TERHADAP SIFAT FISIK DAN BIOLOGI TANAH PODSOLIK
MERAH KUNING
RARA DELIMA SIAHAAN
A14062847
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RARA DELIMA SIAHAAN. Effect of Soil Conditioner Based on Natural Materials to Physical and Biological Soil Properties of Red Yellow Podzolic Soil. Guided by NAIK SINUKABAN dan RAHAYU WIDYASTUTI.
One type of the most important soil in dry land is Red Yellow Podzolic. These soils have many problems. The main problems in this soil are poor physical and biological properties, it has high bulk density, low permeability, low water holding capacity and low microbial activities. However, this land has a potential, because it covers about 25%-27% of the total mainland of Indonesia. Therefore, soil and water conservation efforts are needed to prevent and repair the poor soil properties. One of soil and water conservation efforts needed is the use of chemical either in the form of synthetic compounds or organic materials that can increase soil aggregate stability and prevent erosion is highly needed.
This research was aimed to develop and identify the effect of organic Soil Conditioner based on rice straw organic matter and city organic waste on physical and biological properties of Red Yellow Podzolic Soil. Soil Conditioner used was the compost in the form of briquettes. The experiment was arranged in randomized design with two factors, treatments of soil conditioner include city organic waste, rice straw, and control, with three level of doses, A 1:20, B 1:30 and C 1:40. Each treatment was repeated 3 times to make 27 experimentals units.
The results of this research showed that the Soil Conditioner based on city organic waste and rice straw were significantly decreased the bulk density and significantly increased porosity, permeabilty, saturated water content, the water holding capacity, very rapid drainage pores as well as total microbial and total fungi activities of Red Yellow Podzolic Soil.
RARA DELIMA SIAHAAN. Pengaruh Soil Conditioner Berbasis Bahan Alami terhadap Sifat Fisik dan Biologi Tanah Podsolik Merah Kuning. Dibimbing oleh NAIK SINUKABAN dan RAHAYU WIDYASTUTI.
Salah satu jenis tanah lahan kering yang bermasalah dan memiliki kendala berat untuk pertumbuhan tanaman adalah Podsolik Merah Kuning, permasalahan utama yang terjadi adalah sifat fisik yang kurang baik yaitu bobot isi yang tinggi, permeabilitas rendah, kemampuan menahan air yang rendah serta aktivitas mikroba yang rendah. Akan tetapi tanah ini memiliki potensi karena luasnya mencakup 25%-27% total daratan Indonesia. Oleh karena itu upaya konservasi tanah dan air sangat diperlukan untuk mencegah dan memperbaiki kerusakan tanah. Salah satu upaya konservasi tanah dan air adalah penggunaan bahan kimia baik berupa senyawa sintetik maupun berupa bahan alami yang telah diolah, dalam jumlah yang relatif sedikit, untuk meningkatkan stabilitas agregat tanah dan mencegah erosi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengidentifikasi pengaruh Soil Conditioner berbasis bahan alami jerami padi dan sampah pasar terhadap perbaikan sifat fisik dan biologi tanah Podsolik Merah Kuning. Soil Conditioner yang digunakan adalah kompos dalam bentuk briket. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor, yaitu perlakuan Soil Conditioner meliputi sampah pasar, jerami padi, kontrol serta dosis Soil Conditioner yang terdiri dari dosis A 1:20, B 1:30, dan C 1:40. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga jumlah satuan percobaan menjadi 27 satuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Soil Conditioner berbahan dasar alami sampah pasar dan jerami padi yang diinkubasi selama 4 minggu dengan dosis 1:40, 1:30 sampai 1:20, nyata menurunkan bobot isi dan nyata meningkatkan porositas, permeabilitas, sifat-sifat menahan air, pori darinase sangat cepat, serta aktivitas total mikrob dan total fungi tanah Podsolik Merah Kuning.
TERHADAP SIFAT FISIK DAN BIOLOGI TANAH PODSOLIK
MERAH KUNING
RARA DELIMA SIAHAAN
A14062847
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Penelitian : Pengaruh Soil Conditioner Berbasis Bahan Alami terhadap Sifat Fisik dan Biologi Tanah Podsolik Merah Kuning Nama : Rara Delima Siahaan
NRP : A14062847
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, MSc. Dr. Rahayu Widyastuti, MSc. 194611091973021001 196106071990022001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Dr. Ir. Syaiful Anwar, MSc. NIP. 1961113 198703 1 003
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan anugerahNya, sehingga penelitian yang berjudul Pengaruh Soil Conditioner Berbasis Bahan Alami terhadap Sifat Fisik dan Biologi Tanah Podsolik Merah Kuning dapat terselesaikan. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Cikabayan IPB Dramaga, Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah, dan Laboratorium Bioteknologi Tanah Departemen Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, MSc selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberi masukan kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
2. Dr. Rahayu Widyastuti, MSc selaku pembimbing kedua yang telah memberikan arahan dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Keluarga tercinta Papah, Mama, Kakak, Adik, dan saudara-saudara atas
cinta, motivasi, dan doa demi kesuksesan penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.
4. Penelitian Riset Insentif KNRT 2010 “Pengembangan Soil Conditioner
Berbasis Bahan Alami Untuk Meningkatkan Produktivitas Pertanian Lahan kering Berkelanjutan”, atas sarana dan pembiayaan penelitian.
5. Dr. Ir. Yayat Hidayat, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran untuk memperbaiki skripsi ini.
6. Staf Laboratorium Fisika Tanah, Bioteknologi Tanah, Staf Komdik, dan Perpustakaan Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Terimakasih atas informasi dan bantuannya selama ini.
8. Keluarga besar GBI Cipanas dan Filadelfia Youth Interdenomination (Mamih Rebecca, Om Joshua, Piter, Indri, Mimi, Mey2, Ci Mely, Daud, dll ) terimakasih untuk cinta, doa, dan semua dukungan kalian.
9. Sahabat dan saudara kelompok kecil pemuridan PMK dan komisi Diaspora (kak Maria, Mellisa, Melisda, Gloria, Faithy, Santika, Lisa, Gaby, Desra, Ira, Eka, Dora, Leny ) atas doa, semangat, serta kasih sayang kalian.
10.Teman seperjuangan doa pagi 43 (Bagus, Zenyferd, Santoni, Ando, Nehemia, Ira, Jesika, Mellisa) atas semangat dan doa yang diberikan. 11.Sahabat soiler yang sudah berbagi suka dan duka dan membantu penulis
(Enjel, Icha, Ichonk, Cinta, Ichad, Ajang, Uli, Silvester, Puti, Yuli, Putri, Chacha).
12.Seluruh teman Soiler’43 atas semangat dan bantuan yang diberikan kepada penulis.
13.Teman-teman di kosan (Wisma Gladys dan J.Co House) yang selalu memberikan perhatian dan dukungan (Chai, Sastri, Enjelia, Icha, Wulan, Vivi, Melisda, Didi, Yuli, Fiona, Ochy, Gladys, Ester, Ria, Widya, Gloria, Kristi dan Lovi).
Terakhir, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dalam rangka pembelajaran bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya
Bogor, Agustus 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cipanas, Jawa Barat pada tanggal 1 Agustus 1988 dari ayah BONAPARTE SIAHAAN dan Ibu bernama KARTIKA RATNA. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.
