HUBUNGAN ANTARA KESADARAN LINGUISTIK DENGAN
KEMAMPUAN MEMBACA DINI ANAK USIA DINI
(Penelitian Korelasional Terhadap Anak Kelompok B Raudhatul Athfal Al-Hidayah Kec. Cicalengka Kab. Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh
Asni Asyani
0801505
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
Oleh Asni Asyani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Asni Asyani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KESADARAN LINGUISTIK DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA DINI ANAK USIA DINI
Asni Asyani 081505
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh praktik pembelajaran membaca dini di lapangan dilaksanakan secara drill tanpa menyiapkan kematangan anak sebelum membaca. Kematangan anak sebelum melaksanakan kegiatan membaca dini sangat berpengaruh terhadap perkembangan membaca dini anak tersebut. Kesadaran linguistik adalah kemampuan yang harus dimiliki anak untuk mencapai kematangan dalam membacaa dini. Kesadaran linguistik adalah kemampuan seseorang dalam merasakan bahasa ucapan atau kata-kata sebagaimana yang didengar. Kesadaran linguistik mulai muncul pada usia Taman kanak-kanak karena pada saat ini anak mulai sensitif terhadap bunyi. Kemampuan membaca dini merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkan dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Penelitian ini dilaksanakan kepada anak kelompok B Raudhatul Atfal Al-Hidayah Cicalengka. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Metode korelasional ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kesadaran linguistik dengan kemampuan membaca dini anak usia dini. Berdasarkan hasil penelitian kesadaran linguistik dan kemampuan membaca dini memiliki hubungan yang siignifikan. Hal ini terlihat dari hasil pengolahan data koefisien korelasi antara kesadaran linguistik dan keterampilan membaca dini menunjukan r = 0,80. Hal ini berarti terdapat hubungan positif yang sangat kuat antara kesadaran linguistik dengan kemampuan membaca dini. Jika kesadaran linguistik anak tinggi maka kemampuan membaca anak juga tinggi, demikian juga sebaliknya. Kesadaran linguistik memiliki hubungan yang sangat erat dengan kemampuan membaca dini. Peneliti selanjutnya diharapkan memperluas populasi penelitian misalnya satu kabupaten atau kota sehingga hasil penelitian bisa di generalisasi kelingkup yang lebih luas.
ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN LINGUISTIC AWARENESS WITH EARLY READING SKILLS EARLY CHILDHOOD
Asni Asyani 081505
This research is motivated by an early reading instructional practices implemented in the field by drilling without preparing the children’s maturity before reading. Maturity of the child before conducting early reading is very influential on the development of the child's early reading. Linguistic awareness is a must-have capability to reach maturity in a child's early reading. Linguistic awareness is the ability to perceive spoken language or words as heard. Linguistic consciousness began to emerge at the age of kindergarten because at this point the child begins sensitive to sound. Early reading skills are an integrated unit activity which includes several activities such as recognizing letters and words, connecting with the sound, meaning and draw conclusions about the readings mean. The research was carried out to the children in group B Raudhatul Atfal Al – Hidayah Cicalengka. The method used in this study is a correlational research methods with quantitative approaches. This correlation method aims to determine whether there is a relationship between the linguistic awareness of early literacy early childhood. Based on the results of the study of linguistic awareness and early reading skills has a significant relationship. It seen from the data processing correlation coefficient between linguistic awareness and early reading skills showed r=80. This means there is a very strong positive relationship between linguistic awareness with early reading skills. If the child's linguistic awareness is high then the child's reading ability is also high , and vice versa. Linguistic awareness has a very close relationship with early reading skill. Further research is expected to expand the study population as a county or city so that research results can be generalized to a larger extent.
Hal
F. Struktur Organisasi Skripsi ..……… 8
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KESADARAN LINGUISTIK DAN KEMAMPUAN MEMBACA DINI …....………. 9
A. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini ……….. 9
B. Kesadaran Linguistik ………. 12
C. Kemampuan Membaca Dini ………. 16
D. Peranan Membaca Untuk Anak Usia Dini……… 22
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Dini……. 24
F. Kerangka Pemikiran ………..……… 25
BAB III METODE PENELITIAN……… 28
A. Lokasi dan Sampel Penelitian ...……… 28
B. Metode Penelitian ……..………... 30
C. Definisi Operasional Variabel .……… 31
D. Instrumen Penelitian ……… 33
E. Proses Pengembangan Instrumen………. 37
F. Teknik Pengumpulan Data ……… 45
G. Analisis Data ..………….………. 45
H. Prosedur Penelitian ...……… 51
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini adalah anak berusia 0-6 tahun. Anak usia dini berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang sangat pesat (Slamet, 2005: 5). Anak usia dini sangat sensitif terhadap apa yang terjadi di lingkungannya. Maka dari itu anak usia dini sering disebut dengan masa keemasan atau golden age.
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak. Melalui pendidikan anak akan berkembang secara optimal. Begitu pula dengan Pendidikan Anak Usia Dini yang merupakan pendidikan yang sangat mendasar, jika pada masa tersebut anak diberikan stimulus yang tepat, maka hal tersebut akan menjadi modal penting bagi perkembangan anak selanjutnya.
Undang-Undang SISDIKNAS bab 1 pasal 1 ayat 14 menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dengan demikian melalui pendidikan anak usia dini, diharapkan anak dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya baik itu bahasa, kognitif, afektif dan psikomotoriknya.
mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual mapun verbal.
Latifah (2008) mengungkapkan bahwa melalui bahasa, seorang anak mampu menyampaikan keinginan dan pendapat serta perilaku, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian bahasa memiliki peranan penting dalam aktivitas anak. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi, berinterakasi dan mengekspresikan emosi yang rasakannya. Menurut Santrock (2002) bahasa adalah suatu system symbol berkomunikasi dengan orang lain.
