88/DSN- MUI/XI/2013
(STUDI PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI PUSAT)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Disusun Oleh:
Tri Puji Lestari
1110046100091
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Tri Puji Lestari, 1110046100091. Analisis Kesesuaian Penerapan Pengelolaan Dana Pensiun Syariah Terhadap Fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN- MUI/XI/2013 (Studi Pada PT Bank Syariah Mandiri Pusat). Strata Satu (S1) konsentrasi Perbankan Syariah Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji bagaimana Bank Syariah Mandiri dalam mengelola dana pensiun syariah sesuai dengan Fatwa DSN MUI. Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang sumber datanya dengan cara melakukan wawancara terhadap Department Head Bank Syariah Mandiri Pusat. Selain melakukan wawancara, penulis menganalisis hasil wawancara dengan acuan seperti studi literatur, yaitu buku-buku, referensi dari berbagai sumber, studi terdahulu.
Dari hasil análisis penulis diperoleh hasil mekanisme pengelolaan dana pensiun syariah pada PT Bank Syariah Mandiri Pusat sangat sederhana. Dengan diawalinya setoran iuran peserta untuk kemudian dana tersebut ditampung oleh pihak PT Bank Syariah Mandiri pada rekening-rekening penampungan sesuai dengan pilihan peserta, setelah dikumpulkan dana tiap rekening tersebu tmencapai jumlah yang memungkinkan untuk diinvestasikan, maka pihak PT Bank Syariah Mandiri melakukan placement pada instrument investasi pilihan peserta. Adapun tempat, besar jumlah penempatan serta kesepakatan-kesepakatan yang menyangkut investasi dengan regulasi yang berlaku. Kesesuaian penerapan pengelolaan dana pensiun syariah PT Bank Syariah Mandiri terhadap Fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN-MUI/XI/2013, sebagai berikut: Kesesuaian pihak penerima dana pensiun syariah pada PT BSM sudah sesuai dengan Fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN-MUI/XI/2013 yaitu, pemberi kerja (PT Taspen), peserta dana pensiun syariah, investee, dan penerima Manfaat Pensiun. Kesesuaian pada akad yang digunakan PT BSM dalam program pensiun syariah yaitu akad mudharabah muthlaqah. Kesesuaian dalam penyelenggaraan kegiatan investasi, pada dana pensiun syariah di PT BSM boleh dilakukan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan sesuai dengan prinsip syariah. Kesesuaian akad yang terjadi antara PT BSM dengan investee sesuai dengan Fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN-MUI/XI/2013 karena pada Fatwa DSN MUI tersebut ketentuannya menggunakan akad mudharabah.
Kata kunci: Dana Pensiun, Fatwa DSN MUI, Bank Syariah Mandiri
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya, serta solawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS KESESUAIAN PENERAPAN PENGELOLAAN DANA PENSIUN SYARIAH
TERHADAP FATWA DSN MUI NOMOR 88/DSN-MUI/XI/2013 (STUDI
PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI PUSAT)”. Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun
tidak langsung. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag, M. H, Ketua Program Studi
Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta danBapak H. AbdurraufLc, MA, selaku sekretaris prodi
Muamalat (Ekonomi Islam).
3. Bapak M. Buchori Muslim Lc, M.A, selaku dosen pembimbing skripsi yang
senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukan bagi
penulis sehingga dapat meyelesaikan skripsi ini.
4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang dengan ikhlas dan baik memberikan ilmunya kepada penulis selama
masa kuliah.
5. Staff karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Perpustakaan
Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan staff akademik Fakultas Syariah
dan Hukum.
6. Kepada Bagian Department Head Bank Syariah Mandiri Pusat, Bapak Lilik
Priyadi yang telah membantu saya dalam mengadakan penelitian di Bank
Syariah Mandiri Pusat.
7. Kepada Ibuku tercinta Mama Seniah, I Love You Mom! You are my
everything, terimakasih untuk cintamu, dukunganmu, doamu siang dan
amiin
8. Ayahanda tercinta Bapak Sukarjo serta Kakak-kakak tercinta Mas Eko
Sugiarto, Mba Yuni Listiawati, dan Mas Udin serta keponakanku Fatih dan
Farhan Prasetyo yang selalu mendukung, mendoakan, mensupport penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Sodara-sodaraku keluarga besar Wiryorejo terimakasih untuk doa,
dukungannya kepada penulis
10. Terkasih Soni Ahmad S.E, terimakasih buat dukungan, doa, dan
bantuannya
11. Sahabat-sahabat seperjuanganku Maryam Jamilah SE,Sy dan Ersy Elmafiza
Rihad SE,Sy yang selalu mendukung dan membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat rumah Nita Decita S.E, Rere dan Reni Wahyuningsih yang
selalu beri semangat serta doa.
13. Sahabat-sahabat kerjaan yang selalu member doa, dukungan dan semangat
(Nay, Anty, Keke, Nofvini, Shita, Tachy, Dyna, Anggun)
14. Sahabat-sahabat RESE yang selalu support (Fitri, Kharisma, Dewi, Firliza)
15. Sahabat-sahabat DPR (dibawah pohon rindang) yang selalu bercanda kapan
pun dimana pun tanpa henti.
16. Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah 2010 B yang berjuang
bersama selama perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta , 18 Juni 2015
Tri Puji Lestari
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
1. Pembatasan Masalah ... 7
2. Perumusan Masalah... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
1. Tujuan Penelitian... 7
2. Manfaat penelitian ... 8
D. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
A. Dana Pensiun... 11
1. Pengertian Dana Pensiun ... 11
2. Jenis Dana Pensiun ... 14
3. Dasar Hukum Dana Pensiun ... 27
4. Kebijakan dan Kendala Pengembangan Dana Pensiun Syariah ... 29
B. Mudharabah... 32
1. Pengertian Mudharabah ... 32
2. Dasar Hukum Mudharabah... 34
3. Jenis-Jenis Mudharabah ... 38
4. Rukun-rukun Akad Mudharabah ... 39
5. Syarat-syarat Akad Mudharabah ... 41
6. Keunggulan Sistem Mudharabah ... 42
7. Berakhirnya Akad Mudharabah ... 44
C. Penelitian Terdahulu ... 44
D. Kerangka Pemikiran ... 46
B. Sumber dan Jenis Data Penelitian ... 49
C. Teknik Pengumpulan Data ... 49
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 51
E. Waktu dan Tempat Wawancara ... 52
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Profil Perusahaan ... 53
B. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri ... 54
C. Visi dan Misi ... 56
D. Shared Values... 58
E. Pengertian Mekanisme Pengelolaan Dana Pensiun Syariah ... 58
F. Sumber Penerimaan Dana Pensiun Syariah PT Bank Syariah Mandiri Pusat ……….67
G. Pengelolaan Dana Pensiun ( Investasi ) ... 70
H. Analisis Kesesuaian Penerapan Pengelolaan Dana Pensiun Syariah Terhadap Fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN-MUI/XI/2013 ………... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 82
A. Kesimpulan ... 82
B. Saran... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 84
LAMPIRAN ... 86
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap
orang, dimana bekerja merupakan sarana guna mendapatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal-hal yang berhubungan dengan
kebutuhan tidak akan berhenti meski individu tersebut sudah tidak lagi
produktif bekerja. Kebutuhan yang tercukupi merupakan suatu bentuk dari
kesejahteraan yang didambakan oleh setiap orang, terutama ketika memasuki
hari tua dengan tenang tanpa harus memikirkan lagi urusan pekerjaan, maka
dibutuhkan suatu jaminan.