2.1 Karakteristik Tanah Podsolik Merah Kuning...3
2.2 Sifat-Sifat Fisik Tanah ... 4
2.2.1 Sifat Fisik Tanah Podsolik ... 9
2.3 Sifat Biologi Tanah ... 9
2.4 Soil Conditioner ... 11
2.4.1 Jenis –Jenis Soil Conditioner ... 12
III. BAHAN DAN METODE ...14
3.1. Waktu dan Tempat...14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...22
4.2.7 Pori Drainase Sangat Cepat ... 32
4.3. Pengaruh Soil Conditioner terhadap Sifat Biologi Tanah ... 34
4.3.1 Total Mikrob ... 34
4.3.2 Total Fungi ... 36
V . KESIMPULAN DAN SARAN ...38
5.1 Kesimpulan ... 38
5.2 Saran ... 38
VI. DAFTAR PUSTAKA ...39
Nomor Halaman
5. Sifat-Sifat Soil Conditioner dan Bahan Dasarnya Menurut Sari (2011) ... 22
6. Nilai Bobot Isi (g/cm3) Tanah Inkubasi pada Berbagai Dosis Aplikasi Soil Conditioner, yaitu A (1 : 20), B (1:30) dan C (1:40), dengan Bahan Dasar Jerami padi dan Sampah Pasar ... 24
7. Nilai Permeabilitas (cm/jam) Tanah Inkubasi pada Berbagai Dosis Aplikasi Soil Conditioner, yaitu A (1 : 20), B (1:30) dan C (1:40), dengan Bahan Dasar Jerami Padi dan Sampah Pasar ... 25
8 Nilai Kadar Air Jenuh (%) Tanah Inkubasi pada Berbagai Dosis Aplikasi Soil Conditioner, yaitu A (1 : 20), B (1:30) dan C (1:40), dengan Bahan Dasar Jerami Padi dan Sampah Pasar ... 27
9 Nilai Porositas (%) Tanah Inkubasi pada Berbagai Dosis Aplikasi Soil Conditioner, yaitu A (1 : 20), B (1:30) dan C (1:40), dengan Bahan Dasar Jerami padi dan Sampah Pasar ... 28
10 Nilai Kadar Air pF 1 (%) Tanah Inkubasi pada Berbagai Dosis Aplikasi Soil Conditioner, yaitu A (1 : 20), B (1:30) dan C (1:40), dengan Bahan Dasar Jerami padi dan Sampah Pasar ... 30
11 Nilai pF 2,54 (%) tanah inkubasi pada berbagai dosis aplikasi soil conditioner, yaitu A (1 : 20), B (1:30) dan C (1:40), dengan bahan dasar jerami padi dan sampah pasar ... 31
12 Nilai Pori Drainase Sangat Cepat (%) Tanah Inkubasi pada Berbagai Dosis Aplikasi Soil Conditioner, yaitu A (1 : 20), B (1:30) dan C (1:40), dengan Bahan Dasar Jerami padi dan Sampah Pasar ... 33
13 Nilai Total Mikrob (x106 CFU/g) Tanah Inkubasi pada Berbagai Dosis Aplikasi Soil Conditioner, yaitu A (1 : 20), B (1:30) dan C (1:40), dengan Bahan Dasar Jerami padi dan Sampah Pasar ... 35
Nomor Halaman
6. Diagram Nilai Bobot Isi Tanah Podsolik Merah Kuning yang Diinkubasi dengan Soil Conditioner Berbahan Jerami Padi dan Sampah Pasar ... 25
7. Diagram Nilai Permeabilitas Tanah Podsolik Merah Kuning yang Diinkubasi dengan Soil Conditioner Berbahan Jerami Padi dan Sampah Pasar ... 26
8. Diagram Nilai Kadar Air Jenuh Tanah Podsolik Merah Kuning yang Diinkubasi dengan Soil Conditioner Berbahan Jerami Padi dan Sampah Pasar ... 28
9. Diagram Nilai Porositas Tanah Podsolik Merah Kuning yang Diinkubasi dengan Soil Conditioner Berbahan Jerami padi dan Sampah Pasar ... 29
10. Diagram Nilai pF1 Tanah Podsolik Merah Kuning yang Diinkubasi dengan Soil Conditioner Berbahan Jerami Padi dan Sampah Pasar ... 31
11. Diagram Nilai PF 2,54 Tanah Podsolik Merah Kuning yang Diinkubasi dengan Soil Conditioner Berbahan Jerami padi dan Sampah Pasar ... 32
12. Diagram Nilai Pori Drainase Sangat Cepat Tanah Podsolik Merah Kuning yang Diinkubasi dengan Soil Conditioner Berbahan Jerami padi dan Sampah Pasar ... 34
13. Diagram Nilai Total Mikrob Tanah Podsolik Merah Kuning yang Diinkubasi dengan Soil Conditioner Berbahan Jerami padi dan Sampah Pasar ... 36
14. Diagram Nilai Total Fungi Tanah Podsolik Merah Kuning yang diinkubasi dengan Soil Conditioner Berbahan Jerami padi dan Sampah Pasar ... 37
Nomor Halaman
1. Karakteristik Kotoran Sapi, Jerami Padi dan Sampah Pasar ... 42
2. Kandungan Hara Makro dan Mikro Soil Conditioner ... 42
3. Total Fungi dan Total Bakteri Soil Conditioner ... 42
4. Analisis Sidik Ragam Bobot Isi Tanah Inkubasi ... 43
5. Analisis Sidik Ragam Permeabilitas Tanah Inkubasi ... 43
6. Analisis Sidik Ragam Kadar Air Jenuh Tanah Inkubasi ... 43
7. Analisis Sidik Ragam Porositas Tanah Inkubasi ... 43
8. Analisis Sidik Ragam pF 1 Tanah Inkubasi ... 44
9. Analisis Sidik Ragam pF 2,54 Tanah Inkubasi ... 44
10. Analisis Sidik Ragam Pori Drainase Sangat Cepat Tanah Inkubasi... 44
11. Analisis Sidik Ragam Total Mikrob Tanah Inkubasi ... 44
12. Analisis Sidik Ragam Total Fungi Tanah Inkubasi ... 45
13. Nilai Bobot Isi dan Porositas Tanah Inkubasi ... 46
14. Nilai Permeabilitas Tanah Inkubasi ... 47
15. Nilai pF 1 Tanah Inkubasi ... 48
16. Nilai pF 2,54 Tanah Inkubasi ... 49
17. Nilai Kadar Air Jenuh Tanah Inkubasi ... 50
18. Nilai Pori Drainase Sangat Cepat ... 50
19. Nilai Total Mikrob Tanah Inkubasi ... 51
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang sangat potensial untuk pertanian, jika dilihat dari kondisi biofisik lahan, dari 188,2 juta ha total daratan Indonesia, maka lahan yang sesuai untuk pertanian adalah seluas 100,7 juta ha, yaitu 24,5 juta ha sesuai untuk lahan basah (sawah), 25,3 juta ha sesuai untuk lahan kering tanaman semusim, dan 50,9 juta ha sesuai untuk lahan kering tanaman tahunan. Sedangkan total luas yang sudah digunakan untuk pertanian lahan kering adalah 54 juta ha (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011).
Di dalam potensi yang besar itu terdapat sebuah kendala. Departemen kehutanan dan perkebunan (2000) menunjukkan bahwa hasil inventarisasi lahan kritis pada kawasan lahan budidaya pertanian pada 25 Provinsi di Indonesia mencapai angka 22 juta ha. Jumlah lahan kritis ini kemungkinan akan terus bertambah dari waktu ke waktu. Menurut Notohadiprawiro (2006) dan Subagyo et al. (2004), salah satu jenis tanah lahan kering yang bermasalah dan memiliki kendala berat untuk pertumbuhan tanaman adalah Podsolik Merah Kuning, akan tetapi tanah ini memiliki potensi karena luasnya mencakup 25%-27% total daratan Indonesia. Upaya konservasi tanah dan air sangat diperlukan untuk mencegah dan memperbaiki kerusakan tanah. Salah satu upaya konservasi tanah dan air adalah penggunaan bahan kimia baik berupa senyawa sintetik maupun berupa bahan alami yang telah diolah, dalam jumlah yang relatif sedikit, untuk meningkatkan stabilitas agregat tanah dan mencegah erosi (Arsyad, 2006).
tidak berlangsung lama, disebabkan oleh mahalnya harga bahan-bahan yang dipasarkan (Bavel, 1950 dalam Arsyad, 1975).
Pembuatan bahan pemantap struktur tanah atau Soil Conditioner yang berasal dari bahan alami, murah, bersifat insitu, dan terbarukan akan sangat penting bagi pertanian berkelanjutan. Oleh karena itu penelitian ini akan mengujikan pengaruh formulasi Soil Conditioner berbahan dasar jerami padi dan sampah pasar terhadap tanah Podsolik Merah Kuning.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengembangkan Soil Conditioner
berbasis bahan alami dalam bentuk formulasi briket yang dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah Podsolik Merah Kuning 2) Mengembangkan metoda aplikasi Soil Conditioner untuk meningkatkan produktivitas pertanian pangan lahan kering berkelanjutan. 3) Menentukan formulasi dan cara aplikasi yang terbaik untuk meningkatkan kualitas tanah, sehingga dapat digunakan untuk pertanian lahan kering dan meningkatkan produktifitas pertanian.
1.3. Hipotesis
• Pemberian Soil Conditioner alami dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah Podsolik Merah Kuning.
• Jenis Soil Conditioner yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda pada perubahan sifat fisik dan biologi tanah Podsolik Merah Kuning.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Tanah Podsolik Merah Kuning
Podsolik merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai
sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% hingga 27 % dari total
luas daratan Indonesia (Subagyo et al., 2004 dan Notohadiprawiro, 2006).
Sebaran terluas terdapat di Kalimantan (21.938.000 ha), diikuti di Sumatera
(9.469.000 ha), Maluku dan Papua (8.859.000 ha), Sulawesi (4.303.000 ha), Jawa
(1.172.000 ha), dan Nusa Tenggara (53.000 ha). Tanah ini dapat dijumpai pada
berbagai relief, mulai dari datar hingga bergunung (Prasetyo dan Suriadikarta,
2006).
Podsolik adalah tanah di daerah hangat dan basah. Biasanya Podsolik berkembang pada iklim basah, tropis menuju subtropis, pada hutan atau hutan dengan vegetasi rumput. Dengan sistem manajemen yang tinggi, Podsolik bisa menjadi salah satu tanah paling produktif di dunia. Tanah ini berada di area bebas beku untuk periode yang lama dan di area basah dengan cukup curah hujan untuk komoditas pertanian atau dengan cadangan air yang cukup untuk irigasi.
Proses utama dalam pembentukan Podsolik adalah pelapukan mineral liat, translokasi dari akumulasi liat dalam harison argilik atau kandik, dan pencucian kation basa dari profil tanah. Sebagian besar Podsolik telah berkembang pada kondisi lembab di iklim hangat menuju tropis. Podsolik terbentuk pada permukaan lahan tua, biasanya pada vegetasi hutan, juga ada beberapa pada savanna atau bahkan vegetasi rawa (Brady dan Weil, 2002). Penampang tanah yang dalam dan kapasitas tukar kation yang tergolong sedang hingga tinggi
menjadikan tanah ini mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan
pertanian lahan kering di Indonesia. Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh
dan dikembangkan pada tanah ini, kecuali terkendala oleh iklim dan relief.
