• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pola Pertumbuhan Populasi Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) pada Lima Varietas Sorgum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Pola Pertumbuhan Populasi Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) pada Lima Varietas Sorgum"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN POPULASI

Rhyzopertha dominica

(F.) (COLEOPTERA: BOSTRICHIDAE)

PADA LIMA VARIETAS SORGUM

RIZKIKA LATANIA ARANDA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

ABSTRAK

RIZKIKA LATANIA ARANDA. Kajian pola pertumbuhan populasi

Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) pada lima varietas sorgum. Dibimbing oleh IDHAM SAKTI HARAHAP.

Sorgum merupakan tanaman serealia yang dapat digunakan sebagai pangan, pakan ternak, dan bioetanol (bioenergi). Penanganan pascapanen yang kurang baik dan lama penyimpanan dapat memengaruhi keutuhan butir sorgum serta ketahanannya terhadap serangga hama salah satunya Rhyzoperta dominica. Susut bobot yang disebabkan aktifitas hama ini mencapai 30% selama 3 bulan penyimpanan pada suhu kamar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan populasi R. dominica dan susut bobot pada 5 varietas sorgum dengan kadar air awal serta populasi awal yang berbeda. Serangga uji adalah imago berumur 0 sampai 14 hari. Wadah plastik berisi 250 g biji sorgum lima varietas ditetapkan kadar air yaitu 12, 14, 16, dan 18% yang diinfestasikan dengan tingkat populasi awal 0, 10, 20, dan 30 serangga uji. Setelah inkubasi 60 hari, semua unit percobaan dibongkar dan dilakukan penghitungan jumlah imago F1 dan susut bobot dihitung berdasarkan metode Adams. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara populasi awal dengan populasi akhir, populasi awal dengan susut bobot, dan populasi akhir dengan nilai susut bobot. Analisis regresi menunjukan bahwa pola pertumbuhan R. dominica berbeda antar varietas.

(3)

iii

KAJIAN POLA PERTUMBUHAN POPULASI

Rhyzopertha dominica

(F.) (COLEOPTERA: BOSTRICHIDAE)

PADA LIMA VARIETAS SORGUM

RIZKIKA LATANIA ARANDA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(4)

Judul : Kajian Pola Pertumbuhan Populasi Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) pada Lima Varietas Sorgum

Nama :Rizkika Latania Aranda

NIM : A34080058

Disetujui

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, M.Si

NIP. 19591022 198503 1 002

Diketahui

Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Dr.Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si

NIP. 19650621 198910 2 001

(5)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juli 1990. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari keluarga Bapak Mohamad Rivai dan Ibu Yayah Darul Afiah. Penulis memiliki dua orang kakak yang bernama M. Reva Stegobiona dan M. Reda Megasciola, serta satu orang adik yang bernama M. Reza Hidayatussolihin.

Penulis lulus dari SDN Polisi 5 Bogor pada tahun 2003, kemudian melanjutkan ke SMPN 6 Bogor dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama melanjutkan ke SMAN 5 Bogor dan lulus pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan) dan diterima sebagai mahasiswi Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM-A) divisi CSR periode

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan hanya untuk Allah SWT atas seluruh berkah rahmat dan karunia Nya yang telah diberikan kepada seluruh manusia, serta shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Pola Pertumbuhan Populasi Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) pada Lima Varietas Sorgum”.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi serta Drs. Sunjaya dan Ir. Sri Widayanti sebagai pembimbing di Laboratorium Entomologi SEAMEO BIOTROP yang telah memberikan pengetahuan, pengarahan, dukungan, dan bimbingan sejak awal hingga akhir penelitian. Terima kasih kepada Dr. Ir. Gede Suastika, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik dan Dr. Efi Toding Tondok, M.Sc.Agr selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan banyak masukan dan koreksi penulisan skripsi ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar Fakultas Pertanian dan laboran Departemen Proteksi Tanaman yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama menyelesaikan pendidikan di Fakultas Pertanian IPB.

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih untuk Ibunda Yayah Darul A., Ayahanda M. Rivai, kakak serta adik tercinta untuk dukungan, do’a, kasih dan sayang yang selalu diberikan hingga menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Mas Heriyanto dan Dr. Supriyanto atas bantuan kerjasama dan dukungan moril di SEAMEO BIOTROP hingga menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada teman-teman DPT 45: Sagita Phinanthie, Fiqi Syaripah, Nia Trikusuma, Rusman Arif, Keisha Disa, Rizky Nazzareta, Siti Syarah, Risa Sondari, Rizky Irawan, M. Karami dan teman-teman lainnya atas kebersamaan, semangat, persahabatan dan dukungannya selama kuliah.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi penulisan yang lebih baik. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan bagi siapa saja yang membacanya.

(7)

vii

DAFTAR ISI

         

Halaman

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... v

PRAKATA ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Sorgum (Sorghum bicolor (L.)) ... 4

Rhyzopertha dominica (F.) ... 5

Pengaruh Kadar Air Awal Bahan Simpanan ... 7

Pertumbuhan Populasi ... 8

BAHAN DAN METODE ... 10

Tempat dan Waktu ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode Penelitian ... 10

Penyediaan Sorgum ... 10

Pengembangbiakan Serangga Uji ... 11

Pelaksanaan Percobaan ... 11

Perhitungan Persen Susut Bobot ... 12

Rancangan Percobaan ... 13

Analisis Data ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

Populasi Akhir Rhyzopertha dominica ... 14

Susut Bobot Pada Lima Varietas Sorgum ... 17

KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

Kesimpulan ... 21

Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 22

(8)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Rata-rata populasi akhir R. dominica pada populasi awal dan

varietas yang berbeda... 14 2 Rata-rata populasi akhir R. dominica pada kadar air awal dan

varietas yang berbeda... 15 3 Rata-rata susut bobot R. dominica pada kadar air awal dan

varietas yang berbeda... 18 4 Hasil uji korelasi antara populasi awal dan kadar air dengan

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

No Halaman 1 Imago Rhyzopertha dominica... 6 2 Penampakan fisik lima varietas sorgum yang diuji... 11 3 Susunan stoples penyimpanan lima varietas berbagai kadar

air dan tingkat populasi Rhyzopertha dominica... 12 4 Grafik regresi hubungan antara populasi awal R. dominica

dan populasi akhir pada lima varietas sorgum... 16 5 Rata-rata susut bobot pada biji sorgum yang diinfestasi

dengan R. dominica pada populasi awal dan varietas yang

berbeda... 17 6 Grafik regresi hubungan antara populasi awal R.dominica

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman 1 Sidik ragam rata-rata populasi akhir Rhyzopertha dominica

berdasarkan populasi awal yang berbeda... 26 2 Sidik ragam rata-rata populasi akhir Rhyzopertha dominica

berdasarkan kadar air awal yang berbeda... 27 3 Sidik ragam rata-rata populasi akhir Rhyzopertha dominica

berdasarkan populasi awal dan varietas yang berbeda... 29 4 Sidik ragam rata-rata populasi akhir Rhyzopertha dominica

berdasarkan kadar air awal dan varietas yang berbeda... 30 5 Sidik ragam rata-rata susut bobot berdasarkan populasi awal

yang berbeda... 32 6 Sidik ragam rata-rata susut bobot berdasarkan kadar air awal

yang berbeda... 33 7 Sidik ragam rata-rata susut bobot berdasarkan kadar air awal

dan varietas yang berbeda... 35 8 Sidik ragam rata-rata susut bobot berdasarkan populasi awal

dan varietas yang berbeda... 36 9 Uji korelasi antara populasi awal dan kadar air dengan

populasi akhir dan susut bobot pada lima varietas... 38 10 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan

populasi awal varietas CTY 33... 40 11 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan

susut bobot varietas CTY 33... 40 12 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan

populasi awal varietas Lokal Bandung... 41 13 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan

susut bobot varietas Lokal Bandung... 42 14 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan

populasi awal varietas Lokal Wonogiri... 42 15 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan

susut bobot varietas Lokal Wonogiri... 43 16 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan

populasi awal varietas Numbu... 44 17 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan

susut bobot varietas Numbu... 44 18 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan

populasi awal varietas B-76... 45 19 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan beras di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan penduduk. Sihono (2012) melaporkan bahwa peningkatan jumlah penduduk terus berlangsung secara signifikan hingga mencapai 1.5% per tahun. Pada tahun 2011 kebutuhan beras Indonesia mencapai 130-140 kg/tahun/kapita sedangkan orang Asia lainnya hanya 65-70 kg/tahun/kapita (BPS 2012). Situasi ini tentu menghambat peningkatan produksi beras, sebagai alternatif dilakukan diversifikasi peningkatan produktivitas tanaman penghasil karbohidrat sebagai sumber pangan utama non beras di lahan kering.

