• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN PERAN TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI PAUD TUNAS JAYA BUKIT KEMILING PERMAI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN PERAN TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI PAUD TUNAS JAYA BUKIT KEMILING PERMAI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH

H AKTIVITAS BERMAIN PERAN TERH PILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 T TUNAS JAYA BUKIT KEMILING PER R LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/

Oleh

MESI RULI WULAN

Skripsi

agai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Studi Pendidikan Guru Pendidik Anak Usia Jurusan Ilmu Pendidikan

eguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas La

(2)

PENGARUH KETERAMP

DI PAUD T BANDAR L

FAKULT

H AKTIVITAS BERMAIN PERAN TERH PILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 T

TUNAS JAYA BUKIT KEMILING PER R LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/

(Skripsi)

Oleh

MESI RULI WULAN

TAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015

RHADAP 6 TAHUN

ERMAI 2014/2015

(3)

xvi DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 35

2. Desain One Group Pretest-Posttest ... 36

3. Rumus Interval ... 41

4. Rumus Regresi Linear Sederhana ... 42

5. Rumus Regresi Linear Sederhana ... 42

(4)

xiv

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

II. KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Teori-Teori Belajar... 8

B. Anak Usia Dini ... 9

C. Aktivitas Bermain ... 15

D. Bermain Peran ... 22

E. Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini ... 29

F. Penelitian yang Relevan ... 34

G. Kerangka Pikir ... 34

H. Hipotesis Penelitian ... 35

III. METODE PENELITIAN ... 36

A. Metode Penelitian ... 36

B. Desain Penelitian ... 36

C. Prosedur Penelitian ... 37

D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

E. Populasi dan Sampel ... 38

F. Definisi Variabel Penelitian ... 39

G. Teknik Pengumpulan Data ... 40

H. Teknik Analisis Data ... 41

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

(5)

xv

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Simpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(6)

xviii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 63

2. Teknik analisis data menggunakan rubrik ... 64

3. Kisi-Kisi Instrumen Aktivitas Bermain Peran ... 70

4. Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Berbicara ... 71

5. Lembar Observasi Aktivitas Bermain Peran Sebelum Perlakuan ... 72

6. Lembar Observasi Aktivitas Bermain Peran Sesudah Perlakuan ... 74

7. Lembar Observasi Keterampilan Berbicara Sebelum Perlakuan ... 76

8. Lembar Observasi Keterampilan Berbicara Sesudah Perlakuan... 79

9. Data Aktivitas Bermain Peran Sebelum Perlakuan ... 82

10. Data Aktivitas Bermain Peran Sesudah Perlakuan ... 83

11. Data Aktivitas Keterampilan Berbicara Sebelum Perlakuan ... 84

12. Data Aktivitas Keterampilan Berbicara Sesudah Perlakuan ... 85

13. Tabel Penolong Untuk Menghitung Persamaan Regresi Linear ... 86

14. Daftar Nama Anak ... 87

15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian ... 88

16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian ... 91

17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian ... 94

18. Guru sedang Menjelaskan Tentang Kegiatan Bermain Peran ... 97

19. Anak sedang Bermain Peran sebagai Penjual dan Pembeli ... 98

20. Anak Bermain Peran dengan Tema Keluargaku ... 99

21. Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 100

22. Surat Izin Penelitian ... 101

(7)

xvii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar Perkembangan Keterampilan Berbicara Anak ... 4

2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 43

3. Rekapitulasi Nilai Aktivitas Bermain ... 46

4. Rekapitulasi Nilai Keterampilan Berbicara ... 48

5. Tabel Silang Antara Aktivitas Bermain Peran dan Keterampilan Berbicara Anak ... 49

(8)

ix MOTTO

Man Jadda Wa Jada”

“Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil”

(Al-hadits)

“Jika kita masih mampu untuk melakukan sesuatu, maka

lakukanlah. Sesuatu yang ditunda hanya akan menimbulkan

(9)
(10)
(11)

x PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim…

Puji syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, dan sahabat. Penulis persembahkan karya sederhana ini kepada orang-orang tercinta berikut ini :

1. Ibu dan Bapak tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan dan harapan dalam menantikan keberhasilanku. Hanya ini yang bisa Teteh berikan dan doakan Teteh agar selalu senantiasa memberikan kebahagian dan kebanggaan untuk kalian;

2. Adik-adikku tersayang, Rega Paturahman dan Regi Lukmanul Hakim, juga seluruh keluarga yang tak henti memberikan dukungan dan semangat; 3. Para Pendidik yang ku hormati, yang telah mendidik dan memberikan

ilmu yang sangat bermanfaat bagiku;

4. Sahabat-sahabatku tersayang, yang selama ini memberikan dukungan, doa dan semangat dalam senang maupun susah untuk aku terus menjalani keseharianku;

(12)
(13)

viii RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Mesi Ruli Wulan lahir di Kabupaten Tasikmalaya, pada tanggal 25 Juli 1991, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak H. Mahpud dan Ibu Enok.

Penulis menempuh Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Citambal, Kabupaten Tasikmalaya yang diselesaikan pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama di SMP Islam Bahrul Ulum, Kabupaten Tasikmalaya diselesaikan pada tahun 2007, dan menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan di SMK Periwatas Tasikmalaya pada tahun 2011.

(14)

xi SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Aktivitas Bermain Peran terhadap Keterampilan Berbicara Anak Usia

5-6 Tahun di PAUD Tunas Jaya Bukit Kemiling Permai Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Pada pembuatan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasihat serta saran-saran yang sangat membangun. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak berikut ini :

1. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, Bapakku tercinta H. Mahpud, dan Ibuku tercinta Ibu Enok serta adik-adikku tersayang Rega Paturahman dan Regi Lukmanul Hakim atas semua limpahan kasih sayang, doa, dan dukungan untuk tercapainya gelar Sarjana Pendidikan ini.

(15)

xii perkembangan program studi PG-PAUD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

3. Bapak Dr. M. Thoha B. S Jaya, M.S., selaku Pembimbing Utama sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, masukan, saran-saran dan nasihat yang telah diberikan.

4. Ibu Dr. Een Yayah Haenilah, M. Pd., selaku Pembimbing Kedua atas bimbingan, masukan, kritikan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak Drs. Maman Surahman, M. Pd., selaku Penguji dan Pembahas terima

kasih atas saran-saran dan nasihat yang telah diberikan.

6. Ibu Ari Sofia, S.Psi., MA., Psi., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini FKIP Universitas Lampung.

7. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

8. Bapak/ibu Dosen dan Staf Karyawan PG-PAUD, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

9. Ibu Helmiyati., selaku Kepala Sekolah PAUD Tunas Jaya Bukit Kemiling Permai yang telah memberikan izin dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

(16)

xiii 11. Sahabat-sahabatku tersayang Sira Difatiguna, Dwi Puji Rahayu dan Elda Deswika yang selalu memberikan pengertian, dukungan, doa dan motivasi, semoga persahabatan ini terjalin sampai nanti.