Jaminan kesejahteraan adalah hal terpenting bagi setiap orang yang
bekerja.Untuk itu, setiap pekerja berusaha melakukan kewajiban kerja dengan
sebaik-baiknya. Namun demikian dengan berusaha sebaiknya dalam bekerja
tidaklah cukup tanpa adanya penyisihan pendapatan selama masa aktif bekerja
dimana harapan untuk menikmati kesejahteraan di hari tua setelah pensiun
sulit untuk terwujud. Mengingat hal tersebut, pada saat ini dalam masyarakat
kita telah berkembang suatu bentuk tabungan masyarakat yang semakin
banyak dikenal oleh para karyawan, yaitu dana pensiun.1
1 Johar Arifin & A. Fauzi, Cara Cerdas Merancang Dan Menghitung Pensiun Dengan Excel, (Jakarta : PT.Elex Media Komputerindo, 2007), h.175
Dengan diberlakukannya dana pensiun pada suatu perusahaan, dapat
memberikan kemungkinan untuk memperkecil permasalahan – permasalahan yang timbul ditengah masyarakat heterogen dalam menghadapi kehidupan hari
tuanya, misalnya resiko kehilangan perkerjaan, resiko kecelakaan yang tidak
mungkin lagi untuk bekerja, atau resiko meninggal dunia. Risiko tersebut
memberi dampak financial terutama bagi pegawai atau keluarga sehingga
kesejahteraan yang bersangkutan secara otomatis akan terganggu dan
menimbulkan goncangan – goncangan yang pada gilirannya akan menggangu kelangsungan hidupnya.2
Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam,
ini menyebabkan banyak berkembangnya aktivitas-aktivitas muamalah dalam
rangka memenuhi kegiatan ekonomi secara syar’i.3 Bagi masyarakat muslim,
sebelum berinvestasi tidak hanya harus mempertimbangkan produk, biaya,
keuntungan, dan resiko semata. Kesesuaian investasi dengan Prinsip Syariah
adalah faktor utama karena berkaitan dengan hubungan vertikal kepada Allah
sebagai bentuk ketaatan menjalani ajaran Islam.
Semakin berkembangnya sektor ekonomi syariah diIndonesia
menyebabkan lembaga-lembaga keuangan di Indonesia khususnya berlomba-
lomba mengkaji produk syariah yang belum ada atau masih jarang di
Indonesia, salah satunya adalah dana pensiun syariah.
2 Dahlan, Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Edisi Ke Empat), h. 465
Dana pensiun menurut undang-undang nomor 11 tahun 1992 adalah
badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan
manfaat pensiun, berupa pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta.
Dari pengertian tersebut terlihat bahwa dana pensiun merupakan salah satu
pilihan sistem pendanaan dalam membentuk akumulasi dana, yang dibutuhkan
untuk memelihara kesinambungan penghasilan peserta pada hari tua.
Keyakinan akan adanya kesinambungan penghasilan menimbulkan
ketentraman kerja, sehingga akan meningkatkan motivasi kerja karyawan yang
merupakan iklim yang kondusif bagi peningkatan produktifitas.4
Dana Pensiun Syariah menurut Fatwa DSN MUI Nomor 88/DSN-
MUI/XI/2013 adalah dana pensiun yang dikelola dan dijalankan berdasarkan
prinsip syariah. Pertumbuhan lembaga keuangan syariah di Indonesia, secara
lambat tetapi pasti juga mendorong perkembangan dana pensiun yang
beroperasi sesuai dengan prinsip syariah. Sampai saat ini dana pensiun syariah
berkembang pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yang
dilaksanakan oleh beberapa bank syariah.
Pengelolaan dana pensiun yang sesuai dengan ajaran Islam akan
memiliki banyak manfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang loyal
terhadap syariah. Al-Quran sendiri mengajarkan umatnya untuk tidak
meninggalkan keturunan yang lemah dan menyiapkan hari esok agar lebih
baik, terdapat dalam surat al-Hasyr ayat 59, yang berbunyi :
و
ت
ا
رٌ
ي
ب
َّل
ا
ن
َّلا
ا
و
قت
ا
و
د
غل
ت
م
دق
ما
س
فن
ر
ظ
نت
ل
و
َّلا
ا
و
قت
ا
او
نم
آ
ن
يذ
لا
ا
هي
أ
ا
Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah
danhendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari
esok (masa depan). Dan bertakwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Ajaran tersebut dapat dimaknai sebagai pentingnya pencadangan
sebagai kekayaan untuk hari depan. Hal ini sangat penting, mengingat setelah
pensiun manusia masih memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.
Dengan pencadangan tersebut ketika seseorang memasuki masa kurang
produkif, masih memiliki sumber pendapatan.
Maka dari itu, melihat perkembangan dana pensiun syariah yang relatif
tertinggal bila dibandingkan dengan industri keuangan syariah lainnya. Hal ini
dikarenakan masih minimnya dukungan strategi, tata kelola, dan regulasi
untuk dana pensiun syariah masih terbatas.
Dalam dana pensiun syariah, akad yang digunakan adalah mudharabah
murni. Dan mudharabah itu sendiri adalah kerjasama dalam hubungan bisnis
untuk mencari keuntungan. Kerjasama ini dilakukan antara seseorang pemilik
modal (investor/shahibul mal) dengan pelaku usaha. Tentu saja pelaku usaha
yang akan dipercaya oleh pemilik modal untuk melakukan suatu bisnis
tertentu, didasari oleh unsur kepercayaan yang kuat.
Unsur kepercayaan ini mencakup dua hal, pertama, adalah mengenai
kualitas personal pelaku usaha. Persoalan pertama ini menyangkut moralitas
pelaku usaha. Ini sangat penting di dalam mudharabah, karena pemilik modal
sebagai peminjam uang. Jika pelaku usaha tidak mempunyai komitmen
moralitas yang kuat, dikhawatirkan akan terjadi penyelewangan atau
penyimpangan dana dan atau bahkan penipuan.
Sedangkan persoalan kedua adalah mengenai kualitas keahlian pelaku
usaha terhadap usaha bisnis yang dia lakukan. Persoalan keahlian ini
memerlukan perhatian yang serius. Pemilik modal yang akan memberikan
dananya untuk suatu usaha bisnis perlu kehati-hatian. Hal ini dikarenakan
dana yang digunakan oleh pelaku usaha adalah seratus persen secara lahiriah
ditangan pelaku usaha. Jika pelaku usaha tidak atau kurang mempunyai
keahlian dalam bidang usahanya, akan dikhawatirkan akan mengalami
kerugian.
Pada prinsipnya mudharabah mutlak dimana shahibul mal tidak
menetapkan restriksi atau syarat-syarat tertentu kepada mudharib. Bentuk
mudharabah ini disebut mudrharabah mutlaqah. Namun apabila dipandang
perlu, shahibul mal dapat menetapkan batasan-batasan atau syarat-syarat
tertentu guna menyelamatkan modalnya dari resiko kerugian. Syarat-syarat
atau batsan-batasan ini, ia harus bertanggung jawab atas kerugian yang timbul,
dan jenis mudharabah seperti ini disebut mudharabah muqayyadahatau dalam
bahasa Inggrisnya Restricted Invesment Account.
Sedangkan akad yang digunakan dalam pengelolaan program pensiun
di Bank Syariah Mandiri Pusat ini adalah akad mudharabah muthlaqah yang
kepada pengelola tanpa pembatasan jenis usaha. Jenis ini memberikan
kebebasan kepada mudhorib melakukan apa saja yang dipandang dapat
mewujudkan kemaslahatan.
