• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diversity, Distribution and Key Identification of Fruit Flies (Diptera: Tephritidae) in Bogor and its Surrounding Area

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Diversity, Distribution and Key Identification of Fruit Flies (Diptera: Tephritidae) in Bogor and its Surrounding Area"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Persebaran, Keanekaragaman dan Kunci Identifikasi Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) di Kabupaten Bogor dan Sekitarnya” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Oktober 2012

(2)

 

ABSTRACT

ANIK LARASATI. Diversity, Distribution and Key Identification of Fruit Flies (Diptera: Tephritidae) in Bogor and its Surrounding Area. Supervised by PURNAMA HIDAYAT dan DAMAYANTI BUCHORI.

Fruit flies are the most important pests for many fruits and vegetables which cause quantitative and qualitative losses of production. Bogor and its surrounding area have many fruit fly host plants. The aim of this research was to investigate the diversity and distribution of fruit flies species and their hosts at Bogor and its surrounding area as well as constructing the identification key for found species. Fruit flies were collected at 119 sampling areas in Bogor and some places of Cianjur, Bekasi and Depok. Collection of samples were using 2 methods: host rearing and trapping. Modification of Lynfield trap and 2 attractants such as metil eugenol (ME) and Cue lure (CL) were used in the trapping. There were 18 species of fruit flies collected from traps and 23 host plants. Distribution, diversity and abundance of fruit flies was influenced by the diversity of host plants.

(3)

 

RINGKASAN

ANIK LARASATI. Keanekaragaman, Persebaran dan Kunci Identifikasi Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) di Kabupaten Bogor dan Sekitarnya. Dibimbing oleh PURNAMA HIDAYAT dan DAMAYANTI BUCHORI.

Lalat buah merupakan kelompok serangga yang berperan sebagai hama baik pada tanaman hortikultura dan non-holtikultura. Bogor dan beberapa wilayah di sekitarnya diketahui memiliki keanekaragaman tanaman inang yang tinggi. Informasi mengenai keanekaragaman lalat buah dan tanaman inang di wilayah ini masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, persebaran lalat buah (Diptera: Tephritidae) dan asosiasinya dengan tanaman inang serta pembuatan kunci identifikasi spesies-spesies lalat buah yang terdapat di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya .

Metode yang dilakukan dalam pengambilan sampel adalah metode pemeliharaan inang dan metode pemasangan perangkap. Perangkap yang digunakan adalah perangkap Lynfield yang dimodifikasi dengan menggunakan 2 atraktan yang berbeda yaitu, metil eugenol dan cue lure. Kerapatan pemasangan perangkap ditentukan berdasarkan radius penyebaran atraktan di lapangan. Analisis data dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan lalat buah serta asosiasi yang terjadi antara lalat buah dan inangnya.

Berdasarkan hasil pemeliharaan inang dan pemasangan perangkap, ditemukan 18 spesies lalat buah, 7 spesies diantaranya berasosiasi dengan 24 spesies inang. Dari 7 spesies yang ditemukan, diketahui bahwa B. mcgregori termasuk ke dalam kategori spesies monofag, sedangkan spesies lain seperti B. cucurbitae, B. latifrons dan B. umbrosa diketahui termasuk ke dalam kategori kelompok oligofag. Empat spesies berikutnya seperti B. carambolae, B. papayae, B. albistrigata dan B. calumniata termasuk ke dalam kategori kelompok polifag.

Berdasarkan jumlah spesies dan jumlah individu yang ditemukan pada ketinggian wilayah, tipe habitat, serta kategori lanskap yang berbeda, diketahui bahwa keberadaan inang pada suatu wilayah sangat berpengaruh terhadap keanekaragaman dan kelimpahan lalat buah. Selain keberadaan dan jumlah inang, aktifitas manusia juga diketahui berpengaruh terhadap keberadaan spesies-spesies non-dominan di suatu wilayah.

Selain berinteraksi dengan inang, lalat buah juga diketahui dapat berinteraksi dengan tanaman non-inang dan kutu-kutuan penghasil embun madu. Keberadaan tanaman non-inang dan serangga ini tentunya dapat memberikan pengaruh terhadap kestabilan keanekaragaman dan populasi lalat buah di suatu habitat.

(4)

 

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(5)

 

KEANEKARAGAMAN, PERSEBARAN DAN KUNCI

IDENTIFIKASI LALAT BUAH (DIPTERA:TEPHRITIDAE)

DI KABUPATEN BOGOR DAN SEKITARNYA

ANIK LARASATI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Entomologi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

 

(7)

  Judul Penelitian : Keanekaragaman, Persebaran dan Kunci Identifikasi

Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) di Kabupaten Bogor dan Sekitarnya

Nama Mahasiswa : Anik Larasati NRP : A351100041

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Purnama Hidayat, M.Sc. Dr. Ir. Damayanti Buchori, M.Sc. Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Mayor Entomologi Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Pudjianto, M.Si. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

(8)

 

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan kemudahan yang diberikan sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Adapun tema dari penelitian ini yaitu berkaitan dengan biodiversitas lalat buah yang diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi kegiatan pertanian di Indonesia secara umum.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing, Dr. Ir. Purnama Hidayat, M.Sc. dan Dr. Damayanti Buchori, M.Sc. atas kesabarannya dalam membimbing penulis hingga selesainya tesis ini. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu dan Ayah tercinta serta adik yang selalu memberikan motivasi serta semangat saat melakukan penelitian. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman pascasarjana program studi entomologi angkatan 2010, Bapak Sudarsono, Mbak Lia, Mbak Tuti serta rekan-rekan lainnya yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

Penulis berharap, semoga tesis ini bermanfaat bagi pembacanya.

(9)

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Manggar, Bangka Belitung pada tanggal 10 Oktober 1987 dari ayah Ir. Hermawan, M.Sc. dan Ibu Trisnasari. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara.

(10)

 

Karakter Morfologi Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) ... 3

Spesies Lalat Buah dan Persebarannya di Indonesia ... 6

Biologi ... 10

Gejala Serangan ... 12

Musuh Alami ... 12

Mekanisme Penemuan dan Asosiasi dengan Tanaman Inang ... 13

Pengaruh Faktor Abiotik: Suhu dan Kelembapan terhadap Pertumbuhan Lalat Buah ... 14

Potensi Sebaran Inang Lalat Buah pada Wilayah dengan Ketinggian Berbeda ... 15

Hubungan antara Ekologi Lanskap dan Pola Persebaran Spesies Lalat Buah ... 15

Pembuatan Kunci Identifikasi Lalat Buah ... 29

(11)

  Halaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

Hasil ... 31

Deskripsi Karakter Morfologi Lalat Buah di Kabupaten Bogor dan Sekitarnya ... 31

Persebaran Lalat Buah di Kabupaten Bogor dan Sekitarnya ... 44

Keanekaragaman Spesies dan Atraktan Lalat Buah ... 47

Spesies Lalat Buah dan Tanaman Inang ... 49

Keanekaragaman Lalat Buah pada Berbagai Habitat ... 50

Keanekaragaman Lalat Buah pada Berbagai Kategori Lanskap ... 51

Interaksi Imago Lalat Buah dan Kutuputih (Hemiptera: Aleyrodidae) serta Tanaman non-inang ... 53

Musuh Alami ... 53

Pembahasan ... 55

Persebaran Lalat Buah di Kabupaten Bogor dan Sekitarnya ... 55

Keanekaragaman Spesies dan Atraktan Lalat Buah ... 56

Spesies Lalat Buah dan Tanaman Inang ... 57

Keanekaragaman Lalat Buah pada Berbagai Habitat ... 58

Keanekaragaman Lalat Buah pada Berbagai Kategori Lanskap ... 60

Interaksi Imago Lalat Buah dan Kutuputih (Hemiptera: Aleyrodidae) serta Tanaman non-inang ... 61

(12)

 

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Spesies lalat buah dan daerah penyebarannya di Indonesia

(AQIS 2008) ... 7 Tabel 2 Lokasi administrasi serta lokasi geografi titik pengambilan

sampel ... 20 Tabel 3 Jumlah individu, kategori dominasi serta jenis atraktan

spesies lalat buah ... 48 Tabel 4 Famili dan spesies inang lalat buah yang berasosiasi

dengan spesies lalat buah di Kabupaten Bogor dan

sekitarnya ... 49 Tabel 5 Parasitoid yang muncul dari inang lalat buah pada proses

pemeliharaan inang ... 54 Tabel 6 Indeks Sorenson pada dataran rendah, dataran sedang dan

(13)

 

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Karakter morfologi lalat buah pada bagian kepala (A)

dan toraks (B) ... 4 Gambar 2 Karakter morfologi serta struktur venasi yang

terdapat pada sayap ... 5 Gambar 3 Karakter morfologi pada abdomen lalat buah ... 5 Gambar 4 Pembusukkan buah mangga akibat serangan lalat

buah ... 12 Gambar 5 Titik pengambilan sampel di Kabupaten Bogor dan

sekitarnya (119 titik pengambilan sampel) ... 19 Gambar 6 Buah jeruk (kiri) dan buah terung (kanan) yang

terserang lalat buah ... 25 Gambar 7 Sampel diletakkan di atas tanah/pasir ... 26 Gambar 8 Skema perangkap Lynfield yang dimodifikasi ... 27 Gambar 9 Koleksi spesimen lalat buah menggunakan metode

double pinning ... 28 Gambar 10 Spesimen Dacus (Callantra) longicornis Wiedemann

... 31 Gambar 11 Spesimen Bactrocera (Bulladacus) mcgregori

Bezzi ... 32 Gambar 12 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) carambolae Drew

dan Hancock ... 33 Gambar 13 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) papayae Drew

dan Hancock ... 33 Gambar 14 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) umbrosa

