• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran fitonematoda terhadap kejadian penyakit layu tanaman pisang (Musa spp)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran fitonematoda terhadap kejadian penyakit layu tanaman pisang (Musa spp)"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN FITONEMATODA TERHADAP KEJADIAN

PENYAKIT LAYU TANAMAN PISANG (Musa spp.)

Ade Mulyawan

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PERAN FITONEMATODA TERHADAP KEJADIAN

PENYAKIT LAYU TANAMAN PISANG (Musa spp.)

Ade Mulyawan

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

ADE MULYAWAN. Peran Fitonematoda Terhadap Kejadian Penyakit Layu Tanaman Pisang (Musa spp.). Dibimbing oleh SUPRAMANA.

Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang memiliki nilai ekonomi dan kandungan gizi yang tinggi, terutama pada buahnya. Fitonematoda merupakan salah satu patogen penting pada tanaman pisang yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi pisang. Fitonematoda dapat berperan sebagai patogen yang menyebabkan kerusakan langsung atau tidak langsung pada tanaman pisang. Penelitian ini bertujuan memberikan informasi tentang peran fitonematoda terhadap kejadian penyakit layu tanaman pisang (Musa spp.). Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel dari enam lokasi kebun pisang di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sampel yang diamati berupa akar dan tanah pada kedalaman 15-50 cm dari atas permukaan tanah, diambil tiga pasang tanaman pisang layu-sehat dari tiap lokasi kebun. Penelitian dilanjutkan dengan pengamatan yang dilakukan di Laboratorium Nematologi, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Berdasarkan hasil penelitian, fitonematoda yang ditemukan pada tanaman pisang di Kabupaten Bogor adalah Helicotylenchus sp., Pratylenchus sp.,

(4)

PERAN FITONEMATODA TERHADAP KEJADIAN

PENYAKIT LAYU TANAMAN PISANG (Musa spp.)

Ade Mulyawan

A34062818

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

(5)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : PERAN FITONEMATODA TERHADAP KEJADIAN

PENYAKIT LAYU TANAMAN PISANG (Musa spp)

Nama Mahasiswa : Ade Mulyawan

NRP : A34062818

Disetujui

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Supramana, M.Si.

19620618 198911 1 001

Diketahui

Ketua Departemen

Dr. Ir. Dadang, M.Sc.

19640204 199002 1 002

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat, 27 Mei 1988 dari Ayah Sahali dan Ibu Sugiartati. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Babakan, Cirebon, Jawa Barat. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai Mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah menjadi asisten praktikum di salah satu MK. Program Keahlian Perkebunan Kelapa Sawit pada tahun ajaran 2009-2010. Penulis juga aktif di berbagai Kelembagaan Mahasiswa baik yang terdapat di IPB maupun di luar IPB di antaranya Lembaga Studi Islam Fakultas Pertanian (ELSIFA) sebagai Ketua pada tahun 2007-2008, Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) sebagai Staf Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia pada tahun 2007-2008, Badan Kerohanian Islam Mahasiswa IPB (BKIM IPB) sebagai Ketua Umum pada tahun 2008-2009, Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus Nasional (BKLDK Nasional) sebagai Koordinator Wilayah Priangan Barat dan Jakarta Raya pada tahun 2008-2009, dan Organik Farming Club sebagai Manager Pemasaran pada tahun 2009-2010.

Penulis pernah tergabung dalam kepanitian kegiatan berskala IPB dan Nasional di antaranya Seminar Ekonomi Islam sebagai Koordinator Acara, Studi Mengenal Permasalahan Pertanian Proteksi Tanaman (Smart PTN) sebagai Koordinator Acara, dan Kongres Mahasiswa Islam Indonesia sebagai Panitia Pengarah. Pelatihan yang pernah diikuti antara lain Motivasi Achievement Leadership Training, Managemen and Leadership Training, Basic Islamic Leadership Training, dan Umat Terbaik Hidup Berkah.

(7)

PRAKATA

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, atas karunia dan nikmat yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarganya yang beriman, para sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa istiqamah di jalannya hingga akhir zaman.

Skripsi “Peran Fitonematoda Terhadap Kejadian Penyakit Layu Tanaman Pisang (Musa spp.)” merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Departemen Proteksi Tanaman IPB. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel di enam lokasi Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilanjutkan dengan pengamatan yang dilakukan di Laboratorium Nematologi, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor, selama Maret-Juli 2010.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Supramana, M.Si. dan Ibu Dr. Ir. Nina Maryana, M.Si. atas bimbingan beliau dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga berterimakasih kepada Ayah dan Ibu atas dukungan yang luar biasa kepada penulis untuk dapat menyelesaikan studi dengan baik di IPB, serta kepada rekan-rekan yang memberikan inspirasi dan pengalaman menarik kepada penulis selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan masukan dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat di kemudian hari.

Bogor, Februari 2011

(8)

DAFTAR ISI

Fitonematoda pada Tanaman Pisang ... 4

Radopholus sp. ... 4

Pratylenchus sp. ... 5

Helicotylenchus sp. ... 5

Meliodogyne sp. ... 6

Gejala Penyakit oleh Fitonematoda pada Tanaman Pisang ... 6

Interaksi Fitonematoda dengan Patogen Penyebab Penyakit Layu pada Tanaman Pisang ... 7

Fitonematoda pada Tanaman Pisang di Kabupaten Bogor ... 10

Peran Fitonematoda pada Tanaman Pisang di Kabupaten Bogor ... 15

(9)

Kesimpulan... 18

Saran ... 18

DAFTAR PUSTAKA ... 19

(10)

DAFTAR TABEL

No Halaman

Teks

1 Rata-rata jumlah tiap jenis fitonematoda pada seluruh sampel akar dan tanah tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi kebun pisang Kabupaten Bogor ... 11

2 Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi

kebun pisang Kabupaten Bogor... 13

3 Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel tanah tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi

kebun pisang Kabupaten Bogor... 13

4 Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah tiap jenis fitonematoda pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi

kebun pisang Kabupaten Bogor... 15

5 Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah tiap jenis fitonematoda pada sampel tanah tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

Teks

1 Nematoda Helicotylenchus sp. yang ditemukan pada ekstraksi akar tanaman pisang di Kabupaten Bogor : seluruh tubuh (A), bagian

anterior (B) dan posterior (C) ... 10

2 Nematoda Pratylenchus sp. yang ditemukan pada ekstraksi akar tanaman pisang di Kabupaten Bogor : seluruh tubuh (A), bagian

anterior (B) dan posterior (C) ... 10

3 Nematoda Radopholus sp. yang ditemukan pada ekstraksi akar tanaman pisang di Kabupaten Bogor : seluruh tubuh (A), bagian

anterior (B) dan posterior (C) ... 11

4 Nematoda Meloidogyne sp. yang ditemukan pada ekstraksi akar tanaman pisang di Kabupaten Bogor : seluruh tubuh (A), bagian

anterior (B) dan posterior (C) ... 11

5 Penyakit layu pada tanaman pisang yang diduga disebabkan oleh

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

Teks

1 Rincian hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis

fitonematoda pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi kebun pisang Kabupaten Bogor ... 21

2 Rincian hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis

fitonematoda pada sampel tanah tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi kebun pisang Kabupaten Bogor ... 23

3 Rincian Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah tiap jenis fitonematoda pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi kebun pisang Kabupaten Bogor ... 25

4 Rincian Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah tiap jenis fitonematoda pada sampel tanah tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi kebun pisang Kabupaten Bogor ... 26

5 Penyakit layu pada tanaman pisang yang diduga disebabkan oleh

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan Asia

Tenggara (termasuk Indonesia), kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar),

Amerika Selatan dan Tengah (Satuhu & Supriyadi 1992). Hampir di setiap tempat

dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusat produksi pisang di Jawa

Barat, di antaranya adalah Cianjur, Sukabumi, dan Cirebon, dengan total luas area

tanam mencapai 15,4 ribu ha pada tahun 2003 (Redaksi Agromedia 2009).

Pisang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Saat ini, komoditas pisang

sudah dikembangkan dalam skala usaha. Indonesia termasuk salah satu negara

tropis yang memasok pisang segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura,

Arab, Australia, Belanda, Amerika Serikat dan Perancis. Nilai ekspor pisang

menempati nomor pertama untuk jenis buah-buahan pada tahun 2004 (Redaksi

Agromedia 2009).

