SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
LUKMANUL HAKIM AZIZ NIM : 106046101649
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Suatu perusahaan harus memiliki FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset yang baik agar masyarakat bersedia menginvestasikan modalnya. FDR menunjukkan tingkat intermediasi suatu bank, pendapatan bagi hasil mengukur kinerja bank dalam mencetak suatu laba, sedangkan total asset menunjukkan kekayaan yang dimiliki oleh bank. Salah satu cara untuk mengukur laba suatu bank adalah dengan Return on Asset
(ROA). Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset terhadap profitabilitas bank syariah?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset terhadap profitabilitas industri perbankan syariah di Indonesia.
Dalam penelitian ini data yang diambil berupa data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dari tahun 2006 hingga tahun 2008. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Agar lebih memudahkan dalam pengolahan data maka digunakan program komputer SPSS statistik 15.00, dengan metode pengumpulan data adalah studi dokumentasi. Variabel bebasnya adalah FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset sedangkan variabel terikatnya adalah profitabilitas (ROA).
Hasil yang didapat adalah FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset secara simultan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas bank syariah. Namun, secara parsial FDR dan total asset tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas dan hanya pendapatan bagi hasil yang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas bank syariah.
Berdasarkan penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset memiliki pengaruh terhadap profitabilitas. Saran yang diberikan adalah agar masa yang akan datang industri perbankan syariah dapat meningkatkan jumlah pembiayaan yang disalurkan, karena dengan jumlah tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan bagi hasil. Akan tetapi, dalam pemberian pembiayaan harus diperhatikan adanya pembiayaan yang macet, sehingga industri perbankan syariah dapat lebih selektif dalam menyalurkan dananya.
Kata kunci: Financing to Deposit Ratio (FDR), Pendapatan Bagi Hasil, Total Asset
dan Profitabilitas (ROA).
Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puja dan puji hanya bagi Allah SWT
Tuhan semesta alam. Sang Maha Daya pemberi kekuatan ketika aku merasa lelah dan
hampir putus asa. Sang Maha Pengabul atas setiap permohonanku, hanya kepada-Nya
tempatku bersimpuh. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada manusia yang
paling mulia dengan keluhuran akhlaknya, Nuurun min Nuurin yaitu Nabi Besar
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan ummatnya.
Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri rasanya ketika tugas akhir ini akhirnya
selesai juga. Mengingat begitu banyak kendala di dalam proses penyusunannya. Tapi
tetap indah rasanya ketika kembali teringat bahwa Allah SWT selalu punya rencana
besar untuk setiap hamba-Nya. Oleh karena itu, apalagi yang bisa kulakukan selain
usaha, doa dan tawakal.
Dengan penuh kesadaran, skripsi ini mungkin tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan Akan tetapi harapan penulis setidaknya skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi siapapun yang membacanya, atau mungkin menjadi sebuah inspirasi
untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Amin.
Untuk itu, penulis ingin mengucapkan syukur yang begitu besar kepada Sang
Maha Penguasa Allah SWT, karena dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan
i
1. Bapak Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MH, MM. Selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah
Jakarta.
2. Ibu DR. Euis Amalia M. Ag, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan
Bapak Azharuddin Lathif, M. Ag selaku Sekretaris Program Studi Muamalat.
3. Bapak Dr. Abdurrahman Dahlan, MA dan Bapak Indoyama Nasaruddin, SE,
MAB selaku pembimbing skripsi. Terima kasih untuk bersedia menyisihkan
waktu disela-sela pekerjaan yang padat untuk membimbing penulis sehingga
skripsi ini dapat selesai.
4. Orang tuaku tercinta Ayahanda H. Endang Muksin, BA dan Ibunda Isah
Aisah. Terimakasih tiada tara atas setiap doa yang tak pernah henti
dipanjatkan dan kasih sayang yang tak pernah henti diberikan, membantu dan
mendukung ananda baik secara moril maupun materil, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini adalah persembahan khusus
untuk Ayahanda dan Ibunda, walaupun dengan semua ini penulis tidak akan
pernah dapat membayar kasih sayang dan tetes keringat yang telah tercurah
untuk penulis. Akan tetapi ini adalah salah satu dari sedikit rasa bakti dan
kasih sayang penulis kepada kedua orang tua.
ii
6. Kepala Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum beserta jajarannya dan
kepala Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah beserta jajarannya yang
telah membantu penulis melakukan penelitian.
7. Teman-teman Fakultas Syariah dan Hukum angkatan 2004 khususnya
PROPESA Ibnu Hazm, teman-teman PMF angkatan 2004, teman-teman
jurusan Muammalat khususnya prodi Perbankan Syariah. Sahabat-sahabat
terbaikku Solihin, Rida Endut, Ozzi, Fandie, Fadil yang telah mendampingi
penulis, yang selalu ada waktu untuk mendengar, memberi saran, dan tidak
pernah berhenti untuk peduli dalam waktu suka maupun duka, mensuport dan
membantu penulis hingga skripsi ini selesai. Separuh hidup ini bersama
kalian, semoga kita menjadi orang-orang terbaik kawan. Kepada Nurazizah
MTs yang sudah bersedia menemani penulis ke Perpustakaan Utama UI. Juga
kepada Selly Septiani yang juga sempat membantu penulis untuk
mengunjungi Perpustakaan FE UI.
8. Kawan-kawan MEDINA, Fadil dan Yuda yang selalu mengisi waktu luang
untuk tetap terus latihan dan latihan, semoga apa yang kita cita-citakan dapat
tercapai. Tak lupa juga kepada tim hadroh Nurul Qolbi yang selalu
mengingatkan kapan skripsi ini dapat selesai.
iii
Akhir kata hanya kepada Allah jualah penulis memanjatkan doa, semoga
Allah SWT memberikan balasan berupa amal yang berlipat kepada mereka. Tanpa
dorongan dan dukungan mereka, penulis hanyalah hamba yang dhaif. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat dan memberikat kontribusi bagi orang banyak. Amin.
Jakarta, 26 Mei 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
D. Kajian Terdahulu ... 11
E. Kerangka Teori dan Pemikiran ... 15
F. Metode Penelitian ... 20
G. Hipotesis ... 24
H. Sistematika Penulisan ... 24
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pembiayaan ... 26
1. Pengertian Pembiayaan ... 26
2. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan ... 39
3. Jenis-Jenis Pembiayan ... 32
4. FDR ... 41
B. Pendapatan Bagi Hasil ... 44
v
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 53
B. Teknik Analisis Data ... 54
1. Uji Asumsi Klasik ... 54
a. Uji Normalitas ... 54
b. Uji Multikoliniearitas ... 55
c. Uji Autokorelasi ... 55
d. Uji Heteroskedastisitas ... 56
2. Uji Hipotesis Statisistik ... 57
a. Persamaan Regresi Berganda ... 57
b. Uji F ... 58
c. Uji t ... 58
d. Koefisien Korelasi ... 59
e. Uji Koefisien Determinasi... 60
C. Definisi Operasional Variabel ... 61
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Bank Indonesia ... 65
1. Sejarah singkat Bank Indonesia ... 65
2. Visi dan Misi Bank Indonesia ... 66
3. Tujuan dan Tugas Bank Indonesia ... 66
vi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 90
B. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 93
LAMPIRAN
vii
Tabel 4.1 Tingkat FDR Periode Januari 2006 hingga Desember 2008 ... 68
Tabel 4.2 Deskripsi Data Tingkat FDR ... 69
Tabel 4.3 Tingkat Bagi Hasil Periode Januari 2006 hingga Desember 2008 70
Tabel 4.4 Deskripsi Data Tingkat Bagi Hasil ... 71
Tabel 4.5 Tingkat Total Asset Periode Januari 2006 hingga Desember 2008 72 Tabel 4.6 Deskripsi Data Tingkat Total Asset ... 73
Tabel 4.7 Tingkat ROA Periode Januari 2006 hingga Desember 2008 ... 74
Tabel 4.8 Deskripsi Data Tingkat ROA ... 75
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi ... 79
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikoliniearitas ... 80
Tabel 4.11 Hasil Uji secara Simultan ... 82
Tabel 4.12 HasilUji secara Parsial ... 83
Tabel 4.13 Model Regresi Linier Berganda ... 84
Tabel 4.14 Hasil Uji Korelasi ... 86
Tabel 4.15 Nilai Koefisien Determinasi ... 87
viii
ix
Gambar 3.1 Bagan Langkah-Langkah Penelitian ... 64
Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata FDR Tahun 2006-2008 ... 69
Gambar 4.2 Grafik Rata-Rata Tingkat Bagi Hasil Tahun 2006-2008 ... 71
Gambar 4.3 Grafik Rata-Rata Total Asset Tahun 2006-2008 ... 73
Gambar 4.3 Grafik Rata-Rata ROA Tahun 2006-2008 ... 75
Gambar 4.5 Grafik Scatterplot ... 78
Gambar 4.6 Hasil Uji Normalitas ... 81
A. Latar Belakang
Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usahanya
berfungsi sebagai lembaga intermediary yaitu badan yang mempunyai tugas
utama melakukan penghimpunan dana dari pihak ketiga dan menyalurkannya
kembali ke masyarakat. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa bank
memiliki tugas menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) ke
pihak yang kekurangan dana (defisit).1 Disamping itu, bank syariah juga
menawarkan jasa dalam bidang keuangan lainnya dengan maksud membantu
kelancaran lalu lintas pembayaran dan kegiatan bisnisnya. Dengan demikian,
kegiatan usaha bank syariah secara mendasar adalah menjalankan fungsi
penghimpunan dana, penyaluran dana, dan jasa keuangan.
Dalam hal menyalurkan dana, bank syariah juga memberikan pembiayaan
dalam rangka mengelola dana yang telah dihimpun dari masyarakat. Hasil dari
penyaluran pembiayaan tersebut, diharapkan bank dapat meneruskan dan
1
Ade Artesa dan Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, (T.tp, PT. Indeks, 2006), h. 5.
mengembangkan usahanya agar tetap survival dan meluas jaringan usahanya,
sehingga semakin banyak masyarakat yang dilayaninya.2
Pada prinsipnya, bank syariah memberikan layanan bebas bunga kepada
para nasabahnya. Pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk
transaksi. Islam melarang kaum muslimin menarik atau membayar bunga (riba).
Pelarangan inilah yang membedakan sistem perbankan syariah dengan sistem
perbankan konvensional. Secara teknis, riba adalah tambahan pada jumlah pokok
pinjaman sesuai dengan jangka waktu peminjaman dan jumlah pinjamannya.
Meskipun sebelumnya terjadi perdebatan mengenai apakah riba ada kaitannya
dengan bunga (interest) atau tidak, namun sekarang nampaknya ada konsensus di kalangan ulama bahwa istilah riba meliputi segala bentuk bunga.3
Dalam UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang kemudian diubah
menjadi UU No.10 tahun 1998 ini, memperjelas bahwa landasan hukum serta
jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank
syariah, memberi arahan kepada bank-bank konvensional untuk membuka
cabang-cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank
syariah.
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.4/1/PBI/2002 tentang perubahan
kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umum berdasarkan
2
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Cet.II,(Yogyakarta: Ekonisia, 2005), h. 197.
3
prinsip syariah dan pembukaan kantor bank umum berdasarkan prinsip syariah
diberlakukan dalam rangka menyempurnakan ketentuan yang mengatur
kelembagaan perbankan syariah khususnya tentang perubahan kegiatan usaha
bank umum konvensional menjadi bank umum yang kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah serta yang mengatur tentang pelaksanaan kegiatan
usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum konvensional.
Selain tujuan tersebut, PBI juga memperluas pengembangan jaringan
kantor pelayanan perbankan syariah yang memungkinkan bank konvensional
yang telah memiliki unit usaha syariah (UUS) untuk membuka jaringan kantor
bank syariah di kantor bank konvensionalnya. Kantor bank syariah yang berada di
kantor bank konvensional tersebut selanjutnya dinamakan unit syariah. Dengan
adanya UU dan PBI, diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mendorong
pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia.4
Tahun 2008 perkembangan industri perbankan syariah menunjukkan
pertumbuhan aset yang positif ditengah kondisi makroekonomi yang mengalami
tekanan akibat kenaikan harga minyak dunia dan gejolak krisis keuangan global.
Pencapaian pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1% menunjukkan sebuah kondisi
yang kondusif bagi aktifitas perekonomian pada tahun ini. Meskipun ada
kecenderungan peningkatan suku bunga di pasar konvensional sepanjang tahun,
namun untuk mendorong perekonomian domestik pada akhir tahun secara
4
bertahap Bank Indonesia melakukan penurunan BI rate. Kondisi pada semester
kedua tahun 2008 lebih didominasi oleh isu krisis keuangan global yang
mengancam banyak negara termasuk Indonesia. Oleh sebab itu, baik Bank
Indonesia maupun pemerintah secara cermat menetapkan kebijakan ekonomi
dalam rangka mengantisipasi kondisi krisis tersebut.5
Tahun 2008 industri perbankan syariah nasional mengalami dua kondisi
perkembangan yang menonjol. Pertama, pada semester pertama tahun 2008
pertumbuhan perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi
dengan angka yang cenderung meningkat. Kedua, perkembangan industri
mengalami perlambatan pada semester kedua. Perlambatan tersebut erat kaitannya
dengan kondisi perekonomian nasional yang mulai terimbas oleh situasi krisis
keuangan global. Pada akhir tahun 2008, pertumbuhan aset perbankan syariah
mencapai 35,6%.6
DPP Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Bambang Sutrisno
menjelaskan, hingga November 2009, aset perbankan syariah Indonesia mencapai
Rp61,36 triliun. Selama lima tahun terakhir, aset bank syariah tumbuh rata-rata
5
Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah tahun 2008 ”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id
6
31,04 % pertahun. Jumlah kantor bank sebanyak 1.211 kantor yang memberikan
layanan syariah di hampir seluruh wilayah Indonesia.7
Meskipun perbankan syariah nasional masih mengalami pertumbuhan,
perkembangannya menurun khususnya dipengaruhi oleh pelambatan
pertumbuhan DPK. Meskipun melambat, pertumbuhan DPK masih berada pada
angka pertumbuhan yang relatif tinggi yaitu sebesar 31,6%. Perlambatan
pertumbuhan DPK ini dominan dipengaruhi oleh jenis DPK yang berasal dari
nasabah korporasi, dimana jenis nasabah ini cukup sensitif dengan kondisi
perekonomian secara umum.8
Pertumbuhan DPK industri Perbankan Syariah hingga triwulan keempat
tahun 2008 menunjukkan penurunan, terutama sejak Triwulan ke II tahun 2008.
Meskipun begitu, pertumbuhan DPK perbankan syariah sepanjang tahun 2008
masih menunjukkan angka pertumbuhan yang tinggi yaitu sebesar 31,56%.9
Perlambatan pertumbuhan DPK pada Triwulan ketiga, pertumbuhan
jumlah rekening DPK juga mengalami hal serupa. Kondisi ini ditunjukkan oleh
kecenderungan menurunnya pertumbuhan jumlah rekening DPK dari 42,83% di
7
Harian Analisa, “Perkembangan Bank Syariah Menggembirakan”. Artikel diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.analisadaily.com/index.php?option=com
8
Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2008”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id
9
triwulan keempat tahun 2007 menjadi 32.34% pada triwulan keempat tahun
2008.10
Keberhasilan edukasi publik mampu mengimbangi perlambatan
pertumbuhan DPK korporasi dengan mendorong peningkatan DPK individual,
sehingga pertumbuhan DPK yang relatif tinggi secara keseluruhan masih bisa
dipertahankan.
Penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah selama tahun 2008 secara
konsisten terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 17,6% dari
triwulan keempat tahun 2007 atau menjadi 42,05% pada triwulan keempat tahun
2008, meskipun kondisi di tahun 2008 tersebut mengalami perlambatan sejak
posisi pada Triwulan ke II sebesar 51%. Sementara itu, nilai pembiayaan yang
disalurkan oleh perbankan syariah mencapai Rp38,19 triliun. Pertumbuhan
jumlah pembiayaan yang tidak didukung dengan pertumbuhan DPK secara
signifikan menyebabkan financing to deposit ratio (FDR) mencapai level diatas
104% pada tahun pelaporan. Struktur pembiayaan masih didominasi oleh akad
murabahah, pertumbuhan penyaluran dana dengan akad murabahah cenderung
konstan dalam kisaran 58% pada tahun 2008 dengan posisi triwulan keempat
sebesar 58,87% dari total pembiayaan.11
10
Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2008”. Artikel diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id
11
Pertumbuhan tersebut diikuti dengan tingkat kesehatan pembiayaan yang
masih dapat dipelihara dengan baik. Dengan begitu fungsi intermediasi perbankan
syariah dalam mendukung aktifitas perekonomian dapat dilakukan secara optimal.
Kinerja pembiayaan yang relatif tidak terpengaruh oleh krisis keuangan global
diperkirakan disebabkan oleh dua faktor. Pertama, pembiayaan perbankan syariah
yang konsisten difokuskan pada pembiayaan sektor riil (ekonomi produktif); dan
kedua, pembiayaan perbankan syariah yang terkonsentrasi pada usaha ekonomi
domestik dimana didominasi oleh pembiayaan sektor usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM).
Di triwulan ke empat tahun 2008, kondisi ROA industri perbankan syariah
menjadi sebesar 1.42% dan ROE sebesar 37.94% menurun dibandingkan triwulan
ke empat tahun 2007 dimana ROA mencapai 2.07% dan ROE sebesar 53.91%.
Kondisi ini lebih disebabkan oleh penurunan net margin akibat penurunan
pendapatan atas pembiayaan yang dilakukan perbankan syariah pada tahun 2008,
pengeluaran terhadap biaya operasional yang meningkat cukup signifikan pada
Triwulan keempat terkait dengan pengadaan sistem aplikasi baru empat Bank
Umum Syariah dan ekspansi jaringan kantor yang memerlukan investasi cukup
besar.12 Dalam kondisi seperti itu, setiap bank yang ada dituntut untuk
meningkatkan pengelolaan banknya semaksimal mungkin.
12
Salah satu sarana pengelolaan yang dapat digunakan adalah analisis
laporan keuangan. Untuk mengadakan interprestasi dan analisis terhadap laporan
keuangan, suatu bank memerlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering
digunakan untuk analisis adalah rasio. Rasio merupakan alat yang dinyatakan
dalam aritmatika yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau
lebih data keuangan. Dari rasio itulah yang akan dijadikan sumber informasi dan
pedoman prosedur kerja oleh pihak bank serta menjadi dasar pengambilan
keputusan oleh pihak lain yang berkepentingan terhadap bank tersebut.13 Salah
satu rasio yang digunakan sebagai sumber informasi dan analisis adalah rasio
profitabilitas atau lebih spesifiknya adalah Return on Asset.
Diketahui rasio rentabilitas/profitabilitas merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan mencetak laba. Untuk para pemegang
saham (pemilik perusahaan), rasio ini menunjukkan tingkat penghasilan mereka
dalam investasi. 14 Sedangkan Return on Asset (ROA) yaitu rasio yang
menunjukkan seberapa banyak laba yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan
yang dimiliki perusahaan.
15 Secara teoritis adanya pertumbuhan FDR, pendapatan
bagi hasil dan total asset menunjukkan prospek perusahaan yang baik, sehingga
f
13
Dedi Sutomo, “Analisis Pengaruh Pembiayaan, Tabungan, Giro, Deposito dan Ekuitas terhadap Financing to Deposit Ratio”. Artikel di akses pada tanggal 19 Januari 2009 dari http://etd.eprints.ums.ac.id/3146/1/B200040378.pd
14
Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Accout Officer (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 51.
15
perusahaan tersebut dapat meningkatkan profitabilitasnya. Artinya, diprediksikan
bahwa terdapat pengaruh yang positif antara FDR, pendapatan bagi hasil dan total
asset di atas terhadap profitabilitas bank syariah.
Berdasarkan latar belakang ini, maka peneliti merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi profitabilitas suatu
bank syariah, sehingga peneliti memberi judul skripsi ini dengan judul :
“PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO, PENDAPATAN BAGI HASIL DAN TOTAL ASSET TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Dari beberapa persoalan dan uraian pada masalah diatas, maka dalam
hal ini penulis perlu membatasi permasalahan yang akan diteliti yaitu :
a. Variabel yang akan digunakan untuk meneliti adalah FDR, pendapatan
bagi hasil, dan total asset terhadap profitabilitas.
b. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan Statistik
Perbankan Syariah Bank Indonesia yang dimulai dari Januari 2006 –
Desember 2008.
2. Perumusan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan dalam kaitannya dengan skripsi ini,
maka ada beberapa permasalahan yang harus ditelaah lebih dalam,
a. Bagaimana pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil, dan total asset secara
simultan terhadap profitabilitas industri perbankan syariah ?
b. Bagaimana pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil, dan total asset secara
parsial terhadap profitabilitas industri perbankan syariah ?
c. Faktor apakah yang memberikan pengaruh paling dominan terhadap
profitabilitas industri perbankan syariah ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh
jawaban dari permasalahan diatas, namun secara khusus dikemukakan sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil, dan total asset
secara simultan terhadap profitabilitas industri perbankan syariah
b. Untuk mengetahui pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil, dan total asset
secara parsial terhadap profitabilitas industri perbankan syariah.
c. Untuk mengetahui faktor apa yang memberikan pengaruh paling dominan
terhadap profitabilitas industri perbankan syariah.
2. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian dan penulisan skripsi ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi perbankan syariah, pembaca, maupun pribadi.
Selain itu juga diharapkan dapat bermanfaat bagi:
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang analisis profitabilitas
yang berasal dari data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan
oleh Bank Indonesia.
b. Praktisi
Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan peningkatan
dan perkembangan bank syariah.
c. Masyarakat
Memberikan kontribusi positif dalam rangka menyediakan informasi
tentang kondisi perbankan syariah di Indonesia dan mensosialisasikannya
kepada masyarakat.
D. Kajian Terdahulu
Adapun kajian terdahulu yang digunakan dalam skripsi ini adalah :
1. “Pengaruh Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Capital Asset Ratio
terhadap Profitabilitas Bank Go Publik di Indonesia” oleh Margo Mulyono
dalam Jurnal Manajemen vol.I no.1 April 2003. Penelitian ini menganalisis
pengaruh Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Capital asset Ratio terhadap
profitabilitas. Hasilnya menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan
antara cash ratio, dan loan to deposit ratio (LDR). Kemudian rasio yang
digunakan adalah ROA dengan menggunakan alat analisis yaitu regresi
berganda.16
16
2. “Analisis Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Profitabilitas Bank
Syariah (PT. Bank Muamalat Indonesia)” oleh Yulina Ananda dalam Makalah
Seminar MES Goes to Campuz, Jakarta, 2010. Penelitian ini menganalisis
dampak krisis keuangan global terhadap profitabilitas Bank Muamalat. Dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan total
pendapatan yang dibagihasilkan berpengaruh secara signifikan terhadap
profitabilitas Bank Muamalat yang di ukur dengan ROE.17
3. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Take Over pra
Merger di Indonesia” oleh Hesti Werdaningtiyas dalam Jurnal Manajemen
Indonesia vol.I no.2 2002. Dalam penelitian ini, variabel independen yang
digunakan adalah pangsa asset, pangsa dana, pangsa kredit, CAR dan LDR.
Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah profitabilitas yang di
ukur dengan ROA. Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda.
Adapun hasilnya adalah variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.18
4. “Analisis Pengaruh Total Asset Turn Over dan BOPO terhadap Profitabilitas
Bank Syariah (Studi Kasus pada Bank BTN Kantor Cabang Syariah Jakarta )”
oleh Hartini Ningsih, konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Penelitian ini menganalisis
17
Yulina Ananda, Analisis Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Profitabilitas Bank Syariah (PT. Bank Muamalat Indonesia). Jakarta: MES Goes to Campuz. 2010.
18
pengaruh Total Asset Turn Over dan BOPO terhadap profitabilitas bank
syariah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Total Asset Turn
Over memiliki hubungan positif dengan tingkat profitabilitas bank syariah,
sedangkan BOPO memiliki hubungan negatif dengan tingkat profitabilitas
bank syariah.19
5. “Analisis Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas pada
PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk” oleh Iim Fatimah, konsentrasi Perbankan
Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Penelitian ini menganalisis pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap
profitabilitas Bank Muamalat Indonesia. Disamping itu, dijelaskan juga
bahwa variabel BOPO menjadi variabel yang paling dominan mempengaruhi
profitabilitas Bank Muamalat Indonesia.20
6. “Pengaruh Pemberian Kredit, Pendapatan Bunga, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Profitabilitas pada Industri Perbankan” oleh Dewi Mayasari, Jurusan
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2008. Penelitian ini menganalisis pengaruh pemberian kredit,
pendapatan bunga dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan dari hasil penelitian
19
Hartini Ningsih, “Analisis Pengaruh Total Asset Turn Over dan BOPO terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada Bank BTN Kantor Cabang Syariah Jakarta)”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Muamalat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
20
menunjukkan bahwa hanya terdapat dua variabel independen yang
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu ukuran perusahaan
dan pendapatan bunga. Disamping itu, variabel dominan yang mempengaruhi
profitabilitas industri perbankan adalah pendapatan bunga.21
Pada jurnal pertama yang diteliti oleh Margo Mulyono, variabel yang
digunakan terhadap profitabilitas suatu bank adalah Cash Ratio, Loan to Deposit
Ratio dan Capital Asset. Jurnal kedua yang diteliti oleh Herdiningtyas,
faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas adalah pangsa asset, pangsa dana, pangsa
kredit, CAR dan LDR. Dalam makalah seminar Analisis Dampak Krisis
Keuangan Global terhadap Profitabilitas Bank Syariah, lebih menekankan tentang
analisis dampak krisis keuangan global terhadap profitabilitas Bank Muamalat
yang diukur dengan tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan total pendapatan yang
dibagihasilkan. Kemudian skripsi yang diteliti oleh Hartini Ningsih variabel yang
digunakan untuk mengukur profitabilitas bank syariah adalah dengan
menggunakan Total Asset Turn Over dan BOPO. Skripsi yang diteliti oleh Iim
Fatimah lebih membahas tentang analisis laporan keuangan dalam mengukur
profitabilitas bank syariah diantaranya CAR, FDR, BOPO dan NPF. Dan pada
skripsi yang diteliti oleh Dewi Mayasari variabel yang digunakan adalah
pemberian kredit, pendapatan bunga serta ukuran perusahaan.
21
Dari beberapa uraian kajian terdahulu diatas, dapat dilihat bahwa semua
penelitian mengukur tingkat profitabilitas suatu bank. Dasar inilah yang dijadikan
penulis untuk menjadikan penelitian tersebut sebagai kajian terdahulu. Akan
tetapi dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya,
karena dalam penelitian ini variabel yang digunakan dalam mengukur tingkat
profitabilitas adalah dengan menggunakan FDR, pendapatan bagi hasil, dan total
asset pada industri perbankan syariah di Indonesia.
E. Kerangka Teori dan Pemikiran 1. Kerangka Teori
Bank merupakan badan usaha yang kegiatannya menghimpun dana
dan menyalurkannya kepada masyarakat. Tujuan utama dari usaha bank
adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, adapun
keuntugan bank syariah diperoleh dari adanya pendapatan bagi hasil yang
diperoleh dari pembiayaan yang disalurkan.
Dalam hal menyalurkan dana, bank syariah memberikan
pembiayaan-pembiayaan dalam rangka mengelola dana yang telah dihimpun. Pembiayaan
merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan
dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.22
Menurut Zainul Arifin, pembiayaan atau financing merupakan bagian
terbesar dari aktiva bank, karena pembiayaan merupakan aktivitas utama dari
22
usaha perbankan. Dengan demikian, pendapatan bagi hasil atau keuntungan
jual beli merupakan instrumen pembiayaan perbankan syariah merupakan
pendapatan yang dominan.23
Tingginya tingkat bagi hasil yang ditawarkan perbankan syariah tidak
terlepas dari besarnya tingkat pembiayaan syariah (earning assets). Dalam hal ini dapat dilihat dari tingkat FDR bank. Rasio ini digunakan untuk mengukur
sejauh mana dana pinjaman yang bersumber dari dana pihak ketiga disalurkan
untuk pembiayaan. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan likuiditas bank
tersebut, sehingga semakin tinggi tingkat FDR suatu bank, berarti
digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibandingkan dengan bank
yang mempunyai rasio dana pihak ketiga yang kecil.24
Apabila bank mengalami tingkat FDR yang melebihi batas ketentuan
BI dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.26/5/BPPP tanggal 29 mei 1993
yaitu maksimal 110% dari DPK, maka bank akan berusaha untuk
meningkatkan perolehan dananya. Untuk menarik deposan, bank akan
menawarkan return bagi hasil yang kompetitif.25
Menurut Nadratuzaman Hosen besarnya nisbah bagi hasil yang
diterima nasabah ditentukan dengan tarif nisbah yang berlaku dan berdasarkan
23
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Cet-IV, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), 208.
24
Muhammad, Manajemen Pembiayaan bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 55.
25
akad, serta besarnya ditentukan berdasarkan fluktuasi keuntungan yang
diperoleh bank secara keseluruhan.26 Dengan demikian, bagi hasil yang
dibagikan diharapkan dapat mempengaruhi meningkatnya pendapatan pada
bank syariah.
Untuk meningkatkan pendapatannya, bank harus memaksimalkan
pembiayaan kepada masyarakat berdasarkan syarat dan ketentuan yang
berlaku. Bank tidak begitu saja memberikan pembiayaan kepada nasabah. Hal
ini dilakukan untuk mengurangi adanya risiko kredit macet. Oleh sebab itu,
bank harus menganalisis kelebihan atau kelemahan yang dihadapi dengan
menggunakan analisis rasio keuangan. (financial ratio analisys).
Secara umum rasio dapat dibagi menjadi lima golongan, yaitu rasio
likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio rentabilitas/profitabilitas, dan
rasio coverage. Selanjutnya, rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rasio rentabilitas/profitabilitas.
Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut analisis ini misalnya
analisis income statement, analisis rentabilitas, analisis kegiatan usaha dan sebagainya. Kegunaan analisis ini untuk mengukur tingkat efisiensi usaha
dalam menghasilkan profit.27
26
M. Nadratuzaman Hosen, Tuntunan Praktis Menggunakan Jasa Perbankan Syariah, (Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, 2007), h. 26.
27
Menurut Nasrudin tingkat profitabilitas yang tinggi menujukkan
tingkat eisiensi perusahaan. Profit atau keuntungan yang diperoleh tidak saja
digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, akan tetapi digunakan juga
untuk ekspansi perusahaan melalui berbagai kegiatan di masa yang akan
datang. Kemudian yang lebih penting lagi apabila suatu badan usaha
terus-menerus memperoleh keuntungan maka ini berari kelangsungan hidup badan
usaha tersebut akan terjamin. Sebagai suatu sistem yang berorientasi pada
profitabilitas, hal ini menjadi faktor pendorong bagi suatu perusahaan untuk
mendapatkan revenue yang diperoleh dari selisih antara harga pokok produksi
dengan nilai jual produk/jasanya.28
Ada berbagai cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu bank,
namun dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur
profitabilitas adalah dengan menggunakan ROA (Return on Asset).
Menurut Syamsudin ROA merupakan pengukuran kemampuan
perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan
jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan. Semakin tinggi
rasio ini, semakin baik keadaan perusahaan.29 Selain itu, rasio ini berfungsi
28
Nasrudin, “Pembiayaan Efektif untuk Meningkatkan Likuiditas dan Profitabilitas Bank”, artikel diakses pada 24 februari 2010 dari http://www.wikipedia.com
29
untuk mengukur seberapa besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis
(pemegang saham) atas modal yang disetorkan untuk bisnis tersebut.30
Dengan demikian, variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur
tingkat profitabilitas suatu bank dalam penelitian ini adalah dengan FDR,
pendapatan bagi hasil dan total asset. Dan berikut adalah kerangka pemikiran
skripsi yang menggambarkan permasalahan penelitian pada perbankan syariah
dengan menggunakan uji asumsi klasik dan uji statistik regresi linear
berganda.
FDR (X1)
Pendapatan Bagi Hasil
(X2)
Profitabilitas (Y)
Total Asset (X3)
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
30
F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan
kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.31
Penelitian dengan analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengangkat
fakta, keadaan, variabel dan fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang (pada
saat penelitian berlangsung) dan menyajikannya dengan apa adanya.32
Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan data-data variabel FDR,
pendapatan bagi hasil dan total asset serta data-data variabel profitabilitas bank
syariah yang bersumber dari Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan
oleh Bank Indonesia menjadi data yang dapat disimpulkan. Sehingga dengan
adanya penelitian ini diharapkan data tersebut dapat menghasilkan sebuah
informasi.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu
penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui
variabel-variabel penelitian dalam angka-angka, dan melakukan analisis data dengan
31
Moh. Nazir, Metode Penelitian,cet.V,(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), h. 54.
32
prosedur statistika dan permodalan matematis.33 Dari pengertian tersebut,
peneliti akan melakukan analisis data untuk menguji suatu hipotesis dengan
menggunakan metode regresi linier berganda agar dapat diketahui pengaruh
yang terjadi antara variabel FDR, pendapatan bagi hasil dan total asset
terhadap variabel profitabilitas yang diperoleh dari Statistik Perbankan
Syariah Bank Indonesia dengan menggunakan software statistik yaitu SPSS
15.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Library Research
Peneliti melakukan penelitian dengan mempelajari buku-buku
kepustakaan seperti Manajemen Pembiayaan Bank Syariah karangan
Muhammad, Analisis Kredit untuk Account Officer karangan Jopie Jusuf,
dan Bank Syariah dari Teori ke Praktik karangan Muhammad Syafi’i
Antonio, artikel berupa Jurnal Manajemen vol.I no.1 April 2003 oleh
Margo Mulyono, Makalah Seminar MES Goes to Campuz Jakarta 2010
oleh Yulina Ananda, serta majalah dan bahan-bahan kuliah yang berkaitan
erat dengan skripsi ini.
b. Field Research
Peneliti melakukan penelitian langsung pada obyek penelitian
yaitu Bank Indonesia. Dalam penelitian ini peneliti melihat dokumen serta
33
arsip yang dijadikan obyek penelitian. Metode pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Studi
dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan kepada
subjek penelitian dengan meliputi semua pengumpulan informasi melalui
pengujian arsip dan dokumen.34
Dokumen yang diteliti dapat berupa arsip perusahaan, laporan
kerja, laporan keuangan, data statistik, catatan khusus, notulen rapat dan
lain-lain. Untuk memperoleh data bulanan Statistik Perbankan Syariah,
peneliti mengumpulkan dokumen atau arsip dari Perpustakaan Bank
Indonesia secara langsung guna memperoleh data yang diperlukan sebagai
data sekunder.
Data-data yang dikumpulkan merupakan data time series. Data time series adalah sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya dalam waktu
mingguan, bulanan, atau tahunan.35 Data time series ini berasal dari data
laporan Statistik Perbankan Syariah yang dipubilkasikan oleh Bank
Indonesia dengan menggunakan data bulanan selama tiga tahun.
34
Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian, Penerjemah Aliwudin Tuwu, (Jakarta: UI-Press, 1993), h.85.
35
3. Sumber Data
a. Data Primer, merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti langsung
berasal dari sumbernya.36 Sumber data pada penelitian ini berupa data
yang bersumber dari Statistik Perbankan Syariah yang ada di Bank
Indonesia. Data penelitian yang digunakan adalah data bulanan dengan
rentang waktu yang dijadikan analisis adalah dari bulan Januari 2006
sampai dengan bulan Desember 2008.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur kepustakaan,
buku-buku dan lain-lain. 37 Seperti buku Manajemen Pembiayaan Bank
Syariah karangan Muhammad, Analisis Kredit untuk Account Officer
karangan Jopie Jusuf, Bank Syariah dari Teori ke Praktik karangan
Muhammad Syafi’i Antonio, Jurnal Manajemen vol.I no.1 April 2003 oleh
Margo Mulyono, dan Makalah Seminar MES Goes to Campuz Jakarta
2010 oleh Yulina Ananda.
4. Teknik Penulisan
Teknik Penulisan ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2008.
36
Hermawan Warsito, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 69.
37
G. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesisnya adalah sebagai
berikut :
Hipotesis 1
H0 : b1 = 0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan FDR, pendapatan
bagi hasil, total asset secara simultan terhadap
profitabilitas industri perbankan syariah.
Ha : b1≠ 0 : Terdapat pengaruh signifikan FDR, pendapatan bagi
hasil, total asset secara simultan terhadap profitabilitas
industri perbankan syariah.
Hipotesis 2
H0 : b1,b2,b3 = 0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan pada FDR,
pendapatan bagi hasil, total asset secara parsial
terhadap profitabilitas industri perbankan syariah.
Ha : b1,b2,b3≠ 0 : Terdapat pengaruh signifikan pada FDR, pendapatan
bagi hasil, total asset secara parsial terhadap
profitabilitas industri perbankan syariah.
G. Sistematika Penulisan
Adapun penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dimana dalam
setiap bab terdiri dari beberapa sub tema yang memuat pokok-pokok pembahasan.
Bab I sebagaimana diuraikan diatas, bab ini berisi pembahasan formal
pentingnya penulisan ini, sehingga penulisan ini menemukan relevansi dan
signifikansinya. Kemudian dikemukakan juga batasan dan rumusan masalah
sehingga penulisan akan lebih terfokus dan jelas. Selain itu dikemukakan juga
kerangka teori dan pemikiran, metode penelitian, hipotesis serta sistematika
penulisan atau pembahasan.
Bab II merupakan uraian secara teoritis mengenai teori-teori yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian skripsi ini berdasarkan
buku teks yang ada, yang di bagi menjadi empat bagian yaitu pembiayaan,
pendapatan bagi hasil, total asset dan rasio profitabilitas.
Bab III penulisan sudah memasuki pembahasan tentang metode penelitian.
Disini dijelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, teori analisis regresi serta
teknik analisis yang dilakukan tahap demi tahap.
Bab IV akan menjelaskan tentang pembahasan dan analisis data.
Disamping itu, akan memuat perkembangan masing-masing variabel dari tahun
ke tahun, yang disertai dengan uji asumsi klasik dan uji statistik.
Bab V merupakan penutup berupa kesimpulan dan saran yang merupakan
akhir dari keseluruhan uraian yang telah dikemukakan di atas dan juga merupakan
sebuah pemaparan singkat tentang pengaruh FDR, pendapatan bagi hasil dan total
A. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Menurut Muhammad pembiayaan atau financing adalah pendanaan
yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.
Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah dikeluarkan.1
Dalam kegiatan penyaluran dana, bank syariah melakukan kegiatan
berupa investasi dan pembiayaan. Disebut investasi karena prinsip yang
digunakan adalah penanaman dana atau penyertaan, dan keuntungan yang
akan diperoleh bergantung pada kinerja usaha yang menjadi obyek
penyertaan tersebut sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah diperjanjikan
sebelumnya. Disebut pembiayaan karena bank syariah menyediakan dana
guna membiayai kebutuhan nasabah yang memerlukannya dan layak
memperolehnya.2
1
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonesia, 2004), h. 1.
2
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah,cet.III,(Jakarta: Alvabet, 2003),
h. 215.
Menurut UU Nomor 10 tahun 1998 pasal 1 ayat (12) pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah adalah penyaluran atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.3
Kemudian menurut UU Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah pasal 1 ayat (25) yang dimaksud dengan pembiayaan adalah
penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:4
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bnetuk ijarah atau sewa-beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bi tamlik.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan isthisna.
d. Transaksi pinjam-meminjam dalam benutk qardh.
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah atau transaksi
multijasa.
Pada bank konvensional kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat
dikenal dengan istilah kredit. Pengertian kredit menurut UU Perbankan
No.10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
3
Bank Indonesia, “Undang-Undang Bank Indonesia”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id
4
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam
melunasi hutangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga.5
Menurut Kashmir yang menjadi dasar antara kredit yang diberikan
oleh bank berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh
bank berdasarkan prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang
diharapkan. Bagi bank berdasarkan prinsip konvensional keuntungan yang
diperoleh yaitu melalui bunga, sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip
syariah berupa imbalan atau bagi hasil. Perbedaan lainnya adalah dari segi
analisis pemberian pembiayaan (kredit) beserta persyaratannya.6
Untuk menghindari penerimaan dan pembayaran yang berasal dari
bunga maka bank syariah menempuh cara dengan memberikan pembiayaan
(financing) berdasarkan prinsip jual-beli (al-ba’i), prinsip sewa-beli (ijarah muntahia bitamlik), atau berdasarkan prinsip kemitraan (partnership) yaitu
dengan penyertaan (musyarakah) dan bagi hasil (mudharabah).7
5
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dn Keuangan, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), h.19.
6
Kashmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 72.
7
2. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan
Tujuan dari pembiayaan adalah untuk mencapai tingkat profitabilitas
yang cukup dan tingkat resiko yang rendah, serta mempertahankan
kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas aman.8
Secara umum tujuan pembiayaan dibagi menjadi dua kelompok yaitu
tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat
mikro. Menurut Muhammad dalam tingkat makro pembiayaan bertujuan
untuk:9
a. Meningkatkan ekonomi umat, artinya dengan adanya pembiayaan mereka
dapat melakukan kegiatan ekonomi yang dapat memberikan pendapatan
bagi mereka. Sehingga pembiayaan tersebut dapat meningkatkan taraf
ekonomi yang lebih baik.
b. Tersedianya dana bagi yang meningkatkan usaha, artinya untuk
mengembangkan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini
dapat diperoleh dengan melakukan aktivitas pembiayaan. Dengan adanya
dana tambahan ini, pihak yang kelebihan dana dapat menyalurkan
dananya kepada pihak yang kekurangan dana, sehingga dana dapat
bermanfaat.
8
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, h. 52.
9
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
c. Meningkatkan produktivitas, artinya upaya produksi tidak akan berjalan
tanpa adanya dana. Dengan demikian pembiayaan memberikan peluang
bagi masyarakat untuk meningkatkan daya produksinya dan produksi
akan terus tetap berjalan..
d. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor-sektor
usaha melalui dana pembiayaan yang diberikan, maka sektor usaha
tersebut akan membutuhkan tenaga kerja. Dengan demikian, dengan
disalurkannya pembiayaan dapat menambah dan membuka lapangan
kerja baru.
e. Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif
mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh
pendapatan dari hasil usahanya. Penghasilan merupakan bagian
pendapatan masyarakat. Jika ini terjadi maka pendapatan akan
terdistribusi dengan baik.
Adapun menurut Muhammad pembiayaan dalam tingkat mikro,
diberikan dalam rangka untuk:10
a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dimiliki
mempunyai tujuan yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha
ingin mendapatkan laba yang maksimal, untuk dapat mengahasilkan laba
yang maksimal maka para pengusaha perlu dukungan dana yang cukup.
10
Dengan adanya dana yang cukup yang bersumber dari pembiayaan
diharapkan laba yang dihasilkan bertambah.
b. Upaya meminimalkan resiko, artinya usaha yang dilakukan agar mampu
menghasilkan laba yang maksimal, maka pengusaha harus mampu
meminimalkan resiko yang mungkin timbul. Resiko kekurangan modal
usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan.
c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat
dikembangkan dengan melakukan penyesuaian antara sumber daya alam,
sumber daya manusia dan sumber daya modal. Jika sumber daya alam
dan sumber daya manusia tersedia akan tetapi sumber daya modal tidak
teredia, maka dapat dipastikan perlu adanya pembiayaan. Karena tanpa
adanya sumber daya modal, kegiatan usaha tidak akan berjalan
dikarenakan sumber daya modal adalah salah satu faktor utama. Dengan
demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna
sumber-sumber daya ekonomi.
d. Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan masyarakat ada
pihak yang memiliki kelebihan dana sementara ada pula pihak yang
kekurangan dana. Dalam kaitannya dengan masalah dana, maka
mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan penyeimbang dalam hal
penyaluran dana dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak yang
Selanjutnya fungsi dari pembiayaan menurut Muchdarsyah Sinungan
diantaranya adalah meningkatkan daya guna uang, meningkatkan daya guna
barang, meningkatkan peredaran uang, menimbulkan kegairahan berusaha
masyarakat, meningkatkan stabilitas ekonomi, sebagai jembatan untuk
meningkatkan pendapatan nasional, serta sebagai penghubung ekonomi
internasional.11
3. Jenis-Jenis Pembiayaan
Sesuai dengan akad pengembangan produk, maka bank syariah
memiliki berbagai macam jenis pembiayaan.
Menurut Muhammad jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi beberapa aspek, diantaranya:
a. Pembiayaan menurut tujuannya, dibedakan menjadi:12
1. Pembiayaan modal kerja
yaitu pembiayaan untuk mendapatkan modal dalam rangka
pengembangan usaha seperti peningkatan produksi baik secara jumlah
hasil produksi maupun peningkatan kualitas.
2. Pembiayaan investasi
yaitu pembiayaan untuk melakukan investasi atau pengadaan barang-
11
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, edisi-II,(Jakarta: Bumi Aksara,1992),
h. 211.
12
barang modal, keperluan untuk perluasan usaha atau pendirian proyek
baru serta fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan itu.
b. Pembiayaan menurut jangka waktu, diantaranya:13
1. Pembiayaan jangka waktu pendek yaitu pembiayaan yang dilakukan
dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun.
2. Pembiayaan jangka waktu menengah yaitu pembiayaan yang
dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun.
3. Pembiayaan jangka panjang yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu lebih dari 5 tahun.
Kemudian jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan
dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak produktif.
a. Jenis aktiva produktif pada bank syariah dialokasikan dalam bentuk
pembiayaan sebagai berikut:
1. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, untuk jenis pembiayaan
dengan prinsip ini meliputi:
a) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah atau qiradh secara bahasa diambil dari kata al-qardhu yang berarti al-qath’u yaitu potongan. Sebab pemilik memberikan potongan dari hartanya untuk
diberikan kepada pengusaha agar menggunakan harta tersebut dan
13
pengusaha akan memberikan potongan dari laba yang diperoleh.
Sedangkan menurut istilah mudharabah atau qiradh adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama atau
pemilik dana menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola.14
Keuntungan usaha berdasarkan akad mudharabah ini
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, jika
rugi maka risiko kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian bukan akibat dari kelalaian pengelola.
Dengan kata lain mudharabah adalah perjanjian antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha
tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
b) Pembiayaan Musyarakah
Istilah lain dari musyarakah adalah syarikah atau syirkah.
Secara etimologi syirkah berarti pencampuran, yakni
bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta lainnya tanpa
dapat dibedakan antara keduanya.15
14
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan Ilustrasi,
(Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 95.
15
Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah untuk IAIN PTAIS PTAIS dan Umum. (Bandung:
Dalam praktik perbankan syariah, musyarakah merupakan
akad bagi hasil ketika kedua atau lebih pengusaha pemilik
dana/modal bekerjasama sebagai mitra usaha, membiayai
investasi usaha baru atau yang sudah berjalan. Mitra usaha
pemilik modal berhak ikut serta dalam menajemen perusahaan,
tetapi itu tidak merupakan keharusan. Para pihak dapat membagi
pekerjaan mengelola usaha sesuai kesepakatan dan juga mereka
dapat meminta gaji/upah untuk tenaga dan keahlian yang mereka
curahkan untuk usaha tersebut.16
2. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli, untuk jenis pembiayaan dengan
prinsip ini meliputi:
a) Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah istilah dalam Fikih Islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya
perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain
yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat
keuntungan (margin) yang diinginkan.17
Murabahah pada awalnya merupakan konsep jual-beli yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembiayaan.
16
Ascarya, akad dan Produk bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),
h. 51.
17
Namun demikian, bentuk jual-beli ini kemudian digunakan oleh
perbankan syariah dengan menambah beberapa konsep lain
sehingga menjadi bentuk pembiayaan. Sehingga Murabahah
dapat diartikan sebagai suatu perjanjian antara bank dengan
nasabah dalam bentuk pembiayaan pembelian atas sesuatu barang
yang dibutuhkan oleh nasabah.18
Dalam pembiayaan ini, bank sebagai pemilik dana
membelikan barang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan
oleh nasabah yang membutuhkan pembiayaan, kemudian
menjualnya ke nasabah tersebut dengan penambahan keuntungan
tetap. Sementara itu, nasabah akan mengembalikan utangnya di
kemudian hari secara tunai maupun cicil.19
b) Pembiayaan Salam
Salam merupakan bentuk jual beli dengan pembayaran di
muka dan penyerahan barang di kemudian hari (advanced payment atau forward buying atau future sales) dengan harga,
spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal dan tempat penyerahan yang
jelas, serta disepakati sebelumnya dalam perjanjian.20
18
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h. 62.
19
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 83.
20
Salam bermanfaat bagi penjual karena mereka menerima
pembayaran di muka. Salam juga bermanfaat bagi pembeli karena pada umumnya harga dengan akad salam lebih murah daripada harga dengan akad tunai.
Sebagai bentuk pembiayaan, akad salam dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pedagang dan petani kecil sebagai
penjual yang membutuhkan modal awal untuk dapat menjalankan
usahanya untuk memenuhi pesanan pembeli. Bentuk pembiayaan
salam ini dapat juga dilakukan oleh perbankan syariah modern,
khususnya untuk membiayai sektor pertanian. Bank syariah dapat
mengambil keuntungan dari perbedaan harga salam yang lebih
rendah daripada harga tunai. Untuk memastikan penyerahan
barang pada tanggal yang ditentukan, bank dapat meminta
jaminan.
c) Pembiayaan Istishna
Skim fikih lainnya yang juga populer digunakan dalam
perbankan syariah adalah skim jual-beli istishna. Transaksi
istishna ini hukumnya boleh dan telah dilakukan oleh masyarakat Muslim sejak masa awal tanpa adanya pihak (ulama) yang
meningkarinya.
Dalam fatwa DSN-MUI dijelaskan bahwa jual-beli
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan (pembeli) dan penjual (pembuat).21
Istishna adalah memesan kepada perusahaan untuk memproduksi barang atau komoditas tertentu untuk
pembeli/pemesan. Istishna merupakan salah satu bentuk jual beli dengan pemesanan yang mirip dengan salam yang merupakan
bentuk jual beli forwad yang dibolehkan oleh syariah.
Jika perusahaan mengerjakan untuk memproduksi barang
yang dipesan dengan bahan baku dari perusahaan, maka
kontrak/akad istishna muncul. Agar akad istishna menjadi sah, harga harus ditetapkan di awal sesuai kesepakatan dan barang
harus memilki sepesifikasi yang jelas yang telah disepakati
bersama. Dalam istishna pembayaran dapat di muka, dicicil sampai selesai, atau dibelakang, serta istishna biasanya
diaplikasikan untuk industri dan barang manufaktur.22
3. Pembiayaan dengan prinsip sewa, untuk jenis pembiayaan dengan
prinsip ini meliputi:
a) Pembiayaan Ijarah
21
Adiwarman Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi-III,(Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2007), h. 125-126.
22
Salah satu produk penyaluran dana dari bank syariah
kepada nasabah adalah pembiayaan yang berdasarkan
perjanjian/akad sewa-menyewa (ijarah). Ijarah adalah transaksi sewa-menyewa atas suatu barang atau upah-mengupah atas suatu
jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan
jasa.23
Ijarah juga diinterpretasikan sebagai suatu akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang itu sendiri.
Bentuk pembiayaan ini merupakan salah satu teknik
pembiayaan ketika kebutuhan pembiayaan investor untuk
membeli aset terpenuhi, dan investor hanya membayar sewa
pemakaian tanpa harus mengeluarkan modal yang cukup besar
untuk membeli aset tersebut.24 Karena ijarah adalah akad yang mengatur pemanfaatan hak guna tanpa terjadi pemindahan
kepemilikan, maka banyak orang yang menyamakan ijarah ini dengan leasing.25
23
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2007), h. 116.
24
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 101.
25
b) Pembiayaan Ijarah Muntahia bi Tamlik
Ijarah muntahia bi tamlik (IMBT) adalah transaksi sewa dengan perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa
di akhir periode sehingga transaksi ini diakhiri dengan alih
kepemilikan objek sewa.26
Dalam ijarah muntahia bi tamlik, pemindahan hak milik
barag terjadi dengan salah satu dari dua cara berikut ini:27
Pertama, pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang
yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa;
Kedua, pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan
barang yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa.
b. Jenis aktiva tidak produktif pada bank syariah dialokasikan dalam bentuk
pembiayaan sebagai berikut:
1. Pinjaman Qardh
Salah satu produk perbankan syariah yang lebih mengarah
kepada misi sosial ini adalah qardh. Qardh adalah pemberian harta
kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau
dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam
fikih klasik, al-qardh dikategorikan dalam akad ta’awuniyah yaitu
akad yang berdasarkan prinsip tolong-menolong.
26
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 103.
27
Dalam PBI No. 7/46/PBI/2005 qardh diartikan sebagai pinjam
meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam
mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam
jangka waktu tertentu.28
Qardh termasuk produk pembiayaan yang disediakan oleh bank, dengan demikian bank tidak boleh mengambil keuntungan
berapapun darinya dan hanya diberikan pada saat keadaan emergency.
Bank terbatas hanya dapat memungut biaya administrasi dari nasabah.
Nasabah hanya berkewajiban membayar pokoknya saja, dan untuk
jenis qardh al-hasan pada dasarnya nasabah apabila memang dalam keadaan tidak mampu ia tidak perlu mengembalikannya.29
4. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara sejumlah kredit yang diberikan dengan dana yang diterima bank.30 Disamping itu, FDR
merupakan perbandingan antara tingkat pembiayaan yang disalurkan oleh
bank syariah terhadap dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun dari
masyarakat.
28
Bank Indonesia, “Peraturan Perbankan”. Artikel ini diakses pada tanggal 7 April 2010 dari http://www.bi.go.id
29
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, h. 139.
30
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Edisi.II, (Bogor: Galia Indonesia,
Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Pembiayaan Yang Disalurkan
FDR = --- x 100 % Dana Pihak Ketiga
FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan
kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat diimbangi
kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin
menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan
kredit.31
Semakin besar tingkat FDR maka semakin baik pula bank tersebut
dapat menjalankan fungsi intermediasinya, dikarenakan dana pembiayaan
adalah dana yang dibutuhkan dalam investasi sehingga dapat menggerakkan
sektor riil dan diharapkan mampu untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Begitu pula sebaliknya, bila FDR syariah tidak disalurkan dengan
baik maka dampaknya adalah pergerakkan sektor riil menjadi terhambat,
begitu juga dengan dana masyarakat yang menganggur (idle money), dapat
31
berpengaruh terhadap jumlah uang yang beredar atau dapat digunakan
sebagai tujuan spekulatif yang bisa menekan nilai tukar rupiah bahkan
infalsi.32
Akan tetapi semakin tinggi rasio tersebut, memberikan indikasi
semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini
disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit
menjadi semakin besar.33
Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari
suatu bank. Sedangkan praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman
dari FDR (Financing to Deposit Ratio) suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransinya antara 85% sampai 100%. 34 Berdasarkan
ketentuan yang tertuang dalam surat edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP
tanggal 29 mei 1993, besarnya FDR atau LDR ditetapkan oleh BI tidak boleh
melebihi 110%. Dengan ketentuan ini berarti bank boleh memberikan kredit
atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga asalkan tidak melebihi
dana pihak ketiga.35
32
Iim Fatimah, “Analisis Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk”, h. 43.
33
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h. 116.
34
Ibid, h. 117.
35
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.55.
Dengan ditetapkannya batas maksimum pemberian kredit
(pembiayaan) dan FDR yang harus diperhatikan oleh bank syariah, maka
bank syariah tidak dapat begitu saja serampangan melakukan ekspansi
pembiayaan dengan hanya bertujuan untuk memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya atau untuk secepatnya dapat membesarkan jumlah asetnya. Karena
hal itu akan membahayakan kelangsungan hidup bank tersebut dan lebih
lanjut akan membahayakan dana simpanan para nasabah yang menyimpan
dana pada bank itu.36
B. Pendapatan Bagi Hasil
Menurut Adiwarman Karim bagi hasil adalah bentuk return (perolehan
kembalian) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak
tetap. Besar kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang
benar-benar terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sisitem bagi hasil
merupakan salah satu praktik perbankan syariah.37
Pendapatan dalam bank syariah melalui sistem bagi hasil merupakan
pendapatan yang bersumber dari pembiayaan dan produk jasa. Oleh karena itu,
pendapatan dalam bank syariah menggunakan beberapa sistem untuk menghitung
bagi hasil tersebut.
36
Sutan Remy Sjahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama, 2007), h.177.
37