Fabricius ... 34 Gambar 15 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) albistrigata de

Meijere ... 35 Gambar 16 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) latifrons

Hendel ... 35 Gambar 17 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) limbifera Bezzi

... 36 Gambar 18 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) moluccensis

Perkins ... 37 Gambar 19 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) melastomatos

(14)

  Halaman Gambar 20 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) occipitalis Drew

dan Hancock ... 38 Gambar 21 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) usitata Drew dan

Hancock ... 39 Gambar 22 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) verbascifoliae

Drew dan Hancock ... 40 Gambar 23 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) caudata

Fabricius ... 40 Gambar 24 Spesimen Bactrocera (Zeugodacus) calumniata

Hardy ... 41 Gambar 25 Spesimen Bactrocera (Zeugodacus) cucurbitae

Coquillett ... 42 Gambar 26 Spesimen Bactrocera (Zeugodacus) vulta Hardy ... 43 Gambar 27 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) tau Walker ... 43 Gambar 28 Persebaran B. carambolae (A) dan B. papayae (B) di

Kabupaten Bogor dan sekitarnya ... 44 Gambar 29 Persebaran B. umbrosa (C), B. calumniata (D), B.

cucurbitae (E), B. albistrigata (F), B. caudata (G) dan B. verbascifoliae (H) di Kabupaten Bogor dan

sekitarnya ... 45 Gambar 30 Persebaran B. usitata (I), B. vulta (J), B. limbifera

(K), B. melastomatos (L), D. longicornis (M) dan B. moluccensis (N) di Kabupaten Bogor dan sekitarnya

... 46 Gambar 31 Persebaran B. tau (O), B. occipitalis (P) di Kabupaten

Bogor dan sekitarnya ... 47 Gambar 32 Persentase dan jumlah spesies lalat buah pada habitat

heterogen dan homogen di dataran tinggi (atas), dataran sedang (tengah) dan dataran rendah (bawah)

(ket: * tidak memiliki atraktan khusus) ... 51 Gambar 33 Persentase jumlah lalat buah pada kategori lanskap

perumahan, hutan, pertanaman komersil di dataran tinggi (atas), dataran sedang (tengah) dan dataran rendah (bawah) (ket: * tidak memiliki atraktan

khusus) ... 52 Gambar 34 Imago lalat buah mengambil embun madu yang

diproduksi serangga Aleyrodidae (Hemiptera) pada

daun singkong di kecamatan Kemang ... 53 Gambar 35 Skema interaksi sumber makanan dan fase lalat

(15)

  Halaman Gambar 36 Parasitoid yang muncul (kiri) dan pupa lalat buah

(16)

 

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Kunci Identifikasi dan Distribusi Lalat Buah di

Kabupaten Bogor dan sekitarnya ... 73

(17)

Latar Belakang

Lalat buah merupakan serangga anggota famili Tephritidae, ordo Diptera

yang memiliki arti penting dalam budidaya tanaman buah-buahan dan sayuran.

Keberadaan lalat buah pada tanaman buah-buahan dan sayuran merupakan

kendala agribisnis yang banyak dihadapi oleh petani (Kartini et al. 2003). Menurut Siwi (2005), tanaman yang terinfestasi lalat buah akan mengalami

penurunan kualitas berupa pembusukan buah dan penurunan kuantitas berupa

perontokkan buah muda. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh lalat buah

dapat mencapai 90% (Pusat Teknik dan Metoda Karantina Hewan dan Tumbuhan

2004). Publikasi terkait kerugian yang disebabkan oleh serangan lalat buah di

Indonesia masih sangat terbatas.

Keberadaan lalat buah di Indonesia diketahui sejak tahun 1950-an.

Beberapa survei lalat buah telah dilakukan guna mendapatkan informasi mengenai

keanekaragaman serta sebaran spesies lalat buah di Indonesia. Hardy (1975)

melaporkan, terdapat 37 spesies lalat buah yang terdapat di seluruh Indonesia.

Revisi taksonomi lalat buah yang dilakukan oleh Drew dan Hancock pada tahun

1994, menyebabkan terjadinya perubahan jumlah spesies lalat buah di Indonesia

yang didapatkan pada survei lalat buah yang dilakukan AQIS (2008) di Indonesia

menjadi 63 spesies lalat buah.

Keberadaan inang yang berperan sebagai sumber makanan merupakan

salah satu faktor penting bagi keanekaragaman spesies lalat buah di suatu wilayah

(Nishida 1980). Oleh karena itu, keberadaan inang dari lalat buah banyak

dimanfaatkan sebagai indikator keberadaan lalat buah. Beberapa daerah dengan

tipe habitat, karakter lanskap serta diketahui memiliki keanekaragaman inang

yang tinggi yang dapat mendukung keanekaragaman spesies dan tingginya

populasi lalat buah adalah Kabupaten Bogor dan daerah sekitarnya seperti Depok,

Bekasi dan Cianjur. Budidaya tanaman sayuran dan hortikultura yang umumnya

(18)

luasan yang berbeda. Sentra pertanian serta kegiatan perdagangan komoditas

buah dan sayur di kawasan ini juga dapat berpengaruh terhadap transpor pasif

bagi spesies lalat buah.

Informasi mengenai taksonomi, keanekaragaman spesies lalat buah serta

kaitannya dengan ruang lingkup ekologi dan asosiasinya dengan tanaman inang

yang ada di Kabupaten Bogor dan sekitarnya masih sangat terbatas. Duyck et al. (2004) menyatakan adanya keterbatasan informasi mengenai studi penyebaran

lalat buah di daerah tropis yang merupakan daerah endemik dari Tephritidae.

Survei lalat buah yang dilakukan di Indonesia tidak hanya memberikan informasi

taksonomi lalat buah, tetapi juga berperan sebagai sumber informasi terkait

bioekologi spesies lalat buah seperti tipe habitat, karakter lanskap serta asosiasi

dengan organisme lain dan inang. Hasil penelitian biodiversitas lalat buah juga

banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi keberadaan dan kelimpahan individu dari

spesies lalat buah penting. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber

informasi biodiversitas lalat buah di Bogor dan sekitarnya dan memberikan

informasi penunjang yang berkaitan dengan kegiatan perdagangan komoditas

pertanian serta pengendalian hama lalat buah terpadu di Kabupaten Bogor dan

sekitarnya.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, persebaran lalat

buah (Diptera: Tephritidae) dan tanaman inang yang berasosiasi serta pembuatan

kunci identikasi spesies-spesies lalat buah yang ditemukan di Kabupaten Bogor

dan sekitarnya .

Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi mengenai keanekaragaman spesies lalat buah

(Diptera: Tephritidae) serta inang yang berasosiasi di Bogor dan sekitarnya.

2. Menyediakan kunci identifikasi yang dapat digunakan secara khusus untuk

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakter Morfologi Lalat Buah (Diptera: Tephritidae)

Tubuh lalat buah terdiri dari 3 bagian utama dengan berbagai karakter

morfologi yang digunakan dalam identifikasi yaitu kepala, toraks dan abdomen.

Karakter morfologi yang terdapat pada bagian kepala adalah ptilinal fissure, bristels, antena serta spot pada frons wajah (AQIS 2008). Antena lalat buah bertipe aristat. Wajah memiliki warna yang beragam dan disertai adanya pola

pada wajah dengan bentuk dan ukuran yang beragam (White dan Harris 1992).

Karakter morfologi lalat buah pada bagian kepala dilampirkan pada Gambar 1A.

Karakter morfologi yang terdapat pada bagian toraks adalah bristles, lateral postsutural vittae,medial postsutural vittae serta beberapa embelan berupa sayap dan tungkai. bristles pada bagian toraks memiliki jumlah terbatas. Pada bagian dorsal toraks terdapat lateral postsutural vittae dengan tipe dan ukuran yang beragam. Tungkai lalat buah tidak memanjang. Tidak terdapat preapical dorsal bristles pada bagian tibia (AQIS 2008). Lalat buah memiliki tipe sayap hialin dengan panjang sayap yang beragam dengan kisaran antara 2 mm hingga 25 mm.

Beberapa spesies lalat buah diketahui memiliki pola yang berbeda pada sayap

(White dan Harris 1992). Karakter morfologi lalat buah pada bagian toraks

disajikan pada Gambar 1B. Sedangkan karakter morfologi pada sayap serta

struktur venasi sayap lalat buah ditampilkan pada Gambar 2.

Karakter morfologi yang terdapat pada bagian abdomen berupa ceromae, ovipositor pada serangga betina, aculeus pada bagian ujung ovipositor, medial longitudinal black band, transverse band dan dark fuscous lateral margin. Abdomen tidak memanjang, ovipositor serta aculeus pada betina umumnya

berkembang dengan baik serta memiliki tipe dan ukuran yang beragam. Tergum

dan sternum segmen VII pada abdomen betina tergabung menjadi satu tabung.

(20)

beragam dengan kategori tipe tertentu. Karakter morfologi pada abdomen secara

khusus pada Gambar 3.

