengantugasutamamendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai,

danmengevaluasipesertadidikpadapendidikananakusiadinijalurpendidikan formal,

(7)

terhadappesertadidikmerupakanperan yang sangatpentingdarisekianbanyakperan

yang harusdijalani.

Peran guru bukan hanya mengajsr saja, seyogianya guru memiliki peran

untuk mencerdaskan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa,

kreatif , berilmu seperti yang dituangkan dalam UU RI No. 20 tahun 2003 pasal

3. Kaitanya dengan dunia pendidikanguru seyogyanya mampu menyampaikan

materi pembelajaran yang dapat meningkatkan ketrampilan siswa sesuai dengan

kebutuhan belajar. Untuk mencapainya perlu diupayakan berbagai latihan,

penguasaan, dan wawasan dalam pembelajaran. Termasuk salah satu diantaranya

adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dan dapat

meningkatkan kemampuan siswa.

Berdasarkan Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar

Isi untuk satuan pendidikan dasar bahwa standar kompetensi bahasa Indonesia

merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan

penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap

bahasa dan sastra Indonesia.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan salah satu guru di SDN

Eretan Wetan II pada tanggal 19 Januari 2013 yang menunjukan adanya Hampir

semua siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, hampir semua siswa

kurang tertarik pada pelajaran bahasa indonesia, dari hasil tes evaluasi rata-rata

hasilnya dibawah KKM dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di SD yang

seyogyanya diterapkan pembelajaran yang menarik dan dapat meningkatkan

kemampuan menyimak siswa.

Menurut Dawsen yang dikutip Tarigan (2008:1) mengungkapkan bahwa :

“…. Keterampilan bahasa (atau languae arts, languae skill) dalam

kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi yaitu 1)Keterampilan menyimak, 2) Keterampilan berbicara, 3) Keterampilan membaca(reading skills), 4) Keterampilan menulis. Setiap keterampilan tersebut sangat erat kaitanya dengan keterampilan lainya. Dalam memperoleh ketrampilan bahasa, sejatinya melalui hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Keempat ketrampilan tersebut pada

(8)

Keterampilan bahasa dalam kurikulm di sekolah ada empat aspek yang

harus dimiliki oleh siswa diantaranya menyimak. Menyimak merupakan

keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dari keterampilan berbahasa yang lain,

yaitu keterampilan berbicara, membaca, dan menulis.

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang

lisan-lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk

memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang

tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan“.(Tarigan:

2008 : 31).

Proses menyimak memerlukan perhatian serius dari siswa. menyimak

berbeda dengan mendengar atau mendengarkan. Menurut pendapat Tarigan (2008

:27), “Pada kegiatan mendengar mungkin si pendengar tidak memahami apa yang

didengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum

diikuti unsur pemahaman karena itu belum menjadi tujuan.” Kegiatan menyimak

mencakup mendengar, mendengarkan, dan disertai usaha untuk memahami bahan

simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur kesengajaan,

perhatian dan pemahaman, yang merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa

menyimak. Penilaiannya pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak, bahkan

melebihi unsur perhatian.

Keberhasilan seseorang dalam menyimak dapat diketahui dari bagaimana

penyimak memahami dan menyampaikan informasi dari simakan secara lisan atau

tertulis. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan menyimak cukup kompleks

jika penyimak ingin menangkap makna yang sesungguhnya dari simakan yang

mungkin tidak seutuhnya tersurat, sehingga penyimak harus berusaha

mengungkapkan hal-hal yang tersirat.

Jika dilihat dari uraian di atas dapat simpulkan peranan menyimak dalam

proses belajar berbahasa sangat besar, maka diperlukan suatu model pembelajaran

yang dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa. Model pembelajaran

merupakan hal yang penting dalam pembelajaran menyimak, khususnya

(9)

meningkatkan kemampuan menyimak siswa, pembelajaran menyimak akan

mencapai tujuan yang diharapkan.

Salah satu metode atau model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam

pembelajaran keterampilan menyimak adalah Model kooperatif tipe bercerita

berpasanganatau paired storytelling. pembelajaran bercerita berpasangan atau

paired storytelling merupakan salah satu tipe pembelajaran dalam model pembelajaran cooperative. Dengan pembelajaran bercerita berpasangan ini

kegiatan belajar mengajar sepenuhnya dilakukan oleh siswa. Guru hanya sebagai

fasilitator, motivator, dan mediator dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

Sebuah cerita dapat mengandung berbagai pendidikan moral yang berupa pesan

atau amanat. Melalui cerita guru dapat memberikan penanaman nilai-nilai moral

kepada siswa, tetapi fenomena yang terjadi di tingkat sekolah dasar, cerita

cenderung digunakan guru hanya sebagai selingan bagi siswa. ( Lie, 2010 : 60)

Model kooperatif. Tipe Bercerita Berpasangan (Paired Storylelling)

dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan

pelajaran (Lie, 2010 : 62 ). Pembelajaran bercerita berpasangan bisa digunakan

dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun bercerita.

Pembelajaran ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan

berbicara. Bahan pelajaran yang palin cocok digunakan dalam teknik ini adalah

bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Namun, hal ini tidak menutup

kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lainnya.