12. Seluruh rekan-rekan mahasiswa PG-PAUD angkatan 2011 kelas A dan B yang telah bersama-sama berusaha dari awal hingga akhir.

13. Teman-teman terbaik lainnya yang telah memberikan segala dukungannya, doa dan semangat, terimakasih.

14. Teman-teman KKN dan PPL di Pekon Canggu Kec. Batu Brak Kab. Lampung Barat 2014 (Kiki, Sutri”Mey”, Rina, Alif, Iin, Ikke, Rohani, Redi dan Agung).

15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Penulis berharap semoga amal kebaikan kalian diberkahi oleh Allah SWT, dan

mendapatkan balasan yang berlipat ganda, diberi kebahagiaan dunia dan akhirat kelak.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan

tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat

bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Oktober 2015 Penulis,

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak. Melalui pendidikan anak akan berkembang secara optimal. Berdasarkan Undang–undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) bab I Pasal I butir 14 dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Selanjutnya dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 28 ayat 1 berbunyi

“Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak usia lahir

sampai dengan enam tahun sebelum jenjangpendidikan dasar”.

Pendidikan Anak Usia Dini memiliki peran yang sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak, melalui pendidikan ini diharapkan seluruh potensi yang ada pada anak baik itu bahasa, kognitif, afektif, sosial emosional serta psikomotornya dapat berkembang dengan baik.

(18)

2

fisik motorik, bahasa, kognitif dan sosial emosional. Kelima aspek ini sangatlah penting untuk dikembangkan sejak usia dini, dan perkembangan bahasa merupakan salah satu aspek perkembangan yang memiliki peran sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, bahasa digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain selain itu dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan dan ide (gagasan) yang dimiliki.

Perkembangan bahasa untuk anak usia 5–6 tahun mengembangkan tiga aspek yaitu reseptif (menerima bahasa), expresif (mengungkapkan bahasa), dan keaksaraan. Lingkup perkembangan kedua yaitu kemampuan mengungkapkan bahasa. Kemampuan ini termasuk dalam kemampuan bahasa ekspresif. Kemampuan ini bisa muncul dalam bentuk kemampuan berbicara, dan menulis. Pencapaian perkembangan kemampuan ini yaitu menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama, berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung, menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap, memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain, melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan. Pencapaian perkembangan ini dapat muncul dalam berbagai indikator.

(19)

3

merupakan proses berbahasa untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, merepleksikan pengalaman dan berbagai informasi. Kajian tentang berbicara pada anak tidak terlepas dari kenyataan adanya perbedaan kecepatan dalam berbicara maupun kualitas dan kuantitas anak dalam menghasilkan bahasa. Anak yang satu dapat lebih cepat, lebih luwes, lebih rumit dalam mengungkapkan bahasanya, ataupun lebih lambat dari yang lainnya.

Keterampilan berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh.

Metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh para pendidik agar proses belajar-mengajar pada siswa tercapai sesuai dengan tujuan. Metode pembelajaran ini sangat penting di lakukan agar proses belajar mengajar tersebut nampak menyenangkan dan tidak membuat para siswa tersebut suntuk, dan juga para siswa tersebut dapat menangkap ilmu dari tenaga pendidik tersebut dengan mudah.

(20)

4

Metode bermain peran merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak. Secara tidak langsung disamping dapat mengembangkan imajinasi dan penghayatan, melalui metode bermain peran ini anak dilatih untuk mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis, dapat melatih anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya, juga melatih anak untuk dapat menceritakan kembali apa-apa saja yang telah didengar dan dialami sebelumnya.

Namun kenyataan yang terjadi di PAUD Tunas Jaya Bukit Kemiling Permai tahun pelajaran 2014/2015 keterampilan berbicara anak yang masih rendah ditandai dengan kemampuan berbicara anak usia 5 – 6 tahun masih kurang, anak masih ragu – ragu saat berbicara, anak belum mampu menjawab pertanyaan dengan lancar, anak belum berani untuk tampil di depan kelas, anak belum mampu berbicara dengan lancar, anak menjawab pertanyaan dengan terbata– bata dan sulit dimengerti, guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat, penggunaan metode pembelajaran yang masih klasik, pembelajaran masih monoton.

Tabel 1. Daftar Perkembangan Keterampilan Berbicara Anak

Usia Anak Keterampilan Berbicara Jumlah

BB MB BSH BSB

5-6 Tahun 8 13 2 0 23

Sumber: Dokumen PAUD Tunas Jaya Bukit Kemiling Permai Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015

(21)

5

harapan, 13 anak yang keterampilan berbicaranya berada dalam kategori mulai berkembang, dan 8 anak dengan keterampilan berbicara yang belum berkembang Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara anak di kelas B PAUD Tunas Jaya Bukit Kemiling Permai, Bandar Lampung masih rendah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut :

1. Kemampuan berbicara anak usia 5–6 tahun masih kurang 2. Anak belum mempunyai keberanian untuk berbicara, 3. Anak belum mampu menjawab pertanyaan dengan lancar, 4. Anak belum berani untuk tampil di depan kelas,

5. Anak belum mampu berbicara dengan lancar,

6. Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat 7. Pembelajaran masih monoton.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti hanya membatasi pada “aktivitas bermain peran dan keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di PAUD Tunas Jaya Bukit Kemiling Permai Bandar Lampung”.

D. Perumusan Masalah

(22)

6

berbicara anak usia 5-6 tahun di PAUD Tunas Jaya Bukit Kemiling Permai Bandar Lampung.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat di peroleh permasalahan penelitian adalah “Bagaimana pengaruh aktivitas bermain peran terhadap keterampilan berbicara anak usia 5–6 tahun di PAUD Tunas Jaya Bukit Kemiling Permai Bandar Lampung ?”

Dengan demikian judul penelitian ini adalah : Pengaruh Aktivitas Bermain Peran terhadap Keterampilan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun di PAUD Tunas Jaya Bukit Kemiling Permai Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian adalah: Untuk mengetahui pengaruh aktivitas bermain peran terhadap keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di PAUD Tunas Jaya Bukit Kemiling Permai, Bandar Lampung.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai pendorong untuk pelaksanaan pendidikan yang lebih baik sehingga menjadi pengetahuan bagi orang tua dan guru.

(23)

7

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Guru

1) Guru dapat menstimulasi perkembangan keterampilan berbicara anak dengan aktivitas bermain peran.

2) Guru dapat menciptakan proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara melalui metode yang tepat bagi anak.

b. Bagi Peneliti Lain

(24)

8

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Teori-Teori Belajar

1. Teori Konstruktivisme

Teori kontruktivisme ini dipelopori oleh para ahli yang terkenal yaitu Piaget dan Vigotsky. Menurut Wina Sanjaya (2005: 118)

“kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam stuktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman”. Teori ini menjelaskan bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan dari objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang di amatinya.