Samsyu Yusuf (2007:118) mengungkapkan bahwa bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini mencakup semua cara untuk berkomunikasi dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian. Lebih lanjut Bromley juga menyebutkan empat macam bentuk bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Sedangkan dalam PERMEN DIKNAS No 58 tahun 2009 lingkup perkembangan bahasa bahasa adalah menerima bahasa, mengungkap bahasa dan keaksaraan.
Salah satu bentuk bahasa adalah membaca. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia (1999:72) “membaca” adalah berarti melihat serta memahami isi dari
apa yang tertulis, atau mengeja dan melafalkan apa yang tertulis. Kemudian Lee Tsu Peng dalam Masitoh (2002:50) mengungkapkan bahwa membaca adalah menterjemahkan simbol (huruf) kedalam suara yang dikombinasikan dengan kata-kata.
Membaca memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Dalam dunia pendidikan membaca merupakan hal yang fundamental. Membaca adalah jembatan untuk memahami segala pengetahuan. Membaca juga sangat penting untuk diajarkan pada anak usia dini. Pembelajaran membaca pada anak usia dini berupa membaca dini. Thai’mah dalam Rida (2010:5) bahwa “membaca memiliki peranan penting dalam kehidupan anak yang tidak kalah pentingnya dengan peran
yang dimainkan oleh orang dewasa”.
fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf. Menurut hainstock (dwiyanti, 2009:18) membaca dini merupakan pengenalan huruf atau bunyi huruf dengan cara melihat, menyentuh dan mendengarkan setiap huruf yang diucapkan satu persatu kemudian digabungkan untuk membentuk kata-kata pendek.
Pelaksanaan praktik pemelajaran membaca dini dilapangan untuk anak usia dini marak terjadi. Hal ini terjadi karena kebanyakan anak disekolah dasar mengalami kesulitan belajar karena kurangnya kemampuan membaca. Pada tahun 1994, Neil Harvey dalam bukunya “Kids Who Start Ahead, Stay Ahead” melaporkan apa yang terjadi pada 314 anak usia prasekolah (0 – 4 tahun) yang telah diajarkan membaca, matematika, kegiatan fisik, aktivitas sosial, dan berbagai pengetahuan umum lainnya. Hampir 35% dari anak – anak ini, di sekolah dikategorikan sebagai anak berbakat yang unggul dengan sangat meyakinkan dalam berbagai bidang ( Ade Lucky 2007:18).
Tingginya permintaan orang tua murid yang mendesak agar anak-anak mereka sudah diajarkan membaca di usia TK. Sebagian besar orang tua hanya melihat dari hasilnya saja, tetapi tidak melihat dari proses anak bisa membaca. Orang tua hanya melihat dari hasil akademik anak-anak mereka. Hal ini dikarenakan orang tua tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang tugas-tugas perkembangan anak. Jadi mereka tidak mengetahui sampai mana batas kemampuan anak, sehingga anak terus dipaksa untuk belajar membaca walaupun anak belum mampu untuk melakukannya.
Praktik pembelajaran membaca dini yang terjadi di lapangan kebanyakan menggunakan metode-metode yang klasik. Kegiatan yang dilaksanakan dengan cara drill dan paper pencil test. Anak dipaksa untuk membaca huruf per huruf. Sehingga anak secara instan dapat menguasai pembelajaran membaca. Tentunya hal ini tidak sesuai dengan perkembangan anak. Dalam tahapan kognitif Piaget anak usia 2-7 tahun berada pada tahapan praoperasional. Pada tahap ini menurut
Piaget dalam Slamet Suyanto (2005:55) “anak mulai mengenali beberapa simbol
“operasi (operations)”, yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan dan memungkinkan anak melakukan secara mental sesuatu yang sebelumnya dilakukan secara fisik. Maka kegiatan membaca dengan driil akan mengganggu perkembangan anak.
Menurut Euis Farida (33:2002) hasil penelitian Orstei menunjukan bahwa masing-masing belahan otak kiri manusia menangani aktiovitas mental yang berhubungan dengan matematika, bahasa, logika, analisis, menulis dan aktivitas lain yang sejenis. Sedangkan belahan otak kanan menagani aktivitas-aktivitas mental yang berhubungan dengan imajinasi, warna, musik dan aktivitas-aktivitas lain yang sejenis. Ornstein menjelaskan bahwa orang-orang yang sudah dialtih untuk menggunakan suatu belahan otak secara eksklusif, relatif tidak mampu menggunkan belahan otak lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Ornstein diatas maka ketika kita memaksa atau melakukan driil kepada anak dalam pemelajaran membaca maka kecakapan lain dielahan otak kanan anak terhabat tau bahkan mati. Sehingga perkembangan anak tidak berkembang secara optimal.
Perkembangan bahasa anak khususnya membaca dapat berkembang dengan optimal apabila diberikan stimulus. Seperti yang diungkapkan (kurniawan : 2003) banyaknya stimulus informasi tentang membaca yang diberikan pada anak sebelum masuk sekolah lebih berpengaruh daripada pengaruh perkembangan aspek atau fungsi ontogenetic.
Menurut Johnson dan Medinus (dalam Rosalia, I 2009) bahwa banyak stimulasi informasi tentang membaca yang diberikan pada anak sebelum masuk sekolah. Salah satu stimulus informasi tentang membaca adalah kesadaran linguistik anak-anak pada usia itu. Selain itu, Lyster (2002) menyatakan bahwa kesadaran linguistik sangat berkaitan dengan perkembangan membaca dalam bahasa alfabetik, dan merupakan hal yang sangat penting dalam pengajaran membaca.
Ball et al dalam Warick and rubin (1992:12) Kesadaran linguistik layak untuk diselidiki lebih lanjut, bukan hanya karena menjadi fenomena menarik, tetapi juga karena hubungannya dengan banyak tugas dasar bahasa. Ini telah dibuktikan, misalnya, bahwa keterampilan analisis linguistik awal sangat berkorelasi dengan kemudian kemampuan membaca.