Sorgum merupakan tanaman serealia yang memiliki kandungan gizi seperti karbohidrat, lemak, kalsium, besi, serta fosfor yang cukup tinggi sehingga tanaman sorgum layak dikembangkan di Indonesia sebagai alternatif pangan lokal selain beras. Selain dapat digunakan sebagai bahan pangan, sorgum juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri kertas, pakan ternak, media tanam jamur merang, dan bioetanol (Human 2011). Menurut Supriyanto (2012) sorgum merupakan tanaman yang memiliki adaptasi luas dan dapat tumbuh di hampir semua jenis lahan (baik subur maupun miskin), sehingga tanaman ini mampu membantu Indonesia mengatasi masalah pangan khususnya masalah kekurangan

stok beras akibat musim kemarau yang berkepanjangan.

Program peningkatan produktivitas sorgum kadangkala tidak diikuti dengan penanganan pascapanen yang baik, sehingga selama penyimpanan sering timbul kerusakan dan susut baik mutu maupun kuantitasnya. Penanganan pascapanen yang kurang baik dan lama penyimpanan dapat mempengaruhi keutuhan butir sorgum serta ketahanannya terhadap serangga. Salah satu jenis serangga hama yang banyak menimbulkan kerusakan pada penyimpanan sorgum adalah

(12)

gabah) dan merupakan serangga yang sebagian besar masa hidupnya (larva dan imago) menyebabkan kerusakan yang cukup tinggi. Kerugian yang ditimbulkan akibat serangan R.dominica yaitu biji yang diserang menjadi berlubang-lubang dan menghasilkan banyak debu hasil gerekan (Rivai dan Indrosancoyo 2006).

Masalah hama adalah masalah populasi. Suatu jenis serangga mulai dikategorikan sebagai hama apabila tingkat populasinya telah mencapai tingkat yang dapat merugikan secara ekonomi atau kecenderungan populasinya selalu berada pada tingkat tertentu (Harahap 2009). Pertumbuhan populasi serangga hama gudang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kelembaban udara, kadar air bahan yang disimpan, tempat penyimpanan, dan jenis bahan yang disimpan (Pabbage et al. 1990 dalam Pabbage 2005).

Kondisi penyimpanan yang baik untuk biji sorgum hampir sama dengan penyimpanan biji jagung atau gabah. Faktor kadar air, suhu, dan kelembaban merupakan 3 hal pokok yang perlu diperhatikan. Biji sorgum yang disimpan pada kadar air awal lebih kurang 13% setelah terinfeksi hama sewaktu di lapangan dan disimpan di dalam kaleng dengan tutup kurang rapat dan sering dibuka maka kerusakan yang lebih kurang 30% biji sorgum berlubang-lubang setelah disimpan selama tiga bulan dalam suhu kamar (Mas’ud 2007).

Kadar air berpengaruh terhadap kelangsungan hidup imago atau

kemampuan larva untuk menggerek masuk ke dalam biji. Kadar air menjadi faktor penting dalam penyimpanan karena tinggi rendahnya kadar air menentukan kekerasan biji sorgum yang disimpan. Oleh karena itu studi ini diperlukan untuk mengetahui kadar air yang cocok bagi biji sorgum di penyimpanan sebagai salah satu teknik pencegahan kerusakan yang disebabkan oleh R. dominica.

Tujuan Penelitian

(13)

3

Manfaat Penelitian

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Sorgum (Sorghum bicolor (L.))

Tanaman sorgum termasuk famili Graminae atau rerumputan. Tanaman lain yang termasuk dalam famili Graminae diantaranya adalah tanaman padi, jagung, dan tebu.

Data klasifikasi tanaman sorgum: Kelas : Monocotyledon

Famili : Gramineae

Genus : Sorghum

Spesies : Sorghum bicolor (L.) Moech

Holchus sorghum (L.)

Andropogan sorghum (L.)

Sorghum vulgare (L.)

Sorgum yang dibudidayakan di Indonesia mempunyai nama ilmiah

Sorghum bicolor (L) Moech.Selain itu disetiap daerah pengembangannya sorgum dikenal dengan nama: Great Millet, Guinea Cora (Afrika Barat); Kafir Corn

(Afrika Selatan); Milo Sorgo (Amerika Serikat); Kaoliang (Cina); Durra (Sudan); Mtama (Afrika Barat); Cantel (Jawa Tengah dan Jawa Timur); Chotam (India); Jagung Cantrik (Jawa Barat) (Suprapto dan Mujidisono 1987).

Tanaman sorgum mempunyai keunggulan yang tak kalah dengan tanaman pangan lain seperti daya adaptasi luas, tahan terhadap kekeringan, dapat diratun, dan sangat cocok dikembangkan di daerah marginal. Selain budidaya yang mudah, sorgum juga mempunyai manfaat yang sangat luas antara lain untuk pakan ternak, bahan baku industri makanan dan minuman, bahan baku untuk media jamur merang (mushroom), industri alkohol, bahan baku etanol dan sebagainya (Supriyanto 2012).

Biji sorgum tergolong produk pertanian yang potensial mudah rusak apabila disimpan karena terserang hama gudang. Jenis serangga yang sering menyerang biji sorgum dalam penyimpanan adalah Sitophilus zeamais, Cryptolestes pussilus,

(15)

5

cerealella, Plodia interpunctella, Ephestia cautella, dan Doloessa viridis

(Pabbage et al. 1999 dalam Pabbage 2005).

Penyusutan bobot sorgum yang disimpan di gudang akibat infestasi hama pascapanen dapat mencapai 30% (Mas’ud 2007). Di Indonesia, susut bobot yang disebabkan oleh serangga hama gudang diperkirakan berkisar antara 26 – 29% (Semple 1985 dalam Pabbage 2005). Sedangkan tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh kumbang bubuk dapat mencapai 40% dan bervariasi tergantung pada kadar air bahan saat penyimpanan (Badan Litbang Pertanian 1995).

Rhyzopertha dominica (F.)

Serangga R. dominica termasuk dalam ordo Coleoptera famili Bostrichidae. Serangga ini mengalami metamorfosis holometabola dengan stadia perkembangan telur, larva, pupa, dan imago (Edde 2012). Serangga ini termasuk hama penting dan hama primer pada berbagi komoditas penyimpanan antara lain beras, gandum, jagung, dan sorgum. Kumbang ini telah dilaporkan memiliki preferensi makanan yang banyak (polifag) dan kosmopolit di daerah tropika dan subtropika (Potter

dalam Doung 2006).

Hama ini dikenal sebagai kumbang bubuk gabah (lesser grain borer) dan banyak ditemukan pada penyimpanan gabah. Stadia larva dan imago memakan

bahan yang sama. Imago melubangi biji-bijian dan membuat lubang yang bentuknya tidak beraturan sehingga menghasilkan bubuk dalam jumlah yang banyak. Imago berukuran 2-3mm, berwana coklat berbentuk silindris (merupakan ciri spesifik dari famili Bostrichidae). Imago yang baru muncul berwarna kuning kecoklatan dan berubah menjadi coklat tua 7-10 hari setelah muncul. Kepala imago tersembunyi di bawah protoraks, oleh karena itu hanya antena yang terlihat dari atas. Antena berbentuk kapitat yang terdiri dari 10 ruas dan menggada di 3 ruas terakhir. Pada permukaan elitra kumbang ini memliki punctures yang beralur dan berseta pendek serta berbentuk cembung menutupi abdomen (Dhoung 2006).