Gambar 1 Karakter morfologi lalat buah pada bagian kepala (A) dan toraks (B) (White dan Harris 1992)

Keterangan gambar A dan B :

oc = ocellus a npl s = anterior notopleural

seta p npl s= posterior notopleural seta oc s = ocellar seta a sctl s = apical scutellar seta p spal s= posterior

supra-alar seta o vt s = inner vertical

seta a spal s=anterior supra-alar seta pprn lb= postpronotal lobe orb s = orbital setae a spr = anterior spiracle pprn s= postpronotal seta pafc = parafacial area anatg = anatergite presut area= presutural

area

ped = pedicel anepm = anepimeron presut spal s = presutural supra- alar seta poc s = postocellar seta anepst = anepisternum psctl acr s= prescutellar

acrostichal seta

pocl s = postocular setae anepst s=upper anepisternal seta

psut sct= postsutural scutum

(21)

Gambar 2 Karakter morfologi serta struktur venasi yang terdapat pada sayap (White dan Harris 1992)

Keterangan gambar 2:

Bc = basal cell cg bk = costagial break h bk = humeral break bc = basal costal C = costal Sc = sub costal st = stem vein h = humeral R = radius bm = basal medial

Gambar 3 Karakter morfologi pada abdomen lalat buah (White dan Harris 1992)

Keterangan gambar 3:

acul = aculeus ovsc = oviscape tg = tergites ev ovp sh= eversible

(22)

Terdapat 2 genus berbeda yang umum ditemukan di Asia yaitu, genus

Dacus sp. dan Bactrocera sp. Genus Dacus sp. memiliki tergum yang menyatu pada abdomen, terdapat penggentingan pada bagian antara toraks dan abdomen.

Sedangkan Bactrocera sp. memiliki tergum yang terpisah pada abdomen dan tidak terdapat penggentingan pada bagian antara abdomen dan toraks.

Spesies Lalat Buah dan Persebarannya di Indonesia

Lalat buah termasuk ke dalam ordo Diptera, famili Tephritidae yang

tersebar di berbagai wilayah di dunia, kecuali antartika. Menurut White dan

Harris (1992), lalat buah tersebar ke dalam 5 genus yang terdapat dalam famili

Tephritidae. Genus Anasthrepa spp. dan Rhagoletis spp. banyak tersebar di bagian utara dan bagian tengah benua Amerika serta Hindia Barat. Genus

Rhagoletis spp. juga diketahui tersebar di daerah sub tropis Eropa dan Amerika Utara. Genus Ceratitis spp. banyak menyerang buah-buahan dan sayuran di bagian tropis Afrika. Seperti Ceratitis, genus Dacus juga banyak tersebar di Afrika dan diketahui banyak berasosiasi dengan buah dan sayuran Cucurbitaceae.

Genus Bactrocera spp. merupakan genus yang mendominasi wilayah Asia tropis, Australia dan Pasifik Utara. Beberapa spesies juga ditemukan di Afrika, daerah

sub tropis Eropa dan Asia, Hawaii dan Suriname.

Di Indonesia, survei lalat buah banyak dilakukan untuk mengetahui

keanekaragaman spesies serta fluktuasi jumlah spesies lalat buah. Menurut Pusat

Teknik dan Metoda Karantina Tumbuhan dan Hewan (2004) survei lalat buah di

Indonesia dilakukan pertama kali oleh Hardy (1985) dan menemukan 66 spesies

laat buah. Berdasarkan sumber yang sama, Pusat Karantina Pertanian juga

melakukan survei berskala nasional pada tahun 1992 dan mendapatkan 47 spesies

lalat buah. AQIS (2008) melakukan pemantauan jumlah spesies lalat buah di

Indonesia dan mendapatkan 62 spesies lalat buah di Indonesia. Berdasarkan hasil

pemantauan tersebut, terdapat 6 spesies lalat buah yang berperan sebagai hama

penting, sedangkan beberapa spesies lainnya tidak berperan sebagai hama dan

hama level menengah. Spesies lalat buah yang ditemukan AQIS (2008) di

(23)

Tabel 1 Spesies lalat buah dan daerah penyebarannya di Indonesia (AQIS 2008)

No. Spesies Lalat Buah Daerah Persebaran Status

1. Bactrocera (Bactrocera) abdonigella (Drew)

Maluku dan Papua Barat Bukan hama

2. Bactrocera (Bactrocera) aemula (Drew)

Maluku Bukan hama

3. Bactrocera (Bactrocera) albistrigata (de meijere)

Sepanjang Asia Tenggara Hama

4. Bactrocera (Bactrocera) beckerae (Hardy)

Sulawesi, Jawa dan Sumatera

Bukan hama

5. Bactrocera (Bactrocera) bryoniae (Tryon)

Maluku Utara Bukan hama

6. Bactrocera (Bactrocera) contigua Drew

Maluku Bukan hama

7. Bactrocera (Bactrocera) curcifera Walker

Papua Barat Bukan hama

8. Bactrocera (Bactrocera) epicharis (Hardy)

Maluku Bukan hama

9. Bactrocera (Bactrocera) flavipennis (Hardy)

Sulawesi Bukan hama

10. Bactrocera (Bactrocera) frauenfeldi (Schiner)

Maluku dan Papua Barat Hama

11. Bactrocera (Bactrocera) fulvicauda (Perkins)

Papua Barat Bukan hama

12. Bactrocera (Bactrocera) impunctata (de meijere)

Jawa dan Lombok Bukan hama

13. Bactrocera (Bactrocera) lata (Perkins)

Kalimantan Barat Bukan hama

14. Bactrocera (Bactrocera) latifrons (Hendel)

Sepanjang Asia Tenggara Hama

15. Bactrocera (Bactrocera) limbifera (Bezzi)

Sepanjang Asia Tenggara Bukan hama

16. Bactrocera (Bactrocera) megaspilus (Hardy)

Sulawesi Bukan hama

17. Bactrocera (Bactrocera) mollucensis (Perkins)

Jawa, Maluku, Sulawesi dan Papua Barat

(24)

Tabel 1 lanjutan

No. Spesies Lalat Buah Daerah Persebaran Status

18. Bactrocera (Bactrocera) nigrotibialis (Perkins)

Sepanjang Asia Tenggara Bukan hama

19. Bactrocera (Bactrocera) paramusae (Drew)

Maluku dan Papua Barat Bukan hama

20. Bactrocera (Bactrocera) recurrens ( Hering)

Maluku Bukan hama

21. Bactrocera (Bactrocera) ritsemai Weyenbergh

Jawa Bukan hama

22. Bactrocera (Bactrocera) rufula (Hardy)

Jawa dan Sulawesi Bukan hama

23. Bactrocera (Bactrocera) thistletoni (Drew)

Maluku Bukan hama

24. Bactrocera (Bactrocera) trifasciata (Hardy)

Sulawesi Bukan hama

25. Bactrocera (Bactrocera) umbrosa (Fabricius)

Sepanjang Asia Tenggara Hama.

26. Bactrocera (Bactrocera) affinidorsalis (Drew & Hancock)

Sulawesi Bukan hama

27. Bactrocera (Bactrocera) bimaculata (Drew & Hancock)

Jawa dan Lombok Bukan hama

28. Bactrocera (Bactrocera)

carambolae (Drew & Hancock)

Sepanjang Asia Tenggara Hama

29. Bactrocera (Bactrocera) cibodasae (Drew & Hancock)

Jawa Bukan hama

30. Bactrocera (Bactrocera) floresiae (Drew & Hancock)

Jawa, Sulawesi, Sumatera, Flores dan Sumbawa

Bukan hama

31. Bactrocera (Bactrocera) fuscitibia (Drew & Hancock)

Kalimantan Barat, Bali, Sulawesi dan Sumatera

Bukan hama

(25)

Tabel 1 lanjutan

No. Spesies Lalat Buah Daerah Persebaran Status

34. Bactrocera (Bactrocera) merapiensis (Drew & Hancock)

Jawa dan Sumatera Bukan hama

35. Bactrocera (Bactrocera) minuscula (Drew & Hancock)

Bali Bukan hama

36. Bactrocera (Bactrocera) neocognata (Drew & Hancock)

Jawa, Kalimantan, Lombok dan Maluku

Bukan hama

37. Bactrocera (Bactrocera) occipitalis (Bezzi)

Kalimantan Hama

38. Bactrocera (Bactrocera) papayae (Drew & Hancock)

Sepanjang Asia Tenggara Hama

39. Bactrocera (Bactrocera) sembaliensis (Drew & Hancock)

Lombok, Sumbawa dan Sumatera

Bukan hama

40. Bactrocera (Bactrocera) sulawesiae (Drew & Hancock)

Sulawesi Bukan hama

41. Bactrocera (Bactrocera) sumbawaensis (Drew & Hancock)

Sumbawa dan Sumatera Bukan hama

42. Bactrocera (Bactrocera) usitata (Drew & Hancock)

Sepanjang Asia Tenggara Bukan hama

43. Bactrocera (Bactrocera) verbascifoliae (Drew & Hancock)

Sepanjang Asia Tenggara Bukan hama

44. Bactrocera (Zeugodacus) abnormis (Hardy)

Sulawesi Bukan hama

45. Bactrocera (Zeugodacus) calumniata (Hardy)

Bali, Jawa dan Sumatera Bukan hama

46. Bactrocera (Zeugodacus) caudata (Fabricius)

Sepanjang Asia Tenggara Bukan hama

47. Bactrocera (Zeugodacus) cucurbitae (Coquillett)

Sepanjang Asia Tenggara Hama

48. Bactrocera (Zeugodacus) elegantula (Hardy)

Kalimantan Bukan hama

49. Bactrocera (Zeugodacus) emittens (Walker)

(26)

Tabel 1 lanjutan

No. Spesies Lalat Buah Daerah Persebaran Status

50. Bactrocera (Zeugodacus)

Flores dan Sulawesi Bukan hama

53. Bactrocera (Zeugodacus) pseudocucurbitae (White)

Bali, Lombok dan Flores

Bukan hama

54. Bactrocera (Zeugodacus) synnephes (Hendel)

Sulawesi Bukan hama

59. Bactrocera (Sinodacus) hochii

Kalimantan Bukan hama

61. Dacus (Calantra) longicornis Drew & Hancock

Sulawesi Bukan hama

Biologi

Lalat buah memiliki metamorfosis sempurna yang terdiri dari beberapa

tahapan yaitu telur, larva, pupa dan imago. Telur berbentuk oval, berwarna putih

krem dengan ukuran yang bervariasi (White dan Harris 1992). Menurut Siwi

(2005), telur lalat buah memiliki ukuran panjang 1-1.2 mm dengan lebar  0.21

(27)

2-3 hari. Telur yang terinfestasi dalam buah dan sayuran akan menetas menjadi

larva dan berkembang menjadi 3 instar.

