• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Karkas dan Potongan Komersial Kelinci Rex dan Satin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Karkas dan Potongan Komersial Kelinci Rex dan Satin"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK KARKAS DAN POTONGAN KOMERSIAL

KELINCI REX DAN SATIN

MARIA SAGULU

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Karkas dan Potongan Komersial Kelinci Rex dan Satin adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

MARIA SAGULU. Karakteristik karkas dan potongan komersial kelinci Rex dan Satin. Dibimbing oleh HENNY NURAINI dan BRAM BRAHMANTIYO.

Kelinci adalah ternak penghasil daging potensial yang mampu memenuhi kebutuhan protein hewani. Daging kelinci dikenal memiliki kandungan protein yang tinggi dengan kadar kolesterol yang rendah. Kelinci Rex dan Satin dikenal sebagai kelinci dwiguna, yaitu penghasil fur dan daging. Penelitian ini bertujuan mengetahui produktivitas karkas dan potongan komersial kelinci Rex dan Satin. Penelitian menggunakan kelinci Rex dan kelinci Satin berjenis kelamin jantan masing-masing berjumlah 12 ekor yang dipotong pada umur lebih dari 6 bulan. Peubah yang diamati adalah karakteristik karkas dan potongan komersialnya. Rancangan acak lengkap dengan faktor perlakuan bangsa kelinci Rex dan Satin dan ulangan 12 ekor dipergunakan pada penelitian ini. Produktivitas karkas dan potongan komersial kelinci Rex dan Satin tidak berbeda. Produktivitas karkas, potongan komersial, dan persentase karkas kelinci Rex sebesar 2 422.00 ± 256.40 g/ekor, 1 293.17 ± 190.55 g/ ekor dan 53.25% ± 3.60%, kelinci Satin sebesar 2 784.17 ± 381.25 g/ekor, 1 511.17 ± 181.51 g/ekor dan 54.42% ± 2.20%. Hasil analisis menunjukkan bahwa bangsa kelinci berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap bobot kulit.

Kata kunci: karkas, kelinci, potongan komersial, Rex, Satin

ABSTRACT

MARIA SAGULU. Carcass traits and commercial cut of Rex and Satin rabbit. Supervised by HENNY NURAINI and BRAM BRAHMANTIYO.

Rabbit is a small livestock that has potentiality to produce meat as protein source from animal. Rabbit meat is known to have a high protein content with low cholesterol levels. Rex and Satin rabbits are known as dual-purpose, which is producing fur and meat. This study aims to determine the yields of carcass and commercial cuts of Rex and Satin rabbits. Studies were used 12 heads of male Rex and Satin rabbits that were slaughtered at the of more than 6 months. Variables measured were carcass characteristics and commercial cuts. Completely randomized design with treatment factors of breed (Rex and Satin rabbits) with 12 replicates were used in this study. Productivity of carcass and commercial cuts were no different between Rex and Satin rabbits. Slaughter weight, carcass weight and carcass percentage of Rex rabbits were 2 422.00 ± 256.40 g/head, 1 293.17 ± 190.55 g/head and 53.25% ± 3.60%, respectively, and Satin rabbits were 2 784.17 ± 381.25 g/head, 1 511.17 ± 181.51 g/head and 54.42% ± 2.20%, respectilely. The results of this research showed that the rabbit breed had a significant difference (P<0.05) to the weight of rabbit skin.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

KARAKTERISTIK KARKAS DAN POTONGAN KOMERSIAL

KELINCI REX DAN SATIN

MARIA SAGULU

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Karakteristik Karkas dan Potongan Komersial Kelinci Rex dan Satin

Nama : Maria Sagulu

NIM : D14080400

Disetujui oleh

Dr Ir Henny Nuraini, MSi Pembimbing I

Dr Ir Bram Brahmantiyo, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2012 ini ialah Karakteristik Karkas dan Potongan Komersial Kelinci Rex dan Satin.

