• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penerapan Olah Tanah Konservasi Terhadap Sifat Fisik Tanah Dan Produksi Jagung Pada Tanah Podsolik Merah Kuning Di Lampung Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penerapan Olah Tanah Konservasi Terhadap Sifat Fisik Tanah Dan Produksi Jagung Pada Tanah Podsolik Merah Kuning Di Lampung Timur"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN OLAH TANAH KONSERVASI

TERHADAP SIFAT FISIK TANAH DAN PRODUKSI JAGUNG PADA

TANAH PODSOLIK MERAH KUNING DI LAMPUNG TIMUR

NISA LATIFA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Penerapan Olah Tanah Konservasi Terhadap Sifat Fisik Tanah Pada Tanah Podsolik Merah Kuning di Lampung Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

NISA LATIFA. Pengaruh Penerapan Olah Tanah Konservasi Terhadap Sifat Fisik Tanah dan Produksi Jagung Pada Tanah Podsolik Merah Kuning di Lampung Timur. Dibimbing oleh LATIEF M. RACHMAN dan NENENG LAELA N.

Berdasarkan data dari Kementrian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, tahun 2000,

Podsolik Merah Kuning merupakan salah satu ordo tanah yang tersebar luas di Indonesia, yaitu sekitar 50.4 juta hektar atau 29.05% dari keseluruhan ordo tanah yang ada di Indonesia. Tanah Podsolik Merah Kuning memiliki peranan penting dalam pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Pengelolaan tanah Podsolik Merah Kuning di Indonesia umumnya belum tertangani dengan baik terutama pada lahan kering dan penggunaanya untuk pertanian tanaman pangan. Pada skala petani kendala ekonomi merupakan salah satu penyebab tidak terkelolanya tanah Podsolik Merah Kuning (Prasetyo dan Suriadikarta 2006). Perlakuan OT 1 (olah tanah sempurna tanpa mulsa) secara rata-rata menunjukkan sifat fisik tanah terburuk sedangkan sifat fisik tanah terbaik ditunjukan oleh perlakuan OT 3 yaitu olah tanah dalam larikan ditambah dengan aplikasi mulsa. Dengan demikian olah tanah konservasi OT3 sesuai digunakan untuk olah tanah pada tanah Podsolik Merah Kuning di kebun percobaan taman Bogo, Lampung Timur. Dari segi produksi perlakuan OT 1 memiliki rata-rata produksi terendah dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan OT 2, OT 3, dan OT 4 sedangkan pada perlakuan OT 2, 3, dan 4 secara rata-rata tidak menunjukkan perbedaan nilai yang nyata.

(6)
(7)

ABSTRACT

NISA LATIFA. Effect of Soil Conservation Tillage System to Soil Physical Properties and Corn Production on Red-Yellow Podzolic Soil in East Lampung Supervised by LATIEF M. RACHMAN dan NENENG LAELA N.

Based on data from the Department of Agricultural Research and Development Agency, Center for Research and Agro-climate, in 2000, Red Yellow Podzolic is one order of land is widespread in Indonesia, which is about 50.4 million hectares, or 29.05% of the total order of soil in Indonesia. Red Yellow Podzolic soil has an important role in the development of dryland farming in Indonesia. Red Yellow Podzolic soil management in Indonesia is generally not handled particularly well on dry land and its use for food crops. On a scale of farmers economic constraint is one of the causes of unmanaged Red Yellow Podzolic soil (Prasetyo and Suriadikarta 2006). Treatment OT 1 (tillage perfectly without mulch) on average showed the worst soil physical properties while the best soil physical properties shown by the treatment of OT 3 (tillage in the line plus mulch application). OT3 conservation tillage suitable for tillage the Red Yellow Podzolic soil in the experimental Taman Bogo, East Lampung. Production in terms of treatment OT 1 had an average of the lowest production and significantly different treatment while in OT 2, 3, and 4 on average showed no significant differences in value.

(8)
(9)

Skripsi

sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen IlmuTanah dan Sumberdaya Lahan

PENGARUH PENERAPAN OLAH TANAH KONSERVASI

TERHADAP SIFAT FISIK TANAH DAN PRODUKSI JAGUNG PADA

TANAH PODSOLIK MERAH KUNING DI LAMPUNG TIMUR

NISA LATIFA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYALAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(10)
(11)

Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Olah Tanah Konservasi Terhadap Sifat Fisik Tanah dan Produksi Jagung Pada Tanah Podsolik Merah Kuning di Lampung Timur

Nama : Nisa Latifa NIM : A14110066

Disetujui oleh

Dr Ir Latief M. Rachman, MSc. MBA Pembimbing I

Dr Ir Neneng Laela Nurida Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc Ketua Departemen

(12)
(13)

PRAKATA

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul Pengaruh Penerapan Olah Tanah Konservasi Terhadap Sifat Fisik Tanah Pada Tanah Podsolik Merah Kuning di Lampung Timur. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi teladan bagi penulis dalam menghadapi tantangan selama perjalanan penelitian dan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Dr Ir Latief M Rachman, MSc. MBA sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran selama masa perkuliahan, pelaksanaan, penelitian maupun saat penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dr Ir Neneng Laela N sebagai Dosen Pembimbing II atas saran dan bimbingan dalam penulisan skripsi.

3. Ibu Dr Ir Enni Dwi Wahjunie, MSi sebagai Dosen Penguji atas koreksi, saran, dan nasihat yang sangat kontruktif bagi penyempurnaan skripsi dan karier penulis di masa depan.

