• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Hal ini tertuang dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Hal ini tertuang dalam"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Konsep dasar pendidikan adalah sebagai wahana guna meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Hal ini tertuang dalam Pasal 31 Ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Pasal 31 Ayat (5) UUD 1945 mengamanatkan bahwa pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia (Danim, 2006: 11).

Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Tilaar, 2005: 112).

(2)

Norma-norma tersebut mengharuskan pendidikan menyelenggarakan usaha yang memungkinkan setiap warga negara memiliki ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Usaha itu diwujudkan melalui pendidikan agama yang memungkinkan pemeluknya menjadi taat dan beribadat, bermoral dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan tuntutan agama dan kepercayaan masing-masing. Pada gilirannya berarti juga bahwa pendidikan agama harus diberikan menurut agama dan kepercayaan masing-masing, sebagai perwujudan kebebasan beragama yang sekaligus memenuhi perlindunga terhadap hak asasi manusia dalam memeluk agama dan kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa.

Makna dari pendidikan tersebut adalah bahwa pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan akan mulai segera setelah anak lahir dan akan berlangsung sampai manusia meninggal dunia, sepanjang ia mampu menerima pengaruh-pengaruh (Sudrajat, 2008: 2). Oleh karena itu, proses pendidikan akan berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

Konsep tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan dilakukan sepanjang hidup atau pendidikan sepanjang hayat. Menurut konsep pendidikan sepanjang hayat, kegiatan-kegiatan pendidikan dianggap sebagai suatu keseluruhan. Seluruh sektor pendidikan merupakan suatu sistem yang terpadu. Konsep ini harus disesuaikan dengan kenyataan serta kebutuhan masyarakat yang bersangkutan (Tilaar, 2005: 122).

Suatu masyarakat yang telah maju akan memiliki kebutuhan yang berbeda dengan masyarakat yang belum maju. Apabila sebahagian besar

(3)

masyarakat suatu bangsa masih yang banyak buta huruf, maka upaya pemeberantasan buta huruf di kalangan orang dewasa mendapat prioritas dalam sistem pendidikan sepanjang hayat. Tetapi, di negara industri yang telah maju pesat, masalah bagaimana mengisi waktu senggang akan memperoleh perhatian dalam sistem ini.

Konsep pendidikan sepanjang hayat menjadi panduan dalam meninggikan harkat dan martabat manusia dengan pendidikan, termasuk manusia Indonesia. Pendidikan sepanjang hayat tersebut harus didukung oleh fondasi yang kokoh sejak usia dini. Hal ini dikemukakan dalam Pasal 5 Deklarasi tentang Pendidikan untuk Semua yang disampaikan di Jomtien, Thailand pada tahun 1990 yang lalu (Anonim, 2007: 2). Dalam deklarasi tersebut disebutkan bahwa pendidikan diawali sejak anak lahir.

Learning begins at birth. Systematic development of basic learning tools and concepts therefore requires that due attention be paid to the care of young children and their initial education, which can be delivered via arrangements that involve parents, the community or institutions, depending on requirements (Article 5 of World Declaration on Education for All).

Di Indonesia, kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Hal ini tertuang dalam amanah yang termuat pada pasal 28 ayat 1 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini menunjukkan bahwa secara yuridis formal, PAUD merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan Sistem Pendidikan Nasional. Walaupun pendidikan pra-sekolah bukan merupakan kewajiban dan prasyarat untuk memasuki Sekolah Dasar (Rahman, 2002: 22).

(4)

Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional, Bab I Pasal 1 Ayat 14, dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam pasal 28 ayat 3 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudathul Athfal, atau bentuk lain yang sederajat.

Selanjutnya, guna mengoptimalkan pelayanan pendidikan anak usia dini, pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 tahun 2009 telah menetapkan Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa standar PAUD merupakan bagian integral dari Standar Nasional Pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang dirumuskan dengan mempertimbangkan karakteristik penyelenggaraan PAUD. Standar PAUD terdiri atas empat kelompok, yaitu: (1) Standar tingkat

pencapaian perkembangan; (2) Standar pendidik dan tenaga kependidikan; (3) Standar isi, proses, dan penilaian; dan (4) Standar sarana dan prasarana,

pengelolaan, dan pembiayaan.