Pembuatan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan masukkan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr Ir Henny Nuraini, MSi dan Dr Ir Bram Brahmantiyo, MSi selaku dosen pembimbing yang telah sabar membimbing, mengarahkan, memberikan saran, serta membantu penyusunan usulan proposal hingga tahap akhir penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada Dr Ir Afton Atabany, MSi dan Dr Iwan Prihantoro, SPt MSi selaku dosen peguji sidang yang memberikan koreksi dan saran. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ir Lucia Cryilla ENSD, MSi selaku panitia ujian sidang sarjana dan kepada Tuti Suryati, SPt Msi selaku dosen pembimbing akademik.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian serta kepada bapak Ujang, bapak Darmin dan ibu Ross. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf Laboratorium Bagian Produksi Ternak Daging, Kerja dan Aneka Ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

Ungkapan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, ayah Romulus Sagulu dan ibu Lenaria Satairarak serta adik-adik tercinta (Jainida, Arsenius Belgi, Elias Klasansius, Emilius Irvan dan Erkanus Sagulu) serta seluruh keluarga yang tiada henti memberikan semangat, doa, dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai yang telah membiayai kuliah dan kebutuhan selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor. Terima kasih kepada teman satu tim penelitian Lusia Nindya Gutami dan Genta yang telah memberikan waktu dan tenaga dalam penilitian ini.

Ucapan terima kasih juga kepada sahabat-sahabat (Helma Saleleubaja, Desni Sakerebau, Jhon Sakoikoi, Hans Siritoitet, Anita Goba) atas segala doa dan dukungan yang telah diberikan. Terakhir penulis ucapkan terima kasih kepada adik-adik Mentawai dan teman-teman IPTP 45 atas kebersamaannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Alat 2

Bahan 2

Prosedur 2

Penguraian Karkas 3

Rancangan Percobaan 3

Analisis Data 4

Peubah yang Diamati 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Karakteristik Karkas Kelinci 5

Bobot Potong dan Bobot Karkas 5

Bobot Non Karkas 6

Bobot Potongan Komersial 6

Bobot Komponen Karkas 7

Persentase Karkas, Non Karkas, Potongan Komersial, dan Kompenen

Karkas 8

SIMPULAN 9

DAFTAR PUSTAKA 9

LAMPIRAN 11

(11)

DAFTAR TABEL

1 Rataan nilai bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas 5

2 Rataan nilai bobot nonkarkas kelinci 6

3 Rataan nilai bobot potongan komersial karkas kelinci 7

4 Rataan nilai bobot komponen karkas kelinci 7

5 Persentase karkas, non karkas, potongan komersial, dan komponen

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Meningkatnya harga daging di pasar dan rendahnya pendapatan masyarakat pada umumnya maka konsumsi daging pun sedikit sehingga pemenuhan kebutuhan protein hewani belum tercukupi. Salah satu ternak yang mempunyai potensi sebagai penghasil daging adalah ternak kelinci. Kelinci merupakan salah satu komoditas pangan penghasil daging yang baik untuk dikembangkan karena mudah berkembang biak dan pertumbuhannya tergolong cepat sehingga sangat memungkinkan untuk memenuhi kekurangan pasokan daging.

Gillespie (2004) menjelaskan bahwa kelinci mempunyai kualitas daging yang lebih baik yaitu kadar proteinnya tinggi (20.1%), kadar lemak (2.5%) dan rendah kolesterol (1.39 mg/kg). Raharjo (2004) menyatakan banyak keunggulan yang diperoleh dari mengkonsumsi daging kelinci jika dibandingkan dengan ternak lain. Chan et al. (1995) membandingkan kandungan zat gizi beberapa ternak yaitu kelinci, ayam, sapi, domba, dan babi dengan kandungan protein (21.9 g/100g), kolesterol (53 mg/100g) dan kalori (136 kkal) yang terendah dibandingkan ternak yang lain.

Bangsa kelinci Rex ditemukan pertama kali di Perancis pada tahun 1920 (didesa Louche-Pringe tahun1919), kemudian diimpor ke Amerika Serikat pada tahun 1924. Ada 16 varietas kelinci Rex yang diakui oleh NRRC (National Rex Rabbit Club) USA yaitu amber, black, blue, broken, Californian, castor, chinchilla, chocolate, lilac, lynx, opal, black otter, red, sable, seal, dan white. Rex memiliki bobot tubuh ideal antara 3 kg - 4.5 kg, memiliki kehalusan bulu yang berstektur sangat halus seperti beludru. Panjang bulu rex sekitar 1.25 cm atau 0.5 inch (Syafwan 2012).