(16)

kali diletakan telur berwarna keputih-putihan, buram dan terlihat berlilin, lalu berubah menjadi kemerah mudaan. Telur berbentuk oval, berukuran 0.5-0.6 mm dan berdiameter 0.2-0.25 mm (Kucevora dan Stejskal 2008). Masa pra oviposisi 6-15 hari dan masa oviposisi bervariasi dari 43 hari pada suhu 25°C dan rh 70% sampai 4 bulan pada suhu 34°C dan rh 70%. Pada saat kemampuan makan meningkat aktivitas oviposisi menjadi meningkat (Golebiowska 1969). Jumlah maksimum telur yang dihasilkan diantara 33 dan 45 butir/ hari. Jumlah telur yang diletakan bergantung pada temperatur, kelembapan, dan karakteristik makanan imago, selama masa hidupnya betina mampu meletakan 207 hingga 586 butir telur. Kira-kira 80% telur yang dihasilkan fertil (Howe 1950; Thompson 1966

dalam Edde 2012).

Gambar 1 Imago R. dominica

Larva berwarna putih dengan sedikit berambut, berbentuk eruciform (seperti hurup C) dan terdapat seta. Ketika larva sudah mendekati masa pupa, larva sudah tidak terlalu aktif, panjang pupa 3.9 mm berwarna putih kecoklatan dan bagian anggota badan telah terbentuk dengan jelas sesuai dengan jenis kelamin. Pupalpada jantan memusat, dua segmen, dan tidak menonjol sedangkan pada betina tidak memusat, tiga segmen dan menonjol. Antara segmen terakhir ke anus betina lebih jauh jaraknya dibandingkan jantan (Dhoung 2006).

(17)

7

28°C dan 46 hari pada suhu 25°C. Sedangkan perkembangan pupanya sekitar 5-9 hari, pada 28°C masa pupa sekitar 5-6 hari, sedangkan pada suhu 25°C selama 8 hari. Serangga dewasa dapat bertahan hidup sekitar 120-364 hari (Howe 1950; Edde and Philllips 2006b; Birch 1953 dalam Edde 2012).

Batas minimum dan maksimum temperatur untuk perkembangan R.

dominica diantara 18.2°C dan 39°C. Kondisi optimum untuk perbanyakan

kumbang ini di gandum pada kadar air 14% dan rh 70% (Longstaff 1999). Suhu optimum untuk perkembangan serangga ini 28°C dan untuk perbanyakan 34°C (Howe 1950; Birch 1945a dalam Edde 2012). Kadar air biji optimum untuk perkembangan diantara 12 dan 14%. Larva instar pertama paling banyak mati, hal ini dikarenakan pada saat itu aktivitas larva ketika menggerek biji tinggi sehingga kondisi larva melemah (Breese 1960 dalam Edde 2012). Pada kondisi umum populasi R.dominica akan meningkat 20 kali/bulan pada temperatur 34°C dan rh 70% di dalam biji gandum (Birch 1953; Howe 1965a dalam Edde 2012).

Kerugian akibat serangan R.dominica yaitu biji yang diserang menjadi berlubang-lubang dan menghasilkan banyak debu hasil gerekan. Larva maupun pupa merupakan pemakan biji yang sangat rakus sehingga kerusakan pada komoditi yang disimpan lebih besar dibandingkan hama lain. Besarnya intensitas serangan dan nilai kerugian akibat serangan R. dominica pada industri flour miil

mencapai 1,78% dari seluruh kerusakan yang disebabkan oleh serangga hama. (Rivai dan Indrosancoyo 2006).

Pengaruh Kadar Air Awal Bahan Simpanan

Kadar air adalah kandungan air yang terdapat di dalam bahan. Kadar air berpengaruh terhadap kelangsungan hidup imago atau kemampuan larva untuk menggerek masuk ke dalam biji. Semakin tinggi kadar air, biji akan semakin

(18)

terhadap tingkat kekerasan kulit yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kualitas serangan.

Di dalam ekosistem gudang, kadar air biji dan kelembapan relatif udara disekitarnya selalu berada dalam keadaan kesetimbangan. Jika misalnya kita menyimpan biji-bijian berkadar air rendah di tempat yang kelembapan relatifnya tinggi, maka kadar air biji tersebut akan meningkat sampai dicapainya kesetimbangan dengan kelembapan relatif udara. Akan tetapi, kesetimbangan ini bersifat dinamis karena molekul-molekul air akan tetap bergerak keluar masuk biji. Jika tekanan uap di udara lebih besar daripada tekanan uap di dalam biji maka biji akan menyerap uap air, demikan pula sebaliknya. Ketika kesetimbangan tercapai, jumlah molekul air yang masuk ke dalam biji sama dengan jumlah molekul air yang lepas ke udara. Dalam kondisi seperti ini kadar air biji tetap stabil dan disebut kadar air kesetimbangan. Kesetimbangan ini akan berbeda pada temperatur yang berbeda dan biji-bijian yang sifat higroskopisnya berbeda (Harahap 2009). Hasil penelitian Santhoy dan Rejesus (1973) dalam Pabbage 2005 menyimpulkan bahwa kadar air antara 10-14% merupakan kondisi yang kondusif untuk perkembangan hama kumbang bubuk pada komoditas sorgum.

Pertumbuhan Populasi

Populasi adalah sekelompok organisme dari spesies yang sama yang hidup di suatu tempat tertentu pada kurun waktu tertentu. Pertumbuhan populasi hama gudang dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar dari populasi serangga tersebut. Faktor dalam seperti keperidian atau kemampuan bertelur dan siklus hidup, dapat menentukan kecepatan berkembang biak suatu jenis serangga. Semakin tinggi keperidian dan semakin singkat siklus hidup, pertumbuhan populasi serangga tersebut akan semakin cepat (Harahap 2009).

(19)

9

Indikator ini sangat berguna untuk mengambil tindakan sebelum populasi serangga dan kerusakan komoditi terakumulasi lebih tinggi (Hidayat 2009).

Serangga hama gudang bisa dikatakan sebagai ’oportunis’, yaitu mereka akan cepat memanfaatkan sumber daya yang tersedia, sehingga populasinya juga meningkat dengan cepat, namun akhirnya sumber daya yang ada tidak dapat lagi mendukung keberadaan serangga tersebut sehingga sebagian dari mereka berpindah mencari sumber daya baru (Harahap 2009).

(20)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Entomologi, SEAMEO BIOTROP Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari sampai September 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serangga uji R.

dominica yang diperoleh dari koleksi Laboratorium Entomologi SEAMEO

BIOTROP, dan sorgum dari varietas Numbu, Lokal Bandung, CTY-33, Lokal

Wonogiri, dan B-76 dengan berbagai kadar air mulai dari 12-18%.

Alat - alat yang digunakan antara lain wadah pembiakan dan pemeliharaan serangga uji dengan tutup diberi kasa, timbangan sartorius, alat ukur kadar air KETT PM 600, oven gallanhamp, hand sprayer, termohigrometer, sample divinder, saringan besi ukuran 2mm, saringan plastik, nampan plastik, hand tall counter, plastik zipper, kamera, alat tulis, label, dan kuas.

Metode Penelitian

Penyediaan Sorgum

Biji sorgum yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan langsung dari berbagai lokasi di lapangan yaitu Wonogiri, Serang, Bandung, Bogor, dan Jonggol. Varietas yang digunakan adalah Numbu, B-76, dan CTY-33 yang merupakan hasil pemuliaan BATAN dan 2 varietas lokal yaitu varietas Lokal Wonogiri dan Lokal Bandung.

Panen dilakukan dengan memotong bagian malai sorgum, selanjutnya malai dikeringkan dengan dijemur (terkena sinar matahari langsung) selama 2 minggu.

(21)

11

Gambar 2 Penampakan fisik lima varietas sorgum yang diuji

Pengembangbiakan Serangga Uji

Pengembangbiakan serangga uji dilakukan dengan menginfestasikan 500 imago R. dominica pada 250 g sorgum. Imago diinkubasikan selama 2 minggu, setelah itu seluruh imago R. dominica dikeluarkan dan media sorgum diinkubasi kembali hingga hari ke-48. Mulai hari ke-49 imago yang muncul dipanen setiap harinya dan dipisahkan berdasarkan tanggal panen untuk mengetahui umur serangga tersebut.