Serangan hama dan patogen menurunkan kualitas dan kuantitas produksi

pisang. Beberapa penyakit penting pada tanaman pisang yang berpotensi

menimbulkan kerusakan yang besar adalah penyakit layu fusarium, layu bakteri

(penyakit darah), sigatoga, CMV (Cucumber Mosaic Virus), dan penyakit virus

bunchy top (penyakit virus kerdil). Selain itu, terdapat pula penyakit layu yang

disebabkan oleh fitonematoda. Kehilangan hasil akibat infeksi fitonematoda di

seluruh dunia dapat mencapai US$ 80 milyar per tahun (Price 2000 dalam

Mustika 2005).

Fitonematoda atau nematoda parasit tumbuhan merupakan salah satu

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) penting yang menyerang berbagai jenis

tanaman budidaya. Jenis fitonematoda Helicotylenchus sp., Pratylenchus sp.,

Meloidogyne sp., dan Radopholus sp. merupakan fitonematoda penting pada

tanaman pisang. Menurut Luc et al. (1995) fitonematoda tersebut sudah

ditemukan pada seluruh area perkebunan pisang di daerah tropis.

Fitonematoda dapat berperan sebagai patogen yang bersifat langsung atau

(14)

patogen bersifat langsung apabila jumlah fitonematoda memenuhi ambang

kerusakan untuk dapat menimbulkan kerusakan langsung pada tanaman. Salah

satu contoh di antaranya adalah merusak sel-sel akar tanaman pisang, sehingga

pada intensitas infeksi yang tinggi, fitonematoda dapat mengganggu berdiri

tegaknya batang dan merobohkan tanaman pisang. Peran sebagai patogen bersifat

tidak langsung dikarenakan interaksi antara fitonematoda dengan patogen lain

pada tanaman. Fitonematoda meningkatkan keparahan penyakit yang disebabkan

oleh patogen lain yang menginfeksi tanaman (Khan 1993).

Tujuan Penelitian

Mengetahui peran fitonematoda terhadap kejadian penyakit layu tanaman

pisang (Musa spp.) berdasarkan jumlah yang ditemukan dan perbandingan jumlah

fitonematoda antara tanaman pisang layu dengan tanaman pisang sehat.

Manfaat Penelitian

Mendapatkan informasi tentang peran fitonematoda terhadap kejadian

penyakit layu tanaman pisang (Musa spp.). Informasi ini dapat dijadikan sebagai

rujukan awal dalam menentukan pengendalian yang tepat bagi penyakit layu

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat Tumbuh Tanaman Pisang

Tanaman pisang tumbuh subur di daerah tropis dataran rendah yang curah

hujannya lebih dari 1250 mm per tahun dan rata-rata suhu minimum 150C

(Simmonds 1966; Stover & Simmonds 1987 dalam Luc et al. 1995). Tanaman

pisang menghendaki tanah yang subur. Jenis tanah yang disukai tanaman pisang

adalah tanah liat yang mengandung kapur atau tanah alluvial dengan pH antara

4,5-7,5 (Satuhu & Supriyadi 1992; Ashari 1995).

Sistem Perakaran Tanaman Pisang

Tanaman pisang berakar rimpang dan tidak mempunyai akar tunggang.

Akar berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak berada di bawah tanah. Akar

ini tumbuh menuju bawah sampai kedalaman 75-150 cm. sedang akar yang berada

di bagian samping umbi batang tumbuh ke samping atau mendatar, dalam

perkembangannya akar samping bisa mencapai 4-5 m (Satuhu & Supriyadi 1992).

Berkurangnya sistem akar akan menghambat perkembangan bunga, hal

tersebut terjadi apabila umur tanaman pisang semakin tua, atau akibat infeksi

patogen pada akar (Lavigne 1987 dalam Luc et al. 1995).

Sistem Bercocok Tanam Pisang

Proses budidaya tanaman pisang dilakukan melalui beberapa tahapan, antara

lain pemilihan dan penyediaan bibit, pembuatan lubang tanam, dan penanaman.

Menurut Satuhu dan Supriyadi (1992), pada tahapan perawatan, tanah di sekitar

pohon pisang harus dibersihkan dari rumput pengganggu (gulma), sekaligus

digemburkan dengan menggunakan cangkul kecil (koret). Penggemburan tanah

tidak boleh terlalu dalam karena perakaran pisang dangkal. Pembumbunan dapat

dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah agar perakaran dan tunas

(16)

Penyakit Layu Tanaman Pisang

Penyakit layu pada tanaman pisang di antaranya adalah penyakit layu

fusarium. Layu fusarium pada tanaman pisang, yang sering juga disebut penyakit

panama, dianggap sebagai penyakit yang paling penting pada tanaman pisang di

seluruh dunia. Bahkan penyakit ini termasuk kelompok penyakit yang paling

merugikan di tropis. Penyakit ini mengakibatkan produktivitas tanaman pisang di

Indonesia menurun, sehingga berpengaruh terhadap nilai ekspor buah pisang

(Redaksi Agromedia 2009).

Selain itu, penyakit layu yang disebabkan oleh fitonematoda dapat

menimbulkan kerusakan yang besar, karena menyebabkan tumbangnya tanaman

pisang. Kehilangan hasil akibat infeksi fitonematoda di seluruh dunia dapat

mencapai US$ 80 milyar per tahun (Price 2000 dalam Mustika 2005).

Fitonematoda pada Tanaman Pisang

Menurut Luc et al. (1995), belum ditemukan varietas tanaman pisang yang

dilaporkan tahan terhadap infeksi fitonematoda. Jenis fitonematoda

Helicotylenchus sp., Pratylenchus sp., Meloidogyne sp., dan Radopholus sp.

merupakan fitonematoda penting pada tanaman pisang. Fitonematoda tersebut

sudah ditemukan pada seluruh area perkebunan pisang di daerah tropis.

Radopholus sp.

Radopholus termasuk ke dalam Ordo Tylenchida, Subordo Tylenchina,

Superfamili Tylenchoidea, Famili Pratylenchidae, Subfamili Radopholinae

(Dropkin 1991).

Menurut O’banon (1977) daerah infeksi R. similis pada tanaman pisang sudah menyebar ke seluruh dunia, dan dilaporkan menyebabkan kehilangan

produktivitas pisang sebesar 12,5 ton per ha.

R. similis merupakan spesies nematoda endoparasit berpindah dan mampu

menyelesaikan daur hidupnya di dalam jaringan korteks akar (Luc et al. 1995).

Nematoda ini disebut “nematoda penggugus” sehubungan dengan aktivitas gerak

dan kemampuannya merusak sel jaringan akar. Baik larva maupun nematoda

(17)

sel-sel jaringan akar rusak berat (Dropkin 1991). Nematoda jantan secara

morfologi mengalami degenerasi (tidak mempunyai stilet) dan mungkin tidak

bersifat parasitik (Luc et al. 1995).

Pratylenchus sp.

Pratylenchus termasuk ke dalam Ordo Tylenchida, Subordo Tylenchina,

Superfamili Tylenchoidea, Famili Pratylenchidae, Subfamili Pratylenchinae

(Dropkin 1991).

Pratylenchus sp adalah nematoda endoprasit berpindah, mempunyai kisaran

inang yang luas. Larva stadia kedua keluar dari telur dan tersebar pada tanah dan

akar (Dropkin 1991). Nematoda parasit tersebut baik jantan maupun betina serta

larvanya, semua invasif. Daur hidupnya berlangsung di dalam jaringan akar (Luc

et al. 1995).

Menurut Pinochet (1978 dalam Luc et al. 1995) setelah nematoda masuk ke

dalam jaringan akar, nematoda bergerak di antara dan di dalam sel, menempati

posisi pararel terhadap stele. Nematoda tersebut memakan sitoplasma sel dan

membentuk rongga yang menyatu. Berlawanan dengan nematoda lain

Pratylenchus spp. berkembang biak lebih baik di dalam akar tanaman yang

pertumbuhannya tidak baik (Dropkin 1991).

Helicotylenchus sp.

Helicotylenchus termasuk ke dalam Ordo Tylenchida, Subordo Tylenchina,

Superfamili Tylenchoidea, Famili Hoplolaimidae, Subfamili Rotylenchinae

(Dropkin 1991).

Menurut Luc et al. (1995) Helicotylenchus merupakan nematoda

endoparasit yang mampu menyelesaikan hidupnya di dalam bagian jaringan

korteks tanaman. Helicotylenchus sp. tersebar luas dan sangat banyak terdapat

pada tanaman pisang. Fitonematoda tersebut sering dipandang sebagai nematoda

parasitik utama pada tanaman pisang di daerah yang keadaan lingkungannya

(18)

Meliodogyne sp.