4. Ayahanda H. Drs Purwanto, MM dan Ibunda Hj. Tyas Rahmani AN, SPd serta seluruh keluarga yang telah memberikan segala doa, dukungan, semangat dan kasih sayang yang melimpah.

5. Bapak Muchtar, SP selaku kepala Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanah Taman Bogo, Lampung Timur yang telah memberikan bimbingan dan nasehat selama penulis melakukan penelitian di lapang.

6. Seluruh staf di laboratorium fisika tanah Balai Penelitian Tanah yang telah memberikan bimbingan selama penulis melakukan analisa di laboratorium.

7. Sahabat – sahabat saya Amalia Rachim, Woro Darmastuti, Risa Septiani dan sahabat terbaik saya Catherina Theresia Hasibuan yang telah memberikan motivasi, doa, dan semangat kepada penulis.

8. Tatu, Regina, Gunawan, Rio, Windy yang telah memberi dukungan, semangat, doa, dan membantu dalam menyelesaikan penelitian. 9. Seluruh rekan-rekan Ilmu Tanah 48 serta pihak-pihak yang tidak bisa

disebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Pengolahan Tanah 2

Karakteristik Tanah Podsolik Merah Kuning 2

Sifat Fisik Tanah 3

METODE PENELITIAN 4

Tempat dan Waktu Penelitian 4

Bahan dan Alat 4

Tahap Penelitian 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kandungan Bahan Organik 6

Bobot Isi 10

Ruang Pori Total 8

Ruang Pori Air Tersedia 9

Stabilitas Agregat 7

Produksi 12

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

(16)

DAFTAR TABEL

1 Parameter dan metode analisis sifat-sifat fisik tanah 5 2 Kandungan bahan organik tanah sebelum dan sesudah

perlakuan serta hasil uji Duncan pada taraf 5% 7

3 Bobot isi sebelum dan sesudah perlakuan serta hasil uji lanjut Duncan

pada taraf 5% 8

4 Ruang pori total sebelum dan setelah perlakuan serta hasil uji lanjut

Duncan pada taraf 5% 8

5 Ruang pori air tersedia sebelum dan setelah perlakuan serta hasil uji

lanjut Duncan pada taraf 5% 9

6 Indeks kemantapan agregat sebelum dan setelah perlakuan serta hasil

uji lanjut Duncan pada taraf 5% 10

7 Stabilitas agregat sebelum dan sesudah perlakuan serta nilai uji lanjut

Duncan pada taraf 5% 11

8 Produksi tongkol jagung dan uji lanjut Duncan pada taraf 5% 12 9 Produksi biomas jagung dan uji lanjut Duncan pada taraf 5%

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan diagram alir penelitian 6

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis bobot isi 16

2 Hasil analisis kadar bahan organik semua ulangan 16 3 Hasil analisis stabilitas agregat ayakan ganda semua ulangan 17 4 Hasil analisis stabilitas agregat ayakan tunggal semua ulangan 17 5 Hasil analisis ruang pori total semua ulangan 18

6 Hasil analisis air tersedia semua ulangan 18

7 Denah petak percobaan 19

(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan data Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Agroklimat tahun 2000, Podsolik Merah Kuning merupakan salah satu ordo tanah yang tersebar luas di Indonesia, yaitu sekitar 50.4 juta hektar atau 29.05% dari keseluruhan ordo tanah yang ada di Indonesia. Tanah Podsolik Merah Kuning memiliki peranan penting dalam pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Namun demikian, tanah Podsolik Merah Kuning memiliki kandungan bahan organik yang sangat rendah sehingga memperlihatkan warna tanahnya berwarna merah kekuningan, reaksi tanah yang masam, kejenuhan basa yang rendah, kadar Al yang tinggi, dan tingkat produktivitas yang rendah. Tekstur tanah ini adalah liat hingga liat berpasir, bulk density yang tinggi antara 1.3-1.5 g/cm3 (Hardjowigeno 1993). Pengelolaan tanah Podsolik Merah Kuning di Indonesia umumnya belum tertangani dengan baik terutama pada lahan kering dan penggunaannya untuk pertanian tanaman pangan. Pada skala petani kendala ekonomi merupakan salah satu penyebab tidak terkelolanya tanah Podsolik Merah Kuning (Prasetyo dan Suriadikarta 2006).

Pengelolaan kesuburan tanah terletak pada pengaturan keseimbangan tiga faktor, yaitu oksigen, air, dan unsur hara (Indranada 1994). Salah satu bentuk upaya pengaturan ketiga faktor tersebut dengan melakukan pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah salah satu kegiatan persiapan lahan (land preparation) yang bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah ditujukan untuk memperbaiki daerah perakaran tanaman, kelembaban dan aerasi tanah, memperbesar kapasitas infiltrasi serta mengendalikan tumbuhan pengganggu. Sistem pengolahan tanah modern dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengolahan tanah konvensional dan pengolahan tanah konservasi (Arsyad 2006).

Pengolahan tanah konvensional dikenal juga dengan istilah olah tanah intensif (OTI) yang menjadi pilar intensifikasi pertanian sejak program Bimas dicanangkan, dan secara turun menurun masih digunakan oleh petani. Pada pengolahan tanah intensif, tanah diolah beberapa kali baik menggunakan alat tradisional seperti cangkul maupun dengan bajak singkal.Pada sistem OTI, permukaan tanah dibersihkan dari rerumputan dan mulsa, serta lapisan olah tanah dibuat menjadi gembur agar perakaran tanaman dapat berkembang dengan baik (LIPTAN 1994). Namun, pengolahan tanah yang dilakukan terus menerus dapat menyebabkan degradasi tanah dan penurunan sifat fisik tanah.