Menurut Siwi et al. (2006), larva lalat buah memiliki bentuk dan ukuran yang beragam tergantung dengan spesies dan jenis makanannya. Perubahan instar

larva ditandai dari perubahan ukuran larva serta perubahan warna larva.

Peningkatan instar larva akan diikuti oleh peningkatan ukuran larva. Larva pada

instar terakhir memiliki warna lebih gelap dan memiliki kemampuan

melentingkan tubuhnya untuk mencapai permukaan tanah pada saat akan berpupa.

Lama stadia larva berkisar antara 5-9 hari dengan rerata 7 hari.

Menurut White dan Harris (1992), beberapa struktur bagian tubuh larva

yang sering digunakan dalam mengidentifikasi larva lalat buah yaitu, spirakel

anterior, kait mulut, mandibel, alat perayap, lubang anal dan spirakel posterior.

Larva berbentuk silinder serta meruncing pada bagian depan (anterior). Pada

bagian belakang larva memiliki bentuk truncated type. Pupa lalat buah memiliki ukuran panjang mencapai  4.80 mm dan lebar  2 mm. Pada umumnya pupa

lalat buah berwarna kuning kecokelatan. Lama stadia pupa berkisar antara 8-12

hari. Sebagian besar spesies lalat buah membentuk puparium di dalam tanah.

Warna tubuh dan ukuran imago lalat buah sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh

faktor intrinsik serta ekstrinsik. Pada saat muncul dari pupa, imago lalat buah

membutuhkan waktu selama  5 hari untuk melakukan proses penyempurnaan

morfologi. Lama stadia imago berkisar antara 2-3 minggu. Imago betina pada

umumnya memiliki lama hidup lebih lama dibandingkan dengan imago jantan.

Seekor imago betina dapat hidup dalam rentang waktu 23-27 hari, sedangkan

lama hidup imago jantan berkisar antara 13-15 hari (Siwi 2005). Betina dapat

menghasilkan telur sebanyak 100-500 telur dalam 1 siklus hidupnya. Imago lalat

buah merupakan stadia yang paling penting dalam identifikasi. Bagian-bagian

penting yang banyak diamati dalam proses identifikasi yaitu struktur kepala

berupa antena, mata dan noda pada wajah (facial spot), struktur toraks berupa skutum dan skutellum, venasi sayap dan struktur abdomen berupa batas antar

(28)

Gejala Serangan

Serangan lalat buah dapat berupa titik berwarna coklat merupakan hasil dari

oviposisi lalat buah betina yang terdapat pada permukaan buah dan sayuran

(Ginting 2009). Telur yang terdapat pada daging buah akan berkembang menjadi

larva yang menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Larva lalat buah memakan

daging buah dan menyebabkan pembusukan buah (Gambar 4) dan perontokkan

Gambar 4 Pembusukkan buah mangga akibat serangan lalat buah

pada buah muda. Serangan lalat buah dapat menyebabkan kehilangan hasil

produksi yang berkisar antara 30-100%.

Musuh Alami

Lalat buah memiliki berbagai macam musuh alami seperi parasitoid dan

predator. Parasitoid merupakan kelompok agen hayati yang paling banyak

ditemukan berasosiasi dengan lalat buah. Kelompok parasitoid yang dapat

menyerang lalat buah umumnya berasal dari berbagai macam famili (Stibick

2004). White dan Harris (1992), menyatakan bahwa kelompok parasitoid yang

paling banyak ditemukan menyerang lalat buah berasal dari sub famili Opiinae

(Braconidae). Tingkat parasitisme yang disebabkan parasitoid ini dapat mencapai

90 %. Lalat buah memiliki berbagai stadia pradewasa yang dapat terparasit oleh

parasitoid diantaranya telur, larva dan pupa.

Organisme yang dapat menjadi predator lalat buah meliputi kelompok

vertebrata seperti burung dan tikus, serta kelompok invertebrata yang banyak

(29)

Chrysopidae, Pentatomidae. Selain serangga predator, kelompok vertebrata lain

yang berperan sebagai predator yaitu laba-laba (Salticidae). Pola penyebaran

lalat buah umumnya banyak diikuti oleh pola penyebaran musuh alaminya.

Mekanisme Penemuan dan Asosiasi dengan Tanaman Inang

Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan oleh lalat buah dalam proses

pencarian hingga pengenalan inang, diantaranya, pencarian, seleksi, penerimaan,

preferensi dan pengenalan inang. Mekanisme penemuan inang oleh lalat buah

sangat dipengaruhi oleh penampilan visual maupun senyawa kimiawi yang

dikeluarkan oleh tanaman inang. Drew et al. (2003), menyatakan bahwa sinyal berupa volatil tanaman, spektrum warna dan bentuk buah merupakan sinyal yang

dimanfaatkan oleh lalat buah dalam menemukan inangnya. Beberapa sensila yang

terdapat pada lalat buah seperti sensila gustatori dan olfaktori sangat berpengaruh

terhadap penerimaan lalat buah terhadap inang (Leal 2005).

Asosiasi lalat buah dengan buah-buahan dan sayuran merupakan suatu

peristiwa yang memiliki keterkaitan dengan aspek biologi lalat buah. Buah dan

sayuran merupakan inang yang digunakan pradewasa lalat buah sebagai tempat

tinggal dan makanan hingga menjadi lalat buah dewasa (Imago) (White dan

Harris 1992). Lalat buah betina melakukan oviposisi pada inang yang dipilih

berdasarkan faktor preferensi tertentu, seperti warna, ukuran buah serta persepsi

mengenai kandungan karbohidrat dan protein dari buah dan sayuran yang akan

diserang. Drew et al. (2003) menyatakan bahwa faktor kimia dan visual dari inang merupakan faktor penting yang bersifat atraktif bagi lalat buah.

Lalat buah umumnya bersifat polifag yang dapat berasosiasi dengan banyak

inang. Namun beberapa spesies diketahui bersifat monofag. White dan Harris

(1992) mencatat lebih dari 80 famili tanaman dapat menjadi inang bagi lalat buah,

yang terdiri dari tanaman buah-buahan, tanaman sayuran hingga tanaman bunga.

Di Indonesia, lebih dari 125 jenis tanaman inang diketahui dapat berperan sebagai

inang lalat buah (Siwi 2003).

Berdasarkan kisaran inang yang dimiliki oleh lalat buah, spesies-spesies

(30)

monofag (Bernays dan Chapman 1994). Perbedaan kisaran inang yang dimiliki

oleh spesies lalat buah dipengaruhi oleh morfologi, nutrisi, persebaran dan

kuantitas tanaman inang serta interaksi terhadap organisme serta individu lain.

Interaksi yang terjadi antara lalat buah dan inangnya juga dipengaruhi oleh proses

koevolusi yang dapat mempengaruhi perilaku serta sistem fisiologi lalat buah.

Schoonhoven et al. (2005) menyatakan bahwa, evolusi pada sistem kemosensori dapat berpengaruh terhadap sensitifitas spesies lalat buah terhadap inangnya.

Pengaruh Faktor Abiotik: Suhu dan Kelembaban terhadap Pertumbuhan Lalat Buah

Faktor abiotik umumnya berpengaruh terhadap aspek ekologi dan fisiologi

individu lalat buah, baik terhadap imago maupun stadia pradewasa lalat buah.

Beberapa faktor abiotik yang banyak dikaji dan berpengaruh terhadap individu

maupun populasi lalat buah yaitu suhu dan kelembaban.

Suhu merupakan salah satu faktor abiotik yang berpengaruh secara

signifikan terhadap aktifitas populasi pada seluruh stadia lalat buah (Peng et al. 2006). Muthuthantri (2008) menyatakan bahwa, suhu secara khusus dapat

berpengaruh terhadap lama hidup (longevity), kelangsungan hidup (survival), perkembangan gamet dan perkawinan imago. Suhu pada suatu habitat

berpengaruh terhadap aktifitas metabolisme lalat buah, peningkatan suhu dapat

menyebabkan peningkatan proses metabolisme lalat buah (Speight et al. 2005). Hal ini terbukti dengan adanya hubungan linear antara peningkatan suhu dan

perkembangan lalat buah (Liu dan Ye 2009). Selain berpengaruh positif terhadap

perkembangan lalat buah suhu juga diketahui berpengaruh positif terhadap

kelimpahan pupa serta kelimpahan imago lalat buah betina yang melakukan

oviposisi pada inangnya (Ragwanshi et al. 2012).

Suhu berkaitan dengan salah satu faktor abiotik lainnya yaitu kelembaban.