Pelaksanaan Percobaan

(22)

kelembapan relatif 50-70 %. Percobaan ini diujikan pada 5 varietas yang berbeda dengan masing-masing 3 kali ulangan.

Gambar 3 Susunan stoples penyimpanan lima varietas berbagai kadar air dan tingkat populasi Rhyzopertha dominica

Pada hari ke 60 imago turunan pertama (F1) yang muncul dikeluarkan dan dihitung. Setelah penghitungan jumlah imago F1 dari masing-masing ulangan,

dilakukan pengambilan sampel biji sorgum sebanyak 25 g dari masing-masing ulangan dengan menggunakan sample divider.

Perhitungan Persen Susut Bobot

Penilaian susut bobot dan presentase biji berlubang dilakukan dengan mengambil sampel 25 g dari masing-masing ulangan, kemudian dipisahkan antara biji utuh dan tidak utuh setelah itu dilakukan penimbangan ulang untuk setiap biji

utuh dan tidak utuh pada setiap sampel. Persen susut bobot sorgum selama penyimpanan, dihitung menggunakan formula Adams (Adams 1976), yaitu dengan rumus:

Persen susut bobot = U.N D.N

. %

Dimana :

U = Bobot biji utuh Nu = Jumlah biji utuh D = Bobot biji berlubang Nd = Jumlah biji berlubang

(23)

13

Rancangan Percobaan

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial 4x4x5 dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah tingkat populasi awal yaitu 0 ekor, 10 ekor, 20 ekor, dan 30 ekor, faktor kedua adalah kadar air yaitu 12%, 14%, 16%, dan 18%, faktor ketiga adalah varietas yaitu Lokal Bandung, Lokal Wonogiri, CTY-33, Numbu, dan B-76. Parameter yang diamati adalah

persen susut bobot (weight loss), jumlah biji berlubang, dan jumlah imago R. dominica generasi pertama (F1) yang muncul.

Analisis Data

Data jumlah imago generasi F1 R. dominica yang muncul, dan nilai susut bobot kemudian dianalisis dengan uji ANOVA (Analysis of Variance) dilanjutkan dengan uji perbandingan nilai tengah dengan selang berganda DMRT (Duncan’s

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi Akhir Rhyzopertha dominica

Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi imago F1 R. dominica pada lima varietas sorgum yang diuji memiliki kecendrungan yang hampir sama yaitu peningkatan populasi akhir sejalan dengan penambahan populasi awal yang diinfestasikan.

Populasi akhir R. dominica tertinggi terdapat pada varietas Numbu dengan populasi awal 30 ekor, yaitu 479.83 ekor (Tabel 1). Hal ini sesuai dengan Pasaribu

(2009) yang menyatakan bahwa populasi Sitophilus zeamais bertambah seiring lamanya penyimpanan dan tingkat populasi awal S. zeamais karena peluang kumbang dalam menemukan pasangannya lebih besar dan akan lebih lama melakukan kopulasi dengan pasangannya sehingga dapat menghasilkan generasi yang lebih banyak. Pada kerapatan populasi rendah, keturunan yang dihasilkan biasanya sedikit karena kesulitan untuk menemukan pasangan seksual.

Tabel 1 Rata-rata populasi akhir R. dominica pada populasi awal dan varietas yang berbeda

Varietas Populasi awal (ekor)

0 10 20 30

Lokal Bandung 0cA 123.33bBC 128.33bCD 225.92aB Lokal Wonogiri 0cA 58.25bcC 90.42bD 175.00aB

CTY 33 0cA 174.50bB 322.83aB 337.50aAB

Numbu 0cA 317.25bA 446.75abA 479.83aA

B-76 0bA 190.50aB 234.25aBC 305.42aB

Keterangan: Angka dalam baris (huruf kecil) dan angka dalam kolom (huruf kapital) yang diikuti oleh huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang ganda duncan pada taraf 5%.

Jumlah populasi akhir yang terdapat pada Numbu menunjukkan bahwa R.

dominica mampu berkembang biak dengan baik pada varietas ini. Preferensi

(25)

15

serangga hama gudang akan segera meningkat dengan cepat setelah infestasi. Jenis makanan atau jenis varietas sangat berpengaruh terhadap perilaku serangga dalam memilih makanan dan meletakan telur.

Kadar air berpengaruh terhadap kelangsungan hidup imago atau kemampuan larva untuk menggerek masuk ke dalam biji. Populasi akhir R. dominica tertinggi terlihat pada varietas Numbu dengan kadar air 14%, yaitu 399.17 ekor (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan Longstaff (1999) yang menyimpulkan bahwa kadar air biji 14% dan kelembapan relatif ruangan 70% merupakan kondisi yang kondusif untuk perbanyakan hama kumbang R. dominica

ini pada komoditas gandum.

Harahap (2009) menyatakan semakin tinggi kadar air, biji akan semakin lunak dan semakin mudah ditembus oleh larva yang baru keluar dari telur. Namun hal ini tidak sesuai dengan jumlah populasi akhir R. dominica pada varietas Lokal Bandung dan B-76 dengan kadar air 18% (Tabel 2). Ketidaksesuaian ini terjadi karena di dalam ruangan percobaan kadar air dan kelembapan relatif udara di sekitarnya berada dalam kesetimbangan. Biji yang berkadar air rendah di dalam ruangan yang kelembapan relatifnya tinggi, maka kadar air biji tersebut akan meningkat sampai dicapainya kesetimbangan dengan kelembapan relatif udara. Akan tetapi, kesetimbangan ini bersifat dinamis karena molekul-molekul air akan

tetap bergerak keluar masuk biji. Jika tekanan uap di udara lebih besar dibandingkan dengan tekanan uap di dalam biji maka biji akan menyerap uap air, demikian juga sebaliknya jika tekanan uap di udara lebih rendah dibandingkan dengan tekanan uap di dalam biji maka uap air akan keluar dari dalam biji.

Tabel 2 Rata-rata populasi akhir R. dominica pada kadar air awal dan varietas yang berbeda

Varietas Kadar air awal (%)

12 14 16 18

Lokal Bandung 107.17abAB 166.00aB 163.92aAB 40.50bC Lokal Wonogiri 58.08bB 59.08bB 64.83bB 141.67aBC CTY 33 177.00aAB 193.25aB 202.00aAB 262.58aAB Numbu 220.17aA 399.17aA 277.83aA 346.67aA B-76 209.50abA 230.08aB 235.83aA 54.75bC Keterangan: Angka dalam baris (huruf kecil) dan angka dalam kolom (huruf kapital) yang diikuti oleh huruf yang sama,

(26)

Rendahnya jumlah imago R. dominica yang muncul pada varietas Lokal Bandung dan B-76 dengan kadar air 18% terjadi karena adanya kontaminasi S. zeamais yang menyebabkan terjadinya kompetisi antar spesies di dalam wadah. S. zeamais umumnya cenderung menyukai kondisi lingkungan yang dingin berbeda dengan R. dominica yang menyukai kondisi lingkungan yang relatif panas. Dengan kata lain R. dominica tidak dapat berkembang biak sebaik S. zeamais

dengan baik pada kondisi tersebut.

Berdasarkan hasil analisis regresi (Gambar 4) terlihat garis linier memiliki persamaan yang berbeda antar varietas sorgum. Persamaan garis ini berdasarkan populasi awal 0 hingga 30 ekor dan populasi akhir 0-1000 ekor.