Bangsa kelinci Satin awalnya berasal dari Amerika Serikat, tubuhnya memiliki bobot 3.8 - 5.0 kg. Kelinci Satin memiliki bulu agak sedikit tebal dan lebat serta mengkilap, memliki badan yang panjang, kepala lebar, leher pendek, telinga yang lebar tampak seimbang dengan badannya, tulang-tulangnya tampak kuat, kaki lurus, dan kuku hitam gelap. Ada 11 varietas kelinci Satin yaitu hitam, biru, California, broken, chinchilla, coklat, tembaga, otter, merah, siam, dan putih (Narwitanti 2012).

Kedua kelinci ini dapat dimanfaatkan untuk diambil kulit rambut (fur) serta berpotensi sebagai penghasil daging. Produksi daging kelinci dicerminkan dengan produktivitas karkas. Karkas kelinci adalah bagian tubuh tanpa kepala, kaki, kulit, darah, ekor, jeroan serta bagian organ dalam tubuh. Karkas yang terdiri atas daging, tulang dan lemak merupakan hasil utama pemotongan ternak. Kualitas karkas dapat dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah pemotongan serta kualitas pakan yang diberikan.

(13)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik karkas dan potongan komersial kelinci Rex dan Satin.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup pemeliharaan kelinci, pemotongan, penimbangan bobot karkas dan non karkas serta potongan komersial karkas kelinci Rex dan Satin.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2012. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ternak Kelinci, Balai Penelitian Ternak (BPT) Ciawi Bogor, Jawa Barat dan di Bagian Produksi Ternak Daging, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Alat

Peralatan yang digunakan adalah kandang pemeliharaan, tempat pakan dan air minum, timbangan berkapasitas 15 kg x 1 gr dengan merk ACIS, pisau, meja stainless, refrigerator, scalpel, talenan,dan alat tulis.

Bahan

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelinci Rex dan Satin berjenis kelamin jantan, masing-masing berjumlah 6 ekor.

Prosedur

Kelinci penelitian dipelihara sampai mencapai bobot potong lebih dari 2.0 kg/ekor atau berumur lebih dari 6 bulan. Kandang yang digunakan ialah kandang individu untuk memudahkan dalam pengamatan. Ransum diberikan berkisar antara 100 - 150 g/hari dan air minum diberikan ad libitum. Ransum yang diberikan berbentuk pellet dengan kandungan nutrisi protein 18% dan energi 2700 kkal.

(14)

3 dipisahkan. Kulit dilepas dengan cara membuat sayatan pada bagian dalam paha kearah pangkal ekor, kemudian ditarik kearah leher sampai lepas. Jeroan dikeluarkan dengan membuat sayatan pada tengah perut. Setelah didapat karkas kelinci, karkas lalu ditimbang untuk mengetahui bobot karkas. Organ dalam dipisahkan lalu ditimbang sebagai bobot organ dalam. Karkas kemudian dibungkus dalam kantong plastik yang diikat erat dan diberi label lalu disimpan dalam refrigerator pada suhu 4 °C untuk proses deboning keesokan harinya.

Penguraian Karkas

Karkas yang telah disimpan dalam refrigerator (± 24 jam) dikeluarkan dan ditimbang bobotnya, kemudian dicatat sebagai bobot karkas dingin. Karkas kelinci kemudian ditimbang lalu dipotong menjadi 4 potongan komersial, yaitu foreleg, rack, loin, dan hindleg kemudian ditimbang masing-masing potongan komersial (Gambar 1).

Gambar 1 Karkas dan potongan komersial kelinci dengan bagian yaitu karkas (a), foreleg (b),

rack (c), loin (d), dan hindleg (e)

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor perlakuan yaitu bangsa kelinci Rex dan Satin, masing-masing dengan 6 ulangan. Model matematis rancangan percobaan adalah sebagai berikut.

Yij = μ + Pi + εij Keterangan :

Yij : nilai pengamatan pada ulangan ke-j (jenis kelinci)

μ : rataan umum

Pi : pengaruh bangsa (jenis) kelinci ke-i terhadap parameter εij : pengaruh galat percobaan

a b

e

(15)

4

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan mengunakan analysis of variance (ANOVA). Data yang berpengaruh nyata diuji lanjut menggunakan uji Duncan (Mattjik dan Sumertajaya 2006).