Oleh karena itu diperlukan sistem pengolahan tanah konservasi yang dapat membuat produktivitas lahan berlangsung lama. Salah satu pengolahan tanah konservasi adalah pengolahan tanah minimum, yaitu pengolahan tanah yang dilakukan secara terbatas atau seperlunya tanpa melakukan pengolahan tanah pada seluruh areal lahan (LIPTAN 1994). Pengolahan tanah minimum juga memberi keuntungan dari segi pembiayaan karena menggunakan pekerja, bahan bakar dan peralatan yang lebih sedikit.

(18)

2

penelitian dan kajian mengenai olah tanah konservasi yang paling tepat untuk tanah Podsolik Merah Kuning sehingga tanah Podsolik Merah Kuning yang memiliki potensi besar dapat menghasilkan jumlah produksi jagung yang tinggi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengkaji pengaruh olah tanah konservasi terhadap sifat fisik tanah yaitu bobot isi, stabilitas agregat, ruang pori total, air tersedia, dan kadar bahan organik. 2. Mengkaji pengaruh metode olah tanah konservasi terhadap produksi jagung.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah adalah setiap usaha manipulasi tanah secara mekanis yang bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah agar sesuai untuk perkecambahan dan perkembangan akar tanaman, menciptakan porositas mikrodan makro yang seimbang, mengendalikan tanaman pengganggu, mengelola sisa-sisa tanaman, menekan erosi dan menciptakan konfigurasi permukaan tanah tertentu, serta melakukan pembalikan tanah, menyisihkan batu atau membersihan akar yang mengganggu (Utomo 1989).

Menurut Arsyad (2006), untuk mencapai tujuan pengolahan tanah yang baik diperlukan tindakan sebagai berikut: (1) tanah diolah seperlunya saja, (2) pengolahan tanah bukan sawah dilakukan pada kandungan air yang tepat yaitu pF 3-4, (3) mempergunakan bahan kimia yang tepat untuk memberantas tumbuhan pengganggu, (4) mengubah-ubah kedalaman pengolahan tanah, dan (5) melakukan pengolahan tanah menurut kontur.

Pengolahan lahan yang menerapkan kaidah konservasi tanah dan air dengan cara memanipulasi gulma dan residu tanaman sedemikian rupa sebagai mulsa untuk menjamin pertumbuhan tanaman dan produktivitas secara optimal dikenal dengan istilah pengolahan tanah konservasi (PTK). Menurut Utomo (1990), yang termasuk kategori PTK adalah: (a) pengolahan tanah konvensional bermulsa (PTKB), (b) pengolahan tanah minimum (PTM), dan (c) tanpa olah tanah (TOT). Pada PTKB dilakukan pengolahan tanah biasa dan diberi mulsa berupa sisa tanaman dan gulma yang menutupi areal minimal 30%. Pengolahan tanah minimum adalah tanah yang diolah seperlunya saja, dan gulma yang dimatikan oleh herbisida dimanfaatkan sebagai mulsa. Pada teknik TOT, tanah tidak diolah sama sekali, gulma dimatikan dengan herbisida dan selanjutnya benih ditanam langsung menggunakan tugal.

Karakteristik Tanah Podsolik Merah Kuning

(19)

3

fiksasi P, unsur hara rendah, diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan, keadaan tanah yang sangat masam sangat menyebabkan tanah kehilangan kapasitas tukar kation dan kemampuan menyimpan hara kation dalam bentuk dapat tukar, karena perkembangan muatan positif (Hardjowigeno 1993).

Untuk meningkatkan produktivitas tanah podsolik merah kuning, dapat dilakukan melalui pemberian kapur, pemupukan, penambahan bahan organik, penanaman tanah adaptif, penerapan teknik budidaya tanaman lorong (atau tumpang sari), terasering, drainase dan pengolahan tanah yang seminim mungkin. Pengapuran yang dimaksudkan untuk memengaruhi sifat fisik tanah, kimia dan kegiatan jasad renik tanah.Pengapuran pada Ultisol di daerah beriklim humid basah seperti di Indonesia tidak perlu mencapai pH tanah 6.5 (netral), tetapi sampai pada pH 5.5 sudah dianggap baik sebab yang terpenting adalah bagaimana meniadakan pengaruh meracun dari aluminium dan penyediaan hara kalsium bagi pertumbuhan tanaman (Hakim et al. 1986).

Sifat Fisik Tanah

Penentuan sifat fisik tanah sangat penting artinya dalam bidang pertanian. Sifat-sifat fisik tanah sangat memengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar di dalam tanah, retensi air, drainase, aerasi, dan nutrisi tanaman.

Bobot isi tanah menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah, biasanya dinyatakan dalam g/cm3 (Hakim et al. 1986).Semakin padat suatu tanah semakin tinggi bobot isi tanah yang berarti semakin sulit tanah untuk meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya bobot isi tanah mineral berkisar antara 1.1–1.6 g/cm3 (Hardjowigeno 2007). Bobot isi tanah dipengaruhi oleh struktur tanah dan merupakan sifat fisik tanah yang dapat menunjukkan tingkat kesuburan tanah atau tingkat kepadatan tanah. Pada keadaan struktur tanah yang baik atau bobot isi tanah yang rendah, peluang untuk terjadinya stress air menjadi kecil, karena kisaran kadar air tanah yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman menjadi lebar (Wesley 1973).

