• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Jama'ah Terhadap Pengajian Kitab Fikih Shalat Di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Jama'ah Terhadap Pengajian Kitab Fikih Shalat Di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB

FIKIH SHALAT DI MASJID RIYADHUL JANNAH

GUNUNG PUTRI BOGOR

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (s.sos.i)

Oleh

M. Firmansyah R

NIM: 103052029856

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skrpsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bogor, Januari 2008

(3)

RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB

FIKIH SHALAT DI MASJID RIYADHUL JANNAH

GUNUNG PUTRI BOGOR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

M. Firmansyah R NIM: 103052029856

Di Bawah Bimbingan

Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. NIP: 150 299 324

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT DI MASJID RIYADHUL JANNAH GUNUNG PUTRI BOGOR telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 27 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sosial Islam (S.Sos.I) pada program studi Bimbingan PEnyuluhan Islam.

Jakarta, 27 Maret 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Murodi, MA. Dra. Sukmayeti, NIP: 150 254 102 NIP: 150 234 867

Anggota,

Penguji I Penguji II

Drs. M. Lutfi, MA. Dra. Nasichah, MA NIP: 150 268 782 NIP: 150 276 298

Pembimbing

(5)

ABSTRAK

M.FIRMANSYAH R

RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT DI MASJID RIYADHUL JANNAH GUNUNG PUTRI BOGOR

Ibadah shalat merupakan suatu bentuk pengabdian seorang hamba terhadap Sang Pencipta Allah SWT. dengan mengagungkan-Nya akan mendatangkan rasa takut dan menumbuhkan rasa kebesaran dan keesaan-Nya serta dengan khusyu berharap akan ridha-Nya yang terdiri atas perbuatan dan perkataan yang dimulai dengan takbir serta diakhiri dengan salam dan juga berdasarkan syarat dan rukun tertentu. Dan ketika seorang hamba melakukan kewajibannya kepada sang Khalik ia sudah tahu secara jelas melaksanakan kewajibannya, dan tidak lagi merasa sekedar formalistik dan merasa sebagai suatu ritual belaka. Oleh karena itu, aktifitas keagamaan yang ada disebuah lembaga seperti pengajian kitab fikih shalat yang diadakan di Masjid Riyadhul Jannah menimbulkan respon yang sangat positif kepada para jama’ah pengajian di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon para jama’ah terhadap pengajian kitab fikih khususnya mengenai Ibadah shalat yang diadakan di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor. Penelitian ini membahas tentang berbagai respon para jama’ah terhadap pengajian kitab fikih shalat yang terdiri atas perasaan jama’ah dalam merespon keberadaan pengajian kitab fikih shalat, komentar para jama’ah mengenai materi yang disampaikan, keaktifan para jama’ah mengikuti pengajian, serta minat para jama’ah terhadap pengajian kitab fikih shalat.

Subjek yang diteliti yaitu para jama’ah Masjid Riyadhul Jannah yang aktif mengikuti pengajian kitab fikih Dan objek yang diteliti yaitu respon para jama’ah terhadap pengajian kitab fikih shalat yang diadakan di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan Stratified random sampling. Pengumpulan data di lakukan dengan metodologi penelitian lapangan yang memuat pertanyaan tertulis dalam bentuk angket dan pengamatan langsung di lapangan.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Sang Pencipta alam semesta Allah SWT Yang Maha Suci. Dzat yang menyelimuti tujuh petala langit dan tujuh lapis bumi. atas karunia-Nya yang dianugerahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sesuai dengan harapan.

Untaian puspita salam kesejahteraan penulis sanjungkan ke pangkuan sang pelita alam cahaya bagi seluruh alam, imaamul anbiyaa wal mursaliin, Nabi Muhammad SAW yang menerangi dunia dengan risalah-risalah yang diembannya. Semoga kita dihujani rahmat Allah SWT dan dijauhkan dari murka-Nya, Amin.

Selanjutnya, dalam penyelesaian skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Murodi, M.A., sosok dekan yang disiplin, visioner dan dekat dengan mahasiswa. Para Pembantu Dekan : Drs. Arief Subhan, M.A., Drs. H. Mahmud Jalal, M.A., dan Study Rizal LK, M.A., serta segenap dosen dan staf Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Jazaakallahum khairan katsiraa.

(7)

3. Dosen pembimbing Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A., Subhanallah, penulis bersyukur mendapat pembimbing seperti beliau. Dengan kesabarannya, keikhlasannya, selalu membimbing, mengkritik, memotivasi anak didiknya dengan baik. Jazaakallahum khairan katsiraa. 4. Pimpinan dan staf karyawan perpustakaan dakwah dan komunikasi serta

perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ayahanda Muhammad Ilyas dan Ibunda Sopinah, terima kasih atas nilai-nilai agama yang telah ditanamkan sejak kecil hingga ananda dewasa. Yaa…Allah semoga hambamu ini menjadi anak yang berbakti kepada

mereka. Amien.

6. Kakak-kakakku tercinta Mba Happy, Mba Ani, Mas Dino, Mba Anah, Abang, yang selalu memberikan support dan motivasi kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

7. Adikku tersayang adinda Nurul Cahya Islami, you are my motivation. 8. Terkasih adinda tersayang Nona Utami Ning Ayu, serta My Little Angel,

Nafissa Putri, kalian adalah inspirator dan semangat abi.

9. All my best friend, kawan-kawan BPI angkatan 2003, dan 2004 thanks for your support, dan juga telah menorehkan kisah indah tiada akhir.,

10.Kawan-kawan OG.El-Hanafiyah, yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis.

(8)

kasih atas segalanya. Mohon maaf dibukakan pintu maaf bila ada kata yang salah, perbuatan dan sikap yang tidak berkenan dihati. Semoga Allah SWt membalas segala kebaikan kalian semua.

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………... i

KATA PENGANTAR………. ii

DAFTAR ISI……… v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah………. 7

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian………... 7

D. Tinjauan Pustaka………. 8

E. Metodologi Penelitian………. 8

F. Sistematika Penulisan……….. 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Respon……..……….. 12

B. Pengajian Kitab Fikih Shalat………. 14

1. Pengertian Pengajian………. 14

2. Pengertian Kitab Fikih Shalat…...……… 16

3. Fungsi Ibadah Shalat……… 22

4. Tujuan Ibadah Shalat……… 24

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. MASJID RIYADHUL JANNAH GUNUNG PUTRI BOGOR……… 27

1. Sejarah Berdirinya……….. 27

2. Program Kerja ……… 29

3. Susunan Pengurus DKM……… 30

4. Sarana dan Prasarana………. 32

(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Kegiatan Pengajian Kitab Fikih Shalat……….. 35 B. Analisis Respon Jama’ah Terhadap Pengajian Kitab

Fikih Shalat di Masjid Riyadhul Jannah

Gunung Putri Bogor...………… 38

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……… 46 B. Saran………. 48

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sejarah penyebaran agama Islam, ibadah shalat merupakan hal yang utama yang diserukan oleh Rasulullah SAW kepada umat manusia setelah iman. Dalam peningkatan ibadah shalat, seorang guru atau ustadz dalam hal ini harus berusaha menanamkan pengertian dan kesenangan melaksanakan atau menunaikan ibadah shalat kepada para jama’ah agar benar-benar mengerti dan memahami serta dapat melaksanakannya secara baik dan benar. Para jama’ah dapat meningkatkan dan memberikan motivasi beribadah kepada lingkungan keluarga, dan masyarakat untuk mempelajari ilmu agama. Sehingga terwujudlah suasana kehidupan yang agamis. Mengerjakan ibadah shalat merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada Allah SWT untuk meningkatkan keimanan. Dan sebagai pengikut nabi Muhammad SAW, diwajibkan menjalankan shalat lima waktu sehari semalam.