Kelembaban berperan penting pada stadia pradewasa dan imago lalat buah

(Duyck et al. 2006). Kelembapan lingkungan mempengaruhi kondisi air tubuh imago lalat buah, kelangsungan hidup dan lama stadia larva serta kesuksesan

(31)

Potensi Sebaran Inang Lalat Buah pada Wilayah dengan Ketinggian Berbeda

Perbedaan ketinggian wilayah umumnya berkaitan dengan perbedaan faktor

abiotik serta biotik (Geurts et al. 2011). Faktor abiotik yang dipengaruhi oleh perubahan ketinggian berupa suhu, kelembapan yang turut berpengaruh terhadap

keberadaan spesies serta populasi lalat buah. Israeli et al. (2005), menyatakan bahwa ketinggian juga berpengaruh terhadap jenis vegetasi serta stadia tanaman

inang lalat buah. Secara khusus, efek dari adanya perbedaan ketinggian terhadap

inang lalat buah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan morfologi, fenologi,

komposisi nutrisi, produksi senyawa kimia sekunder dan pertahanan, umur

tanaman, ketersediaan biji dan genetik tanaman (Hodkinson 2005).

Wilayah tropis umumnya memiliki faktor abiotik cukup stabil pada wilayah

dengan ketinggian yang berbeda, tanpa disertai adanya iklim ekstrim yang

umumnya banyak terjadi di daerah sub tropis. Iklim yang cukup stabil pada

wilayah dataran tinggi, sedang dan rendah di daerah tropis banyak dimanfaatkan

sebagai wilayah budidaya tanaman hortikultura. Johnson et al. (2008) menyatakan bahwa, wilayah tropis dengan kategori ketinggian yang berbeda

banyak dimanfaatkan sebagai sentra penanaman kelompok tanaman tertentu yang

dapat beradaptasi serta tumbuh pada wilayah tersebut. Wilayah dataran rendah

didominasi oleh tanaman pangan. Berbeda dengan dataran rendah, wilayah

dataran tinggi banyak dimanfaatkan sebagai sentra penanaman tanaman sayuran

atau tanaman yang dapat beradaptasi dengan suhu rendah. Sedangkan dataran

sedang memiliki keanekaragaman jenis tanaman yang tertinggi dibandingkan

dengan dataran rendah dan dataran tinggi. Perbedaan jenis vegetasi pada wilayah

dengan ketinggian berbeda tentu akan memberikan pengaruh terhadap spesies

lalat buah yang berasosiasi dengan inangnya.

Hubungan antara Ekologi Lanskap dan Pola Persebaran Spesies Lalat Buah Salah satu studi yang dapat digunakan untuk menganalisis persebaran

spesies serta kelimpahan lalat buah dan inangnya adalah ekologi lanskap.

(32)

informasi terkait ekologi dari subjek yang diamati, tetapi juga mengaitkannya

dengan kondisi geografi berupa tipe habitat dan unsur-unsur lanskap. Analisis

terhadap unsur biofisik berupa faktor abiotik dan unsur sosial ekonomi dapat

digunakan untuk menciptakan karakter lanskap yang beragam dengan pengaruh

yang berbeda terhadap subjek yang diamati (Andresen et al. 2004). Pembentukan karakter lanskap secara umum dapat membantu mempermudah analisis mengenai

keanekaragaman spesies serta kelimpahan individu di suatu wilayah (Kim dan

Pauleit 2007).

Persebaran spesies lalat buah umumnya mengikuti pola persebaran

inangnya. Keberadaan unsur-unsur lanskap seperti fragmentasi atau

penggabungan habitat dapat mempengaruhi pola persebaran serta kelimpahan

inang dan lalat buah. Keberadaan habitat heterogen dan homogen sebagai bagian

dari ekologi lanskap turut memberikan pengaruh bagi keberadaan dan kelimpahan

spesies lalat buah. Habitat heterogen memberikan ruang bagi banyak spesies

untuk hidup, berkembang biak dan membangun populasi. Fahrig et al. (2011) menyatakan bahwa, habitat heterogen dengan jumlah spesies tanaman yang lebih

beragam dapat meningkatkan biodiversitas di wilayah tersebut karena tingginya

asosiasi yang terjadi antar spesies.

Unsur sosial ekonomi berkaitan dengan aktifitas manusia pada bidang

(patch) tertentu di dalam suatu lanskap. Ginting (2009) menyatakan bahwa, keberadaan serta tingginya aktifitas manusia pada suatu wilayah dapat

mempengaruhi keberadaan spesies non dominan.

Kabupaten Bogor dan Sekitarnya

Kabupaten bogor dan sekitarnya umumnya terdiri dari berbagai wilayah

dengan kategori ketinggian yang berbeda seperti dataran rendah (29,28%), dataran

sedang (42,62%) dan dataran tinggi (19,53%) (Diskominfo Kabupaten Bogor

2012). Selain memiliki ketinggian yang berbeda, Kabupaten Bogor dan

sekitarnya juga memiliki keadaan morfologi yang beragam. Kabupaten Bogor

(33)

ekosistem yang terbentuk secara alami, maupun ekosistem homogen berupa area

budidaya tanaman hortikultura. Area budidaya tanaman hortikultura seperti

tanaman buah dan sayuran diketahui tersebar merata di seluruh kecamatan di

Kabupaten Bogor Hal ini terkait dengan letak geografisnya yang dilalui oleh

jalur pegunungan yang kaya akan sumber mata air.

(34)
(35)

BAHAN DAN METODE

Pengambilan Sampel

Area sampling pada penelitian ini adalah Kabupaten Bogor dan beberapa

wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor yaitu Depok (utara), Cianjur

(timur) dan Bekasi (timur). Berikut merupakan titik-titik pengambilan sampel di

Kabupaten Bogor dan sekitarnya yang disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Titik pengambilan sampel di Kabupaten Bogor dan sekitarnya (119

titik pengambilan sampel)

Penetapan titik sampel ditentukan berdasarkan keberadaan dan jumlah inang

di area sampling. Analisis lokasi dilakukan pada setiap titik pengambilan sampel

dengan mengamati tipe habitat, jenis vegetasi dan karakter lanskap. Lokasi

pengambilan sampel disertai dengan lokasi geografi disajikan pada tabel 2. Kab. Bogor

Bekasi

Cianjur Depok

LEGENDA : 

      Batas Kabupaten 

Sumber : 

1. Data hasil pengolahan 

2. Peta Administrasi 

Sumber :

1 Data hasil pengolahan

(36)

Tabel 2 Lokasi administrasi serta lokasi geografi titik pengambilan sampel

No. Lokasi administrasi Lokasi geografi Ketinggian

(m dpl)

1. Ds. Citapen, Kecamatan Ciawi S 06º 42,194’, E 106º 52,465’ 637

2. Ds. Citapen, Kecamatan Ciawi S 06 º 41,961’,E 106 º 52, 139’ 621

3. Ds. Banjarsari, Kecamatan Ciawi S 06 º 40,768’, E 106 º 52, 144 602

4. Ds. Banjarwangi, Kecamatan Ciawi S 06 º 40,650’ E 106 º 51,300’ 614

5. Ds. Bitungsari, Kecamatan Ciawi S 06 º 41,152’ E 106 º 50,815’ 546

6. Ds. Banjarwangi, Kecamatan Ciawi S 06 º 40,448’ E 106 º 51, 376’ 581

7. Ds. Bendungan, Kecamatan Ciawi S 06 º 39,728’ E 106 º 51,731’ 578

8. Ds. Sukamahi, Kecamatan Ciawi S 06 º 40,525’ E 106 º 52,905’ 658

9. Ds. Banjarwaru, Kecamatan Ciawi S 06 º 40,362’ E 106 º 52,232’ 629

10. Ds. Bojong, Kecamatan Kemang S 06º31,930’ E 106°45,255’ 160

11. Ds. Pondok udik, Kecamatan Kemang S 06º29,55’ E 106°43,401’ 159

12. Ds. Semplak Barat, Kecamataan Kemang S 06°32,048’ E 106°45,634’ 185

13. Ds. Sukamaju, Kecamatan Megamendung S 06 º 40,82’ E 106 º 53,73’ 715

14. Ds.Sukakarya, Kecamatan Megamendung S 06 º 40,611’ E 106 º 53,925’ 757

15. Ds.Sukakarya, Kecamatan Megamendung S 06 º 39,880’ E 106 º 52,908’ 644

16. Ds. Sukagalih, Kecamatan Megamendung S 06 º 41,924’ E 106 º 55,105’ 919

17. Ds. Sukaresmi, Kecamatan Megamendung S 06 º 41,798’ E 106 º 54,365’ 825

18. Ds. Sukaresmi, Kecamatan Megamendung S 06 º 42,507’ E 106 º 54,551’ 929

19. Ds. Cimanglid, Kecamatan Tamansari S 06 º38,399’ E 106 º 46,448’ 427

20. Ds. Tamansari, Kecamatan Tamansari S 06 º39,403’ E 106 º44,305’ 645

21. Ds. Sukajadi, Kecamatan Tamansari S 06 º39,786’ E 106 º43,771’ 718

(37)

Tabel 2 lanjutan

No. Lokasi administrasi Lokasi geografi Ketinggian

(m dpl)