Kesuburan alami tanah Podsolik umumnya terdapat pada horizon A yang tipis
dengan kandungan bahan organik yang rendah. Unsur hara makro seperti fosfor
dan kalium yang sering kahat, reaksi tanah masam hingga sangat masam, serta
kejenuhan aluminium yang tinggi merupakan sifat-sifat tanah Podsolik yang
yang mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti berkurangnya pori mikro dan makro
serta bertambahnya aliran permukaan yang pada akhirnya dapat mendorong
terjadinya erosi tanah. Penelitian menunjukkan bahwa pengapuran, sistem
pertanaman lorong, serta pemupukan dengan pupuk organik maupun anorganik
dapat mengatasi kendala pemanfaatan tanah Podsolik (Prasetyo dan Suriadikarta,
2006).
2.2 Sifat-Sifat Fisik Tanah
Salah satu faktor produksi tanaman yang tergolong sangat penting adalah
sifat-sifat fisik dari tanah. Meskipun suatu jenis tanah mempunyai unsur-unsur
kimia ataupun diberi pupuk yang cukup, tanpa disertai sifat-sifat fisik yang baik
maka produksi tanaman tidak akan mencapai seperti apa yang diharapkan
(Herudjito, 1985).
Bobot Isi dan Ruang Pori
Menurut Gardiner dan Miller (2004), sifat fisik tanah seperti tekstur,
struktur, bobot isi, porositas, suhu, dan konsistensi tanah adalah faktor-faktor
dominan yang dapat mempengaruhi kegunaan tanah. Faktor-faktor ini
mempengaruhi ketersediaan oksigen dalam tanah, pergerakan air untuk masuk dan
keluar dari tanah, serta kemampuan penetrasi akar.
Bobot isi merupakan bobot dari volume tanah secara utuh, termasuk ruang
udara dan materi organik pada volume tanah tersebut. Bobot isi bisa digunakan
untuk memperkirakan perbedaan kepadatan tanah yang disebabkan setelah
pengolahan menggunakan alat berat. Menurut Hardjowigeno (1985) semakin
tinggi bobot isi, semakin padat tanah tersebut, yang berarti sulit untuk meneruskan
air atau ditembus akar tanaman. Bobot isi penting untuk menghitung kebutuhan
pupuk atau air untuk setiap hektar tanah yang didasarkan pada berat tanah per
hektar. Pada umumnya bobot isi tanah adalah 1,1 – 1,6 g/cm3. Oleh karena itu,
bobot isi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara langsung dan tidak
langsung, untuk pertumbuhan tanaman yang baik bobot isi harus di bawah 1,4
g/cm3 untuk tanah lempung dan di bawah 1,6 g/cm3 untuk tanah pasir (Gardiner
Selain bobot isi tanah, bobot jenis partikel juga penting untuk diketahui. Bobot jenis partikel relatif konstan dan umumnya untuk tanah mineral berkisar antara 2,60 sampai 2,75 g/cm3, dengan nilai rata-rata 2,65 g/cm3. Pada tanah organik nilai BJP lebih rendah, sekitar 1,30-1,50 g/cm3. Bobot jenis partikel biasanya digunakan untuk menentukan pergerakan partikel oleh air dan angin, laju pengendapan, dan perhitungan porositas tanah (Foth, 1978).
Menurut Brady dan Weil (2008) nilai bobot isi hanya dapat menolong kita
untuk memprediksikan porositas total. Semakin rendah bobot isi maka semakin
tinggi porositas. Di dalam tanah terdapat sejumlah ruang pori. Ruang pori-pori ini penting oleh karena ruang-ruang ini diisi oleh air dan udara. Air dan udara (gas-gas) juga bergerak melalui ruang pori-pori ini. Jadi, penyediaan air dan O2 untuk pertumbuhan tanaman dan jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan sangat erat dengan jumlah dan ukuran pori-pori tanah ini. Oleh karena berat tanah berhubungan dengan jumlah ruang pori-pori, maka hubungan-hubungan ruang pori-pori tanah bervariasi dari satu sifat tanah lainnya dan kedua variabel ini dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah (Hakim et al., 1986).
Menurut Hillel (1982), pada tanah liat porositas sangat beragam karena tanah berganti-ganti mengembang, mengerut, menggumpal, terdispersi, padat dan retak-retak. Total porositas, tidak banyak menjelaskan tentang distribusi ukuran pori. Gardiner dan Miller (2004) memberi pengertian juga bahwa untuk pertumbuhan tanaman, ukuran pori lebih penting daripada total ruang pori. Hubungan tekstur dengan bobot isi dan ruang pori dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hubungan Tekstur dengan Bobot Isi dan Ruang Pori Menurut Gardiner dan Miller (2004)
Tekstur Tanah Bobot Isi (g/cm3) Ruang Pori (%)
Liat berpasir kasar 1,68 36,6
Lempung berpasir 1,51 43,0
Lempung 1,34 49,4
Lempung berliat 1,26 42,5
Liat 1,18 55,5
ruang non kapilar yang dapat memberi kesempatan pergerakan udara dan perkolasi air secara cepat sehingga sering disebut sebagai pori drainase. Pori drainase dapat dikelompokan dalam tiga kelompok yaitu pori drainase sangat cepat, berdiameter lebih dari 300 mikro-meter, bagian pori yang akan kosong tidak terisi air pada pF 1,0. Pori drainase cepat, berdiameter antara 300 sampai 30 mikro-meter, bagian pori yang akan kosong tidak terisi air pada pF 1,0 sampai 2,0. Pori drainase lambat; berdiameter antara 30 sampai 9 mikro-meter, bagian pori yang akan kosong tidak terisi air pada pF antara 2,0 sampai 2,54 (Sitorus et al.,1976).
Permeabilitas
Nilai bobot isi dan ruang pori secara langsung dapat mempengaruhi nilai
permeabilitas tanah. Permeabilitas secara kuantitatif diartikan sebagai kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu media berpori dalam keadaan jenuh. Dalam hal ini sebagai cairan adalah air dan sebagai media berpori adalah tanah.
Tabel 2 Kelas Permeabilitas Tanah Menurut Foth (1988) Konduktivitas Jenis
Kelas Mikrometer per menit Cm/jam
Sangat Tinggi >100 36
Tinggi 10-100 3,6-36
Sedang 1-10 0,36-3,6
Agak Rendah 0,1-1 0,036-0,36
Rendah 0,01-0,1 0,0036-0,036
Sangat Rendah >0,01 >0,0036
Menurut Gardiner dan Miller (2004) tanah bertekstur liat biasanya memiliki nilai permeabilitas sebesar 0,1 cm/jam, dan untuk tanah bertekstur lempung sebesar 1 cm/jam.
Kadar Air PF
Gaya memegang air, yaitu gaya adsorpsi dan gaya adhesi kohesi yang
menimbulkan adanya tegangan antar permukaan air udara yang konkaf, disebut
gaya matriks. Hal ini berhubung kedua macam gaya tersebut timbul karena
adanya matriks tanah. Hisapan matriks adalah fungsi kadar air dan dapat diukur
dengan tensiometer. Hubungan ini menunjukkan bahwa makin besar hisapan
matrik makin kecil kadar airnya.
Jika hisapan dinyatakan dalam cm tinggi air dan di plot pada skala
logaritma terhadap kadar air per volume, kurvanya disebut kurva pF. Kurva pF
dapat digunakan untuk menunjukkan banyaknya air yang dapat ditahan oleh tanah
yang tersedia bagi tanaman. Kurva pF digunakan juga dalam menentukan jumlah
air yang dilepaskan atau dihisap oleh tanah sewaktu permukaan air bumi turun
atau naik. Kurva pF penting untuk desain drainase (Soedarmo dan Djojoprawiro,
1986).
Kurva pF ini sangat penting untuk menunjukkan banyaknya air yang dapat
ditahan oleh tanah pada tegangan tertentu. Implikasi praktisnya yaitu dapat
menunjukkan jumlah air yang tersedia bagi tanaman dan jumlah air irigasi yang
diperlukan untuk mengubah tegangan air oleh matriks tanah dari tegangan semula
ke tegangan yang kita kehendaki. Dengan demikian kurva pF ini sangat berguna
efek total yang menghasilkan oleh afinitas air dari seluruh matriks tanah yang
mencakup pori dan permukaan partikel tanah secara bersama-sama, maka
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan porositas tanah dan kemampuan tanah
menjerap air akan mempengaruhi bentuk kurva pF. Bahan organik, Soil
Conditioner atau bahan sintetis lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuan
tanah dalam menjerap air juga mempengaruhi bentuk kurva pF (Rachman, 1992).
Kapasitas lapang (field capacity) adalah kondisi di mana tebal lapisan air
dalam pori-pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan antar air dan udara
meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi, air gravitasi (pori-pori makro)
habis dan air tersedia (pada pori-pori meso dan mikro) bagi tanaman dalam
keadaan optimum. Kondisi ini terjadi pada tegangan permukaan lapisan air sekitar
1/3 atm atau pF 2,54.
Kadar dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien ini
umumnya bervariasi terutama tergantung pada :
• Tekstur tanah. Kadar air tanah bertekstur liat > lempung > pasir, misalnya
pada tegangan 1/3 atm (kapasitas lapang). Hal ini berkaitan dengan
pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas
permukaan adsorptif, yang makin halus teksturnya akan makin banyak,
sehingga makin besar kapasitas simpan airnya.
• Kadar bahan organik tanah (BOT). BOT mempunyai pori-pori mikro yang
jauh lebih banyak ketimbang partikel mineral tanah, yang berarti luas
permukaan penjerap (kapasitas simpan) air juga lebih banyak, sehingga
makin tinggi kadar BOT akan makin tinggi kadar dan ketersediaan air
tanah.