Meloidogyne termasuk ke dalam Ordo Tylenchida, Subordo Tylenchina,

Superfamili Heteroderoidea, Famili Meloidogynidae (Dropkin 1991).

Distribusi nematoda puru akar sangat luas, dapat menyerang banyak

tanaman yang mempunyai nilai ekonomi penting. Paling sedikit terdapat empat

spesies dari nematoda tersebut yang telah diidentifikasi terdapat pada tanaman

pisang (Musa spp.). Spesies nematoda tersebut ialah Meloidogyne incognita, M.

arenaria, M. javanica, dan M. hapla (Luc et al. 1995).

Menurut Dropkin (1991) Meloidogyne merupakan parasit obligat yang

memiliki daerah penyebaran yang luas, baik di daerah iklim tropis maupun iklim

sedang. Nematoda betina bersifat endoparasit menetap di dalam akar.

Gejala Penyakit oleh Fitonematoda pada Tanaman Pisang

Menurut Agios (1996) gejala infeksi fitonematoda pada bagian tumbuhan di

atas tanah tidak memiliki ciri khas yang dapat membedakannya dari gejala

kekurangan hara, gejalanya yakni pertumbuhan tanaman terhambat, warna daun

menguning, mudah layu dan akhirnya tanaman mati.

Menurut Dropkin (1991) infeksi yang disebabkan oleh Radopholus sp. dapat

menyebabkan batang tanaman pisang mudah roboh, hal tersebut juga dapat

disebabkan oleh Pratylenchus sp. dan Helicotylenchus sp. pada infeksi yang tinggi

(Luc et al. 1995).

Gejala khas penyakit yang disebabkan Meliodogyne sp. ialah timbulnya

puru pada akar primer dan sekunder, kadang-kadang menyebabkan akar

bercabang dua atau mengalami distorsi. Infeksi menyebabkan produktivitas

tanaman berkurang drastis.

Menurut penelitian Barekye et al.(2000), tingkat keparahan penyakit pisang

yang diinokulasi oleh R. simillis, tidak menunjukkan perbedaan nyata

dibandingkan inokulasi campuran dengan Helicotylenchus sp. Demikian juga

sebaliknya, tingkat keparahan penyakit pisang yang diinokulasi oleh

Helicotylenchus sp. tidak menunjukkan perbedaan nyata dibandingkan inokulasi

(19)

Interaksi Fitonematoda dengan Patogen Penyebab Penyakit Layu pada Tanaman Pisang

Fitonematoda bukanlah satu-satunya mikroorganisme yang hidup dalam

rizosfir tanah. Selain fitonematoda terdapat pula mikroorganisme lain yang

memiliki peran berbeda, di antaranya sebagai predator atau parasit bagi

mikroorganisme yang lain, saprofit, dan sebagai patogen pada tanaman. Interaksi

yang terjadi antara mikroorganisme tersebut pun beragam (Abawi & Chen 1998).

Patogen pada tanaman yang diketahui berinteraksi dengan fitonematoda

adalah virus, bakteri, dan fungi. Interaksi dapat meningkatkan keparahan penyakit

(Khan 1993).

Fusarium oxysporum f.sp cubense menyebabkan timbulnya penyakit

penting pada pisang yang disebut layu panama (Panama Wilt). Infeksi Fusarium

spp. pada tanaman yang telah terinfeksi fitonematoda meningkatkan kelayuan

pada tanaman dan meningkatkan rata-rata kematian pada tanaman.Walaupun

demikian, siklus hidup fitonematoda bukanlah aspek utama dalam invasi

(20)

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel pada enam lokasi kebun

pisang di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yaitu Jl. Babakan Raya 4, Jl. Meranti

Kampus IPB Dramaga, Babakan Lebak-Kampus IPB Dramaga, Pasir Kuda,

Ciapus, dan Lowa. Penelitian dilanjutkan dengan pengamatan yang dilakukan di

Laboratorium Nematologi, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian

Bogor. Penelitian dilakukan dari Maret-Juli 2010.

Metode Penelitian Pengambilan Sampel Tanaman

Tiap lokasi kebun diambil tiga pasang sampel tanaman pisang layu dan

sehat yang berasal dari varietas sama. Pengambilan sampel didasarkan atas gejala

layu dan penampakan tanaman sehat pada seluruh fase pertumbuhan tanaman

pisang . Jarak antara pasang tanaman pisang layu dan sehat ± 3 m. Sampel berupa

akar dan tanah yang diambil pada jarak ± 1 m dari pangkal batang dan pada

kedalaman 15-50 cm dari atas permukaan tanah.

Pengamatan di Laboratorium

Pengamatan di laboratorium bertujuan untuk mengetahui jenis dan jumlah

fitonematoda yang menginfeksi pisang. Pengamatan dilakukan terhadap hasil

ekstraksi akar dan tanah pada tanaman pisang layu dan sehat.

Proses ekstraksi akar tanaman pisang dimulai dengan cara memotong akar

dengan ukuran ± 2 cm, akar ditimbang dengan berat 10 g, kemudian diletakkan

kedalam wadah yang telah dilapisi tisu dan diberikan label. Akar dimasukkan ke

dalam alat pengabut selama 7 hari. Setelah 7 hari, didapatkan suspensi

fitonematoda. Suspensi fitonematoda tersebut dipanen dan disaring dengan

saringan 500 mesh. Selanjutnya, suspensi fitonematoda tersebut dimasukkan ke

dalam botol film, kemudian diteteskan formalin sebanyak 1 ml dan diberikan

(21)

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop stereo dengan perbesaran

40 kali, dan mikroskop cahaya dengan perbesaran 40-400 kali. Identifikasi

fitonematoda dilakukan dengan menggunakan buku A Compilation Of Drawings

Of The Most Important Plant Parasitic Nematodes yang ditulis J.J S’Jacob.

Proses ekstraksi tanah di sekitar perakaran tanaman pisang dimulai dengan

menimbang 50 g tanah. Tanah tersebut diekstrak dengan Metode Corong

Baermann yang dimodifikasi yakni tanah diletakkan di atas tisu dan saringan

kemudian dibiarkan tergenang pada wadah yang telah diisi air dan diberikan label.

Dengan proses tersebut diharapkan fitonematoda yang terdapat pada pori-pori

tanah bergerak turun menuju air dalam wadah. Setelah didapatkan suspensi

fitonematoda, dilakukan pengamatan terhadap jumlah dan jenis fitonematoda.

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop stereo dengan perbesaran

40 kali, dan mikroskop cahaya dengan perbesaran 40-400 kali. Identifikasi

fitonematoda dilakukan dengan menggunakan buku A Compilation Of Drawings

Of The Most Important Plant Parasitic Nematodes yang ditulis J.J S’Jacob.

Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis nonparametrik, dengan

menggunakan Uji Mann-Whitney U untuk pengujian dua sampel independen.

Tujuan dari analisis ini adalah mengetahui beda nyata jumlah fitonematoda antara

tanaman pisang layu dengan tanaman pisang sehat di lokasi kebun pengambilan

sampel. Digunakan analisis nonparametrik karena sampel yang digunakan dalam

penelitian terbatas, yakni hanya tiga pasang sampel per lokasi kebun pengamatan.

Data diolah dengan software SPSS versi 6.0. Hasil olahan data berupa nilai

Asymp. Sig. Nilai tersebut dibandingkan dengan taraf kepercayaan (α) 5 % untuk

(22)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fitonematoda pada Tanaman Pisang di Kabupaten Bogor

Berdasarkan hasil pengamatan, fitonematoda yang ditemukan pada sampel

tanaman pisang layu dan sehat adalah Helicotylenchus sp. (Gambar 1),

Pratylenchus sp. (Gambar 2), Radopholus sp. (Gambar 3), dan Meloidogyne sp.

(Gambar 4). Hal ini sesuai dengan pendapat Luc et al. (1995) yang menyatakan di

daerah tropis tidak terdapat daerah perkebunan pisang yang belum terinfeksi

Helicotylenchus sp., Pratylenchus sp., Meloidogyne sp., dan Radopholus sp.