23. Ds. Sukajadi, Kecamatan Tamansari S 06 º38,085’ E 106 º43,127’ 492

24. Ds. Dramaga, Kecamatan Dramaga S 06 º34,566’ E 106 º44,206’ 208

25. Ds. Petir, Kecamatan Dramaga S 06 º36,932’ E 106 º43,391’ 359

26. Kp. Situ Uncal, Kecamatan Dramaga S 06 º36,838’ E 106 º42,845’ 337

27. Ds. Purwasari, Kecamatan Dramaga S 06 º37,068’ E 106 º43,124’ 372

28. Ds. Cibereum ateng, Kecamatan Dramaga S 06 º 37,170’ E 106 º43, 632’ 364

29. Ds. Cikabayan, Kecamatan Dramaga S 06 º 33,17.16"’ E 106 º43, 34.02" 321

30. Arboretum, Kecamatan Dramaga S 06 º 33,17.16"’ E 106 º43, 34.02" 322

31. Ds. Gunung malang, Kecamatan TenjolayaS 06 º39,761’ E 106 º43,191’ 685

32. Ds. Gunung malang, Kecamatan TenjolayaS 06 º39,242’ E 106 º42,474’ 617

33. Ds. Gunung mulya, Kecamatan Tenjolaya S 06 º38,744’ E 106 º42,301’ 610

34. Ds. Cara damai, Kecamatan Tanah Sareal S 06°31,796’ E 106°46,489 179

35. Ds. Kayu manis, Kecamatan Tanah Sareal S 06°32, 337’ E 106°45,824’ 187

36. Ds. Muara sari, Kecamatan Bogor Selatan S 06°36, 372’ E 106°45, 723’ 336

37. Ds. Rancamaya, Kecamatan Bogor SelatanS 06°40’29,4’ E 106°49,52’ 481

38. Bogor Tengah, Kecamatan Bogor Tengah S 06°35,456’ E 106°47,146’ 251

39. Ds. Kebon Klapa, Kec. Bogor Tengah S 06°35, 373’ E 106°46, 923’ 226

40. CIFOR, Kecamatan Bogor Barat S 06°33,281’ E 106°45,108’ 214

41. CIFOR, Kecamatan Bogor Barat S 06°33,063’ E 106°44,937’ 194

42. Gn. Batu, Kecamatan Bogor Barat S 06°35’41,4’ E 106°46’36,8’ 267

43. BBKP Bogor, Kecamatan Bogor Timur S 06 º 36,16.80"’ E 106 º48, 17.15" 298

(38)

Tabel 2 lanjutan

No. Lokasi administrasi Lokasi geografi Ketinggian

(m dpl)

45. Ds. Cijeruk, Kecamatan Cijeruk S 06°40,894’ E 106°47,416’ 589

46. Cilebut, Kecamatan Bojong Gede S 06°31,963’ E 106°47,937’ 189

47. Kali murni, Kecamatan Bojong Gede S 06°32,053’ E 106°47,370’ 188

48. Kp. Bojong rangkas 1, Kecamatan Ciampea S 06°33,459’ E 106°41,721’ 187

49. Kp. Bojong rangkas 2, Kecamatan Ciampea S 06°33,459’ E 106°41,721’ 187

50. Ds. Ciampea, Kecamatan Ciampea S 06°33,566’ E 106°41,576’ 192

51. Parung, Kecamatan Parung S 06°25,093’ E 106°43,905’ 113

52. Kp. Jati, Kecamatan Parung S 06°25,470’ E 106°43,982’ 112

53. Ds. Lebak wangi, Kecamatan Parung S 06°26,075’ E 106°44,093’ 108

54. Ds. Pemagar sari, Kecamatan Parung S 06º25,46.18"’E 106 º43,57.80" 324

55. Ds. Pasir gaok, Kecamatan Rancabungur S 06°32,339’ E 106°43,162’ 171

56. Ds. Rancabungur, Kecamatan Rancabungur S 06°32,348’ E 106°42,464’ 175

57. Ds. Rancabungur, Kecamatan Rancabungur S 06°31,206’ E 106°41,683’ 160

58. Ds. Cibatok 1, Kecamatan Cibungbulang S 06°35,136’ E 106°39,726’ 273

59. Ds. Cibatok 2, Kecamatan Cibungbulang S 06°35,375’ E 106°39,889’ 281

60. Ds. Cibatok 2, Kecamatan Cibungbulang S 06°35,595’ E 106°39,951’ 301

61. Ds. Kampung sawah, Kecamatan Rumpin S 06°27,558’ E 106°39,107’ 102

62. Ds. Kampung sawah, Kecamatan Rumpin S 06°27,577’ E 106°38,811’ 118

63. Ds. Ciseeng, Kecamatan Ciseeng S 06°26,619’ E 106°41,771’ 130

64. Ds. Cibeuntang, Kecamatan Ciseeng S 06°27,558’ E 106°39,107’ 102

65. Ds. Citeko, Kecamatan Cisarua S 06°41,317’ E 106°56,000’ 811

66. Ds. Citeko, Kecamatan Cisarua S 06°41,150’ E 106°55,385’ 878

(39)

Tabel 2 lanjutan

No. Lokasi administrasi Lokasi geografi Ketinggian

(m dpl)

68. Ciomas, Kecamatan Ciomas S 06°36,99’ E 106°46,614’ 263

69. Perum atang sanjaya, Kecamatan Semplak S 06 º 31,31.52"’ E 106 º45, 49.44" 190

70. Atang sanjaya, Kecamatan Semplak S 06°32,048’ E 106°45,634’ 185

71. Ds. Cikeas, Kecamatan Sukaraja S 06 º 35,09.44"’ E 106 º49, 37.53" 130

72. Bukit pelangi, Kecamatan Sukaraja S 06 º 35,24.30"’ E 106 º52,48.31" 424

73. Ds. Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang S 06 º 35,28.36"’ E 106 º52,44.94" 470

74. Ds.Sumur Batu, Kec. Babakan Madang S 06 º 33,45.85"’ E 106 º52,40.88" 461

75. Ds. Cibadak, Kecamatan Sukamakmur S 06 º 34,31.14"’ E 106 º57,14.05" 459

76. Ds. Sukamakmur, Kecamatan Sukamakmur S 06 º 34,47.79"’ E 106 º58,57.08" 450

77. Ds. Sukamulya, Kecamatan Sukamakmur S 06 º 35,25.84"’ E 106 º59,08.80" 554

78. Ds. Pabuaran, Kecamatan Tanah Sareal S 06 º 35,25.84"’ E 106 º54,50.47" 355

79. Tajur Halang, Kecamatan Tajur Halang S 06°29,668’ E 106°46,111’ 183

80. Kd. Waringin, Kecamatan Tajur Halang S 06°30,965’ E 106°46,480’ 177

81. Gn. Sodong, Kecamatan Leuwisadeng S 06 º 33,26.37"’ E 106 º37,32.88" 647

82. Ds. Cikaracak, Kecamatan Leuwiliang S 06°37,1.8’ E 106°37,52.9’ 406

83. Ds. Pasir angin, Kecamatan Cileungsi S 06°22,401’ E 106°58,951’ 99

84. Ds. Burangkeng, Depok S 06°21,164’ E 107°01,295’ 195

85. Rawa Banteng, Bekasi S 06°18,931’ E 107°03,644’ 52

86. Ds. Beji, Bekasi S 06°22,293’ E 106°47,924’ 100

87. Cimahpar, Kecamatan Bogor Utara S 06º34,22.36"’ E 106 º49,20.90" 130

88. Ds. Cikarang, Kecamatan Pamijahan S 06°48,005’ E 107°12,005’ 365

89. Ds. Cimayang, Kecamatan Pamijahan S 06°37,470’ E 106°40,238’ 392

(40)

Tabel 2 lanjutan

No. Lokasi administrasi Lokasi geografi Ketinggian

(m dpl)

91. Ds. Gn. Picung, Kecamatan Pamijahan S 06°38,854’ E 106°40,223’ 510

92. Ds. Karacak, Kecamatan Leuwiliang S 06°36,503’ E 106°38,382’ 201

93. Ds. Gn. Picung, Kecamatan Panijahan S 06°39,270’ E 106°40,104’ 536

94. Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang S 06°36,503’ E 106°38,382’ 291

95. Ds. Ps. gintung, Kecamatan Nanggung S 06°34,496’ E 106°32,959’ 298

96. Ds. P. muncang,Kecamatan Nanggung S 06°35,183’ E 106°32,659’ 295

97. Cigudeg, Kecamatan Cigudeg S 06°35,183’ E 106°32,659’ 264

98. Cigudeg, Kecamatan Cigudeg S 06°33,537’ E 106°32,944’ 389

99. Ds. Jasinga, Kecamatan Jasinga S 06º27,57.80"’ E 106º28,15.84" 251

100. Ds. Jasinga 2, Kecamatan Jasinga S 06º27,19.68"’ E 106º27,39.47" 252

101. Ds. Sukajaya, Kecamatan Sukajaya S 06º21,37.52"’ E 106º31,09.87" 451

102. Ds. Sukajaya 2, Kecamatan Sukajaya S 06º21,25.65"’ E 106º31,40.87" 551

103. Ds. Argapura, Kecamatan Tenjo S 06º20,49.05"’ E 106º30,13.16" 151

104. Ds. Setu, Kecamatan Tenjo S 06º20,57.77"’ E 106º30,21.55" 196

105. Ds. Gn. Putri, Kecamatan Gn. Putri S 06°26,748’ E 106°54,617’ 139

106. Ds. Lemah udik, Kecamatan Gn. Putri S 06°26,499’ E 106°55,166’ 126

107. Ds. Cicadas, Kecamatan Gn. Putri S 06°26,499’ E 106°55,166’ 101

108. Ds. Klapanunggal, Kec. Klapanunggal S 06°26,339’ E 106°57,120’ 94

109. Ds. Jonggol, Kecamatan Jonggol S 06°27,035’ E 107°03,587’ 94

110. Ds. Jonggol, Kecamatan Jonggol S 06°28,040’ E 107°04,083’ 119

111. Ds. Sirnagalih, Kecamatan Jonggol S 06°28,487’ E 107°05,590’ 119

(41)

Tabel 2 lanjutan

No. Lokasi administrasi Lokasi geografi Ketinggian

(m dpl)

113. Ds. Cariu, Kecamatan Cariu S 06°33,696’ E 107°08,519’ 116

114. Ds. Tanjungsari, Kecamatan Tanjungsari S 06°34,650’ E 107°08,634’ 122

115. Ds. Sirnasari, Kecamatan Tanjungsari S 06°37,153’ E 107°09,438’ 182

116. Gunung sindur 1 S 06°22,857’ E 107°41,996’ 98

117. Gunung sindur 2 S 06°23,130’ E 107°40,341’ 95

118. Ds Cikarang, Kabupaten Cianjur S 06°48,005’ E 107°12,005’ 1055

119. Ds. Suka Mulya, Kabupaten Cianjur S 06°46,068’ E 107°03,384’ 1061

Waktu Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Juli 2011 hingga bulan Mei

2012.