Pendapat lain juga dikatakan oleh Lev Vygotsky dalam Sujiono (2013:60) berpendapat bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara dialihkan dari orang lain, melainkan sesuatu yang dibangun dan diciptakan oleh anak. Sehingga untuk membangun pengetahuan yang luas diperlukan sedikit demi sedikit pengetahuan yang baru untuk melengkapi pengetahuan yang pernah diperoleh.

(25)

9

memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan anak. Ketika keterampilan berbicara anak belum dikuasai maka anak tersebut harus terus diberikan motivasi dan bimbingan, karena keterampilan berbicara anak diperoleh dari usahanya sendiri yang dibantu oleh keluarga dan orang terdekat dengan cara diberikan kesempatan sebesar-besarnya untuk anak praktek berbicara, juga mendapatkan model yang baik untuk ditiru agar anak mempunyai kepercayaan saat berbicara.

B. Anak Usia Dini

1. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun.

Masa anak usia dini sering disebut dengan istilah “golden age” atau masa

emas. Karena pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap anak tidaklah sama karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda. Makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan tersebut. Jika anak diberikan stimulus yang intensif, maka anak akan mampu menjalani tugas perkembangannya dengan baik.

(26)

10

untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Sedangkan pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa (1) Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan Anak Usia Dini jalur formal: TK, RA atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan Anak Usia Dini jalur pendidikan non formal: KB, TPA atau bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan jalur informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakkan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spritual), sosia emosional (sikap dan perilaku serta beragam), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

(27)

11

keterampilannya sedini mungkin. Pendidikan anak usia dini merupakan sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak sejak usia lahir sampai dengan usia enam tahun.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun, dimana pada masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan hebat, sehingga sangat diperlukan pemberian pendidikan dan stimulus yang tepat serta intensif untuk mencapai optimalisasi pada semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis. Potensi anak yang sangat penting untuk dikembangkan meliputi bahasa, kognitif, sosial emosional, kemampuan fisik dan aspek spiritual.

2. Karakteristik Anak Usia Dini

Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, sosial, dan moral serta tidak sama dengan karakteristik orang dewasa. Anak merupakan makhluk unik yang kaya akan fantasi dan imajinasi.

Menurut Aisyah (2008: 1.4-1.9) karakteristik anak usia dini antara lain: a) memiliki rasa ingin tahu yang besar, b) merupakan pribadi yang unik, c) suka berfantasi dan berimajinasi, d) masa paling potensial untuk belajar, e) menunjukkan sikap egosentris, f) memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, g) sebagai bagian dari makhluk sosial.

(28)

12

maka mereka akan terus bertanya sampai anak mengetahui maksudnya. Di samping itu, setiap anak memiliki keunikan sendiri-sendiri yang berasal dari faktor genetik atau bisa juga dari faktor lingkungan.

Anak usia dini suka berfantasi dan berimajinasi. Hal ini penting bagi pengembangan kreativitas dan bahasanya. Anak usia dini suka membayangkan dan mengembangkan suatu hal melebihi kondisi yang nyata. Anak yang egosentris biasanya lebih banyak berpikir dan berbicara tentang diri sendiri dan tindakannya bertujuan untuk menguntungkan dirinya, misalnya anak masih suka berebut mainan dan menangis ketika keinginannya tidak terpenuhi. Anak sering bermain dengan teman-teman di lingkungan sekitarnya. Melalui bermain ini anak dapat belajar bersosialisasi. Apabila anak belum dapat beradaptasi dengan teman lingkungnnya, maka anak-anak akan dijauhi oleh teman-temannya. Dengan begitu anak akan belajar menyesuaikan diri dan anak akan mengerti bahwa dia membutuhkan orang lain di sekitarnya.

3. Prinsip Perkembangan Anak Usia Dini

Usia dini yaitu dari anak lahir sampai dengan usia 6 tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia itu sebagai usia penting bagi pengembangan intelegensi permanen dirinya, disamping itu mereka juga mampu menyerap informasi yang sangat tinggi.

(29)

13

Menurut Bredekamp dan Coople dalam Aisyah (2008:1.17-1.23) menjelaskan bahwa prinsip perkembangan anak usia dini adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan aspek fisik, sosial, emosional, dan kognitif anak saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain,

2. Perkembangan motorik, emosi, sosial, bahasa dan kognitif anak terjadi dalam suatu urutan tertentu yang relatif dapat diramalkan, 3. Perkembangan berlangsung dalam rentang yang bervariasi antara

anak dan bidang pengembangan dari diri anak,

4. Anak adalah pembelajar yang aktif yang berusaha membangun pemahamannya tentang lingkungan sekitar dari pengalaman fisik, sosial dan pengetahuan yang diperolehnya,

5. Bermain merupakan sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak serta menggambarkan perkembangan anak.

4. Aspek Perkembangan Anak Usia Dini

Masa usia dini merupakan masa yang penting dan perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Masa usia dini merupakan masa yang sangat pesat dan fundamental. Dimana periode ini merupakan periode kondusif untuk menumbuh kembangkan aspek-aspek perkembangan anak. Aspek aspek perkembangan anak usia dini antara lain:

1. Perkembangan Fisik Motorik

(30)

gerakan-14

gerakan bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, melipat, merangkai, mengancing baju, mengikat tali sepatu dan menggunting. Dengan berbagai kegiatan pembelajaran seperti melipat, menggunting kertas, dapat melatih motorik halus pada jari tangan anak. Hal ini sangat bermanfaat untuk melatih jari anak agar bisa memegang pensil dan belajar menulis kelak.

Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas. Anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit dan lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan.

2. Perkembangan Kognitif

(31)

15

berhubungan dengan masalah mengingat dan berfikir dimana kedua hal ini merupakan aktivitas kognitif yang perlu dikembangkan.

3. Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa merupakan aspek penting yang perlu dikuasai anak. Ketidakmampuan anak berkomunikasi secara baik karena keterbatasan menangkap pembicaraan anak lain atau tidak dapat menjawab dengan benar akan menghambat perkembangan anak. Anak dapat mengekpresikan kemampuan berbahasa mereka melalui interaksi dengan teman-teman sebayanya dan orang dewasa.

4. Perkembangan Sosial-Emosional

Perkembangan sosial emosional merupakan aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain dan perasaan yang diungkapkan anak melalui wajah atau tindakan.

C. Aktivitas Bermain

1. Pengertian Aktivitas Bermain

Usia dini merupakan masa bermain, dimana anak dapat berekspresi dengan leluasa tanpa beban. Kegiatan yang dilakukan anak tidak semata-mata hanya sekedar bermain, namun dalam bermain anak dapat memperoleh pengetahuan baru tentang dunia disekitarnya.

(32)

16

Anak usia dini tidak lepas dari segala aktivitas yang berkaitan dengan tumbuh kembangnya. Hal ini dikarenakan aktivitas sehari-hari yang dilakukan anak merupakan salah satu faktor penting dalam menumbuhkembangkan segala potensi yang dimiliki oleh anak.