Akad mudharabah mutlaqah dalam tabungan berjangka telah
membantu minat masyarakat yang ingin mencoba menginvestasikan dananya
agar dapat berkembang dengan memperoleh keuntungan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mencoba
membahas dan mengkaji bagaimana kesesuaian Fatwa DSN-MUI Nomor
88/DSN-MUI/XI/2013 pada PT Bank Syariah Mandiri Pusat. Dipilihnya Bank
Syariah Mandiri ini dikarenakan bank ini memiliki produk dana pensiun yang
diolah secara sehat dan bekerjasama dengan lembaga Taspen yang merupakan
induk pengumpulan dana pensiun dari para pegawai yang menyisihkan dana
untuk masa tua mereka. Dan program pensiun ini sendiri sudah ada sejak
tahun 2010 dan Fatwa tentang dana pensiun syariah ini sendiri baru ada pada
tahun 2013. Oleh karena itu, penulis menyusun skripsi ini dengan judul
“ANALISIS KESESUAIAN PENERAPAN PENGELOLAAN
DANA PENSIUN SYARIAH TERHADAP FATWA DSN MUI NOMOR
B. Identifikasi Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar mendapatkan suatu batasan yang jelas guna mencegah
terjadinya pembahasan yang meluas yang tidak ada kaitannya dengan
pokokpermasalahan serta waktu penulis yang terbatas. Maka dalam hal ini
penulis hanya akan membahas mengenai kesesuaian Fatwa DSN MUI
terhadap pengelolaan dana pensiun syariah di Bank Syariah Mandiri.
2. Perumusan Masalah
Dalam rangka memfokuskan pembahasan, maka penulis
merumuskan hal yang perlu dikemukakan dalam skripsi ini, yaitu:
1. Bagaimana mekanisme pengelolaan dana pensiun syariah pada PT
Bank Syariah Mandiri Pusat?
2. Bagaimana kesesuaian penerapan pengelolaan dana pensiun
syariah pada PT Bank Syariah Mandiri Pusat terhadap Fatwa DSN
MUI Nomor 88/DSN-MUI/XI/2013 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Merujuk pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin
penulis capai melalui penelitian ini adalah:
a. Mengetahui mekanisme pengelolaan dana pensiun syariah di PT
b. Mengetahui kesesuaian penerapan pengelolaan dana pensiun pada
PTBank Syariah Mandiri Pusat terhadap Fatwa DSN MUI Nomor
88/DSN-MUI/XI/2013.
2. Manfaat penelitian
Harapan penulis semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis
sebagai bagian dari masyarakat yang selalu mendukung perkembangan
perbankan syariah di Indonesia, serta bagi beberapa pihak antara lain:
a. Bagi penulis, sebagai wawasan keilmuwan yang dapat
menstimulus penulis untuk terus belajar mengenai bank syariah
dan produk perbankan syariah.
b. Bagi akademisi, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah
pengetahuan, melengkapi dan memberikan informasi serta
perbandingan bagi peneliti lain.
c. Bagi Bank Syariah Mandiri, bisa menjadi acuan untuk bisa
meningkatkan dan mengembangkan produk-produk yang sudah
ada agar lebih inovatif dan variatif kedepannya sesuai prinsip
syariah.
d. Bagi masyarakat, agar lebih mengenal dan menambah wawasan,
khususnya mengenai produk-produk tabungan pensiun dan dapat
dijadikan pertimbangan yang cocok dalam memenuhi
D. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar dapat
memudahkan penulisan skripsi, maka disusun sistematika penulisan yang
terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang masalah,
pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori berdasarkan
tinjauan pustaka mengenai Dana Pensiun , peraturan
terkait, DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) dan
akad mudharabah.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi metodologi penelitian yang mencakup jenis
penelitian, sumber data dan jenis data, teknik pengumpulan
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan mengenai mekanisme
pengelolaan dana pensiun syariah di PT Bank Syariah
Mandiri, kesesuaianFatwa DSN MUI terhadap pengelolaan
dana pensiun syariah di PT Bank Syariah Mandiri Pusat.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari
pembahasan bab-bab sebelumnya serta saran yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat yang
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Dana Pensiun
1. Pengertian Dana Pensiun
Pengertian dana pensiun secara umum merupakan lembaga atau
badan hukum yang mengelola program pensiun. Program ini dimaksudkan
untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu perusahaan
terutama karyawan yang mencapai usia pensiun sesuai perjanjian, artinya
dana pensiun dikelola oleh lembaga atau badan hukum dan memungut dana
dari pendapatan para karyawan suatu perusahaan kemudian membayarkan
kembali dana tersebut dalam bentuk manfaat pensiun setelah jangka waktu
terttentu sesuai dengan perjanjian. Dalam hal ini pensiun baru dapat
diberikan apabila karyawan tersebut sudah memasuki usia pensiun atau
sebab-sebab lain sehingga memperoleh hak untuk mendapatkan manfaat
pensiun5
Dana pensiun menurut undang-undang nomor 11 tahun 1992
adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang
menjanjikan manfaat pensiun, berupa pembayaran berkala yang dibayarkan
kepada peserta. Dari pengertian tersebut terlihat bahwa dana pensiun
merupakan salah satu pilihan sistem pendanaan dalam membentuk
5
Kashmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 306
akumulasi dana, yang dibutuhkan untuk memelihara kesinambungan.
penghasilan peserta pada hari tua. Keyakinan akan adanya kesinambungan
penghasilan menimbulkan ketentraman kerja, sehingga akan meningkatkan
motivasi kerja karyawan yang merupakan iklim yang kondusif bagi
peningkatan produktifitas.6
Sedangkan yang dimaksud dana pensiun syariah adalah dana yang
dikelola dan dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Pertumbuhan lembaga
keuangan syariah di Indonesia, secara lambat tetapi pasti juga mendorong
perkembangan dana pensiun yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah.
Sampai saat ini dana pensiun syariah berkembang pada Dana Pensiun
Lembaga Keuangan (DPLK) yang dilaksanakan oleh beberapa bank dan
asuransi syariah. Kondisi ini memang menunjukkan lambannya
pertumbuhan dana pensiun syariah. Hal ini disebabkan beberapa faktor
antara lain, keterbatasan regulasi,keterbatasan instrument investasi, belum
jelasnya model tata kelola dana pensiun syariah serta kurangnya sosialisasi
dan edukasi tentang pentingnya dana pensiun syariah.7
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dana pensiun
merupakan lembaga atau badan hukum yang mengelola program pensiun
yang dimaksudkan untukmemberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu
perusahaan terutama yang telah pensiun. Penyelenggaraan program pensiun
tersebut dapat dilakukan oleh pemberi kerja atau dengan menyerahkan
6 Usman Rachmadi, Aspek – Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 50-51
kepada lembaga-lembaga keuangan yang menawarkan jasa pengelolaan
program pensiun, misalnya bank-bank atau perusahaan asuransi jiwa.8
Selanjutnya pengertian pensiun adalah hak seseorang untuk
memperoleh penghasilan setelah bekerja sekian tahun dan sudah memasuki
usia pensiun atau ada sebab-sebab lain sesuai dengan perjanjian yang telah
ditetapkan.9Penghasilan dalam hal ini biasanya diberikan dalam bentuk uang
dan besarnya tergantung dari peraturanyang ditetapkan.
Jadi, kegiatan perusahaan dana pensiun adalah memungut dana dari
iuran yang dipotong dari pendapatan karyawan suatu perusahaan. Iuran ini
kemudian diinvestasikan lagi ke dalam berbagai kegiatan usaha yang
dianggap paling menguntungkan. Bagi perusahaan dana pensiun iuran yang
dipungut dari para karyawan suatu perusahaan tidak dikenakan pajak. Hal
ini dilakukan pemerintah dalam rangka mengembangkan program pensiun
kepada masyarakat luas, seperti yang tertuang dalam peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan yang memberikan fasilitas penundaan pajak
penghasilan seperti dalam Undang-Undang No. 7 tahun 1983 tentang pajak
penghasilan: “Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang disetuji Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun oleh
karyawan dari penghasilan dan pensiun dari modal yang ditanamkan dalam
8 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1988), h. 466
bidang-bidang tertentu berdasarkan keputusan Menteri Keuangan tidak
termasuk objek pajak.10
2. Jenis Dana Pensiun
a. Berdasarkan Pilihan Pegawai
1) Pensiun Normal
Pensiun normal yaitu pensiun yang diberikan untuk pegawai
usianya telah mencapai usia pensiun seperti yang ditetapkan oleh
perusahaan.Usia pensiun normal tersebut biasanya ditentukan
dalam suatu peraturan dana pensiun dimana pegawai berhak
untuk pensiun penuh. Di Indonesia rata-rata usia pensiun adalah
55 tahun atau 65 tahun untuk profesi tertentu.
2) Pensiun Dipercepat
Jenis pensiun ini diberikan untuk kondisi tertentu. Pensiun ini
biasanya pegawai untuk pensiun lebih awal sebelum mencapai
usia pensiun normalnya. Kadang-kadang, karena satu dan alasan
lain, pegawai mengajukan permohonan kepada pemberi kerja
(perusahaan) agar masa pensiunnya dipercepat, atau bahkan
pensiun dapat terjadi karena adanya pengurangan karyawan di
perusaan tersebut.
Ketentuan pensiun dipercepat ini biasanya telah diatur dalam
peraturan dana pensiun bahwa pegawai
dimungkinkan untuk pensiun lebih awal daripada usia pensiun
normal dengan persyaratan khusus setelah usia tertentu misalnya
50 tahun dan disamping itu harus telah memenuhi masa kerja
minimal 10, 15, atau 20 tahun, pensiun dipercepat memerlukan
persetujuan dari pemberi kerja. Beberapa peraturan dana pensiun
mengatur bahwa pensiun dipercepat hanya dapat dilakukan
apabila pegawai telah mencapai usia misalnya 10 tahun sebelum
usia pensiun normal atau karena pegawai mengalami cacat tetap.11
3) Pensiun Ditunda
Menurut pasal 1 ayat 13 UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana
Pensiun menjelaskan bahwa penegrtian pensiun ditunda ialah hak
atas manfaat pensiun bagi peserta yang berhenti kerja sebelum
mencapai usia pension normalyang ditunda pembayarannya sampai
pada saat peserta pensiun sesuai dengan peraturan dana pensiun12,
maksudnya adalah bahwa pensiun ini diberikan kepada pegawai
yang meminta pensiun sendiri, namun usia pensiun belum
memenuhi untuk pensiun. Dalam hal tersebut pegawai yang
mengajukan tetap keluar dan pensiunnya baru dibayar pada saat
usia pensiun tercapai.
Namun beberapa peraturan program pensiun memperkenankan
pegawainya untuk terus bekerja meskipun telah mencapai usia
pensiun normal ntuk memperoleh tambahan penghasilan
disamping untuk memperbesar penghasilan dasar pensiunnya.
11
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta : Lembaga Penertbit FE UI), Edisi Keempat hal.468
4) Pensiun Cacat
Pensiun cacat itu diberikan bukan karena usia peserta akan tetapi
lebih disebabkan peserta mengalami kecelakaan yang
mengakibatkan cacat tetap sehingga dianggap tidakmampu
melaksankan pekerjaannya. Pembayaran pensiun biasanya
dihitung berdasarkan formula manfaat pensiun normal dimana
masa kerja diakui seolah-olah sampai usia pensiun normal.
b. Berdasarkan Jumlah dan Saat Pembayaran Iuran
1) Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP)
Program pensiun manfaat pasti atau sering disebut difined benefit
plan ialah suatu program yang memberikan formula atas manfaat
yang akan diterima pegawai pada saat mencapai usiapensiun. Pada
program ini besarnya manfaat pensiun yang akan diterima oleh
peserta pada saat pensiun ditentukan terlebih dahulu berdasarkan
suatu rumusan manfaat pensiun yang biasanya mempunyai
variable masa kerja danpenghasilan dana pensiun, kemudian
aktuaris yang akan menentukan kontribusi perusahaan lebih besar
dari kontribusi pegawai, sehingga resiko investasi pada hakekatnya
ditanggung oleh perusahaan.
Program ini memungkinkan adanya kenaikan manfaat pensiun jika
masa kerja pegawai bertambah. Total kompensasi bagi seorang
pegawai untuk suatu periode terdiri dari gaji periode berjalan
hak untuk menerima suatu jumlah tertentu dari tunjangan
mendatang.
Kelebihan program pensiun manfaat pasti.
a) Lebih menekankan pada hasil akhir.
b) Manfaat pensiun ditentukan terlenih dahulu mengingat manfaat
dikaitkan dengan gaji pegawai.
c) Program pensiun manfaat pasti dapat mengakomodasi masa kerja
yang telah dilalui pegawai apabila program pensiun dibentuk
setelah perusahaan berjalan.
d) Pegawai lebih dapat menentukan besarnya manfaat yang akan
diterima pada saat mencapai usia pensiun.
e) Kelemahan program pensiun manfaat pasti.
f) Perusahaan menanggung resiko atas kekurangan dana apabila hasil
investasi tidak mencukupi.
g) Relatif lebih sulit untuk diadministrasikan.
2) program Pensiun Iuran Pasti (PPIP)
Program pensiun iuran pasti atau benefit contribution plan adalah
program pensiun yang menetapkan besarnya iuran pegawai dan
perusahaan (pemberi kerja). Sedangkan benefit yang akan diterima
pegawai dihitung berdasarkan akumulasi iuran ditambah dengan
Kelebihan program pensiun iuran pasti:
a) Pendanaan (biaya/iuran) dari perusahaan lebih dapat
diperhitungkan atau diperkirakan.
b) Pegawai dapat memperhitungkan besarnya iuran yang akan
dilakukan setiap tahunnya.
c) Lebih mudah untuk diadministrasikan.
Kelemahan program pensiun iuran pasti
a) Penghasilan pada saat mencapai usia pensiun lebih sulit untuk
diperkirakan.
b) Pegawai menganggung resiko atas ketidakberhasilan investasi.
c) Tidak dapat mengakomodasikan masa kerja yang telah dilalui
pegawai.13
c. Berdasarkan UU No. 11 Tentang Dana Pensiun
Menurut UU No. 11 tahun 1992 Tentang Dana Pensiun, dana pensiun
dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)
Dana pensiun pemberi kerja yaitu dana pensiun yang dibentuk oleh orang
atau badan yeng memperkerjakan pegawai, selaku pendiri untuk
menyelenggarakan program pensiun, bagi kepentingan sebagian atau
seluruh pegawainya sebagai peserta dan yang menimbulkan kewajiban
terhadap pemberi kerja. Dana pensiun pemberi kerja dapat
13
menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti (definet benefit
program) maupun program iuran pasti ( defined contribution program ).
2. Dana Pensiun Lembga Keuangan ( DPLK )
Dana pensiun lembaga keuangan adalah dana pensiun yang diebntuk
olehbak atau perusahaan asuransi untuk menyelenggarakan program
pensiun iuran pasti bagi perorangan, baik pegawai maupun pekerja
mandiri, yang terpisah dari dana pensiun pemberi kerja baik pegawai bank
atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan.14
Pada umumnya perusahaan-perusahaan besar dengan jumlah pegawai yang
relative besar cenderung untuk menyelenggarakan dan pensiun sendiri
dalam bentuk Dana Pensiun pemberi Kerja ( DPPK). Hal ini disebabkan
karena perusahaan-perusahaan tersebut pada umumnya sudah emiliki
kemampuan dalam pengelolaannya. Sedangkan bagi perusahaan dengan
jumlah yang relative sedikit, umumnya akan mempercayakan kepada dana
pensiun lembaga keuangan,cara ini biasanya dipergunakan dengan alasan
pertimbangan efiensi biaya.
1. Tujuan dan Fungsi DPLK
a) Bagi Perusahaan
1. meningkatkan Efisiensi.
2. Penyelenggaraan administrasi.
3. Tidak perlu memiliki tenaga khusus untuk melakukan
investasi
4. Iuran bagian perusahaan sebagai biaya, sehingga
mengurangipajak.
5. Loyalitas Karyawan yang dapat meningkatkan produktivitas
kerja.
6. mengurangi turn over karyawan potensial.
7. Citra perusahaan meningkat.
b) Bagi Peserta
1. Memiliki kepastian akan adanya jaminan hari tua dan
keluarga.
2. Ketenangan dalam bekerja.
3. Menambah pendapatan tidak kena pajak (PTKP).
4. Pengelolaan yang aman karena ditangani oleh tenaga
professional dengan hasil yang optimal.
c) Bagi penyelenggara dana pensiun
1. Mengelola dana pensiun untuk memperoleh keuntungan.
2. Turut membantu dan mendukung program pemerintah.
3. Sebagai bakti sosial terhadap para peserta.
Maka, DPLK adalah sebagai salah satu dari program pensiun
sangat menarik, lentur, serta transparan dengan segmentasi yang luas
sehingga mudah untuk dinikmati dan dilaksanakan para pesertanya dengan
jangkauan yang lebih menyeluruh ke semua lapisan masyarakat. Tidak
(PNS) dan ABRI punbisa menjadi peserta DPLK, yang nantinya akan
merupakan pensiun ganda disamping PNS maupun ABRInya.15
d. Berdasarkan akumulasi dana.
1) Program Rencana Pensiun Yang Didanai (Funded pension Plans
Program)
Program ini perusahaan diharuskan untuk menyisikan dana tertentu untuk
keperluan jaminan pensiun dimasa yang akan datang dengan membayar
kepada suatu lembaga keuangan yang berdiri sendiri (Independen) atau
yang terpisah dari perusahaan, seperti bank atau perusahaan asuransi.
Badan tersebut akan mengelola dana yang terkumpul melalui berbagai
investasi danmelakukanpembayaran penisunkepada karyawan yang telah
berhak menerimanya.
2) Program Rencana Pensiun Yang Tidak Didanai ( Unfunded Pension
Plans Program)
Pada program ini perusahaan melakukan sendiri pembayaran pensiun
kepada karyawan, baik dengan penumpukan dana maupun tidak dengan
penumpukan dana. Pada program ini dana seluruhnya dikelola oleh
perusahaan sendiri dan buakn oleh lembaga pengelola.16
15Ibid., h. 9-10
e. Sistem Pembayaran Manfaat Pensiun
Pada saat akan menerima pensiun, biasanya perusahaan menawarkan 2
(dua) macam sistem pembayaran kepada karyawannya. Pembayaran ini
ditujukan sesuai dengan kepentingan perusahaan dan karyawan itu sendiri,
dengan kata lain setiap sistem pembayaran mengandung suatu maksud
tertentu yang saling menguntungkan.
Meurut keputusan Menteri Keuangan No 343/KMK.0.17/1998, tanggal
13 juli 1998. Pembayaran pensiun dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Pembayaran secara sekaligus ( lump sum )
2) Pembayaran secara bulanan atau berkala ( anuili )
Sulit untuk menentukan cara mana yang lebih baik dari kedua cara
pembayaran manfaat tersebut karena hal ini tergantung dari keinginan
penerima manfaat pensiun.
Seseorang lebih cenderung memilih pembayaran manfaat pensiun
dengan cara sekaligus, karena selain nilai uang yang diterima sekarang
tentunya lebih tinggi daripada waktu yang akan datang,juga manfaat yang
diterima secara lump sum dapat dipakai untuk melakukan suatu usaha yang
memberikan hasil secara kontinu. Namun tidak semua orang dapat berbuat
demikian, bahkan dalam banyak hal, pembayaran secara sekaligus oleh
yang bersangkutan kemungkinan akan habis terpakai untuk dikonsumsi,
maka dimasa yang akan datang akan mengalami kesulitan keuangan.
Karena pertimbangan-pertimbangan diatas, maka banyak
kepada pegawai yang telah mencapai usia pensiun dengan jalan
menggunkan sistem pembayaran dengan secara berkala (bulanan),
kebijakan semacam ini juga diberlakukan di Indonesia dengan UU No. 11
Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun.
Adapun fungsi program dana pensiun bagi para peserta antara lain:
1. Asuransi, yaitu peserta yang meninggal dunia atau cacat
sebelum mencapai usia pensiun dapat diberikan uang
pertanggungan atas beban bersama.
2. Tabungan, yaitu himpunan iuran peserta dan iuran pemberi
kerja merupakan tabungan untuk dan atas nama pesertanya
sendiri. Iuran yang dibayarkan oleh karyawan dapat dilihat
setiap bulan sebagai tabungan bagi para pesertanya.
3. Pensiun, yaitu seluruh himpunan iuran peserta dan iuran
pemberi kerja serta hasil pengelolaannya akan dibayarkan
dalam bentuk manfaat pensiun sejak bulan pertama sejak
mencapai usia pensiun selama seumur hidup peserta, dan
janda/duda peserta.17
f. Manajemen Kekayaan Dana Pensiun
Pendanaan suatu program pensiun apakah dalam rangka memenuhi
ketentuan dan untuk tujuan pengelolaan manajemen keuangan akan
menyebabkan terjadinya akumulasi kekayaan yang nantinya digunakan untuk
membayar manfaat pensiun dan biaya administrasi. Penggunaan secara
produktif atas kekayaan dana pensiun akan mengurangi biaya-biaya langsung
suatu program pensiun manfaat pasti dan meningkatkan manfaat pensiun yang
dapat dibayarkan bagi pensiun iuran pasti.
Dana pensiun biasanya mengembangkan suatu kebijakan investasi
secara tertulis dalam pengelolaan kekayaannya.Namun tidak semua program
pensiun memiliki kebijakan investasi formal, kalaupun ada biasanya relatif
sederhana dan banyak didelegasikan kepada perusahaan investasi atau
perusahaan asuransi.
Pada prinsipnya dana pensiun dapat melakukan investasi dalam
berbagai bentuk. Portofolio investasi dana pensiun umumnya didominasi
dalam bentuk saham, obligasi jangka menengah-panjang, instrument pasar
uang, kontrak anuitas grup dan jenis investasi lainnya. Porsi yang relative
lebih kecil diinvestasikan dalam real estate, surat-surat berharga asing, dan
instrument investasi baru yang dapat menawarkan prospek yang lebih tinggi
dibandingkan dengan keuntungan rata-rata.Dana pensiun di Indonesia masih
belum diperkenankan melakukan investasi dalam surat-surat berharga yang
diterbitkan pihak luar negeri.
Investasi dana pensiun secara umum diarahkan pada deposito
berjangka di bank, deposito pada bank, sertifikat deposito pada bank, obligasi
yang tercatat di bursa efek, tanah, bangunan, tanah dan bangunan, reksadana,
surat pengakuan utang badan hukum RI, penyertaan atau penempatan
langsung pada badan hukum RI.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor, 199/PMK.010/2008
tentang Investasi Dana Pensiun dapat melakukan investasi dananya pada:
a. Surat berharga Negara
b. Tabungan pada Bank
c. Deposito berjangka pada bank
d. Deposito on call pada bank
e. Sertifikat deposito pada bank
f. Sertifikat Bank Indonesia
g. Saham yang tercatat di bursa efek di Indonesia
h. Obligasi yang tercatat di bursa efek di Indonesia
i. Sukuk yang tercatat di bursa efek di Indonesia
j. Unit penyertaan reksadana, dari :
1. Reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana
campuran, dan reksadana saham.
2. Reksadana terproteksi, reksadana dengan penjaminan dengan
reksadana indeks.
3. Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif penyertaan terbatas.
4. Reksadana yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek.
k. Efek beragun asset dari kontrak investasi kolektif efek beragun asset
l. Unit penyertaan dana investasi real estate berbentuk kontrak investasi
m. Kontrak opsi paham yang tercatat di bursa efek di Indonesia
n. Penempatan langsung pada saham
o. Tanah di Indonesia dan/atau
p. Bangunan di Indonesia
Bagi dana pensiun yang beroperasi secara syariah, maka kebijakan
investasi harus memenuhi prinsip-prinsip syariah. Investasi hanya boleh
dilakukan pada instrumen-instrumen yang dibenarkan menurut Fatwa DSN-
MUI.Dana pensiun syariah harus mengelola dan menginvestasikan dananya
pada portofolio instrument syariah.Hampir seluruh investasi yang ditentukan
oleh Peraturan Menteri Keuangan di atas sudah tersedia dalam bentuk syariah.
Kebijakan investasi dana pensiun syariah di samping terpenuhinya
prinsip syariah juga minimal mencakup komponen:
a. Tingkat keuntungan (rate of return), yang dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain dengan memaksimalkan keuntungan dengan
memperhatikan keamanan dana dan kebutuhan likuiditas. Beberapa
strategi dapat dilakukan baik dengan tidak menyebutkan suatu jumlah
tertentu, menyebutkan besaran jumlah pengembangan yang diinginkan
atau menyatakan tingkat bunga nominal keuntungan.
b. Resiko yang diterima, yaitu penentuan jumlah resiko yang mungkin
c. Kebutuhan likuiditas, dana pensiun membutuhkan likuiditas lebih kecil,
apabila ada kebutuhan likuiditas khusus, maka perlu ditetapkan dalam
pedoman kebijakan investasi.
d. Diversifikasi yang merupakan metode untuk mencapai tingkat keuntungan
yang diinginkan, menjaga berkurangnya dana dari resiko investasi dan
memenuhi kebutuhan likuiditas. Diversifikasi portofolio dapat dilakukan
dengan menggunakan jenis kekayaan, sektor dan kualitas perangkat asset
yang akan dijadikan sebagai instrumen investasi.
3. Dasar Hukum Dana Pensiun
Mengingat akan adanya pengembangan dana yang berperan pula terhadap
manfaat pensiun, maka lembaga DPLK wajib mengarahkan pesertanya agar dapat
menyimpan atau menginvestasikan dananya pada sasaran yang tepat dalam arti
kata lain, diperoleh keuntungan yang maksimal dan dapat menghindari resiko
yang timbul sebagai akibat dari penempatan tersebut.18
Di dalam lembaga DPLK, tidak ditetapkan secara pasti akan peraturan
dana pensiun terhadap manfaat yang diterima oleh peserta, tetapi hanya ditetapkan
besarnya iuran pasti. Hal ini disebabkan karena manfaat yang akan diterima dan
disesuaikan dengan pertumbuhan investasi setiap tahunnya, sehingga perolehan
keuntungan dari waktu ke waktu tidak pasti dan tidaktetap tergantung kepada hasil
usaha yang benar-benar dihasilkan oleh bank sebagai pengelola dana
(mudhaarib). Untuk itu, pengelola dana akan berusaha mengoptimalkan
keuntungan dari pemakai dana. Keuntungan inidinamakan sistem bagi hasil.
Yang dimaksud dengan sistem bagi hasil ialah suatu sistem yang meliputi
tata cara pembagian hasil usaha antara bank dan nasabah penerima dana. Hasil
usaha bank yang dibagikan kepadapenyimpan adalah laba usaha yang telah
dihitung selama periode tertentu.
Apabila besar keuntungan ini telah ditetapkan terlebih dahulu secara pasti
di muka (fixed) dalam bentuk persentase (%), keuntungan yang diperoleh ini
termasuk ke dalam bunga. Sedangkan, membungakan uang merupakan kegiatan
usaha yang kurang mengandung resiko karena perolehan pengembaliannya berupa
bunga yang relatif pasti dan tetap.Membungakan uang adalah sangat dilarang oleh
Allah SWT, dankegiatan ini tidaklah sesuai dengan syariat Islam.
Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran (Surat Ar-rum 39)
َّلا
د
ن
ع
و
ر
ي
ل
ف
س
ان
لا
ل
ا
مو
أ
ي
ف
و
رٌ
ل
ا
ر
من
م
تٌت
آ
ام
و
و
ف
ض
لا
م
ه
ك
ئل
و
أف
َّل
ا
ه
ج
و
و
دي
ر
ت
ةا
ك
ن
م
متٌ
تآ
ا
م
و
Artinya:“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi
Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah
Berdasarkan surat tersebut, apabila bunga yang ditetapkan di muka
(fixed), dianggap mendahului takdir karena seolah-olah meminjam uang
dipastikan akan memperoleh keuntungan sehingga mampu membayar
pokok pinjaman dan juga bunganya pada waktu yang telah ditetapkan.19
Demikianlah ayat yang menegaskan tentang pendirian Islam
terhadap bunga begitu pasti dan tidak dapat ditawar-tawarlagi. Maka
bunga dan riba adalah sama, dan dilarang dalam segala bentuknya.
4. Kebijakan dan Kendala Pengembangan Dana Pensiun Syariah
Pengelolan dana pensiun yang sesuai dengan ajaran islam akan
memiliki banyak manfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang
loyal terhadap syariah. Al-Quran sendiri mengajarkan umatnya untuk tidak
meninggalkan keturunan yang lemah dan menyiapkan hari esok agar lebih
baik. Ajaran tersebut dapat dimaknai sebagai pentingnya pencadangan
sebagian kekayaan untuk hari depan. Hal ini sangat penting, mengingat
setelah pensiun manusia masih memiliki kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi.Dengan pencadangan tersebut ketika seseorang memasuki masa
kurang produktif, masih memiliki sumber pendapatan.
Dana pensiun syariah memiliki potensi besar untuk berkembang di
Indonesia dengan sejumlah alasan:
1. Masih sedikit sekali proporsi masyarakat yang mau mengikuti
program dana pensiun. Kecuali pegawai negeri yang secara
otomatis menjadi anggota taspen dan Askes, pegawai swasta dan
pegawai mandiri (wiraswasta) yang jumlahnya sangat besar sangat
potensial untuk menjadi target pasar program dana pensiun syariah.
2. Dengan berkembangnya lembaga keuangan dan bisnis syariah,
tentunya SDM yang bekerja dalam institusi tersebut menjadi pasar
khusus yang jelas bagi dana pensiun syariah.
3. Rasa percaya, rasa memiliki, dan kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya industri keuangan dan bisnis syariah yang terus
membaik akan menjadi modal dasar yang penting untuk terus
memperbesar konsumen dan nasabah yang loyal, terutama bagi
dana pensiun syariah.
Untuk itu, kebijakan dan program akselerasi sangat dibutuhkan
untuk mempercepat pertumbuhan dana pensiun syariah. Kebijakan dan
program tersebut diharapkan mencukupi untuk dapat mendorong
pertumbuhan dari sisi supply dan demand secara seimbang dan
memperkuat permodalan, manajemen, dan sumber daya manusia bagi
dana pensiun syariah. Selain itu, sasaran selanjutnya yang juga penting
adalah melibatkan seluruh stakeholder dana pensiun syariah untuk
berpartisipasi aktif dalam program akselerasi sesuai otoritas, tanggung
Harus diakui bahwa perkembangan dana pensiun syariah relatif
tertinggal bila dibandingkan dengan industri keuangan syariah yang
lain. Hal ini terjadi diantaranya disebabkan minimnya dukungan
strategi dan regulasi. Hal ini dapat terlihat dalam beberapa hal:
1. Dalam konteks strategi pengembangan industri. Ketika
perbankan, asuransi, dan pasar modal syariah sudah memiliki
dan masuk dalam road map strategi pengembangan masing-
masing industri, dana pensiun syariah belum disentuh sedikit
pun dalam kebijakan dan strategi pengembangan Industri
Dana Pensiun Tahun 2007-2011.
2. Dalam konteks regulasi. Jika perbankan, asuransi, obligasi,
dan reksa dana syariah sudah banyak memiliki peraturan dan
juga dukungan Fatwa DSN-MUI, maka dana pensiun syariah
belum ada satu pun peraturan dan fatwa yang mendukung.
Sehingga regulasi sebagai kerangka operasional dana pensiun
syariah hanya mengacu pada peraturan dana pensiun yang
umum dan Fatwa MUI yang juga umum, tidak bersifat
khusus dan mendetail.
3. Ketentuan Investasi langsung dalam UU No. 11/1992 tentang
Dana Pensiun. Selama ini Dana Pensiun Lembaga Keuangan
(DPLK) Syariah mengeluhkan tentang produk investasi
terikat (Mudharabah muqayyadah/restricted investment)
Syariah. Produk mudharabah muqayadah merupakan produk
bank syariah berupa investasi di bidang properti atau
infrastruktur dengan nilai proyek sangat besar, tidak dapat
dimasuki oleh DPLK Syariah. Selama ini bank syariah
kesulitan membiayai proyek tersebut karena terbentur dengan
batas maksimum pemberian kredit.
Instrumen investasi dana pensiun syariah perlu dimasukkan ke dalam
revisi UU Dana Pensiun. DPLK Syariah memerlukan regulasi itu untuk
memperluas instrument investasi yang sesuai dengan karakternya.
Keterbatasan instrument investasi ini kemudian berakibat dana kelolaan dana
pensiun syariah justru kebanyakan ditanam dalam bentuk obligasi, saham, dan
reksa dana syariah saja. Padahal dengan potensi besar masyarakat muslim dan
dengan pasar yang sangat terbuka lebar tentunya dana pensiun syariah
memiliki harapan masa depan yang cerah.20
B. Mudharabah
1. Pengertian Mudharabah
Dalam fiqih Islam mudharabah merupakan salah satu bentuk
kerjasama antara rab al-mal (investor) dengan seorang pihak kedua
(mudharib) yang berfungsi sebagai pengelola dalam berdagang.Istilah
mudharabah oleh ulama fiqih Hijaz menyebutkan dengan
Qiradh.Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau
301-304
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah
proses seseorang memukul kakinya untuk menjalankan usahanya.21
Secara terminologi, ulama fiqih mendefinisikan mudharabah atau
qiradh dengan, “Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu
dibagi menurut kesepakatan bersama.” Apabila terjadi kerugian dalam perdagangan tersebut, kerugian ini ditanggung sepenuhnya oleh pemilik
modal. Definisi ini menunjukkan bahwa yang diserahkan kepada
pekerja tersebut adalah berbentuk modal, bukan manfaat seperti
menyewakan rumah.22
“pemilik modal (investor) menyerahkan modalnya kepada pekerja
(pedagang) untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu
menjadi milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan”.
Menurut Abdur Rahman L. Doi, mudharabah dalam terminologi
hukum adalah suatu kontrak dimana suatu kekayaan (property) atau
persediaan (stock) tertentu (Ras Al Mal) ditawarkan oleh pemiliknya atau
pengurusnya (Rabb Al Mal) kepada pihak lain untuk membentuk suatu
kemitraan itu akan berbagi keuntungan. Pihak yang lain berhak untuk
memperoleh keuntungan karena kerjanya mengelola kekayaan itu. Orang
21Muhammad Syafi’in Antoni, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 95.
ini disebut mudharib.Perjanjian ini adalah suatu contract of
copartnership.23
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No.07/DSN-
MUI/IV/2000, pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang
disalurkan oleh LKS kepada pihak lain untuk usaha yang produktif.
Jadi, definisi yang representative sebagai jalan tengah kelengkapan
definisi dari ahli maupun mazhab menurut hemat penulis, pembiayaan
mudharabah adalah suatu pembiayaan kerjasama antara pemilik modal
dengan pengelola dimana keuntungan dari usaha tersebut akan dibagi
menurut kesepakatan bersama.
2. Dasar Hukum Mudharabah
Akad mudharabah dibenarkan dalam Islam, karena bertujuan
selain membantu antara pemilik modal dan orang yang memutarkan
uang.24Secara umum, landasan dasar syariah al mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam
ayat-ayat dan hadist berikut ini:
23 Sultan Remi Sjahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. Temprint, 1999), h. 29
a. Al-Quran
1) Ash Shad : 24
ا
ا
لا
ص
لا
ا
و
ع
و
ا
و
نم
آ
ن
يذ
لا
ل
ن
ض
ى
ع
م
ه
ض
ي
غيٌ
ل
ءا
ط
خ
لا
ن
م
را
ٌث
ك
ن
و
م
ه
ما
لٌ
ق
و
Artinya: “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang
berserikat itu sebagianmereka berbuat zalim kepada sebagian orang lain,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh;
dan amat sedikitlah mereka ini” (QS Ash Shad: 24)
2) Al-Jumuah: 10
َّلا
ا
و
ر
ك
اذ
و
َّلا
ل
ض
ف
ن
م
او
غت
ا
و
ض
لأ
ا
ي
ف
او
ر
ش
تن
اف
ة
ل
ص
لا
ت
ٌ
ض
ق
ذا
إف
و
ا
فت
م
كل
را
ٌث
ك
Artinya:“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi dan carilah karunia Allah”(QS Al-Jumuah: 10)
Pada potongan ayat dari surat Al-Jumuah ayat 10 diatas telah
memberi sebuah penjelasan bahwa Allah telah mewajibkan seorang
muslim untuk menunaikan shalat sebagai bukti tingkat ketakwaan seorang
hamba kepada Tuhannya. Dalam ayat ini juga memberikan penjelasan
bahwa Allah telah mewajibkan seorang muslim mencari karunia Allah di
mendapat kemuliaan dan hidup yang makmur di dunia dan akhirat. Karena
sesungguhnya Allah adalah yang Maha sebaik-baiknya pemberi rezeki.
b. Ijma
Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang,
mudharib) harta anak yatim yaitu sebagai mudharabah dan tidak ada
seorangpun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang
sebagai ijma’.25
c. Qiyas
Mudharabah diqiyaskan kepada al musaqah (menyuruh seseorang
untuk mengelola kebun). Selain di antara manusia, ada yang miskin
dan ada pula yang kaya. Di satu sisi, tidak sedikit orang miskin yang
mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian dengan
adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan
kedua golongan di atas, yakni untuk kemaslahatan manusia dalam
rangka memenuhi kebutuhan mereka.
d. Fatwa DSN
Undang-undang No. 21 tahun 2008 Pasal 1 angka 21 yang
mengatur perbankan syariah memberikan rumusan pengertian
tabungan, yaitu: “Tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadiah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syariat dan ketentuan tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau
alat lainnya yang dipersamakan dengan itu”. Dewan Syariah Nasional mengatur tabungan syariah dalam fatwa Nomor 02/DSN-MUI/IV
/2000, yaitu:
“Produk tabungan yang dibenarkan atau diperbolehkan secara syariah adalah tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan
wadiah, sehingga kita mengenal tabungan mudharabah dan
tabungan wadiah”.
e. Peraturan Bank Indonesia
Menurut ketentuan Pasal 1 angka 5 Peraturan Bank
Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005, yang dimaksud dengan
mudharabah adalah:
“Penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha
tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untung rugi
(profit and lost sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue
sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah
3. Jenis-Jenis Mudharabah
Secara umum mudharabah terbagi kepada dua jenis,
yaitumudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah.
a. Mudharabah Muthlaqah
Transaksi yang dimaksud dengan mudharabah muthlaqah adalah
bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang
cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha,
waktu dan daerah bisnis. Dalam pembahasanfiqih ulama salaf al Shalih
sering kali dicontohkan dengan ungkapan if al ma syi‟ta (lakukan
sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberikan
kekuasaan sangat besar.
Dalam dunia perbankan mudharabah muthlaqah ini sering disebut
juga dengan istilah General Investment. Yang dimana dalam aplikasi
perbankan yang sesuai dengan akad ini adalah time deposit biasa.26
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah
retricted mudharabah/spesicified mudharabah adalah kebalikan dari
mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis
usaha, waktu atau tempat usaha.Adanya pembatasan ini seringkali
mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal memasuki
dunia usaha.27Atau dalam pengertian lain dari akad Mudharabah
Muqayyadah adalah pekerja tertentu. Mengikuti syarat-syarat yang
dicantumkan dalam perjanjian yang dikemukakan oleh pemilik modal.
Umpamanya,harus memperdagangkan barang-barang tertentu, di
daerah tertentu dan membeli barang di pabrik (toko) tertentu.28
4. Rukun-rukun Akad Mudharabah
Dari pengertian yang telah dipaparkan di atas, tentunya akad
mudharabah mempunyai beberapa rukun dan syarat-syarat tertentu dalam
menjalankannya.Dan dari rukun dan syarat-syarat tersebut mempunyai
banyak pandangan, yang dilihat dari beberapa mazhab.
Menurut ulama mazhab Hanafi rukun mudharabah hanya ijab (dari
pemilik modal) dan qobul (dari pedagang/pelaksana). Sedangkan menurut
Jumhur Ulama berpendapat lain tentang rukun mudharabah, bahwa rukun
mudharabah adalah orang yang berakal, modal, keuntungan, kerja, dan
akad.29
Sehingga didapat rukun-rukun dari akad mudharabah dari berbagai
macam pandangan para ulama. Faktor-faktor yang harus ada (rukun)
dalam akad mudharabah adalah:
a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)
27Ibid,. h.97
28 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalat), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 172-173
b. Objek mudharabah (modal dan kerja)
c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab qobul)
d. Nisbah Keuntungan
Pelaku, dalam akad mudharabah harus ada minimal 2 (dua) pelaku
transaksi.Pihak pertama, bertindak sebagai pemilik modal (shahibul mal),
sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib atau
„amil).Tanpa adanya 2 (dua) pelaku ini maka akad mudharabah tidak dapat
terlaksana.
Objek mudharabah, merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang
dilakukan oleh para pelaku.Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai
objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya
sebagai objek mudharabah.Modal yang diserahkan sebagai objek
mudharabah bisa berupa uang atau berbentuk barang yang dirinci berapa nilai
uangnya.Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian,
keterampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain.Tanpa dua objek
ini, akad mudharabah juga tidak dapat terlaksana.
Persetujuan kedua belah pihak (ijab qobul), merupakan konsekuensi
dari prinsip an-taradin minkum (sama-sama rela).Si pemilik dan harus setuju
mengkontribusikan dananya untuk menjadi modal usaha, sementara si
pelaksana usaha setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan kerjanya.
Nisbah keuntungan, faktor keempat inilah yang menjadi ciri khas dari
Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah
pihak yang bermudharabah.Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya,
sedangkan shahibul maal mendapat imbalan atas penyertaan modalnya.
Nisbah keuntungan inilah yang mencegah terjadinya perselisihan antara
kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.30
5. Syarat-syarat Akad Mudharabah
Adapun syarat-syarat mudharabah adalah sebagai berikut:31
a. Modal atau barang yang diserahkan itu berbentuk uang tunai.
Apabila barang itu berbentuk emas atau perak batangan (tabar)
emas hiasan atau barang dagangan lainnya, maka mudharabah
tersebut dianggap batal.
b. Modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan antar
modal yang diperdagangkan dengan laba atau keuntungan dari
perdagangan tersebutyang akan dibagikan kepada dua belah pihak,
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
c. Keuntungan yang akan menjadi milik pengelola dan pemilik modal
harus jelas persentasinya, umpamanya setengah, sepertiga,
seperempat.
d. Pemilik dana memberi kebebasan kepada pengelola. Maksudnya,
pemilik dana tidak boleh mengikat pengelola di dalam mengelola
30Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 205
dananya kepada satu macam barang yang biasanya tidak ada di
waktu itu.
Oleh sebab itu, apabila modal itu berbentuk barang, maka menurut
ulama tidak diperbolehkan, karena sulit untuk menentukan
keuntungannya.Demikian halnya dengan hutang, tidak bisa dijadikan
modal mudharabah.Namun, apabila modal itu berupa al-wadi‟ah (titipan)
pemilik modal kepada pedagang, boleh dijadikan modal mudharabah.
Menurut mazhab Hanafi, Maliki, dan Syafi’I apabila modal itu dipegang sebagiannya oleh pemilik modal tidak diserahkan sepenuhnya,
maka akad itu tidak dibenarkan. Namun, menurut mazhab Hambali, boleh
saja sebagian modal itu berada di tangan pemilik modal, asal saja tidak
mengganggu kelancaran jalan perusahaan tersebut.
6. Keunggulan Sistem Mudharabah
Salah satu keistimewaan dari sistem mudharabah adalah para
peran ganda dari mudharib, yakni sebagai wakil (agen) sekaligus
mitra.Mudharib adalah wakil dari rabb ala maal dalam setiap transaksi
yang ia lakukan pada harta mudharabah. Mudharib kemudian menjadi
mitra dan rabb al maal ketika ada keuntungan, karena mudharabah adalah
sebuah kemitraan dalam keuntungan, dan seorang wakil tidak berhak
mendapatkan keuntungan atas dasar kerja dia setelah munculnya
keuntungan. Tapi ia menjadi seorang mitra dalam situasi ini disebabkan
Ada beberapa manfaat sekaligus menjadi keunggulan dari konsep
mudharabah yang diterapkan dalam bank berdasarkan prinsip-prinsip
syariah:
a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan
untuk nasabah meningkat.
b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah
pendanaan secara tetap. Tetapi disesuaikan dengan
pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah
mengalami negative spread.
c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash
flow/arus kas untuk nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
d. Bank akan lebih selektif dan prudent “hati-hati” mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan. Karena
keuntungan yang konkrit dan benar-benar terjadi itulah yang akan
dibagikan.
e. Prinsip bagi hasil mudharabah /musyarakah ini berbeda dengan
prinsip bunga tetap dimana bank akan tetap menagih penerima
pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun
keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi
krisis ekonomi.32
7. Berakhirnya Akad Mudharabah
Akad mudharabah dinyatakan berakhir atau batal dalam hal sebagai
berikut:
a. Masing-masing pihak menyatakan batal, atau pekerja dilarang
untuk bertindak hukum terhadap modal yang diberikan, atau
pemilik modal menarik modalnya.
b. Salah seorang yang berakad meninggal dunia.
c. Salah seorang yang berakad gila, karena orang gila tidak cakap lagi
bertindak hukum.
d. Pemilik modal murtad (keluar dari agama Islam), menurut Imam
Abu Hanifah, akad mudharabah batal.
C. Penelitian Terdahulu
Adapun kajian yang berkaitan dengan masalah yang ingin dibahas
oleh penulis yang diambil dari redaksi terdahulu yang dilakukan oleh
mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum atau dari referensi lain ya