Pemeliharaan Inang

Metode pengambilan sampel inang dilakukan dengan mengumpulkan

buah-buahan dan sayuran yang terindikasi terserang lalat buah berupa buah yang

busuk dan gugur (Gambar 6). Pengambilan inang pada area budidaya dilakukan

dengan mengambil sampel inang dengan kisaran inang 1-10 buah di empat sisi

serta bagian tengah area. Sampel inang yang didapatkan pada inang yang berbeda

Gambar 6 Buah jeruk (kiri) dan terung (kanan) yang terserang lalat buah

kemudian dibungkus dengan kertas. Buah dan sayuran yang didapatkan

(42)

yang tidak diberikan perlakuan kimia, dan kemudian ditutup dengan toples beralas

kasa dengan pori kecil (Gambar 7). Jumlah tanah yang digunakan yaitu sebanyak

1/3 volume toples. Penggunaan tanah bermanfaat sebagai media untuk

melakukan pembentukkan pupa.

Gambar 7 Sampel diletakkan di atas tanah/pasir

Toples plastik diletakkan di ruang pemeliharaan dengan temperatur yang

disesuaikan dengan suhu optimum bagi perkembangan lalat buah yaitu berkisar

antara 27-30ºC. Setelah 10-14 hari, pupa lalat buah diambil dan diletakkan di

dalam toples kemudian ditutupi dengan pasir yang telah disterilisasi. Toples yang

berisi pupa ditutup dengan kontainer plastik yang beralas kasa. Pada bagian atas

kasa diletakkan spon yang mengandung madu yang telah diencerkan. Setelah 5-7

hari imago lalat buah yang muncul dibunuh melalui proses pendinginan (Pusat

Teknik dan Metoda Karantina Hewan dan Tumbuhan, 2004). Metode

pemeliharaan pada penelitian ini dilakukan di Balai Besar Karantina Pertanian

Tanjung Priok, wilayah kerja Bogor.

Pemasangan Perangkap

Metodepemasangan perangkap dilakukan dengan menggunakan perangkap

Lynfield yang dimodifikasi dengan memanfaatkan botol mineral bekas. Bagian dinding botol mineral, dilubangi dengan diameter 5 cm. Kemudian pada bagian

dasar botol dilubangi dan digunakan untuk menggantungkan benang yang terikat

dengan kapas yang berukuran 3 cm (Gambar 8). Kapas yang digantungkan

ditetesi dengan atraktan dan pestisida dengan perbandingan 3:1. Perangkap

(43)

mendapatkan spesimen lalat buah jantan dalam keadaan kering, sehingga

spesimen tidak rusak dan mudah untuk diidentifikasi.

Perangkap Lynfield diletakkan dibawah kanopi tanaman buah dengan tinggi 1,5 m dari permukaan tanah (Hasyim et al., 2006). Perangkap diletakkan pada tempat yang terbuka, terhindar dari serangan predator serta gangguan teknis

lainnya. Atraktan yang digunakan pada perangkap yaitu metil eugenol(ME)dan

cue lure (CL). 2 atraktan yang digunakan ini berupa paraferomon yang digunakan untuk menarik lalat buah jantan dengan genus yang berbeda (Epsky

dan Heath 1997).

Jumlah perangkap yang dipasang serta jarak antar perangkap berkaitan

dengan keberadaan serta kuantitas inang lalat buah di lapangan yang digunakan

sebagai dasar penggolongan tipe area sampling. Tipe area sampling lalat buah

Gambar 8 Skema perangkap Lynfield yang dimodifikasi

terbagi menjadi habitat homogen dan habitat heterogen yang memiliki ketentuan

jumlah pemasangan perangkap yang berbeda. Habitat homogen merupakan area

yang diketahui terdapat budidaya tanaman hortikultura, sedangkan habitat

heterogen merupakan area yang diketahui terdapat berbagai macam jenis inang

lalat buah. Berdasarkan tipe atraktan yang digunakan yaitu ME dan CL (IAEA

Lubang

berdiameter 3 Kawat

Kapas dan

(44)

2003), maka jarak perangkap yang diletakkan di lapangan berkisar antara 0.25-1

km/perangkap. Sedangkan jarak antar perangkap dengan atraktan yang berbeda

adalah 1 m (Shelly et al. 2004). Spesimen yang didapatkan kemudian dibawa ke Laboratorium Biosistematika Serangga, Institut Pertanian Bogor untuk dikoleksi

dan diidentifikasi.

Pemetaan Lokasi Sampling

Lokasi pengambilan sampel dari kedua metode dipetakan dengan

menggunakan GPS (General Positioning System) dan disajikan dengan menggunakan program ArcGIS (General Information System).

Identifikasi dan Koleksi

Imago lalat buah yang muncul pada metode pemeliharaan inang dan imago

jantan yang didapatkan pada metode pemasangan perangkap dikoleksi dengan

menggunakan balok poliporus, mikropin (15 mm) dan makropin (39 mm) dengan

tipe 2 tahap penusukan (double pinning) (Gullan dan Cranston 2010). Mikropin yang digunakan ditusukkan pada bagian toraks yang kemudian ditusukkan

kembali pada balok poliporus (Gambar 9). Imago yang muncul pada metode

Gambar 9 Koleksi spesimen lalat buah menggunakan metode double pinning

pemeliharaan dan Imago jantan yang didapatkan pada metode pemasangan

perangkap diidentifikasi dengan menggunakan CABI (2007), identifikasi AQIS

(45)

buah seperti venasi sayap, spot pada wajah, lateral postsutural vittae pada toraks, warna skutum dan skutelum, jumlah seta pada skutelum, lebar medial longitudinal dark band dan lateral band pada abdomen serta tipe dan panjang ovipositor pada serangga betina.

Pembuatan Kunci Identifikasi Lalat Buah

Pembuatan kunci identifikasi lalat buah diawali dengan membuat matriks

karakter dengan format tabulasi dari seluruh spesies lalat buah yang ditemukan.

Karakter yang berbeda pada 1 bagian morfologi lalat buah digunakan untuk

membuat kaplet dikotomus. Karakter yang berbeda pada lalat buah dapat

ditemukan pada lateral postsutural vittae, warna skutum, spot pada wajah, venasi pada sayap, warna tungkai, tipe aculeus pada ovipositor, panjang ovipositor,

warna dan pola yang terdapat pada abdomen. Kaplet dikotomus yang terdapat

pada kunci identifikasi digunakan untuk membandingkan 2 karakter yang

berbeda. Karakter morfologi yang bersifat spesifik digunakan untuk merujuk

masing-masing spesies lalat buah. Kunci identifikasi dibuat dengan format teks

dan format elektronik dengan memanfaatkan software LUCID Phoenix.

Analisis Data

Data yang didapatkan digunakan untuk menganalisis variabel sebagai

berikut :

1. Analisis asosiasi inang dan spesies lalat buah

2. Hubungan antara jenis atraktan terhadap keanekaragaman dan kelimpahan

individu

3. Hubungan antara ketinggian wilayah, tipe habitat dan karakter lanskap

terhadap keanekaragaman dan kelimpahan lalat buah

4. Perbandingan kemiripan keanekaragaman secara kuantitatif (Indeks

(46)

Indeks Sorrenson (data kuantitatif) (Magurran 1988) :

Cn = 2jN/(aN+bN) Dimana, aN= jumlah individu di lokasi a

bN= jumlah individu di lokasi b

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Deskripsi Karakter Morfologi Lalat Buah di Kabupaten Bogor dan Sekitarnya

Lalat buah yang ditemukan di Kabupaten Bogor dan sekitarnya berjumlah

18 spesies yang terdiri dari 2 genus yaitu Dacus dan Bactrocera serta 4 subgenus yaitu Callantra, Bactrocera, Zeugodacus dan Bulladacus.