• Senyawa kimiawi. Garam-garam dan senyawa pupuk atau amelioran
(pembenah tanah) baik alamiah maupun non alamiah mempunyai gaya
osmotik yang dapat menarik dan menghidrolisis air, sehingga koefisien
layu meningkat. Konsekuensinya, makin banyak senyawa kimiawi di
dalam tanah akan menyebabkan kadar dan ketersediaan air tanah menurun
2.2.1 Sifat Fisik Tanah Podsolik
Podsolik Merah Kuning memiliki kelas tekstur liat, struktur angular blocky
dengan perbandingan pasir 7,77 % , debu 10,68 %, dan liat 81,55% dengan nilai bobot isi sebesar 1,11 g/cm3 , kerapatan jenis zarah 2,53 dan ruang pori total sebesar 56,27 %. Pori makro 20,66%, Pori mikro 35,60%. Permeabilitas 0,40 cm/jam, bahan organik 2,45% (Rusdi, 2003). Menurut penelitian Baskoro dan Tarigan (2007). Tanah Podsolik Merah Kuning di daerah Cigudeg, memiliki
sifat-sifat fisik seperti dapat terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Sifat Fisik Tanah Podsolik Merah Kuning Cigudeg
Sifat Fisik dan Kimia Podsolik Merah Kuning
Bobot lsi ( g/cm) 0,93
Porositas Total (% volume/volume) 63,68 Pori Drainase ( % volume/volume) 13,28 Pori Pemegang Air (% volume/volume) 50,40 Air Tersedia (% volume/volume) 16,50
Pasir (%) 14,30
Debu( %) 31,00
Liat (%) 54,70
Kelas Tekstur Liat Liat
Bahan Organik ( % ) 4,30
pH 4,30
KTK ( cmol/kg ) 19,80
KB(%) 17,30
2.3 Sifat Biologi Tanah
Fungi dan bakteri adalah dekomposer terpenting bagi bahan organik . Satu
gram tanah bisa mengandung sebanyak 106 propagul fungi dan 10 7 bakteri
(Gardiner dan Miller, 2004).
Bakteri
Populasi bakteri dalam tanah bervariasi karena perkembangan mereka sangat bergantung dari keadaan tanah. Pada umumnya jumlah terbanyak dijumpai pada lapisan atas, karena pada lapisan tersebut suhu, kelembapan, aerasi, dan makanan ada dalam jumlah dan keadaan yang menguntungkan. Bakteri tanah dibedakan antara ototropik dan heterotropik. Ototropik adalah memperoleh energi dari oksidasi mineral, seperti amonium, belerang atau besi dan karbon yang diperolehnya dari karbon dioksida. Mereka merupakan kelompok berjumlah sangat sedikit, tetapi merupakan kelompok yang menunjang oksidasi nitrat dan belerang yang sangat penting bagi tumbuhan. Sebagian besar dari bakteri bersifat heterotropik, yaitu mereka memperoleh energinya dari bahan organik. Bakteri yang berperan dalam pelapukan bahan organik semuanya bersifat heterotropik. Bakteri turut serta dalam semua perubahan bahan organik. Mereka memegang monopoli dalam reaksi enzimatik : (1) nitrifikasi; (2) oksidasi bakteri; dan (3) fiksasi nitrogen. Bila ini terganggu maka kehidupan seluruh tumbuhan akan terganggu.
Fungi
Fungi adalah organisme yang tidak berklorofil dan mempunyai dinding sel yang kaku. Beberapa bersel satu, yang lain multiselular dan menunjukkan sedikit perbedaan pada bagian-bagian strukturalnya. Ukuran dan bentuknya berkisar dari khamir yang mikroskopik dan bersel satu sampai kepada cendawan berfilamen yang mikroskopik dan multiseluler (kapang) sampai kepada jamur yang multiseluler dan amat besar (raksasa) serta jamur kelentos. Fungi memperbanyak diri melalui berbagai macam proses, baik seksual maupun aseksual.
Fungi merupakan jazad mikro yang tahan. Mereka dapat menghancurkan selulosa, zat pati, gum, lignin, dan senyawa organik yang mudah dilapuk, seperti protein dan gula. Sehubungan dengan pembentukan humus dan agregasi zarah tanah fungi lebih berperan daripada bakteri terutama pada tanah sangat masam (Soepardi, 1983).
Jumlah total mikrob dalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah tanpa mempertimbangkan hal-hal lain, karena pada tanah subur jumlah mikrobianya tinggi. Populasi yang tinggi menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang cukup ditambah temperatur yang sesuai, ketersediaan air cukup, dan kondisi ekologi lain yang mendukung. Jumlah mikrob tanah harus dipertimbangkan sebagai penciri (deskriptif) dan tidak digunakan sebagai indeks kesuburan tanah semata (Anas, 1989)
2.4 Soil Conditioner
Pembenah tanah atau Soil Conditioner didefinisikan sebagai bahan-bahan sintetis atau alami, organik atau mineral, berbentuk padat maupun cair yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pembenah sintesis adalah bahan pembenah tanah yang diproduksi secara rekayasa kimia dari bahan-bahan organik atau mineral yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Sedangkan pembenah tanah alami adalah pembenah tanah yang berasal dari bahan-bahan organik atau mineral yang diproduksi tidak dengan rekayasa kimia yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Pembenah tanah organik adalah pembenah tanah sintetis atau alami yang sebagian besar dari bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, dan atau hewan yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Pembenah tanah mineral adalah pembenah tanah sintetis atau alami yang sebagian besar berasal dari bahan anorganik (mineral) yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah (Suriadikarta, et al., 2005).
Secara garis besar, bahan pembenah tanah (Soil Conditioner) dibedakan
menjadi 2 yaitu alami dan sintetis (buatan pabrik), dan berdasarkan senyawa
pembentuknya juga dapat dibedakan dalam 2 kategori yakni pembenah tanah
organik (termasuk hayati) dan pembenah tanah anorganik. Konsep penggunaan
erosi dan pencemaran, (2) merubah sifat hidrophobic atau hidrofilik, sehingga
merubah kapasitas tanah menahan air (water holding capacity), (3) meningkatkan
kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Beberapa bahan pembenah tanah, juga
mampu menyuplai unsur hara tertentu, meskipun jumlahnya relatif kecil dan
seringkali tidak semua unsur hara yang terkandung dalam bahan pembenah tanah
dapat segera digunakan untuk tanaman (Dariah, 2007).
2.4.1 Jenis –Jenis Soil Conditioner
Gipsum (kalsium sulfat) secara luas tersedia dalam bentuk asli yang biasa langsung ditambang, atau sebagai bahan utama produksi. Gipsum sudah menunjukkan pertambahan efektivitas dari kondisi fisik dari beberapa tipe tanah mulai dari tanah masam dengan pelapukan tinggi dan salinitas rendah.
Penelitian lapang menunjukkan bahwa pengolahan tanah dengan gipsum dapat meningkatkan infiltrasi dan mengurangi erosi. Selain itu penambahan gipsum dapat mengurangi kekerasan lapisan bawah tanah, sehingga penetrasi akan lebih mudah.
Sintetik polimer organik dapat menstabilkan struktur tanah dengan baik setara dengan polimer organik alami seperti polisakarida. Tetapi aplikasi besar dari polimer-polimer ini akan tidak ekonomis. Beberapa spesies dari alga yang tinggal dekat permukaan tanah diketahui dapat menghasilkan senyawa stabilizing
untuk efektifitas agregat. Aplikasi dari kuantitas kecil dari preparat komersial yang mengandung semacam alga dapat membawa pertambahan struktur tanah dipermukaan secara signifikan.
Berbagai bahan humat dipasarkan untuk memperbaiki kondisi tanah ketika dicampur dengan tanah pada dosis rendah (<500 Kg/ha). Bagaimanapun juga penelitian dari berbagai universitas masih belum berhasil menunjukkan bahwa material-material tersebut belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap stabilitas agregat dan hasil tanaman (Brady dan Weil, 2002).
Menurut Schulte dan Kelling (1998) Soil Conditioner organikdapat terdiri dari kompos, sisa tanaman, serbuk gergaji, limbah lumpur, dan pupuk hijau. Bauder (1976) juga memberikan contoh Soil Conditioner yang cukup populer yaitu Leonardite, Sawdust, Planter II, dan Krilium. Beberapa Soil Conditioner
secara teori dapat dipengaruhi oleh penambahan Soil Conditioner ke dalam tanah meliputi 1) kemampuan menahan air, 2) aerasi, 3) suhu, 4) kapasitas dan ketersediaan hara, 5) struktur dan agregat stabilitas, 6) populasi dan perilaku mikroorganisme, 7) bahan organik, 8) perilaku hewan, termasuk serangga. Masing-masing sifat dapat mempengaruhi hal lainnya. Sebagai contoh, struktur tanah dan stabilitas agregat mempengaruhi aliran air permukaan, angin dan erosi, kandungan air dan pergerakan air.
Penelitian lain mengenai Soil Conditioner dilakukan oleh Herudjito (1985), menggunakan Soil Conditioner bitumen, sampah kota, kotoran sapi, serta lateks kebun karet. Hasil yang diperoleh menunjukkan Soil Conditioner
berpengaruh terhadap beberapa sifat fisik (bobot isi, pori total, pori kapiler, dan kemantapan agregat) setelah waktu yang cukup lama yaitu setelah 105 hari. Pada waktu usia 52 hari diberi perlakuan semua Soil Conditioner belum memberi pengaruh yang nyata terhadap semua sifat fisik Tanah Latosol.
