• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) UNTUK MKENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SD NEGERI 040444 KABANJAHE T.A 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) UNTUK MKENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SD NEGERI 040444 KABANJAHE T.A 2014/2015."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND

EXPLAINING (SFAE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA

DI KELAS V SD NEGERI 040444 KABANJAHE

T.A 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

TRYA SYAHFITRI NINGSIH 1113311056

Fakultas Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

TRYA SYAHFITRI NINGSIH, NIM: 1113311056, “ Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining (SFAE) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 040444 Kabanjahe T.A 2014/2015”. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan, 2015.

Masalah penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA dengan materi peristiwa alam beserta dampaknya di kelas V SD Negeri 040444 Kabanjahe. Dari hasil observasi, siswa tidak berani menyampaikan ide pendapatnya, siswa tidak menggunakan bahasa yang benar, siswa tidak memiliki kemampuan memberikan penjelasan yang berhubungan dengan fakta dan logika. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, aktivitas belajar siswa, dan respon siswa terhadap model pembelajaran SFAE.

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 040444 kabanjahe T.A 2014/2015. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 30 orang siswa pada semester II. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi.

(6)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...

i

KATA PENGANTAR ...

ii

DAFTAR ISI ...

v

DAFTAR LAMPIRAN ...

viii

DAFTAR TABEL ...

x

DAFTAR GAMBAR ...

xii

DAFTAR GRAFIK ...

xiii

BAB I PENDAHULUAN ...

1

1.1 Latar Belakang ...

1

1.2 Identifikasi Masalah ...

5

1.3 Batasan Masalah ...

6

1.4 Rumusan Masalah ...

6

1.5 Tujuan Penelitian ...

6

1.6 Manfaat Penelitian ...

7

1.6.1 Manfaat Teoritis ...

7

1.6.2 Manfaat Praktis ...

7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...

8

2.1 Kerangka Teori ...

8

2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis ...

8

2.1.1.1 Defenisi Berpikir ...

8

2.1.1.2 Defenisi Berpikir Kritis ...

9

(7)

vi

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif ...

13

2.1.2.1 Hakikat Pembelajaran Kooperatif ...

13

2.1.2.2 Student Facilitator And Explaining ...

16

2.1.2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Student Facilitator And Explaining

... 18

2.1.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Student Faciitator And Explaining

... 19

2.1.3 Pengertian Pembelajaran IPA ...

21

2.1.3.1 Kurikulum IPA di SD ...

23

2.1.3.2 Materi Pembelajaran ...

25

2.2 Kerangka Konseptual ...

29

2.3 Hipotesis Tindakan ...

30

BAB III METODE PENELITIAN ...

31

3.1 Jenis Penelitian ...

31

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ...

31

3.3 Subjek Penelitian dan Objek Penelitian ...

31

3.4 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ...

32

3.5 Desain Penelitian ...

32

3.6 Prosedur Penelitian ...

33

3.7 Teknik Pengumpulan Data ...

38

3.8 Teknik Analisis Data ...

38

(8)

vii

BAB IV HASIL AN PEMBAHASAN PENELTIAN ...

41

4.1 Hasil Penelitian ...

41

4.1.1 Deskripsi Keadaan sekolah ...

41

4.1.2 Deskripsi Siklus I ...

43

4.1.3 Deskripsi Siklus II ...

56

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ...

70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...

74

5.1 Kesimpulan ...

74

5.2 Saran ...

75

DAFTAR PUSTAKA ...

76

(9)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

Tabel 2.2 Tabel Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Pelajaran IPA ... 23

Tabel 3.1 Tabel Jadwal Penelitian ... 40

Tabel 4.1 Tabel Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

pada Siklus I Pertemuan 1 ... 46

Tabel 4.2 Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I

Pertemuan 1 ... 47

Tabel 4.3 Tabel Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

pada Siklus I Pertemuan 2 ... 50

Tabel 4.4 Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa siklus I

Pertemuan 2 ... 51

Tabel 4.5 Tabel Perubahan kemampuan Berpikir Kritis Siklus I ... 52

Tabel 4.6 Kegiatan Mengajar Guru Siklus I ... 53

Tabel 4.7 Tabel Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

pada Siklus II Pertemuan 1... 59

Tabel 4.8 Tabel Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus II

Pertemuan 1 ... 60

Tabel 4.9 Tabel Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

pada Siklus II Pertemuan 2 ... 64

Tabel 4.10 Tabel Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus II

(10)

xi

Tabel 4.11 Tabel Perubahan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus

II ... 66

Tabel 4.12 Tabel Kegiatan Mengajar Guru Siklus II ... 67

Tabel 4.13 Tabel Rekapitulasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada

Siklus I Pertemuan 1 dan 2 dan Siklus II Pertemuan 1 dan 2 . 70

Tabel 4.14 Tabel Peningkatan Hasil Obsetvasi siswa ... 72

(11)

xii

DAFTAR GAMBAR

Ganbar 2.1

Gambar Peta Konsep Pelajaran IPA ... 26

Gambar 2.2 Gambar Kerangka Konseptual ... 30

Gambar 3.1 Gambar Desain Penelitian ... 34

Gambar 4.1 Gambar Siswa Sedang Berdiskusi Membuat Peta Konsep

Siklus I Pertemuan 1 ... 46

Gambar 4.2 Gambar Siswa Sedang Mempersentasikan Hasil Diskusi

Pembuatan Peta Konsep Siklus I pertemuan 1 ... 46

Gambar 4.3 Gambar Siswa Sedang Berdiskusi Membuat Peta Konsep

Siklus I Pertemuan 2 ... 50

Gambar 4.4 Gambar Siswa Sedang Mempersentasikan Hasil Diskusi

Pembuatan Peta Konsep Siklus I pertemuan 2 ... 50

Gambar 4.5 Gambar Siswa Sedang Berdiskusi Membuat Peta Konsep

Siklus II Pertemuan 1 ... 59

Gambar 4.6 Gambar Siswa Sedang Mempersentasikan Hasil Diskusi

Pembuatan Peta Konsep Siklus II pertemuan 1 ... 59

Gambar 4.7 Gambar Siswa Sedang Berdiskusi Membuat Peta Konsep

Siklus II Pertemuan 2 ... 63

Gambar 4.8 Gambar Siswa Sedang Mempersentasikan Hasil Diskusi

(12)

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1

Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I Pertemuan 1 . 48

Grafik 4.2

Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I Pertemuan 2 .. 52

Grafik 4.3

Perubahan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I ... 53

Grafik 4.4

Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus II Pertemuan 1 . 62

Grafik 4.5

Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus II Pertemuan 2 . 66

Grafik 4.6

Grafik Perubahan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II ... 67

Grafik 4.7

Grafik Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 73

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

sumber daya yang dimiliki oleh setiap individu. Melalui pendidikan siswa dapat

mengembangkan kemampuan secara optimal dan dapat mewujudkan fungsi

di-rinya sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat. Sesuai dengan UU

Repub-lik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II

me-nyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

men-cerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

di-dik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Kurikulum 2006 yang dikenal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) memasukkan keterampilan-keterampilan berpikir yang harus dikuasai

anak disamping materi isi yang merupakan pemahaman konsep. Beberapa

rampilan berpikir yang dapat meningkatkan kecerdasan memproses adalah

kete-rampilan berpikir kritis, ketekete-rampilan berpikir kreatif, ketekete-rampilan mengorganisir

otak, dan keterampilan analisis. Dalam bidang pendidikan, berpikir kritis dapat

membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi yang dipelajari dengan

mengevaluasi secara kritis argumen pada buku teks termasuk argumentasi guru

(14)

2

Agar terjadi pengkonstruksian pengetahuan secara bermakna, guru

harus-lah melatih siswa agar berpikir secara kritis dalam menganalisis maupun dalam

memecahkan suatu permasalahan. Hal ini sejalan dengan pendapat Robert Ennis

dalam Alec Fisher (2009:4) berpikir kritis adalah ”pemikiran yang masuk akal dan

reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau

dilaku-kan. Dalam memecahkan suatu permasalahan diperlukan pemikiran yang masuk

akal dan terfous untuk memtuskan sesuai dengan yang dapat dipercaya oleh akal

manusia”.