Adapun pengertian aktivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni kegiatan atau keaktifan. Seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (2008:38) bahwa aktivitas berarti kegiatan atau keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik merupakan suatu aktivitas.

Sedangkan menurut Sriyono dalam Rosalia (2005:2) aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Selanjutnya mengenai pengertian bermain. Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan, terutama bagi anak usia dini yang memang sedang berada dalam masa bermain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bermain berasal dari kata dasar main yang berarti melakukan aktivitas atau kegiatan untuk menyenangkan hati (dengan menggunakan alat-alat tertentu atau tidak). Menurut Piaget dalam Sujiono (2007:178-179), “bermain menunjukkan dua realitas anak-anak yaitu adaptasi terhadap apa yang mereka sudah ketahui dan respon mereka terhadap hal- hal baru”.

(33)

17

adalah suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak, dan bermain adalah suatu kebutuhan yang sudah ada (inhern) dalam diri anak

Semua anak senang bermain, setiap anak menikmati permainannya tanpa terkecuali. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada umumnya anak-anak sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya dimana pun mereka memiliki kesempatan.

Bermain merupakan kebutuhan anak yang paling mendasar, saat anak berinteraksi dengan dunia sekitarnya, melalui bermainlah ia lakukan. Bermain merupakan alat utama untuk mencapai pertumbuhannya, sebagai medium anak mencobakan diri bukan saja hanya dalam fantasinya tetapi dilakukan secara nyata.

Menurut Semiawan dalam Hartati (2005: 85) “bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak, karena menyenangkan bukan karena akan memperoleh hadiah atau pujian”

Sedangkan menurut Mayesty dalam Sujiono (2013: 34) “memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi di mana diharapkan melalui bermain dapat memberi kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berekreasi, dan belajar secara menyenangkan”

Hal ini sejalan dengan Catron dan Allen dalam Sujiono (2013:35) yang mengemukakan bahwa “bermain dapat memberikan pengaruh secara langsung terhadap semua area perkembangan. Anak-anak dapat mengambil kesempatan untuk belajar tentang dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungannya”

(34)

18

merupakan suatu kebutuhan bagi anak. Melalui bermain anak dapat berimajinasi, bereksplorasi, mengekpresikan perasaannya dan membangun pengetahuan sendiri sehingga dapat mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya.

2. Fungsi Bermain

Bermain memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan anak. Kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup, serta lingkungan tempat di mana ia tinggal. Fungsi bermain sangat banyak dan menyangkut tiga ranah dalam psikologi, yaitu fisik-motorik, sosial-emosional, dan kognitif.

a. Fisik-Motorik

Dengan bermain, anak akan terlatih motorik kasar dan halusnya. Melalui gerakan-gerakan sederhana dalam permainan, anak akan memiliki otot-otot tubuh yang terbentuk secara baik dan lebih sehat. b. Sosial-Emosional

Bermain akan mendorong anak untuk meninggalkan pola berpikir egosentris, karena anak mulai belajar berosialisasi. Melalui bermain, anak terbiasa untuk berbagi dengan teman mainnya, bertoleransi, serta mengikuti aturan permainan yang berlaku, sehingga kemampuan sosial anak dapat meningkat.

c. Kognitif

(35)

19

pada penemuan, penalaran, dan pemikiran. Dengan bermain, dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi anak, meningkatkan kemampuan anak dalam memecahkan masalah, juga dapat meningkatkan kreativitas anak.

Anak belajar mengenal atau mempunyai pengalaman mengenai objek-objek tertentu seperti: benda dengan permukaan kasar-halus, rasa asam, manis, dan, asin. Ia pun belajar perbendaharaan kata, bahasa, dan berkomunikasi timbal-balik. Makin usia bertambah, ia pun tertarik untuk memperhatikan sesuatu, memusatkan perhatian dan mengamati, misalnya ketika diperlihatkan buku-buku bergambar.

Beberapa nilai dan ciri penting dari bermain dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari seorang anak. Nilai dan ciri penting tersebut antara lain adalah:

1) Bermain memiliki berbagai arti. Pada permulaan, setiap pengalaman bermain memiliki unsur resiko. Ada resiko bagi anak untuk belajar berjalan sendiri, atau naik sepeda sendiri atau berenang, ataupun meloncat. Betapa pun sederhana permainannya, unsur resiko itu selalu ada.

(36)

20

berbagai permainan yang diulang, ia memperoleh kemampuan tambahan untuk melakukan aktivitas lain.

3) Fakta bahwa aktivitas permainan sederhana dapat menjadi kendaraan (vehicle) ke arah permainan yang kompleks, dapat dilihat dan terbukti saat mereka menjadi remaja.

4) Melalui bermain anak secara aman dapat menyatakan kebutuhannya tanpa dihukum atau terkena teguran, contoh: ia bisa bermain peran sebagai ibu atau bapak yang galak, atau sebagai bayi atau anak yang mendambakan kasih sayang. Di dalam semua permainan itu ia dapat menyatakan rasa benci, takut, dan luapan emosional lainnya.

3. Tujuan Bermain

Dalam kajian ini yang menjadi fokus adalah anak, sehingga tujuan bermain adalah agar:

• Anak merasa senang;

• Anak berlatih menggunakan seluruh inderanya; • Anak aktif melakukan kegiatan;

• Anak belajar bekerjasama, berkomunikasi, dan belajar

memecahkan masalah;

• Mengembangkan rasa ingin tahu, harga diri, percaya diri, dan

(37)

21

4. Jenis Bermain

Jenis-jenis bermain dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis permainan seperti berikut ini:

a) Main sensorimotor atau Fungsional

Kegiatan yang menggunakan gerakan otor kasar dan halus serta mengekspresikan seluruh indra tubuh untuk mendapatkan rasa fungsi indera. Anak usia dini belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungannya. Main sensorimotor penting untuk mempertebal sambungan antar neuron.

b) Main peran atau simbolik

Kemampuan untuk memisahkan pikiran dari kegiatan dan benda. Kemampuan menahan dan dorongan hati dan menyusun tindakan yang sendiri dengan sengaja dan fleksibel. Melalui pengalaman main peran anak diberi kesempatan untuk menciptakan kembali kejadian kehidupan nyata dan memerankan secara simbolik.

c) Main pembangunan

(38)

22

D. Bermain Peran

1. Pengertian Bermain Peran

Bermain peran adalah memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda yang ada disekitar anak yang tujuannya mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap perkembangan yang dilaksanakan. Drama peran adalah kegiatan spontan dan mandiri di saat anak menguji, menjernihkan dan meningkatkan pemahaman atas diri dan dunianya.

Hakikat pembelajaran bermain peran terletak pada keterlibatan emosional pemeran dan pengamat dalam situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Melalui bermain peran dalam pembelajaran, diharapkan para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaannya, memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan persepsinya, mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi, dan mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara.