Penelitian Means et al., (2005) juga menambahkan bahwa pemberian Soil Conditioner memiliki keefektifan yang sama dibanding dengan penggunaan pupuk dalam meningkatkan aktivitas mikrobiologi dan pertumbuhan buah melon. O¨ ztu¨rk, (2005) melakukan penelitian menggunakan Terralyt Plus, yaitu sejenis
Soil Conditioner organik yang diteliti pada tanah bertekstur lempung berliat, dan lempung berpasir di bawah kondisi rumah kaca. Hasil nya menunjukkan bahwa
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian dimulai pada bulan April 2010 sampai bulan Maret 2011 yang dilakukan di University Farm Cikabayan, Institut Pertanian Bogor untuk kegiatan pengomposan, pembuatan Soil Conditioner dan inkubasi Soil Conditioner. Analisis tanah awal, dan tanah sesudah diinkubasi dilakukan di Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah, Laboratorium Bioteknologi Tanah, dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah.
3.2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibagi dalam tiga bagian besar, yaitu bahan yang digunakan untuk pengomposan, pengayaan Soil Conditioner dan inkubasi. Bahan untuk pengomposan adalah sampah pasar, jerami padi, kotoran sapi, dolomit, gula merah cair, pupuk SP 18, dan Urea. Bahan untuk Soil Conditioner adalah hasil pengomposan, pupuk mikro ( Zn, Cu, dan Mn), cairan ekstraksi kotoran kambing, biochar, dan tepung tapioka. Bahan untuk inkubasi dan analisis adalah Soil Conditioner, tanah Podsolik Merah Kuning, media Nutrient Agar, dan Martin Agar.
3.3. Metode dan Pelaksanaan Penelitian 3.3.1. Pembuatan Soil Conditioner
(Pengomposan C/N : 15-30)
(Pengayaan)
Gambar 1 Metode Pembuatan Soil Conditioner.
Bahan yang akan digunakan untuk pembuatan kompos adalah SP 18, dolomit dan biochar, yang dibuat dengan menggunakan serbuk gergaji sebagai salah satu jenis limbah. SP 18, dolomit dan biochar diberikan dalam bentuk butiran 100 mesh. Seluruh bahan yang digunakan dianalisis kandungan haranya.
Bahan Kompos :
Kotoran Sapi, Jerami padi / Sampah Pasar, SP 18, Dolomit, Urea
Biochar Kompos
Unsur Hara Mikro
Cu Cairan Ekstraksi Pupuk Kandang (kotoran kambing)
Soil Conditioner
Perekat : Tapioka
Soil Conditioner
Briket
Pengeringan
Hanya kompos yang memiliki nilai C/N 15-30 yang dicetak sebagai Soil Conditioner. Pencetakan briket Soil Conditioner dilakukan dengan menggunakan cetakan dengan volume 1 cm3 . Bahan perekat yang digunakan adalah tepung tapioka yang sudah diencerkan, juga ekstrak kotoran kambing sebagai pengayaan unsur, bentuk briket adalah seperti kubus (Gambar 2).
Gambar 2 Bentuk Soil Conditioner
Tabel 4 Rancangan Formulasi Soil Conditioner
Formulasi
Komposisi Bahan (%) Pengkayaan
Bentuk *Keterangan: tapioka hanya digunakan sebagai perekat pada pembuatan Soil Conditioner dalam bentuk briket (Sari, 2011)
A. Briket dari kompos dengan komposisi bahan A ditambahkan pupuk Cu (5ppm), cairan hasil ekstraksi kotoran domba (1500 ml), biochar (10%) dan bahan perekat berupa tepung tapioka (5%).
B. Briket dari kompos dengan komposisi bahan B ditambahkan pupuk Cu (5ppm), cairan hasil ekstraksi kotoran domba (1500 ml), biochar (10%) dan bahan perekat berupa tepung tapioka (5%).
3.3.2. Inkubasi Tanah dengan Soil Conditioner
dan sampah pasar 2) dosis aplikasi Soil Conditioner dengan 3 perlakuan yaitu dosis A yaitu 1 : 20, dosis B yaitu 1 : 30, dosis C yaitu 1 : 40. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 27 satuan percobaan.
Tanah yang digunakan untuk inkubasi pada penelitian ini adalah tanah Podsolik Merah Kuning. Tanah diambil pada lapisan topsoil lalu dikering udarakan dan diayak oleh saringan 2 mm. Tanah yang belum diinkubasi ini dianalisis sifat fisika, biologi dan kimia. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan sifat-sifat fisika dan biologi pada tanah setelah diberi perlakuan Soil Conditioner.
Proses inkubasi dilakukan dengan cara mencampur merata Soil Conditioner dengan tanah yang sudah ditimbang sebanyak 6 kg (berdasarkan bobot kering mutlak pada kapasitas lapang) ke dalam polybag (Gambar 3).
Gambar 3 Proses Pencampuran Soil Conditioner dengan Tanah.
Penimbangan massa tanah pada polybag dilakukan 2 hari sekali. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan massa air dalam polybag. Tanah dalam
Gambar 4 Proses Penyiraman Tanah Inkubasi
Juga ketika tanah terlalu basah, maka perlu melakukan pembuangan air, hingga tanah mencapai kondisi kapasitas lapang. Polybag yang sudah diisi tanah dan Soil Conditioner kemudian diletakkan teratur pada rak bambu (Gambar 5).
Gambar 5 Tempat Inkubasi
Pengambilan sampel untuk analisis dilakukan pada minggu ke 4 inkubasi. Masing-masing 3 sampel ulangan dari tiap formulasi yang ada. Pengambilan meliputi contoh tanah utuh dan terganggu. Tanah utuh diambil menggunakan ring sample dan kemudian dibungkus dengan alumunium foil dan solatip, sedangkan tanah terganggu diambil langsung secara komposit dan dimasukkan ke dalam plastik bening. Tanah utuh digunakan untuk analisis sifat fisik tanah, sedangkan tanah terganggu digunakan untuk analisis sifat biologi tanah.
3.3.3. Pengamatan Parameter dan Pengumpulan Data
Parameter yang diamati antara lain : 1) bobot isi tanah, 2) porositas, 3) pori drainase sangat cepat, 4) permeabilitas, 5) kadar air Jenuh, 6) pF 1 dan 2,54 7) total mikrob, 8) total fungi. Untuk pengamatan bobot isi tanah, porositas, pori drainase, permeabilitas, kadar air jenuh, dan nilai pF dilakukan pada Laboratorium Fisika Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB. Untuk pengamatan total fungi dan total mikrob dilakukan pada Laboratorium Bioteknologi Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB.
Bobot Isi
Pengukuran dilakukan pada sampel yang diambil pada tanah yang diinkubasi oleh Soil Conditioner selama 4 minggu. Contoh tanah utuh diambil menggunakan ring sample. Volume tabung bagian dalam adalah luas lingkaran dalam dikalikan tinggi tabung. Timbang tanah dengan tabungnya (x gram), timbang tabung kosong (y gram), tetapkan kadar air tanah (z gram). Hitung bobot isi dengan rumus =
Porositas Total
Porositas (%) diperoleh bobot isi tanah sudah ditentukan. Data yang harus diketahui lainnya adalah bobot jenis partikel yaitu 2,65 g/cm3. Untuk menghitung porositas total digunakan rumus =
Porositas Total B
P x %
Pori Drainase Sangat Cepat
Persen pori drainase sangat cepat adalah selisih antara porositas total dengan kadar air (% volume) pada pF 1,0. Persen pori drainase cepat adalah selisih kadar air pada pF 1.0 dengan pF 2.0. Persen pori drainase lambat adalah selisih kadar air pada pF 2,0 dengan pF 2,54.
Bobot isi = / g/cm3
Porositas Total B
P x %
Permeabilitas
Perhitungan permeabilitas dilakukan dengan menggunakan hukum Darcy
Dimana K adalah permeabilitas (cm/jam), Q adalah banyaknya air yang mengalir setiap pengukuran (ml), t= waktu pengukuran (jam), L = tebal contoh tanah (cm), h tinggi permukaan air dari permukaan contoh tanah (cm), A adalah luas permukaan contoh tanah (cm2).
Kadar Air Jenuh
Untuk mengamati parameter ini, maka tanah harus dijenuhkan terlebih dahulu kurang lebih tiga hari, dengan diletakan pada ring sample yang direndam pada baskom berisi air setinggi 1-2 cm. Setelah itu tanah lalu ditimbang dan dioven 105°, hingga kering sepenuhnya kurang lebih 2 x 24 jam. Nilai kadar air jenuh didapat dari bobot air dibagi bobot tanah kering mutlak dikali 100%
Nilai pF
Pengukuran nilai pF dilakukan pada tanah utuh, yang kemudian dipotong sebesar kurang lebih berdiameter 4 cm dengan hati-hati. Contoh tanah tersebut diatur pada piring berpori, kemudian dijenuhkan dengan air, dan dibiarkan selama 48 jam. Contoh tanah yang sudah jenuh ini dimasukkan pada pressure plateapparatus dan atur pada tekanan pF1, dan contoh lain pada pF 2,54. Tunggu sampai tetesan air dari mangkuk apparatus berhenti. Jika sudah berhenti lalu timbang masing-masing contoh tanah, lalu masukkan ke oven 105° selama 24 jam. Untuk menentukan kadar air pF maka diperoleh dari menentukan kadar air contoh tanah dari masing-masing pF, dan dikalikan dengan bobot isi.