Bryant,dkk (Kurniawan :2003) menyatakan bahwa sensitivitas pada sajak dan aliterasai (purwakanti) yang didapatkan anak sebelum masuk sekolah memainkan peranan kausal pada kemampuan membaca yang didapat beberapa tahun kemudian. Didapatkan bukti secara substasial bahwa perbedaan individual dalam kesadaran fonologis sebelum permulaan pengajaran membaca mempengaruhi kecepatan dalam belajar membaca. Senada dengan yang diungkapkan oleh Imas (2009) bahwa kesadaran linguistik yang dimiliki oleh anak tunagrahita ringan pada kelompok eksperimen secara signifikan berpengaruh pada keterampilan membaca dini.
Dari beberapa hasil penelitian diatas peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara kesadaran linguistik dengan kemampuan membaca dini anak usia dini.
Berdasarkan permasalahan yang berkembang diatas maka penelitian ini menfokuskan pada kajian Hubugan Antara Kesadaran Linguistik dengan
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan dalan pertanyaan penelitian sebagai berikut apakah terdapat hubungan antara kesadaran linguistik dengan kemampuan membaca dini anak usia dini. Adapun secara lebih khusus rumusan masalah tersebut dituangkan kedalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan membaca dini anak Raudhatul Athfal Al-Hidayah di Desa Waluya Kec. Cicalengka Kab. Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013? 2. Bagaimana kesadaran linguistik anak Raudhatul Athfal Al-Hidayah di Desa
Waluya Kec. Cicalengka Kab. Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013?
3. Apakah terdapat hubungan antara kesadaran linguistik dengan kemampuan membaca dini anak Raudhatul Athfal di Desa Waluya Kec. Cicalengka Kab. Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kesadaran linguistik anak Raudhatul Athfal Al-Hidayah di desa Waluya Kec. Cicalengka Kab. Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013. 2. Untuk mengetahui kemampuan membaca dini anak Raudhatul Athfal
Al-Hidayah di desa Waluya Kec. Cicalengka Kab. Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013.
3. Untuk mengetahui hubungan antara kesadaran linguistik dengan kemampuan membaca dini anak Raudhatul Athfal Al-Hidayah di desa Waluya Kec. Cicalengka Kab. Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013
D. Metode Penelitian
Penelitianan korelasional mencakup kegiatan pengumpulan data guna menentukan adakah hubungan antar variabel dalam subjek atau objek yang menjadi perhatian untuk diteliti. Jika ada, beberapa derajat hubungan antar dua variabel atau lebih, derajat hubungan biasanya diekspresikan sebagai koofesien korelasi. (Sukardi, 2007:166). Maka dalam penelitian ini akan dikumpulakan data mengenai kesadaran linguitik anak dan kemampuan membaca dini anak usia dini untuk selanjutnya dianalisis apakah terdapat hubungan diantara kedua variabel tersebut.
Populasi adalah objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penliti (sugiono 2007:80). Populasi dalam penelitian ini adalah anak kelompok B Raudhatul Athfal Al-Hidayah di desa Waluya kecamatan Cicalengka dengan jumlah 70 anak. Menurut Sugiono (2008) sampel
adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 56 orang anak.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk anak
Memberikan pembelajaran membaca dini yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan perserta didik.
2. Untuk guru
Memberikan alternatif kepada guru untuk meningkatkan kemampuan membaca dini peserta didik.
3. Untuk sekolah
Memberikan kontribusi bagi lembaga pendidikan yakni Raudhatul Athfal dalam meningkatkan program pembelajran membaca dini yang sesuai dengan perkemangan dan kematangan anak
4. Untuk peneliti
sehingga penelitian ini dapat dikaji lebih luas dalam bidang kesadaran lingusitik dan membaca dini
F. Struktur Organisasi Skripsi
Laporan hasil peelitian ini ditulis dengan strukur sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, pada bab ini memaparkan tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional variabel, struktur organisasi skripsi
BAB II Landasan Teori, pada bab ini akan memaparkan tentang : Perkembangan bahasa anak usia dini, kesadaran linguistik dan kemampuan membaca dini.
BAB III Metode Penelitian, pada bab ini akan memaparkan: lokasi dan sampel penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengambilan data, analisis data dan prosedur penelitian.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini akan memaparkan hasil penelitian dan pembahasannya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Raudhatul Atfal (RA) Hidayah. RA Al-Hidayah bertempat di Kp Kebon Kapas Desa Waluya Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung.
2. Populasi
Menurut Sugiono (2010:80) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak Raudhatul Athfal (RA) Al-Hidayah Desa Waluya Kecamatan Cicalengka. Jumlah Anak Raudhatul Athfal RA Al-Hidayah berjumlah 70 orang..
3. Sampel
Menurut Sugiono (Menurut Sugiono (2010:81) sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut”. Sampel pada penlitian ini adalah anak Raudhatul Athfal kelompok B
Teknik sampling yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah Simple random sampling. Menurut Sugiono (2010:82) menyatakan dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Dari jumlah populasi diambil 56 orang anak sebagai sampel. Jumlah sampel 56 diambil dari hasil perhitungan rumus Isaac dan Michael dalam Sugiono (2008:69) dengan N=70 dan tingkat kesalahan sebesar 10 %.