50 µ

A C

25 µ

B

25 µ

Gambar 1 Nematoda Helicotylenchus sp. yang ditemukan pada ekstraksi akar tanaman pisang di Kabupaten Bogor : seluruh tubuh (A), bagian anterior (B) dan posterior (C)

A

B

C

50 µ 25 µ

25 µ

(23)

25 µ

Gambar 3 Nematoda Radopholus sp. yang ditemukan pada ekstraksi akar tanaman pisang di Kabupaten Bogor : seluruh tubuh (A), bagian anterior (B) dan posterior (C)

Gambar 4 Nematoda Meloidogyne sp. yang ditemukan pada ekstraksi akar tanaman pisang di Kabupaten Bogor : seluruh tubuh (A), bagian anterior (B) dan posterior (C)

Berikut adalah rata-rata jumlah tiap jenis fitonematoda pada seluruh lokasi

pengambilan sampel akar dan tanah.

Tabel 1 Rata-rata jumlah tiap jenis fitonematoda pada seluruh sampel akar dan tanah tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi kebun pisang Kabupaten Bogor

Jenis fitonematoda

Jumlah rata-rata fitonematoda ± S.D

Akar Tanah

Pisang layu Pisang sehat Pisang layu Pisang sehat

Helicotylenchus sp. 13,27 ± 19,17 35,22 ± 58,51 0,5 ± 0,61 0,39 ± 0,77

Pratylenchus sp. 14,27 ± 17,40 23,27 ± 30,80 0,17 ± 0,38 0,28 ± 0,57

Meloidogyne sp. 34,44 ± 60,18 41,61 ± 56,90 10,78 ± 9,0 3,72 ± 2,80

(24)

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui jumlah fitonematoda pada sampel tanah

lebih sedikit dibandingkan dengan sampel akar tanaman pisang. Hal ini dapat

terjadi karena umumnya fitonematoda yang ditemukan di tanah (juga di akar

tanaman pisang) merupakan jenis fitonematoda yang bersifat endoparasit

berpindah. Selain itu, faktor perbedaan lingkungan antara tanah dan akar

berpotensi memberikan pengaruh terhadap jumlah yang berbeda. Menurut Luc et

al. (1995), R. simillis, Pratylenchus sp., Helicotylenchus sp. merupakan

fitonematoda endoparasit berpindah yang mampu menyelesaikan siklus hidupnya

di dalam akar.

Selain itu, terdapat perbedaan rata-rata jumlah fitonematoda yang ditemukan

pada sampel akar tanaman pisang layu dan sehat. Seluruh lokasi menunjukkan

rata-rata jumlah fitonematoda pada tanaman pisang sehat lebih besar

dibandingkan dengan jumlah fitonematoda pada tanaman pisang layu.

Tabel 1 juga secara umum menunjukkan nilai standar deviasi yang lebih

besar dari rata-rata jumlah fitonematoda. Hal tersebut menjelaskan terdapat

keragaman jumlah fitonematoda diantara lokasi kebun pengambilan sampel

tanaman pisang. Keragaman kemungkinan dipengaruhi oleh faktor biotik dan

abiotik yang berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya.

Data jumlah fitonematoda pada tanaman pisang layu dan sehat, dapat

digunakan untuk mengetahui peran fitonematoda dalam menyebabkan penyakit

layu tanaman pisang. Data tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan Uji

Mann-Whitney U untuk mengetahui beda nyata jumlah fitonematoda antara

tanaman pisang layu dengan tanaman pisang sehat di lokasi kebun pengambilan

sampel.

Hasil uji yang menyatakan terdapat beda nyata jumlah fitonematoda antara

tanaman pisang layu dengan tanaman pisang sehat, mengindikasikan peran

fitonematoda sebagai patogen bersifat langsung dalam menyebabkan penyakit

layu tanaman pisang. Akan tetapi, perlu diteliti lebih lanjut apakah jumlah

fitonematoda pada tanaman pisang layu sudah memenuhi ambang kerusakan

(25)

Sementara itu, hasil uji yang menyatakan tidak ada beda nyata jumlah

fitonematoda antara tanaman pisang layu dengan tanaman pisang sehat,

menjelaskan peran fitonematoda sebagai patogen yang bersifat tidak langsung

dalam menyebabkan penyakit layu tanaman pisang.

Berikut adalah hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis

fitonematoda antara tanaman pisang layu dengan tanaman pisang sehat pada tiap

lokasi pengambilan sampel (Tabel 2-3). Rincian mengenai hasil uji pada tiap

lokasi pengambilan sampel akar dan tanah disajikan dalam lampiran 1-2.

Tabel 2 Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi kebun pisang Kabupaten Bogor

Lokasi Fitonematoda pada tanaman pisang

layu-sehat

*) Jumlah seluruh jenis fitonematoda pada akar tanaman pisang layu tidak berbeda nyata dengan

jumlah fitonematoda pada akar tanaman pisang sehat (α = 5%)

**) Jumlah seluruh jenis fitonematoda pada akar tanaman pisang layu berbeda nyata dengan

jumlah fitonematoda pada akar tanaman pisang sehat (α = 5%)

Tabel 3 Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel tanah tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi kebun pisang Kabupaten Bogor

Lokasi Fitonematoda pada tanaman pisang

layu-sehat

*) Jumlah seluruh jenis fitonematoda pada tanah tanaman pisang layu tidak berbeda nyata dengan

(26)

Berdasarkan hasil Uji Mann-Whitney U (pada α = 5%, dengan H0: tidak ada

beda nyata jumlah fitonematoda antara tanaman pisang layu dengan tanaman

pisang sehat, H1: terdapat beda nyata jumlah fitonematoda antara tanaman pisang

layu dengan tanaman pisang sehat) pada sampel akar (Tabel 2) diketahui bahwa

pada lokasi 1, 5, dan 6 tidak ditemukan perbedaan secara nyata jumlah

fitonematoda antara tanaman pisang layu dengan tanaman pisang sehat. Hal ini

diketahui dari nilai hasil uji yang lebih besar dari α = 5%. Kesimpulannya adalah

menerima H0. Sementara itu pada lokasi 2, 3, dan 4 terdapat perbedaan secara

nyata jumlah fitonematoda antara tanaman pisang layu dengan tanaman pisang

sehat. Hal ini diketahui dari nilai hasil uji yang lebih kecil dari α = 5 %.

Kesimpulannya uji adalah menolak H0.

Pengujian yang sama juga dilakukan pada sampel tanah tanaman pisang

layu dengan pisang sehat (H0: tidak ada beda nyata jumlah fitonematoda antara

tanaman pisang layu dengan tanaman pisang sehat, H1: terdapat beda nyata

jumlah fitonematoda antara tanaman pisang layu dengan tanaman pisang sehat).

Hasil uji menunjukkan bahwa pada semua lokasi tidak ditemukan perbedaan

secara nyata jumlah fitonematoda antara tanaman pisang layu dengan tanaman

pisang sehat (Tabel 3).

Peran spesifik jenis fitonematoda terhadap penyakit layu tanaman pisang,

dapat diketahui dengan Uji Beda Nyata tiap jenis fitonematoda yang terdapat pada

sampel tanaman pisang layu dan pisang sehat di seluruh lokasi pengambilan

sampel.

Berikut ini adalah hasil Uji Beda Nyata jumlah tiap jenis fitonematoda

antara tanaman pisang layu dengan tanaman pisang sehat di seluruh lokasi

pengambilan sampel (Tabel 4-5). Rincian mengenai hasil uji pada sampel akar

(27)

Tabel 4 Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah tiap jenis fitonematoda pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi kebun pisang Kabupaten Bogor

*) Jumlah jenis fitonematoda pada akar tanaman pisang layu tidak berbeda nyata dengan jumlah jenis fitonematoda pada akar tanaman pisang sehat (α = 5%)

Tabel 5 Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah tiap jenis fitonematoda pada sampel tanah tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi kebun pisang Kabupaten Bogor

*) Jumlah jenis fitonematoda pada tanah tanaman pisang layu tidak berbeda nyata dengan jumlah jenis fitonematoda pada tanah tanaman pisang sehat (α = 5%)

**) Jumlah jenis fitonematoda pada tanah tanaman pisang layu berbeda nyata dengan jumlah jenis

fitonematoda pada tanah tanaman pisang sehat (α = 5%)

Berdasarkan hasil Uji Mann-Whitney U (pada α = 5% H0: tidak ada beda

nyata jumlah jenis fitonematoda antara tanaman pisang layu dengan tanaman

pisang sehat, H1: terdapat beda nyata jumlah jenis fitonematoda antara tanaman

pisang layu dengan tanaman pisang sehat) pada sampel akar didapatkan hasil uji

tidak terdapat perbedaan secara nyata seluruh jenis jumlah fitonematoda antara

tanaman pisang layu dengan tanaman pisang sehat (Tabel 4). Sementara itu, pada

sampel tanah dengan uji yang sama diketahui hanya jumlah Meloidogyne sp. yang

berbeda secara nyata antara tanaman pisang layu dengan tanaman pisang sehat

(Tabel 5).