(12)

penganutnya dan umat manusia pada umumnya adalah salah satunya dengan diadakannya pengajian. Aktivitas pengajian kitab fikih shalat ini dilakukan sebagai wujud kepedulian pengurus Masjid Riyadhul Jannah terhadap masyarakat sekitar. Pengajian kitab fikih shalat bertujuan untuk mempengaruhi dan mentransformasikan sikap batin dan perilaku warga masyarakat menuju terbentuknya tatanan keshalehan individu dan kolektif. Pengajian kitab fikih ini sarat dengan pesan-pesan keagamaan dan sosial serta merupakan salah satu sarana penyampaian risalah yang di emban Nabi SAW. dalam penyebaran agama Islam

Dalam konteks itulah relevansi pengajian kitab fikih sebagai solusi permasalahan umat, karena didalamnya penuh dengan nasehat, pesan keagamaan dan sosial serta teladan yang mengajak masyarakat untuk menghindari diri dari hal-hal yang negatif dan menggantinya dengan hal-hal yang positif dalam ridha Allah SWT. Relevansi itu semakin signifikan apabila kegiatan pengajian mempunyai respon yang positif kepada semua lapisan masyarakat sekaligus dapat menyentuh aspek akal dan rohaninya. Kemampuan professional dalam penyampain materi kajian semakin dituntut karena bukan saja masyarakat yang semakin kritis, disamping itu juga memiliki permasalahan yang cukup kompleks sebagai akibat dari pengaruh informasi global yang pesannya sarat dengan nilai-nilai yang dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat.1

Akibat dari berbagai pengaruh tersebut, respon setiap jama’ah beraneka ragam, berkaitan dengan pemahaman dan pengalaman ajaran agama serta respon jama’ah, maupun yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya, keluarga dan sebagainya. Pemahaman agama yang

(13)

dangkal di kalangan umat dapat berakibat pada kurangnya aktivitas beribadah apalagi ditambah dengan rendahnya keinsyafan dan kesadarannya, sehingga tidak mempunyai pedoman nilai-nilai dan moral dalam hidupnya. Selain itu, pemahaman agama yang dangkal (kurang) dapat pula berakibat pada tipisnya penghayatan dalam pengalamannya, karena sekalipun anggota umat aktif beribadah karena fanatisme keagamaannya tinggi, namun tidak banyak membawa pengaruh (atsar) kepada perilakunya. Sebab dapat diduga bahwa pelaksanaan ibadahnya hanya bersifat formalistik dan ritualistik.2

Ibadah shalat merupakan amal yang paling utama yang harus dilakukan oleh umat Islam karena shalat merupakan amal ibadah yang pertama kali dihisab pada hari kiamat nanti. Ibadah kepada Allah SWT memiliki tiga pilar utama yang tidak dapat ditinggalkan, yaitu; Cinta (hubb), Takut (khauf) , dan Harapan (raja'). Beribadah atau menghamba kepada Allah SWT harus dilandasi dengan tiga pilar utama ini. Kedudukan shalat dalam Islam sangat penting sekali, shalat yang wajib dikerjakan ialah shalat lima waktu dalam sehari semalam. Shalat tersebut harus dikerjakan secara terus menerus sesuai dengan waktunya. Ibadah shalat merupakan suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.3 Shalat merupakan refreshing dan membebaskan diri dari berbagai kesibukan dan suka duka kehidupan untuk menghadap Allah SWT dengan khusyu, tunduk, ruku dan sujud. Membaca dan mendengar kalam Allah, membaca tasbih, mengagungkan, memohon ampunan dan berdo’a kepada Allah SWT. Seolah-olah shalat merupakan tangga bagi ruh

2Ibid., h. 75.

(14)

untuk menemui Allah dan menghindari daya tarik bumi serta fitnah-fitnah kehidupan.

Siapa yang melakukan shalat dengan hati yang jernih dan niat yang ikhlas Allah akan melimpahkan ketenangan, rahmat, cahaya, dan hidayah-Nya sehingga dapat membantu pelakunya untuk menghadapi liku-liku kehidupan dengan tenang dan mantap. Tidak ada kegelisahan, katakutan, kegundahan, dan kelemahan. Ia terlindungi dari fitnah, perbuatan keji, kemungkaran dan bisikan-bisikan setan. Ia berada dalam perlindungan dan pemeliharaan Allah, merasa selalu bersama Allah ke manapun ia pergi dan dimanapun ia tinggal tenang di sisi Allah, bertawakal kepada-Nya dalam melaksanakan perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya komitmen dengan aturan-Nya tanpa ragu.4

Pada masa Rasulullah SAW. Banyak sekali permasalahan yang ditanyakan para sahabat kepada beliau, mulai dari masalah kehidupan sehari-hari sampai dengan masalah yang sangat urgen (penting) yaitu mengenai ibadah shalat. Karena umat Islam pada waktu itu belum mengetahui secara jelas tentang bagaimana tata cara pelaksanaan ibadah shalat.

Dalam konteks pemahaman ajaran agama khususnya mengenai ibadah shalat dikalangan umat tampaknya masih terdapat ketimpangan-ketimpangan yang memerlukan islah (perbaikan) sebagai permasalahan umat.

Untuk menghadapi problematika umat yang ditimbulkan oleh arus informasi global hendaknya kegiatan pengajian dapat mengimbanginya dengan informasi ajaran Islam.5 Maka, untuk menyampaikan/menginformasikan ajaran agama dalam rangka mencerdaskan umat dalam memahami ajaran agama, para

(15)

da’i perlu mempelajari keadaan masyarakat dan mencari hal yang bisa menarik bagi masyarakat dan menumbuhkan minat masyarakat untuk mempelajari dan mengikuti ajaran agama dengan tanpa adanya kesalahpahaman dan paksaan.

Kegiatan pengajian kitab fikih dalam rangka meningkatkan pemahaman ajaran agama umat Islam mengenai ibadah shalat adalah mengkaji dan mempelajari karya-karya ulama yang penuh dengan hikmah dan moral. Sebagaimana di ketahui bahwa ulama adalah sesuatu yang sangat penting dari pada gelar kyai atau apapun, karena kesan terhadap kata “kyai” adalah guru di suatu pondok pesantren atau tokoh agama dalam suatu masyarakat, namun ulama adalah seseorang yang memiliki kriteria : memiliki ilmu akhirat dan ilmu agama dengan kadar yang cukup mendalam, tekun ibadah, baik yang wajib maupun yang sunnah, zuhud, mengerti kemaslahatan masyarakat, peka terhadap kepentingan umum, dan mengabdikan seluruh ilmu dan amalnya demi dan karena Allah SWT.6

Melalui karya-karya ulama hendaknya sebagai seorang muslim kita cinta terhadap karya-karya para ulama. Di antara karya-karya para ulama adalah kitab-kitab klasik, namun karena tidak semua masyarakat paham apalagi untuk mempelajari/membaca sendiri, maka untuk mempelajarinya diperlukan seorang guru yang ahli dalam bidangnya, dan karena kitab-kitab klasik (yang berbahasa arab) yang biasa disebut dengan “kitab kuning”. Kitab kuning adalah kitab-kitab karangan ulama salaf yang hidup ratusan tahun yang lalu, dan kini umat sudah mengalami zaman yang berbeda, maka untuk mengaktualisasikan isinya perlu

(16)

adanya pengkajian secara kritis dan metodenya adalah dengan pembacaan kitab yang dipandu oleh seorang guru kemudian dibuka forum tanya jawab dalam bentuk As-Ilan wa Ajwibah (Tanya-jawab). merupakan salah satu media untuk melakukan interaksi antara da’i dan jama’ah (mad’u), utamanya tatkala ada perbedaan pendapat dalam memahami suatu permasalahan.

Karenanya jika seorang da’i mampu menguasai tata cara penyampaian materi dengan baik dan etika dalam kegiatan pengajian maka ia akan dapat memperoleh hasil yang memuaskan.7 Sehingga diharapkan dari metode ini tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami ajaran Islam dan yang lebih penting lagi dari metode ini, kebutuhan umat dalam menyikapi dan menjawab tantangan zaman itu mampu dicari jalan keluarnya.

Keberadaan pengajian yang dilanjutkan dengan forum tanya jawab dengan nara sumber yang profesional, dan para jama’ah yang bersifat plural, baik dari latar belakangnya, tingkat pendidikan, maupun usianya mampu berjalan dengan baik. Dan dari perbedaan seperti itu tentunya sangat mempengaruhi respon para jama’ah terhadap pengajian kitab fikih yang berbeda dari segi tingkat pemahamannya dalam memahami ajaran Islam. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan sesuai dengan hal itu berkembang pula permasalahan yang dihadapi terutama dalam hal ini masalah-masalah fikih di antaranya permasalahan ibadah shalat. Kegiatan pengajian kitab dimaksudkan agar para jama’ah yang mengikuti forum ini dapat mengetahui dan menjalankan secara jelas dan benar mengenai tata cara ibadah shlat.

(17)

Dari fenomena di atas, maka penulis mencoba untuk meneliti dan menggali lebih dalam mengenai keberadaan pengajian yang dilaksanakan di masjid Riyadhul Jannah tersebut terhadap respon para jama’ah mengenai pengajian kitab fikih, dimana pengajian tersebut tetap dipertahankan oleh pengurus Masjid Riyadhul Jannah tanpa mencari alternatif lain dan jama’ah pun semakin bertambah walaupun secara evolusi, dengan mengambil judul:

RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT DI MASJID RIYADHUL JANNAH GUNUNG PUTRI BOGOR

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk lebih spesifik lagi dan tujuan yang akan dicari dari penelitian ini tercapai dengan baik dan jelas, maka peneliti akan lebih memfokuskan pada respon mengenai kegiatan pengajian kitab fikih para jama’ah Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor terhadap ibadah shalat wajib 5 waktu dan shalat sunnah rawatib (qabliyah-ba’diyah).

2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana respon para jamah Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor terhadap pengajian kitab fikih shalat ?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

(18)

Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor terhadap pengajian kitab fikih yang memhas tentang ibadah shalat.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut : a. secara teoritis, memperluas wawasan dalam menerapkan teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah di

Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.

b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan untuk pertimbangan dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi pihak masjid dan bagi fakultas.