Tabel 3.1
Data Sampel Penelitian
No Nama Usia No Nama Usia
1 A I 6 tahun 29 M M Z 5,5 tahun
2 A M 6 tahun 30 M I A 5,5 tahun
3 A B A 6 tahun 31 M Z A 5,5 tahun
4 A F H 6 tahun 32 M R A 5,5 tahun
5 C A R 6 tahun 33 N N 5,5 tahun
6 F N I 6 tahun 34 S N O 5,5 tahun
7 F 6 tahun 35 M. J K 5,5 tahun
8 I M S 6 tahun 36 A N P 5,5 tahun
9 M R F 6 tahun 37 A P R 5,5 tahun
10 M F N 6 tahun 38 A M F 5,5 tahun
11 M F A 6 tahun 39 M L A 5,5 tahun
12 M D A 6 tahun 40 M J H 5,5 tahun
13 N R I 6 tahun 41 N M 5,5 tahun
14 N R 6 tahun 42 R F 5,5 tahun
15 S A 6 tahun 43 R M L 5,5 tahun
16 S R 6 tahun 44 M. R M 5,5 tahun
17 S S Q 6 tahun 45 M. M 5,5 tahun
18 F S M 6 tahun 46 N R S 5,5 tahun
19 A M Y 6 tahun 47 M B L 5,5 tahun
20 A K N 6 tahun 48 M. R 5,5 tahun
21 A R 6 tahun 49 P A 5 tahun
22 D M. U 6 tahun 50 F L 5 tahun
23 E S A 6 tahun 51 F S 5 tahun
25 A V Q 5,5 tahun 53 S S 5 tahun
26 S M 5,5 tahun 54 S A R 5 tahun
27 A M 5,5 tahun 55 A K 5 tahun
28 M. F A 5,5 tahun 56 M A 5 tahun
B. Metode Penelitian
Peranan metodelogi penelitian sangat menentukan dalam upaya menghimpun data yang diperlukan dalam penelitian. Metode penelitian adalah bagian dari metodelogi penlitian, dalam pelaksanaan suatu penelitian diperlukan metode penelitian untuk mengarahkan kegiatan peneltian sehingga sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai. Menurut Sugiono (2010:2) metode penelitian adalah : Cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasioanal, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, empiris berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indra manusia, sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis, sehingga data yang diperoleh merupakan data empiris yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid dan sesuai dengan tujuan serta kegunaan dari penelitian.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Metode korelasional ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kesadaran linguistik dengan kemampuan membaca dini anak usia dini.
dikumpulakan data mengenai kesadaran linguistik anak dan kemampuan membaca dini anak untuk selanjutnya dianalisis apakah terdapat hubungan diantara kedua variabel tersebut.
Penelitian ini mengkaji hubungan antara dua variabel, yakni variabel X dan Y. Variabel X yaitu kesadaran linguistik merupakan variabel bebas dan variabel Y yaitu kemampuan membaca dini merupakan variabel terikat. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam desain pada penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Desain Penelitian
Variabel bebas Variabel terikat
Kesdaaran Linguistik (X)
Kemampuan membaca dini (Y) XY
C. Definisi Operasional Variabel
Peneltian ini terdiri dari dua variabel. Untuk memperjelas arahan penelitian ini, maka definisi operasional variabel adalah sebagai berikut :
1. Adam 1990, Bradley dan bryant 1983; Goswani 1990; treiman & Baron 1983 (dalam Lyster 2002) menjelaskan linguistik awareness is the ability to reflect upon spoken languange. Jadi kesadaran linguistik adalah suatu kemampuan untuk mereflesikan bahasa ucapan sebagaimana yang didengar.
3. Berkenaan dengan kesadaran linguistik, Lyster (2002) membaginya dalam 6 aspek yaitu ; 1) identifikasi panjang kata, 2) identifikasi suku kata, 3) pembentukkan kata, 4) peleburan bunyi, 5) pemisahan fonem dan 6 ) penghapusan bunyi. Keenam faktor inilah menurutnya yang turut mendukung terhadap kemampuan membaca anak. Dari faktor-faktor tersebut terlihat bawha kesadaran linguistik meliputi aspek; kesadaran akan bunyi fonem, morfem dan semantik.
4. Permen No 58 tahun 2010 menyatakan bahwa indikator anak dapat membaca adalah (a) anak dapat mengulang kalimat yang lebih komplek (b) dapat mendengarkan cerita dan menceritakan kembali dengan bahasa sederhana (c) menyebutkan membedakan bunyi huruf vocal (d) menyebutkan dan membedakan bunyi huruf konsonan (e) menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan symbol yang melambangkannya (f) menyebutkan dan membedakan kelompok gambar yang memiliki bunyi awal yang sama (g) menyebutkan dan membedakan kelompok gambar yang memiliki bunyi akhir yang sama.
5. Tampubolon (1993:67) mengungkapkan membaca dini adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegaitan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf. Sedikit berbeda menurut Hainstock (Dwiyanti, 2009:18) membaca dini merupakan pengenalan huruf atau bunyi huruf dengan cara melihat, menyentuh dan mendengarkan setiap huruf yang diucapkan satu persatu kemudian digabungkan untuk membentuk kata-kata pendek
6. Steinberg dalam Tampubolon (1993:63) menyatakan bahwa kemampuan membaca dini adalah membaca yag diajarkan secara terprogram pada anak usia prasekolah. Program membaca dini dititikberatkan pada perkataan-perkataan utuh, bermakna dalam konteks pribadi anak dan bahan ajaran melalui kegiatan yang menyenangkan.
(c) makna atau maksud, (d) pemahaman terhadap makna atau maksud berdasarkan kontek wacana
D. Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Menurut Arikunto (2002) instrumen merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Menciptakan instrumen tergantung pada variabel yang hendak diteliti atau masalah yang akan dijawab dalam penelitian. Melalui penelitian ini akan dijawab hubungan atara dua variabel. Maka instrumen yang akan dibuat akan mewakili masing-masing variabel penelitian, yakni variabel X yaitu kesadaran linguistik dan variabel Y yaitu kemampuan membaca dini.
1. Kisi-kisi instrumen
Fokus kompetensi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kemampuan kesadaran linguistik dan kemampuan membaca dini anak usia dini. Maka terdapat dua kisi-kisi instrumen yakni kisi-kisi instrumen kesadaran linguistik dan kemampuan membaca dini
Kisi-kisi instrumen kesadaran linguistik disusun berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Lyster (2002). Kisi-kisi instrumen tersebut dijelaskan pada tabel dibawah ini.