Pembelajaran IPA dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Hal ini sejalan dengan Samatowa (2010 : 3 ) alasan IPA dimasukkan kedalam

ku-rikulum” Alasan itu dapat digolongkan menjadi empat golongan yakni : a) bahwa

IPA berfaedah bagi suatu bangsa. b) Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat,

maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berfikir

kritis.”

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar umumnya dilakukan oleh guru lebih

banyak menekankan pada aspek pengetahuan dan pemahaman, . Hal ini

menye-babkan siswa kurang terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya dalam

meme-cahkan permasalahan dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari

dalam kehidupan nyata. Siswa kurang dilatih untuk menganalisis, suatu informasi

atau argumen sehingga kemampuan berpikir kritis siswa kurang dapat

berkem-bang dengan baik. Berpikir kritis diperlukan dalam rangka memecahkan suatu

permasalahan sehingga diperoleh keputusan yang cepat dan tepat.

Berdasarkan hasil komunikasi personal dengan guru kelas dan observasi

(15)

3

pembelajaran sains yang cenderung terbatas pada aspek hafalan sehingga kurang

melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Dari 30 orang siswa di kelas V

ter-dapat 21 orang yang tidak ter-dapat berpikir sacara kritis. Terter-dapat siswa dalam

me-nyampaikan penjelasan sederhana mengenai materi IPA tidak terfokus dan belum

berani menyampaikan ide gagasannya. Siswa kelihatan tidak bersemangat, siswa

banyak yang mengantuk dan kurang memperhatikan materi yang disampaikan

guru. Sebagian besar siswa belum mampu memecahkan suatu permasalahan

den-gan baik. Siswa tidak memiliki kemampuan menghubungkan antara apa yang

di-pelajari dengan kehidupannya sehari-hari.

Dalam memberikan penjelasan sederhana mengenai pembelajaran IPA

ma-teri peristiwa alam dan dampaknya presentase siswa yaitu 43,95 (rendah),

ke-mampuan siswa dalam membangun ketrampilan dasar memiliki presentase 43,12

(rendah) dan kemampuan menyimpulkan memiliki persentase 40,8 (rendah).

Ke-mampuan bernalar siswa belum berkembang dengan baik. KeKe-mampuan bernalar

tak terpisahkan dari kemampuan berpikir kritis. Hal ini mencerminkan

kemam-puan berpikir secara kritis masih rendah.

Saat proses pembelajaran guru juga lebih sering menggunakan metode

ce-ramah dan tanpa menggunakan media apapun. Siswa tidak memiliki pemahaman

yang mendalam. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya kemampuan

ber-pikir kritis siswa dalam pembelajaran IPA.

Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa mengindikasikan ada sesuatu

yang salah dan belum optimal dalam pembelajaran di sekolah. Kemampuan

berpi-kir kritis menjadi salah satu standar kompetensi lulusan satuan pendidikan yang

(16)

4

dapat memberikan jawaban atau argumen yang logis berdasarkan pengetahuan

yang dimilikinya. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan

dalam pemecahan atau pencarian solusi terhadap masalah yang berkembang.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan agar siswa dapat memahami apa

yang dipelajarinya adalah dengan membimbing siswa menggali pengetahuannya

sendiri yang diperoleh dari pengalaman-pengalamannya sendiri. Selain kurang

maksimalnya pembelajaran yang diterima siswa juga mengakibatkan kurang

tersa-lurkannya kemampuan siswa dalam mengungkapkan hasil pemikiran siswa itu

sendiri dan tidak berkembangnya kemampuan berpikir kritis siswa tersebut. Setiap

pembelajaran mempunyai peranan yang penting untuk kehidupan mereka

sehari-hari, namun kenyataannya siswa masih merasa malas untuk belajar dan kurang

berminat untuk belajar. Keadaan seperti ini berimplikasi pada rendahnya

kemam-puan berpikir kritis siswa dan selanjutnya dapat mengakibatkan kurangnya

ke-mampuan siswa dalam memahami konsep-konsep pelajaran yang dipelajari.