Total Mikrob dan Fungi
selama 3-5 hari pada oven bersuhu ruang. Setelah hari ke-3 dilakukan pengamatan dengan cara menghitung jumlah koloni yang terlihat pada cawan petri secara kuantitatif.
3.3.4. Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 × 3 yang terdiri dari faktor A yaitu taraf jenis bahan Soil Conditioner dan faktor B yaitu taraf dosis aplikasi dengan tiga ulangan. Model matematik yang digunakan sebagai berikut :
Keterangan :
Yijk = Nilai pengamatan perlakuan ke-i, perlakuan ke-j, dan ulangan ke-k µ = Rataan umum
αi = Pengaruh level jenis bahan Soil Conditioner ke-i βj = Pengaruh level dosis aplikasi Soil Conditioner ke-j
(αβ) ij = Pengaruh interaksi perlakuan level jenis bahan ke-i dan perlakuan level dosis aplikasi ke-j
εij = Error perlakuan ke-i, perlakuan ke-j, dan ulangan ke-k
Data hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan Analisis Sidik Ragam (Analysis of Variance/ ANOVA ) melalui software Statistica 8,0. Jika hasilnya berbeda nyata (P<0,05) diuji lanjut dengan Tukey pada taraf 5 %.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sifat Soil Conditioner
Bobot isi rata-rata Soil Conditioner yang dipadatkan dalam bentuk briket adalah sebesar 0,64 g/cm3. Kandungan unsur hara makro C, N, P, K, Ca, dan Mg pada Soil Conditioner berbahan sampah pasar lebih tinggi dari Soil Conditioner
berbahan jerami padi. Begitu pula kandungan hara mikro Fe, Cu dan Zn.
Nilai C-Organik pada Soil Conditioner berbahan sampah pasar lebih besar dibanding dengan yang berbahan jerami padi, yaitu 27,16% untuk sampah pasar dan 25,14% untuk jerami padi. Ini menunjukkan bahwa bahan organik yang dimiliki pada Soil Conditioner berbahan sampah pasar lebih tinggi dibanding Soil Conditioner berbahan jerami padi namun nilai di antara keduanya tidak berbeda nyata. Total mikrob untuk sampah pasar memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 5,05 x 1011 CFU/g, dan total fungi jerami padi memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 9,3 x 106 CFU/g. Jumlah mikroorganisme yang tinggi pada tanah yang sudah diinkubasi berasal dari ekstraksi kotoran kambing dan bahan dasar kotoran sapi yang terdapat pada Soil Conditioner (Sari, 2011). Sifat-sifat Soil Conditioner
tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Sifat-Sifat Soil Conditioner dan Bahan Dasarnya Menurut Sari (2011)
Parameter satuan Soil Conditioner
Jerami Padi Sampah Pasar Kadar Air Kapasitas Lapang
Kandungan bahan yang juga terdapat pada Soil Conditioner adalah
biochar. Manfaat biochar atau arang serbuk gergaji menurut Gusmailina (2009) di antaranya adalah memperbaiki kondisi tanah (struktur, tekstur dan pH tanah), sehingga memacu pertumbuhan akar tanaman, meningkatkan perkembangan mikroorganisme tanah (arang sebagai rumah mikroba), meningkatkan kemampuan tanah menahan air dan menjaga kelembaban tanah, dan menyerap residu pestisida serta kelebihan pupuk di dalam tanah. Arang mempunyai pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan air dan unsur hara tanah. Keuntungan pemberian arang pada tanah sebagai pembangun kesuburan tanah disebabkan karena arang mempunyai kemampuan dalam memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah, meningkatkan pH tanah sehingga pada akhirnya dapat merangsang dan memudahkan pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman. Jumlah bahan organik, aktivitas mikroorganisme, dan penambahan biochar merupakan faktor penting yang mempengaruhi kerja Soil Conditioner.
4.2. Pengaruh Soil Conditioner terhadap Sifat Fisik Tanah
Podsolik Merah Kuning memiliki nilai bobot isi 1.05 g/cm3, porositas 60,54 %, permeabilitas 0,43 cm/jam, kadar air jenuh 59,9 %, pF 1 sebesar 56,15 %, pF 2 sebesar 48,42 %, pF 2,54 sebesar 35,93%, pori drainase sangat cepat 4,39 %, pori drainase cepat 7,73 %, dan pori drainase lambat 12,48% .
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa Soil Conditioner
memiliki pengaruh dalam upaya memperbaiki sifat fisik Podsolik Merah Kuning. Dalam waktu inkubasi selama 4 minggu, Soil Conditioner dapat memberikan perubahan terhadap sifat-sifat fisik tanah Podsolik Merah Kuning.
4.2.1 Bobot Isi
bobot isi tanah Podsolik Merah Kuning. Hasil analisis data dari perlakuan pemberian Soil Conditioner dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Nilai Bobot Isi (g/cm3) Tanah Inkubasi pada Berbagai Dosis Aplikasi
Soil Conditioner, yaitu A (1 : 20), B (1:30) dan C (1:40), dengan Bahan Dasar Jerami Padi dan Sampah Pasar.
Soil Conditioner
Dosis
Rata-Rata A B C
Kontrol 0,90 0,90 0,90 0,90a
Jerami Padi 0,77 0,75 0,85 0,79a
Sampah Pasar 0,87 0,90 0,94 0,90a
Rata-Rata 0,85a 0,85a 0,90a
Keterangan :Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom/baris yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata (P<0,05), berdasarkan uji lanjut Tukey 5%. Perbandingan nilai kritis : 0.1158
Gambar 6 Diagram Nilai Bobot Isi Tanah Podsolik Merah Kuning yang Diinkubasi dengan Soil Conditioner Berbahan Jerami Padi dan Sampah Pasar.
4.2.2 Permeabilitas
Parameter selanjutnya yang juga dipengaruhi oleh aplikasi Soil Conditioner adalah permeabilitas. Analisis Sidik Ragam menunjukkan bahwa jenis serta interaksi antara jenis dan dosis Soil Conditioner nyata meningkatkan (P<0,05) nilai permeabilitas pada tanah Podsolik Merah Kuning. Uji lanjut Tukey
pada taraf 5% menunjukkan bahwa dosis A (1 : 20) pada perlakuan jerami padi nyata meningkatkan (P<0,05) permeabilitas, sedangkan untuk dosis C (1:40), hanya jenis sampah pasar yang berbeda nyata terhadap kontrol. Hasil analisis data yang diperoleh melalui pemberian Soil Conditioner, dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Nilai Permeabilitas (cm/jam) Tanah Inkubasi pada Berbagai Dosis Aplikasi Soil Conditioner, yaitu A (1 : 20), B (1:30) dan C (1:40), dengan Bahan Dasar Jerami Padi dan Sampah Pasar.
Soil Conditioner perbedaan nyata (P<0,05), menurut uji lanjut Tukey 5 %. Perbandingan nilai kritis : 19.418
Nilai rataan nilai permeabilitas tertinggi terdapat pada jenis sampah pasar. Hal ini berkaitan erat dengan aktivitas mikroorganisme tanah dan juga pemberian
biochar yang mampu meningkatkan pori kasar pada tanah, sehingga tanah lebih berongga, dan dapat mempengaruhi nilai permeabilitas. Perbedaan nilai permeabilitas di antara jenis jerami padi dan sampah pasar tidak berbeda nyata, akan tetapi nilai terbesar didapat oleh Soil Conditioner berbahan jerami padi dengan dosis A. Jerami padi merupakan bahan yang kasar, dan juga mengandung banyak fungi, sehingga pori kasar dalam tanah semakin banyak, dan tanah pun semakin berongga. Untuk melihat perbandingan antara masing-masing perlakuan dengan kontrol dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Diagram Nilai Permeabilitas Tanah Podsolik Merah Kuning yang Diinkubasi dengan Soil Conditioner Berbahan Jerami Padi dan Sampah Pasar.
4.2.3 Kadar Air Jenuh
Analisis Sidik Ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis bahan Soil Conditioner nyata meningkatkan (P<0,05) nilai kadar air jenuh tanah Podsolik Merah Kuning, sedangkan jumlah dosis, dan interaksi antara jenis dan dosis tidak berpengaruh nyata. Uji lanjut Tukey pada taraf 5% menunjukkan bahwa antara jerami padi dan sampah jika dibandingkan dengan kontrol pada dosis A (1:20), B (1:30), dan C (1:40) menghasilkan nilai kadar air jenuh yang berbeda nyata. Nilai kadar air jenuh pada tanah Podsolik Merah Kuning yang diberi aplikasi Soil Conditioner dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8 Nilai Kadar Air Jenuh (%) Tanah Inkubasi pada Berbagai Dosis Aplikasi
Soil Conditioner, yaitu A (1 : 20), B (1:30) dan C (1:40), dengan Bahan Dasar Jerami Padi dan Sampah Pasar.
Soil Conditioner
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom/baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05), menurut uji lanjut Tukey 5 %. Perbandingan nilai kritis: 6.8185
Hasil rataan tertinggi didapat pada jenis bahan sampah pasar yaitu 88,45%. Nilai rataan jerami padi dan sampah pasar berbeda nyata dengan kontrol, akan tetapi nilai kadar air jenuh di antara jerami padi dan sampah pasar tidak berbeda nyata, hal ini disebabkan oleh kandungan bahan organik, biochar, dan aktivitas mikroorganisme yang tidak berbeda nyata di antara kedua bahan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kedua jenis soil conditioner memiliki kemampuan yang sama dalam meningkatkan kadar air jenuh tanah Podsolik Merah Kuning.