Table 3.3
Kisi-kisi instrumen kesadaran linguistik
Variabel Indikator Sub indikator Item pernyataan
Kesadaran
1. Menyebutkan dan menunjukan bunyi fonem /i/ pada kata sapi dan dasi
3. Menyebutkan dan menunjukan bunyi fonem /e/ pada kata sate dan cabe
4. Menyebutkan dan menunjukan bunyi fonem /a/ pada kata busa dan bola.
5. Menyebutkan dan menunjukan bunyi fonem /o/ pada kata obeng dan obat.
Menyebutkan bunyi fonem konsonan- vocal
6. Menyebutkan dan menunjukan bunyi fonem /ta/ pada kata mata dan unta
7. Menyebutkan dan menunjukan bunyi fonem/ya/ pada kata papaya dan buaya
8. Menyebutkan dan menunjukan bunyi fonem /pu/ pada kata garpi dan lampu
9. Menyebutkan dan menunjukan bunyi fonem /se/ pada kata selimut dan semut
10.Menyebutkan dan menunjukan bunyi fonem /bu/ pada kata buaya dan buku
Menyebutkan jumlah fonem pada kata
11.Menyebutkan jumlah bunyi pada kata ban
12.Menyebutkan jumlah bunyi pada
kata dus
13.Menyebutkan jumlah bunyi pada kata tas
14.Menyebutkan jumlah bunyi pada kata jam
15.Menyebutkan jumlah bunyi pada kata bola
16.Menyebutkan jumlah bunyi pada kata topi
17.Menyebutkan jumlah bunyi pada kata roti
Kesadaran morfem
Identifikasi panjang bunyi
18.Menyebutkan bunyi yang lebih panjang antara kata buaya dan bunga
20.Menyebutkan bunyi yang lebih panjang antara kata kereta dan kera
21.Menyebutkan bunyi yang lebih panjang antara kata ban dan bantal
22.Menyebutkan bunyi yang lebih panjang antara kata perahu dan palu
23.Menyebutkan bunyi yang lebih panjang antara kata selimut dan semut
24.Menyebutkan bunyi yang lebih panjang antara kata matahari dan mata
Peleburan bunyi
25.Menyebutkan kata yang terbentuk apabila kata bantal, bunyi tal dihilangkan.
26.Menyebutkan kata yang terbentuk apabila kata matahari, bunyi hari dihilangkan
27.Menyebutkan kata yang terbentuk apabila kata kacamata bunyi mata dihilangkan
28.Menyebutkan kata yang terbentuk apabila kata kemeja bunyi ke dihilangkan
29.Menyebutkan kata yang terbentuk apabila kata kaos kaki bunyi kaos dihilangkan
Kesadaran semantik
Memahami makna kata
30.Mencocokan gambar jam dengan tangan
31.Mencocokan gambar pulpen dengan buku
32.Mencocokan gambar sendok dengan piring
Tabel 3.4
Kisi-kisi instrumen kemampuan membaca dini.
Variabel Indikator Sub indikator Item pernyataan Membaca
5. Menyebutkan bunyi huruf o Menyebutkan
35. Menempel kata kereta pada gambar kereta
antar bunyi
37. Menempel kata pepaya pada
gambar pepaya
38. Menempel kata zebra pada gambar zebra
39. Menempel kata yoyo pada gambar yoyo
40. Menempel kata sapi pada gambar sapi
41. Menempel kata rambutan pada gambar rambutan
42. Menempel kata wortel pada gambar wortel
2. Teknik penilaian
Teknik penilaian yang akan diterapkan pada instrumen penelitian ini adalah skala Guttmen. Menurut Sugiono (2010:96) skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, “positif-negatif”, dan lain-lain. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi 1 dan skor terendah 0. Intrumen ini menggunakan skala pengukuran muncul dan tidak muncul untuk jawaban muncul di beri skor 1, dan untuk jawaban tidak muncul diberi skor 0
Tabel 3.5
Kriteria Penilaian Kesadaran Linguistik dan Kemampuan Membaca Dini
Pernyataan
Kriteria Penilaian Kemampuan Membaca Dini
1 0
Muncul Belum Muncul
E. Proses Pengembangan Instrumen
Proses pengembangan instrumen pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Validitas Data
a. Pengujian Validitas Konstruksi (Construct Validity)
Validitas konstruksi dapat diuji dengan menggunakan pendapat dari para ahli (judgement experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskanteori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu.
b. Pengujian Validitas Isi (Content Validity)
Validasi isi digunakan untuk instrumen yang berbentuk test, penguji validasi dengan membandingan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.
c. Pengujian Validitas Eksternal
Validasi ekternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan)antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
Berikut ini langkah-langkah uji validasi pada penelitian ini:
1) Pengujian validitas kontruksi melalui pendapat dari ahli (judgement experts). Judgement experts dilaksanakan dengan meminta pendapat dari para ahli.
2) Instrumen yang telah dikonsultasikan kepada ahli kemudian di uji cobakan kepada sebagian sampel. Data uji coba yang telah ditabulasikan, tiap butir soal yang ada dihitung menggunakan Pearson Product Moment, (Arikunto, 2006:170)
rhitung= N(ΣXY) –(ΣX).(ΣY) √{N. ΣX2 –(ΣX)2}.{n. ΣY2 –(ΣY)2
} Dimana :
rhitung = koefisien korelasi ΣX = Jumlah skor item tes ΣY = Jumlah skor reponden
3) Setelah diketahui r hitung maka dilakukan pengambilan keputusan berdasarkan uji hipotesa dengan criteria sebagai berikut :
a) Jika r hitung positif dan r hitung ≥ 0,3 maka butir soal valid. b) Jika r hitung negatif dan r hitung < 0,3 maka butir soal tidak valid
Masrun dalam Sugiyono (2010:188) mengungkapkan bahwa item yang dipilih (valid adalah yang memiliki tingkat korelasi ≥ 0,3. Jadi emakin tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukan apa yang seharusnya diukur. Berikut ini disajikan hasil rekapitulasi uji validitas kesadaran linguistik dan kemampuan membaca dini dengan menggunakan program Microsoft Office Excel 2007.