Menurut Piaget dalam Mayke S (2003: 25-26) bahwa “bermain peran dengan istilah symbolic play atau make believe play yang ditandai dengan bermain khayalan dan bermain pura-pura, anak menggunakan berbagai benda sebagai simbol atau representasi benda itu”.

Sedangkan Menurut Stasen Berger dan Garvey dalam MaykeS (2001: 35) bahwa “bermain peran yaitu kegiatan bermain khayal atau pura-pura yang melihatkan unsur imajinasi dan peniruan terhadap perilaku orang dewasa. Misalnya, bermain dokter-dokteran, ibu-ibuan, masak-masakan, sekolah-sekolahan, polisi-polisian dan lain-lain”.

(39)

23

bereksplorasi dengan suatu objek dan melakukan kegiatan sesuai dengan karakter objek tersebut. Menurut Vygotsky dan Erickson dalam Bambang (2006: 35) bahwa “bermain peran disebut juga main simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi, atau main drama sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun".

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bermain peran merupakan sebuah permainan dimana anak memerankan tokoh-tokoh sesuai daya khayal dan imajinasinya juga berdasarkan pengalaman siswa dan isi dari pelaksanaan teknik. Melalui bermain peran diharapkan siswa mampu untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain untuk mengurangi beban emosionalnya.

(40)

24

2. Manfaat Bermain Peran

Bermain peran bermanfaat untuk mendorong anak agar turut aktif dalam pemecahan sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Melalui bermain peran dalam pembelajaran, peserta didik juga dapat mengekplorasi perasaannya, memperoleh wawasan tentang sikap, nilai dan persepsinya mengenai suatu hal, mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan mengekplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara.

Hal ini selaras dengan yang diungkapkan Surya (2006: 47) manfaat bermain peran yaitu:

1. Mengajarkan pada anak bagaimana memahami dan mengerti perasaan orang lain.

2. Mengajarkan pembagian pertanggungjawaban dan melaksanakannya 3. Mengajarkan cara menghargai pendapat orang lain

4. Mengajarkan cara mengambil keputusan dalam kelompok.

Selain itu menurut Mayke S (2001: 58)“bermain peran bermanfaat untuk membantu penyesuaian diri anak. Dengan memerankan tokoh- tokoh tertentu ia belajar tentang aturan-aturan atau perilaku apa yang bisa diterima oleh orang lain, baik dalam berperan sebagai ibu, ayah, guru, murid dan seterusnya”.

Anak juga belajar untuk memandang suatu masalah dari kacamata tokoh-tokoh yang ia perankan sehingga diharapkan dapat membantu pemahaman sosial pada diri anak. Manfaat lain adalah anak dapat memperoleh kesenangan dari kegiatan yang dilakukan atas usaha sendiri, belajar.

(41)

25

membantu anak dalam mengambil keputusan serta memahami aturan. Bermain peran juga dapat melatih anak untuk memecahkan masalah sederhana yang dihadapinya.

3. Jenis Bermain Peran

Dilihat dari jenisnya bermain peran terdiri dari bermain peran makro dan bermain peran mikro. Sejalan dengan pendapat Mutiah (2010: 115)

“bermain peran terbagi kedalam dua jenis kegiatan yaitu bermain peran makro dan bermain peran mikro”. Jenis bermain peran makro adalah bermain yang sifatnya kerja sama lebih dari 2 orang bahkan lebih khususnya untuk anak usia taman kanak-kanak, sedangkan bermain peran mikro adalah awal bermain kerja sama dilakukan hanya 2 orang saja bahkan sendiri.

Perbedaan konsep antara bermain peran makro dan mikro akan memberikan perbedaan tingkat perkembangan sosial emosional pada anak. Bermain peran makro dapat melatih kerja sama pada anak, di dalamnya terjadi interaksi antar pemain sehingga dapat melatih kemampuan bersosialisasi dan melatih emosi anak terhadap lawan/teman mainnya.

(42)

26

a) Bermain peran mikro

Anak-anak belajar menjadi sutradara atau dalang, memainkan boneka, dan mainan berukuran kecil seperti rumah-rumahan, kursi sofa mini, tempat tidur mini (seperti bermain boneka barbie). Biasanya mereka akan menciptakan percakapan sendiri.

b) Bermain peran makro

Anak secara langsung bermain menjadi tokoh untuk memainkan peran-peran tertentu sesuai dengan tema. Menggunakan alat bermain dengan ukuran sesungguhnya. Misalnya peran sebagai dokter, perawat, pasien, dalam sebuah rumah sakit.

4. Tahapan Bermain Peran

Tahapan bermain peran menurut Dodge dan Colker dalam Hamalik (2002: 65) berpendapat bahwa bermain peran dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu “imitative role play, make believe play, socio-drama play”. Tahap pertama adalah bermain meniru. Pada tahapan awal permainan ini, permulannya anak mencoba untuk berakting, berbicara dan berpakaian seperti yang diketahuinya. Anak menggunakan barang-barang untuk obyek sungguhan. Anak meniru kebiasaan orang lain yang dilihatnya pada saat bermain peran. Sebagai contoh berpakaian putih seperti seorang dokter dengan stetoskop menggantung dilehernya.

(43)

27

Tahapan ketiga adalah bermain drama. Di tahapan ini anak sudah mengenal teman. Bermain drama membantu anak untuk saling mengenal teman-temannya. Bermain drama merupakan gabungan dari bermain peran, meniru dan bermain pura-pura. Dalam permainan drama membutuhkan dua anak atau lebih. Karena bersifat saling mempengaruhi dan harus berinteraksi satu sama lain, maka bermain drama memerlukan perencanaan. Misalnya satu anak memilih berperan menjadi guru dan anak memilih berperan menjadi guru dan anak yang lain menjadi murid.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan bermain peran ada tahapan-tahapan yang harus dilalui anak yaitu tahap pertama bermain meniru, tahap kedua bermain pura-pura dan tahap selanjutnya bermain drama. Dimana tahapan-tahapan tersebut dibuat untuk mempermudah pelaksanaan bermain peran. Guru bertindak sebagai pengawas dan fasilitator saat berjalannya kegiatan bermain peran.

5. Langkah Kegiatan Bermain Peran

Langkah bermain dilakukan agar pembelajaran dalam bermain peran berjalan efektif dan efisien. Adapun langkah-langkah metode bermain peran sebagaimana yang diungkapkan brown, Lewis, dan hareleoraf (1985: 337-338) antara lain: 1. set the athmosphere; set the stage for the problem; 2. Set the stage for the problem 3. Select student for roles 4. Role play the situation; and 5. Discuss the prensentation.

(44)

28

mudah diterimanya. Ajak anak mempelajari tujuan yang akan dicapai. Pada tahap ini, suatu masalah atau peristiwa yang akan diperankan harus didiskusikan oleh seluruh anak dan guru menjelaskan secara garis besar situasi yang akan dimainkannya.