Peran Fitonematoda pada Tanaman Pisang di Kabupaten Bogor

Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata jumlah seluruh fitonematoda pada

(28)

mencapai ambang kerusakan langsung pada tanaman pisang. Menurut Luc et al.

(1995), potensi kerugian akibat kerusakan langsung oleh fitonematoda terjadi

apabila jumlah fitonematoda mencapai lebih dari 2000 ekor per 100 g akar.

Jumlah tersebut berlaku untuk semua kultivar. Oleh karena itu, hal tersebut patut

menjadi pertimbangan dalam aspek pengendalian.

Selain itu, hasil uji secara umum menunjukkan tidak terdapat perbedaan

secara nyata jumlah fitonematoda antara tanaman pisang layu dengan tanaman

pisang sehat. Jika fitonematoda berperan sebagai patogen yang bersifat langsung

dalam menyebabkan penyakit layu tanaman pisang, seharusnya terdapat

perbedaan secara nyata terhadap jumlah fitonematoda antara tanaman pisang layu

dengan tanaman pisang sehat. Dengan kata lain, jumlah fitonematoda pada

tanaman pisang layu jauh lebih besar daripada jumlah fitonematoda pada tanaman

pisang sehat. Hal tersebut menjelaskan peran fitonematoda sebagai patogen yang

bersifat tidak langsung, dalam menyebabkan penyakit layu tanaman pisang.

Peran fitonematoda sebagai patogen tidak langsung terjadi karena interaksi

antara fitonematoda dengan patogen lain pada tanaman. Patogen pada tanaman

yang diketahui berinteraksi dengan fitonematoda adalah virus, bakteri, dan fungi.

Interaksi fitonematoda dengan patogen lain menyebabkan pengaruh gangguan

fisiologi yang berbeda jika dibandingkan dengan infeksi fitonematoda tanpa

interaksi. Interaksi dapat meningkatkan keparahan penyakit (Khan 1993).

Kerusakan yang ditimbulkan oleh fitonematoda, walaupun dengan jumlah yang

belum memenuhi ambang kerusakan langsung, menyebabkan pelukaan pada akar

tanaman pisang, sehingga mempermudah patogen lain untuk menginfeksi dan

memperparah kejadian penyakit layu tanaman pisang (Dropkin 1991; Luc et al.

1995). Menurut McSorley dan Parrado (1986), infeksi Helicotylenchus sp.

menyebabkan lesio pada akar yang mungkin dapat menjadi tempat kolonisasi

Fusarium, Rhizoctonia, dan Cylindrocarpon.

Terkait dengan hal itu, berdasarkan pengamatan di lapangan, tanaman

sampel memiliki gejala layu yang diduga disebabkan oleh F. oxysporum f.

cubense dan Pseudomonas solanacearum (Lampiran 5). Menurut Semangun

(29)

kuning tua, lalu menjadi coklat dan mengering. Tangkai daun patah di sekeliling

batang.

Gambar 5 Penyakit layu pada tanaman pisang yang diduga disebabkan oleh

Fusarium oxysporum f.sp cubense

Fitonematoda merupakan faktor penting bagi penyebaran dan kejadian

penyakit layu yang disebabkan oleh F. oxysporum f.sp cubense. Infeksi Fusarium

spp. pada tanaman yang sebelumnya telah terinfeksi fitonematoda meningkatkan

kelayuan dan rata-rata kematian pada tanaman, walaupun siklus hidup

fitonematoda bukanlah aspek utama dalam invasi Fusarium spp. (Khan 1993).

Menurut Susetyo (2010), patogen menginfeksi tanaman pisang melalui luka pada

akar, kemudian menyebar ke jaringan tanaman. Keberadaan R. similis, membantu

patogen mampu mencapai stele dan menyebabkan akar menderita kekurangan zat

makanan (Dropkin 1991). Selain R. similis, fitonematoda lain yang berinteraksi

dengan F. oxysporum dan dilaporkan menyebabkan kerugian besar adalah

(30)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, fitonematoda yang ditemukan pada tanaman

pisang di Kabupaten Bogor adalah Helicotylenchus sp., Pratylenchus sp.,

Meloidogyne sp., dan Radopholus sp. Fitonematoda tersebut berperan sebagai

patogen yang bersifat tidak langsung dalam menyebabkan penyakit layu tanaman

pisang. Fitonematoda meningkatkan keparahan penyakit yang disebabkan oleh

patogen lain. Hal tersebut diketahui dari jumlah fitonematoda yang ditemukan

pada tiap lokasi rata-rata kurang dari 2000 ekor per 100 g akar. Jumlah tersebut

belum mencapai ambang kerusakan untuk menyebabkan kerusakan langsung pada

tanaman pisang. Selain itu, hasil uji secara umum menunjukkan tidak ada beda

nyata jumlah fitonematoda antara tanaman pisang layu dengan tanaman pisang

sehat pada sampel akar dan tanah.

Saran

Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor

biotik-abiotik terhadap jumlah fitonematoda dan interaksi fitonematoda dengan patogen

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Abawi GS, Chen J. 1998. Concomitant pathogen and pest interaction. Agronomy Monograph 36:135-157.

Agrios GN. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Ed ke-3. Busnia M, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Plant Pathology.

Ashari S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Barekye A, Kashaija IN, Tushemereirewe WK, Adipala E. 2000. Comparison of damage levels caused by Radopholus similis and Helicotylenchus multicinctus on bananas in uganda. Ann. Appl. Biol 137:273-278.

Dropkin HV. 1991. Pengantar Nematology Tumbuhan. Ed ke-2. Supratoyo, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari:

Introduction to Plant Nematology.

Khan MW. 1993. Nematoda Interaction. London: Chapman and Hall.

Luc M, Sikora RA, Bridge J. 1995. Nematoda Parasitik Tumbuhan di Pertanian Subtropik dan Tropik. Supratoyo, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agiculture.

McSorley R, Parrado JL. 1986. Helicotylenchus multicincus on banans: an international problem. Nematropica 16: 1

Mustika Ika, 2005. Konsepsi dan strategi pengendalian nematoda parasit tanaman perkebunan di Indonesia. Perspektif 1: 20-32.

O’Bannon JH. 1977. Worldwide dissemination of Radopholus similis and Its importance in crop production 1. Journal of Nematology 9:1.

Redaksi Agromedia. 2009. Budidaya Tanaman Buah Unggul Indonesia. Tanggerang: Agromedia Pustaka.

S’Jacob JJ. A Compilation of Drawings of The Most Important Plant Parasitic Nematodes. Netherlands: International Agriculture Centre

Satuhu, Supriyadi. 1992. Berkebun Pisang. Jakarta: Penebar Swadaya.

Semangun H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Ed ke-4. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

(32)
(33)

Lampiran 1 Rincian hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi kebun pisang Kabupaten Bogor

a. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi 1

Fitonematoda pada tanaman pisang

b. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi 2

Fitonematoda pada tanaman pisang

layu-c. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi 3

(34)

layu-d. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi 4

Fitonematoda pada tanaman pisang layu-sehat

Mann-Whitney U 46.000

Wilcoxon W 151.000

Z -2.197

Asymp. Sig. (2-tailed) .028

e. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi 5

Fitonematoda pada tanaman pisang layu-sehat

Mann-Whitney U 57.500

Wilcoxon W 112.500

Z -.166

Asymp. Sig. (2-tailed) .868

f. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi 6

Fitonematoda pada tanaman pisang layu-sehat

Mann-Whitney U 46.000

Wilcoxon W 91.000

Z -.848

(35)

Lampiran 2 Rincian hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel tanah tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi kebun pisang Kabupaten Bogor

a. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel tanah tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi 1

Fitonematoda pada tanaman pisang

layu-b. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel tanah tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi 2

Fitonematoda pada tanaman pisang

layu-c. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel tanah tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi 3

(36)

layu-d. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel tanah tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi 4

Fitonematoda pada tanaman pisang layu-sehat

Mann-Whitney U 112.500

Wilcoxon W 232.500

Z .000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

e. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel tanah tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi 5

Fitonematoda pada tanaman pisang layu-sehat

Mann-Whitney U 97.000

Wilcoxon W 217.000

Z -.746

Asymp. Sig. (2-tailed) .455

f. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel tanah tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi 6

Fitonematoda pada tanaman pisang layu-sehat

Mann-Whitney U 104.000

Wilcoxon W 224.000

Z -.435

(37)

Lampiran 3 Rincian hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah tiap jenis fitonematoda pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi kebun pisang Kabupaten Bogor

a. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap populasi Helicotylenchus sp. pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat di seluruh lokasi

Jumlah Helicotylenchus sp.

