Oleh:
NOVIA RENI
NIM 102070025918
Skripsi ini diajukan untuk memenuhui sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF Hll)AYATULLAH
JAKARTA
HUBUNGAN ANT ARA STRESS TERHADAP KEBUTUHAN
KELUARGA DENGAN AGRESI PADA OHANG TUA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakuitas Psikologi Untuk IVlemenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
OLEH: NOVIA RENI NIM:102070025918
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing II
セM]BMM
\セ@ ... セセMMMMMᄋMMM
Mセセ@
lkhwan Luthfi , M. Psi. T NIP: 150 368 809
FAKUL TAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Keluarga Dengan Agresi Pada Orang Tua telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Februari 2007. Skripsi ini telah cliterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psi1<0iogi
Jakarta, 27 Februari 2007
Ketua Me a gkap Anggota
Anggota
Penguji I
Sekretaris Merangkap Anggota
/ M.Si.
Pembimbing
II
セセセ@
---
セMMMM, '
_____ _
"Wa£.fu .
... .
FセセセセセセセセセセNセ。「NN@
セLセLセセセセゥャセセセ@
(C) Novia Reni
(D) 70 +xiii
(E) Hubungan Antara Stres terhadap Kebutuhan Keluarga Demgan Agresi Pada Orang Tua
(F) Sumber stres dapat berasal dari dalam diri individu ataupun dari lingkungan luar. Masalah yang meliputi pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari adalah merupakan stresor yang paling banyak dihadapi oleh keluarga yang
berkeadaan ekonomi lemah. Stres yang tidak dapat dikendalikan dengan wajar akan memicu individu melarikan diri dari kenyataan, seperti merepres, meminum alkohol atau bahkan berperilaku agresif
(G) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Antara Stres Terhadap Kebutuhan Keluarga Dengan Agresi Pada Orang Tua
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pisangan Ciputat. Dengan sampel sebanyak 30 orang (18 orang perempuan dan 12 orang laki-laki). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif
Teknik pengambilan sampel dengan Simple Random Sampling. lnstrumen yang dipakai adalah dengan skala model Likert, dan Rumus yang
digunakan untuk menghitung validitas adalah Product Moment. Dari 75 item untuk skala stres diperoleh sebanyak 65 item yang valid, sedangkan untuk skala agresi diperoleh sebanyak 57 item yang valid dari 75 item.
Berdasarkan hasil yang didapat dengan menggunakan rumus alpha
Cronbach diperoleh nilai reliabilitas untuk skala stress terhadap kebutuhan keluarga sebesar 0,967 dan reliabilitas skala agresi pada orang tua sebesar 0,936. Untuk menguji hipotesis digunakan rumus Product Moment Pearson diketahui r hilung 0, 120 dan r label a= 0,361 (a
(H) Sebaiknya dalam melakukan penelitian selanjutnya lebih diperhatikan lagi mengenai, populasi, sampel dan penarikan sampel yang benar, agar proses dan hasil penelitian dapat berja
sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul " Hubungan antara stres terhadap kebutuhan keluarga dengan agresi pada orang tua"
Penulis mengakui dalam penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan bimbingan serta semangat dari orang-orang tercinta dan berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, lbunda tersayang, Mailis (Almarhumah) dan ayah Kasini Sutan Mudo. Terima kasih atas kasih sayang dan perjuangan tanpa lelah untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anakmu
2. lbunda Dra.Hj Netty Hartati M. Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan merangkap dosen pembimbing I. Serta kepada bapak lkhwan Lutfi, M. Si, selaku dosen pembimbing II. Terima kasih atas kesabaran dan bimbingan yang telah diberikan selama penyelesaian skripsi ini.
3. Civitas akademika fakultas Psikologi yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, kepada dosen-dosen ku tercinta, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan untuk bekal hidupku
4. Kakanda Mulyani, Musli Hendri, lr.Akp, Deni Atrial, Joni. Semoga kasih sayang antara kita tetap utuh sampai kapanpun. Terima kasih atas kesabaran dan perhatian yang kalian berikan untuk adik-adikmu. Tanpa kalian ... .
Tiwi, Aifa, Alfan, Arina, Lean, Dila, dan Aras, semoga kalian cepat besar dan bisa menjadi orang yang membahagiakan orang tua.
6. "Teman terbaikku " Bayu Aji, S.pd, yang selalu mengajarkan ku untuk selalu bersabar dan melakukan yang terbaik dalam hidup. Sahabat yang selalu membimbing dan memahamiku dengan segala kekuranganku. 7. Teman - teman seperjuangan HMI cabang Bogar dan HMI cabang Ciputat,
yang telah mengajarkanku untuk menjadi seseorang ケ。ョセQ@ tangguh dan kuat. Wati, Susi, Aam, Asep, terima kasih atas kerjasama nya
8. Rekan Kerja "Editor TRANS TV", yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi, dan teman-teman serta senior di Staff Asistensi Kementrian MENPORA yang sabar mendidikku,
9. Untuk sohibku Cici, lka, Alia terima kasih atas persahabatan dan kehebatan kalian bisa memahamiku. Dan untuk Teman-teman di Fakultas Psikologi angkatan 2002, kelas A, B, C, D.
Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, karenanya saran dan kritik akan sangat membantu dan membangun bagi penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi mahasiswa lain umumnya.
Amiin ya Rabbal'Alamiin ... .
Jakarta, 21 Februari 2007
Halaman persetujuan ii
Halaman pengesahan iii
Motto iv
Abstraksi v
Kata pengantar vii
Daftar isi ix
Daftar tabel xii
Lampi ran xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1-11
1.1. Latar belakang masalah ... 1
1.2. ldentifikasi masalah ... 8
1.3. pembatasan dan perumusan masalah ... 8
1.3.1. Pembatasan masalah ... 8
1.3.2. Perumusan masalah ... 9
1.4. Tujuan penelitian dan manfaat penelitian 1.4.1 Tujuan penelitian ... 10
1.4.2 Manfaat penelitian ... 10
1.5. Sistematika penulisan ... 1 O BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 12-43 2 .1 . Landasan teori... . . 12
2.1.1. stress ... 12
2.1.1.1. Definisi stress... . . . .. 12
2.1.1.2. Jenis-Jenis stress... 13
2.1.1.4. Faktor-Faktor Penyabab Stres ... 15
2.1.1.5 Respon Terhadap Stress ... 16
2.1.1.6. faktor yang mempengaruhi tingkatan stress 18 2.1.1.7. Gangguan Yang Timbul Karena Stress Tak 20 Terkendali 2.2.1.8. Teknik Mengendalikan Stress... 21
2.1.2. Kebutuhan ... 22
2.1.2.1. Pengertian Kebutuhan ... 22
2. 1.2 .2. Kebutuhan keluarga ... 24
2.1.2.3. Stress terhadap kebutuhan keluarga... 24
2.1.3. Agresi ... 25
2.1.3.1. Pengertian agresi. ... 25
2.1.3.2. Jenis-jenis Agresi. ... 26
2.1.3.3. Penyebab Agresi. ... 28
2.1.3.4. Variable penentu perilaku Agresi. ... 33
2.1.3.5. Jenis-jenis reaksi Agresi. ... 34
2.1.3.6. Mempelajari perilaku Agresi. ... 34
2.1.3. 7. Cara mengurangi Agresi ... 38
2.2. Kerangka berfikir ... 41
2.3. Hipotesa ... .43
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 44-52 3.1. jenis penelitian ... 44
3.1.1. Pendekatan.... .. .. . . .. . .. . . .. . . . .. . . .. .. .. . .. .. .. .. .. .. 44
3.1.2. Metode penelitian ... 44
3.1.3. Defenisi Variable Dan Devenisi Operasional. ... 45
3.2. Pengambilan Sample... 4 7 3.2.1. Populasi Dan Sampel ... 47
3.2.2. Teknik Pengambilan Sample ... 48
4.1. Gamba ran Um um Sabjek Penelitian... 54
4.2. Presentasi Data ... 56
4.2.1. Uji instrument penelitian... ... . . . .. . . .. . . .. . . .. 56
4.2.2. Uji persyaratan. .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . . 57
4.2.3. Uji hipotesis... .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. . . .. . . 61
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62
8Atl'5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 63-67 5.1. Kesimpulan ... 63
5.2. Diskusi... .. 63
5.3. Saran ... 67
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Kerangka Berfikir ... 43
Tabel 3.1 : Blue Print Skala Stres (try out) ... 49
Tabel 3.2 : Blue Print skala Stres (Penelitian) ... 50
Tabel 3.3 : Blue Print Skala Agresi (try out) ... 50
エ。セャ@ 3.4: Blue Print Skala Agresi (penelitian) ... 51
Tabel 4.1 : Distribusi Jenis Kelamin Responden ... 54
Tabel 4.2 : Distribusi Usia Responden ... 55
Tabel 4.3: Distribusi Pekerjaan Responden ... 55
Tabel 4.4 : Distribusi Tempat Tinggal Responden ... 56
Tabel 4.5: Uji Normalitas Variabel Stres ... 58
Tabel 4.6: Uji Normalitas Variabel Agresi. ... 59
[image:12.595.58.461.151.493.2]Tabel 4.7: Uji Homogenitas ... 60
2. lnstrumen Penelitian
3. Validitas Dan Reliabilitas Skala Stres Terhadap Kebutul1an Keluarga 4. Validitas Dan Reliabilitas Skala Agresi Pada Orang Tua
PE
1.1. Latar Belakang Masalah
Abad ke 20 masehi adalah suatu abad yang oleh ilmuwan disebut sebagai
abad kecemasan (the age of anxiety). Hal ini disebabkan oleh resesi ekonomi
yang melanda banyak negara, ledakan pendudul< yang tak terl<endali,
problem-problem sosial, krisis dalam kehidupan pribadi-keluarga-masyarakat,
serta perubahan nilai yang serba cepat (Hana Jumhana, 1995)
Semua persoalan hidup, atau berbagai peristiwa yang terjadi, apalagi yang
bersifat kelemahan-kelemahan, antara lain; tuntutan hidup; orang lain
bersikap tidal< seperti yang kita harapkan; situasi dan keadaan diri sendiri;
rasa khawatir dan takut yang berlebihan dan lainnya marupakan yang
dapat menimbulkan stres. (Brecht dalam Anwar, 2003)
Stres adalah Perubahan biologis dan psikologis yang terjadi pada seseorang
Richard Lazarus, mendefenisikan bahwa stres adalah sebuah hubungan
khusus antara seeorang dengan lingkungannya yang dianggap melampaui
kemampuannya dan membahayakan kesejahteraannya (Anwar:2003)
Maksud dari defenisi di atas adalah ketika individu melakukan suatu usaha
dalam mencapai tujuan tertentu, ia berpersepsi (beranggapan) bahwa
kemampuan dan kekuatan dirinya tidak akan sanggup untuk menghadapi
tuntutan lingkungan tersebut, sehingga individu akan merasakan kecemasan
dan kekhawatiran, bahkan hal tersebut dapat berakibat mengganggu
ketenangan individu.
Misalkan kegagalan dalam pekerjaan yang sudah dipilih seseorang, akan
dapat menimbulkan stress bagi dirinya. Hal ini terjadi karema tuntutan
perkerjaan yang harus dilakukan dengan sebaik mungkin,. ternyata tidak
dapat dilaksanakan dan dikuasai dengan benar oleh individu, sehingga
performance kerja nya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Ketidakmampuan ini membuat ia mengalami kekhawatiran dan kekecewaan.
Perasaan-perasaan kecewa yang berasal dari ketidakmampuan individu
dalam menghadapi sumber stresor (pekerjaan), akan berdampak kepada
Beda halnya jika individu mernpunyai anggapan dan kernarnpuan bahwa ia
dapat rnenghadapi stresor dengan baik, rnaka fisik ataupun psikis nya akan
tetap dalarn keadaan tenang dan tidak akan rnengalarni kekhawatiran yang
berlebihan yang bisa memicu timbulnya stres
Begitu juga dengan kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan akan sandang,
pangan, dan kebutuhan akan pendidikan anggota ォ・ャオ。イセQ。@ pun dapat
menyebabkan stres pada orang tua yang rnerupakan sebagai penanggung
jawab dari sebuah keluarga
3
Pada umumnya tekanan hidup (masalah ekonomi) secara alamiah,
menirnbulkan stress dan frustasi yang lebih besar dan akhirnya rnendorong
munculnya peristiwa kekerasan (agresi) yang lebih banyak (Sears, Freedman
Peplau: 1994).
Orang tua yang tidak memperoleh pekerjaan atau tidak dapat membeli
sesuatu yang diinginkan, dan memiliki keterbatasan dalarn semua segi
k.ehidupan dapat mengakibatkan munculnya berbagai agresi yang lebih
Agresi adalah perilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang lain (secara
fisik atau verbal) atau merusak harta benda (Atkinson, Atlkinson dan Hilgard
:1999)
Penyebab utama perilaku agresif adalah keinginan menyakiti orang lain untuk
mengel<spresikan perasaan (emosi) negatif, seperti marah,
benci/permusuhan, atau menyakiti orang lain karena keinginan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan melalui tindakan agresif tersebut.
Fenomena yang terjadi pada awal tahun baru 2006 dibawah ini adalah
merupakan suatu gejala stres terhadap kebutuhan keluarga yang berakibat
agresi pada orang tua.
Yaitu pada tanggal 1 Januari 2006 di Kampung Serpong, RT 4 RW 01,
Kecamatan Serpong -Tangerang, sekitar pukul 07.00 terjadi pembakaran
terhadap dua orang anak yang bernama lndah (3,5) dan Lintar Syaputra (11
bu Ian).
lndah menderita Iuka bakar di bagian kepala belakang, SEidangkan Lintar
hampir di sekujur tubuhnya. Kedua bocah tersebut sejak Senin dirujuk ke
6
Reaksi yang dikenal selama ini dalam menghadapi stress ialah flight or fight ,
'melarikan diri' secara fisik atau psikis dari situasi yang penuh stress atau
'melawan' stress (Munandar:200i)
Reaksi yang dipilih Yeni dalam menghadapi Stress adalah melarikan diri
secara fisik dan psikis dengan rencana melakukan tindakan bunuh diri
dengan kedua anaknya, walaupun pada akhimya ia hanya membakar
anak-anaknya saja sehingga mengakibatkan Iuka bakar yang cukup parah
Dan gejala yang kedua dari pembahasan ini adalah gejala agresi. Gejala
agresi dari kasus di atas terlihat ketika Yeni terdesak dan tertekan dengan
masalah ekonomi serta kebutuhan rumah tangga lainnya, Akhimya ia tidal<
dapat mengendalikan diri dan membakar kedua anak kandungnya sendiri.
Stress terhadap kebutuhan ekonomi tersebut membuat Yeni menjadi frustasi,
dan akibat frustasi ia melakukan perbuatan yang mengarah kepada tindakan
agresi secara fisik kepada anak-anaknya.
Sama dengan contoh kasus yeni di atas, seorang ibu rela membunuh anak
kandungnya sendiri dengan cara mencekiknya hingga tewas, diduga ibu
keluarga, dikarenakan suaminya adalah seorang pengan!;muran (kompas,
senin 16 januari 2006)
Contoh lain juga menjelaskan bahwa seorang ayah tega menyiksa dan
memukuli anaknya karena sang anak merengek meminta uang untuk
membeli buku tulis. ( Pikiran Rakyat, 26 juni 2005)
Dan kasus yang terakhir adalah seorang suami yang berpenghasilan
pas-pasan membakar istrinya yang sedang hamil 5 bulan, hal ini dikarenakan
sang suami merasa tidak sanggup lagi dengan tuntutan sang istri yang terlalu
berlebihan (lndosiar.com)
Berdasarkan kasus-kasus dan uraian di atas maim peneliti tertarik untuk
mengetahui apakah karena adanya perasaan te1tekan orang tua didalam
memenuhi kebutuhan rumah tanggga, akan mengakibatkan tindakan 。ァセ・ウゥN@
Sehingga peneliti berusaha untuk meneliti lebih jauh lagi mengenai
gejala-gejala psikologi yang sudal1 dipaparkan diatas dengan judul penelitian
"HUBUNGAN ANTARA STRES TERHADAP KEBUTUHA.N KELUARGA
1.2. ldentifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, maka ada beberapa permasalahan yang dapat
diidentifikasi. Diantaranya adalah:
·1. Apakah kebutuhan keluarga dapat membuat Stres pada orang tua
8
2. Adakah hubungan antara stress terhadap kebutuhan keluarga dengan
agresi pada pada orang tua?
1.3. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1.3.1. Pembatasan masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak mengalami kekaburan, maka
diperlukan pembatasan masalah mengenai Stres terhadap kebutuhan
l<eluarga dengan agresi pada orang tua
1. Stres terhadap kebutuhan keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah stress yang merusak I destruktif (distress), yang disebabkan
karena adanya tekanan secara fisik maupun psikis didalam memenuhi
kebutuhan akan makanan pokok sehari-hari, tempat tinggal, pakaian, dan
pendidikan anak
Adapun indikator distress:
1 Tanda-tanda suasana hati (mood)
3. Tanda-tanda organ-organ dalam badan (visceral)
Agresi pada orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah agresi
ayah I ibu yang ditujukan terhadap anak, terhadap pasangan hidupnya ataupun terhadap orang lain
Batasan atau indikator agresi dalam penelitian ini mengacu pada reaksi
dari agresi , meliputi :
1 Agresi langsung : agresi verbal atau simbolik, penolakan atau
pengabaian kebaikan, agresi fisik atau hukuman
2. Agresi yang dialihkan: lerhadap objek bukan manusia, terhadap orang
lain
3. Penelitian ini dilakukan di kelurahan Pisangan -Ciputat
1.3.2. Pem.1mus;u1 masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, untuk lebih mempertajam
masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : "apakah ada
hubungan signifikan antara stress terhadap kebutuhan keluarga dengan
1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
'I .4.1. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan apakah ada hubungan antara
stress terhadap kebutuhan keluarga dengan agresi pada orang tua
1.4.2. Manfaat pene!itian
1. Secara teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran
berupa hubungan antara stress dengan agresi
2. Secara praldis
1 ()
Dengan rnengenal pemicu stress (stressor) dan bahaya stress
terhadap tubuh, diharapkan para orang tua dapat merespon
lingkungan dengan tenang dan positif sehing:Ja tidak mengalami
frustasi dan terhindar dan prilaku agresif
1.5. SISTEMATIKA PENUUSAN
Penulisan skripsi ini mengacu kepada standar APA (American Psychologycal
Association) style. Adapun sisternatika penuisan terdiri dari:
Bab 1: Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
Bab 2 : Kajian pustaka, meliputi: teori stress, kebutuhan dan agresi,
kerangka berfikir, dan hipotesis
Bab
3 :
Metodologi penelitian, terdiri dari jenis penelitian yang meliputipendekatan dan metode penelitian dan rnncangan penelitian.
Pengambilan sample meliputi populasi clan sample, teknik
pengambilan sample. Pengumpulan data, meliputi metode dan
instrument penelitian dan teknik uji instrument penelitian
Bab 4 : Presentasi dan analisis data, terdiri dari gambarnn umum sabjek
penelitian, presentasi dan analisis data, pembah;3sa11
BAB
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Stres
2.1.1. セQ@ Definisi stres
Menurui Chaplin dalam kamus lengkap Psikologi (2002), stres adalah suatu
keadaan tertekan, bail< secara fisik maupun psikologis
Vincent Comelli (dalam Brecht : 2000) mendefinisikan stres sebagai
gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan
tuntutan kehidupan. Stres dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun
penampilan individu didalam lingkungan tersebut.
Menurut Kartini dan Dali (2003) stress adalah sejenis frus.tasi, dimana
aktivitas yang terarah pada pencapaian tujuan telah diganggu atau
dipersukar tetapi tidak terhalang-halangi; peristiwa ini biasanya disertai oleh
perasaan was-was kuatir dalam pencapaian tujuan
Stres adalah sebuah hubungan khusus antara seeorang dengan
lingkungannya yang dianggap melampaui kemampuannya dan
membahayakan kesejahteraannya (Lazarus dalam QomariAnwar, 2003)
Sedangkan menurut Suryani (2004) stres adalah perubahan biologis dan
psikologis yang terjadi pada seseorang sebagai responnya terhadap stresor
Pada waktu -waktu stress, orang-orang cenderung mengulang pola-pola
tingkah laku yang pernah berlaku pada waktu lampau. Orang yang
berhati-hati mungkin menjadi semakin berberhati-hati-berhati-hati dan mundur sama sekali; orang
yang agresif mungkin kehilangan control dan menerjang kesana kemari tanpa
menghiraukan bahaya (Atkinson et.al : 1999)
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa stress
adalah suatu keadaan tertekan dan frustasi secara fisik rnaupun psikologis
disertai perasaan kuatir dalam pencapaian tujuan dikarenakan individu
menganggap kemampuan lingkungan melebihi kemampuannya dan
membahayakan kesejahteraannya.
2.1.1.2 Jenis-jenis stres
Pada umumnya stress merupakan suatu kondisi yang ne9atif(menurut Selye
1. Stress yang merusak ldestruktif (distress), yaitu kondisi yang
mengarah pada timbulnya penyakit fisik ataupun mental, atau
mengarah kepada prilaku yang tidak wajar
14
2. Stress yang diperlukan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi
(eustress), misalkan seseorang stres karena di PHK oleh perusahaan,
tetapi ia kemudian bangkit dan berwiraswasta
2.1.1.3 Tanda-tanda distress (stres yang merusak):
Adapun Tanda-tanda stress menurut Everly dan Girdano (dalam
Munandar,2001) :
1. Tanda-tanda suasana hati (mood)
Menjadi overexcited, cemas, merasa tidak pasti, sulit tidur malam,
menjadi mudah bingnung dan lupa, menjadi sangat tidal< enak
(uncomfortable) dan gelisah (ill at ease), menjadi gugup (nervous)
2. Tanda-tanda otot kerangka (musculoskeletaf)
Jari-jari dan tangan gemetar, tidak dapat duduk diam atau berdiri
ditempat, mengembangkan tic (gerakan tidak sengaja), kepala mulai
sakit, merasa otot menjadi tegang atau kaku, men9agap ketika bicara,
leher menjadi kaku
3. Tanda-tanda organ-organ dalam badan (viscera[)
Perut terganggu, jantung berdebar, banyak keringat, tangan
wajah menjadi panas. mulut kering, dengungan dikuping, Mengalami
sinking feeling
2.1.1.4 Faktor-faktor penyebab stress
Papilia dan Wendkos dalam Kamalia (2003) mengemukakan bahwa stres
dapat disebabkan karena beberapa faktor yang kesemuanya merupakan
kejadian-kejadian dalam hidup (live event), yaitu:
1. Faktor lingkungan, antara lain: cahaya, suara I kebisingan dan
temperatur
2. Tingkat stresor individual, antara lain : ambiguitas peran, konflik peran,
kelebihan kerja dan tanggung jawab terhadap orang lain
3. Tingkat stresor kelompok, antara lain : karena kurangnya kesatuan
kelompok, kurangnya dukungan kelompok, dan konflik dalam
kelompok I antar kelompok
4. Tingkat stresor organisasi, antara lain : seperti budaya dan struktur
organisasi
5. Tingkat stresor diluar organisasi, antara lain : masalah keluarga,
masalah keuangan, dan masalah penampungan I tempat tinggal
1. Penyebab makro, meliputi peristiwa -peristiwa besar dalam hidup
seperti kematian sahabat dekat, perceraian, pensiun, Iuka batin atau
kebangkrutan
2. Penyebab mikro, yang merupakan efek akumulatif dari peristiwa
-peristiwa kecil sehari-hari, seperti mengemudi, batas waktu
penyelesaian pekerjaan, pertengkaran dalam rumah tangga,
menunggu antrian
2.1.1.5 Respon terhadap stres
Menurut munandar (2001), ada dua reaksi yang dikenal selama ini dalam
rhenghadapi stres:
1. Flight: yaitu melarikan diri secara fisik atau psikis dari situasi yang
penuh stres
16
Melarikan diri dari situasi penuh stres secara fisik ialah meningglkan
rumah yang menimbulkan stres. Melarikan diri secara psikologis ialah
melarikan diri dari dunia nyata kedalam dunia khaya, mencoba
melupakan situasi yang penuh stres yang menimbulkan frustasi
dengan cara minum alkohol, mengisap ganja, me-repres.
Stres ditentukan oleh faktor-faktor di lingkungan dan faktor-faktor dari
dalam diri individu. Dalam memanajemeni stres dapat diusahakan
untuk:
1. Mengubah faktor-faktor dilingkungan agar tidak menjadi
pembangkit stres
2. Toleransi terhadap stres meningkat, dapat lebih lama bertahan
dalam situasi yang penuh stres, tidak cepat menunjukkan akibat
yang merusak dari stres pada badan serta dapat mempertahankan
kesehatan.
Menu rut Selye dalam (Munandar,2001) general adaptation syndrome
(syndrome adaptasi umum) organisme terhadap stress terdiri dari tiga tahap.
Tahap pertama dinamakan tahap "alarm" (tanda bahaya). Organisme
bereaksi terhadap tuntuan yang diberikan oleh lingkungannya dan mulai
menghayati sebagai ancaman. Tahap ini tidak berlangsung lama.
Tahap kedua disebut juga dengan tahap "resistance" (perlawanan).
Organisme memobilisasi sumber-sumbernya supaya mampu menghadapi
tuntutan. Jika tuntutan berlangsung terlalu lama, maka sumber-sumber
penyesuaian ini mulai habis dan organisme mencapai tahap terakhir, yaitu
3.
trance, hening, suatu tingkat kesadaran tinggi dimana kita mampu
mengontrol emosi, mampu memahami apa yang harus dilakukan, dan
mampu menguasai situasi yang ada dalam diri kita. Pada saat itu kita akan
memunculkan kecerdasan emosional yang kita miliki yan9 akan bisa terus
dikembangkan tergantung pengalaman yang kita peroleh
2. Biofeedback
22
Dalam latihan biofeedback, individu menerima informasi (umpan
balik/feedback) tentang suatu aspek keadaan fisiolo9is mereka dan kemudian
berupaya mengubah keadaan itu. Atkinson, dkk (1999) mengatakan bahwa
dalam latihan biofeedback, jika seseorang ingin belajar mengendalikan
keadaan fisik (misalkan nyeri kepala, sebagai salah satu dri stres), maka
akan dipasangkan elektroda didahi subjek untuk mendeteksi, kemudian
diumpan balikkan kepada subjek sebagai sinyal suara. Sinyal atau nada
meningkat jika otot berkontraksi dan menu run jika otot relaksasi. Dengan
belajar mengendalikan nada subjek akan belajar mengendalikan otot dan fisik
lainnya agar tetap relaks dan tenang.
2.1.2 Kebutuhan
2.1.2.1 Pengertian kebutuhan
Kebutuhan (need) adalah setiap kekurangan yang ada pada individu, baik
persyaratan-persyaratan untuk terus hidup atau untuk penyesuaian optimal terhadap
lingkungan (Kartini:2003)
Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat homeostatik ( menjaga keseimbangan
unsur-unsur fisik ). Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan
absolut (kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain ditinggalkan dan
orang mencurahkan semua kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini.
Maslow dalam (Alwislol, 2004)
Menurut Chaplin dalam kamus lengkap Psikologi (2002), kebutuhan adalah
sebarang kekurangan, ketiadaan, atau ketidaksempurnaan yang dirasakan
seseorang, sehingga merusak kesejahteraannya.
Kebutuhan adalah konstruk mengenai kekuatan dibagian otak yang
mengorganisir berbagai proses seperti persepsi, berfikir, dan berbuat untuk
mengubah kondisi yang ada dan tidak memuaskan
Kebutuhan(need) bisa dibangkitkan oleh proses internal, tetapi lebih sering
dirangsang oleh faktor lingkungan. Biasanya, kebutuhan dibarengi dengan
perasaan atau emosi khusus, dan memiliki cara khusus untuk
Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan
adalah suatu kondisi yang kekurangan, tidak memuaskan, atau
ketidaksempurnaan yang dirasakan seseorang untuk penyesuaian optimal
terhadap lingkungan
2.1.2.2.
Kebutuhan keluargaMenurut Rosyidi
(2001)
kebutuhan manusia terdiri dari tingkatan-tingkatanyang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum naik kepada kebutuhan
berikutnya. Kebutuhan keluarga diantaranya:
1.
Kebutuhan primer : kebutuhan akan sandang (pakaian), pangan(makanan dan minuman), dan papan (tempat tinm;1al)
2. Kebutuhan sekunder : kebutuhan akan barang-barang penunjang
lainnya (seperti:sepatu, sepeda) dan kebutuhan ak.an pendidikan
3. Kebutuhan tertier
4. Kebutuhan quarter dan seterusnya, orang akan sampai pada suatu
tingkat kebutuhan tertentu hanya sesudah tingkat kebutuhan
sebelumnya terlampaui.
2.1.2.3.
Pengertian stres terhadap kebutuhan keluargaDari pembahasan Stres dan berbagai kebutuhan keluarga, maka dapat
disimpulkan bahwa stres terhadap kebutuhan keluarga adalah stress yang
disebabkan karena adanya tekakan secara fisik maupun psikis didalam
memenuhi kekurangan rumah tangga
セZ[セ。エ@
ーイゥュセエセ@
ウ・ォオョセイL@
tertier, Quarter dan seterusnya.2.1.3 Agresi
2.1.3.1 Pengertian agresi
Agresi adalah suatu serangan atau serbuan ; tindakan permusuhan ditujukan
pada seseorang/benda (Chaplin : 2002)
Any form of behavior that is intended to harm or injure some person, one self,
or an object (Franzoi:2003) (segala bentuk perilaku yang climaksudkan untuk
merugikan atau melukai sekelompok orang , diri sendiri, atau benda
(Franzoi:2003)
Agresi adalah perasaan-perasaan marah atau permusuhan (Kartini dan Dali :
2003)
Atkinson dkk (1999) mengatakan Agresi adalah perilaku yang dimaksudkan
untuk melukai orang lain (secara fisik atau verbal) atau merusak harta benda.
Menurut Baron dan Byrne (2003), agresi adalah tingkah laku yang diarahkan
kepada tujuan menyakiti makhluk hidup lain yang ingin menghindari
26
Agresi adalah sebagai tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain
(Sears dkk: 1994)
Dari berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa agresi adalah
tindakan permusuhan, menyerang, menyakiti dan melukai secara fisik
ataupun secara verbal yang ditujukan pada manusia/benda
2.1.3.2. Jenis-jenis agresi
Menurut Franzoi (2003) jenis-jenis agresi dibagi kedalam dua jenis:
1. Instrumental agression
the intentional use of harmful behavior so that one can achieve some
other goal
2. Hostile agression
the intentional use of harmful behavior, triggered by anger, in which
the goal is simply to cause injury or death to the victim
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa agresi terbagi kedalam dua jenis
1. Agresi instrumental : agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain
(instrumental)
jenis agresi instrumental pada umumnya tidak disertai emosi. Bahkan
para pelaku dan korban kadang-kadang tidak ada hubungan pribadi.
Contohnya : serdadu membunuh untuk merebut wilayah musuh sesuai
perintah komandan (Sarlito : 1999)
Menurut Baron dan Byrne (2003) agresi instrumental adalah agresi
yang tujuan utamanya bukan untuk menyakiti korban tetapi untuk
mencapai tujuan lain tertentu, misalnya akses pada sumber daya yang
berharga
2. Agresi hostil :agresi rasa benci/agresi emosi
Jenis agresi ini adalah ungkapan kemarahan dan ditandai dengan
emosi yang tinggi. Perilaku agresif dalam jenis ini adalah tujuan dari
agresi itu sendiri. Agresi jenis ini disebut juga agresi jenis panas.
Akibat dari agresi ini tidak dipikirkan oleh pelaku dan pelaku memang
tidak peduli jika akibat perbuatannya lebih banyak rnenirnbulkan
kerugian daripada manfaat (Sarlito : 1999)
Lebih dijelaskan oleh Baron dan Byrne (2003) bahwa agresi hostil
adalah agresi yang tujuan utamanya adalah untuk melakukan suatu
kekerasan pada korban.
Dengan dernikian, kedua jenis agresi itu berbeda karena tujuan yang
28
lain, sedangkan agresi rasa benci (hostil) semata - mata untuk melampiaskan
emosi
2.1.3.3. Penyebab agresi
Ada beberapa faktor sosial, pribadi, dan situasional yang menyebabkan
agresi (Baron dan Byrne : 2003):
1. Frustasi
Frustasi: tidak memperoleh apa yang diinginkan atau ケ。ョセj@ diharapkan
terkadang dapat mengarah pada agresi.
2. Provokasi langsung
Seringkali agresi adalah hasil dari provokasi fisik atau verbal dari orang lain.
Ketika kita sedang menerima suatu bentuk agresi dari orang lain - kritik yang
menurut kita tidak adil, ungkapan sarkastis, atau kekerasan fisik - kita jarang
mengalah. Sebaliknya, kita cenderung untuk membalas, memberikan agresi
sebanyak yang telah kita terima - atau mungkin sedikit lebih, terutama jika
kita merasa pasti bahwa orang lain tersebut bermaksud menyakiti
3. Kekerasan media masa
Banyak alasan yang membuat individu menjadi lebih agresif karena
cara baru cara yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya untuk
melakukan agresi. Kedua, meningkatnya tindakan "Copycat crime" dimana
suatu kejahatan yang dilaporkan di media kemudian ditiru oleh orang-orang
lain dilokasi jauh. Ketiga, munculnya efek desensitisasi, yaitu setelah
menonton banyak adegan kekerasan, individu menjadi bebal pada kesakitan
dan penderitaan orang lain.
Menurut Atkinson dkk (1999), sebagian besar penelitian memberikan
kesimpulan bahwa menonton kekerasan memang meningkatkan agresi
antarpribadi, terutama dikalangan anak kecil. Paparan ォ・セ\・イ。ウ。ョ@ dalam film
dapat menimbulkan perilaku agresif melalui cara:
a. Dengan mengajarkan gaya tindakan agresif
sejumlah kasus ditemukan oleh anak kecil atau anak belasan tahun
yang meniru tindakan kekerasan yang sebelumnya mereka lihat
ditelevisi. Para pelaku tindak kriminal dewasa juga telah
mengembangkan katerampilan mereka dengan menggunakan metode
canggih yang dipertunjukkna di televisi. Dan pihak kepolisian
melaporkan bahwa sejumlah kejahatan merupakan hasil tindakan
orang yang mencoba meniru cerita TV
b. Dengan meningkatkan keterbangkitan
Pada saat menonton acara kekerasan di televisi, anak-anak menjadi
menonton acara televisi yang tidak mengandung kekerasan, yang
terukur dari adanya peningkatan respon kulit galvanic: perubahan
cepat dalam konduktivitas elektris kulit yang terjadi bersama
keterbangkitan emosional.
c. Membuat orang tidak peka terhadap kekerasan
Penelitian menunjukkan bahwa paparan kekerasani dalam konteks
drama televisi menurunkan responsivitas emosional anak-anak
maupun orang dewasa terhadap agresi nyata
d. Mengurangi kendali pada perilaku agresif
Sebagian orang berusaha mengendalikan impuls agresif mereka.
Meskipun mungkin marah atau mungkin merasa in!iin melukai orang
yang telah menjengkelkan atau melukai kita, sejumlah kendali
mencegah kita untuk melakukannya, termasuk rasa bersalah, rasa
takut terhadap pembalasan, dan celaan orang lain. Beberapa
eksperimen menunjukkan bahwa mengamati orang lain melakukan
perilaku agresif akan melemahkan kendali ini.
e. Mengubah pandangan tentang cara penyelesaian k.onflik
Dilayar televisi atau bioskop, konflik antar pribadi jauh lebih sering di
atasi dengan agresi fisik dari pada dengan cara lain. Orang-orang
yang dianggap pahlawan seringkali melakukan pembunuhan. Dan
menonton "orang baik" mengalahkan "orang jahat" dengan cara
kekerasan membuat perilaku semacam itu tidak saja diterima tetapi
juga dibenarkan secara moral
4. Rangsangan (stimulus) yang meningkat
Dalam berbagai kondisi, rangsangan (stimulus) yang meningkat -apapun
sumbernya-dapat meningkatkan agresi, sebagai respon terhadap provokasi,
frustasi, dan faktor lain. Bahkan, dalam berbagai eksperimen, rangsangan
yang berasal dari sumber yang bervariasi seperti partisipasi dalam permainan
kompetitif, olah raga keras, bahkan tipe musik tertentu ditemukan dapat
meningkatkan agresi. Hal ini dapat dijelaskan dalam teori transfer eksitasi
yang mengatakan bahwa rangsangan yang dihasilkan dalam satu situasi
dapat tersisa dan memperkuat reaksi emosional yang timbul dalam situsi
berikutnya.
5. Pola perilaku tipe A (type a behavior pattern)
Pola perilaku tipe A adalah orang-orang yang memiliki karakter sangat
kompetitif, salalu terburu-buru, urgensi waktu, dan hostility (permusuhan)
yang tinggi.
Temuan-temuan tambahan mengindikasikan bahwa tipe
Ii.
adalah individuyang benar-benar hostile : mereka tidak melakukan agresi pada orang lain
hanya karena hal ini merupakan alat yang bermanfaat untuk mencapai
Melainkan mereka lebih cenderung terlibat dalam apa yang dikenal sebagai
agresi hostil (hostile aggression)-agresi dimana tujuan utamanya adalah
untuk melakukan suatu kekerasan pada korban.
6. lndividu yang memiliki bias atribusional hostil
32
lstilah bias atribusional hostil (hostile atribusional bias) ini mengacu pada
tendensi untuk mempersepsikan maksud atau motif hostile dalam tindakan
orang lain ketika tindakan ini dirasa ambigu. Dengan kata lain, orang-orang
yang memiliki bias atribusi hostile yang tinggi jarang mempersepsikan
tindakan hostile orang lain sebagai ketidaksengajaan, namun segera
mengasumsikan bahwa tindakan provokasi manapun dari orang lain tersebut
adalah disengaja, dan mereka segera bereaksi melawan atau membalasnya
7. Narsisme
Orang dengan narsisme yang tinggi bereaksi dengan tingkat agresi yang
sangat tinggi terhadap penghinaan dari orang lain - umpan balik yang
mengancam self image mereka yang tinggi. Mungkin karena orang-orang
seperti ini memiliki keraguan yang mengganggu mengenai kebenaran ego
mereka yang besar sehingga bereaksi dengan kemarahan yang intens pada
8. Suhu udara tinggi
Suhu panas meningkatkan agresi, tetapi hanya pada sampai titik tertentu. Di
atas tingkat tertentu orang-orang menjadi sangat tidak nyaman sehingga
mereka kehilangan energi untuk terlibat dalam agresi atau kegiatan keras
lainnya.
9. Konsumsi alkohol
Alkohol mungkin merupakan salah satu faktor situasional yang berkontribusi
pada munculnya agresi. Fakta-fakta menunjukkan bahwa bar-bar dan klub
malam seringkali menjadi tempat terjadinya kekerasan.
Menurut Krahe (2001). Alkohol diperlihatkan memainkan peran penting dalam
praktik kriminalitas dengan kekerasan, termasuk pembunuhan. Sejumlah
besar penelitian telah mengidentifikasi alcohol sebagai faktor resiko untuk
kekerasan dalam rumah tangga, termasuk penganiyaan frsik dan seksual
terhadap anak-anak, agresi seksual, dan pemukulan istri. Selain itu alkohol
telah ditengarai sebagai faktor sentral dalam berbagai macam kekerasan
kelompok, seperti kekerasan dalam olah raga, hura-hura, dan vandalisme
2.1.3.4. Variabel penentu perilaku agresif
Apakah dalam situasi tertentu orang akan melakukan agresi atau tidak,
1. lntensitas amarah seseorang, yang sebagian ditentukan oleh taraf
frustasi atau serangan yang menimbulkannya, dan sebagian
ditentukan oleh tingkat persepsi individu terhadap frustasi yang
menimbulkan amarah
34
2. Kecendrungan untuk mengekspresikan amarah, yang pada umumnya
ditentukan oleh apa yang telah dipelajari seseoran[J tentang
agresivitas, dan pada khususnya ditentukan oleh sifat situasi
3. Kekerasan dilakukan karena alasan lain yang lebih bersifat
instrumental
2.1.3.5. Jenis-jenis reaksi agresi meliputi :
1 Agresi langsung : agresi verbal atau simbolik, penolakan atau
pengabaian kebaikan, agresi fisik atau hukuman
2. Agresi tak langsung : memberi tahu pihak ketiga untuk membalas
penghasut, merusak sesuatu yang memiliki nlai penting bagi si
penghasut
3. Agresi yang dialihkan: terhadap objek bukan manw;ia, terhadap orang
lain (Sears, Freedman dan Peplau (1994)
2.1.3.6. Mempelajari perilaku agresif
Mekanisme utama yang menentukan perilaku agresif manusia adalah proses
yang sangat irnpulsif. Bila rnengalarni frustasi dan bila keinginannya tidak
terpenuhi, dia akan rnenangis keras, rnernukul-rnukul tangannya,
rnenghantarn apa saja yang dapat dijangkau.
Perkernbangan agresi terutarna disebabkan oleh proses belajar. Kita
rnernpelajari kebiasaan rnelakukan perilaku agresif dalarn bebarapa situasi
dan rnenekan arnarah dalarn situasi yang lain, bertindak agresif terhadap
beberapa orang tertentu (seperti rnisalnya saudara kandung) dan tidak pada
orang lain (rnisalnya polisi), serta dalarn rnernberikan reaksi terhadap
beberapa jenis frustasi dan tidak terhadap orang lain.
Ada 4 hal yang rnernbuat individu bisa rnernpelajari dan rnengendalikan
agresi (Sears, dkk: 1994)
1. Penguatan (reinforcement)
Salah satu rnekanisrne utarna untuk rnernunculkan proses belajar adalah
penguatan atau peneguhan. Bila suatu perilaku tertentu diberi ganjaran,
kernungkinan besar individu akan rnengulangi perilaku tersebut dirnasa
rnendatang; bila perilaku itu diberi hukurnan, kecil kernungkinan bahwa dia
akan rnengulanginya.
Gejala di atas diterangkan oleh Skinner (dalarn Koswara:1991), bahwa
cenderung diulang, sernentara iru tingkah laku yang tidak diberi penguatan
atau dihukurn akan cenderung dihentikan oleh organisrne
2. lrnitasi
lrnitasi ini terjadi pada setiap jenis perilaku, terrnasuk agresi. Anak yang
rnangarnati orang lain rnelakukan tindakan agresif atau rnengendalikan
agresinya akan rneniru orang tersebut.
36
Anak juga juga belajar kapan rnasing-rnasing perilaku tersebut boleh
dilakukan. Pada saat-saat tertentu orang tidak boleh rnelakukan agresi
rneskipun secara verbal, tetapi pada saat lain, agresi apapun tidak saja
diizinkan bahkan perlu dilakukan (seperti rnisalnya kalau k:ita diserang). Jadi,
perilaku agresif anak dibentuk dan ditentukan oleh pengarnatannya terhadap
perilaku orang lain.
Proses irnitasi di atas diterangkan lebih lanjut oleh Bandura (dalarn
Gunarsa:1997) bahwa pengaruh lingkungan sosial sangat penting bagi
seluruh perkernbangan kepribadian anak, dirnana anak rn13rnpelajari sesuatu
dari lingkungan sosialnya, rnisalkan anak rnencontoh prilal<u agresi karena ia
3. Norma sosial
Aspek pendekatan belajar yang ketiga adalah bahwa kita mempelajari norma
umum masyarakat kita yang mengatur kapan dan bagaimana kita boleh
melakukan agresi.
lsyarat mana yang dikaitkan dengan pengungkapan agresi , dan isyarat
mana yang dikaitkan dengan penekanan agresi, diatur dengan baik oleh
norma sosial yang kita pelajari untuk situasi tertentu.
Apa yang kita pelajari adalah norma sosial yang berkaitan dengan
pengungkapan agresi. Kadang-kadang norma ini berlaku untuk seluruh
masyarakat; sebagai contoh, pada umumya kita mempunyai pandangan yang
sama bahwa membunuh orang lain merupakan hal yang s.alah, kecuali dalam
kondisi yang agak ekstrim (membela diri, hukuman mati)
4. Deindividuasi
Biasanya perilaku orang lain diatur secara ketat oleh norma-norma sosial.
lndividu yang menjadi bagian kerumunan memperoleh perasaan tak
terkalahkan yang memungkinkan dia memunculkan nalurinya," selain itu "
suatu kerumunan menjadi anonim, dan akibatnya menjadi tidak bertanggung
jawab ; rasa tanggung jawab yang selalu mengendalikan individu hilang
38
2.1.3. 7 Cara mengurangi perilaku agresif
Sears, dkk (1994) menjelaskan bahwa ada beberapa tehnik-tehnik sistematis
yang dapat digunakan untuk mereduksi (mengurangi) perilku agresif
1. Hukuman dan pembalasan
Jelas bahwa rasa takut terhadap hukuman atau pembalasan bisa
menekan perilaku agresif. Anak yang lebih muda al<an lebih mungkin
menjadi korban kekerasan dalam keluarga dibandingkan anak yang
lebih tua, karena mereka lebih lemah dan l<ecil kemungkinannya untuk
membalas. Namun ancaman hukuman atau pembalasan tidak bisa
dijadikan pemecahan umum untuk masalah kekerasan. Pertama, anak
yang sering dihukum karena melakuka perilkau agresif akan menjadi
lebih agesif dibandingkan anak yang lain. Mungkin karena mereka
meniru model orang tua yang agresif. Kedua, bahwa rasa takut
terhadap hukuman atau pembalasan bisa menimbulkan agresi balik.
Orang yang diserang mempunyai kecendrungan unituk membalas
penyerangnya, meskipun pemabalasan itu bisa menimbulkan
serangan yang lebih besar
Lebih dijelaskan lagi oleh Baron dan Byrne (2003) bahwa hukuman
dapat menjadi efektif dalam mengurangi agresi, tetapi hanya jika
2. Mengurangi frustasi
Tekhnik yang lebih baik adalah dengan mengurangii kemungkinan
terjadinya serangan dan frustasi. Setiap masyarakat berusaha
menjamin adanya tingkat kesamaan hak untuk mendapatkan
keperluan hidup, seperti makanan, pakaian, perumahan dan
kehidupan berkeluarga. Alasan utamanya adalah untuk menghindari
gangguan kekerasan yang berskala besar dalam kt3hidupan
sehari-hari terutama dari kelompok-kelompok yang frustasi. Meskipun
masyarakat memandang kedepan dengan berusaha meminimalkan
frustasi dari skala besar, mereka tidak akan pernah dapat
menghilangkan frustasi secara menyeluruh
3. Hambatan yang dipelajari
Teknik lain untuk mengurangi agresi adalah dengan belajar
mengendalikan perilaku agresif kita sendiri, tidak peduli apakah kita
diancam akan dihukum atau tidak.
Ada dua pelajaran umum yang harus dipelajari : memekan periaku
agresif secara umum dan menekannya dalam situasi tertentu.
Hambatan agresi yang dipelajari secara umum dapat disebut
kecemasan agresi (rasa salah agresi). Orang akan merasa cemas
bila mendekati tanggapan berupa agresif. Orang tua yang
menggunakan penalaran dan penghindaran afeksi sebagai teknik
lebih banyak dibandingkan orang tua yang menggunakan taraf
hukuman fisik yang tinggi
l<ita juga mempelajari kecemasan tentang ー・ョァオョセゥォ。ー。ョ@ agresi
dalam situasi tertentu yang sangat spesifik, selama hidup kita
mempelajari kembali "ikatan" norma-norma lingkungan sosial
Lebih dijelaskan lagi oleh Baron dan Byrne (2003) Pelatihan dalam
keterampilan sosial : belajar untuk memiliki hubungan baik dengan
orang lain dapat mengurangi perilaku agresi individu.
4. Pengalihan (displacement)
40
Seringkali orang dibuat frustasi atau jengkel oleh seseorang tetapi
tidak dapat membalasnya-mungkin karena orang itu terlalu kuat, atau
mungkin karena mereka terlalu cemas dan terhambat untuk
melakukannya. Dalam situasi semacam ini, mungkin mereka akan
mengekspresikan agresi dengan cara lain, diantaranya dengan cara
pengalihan - yaitu, mengekspresikan agresi terhadap sasaran
pengganti
prinsip dasar pengalihan adalah bahwa semakin banyak kesamaan
antara sasaran dengan sumber frustasi semakin kuat dorongan agresif
terhadap sasaran, pengalihan juga bisa terjadi dalam dimensi
Baron dan Byrne (2003) juga rnenjelaskan bahwa agresi yang
dipindahkan (displaced aggression) adalah agresi terhadap seseorang
yang bukan surnber dari provokasi awal yang kuat; agresi yang
dipindahkan terjadi karena orang yang rnelakukannya tidak ingin atau
tidak dapat rnelakukan agresi terhadap sumber provokasi awal.
5. Katarsis
perasaan rnarah dapat dikurangi rnelalui pengungkapan agresi. Freud
rnenyebut proses ini dengan Katarsis (pernbersihan). Inti gagasan
katarsis adalah bahwa bila orang rnerasa agresif, tindakan agresi yang
dilakukannya akan rnengurangi intensitas perasaannya. Hal ini, pada
gilirannya, akan rnengurangi kernungkinannya untuk bertindak agresif.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Baron dan Byrne (2003) bahwa
Hipotesis-katarsis :rnenyediakan suatu kesernpatan pada orang yang sedang
rnarah untuk rnengekspresikan irnpuls-irnpuls agresif mereka dalarn
cara yang relative arnan karna rnengurangi tendensi rnereka untuk
terlibat dalarn bentuk agresi yang lebih berbahaya
2.2 KERANGKA BERFIKIR
Kebutuhan bisa dibangkitkan oleh proses internal, akan tetapi lebih sering
dirangsang oleh faktor lingkungan (Alwisol:2004). Salah satu kebutuhan yang
memenuhi keperluan ekonomi rumah tangga, yalmi pemenuhan akan
kebutuhan primer, sekunder, tertier, Quarter dan seterusnya.
42
Kebutuhan dalam pemenuhan ekonomi rumah tangga dapat merupakan
sumber I pembangkit stres (stresor) bagi individu, karena menurut (Munandar : 2001) semua faktor-faktor yang ada dalam kehidupan bisa menimbulkan
stres, sumber stres dapat berasal dari lingkungan sekitar dan dari diri individu
itu sendiri.
Stres yang berasal dari ketidakmampuan individu dalam memenuhi
kebutuhan ekonomi rumah tangga, jika tidak dapat dikendalikan dengan baik
dapat mengakibatkan seseorang mengarah kepada prilaku agresi.
Disamping itu keadaan seseorang yang mengalami frusta:si dapat
mempengaruhi dirinya untuk berprilaku agresif. Hal ini diterangkan dalam
teori hipotesis frustasi (frustration-aggression hypothesis)
Dalam bentuk aslinya, hipotesis ini membuat dua pernyataan penting: (1)
frustasi selalu memunculkan bentuk sesuatu dari agresi, dan (2) agresi selalu
muncul dari frustasi. Singkatnya, teori ini memandang bahwa orang yang
frustasi selalu terlibat dalam suatu tipe agresi dan semua tindakan agresi
Selanjutnya, Berkowitz (dalam Sarwono: 1999) mengatakan bahwa frustasi
menimbulkan kemarahan dan emosi marah inilah yang memicu agresi.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik hubungan bahwa seseorang yang
mengalami distress terhadap pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga,
dapat membuat dirinya mengalami frustasi karena kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi, frustasi tersebut akan menimbulkan rasa marah dan memicu
individu untuk melakukan perilaku - perilaku agresif.
Skema kerangka berfikir:
Stressor berasal:
I. dari dalam diri individu 2. dari lingkungan.
contoh stressor yang berasal dari lingkungan adalah Kebutuhan dalam keluarga. Jika Kebutuhan ini tak terpenuhi, dapat
mengakibatkan individu mengalami stress.
Stres yang tidak bisa dikendalikan dengan baik mengakibatkan distres
2.3 HIPOTESA
Tabel 2.1 lndividu yang mengalami distress akan mengakibatkan frustasi Fmstasi mempakan salah satu penyebab dari - m1mculnya tindakan agres1.
Ho: Tidak ada hubungan signifikan antara stress terhadap kebutuhan
keluarga dengan agresi pada orang tua
HI : Ada hubungan signifikan antara stres terhadap kebutuhan keluarga
[image:55.595.62.478.187.574.2]BAB3
METODELOGI
PENELITIA,N
3.1. JENIS PENELITIAN
3.1.1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
Kuantitatif. Azwar (2005) mengatakan bahwa penelitian kuantitatif
menekankan anlisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah
dengan metode statistika
3.1.2. Metode penelitian
44
Metode yang digunakan adalah metode Deskriptif. Menurut Kountur (2004)
metode deskriptif adalah metode penelitian yang memberikan gambaran atau
uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap
objek yang diteliti.
Sedangkan menurut Singarimbun(1995) metode deskriptif dimaksudkan
untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Korelasional (Sevilla, 1993) yaitu
suatu populasi (variabel bebas: Stres terhadap kebutuhan keluarga dan
variabel terikat adalah Agresi pada orang tua)
Sedangkan menurut Kountur (2004) jenis penelitian korelasi, yaitu penelitian
yang melihat hubungan antar variabel. Dua atau lebih variabel diteliti untuk
melihat hubungan yang terjadi diantara mereka tanpa mencoba untuk
merubah atau mengadakan perlakuan terhadap variabel-variabel tersebut
3:1.3. Definisi variabel dan operasional variabel.
A. Definisi variabel
Variabel adalah simbol / lambang yang padanya kita lekatkan bilangan I nilai
(Kerlinger; 1990), variabel terdiri dari:
1. Variabel bebas: variabel yang dapat dimanipulasi atau disebut juga
variabel penyebab. Dalam penelitian ini variabel bebas adalah: stres
terhadap kebutuhan keluarga.
Definisi variabel Stres terhadap kebutuhan keluarga adalah stress yang yang
disebabkan karena adanya tekanan secara fisik maupun psikis didalam
memenuhi kekurangan rumah tangga yang bersifat primer, sekunder, tertier,
Quarter dan seterusnya.
2. Variabel terikat : variabel yang tidak dapat dimanipulasi atau disebut
Definisi variabel agresi pada orang tua adalah tindakan orang tua yang
berbentuk permusuhan, menyerang, menyakiti dan melukai secara fisik
ataupun secara verbal yang ditujukan pada anak/ isteri ataupun benda
B. Definisi Operasional
Menurut Azwar (2005) definisi operasional adalah suatu definisi mengenai
variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karak:teristik variabel
tersebut yang dapat diamati.
46
Definisi operasional stres terhadap kebutuhan keluarga adalah distress yang
disebabkan karena adanya tekanan didalam memenuhi k13butuhan akan
makanan pokok sehari-hari, tempat tinggal, pakaian, dan pendidikan anak
yang diukur dengan menggunakan skala sikap model Likmt
lndikator distres terdiri dari
1.
Tanda-tanda suasana hati (mood) : Cemas, merasa tidak pasti, sulittidur malam, menjadi mudah bingung dan lupa, gelisah (ill at ease),
menjadi gugup (nervous)
2. Tanda-tanda otot kerangka (muscu/oskeletaf) : gernetar, tidak dapat
duduk diam, kepala mulai sakit, merasa otot menjadi tegang atau kaku
3. Tanda-tanda organ-organ dalam badan (visceral) : Perut terganggu,
Defenisi Operasional agresi pada orang tua adalah perilaku menyakiti dan
melukai anal< I pasangannya (secara fisik atau verbal) atau merusak harta
benda yang diukur dengan menggunakan skala sikap model Likert
lndikator agresi adalah:
1. Agresi langsung : mencaci maki, memarahi, mengancam,membentak,
menyindir, memukul, menjewer, menolak kebaikan
2. Agresi yang dialihkan: terhadap benda-benda atau barang-barang,
dan terhadap orang lain
3.2. Pengambilan Sampel
3.2.1.
Populasi dan samplea. Populasi
Populasi adalah sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai
generalisasi hasil penelitian (Azwar: 2005).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga yang merupakan
masyarakat Kelurahan Pisangan
b. Sampel
Sampel adalah kelompok kecil yang kita amati (Gay, dalam Sevilla:
Jumlah sampel untuk penelitian metode korelasi adalah sebanyak 30 orang
(sevilla, 1993).
Karakteristik sampel:
1. Orang tua (ayah/ibu) yang memiliki anak yang sudah bersekolah
2. Masih tinggal dirumah kontrakan
3. status ekonomi tergolong menengah kebawah
3.2.2.
Teknik pengambilan sampelPengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random
sampling, dengan metode simple random sampling, yaitu setiap individu
dalam populasi mempunyai hak yang sama untuk dipilih sebagai sampel
penelitian (Arikunto:2002)
3.3. Pengumpulan data
3.3.1.
Metode dan instrumentMetode yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah dengan
menyebarkan skala sikap mengenai stres dan agresi.
48
lnstrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data adalah dengan
menggunakan ska la sikapmodel Likert.atau disebut juga clengan metode
Skala yang berasal dari ide dan yang dikemukakan oleh Likert, biasanya
menggunakan 5 tingkatan (Arikunto, 2003), selalu (SL), sering (SR), jarang
(JR), tidak pernah (TP) . Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan 4
tingkatan dengan tidak menggunakan jawaban tengah
(netral/kadang-kadang), karena jawaban ragu-ragu bukanlah merupakan sikap yang pasti
dan jelas untuk diukur
Skala Model Likert ini memuat dua skala, yaitu:
a. Skala stres terhadap kebutuhan keluarga.
Blue Print Skala stres terhadap kebutuhan keluarga (sebelum Try Out)
Tabel 3.1
indikator No item jml
F UF
Tanda-tanda suasana 1 *,2*,3*,4*,5,6*,7 14*,1!5*,16,17*,1 25
hati (mood) ,8*,9*, 1O*,11*,12, 8*, 19'',20,21*,22
13* ,23*,24,25*
Tanda-tanda otot 26*,27*,28*,29*, 39* ,40* ,41 * ,42*, 25
kerangka 30*,31 *,32*,33*,3 43,44',45*,46*,4
( ュオウ」オOッウォ・ャ・エ。セ@ 4*,35*,36*,37*,38* 7*,48*,49*,50*
Tanda-tanda organ-organ 51*,52*,53*,54*,5 64,65*,66*,67*,6 25
[image:61.595.66.468.177.679.2],60*,61*,62*, 63* 2*,73,74*,75*
Jumlah 39 36
Blue Print Skala stres terhadap kebutuhan keluarga (penelitian)
Tabel 3.2
indikator No item
F UF
Tanda-tanda suasana 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,8 9,10,11,12,13,1
hati (mood) 4,15,16
Tanda-tanda otot 17,18,19 20,21,22
kerangka
(musculoskeletaf)
Tanda-tanda organ-organ 23,24,25,26 27,28,29,30
dalam badan (visceral
Jumlah 15 15
b. Agresi pada orang tua
Blue Print Skala agresi pada ッイ。ョセQ@ tua (Try out)
Tabel 3.3
50
75
jml
16
6
8
[image:62.595.71.467.92.541.2]indikator No item
F
UF
Agresi langsung 1,2*,3,4,5,6,7,8*,9*, 19*,20*,21*,22*,
1O*,11*,12*, 13*, 14 *, 15*, 23,24,25,26*,27
16,17*,18* *,28,29*,30,
31,32:,33*,34*,3
!i*,36*
Agresi yang 37*,38*,39*,40*, 55*,5(),57*,58*,5
dialihkan 41 *,42*,43*,44*,45, 9*,60'',61,62*,63
46*,47* ,48,49* ,50*,51 *,52* *,64*,65*,66*,67
,53*,54* *,68*,69*,70*,71
,72*,7'3*,74*,75*
jumlah 36 39
Blue Print Skala agresi pada orang tua (penelitian)
Tabel
3.4
indikator No item
F
UF
Agresi langsung 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 11,12,13,14,15,
16,17',18,19,20
jml
36
39
75
jml
[image:63.595.70.467.89.594.2]Agresi yang dialihkan 21,22,23,24,25 26,27,28,29,30
jumlah 15 15
3.3.2.
Teknik uji instrumensUji instrumen penelitian diberikan kepada warga k。ューオョAセ@ Utan yang
memiliki karkteristik sama dengan sampel.
Teknik uji instrumen terdiri dari:
10
30
A. uji validitas, dengan menggunakan korelasi Product Moment Pearson
dengan memakai SPSS 11
52
Menurut Arikunto (2003), untuk menghitung analisa daya pembeda item dan
validitas digunakan rumus product momen.
Rumus product moment:
LXY - ( LX) ( LY) I n r xy =
,l[LX 2
- ( LX) 2/n][
Ly•
-
(LY)2/n]Keterangan:
r xy : Angka indeks korelasi "r" product moment
l:XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan ウャセッイ@ Y
rx
:
Jumlah skorx
l:Y : Jumlah skor Y
B. Uji reliabilitas, (Azwar, 2003) mengatakan bahwa untuk menguji reliabilitas
alat pengumpulan data dilakukan dengan Alpha Cronbach, dengan rumus :
a
=
[__!__][1 -
I$j2
]
k-1 Sx'
a : Reliabilitas alpha
I< : Jumlah belahan tes
Sj : Varian belahan j; j 1,2 ... k
BAB4
ANALISA DATA
4.1
Gambaran Responden
4.1.1 Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin
Dari 30 orang responden yang diteliti, sebanyak 18 orang (60%) berjenis
kelamin perempuan, sementara sisanya sebanyak 12 orang (40%)
merupakan responden pria. Berikut ini adalah tabel distribusi jenis kelamin
responden.
Tabel 4.1 : Distribusi Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin frekuensi Persentase
Perempuan 18 60%
Pria 12 40%
Total 30 100%
4.1.2 Gambaran responden berdasarkan usia
Dari 30 orang responden yang diteliti, responden yang berada pada rentang
usia 20-40 tahun berjumlah 25 orang (83,3%). Sementara responden yang
berada pada rentang usia 41-60 tahun sebanyak 5 orang (16,7 %). Berikut
ini adalah tabel distribusi usia responden
[image:66.595.56.487.82.517.2]Tabel 4.2 : distribusi usia responden
Usia Frekuensi Persentase
2040 25 83,3%
41-60 5 16,7%
4.1.3 Gambaran responden berdasarkan jenis pekerjaan
Dari 30 responden yang diteliti, jenis pekerjaan mereka dapat diklasifikasikan
menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu: karyawan swasta, ibu rumah tangga,
wiraswasta, dan buruh.
Responden yang bekerja sebagai karyawan swasta sebayak 4 orang
(13,3 %). Responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 12
orang (40%). Responden yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 9 orang
(30%). Dan responden yang bekerja sebagai buruh sebanayak 5 orang
(16,7%). Berikut ini adalah tabel distribusi jenis pekerjaan responden.
Tabel 4.3 : distribusi jenis pekerjaan responden
Jenis pekerjaan Frekuensi Persentase
Karyawan swasta 4 13,3%
lbu rumah tangga 12 40%
[image:67.595.57.483.565.679.2]16,7%
total 30 100%
4.1.4 Gambaran responden berdasarkan tempat エゥョァセQ。ャ@
Penelitian dilakukan di kelurahan Pisangan,dengan memilih 3 RW yang
dijadikan sampel dalam penilitian ini.
Tabel 4.4: Distribusi tempat tinggal respcmden
T empat tinggal Frekuensi Persentase
RW007 10 33,33%
RW008 10 33,33%
RW011 10 33,33%
total 30 33,33%
4.2
PRESENTASI DATA
4.2.1. Uji instrument penelitian
56
Uji validitas variabel dilakukan dengan menggunakan rumus product moment.
Dari 75 item pada skala "stres terhadap kebutuhan keluar9a", diperoleh
sebanyak 65 item yang valid. Dari 65 item yang valid tersHbut kemudian
diambil sebanyak 30 item yang nilai validitas butirnya paling tinggi untuk
[image:68.595.55.486.89.514.2]Sedangkan untuk menguji reliabilitas instrumen peneliti menggunakan rumus
alpha Cronbach, dan diperoleh nilai reliabilitas instrumen sebesar 0,967.
Artinya bahwa instrumen (skala) yang mengukur stres terhadap kebutuhan
keluarga adalah konsisiten dan dapat dipercaya dalam memberikan
pengukuran terhadap responden.
Selanjutnya uji validitas untuk variabel "agresi pada ッイ。ョセQ@ tua" juga
dilakukan dengan menggunakan rumus product moment. Dari 75 item pada
skala "agresi pada orang tua", diperoleh sebanyak 57 item yang valid. Dari 57
item yang valid tersebut kemudian diambil sebanyak 30 ゥエQセュ@ yang nilai
validitas butirnya paling tinggi untuk dijadikan skala penelitian sebenarnya
Sedangkan untuk menguji reliabilitas instrumen pada skala "agresi pada
orang tua" peneliti menggunakan rumus alpha Cronbach, dan diperoleh nilai
reliabilitas sebesar 0,936. Artinya bahwa instrumen (skala) yang mengukur
agresi pada orang tua adalah konsisiten dan dapat dipercaya dalam
memberikan pengukuran terhadap responden.
4.2.2. UJI PERSYARATAN
4.2.2.1. Uji normalitas
Peneliti menyajikan uji persyaratan dengan menggunakan uji normalitas data.
58
non parametrik, maka perlu bagi kita untuk mengetahui apakah data yang
diteliti menyebar normal tau tidak normal (Mauludi : 2006). Dengan demikian
analisa statistik yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah analisis statistik
berupa uji normalitas.
stress dim memenuhi kebutuhan keluarga
stress dim memenuhi kebutuhan keluaraa
Tabel 4.5
Tests of Normality
Kolmo orov-Smirnov(a)
Statistic df Sia.
.105 30 .200(*)
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
67.4333 22.61474 30
Bahwa nilai signifikan pada variabel kebutuhan terhadap keluarga adalah
lebih besar dari pada taraf signifikan 5 % (0,200>·0.05) sehingga dapat
disimpulkankan bahwa data berdistribusi normal, dengan mean sebesar
67,443, dan standar deviasi (SD) sepesar 22,61. Berikut ini adalah gambar uji
normaitas stres t\'lrhad<ip kebutuhC1f1 keluarga, dengan menggunakan SPSS
[image:70.595.66.474.175.484.2]Normal Q-Q Plot of stress
0
Observed Value
Tabel 4.6
Tests of Normality
Kolmoqorov-Smirnov(a)
Statistic df Sii:i.
agresi pada
.123 30 NセエッoHJI@
orang tua
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
agresi pada orang tua 44.7667 9.75452 30
Sementara itu nilai signifikan pada variabel agresi pada orang tua lebih besar
dari pada taraf signifikan 5 % (0,200>0.05) sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa data berdistribusi normal, dengan mean sebesar 44, 7667
dan standar deviasi sebesar 9,7754. berikut ini adalah gambar uji normalitas
[image:71.595.72.476.108.528.2]Normal Q-Q Plot of agresi pada orang tua RNPセMMMMMMMMMMMMMMML@ 1.5 10 .5 0.0
ro -.s
§
セ@ ·1.0
セ@.... -1.5
"
"-0 0 n 0 0i.ti - 2 . 0 + - - - l
20 30 40 50 60 70
Observed Value
4.2.2.2. Uji Homogenitas
60
Dengan uji homogenitas, suatu kelompok dapat diketahui keberagamannya.
Dalam penelitian ini, Uji Homogenitas menggunakan 2 hipotesa, yaitu:
[image:72.595.65.477.97.685.2]Nilai > 0.05
=
varians data bersifat homogen Nilai < 0.05=
varians data bersifat tidak homogen.Table 4.7: Test of HomogeneitJ/ ofVariam:e
Levene
Variabel Statistic df1 df2 Sig.
Kebutuhan Keluarga .792
1 28 0.381
.889
1 28 .354
.889
1 25.323 .355
.856
1
28 .363Agresi Orang Tua 3.478
1 28 0.073
A -. .... - A
--
1.295
1 23.712 .266
3.297
1 28 .080
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikan pada variabel
kebutuhan terhadap keluarga adalah lebih besar dari pada 0.05 yaitu 0.381,
sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik respond13n ketika stres
dalam memenuhi kebutuhan keluarga adalah bersifat homogen (sejenis)
Selanjutnya, nilai signifikan yang diperoleh dari variabel agresi pada orang
tua berada diatas nilai 0.05, yaitu 0.073. sehingga dapat disimpulkan bahwa