Pada tahun 2010, Kemdiknas mengeluarkan Permendiknas Nomor 36 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Pendidikan Nasional. Hal ini dilakukan untuk mendukung kebijakan pembinaan layanan

(5)

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang terarah, terpadu, dan terkoordinasi. Dalam peraturan tersebut ditegaskan bahwa pembinaan PAUD baik formal, non formal, maupun informal, berada di bawah binaan Dierktorat Jenderal PAUD, Nonformal dan Informal (Ditjen PAUDNI), yang secara teknis dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan PAUD (Kemdiknas, 2011: 3).

Anak usia dini merupakan anak yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling pesat. Pertumbuhan dan perkembangan telah dimulai sejak prenatal, yaitu sejak dalam kandungan. Pembentukan sel syaraf otak, sebagai modal pembentukan kecerdasan, terjadi saat anak dalam kandungan. Setelah lahir tidak terjadi lagi pembentukan sel syaraf otak, tetapi hubungan antar sel syaraf otak (sinap) terus berkembang. Begitu pentingnya usia dini, sampai ada teori yang menyatakan bahwa pada usia empat tahun 50% kecerdasan telah tercapai, dan 80% pada usia delapan tahun. Oleh karena itu usia dini (usia 0-8 tahun) juga disebut tahun emas atau golden age (Bowman, Donovan, and Burns (eds.), 2010: 53).

Menurut hasil penelitian di bidang neurologi (Rahardjo, 2006: 2), pada usia 4 tahun pertama separuh kapasitas kecerdasan manusia sudah terbentuk. Artinya kalau pada usia tersebut otak anak tidak mendapatkan rangsangan yang maksimal, maka potensi otak anak tidak akan berkembang secara optimal. Sampai usia 8 tahun, 80 % kapasitas kecerdasan manusia sudah terbentuk, artinya kapasitas kecerdasan anak hanya bertambah 30% setelah usia 4 tahun hingga mencapai usia 8 tahun. Selajutnya kapasitas kecerdasan anak tersebut akan mencapai 100 % setelah berusia sekitar 18 tahun.

(6)

Adanya karakteristik khusus pada anak usia dini maka pendidikan untuk anak usia dini juga dilakukan dengan cara yang spesifik pula. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau Early Childhood Care and Education (ECCE) mempunyai potensi untuk mengembangkan ketrampilan sosial, bahasa dan komunikasi serta ketrampilan motorik pada anak-anak usia dini. Hal ini dapat dilakukan apabila lingkungan pendidikan dapat memacu imajinasi mereka dan lingkungan pendidikan menyenangkan bagi mereka (Bowman, et al., 2010: 54).

Kenyataan di lapangan mengindikasikan bahwa pembelajaran Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Boyolali sudah memenuhi persyaratan pendidikan anak usia dini. Kelebihannya adalah bahwa di sekolah tersebut anak sudah mulai dididik untuk mempunyai karakter tertentu sesuai dengan tujuan sekolah.

Secara umum, perkembangan dunia pendidikan di Negara Indonesia semakin berkembang pesat, termasuk PAUD. Sesuai dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi, kepercayaan masyarakat kita tidak hanya mempercayakan pendidikan dan perkembangan anak hanya melalui lembaga pendidikan saja, malainkan telah melibatkan berbagai profesi lain seperti psikolog, dokter anak, psikiater dan sebagainya. Sehingga pendidikan dan perkembangan jiwa anak semakin mendapatkan perhatian dan pelayanan. Namun kondisi tersebut baru berlaku bagi masyarakat dari kalangan yang mampu saja, sedangkan masyarakat dari golongan ekonomi lemah kurang tersentuh dengan program PAUD.

Banyak kendala menyertai perkembangan PAUD di Indonesia, terutama dalam hal pendanaan di sektor pendidikan PAUD. Tingkat

(7)

Partisipasi Kasar dengan 20 % pada Pendidikan, Indonesia menduduki ranking yang rendah di antara Negara-negara yang berpenghasilan rendah. Pengeluaran biaya pendidikan di Indonesia sangat rendah yaitu 1,3 % GDP (Gross Domestic Product/ Produk Domestik Kasar) pada tahun 2003. Artinya, dari semua pengeluaran, jumlah yang diperuntukkan untuk anak usia dini sangat kecil. Jumlah pengeluaran untuk pendidikan dan perawatan anak usia dini di Departemen Pendidikan Nasional tahun 2010 berjumlah Rp. 124,72 Milyar, yaitu hanya 0,55 % dari anggaran pendidikan. (Anonim: 2011: 25).

Kondisi tersebut menyadarkan bahwa betapa pentingnya penerapan PAUD bagi anak-anak usia dini di Indonesia. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak kendala yang menjadi penghambat penerapan program PAUD di negara ini. Salah satu diantara kendala tersebut yaitu rendahnya tingkat pendidikan para orang tua khususnya ibu sehingga mengakibatkan pula rendahnya kualitas asuhan terhadap anak usia dini. Selain itu, tinggi rendahnya tingkat ekonomi masyarakat akan mempengaruhi kualitas pelayanan dari lembaga/institusi PAUD. Hambatan berikutnya yaitu masih terbatasnya jumlah lembaga PAUD baik dari jalur Formal (Taman Kanak-Kanak/ Radhautul Atfal) maupun dari jalur Non Formal (Kelompok Bermain/ Taman Penitipan Anak) dengan tingkat sebaran di suatu wilayah masih belum merata dibanding dengan sasaran PAUD itu sendiri. Hambatan terakhir yaitu masih rendahnya kualitas guru/ pendidik PAUD yang belum memenuhi standar minimal yaitu untuk menjadi pendidik PAUD harus berijasah minimal setara dengan program D-2 PGTK (Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak). Semakin meningkat kualitas guru, maka akan meningkat pula kualitas proses pengajaran dan kualitas peserta didik (Rahardjo, 2006: 7).

(8)

Terkait hal tersebut di atas, tujuan PAUD tidak hanya untuk memenuhi hak asasi anak untuk memperoleh pendidikan sedini mungkin, melainkan juga untuk memberikan landasan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam segala aspeknya, baik aspek ketrampilan, sosial, akademik, dan moral (Rochaety, 2006: 32). Oleh karena itu pembelajaran PAUD harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan peserta didik.

Perkembangan anak usia TK yang terentang antara usia empat sampai dengan enam tahun merupakan bagian dari perkembangan manusia secara keseluruhan. Perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan fisik dan motorik, kognitif, sosial emosional, serta bahasa. Dilihat dari tahapan menurut Piaget, anak usia TK berada pada tahapan praoperasional, yaitu tahapan di mana anak belum menguasai operasi mental secara logis (Desmita, 2005: 6). Periode ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol-simbol. Melalui kemampuan tersebut anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal.

Prinsip-prinsip perkembangan anak meliputi: (1) anak berkembang

secara holistik, (2) perkembangan terjadi dalam urutan yang teratur, (3) perkembangan anak berlangsung pada tingkat yang beragam di dalam dan

di antara anak, (4) perkembangan baru didasarkan pada perkembangan sebelumnya, (5) perkembangan mempunyai pengaruh yang bersifat kumulatif (Seefeldt dan Wasik, 2008: 14). Prinsip-prinsip perkembangan anak tersebut memberikan implikasi bagi pendidik dalam menentukan tujuan, memilih

(9)

bahan ajar, menentukan strategi, memilih dan menggunakan media, serta mengevaluasi perkembangan dan mendukung belajar anak secara optimal.

Mengacu pada prinsip perkembangan anak tersebut, maka praktik pembelajaran yang berorientasi perkembangan menekankan pada hal-hal sebagai berikut: (1) anak secara holistik, (2) program pendidikan yang bersifat individual, (3) pentingnya kegiatan yang diprakarsai anak, (4) fleksibel, lingkungan kelas menstimulasi anak, (5) pentingnya bermain sebagai wahana belajar, (6) kurikulum terpadu, (7) belajar melalui bekerja, (8) memberikan pilihan kepada anak tentang apa dan bagaimana caranya belajar, (9) penilaian bersifat kontinu, dan (10) bermitra dengan orang tua untuk mendukung perkembangan dan belajar anak (Krogh dan Slentz, 2011: 46).

Prinsip lain yang harus menjadi perhatian dalam penyelenggaraan PAUD adalah bahwa pendidikan anak usia dini harus mampu merangsang munculnya kreativitas dan inovasi. Kreativitas dan inovasi tercermin melalui kegiatan yang membuat anak tertarik, fokus, serius, dan konsentrasi. Langkah ini menurut Johnson dapat dilakukan dengan cara “Include learning which is practical and exploratory, with motivating experiences, so that they develop understandings, skills and important attitudes” (Johnson, dalam Krogh dan Slentz, 2011: 59).

Salah satu penyelenggara PAUD yang dipandang memenuhi karakteristik tersebut di atas dalam pembelajarannya adalah TK Negeri Pembina Boyolali. TK tersebut merupakan TK Negeri pertama yang ada di Boyolali dan berdiri sejak tahun 1995.

(10)

Sebagai TK Negeri yang pertama berdiri di Boyolali, lembaga ini mempunyai keunggulan dibandingkan dengan lembaga-lembaga sejenis lain yang ada di Boyolali. Keunggulan yang dimiliki lembaga tersebut menjadi salah satu daya tarik bagi orang tua untuk menitipkan putra-putri mereka untuk dididik di lembaga tersebut.

Perkembangan jumlah peserta didik yang sangat pesat tersebut ternyata tidak diimbangi dengan jumlah tenaga pendidik yang memadai. Hal tersebut berdampak pada tingginya rasio antara pendidik dengan peserta didik yang ada, sehingga satu orang pendidik harus mengawasi anak didik yang cukup banyak. Kondisi tersebut pada gilirannya mengakibatkan pendidik tidak dapat memberikan perhatian terhadap peserta didik secara optimal.

Keunggulan lain yang dimiliki oleh TK Negeri Pembina Boyolali adalah bahwa lembaga ini menerapkan kegiatan pembiasaan yang mendorong peserta didik untuk hidup sehat dan mandiri. Berdasarkan hal ini, maka pembelajaran yang dilakukan sudah terencana dengan sistematis. Berangkat dari hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengelolaan pembelajaran di TK Negeri Pembina Boyolali dengan harapan bahwa hasil yang diperoleh dapat dijadikan percontohan bagi lembaga-lembaga PAUD lainnya.

B. Fokus Penelitian

Mengacu pada latar belakang penelitian tersebut di atas, maka fokus utama dalam penelitian ini adalah: “Karakteristik pengelolaan pembelajaran

(11)

Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Boyolali?” Fokus tersebut selanjutnya dapat dijabarkan ke dalam sub fokus sebagai berikut:

1. Karakteristik kurikulum pembelajaran Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Boyolali.

2. Karakteristik evaluasi pembelajaran Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Boyolali.

3. Karakteristik setting kelas pembelajaran Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Boyolali.

4. Karakteristik aktivitas mengajar Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Boyolali.

5. Karakteristik aktivitas belajar Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Boyolali.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus utama yang dibahas dalam penelitian ini, maka tujuan umum dari penelitian adalah untuk mendeskripsikan karakteristik pengelolaan pembelajaran Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Boyolali. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan karakteristik kurikulum pembelajaran Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Boyolali.

2. Untuk mendeskripsikan karakteristik evaluasi pembelajaran Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Boyolali.

3. Untuk mendeskripsikan karakteristik setting kelas pembelajaran Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Boyolali.

(12)

4. Untuk mendeskripsikan karakteristik aktivitas mengajar Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Boyolali.

5. Untuk mendeskripsikan karakteristik aktivitas belajar Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Boyolali.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat baik yang bersifat praktis maupun teoretis. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pengelola PAUD guna dijadikan sebagai bahan masukan dalam mengembangkan model pembelajaran bagi anak usia dini.

b. Hasil penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat bagi para pendidik PAUD untuk dapat menambah wawasan tentang pembelajaran anak usia dini.

2. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat bermanfaat bagi lembaga penyelenggara PAUD untuk digunakan sebagai bahan pengayaan dalam pengembangan teori-teori dalam pengelolaan PAUD. b. Hasil penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat bermanfaat bagi para pengambil kebijakan untuk digunakan sebagai bahan acuan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan PAUD.

(13)

E. Daftar Istilah

1. Pengelolaan Pembelajaran

Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu tindakan yang dilakukan guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Dalam pengelolaan pembelajaran terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh seorang guru, antara lain meliputi perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar.

2. Anak Usia Dini

Anak Usia Dini adalah sekelompok individu yang berada pada rentang usia antara 0 – 8 tahun. Anak usia dini dikelompokkan dalam tipe kelompok sebagai berikut: (1) Kelompok bayi 0 – 12 bulan; (2) Kelompok bermain ; 1 – 3 tahun; (3) Kelompok pra sekolah ; 4 – 5 tahun; dan (4) Kelompok usia sekolah ; 6 – 8 tahun.

3. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya. Dikaitkan dengan pembelajaran, maka evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan penilaian dan pengukuran hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan.

(14)

4. Setting Kelas

Setting kelas adalah pengaturan lingkungan fisik dalam ruangan kelas sehingga dapat menjadikan suasana belajar menjadi aktif. Pengaturan tersebut mencakup pengaturan dekorasi interior kelas perlu dirancang sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar secara aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

5. Aktivitas Mengajar

Aktivitas guru dalam mengajar adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh guru selama mengajar. Aktivitas tersebut diawali dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

6. Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas siswa dalam belajar adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas-aktivitas: a) Visual activities; b) Oral activities; c) Listening activities; d) Writing activities; e) Drawing activities; f) Motor activities; g) Mental activities; dan h) Emotional activities.

7. Kurikulum TK

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penggalan percakapan di atas, topik yang dibicarakan oleh pembicara pertama adalah “Ema yang tidak pernah masuk kuliah”, sedangkan pembicara kedua membicarakan

Warna merupakan salah satu unsur grafis dan dibagi menjadi 3 kelompok menurut jenisnya, yaitu warna primer (merah, kuning, biru), warna sekunder (hijau, kuning

Mulai dari cara pandang yang baru terhadap sumber daya manusia yang ada sampai kepada peningkatan kualifikasi dan spesifikasi sumber daya manusia yang diperlukan serta

Kemudahan akses adalah salah satu dimensi kualitas, untuk mengukurnya didekati dengan indikator persentase kepuasan konsumen terhadap pelayanan data BPS sebesar 95, tingkat capaian

Nilai R/C atas biaya tunai pada usahatani ubi jalar secara tumpangsari dengan jagung manis di Desa Gunung Malang sebesar 2,24, yang berarti bahwa setiap Rp 1.000,00 biaya

Dari hasil diatas dapat dilihat sebaran 16 tipe kepribadian MBTI, di mana mayoritas mahasiswa adalah Extrovert sekitar 60,31% ini berarti mereka adalah mahasiswa-mahasiswa yang

Dari beberapa permasalahan tersebut, dapat diasumsikan bahwa Perpustakaan STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh masih terdapat ketidakpuasan dan belum sesuai

Hasil verifikasi tersebut akan menjadi patokan kebutuhan riil dosen tetap yang dibutuhkanb oleh perguruan tinggi pada tiap Program Studi (Prodi) dan dihitung