Mann-Whitney U 72.000

Wilcoxon W 163.000

Z -.643

Asymp. Sig. (2-tailed) .520

b. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap populasi Pratylenchus sp.pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat di seluruh lokasi

Jumlah Pratylenchus sp.

Mann-Whitney U 147.000

Wilcoxon W 318.000

Z -.198

Asymp. Sig. (2-tailed) .843

c. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap populasi Meloidogyne sp. pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat di seluruh lokasi

Jumlah Meloidogyne sp.

Mann-Whitney U 125.500

Wilcoxon W 296.500

Z -.908

Asymp. Sig. (2-tailed) .364

d. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap populasi Radopholus sp. pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat di seluruh lokasi

Jumlah Radopholus sp.

Mann-Whitney U 128.500

Wilcoxon W 281.500

Z -.275

(38)

Lampiran 4 Rincian hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah tiap jenis fitonematoda pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi kebun pisang Kabupaten Bogor

a. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap populasi Helicotylenchus sp.pada sampel tanah tanaman pisang layu-sehat di seluruh lokasi

Jumlah Helicotylenchus sp.

Mann-Whitney U 137.000

Wilcoxon W 308.000

Z -.938

Asymp. Sig. (2-tailed) .348

b. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap populasi Pratylenchus sp.pada sampel tanah tanaman pisang layu-sehat di seluruh lokasi

Jumlah Pratylenchus sp.

Mann-Whitney U 151.500

Wilcoxon W 322.500

Z -.483

Asymp. Sig. (2-tailed) .629

c. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap populasi Meloidogyne sp.pada sampel tanah tanaman pisang layu-sehat di seluruh lokasi

Jumlah Meloidogyne sp.

Mann-Whitney U 59.000

Wilcoxon W 230.000

Z -3.284

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

d. Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap populasi Radopholus sp.pada sampel tanah tanaman pisang layu-sehat di seluruh lokasi

Jumlah Radopholus sp.

Mann-Whitney U 154.000

Wilcoxon W 325.000

Z -.421

(39)

Lampiran 5 Penyakit layu pada tanaman pisang yang diduga disebabkan oleh

(40)

PERAN FITONEMATODA TERHADAP KEJADIAN

PENYAKIT LAYU TANAMAN PISANG (Musa spp.)

Ade Mulyawan

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

(41)

ABSTRAK

ADE MULYAWAN. Peran Fitonematoda Terhadap Kejadian Penyakit Layu Tanaman Pisang (Musa spp.). Dibimbing oleh SUPRAMANA.

Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang memiliki nilai ekonomi dan kandungan gizi yang tinggi, terutama pada buahnya. Fitonematoda merupakan salah satu patogen penting pada tanaman pisang yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi pisang. Fitonematoda dapat berperan sebagai patogen yang menyebabkan kerusakan langsung atau tidak langsung pada tanaman pisang. Penelitian ini bertujuan memberikan informasi tentang peran fitonematoda terhadap kejadian penyakit layu tanaman pisang (Musa spp.). Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel dari enam lokasi kebun pisang di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sampel yang diamati berupa akar dan tanah pada kedalaman 15-50 cm dari atas permukaan tanah, diambil tiga pasang tanaman pisang layu-sehat dari tiap lokasi kebun. Penelitian dilanjutkan dengan pengamatan yang dilakukan di Laboratorium Nematologi, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Berdasarkan hasil penelitian, fitonematoda yang ditemukan pada tanaman pisang di Kabupaten Bogor adalah Helicotylenchus sp., Pratylenchus sp.,

(42)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan Asia

Tenggara (termasuk Indonesia), kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar),

Amerika Selatan dan Tengah (Satuhu & Supriyadi 1992). Hampir di setiap tempat

dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusat produksi pisang di Jawa

Barat, di antaranya adalah Cianjur, Sukabumi, dan Cirebon, dengan total luas area

tanam mencapai 15,4 ribu ha pada tahun 2003 (Redaksi Agromedia 2009).

Pisang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Saat ini, komoditas pisang

sudah dikembangkan dalam skala usaha. Indonesia termasuk salah satu negara

tropis yang memasok pisang segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura,

Arab, Australia, Belanda, Amerika Serikat dan Perancis. Nilai ekspor pisang

menempati nomor pertama untuk jenis buah-buahan pada tahun 2004 (Redaksi

Agromedia 2009).

Serangan hama dan patogen menurunkan kualitas dan kuantitas produksi

pisang. Beberapa penyakit penting pada tanaman pisang yang berpotensi

menimbulkan kerusakan yang besar adalah penyakit layu fusarium, layu bakteri

(penyakit darah), sigatoga, CMV (Cucumber Mosaic Virus), dan penyakit virus

bunchy top (penyakit virus kerdil). Selain itu, terdapat pula penyakit layu yang

disebabkan oleh fitonematoda. Kehilangan hasil akibat infeksi fitonematoda di

seluruh dunia dapat mencapai US$ 80 milyar per tahun (Price 2000 dalam

Mustika 2005).

Fitonematoda atau nematoda parasit tumbuhan merupakan salah satu

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) penting yang menyerang berbagai jenis

tanaman budidaya. Jenis fitonematoda Helicotylenchus sp., Pratylenchus sp.,

Meloidogyne sp., dan Radopholus sp. merupakan fitonematoda penting pada

tanaman pisang. Menurut Luc et al. (1995) fitonematoda tersebut sudah

ditemukan pada seluruh area perkebunan pisang di daerah tropis.

Fitonematoda dapat berperan sebagai patogen yang bersifat langsung atau

(43)

patogen bersifat langsung apabila jumlah fitonematoda memenuhi ambang

kerusakan untuk dapat menimbulkan kerusakan langsung pada tanaman. Salah

satu contoh di antaranya adalah merusak sel-sel akar tanaman pisang, sehingga

pada intensitas infeksi yang tinggi, fitonematoda dapat mengganggu berdiri

tegaknya batang dan merobohkan tanaman pisang. Peran sebagai patogen bersifat

tidak langsung dikarenakan interaksi antara fitonematoda dengan patogen lain

pada tanaman. Fitonematoda meningkatkan keparahan penyakit yang disebabkan

oleh patogen lain yang menginfeksi tanaman (Khan 1993).

Tujuan Penelitian

Mengetahui peran fitonematoda terhadap kejadian penyakit layu tanaman

pisang (Musa spp.) berdasarkan jumlah yang ditemukan dan perbandingan jumlah

fitonematoda antara tanaman pisang layu dengan tanaman pisang sehat.

Manfaat Penelitian

Mendapatkan informasi tentang peran fitonematoda terhadap kejadian

penyakit layu tanaman pisang (Musa spp.). Informasi ini dapat dijadikan sebagai

rujukan awal dalam menentukan pengendalian yang tepat bagi penyakit layu

(44)

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat Tumbuh Tanaman Pisang

Tanaman pisang tumbuh subur di daerah tropis dataran rendah yang curah

hujannya lebih dari 1250 mm per tahun dan rata-rata suhu minimum 150C

(Simmonds 1966; Stover & Simmonds 1987 dalam Luc et al. 1995). Tanaman

pisang menghendaki tanah yang subur. Jenis tanah yang disukai tanaman pisang

adalah tanah liat yang mengandung kapur atau tanah alluvial dengan pH antara

4,5-7,5 (Satuhu & Supriyadi 1992; Ashari 1995).

Sistem Perakaran Tanaman Pisang

Tanaman pisang berakar rimpang dan tidak mempunyai akar tunggang.

Akar berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak berada di bawah tanah. Akar

ini tumbuh menuju bawah sampai kedalaman 75-150 cm. sedang akar yang berada

di bagian samping umbi batang tumbuh ke samping atau mendatar, dalam

perkembangannya akar samping bisa mencapai 4-5 m (Satuhu & Supriyadi 1992).