Gambar 4 Grafik regresi hubungan antara populasi awal R. dominica dan populasi akhir pada lima varietas sorgum

(27)

17

Susut Bobot pada Lima Varietas Sorgum

Pada tingkat populasi awal 30 ekor kelima varietas sorgum yang diuji mengalami susut yang relatif tinggi. Dengan semakin banyaknya populasi R.

dominica yang berada di tempat penyimpanan menyebabkan penyusutan sorgum

semakin besar pula karena aktivitas serangga yang akan semakin banyak memakan biji sorgum. Rata-rata populasi akhir R. dominica tertinggi terdapat

pada varietas Numbu, hal ini berbanding lurus dengan tingkat penyusutan yang terjadi pada sorgum tersebut. Penyusutan yang relatif tinggi ini dipengaruhi oleh waktu penyimpanan selama 2 bulan dan populasi yang terus berkembang selama masa penyimpanan. Ketika populasi bertambah, laju pertumbuhan meningkat secara eksponensial karena kelimpahan sumber makanan dan kesesuaian lingkungan (Anonim 2009)

Gambar 5 Rata-rata susut bobot pada biji sorgum yang diinfestasi dengan R. dominica pada populasi awal dan varietas yang berbeda

Pada tingkat kadar air awal yang berbeda, kelima varietas sorgum mengalami penyusutan yang tidak berbeda nyata. Pada varietas Numbu berkadar air 14% diperoleh rata-rata populasi akhir R. dominica tertinggi namun susut bobot yang terjadi pada sorgum terbesar terdapat pada CTY 33 dengan tingkat kadar air 18% yaitu sebesar 3.3925% (Tabel 3). Hal ini disebabkan karena jumlah populasi akhir tidak berbeda nyata antar perlakuan kadar air, sehingga susut bobot yang ditentukan oleh jumlah populasi akhir juga tidak berbeda nyata.

(28)

Tabel 3 Rata-rata susut bobot R. dominica pada kadar air awal dan varietas yang berbeda

Varietas Kadar air awal (%)

12 14 16 18

Lokal Bandung 1.3858aB 2.0744aA 2.0034aA 1.1167aAB Lokal Wonogiri 1.1081bB 1.5158abA 1.7165abA 2.5552aAB CTY 33 1.0474aB 2.3969aA 1.4910aA 3.3925aA

Numbu 3.0661aA 3.2033aA 2.0288aA 2.4828aAB

B-76 1.6533aB 1.8124aA 3.0100aA 0.7880aB

Keterangan: Angka dalam baris (huruf kecil) dan angka dalam kolom (huruf kapital) yang diikuti oleh huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang ganda duncan pada taraf 5%.

Dari (Gambar 6) dapat diketahui persamaan garis linear varietas CTY 33 adalah y = - 0.618 + 0.180x. Secara umum pola tersebut dapat menggambarkan 26% kondisi sebenarnya (Lampiran 11). Jika populasi awal bertambah satu R.

dominica maka susut bobot yang ditimbulkan bertambah sebesar 0.18%.

Persamaan garis linier varietas Lokal Bandung adalah y = 0.590 + 0.070x. Pola tersebut dapat menggambarkan 11.8% kondisi sebenarnya (Lampiran 13). Jika populasi awal bertambah satu R. dominica maka susut bobot yang ditimbulkan bertambah sebesar 0.07%. Pada varietas Lokal Wonogiri didapatkan persamaan liner y = 0.659 + 0.071x. Pola tersebut menggambarkan 35.7% kondisi sebenarnya (Lampiran 15). Persamaan garis linier varietas Numbu adalah y = 0.950 + 0.116x. Sedangkan untuk varietas B-76 didapatkan persamaan linier y = - 0.044 + 0.124x.

(29)

19

Gambar 6 Grafik regresi hubungan antara populasi awal R.dominica dan susut bobot pada lima varietas sorgum

Berdasarkan hasil ANOVA terlihat bahwa tidak terdapat interaksi antara populasi awal dengan kadar air awal sehingga tidak dilakukan uji korelasi. Pada hasil uji korelasi kelima varietas sorgum (Tabel 4) terlihat korelasi positif signifikan antara populasi awal dengan populasi akhir, populasi awal dengan susut bobot, dan populasi akhir dengan susut bobot. Besar hubungan antara populasi awal dan populasi akhir CTY 33 yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0.749. Hal ini menunjukan hubungan yang sangat erat diantara populasi awal dan populasi akhir CTY 33 karena nilai R2 mendekati 1 dan p ≤ 0.01. Koefisien positif (+) memiliki arti semakin banyak populasi awal maka populasi akhir cenderung

(30)

meningkat. Demikian pula sebaliknya makin sedikit populasi awal makin sedikit pula populasi akhir.

Tabel 4 Hasil uji korelasi antara populasi awal dan kadar air awal dengan populasi akhir dan susut bobot 5 varietas

Varietas Parameter

CTY 33 Populasi akhir 0.749 **

0.171 0.479** % Susut bobot 0.510** 0.174

Lokal Bandung Populasi akhir 0.632 **

-0.187 0.503**

% Susut bobot 0.343* -0.043

Lokal Wonogiri Populasi akhir 0.652 **

0.300* 0.666** % Susut bobot 0.598** 0.382*

Numbu Populasi akhir 0.675 **

0.111 0.723**

% Susut bobot 0.705** -0.177

B-76 Populasi akhir 0.545 **

-0.260 0.334*

% Susut bobot 0.391** -0.044

**korelasi sangat signifikan (p ≤ 0.01) *korelasi signifikan (p ≤ 0.05)

Pada semua varietas kadar air awal memiliki pengaruh yang berbeda-beda. Hal ini berkaitan dengan kemampuan setiap varietas untuk menyimpan air di dalam biji yang berbeda. Varietas Lokal Bandung, Numbu, dan B76 memiliki nilai R2 negatif (-) dan P ≥ 0.05 yang berarti tidak adanya korelasi antara kadar air awal dengan populasi akhir, maupun kadar air awal dengan susut bobot. Konstanta negatif memiliki arti semakin tinggi kadar air awal maka populasi akhir akan semakin sedikit dan susut bobot pun menjadi rendah. Pada varietas CTY 33 baik kadar air awal dengan populasi awal, kadar air awal dengan susut bobot juga

(31)

21

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Populasi Rhyzopertha dominica mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan tingkat populasi awal. Pertambahan populasi ini juga menyebabkan presentase penyusutan yang terjadi pada lima varietas sorgum. Kadar air awal tidak memengaruhi tingkat populasi akhir dan presentase penyusutan. Pola pertumbuhan R. dominica pada kelima varietas sorgum menunjukan perbedaan satu sama lain.

Saran

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Adams J. M. 1976. Weight loss caused by development of Sitophilus zeamais

Motsch in maize. Journal of Stored Products Research. 12: 269-272.

Anonim. 2009. Ekologi hama pascapanen. http://abankudha123.tripod.com/ekologi_hama_pascapanen.html [16 September 2012].

Badan Litbang Pertanian. 1995. Abstrak Hasil-Hasil Penelitian Pertanian di Indonesia. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian. Badan Litbang Pertanian. 1(13): 67.

Duong, T. N. 2006. Analysis of the behaviour of Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) towards host volatiles. Duong, T. N. 2006. Analysis of the behaviour of Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) towards host volatiles [Disertasi]. London (UK): Natural Resources Institute, University of Greenwich.

Edde P.A., 2012. A review of the biology and control of Rhyzopertha dominica

(F.) the lesser grain borer. Journal of Stored Products Research 48, 1-18.

Golebiowska, Z., 1969. The feeding and fecundity of Sitophilus granarius (L.),

Sitophilus oryzae (L.), and Rhyzopertha dominica (F.) in wheat grain.

Journal of Stored Products Research. 5: 143-155.

Harahap I. 2009. Ekologi serangga hama gudang. Di dalam Prijono D, Dharmaputra OS, Widayanti S, editor. Pengelolaan Hama Gudang Terpadu. Bogor: KLH, UNINDO, SEAMEO Biotrop. Hlm 53-69.

Hidayat P. 2006. Sampling dan monitoring serangga pada gudang penyimpanan.

Pengendalian Hama Gudang di Tempat Penyimpanan Bahan Pangan,

Pakan, dan Tembakau. Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu

Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB.

(33)

23

Kucevora Z., Stejskal V., 2008. Differences in egg morphology of the stored-grain pests Rhyzopertha dominica and Prosthephanus truncatus (Coleoptera: Bostrichidae). Journal of Stored Products Research.44: 103-105.

Longstaff, B.C., 1999.An experimental and modelling study of the demographic performance of Rhyzopertha dominica (F.) I. Development rate. Journal of Stored Products Research. 35: 89-98.