Pembelajaran bercerita berpasangan, guru memperhatikan skemata atau

latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini

agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini, siswa

diransang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan

berimajinasi. Buah-buah pemikiran mereka akan dihargai, sehingga siswa merasa

makin terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa

dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk

mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan. Bercerita berpasangan bisa

(10)

Pembelajaran keterampilan menyimak yang dilakukan para guru

cenderung menganjurkan siswa untuk bekerja sendiri tanpa ada unsur bekerja

sama dengan siswa lain. Padahal, pembelajaran dengan cara siswa bekerja sendiri

tanpa ada unsur bekerja sama dengan siswa lain ini dapat menimbulkan sifat

individualistis. Siswa yang satu menganggap siswa yang lain adalah saingan.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, diperlukan pembelajaran yang dapat

meningkatkan kerja sama antarsiswa dalam kegiatan mereka di kelas.

pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran bercerita berpasangan.

Pembelajaran ini lebih menekankan daya simak siswa karena hasil simakannya

akan dipertanggungjawabkan kepada pasangannya. Semakin baik daya simak

siswa, materi yang disampaikan guru akan semakin mudah dipahami siswa.

Beerangkat dari uraian di atas penelitian ini terfokus padapembelajaran

model Cooperativedengan judul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

bercerita (Paired Storytelling) berpasangan untuk meningkatkan kemampuan

menyimak cerita anak di sekolah dasar pada kelas IV SDN Eretan Wetan II

Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu“. (Pelajaran Bahasa Indonesia di

Kelas IV Sekolah Dasar Tahun Ajaran 2012/2013).

B. RumusanMasalah

Rumusanmasalah yang diangkatdalampenelitianiniadalah: “Apakah model

pembelajarankooperatiftipeberceritaberpasangandapatmeningkatkankemampuanm

enyimakceritaanakpadapembelajaranBahasa Indonesia di SD?”

Agar permasalahantersebuttidakmeluas,

pertanyaantersebutdirumuskandenganrincianmasalahsebagaiberikut:

1. Bagaimana kemampuanmenyimakceritaanak padamatapelajaranbahasa

Indonesia sebelummenggunakan model

pembelajarankooperatiftipeberceritaberpasangan?

2. Bagaimanaaktivitassiswaselamamenggunakan model

pembelajarankooperatiftipeberceritaberpasangan dalam pembelajaran

(11)

3. Bagaimanakemampuan menyimakceritaanakmatapelajaran bahasa indonesia

sesudahmenggunakan model

pembelajarankooperatiftipeberceritaberpasangan?

C. TujuanPenelitian

Sesuaidenganrumusanmasalah, tujuan yang

hendakdicapaidalamkajianiniadalahuntukmeningkatkankemampuanmenyimakceri

taanak.

Secararincitujuan yangdimaksudadalahmengetahuitentang :

1. Kemampuan menyimakceritaanak mata

pelajaranbahasaindonesiasebelummenggunakan model

pembelajarankooperatif tipe berceritaberpasangan.

2. Aktivitasselamamenggunakan model pembelajarankooperatif tipe

berceritaberpasangansiswadalam pembelajaran menyimak cerita anak

3. Kemampuan menyimakceritaanak mata

pelajaranbahasaindonesiasebelummenggunakan model

pembelajarankooperatif tipe berceritaberpasangan.

D. ManfaatPenelitian

Berdasarkanmasalahpenelitiandantujuanpenelitiandiatas,

hasilpenelitianinidiharapkanmempunyaimanfaatsecaraumumyaitusebagaiberikut :

1. Secarateoretis

Menambahpengetahuantentang model atauteknikpembelajarankhususnya

model koopertiftipeberceritaberpasangan yang

digunakansebagaiacuanuntukpenelitian yang sejenis.

2. Manfaatsecarapraktis

a. Bagipeneliti:

Manfaat yang dapatdiperolehbagipeneliti, yaitu:

1) Dapatmenambahwawasandalampembelajaranbahasakhususnyapengetahua

(12)

2) Hasilpenelitianinidapatmenambahpengalamandibidangpenelitian,

khususnyadalampenerapanmetodekooperatiftipebercritaberpasangan.

b. Bagi Guru

1) Dapatmeningkatkanprofesionalisme guru.

2) Dapatmemperolehpengetahuantentangkelebihandankekurangan model

pembelajarankoopertiftipeberceritaberpasangankhususnyadalampelajaranB

ahasa Indonesia.

3) Dapatmeningkatkankemampuan guru dalammengelola proses

pembelajaransecaravariatifdankualitatifdenganmenggunakanpendekatanko

opertiftipeberceritaberpasang.

c. BagiPesertadidik

1) Meningkatkanmotivasisiswadalammempelajaribahasaindonesia.

2) Meningkatkankemampuansiswadalammenyimakceritaanak.

d. BagiSekolahdanPembaca

1) Penelitianinidiharapkanmemberikansumbanganpemikiranbagimahasiswa

UPI khususnyajurusan PGSD

untukmengembangkanpendidikanmatapelajaranbahasaindonesia di

sekolahdasardalamrangkamemilihpendekatanpembelajaran yang tepat,

selainitudiharapkanpenelitianinidapatdipakaisebagaibahankajianlebihlanjut

bagipeneliti lain untukmendapatkanhasil yang akurat.