1. Dacus (Callantra) longicornis Wiedemann

Genus Dacus memiliki karakter morfologi yang spesifik yaitu terdapat penggentingan pada abdomen dan merupakan genus dengan ukuran tubuh lebih

besar dari genus lalat buah lainnya (Gambar 10). Wajah berwarna kuning pucat

Gambar 10 Spesimen Dacus (Callantra) longicornis Wiedemann

dengan sepasang spot bulat pada wajah dengan ukuran medium. Postpronotal lobe berwarna kuning, notopleura kuning, skutum berwarna cokelat-merah, skutelum berwarna kuning, serta tidak memiliki lateral dan medial postsutural yellow vittae. Terdapat segitiga berwarna kuning yang terletak batas anterior dari mesonotal suture. Costal band pada sayap overlapping terhadap R4+5, terga

(48)

2. Bactrocera (Bulladacus) mcgregori Bezzi

Spesies lalat buah yang termasuk ke dalam subgenus Bulladacus umumnya tidak memiliki ceromae pada abdomen (Gambar 11). Spesies ini merupakan

spesies lalat buah yang berukuran kecil. Wajah berwarna kuning pucat tanpa

spot. Terdapat lateral postsutural vittae pada toraks. Skutum berwarna

Gambar 11 Spesimen Bactrocera (Bulladacus) mcgregori Bezzi

cokelat, sedangkan skutelum berwarna kuning. Costal band pada sayap melewati R2+3. Abdomen didominasi oleh warna oranye serta tidak terdapat medial

longitudinal dark band dan lateral dark band. Tungkai umumnya disominasi oleh warna kuning pucat.

3. Bactrocera (Bactrocera) carambolae Drew dan Hancock

Spesies ini memiliki wajah berwarna kuning pucat serta terdapat sepasang

spot oval hitam berukuran medium (Gambar 12). Skutum didominasi oleh

warna hitam disertai dengan warna cokelat yang terdapat pada bagian belakang

lateral postsutural vittae, sekitar mesonotal suture dan di dalam postpronotal lobes. Terdapat lateral postsutural vittae dengan tipe paralel hingga sub paralel berukuran medium hingga lebar. Skutum pada didominasi oleh warna hitam dan

(49)

Gambar 12 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) carambolae Drew dan Hancock

medial longitudinal dark band melebar. Sudut anterolateral pada terga ke IV berbentuk persegi. Terdapat sepasang ceromae dengan warna cerah.

4. Bactrocera (Bactrocera) papayae Drew dan Hancock

Spesies ini memiliki warna wajah kuning pucat dengan sepasang spot oval

hitam berukuran besar (Gambar 13). Terdapat lateral postsutural vittae pada

Gambar 13 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) papayae Drew dan Hancock

toraks dengan tipe paralel atau sub paralel yang berukuran medium hingga lebar.

Lateral postsutural vittae berakhir pada atau melewati seta intra alar. Skutum didominasi oleh warna hitam dengan warna cokelat tua pada bagian belakang

(50)

dengan medial longitudinal dark band yang menyempit dan sudut anterolateral pada terga IV yang berbentuk segitiga.

5. Bactrocera (Bactrocera) umbrosa Fabricius

Spesies ini merupakan spesies lalat buah berukuran besar (Gambar 14).

Wajah berwarna kuning pucat dengan sepasang spot bulat berukuran medium.

Skutum didominasi oleh warna hitam, kecuali pada area sepanjang bagian pinggir

lateral dan mesonotal suture yang memiliki warna coklat. Terdapat lateral postsutural vittae yang lebar dan memanjang hingga mencapai atau melewati seta

Gambar 14 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) umbrosa Fabricius

intra alar. Skutelum berwarna kuning. Warna tungkai didominasi oleh warna kuning pucat. Costal band pada sayap sejajar dengan R4+5, disertai dengan

adanya 3 pita tambahan yang melintang dari costal sayap menuju bagian bawah sayap. Abdomen berwarna cokelat-oranye dan terdapat medial longitudinal dark band yang terbentang dari terga III hingga terga V. Pada terga V, terdapat sepasang ceromae yang berwarna cokelat-oranye cerah.

6. Bactrocera (Bactrocera) albistrigata de Meijere

Spesies ini merupakan spesies lalat buah berukuran medium (Gambar 15).

Wajah berwarna kuning pucat, dengan sepasang spot bulat atau oval berwarna

(51)

Skutelum berwarna kuning. Warna costal band pada sayap sangat pucat. Terdapat 2 pita tambahan yang melintang dari costal sayap menuju bagian

Gambar 15 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) albistrigata de Meijere

bawah sayap. Terdapat medial longitudinal dark band yang melebar dari terga III hingga terga V. Lateral dark marking pada bagian lateral abdomen sangat tebal. Tungkai didominasi oleh warna kuning pucat.

7. Bactrocera (Bactrocera) latifrons Hendel

Spesies ini memiliki wajah berwarna kuning pucat, disertai dengan adanya

sepasang spot bulat hitam berukuran medium (Gambar 16). Skutum didominasi

Gambar 16 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) latifrons Hendel

oleh warna hitam. Terdapat lateral postsutural vittae dengan tipe paralel yang

(52)

Abdomen didominasi oleh warna cokelat-oranye tanpa disertai dengan adanya

pola apapun. Aculeus pada ovipositor betina bertipe trilobe atau menyerupai tombak.

8. Bactrocera (Bactrocera) limbifera Bezzi

Spesies ini merupakan spesies lalat buah yang memiliki ukuran besar

(Gambar 17). Wajah berwarna kuning pucat disertai dengan adanya sepasang

spot oval hitam yang berukuran medium. Warna skutum didominasi oleh warna

Gambar 17 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) limbifera Bezzi

hitam. Postpronotal lobes berwarna kuning. Terdapat lateral postsutural vittae yang bertipe paralel atau subparalel yang memanjang mencapai seta intra alar. Costal band pada sayap berwarna hitam tebal dan lebar hingga sejajar dengan R4+5. Abdomen berwarna cokelat-oranye disertai dengan adanya pola “T”.

Medial longitudinal dark band dan transversal dark band yang terdapat pada abdomen berukuran lebar. Ujung femur pada tungkai hingga tibia memiliki warna

gelap hingga hitam.

9. Bactrocera (Bactrocera) moluccensis Perkins

Spesies ini merupakan spesies berukuran besar (Gambar 18). Wajah

(53)

Gambar 18 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) moluccensis Perkins

medium. Skutum berwarna merah-cokelat dengan spot berwarna kuning pucat

diantara postpronotal lobe dan notopleura. Terdapat garis sempit berwarna kuning pucat yang melintang secara lateral dan medial. Lateral postsutural vittae lebar yang bertipe paralel atau subparalel yang memanjang hingga seta intra alar. Skutelum berwarna kuning. Tungkai berwarna berwarna kuning pucat. Costal band pada sayap melewati R2+3. Abdomen berwarna kuning pucat disertai

dengan adanya pola “T” yang terdapat pada terga III hingga V. Terdapat

sepasang ceromae yang berwarna kuning pucat pada terga V. Sterna abdomen

berwarna gelap.

10. Bactrocera (Bactrocera) melastomatos Drew dan Hancock

Spesies ini merupakan spesies berukuran besar. Wajah berwarna kuning

pucat dengan sepasang spot oval hitam berukuran besar (Gambar 19). Skutum

didominasi oleh warna hitam dan memiliki postpronotal lobes berwarna kuning. Skutelum berwarna kuning. Lateral postsutural vittae berukuran sempit hingga medium yang memanjang dan berakhir sebelum seta intra alar. Seluruh tibia pada tungkai berwarna gelap dan femur berwarna kuning pucat. Costal band pada sayap melewati R2+3 dan memanjang hingga ujung R4+5. Cubital streak sempit

(54)

Gambar 19 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) melastomatos Drew dan Hancock

longitudinal dark band yang memiliki lebar medium, lateral margin yang lebar dan berwarna gelap. Terdapat sepasang ceromae dengan warna gelap pada terga

ke V. Sterna abdomen berwarna gelap.

11. Bactrocera (Bactrocera) occipitalis Drew dan Hancock

Wajah berwarna kuning pucat disertai dengan adanya sepasang spot oval

hitam yang berukuran besar (Gambar 20). Skutum didominasi oleh warna hitam.

Gambar 20 Spesimen Bactrocera (Bactrocera) occipitalis Drew dan Hancock

Postpronotal lobes berwarna kuning. Lateral postsutural vittae bertipe paralel atau sub paralel dengan ukuran medium hingga lebar yang memanjang hingga

Gambar

Gambar 5  Titik pengambilan sampel di Kabupaten Bogor dan sekitarnya (119
Tabel  2  Lokasi administrasi serta lokasi geografi titik pengambilan sampel
Tabel  2  lanjutan
Tabel  2  lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada akhir periode (bulan ke 36), goncangan kredit perbankan sebesar 1 persen direspon oleh penurunan 0,96 persen harga riil komoditas, kenaikan pertumbuhan produksi industri

Lahan yang sesuai untuk pertanian tanaman pangan lahan kering tersebar hampir di seluruh kabupaten Padang Lawas Utara yang terletak di sebagian wilayah Kecamatan

Dengan ini kami sampaikan laporan akhir Dana Bantuan PAUD Pasca Bencana Tahun 2013 kepada Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Jenderal PAUD

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan liganberpengaruh nyata pada serapan tajuk Kemudian, dilanjutkan pengujian lebih lanjut dengan menggunakan uji BNJ 5%, dan

Mencegah terjadinnya penindasan yang berlanjut atas hak asasi manusia Ketetapan dan ketegasan yang terdapat di Statuta Roma 1998 Menyebutkan bahwa Mahkamah Pidana

Tubuh memiliki mekanisme proteksi untuk menetralkan radikal bebas yang terbentuk, antara lain dengan adanya enzim-enzim superoksida dismutase (SOD), katalase,

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul “Analisis Pendapatan

Judul karya tugas akhir ini adalah “Bentuk Lego Minifigur dalam Kriya Keramik”. Karya yang diwujudkan mengacu pada bentuk lego minifigur yang dicermati dari segi