D. Tinjauan pustaka

Setelah menelaah berbagai karya ilmiah, penulis menemukan salah satu karya ilmiah yang hampir sama dengan penulis teliti yaitu dengan judul “Pengaruh Pengajian Qira’atul Kutub Dialogis Masjid Fathullah Terhadap Pemahaman Agama Para Jama’ah”, skripsi merupakan karya ilmiah Nanang Syairozy.

Dari skripsi di atas peneliti menekankan bahasannya adalah bagaimana pengaruh kajian tafsir terhadap pemahaman agama para jama’ah di Masjid Fathullah. Sedangkan dalam skripsi ini penekanannya adalah bagaimana pengaruh pengajian kitab fikih shalat dari segi respon para jama’ah di Masjid Riyadhul Jannah Gunung putri Bogor. E. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah penelitian field research, yaitu Pengumpulan data dilakukan dengan metode pertanyaan tertulis dalam bentuk angket dan pengamatan langsung di lapangan. Kemudian dengan menggunakan stratified random sampling, penulis menganalisis data dan juga setelah membaca buku-buku penunjang (data sekunder) dari penggabungan dengan data hasil lapangan.

(19)

Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007 dengan beberapa perubahan sesuai dengan petunjuk dosen pembimbing.

1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dilapangan, penulis menggunakan beberapa teknik yaitu :

a. Observasi, penulis terlibat langsung dalam kegiatan penelitian dilapangan dan mencari data-data lain sebagai penunjang.

b. Wawancara, penulis melakukan wawancara kepada pengurus Masjid Riyadhul Jannah dan nara sumber kajian Fikih serta mencari informasi tambahan dari para jama’ah.

c. Angket, penulis menyebarkan angket dan memberikan sejumlah pertanyaan kepada responden untuk memperoleh informasi yang ada kaitannya dengan masalah yang teliti.

2. Teknik Pengumpulan Sampel dari Populasi

Sampel merupakan perwakilan dari populasi. Populasi adalah keseluruhan unit sampel yang akan diteliti, pengambilan sampel penulis menggunakan teknik random atau sample acak, untuk itu penulis hanya mengambil 30 responden yang aktif dalam pengajian kitab fikih yang di adakan di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor.

a. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian

(20)

Waktu penelitian

Penelitian ini dimulai sejak tanggal 3 Desember (Ahad malam senin) 2007 sampai dengan 24 Februari 2008.

b. Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan proses penjelasan data untuk lebih dianalisis dan diinterpretasikan. Dalam pengolahan dan penganalisaan data tersebut dilakukan cara :

1) Tabulasi data (data disusun secara rinci ke dalam table frekuensi) 2) Hasil penelitian ini menggunakan rumus :

P = F x 100 % N

Keterangan :

P = Persentase yang dicari F = Frekuensi

N = Number of case ( jumlah yang dianalisa ) Hasilnya dalam bentuk tabulasi tunggal

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini disesuaikan dengan pokok masalah yang akan diteliti. Pembahasan skripsi ini dibagi dalam 5 bab, tiap-tiap bab dibagi lagi dalam sub-bab, dengan sistematika sebagai berikut :

(21)

Bab II : Mengungkapkan tentang tinjauan teoritis yang terdiri dari pengertian respon, pengajian kitab fikih shalat ; pengertian pengajian. pengertian kitab fikih shalat, fungsi ibadah shalat, tujuan ibadah shalat dan manfaat pengajian kitab fikih shalat.

Bab III : Gambaran umum tentang masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor; terdiri dari sejarahnya, lokasi masjid, susunan kepengurusan, program kerja DKM serta sarana, dan prasarana.

Bab IV : Hasil Penelitian Dan Analisis; terdiri dari kegiatan pengajian kitab fikih shalat yang kemudian penulis analisis respon tersebut dalam pengamalannya.

Bab V : Merupakan bagian penutup dari skripsi ini yang menyajikan kesimpulan tentang pembahasan-pembahasan yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya untuk selanjutnya memberikan saran-saran.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

(22)

Dalam kamus besar ilmu pengetahuan disebutkan bahwa respon adalah reaksi psikologis metabolik terhadap tibanya suatu rangsangan, ada yang bersifat otomatis seperti refleks dan reaksi emisional langsung, adapula yang bersifat terkendali.8 Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa respon adalah tanggapan, reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau suatu peristiwa yang terjadi.9

Dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer disebutkan bahwa respon adalah tanggapan atau reaksi.10 Sedangkan menurut Poerwadaminta respon diartikan sebagai “tanggapan reaksi dan jawaban”.11 Respon akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi.

Menurut Ahmad Subandi, mengemukakan respon dengan “istilah umpan balik (feed back) yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik tidaknya suatu komunikasi”.12 Dengan adanya respon yang disampaikan oleh jama’ah kepada da’i atau dari komunikan kepada komunikator, akan meminimalisir kesalahan penafsiran dalam sebuah proses sumber dakwah. Para ahli bahasa dalam penafsiran respon atau satu dengan lainnya berbeda. Tetapi walaupun para ahli tersebut berbeda-beda dalam mendefinisikan tanggapan semuanya mempunyai titik kesamaan, yaitu mengartikan respon sebagai tanggapan dan jawaban. Jadi antara respon, tanggapan, ataupun jawaban muncul disebabkan oleh karena adanya suatu gejala atau peristiwa yang mendahuluinya. Sehubungan dengan adanya stimulus, khususnya terhadap khalayak tentu akan

8

Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan¸ (Jakarta : Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997), h. 964.

9

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), h. 838. 10 Peter Salim dan Yenny Salim., Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta : English Modern Press, 1991), h. 1268.

(23)

muncul sebagai respon atau tanggapan terhadap apa yang dilihat, dengar atau rasakan.

[image:23.595.112.512.278.537.2]

Secara umum tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari pengamatan. Jadi pengertian tanggapan adalah gambaran ingatan dari pengamatan. Menurut Abu Ahmadi menjelaskan arti tanggapan sebagai berikut “tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan objek yang telah diamati tidak lagi berada didalam ruang waktu pengamatan. Jadi jika proses pengamatan sudah berhenti hanya kesannya saja peristiwa tersebut sebagai tanggapan”.13

Menurut Agus Sujanto tanggapan adalah “pengamatan yang tinggal kesadaran kita yang sedang menanti”.14 Lebih rinci lagi Agus Sujanto mengemukakan macam-macam tanggapan sebagai berikut :

1. Tanggapan menurut indra yang diamati, yaitu :

a. Tanggapan audit adalah tanggapan terhadap apa-apa yang telah didengarnya, baik berupa suara, ketukan dan lain sebagainya.

b. Tanggapan Visual adalah tanggapan terhadap sesuatu yang dilihat. c. Tanggapan perasa adalah tanggapan sesuatu yang dialami oleh dirinya.15 Menurut teori yang dikemukakan oleh stellen Mchaffe respon dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang dipahami atau dipersepsikan oleh masyarakat.

13

Ahmad Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta : Reneka Cipta, 1992), h. 64.

14

Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta : Aksara baru, 1991), h. 30.

15

(24)

2. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul bila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.

3. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan prilaku nyata, yang meliputi tindakan, kegiatan, atau kebiasaan.16

B. Pengajian Kitab Fikih Shalat 1. Pengertian Pengajian

Pengajian berasal dari kata “kaji” yang berarti pelajaran (terutama dalam hal agama). Pengajian adalah (1) ajaran dan pengajaran, (2) pembacaan Al-Qur’an.17 Kata pengajian ini berbentuk awalan “pe” dan akhiran “an” yang memiliki dua pengertian. Pertama yang berarti pengajaran ilmu-ilmu agama Islam. Yang kedua sebagai kata benda yang menyatakan tempat untuk melaksanakan pengajaran agama Islam. Yang mendalam pemakaiannya banyak istilah yang digunakan seperti dalam bahasa Arab di sebut kuttab, di masyarakat minangkabau di sebut dengan surau dan di masyarakat jawa pengajian. 18

Pengajian merupakan kegiatan yang senantiasa berusaha untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan, meningkatkan ketakwaan dan pengetahuan agama Islam serta kecakapan dalam rangka mencari ridha Allah SWT. dengan demikian pengajian adalah kegiatan Islam yang bercorak sederhana sebagai media penyampaian dakwah Islam yang dilaksanakan secara berkala, teratur dan di ikuti oleh para jama’ah Masjid Riyadhul Jannah.

16

Rahmat Jalaludin, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1999), h. 218.

17

Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), h. 33

18

(25)

Kegiatan pengajian terdapat beberapa elemen di antaranya ialah adanya narasumber atau ustadz, adanya jama’ah, adanya sarana serta materi yang di pelajari. Dan dalam pelaksanaan pengajian yang digunakan dalam penyampaian adalah metode ceramah.

a. Peran Pengajian

Pertama Di lihat dari segi tujuannya, pengajian adalah termasuk pelaksana dakwah sebagai syiar Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Kedua di lihat dari segi strategi pembinaan umat, pengajian merupakan wahana dakwah Islamiyah yangmurni ajarannya.

b. Fungsi Pengajian

1). Fungsi kemasyarakatan, pengajian merupakan salah satu lembaga sosial yang ada di sebuah instansi baik atau di masyarakat, yang turut serta menata keseimbangan dan keselerasan dalam masyarakat baik secara langsung atau tak langsung. Misalnya : menampung zakat, infak dan sadaqah untuk disalurkan demi menyantuni fakir miskin dan anak yatim piatu.