Berkurangnya sistem akar akan menghambat perkembangan bunga, hal

tersebut terjadi apabila umur tanaman pisang semakin tua, atau akibat infeksi

patogen pada akar (Lavigne 1987 dalam Luc et al. 1995).

Sistem Bercocok Tanam Pisang

Proses budidaya tanaman pisang dilakukan melalui beberapa tahapan, antara

lain pemilihan dan penyediaan bibit, pembuatan lubang tanam, dan penanaman.

Menurut Satuhu dan Supriyadi (1992), pada tahapan perawatan, tanah di sekitar

pohon pisang harus dibersihkan dari rumput pengganggu (gulma), sekaligus

digemburkan dengan menggunakan cangkul kecil (koret). Penggemburan tanah

tidak boleh terlalu dalam karena perakaran pisang dangkal. Pembumbunan dapat

dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah agar perakaran dan tunas

(45)

Penyakit Layu Tanaman Pisang

Penyakit layu pada tanaman pisang di antaranya adalah penyakit layu

fusarium. Layu fusarium pada tanaman pisang, yang sering juga disebut penyakit

panama, dianggap sebagai penyakit yang paling penting pada tanaman pisang di

seluruh dunia. Bahkan penyakit ini termasuk kelompok penyakit yang paling

merugikan di tropis. Penyakit ini mengakibatkan produktivitas tanaman pisang di

Indonesia menurun, sehingga berpengaruh terhadap nilai ekspor buah pisang

(Redaksi Agromedia 2009).

Selain itu, penyakit layu yang disebabkan oleh fitonematoda dapat

menimbulkan kerusakan yang besar, karena menyebabkan tumbangnya tanaman

pisang. Kehilangan hasil akibat infeksi fitonematoda di seluruh dunia dapat

mencapai US$ 80 milyar per tahun (Price 2000 dalam Mustika 2005).

Fitonematoda pada Tanaman Pisang

Menurut Luc et al. (1995), belum ditemukan varietas tanaman pisang yang

dilaporkan tahan terhadap infeksi fitonematoda. Jenis fitonematoda

Helicotylenchus sp., Pratylenchus sp., Meloidogyne sp., dan Radopholus sp.

merupakan fitonematoda penting pada tanaman pisang. Fitonematoda tersebut

sudah ditemukan pada seluruh area perkebunan pisang di daerah tropis.

Radopholus sp.

Radopholus termasuk ke dalam Ordo Tylenchida, Subordo Tylenchina,

Superfamili Tylenchoidea, Famili Pratylenchidae, Subfamili Radopholinae

(Dropkin 1991).

Menurut O’banon (1977) daerah infeksi R. similis pada tanaman pisang sudah menyebar ke seluruh dunia, dan dilaporkan menyebabkan kehilangan

produktivitas pisang sebesar 12,5 ton per ha.

R. similis merupakan spesies nematoda endoparasit berpindah dan mampu

menyelesaikan daur hidupnya di dalam jaringan korteks akar (Luc et al. 1995).

Nematoda ini disebut “nematoda penggugus” sehubungan dengan aktivitas gerak

dan kemampuannya merusak sel jaringan akar. Baik larva maupun nematoda

(46)

sel-sel jaringan akar rusak berat (Dropkin 1991). Nematoda jantan secara

morfologi mengalami degenerasi (tidak mempunyai stilet) dan mungkin tidak

bersifat parasitik (Luc et al. 1995).

Pratylenchus sp.

Pratylenchus termasuk ke dalam Ordo Tylenchida, Subordo Tylenchina,

Superfamili Tylenchoidea, Famili Pratylenchidae, Subfamili Pratylenchinae

(Dropkin 1991).

Pratylenchus sp adalah nematoda endoprasit berpindah, mempunyai kisaran

inang yang luas. Larva stadia kedua keluar dari telur dan tersebar pada tanah dan

akar (Dropkin 1991). Nematoda parasit tersebut baik jantan maupun betina serta

larvanya, semua invasif. Daur hidupnya berlangsung di dalam jaringan akar (Luc

et al. 1995).

Menurut Pinochet (1978 dalam Luc et al. 1995) setelah nematoda masuk ke

dalam jaringan akar, nematoda bergerak di antara dan di dalam sel, menempati

posisi pararel terhadap stele. Nematoda tersebut memakan sitoplasma sel dan

membentuk rongga yang menyatu. Berlawanan dengan nematoda lain

Pratylenchus spp. berkembang biak lebih baik di dalam akar tanaman yang

pertumbuhannya tidak baik (Dropkin 1991).

Helicotylenchus sp.

Helicotylenchus termasuk ke dalam Ordo Tylenchida, Subordo Tylenchina,

Superfamili Tylenchoidea, Famili Hoplolaimidae, Subfamili Rotylenchinae

(Dropkin 1991).

Menurut Luc et al. (1995) Helicotylenchus merupakan nematoda

endoparasit yang mampu menyelesaikan hidupnya di dalam bagian jaringan

korteks tanaman. Helicotylenchus sp. tersebar luas dan sangat banyak terdapat

pada tanaman pisang. Fitonematoda tersebut sering dipandang sebagai nematoda

parasitik utama pada tanaman pisang di daerah yang keadaan lingkungannya

(47)

Meliodogyne sp.

Meloidogyne termasuk ke dalam Ordo Tylenchida, Subordo Tylenchina,

Superfamili Heteroderoidea, Famili Meloidogynidae (Dropkin 1991).

Distribusi nematoda puru akar sangat luas, dapat menyerang banyak

tanaman yang mempunyai nilai ekonomi penting. Paling sedikit terdapat empat

spesies dari nematoda tersebut yang telah diidentifikasi terdapat pada tanaman

pisang (Musa spp.). Spesies nematoda tersebut ialah Meloidogyne incognita, M.

arenaria, M. javanica, dan M. hapla (Luc et al. 1995).

Menurut Dropkin (1991) Meloidogyne merupakan parasit obligat yang

memiliki daerah penyebaran yang luas, baik di daerah iklim tropis maupun iklim

sedang. Nematoda betina bersifat endoparasit menetap di dalam akar.

Gejala Penyakit oleh Fitonematoda pada Tanaman Pisang

Menurut Agios (1996) gejala infeksi fitonematoda pada bagian tumbuhan di

atas tanah tidak memiliki ciri khas yang dapat membedakannya dari gejala

kekurangan hara, gejalanya yakni pertumbuhan tanaman terhambat, warna daun

menguning, mudah layu dan akhirnya tanaman mati.

Menurut Dropkin (1991) infeksi yang disebabkan oleh Radopholus sp. dapat

menyebabkan batang tanaman pisang mudah roboh, hal tersebut juga dapat

disebabkan oleh Pratylenchus sp. dan Helicotylenchus sp. pada infeksi yang tinggi

(Luc et al. 1995).

Gejala khas penyakit yang disebabkan Meliodogyne sp. ialah timbulnya

puru pada akar primer dan sekunder, kadang-kadang menyebabkan akar

bercabang dua atau mengalami distorsi. Infeksi menyebabkan produktivitas

tanaman berkurang drastis.

Menurut penelitian Barekye et al.(2000), tingkat keparahan penyakit pisang

yang diinokulasi oleh R. simillis, tidak menunjukkan perbedaan nyata

dibandingkan inokulasi campuran dengan Helicotylenchus sp. Demikian juga

sebaliknya, tingkat keparahan penyakit pisang yang diinokulasi oleh

Helicotylenchus sp. tidak menunjukkan perbedaan nyata dibandingkan inokulasi

(48)

Interaksi Fitonematoda dengan Patogen Penyebab Penyakit Layu pada Tanaman Pisang

Fitonematoda bukanlah satu-satunya mikroorganisme yang hidup dalam

rizosfir tanah. Selain fitonematoda terdapat pula mikroorganisme lain yang

memiliki peran berbeda, di antaranya sebagai predator atau parasit bagi

mikroorganisme yang lain, saprofit, dan sebagai patogen pada tanaman. Interaksi

yang terjadi antara mikroorganisme tersebut pun beragam (Abawi & Chen 1998).

Patogen pada tanaman yang diketahui berinteraksi dengan fitonematoda

adalah virus, bakteri, dan fungi. Interaksi dapat meningkatkan keparahan penyakit

(Khan 1993).

Fusarium oxysporum f.sp cubense menyebabkan timbulnya penyakit

penting pada pisang yang disebut layu panama (Panama Wilt). Infeksi Fusarium

spp. pada tanaman yang telah terinfeksi fitonematoda meningkatkan kelayuan

pada tanaman dan meningkatkan rata-rata kematian pada tanaman.Walaupun

demikian, siklus hidup fitonematoda bukanlah aspek utama dalam invasi

(49)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fitonematoda pada Tanaman Pisang di Kabupaten Bogor

Berdasarkan hasil pengamatan, fitonematoda yang ditemukan pada sampel

tanaman pisang layu dan sehat adalah Helicotylenchus sp. (Gambar 1),

Pratylenchus sp. (Gambar 2), Radopholus sp. (Gambar 3), dan Meloidogyne sp.

(Gambar 4). Hal ini sesuai dengan pendapat Luc et al. (1995) yang menyatakan di

daerah tropis tidak terdapat daerah perkebunan pisang yang belum terinfeksi

Helicotylenchus sp., Pratylenchus sp., Meloidogyne sp., dan Radopholus sp.

50 µ

A C

25 µ

B

25 µ

Gambar 1 Nematoda Helicotylenchus sp. yang ditemukan pada ekstraksi akar tanaman pisang di Kabupaten Bogor : seluruh tubuh (A), bagian anterior (B) dan posterior (C)

A

B

C

50 µ 25 µ

25 µ

(50)

25 µ

Gambar 3 Nematoda Radopholus sp. yang ditemukan pada ekstraksi akar tanaman pisang di Kabupaten Bogor : seluruh tubuh (A), bagian anterior (B) dan posterior (C)

Gambar 4 Nematoda Meloidogyne sp. yang ditemukan pada ekstraksi akar tanaman pisang di Kabupaten Bogor : seluruh tubuh (A), bagian anterior (B) dan posterior (C)

Berikut adalah rata-rata jumlah tiap jenis fitonematoda pada seluruh lokasi

pengambilan sampel akar dan tanah.

Tabel 1 Rata-rata jumlah tiap jenis fitonematoda pada seluruh sampel akar dan tanah tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi kebun pisang Kabupaten Bogor

Jenis fitonematoda

Jumlah rata-rata fitonematoda ± S.D

Akar Tanah

Pisang layu Pisang sehat Pisang layu Pisang sehat

Helicotylenchus sp. 13,27 ± 19,17 35,22 ± 58,51 0,5 ± 0,61 0,39 ± 0,77

Pratylenchus sp. 14,27 ± 17,40 23,27 ± 30,80 0,17 ± 0,38 0,28 ± 0,57

Meloidogyne sp. 34,44 ± 60,18 41,61 ± 56,90 10,78 ± 9,0 3,72 ± 2,80

(51)

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui jumlah fitonematoda pada sampel tanah

lebih sedikit dibandingkan dengan sampel akar tanaman pisang. Hal ini dapat

terjadi karena umumnya fitonematoda yang ditemukan di tanah (juga di akar

tanaman pisang) merupakan jenis fitonematoda yang bersifat endoparasit

berpindah. Selain itu, faktor perbedaan lingkungan antara tanah dan akar

berpotensi memberikan pengaruh terhadap jumlah yang berbeda. Menurut Luc et

al. (1995), R. simillis, Pratylenchus sp., Helicotylenchus sp. merupakan

fitonematoda endoparasit berpindah yang mampu menyelesaikan siklus hidupnya

di dalam akar.

Selain itu, terdapat perbedaan rata-rata jumlah fitonematoda yang ditemukan

pada sampel akar tanaman pisang layu dan sehat. Seluruh lokasi menunjukkan

rata-rata jumlah fitonematoda pada tanaman pisang sehat lebih besar

dibandingkan dengan jumlah fitonematoda pada tanaman pisang layu.

Tabel 1 juga secara umum menunjukkan nilai standar deviasi yang lebih

besar dari rata-rata jumlah fitonematoda. Hal tersebut menjelaskan terdapat

keragaman jumlah fitonematoda diantara lokasi kebun pengambilan sampel

tanaman pisang. Keragaman kemungkinan dipengaruhi oleh faktor biotik dan

abiotik yang berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya.

Data jumlah fitonematoda pada tanaman pisang layu dan sehat, dapat

digunakan untuk mengetahui peran fitonematoda dalam menyebabkan penyakit

layu tanaman pisang. Data tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan Uji

Mann-Whitney U untuk mengetahui beda nyata jumlah fitonematoda antara

tanaman pisang layu dengan tanaman pisang sehat di lokasi kebun pengambilan

sampel.

Hasil uji yang menyatakan terdapat beda nyata jumlah fitonematoda antara

tanaman pisang layu dengan tanaman pisang sehat, mengindikasikan peran

fitonematoda sebagai patogen bersifat langsung dalam menyebabkan penyakit

layu tanaman pisang. Akan tetapi, perlu diteliti lebih lanjut apakah jumlah

fitonematoda pada tanaman pisang layu sudah memenuhi ambang kerusakan

(52)

Sementara itu, hasil uji yang menyatakan tidak ada beda nyata jumlah

fitonematoda antara tanaman pisang layu dengan tanaman pisang sehat,

menjelaskan peran fitonematoda sebagai patogen yang bersifat tidak langsung

dalam menyebabkan penyakit layu tanaman pisang.

Berikut adalah hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis

fitonematoda antara tanaman pisang layu dengan tanaman pisang sehat pada tiap

lokasi pengambilan sampel (Tabel 2-3). Rincian mengenai hasil uji pada tiap

lokasi pengambilan sampel akar dan tanah disajikan dalam lampiran 1-2.

Tabel 2 Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel akar tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi kebun pisang Kabupaten Bogor

Lokasi Fitonematoda pada tanaman pisang

layu-sehat

*) Jumlah seluruh jenis fitonematoda pada akar tanaman pisang layu tidak berbeda nyata dengan

jumlah fitonematoda pada akar tanaman pisang sehat (α = 5%)

**) Jumlah seluruh jenis fitonematoda pada akar tanaman pisang layu berbeda nyata dengan

jumlah fitonematoda pada akar tanaman pisang sehat (α = 5%)

Tabel 3 Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda pada sampel tanah tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi kebun pisang Kabupaten Bogor

Lokasi Fitonematoda pada tanaman pisang

layu-sehat

*) Jumlah seluruh jenis fitonematoda pada tanah tanaman pisang layu tidak berbeda nyata dengan

Gambar

Gambar 2 Nematoda Pratylenchus sp. yang ditemukan pada ekstraksi akar  tanaman pisang di Kabupaten Bogor : seluruh tubuh (A), bagian  anterior (B) dan posterior (C)
Tabel  1 Rata-rata jumlah tiap jenis fitonematoda pada seluruh sampel akar dan  tanah tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi kebun pisang  Kabupaten Bogor
Tabel  3 Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah seluruh jenis fitonematoda
Tabel  5 Hasil Uji Mann-Whitney U terhadap jumlah tiap jenis fitonematoda  pada sampel tanah tanaman pisang layu-sehat yang diambil di lokasi kebun pisang Kabupaten Bogor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil: Uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi bangkitan dengan fungsi kognitif pada pasien epilepsi (p=0.000) dan juga terdapat

Menghitung nilai kondisi kerusakan permukaan jalan pada tiap ruas jalan yang direncanakan menggunakan penilaian kerusakan jalan menurut Indrasurya dan P. Hasil dari

Strategi diversifikasi dilakukan dengan portofolio optimal yang berarti keuntungan diperoleh dengan diversifikasi pada berbagai investasi, dengan jumlah sekuritas tertentu

Pada gambar body plan terdapat garis-garis proyeksi setiap station secara melintang kapal yang berupa garis-garis lengkung, garis-garis air (water line) yang berupa

Cara mengobati jenis penyakit gastritis superfisialis adalah dengan istirahat yang cukup, pemberian makanan yang cair untuk penderita yang mengalami pendarahan,

maka dari itu perlu juga diketahui apa tujuan seseorang melakukan sebuah wirausaha, berikut ini beberapa alasan seseorang melakukan sebuah usaha Megginson dan Byrd,2000:24

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berfikir kritis mahasiswa pendidikan biologi Se-Kota Pekanbaru dalam kategori Cukup dengan persentase

Kepala ruangan yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana menggunakan model kepemimpinan servant mempunyai OR 5,691 artinya berpeluang meningkatkan kinerja pe-