Peubah yang Diamati

Peubah yang diukur meliputi bobot potong, bobot karkas, bobot potongan komersial, bobot komponen karkas, rasio daging : tulang, proporsi karkas, dan potongan komersial.Berikut ini disajikan cara pengukuran peubah yang diamati. 1. Bobot potong.

Bobot potong ditimbang pada saat kelinci sebelum dipotong (g). 2. Bobot karkas.

Bobot karkas ditimbang setelah kelinci dipotong, dikuliti lalu dikurangi darah, kepala, hati, ekor, saluran pencernaan, dan isi rongga dada kecuali ginjal (g) (Rao et al.1979).

3. Bobot potongan komersial (g).

Bobot potongan komersial didapat dengan cara memotong karkas kelinci menjadi potongan komersial yang meliputi foreleg, rack, loin, dan hindleg (Blasco et al.1992) lalu ditimbang.

4. Bobot komponen karkas, meliputi bobot daging, lemak, dan tulang (g)

Bobot komponen karkas ditimbang dengan cara memisahkan masing-masing komponen karkas terlebih dahulu lalu ditimbang.

5. Bobot non karkas (jantung, hati, ginjal, dan paru-paru)

Bobot non karkas diperoleh setelah dipisahkan dari saluran pecernaan.

Persentase non karkas dihitung bobot non karkas dibagi bobot potong dikali 100%.

6. Bobot kulit

Bobot kulit diperoleh dengan memisahkan kulit dari leher sampai ekor lalu ditimbang.

Persentase kulit dihitung bobot kulit bagi bobot potong kali 100%.

7. Rasio daging dengan tulang yaitu perbandingan bobot daging dan tulang (g). Rasio daging : tulang dihitung dengan cara membandingkan antara bobot tulang dengan daging yang dihasilkan.

8. Persentase karkas (%).

Persentase karkas dihitung dengan cara bobot karkas yang ditimbang sebelumnya dibagi dengan bobot potong dikali 100%.

9. Persentase Potongan Komersial (%).

(16)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Karkas Kelinci

Karkas pada ternak kelinci adalah bagian tubuh yang sudah dipisahkan dari kepala dikurangi darah, kepala, kulit, kaki, ekor, dan jeroan. Karakteristik karkas yang diamati pada kelinci adalah bobot potong, bobot karkas, bobot kulit bulu, hati, jantung, paru-paru, ginjal, bobot daging total, bobot tulang total, dan bobot lemak total. Menurut Blasco et al. (1992) bobot potongan komersial didapat dengan cara memotong karkas kelinci menjadi potongan komersial yang meliputi foreleg, rack, loin, dan hindleg.

Bobot Potong dan Bobot Karkas

Bobot potong merupakan bobot hidup seekor ternak sebelum dipotong. Hasil rataan nilai bobot karkas, bobot potong, dan persentase karkas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rataan nilai bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas kelinci

Karakteristik karkas Bangsa Kelinci Berdasarkan hasil penelitian rataan nilai bobot potong pada kelinci Rex lebih rendah yaitu 2 422.00 ± 256.40 g/ekor, sedangkan kelinci Satin adalah 2 784.17 ± 381.25 g. Setiawan (2009) yang membandingkan produktivitas karkas kelinci Rex dan kelinci Lokal dengan bobot potong sama menyatakan bahwa rataan nilai bobot potong pada kelinci Rex lebih tinggi dibandingkan dengan kelinci lokal yaitu 1 943.33 ± 98.69 g, sedangkan kelinci lokal ialah 1 889.83 ± 98.69 g. Brahmantiyo et al. (2010) memperoleh bobot potong kelinci Rex dan Satin berjenis kelamin jantan pada umur 6 bulan yang tidak berbeda, berturut-turut sebesar 2 711.44 g/ekor dan 2 647.78 g/ekor.