Tabel 3. 6
Hasil Perhitungan Pengujian Validasi Item Kesaadaran Linguistik
No r hitung r tabel Kriteria
1 0.54 0.3 Valid
2 0.58 0.3 Valid
3 0.62 0.3 Valid
4 0.49 0.3 Valid
5 0.39 0.3 Valid
6 0.52 0.3 Valid
7 0.69 0.3 Valid
8 0.64 0.3 Valid
9 0.46 0.3 Valid
10 0.58 0.3 Valid
11 0.57 0.3 Valid
12 0.39 0.3 Valid
13 0.76 0.3 Valid
14 0.49 0.3 Valid
16 0.48 0.3 Valid
17 0.71 0.3 Valid
18 0.89 0.3 Valid
19 0.71 0.3 Valid
20 0.45 0.3 Valid
21 0.89 0.3 Valid
22 0.37 0.3 Valid
23 0.61 0.3 Valid
24 0.36 0.3 Valid
25 0.63 0.3 Valid
26 0.64 0.3 Valid
27 -0.13 0.3 Invalid
28 0.49 0.3 Valid
29 0.50 0.3 Valid
30 0.62 0.3 Valid
31 -0.22 0.3 Invalid
32 0.62 0.3 Valid
33 0.29 0.3 Invalid
34 0.09 0.3 Invalid
35 0.58 0.3 Valid
36 0.59 0.3 Valid
sebagai alat ukur, karena item yang valid sudah memenuhi kriteria penilaian yang dibutuhkan.
Tabel 3.7
Hasil Perhitungan Pengujian Validasi Item Kemampuan Membaca Dini
No r hitung r tabel Kriteria
1 -0,13 0.3 Invalid
2 0.54 0.3 Valid
3 0.36 0.3 Valid
4 0.48 0.3 Valid
5 0.61 0.3 Valid
6 0.33 0.3 Valid
7 0,15 0.3 Invalid
8 0,24 0.3 Invalid
9 0.73 0.3 Valid
10 0.72 0.3 Valid
11 0.40 0.3 Valid
12 0.37 0.3 Valid
13 0.50 0.3 Valid
14 0.54 0.3 Valid
15 0.37 0.3 Valid
16 0.46 0.3 Valid
17 0.72 0.3 Valid
18 0.44 0.3 Valid
19 0.83 0.3 Valid
20 0.50 0.3 Valid
21 0.44 0.3 Valid
22 0.44 0.3 Valid
24 0.46 0.3 Valid
25 0.55 0.3 Valid
26 -0.08 0.3 Invalid
27 0.44 0.3 Valid
28 0.39 0.3 Valid
29 0.57 0.3 Valid
30 0.36 0.3 Valid
31 0.39 0.3 Valid
32 0.59 0.3 Valid
33 0.42 0.3 Valid
34 0.34 0.3 Valid
35 0.66 0.3 Valid
36 0.49 0.3 Valid
37 0.41 0.3 Valid
38 0.73 0.3 Valid
39 0.52 0.3 Valid
40 0.67 0.3 Valid
41 0.53 0.3 Valid
42 0.33 0.3 Valid
43 0.32 0.3 Valid
44 0.49 0.3 Valid
45 0.28 0.3 Invalid
46 0.55 0.3 Valid
tidak valid karena r hitung bernilai negatif sedangkan pada item 7, 8 dan 45 r hitung lebih kecil dari 0,3. Item-item yang tidak valid tidak diganti atau digunakan peneliti sebagai alat ukur, karena item yang valid sudah memenuhi kriteria penilaian yang dibutuhkan
2. Reabilitas Data
Menurut Arikunto,(2006:17) Reabilitas mengandung pengertian bahwa suatu instrumen bisa dipercaya serta dapat dipergunakan sebagai alat pengumpul data apabila instrumen tersebut sudah dianggap baik. Selaras dengan yang diungkapkan oleh Sudjana (1996:51) bahwa reabilitas merupakan suatu ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukur. Hal itu mengandung arti bahwa kapanpun alat ukur tersebut dipergunakan akan memberikan hasil yang sama.
Uji reabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah tekhnik belah dua dari Spearmen Brown. Berikut langkah-langkah uji reabilitas dengan menggunakan tekhnik belah dua dari Spearmen Brown.
a. Item-item instrumen dibagi dua kelompok, menjadi kelompok ganjil dan genap. Selanjutnya skor data tiap kelompok itu disusun sendiri dan skor itemnya dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total
b. Menghitung korelasi product moment antara kelompok ganjil dan kelompok genap dengan rumus
√
Dimana :
r= koefisien Product Moment antara belahan pertama dan kedua xi = skor item ganjil
yi = skor item genap
Dimana:
ri = Reabilitas interval seluruh item
rb = korelsi product moment antara belahan pertama dan kedua.
Uji reabilitas pada penelitian ini, peneliti menggunakan program Microsoft Office Excel. Setelah dihitung didapatkan hasil sebagai berikut:
1) Uji reabilitas kesadaran linguistik rb = 0.87
ri = 0.64
2) Uji Reabilitas kemampuan membaca dini rb = 0.98
ri = 0.67
Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi dari Sugiyono (1999:149) yang disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.8
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunkan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara atau aturan-aturan tertentu. Dalam penelitian ini benteuk tes berupa tes perbuatan sesuai dengan instrumen yang telah dibuat. Secara teknis tes diberikan langsung kepada subjek dengan menggunakan flashcard.
G. Analisis Data
Analisis data mencakup kegiatan menganalisis data instrumen penelitian yang telah diujikan kepada subjek. Penelitian ini dilakukan untuk mencari koefisien korelasi antara dua variabel, sebelum dilakukan koefisien korelasi dilakukan uji prasyarat analisis korelasi melalui; distribusi data, uji normalitas dan perubahan data ordinal kedalam interval (Riduwan,2008). Teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Distribusi data
Daftar distribusi data yang diperlukan untuk uji normalitas dan perubahan data ordinal kedalam interval, adalah sebagai berikut (Furqon, 2004):
a. Mencari skor terbesar dan terkecil b. Mencari rentangan (R)
R = skor terbesar – skor terkecil c. Mencari banyaknya kelas (bk)
BK = 1 + 3,3 log n (Rumus Sturgess) d. Mencari nilai panjang kelas (i)
i = R/BK
e. Menyusun interval kelas dengan membuat tabulasi distribusi frekuensi dan tabel penolong.
f. Mencari rata-rata (mean)
g. Mencari simpangan baku (standar deviasi)
√
h. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan (fe), melalui tabulasi sebagai berikut:
1) Menentukan batas kelas, yaitu a ngka skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0.5 dan kemudian angka-angka skor kanan kelas interval ditambah 0.5
2) Mencari nilai Z score untuk batas kelas interval dengan rumus Z = batas kelas – mean
Standar deviasi
Mencari luas 0-z dari table kurva Normal dari 0-z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas.
3) Mencari luas kelas tiap interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0-z yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi baris ketiga dan begiru seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda pada baris yang paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya.
a) Mencari frekwensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalingkan luas tiap interval dengan jumlah responden
b) Menuangkan nilai perhitungan dalam tabulasi
2. Uji normalitas
Uji normalitas dialkukan melalui metode chi-kuadrat, data yang telah didistribusikan dan ditabulasikan kedalam daftar frkeuensi yang diharapkan (fe), dihitung dengan rumus berikut (Riduwan, 2008):
∑
Dimana :
χ²
=chi kuadratf0 : frekuensi ekspetasi (table frekuensi ekspetasi
fe : frekuensi observasi
Nilai
χ²
hitung yang telah didapat, kemudian dibandingkan denganχ²
tabel. Jikaχ²
hitung ≥χ²
tabel maka distribusi data tidak normal, dan jikaχ²
hitung ≤χ²
tabel maka distribusi normal.3. Analisis Korelasi
Analisis korelasi dilakukan guna mengetahui derajat hubungan antara variabel X dan Y dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi Product Moment. Sebangaimana yang diungkapkan Sugiyono (2008) Tekhnik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio, sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
√
Dimana:
rxy = Korelasi antara variabel x dengan y ∑xi = jumlah nilai kesadaran linguistik ∑yi = jumlah nilai kemampuan membaca dini
Adapun langkah-langkah dari pencarian melalui rumus korelasi product moment adalah sebagai berikut:
1. Membuat hipotesis statistik dan hipotesis kalimat. Hipotesis statistik :
Hipotesis kalimat :
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kesadaran linguistik dengan kemampuan membaca dini anak usai dini
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara kesadaran linguistik dengan kemampuan membaca dini anak usai dini
2. Membuat tabel penolong
3. Mencari nilai korelasi dengan rumus korelasi Product moment. 4. Menafsirkan nilai korelasi
Nilai koefisien korelasi yang didapatkan harus ada diantara nilai -1 hingga +1, nilai korealsi (rxy) yang diperoleh kemudian di interpretasikan kedalam tabel penafsiran (Sugiyono, 2008:231)
Tabel 3.9
Tabel Penafsiran nilai koofesien korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
4. Koefisien determinan
5. Uji Signifikasi
Koefisien korelasi yang telah dibuat kemudian dilakukan uji signifikasi, guna mencari makna hubungan variabel X terhadap Y. Uji signifikasi dilakukan dengan menggunakan distribusi student sebagai berikut :
√ √
Dimana :
t = Distribusi student dengan derajat kebebasan dk = n – 2 = 0.05 rs = Koefisien Korelasi
N = Number of case
Hasil perhitungan thitung tersebut kemudian diperbandingkan dengan nilai pencarian untuk ttabel. Apabila thitung < ttabel dinyatakan tidak signifikan, H0 diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya jika thitung > ttabel maka hipotesis dinyatakan signifikan, Ha diterima dan H0 ditolak. Langkah terakhir dari kegiatan analis data adalah membuat kesimpulan penelitian.
6. Profil Tingkat Kesadaran Linguistik dan Kemampuan Membaca Dini Anak
Usia Dini
Langkah-langkah dalam membuat profil kesadaran linguistik dan kemampuan membaca dini adalah sebagai berikut.
a. Menentukan skor maksimal ideal yang diperoleh sampel: Skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi
Variabel Skor Maksimal Ideal
Kesadaran Linguistik 32 x 1 = 32
Kemampuan membaca dini 41x 1 = 32
Variabel Skor Minimal Ideal
Kesadaran Linguistik 32 x 0 = 0
Kemampuan membaca dini 41x 0 = 0
c. Menccari rentang skor ideal yang diperoleh sampel: Rentang skor = skor maksimal ideal – skor minimal ideal
Variabel Rentang skor
Kesadaran Linguistik 32 – 0 = 32
Kemampuan membaca dini 41 – 0 = 0
d. Mencari interval skor:
Interval skor = Rentang skor / 3
Variabel Skor Maksimal Ideal
Kesadaran Linguistik 32 / 3 = 10, 667 Kemampuan membaca dini 41 / 3 = 13, 667
Berdasarkan langkah-langkah diatas, didapat kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.10
Kategori profil kesadaran Linguistik dan Kemampuan
Membaca Dini Anak Usia Dini
Variabel Kriteria Interval
Kesadaran Linguistik Tinggi 23 – 32
Sedang 12 – 22
Rendah 0 – 11
Kemampuan membaca dini
Tinggi 29 – 41
Sedang 15 – 28
H. Prosedur Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah korelasional. Penelitian korelasional ini, bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesadaran linguistik dengan kemampuan membaca dini anak usia dini. Adapun prosedur penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Melakukan observasi awal ke Raudathul Athfal (RA) Al-Hidayah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan membaca dini dan kesadaran linguistik. 2. Penyusunan kisi-kisi instrumen penelitian sesuai dengan variabel yang hendak
diukur
3. Pengembangan kisi-kisi instrumen menjadi instrumen penelitian, berupa soal pengukur yang mewakili tiap variabel.
4. Pengujian validitas kontruksi melalui pendapat dari ahli (judgement experts). 5. Melakukan kegiatan ujicoba instrumen kepada sebagian sampel dalam
penelitian.
6. Melakukan penghitingan validitas dan reabiilitas, kemudian merevisi instrumen tidak valid
7. Pelaksanaan pengumpulan data dengan instrumen hasil revisi
8. Pengolahan data yang terkumpul dalam instrumen kedalam perhitungan statistik dan interpretasi data dalam pembahasan
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis tentang hubungan kesadaran lingusitik dengan kemampuan membaca dini anak usia dapat simpulkan bahwa :
1. Kesadaran linguistik yang meliputi aspek kesadaran fonem, kesadaran morfem dan kesadaran semantik pada anak Raudhatul Athfal (RA) Alhidayah secara umum tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa rata-rata kesadaran linguistik anak RA Al-Hidayah adalah 20,21. Adapun profil kesadaran linguistik berdasarkan kriteria rendah, sedang dan tinggi hasil penelitian dapat menunjukan terdapat 8 anak berada pada kategori rendah, 21 anak berada berada pada kategori sedang dan 27 anak berada pada kategori tinggi. Melihat hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa kesadaran linguistik anak RA Al-Hidayah kebanyakan berkriteria tinggi.
2. Kemampuan membaca dini yang meliputik aspek menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal, mengenal suara huruf awal dari nama benda dan memahami hubungan antar bunyi dan bentuk huruf pada anak Raudhatul Athfal (RA) Al-Hidayah secara umum tinggi. Berdasarkan hasil penelitian memilik rata-rata 25,07. Adapun profil kemampuan membaca dini anak Raudhatul Athfal Al-hidayah berdasarkan kreteria terdapat 7 anak berada pada kategori rendah, 26 anak berada berada pada kategori sedang dan 23 anak berada pada kategori tinggi.
memiliki kesadaran linguistik yang baik akan memiliki kemampuan membaca dini yang baik pula. Sebaliknya apabila anak memiliki kesadaran linguistik yang kurang baik maka akan memiliki kemampuan membaca yang kurang baik pula.
B. Rekomendasi
Berdasarkan simpulan dan hasil temuan dilapangan, penulis memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut :
1. Bagi guru Taman Kanak-Kanak
a. Guru hendaknya lebih pempelajari tentang pentingnya kesadaran linguistik bagi anak. Pada saat pelaksanaan penelitian, guru masih belum mengetahui tentang kesadaran linguistik.
b. Guru hendaknya memastikan kesiapan anak sebelum mengajarkan membaca dini. Apabila anak belum memiliki kematangan segera diberikan latihan kesadaran linguistik. Dalam kata lain melatihkan kesadaran linguistik kepada anak, dalam upaya meningkatkan kesiapan anak dalam pembelajaran membaca dini.
c. Guru hendaknya menggunakan metode-metode pembelajaran yang baru dalam mengajakan membaca dini kepada anak.
d. Guru hendaknya meyediakan fasilitas-fasilitas yang menunjang untuk mengembangkan kemampuan membaca dini.
2. Bagi peneliti selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian terhadap pengajaran kemampuan membaca dini yang diawali dengan latihan kesadaran linguistik. b. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan media yang berbeda dalam
pelaksanaan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Ade, Lucky. (2007). Pengaruh Metode Multisensori Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan. Semarang : Skripsi Fakultas Psikologi Univesitas Dipenegoro.
Akbar, R. (2001). Psikologi Perkembangan Anak (Mengenal sifat, bakat, dan kemampuan Anak). Jakarta : Grasindo
Arikunto. (2006).Prosedur Penelitian Satu Pendektan Prakik. Jakarta :Rineka Cipta
Ayriza, Y. (1997). Pelatihan Kesadaran Fonologis Pada Anak-Anak Prasekolah untuk Menyambut tugas Belajar Membaca Pada Masa Sekolah No. 1. Jurnal Cakrawala Pendidikan
Chaer, A.(2007). Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Farida, E (2002). Kemampuan Bahasa Anak Taman Kanak-kanakI. Jurnal psikologi pendidikan. Bandung : FIP UPI
Furqon, 2004, Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Gunarti, W. (2008). Metode Pegembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka.
Hurlock, E. (1991). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga
Insani, L (2008). Pembelajaran Membaca Pada Anak Usia Dini-volume 51 no 2. Surabaya : Jurnal FKIP Universitas PGRI Adi Buna
Latifah, Eva. (2008). Meningkatkan keterampilan menyimakdan berbicara dalam pembelajaran bercerita melalui tekhik role playing. Bandung : Skripsi FIP UPI PGSD.
Leonhardt, M. (2000). 99 Cara Menjadikan Anak Anda Keranjingan Membaca. Bandung : Kaifa
Lyster, S.A.H. (2002). In Press. The effectes of Morphological Versus Phonological Awarneness training In Kindergarten on Reading Development. Reading and Writing: An Interdisiplinary Jurnal.
Lyster, S.A.H. (2008). Bahasa dan Membaca: Perkembangan dan Kesulitannya. [Online]. Tersedia: http:// bbawor.Multiply.com.[9 Juli 2012].
Masitoh (2005). Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Nurbiana, D (2007). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas Terbuka
Riduwan, 2008. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: alfabeta
Rochyadi, E. (2010). Pengaruh Kesadaran Linguistik dan Kesadaran Persepsi Visual Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunagrahita.- Vol 16. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.
Rosalina, I.(2009). Pengaruh Latihan Kesadaran Linguistik Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Tunagrahita Ringan. Skripsi. FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Santrock. (2007). Perkembangan anak. Jakarta : Erlangga
Slamet, S. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Sugiono (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, kuantatif, R dan D. Bandung : Alfabet
Tampubolon (1993). Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak. Bandung: Angkasa
Tarigan, H G. (1979). Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung : Angkasa
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia – Edisi Kedua, Cetakan Kesepuluh. Jakarta: Balai Pustaka.
Torgessen,J.K., dkk.1992. Effects of two Types of Phonological Awareness Training on Word Learning in Kingergraten Childrean, Journal of Educational Psychology.
Warick dan Rubin. (1992). Phonological Awareness :Normally Developing and language Delayed Children. Volume 16 No. 1. JSLPA.
Yusuf, M. 2003. Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar. Solo: Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri
Yusuf, S (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Rosdakarya : Bandung