Soil Conditioner terbukti dapat meningkatkan kadar air jenuh pada tanah Podsolik Merah Kuning. Hal ini disebabkan oleh kandungan bahan organik pada sampah pasar dan jerami padi yang dapat meningkatkan nilai kadar air jenuh,
karena bahan organik mempunyai pori-pori mikro yang jauh lebih banyak
dibanding partikel mineral tanah, yang berarti luas permukaan penjerap (kapasitas
simpan) air juga lebih banyak, sehingga makin tinggi kadar bahan organik tanah
akan makin tinggi kadar dan ketersediaan air tanah (Rachman, 1992). Untuk
Gambar 8 Diagram Nilai Kadar Air Jenuh Tanah Podsolik Merah Kuning yang Diinkubasi dengan Soil Conditioner Berbahan Jerami Padi dan Sampah Pasar.
4.2.4 Porositas
Nilai porositas dipengaruhi oleh nilai bobot isi dan bobot jenis partikel, pada perhitungan ini digunakan bobot jenis partikel tanah sebesar 2,65 g/cm3. Analisis Sidik Ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis bahan Soil Conditioner memberikan pengaruh yang nyata (P< 0,05) terhadap nilai porositas tanah Podsolik Merah Kuning, sedangkan dosis serta interaksi antara jenis dan dosis tidak berbeda nyata. Uji lanjut Tukey pada taraf 5%, menunjukkan bahwa perbedaan di antara jenis Soil Conditioner tersebut tidak berbeda nyata. Nilai Porositas pada tanah Podsolik Merah Kuning yang diberi aplikasi Soil Conditioner dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini.
Tabel 9 Nilai Porositas (%) Tanah Inkubasi pada Berbagai Dosis Aplikasi Soil Conditioner, yaitu A (1 : 20), B (1:30) dan C (1:40), dengan Bahan Dasar Jerami Padi dan Sampah Pasar.
Soil Conditioner
Dosis
Rata-Rata A B C
Kontrol 65,99 65,99 65,99 65,99a
Jerami Padi 70,98 71,61 67,81 70,13a
Sampah Pasar 67,23 66,02 64,47 65,90a
Rata-Rata 68,07a 67,87a 66,09a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom/baris yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata (P<0,05), menurut uji lanjut Tukey 5% . Perbandingan nilai kritis: 4.3841
Besar rataan porositas dari jerami padi yaitu 70,13 % lebih tinggi dibanding dengan sampah pasar yaitu 65,90 %, akan tetapi menurut uji lanjut
Tukey kedua nilai tersebut tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan oleh perbedaan bahan organik, aktivitas mikroba, dan biochar pada sampah pasar juga jerami padi. Menurut Soepardi (1983), ruang pori yang tinggi dicerminkan oleh kapasitas menahan air yang tinggi.
Tanah yang diinkubasi dengan Soil Conditioner berbahan jerami padi memiliki nilai porositas yang tinggi disebabkan oleh nilai total fungi yang tinggi pada jerami padi, serta kandungan biochar yang dapat menyebabkan pori kasar semakin tinggi, maka porositas pun semakin meningkat. Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, dan tekstur tanah. Porositas tanah akan tinggi apabila bahan organik tinggi (Sarwono, 1986). Perbedaan jenis bahan antara jerami padi dan sampah pasar tidak menghasilkan nilai porositas yang berbeda nyata disebabkan oleh kandungan bahan organik, aktivitas mikroorganisme, serta kandungan biochar pada kedua bahan tersebut tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa kedua jenis soil conditioner
memiliki kemampuan yang sama dalam meningkatkan porositas tanah Podsolik Merah Kuning. Untuk melihat perbandingan data dengan kontrol dapat dilihat pada Gambar 9.
4.2.5 Kadar Air PF 1
Pemberian Soil Conditioner dapat meningkatkan nilai kadar air pF 1 tanah Podsolik Merah Kuning. Analisis Sidik Ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis bahan Soil Conditioner pada tanah Podsolik Merah Kuning nyata meningkatkan (P<0,05) nilai kadar air pF 1, sedangkan dosis dan interaksi antara jenis dan dosis tidak berbeda nyata. Uji lanjut Tukey pada taraf 5% menunjukkan bahwa nilai kadar air pF1 antara jenis bahan sampah pasar dan jerami padi berbeda nyata dengan kontrol. Data hasil analisis kadar air pF1 disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Nilai Kadar Air pF 1 (%) Tanah Inkubasi pada Berbagai Dosis Aplikasi
Soil Conditioner, yaitu A (1 : 20), B (1:30) dan C (1:40), dengan Bahan Dasar Jerami Padi dan Sampah Pasar
Soil Conditioner
Dosis
Rata-Rata A B C
Kontrol 56,15 56,15 56,15 56,15b
Jerami Padi 66,96 64,76 63,75 65,15a
Sampah Pasar 61,04 64,95 71,58 65,92a
Rata-Rata 61,38a 60,46a 59,95a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom/baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05), menurut uji lanjut Tukey 5%. Perbandingan nilai kritis 6.5220
Gambar 10 Diagram Nilai pF1 Tanah Podsolik Merah Kuning yang Diinkubasi dengan Soil Conditioner Berbahan Jerami Padi dan Sampah Pasar.
4.2.6 PF 2,54
Analisis Sidik Ragam menunjukkan bahwa pemberian Soil Conditioner
nyata meningkatkan (P<0,05) nilai pF 2,54 tanah Podsolik Merah Kuning. Berdasarkan uji lanjut Tukey pada taraf 5%, nilai pF 2,54 pada sampah pasar berbeda nyata dengan kontrol dan jerami padi. Data hasil analisis disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Nilai pF 2,54 (%) Tanah Inkubasi pada Berbagai Dosis Aplikasi Soil Conditioner, yaitu A (1 : 20), B (1:30) dan C (1:40), dengan Bahan Dasar Jerami Padi dan Sampah Pasar.
Soil Conditioner
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom/baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05), menurut uji lanjut Tukey 5%.Perbandingan nilai kritis : 5.6377
Hasil rataan perlakuan jenis bahan Soil Conditioner menunjukkan bahwa rataan nilai jenis sampah pasar berbeda nyata (P<0,05) dengan nilai kontrol dan
Soil Conditioner jenis jerami padi. Hal ini menunjukkan bahwa jenis bahan sampah pasar baik dalam meningkatkan kadar air kapasitas lapang pada tanah
Podsolik Merah Kuning. Ini disebabkan oleh mikroorganisme dalam sampah pasar, dan juga bahan organik yang tinggi yang menambah kemampuan tanah mengikat air (Soepardi, 1983). Bahan organik mempunyai pori-pori mikro yang jauh lebih banyak dibanding partikel mineral tanah, yang berarti luas permukaan
penjerap (kapasitas simpan) air juga lebih banyak, sehingga makin tinggi kadar
bahan organik akan makin tinggi kadar dan ketersediaan air tanah (Rachman,
1992). Untuk melihat perbandingan setiap nilai pF 2,54 dengan kontrol dapat
dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Diagram Nilai PF 2,54 Tanah Podsolik Merah Kuning yang Diinkubasi dengan Soil Conditioner Berbahan Jerami Padi dan Sampah Pasar.
4.2.7 Pori Drainase Sangat Cepat
Nilai pori drainase sangat cepat merupakan selisih kadar air pada pF 1 dengan nilai porositas tanah. Pemberian Soil Conditioner dapat meningkatkan jumlah pori drainase sangat cepat pada tanah Podsolik Merah Kuning. Analisis Sidik Ragam menunjukkan bahwa jenis bahan Soil Conditioner, nyata meningkatkan (P<0,05) nilai pori drainase sangat cepat pada Tanah Podsolik Merah Kuning, sedangkan dosis serta interaksi antara jenis dan dosis tidak berbeda nyata. Uji lanjut Tukey pada taraf 5 % menunjukkan bahwa rataan nilai pori drainase sangat cepat untuk Soil Conditioner berbahan jerami padi dan sampah pasar berbeda nyata (P<0,05) dengan nilai kontrol. Data analisis pori drainase sangat cepat dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Nilai Pori Drainase Sangat Cepat (%) Tanah Inkubasi pada Berbagai Dosis Aplikasi Soil Conditioner, yaitu A (1 : 20), B (1:30) dan C (1:40), dengan Bahan Dasar Jerami Padi dan Sampah Pasar
Soil Conditioner Dosis
Rata-Rata
A B C
Kontrol 4,39 4,39 4,39 4,39b
Jerami Padi 22,64 21,88 20,32 21,61a
Sampah Pasar 30,29 24,88 12,43 22,53a
Rata-Rata 19,11a 17,05a 12,38a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom/baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05), menurut uji lanjut Tukey 5%.Perbandingan nilai kritis : 8.7986
Nilai rata-rata jerami padi dan sampah pasar berbeda nyata dengan kontrol. Sampah pasar memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan jerami padi. Akan tetapi nilai pori drainase sangat cepat pada jenis bahan jerami padi dan sampah pasar tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan oleh kandungan bahan organik dan aktivitas mikroorganisme yang cenderung sama pada kedua bahan tersebut, serta pemberian biochar yang jumlahnya sama. Soil Conditioner dapat meningkatkan nilai pori drainase sangat cepat berkaitan dengan total mikroorganisme yang tinggi pada jenis bahan sampah pasar, dan juga pemberian
Gambar 12 Diagram Nilai Pori Drainase Sangat Cepat Tanah Podsolik Merah Kuning yang Diinkubasi dengan Soil Conditioner Berbahan Jerami Padi dan Sampah Pasar
4.3. Pengaruh Soil Conditioner terhadap Sifat Biologi Tanah
Hasil analisis pendahuluan terhadap sifat biologi tanah Podsolik Merah Kuning menunjukkan nilai total mikrob yaitu 2,07 x106 CFU/g, dan total fungi 0,45 x104 CFU/g.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa Soil Conditioner
memiliki pengaruh dalam upaya memperbaiki sifat biologi Podsolik Merah Kuning. Dalam waktu inkubasi selama 4 minggu, Soil Conditioner mampu meningkatkan nilai total mikrob dan total fungi (Tabel 13 dan 14)
4.3.1 Total Mikrob
Tabel 13 Nilai Total Mikrob (x106 CFU/g) Tanah Inkubasi pada Berbagai Dosis Aplikasi Soil Conditioner, yaitu A (1 : 20), B (1:30) dan C (1:40), dengan Bahan Dasar Jerami Padi dan Sampah Pasar.