(17)

6

Bobot Non Karkas Kelinci

Hasil rataan nilai bobot non karkas yang meliputi kulit, hati, jantung, paru-paru, dan ginjal dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Rataan nilai bobot non karkas kelinci

Karakteristik Karkas Bangsa Kelinci

Penelitian ini menunjukkan bahwa bangsa berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap rataan bobot kulit. Tingginya bobot kulit merupakan cerminan luasan kulit, dengan kelinci Rex lebih rendah dibandingkan Satin (241.00 ± 36.26 g dan 341.07 ± 70.22 g). Bobot jantung, hati, ginjal, dan paru-paru kelinci Rex dan Satin tidak berbeda. Menurut Setiawan (2009), rataan nilai bobot jantung pada kelinci Rex adalah 6.16 ± 0.78 g lebih besar daripada kelinci Lokal yaitu 5.16 ± 0.28 g. Pengaruh bangsa terhadap jantung ini disebabkan kelinci Rex merupakan tipe kelinci medium, sehingga secara genetik mempunyai kemampuan untuk tumbuh lebih baik dibandingkan kelinci lokal. Hal ini menyebabkan jantung pada kelinci Rex lebih berat dibandingkan dengan kelinci Lokal.

Hasil penelitian Brahmantiyo (2008) bobot jantung kelinci Rex jantan 9.72 g dan betina 11.25 g lebih tinggi dibandingkan kelinci Satin jantan 5.94 g dan betina 5.83 g. Hal ini disebabkan bobot dan umur potong yang digunakan lebih besar sehingga bobot daging, tulang, dan organ-organ dalam akan lebih berat. Menurut Dewyarsih (2004) perbedaan bangsa berhubungan dengan perbedaan genetik dalam mencapai ukuran dewasa, sehingga proporsi bagian-bagian tubuh beberapa bangsa tidak sama. Berat non karkas sangat mempengaruhi berat karkas, semakin meningkat berat non karkas maka perolehan karkas yang dihasilkan akan semakin menurun. Hal ini disebabkan jumlah non karkas yang dihasilkan lebih banyak dari pada jumlah karkas dari ternak tersebut.

Bobot Potongan Komersial

(18)

7 Tabel 3 Rataan nilai bobot potongan komersial karkas kelinci

Potongan komersial Bangsa Kelinci betina adalah (487.72 g dan 530.69 g) lebih kecil daripada kelinci Satin jantan dan betina yaitu (497.00 g dan 508.00 g).

Bobot Komponen Karkas

Bobot komponen karkas meliputi bobot daging, bobot tulang, dan bobot lemak. Bobot komponen karkas dapat menunjukkan bagian yang dapat dimakan. Persentase bobot tulang karkas akan berkurang dengan meningkatnya bobot tubuh kosong maupun bobot karkas. Rataan nilai bobot komponen karkas kelinci pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Rataan nilai bobot komponen karkas kelinci Karakteristik karkas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot daging kelinci Rex sebesar 970.88 ± 160.28 g dan kelinci Satin sebesar 1 085.20 ± 137.25 g. Brahmantiyo et al. (2010) melaporkan rataan nilai bobot daging kelinci Rex jantan sebesar 1 102.17 g dan betina sebesar 1.188.69 g lebih tinggi dibandingkan kelinci Satin jantan sebesar 1 071.11 g dan betina sebesar 1 115.67 g. Bobot potong yang tinggi akan menghasilkan bobot karkas yang tinggi pula yang selanjutnya akan mempengaruhi bobot komponen karkasnya (Brahmantiyo et al. 2010).

(19)

8

adalah 334.17 g dan 353.13 g sedangkan kelinci Satin jantan dan betina adalah 320.33 g dan 335.67 g.

Perlemakan subkutan dan abdomen kelinci akan tinggi dengan bobot potong yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase lemak abdominal pada kelinci Rex yaitu 28.43 ± 8.08 g dan kelinci Satin yaitu 30.13 ± 18.78 g. Hal ini dipengaruhi bobot potong dan variasi genetik tiap individu kelinci sehingga dalam satu bangsa memiliki bobot lemak yang berbeda-beda. Brahmantiyo et al. (2010) memperoleh bobot lemak subkutan kelinci Rex 39.72 g untuk kelinci jantan dan 74.06 g untuk betina, kelinci Satin 48.50 g untuk jantan dan 57.33 g untuk betina. Bobot lemak abdomen kelinci Rex jantan dan betina (86.11 g dan 104.63 g), kelinci Satin jantan dan betina (73.67 g dan 89.92 g). Jenis kelamin ternak kelinci akan berpengaruh terhadap lemak abdomen dan lemak subkutan. Lemak kelinci jantan lebih rendah dibandingkan dengan kelinci betina diduga karena faktor hormonal.

Persentase Karkas, Non Karkas, Potongan Komersial, dan Komponen Karkas

Proporsi karakteristik karkas yang diukur pada penelitian ini meliputi persentase karkas, non karkas, potongan komersial, dan komponen karkas yang disajikan dalam satuan persen. Hasil pengukuran proporsi karakteristik karkas dapat dilihat pada Tabel 5

(20)

9 Nofesa (2012) melaporkan bahwa rataan persentase karkas pada perlakuan yang diberi ransum komplit pada kelinci peranakan New Zealand White jantan berkisar 46.69% - 53.77%. ARBA (1996) menyatakan bahwa bobot badan ideal untuk bobot badan kelinci Rex jantan adalah 3.6 kg dan betina berkisar 4.1 kg sedangkan kelinci Satin 4.3 kg untuk kelinci jantan dan betina 4.5 kg. Menurut Muryanto et al. (1993) semakin tinggi bobot potong maka semakin tinggi persentase bobot karkasnya. Hal ini disebabkan proporsi bagian-bagian tubuh yang menghasilkan daging akan bertambah selaras dengan ukuran bobot tubuh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kulit pada kelinci Rex lebih kecil daripada Satin yaitu 9.95% ± 0.94% dan 12.25% ± 1.73%. Rohmatin (2010) melaporkan bahwa persentase kulit sebesar 13.55% - 15.42%. Cheeke et al. (2000) menyatakan bahwa bobot kulit kelinci dipengaruhi oleh kandungan protein pakan, dimana dengan tercukupinya asupan protein maka akan meningkatkan bobot potong dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap bobot kulit.

Hasil penelitian rataan persentase jantung, hati, ginjal, dan paru-paru kelinci Rex berturut-turut (0.33% ± 0.18%, 2.31% ± 0.71%, 0.68% ± 0.14%, dan 0.49% ± 0.26%) lebih kecil daripada Satin (0.32% ± 0.11%, 2.65% ± 0.28%, 0.53% ± 0.20%, dan 0.39% ± 0.12%), hal ini karena menggunakan bangsa yang brbeda. Perbedaan bangsa berhubungan dengan perbedaan genetik dalam mencapai ukuran dewasa, sehingga proporsi bagian-bagian tubuh beberapa bangsa tidak sama. Hasil penelitian Nofesa (2012) melaporkan rataan persentase bobot hati, jantung, dan ginjal berturut-turut sebesar (2.09% - 3.21%, 0.28% - 0.32%, dan 0.48% - 0.58%) sedangkan persentase bobot hati, jantung, dan ginjal cenderung sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohmatin (2010) yaitu sebesar (2.31% - 2.76%, 0.21% - 0.23%, dan 0.52% - 0.59%) untuk kelinci Lokal jantan.

SIMPULAN

Kelinci Rex dan Satin merupakan kelinci penghasil fur dengan produktivitas karkas dan potongan komersial yang baik, sehingga dapat dijadikan sebagai kelinci pedaging. Perbedaan bobot dan persentase kulit dikarenakan perbedaan tipe fur, dengan kelinci Rex memiliki panjang guard hair dan down hair yang sama tinggi sedangkan Satin memiliki guard hair yang lebih panjang dibandingkan down hair.

DAFTAR PUSTAKA

[ARBA] American Rabbit Breeders Association. 1996. Official Guide Book “To Raising Better Rabbit and Cavies”. The American Rabbit Breeders Association (US) Inc Blomington Illionis 61704.

(21)

10

Brahmantiyo B. 2008. Kajian potensi genetik ternak kelinci (Oryctolagus cuniculus) di Bogor dan di Magelang, Jawa Tengah [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Brahmantiyo B, Raharjo YC, Martojo H, Mansjeor SS. 2010. Performa produksi kelinci rex, satin dan persilangannya. JITV 15(2): 131-137.

Chan W, Brown J, Lee SM and Buss DH. 1955. Meat, Poultry and Game, The Royal Society of Chemistry: London.

Cheeke PR, McNitt JI and Patton NM. 2000. Rabbit Production. Ed ke-8. Interstate Publishers Inc, Danville, Illinois.

Dewyarsih NT. 2004. Persentase karkas, saluran pencernaan, dan organ dalam kelinci jantan lepas sapih dengan substitusi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum mengandung ampas teh (Camellia sinensi) [skirpsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gillespie JR. 2004. Modern Livestock and Poultry Production. Ed ke-7. New York (US): Delmar Learning..