Tahap yang kedua adalah menata lingkungan main. Setelah menentukan masalah yang akan dimainkan, diskusikan dengan anak peran-peran apa saja yang akan diperankan. Selanjutnya, menata lingkungan main sesuai dengan masalah yang akan dimainkan. Kostum dan perlengkapan apa saja yang akan digunakan pun harus dipersiapkan.

Tahap yang ketiga adalah memilih peran untuk anak. Beri arahan pada anak mengenai peran apa saja yang akan dimainkan, dan memberikan kebebasan pada anak untuk memerankan tokoh yang akan dimainkannya sehingga anak dapat berperan sesuai dengan natural. Anak yang telah memilih peran harus mampu meleburkan dirinya dalam peran tersebut dan dapat menyajikannya dengan baik. Kemampuan untuk berpura-pura adalah sangat penting.

Tahap keempat adalah pelaksanaan bermain peran. Ketika kegiatan bermain peran dilaksanakaan, anak-anak harus dimotivasi agar tampil dengan spontan dan natural. Apabila permainan anak terlihat agak kacau, guru harus menstimulasi anak.

(45)

29

penampilan tersebut dilakukan oleh seluruh anak/pemain untuk menarik kesimpulan sampai sejauh mana tingkat keberhasilan yang telah dicapai serta dipahami oleh anak dari penampilan yang telah dimainkan.

Langkah bermain peran juga dikemukakan oleh Djamarah (2005: 238). Ada lima langkah dalam bermain peran yaitu: (1) penentuan topik, (2) penentuan anggota pemeran, (3) mempersiapkan peranan, (4) latihan singkat dialog, (5) pelaksanaan permainan peran. Bersasarkan pendapat tersebut ada hal yang mungkin tidak terlalu dibutuhkan dan dapat disesuaikan dengan perkembangan anak usia dini.

E. Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini 1. Pengertian Keterampilan Berbicara

Perkembangan bahasa merupakan aspek perkembangan yang penting untuk dikuasai. Bahasa terdiri dari bahasa lisan dan bahasa tertulis. Bahasa lisan merupakan unsur penting dalam interaksi atau sosialisasi. Berbicara merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting disamping tiga keterampilan bahasa lainnya, yaitu membaca, menulis dan menyimak.

(46)

30

keturunan, makanan, intelegensi, pola asuh, kesehatan, budaya, ekonomi, sosial, jenis kelamin dan rangsangan dari lingkungan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 1180) keterampilan adalah kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Kemampuan sendiri memiliki arti kesanggupan, kecakapan, kekuatan.

Suhartono dalam Tarigan (2005: 20) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi–bunyi artikulasi atau kata–kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Selanjutnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2005: 165) berbicara adalah beromong, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuatu yang dimaksudkan. Bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling penting.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah kecakapan anak dalam menyampaikan ide, gagasan, dan perasaan kepada orang-orang yang ada disekitarnya untuk melakuakn sosialisasi dan komunikasi dalam penyesuaian pribadi anak, karena berbicara sendiri merupakan bentuk komunikasi yang sangat efektif dan paling luas penggunaannya.

2. Aspek-Aspek Keterampilan Berbicara

(47)

31

Unsur kebahasaan meliputi: (1) Pengucapan lafal yang jelas, (2) Penerapan intonasi yang wajar, (3) Pilihan kata, (4) Penerapan struktur/susunan kalimat yang jelas. Sedangkan unsur non-kebahasaan meliputi:

a. Keberanian

Yaitu dalam mengemukakan pendapat, seperti anak mampu menceritakan pengalaman yang dialaminya.

b. Kelancaran

Lancar dalam berbicara sangat ditunjang oleh penguasaan materi/bahan yang baik. Penguasaan kosakata juga akan membantu dalam penguasaan materi pembicaraan.

c. Ekspresi/gerak tubuh

Ekspresi tubuh sangat diperlukan dalam menunjang keefektifan berbicara. Arti pembicaraan tersebut dapat dipahami melalui ekspresi tubuh yang ditunjukkan pembicara

Unsur isi dalam pembicaraan merupakan bagian yang lebih penting. Tanpa isi yang diidentifikasi secara jelas, pesan yang ingin disampaikan melalui kegiatan berbicara juga tidak akan tersampaikan secara jelas, dalam aspek isi dari berbicara terdiri dari kerincian dan kejelasan dalam menyampaikan isi dari pembicaraan.

(48)

32

menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain; kenyaringan suara dan kelancaran dalam berbicara; relevansi, penalaran, dan penguasaan terhadap topik tertentu.

Hal serupa diungkapkan oleh Hurlock (1978:185) bahwa keterampilan berbicara meliputi beberapa aspek, yaitu:

a. Pengucapan

Setiap anak berbeda-beda dalam ketepatan pengucapan dan logatnya. Perbedaan ketepatan pengucapan bergantung pada tingkat perkembangan mekanisme suara, serta bimbingan yang diterima dalam mengaitkan suara ke dalam kata yang berarti. Perbedaan logat disebabkan karena meniru model yang pengucapannya berbeda dengan yang biasa digunakan anak.

b. Pengembangan Kosakata

Anak harus belajar mengaitkan arti dengan bunyi dalam mengembangkan kosakata yang dimiliki. Peningkatan jumlah kosa kata tidak hanya karena mempelajari kata-kata baru, tetapi juga karena mempelajari arti baru bagi kata- kata lama.

c. Pembentukan Kalimat

Pada mulanya anak menggunakan kalimat satu kata yakni kata benda atau kata kerja. Kemudian kata tersebut digabungkan dengan isyarat untuk mengungkapkan suatu pikiran utuh yang dapat dipahami orang lain.

Dari beberapa pendapat diatas mengenai aspek keterampilan berbicara dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara terdiri dari beberapa aspek penting yang dapat dilihat saat anak melakukan pembicaraan dengan orang-orang disekitarnya yang mana aspek tersebut yaitu pengucapan, pengembangan kosakata dan pembentukan kalimat.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor dari dalam diri maupun dari luar. Menurut Hurlock (1978:185) keterampilan berbicara dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:

(49)

33

b. Kesiapan Mental untuk Berbicara, c. Model yang Baik untuk ditiru, d. Kesempatan untuk Berpraktek, e. Motivasi,

f. Bimbingan.

Ungkapan lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara dikemukakan oleh (Rahayu, 2007:216) yang terdiri dari beberapa hal, yaitu:

1. Gaya Berbicara, secara umum gaya bicara ditandai dengan tiga ciri, yaitu:

a. Gaya Ekspresif, gaya bicara ekspresif ditandai dengan spontanitas, lugas, gaya ini digunakan saat mengungkapkan perasaan, bergurau, mengeluh, atau bersosialisasi.

b. Gaya Perintah, gaya ini menunjukkan kewenangan dan bernada memberikan keputusan.

c. Gaya Pemecahan Masalah, gaya ini bernada rasional, tanpa prasangka, dan lemah lembut.