G. SistematikaPenulisan

Skripsi disusun dengan struktur organisasi sebagai berikut:

Bab I, merupakan bab pendahuluan yang berisikan : 1) latar belakang, b)

rumusan masalah, c) tujuan penelitian, d) manfaat penelitian, e) kajian teoretik, f),

metode penelitian, g) sestematika penulisan.

Bab II, merupakan kajian teori yang berisikan tentang : a) pengertian

belajar dan pembelajaran, b) pembelajaran bahasa menyimak dan c) pembelajaran

kooperatif tipe bercerita berpasangan,

Bab III, merupakan metode penelitian yang berisikan : a) jenis penelitian,

(13)

instrumen penelitian, f) teknik pengumpulan data, g) teknik pengolahan data dan

h) jadwal penelitian .

Bab IV, merupakan hasil penelitian dan pembahassan berisikan tentang a)

deskripsi data awal penelitian, b) deskripsi pelaksanaan tindakan dan c)

pembahasan hasil penelitian

Bab V merupakan bab kesimpulan berisikan : a) kesimpulan, b) implikasi

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas.

Dalam literatur berbahasa Inggris, PTK disebut dengan classroom action

research. “Penelitian tindakan kelas merupakan sebuah rangkaian langkah-langkah (a spiral of step). Langkah-langkah-langkah dalam model penelitian ini terjadi

dalam suatu proses yang disebut siklus. Dalam setiap siklus terdiri atas empat

langkah berdasarkan model penelitian Kemmis dan McTaggart, yaitu perencanaan

(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).”

(Arikunto, 2002: 83).

Menurut Mc Niff yang dikutip Ruswandi dkk. (2007: 20) memandang :“PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan kurikulum,

pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya “.Dengan pnelitian tindakan kelas, guru dapat meneliti sendiri terhadap praktek pembelajaran yang dilakukan di kelas, terhadap siswa dari segi interaksinya dalam

proses pembelajaran, atau terhadap proses atau produk pembelajaran secara

reflektif di kelas.

Penelitian tindakan kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara

teori dan praktek pendidikan. Jika sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan

kondisi kelasnya, melalui PTK guru dapat mengadaptasi teori yang ada untuk

kepentingan proses atau produk pembelajaran yang lebih efektif, optimal, dan

fungsional.Hopkins (1993) yang dikutup Rochiati (2008: 04) menjelaskan sebagai

berikut:

(15)

Dari pendapat tersebut menggambarkan adanya kolaborasi antara

rambu-rambu penelitian yang harus ditempuh dengan tindakan nyata di dalam kelas.

Rambu-rambupenelitianmenghendakisuatuprosedur yang sistematis dan logis

sertaobjektif dan rasional. Dengan demikian PTK

berupayauntukmengidentifikasisecarakritispembelajaran yang terjadi di

dalamkelas dan berupayamemperbaikinyahinggaterjadiperubahansikap dan

prestasipesertadidik .MenurutEbbut yang dikutipUndang, (2006: 7)

mengemukakan:

„„… Penelitiantindakanadalahkajiansistematis dari

upayaperbaikanpelaksanaanpraktikpendidikanolehsekelompok guru

dengan melakukan

tindakan-tindakandalampembelajaranberdasarkanrefleksimerekamengenaihasil dari tindakan-tindakantersebut. Penelitiantindakansebagaikajian dari sebuahsituasisosialdengankemungkinantindakanuntukmemperbaikikualitas situasisosialtersebut ‟‟.

Dari pendapaturaiandiatas di jelaskan PTK merupakankajian yang

sistematis yang bersifatuntukmemperbaikipelaksanaanpraktikpendidikan.Dangan

tujuan akhir penelitianadalahuntuk: (1) meningkatkankualitaspraktekpembelajaran

di sekolah, (2) meningkatkanrelevansipendidikan, (3)

meningkatkanmutuhasilpendidikan, dan (4)

meningkatkanefisiensipengolahanpendidikan.(Arikunto, 2002: 84).

Berdasarkanuraiandiatas, penelitiantindakankelasditujukankepada guru,

artinyapenelitiantindakankelasini bisa mendorong dan membangkitkankinerja para

guru dalammengelolakelasnya agar bisa lebihprofesionaldalamkinerjanya.

Pendekatan yang digunakandalampenelitianiniadalahpenelitiankuantitatif, yang

bertujuanuntukmengadakangeneralisasiempiris, menetapkankonsep-konsep,

membuktikanteori dan pengembangannya, sertapengumpulan data dan

analisisdatanyaberjalandenganbersamaan.

Perbaikanataupeningkatanpembelajaranadalahtentangkemampuanmenyim

akceritaanakdi kelasV SD.

Dikarenakanbersifatperbaikanpenelitiantidakhanyadilakukansatu kali,

(16)

PTK dilakukandengankolaboratif dan partisipatif,

artinyadalammelakukanpenelitianini, penelitibekerjasamadengan guru yang

mengajar di kelasV SDN EretanWetan. Secarapartisipatifbersama-samadengan

mitra penelitian akan melaksanakanpenelitianinilangkah demi langkah.