C-Organik tanah adalah fraksi organik tanah yang berasal dari tanaman, hewan dan mikroorganisme yang telah melapuk. Proses pelapukan bahan organik tanah dilakukan oleh mikroorganisme yang menghasilkan unsur hara tanaman (N, P, dan S) dan humus serta senyawa-senyawa lainnya yang memengaruhi pertumbuhan tanaman. Penetapan bahan organik tanah (C-organik) biasanya dilakukan dengan metode Walkley and Black. Pada metode ini C-organik dihancurkan dengan garam kromat oleh panas yang timbul akibat penambahan asam sulfat (Musa et al. 2006).

(20)

4

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai Februari sampai Juli 2015. Penelitian bertempat di Kebun Percobaan (KP) Taman Bogo milik Balai Besar Sumberdaya Lahan, terletak pada ketinggian 30 m dpl, pada 50oLS dan 105o BT, termasuk wilayah administrasi Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah Balai Penelitian Tanah Jl. Tentara Pelajar No. 12 Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh tanah utuh, contoh tanah terganggu, mulsa jagung, benih jagung P-27 dan NaOH. Alat yang digunakan adalah cangkul, ring sampel, kaleng, satu set ayakan basah, satu set ayakan kering, neraca analitik, alat pengayak Five star cablegation and scientific supply, oven, tabung erlenmeyer, dan saringan 2mm.

Rancangan Percobaan

Penelitian ini mengunakan rancangan acak kelompok. OT 1 merupakan perlakuan olah tanah sempurna tanpa aplikasi mulsa, OT 2 merupakan olah tanah sempurna dengan aplikasi mulsa, OT 3 merupakan perlakuan olah tanah dalam larikan ditambah dengan aplikasi mulsa, OT 4 merupakan perlakuan tanpa olah tanah. Dalam penlitian ini pada setiap perlakuan dilakukan empat kali ulangan.

Tahap Penelitian Tahap Tanam

Tahap tanam meliputi pemetakan lahan, pengambilan sampel tanah sebelum tanam untuk menganalisis kondisi tanah sebelum perlakuan, pengolahan tanah secara konservasi yang merupakan perlakuan pada penelitian ini yaitu olah tanah sempurna tanpa mulsa (OT1), olah tanah sempurna dengan mulsa (OT2), olah tanah dalam larikan dengan aplikasi mulsa (OT3), tanpa olah tanah dengan aplikasi mulsa (OT4), dan dilanjutkan dengan penanaman tanaman indikator yaitu tanaman jagung varietas P 27.

Tahap Panen

Tahap panen meliputi pengambilan sampel tanah setelah tanam untuk menganalisa perubahan sifat fisik tanah yang terjadi setelah perlakuan. Pada tahap ini juga dilakukan penimbangan produksi jagung pada setiap perlakuan.

Tahap Analisa Sifat Fisik Tanah

(21)

5

Tabel 1 Parameter dan metode analisis sifat-sifat fisik tanah

Parameter Metode Analisis

Bahan Organik* Walkley and Black

Stabilitas Agregat Pengayakan ganda dan tunggal

Bobot Isi Ring

Ruang Pori Total Richard and Fireman

Air Tersedia Richard and Fireman

Tahap Pengolahan dan Interpretasi Data

Tahap pengolahan data dilakukan menggunakan Ms.Excel 2011. Pada tahap ini juga dilakukan analisa dan interpretasi perbandingan hasil analisa antara sifat fisik tanah sebelum dan setelah perlakuan. Analisis keragaman total data menggunakan SAS 9.1.3 untuk mengetahui apakah suatu faktor berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter yang diamati, uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf 5%.

*Menggunakan konversi dari persentase C-organik menjadi bahan organik dengan mengalikan persentase

(22)

6

Gambar 1 Bagan diagram alir penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Bahan Organik

(23)

7

Tabel 2 Kandungan bahan organik tanah sebelum dan sesudah tanam dan hasil uji Duncan pada taraf 5%

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan adanya nilai yang tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf 5%

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada perlakuan OT 1 (olah tanah sempurna tanpa mulsa) mengalami penurunan kandungan bahan organik sedangkan pada perlakuan OT 2, 3, dan 4 mengalami peningkatan kandungan bahan organik tanah karena pada perlakuan tersebut dilakukan penambahan mulsa saat pengolahan tanah. Setelah dilakukan uji lanjutan DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf 5% didapatkan hasil bahwa perlakuan OT 1 memiliki kadar bahan organik yang berbeda nyata yaitu lebih rendah dibandingkan dengan OT 2, 3, dan 4, sedangkan OT 2 dan OT 3 tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata lebih tinggi dari OT1 dan OT4. Perlakuan OT4 memiliki kadar bahan organik yang berbeda nyata lebih rendah dari OT 2 dan OT 3 tetapi berbeda nyata lebih tinggi dari OT 1. Pada perlakuan OT 1 kandungan bahan organik mengalami penurunan karena tidak ada aplikasi mulsa pada perlakuan ini, sedangkan pertambahan pada OT 4 tidak sebesar pada OT 2 dan OT 3 dikarenakan pada perlakuan ini tidak dilakukan pengolahan tanah sehingga mulsa tidak tercampur didalam tanah yang menyebabkan dekomposisi mulsa lebih lambat dibandingkan pada OT 2 dan OT 3. Dekomposisi bahan organik adalah proses aerob, oksigen akan mempercepat proses tersebut. Dengan pengolahan tanah, sisa tanaman dibenamkan kedalam tanah bersama dengan oksigen dan membuat kontak dengan organisme tanah, sehingga proses dekomposisi pada perlakuan OT 2 dan OT 3 berlangsung lebih cepat dibanding dengan OT 4 yang merupakan perlakuan tanpa olah tanah. Perlakuan OT 3 mengalami peningkatan kadar bahan organik tertinggi. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan OT 3 dilakukan pengolahan tanah secara minimum pada barisan tanam, sehingga terjadi percampuran mulsa dengan tanah dan terjadi dekomposisi mulsa menjadi bahan organik tanah tetapi tidak terlalu intensif karena pengolahan tanah tidak dilakukan sedalam dan seintensif perlakuan OT 2 yang merupakan olah tanah sempurna.