Model yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan

mengunakan metode kooperatif. Salah satu pengembangan pembelajaran

koopera-tif adalah model pembelajaran siswa akkoopera-tif yaitu Student Facilitator And

Explain-ing. Pembelajaran tipe Student Facilitator And Explaining menjadikan siswa

se-bagai fasilsator yang mampu berfikir secara kreatif sehingga menciptakan proses

pembelajaran yang aktif serta memberikan rasa percaya pada siswa yang

memper-lihatkan karya atau bakat yang dimilikinya pada siswa yang lainnya.

Menurut Istarani (2012:97 model Student Facilitator And Explaining

me-miliki kelebihan diantaranya yaitu , materi ajar disampaikan akan lebih jelas dan

(17)

5

dengan demonstrasi, dapat melatih siswa untuk menjadi guru, memacu siswa

un-tuk menjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi ajar, mengetahui kemampuan

siswa dalam menyampaikan gagasannya. Dengan menggunakan metode ini dapat

mendorong tumbuh dan berkembangnya potensi berpikir kritis siswa secara

op-timal dan melatih siswa aktif, kreatif dalam menghadapi setiap masalah.

Sehubungan dengan penjelasan yang telah ada, peniliti tertarik untuk

mela-kukan penelitian dengan berpedoman dengan penelitian sebelumnya, dengan

me-minimalkan kelemahan-kelemahan yang terjadi sehingga latar belakang dari

pene-litian tersebut peneliti menulis judul penepene-litian adalah Penerapan Model

Pembela-jaran Student Facilitator And Explaining (SFAE) Untuk Meningkatkan

Kemam-puan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri

040444 Kabanjahe T.A 2014/2015

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi beberapa

ma-salah penelitian itu, yaitu :

1. Siswa kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar,

ka-rena siswa cenderung hanya ditempatkan sebagai penerima saja.

2. Siswa tidak mampu menghubungkan pembelajaran IPA dengan kehidupan

sehari-hari.

3. Rendahnya kemampuan siswa dalam memberikan penjelasan sederhana

mengenai pelajaran IPA.

4. Rendahnya kemampuan siswa dalam menyimpulkan dan memecahkan

(18)

6

5. Rendahnya aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar yang disebabkan

oleh terlalu dominannya guru dalam proses pembelajaran.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan judul penelitian dan keterbatasan kemampuan dan waktu,

pe-neliti membatasi masalah pada : Penerapan Model Pembelajaran Student

Facilita-tor And Explaining (SFAE) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Materi Peristiwa Alam dan Dampaknya di Kelas

V SD Negeri 040444 Kabanjahe T.A 2014/2015

1.4 Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah di uraikan, maka rumusan masalah

yang dikaji dalam penelitian ini adalah Apakah Dengan Penerapan Model

Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Dapat Meningkatkan Ke-mampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pelajaran IPA Kelas V SD Negeri 040444 Kabanjahe.

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah di kemukakan maka yang

men-jadi tujuan penelitian ini adalah untuk pembuktian meningkatnya kemampuan

berpikir kritis siswa pada pelajaran IPA melalui model pembelajaran student

(19)

7

1.6 Manfaat penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

tentang pembelajaran yang nantinya dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kritis siswa kelas V SD.

1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi siswa

Melalui penggunaan model pembelajaran ini siswa dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritisnya dan mengembangkan kekritisan siswa

da-lam menuangkan ide atau gagasan dada-lam pembelajaran dan

menyampai-kannya secara komunikatif.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan dalam memilih strategi pembelajaran untuk

(20)

74

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining dalam

kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

pada materi peristiwa alam beserta dampaknya di kelas V SD Negeri 040444

Kabanjahe. Pada siklus I, presentase rata-rata siswa dalam kemampuan berpikir

kritis yaitu 21,65 % (sangat rendah) dan pada siklus II presentase rata-rata siswa

dalam kemampuan berpikir kritis meningkat menjadi 76,6 % (tinggi).

Kemampuan guru dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran

student facilitator and explaining juga meningkat dengan rata-rata siklus I 72,5

(tinggi) meningkat menjadi 93,33 (sangat tinggi) pada siklus II.