Mas’ud S. 2007. Kumbang bubuk pada sorgum dan serta alternatif penanggulangannya. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan Perhimpunan Entomologi Indonesia Komisarial Daerah Sulawesi Selatan.

Pabbage MS. 2005. Hubungan antara faktor fisik dan kimia biji sorgum dengan pertumbuhan populasi serangga hama gudang. Prosiding Seminar Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Pasaribu MJ. 2009. Pertumbuhan populasi Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera: Curculionidae) pada empat kultivar beras [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pranata RI. 1979. Pengantar Ilmu Hama Gudang. BIOTROP TROPICAL PEST BIOLOGY and BOGOR Agriculture

Rees D. 2004. Insect of Stored Products. Australia: Csiro Publishing Collingwood.

Rivai M. dan Indrosancoyo A. W. 2006. Hama Gudang & Pantri. Hama Pemukiman Indonesia. FKH IPB, Bogor, Indonesia. Hal: 259- 286.

Sihono, 2012. Pemuliaan tanaman sorgum manis dengan teknik mutasi radiasi.

Workshop on The Current Status and Challenges in Sorghum Development

in Indonesia; 2012 Sep 25. Bogor. SEAMEO-BIOTROP

Siwale J, Mbata K, Mcrobert J, Lungu D. 2009. Comparative resistance of improved maize genotypes and landracesto maize weevil. African Crop Science Journal. 17(1): 1-16.

(34)

Suprapto dan R. Mudjisihono. 1987. Budidaya dan Pengolahan Sorgum. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.Duong, T. N. 2006. Analysis of the behaviour of

Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) towards host

volatiles.

(35)

25

(36)

Lampiran 1 Sidik ragam rata-rata populasi akhir R. dominica berdasarkan populasi awal yang berbeda

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: popakLB

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 308369.2292 102789.7431 11.53 <.0001 Error 44 392342.2500 8916.8693

Corrected Total 47 700711.4792

R-Square Coeff Var Root MSE popakLB Mean

0.440080 79.08917 94.42918 119.3958

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: popakcty

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 892094.250 297364.750 23.90 <.0001

Error 44 547547.667 12444.265

Corrected Total 47 1439641.917

R-Square Coeff Var Root MSE popakcty Mean

0.619664 53.44965 111.5539 208.7083

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: popaknumbu

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 1724313.750 574771.250 16.71 <.0001

Error 44 1513776.167 34404.004

Corrected Total 47 3238089.917

R-Square Coeff Var Root MSE popaknumbu Mean

(37)

27

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: popakb76

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 613881.750 204627.250 7.21 0.0005

Error 44 1247984.167 28363.277

Corrected Total 47 1861865.917

R-Square Coeff Var Root MSE popakb76 Mean

0.329713 92.26058 168.4140 182.5417

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: popaklw

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 192038.5000 64012.8333 11.46 <.0001

Error 44 245705.1667 584.2083

Corrected Total 47 437743.6667

R-Square Coeff Var Root MSE popaklw Mean

0.438701 92.35126 74.72756 80.91667

Lampiran 2 Sidik ragam rata-rata populasi akhir R. dominica berdasarkan kadar air

awal yang berbeda

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: popakcty

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 50302.750 16767.583 0.53 0.6634

Error 44 1389339.167 31575.890

Corrected Total 47 1439641.917

R-Square Coeff Var Root MSE popakcty Mean

(38)

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: popaklb

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 126337.8958 42112.6319 3.23 0.0314

Error 44 574373.5833 13053.9451

Corrected Total 47 700711.4792

R-Square Coeff Var Root MSE popaklb Mean

0.180299 95.69334 114.2539 119.3958

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: popaklw

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 59367.5000 19789.1667 2.30 0.0903

Error 44 378376.1667 8599.4583

Corrected Total 47 437743.6667

R-Square Coeff Var Root MSE popaklw Mean

0.135622 114.6034 92.73326 80.91667

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: popaknumbu

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 220754.250 73584.750 1.07 0.3703

Error 44 3017335.667 68575.811

Corrected Total 47 3238089.917

R-Square Coeff Var Root MSE popaknumbu Mean

(39)

29

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: popakb76

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 265892.083 88630.694 2.44 0.0766

Error 44 1595973.833 36272.133

Corrected Total 47 1861865.917

R-Square Coeff Var Root MSE popakb76 Mean

0.142809 104.3337 190.4524 182.5417

Lampiran 3 Sidik ragam rata-rata populasi akhir R. dominica berdasarkan populasi

awal dan varietas yang berbeda

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: popak0

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 0 0 . .

Error 55 0 0

Corrected Total 59 0

R-Square Coeff Var Root MSE popak0 Mean

0.000000 . 0 0

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: popak10

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 441007.567 110251.892 7.34 <.0001

Error 55 826565.167 15028.458

Corrected Total 59 1267572.733

R-Square Coeff Var Root MSE popak10 Mean

(40)

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: popak20

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 1012591.233 253147.808 14.63 <.0001

Error 55 951991.750 17308.941

Corrected Total 59 1964582.983

R-Square Coeff Var Root MSE popak20Mean

0.515423 53.80551 131.5634 244.5167

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: popak30

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 657323.233 164330.808 4.17 0.0051

Error 55 2168798.500 39432.700

Corrected Total 5 2826121.733

R-Square Coeff Var Root MSE popak30 Mean

0.232588 65.16408 198.5767 304.7333

Lampiran 4 Sidik ragam rata-rata populasi akhir R. dominica berdasarkan kadar air

awal dan varietas yang berbeda

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: popak12

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 232558.933 58139.733 2.87 0.0313

Error 55 1113749.250 20249.986

Corrected Total 59 1346308.183

R-Square Coeff Var Root MSE popak12 Mean

(41)

31

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: popak14

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 734143.233 183535.808 4.41 0.0036

Error 55 2286585.750 41574.286

Corrected Total 59 3020728.983

R-Square Coeff Var Root MSE popak14 Mean

0.243035 97.31815 203.8977 209.5167

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: popak16

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 315602.267 78900.567 2.24 0.0769

Error 55 1941031.917 35291.489

Corrected Total 59 2256634.183

R-Square Coeff Var Root MSE popak16 Mean

0.139855 99.45837 187.8603 188.8833

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: popak18

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 847625.233 211906.308 7.22 <.0001

Error 55 1614031.500 29346.027

Corrected Total 59 2461656.733

R-Square Coeff Var Root MSE popak18 Mean

(42)

Lampiran 5 Sidik ragam rata-rata susut bobot berdasarkan populasi awal yang berbeda

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: susutlb

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 43.6825874 14.5608625 3.07 0.0375

Error 44 208.7370552 4.7440240

Corrected Total 47 252.4196426

R-Square Coeff Var Root MSE susutlb Mean

0.173055 132.3991 2.178078 1.645086

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: susutlw

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 47.61456055 15.87152018 18.85 <.0001

Error 44 37.03952417 0.84180737

Corrected Total 47 84.65408471

R-Square Coeff Var Root MSE susutlw Mean

0.562460 53.22283 0.917501 1.723886

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: susutcty

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 226.9216335 75.6405445 6.40 0.0011

Error 44 520.1440554 11.8214558

Corrected Total 47 747.0656889

R-Square Coeff Var Root MSE susutcty Mean

(43)

33

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: susutnumbu

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 119.3924178 39.7974726 40.08 <.0001

Error 44 43.6869871 0.9928861

Corrected Total 47 163.0794048

R-Square Coeff Var Root MSE susutnumbu Mean

0.732112 36.96987 0.996437 2.695267

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: susutb76

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 92.5345667 30.8448556 2.66 0.0598

Error 44 510.1724845 11.5948292

Corrected Total 47 602.7070511

R-Square Coeff Var Root MSE susutb76 Mean

0.153532 187.5315 3.405118 1.815758

Lampiran 6 Sidik ragam rata-rata susut bobot berdasarkan kadar air awal yang berbeda

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: susutlb

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 7.9093399 2.6364466 0.47 0.7017

Error 44 244.5103027 5.5570523

Corrected Total 47 252.4196426

R-Square Coeff Var Root MSE susutlb Mean

(44)

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: susutlw

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 13.36306980 4.45435660 2.75 0.0540