Bobot Isi

Harjowigeno (1993) menyatakan bahwa kerapatan lindak (kerapatan isi, atau bobot isi atau bobot volume atau bulk density), menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah, termasuk volume pori-pori tanah. Kerapatan isi tanah merupakan petunjuk kepadatan tanah, makin tinggi kerapatan isi tanah makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman.

Perlakuan Bahan Organik (%) Selisih

Sebelum Sesudah

OT 1 1.61 1.48 a -0.13 a

OT 2 1.65 2.08 c 0.43 c

OT 3 1.65 2.22 c 0.58 c

(24)

8

Tabel 3 Bobot isi sebelum dan sesudah perlakuan serta hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 3 didapatkan hasil bahwa perlakuan olah tanah sempurna tanpa mulsa (OT 1) mengalami peningkatan bobot isi hal ini menunjukkan adanya pemadatan tanah dari kondisi sebelum perlakuan. Sedangkan pada perlakuan OT 2, 3, dan 4 mengalami penurunan nilai bobot isi. Hal ini menunjukkan pada perlakuan olah tanah ditambah dengan aplikasi mulsa dapat menggemburkan tanah dan membuat tanah lebih mudah untuk ditembus akar tanaman. Walaupun didapatkan hasil terjadi perbedaan nyata antara perlakuan OT 1 dengan perlakuan yang lain yaitu perlakuan OT 2, 3, dan 4. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Rachman, dkk (2013) menyatakan bahwa bobot isi tanah (soil bulk density) dan ruang pori total tanah (soil porosity), kedua nya menyangkut tentang kesarangan tanah, saling berpengaruh secara terbalik. Jika bobot isi tanah meningkat, tanah menjadi semakin padat, maka ruang pori total tanahnya menurun.

Ruang Pori Total

Ruang pori total adalah volume seluruh pori-pori didalam suatu volume tanah yang dinyatakan dalam presentase (Richard dan Fireman 1943). Data analisis ruang pori total tanah sebelum dan setelah perlakuan serta nilai uji lanjut Duncan setelah tanam pada taraf 5% diasjikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Ruang pori total sebelum dan setelah perlakuan serta hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5%

Perlakuan Ruang Pori Total (%) Selisih

Sebelum Sesudah

OT 1 52.83 50.16 a -2.67 a

OT 2 62.45 65.93 b 3.48 b

OT 3 53.77 62.37 b 8.61 c

OT 4 61.71 65.68 b 3.97 b

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan adanya nilai yang tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf 5%

(25)

9

Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa pada perlakuan OT 1 yaitu olah tanah sempurna tanpa mulsa mengalami penurunan volume ruang pori total tanah. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan ini tidak diberikan mulsa yang merupakan sumber energi bagi fauna tanah yang berperan penting dalan pembentukan pori tanah. Sedangkan pada perlakuan OT 2, 3, dan 4 mengalami peningkatan volume ruang pori total. Hardjowigeno (1993) menyatakan bahwa ruang pori total tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dan berbanding lurus. Dari selisih yang terlihat pada data, kenaikan tertinggi terjadi pada perlakuan OT 3 yaitu olah tanah dalam larikan ditambah dengan mulsa. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pengolahan tanah yang minimum ruang pori tanah yang tersedia menjadi lebih tinggi sehingga tidak diperlukan olah tanah sempurna yang membutuhkan tenaga dan biaya yang lebih tinggi terutama untuk tanaman jagung pada tanah Podsolisk Merah Kuning di Lampung Timur.

Dari hasil Uji lanjutan DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf 5% pada parameter ruang pori total terlihat jelas pada perlakuan OT 1 yaitu olah tanah sempurna ditambah dengan mulsa memiliki nilai yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan OT 2, 3, dan 4. Pada Tabel 4 terlihat perbedaan pertambahan volume ruang pori total pada setiap perlakuan, setelah dilakukan uji lanjutan perlakuan OT 2, 3, dan 4 memiliki nilai yang tidak berbeda nyata walaupun terjadi perbedaan pertambahan volume ruang pori total. Dilakukan uji lanjutan DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf 5% pada selisih antara sebelum perlakuan dan seelah perlakuan. Uji lanjutan ini didaptakan hasil OT 3 (olah tanah dalam larikan ditambah dengan mulsa) menunjukan pernambahan ruang pori total yang berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan OT 1, OT 2, dan OT 4.

Ruang Pori Air Tersedia

Air tersedia adalah selisih kadar air antara pF 2.54 yaitu kadar air pada kapasitas lapang dan pF 4.2 yaitu kadar air pada titik layu permanen dan dinyatakan dalam persen (Richard dan Fireman 1943). Air tersedia merupakan parameter yang penting terutama untuk pengembangan pertanian pada lahan kering.

Tabel 5 Ruang Pori air tersedia sebelum dan sesudah perlakuan serta hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5%

Perlakuan Air Tersedia (%) Selisih

Sebelum Sesudah

OT 1 7.92 5.40 a -2.52 a

OT 2 8.33 11.00 c 2.68 c

OT 3 8.66 12.79 c 4.13 c

OT 4 7.86 9.88 b 2.01 b

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan adanya nilai yang tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf 5%

(26)

10

adanya peningkatan presentase air tersedia. Hal ini terjadi diduga karena pada perlakuan OT 2, 3, dan 4 terjadi peningkatan pori meso. Hal ini didasarkan dari teori yang menyatakan bahwa air tersedia diperoleh dari selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dan titik layu permanen. Kondisi ini berkaitan erat dengan kemampuan tanah dalam menyerap dan menahan air (retensi air tanah) dalam tanah dan pada pori tanah, khususnya yang berukuran meso (Rachman dkk., 2013).

Pada parameter air tersedia setelah dilakukan uji lanjutan DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf 5% didapatkan hasil bahwa perlakuan OT 1 memiliki nilai yang berbeda nyata dengan perlakuan lain yaitu OT 2, 3, dan 4. Sedangkan perlakuan OT 2, 3, dan 4 tidak berbeda nyata satu sama lain. Hasil uji lanjutan pada parameter ini menunjukkan adanya kesamaan hasil pada pengujian lanjutan ruang pori total.

Stabilitas Agregat

Kemantapan agregat tanah didefinisikan sebagai ketahanan agregat tanah melawan kekuatan penghancur oleh pukulan butir air hujan atau penggenangan air. Kemantapan agregat tanah bergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi dan kekuatan sementasi atau pengikatan (Notohadiprawiro 1998). Lal dan Shukla (2004) menyebutkan terdapat berbagai metode yang digunakan untuk menentukan kemantapan struktur dan agregat tanah. Metode tersebut diantaranya adalah metode stabilitas terhadap air atau angin dengan teknik pengayakan kering dan basah yang dikemukakan oleh Yoder (1936). Berbagai cara dapat digunakan untuk mengekspreksikan hasil analisis agregat tanah menggunakan teknik ini. Indeks yang paling sering digunakan diantaranya adalah indeks rata-rata bobot diameter (Mean Weight Diameter). Rata-rata bobot diameter pada metode pengayakan kering dan basah dapat digunakan untuk menentukan kemantapan agregat yang dinyatakan ke dalam indeks stabilitas agregat. Indeks stabilitas agregat merupakan selisih antara rata-rata bobot diameter agregat tanah pada pengayakan kering dengan rata-rata bobot diameter pada pengayakan basah (Sitorus et al. 1983). Semakin besar indeks stabilitas agregat maka tanah semakin stabil, demikian sebaiknya. Data indeks kemantapan agregat sebelum dan setelah perlakuan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Indeks kemantapan agregat sebelum dan setalah perlakuan serta hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5%

Perlakuan Indeks Kemantapan Agregat(%) Selisih

Sebelum Sesudah

OT 1 40.61 35.54 a -5.07 a

OT 2 42.33 39.77 a -2.56 a

OT 3 41.38 67.38 b 26.00 b

OT 4 40.62 68.34 b 27.72 b

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan adanya nilai yang tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf 5%

(27)

11

OT 2 (olah tanah sempurna ditambah dengan aplikasi mulsa) juga masuk kedalam klasifikasi tidak mantap. Perlakuan olah tanah dalam larikan ditambah dengan aplikasi mulsa (OT 3) masuk kedalam klasifikasi mantap karena memiliki indeks kemantapan agregat diantara 66-80. Pada perlakuan tanpa olah tanah ditambah aplikasi mulsa (OT 4) memiliki nilai indeks kemantapan agregat yang masuk kedalam klasifikasi mantap.

Setelah dilakukan uji lanjutan DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf 5% didapatkan hasil bahwa perlakuan OT 1 dan OT 2 memiliki indeks kemantapan agregat yang tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata lebih rendah dari OT 3 dan OT 4. Perlakuan OT 3 dan OT 4 tidak berbeda nyata satu sama lain tetapi berbeda nyata lebih tinggi daripada OT 1 dan OT 2. Perlakuan OT 1 dan OT 2 keduanya adalah perlakuan olah tanah sempurna memiliki nilai indeks stabilitas agregat yang rendah hal ini membuktikan bahwa olah tanah sempurna menyebabkan kerusakan agregat tanah, olah tanah sempurna tanpa mulsa (OT 1) mengalami penurunan nilai indeks stabilitas agregat tertinggi. Parameter stabilitas agregat dianalisis menggunakan dua metode sebagai pembanding.

Tabel 7 menunjukkan hasil analisis stabilitas agregat menggunakan metode ayakan tunggal dengan alat Five star cablegation and scientific supply. Hasil yang didapatkan dengan metode analisis ini setelah dilakukan uji lanjutan Duncan pada taraf 5% terlihat bahwa hasilnya tidak berbeda dengan menggunakan metode ayakan ganda, pada setiap perlakuan menunjukkan notasi yang sama dengan hasil pada ayakan ganda. Hanya saja pada ayakan tunggal ini tidak terdapat klasifikasi indeks kemantapan agregat yang dapat digunakan sebagai acuan pengkelasan kemantapan agregat.

Tabel 7 Stabilitas agregat sebelum dan setelah perlakuan serta hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5%

Perlakuan Stabilitas Agregat (%) Selisih

Sebelum Sesudah

OT 1 66.73 54.95 a -11.78 a

OT 2 67.71 57.14 a -10.58 a

OT 3 67.88 78.71 b 10.83 b

OT 4 67.58 79.97 b 12.39 b

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan adanya nilai yang tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf 5%

(28)

12

Produksi

Tongkol

Pada Tabel 8 disajikan hasil produksi tongkol jagung kering dan basah pada setiap perlakuan. Ini menunjukkan bahwa perlakuan OT 1 memiliki rataan produksi tongkol terendah dibandingkan dengan perlakuan OT 2, 3, dan 4.

Tabel 3 Produksi tongkol jagung dan hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5%

Perlakuan Bobot ( ton/ha)

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan adanya nilai yang tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf 5%

Biomas

Pada Tabel 9 disajikan hasil produksi biomas jagung kering dan basah pada setiap perlakuan. Ini menunjukkan bahwa perlakuan OT 1 memiliki rataan produksi biomas terendah dibandingkan dengan perlakuan OT 2, 3, dan 4.

Tabel 9 Produksi biomas jagung dan hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5%

Perlakuan Bobot ( ton/ha)

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan adanya nilai yang tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf 5%

(29)

13

Perlakuan OT 1 menunjukkan bobot biomas kering yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan OT 2, 3, dan 4, sedangkan pada perlakuan OT 2, 3, dan 4 tidak menunjukan adanya perbedaan yang nyata. Pengaruh perlakuan terhadap bobot tongkol baik tongkol basah ataupun tongkol kering tidak dipengaruhi oleh kadar air, dapat dilihat perbedaan bobot antara tongkol basah dan tongkol kering tidak begitu signifikan hal ini menunjukan bahwa kadar air pada tongkol basah tidak sebanyak pada biomas basah. Perlakuan OT 1 memiliki bobot tongkol basah maupun kering yang berbeda nyata lebih rendah daripada perlakuan OT 2, 3, dan 4, akan tetapi pada perlakuan OT 2, 3, dan 4 tidak terjadi perbedaan yang nyata. Hal ini menunjukkan pentingnya mengembalikan mulsa setelah tanam kedalam tanah dalam pengolahan tanah karena terbukti dapat meningkatkan produksi dibandingkan dengan perlakuan yang tidak menggunakan mulsa.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Olah tanah konservasi berpengaruh nyata terhadap perubahan sifat fisik tanah (stabilitas agregat, ruang pori total, dan air tersedia).

2. Perlakuan olah tanah sempurna tanpa mulsa (OT 1) menunjukkan sifat fisik tanah terburuk, mengalami peningkatan bobot isi dan penurunan kadar bahan organik secara nyata. Sedangkan perbaikan sifat fisik tanah terbaik ditunjukkan oleh perlakuan olah tanah dalam larikan ditambah dengan aplikasi mulsa (OT 3), yang ditunjukkan dengan peningkatan kadar bahan organic serta perbaikan sifat fisik tanah.

3. Perlakuan OT 1 memiliki rata-rata produksi terendah dan berbeda nyata sedangkan perlakuan OT 2, 3, dan 4 secara rata-rata tidak menunjukkan perbedaan nilai yang nyata terhadap produksi.

4. Olah tanah konservasi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi, akan tetapi penambahan mulsa nyata mempengaruhi produksi.

Saran

(30)

14

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Press.

Buckman HO, BradyNC. 1969.The Nature and Properties of Soils. The Macmillan Company, New York.

Budiarto DW. 2011. Kajian Hidrologi untuk Pengelolaan Konservasi Perairan Situ IPB, Kampus Dramaga Bogor [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, IPB. Bogor.

Foth, DH. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta (ID): Gadjamada University.

Hakim, N.M, Yusuf Nyakpa, A.M.Lubis, S,G.Nugroho, M.R,Saul, M.Amina Diha, Go.Ban,Hong, H.H,Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, UNILA, Lampung.

Hardjowigeno S. 1993. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo. Hardjowigeno, S. 2007.Ilmu Tanah.Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta Indranada KH. 1994. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Jakarta (ID): BumiAksara. Lal R, Shukla MJ. 2004. Principle of Soil Physics. New York (US): Marcel

Dekker, Inc

LIPTAN. 1994. Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya No. 145/94. Balai Informasi Pertanian Irian Jaya, Jayapura. http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/ppua0138.pdf.

Musa, L., Mukhlis dan A. Rauf. 2006. Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Sumatera Utara. Medan

Notohadiprawiro T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa. Bandung. Prasetyo, B.H dan Suriadikarta, D.A. 2006. Karakteristik, Potensi dan Teknologi

Pengelolaan Tanah Podsolik Merah Kuning untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Balai Penelitian Tanah. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi.pdf [10 Agustus 2015]. Rachman, L. M. dkk. 2013. Fisika Tanah Dasar. Departemen Ilmu Tanah dan

Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Richards LA, FiremanLA. 1943. Pressure plate apparatus for measuring moisture sorption and transmission by soil. Soil Sci 56:395-404.

Sitorus SRP, Haridjaja O, Brata KR. 1983. Penuntun Praktikum Fisika Tanah. Departemen Ilmu-ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Stevenson, F.T. 1982. Humus Chemistry. John Wiley and Sons, Newyork.

Supriyadi, S. 2008. Kandungan bahan organic sebagai dasar pengelolaan tanah di lahan kering Madura. J. Embryo. Vol 5 No. 2.

Utomo, W. H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia Satu Rekaman dan Analisis. Penerbit Rajawali Press. Jakarta

Wesley, L.D. 1973. Mekanika Tanah. Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta. Yoder, R. E. 1936. Direct method aggregate analysis of soil and a study of the

(31)

15

(32)

16

Lampiran 1 Hasil analisis bobot isi semua ulangan Perlakuan Bobot Isi (g/cm

Lampiran 2 Hasil analisis kadar bahan organik semua ulangan Perlakuan Bahan Organik (%) Selisih

(33)

17 Lampiran 3 Hasil analisis stabilitas agregat ayakan ganda semua ulangan

Perlakuan Indeks Stabilitas Agregat (%) Selisih Sebelum Sesudah

Lampiran 4 Hasil analisis stabilitas agregat ayakan tunggal semua ulangan Perlakuan Water Stable Agregat (%) Selisih

(34)

18

Lampiran 5 Hasil analisis ruang pori total semua ulangan Perlakuan Ruang Pori Total (%) Selisih

Sebelum Sesudah

Lampiran 6 Hasil analisis air tersedia semua ulangan Perlakuan Air Tersedia (%) Selisih

(35)

19

Lampiran 7 Denah petak percobaan

Keterangan :

OT 1 : Olah tanah sempurna tanpa mulsa

OT 2 : Olah tanah sempurna ditambah aplikasi mulsa OT 3 : Olah tanah dalam larikan ditambah aplikasi mulsa OT 4 : Tanpa olah tanah

(36)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Boyolali pada tanggal 4 November 1992 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H Drs Purwanto, MM dan Ibu Hj Tyas Rahmani A Ningsih, SPd. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2005 di SDN Boyolali 9, tahun 2008 penulis lulus dari SMPN 1 Boyolali dan tahun 2011 penulis menyelesaikan jenjang SMA di SMA 1 Boyolali dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Undangan.

Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis aktif dalam beberapa kegitan kemahasiswaan. Kegiatan tersebut diantaranya Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama periode 2011-2012, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian periode 2012-2013 sebagai anggota divisi bidang olahraga dan seni, Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) periode 2014-2015 sebagai anggota divisi Hubungan Luar dan Alumni organisasi HMIT. Pada kegiatan akademik penulis pernah menjadi presentator poster dalam acara World Congress of Soil Science ke-20 di Pulau Jeju, Korea Selatan dan juga menjadi Asisten Praktikum Survei dan Evaluasi Lahan (2015). Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kepanitian terkait acara keilmuan seperti East and South East Asia Federation of Soil Science(2012), Seminar Nasional Ilmu Tanah (2014), Kegiatan akademik terakhir yang diikuti oleh penulis adalah menjadi peserta Summer Course Program bersama Shiga Prefecture University (20150. Selain kegiatan akademik penulis juga berprestasi dalam kegiatan non akademik seperti pemain basket putri terbaik Tingkat Persiapan Bersama pada tahun 2011 dan juga pemain basket putrid terbaik Fakultas Pertanian pada tahun 2013.

Gambar

Tabel 1  Parameter dan metode analisis sifat-sifat fisik tanah
Gambar 1  Bagan diagram alir penelitian
Tabel 2   Kandungan bahan organik tanah sebelum dan sesudah tanam dan hasil uji  Duncan pada taraf 5%
Tabel 3  Bobot isi sebelum dan sesudah perlakuan serta hasil uji lanjut Duncan  pada taraf 5%
+3

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengukuran lain adalah teknik pengukuran pasif, yaitu dengan Teknik pengukuran lain adalah teknik pengukuran pasif, yaitu dengan memanfaatkan medan

Grafik biplot mene keragaman data yang sebenarn sebesar 64% dan keragaman d Hal ini menunjukkan bahwa nila dihasilkan mampu menerangka antar peubah jumlah agen perja jumlah

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Gambaran Pola Asuh Orangtua Pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan Asianotik Terhadap Perkembangan Motorik di Rumah Sakit

Solusinya adalah: (1) Membangun pemahaman masyarakat Islam Indonesia agar lebih sensitif terhadap persoalan perempuan sebagai upaya membangun penghargaan yang adil

Kemurnian radiokimia ditentukan dengan khromatografi ion cair (HPLC) diperoleh kemurnian sekitar 90 % dan waktu retensi 1,673 menit sampai 2, 177 menit atau rata-rata 1,83

Pada saat ini kebutuhan akan ruang terbuka hijau publik sangat diperlukan bagi suatu wilayah atau kota salah satunya Kota Tangerang yang memiliki banyak

Strategi pembiayaan yang digunakan untuk pembangunan BIJB Kertajati ini adalah strategi pembiayaan non konvensional dengan prinsip Joint Venture?. Jadi menurut SK Menteri

7 Saya merasa puas karena pekerjaan sesuai minat dan keahlian yang saya miliki X 8 Saya merasa puas karena melakukan pekerjaan yang membuat saya tertantang X Kepuasan