• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara stres terhadap kebutuhan keluarga dengan agresi pada orang Tua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara stres terhadap kebutuhan keluarga dengan agresi pada orang Tua"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

NOVIA RENI

NIM 102070025918

Skripsi ini diajukan untuk memenuhui sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF Hll)AYATULLAH

JAKARTA

(2)

HUBUNGAN ANT ARA STRESS TERHADAP KEBUTUHAN

KELUARGA DENGAN AGRESI PADA OHANG TUA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakuitas Psikologi Untuk IVlemenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

OLEH: NOVIA RENI NIM:102070025918

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing II

セM]BMM

\セ@ ... セセMMMMMᄋMMM

Mセセ@

lkhwan Luthfi , M. Psi. T NIP: 150 368 809

FAKUL TAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Keluarga Dengan Agresi Pada Orang Tua telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Februari 2007. Skripsi ini telah cliterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psi1<0iogi

Jakarta, 27 Februari 2007

Ketua Me a gkap Anggota

Anggota

Penguji I

Sekretaris Merangkap Anggota

/ M.Si.

Pembimbing

II

セセセ@

---

セMMMM

, '

_____ _

(4)

"Wa£.fu .

... .

FセセセセセセセセセセNセ。「NN@

セLセLセセセセゥャセセセ@

(5)

(C) Novia Reni

(D) 70 +xiii

(E) Hubungan Antara Stres terhadap Kebutuhan Keluarga Demgan Agresi Pada Orang Tua

(F) Sumber stres dapat berasal dari dalam diri individu ataupun dari lingkungan luar. Masalah yang meliputi pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari adalah merupakan stresor yang paling banyak dihadapi oleh keluarga yang

berkeadaan ekonomi lemah. Stres yang tidak dapat dikendalikan dengan wajar akan memicu individu melarikan diri dari kenyataan, seperti merepres, meminum alkohol atau bahkan berperilaku agresif

(G) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Antara Stres Terhadap Kebutuhan Keluarga Dengan Agresi Pada Orang Tua

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pisangan Ciputat. Dengan sampel sebanyak 30 orang (18 orang perempuan dan 12 orang laki-laki). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif

Teknik pengambilan sampel dengan Simple Random Sampling. lnstrumen yang dipakai adalah dengan skala model Likert, dan Rumus yang

digunakan untuk menghitung validitas adalah Product Moment. Dari 75 item untuk skala stres diperoleh sebanyak 65 item yang valid, sedangkan untuk skala agresi diperoleh sebanyak 57 item yang valid dari 75 item.

Berdasarkan hasil yang didapat dengan menggunakan rumus alpha

Cronbach diperoleh nilai reliabilitas untuk skala stress terhadap kebutuhan keluarga sebesar 0,967 dan reliabilitas skala agresi pada orang tua sebesar 0,936. Untuk menguji hipotesis digunakan rumus Product Moment Pearson diketahui r hilung 0, 120 dan r label a= 0,361 (a

(6)

(H) Sebaiknya dalam melakukan penelitian selanjutnya lebih diperhatikan lagi mengenai, populasi, sampel dan penarikan sampel yang benar, agar proses dan hasil penelitian dapat berja

(7)

sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul " Hubungan antara stres terhadap kebutuhan keluarga dengan agresi pada orang tua"

Penulis mengakui dalam penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan bimbingan serta semangat dari orang-orang tercinta dan berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, lbunda tersayang, Mailis (Almarhumah) dan ayah Kasini Sutan Mudo. Terima kasih atas kasih sayang dan perjuangan tanpa lelah untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anakmu

2. lbunda Dra.Hj Netty Hartati M. Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan merangkap dosen pembimbing I. Serta kepada bapak lkhwan Lutfi, M. Si, selaku dosen pembimbing II. Terima kasih atas kesabaran dan bimbingan yang telah diberikan selama penyelesaian skripsi ini.

3. Civitas akademika fakultas Psikologi yang tidak bisa disebutkan satu

persatu, kepada dosen-dosen ku tercinta, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan untuk bekal hidupku

4. Kakanda Mulyani, Musli Hendri, lr.Akp, Deni Atrial, Joni. Semoga kasih sayang antara kita tetap utuh sampai kapanpun. Terima kasih atas kesabaran dan perhatian yang kalian berikan untuk adik-adikmu. Tanpa kalian ... .

(8)

Tiwi, Aifa, Alfan, Arina, Lean, Dila, dan Aras, semoga kalian cepat besar dan bisa menjadi orang yang membahagiakan orang tua.

6. "Teman terbaikku " Bayu Aji, S.pd, yang selalu mengajarkan ku untuk selalu bersabar dan melakukan yang terbaik dalam hidup. Sahabat yang selalu membimbing dan memahamiku dengan segala kekuranganku. 7. Teman - teman seperjuangan HMI cabang Bogar dan HMI cabang Ciputat,

yang telah mengajarkanku untuk menjadi seseorang ケ。ョセQ@ tangguh dan kuat. Wati, Susi, Aam, Asep, terima kasih atas kerjasama nya

8. Rekan Kerja "Editor TRANS TV", yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi, dan teman-teman serta senior di Staff Asistensi Kementrian MENPORA yang sabar mendidikku,

9. Untuk sohibku Cici, lka, Alia terima kasih atas persahabatan dan kehebatan kalian bisa memahamiku. Dan untuk Teman-teman di Fakultas Psikologi angkatan 2002, kelas A, B, C, D.

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, karenanya saran dan kritik akan sangat membantu dan membangun bagi penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi mahasiswa lain umumnya.

Amiin ya Rabbal'Alamiin ... .

Jakarta, 21 Februari 2007

(9)

Halaman persetujuan ii

Halaman pengesahan iii

Motto iv

Abstraksi v

Kata pengantar vii

Daftar isi ix

Daftar tabel xii

Lampi ran xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1-11

1.1. Latar belakang masalah ... 1

1.2. ldentifikasi masalah ... 8

1.3. pembatasan dan perumusan masalah ... 8

1.3.1. Pembatasan masalah ... 8

1.3.2. Perumusan masalah ... 9

1.4. Tujuan penelitian dan manfaat penelitian 1.4.1 Tujuan penelitian ... 10

1.4.2 Manfaat penelitian ... 10

1.5. Sistematika penulisan ... 1 O BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 12-43 2 .1 . Landasan teori... . . 12

2.1.1. stress ... 12

2.1.1.1. Definisi stress... . . . .. 12

2.1.1.2. Jenis-Jenis stress... 13

(10)

2.1.1.4. Faktor-Faktor Penyabab Stres ... 15

2.1.1.5 Respon Terhadap Stress ... 16

2.1.1.6. faktor yang mempengaruhi tingkatan stress 18 2.1.1.7. Gangguan Yang Timbul Karena Stress Tak 20 Terkendali 2.2.1.8. Teknik Mengendalikan Stress... 21

2.1.2. Kebutuhan ... 22

2.1.2.1. Pengertian Kebutuhan ... 22

2. 1.2 .2. Kebutuhan keluarga ... 24

2.1.2.3. Stress terhadap kebutuhan keluarga... 24

2.1.3. Agresi ... 25

2.1.3.1. Pengertian agresi. ... 25

2.1.3.2. Jenis-jenis Agresi. ... 26

2.1.3.3. Penyebab Agresi. ... 28

2.1.3.4. Variable penentu perilaku Agresi. ... 33

2.1.3.5. Jenis-jenis reaksi Agresi. ... 34

2.1.3.6. Mempelajari perilaku Agresi. ... 34

2.1.3. 7. Cara mengurangi Agresi ... 38

2.2. Kerangka berfikir ... 41

2.3. Hipotesa ... .43

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 44-52 3.1. jenis penelitian ... 44

3.1.1. Pendekatan.... .. .. . . .. . .. . . .. . . . .. . . .. .. .. . .. .. .. .. .. .. 44

3.1.2. Metode penelitian ... 44

3.1.3. Defenisi Variable Dan Devenisi Operasional. ... 45

3.2. Pengambilan Sample... 4 7 3.2.1. Populasi Dan Sampel ... 47

3.2.2. Teknik Pengambilan Sample ... 48

(11)

4.1. Gamba ran Um um Sabjek Penelitian... 54

4.2. Presentasi Data ... 56

4.2.1. Uji instrument penelitian... ... . . . .. . . .. . . .. . . .. 56

4.2.2. Uji persyaratan. .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . . 57

4.2.3. Uji hipotesis... .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. . . .. . . 61

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

8Atl'5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 63-67 5.1. Kesimpulan ... 63

5.2. Diskusi... .. 63

5.3. Saran ... 67

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Kerangka Berfikir ... 43

Tabel 3.1 : Blue Print Skala Stres (try out) ... 49

Tabel 3.2 : Blue Print skala Stres (Penelitian) ... 50

Tabel 3.3 : Blue Print Skala Agresi (try out) ... 50

エ。セャ@ 3.4: Blue Print Skala Agresi (penelitian) ... 51

Tabel 4.1 : Distribusi Jenis Kelamin Responden ... 54

Tabel 4.2 : Distribusi Usia Responden ... 55

Tabel 4.3: Distribusi Pekerjaan Responden ... 55

Tabel 4.4 : Distribusi Tempat Tinggal Responden ... 56

Tabel 4.5: Uji Normalitas Variabel Stres ... 58

Tabel 4.6: Uji Normalitas Variabel Agresi. ... 59

[image:12.595.58.461.151.493.2]