2. Metode Penyampaian

Metode penyampaian ini terdiri dari: (1) penyampaian mendadak; (2) penyampaian tanpa persiapan; (3) penyampaian dari naskah; dan (3) penyampaian dari ingatan.

(50)

34

F. Penelitian yang Relevan

a. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulia Siska dalam Jurnal ISSN 1412-565X . No. 2 (2011) mengenai penerapan metode bermain peran (Role Playing) dalam meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak usia dini membuktikan bahwa penerapan metode bermain peran makro cukup berhasil dilaksanakan karena bagi guru dan anak metode ini belum pernah digunakan dan sangat menarik. Dalam bermain peran makro ini, anak dapat terlibat aktif untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak melalui tokoh yang dipilih untuk diperankan.

b. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ambar Puspawerdini tahun 2011

dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Metode Bermain PeranTerhadap Kecerdasan Interpersonal Anak TK Pelita Ibu Cirebon Kelompok B1 tahun ajaran 2010-2011” membuktikan bahwa penerapan metode bermain peran

dalam pembelajaran cukup efektif untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal anak.

G. Kerangka Pikir

Salah satu kemampuan anak dari lima aspek perkembangan yaitu kemampuan berbahasa anak, dalam perkembangan bahasa anak keterampilan berbicara menjadi salah satu indikator ketercapaian yang telah ditentukan. Keterampilan berbicara ini perlu dilatih dan distimulasi sejak dini.

(51)

35

anak. Aktivitas bermain peran ini mudah dilakukan tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak. Cerita yang disajikan dapat merupakan cerita yang terjadi di lingkungan sekitar anak, sehingga anak dapat lebih memahami alur ceritanya.

Berdasarkan paparan di atas, maka metode dalam pembelajaran memiliki pengaruh yang besar terhadap salah satu kemampuan anak.

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 : Kerangka Pikir Penelitian H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. H (Hipotesis nol) : tidak ada pengaruh aktivitas bermain peran terhadap keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun.

2. H (Hipotesis alternatif) : ada pengaruh aktivitas bermain peran terhadap keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun.

Keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun

(Y) Aktivitas

(52)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi–asumsi dasar pandangan–pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu–isu yang dihadapi. Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimen (Eksperimen Semu). Menurut Nana Syaodih (2007: 207) mengatakan eksperimen ini disebut Quasi, karena bukan merupakan eksperimen murni tetapi seperti murni, seolah-olah murni.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain One Grup Pretest-Posttest. Pada penelitian ini diberikan pre-test sebelum diberi perlakuan, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2014:74). Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2 : DesainOne-Group Pretest-Posttest Keterangan :

= Pre-Tes/observasi diberikan sebelum menggunakan metode bermain peran

X = Pemberian atau penggunaan Metode Bermain Peran

= Post-Test/perlakuan diberikan setelah menggunakan metode bermain peran.

O

(53)

37

C. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan

a. Pembuatan kisi-kisi instrumen penelitian,

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang mengunakan metode bermain peran,

c. Pembuatan lembar observasi/pedoman observasi,

d. Menyediakan beberapa media/alat yang akan digunakan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan bermain.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pertemuan dilaksanakan 5 (lima) kali pertemuan,

b. Lembar observasi/pedoman observasi digunakan sebelum dan sesudah pemberian perlakuan dengan menggunakan metode bermain peran.

3. Tahap Pengumpulan Data

a. Pengamatan pada pembelajaran konvensional (metode ceramah) menggunakan lembar observasi/pedoman observasi,

b. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran, kemudian diamati dengan menggunakan lembar observasi/pedoman observasi.

4. Tahap Akhir

(54)

38

D. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 Mei sampai 06 Juni 2015 pukul 08.00-10.30 WIB. Pembelajaran dilaksanakan selama 150 menit untuk setiap pertemuannya.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di PAUD Tunas Jaya Bukit Kemiling Permai Kemiling Bandar Lampung Tahun Ajar 2014/2015.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak di PAUD Tunas Jaya Bukit Kemiling Permai Bandar Lampung dengan jumlah siswa 23 anak.

2. Sampel

(55)

39

F. Definisi Variabel Penelitian 1. Definisi Konseptual Variabel

a. Definisi Konseptual : Aktivitas Bermain Peran (X)

Menurut Hamalik (2004: 214) bermain peran adalah model pembelajaran dengan cara memberikan peran–peran tertentu kepada peserta didik dan mendramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas.

b. Definisi konseptual:Keterampilan Berbicara (Y)

Menurut Tarigan (2008:17) mendefinisikan keterampilan berbicara sebagai kemampuan mengungkapkan bunyi–bunyi artikulasi atau kata–kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Definisi operasional : Aktivitas Bermain Peran (X)

Bermain peran adalah cara pembelajaran yang mengharuskan anak untuk memperagakan tokoh–tokoh tertentu dalam situasi tertentu sesuai dengan cerita yang dirancang oleh guru dan kemudian anak memerankan tokoh tersebut dalam suatu pementasan.

Adapun indikator yang akan dicapai sebagai berikut:

a) Mendengarkan dan menyimak saat orang lain bermain peran b) Mengerjakan perintah yang diberikan

(56)

40

b. Definisi operasional : Keterampilan Berbicara (Y)

Keterampilan Berbicara merupakan kemampuan anak dalam menjawab pertanyaan tentang keterangan/informasi, berani bertanya secara sederhana, bercerita dengan kata yang bervariatif, memberikan keterangan/informasi tentang suatu hal, bertanya sesuai dengan tema yang dibahas, dan menjawab pertanyaan yang diberikan sehingga orang lain yang menerima dapat mengerti maksud dari pembicaraan yang dilakukannya dengan anak tersebut.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah ketetapan cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun metode yang peneliti gunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan pisikologis. Dua diantara yang penting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

(57)

41

b. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode yang ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter dan data yang relevan dengan penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Setelah diberi perlakuan, data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui pengaruh aktivitas bermain peran terhadap keterampilan berbicara anak usia dini. Data yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Untuk menyajikan data secara singkat maka perlu menentukan interval, rumus interval dalam Hadi, Sutrisno (2006:176) adalah sebagai berikut:

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji analisis tabel dan uji hipotesis. Adapun langkah-langkah dan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Analisis Tabel

Analisis tabel digunakan untuk mengetahui sebaran data yang diperoleh dari hasil penelitian. Tabel tersebut berbentuk tabel tunggal atau tabel silang.

= (NT NR)

(58)

42

2. Analisis Uji Hipotesis

Analisis uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linear Sederhana, yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh (resiprokal) aktivitas bermain peran terhadap keterampilan berbicara anak usia dini. Rumus regersi linear sederhana menurut (Sugiyono, 2011:261) adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Rumus Regresi Linear Sederhana Keterangan :

Ŷ = Subyek dalam variable dependen yang diprediksikan a = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah pada garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun

X = Subyek pada variable independen yang mempunyai nilai tertentu

Gambar 5. Rumus Regresi Linear Sederhana

Gambar 6. Rumus Regresi Linear Sederhana

Ŷ

= a + bX

b =

( )( )

( )

α =

( ) ( )( )

(59)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh aktivitas bermain peran terhadap keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di PAUD Tunas Jaya Bukit Kemiling Permai Bandar Lampung tahun ajar 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari keterampilan berbicara pada anak sebelum diberi perlakuan menggunakan metode bermain peran, hanya 2 orang anak yang keterampilan berbicaranya berkembang sesuai harapan. Sedangkan keterampilan berbicara pada anak sesudah diberi perlakuan menggunakan metode bermain peran sebagian besar anak berkembang sangat baik. Dengan demikian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada keterampilan berbicara anak sebelum dan sesudah diberikan perlakuan menggunakan metode bermain peran.

B. Saran

(60)

59

1. Kepada Guru

a. Diharapkan guru dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak dengan menggunakan metode pembelajaran yang menarik untuk anak usia dini, sehingga proses pembelajaran terasa lebih menyenangkan. b. Guru sebaiknya lebih aktif, kreatif, dan inovatif sehingga anak-anak

akan termotivasi dalam belajar. 2. Kepada Peneliti Lain

(61)

60

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti. 2008 Pengembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.Jakarta: Universitas Terbuka.

Bambang, Yulia T. 2006.Bahan Ajar Media Permainan Edukatif Kreatif.Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008.Psikologi Belajar.Jakarta: PT. Rhineka Cipta. ____________________. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rhineka

Cipta.

Hadi, Sutrisno. 2006.Metodologi Penelitian.Jogjakarta: Andi Ofset. Hamalik, Oemar. 2002.Proses Belajar Mengajar.Bandung: Bumi Aksara. _____________. 2004.Proses Belajar Mengajar.Bandung: Bumi Aksara

Halida. 2011. Metode Bermain Peran dalam Mengoptimalkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini (4-5 tahun). Jurnal [Online]. Pontianak: PAUD FKIP Universitas Tanjungpura. [Skripsi].

Hartati, Sofia. 2005. Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Hurlock, Elizabeth, B. 1978.Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Lewis B, James W. Brown Richard and Fred F Hareleroaf. 1985. AV Instruction Material and Method(USA: MC Graw Hill).

Mayke S, Tedjasaputra. 2003.Bermain, Main dan Permainan.Jakarta: Gramedia. __________________. 2001.Bermain, Main dan Permainan.Jakarta: Gramedia. Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana

Prenada Media Grup.

Noorlaili, Iva. 2010.Panduan Lengkap Mengajar PAUD.Jogjakarta: PINUS. Permendiknas No. 58 Th. 2009. Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

(62)

61

Tahun Ajaran 2010/2011. Magelang: FKIP Universitas Muhammadiah Magelang. [Skripsi].

Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta : PT. Grasindo.

Rosalia, Tara. 2005.Strategi Belajar Mengajar.Bandung: Pustaka Setia.

Siska, Yulia. 2011. Penerapan Metode Bermain Peran (Role Play) dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas PAUD Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011, PDS UPI. Bandung: UPI. [Skripsi].

Sugiyono. 2011.Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta. _______. 2014.Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sujiono, Yuliani Nurani. 2007. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

___________________. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta

Syaodih, Nana. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Surya, Hendra. 2006.Kiat Anak Senang Berkawan.Jakarta: PT. Gramedia.

Tarigan, H.G. 2005. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

___________. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bidang Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2001.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bidang Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Sistem Pendidikan Nasional. BP panca Usaha Putra.

Wina Sanjaya. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.Jakarta: Kencana.

(63)

ii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF ROLE PLAY ACTIVITY TOWARD CHILDREN SPEAKING SKILLS AGED 5-6 YEARS OLD IN EARLY CHILDHOOD

TUNAS JAYA BUKIT KEMILING PERMAI BANDAR LAMPUNG ACADEMIC YEARS 2014/2015

By

MESI RULI WULAN

The research problem the low speaking skill of children on aged 5-6 years old in Early Childhood of Tunas Jaya Bukit Kemiling Permai Bandar Lampung. This study aimed to determine the influence of role play activity toward children speaking skills. The study used Quasi Experiment method with One Group Pretest-Posttest design. The sampling technique used was saturated sampling. Data were collected by observation and documentation. Data were analyzed by using cross tables and simple linear regression analysis. The study results showed that there was an influenced between role play activity toward children speaking skills. It was proved by the increasing of 5-6 years old children speaking skill in Early Childhood of Tunas Jaya, Bukit Kemiling Permai, Bandar Lampung, as much as 4 per meeting improvement indicators.

(64)

ii ABSTRAK

PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN PERAN TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN

DI PAUD TUNAS JAYA BUKIT KEMILING PERMAI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

MESI RULI WULAN

Masalah penelitian ini adalah rendahnya keterampilan berbicara pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Tunas Jaya Bukit Kemiling Permai Bandar Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas bermain peran terhadap keterampilan berbicara pada anak. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment dengan desain One Grup Pretest-Posttes. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis tabel silang dan analisis uji regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh antara aktivitas bermain peran terhadap keterampilan berbicara pada anak, dibuktikan dengan adanya peningkatan keterampilan berbicara pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Tunas Jaya Bukit Kemiling Permai, Bandar Lampung sebanyak empat capaian indikator setiap pertemuan.

Gambar

Tabel 1. Daftar Perkembangan Keterampilan Berbicara Anak
Gambar 1 : Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 4. Rumus Regresi Linear Sederhana

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil diatas dapat dilihat sebaran 16 tipe kepribadian MBTI, di mana mayoritas mahasiswa adalah Extrovert sekitar 60,31% ini berarti mereka adalah mahasiswa-mahasiswa yang

Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 14 Tahun 2010 dan Nomor 03/V/PB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan

Perencanaan adalah sebuah proses itteratif; rencana akan secara ditinjau secara konstan sebagai proyek yang sedang berlangsung dan seperti yang anda hadapi pengetahuan yang lebih

Kemudahan akses adalah salah satu dimensi kualitas, untuk mengukurnya didekati dengan indikator persentase kepuasan konsumen terhadap pelayanan data BPS sebesar 95, tingkat capaian

langsung untuk paket pekerjaan Pengadaan Belanja Bahan Promosi Kegiatan Pengadaan Souvenir Khas Muba pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugrah-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul

Usaha Baliho sangatlah efektif,mengingat manfaat dan harga yang kami tawarkan sangat terjangkau serta dikolaborasikan dengan makanan Horog-Horog khas Jepara menambah kesempurnaan

Dari beberapa permasalahan tersebut, dapat diasumsikan bahwa Perpustakaan STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh masih terdapat ketidakpuasan dan belum sesuai