Soil Conditioner Dosis
Rata-Rata
A B C
Kontrol 2,07 2,07 2,07 2,07b
Jerami Padi 82,67 66,5 70,17 73,11a
Sampah Pasar 152 54,5 155,83 120,78a
Rata-Rata 78,91a 41,02a 76,02a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05), menurut uji lanjut Tukey 5 %. Perbandingan nilai kritis 62.613
Nilai tertinggi dihasilkan oleh jenis sampah pasar dengan dosis C yaitu 155,83 x 106 CFU/g, dan yang terendah adalah sampah pasar dengan dosis B yaitu 54,50 x 104 CFU/g. Hal ini berkaitan dengan penelitian sebelumnya (Sari, 2011) yang menyebutkan bahwa nilai total mikrob pada Soil Conditioner berbahan sampah lebih banyak jumlah koloninya dibanding dengan Soil Conditioner
Gambar 13 Diagram Nilai Total Mikrob Tanah Podsolik Merah Kuning yang Diinkubasi dengan Soil Conditioner Berbahan Jerami padi dan Sampah Pasar.
4.3.2 Total Fungi
Pemberian Soil Conditioner ke dalam tanah dapat meningkatkan nilai total fungi pada tanah Podsolik Merah Kuning. Analisis Sidik Ragam menunjukkan bahwa jenis bahan Soil Conditioner nyata meningkatkan (P<0,05) nilai total fungi pada tanah Podsolik, sedangkan besar dosis aplikasi dan interaksi antara dosis dan jenis tidak berbeda nyata. Uji lanjut Tukey 5% menunjukkan bahwa Soil Conditioner berbahan jerami padi berbeda nyata dengan nilai kontrol dan sampah pasar. Hasil analisis data dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Nilai Total Fungi (x104 CFU/g) Tanah Inkubasi pada Berbagai Dosis Aplikasi Soil Conditioner, yaitu A (1 : 20), B (1:30) dan C (1:40), dengan Bahan Dasar Jerami Padi dan Sampah Pasar.
Soil Conditioner Dosis
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05), menurut uji lanjut Tukey 5%, Perbandingan nilai kritis : 15,291
Jika dilihat dari rataan jenis, maka jenis bahan Soil Conditioner yang menghasilkan nilai total fungi terbesar adalah jenis jerami padi. Hal ini berkaitan
dengan penelitian sebelumnya (Sari, 2011) yang menyebutkan bahwa jumlah total fungi pada Soil Conditioner berbahan jerami padi lebih banyak dibanding Soil Conditioner lain yaitu 9.3 x 106 CFU/g. Fungi akan berkembang biak dengan baik pada jerami padi dibanding sampah pasar, dikarenakan bahan dasar jerami padi yang banyak mengandung lignin yang disukai oleh fungi. Jerami padi merupakan bahan berlignin tinggi dan fungi aktif sebagai agen dekomposisi lignin. Faktor penting yang erat hubungannya dengan aktivitas fungi adalah penambahan setiap bahan organik ke dalam tanah, terutama pupuk kandang yang sangat mempengaruhi miselia (Soepardi, 1983). Dalam penelitian ini yang berperan sebagai bahan makanan fungi adalah kotoran sapi dan juga ekstraksi kotoran kambing. Untuk melihat perbandingan setiap nilai total fungi dengan kontrol dapat dilihat pada Gambar 14.
V . KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
• Bahan dasar Soil Conditioner yaitu kompos, baik yang berbahan sampah pasar maupun jerami padi mampu menyerap air sebesar 2,5 kali bobotnya.
• Soil Conditioner berbahan dasar jerami padi dan sampah pasar yang diinkubasi selama 4 minggu dapat memperbaiki sifat fisik yaitu menurunkan bobot isi, serta meningkatkan porositas, permeabilitas, kadar air jenuh, pF1, pF 2,54, dan pori drainase tanah Podsolik Merah Kuning.
• Soil Conditioner berbahan dasar jerami padi dan sampah pasar yang diinkubasi selama 4 minggu dapat memperbaiki sifat biologi tanah yaitu meningkatkan nilai total mikrob dan total fungi tanah Podsolik Merah Kuning.
5.2 Saran
• Tanah-tanah yang berliat berat seperti Podsolik Merah Kuning disarankan untuk menggunakan Soil Conditioner berbahan alami sampah pasar dan jerami padi untuk memperbaiki kualitas tanah.
VI. DAFTAR PUSTAKA
[Deptan]. 2011. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis:
Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan . Badan Litbang Pertanian. : http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b1lahan. (31 Mei 2011) Anas, I. 1989. Biologi Tanah. IPB. Bogor
Arsyad,S. 1983 . Pengawetan Tanah dan Air. IPB . Bogor
Arsyad, S. 1996. Konservasi Tanah dan Air. Fakultas Pertanian. IPB Press. Bogor
Baskoro, D. P. T. dan S. D. Tarigan, 2007. Karakteristik Kemlembapan Tanah
pada Beberapa Jenis Tanah. Jurnal Tanah dan Lingkungan, Vol. 9 No.2, Oktober 2007:77-8
Bauder,W. J. 1976. Soil Conditioners-A Problem Or A Solution?. North Dakota Agricultural Experiment Station. Vol. 33. No. 4
Brady, N. Dan R. Weil, 2002. The Nature and Properties of Soils. Prentice Hall. New Jersey.
Dariah, A. 2007. Bahan Pembenah Tanah: Prospek dan Kendala Pemanfaatannya. SINAR TANI Edisi 16 - 22 Mei 2007.
Gardiner, D. T. Dan , R. W. Miller. 2004. Soil in Our Environment. Prentice Hall. Canada.
Gusmailina. 2009. Arang kompos bioaktif inovasi teknologi untuk menunjang pembangunan kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Badan Litbang Kehutanan. Bogor
Foth, H. D. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Editor S.A.Hudoyo. Edisi ketujuh. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hakim. N. Y., M. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha, G. B. Hong, dan H. H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UGM Press. Yogyakarta.
Hanafiah, A. K. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1985. Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor
Hillel, D. 1982. Introduction To Soil Physics. Florida. Academic Press Inc. Penerjemah : Susanto.HR dan Purnomo.HR. [Pengantar Fisika Tanah]. Mitra Gama Widya. Yogyakarta.
Manan, H. 2006. Teknologi Pengelolaan Lahan dan Air Mendukung Ketahanan Pangan. Direktur Jendral Pengelolaan Lahan dan Air.
Means, N. E., J. Christopher, R. J. Starbuck,. Kremer, W. Lewis. 2005. Effects of a Food Waste-Based Soil Conditioner On Soil Properties and Plant Growth. Compost Science & Utilization, (2005), Vol. 13, No. 2,116-121 Notohadiprawiro, T. 2006. Pertanian Lahan Kering di Indonesia : Potensi
Prospek, Kendala, dan Pengembangannya . Repro : Ilmu Tanah Universitas Gajah Mada 2006. Yogyakarta.
O¨ ztu¨ rk. H.S., C, Tu¨rkmen,. E, Erdogan,. O, Baskan., O, Dengiz., and M Parlak. 2004. Effects of a Soil Conditioner On Some Physical and Biological Features of Soils: Results from a Greenhouse Study. Bioresource Technology 96 (2005) 1950–1954
Prasetyo, B. H. dan D. A. Suriadikarta, 2006. Karakteristik, Potensi, dan
Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering dI Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006
Rachman, L. M.1992. Air Tanah dan Proses Pergerakannya, Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Rusdi, D. 2003. Karakterisasi Sifat Fisika Tanah pada Berbagai Tekstur dan
Jenis Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Sari, P. M. 2011. Pemanfaatan Kompos Jerami Padi dan Sampah Pasar sebagai Soil Conditioner. Fakultas Pertanian.IPB. Bogor
Schulte, E. E. And K.A. Kelling. 1998. Organic Soil Conditioner. University of Wisconsin. A2305 Uw Extension. Wisconsin
Sitorus, S. R. P., O. Haridjaja, dan K. R. Brata, 1978. Penuntun Praktikum Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Soedarmo, H., dan P. Djojoprawiro,. 1986. Fisika Tanah Dasar . Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Subagyo, H., N. Suharta, dan A.B. Siswanto. 2004.Tanah-tanah pertanian di