Tabel 4.7: Uji Homogenitas ... 60

(13)

2. lnstrumen Penelitian

3. Validitas Dan Reliabilitas Skala Stres Terhadap Kebutul1an Keluarga 4. Validitas Dan Reliabilitas Skala Agresi Pada Orang Tua

(14)

PE

1.1. Latar Belakang Masalah

Abad ke 20 masehi adalah suatu abad yang oleh ilmuwan disebut sebagai

abad kecemasan (the age of anxiety). Hal ini disebabkan oleh resesi ekonomi

yang melanda banyak negara, ledakan pendudul< yang tak terl<endali,

problem-problem sosial, krisis dalam kehidupan pribadi-keluarga-masyarakat,

serta perubahan nilai yang serba cepat (Hana Jumhana, 1995)

Semua persoalan hidup, atau berbagai peristiwa yang terjadi, apalagi yang

bersifat kelemahan-kelemahan, antara lain; tuntutan hidup; orang lain

bersikap tidal< seperti yang kita harapkan; situasi dan keadaan diri sendiri;

rasa khawatir dan takut yang berlebihan dan lainnya marupakan yang

dapat menimbulkan stres. (Brecht dalam Anwar, 2003)

Stres adalah Perubahan biologis dan psikologis yang terjadi pada seseorang

(15)

Richard Lazarus, mendefenisikan bahwa stres adalah sebuah hubungan

khusus antara seeorang dengan lingkungannya yang dianggap melampaui

kemampuannya dan membahayakan kesejahteraannya (Anwar:2003)

Maksud dari defenisi di atas adalah ketika individu melakukan suatu usaha

dalam mencapai tujuan tertentu, ia berpersepsi (beranggapan) bahwa

kemampuan dan kekuatan dirinya tidak akan sanggup untuk menghadapi

tuntutan lingkungan tersebut, sehingga individu akan merasakan kecemasan

dan kekhawatiran, bahkan hal tersebut dapat berakibat mengganggu

ketenangan individu.

Misalkan kegagalan dalam pekerjaan yang sudah dipilih seseorang, akan

dapat menimbulkan stress bagi dirinya. Hal ini terjadi karema tuntutan

perkerjaan yang harus dilakukan dengan sebaik mungkin,. ternyata tidak

dapat dilaksanakan dan dikuasai dengan benar oleh individu, sehingga

performance kerja nya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Ketidakmampuan ini membuat ia mengalami kekhawatiran dan kekecewaan.

Perasaan-perasaan kecewa yang berasal dari ketidakmampuan individu

dalam menghadapi sumber stresor (pekerjaan), akan berdampak kepada

(16)

Beda halnya jika individu mernpunyai anggapan dan kernarnpuan bahwa ia

dapat rnenghadapi stresor dengan baik, rnaka fisik ataupun psikis nya akan

tetap dalarn keadaan tenang dan tidak akan rnengalarni kekhawatiran yang

berlebihan yang bisa memicu timbulnya stres

Begitu juga dengan kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan akan sandang,

pangan, dan kebutuhan akan pendidikan anggota ォ・ャオ。イセQ。@ pun dapat

menyebabkan stres pada orang tua yang rnerupakan sebagai penanggung

jawab dari sebuah keluarga

3

Pada umumnya tekanan hidup (masalah ekonomi) secara alamiah,

menirnbulkan stress dan frustasi yang lebih besar dan akhirnya rnendorong

munculnya peristiwa kekerasan (agresi) yang lebih banyak (Sears, Freedman

Peplau: 1994).

Orang tua yang tidak memperoleh pekerjaan atau tidak dapat membeli

sesuatu yang diinginkan, dan memiliki keterbatasan dalarn semua segi

k.ehidupan dapat mengakibatkan munculnya berbagai agresi yang lebih

(17)

Agresi adalah perilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang lain (secara

fisik atau verbal) atau merusak harta benda (Atkinson, Atlkinson dan Hilgard

:1999)

Penyebab utama perilaku agresif adalah keinginan menyakiti orang lain untuk

mengel<spresikan perasaan (emosi) negatif, seperti marah,

benci/permusuhan, atau menyakiti orang lain karena keinginan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan melalui tindakan agresif tersebut.

Fenomena yang terjadi pada awal tahun baru 2006 dibawah ini adalah

merupakan suatu gejala stres terhadap kebutuhan keluarga yang berakibat

agresi pada orang tua.

Yaitu pada tanggal 1 Januari 2006 di Kampung Serpong, RT 4 RW 01,

Kecamatan Serpong -Tangerang, sekitar pukul 07.00 terjadi pembakaran

terhadap dua orang anak yang bernama lndah (3,5) dan Lintar Syaputra (11

bu Ian).

lndah menderita Iuka bakar di bagian kepala belakang, SEidangkan Lintar

hampir di sekujur tubuhnya. Kedua bocah tersebut sejak Senin dirujuk ke

(18)

6

Reaksi yang dikenal selama ini dalam menghadapi stress ialah flight or fight ,

'melarikan diri' secara fisik atau psikis dari situasi yang penuh stress atau

'melawan' stress (Munandar:200i)

Reaksi yang dipilih Yeni dalam menghadapi Stress adalah melarikan diri

secara fisik dan psikis dengan rencana melakukan tindakan bunuh diri

dengan kedua anaknya, walaupun pada akhimya ia hanya membakar

anak-anaknya saja sehingga mengakibatkan Iuka bakar yang cukup parah

Dan gejala yang kedua dari pembahasan ini adalah gejala agresi. Gejala

agresi dari kasus di atas terlihat ketika Yeni terdesak dan tertekan dengan

masalah ekonomi serta kebutuhan rumah tangga lainnya, Akhimya ia tidal<

dapat mengendalikan diri dan membakar kedua anak kandungnya sendiri.

Stress terhadap kebutuhan ekonomi tersebut membuat Yeni menjadi frustasi,

dan akibat frustasi ia melakukan perbuatan yang mengarah kepada tindakan

agresi secara fisik kepada anak-anaknya.

Sama dengan contoh kasus yeni di atas, seorang ibu rela membunuh anak

kandungnya sendiri dengan cara mencekiknya hingga tewas, diduga ibu

(19)

keluarga, dikarenakan suaminya adalah seorang pengan!;muran (kompas,

senin 16 januari 2006)

Contoh lain juga menjelaskan bahwa seorang ayah tega menyiksa dan

memukuli anaknya karena sang anak merengek meminta uang untuk

membeli buku tulis. ( Pikiran Rakyat, 26 juni 2005)

Dan kasus yang terakhir adalah seorang suami yang berpenghasilan

pas-pasan membakar istrinya yang sedang hamil 5 bulan, hal ini dikarenakan

sang suami merasa tidak sanggup lagi dengan tuntutan sang istri yang terlalu

berlebihan (lndosiar.com)

Berdasarkan kasus-kasus dan uraian di atas maim peneliti tertarik untuk

mengetahui apakah karena adanya perasaan te1tekan orang tua didalam

memenuhi kebutuhan rumah tanggga, akan mengakibatkan tindakan 。ァセ・ウゥN@

Sehingga peneliti berusaha untuk meneliti lebih jauh lagi mengenai

gejala-gejala psikologi yang sudal1 dipaparkan diatas dengan judul penelitian

"HUBUNGAN ANTARA STRES TERHADAP KEBUTUHA.N KELUARGA

(20)

1.2. ldentifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, maka ada beberapa permasalahan yang dapat

diidentifikasi. Diantaranya adalah:

·1. Apakah kebutuhan keluarga dapat membuat Stres pada orang tua

8

2. Adakah hubungan antara stress terhadap kebutuhan keluarga dengan

agresi pada pada orang tua?

1.3. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1.3.1. Pembatasan masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak mengalami kekaburan, maka

diperlukan pembatasan masalah mengenai Stres terhadap kebutuhan

l<eluarga dengan agresi pada orang tua

1. Stres terhadap kebutuhan keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah stress yang merusak I destruktif (distress), yang disebabkan

karena adanya tekanan secara fisik maupun psikis didalam memenuhi

kebutuhan akan makanan pokok sehari-hari, tempat tinggal, pakaian, dan

pendidikan anak

Adapun indikator distress:

1 Tanda-tanda suasana hati (mood)

(21)

3. Tanda-tanda organ-organ dalam badan (visceral)

Agresi pada orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah agresi

ayah I ibu yang ditujukan terhadap anak, terhadap pasangan hidupnya ataupun terhadap orang lain

Batasan atau indikator agresi dalam penelitian ini mengacu pada reaksi

dari agresi , meliputi :

1 Agresi langsung : agresi verbal atau simbolik, penolakan atau

pengabaian kebaikan, agresi fisik atau hukuman

2. Agresi yang dialihkan: lerhadap objek bukan manusia, terhadap orang

lain

3. Penelitian ini dilakukan di kelurahan Pisangan -Ciputat

1.3.2. Pem.1mus;u1 masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, untuk lebih mempertajam

masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : "apakah ada

hubungan signifikan antara stress terhadap kebutuhan keluarga dengan

(22)

1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

'I .4.1. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan apakah ada hubungan antara

stress terhadap kebutuhan keluarga dengan agresi pada orang tua

1.4.2. Manfaat pene!itian

1. Secara teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran

berupa hubungan antara stress dengan agresi

2. Secara praldis

1 ()

Dengan rnengenal pemicu stress (stressor) dan bahaya stress

terhadap tubuh, diharapkan para orang tua dapat merespon

lingkungan dengan tenang dan positif sehing:Ja tidak mengalami

frustasi dan terhindar dan prilaku agresif

1.5. SISTEMATIKA PENUUSAN

Penulisan skripsi ini mengacu kepada standar APA (American Psychologycal

Association) style. Adapun sisternatika penuisan terdiri dari:

Bab 1: Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

(23)

Bab 2 : Kajian pustaka, meliputi: teori stress, kebutuhan dan agresi,

kerangka berfikir, dan hipotesis

Bab

3 :

Metodologi penelitian, terdiri dari jenis penelitian yang meliputi

pendekatan dan metode penelitian dan rnncangan penelitian.

Pengambilan sample meliputi populasi clan sample, teknik

pengambilan sample. Pengumpulan data, meliputi metode dan

instrument penelitian dan teknik uji instrument penelitian

Bab 4 : Presentasi dan analisis data, terdiri dari gambarnn umum sabjek

penelitian, presentasi dan analisis data, pembah;3sa11

(24)

BAB

KAJIAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1 Stres

2.1.1. セQ@ Definisi stres

Menurui Chaplin dalam kamus lengkap Psikologi (2002), stres adalah suatu

keadaan tertekan, bail< secara fisik maupun psikologis

Vincent Comelli (dalam Brecht : 2000) mendefinisikan stres sebagai

gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan

tuntutan kehidupan. Stres dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun

penampilan individu didalam lingkungan tersebut.

Menurut Kartini dan Dali (2003) stress adalah sejenis frus.tasi, dimana

aktivitas yang terarah pada pencapaian tujuan telah diganggu atau

dipersukar tetapi tidak terhalang-halangi; peristiwa ini biasanya disertai oleh

perasaan was-was kuatir dalam pencapaian tujuan

(25)

Stres adalah sebuah hubungan khusus antara seeorang dengan

lingkungannya yang dianggap melampaui kemampuannya dan

membahayakan kesejahteraannya (Lazarus dalam QomariAnwar, 2003)

Sedangkan menurut Suryani (2004) stres adalah perubahan biologis dan

psikologis yang terjadi pada seseorang sebagai responnya terhadap stresor

Pada waktu -waktu stress, orang-orang cenderung mengulang pola-pola

tingkah laku yang pernah berlaku pada waktu lampau. Orang yang

berhati-hati mungkin menjadi semakin berberhati-hati-berhati-hati dan mundur sama sekali; orang

yang agresif mungkin kehilangan control dan menerjang kesana kemari tanpa

menghiraukan bahaya (Atkinson et.al : 1999)

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa stress

adalah suatu keadaan tertekan dan frustasi secara fisik rnaupun psikologis

disertai perasaan kuatir dalam pencapaian tujuan dikarenakan individu

menganggap kemampuan lingkungan melebihi kemampuannya dan

membahayakan kesejahteraannya.

2.1.1.2 Jenis-jenis stres

Pada umumnya stress merupakan suatu kondisi yang ne9atif(menurut Selye

(26)

1. Stress yang merusak ldestruktif (distress), yaitu kondisi yang

mengarah pada timbulnya penyakit fisik ataupun mental, atau

mengarah kepada prilaku yang tidak wajar

14

2. Stress yang diperlukan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi

(eustress), misalkan seseorang stres karena di PHK oleh perusahaan,

tetapi ia kemudian bangkit dan berwiraswasta

2.1.1.3 Tanda-tanda distress (stres yang merusak):

Adapun Tanda-tanda stress menurut Everly dan Girdano (dalam

Munandar,2001) :

1. Tanda-tanda suasana hati (mood)

Menjadi overexcited, cemas, merasa tidak pasti, sulit tidur malam,

menjadi mudah bingnung dan lupa, menjadi sangat tidal< enak

(uncomfortable) dan gelisah (ill at ease), menjadi gugup (nervous)

2. Tanda-tanda otot kerangka (musculoskeletaf)

Jari-jari dan tangan gemetar, tidak dapat duduk diam atau berdiri

ditempat, mengembangkan tic (gerakan tidak sengaja), kepala mulai

sakit, merasa otot menjadi tegang atau kaku, men9agap ketika bicara,

leher menjadi kaku

3. Tanda-tanda organ-organ dalam badan (viscera[)

Perut terganggu, jantung berdebar, banyak keringat, tangan

(27)

wajah menjadi panas. mulut kering, dengungan dikuping, Mengalami

sinking feeling

2.1.1.4 Faktor-faktor penyebab stress

Papilia dan Wendkos dalam Kamalia (2003) mengemukakan bahwa stres

dapat disebabkan karena beberapa faktor yang kesemuanya merupakan

kejadian-kejadian dalam hidup (live event), yaitu:

1. Faktor lingkungan, antara lain: cahaya, suara I kebisingan dan

temperatur

2. Tingkat stresor individual, antara lain : ambiguitas peran, konflik peran,

kelebihan kerja dan tanggung jawab terhadap orang lain

3. Tingkat stresor kelompok, antara lain : karena kurangnya kesatuan

kelompok, kurangnya dukungan kelompok, dan konflik dalam

kelompok I antar kelompok

4. Tingkat stresor organisasi, antara lain : seperti budaya dan struktur

organisasi

5. Tingkat stresor diluar organisasi, antara lain : masalah keluarga,

masalah keuangan, dan masalah penampungan I tempat tinggal

(28)

1. Penyebab makro, meliputi peristiwa -peristiwa besar dalam hidup

seperti kematian sahabat dekat, perceraian, pensiun, Iuka batin atau

kebangkrutan

2. Penyebab mikro, yang merupakan efek akumulatif dari peristiwa

-peristiwa kecil sehari-hari, seperti mengemudi, batas waktu

penyelesaian pekerjaan, pertengkaran dalam rumah tangga,

menunggu antrian

2.1.1.5 Respon terhadap stres

Menurut munandar (2001), ada dua reaksi yang dikenal selama ini dalam

rhenghadapi stres:

1. Flight: yaitu melarikan diri secara fisik atau psikis dari situasi yang

penuh stres

16

Melarikan diri dari situasi penuh stres secara fisik ialah meningglkan

rumah yang menimbulkan stres. Melarikan diri secara psikologis ialah

melarikan diri dari dunia nyata kedalam dunia khaya, mencoba

melupakan situasi yang penuh stres yang menimbulkan frustasi

dengan cara minum alkohol, mengisap ganja, me-repres.

(29)

Stres ditentukan oleh faktor-faktor di lingkungan dan faktor-faktor dari

dalam diri individu. Dalam memanajemeni stres dapat diusahakan

untuk:

1. Mengubah faktor-faktor dilingkungan agar tidak menjadi

pembangkit stres

2. Toleransi terhadap stres meningkat, dapat lebih lama bertahan

dalam situasi yang penuh stres, tidak cepat menunjukkan akibat

yang merusak dari stres pada badan serta dapat mempertahankan

kesehatan.

Menu rut Selye dalam (Munandar,2001) general adaptation syndrome

(syndrome adaptasi umum) organisme terhadap stress terdiri dari tiga tahap.

Tahap pertama dinamakan tahap "alarm" (tanda bahaya). Organisme

bereaksi terhadap tuntuan yang diberikan oleh lingkungannya dan mulai

menghayati sebagai ancaman. Tahap ini tidak berlangsung lama.

Tahap kedua disebut juga dengan tahap "resistance" (perlawanan).

Organisme memobilisasi sumber-sumbernya supaya mampu menghadapi

tuntutan. Jika tuntutan berlangsung terlalu lama, maka sumber-sumber

penyesuaian ini mulai habis dan organisme mencapai tahap terakhir, yaitu

(30)
(31)

3.

(32)
(33)
(34)

trance, hening, suatu tingkat kesadaran tinggi dimana kita mampu

mengontrol emosi, mampu memahami apa yang harus dilakukan, dan

mampu menguasai situasi yang ada dalam diri kita. Pada saat itu kita akan

memunculkan kecerdasan emosional yang kita miliki yan9 akan bisa terus

dikembangkan tergantung pengalaman yang kita peroleh

2. Biofeedback

22

Dalam latihan biofeedback, individu menerima informasi (umpan

balik/feedback) tentang suatu aspek keadaan fisiolo9is mereka dan kemudian

berupaya mengubah keadaan itu. Atkinson, dkk (1999) mengatakan bahwa

dalam latihan biofeedback, jika seseorang ingin belajar mengendalikan

keadaan fisik (misalkan nyeri kepala, sebagai salah satu dri stres), maka

akan dipasangkan elektroda didahi subjek untuk mendeteksi, kemudian

diumpan balikkan kepada subjek sebagai sinyal suara. Sinyal atau nada

meningkat jika otot berkontraksi dan menu run jika otot relaksasi. Dengan

belajar mengendalikan nada subjek akan belajar mengendalikan otot dan fisik

lainnya agar tetap relaks dan tenang.

2.1.2 Kebutuhan

2.1.2.1 Pengertian kebutuhan

Kebutuhan (need) adalah setiap kekurangan yang ada pada individu, baik

(35)

persyaratan-persyaratan untuk terus hidup atau untuk penyesuaian optimal terhadap

lingkungan (Kartini:2003)

Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat homeostatik ( menjaga keseimbangan

unsur-unsur fisik ). Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan

absolut (kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain ditinggalkan dan

orang mencurahkan semua kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini.

Maslow dalam (Alwislol, 2004)

Menurut Chaplin dalam kamus lengkap Psikologi (2002), kebutuhan adalah

sebarang kekurangan, ketiadaan, atau ketidaksempurnaan yang dirasakan

seseorang, sehingga merusak kesejahteraannya.

Kebutuhan adalah konstruk mengenai kekuatan dibagian otak yang

mengorganisir berbagai proses seperti persepsi, berfikir, dan berbuat untuk

mengubah kondisi yang ada dan tidak memuaskan

Kebutuhan(need) bisa dibangkitkan oleh proses internal, tetapi lebih sering

dirangsang oleh faktor lingkungan. Biasanya, kebutuhan dibarengi dengan

perasaan atau emosi khusus, dan memiliki cara khusus untuk

(36)

Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan

adalah suatu kondisi yang kekurangan, tidak memuaskan, atau

ketidaksempurnaan yang dirasakan seseorang untuk penyesuaian optimal

terhadap lingkungan

2.1.2.2.

Kebutuhan keluarga

Menurut Rosyidi

(2001)

kebutuhan manusia terdiri dari tingkatan-tingkatan

yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum naik kepada kebutuhan

berikutnya. Kebutuhan keluarga diantaranya:

1.

Kebutuhan primer : kebutuhan akan sandang (pakaian), pangan

(makanan dan minuman), dan papan (tempat tinm;1al)

2. Kebutuhan sekunder : kebutuhan akan barang-barang penunjang

lainnya (seperti:sepatu, sepeda) dan kebutuhan ak.an pendidikan

3. Kebutuhan tertier

4. Kebutuhan quarter dan seterusnya, orang akan sampai pada suatu

tingkat kebutuhan tertentu hanya sesudah tingkat kebutuhan

sebelumnya terlampaui.

2.1.2.3.

Pengertian stres terhadap kebutuhan keluarga

Dari pembahasan Stres dan berbagai kebutuhan keluarga, maka dapat

disimpulkan bahwa stres terhadap kebutuhan keluarga adalah stress yang

disebabkan karena adanya tekakan secara fisik maupun psikis didalam

(37)

memenuhi kekurangan rumah tangga

セZ[セ。エ@

ーイゥュセエセ@

ウ・ォオョセイL@

tertier, Quarter dan seterusnya.

2.1.3 Agresi

2.1.3.1 Pengertian agresi

Agresi adalah suatu serangan atau serbuan ; tindakan permusuhan ditujukan

pada seseorang/benda (Chaplin : 2002)

Any form of behavior that is intended to harm or injure some person, one self,

or an object (Franzoi:2003) (segala bentuk perilaku yang climaksudkan untuk

merugikan atau melukai sekelompok orang , diri sendiri, atau benda

(Franzoi:2003)

Agresi adalah perasaan-perasaan marah atau permusuhan (Kartini dan Dali :

2003)

Atkinson dkk (1999) mengatakan Agresi adalah perilaku yang dimaksudkan

untuk melukai orang lain (secara fisik atau verbal) atau merusak harta benda.

Menurut Baron dan Byrne (2003), agresi adalah tingkah laku yang diarahkan

kepada tujuan menyakiti makhluk hidup lain yang ingin menghindari

(38)

26

Agresi adalah sebagai tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain

(Sears dkk: 1994)

Dari berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa agresi adalah

tindakan permusuhan, menyerang, menyakiti dan melukai secara fisik

ataupun secara verbal yang ditujukan pada manusia/benda

2.1.3.2. Jenis-jenis agresi

Menurut Franzoi (2003) jenis-jenis agresi dibagi kedalam dua jenis:

1. Instrumental agression

the intentional use of harmful behavior so that one can achieve some

other goal

2. Hostile agression

the intentional use of harmful behavior, triggered by anger, in which

the goal is simply to cause injury or death to the victim

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa agresi terbagi kedalam dua jenis

1. Agresi instrumental : agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain

(instrumental)

jenis agresi instrumental pada umumnya tidak disertai emosi. Bahkan

para pelaku dan korban kadang-kadang tidak ada hubungan pribadi.

(39)

Contohnya : serdadu membunuh untuk merebut wilayah musuh sesuai

perintah komandan (Sarlito : 1999)

Menurut Baron dan Byrne (2003) agresi instrumental adalah agresi

yang tujuan utamanya bukan untuk menyakiti korban tetapi untuk

mencapai tujuan lain tertentu, misalnya akses pada sumber daya yang

berharga

2. Agresi hostil :agresi rasa benci/agresi emosi

Jenis agresi ini adalah ungkapan kemarahan dan ditandai dengan

emosi yang tinggi. Perilaku agresif dalam jenis ini adalah tujuan dari

agresi itu sendiri. Agresi jenis ini disebut juga agresi jenis panas.

Akibat dari agresi ini tidak dipikirkan oleh pelaku dan pelaku memang

tidak peduli jika akibat perbuatannya lebih banyak rnenirnbulkan

kerugian daripada manfaat (Sarlito : 1999)

Lebih dijelaskan oleh Baron dan Byrne (2003) bahwa agresi hostil

adalah agresi yang tujuan utamanya adalah untuk melakukan suatu

kekerasan pada korban.

Dengan dernikian, kedua jenis agresi itu berbeda karena tujuan yang

(40)

28

lain, sedangkan agresi rasa benci (hostil) semata - mata untuk melampiaskan

emosi

2.1.3.3. Penyebab agresi

Ada beberapa faktor sosial, pribadi, dan situasional yang menyebabkan

agresi (Baron dan Byrne : 2003):

1. Frustasi

Frustasi: tidak memperoleh apa yang diinginkan atau ケ。ョセj@ diharapkan

terkadang dapat mengarah pada agresi.

2. Provokasi langsung

Seringkali agresi adalah hasil dari provokasi fisik atau verbal dari orang lain.

Ketika kita sedang menerima suatu bentuk agresi dari orang lain - kritik yang

menurut kita tidak adil, ungkapan sarkastis, atau kekerasan fisik - kita jarang

mengalah. Sebaliknya, kita cenderung untuk membalas, memberikan agresi

sebanyak yang telah kita terima - atau mungkin sedikit lebih, terutama jika

kita merasa pasti bahwa orang lain tersebut bermaksud menyakiti

3. Kekerasan media masa

Banyak alasan yang membuat individu menjadi lebih agresif karena

(41)

cara baru cara yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya untuk

melakukan agresi. Kedua, meningkatnya tindakan "Copycat crime" dimana

suatu kejahatan yang dilaporkan di media kemudian ditiru oleh orang-orang

lain dilokasi jauh. Ketiga, munculnya efek desensitisasi, yaitu setelah

menonton banyak adegan kekerasan, individu menjadi bebal pada kesakitan

dan penderitaan orang lain.

Menurut Atkinson dkk (1999), sebagian besar penelitian memberikan

kesimpulan bahwa menonton kekerasan memang meningkatkan agresi

antarpribadi, terutama dikalangan anak kecil. Paparan ォ・セ\・イ。ウ。ョ@ dalam film

dapat menimbulkan perilaku agresif melalui cara:

a. Dengan mengajarkan gaya tindakan agresif

sejumlah kasus ditemukan oleh anak kecil atau anak belasan tahun

yang meniru tindakan kekerasan yang sebelumnya mereka lihat

ditelevisi. Para pelaku tindak kriminal dewasa juga telah

mengembangkan katerampilan mereka dengan menggunakan metode

canggih yang dipertunjukkna di televisi. Dan pihak kepolisian

melaporkan bahwa sejumlah kejahatan merupakan hasil tindakan

orang yang mencoba meniru cerita TV

b. Dengan meningkatkan keterbangkitan

Pada saat menonton acara kekerasan di televisi, anak-anak menjadi

(42)

menonton acara televisi yang tidak mengandung kekerasan, yang

terukur dari adanya peningkatan respon kulit galvanic: perubahan

cepat dalam konduktivitas elektris kulit yang terjadi bersama

keterbangkitan emosional.

c. Membuat orang tidak peka terhadap kekerasan

Penelitian menunjukkan bahwa paparan kekerasani dalam konteks

drama televisi menurunkan responsivitas emosional anak-anak

maupun orang dewasa terhadap agresi nyata

d. Mengurangi kendali pada perilaku agresif

Sebagian orang berusaha mengendalikan impuls agresif mereka.

Meskipun mungkin marah atau mungkin merasa in!iin melukai orang

yang telah menjengkelkan atau melukai kita, sejumlah kendali

mencegah kita untuk melakukannya, termasuk rasa bersalah, rasa

takut terhadap pembalasan, dan celaan orang lain. Beberapa

eksperimen menunjukkan bahwa mengamati orang lain melakukan

perilaku agresif akan melemahkan kendali ini.

e. Mengubah pandangan tentang cara penyelesaian k.onflik

Dilayar televisi atau bioskop, konflik antar pribadi jauh lebih sering di

atasi dengan agresi fisik dari pada dengan cara lain. Orang-orang

yang dianggap pahlawan seringkali melakukan pembunuhan. Dan

menonton "orang baik" mengalahkan "orang jahat" dengan cara

(43)

kekerasan membuat perilaku semacam itu tidak saja diterima tetapi

juga dibenarkan secara moral

4. Rangsangan (stimulus) yang meningkat

Dalam berbagai kondisi, rangsangan (stimulus) yang meningkat -apapun

sumbernya-dapat meningkatkan agresi, sebagai respon terhadap provokasi,

frustasi, dan faktor lain. Bahkan, dalam berbagai eksperimen, rangsangan

yang berasal dari sumber yang bervariasi seperti partisipasi dalam permainan

kompetitif, olah raga keras, bahkan tipe musik tertentu ditemukan dapat

meningkatkan agresi. Hal ini dapat dijelaskan dalam teori transfer eksitasi

yang mengatakan bahwa rangsangan yang dihasilkan dalam satu situasi

dapat tersisa dan memperkuat reaksi emosional yang timbul dalam situsi

berikutnya.

5. Pola perilaku tipe A (type a behavior pattern)

Pola perilaku tipe A adalah orang-orang yang memiliki karakter sangat

kompetitif, salalu terburu-buru, urgensi waktu, dan hostility (permusuhan)

yang tinggi.

Temuan-temuan tambahan mengindikasikan bahwa tipe

Ii.

adalah individu

yang benar-benar hostile : mereka tidak melakukan agresi pada orang lain

hanya karena hal ini merupakan alat yang bermanfaat untuk mencapai

(44)

Melainkan mereka lebih cenderung terlibat dalam apa yang dikenal sebagai

agresi hostil (hostile aggression)-agresi dimana tujuan utamanya adalah

untuk melakukan suatu kekerasan pada korban.

6. lndividu yang memiliki bias atribusional hostil

32

lstilah bias atribusional hostil (hostile atribusional bias) ini mengacu pada

tendensi untuk mempersepsikan maksud atau motif hostile dalam tindakan

orang lain ketika tindakan ini dirasa ambigu. Dengan kata lain, orang-orang

yang memiliki bias atribusi hostile yang tinggi jarang mempersepsikan

tindakan hostile orang lain sebagai ketidaksengajaan, namun segera

mengasumsikan bahwa tindakan provokasi manapun dari orang lain tersebut

adalah disengaja, dan mereka segera bereaksi melawan atau membalasnya

7. Narsisme

Orang dengan narsisme yang tinggi bereaksi dengan tingkat agresi yang

sangat tinggi terhadap penghinaan dari orang lain - umpan balik yang

mengancam self image mereka yang tinggi. Mungkin karena orang-orang

seperti ini memiliki keraguan yang mengganggu mengenai kebenaran ego

mereka yang besar sehingga bereaksi dengan kemarahan yang intens pada

(45)

8. Suhu udara tinggi

Suhu panas meningkatkan agresi, tetapi hanya pada sampai titik tertentu. Di

atas tingkat tertentu orang-orang menjadi sangat tidak nyaman sehingga

mereka kehilangan energi untuk terlibat dalam agresi atau kegiatan keras

lainnya.

9. Konsumsi alkohol

Alkohol mungkin merupakan salah satu faktor situasional yang berkontribusi

pada munculnya agresi. Fakta-fakta menunjukkan bahwa bar-bar dan klub

malam seringkali menjadi tempat terjadinya kekerasan.

Menurut Krahe (2001). Alkohol diperlihatkan memainkan peran penting dalam

praktik kriminalitas dengan kekerasan, termasuk pembunuhan. Sejumlah

besar penelitian telah mengidentifikasi alcohol sebagai faktor resiko untuk

kekerasan dalam rumah tangga, termasuk penganiyaan frsik dan seksual

terhadap anak-anak, agresi seksual, dan pemukulan istri. Selain itu alkohol

telah ditengarai sebagai faktor sentral dalam berbagai macam kekerasan

kelompok, seperti kekerasan dalam olah raga, hura-hura, dan vandalisme

2.1.3.4. Variabel penentu perilaku agresif

Apakah dalam situasi tertentu orang akan melakukan agresi atau tidak,

(46)

1. lntensitas amarah seseorang, yang sebagian ditentukan oleh taraf

frustasi atau serangan yang menimbulkannya, dan sebagian

ditentukan oleh tingkat persepsi individu terhadap frustasi yang

menimbulkan amarah

34

2. Kecendrungan untuk mengekspresikan amarah, yang pada umumnya

ditentukan oleh apa yang telah dipelajari seseoran[J tentang

agresivitas, dan pada khususnya ditentukan oleh sifat situasi

3. Kekerasan dilakukan karena alasan lain yang lebih bersifat

instrumental

2.1.3.5. Jenis-jenis reaksi agresi meliputi :

1 Agresi langsung : agresi verbal atau simbolik, penolakan atau

pengabaian kebaikan, agresi fisik atau hukuman

2. Agresi tak langsung : memberi tahu pihak ketiga untuk membalas

penghasut, merusak sesuatu yang memiliki nlai penting bagi si

penghasut

3. Agresi yang dialihkan: terhadap objek bukan manw;ia, terhadap orang

lain (Sears, Freedman dan Peplau (1994)

2.1.3.6. Mempelajari perilaku agresif

Mekanisme utama yang menentukan perilaku agresif manusia adalah proses

(47)

yang sangat irnpulsif. Bila rnengalarni frustasi dan bila keinginannya tidak

terpenuhi, dia akan rnenangis keras, rnernukul-rnukul tangannya,

rnenghantarn apa saja yang dapat dijangkau.

Perkernbangan agresi terutarna disebabkan oleh proses belajar. Kita

rnernpelajari kebiasaan rnelakukan perilaku agresif dalarn bebarapa situasi

dan rnenekan arnarah dalarn situasi yang lain, bertindak agresif terhadap

beberapa orang tertentu (seperti rnisalnya saudara kandung) dan tidak pada

orang lain (rnisalnya polisi), serta dalarn rnernberikan reaksi terhadap

beberapa jenis frustasi dan tidak terhadap orang lain.

Ada 4 hal yang rnernbuat individu bisa rnernpelajari dan rnengendalikan

agresi (Sears, dkk: 1994)

1. Penguatan (reinforcement)

Salah satu rnekanisrne utarna untuk rnernunculkan proses belajar adalah

penguatan atau peneguhan. Bila suatu perilaku tertentu diberi ganjaran,

kernungkinan besar individu akan rnengulangi perilaku tersebut dirnasa

rnendatang; bila perilaku itu diberi hukurnan, kecil kernungkinan bahwa dia

akan rnengulanginya.

Gejala di atas diterangkan oleh Skinner (dalarn Koswara:1991), bahwa

(48)

cenderung diulang, sernentara iru tingkah laku yang tidak diberi penguatan

atau dihukurn akan cenderung dihentikan oleh organisrne

2. lrnitasi

lrnitasi ini terjadi pada setiap jenis perilaku, terrnasuk agresi. Anak yang

rnangarnati orang lain rnelakukan tindakan agresif atau rnengendalikan

agresinya akan rneniru orang tersebut.

36

Anak juga juga belajar kapan rnasing-rnasing perilaku tersebut boleh

dilakukan. Pada saat-saat tertentu orang tidak boleh rnelakukan agresi

rneskipun secara verbal, tetapi pada saat lain, agresi apapun tidak saja

diizinkan bahkan perlu dilakukan (seperti rnisalnya kalau k:ita diserang). Jadi,

perilaku agresif anak dibentuk dan ditentukan oleh pengarnatannya terhadap

perilaku orang lain.

Proses irnitasi di atas diterangkan lebih lanjut oleh Bandura (dalarn

Gunarsa:1997) bahwa pengaruh lingkungan sosial sangat penting bagi

seluruh perkernbangan kepribadian anak, dirnana anak rn13rnpelajari sesuatu

dari lingkungan sosialnya, rnisalkan anak rnencontoh prilal<u agresi karena ia

(49)

3. Norma sosial

Aspek pendekatan belajar yang ketiga adalah bahwa kita mempelajari norma

umum masyarakat kita yang mengatur kapan dan bagaimana kita boleh

melakukan agresi.

lsyarat mana yang dikaitkan dengan pengungkapan agresi , dan isyarat

mana yang dikaitkan dengan penekanan agresi, diatur dengan baik oleh

norma sosial yang kita pelajari untuk situasi tertentu.

Apa yang kita pelajari adalah norma sosial yang berkaitan dengan

pengungkapan agresi. Kadang-kadang norma ini berlaku untuk seluruh

masyarakat; sebagai contoh, pada umumya kita mempunyai pandangan yang

sama bahwa membunuh orang lain merupakan hal yang s.alah, kecuali dalam

kondisi yang agak ekstrim (membela diri, hukuman mati)

4. Deindividuasi

Biasanya perilaku orang lain diatur secara ketat oleh norma-norma sosial.

lndividu yang menjadi bagian kerumunan memperoleh perasaan tak

terkalahkan yang memungkinkan dia memunculkan nalurinya," selain itu "

suatu kerumunan menjadi anonim, dan akibatnya menjadi tidak bertanggung

jawab ; rasa tanggung jawab yang selalu mengendalikan individu hilang

(50)

38

2.1.3. 7 Cara mengurangi perilaku agresif

Sears, dkk (1994) menjelaskan bahwa ada beberapa tehnik-tehnik sistematis

yang dapat digunakan untuk mereduksi (mengurangi) perilku agresif

1. Hukuman dan pembalasan

Jelas bahwa rasa takut terhadap hukuman atau pembalasan bisa

menekan perilaku agresif. Anak yang lebih muda al<an lebih mungkin

menjadi korban kekerasan dalam keluarga dibandingkan anak yang

lebih tua, karena mereka lebih lemah dan l<ecil kemungkinannya untuk

membalas. Namun ancaman hukuman atau pembalasan tidak bisa

dijadikan pemecahan umum untuk masalah kekerasan. Pertama, anak

yang sering dihukum karena melakuka perilkau agresif akan menjadi

lebih agesif dibandingkan anak yang lain. Mungkin karena mereka

meniru model orang tua yang agresif. Kedua, bahwa rasa takut

terhadap hukuman atau pembalasan bisa menimbulkan agresi balik.

Orang yang diserang mempunyai kecendrungan unituk membalas

penyerangnya, meskipun pemabalasan itu bisa menimbulkan

serangan yang lebih besar

Lebih dijelaskan lagi oleh Baron dan Byrne (2003) bahwa hukuman

dapat menjadi efektif dalam mengurangi agresi, tetapi hanya jika

(51)

2. Mengurangi frustasi

Tekhnik yang lebih baik adalah dengan mengurangii kemungkinan

terjadinya serangan dan frustasi. Setiap masyarakat berusaha

menjamin adanya tingkat kesamaan hak untuk mendapatkan

keperluan hidup, seperti makanan, pakaian, perumahan dan

kehidupan berkeluarga. Alasan utamanya adalah untuk menghindari

gangguan kekerasan yang berskala besar dalam kt3hidupan

sehari-hari terutama dari kelompok-kelompok yang frustasi. Meskipun

masyarakat memandang kedepan dengan berusaha meminimalkan

frustasi dari skala besar, mereka tidak akan pernah dapat

menghilangkan frustasi secara menyeluruh

3. Hambatan yang dipelajari

Teknik lain untuk mengurangi agresi adalah dengan belajar

mengendalikan perilaku agresif kita sendiri, tidak peduli apakah kita

diancam akan dihukum atau tidak.

Ada dua pelajaran umum yang harus dipelajari : memekan periaku

agresif secara umum dan menekannya dalam situasi tertentu.

Hambatan agresi yang dipelajari secara umum dapat disebut

kecemasan agresi (rasa salah agresi). Orang akan merasa cemas

bila mendekati tanggapan berupa agresif. Orang tua yang

menggunakan penalaran dan penghindaran afeksi sebagai teknik

(52)

lebih banyak dibandingkan orang tua yang menggunakan taraf

hukuman fisik yang tinggi

l<ita juga mempelajari kecemasan tentang ー・ョァオョセゥォ。ー。ョ@ agresi

dalam situasi tertentu yang sangat spesifik, selama hidup kita

mempelajari kembali "ikatan" norma-norma lingkungan sosial

Lebih dijelaskan lagi oleh Baron dan Byrne (2003) Pelatihan dalam

keterampilan sosial : belajar untuk memiliki hubungan baik dengan

orang lain dapat mengurangi perilaku agresi individu.

4. Pengalihan (displacement)

40

Seringkali orang dibuat frustasi atau jengkel oleh seseorang tetapi

tidak dapat membalasnya-mungkin karena orang itu terlalu kuat, atau

mungkin karena mereka terlalu cemas dan terhambat untuk

melakukannya. Dalam situasi semacam ini, mungkin mereka akan

mengekspresikan agresi dengan cara lain, diantaranya dengan cara

pengalihan - yaitu, mengekspresikan agresi terhadap sasaran

pengganti

prinsip dasar pengalihan adalah bahwa semakin banyak kesamaan

antara sasaran dengan sumber frustasi semakin kuat dorongan agresif

terhadap sasaran, pengalihan juga bisa terjadi dalam dimensi

(53)

Baron dan Byrne (2003) juga rnenjelaskan bahwa agresi yang

dipindahkan (displaced aggression) adalah agresi terhadap seseorang

yang bukan surnber dari provokasi awal yang kuat; agresi yang

dipindahkan terjadi karena orang yang rnelakukannya tidak ingin atau

tidak dapat rnelakukan agresi terhadap sumber provokasi awal.

5. Katarsis

perasaan rnarah dapat dikurangi rnelalui pengungkapan agresi. Freud

rnenyebut proses ini dengan Katarsis (pernbersihan). Inti gagasan

katarsis adalah bahwa bila orang rnerasa agresif, tindakan agresi yang

dilakukannya akan rnengurangi intensitas perasaannya. Hal ini, pada

gilirannya, akan rnengurangi kernungkinannya untuk bertindak agresif.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Baron dan Byrne (2003) bahwa

Hipotesis-katarsis :rnenyediakan suatu kesernpatan pada orang yang sedang

rnarah untuk rnengekspresikan irnpuls-irnpuls agresif mereka dalarn

cara yang relative arnan karna rnengurangi tendensi rnereka untuk

terlibat dalarn bentuk agresi yang lebih berbahaya

2.2 KERANGKA BERFIKIR

Kebutuhan bisa dibangkitkan oleh proses internal, akan tetapi lebih sering

dirangsang oleh faktor lingkungan (Alwisol:2004). Salah satu kebutuhan yang

(54)

memenuhi keperluan ekonomi rumah tangga, yalmi pemenuhan akan

kebutuhan primer, sekunder, tertier, Quarter dan seterusnya.

42

Kebutuhan dalam pemenuhan ekonomi rumah tangga dapat merupakan

sumber I pembangkit stres (stresor) bagi individu, karena menurut (Munandar : 2001) semua faktor-faktor yang ada dalam kehidupan bisa menimbulkan

stres, sumber stres dapat berasal dari lingkungan sekitar dan dari diri individu

itu sendiri.

Stres yang berasal dari ketidakmampuan individu dalam memenuhi

kebutuhan ekonomi rumah tangga, jika tidak dapat dikendalikan dengan baik

dapat mengakibatkan seseorang mengarah kepada prilaku agresi.

Disamping itu keadaan seseorang yang mengalami frusta:si dapat

mempengaruhi dirinya untuk berprilaku agresif. Hal ini diterangkan dalam

teori hipotesis frustasi (frustration-aggression hypothesis)

Dalam bentuk aslinya, hipotesis ini membuat dua pernyataan penting: (1)

frustasi selalu memunculkan bentuk sesuatu dari agresi, dan (2) agresi selalu

muncul dari frustasi. Singkatnya, teori ini memandang bahwa orang yang

frustasi selalu terlibat dalam suatu tipe agresi dan semua tindakan agresi

(55)

Selanjutnya, Berkowitz (dalam Sarwono: 1999) mengatakan bahwa frustasi

menimbulkan kemarahan dan emosi marah inilah yang memicu agresi.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik hubungan bahwa seseorang yang

mengalami distress terhadap pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga,

dapat membuat dirinya mengalami frustasi karena kebutuhan tersebut tidak

terpenuhi, frustasi tersebut akan menimbulkan rasa marah dan memicu

individu untuk melakukan perilaku - perilaku agresif.

Skema kerangka berfikir:

Stressor berasal:

I. dari dalam diri individu 2. dari lingkungan.

contoh stressor yang berasal dari lingkungan adalah Kebutuhan dalam keluarga. Jika Kebutuhan ini tak terpenuhi, dapat

mengakibatkan individu mengalami stress.

Stres yang tidak bisa dikendalikan dengan baik mengakibatkan distres

2.3 HIPOTESA

Tabel 2.1 lndividu yang mengalami distress akan mengakibatkan frustasi Fmstasi mempakan salah satu penyebab dari - m1mculnya tindakan agres1.

Ho: Tidak ada hubungan signifikan antara stress terhadap kebutuhan

keluarga dengan agresi pada orang tua

HI : Ada hubungan signifikan antara stres terhadap kebutuhan keluarga

[image:55.595.62.478.187.574.2]
(56)

BAB3

METODELOGI

PENELITIA,N

3.1. JENIS PENELITIAN

3.1.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

Kuantitatif. Azwar (2005) mengatakan bahwa penelitian kuantitatif

menekankan anlisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah

dengan metode statistika

3.1.2. Metode penelitian

44

Metode yang digunakan adalah metode Deskriptif. Menurut Kountur (2004)

metode deskriptif adalah metode penelitian yang memberikan gambaran atau

uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap

objek yang diteliti.

Sedangkan menurut Singarimbun(1995) metode deskriptif dimaksudkan

untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Korelasional (Sevilla, 1993) yaitu

(57)

suatu populasi (variabel bebas: Stres terhadap kebutuhan keluarga dan

variabel terikat adalah Agresi pada orang tua)

Sedangkan menurut Kountur (2004) jenis penelitian korelasi, yaitu penelitian

yang melihat hubungan antar variabel. Dua atau lebih variabel diteliti untuk

melihat hubungan yang terjadi diantara mereka tanpa mencoba untuk

merubah atau mengadakan perlakuan terhadap variabel-variabel tersebut

3:1.3. Definisi variabel dan operasional variabel.

A. Definisi variabel

Variabel adalah simbol / lambang yang padanya kita lekatkan bilangan I nilai

(Kerlinger; 1990), variabel terdiri dari:

1. Variabel bebas: variabel yang dapat dimanipulasi atau disebut juga

variabel penyebab. Dalam penelitian ini variabel bebas adalah: stres

terhadap kebutuhan keluarga.

Definisi variabel Stres terhadap kebutuhan keluarga adalah stress yang yang

disebabkan karena adanya tekanan secara fisik maupun psikis didalam

memenuhi kekurangan rumah tangga yang bersifat primer, sekunder, tertier,

Quarter dan seterusnya.

2. Variabel terikat : variabel yang tidak dapat dimanipulasi atau disebut

(58)

Definisi variabel agresi pada orang tua adalah tindakan orang tua yang

berbentuk permusuhan, menyerang, menyakiti dan melukai secara fisik

ataupun secara verbal yang ditujukan pada anak/ isteri ataupun benda

B. Definisi Operasional

Menurut Azwar (2005) definisi operasional adalah suatu definisi mengenai

variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karak:teristik variabel

tersebut yang dapat diamati.

46

Definisi operasional stres terhadap kebutuhan keluarga adalah distress yang

disebabkan karena adanya tekanan didalam memenuhi k13butuhan akan

makanan pokok sehari-hari, tempat tinggal, pakaian, dan pendidikan anak

yang diukur dengan menggunakan skala sikap model Likmt

lndikator distres terdiri dari

1.

Tanda-tanda suasana hati (mood) : Cemas, merasa tidak pasti, sulit

tidur malam, menjadi mudah bingung dan lupa, gelisah (ill at ease),

menjadi gugup (nervous)

2. Tanda-tanda otot kerangka (muscu/oskeletaf) : gernetar, tidak dapat

duduk diam, kepala mulai sakit, merasa otot menjadi tegang atau kaku

3. Tanda-tanda organ-organ dalam badan (visceral) : Perut terganggu,

(59)

Defenisi Operasional agresi pada orang tua adalah perilaku menyakiti dan

melukai anal< I pasangannya (secara fisik atau verbal) atau merusak harta

benda yang diukur dengan menggunakan skala sikap model Likert

lndikator agresi adalah:

1. Agresi langsung : mencaci maki, memarahi, mengancam,membentak,

menyindir, memukul, menjewer, menolak kebaikan

2. Agresi yang dialihkan: terhadap benda-benda atau barang-barang,

dan terhadap orang lain

3.2. Pengambilan Sampel

3.2.1.

Populasi dan sample

a. Populasi

Populasi adalah sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai

generalisasi hasil penelitian (Azwar: 2005).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga yang merupakan

masyarakat Kelurahan Pisangan

b. Sampel

Sampel adalah kelompok kecil yang kita amati (Gay, dalam Sevilla:

(60)

Jumlah sampel untuk penelitian metode korelasi adalah sebanyak 30 orang

(sevilla, 1993).

Karakteristik sampel:

1. Orang tua (ayah/ibu) yang memiliki anak yang sudah bersekolah

2. Masih tinggal dirumah kontrakan

3. status ekonomi tergolong menengah kebawah

3.2.2.

Teknik pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random

sampling, dengan metode simple random sampling, yaitu setiap individu

dalam populasi mempunyai hak yang sama untuk dipilih sebagai sampel

penelitian (Arikunto:2002)

3.3. Pengumpulan data

3.3.1.

Metode dan instrument

Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah dengan

menyebarkan skala sikap mengenai stres dan agresi.

48

lnstrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data adalah dengan

menggunakan ska la sikapmodel Likert.atau disebut juga clengan metode

(61)

Skala yang berasal dari ide dan yang dikemukakan oleh Likert, biasanya

menggunakan 5 tingkatan (Arikunto, 2003), selalu (SL), sering (SR), jarang

(JR), tidak pernah (TP) . Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan 4

tingkatan dengan tidak menggunakan jawaban tengah

(netral/kadang-kadang), karena jawaban ragu-ragu bukanlah merupakan sikap yang pasti

dan jelas untuk diukur

Skala Model Likert ini memuat dua skala, yaitu:

a. Skala stres terhadap kebutuhan keluarga.

Blue Print Skala stres terhadap kebutuhan keluarga (sebelum Try Out)

Tabel 3.1

indikator No item jml

F UF

Tanda-tanda suasana 1 *,2*,3*,4*,5,6*,7 14*,1!5*,16,17*,1 25

hati (mood) ,8*,9*, 1O*,11*,12, 8*, 19'',20,21*,22

13* ,23*,24,25*

Tanda-tanda otot 26*,27*,28*,29*, 39* ,40* ,41 * ,42*, 25

kerangka 30*,31 *,32*,33*,3 43,44',45*,46*,4

( ュオウ」オOッウォ・ャ・エ。セ@ 4*,35*,36*,37*,38* 7*,48*,49*,50*

Tanda-tanda organ-organ 51*,52*,53*,54*,5 64,65*,66*,67*,6 25

[image:61.595.66.468.177.679.2]
(62)

,60*,61*,62*, 63* 2*,73,74*,75*

Jumlah 39 36

Blue Print Skala stres terhadap kebutuhan keluarga (penelitian)

Tabel 3.2

indikator No item

F UF

Tanda-tanda suasana 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,8 9,10,11,12,13,1

hati (mood) 4,15,16

Tanda-tanda otot 17,18,19 20,21,22

kerangka

(musculoskeletaf)

Tanda-tanda organ-organ 23,24,25,26 27,28,29,30

dalam badan (visceral

Jumlah 15 15

b. Agresi pada orang tua

Blue Print Skala agresi pada ッイ。ョセQ@ tua (Try out)

Tabel 3.3

50

75

jml

16

6

8

[image:62.595.71.467.92.541.2]
(63)

indikator No item

F

UF

Agresi langsung 1,2*,3,4,5,6,7,8*,9*, 19*,20*,21*,22*,

1O*,11*,12*, 13*, 14 *, 15*, 23,24,25,26*,27

16,17*,18* *,28,29*,30,

31,32:,33*,34*,3

!i*,36*

Agresi yang 37*,38*,39*,40*, 55*,5(),57*,58*,5

dialihkan 41 *,42*,43*,44*,45, 9*,60'',61,62*,63

46*,47* ,48,49* ,50*,51 *,52* *,64*,65*,66*,67

,53*,54* *,68*,69*,70*,71

,72*,7'3*,74*,75*

jumlah 36 39

Blue Print Skala agresi pada orang tua (penelitian)

Tabel

3.4

indikator No item

F

UF

Agresi langsung 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 11,12,13,14,15,

16,17',18,19,20

jml

36

39

75

jml

[image:63.595.70.467.89.594.2]
(64)

Agresi yang dialihkan 21,22,23,24,25 26,27,28,29,30

jumlah 15 15

3.3.2.

Teknik uji instrumens

Uji instrumen penelitian diberikan kepada warga k。ューオョAセ@ Utan yang

memiliki karkteristik sama dengan sampel.

Teknik uji instrumen terdiri dari:

10

30

A. uji validitas, dengan menggunakan korelasi Product Moment Pearson

dengan memakai SPSS 11

52

Menurut Arikunto (2003), untuk menghitung analisa daya pembeda item dan

validitas digunakan rumus product momen.

Rumus product moment:

LXY - ( LX) ( LY) I n r xy =

,l[LX 2

- ( LX) 2/n][

Ly•

-

(LY)2/n]

Keterangan:

r xy : Angka indeks korelasi "r" product moment

(65)

l:XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan ウャセッイ@ Y

rx

:

Jumlah skor

x

l:Y : Jumlah skor Y

B. Uji reliabilitas, (Azwar, 2003) mengatakan bahwa untuk menguji reliabilitas

alat pengumpulan data dilakukan dengan Alpha Cronbach, dengan rumus :

a

=

[__!__][1 -

I$j2

]

k-1 Sx'

a : Reliabilitas alpha

I< : Jumlah belahan tes

Sj : Varian belahan j; j 1,2 ... k

(66)

BAB4

ANALISA DATA

4.1

Gambaran Responden

4.1.1 Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin

Dari 30 orang responden yang diteliti, sebanyak 18 orang (60%) berjenis

kelamin perempuan, sementara sisanya sebanyak 12 orang (40%)

merupakan responden pria. Berikut ini adalah tabel distribusi jenis kelamin

responden.

Tabel 4.1 : Distribusi Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin frekuensi Persentase

Perempuan 18 60%

Pria 12 40%

Total 30 100%

4.1.2 Gambaran responden berdasarkan usia

Dari 30 orang responden yang diteliti, responden yang berada pada rentang

usia 20-40 tahun berjumlah 25 orang (83,3%). Sementara responden yang

berada pada rentang usia 41-60 tahun sebanyak 5 orang (16,7 %). Berikut

ini adalah tabel distribusi usia responden

[image:66.595.56.487.82.517.2]
(67)
[image:67.595.59.487.117.506.2]

Tabel 4.2 : distribusi usia responden

Usia Frekuensi Persentase

2040 25 83,3%

41-60 5 16,7%

4.1.3 Gambaran responden berdasarkan jenis pekerjaan

Dari 30 responden yang diteliti, jenis pekerjaan mereka dapat diklasifikasikan

menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu: karyawan swasta, ibu rumah tangga,

wiraswasta, dan buruh.

Responden yang bekerja sebagai karyawan swasta sebayak 4 orang

(13,3 %). Responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 12

orang (40%). Responden yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 9 orang

(30%). Dan responden yang bekerja sebagai buruh sebanayak 5 orang

(16,7%). Berikut ini adalah tabel distribusi jenis pekerjaan responden.

Tabel 4.3 : distribusi jenis pekerjaan responden

Jenis pekerjaan Frekuensi Persentase

Karyawan swasta 4 13,3%

lbu rumah tangga 12 40%

[image:67.595.57.483.565.679.2]
(68)

16,7%

total 30 100%

4.1.4 Gambaran responden berdasarkan tempat エゥョァセQ。ャ@

Penelitian dilakukan di kelurahan Pisangan,dengan memilih 3 RW yang

dijadikan sampel dalam penilitian ini.

Tabel 4.4: Distribusi tempat tinggal respcmden

T empat tinggal Frekuensi Persentase

RW007 10 33,33%

RW008 10 33,33%

RW011 10 33,33%

total 30 33,33%

4.2

PRESENTASI DATA

4.2.1. Uji instrument penelitian

56

Uji validitas variabel dilakukan dengan menggunakan rumus product moment.

Dari 75 item pada skala "stres terhadap kebutuhan keluar9a", diperoleh

sebanyak 65 item yang valid. Dari 65 item yang valid tersHbut kemudian

diambil sebanyak 30 item yang nilai validitas butirnya paling tinggi untuk

[image:68.595.55.486.89.514.2]
(69)

Sedangkan untuk menguji reliabilitas instrumen peneliti menggunakan rumus

alpha Cronbach, dan diperoleh nilai reliabilitas instrumen sebesar 0,967.

Artinya bahwa instrumen (skala) yang mengukur stres terhadap kebutuhan

keluarga adalah konsisiten dan dapat dipercaya dalam memberikan

pengukuran terhadap responden.

Selanjutnya uji validitas untuk variabel "agresi pada ッイ。ョセQ@ tua" juga

dilakukan dengan menggunakan rumus product moment. Dari 75 item pada

skala "agresi pada orang tua", diperoleh sebanyak 57 item yang valid. Dari 57

item yang valid tersebut kemudian diambil sebanyak 30 ゥエQセュ@ yang nilai

validitas butirnya paling tinggi untuk dijadikan skala penelitian sebenarnya

Sedangkan untuk menguji reliabilitas instrumen pada skala "agresi pada

orang tua" peneliti menggunakan rumus alpha Cronbach, dan diperoleh nilai

reliabilitas sebesar 0,936. Artinya bahwa instrumen (skala) yang mengukur

agresi pada orang tua adalah konsisiten dan dapat dipercaya dalam

memberikan pengukuran terhadap responden.

4.2.2. UJI PERSYARATAN

4.2.2.1. Uji normalitas

Peneliti menyajikan uji persyaratan dengan menggunakan uji normalitas data.

(70)

58

non parametrik, maka perlu bagi kita untuk mengetahui apakah data yang

diteliti menyebar normal tau tidak normal (Mauludi : 2006). Dengan demikian

analisa statistik yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah analisis statistik

berupa uji normalitas.

stress dim memenuhi kebutuhan keluarga

stress dim memenuhi kebutuhan keluaraa

Tabel 4.5

Tests of Normality

Kolmo orov-Smirnov(a)

Statistic df Sia.

.105 30 .200(*)

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

67.4333 22.61474 30

Bahwa nilai signifikan pada variabel kebutuhan terhadap keluarga adalah

lebih besar dari pada taraf signifikan 5 % (0,200>·0.05) sehingga dapat

disimpulkankan bahwa data berdistribusi normal, dengan mean sebesar

67,443, dan standar deviasi (SD) sepesar 22,61. Berikut ini adalah gambar uji

normaitas stres t\'lrhad<ip kebutuhC1f1 keluarga, dengan menggunakan SPSS

[image:70.595.66.474.175.484.2]
(71)

Normal Q-Q Plot of stress

0

Observed Value

Tabel 4.6

Tests of Normality

Kolmoqorov-Smirnov(a)

Statistic df Sii:i.

agresi pada

.123 30 NセエッoHJI@

orang tua

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

agresi pada orang tua 44.7667 9.75452 30

Sementara itu nilai signifikan pada variabel agresi pada orang tua lebih besar

dari pada taraf signifikan 5 % (0,200>0.05) sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa data berdistribusi normal, dengan mean sebesar 44, 7667

dan standar deviasi sebesar 9,7754. berikut ini adalah gambar uji normalitas

[image:71.595.72.476.108.528.2]
(72)

Normal Q-Q Plot of agresi pada orang tua RNPセMMMMMMMMMMMMMMML@ 1.5 10 .5 0.0

ro -.s

§

セ@ ·1.0

セ@.... -1.5

"

"-0 0 n 0 0

i.ti - 2 . 0 + - - - l

20 30 40 50 60 70

Observed Value

4.2.2.2. Uji Homogenitas

60

Dengan uji homogenitas, suatu kelompok dapat diketahui keberagamannya.

Dalam penelitian ini, Uji Homogenitas menggunakan 2 hipotesa, yaitu:

[image:72.595.65.477.97.685.2]

Nilai > 0.05

=

varians data bersifat homogen Nilai < 0.05

=

varians data bersifat tidak homogen.

Table 4.7: Test of HomogeneitJ/ ofVariam:e

Levene

Variabel Statistic df1 df2 Sig.

Kebutuhan Keluarga .792

1 28 0.381

.889

1 28 .354

.889

1 25.323 .355

.856

1

28 .363

Agresi Orang Tua 3.478

1 28 0.073

A -. .... - A

--

(73)

1.295

1 23.712 .266

3.297

1 28 .080

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikan pada variabel

kebutuhan terhadap keluarga adalah lebih besar dari pada 0.05 yaitu 0.381,

sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik respond13n ketika stres

dalam memenuhi kebutuhan keluarga adalah bersifat homogen (sejenis)

Selanjutnya, nilai signifikan yang diperoleh dari variabel agresi pada orang

tua berada diatas nilai 0.05, yaitu 0.073. sehingga dapat disimpulkan bahwa

Gambar

Tabel 4.8: Hasil Utama Penelitian......................................................
Tabel Skema kerangka berfikir: 2.1
Tabel 3.1 indikator
Tabel 3.2 indikator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menganalisis mengenai behavioral intention wisatawan Malaysia yang pernah atau sedang melakukan kunjungan wisata di destinasi wisata Kota

Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat RKP Desa adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun merupakan penjabaran dari RPJMD yang

 Dalam penerapannya sistem agribisnis memiliki tujuan yaitu : (1) menggerakkan kegiatan semua komponen, yang berarti juga mengoptimalkan potensi yang ada di wilayah atau daerah;

Karakter yang berkualitas harus distimulasi dan dibina sejak usia dini. Karena usia dini merupakan masa yang baik bagi pembentukan karakter bila gagal menanamkan karakter

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengambil tema penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Kenampakan Alam Melalui Penerapan Media Lingkungan Sekitar

Dysfunctional audit behavior diukur dengan bagaimana seorang auditor menerima beragam bentuk perilaku disfungsional yang meliputi: penyelesaian tugas audit tanpa

The aim of this study was to find out whether Directed Reading Thinking Activity (DRTA) strategy was effective or not to assist students’ reading comprehension in narrative

Dalam tarif di perusahaan total semua biaya yang dikenakan jumlahnya lebih kecil sedangkan dalam teori biaya yang dikenakan dalam sebuah paket perjalanan wisata jumlahnya besar