Berdasarkan dari hasil pembahasan dan data penelitian dapat diperoleh

kesimpulan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran student facilitator

and explaining dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata

pelajaran IPA pada materi peristiwa alam beserta dampaknya di kelas V SD

Negeri 040444 Kabanjahe, maka peneliti dapat membuat kesimpulan :

Upaya – upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa melalui penerapan model pembelajaran student facilitator and

explaining adalah (1) memotivasi siswa pada pembelajaran dengan meningkatkan

manfaat dan tujuan pembelajaran; (2) membimbing siswa dalam mengerjakan

tugas kelompok; (3) membimbing siswa agar tidak malu dalam menyampaikan pe

(21)

75

bercerita pada saat guru ataupun temannya yang lain menyampaikan ide

pendapatnya di depan kelas.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka peneliti menyarankan :

1. Diperlukan perencanaan yang baik dan matang bagi guru khususnya guru

IPA dalam menerapkan model pembelajaran student facilitator and

expalaining .

2. Dalam proses pembelajaran sebaiknya memperhatikan kegiatan yang

dilakukan siswa seperti membimbing siswa dalam membuat peta konsep

sesuai dengan materi.

3. Dalam kegiatan siswa menyampaikan kembali penjelasan guru,sebaiknya

diberikan motivasi yang dapat mendorong siswa agar tidak merasa malu

untuk menyampaikannya di depan kelas.

4. Model pembelajaran student facilitator and explaining dapat dijadikan

sebagai alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan

(22)

76

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara

Azmiyawati, dkk. 2008. IPA Salingtemas. Jakarta : Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional.

Deporter,B &Hernacki, M. 2011. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

Dewi, Rosmala. 2010. Pendidikan Tindakan Kelas. Medan : Pasca Sarjana

UNIMED

Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Terj. Benyamin H.

Jakarta: Erlangga.

Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran:Isu-isu

Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta:Pustaka Belajar

Istarani.2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada

Kasdin, S dkk.2012. Critical Thinking:Membangun Pemikiran Logis. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan.

Lestari, I dkk.2014. Pengaruh Model Pembelajaran Student Facilitator And

Explaining Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V. Jurnal Ilmu

Pendidikan vol:2 no:1 (http://jurnal PGSD, diakses 12 Desember 2014

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Bandung : Pt Raja Grafindo Persada.

Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Jakarta : PT

Indeks.

Samawi, I.2013. The Magic Of Big Thinking. Yogyakarta: Glosaria Media

(23)

77

Turohmah, N.H. 2014. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa

melalui Penerapan Pendekatan. Open ended, 9-11

Wahyuni, S. 2011. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui

pembelajaran IPA Berbasis Problem-Based Learning. Skripsi, Program

Studi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP-UT Diakses melalui

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/12142 pada 2 januari 2015

Yamin, M & Ansari, B.2012. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual

Gambar

Tabel 4.11
Gambar Peta Konsep Pelajaran IPA  ........................................  26
Grafik 4.1

Referensi

Dokumen terkait

Kalimantan Prima Persada site Rantau, Kalimantan selatan untuk menanggulangi bahaya postur kerja akibat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerjanya telah melakukan

Desain faktorial adalah metode optimasi yang digunakan untuk mengetahui efek yang paling dominan dalam mencari dan menentukan area komposisi optimum gelling agent

[r]

Dalam e- commerce dikenal adanya B2B dan B2C yang bisa digunakan para pelanggan untuk turun langsung apabila ingin melakukan transaksi pembelian pada e-commerce atau

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa desain pembelajaran matematika dengan pendekatan Etnomatematik

Mahasiswa dilibatkan secara aktif mengindentifikasi peluang kerja dalam bidang kejuruan masing- masing yang meliputi seluruh spektrum kejuruan untuk memberi wawasan tentang

Mata kuliah ini disediakan untuk mahasiswa PTK S3 yang akan melakukan kegiatan mandiri sesuai dengan minat masing-masing, dan dapat membantu mereka melalui eksplorasi teori dan

Meskipun hukum acara pidana sudah diatur dalam undang-undang namun dalam penyelesaian kasus penganiayaan adakalanya antara pelaku tindak pidana dan