B. Desain Penelitian.

Penelitian tindakan kelas dalam kajian ini menggunakan model alur spiral

menurut Kemmis & Mc Tagart yang dikutip Kasbolah, ( 1998:11). “ Model spiral

merupakan model siklus penelitian yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan (siklus spiral)”. Artinya semakin lama diharapkan, namun semakin meningkat pencapaiannya. Penelitian tindakan kelas model Kemmis & Mc Tagart

ini merupakan pengembangan konsep dasar dari berbagai model penelitian

tindakan, terutama penelitian tindakan kelas (PTK) yang diperkenalkan oleh Kurt

Lewin. Adapun gambaran alur pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan dapat

dilihat pada bagan 3.1 dibawah ini.

A Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Observasi SIKLUS I

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Observasi SIKLUS II

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

(17)

lur pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas

(Kasbolah, 1999:70)

C.Definisi oprasional

Untuk menghindari kesalahan persepsi mengenai penelitian ini, maka

perlu penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan.

1. PembelajaranKooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah model pembelajaran dimana siswa dalam pembelajaran dikelompokan dalam

kelompok kecil, masing-masing anggota kelompok berbeda-beda kemampuan,

jenis kelamin dan lainnya dalam satu kelas agar saling bekerjasama dalam

belajar dan mengerjakan tugas agar terjalin hubungan yang lebih harmonis dan

pembelajaran lebih efektif.

2. Pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan (Paired Storytelling)

Pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan (Paired

Storytelling)merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerjasama secara kolaboratif dalam mencapai tujuan dan dikembangkan

sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran. (Lie,

2007: 71).

3. Menyimak

menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan

lambing-lambang lisan dengan penuh perhtian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi

untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna

komunikasi yang telah disampaikan pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan

dan Dalam kegiatan menyimak, seorang penyimak harus mampu menangkap dan

memahami maksud pembicara. (Tarigan: 2008 : 31).

D.Prosedur Penelitian.

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus. Siklus

tidak hanya berlangsung satu kali, melainkan beberapa kali sampai tercapainya

(18)

KKM 68,0. Sehingga penelitian ini dihentikan ketika lebih dari 80% siswa

mendapatkan nilai lebih dari sama dengan 68,0. Model siklus yang digunakan

dalam penelitian ini berbentuk spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan

Tagart meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan pada kelas V Sekolah Dasar Negeri Eretan

Wetan II Kecamatan kandanghaur Kabupaten Indramayu.

Adapun tahap penelitian tindakan kelas tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan Penelitian

Rencana tindakan dalam penelitian tindakan kelas disusun berdasarkan

masalah yang hendak dipecahkan. Dalam tahap pertama ini suatu tindakan harus

direncanakan secara matang agar terjadi perubahan ke arah yang diharapkan.

Sebelum masuk ke dalam tahap pelaksanaan tindakan tentu saja peneliti harus

merencanakan ide penelitian yang akan digunakan kemudian ditindak lanjuti

dengan pelaksanaan tindakan di kelas.

Peneliti merencanakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan di kelas

dalam proses pembelajaran dalam tahap ini, tentu saja dalam penelitian kali ini ide

yang akan diterapkan adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita

berpasangan. Adapun tahap perencanaan dalam penelitian tindakan ini adalah

meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

a. Permohonan izin untuk melaksanakan penelitian kepada kepala sekolah SDN

Eretan Wetan II

b. Observasi yang dilakukan di kelas V SDN Eretan Wetan II. Dalam langkah

observasi ini peneliti mencari gambaran awal tentang pembelajaran di kelas V,

kemudian memberikan tes berupa soal-soal yang diberikan kepada siswa

sebagai pre test atau diagnosa awal.

c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

d. Menyusun instrumen penelitian yang berupa lembar observasi serta

menyiapkan alat evaluasi untuk postest.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan tindakan, dalam tahap ini

(19)

sebelumnya dalam tahap perencanaan. peneliti yang merangkap sebagai guru

sudah mengetahui gambaran dan kondisi awal dari objek yang dijadikan

penelitian. Gambaran dan kondisi awal tersebut diperoleh dari kegiatan

pengamatan selama pembelajaran. Dari hasil pengamatan dan tersebut peneliti

dapat menyimpulkan bahwa rata-rata siswa kurang tertarik pada pelajaran Bahasa

Indonesia dan kegiatan pembelajarannya.

3. Tahap Pengamatan

Untuk mengenali, merekam dan mendokumentasikan setiap indikator dari

proses penelitian hasil yang dicapai (perubahan yang terjadi) baik yang

ditimbulkan tindakan rencana maupun akibat sampingannya.

Menurut Kasbolah (1999: 91) observasi mempunyai dua fungsi, yaitu : “….1)Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun. 2) Untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang berlangsung dapat diharapkan untuk mengahsilkan perubahan yang diinginkan”.

4. Refleksi

Setelah tahap perencanaan penelitian, dan pelaksanaan penelitian

dilaksanakan, tahap yang paling akhir ini peneliti harus melakukan refleksi untuk

melihat apakah kegiatan yang dilakukan sudah dapat meningkatkan kemampuan

menyimak cerita anak, tentunya setelah menerapkan Model pembelajaran

kooperatif tipe bercerita berpasangan (paired storytelling).

Pada tahap ini peneliti mendiskusikan dengan guru mengenai hasil

pengamatan yang dilakukan, kekurangan maupun ketrecapaian pembelajaran

untuk menyimpulkan data atau informasi yang berhasil dikumpulkan sebagai

pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus selanjutnya.

Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti akan melaksanakan tindakan pada

tanggal 11 April 2013 dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pra Siklus

Dalam kegiatan ini peneliti melaksanakan dua langkah kegiatan, yaitu:

1) Observasi

(20)

yaitu menggunakan metode ceramah dan fasilitas pembelajaran masih didominasi

oleh guru, sedangkan siswa hanya duduk, mendengarkan diselingi dengan

mencatat.

Dalam kegiatan pembelajaran di atas semua diamati dengan cermat oleh

peneliti dari awal sampai akhir kegiatan pembelajaran, terutama aktifitas belajar

dan hasil belajar siswa. Dari hasil pengamatan tersebut peneliti menemukan

permasalahan sebagai berikut:

a) Hampir semua siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran (pasif)

b) Hampir semua siswa kurang tertarik pada pelajaran bahasa indonesia

c) Dari hasil tes evaluasi rata-rata hasilnya dibawah KKM.

2) Refleksi

Dari hasil temuan di atas, dimana siswa kurang aktif dalam kegiatan

pembelajaran, siswa kurang memahami Cerita dan hasil tes evaluasi rata-rata

kurang memenuhi KKM. Maka peneliti langsung melakukan intervensi untuk

mengatasi permasalahan tersebut.

Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti diantaranya menganalisa kurikulum,

program pembelajaran, jadwal pelajaran, buku sumber, sarana pembelajaran, dan

model pembelajaran.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam upaya perbaikan kegiatan

pembelajaran berupa rencana tindakan akan dilaksanakan pada tahap siklus I, II, II

dan seterusnya.

b. Siklus I

1) Perencanaan

Dalam kegiatan ini peneliti akan melakukan kegiatan perbaikan

diantaranya:

a) Mengkaji kurikulum

b) Menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran

c) Menyiapkan buku sumber

d) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan

(21)

2) Pelaksanaan

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan yaitu

dengan menggunakan metode penemuan. Kegiatan pembelajaran tersebut

diantaranya:

a) Siswa dikondisikan untuk siap belajar

b) Mempersiapkan ruang diskusi

c) Siswa dibagi menjadi 11 kelompok untuk berpasangan

d) Selanjutnya memberikan penjelasan singkat tentang materi menyimak cerita

e) Dengan penjelasan guru, kelompok mulai bercerita dan menyimak

ceritakepada masing-masing pasangan kelompoknya.

f) Setelah semua tiap pasangan bercerita, setiap kelompok menyampaikan

kembali isi cerita tersebut.

g) Peneliti mengamati kegiatan kelompok dengan pedoman pengamatan.

h) Membahas cerita, dan memberikanevaluasi (Post tes).

3) Observasi

Sebenarnya kegiatan ini bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, yaitu

pada saat kegiatan pembelajaran terutama pada saat siswa bercerita dengan

pasanngannya. Maksud kegiatan ini adalah merekam dan mengidentifikasi

permasalahan dan kendala yang masih ada yang menyebabkan kegiatan

pembelajaran kurang maksimal.

4) Refleksi

Dalam tahap ini peneliti mengkaji, mengevaluasi hasil dari tindakan yang

sudah dilaksanakan. Jika masih ada kelemahan, kendala, dan kekurangan yang

menyebabkan pembelajaran kurang berhasil, maka akan diperbaiki pada siklus II.

c. Siklus II

1) Perencanaan

Peneliti membuat rencana persiapan pembelajaran yang merupakan hasil

revisi dari kegiatansiklus I. Peneliti melihat kembali apakah segala pendukung

(22)

2) Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai yang telah

direncanakan di atas. Langkah kegiatannya adalah:

a) Mempersiapkan semua pendukung kegiatan pembelajaran

b) Membagi 21 siswa menjadi 11 kelompok

c) Guru menjelaskan secara singkat dengan cara berekspresi dan cara bercerita

dengan baik.

d) Dengan penjelasan guru, secara berkelompok mulai bekerja untuk

menceritakan cerita dan menyimak cerita kepada pasangan kelompoknya.

e) Peneliti melakukan pengamatan kegiatan kelompok.

f) Membahas cerita

g) Memberikan soal evaluasi (post tes)

3) Observasi

Penelitimengamatidengancermatsambilmelaksanakanpembelajaran.

Maksud dari kegiataniniadalahuntukmendapatkan data

atauinformasitentangkekurangan dan kendala-kendala yang

dapatmenghambatkegiatanpembelajaran, sehinggahasilnya kurang memenuhi

KKM.

4) Refleksi

Penelitimengkaji dan mengevaluasihasiltindakan yang sudahdilaksanakan.

Apakahkegiatanpembelajaranlebihbaik dari

siklussebelumnyaataumalahsebaliknya.

Hasilevaluasisudahsesuaiharapanataubelum.

Jikahasilkegiatanpembelajaranmasihbelumsesuaiharapan, maka akan

dilanjutkandenganrencanatindakan yang akan dilaksanakanpadasiklus III.

d. Siklus III

1) Perencanaan

Penelitianmembuatrencanapersiapanpembelajarankembali,

dimanapersiapaninimerupakantindaklanjutuntukmemperbaikisegalakekurangan,

(23)

2) Tindakan

Melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah

dipersiapkan. Pelaksanaan tindakan ini sama dengan siklus-siklus sebelumnya,

bedanya hanya melengkapi dan memperbaiki kelemahan dan kendala-kendala

yang ditemukan, agar hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.

3) Observasi

Bersamaan dengan kegiatan tindakan, peneliti melakukan pengamatan

untuk merekam dan mengidentifikasi kelemahan dan kendala yang mungkin

muncul yang dapat menghambat kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran

kurang berhasil.

4) Refleksi

Peneliti mengkaji dan mengevaluasi hasil dari pelaksanaan tindakan. Jika

masih ditemui kendala dan hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan

mungkin saja masih ada siklus selanjutnya.

E.Lokasi dan Subyek

1. Tempat Penelitian

Dalam penilitian ini dientukan lokasi di SDN Eretan Wetan II Kecamatan

Kandanghaur Kabupaten Indramayu.

2. Subjek Penelitian

Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas V SDN Eretan Wetan II

Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu yang berjumlah 21orang.

F.Instrumen Penelitian

Instrumen dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) juga dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa

(LKS), selain itu juga digunakan instrumen lain yang dapat menunjang untuk

pengumpulan data, yaitu lembar observasi, tes hasil belajar dan catatan lapangan.

1. Lembar Observasi

(24)

berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi

yang telah disusun. Pada penelitian ini observasi dilakukan pada dua objek, yaitu :

a. Observasi Siswa

Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas yang muncul selama

proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe bercerita

berpasangan. Lembar observasi berupa bagan dengan chek list dalam kolom ya

atau tidak

b. Observasi Guru

Observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan dan ketercapaian

indikator dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan.

Lembar observasi berupa bagan dengan chek list dalam kolom sangat baik, baik

cukup dan kurang.

2. Tes

Hasil tes digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan

menyimak siswa. Tes yang diberikan kepada siswa, yaitu Tes yang diberikan pada

akhir siklus yang digunakan untuk menunjukan prestasi belajar yang dicapai pada

setiap siklus. Tes ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan

menyimak siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita

berpasangan.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data

Sumber data penelitian adalah siswa kelas V SDN Eretan Wetan II Tahun

Pelajaran 2012/2013 dan guru serta lingkungan yang mendukung pelaksanaan

kegiatan pembelajaran.

2. Jenis Data

a. Data tentang kondisi awal, tes untuk metode pengajaran guru berdasarkan

hasil observasi dengan guru kelas, nilai laporan ulangan harian siswa.

b. Data tentang peningkatan aktivitas siswa diperoleh dari hasil pengamatan

(25)

c. Peningkatan kemampuan menyimak berdasarkan tes hasil prasiklus dan tes

hasil siklus satu, dua dan tiga.

d. Data tentang keterkaitan antara perencanaan dan pelaksanaan dalam penelitian diperoleh dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

H.Teknik Pengolahan Data

1. Pengolahan Tes

Dalam penelitian ini data diperoleh dengan menggunakan berbagai

instrument penelitian diantaranya adalah tes hasil belajar siswa. Adapun data yang

diperoleh dari hasil tes diolah melalui penskoran, menilai tes hasil belajar siswa,

menghitung nilai rata-rata kemampuan siswa untuk mengetahui gambaran jelas

mengenai kemampuan menyimak siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia.

Berikut adalah tabel format lembar pengamatan aktivitas belajar siswadan table

penskoran yang digunakan untuk menilai hasil belajar siswa.

Tabel 3.2

Format Lembar Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan

No Proses Pembelajaran Pelaksanaan

Jumlah %

1. Siswa memberikan komentar dan mengajukan pertanyaan tentang pelajaran.

2. Siswa dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan guru.

No Proses Pembelajaran Pelaksanaan

Jumlah %

3. Siswa mengerjakan tugas dengan baik

(individu/kelompok) sesuai waktu yang disediakan. 4. Siswa menyajikan jawaban di depan kelas.

5. Siswa membandingkan jawaban mereka.

6. Siswa bereaksi (mendebat setuju atau tidak setuju) terhadap jawaban temannya.

7. Siswa berpendapat terhadap jawaban siswa lain.

8. Siswa terlibat langsung dalam beragam kegiatan kelas selama pembelajaran.

9. Siswa tampak antusias selama mengikuti pembelajaran. 10. Siswa dapat menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu.

(26)

Aktivitas Siswa = Jumlah siswa yang melaksanakan x 100%

Jumlah Siswa

Kriteria Penilaian:

Baik, jika indikator yang dilaksanakan tercapai 76% - 100%

Cukup, jika indikator yang dilaksanakan tercapai 26% - 75%

Kurang, jika indikator yang dilaksanakan tercapai 1% - 25%

Tes pada keterampilan menyimak dimaksudkan untuk mengukur

kemampuan siswa dalam menangkap dan memahami informasi yang terkandung

dalam wacana yang diterima melalui saluran pendengaran. (Nurgiyantoro 2001:

233).Lembar tes ini digunakan untuk melaksanakan pre tes dan post tes guna

memperoleh gambaran tentang konsepsi awal dan akhir siswa.

Bentuk tes yang digunakan adalah tes tertulis terhadap kemapuan

menyimak cerita Menurut Nurgiyantoro, (2001: 235) : (1) kesesuaian isi cerita,

(2) tokoh dan perwatakan, (3) latar, (4) Amanat cerita , (5) pilihan kata (diksi), (6)

penyusunan kalimat.

Tabel 3. 3

Daftar Penilaian Menyimak Cerita

No Unsur Penilaian Bobot Jumlah Skor

1 Kesesuaian isi cerita 20

2 Tokoh cerita 20

3 Latar 10

No Unsur Penilaian Bobot Jumlah Skor

4 Amanat cerita 20

5 Pilihan kata 10

6 Penyusunan kalimat 20

(27)

Tabel 3.4

Kriteria Penilaian Menyimak Cerita

No Unsur Penilaian Bobot Kriteria Kategori

1 Kesesuaian isi cerita 20-16 15-11 10-6

5-0

Isi cerita yang dijelaskan tepat Isi cerita yang dijelaskan cukup tepat Isi cerita yang dijelaskan kurang tepat Tidak ada isi cerita yang di jelaskan

Sangat baik

Tokoh yang ada dalam cerita dijelaskan secara tepat

Tokoh yang ada dalam cerita dijelaskan cukup tepat

Tokoh yang ada dalam cerita dijelaskan kurang tepat

Tidak ada tokoh cerita yang di jelaskan

Sangat baik

Latar yang dijelaskan tepat Latar yang dijelaskan cukup tepat Latar yang dijelaskan kurang tepat Latar tidak dijelaskan

Sangat baik

Amanat cerita dijelaskan secara tepat Amanat cerita dijelaskan cukup tepat Amanat cerita dijelaskan kurang tepat Amanat cerita tidak dijelaskan

Sangat baik

Menggunakan kata yang sesuai Menggunakan kata yang cukup sesuai Menggunakan kata yang kurang sesuai Menggunakan kata yang tidak sesuai

Sangat baik Baik Cukup Kurang 6 Penyusunan kalimat 20-16

15-11 10-6

5-0

Perpaduan isi antar kalimat jelas Perpaduan isi antar kalimat cukup jelas Perpaduan isi antar kalimat kurang jelas Perpaduan isi antar kalimat tidak jelas

(28)

Tabel 3.5

Format Penilaian Tes Menyimak

No Nama

Nilai Akhir : jumlah total nilai setiap indikator

Sangat baik jika mencapai 90-100

Baik, jikamencapainilaiakhir80–91

Cukup, jikamencapainilaiakhir79-68

(29)

Peningkatankemampuanmenyimakdengan modelpembelajarankooperatif

tipe berceritaberpasangandikatakanberhasilapabilamencapainilai68ataulebih dan

85% anak-anakmencapainilaitersebut dengan rumus persentase.

P

=

x 100

%

P = Persentase

f = Jumlah frekuensi yang dijadikan sampel

n = Jumlah responden yang dijadikan sampel

100 = Bilangan konstan

Aqib, Z (2010)

Tabel 3.6

Presentase Perolehan Nilai Tiap Skor

Jika dari pemerolehan persentase data di atas siswa masih banyak yang

kurang dari nilai KKM yang telah ditentukan dan pemerolehan persentase 60%

siswa kurang, maka akan diadakan perbaikan pembelajaran dan ketika 85%

siswa mencapai KKM maka penelitian dihentikan karena sudah tercapai KKM

yang di inginkan.

Skor Nilai Jumlah % Ket

1-67 Kurang

68-79 Cukup

80-91 Baik

(30)

JADWAL PENELITIAN

penelitian ini direncanakan selama 6 bulan, dengan agenda kegiatan

No. Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengajuan Proposal √

2. Bimbingan √

3. Penulisan Naskah Bab 1 √

4. Penulisan Naskah Bab II √

5 Penulisan Naskah Bab III √

6 Pengumpulan Data √

7 Pengelolaan Data √

8 Penulisan Naskah Bab IV √

9 Penulisan Naskah Bab V √

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkanpelaksanaanhasilpenelitian, pengolahan data

danpembahasanhasilpenelitianpadaBab

IVdalampenelitiantindakankelasinidapatdisimpulkanbahwa :

1. Proses pembelajaranketikasebelummenggunakanpembelajarankooperatif,

aktifitas siswa hanya 10%, nilai rata-rata hasil tes keterampilan menyimak

anak46,5danhanya 23,8% siswa yang memiliki nilai di atas KKM.

2. Aktivitas siswa selama menggunakan pembelajaran kooperetif siklus I sebesar

47,69% termasuk dalam kriteria cukup dan pada aktivitas siswa siklus II

sebesar 61,4,%, pada siklus III terjadi peningkatan yang cukup

signifikanyaitusebesar 84,14% termasuk dalam penilaian baik.Menunjukkan

adanya peningkatan pada aktivitas siswa sebesar selama proses pembelajaran

berlangsung.

3. Hasil tes keterampilan menyimak anak ketika sesudah menggunakan

pembelajaran kooperatif pada Siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar

56,5danpersentasesiswa 38,1 % memiliki nilai di atas KKM, pada siklus II

terjadi peningkatannilai rata-rata sebesar 66,1danpersentasesiswa57% memiliki

nilai di atas KKM danpadasiklus IIImeningkatkembalimenjadi

73,3danpersentasesiswa memiliki 85,7% nilai di atas KKM. Menunjukkan

peningkatan hasilpersentasedannilai rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar

18,9 % danpeningkatannilai rata-rata sebesar9,6. Dari siklus II ke siklus III

terjadipeningkatan hasilpersentasedannilai rata-rata 28,7 %

danpeningkatannilai rata-rata sebesar7,2.Bahkan pada siklus III nilai anak

secara keseluruhan sudah mencapai nilai KKM yang telah ditentukan sebesar

(32)

B.Rekomendasi

Berdasarkankesimpulan yang telahdiungkapkan di atas,

makadapatdirekomendasikanhal-halsebagaiberikut:

1. Kualitaspembelajaranbahasa Indonesia

harusterusditingkatkanuntukdapatmencapaihasilbelajarsiswa yang maksimal.

Model

pembelajarankooperatiftipeberceritaberpasangandapatdijadikansalahsatualterna

tifuntukmeningkatkanhasilbelajardanaktivitassiswadalam proses pembelajaran.

2. Dalammelaksanakanpembelajaranbahasa Indonesia

perlumenggalipengetahuanawalsiswa. Selainitu

siswaperlujugadiperhatikanbahwasiswajugaadalahmakhluksosial yang

perlubersososialisasi. Berikankesempatankepadasiswa untuk mengungkapkan

(33)

DAFTAR RUJUKAN

Akhadiah, S. (1993). Bahasaindonesia I. Jakarta: DirektoratJenderalPendidikanTinggi.

Arikunto, S. (2002). ProsedurPenelitian. Jakarta. Edisi Revisi: PT. Rineka Cipta

Aqib Z, dkk (2010). PenelitianTindakanKelas ; Untuk Guru SD, SLB dan TK. Bandung: YaramaWidya

Azwar, S. (2005). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Cahyani, I. (2008). Kemampuan Berbahasa Indonesia Di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS

Depdiknas. (2006). Kurikulum SD/MI Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas

Hairuddin,dkk. (2008). Pembelajaran bahasa indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Jofipasi. (2010). BelajardanPembelajaran. [Online]. Tersedia :

http://jofipasi.wordpress.com/2010/02/12/belajar-dan-pembelajaran/. diakses pada 23 Maret 2013 : jam 11.00 WIB.

Al-Ghazali, T. (2011). PengertianBahasa,

KarakteristikBahasadanFungsiBahasaKajian Sosiolinguistik. [Online]. Tersedia: http://dibustom.wordpress.com/2011/05/07/pengertian-bahasa-karakteristik-bahasa-dan-fungsi-bahasa-kajian-sosiolinguistik/.diaksespada 23 Maret 2013 : jam 13.00 WIB.

Haryadi. (1996) . Keterampilanberbahasaindonesia. DepartemenPendidikandanKebudayaanDIKTI.

BagianProyekPengembanganPendidikan Guru SekolahDasar.

Ice Sutari, dkk. (1998).Menyimak. Jakarta:

DepartemenPendidikandanKebudayaan, BagianProyekPenataran Guru SLTP setara DIII.

Lie, A. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo

(34)

Mustakhim, M. (2005).Perananceritadalampembentukanperkembangananak tk. DepartemenPendidikanNasionalDirjenDikti.

Musfiroh, T. (2003). Berceritauntukanakusiadini. Jakarta: DepartemenPendidikan

Nurgiyantoro, Burhan. (2001). PenilaianDalamPengajaranBahasa Dan Sastra. Yogyakarta: PT BPFE.

Rofi’uddin, A, dkk. (1999). Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Depdikbud.

Rofi’uddin , AdanDarmiyati, Z. (2001). Pendidikanbahasadansastraindonesia di kelastinggi.Malang: UniversitasNegeri Malang.

Rostiyah, N.K. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Tarigan, D. (1990). Materipokokpendidikanbahasaindonesia I. Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, H.G. (2008). Menyimaksebagaisuatuketerampilanberbahasa. Bandung: Angkasa

Gambar

Tabel 3.2 Format Lembar Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Pembelajaran
Tabel 3. 3  Daftar Penilaian Menyimak Cerita
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Menyimak Cerita
Format Penilaian Tes Menyimak Tabel 3.5
+2

Referensi

Dokumen terkait

binuka pisan, wiilaos jeroning galih, piyanget iki surat mam�,.. Bojakalana sampun rawuh, sarta Ian Jayakalana, minang seraYci ratu sakti, raja Ajar negarane

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar menggunakan media belajar diorama, blockdiagram dan chalkboard (2) membandingkan efektivitas

Jika kulit kedinginan, darah akan membawa panas dari dalam badan (suhu inti) kekulit, sedangkan darah yang dingin dari kulit akan menarik diri kebagian dalam badan.. •

â Aplikasi Penjualan Pada Showroom Mega Surya Prima Motor Menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 Dan SQL Server 2000â ini akan membantu mengatasi proses transaksi penjualan supaya

Data parameter morfometrik yang dikumpulkan berupa: jumlah batang dalam setiap rumpun, diameter batang, panjang batang, jumlah malai tiap batang, rata-rata panjang malai,

Seharian, rektor bersama para pembantu rektor, asisten rektor, kepala biro, direktur, mengunjungi Pesmaba dari fakultas ke fakultas, Sabtu (8/9).. Uniknya, di setiap fakultas

Media dekak FPB merupakan alat yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi tentang faktor pesekutuan terbesar. Media dekak FPB ini mampu membantu siswa

Penulis menghaturkan puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah senantiasa melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul