PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BERCERITA BERPASAGAN (PAIRED STORYTELLING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK DI
SEKOLAH DASAR
(Penelitian Tindakan Kelas Yang Dilakukan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Eretan Wetan II Kec. Kandangnhaur
Kab. Indramayu Tahun Ajaran 2012/2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Mengikuti Ujian Sidang Sekripsi Penelitian pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta
Disusun Oleh: IRFAN MAULANA SIDIK
0903426
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BUKTI PEGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
NAMA : IRFAN MAULANA SIDIK
NIM : 0903426
JUDUL : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE BERCERITA BERPASAGAN (PAIRED STORYTELLING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK DI SEKOLAH
No. Nama (Jabatan) TandaTangan Tanggal
1
Drs. H. Kanda Ruskandi, M.Pd. (Penguji I)
2
Dra. Hj Entin Kartini M.Pd
(Penguji II)
3
Finita Dewi, S.S. M. A.
.(Penguji III)
4
Dr. Burhaniddin, TR.M.Pd.
(PembimbingI)
5
Drs. Endang Hidayat, M.Pd
(Pembimbing II)
Purwakarta, Juli2013
Ketua Program Studi S1 PGSD UPI KampusPurwakarta
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE BERCERITA BERPASANGAN (PAIRED STORYTELLING) UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYMAK CERITA ANAK
DI SD
(Penelitian Tindakan Kelas Yang Dilakukan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Eretan Wetan II Kec. Kandanghaur
Kab. Indramayu Tahun Ajaran 2012/2013)
Oleh
IRFAN MAULANA SIDIK 0905426
ABSTRAKS
DAFTAR ISI A.Pengertian Belajar dan Pembelajaran………... B.Pemmbelajaran Bahasa...
1. Pengertian Menyimak... 2. Tujuan Menyimak... 3. Jenis-jenis Menyimak... 4. Tahap-Tahap Menyimak Cerita Anak... 5. PemilihanTeknikPembelajaranKeterampilanMenyimak... 6. Cerita Anak... 7. Manfaat Cerita Anak... C.PembelajaranKooperatif...
1. PengertianPembelajaranKooperatif…... 2. Model-model PembelajaranKooperatif... 3. Manfaat Pembelajaran Kooperatif... 4. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif... 5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif... 6. Pengertian Pembelajaran Koopertif Tipe Bercerita Berpasangan...
7. Langkah-langkah Pembelajaran koopertaif Tipe
BerceritaBerpasangan... ...
2. TahapPelaksanaanPenelitian...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A.Deskripsi Data AwalPenelitian...
1. LokasiPenelitian...
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Pendidikanadalahupayasadaruntukmengembangkanpotensiyang
dianugerahkanTuhankepadamanusiadandiarahkanpadatujuan yang diharapkan
agar memanusiakanmanusiaataumenjadikannyasebagaiinsankamil,
manusiautuhataukaffah. Hakikatpendidikaninidapatterwujudmelalui proses
pengajaran, pembelajaran (ta‟limdantadris), pembersihandanpembiasaan
(tahdzibdanta`dib), dantadrib (latihan)
denganmemperhatikankompetensi-kompetensipedagogis berupaprofesi, kepribadiandansosial. (Rohimin, dkk . 2009 :
12).
Pendidikanmerupakansalahsatusektor yang paling
pentingdalampembangunannasional.Dikarenakanmelaluisektor
pendidikandapatdibentukmanusia yang berkualitas, seperti yang
dituangkandalamUndang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 bahwa:
“Pendidikannasionalberfungsimengembangkankemampuandanmembentuk
wataksertaperadabanbangsa yang
bermartabatdalamrangkamencerdaskankehidupanbangsa,
bertujuanuntukberkembangnyapotensipesertadidik agar menjadimanusia yang berimandanbertakwakepadaTuhan Yang MahaEsa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiridanmenjadiwarga Negara yang
demokratissertabertanggungjawab”(Bab II Pasal 3 UU RI No.20 Tahun 2003 ).
Untuk mencapai proses pendidikan yang dapatmembentukmanusia yang
berkualitassertabertakwakepada Allah, makaperan guru
sangatpentingdalammecerdaskanmanusia. Seperti yang dituangkandalam
Undang-undang RI No. 14 tahun 2005, bab I, pasal 1, ayat, 1 bahwa, guru
adalahpendidikdengantugasutamamendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai,
danmengevaluasipesertadidikpadapendidikananakusiadinijalurpendidikan formal,
terhadappesertadidikmerupakanperan yang sangatpentingdarisekianbanyakperan
yang harusdijalani.
Peran guru bukan hanya mengajsr saja, seyogianya guru memiliki peran
untuk mencerdaskan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa,
kreatif , berilmu seperti yang dituangkan dalam UU RI No. 20 tahun 2003 pasal
3. Kaitanya dengan dunia pendidikanguru seyogyanya mampu menyampaikan
materi pembelajaran yang dapat meningkatkan ketrampilan siswa sesuai dengan
kebutuhan belajar. Untuk mencapainya perlu diupayakan berbagai latihan,
penguasaan, dan wawasan dalam pembelajaran. Termasuk salah satu diantaranya
adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dan dapat
meningkatkan kemampuan siswa.
Berdasarkan Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi untuk satuan pendidikan dasar bahwa standar kompetensi bahasa Indonesia
merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap
bahasa dan sastra Indonesia.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan salah satu guru di SDN
Eretan Wetan II pada tanggal 19 Januari 2013 yang menunjukan adanya Hampir
semua siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, hampir semua siswa
kurang tertarik pada pelajaran bahasa indonesia, dari hasil tes evaluasi rata-rata
hasilnya dibawah KKM dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di SD yang
seyogyanya diterapkan pembelajaran yang menarik dan dapat meningkatkan
kemampuan menyimak siswa.
Menurut Dawsen yang dikutip Tarigan (2008:1) mengungkapkan bahwa :
“…. Keterampilan bahasa (atau languae arts, languae skill) dalam
kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi yaitu 1)Keterampilan menyimak, 2) Keterampilan berbicara, 3) Keterampilan membaca(reading skills), 4) Keterampilan menulis. Setiap keterampilan tersebut sangat erat kaitanya dengan keterampilan lainya. Dalam memperoleh ketrampilan bahasa, sejatinya melalui hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Keempat ketrampilan tersebut pada
Keterampilan bahasa dalam kurikulm di sekolah ada empat aspek yang
harus dimiliki oleh siswa diantaranya menyimak. Menyimak merupakan
keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dari keterampilan berbahasa yang lain,
yaitu keterampilan berbicara, membaca, dan menulis.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang
lisan-lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang
tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan“.(Tarigan:
2008 : 31).
Proses menyimak memerlukan perhatian serius dari siswa. menyimak
berbeda dengan mendengar atau mendengarkan. Menurut pendapat Tarigan (2008
:27), “Pada kegiatan mendengar mungkin si pendengar tidak memahami apa yang
didengar. Pada kegiatan mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum
diikuti unsur pemahaman karena itu belum menjadi tujuan.” Kegiatan menyimak
mencakup mendengar, mendengarkan, dan disertai usaha untuk memahami bahan
simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsur kesengajaan,
perhatian dan pemahaman, yang merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa
menyimak. Penilaiannya pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak, bahkan
melebihi unsur perhatian.
Keberhasilan seseorang dalam menyimak dapat diketahui dari bagaimana
penyimak memahami dan menyampaikan informasi dari simakan secara lisan atau
tertulis. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan menyimak cukup kompleks
jika penyimak ingin menangkap makna yang sesungguhnya dari simakan yang
mungkin tidak seutuhnya tersurat, sehingga penyimak harus berusaha
mengungkapkan hal-hal yang tersirat.
Jika dilihat dari uraian di atas dapat simpulkan peranan menyimak dalam
proses belajar berbahasa sangat besar, maka diperlukan suatu model pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa. Model pembelajaran
merupakan hal yang penting dalam pembelajaran menyimak, khususnya
meningkatkan kemampuan menyimak siswa, pembelajaran menyimak akan
mencapai tujuan yang diharapkan.
Salah satu metode atau model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran keterampilan menyimak adalah Model kooperatif tipe bercerita
berpasanganatau paired storytelling. pembelajaran bercerita berpasangan atau
paired storytelling merupakan salah satu tipe pembelajaran dalam model pembelajaran cooperative. Dengan pembelajaran bercerita berpasangan ini
kegiatan belajar mengajar sepenuhnya dilakukan oleh siswa. Guru hanya sebagai
fasilitator, motivator, dan mediator dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Sebuah cerita dapat mengandung berbagai pendidikan moral yang berupa pesan
atau amanat. Melalui cerita guru dapat memberikan penanaman nilai-nilai moral
kepada siswa, tetapi fenomena yang terjadi di tingkat sekolah dasar, cerita
cenderung digunakan guru hanya sebagai selingan bagi siswa. ( Lie, 2010 : 60)
Model kooperatif. Tipe Bercerita Berpasangan (Paired Storylelling)
dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan
pelajaran (Lie, 2010 : 62 ). Pembelajaran bercerita berpasangan bisa digunakan
dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun bercerita.
Pembelajaran ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan
berbicara. Bahan pelajaran yang palin cocok digunakan dalam teknik ini adalah
bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Namun, hal ini tidak menutup
kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lainnya.
Pembelajaran bercerita berpasangan, guru memperhatikan skemata atau
latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini
agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini, siswa
diransang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan
berimajinasi. Buah-buah pemikiran mereka akan dihargai, sehingga siswa merasa
makin terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa
dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan. Bercerita berpasangan bisa
Pembelajaran keterampilan menyimak yang dilakukan para guru
cenderung menganjurkan siswa untuk bekerja sendiri tanpa ada unsur bekerja
sama dengan siswa lain. Padahal, pembelajaran dengan cara siswa bekerja sendiri
tanpa ada unsur bekerja sama dengan siswa lain ini dapat menimbulkan sifat
individualistis. Siswa yang satu menganggap siswa yang lain adalah saingan.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, diperlukan pembelajaran yang dapat
meningkatkan kerja sama antarsiswa dalam kegiatan mereka di kelas.
pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran bercerita berpasangan.
Pembelajaran ini lebih menekankan daya simak siswa karena hasil simakannya
akan dipertanggungjawabkan kepada pasangannya. Semakin baik daya simak
siswa, materi yang disampaikan guru akan semakin mudah dipahami siswa.
Beerangkat dari uraian di atas penelitian ini terfokus padapembelajaran
model Cooperativedengan judul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
bercerita (Paired Storytelling) berpasangan untuk meningkatkan kemampuan
menyimak cerita anak di sekolah dasar pada kelas IV SDN Eretan Wetan II
Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu“. (Pelajaran Bahasa Indonesia di
Kelas IV Sekolah Dasar Tahun Ajaran 2012/2013).
B. RumusanMasalah
Rumusanmasalah yang diangkatdalampenelitianiniadalah: “Apakah model
pembelajarankooperatiftipeberceritaberpasangandapatmeningkatkankemampuanm
enyimakceritaanakpadapembelajaranBahasa Indonesia di SD?”
Agar permasalahantersebuttidakmeluas,
pertanyaantersebutdirumuskandenganrincianmasalahsebagaiberikut:
1. Bagaimana kemampuanmenyimakceritaanak padamatapelajaranbahasa
Indonesia sebelummenggunakan model
pembelajarankooperatiftipeberceritaberpasangan?
2. Bagaimanaaktivitassiswaselamamenggunakan model
pembelajarankooperatiftipeberceritaberpasangan dalam pembelajaran
3. Bagaimanakemampuan menyimakceritaanakmatapelajaran bahasa indonesia
sesudahmenggunakan model
pembelajarankooperatiftipeberceritaberpasangan?
C. TujuanPenelitian
Sesuaidenganrumusanmasalah, tujuan yang
hendakdicapaidalamkajianiniadalahuntukmeningkatkankemampuanmenyimakceri
taanak.
Secararincitujuan yangdimaksudadalahmengetahuitentang :
1. Kemampuan menyimakceritaanak mata
pelajaranbahasaindonesiasebelummenggunakan model
pembelajarankooperatif tipe berceritaberpasangan.
2. Aktivitasselamamenggunakan model pembelajarankooperatif tipe
berceritaberpasangansiswadalam pembelajaran menyimak cerita anak
3. Kemampuan menyimakceritaanak mata
pelajaranbahasaindonesiasebelummenggunakan model
pembelajarankooperatif tipe berceritaberpasangan.
D. ManfaatPenelitian
Berdasarkanmasalahpenelitiandantujuanpenelitiandiatas,
hasilpenelitianinidiharapkanmempunyaimanfaatsecaraumumyaitusebagaiberikut :
1. Secarateoretis
Menambahpengetahuantentang model atauteknikpembelajarankhususnya
model koopertiftipeberceritaberpasangan yang
digunakansebagaiacuanuntukpenelitian yang sejenis.
2. Manfaatsecarapraktis
a. Bagipeneliti:
Manfaat yang dapatdiperolehbagipeneliti, yaitu:
1) Dapatmenambahwawasandalampembelajaranbahasakhususnyapengetahua
2) Hasilpenelitianinidapatmenambahpengalamandibidangpenelitian,
khususnyadalampenerapanmetodekooperatiftipebercritaberpasangan.
b. Bagi Guru
1) Dapatmeningkatkanprofesionalisme guru.
2) Dapatmemperolehpengetahuantentangkelebihandankekurangan model
pembelajarankoopertiftipeberceritaberpasangankhususnyadalampelajaranB
ahasa Indonesia.
3) Dapatmeningkatkankemampuan guru dalammengelola proses
pembelajaransecaravariatifdankualitatifdenganmenggunakanpendekatanko
opertiftipeberceritaberpasang.
c. BagiPesertadidik
1) Meningkatkanmotivasisiswadalammempelajaribahasaindonesia.
2) Meningkatkankemampuansiswadalammenyimakceritaanak.
d. BagiSekolahdanPembaca
1) Penelitianinidiharapkanmemberikansumbanganpemikiranbagimahasiswa
UPI khususnyajurusan PGSD
untukmengembangkanpendidikanmatapelajaranbahasaindonesia di
sekolahdasardalamrangkamemilihpendekatanpembelajaran yang tepat,
selainitudiharapkanpenelitianinidapatdipakaisebagaibahankajianlebihlanjut
bagipeneliti lain untukmendapatkanhasil yang akurat.
G. SistematikaPenulisan
Skripsi disusun dengan struktur organisasi sebagai berikut:
Bab I, merupakan bab pendahuluan yang berisikan : 1) latar belakang, b)
rumusan masalah, c) tujuan penelitian, d) manfaat penelitian, e) kajian teoretik, f),
metode penelitian, g) sestematika penulisan.
Bab II, merupakan kajian teori yang berisikan tentang : a) pengertian
belajar dan pembelajaran, b) pembelajaran bahasa menyimak dan c) pembelajaran
kooperatif tipe bercerita berpasangan,
Bab III, merupakan metode penelitian yang berisikan : a) jenis penelitian,
instrumen penelitian, f) teknik pengumpulan data, g) teknik pengolahan data dan
h) jadwal penelitian .
Bab IV, merupakan hasil penelitian dan pembahassan berisikan tentang a)
deskripsi data awal penelitian, b) deskripsi pelaksanaan tindakan dan c)
pembahasan hasil penelitian
Bab V merupakan bab kesimpulan berisikan : a) kesimpulan, b) implikasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas.
Dalam literatur berbahasa Inggris, PTK disebut dengan classroom action
research. “Penelitian tindakan kelas merupakan sebuah rangkaian langkah-langkah (a spiral of step). Langkah-langkah-langkah dalam model penelitian ini terjadi
dalam suatu proses yang disebut siklus. Dalam setiap siklus terdiri atas empat
langkah berdasarkan model penelitian Kemmis dan McTaggart, yaitu perencanaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).”
(Arikunto, 2002: 83).
Menurut Mc Niff yang dikutip Ruswandi dkk. (2007: 20) memandang :“PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan kurikulum,
pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya “.Dengan pnelitian tindakan kelas, guru dapat meneliti sendiri terhadap praktek pembelajaran yang dilakukan di kelas, terhadap siswa dari segi interaksinya dalam
proses pembelajaran, atau terhadap proses atau produk pembelajaran secara
reflektif di kelas.
Penelitian tindakan kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara
teori dan praktek pendidikan. Jika sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan
kondisi kelasnya, melalui PTK guru dapat mengadaptasi teori yang ada untuk
kepentingan proses atau produk pembelajaran yang lebih efektif, optimal, dan
fungsional.Hopkins (1993) yang dikutup Rochiati (2008: 04) menjelaskan sebagai
berikut:
Dari pendapat tersebut menggambarkan adanya kolaborasi antara
rambu-rambu penelitian yang harus ditempuh dengan tindakan nyata di dalam kelas.
Rambu-rambupenelitianmenghendakisuatuprosedur yang sistematis dan logis
sertaobjektif dan rasional. Dengan demikian PTK
berupayauntukmengidentifikasisecarakritispembelajaran yang terjadi di
dalamkelas dan berupayamemperbaikinyahinggaterjadiperubahansikap dan
prestasipesertadidik .MenurutEbbut yang dikutipUndang, (2006: 7)
mengemukakan:
„„… Penelitiantindakanadalahkajiansistematis dari
upayaperbaikanpelaksanaanpraktikpendidikanolehsekelompok guru
dengan melakukan
tindakan-tindakandalampembelajaranberdasarkanrefleksimerekamengenaihasil dari tindakan-tindakantersebut. Penelitiantindakansebagaikajian dari sebuahsituasisosialdengankemungkinantindakanuntukmemperbaikikualitas situasisosialtersebut ‟‟.
Dari pendapaturaiandiatas di jelaskan PTK merupakankajian yang
sistematis yang bersifatuntukmemperbaikipelaksanaanpraktikpendidikan.Dangan
tujuan akhir penelitianadalahuntuk: (1) meningkatkankualitaspraktekpembelajaran
di sekolah, (2) meningkatkanrelevansipendidikan, (3)
meningkatkanmutuhasilpendidikan, dan (4)
meningkatkanefisiensipengolahanpendidikan.(Arikunto, 2002: 84).
Berdasarkanuraiandiatas, penelitiantindakankelasditujukankepada guru,
artinyapenelitiantindakankelasini bisa mendorong dan membangkitkankinerja para
guru dalammengelolakelasnya agar bisa lebihprofesionaldalamkinerjanya.
Pendekatan yang digunakandalampenelitianiniadalahpenelitiankuantitatif, yang
bertujuanuntukmengadakangeneralisasiempiris, menetapkankonsep-konsep,
membuktikanteori dan pengembangannya, sertapengumpulan data dan
analisisdatanyaberjalandenganbersamaan.
Perbaikanataupeningkatanpembelajaranadalahtentangkemampuanmenyim
akceritaanakdi kelasV SD.
Dikarenakanbersifatperbaikanpenelitiantidakhanyadilakukansatu kali,
PTK dilakukandengankolaboratif dan partisipatif,
artinyadalammelakukanpenelitianini, penelitibekerjasamadengan guru yang
mengajar di kelasV SDN EretanWetan. Secarapartisipatifbersama-samadengan
mitra penelitian akan melaksanakanpenelitianinilangkah demi langkah.
B. Desain Penelitian.
Penelitian tindakan kelas dalam kajian ini menggunakan model alur spiral
menurut Kemmis & Mc Tagart yang dikutip Kasbolah, ( 1998:11). “ Model spiral
merupakan model siklus penelitian yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan (siklus spiral)”. Artinya semakin lama diharapkan, namun semakin meningkat pencapaiannya. Penelitian tindakan kelas model Kemmis & Mc Tagart
ini merupakan pengembangan konsep dasar dari berbagai model penelitian
tindakan, terutama penelitian tindakan kelas (PTK) yang diperkenalkan oleh Kurt
Lewin. Adapun gambaran alur pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan dapat
dilihat pada bagan 3.1 dibawah ini.
A Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
Observasi SIKLUS I
Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
Observasi SIKLUS II
Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
lur pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas
(Kasbolah, 1999:70)
C.Definisi oprasional
Untuk menghindari kesalahan persepsi mengenai penelitian ini, maka
perlu penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan.
1. PembelajaranKooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah model pembelajaran dimana siswa dalam pembelajaran dikelompokan dalam
kelompok kecil, masing-masing anggota kelompok berbeda-beda kemampuan,
jenis kelamin dan lainnya dalam satu kelas agar saling bekerjasama dalam
belajar dan mengerjakan tugas agar terjalin hubungan yang lebih harmonis dan
pembelajaran lebih efektif.
2. Pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan (Paired Storytelling)
Pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan (Paired
Storytelling)merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerjasama secara kolaboratif dalam mencapai tujuan dan dikembangkan
sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran. (Lie,
2007: 71).
3. Menyimak
menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan
lambing-lambang lisan dengan penuh perhtian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi
untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan
dan Dalam kegiatan menyimak, seorang penyimak harus mampu menangkap dan
memahami maksud pembicara. (Tarigan: 2008 : 31).
D.Prosedur Penelitian.
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus. Siklus
tidak hanya berlangsung satu kali, melainkan beberapa kali sampai tercapainya
KKM 68,0. Sehingga penelitian ini dihentikan ketika lebih dari 80% siswa
mendapatkan nilai lebih dari sama dengan 68,0. Model siklus yang digunakan
dalam penelitian ini berbentuk spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan
Tagart meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan pada kelas V Sekolah Dasar Negeri Eretan
Wetan II Kecamatan kandanghaur Kabupaten Indramayu.
Adapun tahap penelitian tindakan kelas tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan Penelitian
Rencana tindakan dalam penelitian tindakan kelas disusun berdasarkan
masalah yang hendak dipecahkan. Dalam tahap pertama ini suatu tindakan harus
direncanakan secara matang agar terjadi perubahan ke arah yang diharapkan.
Sebelum masuk ke dalam tahap pelaksanaan tindakan tentu saja peneliti harus
merencanakan ide penelitian yang akan digunakan kemudian ditindak lanjuti
dengan pelaksanaan tindakan di kelas.
Peneliti merencanakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan di kelas
dalam proses pembelajaran dalam tahap ini, tentu saja dalam penelitian kali ini ide
yang akan diterapkan adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita
berpasangan. Adapun tahap perencanaan dalam penelitian tindakan ini adalah
meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Permohonan izin untuk melaksanakan penelitian kepada kepala sekolah SDN
Eretan Wetan II
b. Observasi yang dilakukan di kelas V SDN Eretan Wetan II. Dalam langkah
observasi ini peneliti mencari gambaran awal tentang pembelajaran di kelas V,
kemudian memberikan tes berupa soal-soal yang diberikan kepada siswa
sebagai pre test atau diagnosa awal.
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
d. Menyusun instrumen penelitian yang berupa lembar observasi serta
menyiapkan alat evaluasi untuk postest.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan tindakan, dalam tahap ini
sebelumnya dalam tahap perencanaan. peneliti yang merangkap sebagai guru
sudah mengetahui gambaran dan kondisi awal dari objek yang dijadikan
penelitian. Gambaran dan kondisi awal tersebut diperoleh dari kegiatan
pengamatan selama pembelajaran. Dari hasil pengamatan dan tersebut peneliti
dapat menyimpulkan bahwa rata-rata siswa kurang tertarik pada pelajaran Bahasa
Indonesia dan kegiatan pembelajarannya.
3. Tahap Pengamatan
Untuk mengenali, merekam dan mendokumentasikan setiap indikator dari
proses penelitian hasil yang dicapai (perubahan yang terjadi) baik yang
ditimbulkan tindakan rencana maupun akibat sampingannya.
Menurut Kasbolah (1999: 91) observasi mempunyai dua fungsi, yaitu : “….1)Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun. 2) Untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang berlangsung dapat diharapkan untuk mengahsilkan perubahan yang diinginkan”.
4. Refleksi
Setelah tahap perencanaan penelitian, dan pelaksanaan penelitian
dilaksanakan, tahap yang paling akhir ini peneliti harus melakukan refleksi untuk
melihat apakah kegiatan yang dilakukan sudah dapat meningkatkan kemampuan
menyimak cerita anak, tentunya setelah menerapkan Model pembelajaran
kooperatif tipe bercerita berpasangan (paired storytelling).
Pada tahap ini peneliti mendiskusikan dengan guru mengenai hasil
pengamatan yang dilakukan, kekurangan maupun ketrecapaian pembelajaran
untuk menyimpulkan data atau informasi yang berhasil dikumpulkan sebagai
pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus selanjutnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti akan melaksanakan tindakan pada
tanggal 11 April 2013 dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pra Siklus
Dalam kegiatan ini peneliti melaksanakan dua langkah kegiatan, yaitu:
1) Observasi
yaitu menggunakan metode ceramah dan fasilitas pembelajaran masih didominasi
oleh guru, sedangkan siswa hanya duduk, mendengarkan diselingi dengan
mencatat.
Dalam kegiatan pembelajaran di atas semua diamati dengan cermat oleh
peneliti dari awal sampai akhir kegiatan pembelajaran, terutama aktifitas belajar
dan hasil belajar siswa. Dari hasil pengamatan tersebut peneliti menemukan
permasalahan sebagai berikut:
a) Hampir semua siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran (pasif)
b) Hampir semua siswa kurang tertarik pada pelajaran bahasa indonesia
c) Dari hasil tes evaluasi rata-rata hasilnya dibawah KKM.
2) Refleksi
Dari hasil temuan di atas, dimana siswa kurang aktif dalam kegiatan
pembelajaran, siswa kurang memahami Cerita dan hasil tes evaluasi rata-rata
kurang memenuhi KKM. Maka peneliti langsung melakukan intervensi untuk
mengatasi permasalahan tersebut.
Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti diantaranya menganalisa kurikulum,
program pembelajaran, jadwal pelajaran, buku sumber, sarana pembelajaran, dan
model pembelajaran.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam upaya perbaikan kegiatan
pembelajaran berupa rencana tindakan akan dilaksanakan pada tahap siklus I, II, II
dan seterusnya.
b. Siklus I
1) Perencanaan
Dalam kegiatan ini peneliti akan melakukan kegiatan perbaikan
diantaranya:
a) Mengkaji kurikulum
b) Menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran
c) Menyiapkan buku sumber
d) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan
2) Pelaksanaan
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan yaitu
dengan menggunakan metode penemuan. Kegiatan pembelajaran tersebut
diantaranya:
a) Siswa dikondisikan untuk siap belajar
b) Mempersiapkan ruang diskusi
c) Siswa dibagi menjadi 11 kelompok untuk berpasangan
d) Selanjutnya memberikan penjelasan singkat tentang materi menyimak cerita
e) Dengan penjelasan guru, kelompok mulai bercerita dan menyimak
ceritakepada masing-masing pasangan kelompoknya.
f) Setelah semua tiap pasangan bercerita, setiap kelompok menyampaikan
kembali isi cerita tersebut.
g) Peneliti mengamati kegiatan kelompok dengan pedoman pengamatan.
h) Membahas cerita, dan memberikanevaluasi (Post tes).
3) Observasi
Sebenarnya kegiatan ini bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, yaitu
pada saat kegiatan pembelajaran terutama pada saat siswa bercerita dengan
pasanngannya. Maksud kegiatan ini adalah merekam dan mengidentifikasi
permasalahan dan kendala yang masih ada yang menyebabkan kegiatan
pembelajaran kurang maksimal.
4) Refleksi
Dalam tahap ini peneliti mengkaji, mengevaluasi hasil dari tindakan yang
sudah dilaksanakan. Jika masih ada kelemahan, kendala, dan kekurangan yang
menyebabkan pembelajaran kurang berhasil, maka akan diperbaiki pada siklus II.
c. Siklus II
1) Perencanaan
Peneliti membuat rencana persiapan pembelajaran yang merupakan hasil
revisi dari kegiatansiklus I. Peneliti melihat kembali apakah segala pendukung
2) Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai yang telah
direncanakan di atas. Langkah kegiatannya adalah:
a) Mempersiapkan semua pendukung kegiatan pembelajaran
b) Membagi 21 siswa menjadi 11 kelompok
c) Guru menjelaskan secara singkat dengan cara berekspresi dan cara bercerita
dengan baik.
d) Dengan penjelasan guru, secara berkelompok mulai bekerja untuk
menceritakan cerita dan menyimak cerita kepada pasangan kelompoknya.
e) Peneliti melakukan pengamatan kegiatan kelompok.
f) Membahas cerita
g) Memberikan soal evaluasi (post tes)
3) Observasi
Penelitimengamatidengancermatsambilmelaksanakanpembelajaran.
Maksud dari kegiataniniadalahuntukmendapatkan data
atauinformasitentangkekurangan dan kendala-kendala yang
dapatmenghambatkegiatanpembelajaran, sehinggahasilnya kurang memenuhi
KKM.
4) Refleksi
Penelitimengkaji dan mengevaluasihasiltindakan yang sudahdilaksanakan.
Apakahkegiatanpembelajaranlebihbaik dari
siklussebelumnyaataumalahsebaliknya.
Hasilevaluasisudahsesuaiharapanataubelum.
Jikahasilkegiatanpembelajaranmasihbelumsesuaiharapan, maka akan
dilanjutkandenganrencanatindakan yang akan dilaksanakanpadasiklus III.
d. Siklus III
1) Perencanaan
Penelitianmembuatrencanapersiapanpembelajarankembali,
dimanapersiapaninimerupakantindaklanjutuntukmemperbaikisegalakekurangan,
2) Tindakan
Melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah
dipersiapkan. Pelaksanaan tindakan ini sama dengan siklus-siklus sebelumnya,
bedanya hanya melengkapi dan memperbaiki kelemahan dan kendala-kendala
yang ditemukan, agar hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.
3) Observasi
Bersamaan dengan kegiatan tindakan, peneliti melakukan pengamatan
untuk merekam dan mengidentifikasi kelemahan dan kendala yang mungkin
muncul yang dapat menghambat kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran
kurang berhasil.
4) Refleksi
Peneliti mengkaji dan mengevaluasi hasil dari pelaksanaan tindakan. Jika
masih ditemui kendala dan hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan
mungkin saja masih ada siklus selanjutnya.
E.Lokasi dan Subyek
1. Tempat Penelitian
Dalam penilitian ini dientukan lokasi di SDN Eretan Wetan II Kecamatan
Kandanghaur Kabupaten Indramayu.
2. Subjek Penelitian
Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas V SDN Eretan Wetan II
Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu yang berjumlah 21orang.
F.Instrumen Penelitian
Instrumen dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) juga dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa
(LKS), selain itu juga digunakan instrumen lain yang dapat menunjang untuk
pengumpulan data, yaitu lembar observasi, tes hasil belajar dan catatan lapangan.
1. Lembar Observasi
berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
yang telah disusun. Pada penelitian ini observasi dilakukan pada dua objek, yaitu :
a. Observasi Siswa
Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas yang muncul selama
proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe bercerita
berpasangan. Lembar observasi berupa bagan dengan chek list dalam kolom ya
atau tidak
b. Observasi Guru
Observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan dan ketercapaian
indikator dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan.
Lembar observasi berupa bagan dengan chek list dalam kolom sangat baik, baik
cukup dan kurang.
2. Tes
Hasil tes digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
menyimak siswa. Tes yang diberikan kepada siswa, yaitu Tes yang diberikan pada
akhir siklus yang digunakan untuk menunjukan prestasi belajar yang dicapai pada
setiap siklus. Tes ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
menyimak siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe bercerita
berpasangan.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data
Sumber data penelitian adalah siswa kelas V SDN Eretan Wetan II Tahun
Pelajaran 2012/2013 dan guru serta lingkungan yang mendukung pelaksanaan
kegiatan pembelajaran.
2. Jenis Data
a. Data tentang kondisi awal, tes untuk metode pengajaran guru berdasarkan
hasil observasi dengan guru kelas, nilai laporan ulangan harian siswa.
b. Data tentang peningkatan aktivitas siswa diperoleh dari hasil pengamatan
c. Peningkatan kemampuan menyimak berdasarkan tes hasil prasiklus dan tes
hasil siklus satu, dua dan tiga.
d. Data tentang keterkaitan antara perencanaan dan pelaksanaan dalam penelitian diperoleh dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
H.Teknik Pengolahan Data
1. Pengolahan Tes
Dalam penelitian ini data diperoleh dengan menggunakan berbagai
instrument penelitian diantaranya adalah tes hasil belajar siswa. Adapun data yang
diperoleh dari hasil tes diolah melalui penskoran, menilai tes hasil belajar siswa,
menghitung nilai rata-rata kemampuan siswa untuk mengetahui gambaran jelas
mengenai kemampuan menyimak siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia.
Berikut adalah tabel format lembar pengamatan aktivitas belajar siswadan table
penskoran yang digunakan untuk menilai hasil belajar siswa.
Tabel 3.2
Format Lembar Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan
No Proses Pembelajaran Pelaksanaan
Jumlah %
1. Siswa memberikan komentar dan mengajukan pertanyaan tentang pelajaran.
2. Siswa dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan guru.
No Proses Pembelajaran Pelaksanaan
Jumlah %
3. Siswa mengerjakan tugas dengan baik
(individu/kelompok) sesuai waktu yang disediakan. 4. Siswa menyajikan jawaban di depan kelas.
5. Siswa membandingkan jawaban mereka.
6. Siswa bereaksi (mendebat setuju atau tidak setuju) terhadap jawaban temannya.
7. Siswa berpendapat terhadap jawaban siswa lain.
8. Siswa terlibat langsung dalam beragam kegiatan kelas selama pembelajaran.
9. Siswa tampak antusias selama mengikuti pembelajaran. 10. Siswa dapat menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu.
Aktivitas Siswa = Jumlah siswa yang melaksanakan x 100%
Jumlah Siswa
Kriteria Penilaian:
Baik, jika indikator yang dilaksanakan tercapai 76% - 100%
Cukup, jika indikator yang dilaksanakan tercapai 26% - 75%
Kurang, jika indikator yang dilaksanakan tercapai 1% - 25%
Tes pada keterampilan menyimak dimaksudkan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menangkap dan memahami informasi yang terkandung
dalam wacana yang diterima melalui saluran pendengaran. (Nurgiyantoro 2001:
233).Lembar tes ini digunakan untuk melaksanakan pre tes dan post tes guna
memperoleh gambaran tentang konsepsi awal dan akhir siswa.
Bentuk tes yang digunakan adalah tes tertulis terhadap kemapuan
menyimak cerita Menurut Nurgiyantoro, (2001: 235) : (1) kesesuaian isi cerita,
(2) tokoh dan perwatakan, (3) latar, (4) Amanat cerita , (5) pilihan kata (diksi), (6)
penyusunan kalimat.
Tabel 3. 3
Daftar Penilaian Menyimak Cerita
No Unsur Penilaian Bobot Jumlah Skor
1 Kesesuaian isi cerita 20
2 Tokoh cerita 20
3 Latar 10
No Unsur Penilaian Bobot Jumlah Skor
4 Amanat cerita 20
5 Pilihan kata 10
6 Penyusunan kalimat 20
Tabel 3.4
Kriteria Penilaian Menyimak Cerita
No Unsur Penilaian Bobot Kriteria Kategori
1 Kesesuaian isi cerita 20-16 15-11 10-6
5-0
Isi cerita yang dijelaskan tepat Isi cerita yang dijelaskan cukup tepat Isi cerita yang dijelaskan kurang tepat Tidak ada isi cerita yang di jelaskan
Sangat baik
Tokoh yang ada dalam cerita dijelaskan secara tepat
Tokoh yang ada dalam cerita dijelaskan cukup tepat
Tokoh yang ada dalam cerita dijelaskan kurang tepat
Tidak ada tokoh cerita yang di jelaskan
Sangat baik
Latar yang dijelaskan tepat Latar yang dijelaskan cukup tepat Latar yang dijelaskan kurang tepat Latar tidak dijelaskan
Sangat baik
Amanat cerita dijelaskan secara tepat Amanat cerita dijelaskan cukup tepat Amanat cerita dijelaskan kurang tepat Amanat cerita tidak dijelaskan
Sangat baik
Menggunakan kata yang sesuai Menggunakan kata yang cukup sesuai Menggunakan kata yang kurang sesuai Menggunakan kata yang tidak sesuai
Sangat baik Baik Cukup Kurang 6 Penyusunan kalimat 20-16
15-11 10-6
5-0
Perpaduan isi antar kalimat jelas Perpaduan isi antar kalimat cukup jelas Perpaduan isi antar kalimat kurang jelas Perpaduan isi antar kalimat tidak jelas
Tabel 3.5
Format Penilaian Tes Menyimak
No Nama
Nilai Akhir : jumlah total nilai setiap indikator
Sangat baik jika mencapai 90-100
Baik, jikamencapainilaiakhir80–91
Cukup, jikamencapainilaiakhir79-68
Peningkatankemampuanmenyimakdengan modelpembelajarankooperatif
tipe berceritaberpasangandikatakanberhasilapabilamencapainilai68ataulebih dan
85% anak-anakmencapainilaitersebut dengan rumus persentase.
P
=
�
�
x 100
%
P = Persentase
f = Jumlah frekuensi yang dijadikan sampel
n = Jumlah responden yang dijadikan sampel
100 = Bilangan konstan
Aqib, Z (2010)
Tabel 3.6
Presentase Perolehan Nilai Tiap Skor
Jika dari pemerolehan persentase data di atas siswa masih banyak yang
kurang dari nilai KKM yang telah ditentukan dan pemerolehan persentase 60%
siswa kurang, maka akan diadakan perbaikan pembelajaran dan ketika 85%
siswa mencapai KKM maka penelitian dihentikan karena sudah tercapai KKM
yang di inginkan.
Skor Nilai Jumlah % Ket
1-67 Kurang
68-79 Cukup
80-91 Baik
JADWAL PENELITIAN
penelitian ini direncanakan selama 6 bulan, dengan agenda kegiatan
No. Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Proposal √
2. Bimbingan √
3. Penulisan Naskah Bab 1 √
4. Penulisan Naskah Bab II √
5 Penulisan Naskah Bab III √
6 Pengumpulan Data √
7 Pengelolaan Data √
8 Penulisan Naskah Bab IV √
9 Penulisan Naskah Bab V √
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan
Berdasarkanpelaksanaanhasilpenelitian, pengolahan data
danpembahasanhasilpenelitianpadaBab
IVdalampenelitiantindakankelasinidapatdisimpulkanbahwa :
1. Proses pembelajaranketikasebelummenggunakanpembelajarankooperatif,
aktifitas siswa hanya 10%, nilai rata-rata hasil tes keterampilan menyimak
anak46,5danhanya 23,8% siswa yang memiliki nilai di atas KKM.
2. Aktivitas siswa selama menggunakan pembelajaran kooperetif siklus I sebesar
47,69% termasuk dalam kriteria cukup dan pada aktivitas siswa siklus II
sebesar 61,4,%, pada siklus III terjadi peningkatan yang cukup
signifikanyaitusebesar 84,14% termasuk dalam penilaian baik.Menunjukkan
adanya peningkatan pada aktivitas siswa sebesar selama proses pembelajaran
berlangsung.
3. Hasil tes keterampilan menyimak anak ketika sesudah menggunakan
pembelajaran kooperatif pada Siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar
56,5danpersentasesiswa 38,1 % memiliki nilai di atas KKM, pada siklus II
terjadi peningkatannilai rata-rata sebesar 66,1danpersentasesiswa57% memiliki
nilai di atas KKM danpadasiklus IIImeningkatkembalimenjadi
73,3danpersentasesiswa memiliki 85,7% nilai di atas KKM. Menunjukkan
peningkatan hasilpersentasedannilai rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar
18,9 % danpeningkatannilai rata-rata sebesar9,6. Dari siklus II ke siklus III
terjadipeningkatan hasilpersentasedannilai rata-rata 28,7 %
danpeningkatannilai rata-rata sebesar7,2.Bahkan pada siklus III nilai anak
secara keseluruhan sudah mencapai nilai KKM yang telah ditentukan sebesar
B.Rekomendasi
Berdasarkankesimpulan yang telahdiungkapkan di atas,
makadapatdirekomendasikanhal-halsebagaiberikut:
1. Kualitaspembelajaranbahasa Indonesia
harusterusditingkatkanuntukdapatmencapaihasilbelajarsiswa yang maksimal.
Model
pembelajarankooperatiftipeberceritaberpasangandapatdijadikansalahsatualterna
tifuntukmeningkatkanhasilbelajardanaktivitassiswadalam proses pembelajaran.
2. Dalammelaksanakanpembelajaranbahasa Indonesia
perlumenggalipengetahuanawalsiswa. Selainitu
siswaperlujugadiperhatikanbahwasiswajugaadalahmakhluksosial yang
perlubersososialisasi. Berikankesempatankepadasiswa untuk mengungkapkan
DAFTAR RUJUKAN
Akhadiah, S. (1993). Bahasaindonesia I. Jakarta: DirektoratJenderalPendidikanTinggi.
Arikunto, S. (2002). ProsedurPenelitian. Jakarta. Edisi Revisi: PT. Rineka Cipta
Aqib Z, dkk (2010). PenelitianTindakanKelas ; Untuk Guru SD, SLB dan TK. Bandung: YaramaWidya
Azwar, S. (2005). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Cahyani, I. (2008). Kemampuan Berbahasa Indonesia Di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS
Depdiknas. (2006). Kurikulum SD/MI Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas
Hairuddin,dkk. (2008). Pembelajaran bahasa indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Jofipasi. (2010). BelajardanPembelajaran. [Online]. Tersedia :
http://jofipasi.wordpress.com/2010/02/12/belajar-dan-pembelajaran/. diakses pada 23 Maret 2013 : jam 11.00 WIB.
Al-Ghazali, T. (2011). PengertianBahasa,
KarakteristikBahasadanFungsiBahasaKajian Sosiolinguistik. [Online]. Tersedia: http://dibustom.wordpress.com/2011/05/07/pengertian-bahasa-karakteristik-bahasa-dan-fungsi-bahasa-kajian-sosiolinguistik/.diaksespada 23 Maret 2013 : jam 13.00 WIB.
Haryadi. (1996) . Keterampilanberbahasaindonesia. DepartemenPendidikandanKebudayaanDIKTI.
BagianProyekPengembanganPendidikan Guru SekolahDasar.
Ice Sutari, dkk. (1998).Menyimak. Jakarta:
DepartemenPendidikandanKebudayaan, BagianProyekPenataran Guru SLTP setara DIII.
Lie, A. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo
Mustakhim, M. (2005).Perananceritadalampembentukanperkembangananak tk. DepartemenPendidikanNasionalDirjenDikti.
Musfiroh, T. (2003). Berceritauntukanakusiadini. Jakarta: DepartemenPendidikan
Nurgiyantoro, Burhan. (2001). PenilaianDalamPengajaranBahasa Dan Sastra. Yogyakarta: PT BPFE.
Rofi’uddin, A, dkk. (1999). Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Depdikbud.
Rofi’uddin , AdanDarmiyati, Z. (2001). Pendidikanbahasadansastraindonesia di kelastinggi.Malang: UniversitasNegeri Malang.
Rostiyah, N.K. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Tarigan, D. (1990). Materipokokpendidikanbahasaindonesia I. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, H.G. (2008). Menyimaksebagaisuatuketerampilanberbahasa. Bandung: Angkasa