Mattjik AA, Sumertajaya M. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Press.

Muryanto, Prawirodigdo S. 1993. Pengaruh jenis kelamin dan bobot potong terhadap persentase karkas dan non-karkas pada kelinci rex. JIPTK 1: 33-38. Narwitanti. 2012. Jenis-jenis kelinci di Indonesia (kelinci anggora, lop, flemish, satin, rex, polish, nd, dsb). [internet]. [diacu 2013 April 11]. Tersedia dari: http://narwitanti.wordpress.com/jenis-jenis-kelinci-di-indonesia-kelinci-anggora-lop-flemish-satin-rex-polish-nd-dsb/

Nofesa D. 2012. Performa produksi dan organ dalam kelinci peranakan New Zealand White jantan yang diberi pelet ransum komplit mengandung daun Indigofera zollingeriana dan Leucaena leucocephala [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Raharjo, Y. C. 2004. Prospek, peluang, dan budidaya ternak kelinci. Seminar Nasional Prospek Ternak Kelinci Dalam Peningkatan Gizi Masyarakat Mendukung Ketahanan Pangan (ID): Bandung.

Rao DR, Sunki GR, Johnson WM, Chen CP. 1979. Postnatal growth of New Zealand White rabbit. J. Anim. Sci. 44(6): 1021-1025.

Rohmatin RC. 2010. Persentase karkas dan organ dalam kelinci jantan lokal yang diberi ransum komplit mengandung bungkil inti sawit dengan kombinasi hijauan berbeda. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Setiawan MA. 2009. Karakteristik karkas, sifat fisik, dan kimia daging kelinci rex dan kelinci lokal (Oryctolagus cuniculus) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Syafwan A. 2012. Kelinci jenis Rex [internet]. [diacu 2013 April 11]. Tersedia dari: http://kelinci-wongkito.blogspot.com/2012/12/kelinci-wong-kito-istirahat-dari-dunia.html.

(22)

11

LAMPIRAN

Lampiran 7 Sidik ragam persentase bobot kulit

SK db JK KT Fhitung F0.05

Bangsa 1 30 000.00 30 000.00 9.40 4.96 Galat 10 31 913.00 3 191.30

Total 11 61 913.00

(23)

12

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bojakan, Kecamatan Siberut Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tanggal 29 September 1988. Penulis merupakan putri pertama dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Romulus Sagulu dan Ibu Lenaria Satairarak.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDK St. Fransiskus Siberut Utara pada tahun 2001, pendidikan lanjutan tingkat pertama di SMP Yos Sudarso 2 Siberut Selatan pada tahun 2004, dan pendidikan lanjutan tingkat atas di SMA Negeri 1 Siberut Selatan pada tahun 2007. Selanjutnya pada tahun 2007 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dan selama satu tahun mengikuti program Pra Universitas dan pada tahun 2008 penulis masuk tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan diterima di Fakultas Peternakan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP).

Gambar

Gambar 1  Karkas dan potongan komersial kelinci dengan bagian yaitu karkas (a),  foreleg (b),
Tabel 4  Rataan nilai bobot komponen karkas kelinci
Tabel 5 Persentase Karkas Non Karkas, Potongan Komersial dan Komponen

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengucap puji dan syukur ke hadirat Allah Yang Maha Agung, tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu terselesaikannya tugas akhir

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “ Efektivitas Pendidikan Kesehatan dengan Media Kalender oleh

[r]

Tehnik analisis data yang dipergunakan adalah Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Persepsi kemanfaatan berpengaruh positif

(1) Sub Bidang Formasi dan Pengadaan Pegawai mempunyai tugas mengonsep rencana, pembagian tugas, memberi petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan kegiatan Sub Bidang Formasi

Penelitian ini bertujuan untuk reverse engineering atau mendesain ulang dari outer body mobil city car dengan cara pengolahan data digital dengan menggunakan sofware SOLIDWORK

Fosil memiliki bentuk fisik artistik tekstur dan warna yang unik serta nilai riwayat lampau, berkaitan dengan itu dalam penciptaan karya lukis ini penulis memakai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gugus fungsi, pH limbah, dan massa paling baik arang aktif dari arang kulit singkong dan tongkol jagung terhadap penurunan kadar COD dan