Error 44 71.29101492 1.62025034

Corrected Total 47 84.65408471

R-Square Coeff Var Root MSE susutlw Mean

0.157855 73.83846 1.272891 1.723886

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: susutnumbu

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 10.6185104 3.5395035 1.02 0.3923

Error 44 152.4608944 3.4650203

Corrected Total 47 163.0794048

R-Square Coeff Var Root MSE susutnumbu Mean

0.065113 69.06390 1.861457 2.695267

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: susutb76

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 30.1072530 10.0357510 0.77 0.5164

Error 44 572.5997982 13.0136318

Corrected Total 47 602.7070511

R-Square Coeff Var Root MSE susutb76 Mean

(45)

35

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: susutcty

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 38.8357447 12.9452482 0.80 0.4983

Error 44 708.2299442 16.0961351

Corrected Total 47 747.0656889

R-Square Coeff Var Root MSE susutcty Mean

0.051984 192.7035 4.011999 2.081954

Lampiran 7 Sidik ragam rata-rata susut bobot berdasarkan kadar air awal dan varietas yang berbeda

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: susut12

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 32.7830277 8.1957569 4.64 0.0027

Error 55 97.2196535 1.7676301

Corrected Total 59 130.0026812

R-Square Coeff Var Root MSE susut12 Mean

0.252172 80.47160 1.329522 1.652164

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: susut14

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 20.1538690 5.0384673 0.47 0.7555

Error 55 586.2154993 10.6584636

Corrected Total 59 606.3693683

R-Square Coeff Var Root MSE susut14 Mean

(46)

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: susut16

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 16.1688629 4.0422157 0.33 0.8596

Error 55 682.8798306 12.4159969

Corrected Total 59 699.0486935

R-Square Coeff Var Root MSE susut16 Mean

0.023130 171.8956 3.523634 2.049869

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: susut18

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 56.4976754 14.1244188 2.03 0.1029

Error 55 382.7769709 6.9595813

Corrected Total 59 439.2746462

R-Square Coeff Var Root MSE susut18 Mean

0.128616 127.6310 2.638102 2.066976

Lampiran 8 Sidik ragam rata-rata susut bobot berdasarkan populasi awal dan varietas yang berbeda

The ANOVA Procedure Dependent Variable: susut0

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 0 0 . . Error 55 0 0

Corrected Total 59 0

(47)

37

The ANOVA Procedure Dependent Variable: susut10

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 53.4835305 13.3708826 11.52 <.0001 Error 55 63.8438165 1.1607967

Corrected Total 59 117.3273470

R-Square Coeff Var Root MSE susut10 Mean 0.455849 54.42120 1.077403 1.979748

The ANOVA Procedure Dependent Variable: susut20

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 13.5434681 3.3858670 0.76 0.5574 Error 55 245.8468878 4.4699434

Corrected Total 59 259.3903560

R-Square Coeff Var Root MSE susut20 Mean 0.052213 88.84399 2.114224 2.379704

The ANOVA Procedure Dependent Variable: susut30

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 93.757391 23.439348 1.28 0.2905 Error 55 1010.089402 18.365262

Corrected Total 59 1103.846793

(48)

Lampiran 9 Uji korelasi antara populasi awal dan kadar air dengan populasi akhir dan susut bobot pada lima varietas KADAR_AIR Pearson Correlation 1 .000 .000 .171 .174 -.187 -.043 .300* .382** .111 -.177 -.260 -.044

Sig. (2-tailed) 1.000 1.000 .244 .238 .203 .773 .038 .007 .452 .230 .074 .766

N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48

POP_AWAL Pearson Correlation .000 1 .000 .749** .510** .632** .343* .652** .598** .675** .705** .545** .391**

Sig. (2-tailed) 1.000 1.000 .000 .000 .000 .017 .000 .000 .000 .000 .000 .006

N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48

(49)

39

Sig. (2-tailed) .452 .000 .209 .000 .000 .001 .022 .008 .001 .000 .025 .024

N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48

SUSUT_NUMBU Pearson Correlation -.177 .705** .010 .545** .428** .537** .220 .399** .491** .723** 1 .438** .242

Sig. (2-tailed) .230 .000 .944 .000 .002 .000 .133 .005 .000 .000 .002 .097

N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48

POPAK_B76 Pearson Correlation -.260 .545** .029 .377** .143 .557** .319* .075 .221 .323* .438** 1 .334*

Sig. (2-tailed) .074 .000 .847 .008 .334 .000 .027 .614 .132 .025 .002 .020

N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48

SUSUT_B76 Pearson Correlation -.044 .391** -.046 .471** .004 .333* .200 .085 .071 .325* .242 .334* 1

Sig. (2-tailed) .766 .006 .758 .001 .977 .021 .173 .564 .634 .024 .097 .020

N 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(50)

Lampiran 10 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan populasi awal varietas CTY 33

Variables Entered/Removedb

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: POPAK_CTY 1 Regression 808520.417 1 808520.417 58.930 .000a

Residual 631121.500 46 13720.033 Total 1439641.917 47

POP_AWAL 11.608 1.512 .749 7.677 .000

a. Dependent Variable: POPAK_CTY

Lampiran 11 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan susut bobot varietas CTY 33

(51)

41

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 194.420 1 194.420 16.183 .000a

Residual 552.646 46 12.014

Total 747.066 47

POP_AWAL .180 .045 .510 4.023 .000

a. Dependent Variable: SUSUT_CTY

Lampiran 12 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan populasi awal varietas Lokal Bandung

Variables Entered/Removedb

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: POPAK_LB 1 Regression 279688.538 1 279688.538 30.558 .000a

Residual 421022.942 46 9152.673

Total 700711.479 47

POP_AWAL 6.828 1.235 .632 5.528 .000

(52)

Lampiran 13 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan susut

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: SUSUT_LB

POP_AWAL .070 .028 .343 2.475 .017

a. Dependent Variable: SUSUT_LB

Lampiran 14 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan populasi awal varietas Lokal Wonogiri

Variables Entered/Removedb

(53)

43

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 186260.817 1 186260.817 34.070 .000a

Residual 251482.850 46 5467.018

Total 437743.667 47

POP_AWAL 5.572 .955 .652 5.837 .000

a. Dependent Variable: POPAK_LW

Lampiran 15 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan susut bobot varietas Lokal Wonogiri

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: SUSUT_LW

POP_AWAL .071 .014 .598 5.058 .000

(54)

Lampiran 16 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: POPAK_NUMBU 1 Regression 1477056.600 1 1477056.600 38.582 .000a

Residual 1761033.317 46 38283.333 Total 3238089.917 47

POP_AWAL 15.690 2.526 .675 6.211 .000

a. Dependent Variable: POPAK_NUMBU

Lampiran 17 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan susut bobot varietas Numbu

(55)

45

POP_AWAL .116 .017 .705 6.734 .000

a. Dependent Variable: SUSUT_NUMBU

Lampiran 18 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan populasi awal varietas B-76

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: POPAK_B76 1 Regression 552960.000 1 552960.000 19.433 .000a

Residual 1308905.917 46 28454.476 Total 1861865.917 47

POP_AWAL 9.600 2.178 .545 4.408 .000

(56)

Lampiran 19 Uji regresi linier antara jumlah imago F1 R. dominica dengan susut

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: SUSUT_B76

Residual 510.496 46 11.098

Total 602.707 47

POP_AWAL .124 .043 .391 2.883 .006

(57)

ii

ABSTRAK

RIZKIKA LATANIA ARANDA. Kajian pola pertumbuhan populasi

Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera: Bostrichidae) pada lima varietas sorgum. Dibimbing oleh IDHAM SAKTI HARAHAP.

Sorgum merupakan tanaman serealia yang dapat digunakan sebagai pangan, pakan ternak, dan bioetanol (bioenergi). Penanganan pascapanen yang kurang baik dan lama penyimpanan dapat memengaruhi keutuhan butir sorgum serta ketahanannya terhadap serangga hama salah satunya Rhyzoperta dominica. Susut bobot yang disebabkan aktifitas hama ini mencapai 30% selama 3 bulan penyimpanan pada suhu kamar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan populasi R. dominica dan susut bobot pada 5 varietas sorgum dengan kadar air awal serta populasi awal yang berbeda. Serangga uji adalah imago berumur 0 sampai 14 hari. Wadah plastik berisi 250 g biji sorgum lima varietas ditetapkan kadar air yaitu 12, 14, 16, dan 18% yang diinfestasikan dengan tingkat populasi awal 0, 10, 20, dan 30 serangga uji. Setelah inkubasi 60 hari, semua unit percobaan dibongkar dan dilakukan penghitungan jumlah imago F1 dan susut bobot dihitung berdasarkan metode Adams. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara populasi awal dengan populasi akhir, populasi awal dengan susut bobot, dan populasi akhir dengan nilai susut bobot. Analisis regresi menunjukan bahwa pola pertumbuhan R. dominica berbeda antar varietas.

(58)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan beras di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan penduduk. Sihono (2012) melaporkan bahwa peningkatan jumlah penduduk terus berlangsung secara signifikan hingga mencapai 1.5% per tahun. Pada tahun 2011 kebutuhan beras Indonesia mencapai 130-140 kg/tahun/kapita sedangkan orang Asia lainnya hanya 65-70 kg/tahun/kapita (BPS 2012). Situasi ini tentu menghambat peningkatan produksi beras, sebagai alternatif dilakukan diversifikasi peningkatan produktivitas tanaman penghasil karbohidrat sebagai sumber pangan utama non beras di lahan kering.

Sorgum merupakan tanaman serealia yang memiliki kandungan gizi seperti karbohidrat, lemak, kalsium, besi, serta fosfor yang cukup tinggi sehingga tanaman sorgum layak dikembangkan di Indonesia sebagai alternatif pangan lokal selain beras. Selain dapat digunakan sebagai bahan pangan, sorgum juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri kertas, pakan ternak, media tanam jamur merang, dan bioetanol (Human 2011). Menurut Supriyanto (2012) sorgum merupakan tanaman yang memiliki adaptasi luas dan dapat tumbuh di hampir semua jenis lahan (baik subur maupun miskin), sehingga tanaman ini mampu membantu Indonesia mengatasi masalah pangan khususnya masalah kekurangan

stok beras akibat musim kemarau yang berkepanjangan.

Program peningkatan produktivitas sorgum kadangkala tidak diikuti dengan penanganan pascapanen yang baik, sehingga selama penyimpanan sering timbul kerusakan dan susut baik mutu maupun kuantitasnya. Penanganan pascapanen yang kurang baik dan lama penyimpanan dapat mempengaruhi keutuhan butir sorgum serta ketahanannya terhadap serangga. Salah satu jenis serangga hama yang banyak menimbulkan kerusakan pada penyimpanan sorgum adalah

(59)

2

gabah) dan merupakan serangga yang sebagian besar masa hidupnya (larva dan imago) menyebabkan kerusakan yang cukup tinggi. Kerugian yang ditimbulkan akibat serangan R.dominica yaitu biji yang diserang menjadi berlubang-lubang dan menghasilkan banyak debu hasil gerekan (Rivai dan Indrosancoyo 2006).

Masalah hama adalah masalah populasi. Suatu jenis serangga mulai dikategorikan sebagai hama apabila tingkat populasinya telah mencapai tingkat yang dapat merugikan secara ekonomi atau kecenderungan populasinya selalu berada pada tingkat tertentu (Harahap 2009). Pertumbuhan populasi serangga hama gudang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kelembaban udara, kadar air bahan yang disimpan, tempat penyimpanan, dan jenis bahan yang disimpan (Pabbage et al. 1990 dalam Pabbage 2005).

Kondisi penyimpanan yang baik untuk biji sorgum hampir sama dengan penyimpanan biji jagung atau gabah. Faktor kadar air, suhu, dan kelembaban merupakan 3 hal pokok yang perlu diperhatikan. Biji sorgum yang disimpan pada kadar air awal lebih kurang 13% setelah terinfeksi hama sewaktu di lapangan dan disimpan di dalam kaleng dengan tutup kurang rapat dan sering dibuka maka kerusakan yang lebih kurang 30% biji sorgum berlubang-lubang setelah disimpan selama tiga bulan dalam suhu kamar (Mas’ud 2007).

Kadar air berpengaruh terhadap kelangsungan hidup imago atau

kemampuan larva untuk menggerek masuk ke dalam biji. Kadar air menjadi faktor penting dalam penyimpanan karena tinggi rendahnya kadar air menentukan kekerasan biji sorgum yang disimpan. Oleh karena itu studi ini diperlukan untuk mengetahui kadar air yang cocok bagi biji sorgum di penyimpanan sebagai salah satu teknik pencegahan kerusakan yang disebabkan oleh R. dominica.

Tujuan Penelitian

(60)

Manfaat Penelitian

(61)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Sorgum (Sorghum bicolor (L.))

Tanaman sorgum termasuk famili Graminae atau rerumputan. Tanaman lain yang termasuk dalam famili Graminae diantaranya adalah tanaman padi, jagung, dan tebu.

Data klasifikasi tanaman sorgum: Kelas : Monocotyledon

Famili : Gramineae

Genus : Sorghum

Spesies : Sorghum bicolor (L.) Moech

Holchus sorghum (L.)

Andropogan sorghum (L.)

Sorghum vulgare (L.)

Sorgum yang dibudidayakan di Indonesia mempunyai nama ilmiah

Sorghum bicolor (L) Moech.Selain itu disetiap daerah pengembangannya sorgum dikenal dengan nama: Great Millet, Guinea Cora (Afrika Barat); Kafir Corn

(Afrika Selatan); Milo Sorgo (Amerika Serikat); Kaoliang (Cina); Durra (Sudan); Mtama (Afrika Barat); Cantel (Jawa Tengah dan Jawa Timur); Chotam (India); Jagung Cantrik (Jawa Barat) (Suprapto dan Mujidisono 1987).

Tanaman sorgum mempunyai keunggulan yang tak kalah dengan tanaman pangan lain seperti daya adaptasi luas, tahan terhadap kekeringan, dapat diratun, dan sangat cocok dikembangkan di daerah marginal. Selain budidaya yang mudah, sorgum juga mempunyai manfaat yang sangat luas antara lain untuk pakan ternak, bahan baku industri makanan dan minuman, bahan baku untuk media jamur merang (mushroom), industri alkohol, bahan baku etanol dan sebagainya (Supriyanto 2012).

Biji sorgum tergolong produk pertanian yang potensial mudah rusak apabila disimpan karena terserang hama gudang. Jenis serangga yang sering menyerang biji sorgum dalam penyimpanan adalah Sitophilus zeamais, Cryptolestes pussilus,

Gambar

Gambar 2 Penampakan fisik lima varietas sorgum yang diuji
Gambar 4   Grafik regresi hubungan antara populasi awal R. dominica dan populasi akhir pada lima varietas sorgum
Gambar 6   Grafik regresi hubungan antara populasi awal R.dominica dan  susut
Gambar 2 Penampakan fisik lima varietas sorgum yang diuji
+3

Referensi

Dokumen terkait

Titik Aries ini adalah satu titik yang berada di sepanjang ekuator langit, yaitu perpanjangan dari ekuator/khatulistiwa bumi, merupakan lingkaran besar dari Timur ke Barat –

Dengan mengucapkan alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan Kepada Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi

Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2005 menetapkan bahwa tugas TVRI adalah memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan yang sehat, kontrol dan perekat

Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi yang telah dilakukan diperoleh nilai R-square sebesar 0,274, nilai yang diperoleh memperlihatkan bahwa Gaya

minim menggunakan media pembelajaran yang bervariasi dalam mengajar. Multimedia merupakan perpaduan berbagai media berupa teks, gambar, grafik, musik, animasi, video dan

tesis ini adalah hasil kerja saya yang asli; setiap petikan, kutipan dan ilustrasi telah dinyatakan sumbernya dengan jelas; tesis ini tidak pernah dimajukan sebelum ini, dan

Hasil penelitian ini adalah adanya peningkatan keaktifan siswa pada pembelajaran matematika meliputi: (a) bertanya kepada guru tentang materi yang telah disampaikan, sebelum