2). Fungsi Pengajian sebagai pengajaran non formal, di mana pengajian itu mengadakan pengajaran yang fungsinya menambah wawasan keislaman. 2. Pengertian Kitab Fikih Shalat

a. Pengertian Kitab

(26)

Sebutab ini mulanya sangat menyakitkan memang, tetapi kemudian nama kitab klasik diterima secara luas sebagai salah satu istilah teknis. Di kalangan masyarakat khususnya pesantren. Untuk menyebut kitab yang sama bahkan karena tidak dilengkapi dengan sandang (syakal), kitab klasik juga disebut oleh kalangan masyarakat awam “ kitab gundul ” dan arena rentang waktu yang sangat jauh dari kemunculannya sekarang, tidak sedikit yang menjuluki kitab klasik dengan kitab kuno.19

Kitab klasik disebut juga dengan kitab korosan, dinamakan kitab korosan karena halaman-halaman kitab tersebut berupa lembaran-lembaran terurai tibdak berjilid masing-masing koras berjumlah delapan halaman. Maksudnya agar memudahkan bagi jama’ah yang mengaji dan cukup membawa korosan yang dipelajari, jadi tidak perlu membawa isi kitab yang sarat dengan halaman-halaman. Namun karena perkembangannya percetakan, maka akhir-akhir ini kitab-kitab klasik tidak selalu dicetak dengan kitab kuning, sudah banyak diantaranya dicetak diatas kertas putih.Demikian juga sudah banyak yang tidak gundul lagi, karena sudah diberi syakal yang merupakan tanda vokal untuk lebih memudahkan membacanya dan sebagian besar telah dijilid rapih dengan kulit yang bagus disertai dengan huruf-huruf yang indah sebagai judul kitab.

Kitab yang demikian ini lazimnya disebut ifranjiyah yang berarti kitab model perancis. Di daerah asalnya yaitu disekitar timur tengah kitab klasik ini disebut Al-kutub Al-qadimah, karena penampilan kitab klasik pada fisiknya telah berubah maka tidak mudah lagi membedakannya dengan karangan-karangan baru

19

(27)

yang biasa disebut Al-kutub al-asliyah. Kini perbedaan tidak lagi terletak pada sisi, sistematika, metodologi dan bahasan serta pengarangnya.20

Perbedaan yang pertama dari yang kedua dicirikan antara lain oleh cara penulisannya yang tidak mengenal pemberhentian, tanda baca dan kesan bahasanya yang berat, klasik dan tanpa syakal (baca sandang fathah, kasrah, dan dhomah). Apa yang disebut kitab klasik pada dasarnya mengacu pada kategori yang pertama yakni Al-kutub Al-qodimah.

Kitab-kitab itu meskipun dari sudut kandungannya konfrehensif dan dapat dikatakan berkualitas secara akademis, tetapi dari sistematika penyajiannya nampak sangat sederhana misalnya pergeseran dari sub topik ke sub topik yang lain, tidak menggunakan alinea baru tapi dengan pasal atau kode sejenis seperti tatimmah, mihimmah, tanbih, far ‘dan lain sebagainya.

Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut kitab klasik adalah kitab-kitab keagamaan yang menggunakan bahasa arab atau bahasa lokal dari Indonesia dengan menggunakan aksara arab yang ditulis oleh para ulama periode klasik dan sesudahnya baik dari timur tengan maupun Indonesia dengan system penulisan pramodern. Kitab-kitab ini memuat tentang ajaran-ajaran dasar islam sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an dan Al- hadist. Ajaran-ajaran Islam yang merupakan hasil dari interpretasi para ulama Islam terhadap ajaran dasar Islam itu dan hal-hal yang datang kedalam Islam sebagai hasil perkembangan Islam dan ajarannya.

b. Pengertian Fikih Shalat

20

(28)

Secara etimologi “fikih” berasal dari kata

ﺎﻬﻘ

-

ﻪﻘ

-

ﻪﻘ

yang berarti

mengerti atau faham”. Dari sinilah ditarik perkataan fikih yang memberi kefahaman dalam hukum syari’at yang sangat dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya.21

Ahli Ushul ( fuqaha ahli ijtihad ) mendefinisikan fikih sebagai berikut : a. Ulama-ulama hanafiah menetapkan bahwa :

ﻦ ﻜ الﺎ ﺎ ﻖ ﻰ اتﺎ ﺟاﻮ اوقﻮﻘ اﻦ اﻮهﻪﻘ ا

“Fikih ialah ilmu yang menerangkan segala hak dan kewajiban yang berhubungan dengan amalan para mukallaf”.22

b. Pengikut-pengikut Imam Syafi’I mengemukakan bahwa :

ﺔ ﺼ اﺎﻬ داﻦ ﻂ ﻨ ﺴ اﻦ ﻜ الﺎ ﺎ ﻖ ﻰ اﺔ ﺮﺸ امﺎﻜ ﻻاﻦ اﻮهﻪﻘ ا

“Fikih ialah ilmu yang menerangkan segala hukum syara yang berhubungan dengan para mukallaf yang dikeluarkan ( diistinbatkan ) dari dalil-dalil yang terperinci”.23

Moh. Rifai mengemukakan definisi fikih menurut syara’ yaitu mengetahui hukum-hukum syara, yang berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf, perbuatan anggota manupun bathin, seperti hukum wajib, haram, mubah, sah atau tidak sahnya sesuatu perbuatan itu.24

Menurut Imam Al-Ghazali fikih adalah “ilmu yang menerangkan hukum-hukum Allah terhadap perbuatan-perbuatan para mukallaf, baik yang wajib, yang

21 A.Syafi’I Karim, Fiqih Ushul Fiqih (Bandung : Pustaka Setia, 1997), h. 11. 22 Hasbi Asshiddiqie, Pengantar Hukum Islam (Jakarta : Bulan Bintang, 1980), h. 24. 23Ibid., h. 25-26.

(29)

haram, yang sunnah, yang makruh, maupun yang mubah. Hukum-hukum itu diterima dari Allah dengan perantaraan Kitabullah, sunnah Rasul dan dari dalil-dalil yang ditegaskan syara’ untuk mengetahui hukum-hukum itu sepeerti qiyas”.25

Sedangkan menurut Ibnu Khaldun fikih adalah “ilmu yang menerangkan hukum-hukum Allah terhadap perbuatan-perbuatan para mukallaf, baik yang wajib, yang haram, yang sunnah, yang makruh, maupun yang mubah. Hukum-hukum itu diterima dari Allah dengan perantaraan Kitabullah, sunnah Rasul dan dari dalil-dalil yang ditegaskan syara’ untuk mengetahui hukum-hukum itu, seperti Qiyas”.26

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, penulis melihat adanya persamaan anatara definisi yang satu dengan yang lainnya bahwa fiqih itu merupakan ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara yang berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf.

Dengan demikian, berarti fikih itu merupakan ilmu atau displin ilmu yang tersusun guna mengetahui ketetapan hukum-hukum Allah yang disyariatkan pada manusia mukallaf yang diambil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah secara terperinci. c. Pengertian Ibadah Shalat

Kata

ةدﺎ

adalah bentuk masdar dari kata

"

"

yang biasa diartikan

antara lain dengan “mengabdi, tunduk, taat, merendahkan diri dan sebagainya”.27 Menurut Ahli lughat mengartikan ibadah dengan taat, menurut, mengikut, tunduk dengan setinggi-tingginya dan dengan do’a. 28

25Ibid., h. 8.

26Ibid., h. 69.

(30)

Menurut Ulama tauhid, ibadah adalah “meng-Esakan dan meng-Agungkan Allah sepenuhnya serta menghinakan diri dan menundukan jiwa kepadanya”.29 Ibadah dalam pengertian ini makhluk sepenuhnya Esakan dan meng-Agungkan Allah dengan cara menghinakan dan menundukan jiwa hanya kepada-Nya.

Menurut Imam Ghazali mengartikan bahwa ibadah adalah “segala bentuk ketaatan yang engkau kerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahalanya di akhirat”.30 Ibadah disini seseorang hanya melakukan suatu perbuatan untuk mencari ridha dan pahala dari Allah untuk bekal di akhirat kelak.

Sedangkan pengertian shalat dalam pengertian bahasa Arab diartikan sebagai “al-du’a (do’a)”, yakni dari kata “shalla, yushalli”, yang berarti

mendo’akan.31 Karena di dalam shalat kita berdo’a atau memohon kepada Allah. Adapun pengertian shalat menurut istilah, para ulama memberikan pengertian yang berbeda-beda

Menurut Sayyid Sabiq mengartikan bahwa, shalat ialah “ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir bagi Allah ta’ala dan disudahi dengan memberi salam”.32 Shalat juga diartikan sebagai “suatu system ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam berdasarkan syarat-syarat dan

28 Hasbi Asshiddiqie, Kuliah Ibadah, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1991 ), h. 1.

29 Ritonga dan Zainudin, Fiqh Ibadah, h. 2. 30Ibid, h.4.

31 Fadh Abdurrahman Bin Sulaiman al-Rumi, Konsep Shalat Mrnurut Al-Qur’an; Telaah Kritis tentang Fiqh Shalat (Jakarta : Firdaus, 1991), h. 3.

(31)

rukun-rukun tertentu. Ia adalah fardu ‘ain atas tiap-tiap muslim yang telah baligh”.33

Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, ia memberikan dua macam pengertian tentang arti shalat, shalat dipandang dari sudut yang berbeda yaitu lahiriah dan ruhaniah, karena menurutnya pengertian shalat yang diungkapkan di atas belum mencangkup pengertian shalat yang sesungguhnya, pengertian shalat tersebut hanya menggambarkan shalat yang dapat didengar dan dilihat saja. Pengertian shalat yang sesungguhnya menurut beliau harus mencangkup dua sudut tersebut.

Secara lahiriah “shalat ialah beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat yang telah ditentukan”.34

Sedangkan secara ruhaniah “shalat adalah berharap kepada Allah SWT dengan sepenuh jiwa, dengan segala khusyu dihadapan-Nya dan berikhlas bagi-Nya, serta hadir hati dalam berdzikir, berdo’a dan memuji”.35 Pada dasarnya pengertian tersebut saling berkaitan antara satu sama lain tidak dapat dipisahkan, karena shalat yang sesungguhnya ialah shalat yang memiliki ruh dan tubuh, tidak hanya ucapan dan perbuatan secara lahiriah saja, melainkan dibarengi dengan akal pikiran.

Dari beberapa pengertian dan ungkapan di atas penulis menarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kitab fikih yang membahas tentang ibadah shalat adalah karya ulama terdahulu (al-kutub al-qadimah) yang berbentuk pengabdian hamba terhadap Allah untuk mengagungkan-Nya dapat mendatangkan

33 Nazarudin Razak, Dinul Islam (Bandung : Al-Maarif, 1996), h. 178.

(32)

rasa takut dan menumbuhkan rasa kebesaran dan keesaan-Nya dengan khusyu serta berharap akan ridha-Nya terdiri dari perbuatan dan perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta berdasarkan syarat dan rukun tertentu.

3. Fungsi Ibadah Shalat

Ibadah shalat mempunyai beberapa fungsi diantaranya menghidupkan kesadaran tauhid serta memantapkannya di dalam hati, menghapus kepercayaan dan ketergantungan kepada berbagai kuasa ghaib yang selalu disembah dan diseru oleh orang musyrik untuk meminta pertolongan.

Melalui ibadah shalat, perasaan takut (khasyyah), haibah dan harap kepada Allah akan meresap ke dalam hati. Inilah ruh ibadah yang sebenarnya dan bukan bentuk perilaku lahir, perbuatan atau ucapan-ucapan.36 Kemudian fungsi lain dari ibadah shalat ialah sebagai penawar paling mujarab bagi kesehatan jiwa, rohani dan fisik manusia serta memberikan ketenangan batin manusia.37

Sebagaimana Firman Allah

(33)

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. ( Q. S. Ar-Ra d/ 13: 28)

Shalat juga dapat berfungsi sebagai:

a. Sarana komunikasi langsung antara hamba dan khaliqnya dan sebagai salah satu sarana untuk mendapatkan kebahagiaan.

b. Merupakan sarana terbesar dalam tazkiyah an- nals (pembesihan jiwa), dan

c. Sarana terbesar utuk mengingat Allah SWT.38 Sebagaimana Firman Allah

Artinya : “Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.(Q.S.Thaha/20:14)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa shalat itu mengingat Allah, memuja, memuji dan memohon doa kepada-nya. Karena dalam shalat itu terjadi hubungan antara manusia dengan tuhan- nya .

Dalam Al-Quran telah dijalaskan bahwa shalat berfungsi untuk mencegah seseorang untuk melakukan perbuatan keji dan mungkar, seperti Firman-Nya

(34)

Artinya: “Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-ankabut/29:45)

Dengan demikian, fungsi shalat dapat memberikan ketenteraman dan ketabahan hati, sehing orang tidak mudah kecewa atau gelisah mentalnya jika menghadapi musibah dan tidak mudah lupa daratan, jika sedang mendapat kenikmatan atau kesenangan.39 Sehingga dapat dipahami bahwa fungsi ibadah shalat adalah untuk mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar. Karena dengan shalat manusia senantiasa akan merasakan ketenangan hati dan jiwa sehingga dia mempunyai sandaran hidup yang pasti.

4. Tujuan Ibadah Shalat

Allah SWT menciptakan manusia dari makhluk Allah yang lainnya, yakni untuk mengabdi ( beribadah ) kepada Tuhan-Nya. Karena dengan beribadah itu Allah akan mengangkat manusia kepada derajat yang tinggi, dalam

penghidupannya di dunia dan keberuntungan di hari kemudian. Untuk mencapai derajat ketinggian itu dalam berbagai lapangan kehidupannya, baik lahir ataupun batin, perlulah manusia itu mengikuti perintah Allah dan menjalankan

(35)

Nya dengan sepenuh hati dan inilah yang dimaksud dengan perkataan “memuja kepada Allah SWT”.

Apabila manusia diciptakan hanya untuk menyembah dan beribadah kepada Allah, maka setiap orang perlu mengetahui pengertian hakikat dari

beribadah tersebut agar ia dapat melaksanakannya dengan benar. Selain itu pun ia juga perlu mengetahui fungsi dan tujuan dari ibadah shalat yang dilakukannya.

Ibadah shalat mempunyai tujuan pokok dan tambahan. Tujuan pokoknya adalah menghadapkan diri kepada Allah Yang Maha Esa dan mengonsentrasikan niat kepada-Nya dalam setiap keadaan. Dengan adanya tujuan itu seseorang akan mencapai derajat yang tinggi di akhirat. Sedangkan tujuan tambahannya agar terciptanya kemaslahatan diri manusia dan terwujudnya usaha yang baik.40 Ada tiga macam tujuan ibadah shalat, yaitu :

a. Untuk membuktikan diri kita sebagai hamba Allah SWT b. Untuk membuktikan diri sebagai manusia, dan

c. Untuk membina ketaqwaan dalam diri manusia.41

Tujuan hakiki ibadah shalat adalah menghadapkan diri kepada Allah untuk mengingatkan manusia tentang rasa keagungan akan rasa kekuasaan-Nya dan menunggalkan-Nya sebagai tumpuan harapan dalam segala hal.

Tujuan hakiki dari perintah shalat hanya Allah saja yang benar-benar mengetahuinya, akan tetapi secara umum diketahui dan dipahami bahwa tujuan shalat itu tidak lain kecuali untuk beribadah menyembah-Nya. Dalam Al-Qur’an

40 Lahmudin, Fiqh Ibadah, h. 2.

(36)

terdapat beberapa petunjuk mengenai tujuan shalat yaitu sebagaimana yang dijelaskan dalam surah Ar-Rad/13: 28 berikut:

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. ( Q. S. Ar-Ra d/ 13: 28)

dan juga sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah surah Al-Ankabut/19: 45 berikut:

(37)
(38)
(39)

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. MASJID RIYADHUL JANNAH GUNUNG PUTRI BOGOR 1. Sejarah Singkat Berdirinya Masjid Riyadhul Jannah

Setiap masjid mempunyai sejarah dan latar belakang berdirinya masjid tersebut, begitu juga dengan sejarah berdirinya masjid Riyadhul Jannah, bahwasanya masjid Riyadhul Jannah didrikan pada tahun 1949 dan masjid ini merupakan salah satu masjid tertua yang ada di wilayah desa Tlajung Udik kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Jawa barat. Dan masjid ini didirikan oleh almarhum bapak H. Endi bin Icin.42

Dan tanah yang dibangun untuk pembagunan masjid ini adalah tanah wakaf almarhum. Kemudian sesuai dengan fungsinya keadaan masjid ini sudah banyak mengalami perbaikan atau renovasi sebanyak tiga kali. Renovasi yang pertama pada tahun 1956 yang diketuai oleh Almarhum mantan kepala desa Tlajung Udik yaitu bapak Saitan. Renovasi yang kedua pada tahun 1972 yang diketuai oleh bapak H. Sueb. Dan renovasi yang terakhir pada tahun 1980 yang diketuai oleh almarhum bapak H. Hamim bin Hamad.43 Luas tanah masjid ini adalah 1200 m2.

Masjid Riyadhul Jannah terletak di jalan raya Gunung Putri RT 04 / 07 desa Tlajung Udik kecamatan Gunung Putri kabupaten Bogor.

Dan masjid Riyadhul Jannah ini berbatasan dengan :

42 Wawancara pribadi dengan H. A. Umang (sesepuh Masjid riyadhul Jannah), Bogor, 5 Desember 2007.

(40)

a. Sebelah Timur berbatasan dengan jalan raya gunung putri b. Sebelah Selatan berbatasan dengan SDN 01 dan 03 Tlajung Udik c. Sebelah Barat berbatasan dengan setu Tlajung

d. Sebelah Utara berbatasan dengan tanah milik bapak H. Firman.44

Tujuan didirikannya masjid Riyadhul Jannah adalah untuk memberikan sarana bagi kaum muslimin untuk bisa beribadah dengan khusyu, sehingga hati mereka rindu untuk bisa datang beribadah di masjid, dan bahkan masjid ini pernah menjadi pusat pendidikan formal bagi masyarakat yang ada di wilayah ini. Kemudian juga tujuan lainnya yaitu untuk menciptakan kegiatan-kegiatan Islam di dalam masjid, berupa kegiatan pendidikan dan pengajaran, beberapa kajian Islam dan lain-lain, kesemuanya itu amat berguna bagi kemajuan umat Islam. Diharapkan nantinya masjid ini tidak sekedar berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga untuk kegiatan keislaman lainnya. Kemudian tujuan lain dari masjid ini adalah agar dapat membentuk pribadi muslim yang berbudi luhur, berilmu amaliah, beramal ilmiah, berfikirah islamiyah. Serta mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Dengan diselenggarakannya beberapa kegiatan keislaman di dalam masjid yang diikuti oleh kaum muslimin tua dan muda, maka diharapkan masjid ini bisa ikut ambil bagian dalam menanggulangi kenakalan dan sikap-sikap amoral yang pada akhir-akhir ini semakin tampak jelas dimana-mana. Para generasi muda akan semakin sadar bisa menghayati arti hidup, manakala mereka sering mendekatkan diri ke masjid mengikuti berbagai aktivitasnya.45

44 Wawancara Prbadi dengan M. Ilyas (Sekretaris Masjid Riyadhul Jannah), Bogor, 5 Desember 2007.

(41)

2. Program Kerja Masjid Riyadhul Jannah

Program-program masjid Riyadhul Jannah meliputi beberapa hal yaitu sebagai berikut :

a. visi dan misi masjid

1) Melaksanakan kegiatan pengajian, tabligh, ceramah agama dan diskusi keagamaan

2) Membina jamaah kepada pembentukan akhlak mulia.

3) Memberikan kontribusi dalam proses pembinaan terutama pada upaya memperkokoh landasan spiritual, moral dan etika.

4) Menjadi jembatan antar mazhab dan pemikiran.

5) Menjadi jembatan antara tradisionalisme dan modernisme b. Strategi

1) Membiasakan diri dalam situasi perbedaan pendapat tanpa mempertentangkan.

2) Membangun ukhuwah atau persaudaran antar suku bangsa dan ras. c. Jenis Kegiatan

1) Pengajian Fikih 2) Studi Islam Intensif 3) Pesantren kilat

(42)

d. Materi 1) Fikih 2) Tasawuf 3) Sejarah Islam 4) Tauhid

5) Tafsir Al-Qur’an dan Hadits 6) Nahwu – sharaf

e. Metode Penyampaian ( dakwah ) 1) Metode dakwah bi al-lisan

Metode ini terdiri atas ceramah, dialog ( tanya jawab ), dan lain sebagainya.

2) Metode dakwah bi al –qalam

Metode ini dengan mengeluarkan jurnal dakwah, selembaran, pengumunan dan lain-lain.

3) Metode dakwah bi al-hal

Metode ini yaitu dengan mengadakan pengajian persaudaraan.

3. Susunan Pengurus Masjid Riyadhul Jannah

(43)

SUSUNAN PENGURUS MASJID RIYADHUL JANNAH JL. RAYA GUNUNG PUTRI KECAMATAN GUNUNG PUTRI

BOGOR

Dewan Penasehat

H. A. Umang

Ketua

Chotib

Sekretaris

M. Ilyas

Bendahara

H. Muh. Nur

Ketua Remaja

M. Nurdin

Ketua Pengajian

Misbahudin

Seksi pemeliharaan

Santos

(44)

4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di Masjid Riyadhul Jannah adalah sebagai berikut :

a. Ruang Ibadah

merupakan tempat shalat dengan karpet yang bersih dan bergaris-garis untuk shaf ( barisan shalat ), podium atau mimbar yang enak bagi khatib, mihrab imam, ruang pengaturan sound system ( pengeras suara ).

b. Ruang Wudlu

Sudah jelas bahwa masjid mutlak harus menyediakan ruang wudlu yang bersih untuk pria dan wanita yang tertutup

c. Ruang Sekretariat

kegiatan adminstrasi dansegala hal yang terkait dengan masjid pengelolahannya tentu memerlukan satu ruangan, ruangan ini disebut

dengan secretariat atau kantor masjid. d. Gudang

Masjid tentu saja harus memiliki ruang khusus untuk menyimpan barang-barang yang tidak terpakai atau pemakainnya sewaktu-waktu sehingga penempatan barang-barang itu tidak sembarangan. Ruangan khusus itu adalah gudang. Adanya gudang Insya Allah membuat masjid

(45)

B. PROFIL PARA JAMAAH MASJID RIYADHUL JANNAH Profil para jamaah masjid Riyadhul Jannah adalah seluruh masyarakat yang berada di wilayah desa Tlajung Udik khususnya RT 04 / 07

dan umumnya masyarakat sekitar Tlajung Udik yang terdiri dari jama’ah tetap yaitu jamaah yang rutin datang setiap minggu malam dan

waktu-waktu shalat tiba

[image:45.595.108.517.216.541.2]

Kemudian penulis juga mengklasifikasikan keadaan jama’ah dillihat dari segi Usia dan tingkat pendidikan

Tabel 1 Identitas Usia

No Usia Frekwensi Persentase

1. 2. 3.

18 – 28 34 – 44 55 - 88

5 19

6

17 % 63 % 20 %

Jumlah 30 100 %

Dari tabel di atas dengan identitas usia, 5 responden atau 17 % berusia antara 18 – 28 tahun, 19 responden atau 63 % berusia antara 34 – 44

tahun, dan 6 responden atau 20 % berusia antara 55 – 88 tahun. Berdasarkan data di atas, Pengajian yang diadakan di Masjid Riyadhul Jannah banyak didominasi oleh jama’ah yang berusia 34 – 44

(46)
[image:46.595.107.516.168.524.2]

yang berusia antara 18 – 28 tahun (remaja akhir). Ini berarti bahwa Pengajian ini diikuti oleh sebagian besar pria dewasa.

Tabel 2 Identitas Pendidikan

No Tingkat pendidikan Frekwensi Persentase 1.

2. 3.

SLTP SLTA

PT ( perguruan tinggi }

4 24

2

13 % 80 % 7 %

Jumlah 30 100 %

Dari tabel di atas tingkat pendidikan 2 responden atau 7 % adalah PT ( Perguruan Tinggi ), 4 responden atau 13 % adalah SLTP, dan 24

responden atau 80 % adalah SLTA.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar jama’ah yang mengikuti Pengajian tersebut adalah dari strata pendidikan SLTA dengan jumlah 24 orang atau 80 %. Selebihnya berpendidikan SLTP dan

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Kegiatan Pengajian Kitab Fikih Shalat 1. Bentuk Kegiatan Pengajian Kitab Fikih Shalat

Kegiatan pengajian kitab fikih yang membahas tentang ibadah shalat diadakan sebanyak satu minggu sekali ini berbentuk seperti pendidikan non

formal, dengan metode ceramah dan tanya jawab yang di bagi menjadi dua sesi : Pertama, pembahasan materi. Kedua, tanya jawab. Pengajian ini di pimpin dan dibuka oleh narasumber pengajian kitab fikih tersebut dan pada bagian awal pembukaan para jama’ah di pandu untuk sama-sama membaca

surah Al-Fatihah. Setelah pembukaan, narasumber membaca dan menerangkan isi kitab kuning yang di kaji, dengan waktu yang bersamaan

para jama’ah mendengarkan, menyimak dan mencatat pelajaran atau materi yang disampaikan oleh narasumber (guru). Setelah narasumber

merasa sudah cukup dalam memberi materi maka narasumber

mempersilahkan para jama’ah untuk menanyakan atau memberi tanggapan tentang materi yang dikaji kepada narasumber. Dan biasanya narasumber mempersilahkan empat orang penanya. Dan kemudian narasumber langsung

menjawab pertanyaan tersebut. Setelah sesi tanyajawab selesai maka narasumber memberi kesimpulan dari materi yang disampaikan. Lalu

(48)

2. Waktu, Materi dan Narasumber

Materi dalam pengajian kitab fikih ini bermacam-macam yaitu,

Fathul Qarib, Fathul Mu’in, Fiqhussunnah, dan Syafinah An-Najaah. Dengan

narasumber guru pesantren dan seorang dosen perguruan tinggi agama Islam di Bogor, dan untuk lebih jelasnya bisa di lihat pada jadwal di bawah

ini :

No Waktu Minggu Materi Narasumber

1 2 3 4 18.30-20.30 18.30-20.30 18.30-20.30 18.30-20.30 Pertama Kedua Ketiga Keempat Syafinah An-Najaah Fathul Qarib Fathul Mu’in Fiqhussunnah

K.H. Yahya Suja’i H. Hariri, LC K.H. Yahya Suja’i

H. Hariri, LC

Dari hasil kegiatan pengajian kitab fikih penulis melakukan penelitian melalui penyebaran angket mengenai perasaan jama’ah tentang

[image:48.595.108.517.250.523.2]

diadakannya pengajian kitab fikih di masjid Riyadhul Jannah, maka hasilnya sangat memuaskan dan dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3

Perasaan Jama’ah Terhadap Pengajian KItab Fikih Shalat

NO Perasaan Jumlah Persentase

(49)

2 3 Senang Tidak Senang 16 1 53% 4%

Jumlah

30 100%

Dari 30 responden, 13 responden atau 43 % mengatakan senang sekali, 16 responden atau 53 % mengatakan senang dan hanya 1 responden atau 4 % mengatakan tidak senang. Dengan demikian maka jelas bahwa sebagian besar dari jama’ah sangat senang ketika mendengar keberadaan pengajian kitab fikih dan ini menunjukan respon yang sangat positif, karena persentase responden yang mengatakan senang atau senang sekali itu jauh lebih banyak dari pada persentase responden yang mengatakan tidak senang, hal itu dapat dilihat dari perbandingan antara 53 % dan 4 %, hal ini disebabkan karena narasumbernya cukup kredibel (dapat dipercaya) pengajiannya terjadwal dan sifatnya santai.

[image:49.595.107.518.86.196.2]

Mengenai materi yang disampaikan para narasumber, jama’ah mempunyai komentar mengenai hal itu dan dapat di lihat dari tabel berikut

Tabel 4

Komentar Jama’ah Mengenai Materi

NO Materi Jumlah Persentase

(50)

Jumlah

30 100%

Dari 30 responden, 24 responden atau 80 % mengatakan bahwa materi yang dikaji itu cukup menarik, 2 responden atau 7 % mengatakan kurang menarik, 3 responden atau 10 % menyatakan monoton, dan sisanya yaitu 1 responden atau 3 % mengatakan tidak tahu. Ini menunjukan hal yang positif, karena sebagian besar jama’ah mengatakan materi yang dikaji dalam pengajian kitab fikih itu cukup menarik. Karena dapat menambah pemahaman agama khususnya dalam materi yang sedang dikaji. Keadaan ini tentu akan mempengaruhi sikap perbuatan para jama’ah dalam kehidupan sehari – hari, atau minimal mereka (jama’ah) tahu kalau yang selama ini mereka kerjakan itu tidak benar dan harus mempunyai dasar, sehingga diharapkan perasaan menyesal yang pada akhirnya mendorong mereka untuk segera memperbaiki kesalahan yang lalu. Dan seandainya diantara mereka ada yang berbuat benar, maka akan semakin mantap dan tidak ragu lagi dalam melakukan ibadah, sebab mereka sekarang sudah tahu dasarnya.

Dari kedua tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap jama’ah dalam merespon keberadaan pengajian kitab fikih sangat positif, hal ini karena kebanyakan dari jama’ah menyenangi dan menyatakan tertarik terhadap pengajian kitab fikih yang membahas tentang ibadah shalat tersebut.

(51)
[image:51.595.105.516.180.503.2]

berikut, yang mengungkapkan keaktifan dan minat para jama’ah terhadap pengajian kitab fikih shalat

Tabel 5

Keaktifan Para Jama’ah Pada Pengajian Kitab Fikih Shalat

NO Keaktifan frekuensi Persentase 1

2 3 4

Sangat Sering Sering

Jarang

Baru Mengikuti

6 13 10 1

20 % 43 % 33 % 4 %

Jumlah

30 100%

Dari tabel diatas, 6 responden atau 20 % menyatakan sangat sering mengikuti diskusi fikih (sangat aktif), 13 responden atau 43 % menyatakan sering (aktif), 10 responden atau 33 % menyatakan jarang, dan hanya satu orang atau 4 % menyatakan baru mengikuti pengajian kitab fikih shalat.

Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar jama`ah adalah aktif dalam mengikuti pengajian kitab fikih shalat.

Tabel 6

Minat Jama’ah terhadap Pengajian Kitab fikih Shalat

(52)

1 2 3

Suka

Kurang Suka Tidak Suka

28 2 -

93 % 7% -

Jumlah

30 100%

Dari tabel diatas, 28 responden atau 93 % menyatakan suka (menyukai pengajian kitab fikih shalat), 2 responden atau 7 % menyatakan kurang suka.

Dari tabel 5 dan 6 tentang keaktifan dan minat para jama`ah terhadap pengajian kitab fikih shalat, dapat disimpulkan bahwa para jama`ah sebagian besar menaruh respon yang sangat positif. Hal ini bisa dibuktikan dari sampel 30 responden, yang dapat dikualifikasikan sebagai berikut: 19 responden 63 % menyatakan sering (aktif atau sangat aktif), sedangkan 11 responden atau 37 % menyatakan jarang atau tidak terlalu aktif, dan dari 30 responden yang diteliti tadi, 28 responden atau 93 % menyukai atau sangat minat, dan 2 responden atau 7 % menyatakan kurang minat.

Respon positif terhadap pengajian kitab fikih shalat dikarenakan kajian kitab fikih shalat adalah masalah problematika kehidupan sehari – hari yang dihadapi untuk beribadah kepada sang pencipta Allah SWT.

(53)
[image:53.595.106.518.182.518.2]

Tabel 7

Kondisi Pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Wajib Para Jama`ah Sebelum Mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat NO Kondisi Sebelum Frekuensi Persentase 1

2 3

Paham

Kurang paham Tidak paham

3 22 5

10 % 73 % 17 %

Jumlah

30 100%

Dari tabel diatas, 22 responden atau 73 % kurang memahami kajian ini, 5 responden atau 17 % menyatakan tidak memahami kajian tersebut dan

hanya 3 responden atau 10% menyatakan paham tentang kajian tersebut. Dari data diatas dapat disimpulkan sebagian besar kondisi pemahaman ibadah shalat tentang shalat wajib jama`ah sebelum mengikuti kajian ini adalah kurang paham.

Tabel 8

(54)

1 2 3 Paham Kurang paham Tidak paham 5 22 3 17 % 73 % 10 %

Jumlah

30 100%

Dari tabel diatas, 22 responden atau 73 % kurang memahami kajian ini, 5 responden atau 17 % menyatakan paham terhadap kajian tersebut dan

hanya 3 responden atau 10% menyatakan tidak paham tentang kajian tersebut.

[image:54.595.110.514.85.226.2]

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kondisi pemahaman ibadah shalat tentang shalat sunah rawatib jama`ah sebelum mengikuti kajian ini adalah kurang paham.

Tabel 9

Kondisi Pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Wajib Para jama`ah sesudah mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat NO Kondisi sesudah frekuensi Persentase 1 2 3 Sangat Paham Paham Tidak Paham 9 17 4 30 % 57 % 13 %

Jumlah

30 100%
(55)
[image:55.595.106.518.227.522.2]

Hal ini berarti, setelah mengikuti pengajian kitab fikih shalat, para jama`ah yang tadinya tidak paham menjadi paham atau sangat paham. Dan ini berarti kajian kitab fikih shalat dalam pengajian yang diadakan di masjid Riyadhul Jannah meningkat secara kuantitatif.

Tabel 10

Kondisi Pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Sunnah Rawatib Para jama`ah sesudah mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat NO Kondisi sesudah frekuensi Persentase 1

2 3

Sangat paham Paham

Tidak Paham

7 18 5

25 % 61 % 14 %

Jumlah

30 100%

Dari tabel diatas, 18 responden atau 61 % menyatakan paham, 7 responden atau 25 % menyatakan sangat paham, 5 responden atau 14 % menyatakan menjadi tidak paham.

Hal ini berarti, setelah mengikuti pengajian kitab fikih shalat, para jama`ah yang tadinya tidak paham menjadi paham atau sangat paham. Dan ini berarti kajian kitab fikih shalat dalam pengajian yang diadakan di masjid Riyadhul Jannah meningkat secara kuantitatif.

1. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengajian Kitab

Fikih Shalat

(56)

rujukan kitab–kitab yang di susun oleh para ulama, sangat diperlukan suatu faktor tertentu yang disebut dengan faktor pendukung atau penunjang. Dalam melaksanakan aktivitasnya, pengajian diskusi fikih ini tidak lepas dari faktor pendukung dan penghambatnya.

Mengenai faktor pendukung dan penghambat kajian diskusi fikih sebenarnya sama dengan faktor pendukung dan penghambat kajian yang lain secara umum, namun untuk kajian fikih memiliki faktor pendukung dan penghambat secara khusus.

a. Faktor pendukung:

1. Narasumber cukup aktif (tidak banyak absennya) 2. Narasumber cukup luas wawasannya.

3. Narasumber menggunakan kitab fikih fathul qarib, fathul mu’in, syafinah an-najaah dan fiqhussunnah serta kitab fikih yang lainnya.

b. Faktor penghambat:

1. Narasumber terkadang agak monoton (ini juga bisa kita maklumi karena forum pengajian disini adalah forum pengajian dengan pembacaan kitab, sehingga narasumber membacakan kitab dan sedikit menjelaskan maksudnya dengan tidak benyak keluar dari teks dan konteksnya.

2. Narasumber terkadang suaranya kurang lantang (mik nya kurang dekat)

2. Upaya Mengatasi Hambatan-hambatan dalam Pengajian

diskusi fikih

(57)

lainnya. Hal ini dimaksudkan agar penyelenggara dapat mencari badal (pengganti)

2. Berusaha menyiapkan foto copy materi yang akan dikaji, khususunya untuk jama`ah tetap (bukan musafir), dengan mengkomromikan tambahan dana kepada pengurus masjid Riyadhul Jannah

(58)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, dan menjawab tentang respon jama’ah terhadap pengajian kitab fikih shalat di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri Bogor, yang diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sikap para jama’ah dalam merespon keberadaan pengajian kitab fikih shalat dari segi perasaan jama’ah meliputi ; dari 30 responden, 13 responden atau 43 % mengatakan senang sekali, 16 responden atau 53 % mengatakan senang dan hanya 1 responden atau 4 % mengatakan tidak senang. Dari segi komentar jama’ah mengenai materi meliputi ; Dari 30 responden, 24 responden atau 80 % mengatakan bahwa materi yang dikaji itu cukup menarik, 2 responden atau 7 % mengatakan kurang menarik, 3 responden atau 10 % menyatakan monoton, dan sisanya yaitu 1 responden atau 3 % mengatakan tidak tahu. Ini menunjukan hal yang positif, karena sebagian besar jama’ah mengatakan materi yang dikaji dalam pengajian kitab fikih itu cukup menarik. Karena dapat menambah pemahaman agama khususnya dalam materi yang sedang dikaji.

(59)

dan hanya satu orang atau 4 % menyatakan baru mengikuti pengajian kitab fikih shalat. Kedua meliputi minat jama’ah terhadap pengajian kitab fikih shalat ; 28 responden atau 93 % menyatakan suka (menyukai pengajian kitab fikih shalat), 2 responden atau 7 % menyatakan kurang suka.

3. Kondisi pemahaman jama’ah mengenai materi yang terdapat dalam kitab fikih shalat meliputi pertama Kondisi Pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Wajib Para Jama`ah Sebelum Mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat ; 22 responden atau 73 % kurang memahami kajian ini, 5 responden atau 17 % menyatakan tidak memahami kajian tersebut dan hanya 3 responden atau 10% menyatakan paham tentang kajian tersebut. Kedua Kondisi pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Sunnah Rawatib Para jama`ah sebelum mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat ; 22 responden atau 73 % kurang memahami kajian ini, 5 responden atau 17 % menyatakan paham terhadap kajian tersebut dan hanya 3 responden atau 10% menyatakan tidak paham tentang kajian tersebut. Ketiga Kondisi Pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Wajib Para Jama`ah sesudah Mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat ; 17 responden atau 57% menyatakan paham, 9 responden atau 30% menyatakan sangat paham, 4 responden atau 13% menyatakan menjadi tidak paham. Keempat Kondisi pemahaman Ibadah Shalat Tentang Shalat Sunnah Rawatib Para jama`ah sebelum mengikuti Pengajian Kitab Fikih Shalat ; 18 responden atau 61 % menyatakan paham, 7 responden atau 25 % menyatakan sangat paham, 5 responden atau 14 % menyatakan menjadi tidak paham.

B. Saran-saran Untuk penyelenggara :

1. Penyelenggara hendaknya menyediakan foto copy materi yang hendak di kaji kepada para jama’ah. Khususnya bagi jama’ah tetap.

2. Penyelenggara hendaknya menyediakan nara sumber pengganti yang siap pakai kalau setiap waktu nara sumber inti berhalangan.

Untuk nara sumber :

1. Nara sumber hendaknya lebih mengeraskan lagi suaranya agar jama’ah dapat dengan jelas memahaminya.

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Fadh Bin Sulaiman al-Rumi. Konsep Shalat Mrnurut Al-Qur’an; Telaah Kritis tentang Fiqh Shalat. Jakarta : Firdaus, 1991.

Ahmadi, Ahmad. Psikologi Belajar, Jakarta : Reneka Cipta, 1992.

Arifin, Imron. Kepemimpinan Kyai; Kasus Pondok Pesatren Tebu Ireng, Malang : Kalimasahada Press, 1993.

Asshiddiqie, T.M. Hasbi. Pengantar Hukum Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1980. ---, Metodologi Pendidikan Agama. Jakarta : CV. Forum, 1982.

---, Kuliah Ibadah. Jakarta : Bulan Bintang, 1991. ---, Pedoman Shalat. Semarang : Pustaka Rizki Putra, 1997.

Azwar, Saifuddin. Tes Prestasi, Yogyakarta : Liberty, 1987.

Dagun, Save D. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan¸ Jakarta : Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1996. Fuad, Munawwar, dkk. Menghidupkan Ruh Pemikiran kyai haji Ahmad Sidiq. Jakarta : Logos, 1999.

Hasibuan, JJ. dan Mujiono. Proses BelajarMengajar. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1995.

Hawwa, Sa’id. Mensucikan Jiwa. Jakarta : Rabbani Pers, 2000.

Jalaludin, Rahmat. Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1999.

(61)

Masyur, Syaikh Musthofa. Fikih Dakwah. Jakarta : Al-I’tishom Cahaya Umat, 1998.

Nasution, Lahmudin. Fikih Ibadah. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999.

Poerwadarminta, W.J.S., Kamus BesarBahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1991.

--- Psikologi Komunikasi, Jakarta : UT, 1999.

Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik EvaluasiPengajaran, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1997.

Pulungan, J. Suyuti, Universalisme Islam. Jakarta : PT. Moyo Segoro Agung. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia, 1994.

Razak, Nazarudin. Dinul Islam. Bandung : Al-Maarif, 1996Ritonga, A. Rohman dan Zainudin, Fikih Ibadah. Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997. Rifai, Muhammad. Ushul Fiqih. Semarang : Wicaksana, 1988.

Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunah. Bandung : Al-maarif, 1997.

Subandi, Ahmad, Psikologi Sosial, Jakarta : Bulan Bintang, 1982.

Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Garafindo Persada, 1996, h. 50

Sujanto, Agus. Psikologi Kepribadian, Jakarta : Aksara baru, 1991.

Syah, Ismail Muhammad, dkk., Filsafat Hukum Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 1992.

(62)

Winkel, W.S., Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT. Gramedia, 1996.

World Assembly of Moslem Youth (WAMY) : Etika Diskusi. Jakarta : Era Intermedia, t.t.

(63)

Lampiran:

Wawancara dengan Bapak Chotib ,

Ketua Penyelenggara Pengajian fikih Masjid Riyadhul Jannah

Pernyataan:

1. Menurut bapak apa yang memotivasi pengurus masjid Riyadhul Jannah mengadakan pengajian kitab fikih ini ?

Yang memotifasi para pengurus penyelenggaraan kajian kitab fikih ini adalah agar masyarakat sekitar khususnya dan para jama`ah umumnya dapat mengenal dan memahami ajaran Islam melalui karya-karya ulama salaf (kitab-

Gambar

gambaran ingatan dari pengamatan objek yang telah diamati tidak lagi berada
Tabel 1 Identitas Usia
Tabel 2 Identitas Pendidikan
Tabel 3
+6

Referensi

Dokumen terkait

Menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran sesuai dengan teori belajar dalam proses pembelajaran mata pelajaran Kontrol mekanik.. Menerapkan berbagai pende- katan, strategi, metode,

Kurva produksi yang dijelaskan di atas, hanya jika input variabel terdiri atas satu

Kampus hijau yang sudah terbentuk akan menjadi pusat kegiatan dan pemberdayaan pemangku kepentingan untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan (Tempo,

Danamon menerima penghargaan Best Phone Banking Machine, Best Mobile Banking dan The Most Consistent Bank in Service Excellence 2009 untuk konsistensi bank dalam

Perdamaian Antar Umat Beragama). Jurnal Komunikasi dan Sosial Keagamaan Vol: XV, No.. Berbicara mengenai perbedaan agama, perbedaan paham agamapun menjadi salah satu

– 2 Peneliti Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika dan Teknik, Peneliti Ilmu Pengetahuan Hayat dan Kesehatan, Peneliti Ilmu Pengetahuan Sosial dan Peneliti Lain YBDI, Pengajar,

Hasil jumlah iterasi dalam satu kali konvergen terhadap jumlah varian data training pada metode improved semi supervised k-means dengan k-means Pada pengujian ketiga

Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah dikemukakan oleh para ahli komunikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi