MUI/XI/2013
(STUDI KASUS BANK MUAMALAT INDONESIA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
AHMAD RAHADIAN NIM: 1110046100203
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini bukan merupakan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 9 Desember 2014
ABSTRAK
Ahmad Rahadian. NIM 1110046100203. ANALISA KONTRAK DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DITINJAU DARI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 88/DSN-MUI/XI/2013. Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/ 2014 M.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Struktur Kontrak Pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan Muamalat dan Analisis Kontrak Dana Pensiun Lembaga Keuangan Muamalat Ditinjau Dari Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 88/DSN/MUI/XI/2013. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kontrak DPLK Muamalat sesuai dengan struktur kontrak yang lazim di Indonesia dan apakah kontrak dana pensiun di DPLK Muamalat sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 88/DSN-MUI/XI/2013. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif melalui beberapa data yang diperlukan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya ketidaksesuaian secara struktur kontrak antara kontrak DPLK Muamalat dengan struktur kontrak yang lazim di Indonesia. Namun, kandungan kontrak DPLK Muamalat masih mengandung unsur-unsur syariah dan sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 88/DSN-MUI/XI/2013.
Kata Kunci :
Kontrak DPLK Muamalat, Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 88/DSN-MUI/XI/2013.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis menyampaikan segala puji dan syukur kehadirat Allah
SWT, yang senantiasa memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita
semua. Penulis menghaturkan shalawat serta salam kepada Nabi dan Rasul
Muhammad SAW, beserta segenap keluarga, sahabat dan bahkan umat-Nya, Insya
Allah dan mudah-mudahan kita ada didalamnya.
Dengan taufiq dan hidayah Allah SWT, serta dilakukan dengan
sungguh-sungguh, skripsi yang berjudul “ANALISA KONTRAK DANA PENSIUN
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH DITINJAU DARI FATWA DEWAN
SYARIAH NASIONAL NO. 88/DSN-MUI/XI/2013” dapat terselesaikan. Penulis
menyusun skripsi ini dalam rangka memenuhi dan melengkapi persyaratan untuk
mencapai gelar sarjana (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam),
Konsenterasi Perbankan Syariah di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini bukan
semata-mata penulis pribadi, namun juga karena bantuan dan motivasi berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT dan Rasul-Nya, yang telah memberikan ridha dan rahmat-Nya
ii
2. Bapak H. JM. Muslimin, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, M.H., selaku Ketua Program Studi
Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Abdurrauf, Lc. M.A., selaku Sekretaris Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan motivasi moral kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Muhamad Mujibur Rohman, M.A., selaku dosen pembimbing atas
kesediaannya memberikan waktu luang kepada penulis untuk membimbing,
mengarahkan dan memberikan masukan-masukannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat
kepada penulis semasa kuliah, semoga amal kebaikannya mendapat balasan di
sisi Allah SWT. Serta Pimpinan dan Staf Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
iii
8. Bapak La Ode Rizal Adikrishna selaku head of marketing department DPLK
Muamalat yang telah memberikan tempat penelitian penulisan skripsi dan
memberikan waktu luangnya untuk wawancara. Kepada seluruh karyawan
DPLK Muamalat terima kasih banyak telah membantu penulis melakukan
penelitian serta memberikan data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan skripsi
ini.
9. Penghormatan serta salam cinta Penulis haturkan kepada kedua orang tua
penulis, ayahanda Rahmat Wijaya dan Ibunda Ai Rodiah yang tak pernah
berhenti untuk menyemangati penulis dan telah menjadi inspirasi dalam
penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan usia yang penuh
keberkahan dan membalas segala kebaikan kalian. Tak lupa juga untuk kakakku,
terima kasih karena telah banyak berkorban dan membantu perjalanan kuliah
penulis khususnya untuk Umar Abdul Azis dan Abdul Rahman Hakim, S. Ud.,
dan semua keluargaku.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010, khususnya PS-E Reguler yaitu My
Best Friend, Wildan, Eko, Farid dan Wiwid yang selalu memberikan motivasi
kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. Serta kepada teman-teman yang
lain yang telah menggoreskan banyak kenangan manis, canda serta tawa selama
menjalani perkuliahan, semoga tali silaturrahim kita tetap terjaga.
11. Terima Kasih yang tak terhingga kepada sahabat kosan, mas eko, mba’ quy, mpo
iv
sampai penyelesaian skripsi ini hingga akhir serta teman-teman seperjuangan
Sabilussalam 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhirnya tiada untaian kata yang berharga kecuali ucapan Alhamdulillahi
Robbil „Alamiin atas Rahmat dan Karunia serta Ridha Allah SWT. Demikian ucapan
terima kasih penulis haturkan kepada seluruh pihak, semoga kebaikan dan bantuan
kepada penulis manjadi amal ibadah dan mendapat Ridha dari Allah SWT.
Penulis menyadari banyak kekurangan yang terdapat dalam pembuatan
skripsi ini. Untuk itu kritik dan saran kiranya dapat lebih memperbaiki skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan khususnya bagi
umat manusia, serta bagi perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai aktivitas kita berjuang di jalan-Nya serta menjadikan
kita semua sebagai hamba-Nya yang bahagia di dunia dan akhirat.
Jakarta, 9 Desember 2014
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan dan Manfaat penelitian... 7
F. Metode Penelitian... 8
G. Sistematika Penelitian ... 11
BAB II LANDASAN TEORI 14
A. Kontrak ... 14
1. Pengertian Kontrak ... 14
2. Asas-asas Kontrak ... 16
3. Rukun dan Syarat Kontrak ... 19
4. Berakhirnya Kontrak ... 21
B. Dana Pensiun Lembaga Keuangan ... 23
1. Pengertian Dana Pensiun ... 23
vi
3. Fungsi Dana Pensiun ... 28
4. Manfaat Program Pensiun ... 30
5. Jenis-jenis Dana Pensiun ... 31
D. Ketetapan Fatwa DSN-MUI ... 35
E. Standar Syariah ... 38
F. Review Studi Terdahulu ... 40
BAB III METODE PENELITIAN 43
A. Sejarah berdiri DPLK Muamalat ... 43
B. Hakikat, Tujuan dan Manfaat ... 47
C. Visi, Misi dan Core Value ... 50
D. Struktur Organisasi ... 50
E. Produk dan Program ... 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 61
A. Analisis Struktur Kontrak ... 61
1. Pembukaan ... 61
2. Isi Kontrak ... 68
3. Penutup ... 71
B. Analisis Kontrak Ditinjau dari Fatwa DSN ... 73
1. Ketentuan Umum ... 73
2. Ketentuan Terkait PPIP-DPLK ... 76
vii
4. Ketentuan Terkait PPMP ... 83
BAB V PENUTUP 85
A. Kesimpulan... 85
B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 88
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia semakin berkembang cepat dan pesat di berbagai
sektor, dihadapkan pada timbulnya dampak dan fenomena baru yang
memberikan pengaruh dan perubahan, baik yang menguntungkan maupun
merugikan, seperti bertambah besarnya risiko-risiko yang tidak dapat diduga,
yaitu hilangnya harta atau jiwa.
Segala risiko yang mungkin timbul akibat hal-hal yang tidak diinginkan
tersebut dan guna menutup kemungkinan dari risiko-risiko kerugian, maka
kehadiran asuransi dibutuhkan untuk menjamin manusia dari berbagai risiko.
Institusi ini telah menjadi basis bagi kehidupan modern dan mempunyai
pengaruh yang sangat luas, dapat diaplikasikan di semua bidang.
Saat ini kebutuhan jasa perasuransian makin dirasakan, baik oleh
perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana
finansial dalam kehidupan dan perekonomian, baik dalam menghadapi risiko
yang mendasar seperti kematian, atau risiko dalam menghadapi kerugian atas
harta benda yang dimiliki. Asuransi memang tidak bisa mencegah risiko, tapi
Demikian pula dunia usaha dalam menjalankan kegiatannya menghadapi
berbagai risiko yang mungkin dapat menggangu kesinambungan usahanya.1
Penanggulangan risiko-risiko yang memungkinkan terjadi, bisa melalui
program-program yang terdapat dalam perasuransian seperti dana pensiun.
Program pensiun pada prinsipnya bertujuan memberikan jaminan kesejahteraan
pada karyawan, keberadaan kesejahteraan tersebut meningkatkan karyawan
memperkecil masalah-masalah yang timbul dari risiko kehilangan pekerjaan,
lanjut usia, kecelakaan atau bahkan meninggal dunia.2
Di Indonesia, pengelolaan dana pensiun mulai mendapat perhatian serius
ketika terbentuk undang-undang No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun, dan
disusul berbagai peraturan pelaksanaannya. Dengan peraturan
peruandang-undangan ini, diharapkan para karyawan/ pekerja yang sekarang ini aktif
bekerja, akan merasa tentram menjadi peserta yang menghimpun dananya
sendiri pada lembaga dana pensiun di masing-masing lingkungan kerjanya,
sebagai bekal di masa pensiun kelak.3
Dengan ditetapkannya undang-undang dana pensiun, pemupukan dana bagi
program pensiun yang selama ini dikelola yayasan harus memperoleh
pengesahan Menteri Keuangan dan dinyatakan sebagai badan hukum Dana
1
Herman Darmawi, Manajemen Asuransi (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.1
2
Dahlan Siamat, Manajemen Keuangan (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2004), h. 465
3
Pensiun Pemberi Kerja (DPPK). Di tahun-tahun pertama berlakunya
undang-undang dana pensiun, pertumbuhan jumlah dana pensiun lebih didorong oleh
konversi yayasan dana pensiun menjadi DPPK. Dalam periode 1992-1998, 165
yayasan dana pensiun dikonversi menjadi DPPK. Pada periode yang sama,
terdapat pendirian DPPK baru sebanyak 143 dana pensiun.
Salah satu hal baru dalam undang-undang dana pensiun adalah lahirnya
Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Berbeda dengan DPPK yang
menyelenggarakan program pensiun khusus bagi pegawai pendiri dan atau mitra
pendiri DPPK yang bersangkutan, DPLK didirikan oleh bank umum atau
perusahaan asuransi jiwa untuk menyediakan program pensiun bagi masyarakat
luas, khususnya para pekerja mandiri.
Dalam perkembangannya, DPLK lebih banyak berperan sebagai media
alternatif bagi pemberi kerja yang bermaksud untuk menyediakan program
pensiun bagi karyawannya. Dalam lima tahun pertama berlakunya
undang-undang dana pensiun, terdapat 25 pendirian DPLK, dimana 20 DPLK didirikan
oleh perusahaan asuransi jiwa dan 5 DPLK didirikan oleh bank umum.
Untuk menjalankan dana pensiuan pada lembaga keuangan diperlukan
adanya akad dalam bentuk kontrak tertulis. Kontrak adalah aturan hukum yang
berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian atau persetujuan.4 Hal ini menunjukkan
bahwa kontrak dari suatu akad merupakan rujukan atau pedoman atas semua
4
aktivitas yang berkaitan dengan transaksi tersebut. Dengan kata lain, kejelasan
dan keabsahan suatu kontrak adalah hal yang vital dalam suatu akad kerjasama.
Adapun dalam kontrak bisnis syariah didasarkan pada teori-teori akad yang
ada dalam fiqh muamalat. Dalam kajian fiqh muamalat, masalah akad
menempati posisi sentral karena merupakan cara paling penting yang digunakan
untuk memperoleh suatu maksud dan tujuan, terutama yang berkenaan dengan
harta atau manfaat sesuatu secara sah. Tidak jarang karena kesalahan dalam
memilih akad atau kurang terpenuhi syarat dan rukun akad, transaksi yang
dilakukan bisa dinilai tidak sah (batal).5
Tentunya pertumbuhan lembaga keuangan syariah tersebut secara lambat
tapi pasti juga akan mendorong perkembangan dana pensiun syariah. Sampai
sekarang, baru beberapa perusahaan yang mengelola dana pensiun syariah
diantaranya: Bank Muamalat Indonesia (BMI), Manulife Syariah (Principal
Indonesia) dan Allianz Syariah. Lambannya pertumbuhan dana pensiun syariah
disebabkan beberapa faktor diantaranya: lambatnya regulasi, keterbatasan
instrumen investasi, belum jelasnya model tata kelola dana pensiun syariah serta
kurangnya sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya dana pensiun syariah.
Harus diakui bahwa perkembangan dana pensiun syariah relatif tertinggal
dibanding dengan industri keuangan syariah yang lainnya. Hal ini disebabkan
minimnya dukungan strategi dan keterlambatannya regulasi.
5
Seiring dengan berkembangnya produk dana pensiun, muncul regulasi
terbaru yang bersumber dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan
dikeluarkannya Fatwa No. 88/ DSN-MUI/ XI/ 2013 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah. Hal ini menjadi
sangat penting bagi pelaksanaan dana pensiun itu sendiri, apakah kegiatan dana
pensiun pada lembaga keuangan bank muamalat sudah sesuai dengan Fatwa No.
88/ DSN-MUI/ XI/ 2013 atau kah masih menjadi hal yang patut dikoreksi
kembali.
Maka bertolak dari permasalahan diatas, perlu kiranya penulis menganalisis
lebih dalam lagi permasalahan ini kedalam penulisan skripsi yang berjudul:
“ANALISA KONTRAK DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH DITINJAU DARI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 88/DSN-MUI/XI/2013. STUDI KASUS BANK MUAMALAT
INDONESIA”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah
yang muncul, diantaranya:
1. Bagaimana prosedur pembentukan kontrak dana pensiun di DPLK
Muamalat?
3. Apakah jenis Peogram Pensiun Iuran Pasti (PPIP) DPLK, PPIP Dana Pensiun
Pemberi Kerja (DPPK) dan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) DPPK
berpengaruh pada isi kontrak?
4. Apa perbedaan kontrak antara PPIP DPLK, PPIP DPPK dan PPMP DPPK?
5. Apakah kontrak dana pensiun pada DPLK Muamalat sudah sesuai dengan
Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 88/DSN-MUI/XI/2013?
6. Bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan perjanjian dana pensiun di
DPLK Muamalat?
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas serta menjaga
kemungkinan penyimpangan dalam penelitian, maka penulis perlu memberikan
batasan pada:
1. Penelitiaan dilakukan di DPLK Muamalat.
2. Data yang diperlukan adalah mengenai kontrak dana pensiun di DPLK
Muamalat.
3. Penelitian ini menganalisis perbandingan antara kontrak DPLK Muamalat
dengan struktur kontrak lang lazim di Indonesia dan kesesuaian kontrak dana
pensiun di DPLK Muamalat ditinjau dari Fatwa Dewan Syariah Nasional NO:
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada skripsi ini adalah:
1. Bagaimana kesesuaian kontrak DPLK Muamalat dengan struktur kontrak
yang lazim di Indonesia?
2. Bagaimana kesesuaian kontrak dana pensiun di DPLK Muamalat dengan
Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 88/DSN-MUI/XI/2013?
E. Tujuan dan Manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui dan menjelaskan prosedur pembentukan kontrak dana pensiun
di DPLK Muamalat.
b. Mengetahui isi kontra dana pensiun di DPLK Muamalat.
c. Mengetahui dan menganalisis kesesuaian aplikasi kontrak dana pensiun di
DPLK dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional NO:
88/DSN-MUI/XI/2013.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
a. Bagi penulis, untuk meningkatkan pemahaman penulis mengenai kontrak
b. Bagi kalangan akademik, baik mahasiswa ataupun dosen, penelitian ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang kontrak bisnis,
khususnya mengenai kontrak dana pensiun.
c. Bagi pihak lembaga keuangan dan lembaga lainnya hasil penelitian ini
diharapkan menjadi referensi dalam upaya mengembangkan lembaga
keuangan syariah di Indonesia.
d. Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi dan wawasan bagi masyarakat mengenai kontrak dana pensiun
di lembaga keuangan syariah.
F. Metode Penelitian
pengumpulan data merupakan bagian terpenting di dalam sebuah penelitian,
dalam hal ini sangat dibutuhkan data-data yang akurat serta relevan dalam
persoalan yang akan diteliti. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini
menggunakan metode sebagai berikut:
1. Pendekatan
Dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif.
Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan hukum dengan melihat
peraturan-peraturan. Baik hukum primer maupun bahan hukum sekunder atau
Undang-Undang yang berlaku.6 Pada penelitian ini, peneliti mengacu pada
Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No.
88/DSN-MUI/XI/2013 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Program
Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian deskriptif,
Analisis deskriptif merupakan penelitian terhadap fenomena atau populasi
tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek berupa individu, organisasional,
industri atau perspektif yang lain.7
3. Jenis dan Sumber Data
Adapun data yang digunakan penulis dalam skripsi ini menggunakan dua
jenis sumber data, yaitu:
a. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari DPLK Muamalat berupa hasil
wawancara dengan menggunakan instrumen pedoman wawancara.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan yang berkaitan
dengan materi yang akan dibahas, baik itu berupa draft kontrak, Fatwa
6
Roni Hantijo Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Semarang: Ghalia Indonesia, 1998), h. 11.
7
MUI, buku, jurnal, surat kabar atau sumber-sumber lain yang relevan
dengan pokok permasalahan yang diangkat penulis pada skripsi ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Mengumpulkan data yang berkenaan dengan judul penelitian, penulis
menggunakan jenis pengumpulan data berikut:
a. Wawancara
Merupakan salah satu pengambilan data dan informasi dengan interaksi
bahasa yang berlangsung antara dua orang melalui tatap muka.8
b. Studi Dokumentasi
Penulis akan mengumpulkan data berdasarkan data atau laporan tentang
kontrak dana pensiun di DPLK Muamalat berupa buku pedoman
perjanjian, kontrak akad, profil, buku literatur yang relevan dengan
masalah terkait, dan lain-lain.
c. LibraryResearch (Penelitian Kepustakaan)
Pada penelitian kepustakaan ini, penulis akan mendapatkan dari literatur
berupa buku-buku tentang kontrak bisnis, dana pensiun.
5. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
Muamalat.
8
6. Metode Analisis Data
Penelitian dalam skripsi ini seluruhnya menggunakan metode kualitatif.
Teknik penelitian yang digunakan adalah content analysis yakni penelitian
yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau
tercetak dalam media masa.9
7. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam skripsi ini, penulis menggunakan Buku
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
G. Sistematika Penelitian
Mengenai sistematika penulisan, dalam hal ini penulis membaginya dalam lima
bab yang secara garis besar sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini sebagai pengantar karya ilmiah yang
merupakan gambaran umum latar belakang masalah
yang akan diteliti dalam penelitian ini. Secara rinci
dalam bab ini dijelaskan latar belakang permasalahan,
identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan
9
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitianserta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini merupakan kajian kepustakaan yang menjadi
dasar pemikiran dalam penelitian ini. Secara rinci bab
ini menjelaskan tentang pengertian kontrak, asas-asas
kontrak, rukun dan syarat kontrak, berakhirnya kontrak
dan pengertian dana pensiun, tujuan dana pensiun,
fungsi dana pensiun, manfaat program pensiun,
jenis-jenis dana pensiun, ketetapan fatwa DSN-MUI
mengenai dana pensiun syariah, standar syariah dana
pensiun dan review studi terdahulu.
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum
perusahaan berupa profil singkat, visi-misi, struktur
organisasi, produk dan program, dan mekanisme dan
prosedural.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini menganalisis tentang struktur kontrak pada
dana pensiun lembaga keuangan muamalat dan analisis
[image:24.609.104.534.127.522.2]ditinjau dari Fatwa Dewan Syariah Nasional No:
88/DSN-MUI/XI/2013.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini, penulis membuat kesimpulan dari
pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya disertai saran-saran konstruktif yang
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-
14 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kontrak
1. Pengertian Kontrak
Istilah kontrak dari bahasa Inggris, yaitu contract. Dalam bahasa Belanda
disebut dengan overeenkomst (perjanjian). Pengertian perjanjian ataupun
kontrak diatur dalam pasal 1313 KUH Perdata. Pasal tersebut berbunyi:
“Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”.1
Pihak yang sudah
melakukan suatu perjanjian berarti sudah mengikatkan dirinya pada isi
perjanjian tersebut.
Kontrak adalah peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji
untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu, biasanya
secara tertulis. Para pihak yang bersepakat mengenai hal-hal yang
diperjanjikan, berkewajiban untuk mentaati dan melaksanakannya, sehingga
perjanjian tersebut menimbulkan hubungan hukum yang disebut perikatan
(verbintenis). Kontrak merupakan perbuatan hukum dimana dua pihak atau
lebih saling mengikat suatu perbuatan untuk melakukan atau tidak melakukan
perbuatan tertentu.
1
Setidaknya terdapat dua istilah dalam Alquran yang berhubungan dengan
perjanjian (kontrak), yaitu al-‘aqdu (akad) dan al-‘ahdu (janji).2 Kata akad
berasal dari bahasa arab dari lafaz al-‘aqad yang artinya mengikat, ikatan
(atau pengencangan dan penguatan) antara beberapa pihak dalam hal tertentu,
baik ikatan itu bersifat konkret maupun abstrak, baik dari satu sisi maupun
dua sisi.3
Pengertian khusus tentang akad adalah hubungan antara ijab (pewajiban)
dan qabul (penerimaan) secara syariat yang menimbulkan efek terhadap
objeknya atau dengan kata lain, berhubungan ucapan salah satu dari dua
orang yang berakad dengan yang lain secara syara dimana hal itu
menimbulkan efeknya terhadap objek.4
Akad secara terminologi fikih adalah perikatan antara ijab (penawaran)
dengan qabul (penerimaan) secara yang dibenarkan syara’. Kata kontrak
yang dimaksud ialah terjemahan dari kata ‘uqud bentuk jamak dari kata akad
yang berarti mengikat, perjanjian atau kontrak.
2
Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, cet III (Jakarta: Kencana, 2007), h. 45
3
Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu, cet. II Jilid 4 (Damsyik: Dar Al-Fikr, 1985), h.80
4
Pengertian akad adalah suatu perikatan antara ijab dan qabul dengan cara
yang dibenarkan syariah yang menerapkan adanya akibat hukum pada
objeknya.5
Al-Mu’ahadah (perjanjian) adalah kata yang berasal dari ‘ahada. Al-‘Ahd
secara etimologi berarti segala kesepakatan antar hamba (manusia), setiap
perintah Allah SWT, pemeliharaan, menjaga kehormatan dan keamanan. Kata
Al-‘Ahd dipergunakan dengan beberapa arti, diantaranya kesepakatan diantara
dua orang atau dua pihak terhadap suatu perkara yang mengikat mereka untuk
kepentingan kedua belah pihak atau salah satu pihak, dan al-mu’ahadah
adalah peristiwa kesepakatan ini.6
2. Asas-asas Kontrak
Asas berasal dari bahasa arab asasun yang berarti dasar, basis dan
pondasi. Menurut Mohammad Daud Ali yang dikutip dari buku Hukum
Perikatan Islam di Indonesia karya Gemala Dewi dkk, mengartikan asas
apabila dihubungkan dengan kata hukum adalah kebenaran yang
dipergunakan sebagai tumpuan berfikir dan alasan pendapat, terutama dalam
penegakan dan pelaksanaan hukum.7 Berikut asas-asas dalam kontrak:
5
Abd. Shomad, Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia (Jakarta: Kencana, 2010), h. 177
6
Iyad Hilal, Perjanjian-perjanjian Internasional Dalam Pandangan Islam, Penerjemah Mahbubah (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002), h. 51
7
a. Asas llahiyah
Setiap perbuatan manusia tidak akan terlepas dari ketentuan Allah
SWT, begitupun dalam kegiatan muamalat, termasuk perbuatan perikatan
tidak akan terlepas dari nilai-nilai ketauhidan. Dengan demikian setiap
manusia memiliki tanggung jawab akan hal itu karena setiap perbuatan
akan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
b. Asas Kebebasan
Islam memberikan kebebasan kepada para pihak untuk melakukan
suatu perikatan. Bentuk dan isi perikatan tersebut ditentukan oleh para
pihak. Namun, kebebasan ini tidaklah absolut, sepanjang tidak
bertentangan dengan hukum Islam, maka perikatan boleh dilaksanakan.
Menurut Fathurrahman Djamil, bahwa “Syariah Islam memberikan
kebebasan kepada setiap orang yang melakukan akad sesuai dengan yang
diinginkan, tetapi yang menentukan akibat hukumnya adalah ajaran
agama”.8
c. Asas Al-Musawamah (Persamaan atau Kesetaraan)
Para pihak memiliki kedudukan yang sama, sehingga dalam
menentukan tern and condition dari suatu akad setiap pihak mempunyai
kesetaraan atau kedudukan yang seimbang. Oleh karena itu, dilarang
8
penentuan isi akad oleh sepihak atau berdasarkan kemauan pihak yang
kuat posisinya.9
d. Asas Al-‘Adalah (Keadilan)
Adapun asas dari semua akad adalah keadilan. Sebab, dengan
keadilan itulah Allah SWT mengutus Rasul dan menurunkan kitab-kitab
sucinya.10 Para pihak dalam pelaksanaan akad dituntut untuk melakukan
yang benar dalam pengungkapan kehendak dan keadaan. Keadilan juga
menuntut para pihak menerima hak dan melaksanakan kewajiban secara
berimbang sesuai dengan prestasi dan kopensasinya. Disamping itu,
pelaksanaan akad harus senantiasa mendatangkan keuntungan yang adil
dan berimbang serta tidak boleh mendatangkan kerugian bagi salah satu
pihak.
e. Asas Al-Ridho (Kerelaan)
Prinsip ini menyatakan bahwa segala transaksi yang dilakukan harus
atas dasar kerelaan antara masing-masing pihak, harus didasarkan pada
kesepakatan bebas dari pihak masing-masing dan tidak boleh ada unsur
paksaan, tekanan, dan penipuan.11
9
Saefuddin Arif dan Azharuddin Lathif, Bahan Ajar Kontrak Bisnis Syariah (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum, 2011), h. 42
10
Ibn Taimiyah dan Ibn Qayyim, Hukum Islam Dalam Tinjauan Akal dan Hikmah, Penerjemah Amiruddin bin Abdul Djalil (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001), h. 25
11
f. Asas Ash-Shidq (Kejujuran)
Kejujuran merupakan hal yang harus dilakukan oleh manusia dalam
segala bidang kehidupan, termasuk dalam pelaksanaan muamalat. Jika
kejujuran tidak diterapkan dalam perikatan maka akan merusak legalitas
perikatan. Selain itu, jika terdapat ketidakjujuran dalam perikatan, akan
menimbulkan perselisihan diantara kedua belah pihak.
g. Asas Al-Kitabah (Tertulis)
Hendaknya dalam perikatan dilakukan secara tertulis, dihadiri
saksi-saksi, dan diberikan tanggung jawab individu yang melakukan perikatan,
dan yang menjadi saksi.12
3. Rukun dan Syarat Kontrak
Rukun adalah sesuatu yang harus ada dalam kontrak. Sedangkan syarat
adalah persyaratan yang harus dipenuhi oleh rukun-rukun tersebut. Pada
umumnya setiap akad mengandung beberapa rukun yang dapat
digeneralisasikan berlaku pada setiap bentuk akad, yakni:
a. Subjek Perikatan (Aqid) yaitu pribadi-pribadi yang padanya terdapat
ketentuan berupa pembebanan kewajiban dan perolehan hak.
b. Objek Perikatan (Mahallu Al-‘Aqdi) yaitu benda yang berlaku pada hukum
akad, atau sesuatu objek perikatan. Objek perikatan hanya benda-benda
12
yang halal dan bersih dari najis dan maksiat. Syarat-syarat objek perikatan
yakni:
1) Halal menurut syara’
2) Bermanfaat (bukan merusak atau digunakan untuk merusak)
3) Dimiliki sendiri atau atas kuasa pemilik
4) Dapat diserah-terimakan (berada dalam kekuasaan)
5) Harga jelas
c. Prestasi (Maudhu Al-‘Aqdi) yaitu tujuan akad atau maksud pokok
mengadakan yang sesuai dengan jenis akadnya. Syarat-syarat dari tujuan
akad, yaitu:
1) Baru ada pada saat dilaksanakan akad
2) Berlangsung hingga berakhirnya akad
3) Tujuan akad harus dibenarkan syara’
d. Pernyataan Kehendak (Shigat Al-‘Aqdi) yaitu perkataan yang
menunjukkan kepada kehendak kedua belah pihak atau juga disebut ijab
dan qabul (serah terima),13 hal ini menunjukkan maksud kedua belah
pihak, ijab dan qabul harus selaras, dan ijab-qabul dilakukan dalam satu
tempat dan terhubungkan satu sama lain.14 Ijab-qabul membentuk shighat
akad. Artinya, kedua pihak merupakan ungkapan yang menunjukkan
13
Abd. Shomad, Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia (Jakarta: Kencana, 2010), h. 180-181
14
adanya kesepakatan dua pihak yang sedang berakad. Kalangan Hanafiyah
mendefinisikan Ijab adalah melakukan perbuatan tertentu yang
menunjukkan kerelaan dan yang muncul pertama kali dari salah satu pihak
yang berakad. Sementara qabul adalah apa yang disebutkan setelah itu
oleh seorang diantara dua orang yang berakad yang menunjukkan
persetujuan dan ridhanya atas ijab yang diucapkan oleh pihak lain.
Sedangkan selain ulama Hanafiyah, ijab adalah sesuatu yang muncul dari
orang yang memiliki hak untuk memberikan kepemilikan meskipun
munculnya terakhir. Sementara qabul, adalah sesuatu yang muncul dari
orang yang akan memperoleh kepemilikan meskipun munculnya pertama
kali.15
4. Berakhirnya Kontrak
Kontrak akan selesai atau berakhir dan tidak berlangsung terus menerus.
Bahkan diharamkan jika mengikat perjanjian dengan batas waktu yang
bersifat abadi.16 Akad berakhir disebabkan terpenuhinya tujuan akad (tahqiq
gharadh al-‘aqd), fasakh, infisakh, kematian, ketidakizinan (‘adal al-ijazah)
dari pihak yang memiliki kewenangan dalam akad. Berikut penjelasan sebab
berakhirnya akad:
15
Wahbah Zuhailiy, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid 4, Penerjemah Abdul Hayyie Al-Kattani, dkk (Jakarta: Gema Insani DarulFikri, 2011), h. 430
16
a. Tujuan akad telah tercapai, jika tujuan akad sudah tercapai maka akad
akan berakhir dengan sendirinya.
b. Fasakh (pemutusan), dalam akad yang mengikat bagi para pihak ada
beberapa alasan yang menyebabkan akad dapat atau harus putus, yaitu:
1) Akad dipandang fasad (transaksi dengan batas waktu tertentu)
2) Adanya khiyar (hak pembeli)
3) Iqalah (kerelaan kedua belah pihak ketika salah satu pihak menyesal
dan ingin mencabut akad yang telah dilakukannya)
4) ‘Adam al-tanfidz (kewajiban yang ditimbulkan karena akad tidak
dipenuhi oleh para pihak atau salah satu pihak)
c. Infisakh (putus dengan sendirinya), akad dinyatakan putus apabila isi akad
tidak mungkin dapat dilaksanakan.17
d. Kematian, mengenai kematian, terdapat perbedaan pendapat diantara para
ahli fikih mengenai masalah apakah kematian pihak-pihak yang
melakukan akad akan mengakibatkan berakhirnya akad. Sejalan dengan
perbedaan pendapat mereka apakah hak yang ditimbulkan oleh akad itu
dapat diwariskan atau tidak.18
e. ‘Adal al-ijazah (tidak ada persetujuan), pihak yang berwenang tidak
memberikan persetujuan terhadap pelaksanaan akad.19
17
Saefuddin Arif dan Azharuddin Lathif, Bahan Ajar Kontrak Bisnis Syariah, h. 37-39
18
Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, h. 93
19
B. Dana Pensiun Lembaga Keuangan 1. Pengertian Dana Pensiun
Pengertian pensiun adalah hak seorang untuk memperoleh penghasilan
setelah bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau ada
sebab-sebab lain sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan.20 Sedangkan
pensiun dalam arti bahasa adalah tidak berfungsi lagi. Bila arti pensiun
diterapkan untuk manusia, berarti seseorang tidak bekerja lagi akan tetapi
setiap bulannya masih tetap mendapatkan uang sara. Uang sara adalah uang
untuk biaya menyambung hidup yang diperoleh tanpa melakukan pekerjaan.21
Dalam kamus Manajemen dijelaskan bahwa Dana Pensiun adalah dana
yang disiapkan oleh suatu perseroan, serikat pekerja, badan usaha pemerintah
atau organisasi lain untuk membayar dana pensiun dari pekerja yang telah
pensiun. Dana-dana pensiun tersebut setiap tahunnya menginvestasikan
sejumlah dana ke dalam pasar saham dan obligasi. Para manajer dana
membuat asusmsi aktuarial tentang berapa banyaknya dana yang harus
dibayarkan kepada para pensiun dengan mencoba memastikan bahwa tingkat
20
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, ed. 6 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), h. 307
21
pendapatan atas portapel22 perusahaannya sama atau melebihi kebutuhan
pembayaran yang telah diperkirakan.23
Menurut David Scot dalam bukunya yang berjudul Wall Street Words,
pension fund is “a financial institution that controls assets and disburses
income to people after thay have retired from gainful employment”.24
Maksudnya, Dana Pensiun adalah sebuah lembaga keuangan yang mengawasi
sejumlah aset atau harta dan membagikan (memberi pesangon) ke dalam
pendapatan seseorang setelah mereka berhenti mendapat gaji (bekerja) dari
perusahaan sebagai pegawai.
Pengertian di atas sama halnya menurut Perry dalam Dictionary of
Banking, pension fund is “an investement maintained by companies and other
employers to pay the annual sum required under the business organization’s
pension scheme”. Maksudnya, Dana Pensiun adalah sebuah pemeliharaan
investasi oleh perusahaan untuk memenuhi kewajiban tahunan berdasarkan
pola pengaturan usaha pensiun.
Menurut UU Nomor 11 Tahun 1992 Dana Pensiun adalah suatu badan
hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat
pensiun. Manfaat pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan
22
Portapel sama dengan portofolio, yakni gabungan pemilikan lebih dari satu saham, obligasi, komoditas oleh seorang investor kelembagaan dengan tujuan untuk mengurangi risiko dengan mengadakan diversifikasi.
23
B. N. Marbun, Kamus Manajemen, cet. I (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), h. 56-57
24
kepada peserta pada saat dan dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan
dana pensiun.25
Dalam menghadapi hari tuanya seorang karyawan atau pekerja mandiri
paling tidak harus memiliki simpanan atau tabungan baik itu berupa uang
ataupun dalam bentuk kekayaan lainnya yang dapat menjamin dirinya di
masa yang akan datang, karena seseorang tidak akan mengetahui apa yang
akan terjadi suatu hari nanti.
Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) adalah dana pensiun yang
dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan
program pensiun iuran pasti (defined contribution plan) bagi perorangan, baik
karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari dana pensiun pemberi
kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan.26
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa dana pensiun
merupakan suatu badan hukum yang harus dibentuk oleh suatu organisasi
(institusi) atau perusahaan baik itu dana pensiun pemberi kerja yang
memungut dana dari karyawan suatu perusahaan maupun dana pensiun
lembaga keuangan yang memperoleh dana dari iuran para peserta dan
memberi pendapatan kepada peserta pensiun sesuai perjanjian. Dengan
demikian jelas bahwa yang mengelola dana pensiun adalah perusahaan yang
25
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992
26
memiliki badan hukum seperti bank umum atau asuransi yang telah
memperoleh izin dari Departemen Keuangan.
2. Tujuan Dana Pensiun
Seiring dengan perkembangan zaman dewasa ini, pelaksanaan program
pensiun atau harapan untuk memperoleh pensiun dihubungkan dengan
berbagai tujuan. Masing-masing tujuan memiliki maksud tersendiri, baik bagi
pemerintah, pemberi kerja, penerima pensiun, maupun pengelola.
Adapun tujuannya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pemerintah27
1) Terciptanya sumber dana baru yang bersifat jangka panjang sehingga
memungkinkan terbentuknya akumulasi dana sebagai modal
pembangunan. Sistem pendanaan dari program pensiun tersebut
diharapkan pemerintah sebagai salah satu sumber dana yang sangat
diperlukan untuk membiayai dan meningkatkan pembangunan nasional.
2) Program pensiun menjanjiakan kehidupan di masa tua sehingga dapat
memotivasi produktifitas anak bangka yang pada gilirannya
mempercepat laju pembangunan. Dengan bekerjanya seseorang, maka
ia akan memperoleh pengahsilan disertai dengan adanaya jaminan di
masa tua sehingga pendapatan negara pun akan meningkat yang
diperoleh dari pajak penghasilan seseorang.
27
b. Pemberi Kerja28
1) Kewajiban moral, yaitu perusahaan mempunyai kewajiban moral untuk
memberikan rasa aman kepada karyawan pada saat mencapai usia
pensiun.
2) Loyalitas, yaitu dengan adanya program pensiun, karyawan diharapkan
akan mempunyai loyalitas dan dedikasi terhadap perusahaan sehingga
dapat mengurangi jumlah absensi dan adanya tanggung jawab dari
setiap pekerja.
3) Kompetisi pasar tenaga kerja, yaitu dengan memasukkan program
pensiun sebagai suatu bagian dari total kompensasi yang diberikan
kepada karyawan diharapkan perusahaan akan memiliki daya saing dan
nilai lebih dalam usaha mendapatkan karyawan yang berkualitas dan
profesional di pasaran tenaga kerja.
c. Karyawan (penerima pensiun)29
1) Rasa aman terhadap masa yang akan datang, yaitu karyawan berharap
mendapatkan jaminan ekonomis. Karena penghasilan yang ia terima
memasuki masa pensiun. Harapan ini akan mempengaruhi kinerja saat
ini, pada saat ia masih produktif.
28
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, h. 467
29
2) Kompensasi yang lebih baik, yaitu karyawan mempunyai tambahan
kompensasi meskipun baru bisa dinikmati pada saat mencapai usia
pensiun atau berhenti bekerja.
3. Fungsi Dana Pensiun
Fungsi program pensiun harus dapat didentifikasi dengan jelas supaya
program pensiun tersebut dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun
fungsi program pensiun antara lain:
a. Asuransi
Peserta yang meninggal dunia ataau cacat sebelum mencapai usia
pensiun dapat diberikan uang pertanggungan atas beban bersama dari dana
pensiun. Masa kerja para karyawan bukanlah suatu ketetapan. Dalam arti,
apabila masa kerja karyawan belum mencapai masa kerja yang disyaratkan
tetapi karyawan tersebut berhalangan tetap (cacat tetap sehingga tidak
mungkin lagi bekerja atau meninggal), maka karyawan tersebut dijamin
akan memperoleh pensiun. Meskipun demikian jumlah yang diterima tidak
penuh atau lebih sedikit bila dibandingkan karyawan yang memenuhi masa
kerja sesuai dengan perhitungan semula.
Sebagai contoh, bila peserta program pensiun mengalami musibah,
baik cacat ataupun meninggal dunia yang mengakibatkan terputusnya
pendapatan sebelum memasuki masa pensiun maka kepada kepada peserta
pensiun karena penyelenggaraan program pensiun mengandung azas
kebersamaan seperti halnya program asuransi.
b. Tabungan
Himpunan iuran peserta dan iuran pemberi kerja merupakan tabungan
untuk dan atas nama pesertanya sendiri. Iuran yang dibayarkan oleh
karyawan setiap bulan dapat dilihat sebagai tabungan dari para pesertanya.
Iuran tersebut adalah konsekuensi dari manfaat yang akan diterima oleh
karyawan di masa yang akan datang.
Besarnya manfaat yang diterima oleh peserta sangat bergantung
dengan akumulasi dana yang disetor dan hasil pengembangan dari iuran
tersebut. Semakin rajin seorang peserta membayar dana pensiun tersebut
maka akan semakin besar pula dana yang akan diperoleh nantinya.
Tentunya dengan semakin panjang waktu atau lamanya masa kepesertaan
akan memberikan dampak terhadap pertumbuhan dana setoran iuran
peserta.
c. Pensiun
Seluruh himpunan iuran peserta dan iuran pemberi kerja serta hasil
pengelolaannya akan dibayarkan dalam bentuk manfaat pensiun sejak
bulan pertama setelah mencapai usia pensiun selama seumur hidup peserta,
kelangsungan pendapatan dalam bentuk pembayaran secara berkala
seumur hidup setelah memasuki masa pensiun.
4. Manfaat Program Pensiun
Manfaat pensiun pada prinsipnya berkaitan dengan usia dimana peserta
berhak untuk mengajukan pensiun dan mendapatkan manfaat pensiun yang
dapat dibedakan sebagai berikut:30
a. Pensiun Normal (Normal Retirement)
Pensiun yang diberikan untuk karyawan yang usianya telah mencapai
masa pensiun seperti yang ditetapkan perusahaan. Sebagai contoh rata-rata
usia pensiun di Indonesia adalah ketika seseorang telah berusia 55 tahun
dan 60 tahun untuk profesi tertentu.
b. Pensiun Dipercepat (Early Retirement)
Program pensiun ini biasanya mengizinkan karyawan untuk pensiun
lebih awal sebelum mencapai usia pensiun normalnya. Jenis pensiun ini
diberikan untuk kondisi tertentu, misalnya karena adanya pengurangan
pegawai di perusahaan tersebut atau karena satu dan alasan lain, karyawan
mengajukan permohonan kepada pemberi kerja agar masa pensiunnya
dipercepat.
30
c. Pensiun Ditunda (Defered Retirement)
Merupakan pensiun yang diberikan kepada para karyawan yang
meminta pensiun sendiri, namun usia pensiun belum memenuhi untuk
pensiun. Dalam hal tersebut karyawan yang mengajukan tetap keluar dan
pensiunnya baru dibayar pada saat usia pensiun tercapai.
d. Pensiun Cacat (Disable Retirement)
Pensiun ini diberikan bukan karena usia akan tetapi lebih disebabkan
peserta mengalami kecelakaan sehingga dianggap tidak mampu lagi untuk
dipekerjakan.
5. Jenis-jenis Dana Pensiun
Jenis kelembagaan dana pensiun menurut pasal 2 Undang-undang Nomor
11 Tahun 1992, dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis, yaitu:
a. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)
Lembaga ini dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan
karyawan, selaku pendiri dan untuk menyelenggarakan program pensiun
manfaat pasti atau program pensiun iuran pasti, bagi kepentingan sebagian
atau seluruh karyawan sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban
terhadap pemberi kerja.31
b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
31
Pasal 1 Butir 4 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992, menyatakan
bahwa dana pensiun lembaga keuangan adalah dana pensiun yang
dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa, untuk
menyelenggarakan program pensiun iuran pasti bagi perorangan, baik
karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari dana pensiun
pemberi kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang
bersangkutan.
Mengenai perbedaan antara Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)
[image:44.609.109.537.136.666.2]dengan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Perbedaan antara DPPK dengan DPLK
DPPK DPLK
Pendiri Perusahaan yang mempekerjakan orang
Bank atau
Perusahaan asuransi jiwa
Peserta Bersifat tertutup hanya untuk pekerja dari perusahaan yang bersangkutan
Bersifat terbuka dimana siapa saja dapat ikut menjadi peserta termasuk peserta individual Program Pensiun Bisa menjalankan
program pensiun manfaat pasti atau program pensiun iuran pasti Hanya bisa menjalankan program pensiun iuran pasti
Program pensiun dapat dijalankan menurut ketentuan di atas, yaitu:32
a. Program Pensiun Manfaat Pasti (Defined Benefit Plan)
Yaitu program pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam
peraturan dana pensiun atau program lain yang bukan merupakan
iuran pasti. Formula yang umum digunakan untuk menentukan besar
manfaat pensiun untuk jenis program ini adalah Program Pensiun
Pendapatan Terakhir (Final Earning Pension Plan) yang dihitung
berdasarkan persentase tertentu dari gaji terakhir peserta pada saat
mencapai usia pensiun.
b. Program Pensiun Iuran Pasti (Defined Contribution Plan)
Yaitu program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam peraturan
dana pensiun dan seluruh iuran serta hasil pengembangannya
dibukukan pada rekening masing-masing peserta sebagai manfaat
pensiun. Untuk jumlah manfaat pensiun pada program pensiun iuran
pasti tergantung pada akumulasi iuran dan hasil pengembangannya
sehingga tidak bisa dihitung seperti di atas.
Mengenai perbedaan antara Program Pensiun Manfaat Pasti
(PPMP) dengan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP), dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:33
32
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, h. 486
33
Tabel 2.2 Perbedaan antara PPMP dengan PPIP
No Aspek PPMP PPIP
1 Pelaksana DPPK DPPK dan DPLK
2 Aktuaris a) Mutlak
diperlukan sejak awal program b) Minimal 3
tahun sekali, menghitung besarnya iuran dan dana c) Setiap saat
apabila terjadi perubahan besarnya iuran dan Manfaat Pensiun (MP) Tidak diperlukan, namun sebagai
pengelola dan petugas DPLK wajib
mengetahui aktuaria sebagai pijakan untuk kerjasama dengan perusahaan Asuransi Jiwa
3 Besarnya Iuran Besarnya iuran Pemberi Kerja tidak pasti, dihitung oleh aktuaris untuk kecukupan dana
Besarnya iuran pasti (telah ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun) dan dapat bervariasi
4 Risiko Pendanaan Adanya risiko pendanaan (menjadi tanggung jawab Pemberi Kerja) Tidak ada
5 Maksimum Iuran
Dibatas Tidak dibatasi
6 Besarnya
Manfaat Pensiun Telah ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun, sehingga ada kepastian besarnya manfaat pensiun yang akan diperoleh
Asuransi Jiwa 7 Maksimum
Manfaat Pensiun
Dibatasi Tidak dibatasi
8 Maksimum Kekayaan
Dibatasi Tidak dibatasi
9 Dana Awal Pada umumnya diperlukan dana awal yang besarnya dihitung aktuaris
Tidak diperlukan dana awal
10 Kewenangan Kebijaksanaan Investasi Arahan investasi ditetapkan oleh pendiri Arahan investasi ditetapkan oleh peserta
11 Kegagalan Investasi
Risiko pemberi kerja
Risiko peserta
12 Pembayaran Manfaat Pensiun
Dapat dilaksanakan oleh DPPK yang bersangkutan atau kepada perusahaan Asuransi Jiwa dengan membeli anuitas Harus dialihkan kepada perusahaan Asuransi Jiwa (atas pilihan peserta) dengan membeli anuitas bila mencapai jumlah anuitas 13 Hubungan
Pensiun dengan Pemberi Kerja
Tetap terjalin Terputus
D. Ketetapan Fatwa DSN-MUI Mengenai Dana Pensiun Syariah
Ketetapan mengenai dana pensiun syariah diatur dalam Fatwa DSN-MUI
No. 88/DSN-MUI/XI/2013 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Program
Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam fatwa ini menetapkan 5 (lima)
ketentuan, yaitu:
1. Ketentuan Umum
Pada bagian ketentuan umum ini menjelasakan tentang pembahasan yang
penting sebelum membahas pada ketentuan yang lainnya sehingga tidak perlu
lagi mengulangi pada pembahasan selanjutnya.
Ketentuan umum dalam fatwa ini menyebutkan 24 (dua puluh empat)
definisi. Definisi-definisi tersebut adalah definisi dana pensiun, dana pensiun
syariah, dana pensiun pemberi kerja (DPPK), dana pensiun lembaga
keuangan (DPLK), program pensiun, program pensiun iuran pasti (PPIP),
PPIP-Contributory, PPIP-Non Contributory, program pensiun manfaat pasti
(PPMP), program pensiun syariah, iuran, manfaat pensiun, peraturan dana
pensiun, vesting right, locking-in, peserta, penerima manfaat pensiun, akad,
akad hibah, akad hibah bi syarth, akad hibah muqayyadah, akad wakalah,
akad wakalah bil ujrah dan akad mudharabah.
2. Ketentuan Terkait PPIP (Program Pensiun Iuran Pasti) pada DPLK (Dana
Pensiun Lembaga Keuangan)
Dalam keputusan fatwa ini, menjelaskan 4 hal terkait ketentuan PPIP
pada DPLK, yaitu : ketentuan para pihak dan akad PPIP pada DPLK,
ketentuan iuran PPIP pada DPLK, ketentuan pengelolaan kekayaan peserta
PPIP pada DPLK dan ketentuan manfaat pensiun PPIP pada DPLK.
3. Ketentuan Terkait PPIP (Program Pensiun Iuran Pasti) pada DPPK (Dana
Pensiun Pemberi Kerja)
Dalam keputusan fatwa ini, menjelaskan 4 hal terkait ketentuan PPIP
ketentuan iuran PPIP pada DPPK, ketentuan pengelolaan kekayaan peserta
PPIP pada DPPK dan ketentuan manfaat pensiun PPIP pada DPPK.
4. Ketentuan Terkait PPMP (Program Pensiun Manfaat Pasti)
Dalam keputusan fatwa ini, menjelaskan 4 hal terkait ketentuan PPMP,
yaitu: ketentuan para pihak dan akad PPMP, ketentuan iuran PPMP,
ketentuan pengelolaan kekayaan peserta PPMP dan ketentuan manfaat
pensiun PPMP.
5. Ketentuan Penutup
Dalam ketentuan penutup ini terdapat dua penjelasan didalamnya, yaitu
penjelasan mengenai perselisihan antara para pihak dan pemberlakukan
tanggal ditetapkannya fatwa. Adapun isi dari penjelasan tentang perselisihan
yaitu “Apabila terjadi perselisihan di antara para pihak dalam
penyelenggaraan pensiun berdasarkan prinsip syariah melalui musyawarah,
mediasi, arbitrase atau pengadilan sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku”. Sedangkan isi dari penjelasan tentang pemberlakuan ditetapkannya
fatwa yaitu “Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan
jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana mestinya.34
34
E. Standar Syariah
Dalam menjalankan kegiatan usaha produk dan jasa syariah, Bank
Syariah wajib tunduk pada prinsip syariah35. Prinsip Syariah adalah prinsip
hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan
oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang
syariah36. Sehingga dalam menjalankan seluruh kegiatan usahanya, Bank
Syariah harus berpedoman kepada fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan oleh
lembaga berwenang, dalam hal ini merupakan kewenangan Dewan Syariah
Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Ketentuan tersebut bersifat
memaksa dan tidak dapat menyimpang karena merupakan perintah
Undang-Undang37. Apabila ketentuan tersebut dilanggar, maka akan dikenakan pidana
penjara dan pidana denda sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang38.
Maka dari itu penting bagi Bank Syariah untuk menjalankan kegiatan
usahanya berpedoman kepada fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan oleh
DSN-MUI, agar tetap sesuai dengan ketetapan syariah, karena Fatwa yang
dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia menjadi
indikator sesuai tidaknya produk Bank Syariah dengan prinsip syariah.
35
Pasal 26 Ayat (1) Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
36
Pasal 1 Ayat (12) Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
37
Pasal 2 Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
38
Fungsi fatwa DSN-MUI terkait dengan Perbankan Syariah adalah:39
1. Pedoman bagi Dewan Pengawas Syariah dalam menjalankan tugas
pengawasan di masing-masing Bank Syariah.
2. Dasar hukum bagi Bank Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya.
3. Landasan bagi peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia tentang
Perbankan Syariah dan kegiatan usaha Bank Syariah.
Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
mengeluarkan fatwa-fatwa yang berkenaan dengan produk dan jasa pada
lembaga keuangan syariah. Diantara fatwa-fatwa tersebut menetapkan
ketetapan yang berkenaan dengan dana pensiun di lembaga keuangan syariah
khususnya pada Bank Syariah. Fatwa fatwa yang mengatur tentang dana
pensiun adalah:
a. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 10/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Wakalah.
b. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang akad
Wakalah bil Ujrah pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.
c. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 53/DSN-MUI/III/2006 tentang akad
Tabarru’ pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.
39
d. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 88/DSN-MUI/XI/2013 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip
Syariah.
F. Review Studi Terdahulu
1. Nurul Amalia (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta) dengan
judul “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGELOLAAN DPLK
PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA” / Skripsi / 2006.
Substansi:
Permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini mengenai mekanisme
pengelolaan dana pensiun lembaga keuangan syariah dan apa tinjauan hukum
terhadap mekanisme pengelolaan akan DPLK di DPLK BMI.
Metode yang digunakan adalah dengan cara pengumpulan data dan
observasi (wawancara) kepada beberapa orang yang mempuni dalam produk
DPLKS ini.
Hasil dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana mekanisme
pengelolaan dan bagaimana tinjauan hukumnya. Karena banyak nasabah dan
masyarakat yang belum mengetahuinya.
Perbedaan dengan penulis:
Penulis meneliti tentang analisis akad kontrak yang ada pada Dana
Sedangkan penelitian sebelumnya merupakan peninjauan ulang Dana Pensiun
melalui Hukum Islam (bukan melalui Fatwa Dewan Syariah Nasional).
2. Fauzul Azim (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta) dengan
judul “IMPLEMENTASI AKAD DANA PENSIUN SYARIAH DI PT.
BANK MUAMALAT INDONESIA” / Skripsi / 2009
Substansi:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi akad pada DPLK
Muamalat di BMI dan sekaligus mengetahui pandangan hukum islam
terhadap praktek akad pada DPLK di BMI telah sesuai dengan hukum Islam.
Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan wawancara dan
studi dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan Manager Investasi DPLK
Muamalat, sedangkan studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh data
tertulis tentang konsep akad dan implementasinya pada dana pensiun di BMI.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan produk DPLK
Muamalat tidak sesuai dengan ketentuan hukum Islam, karena bertentangan
dengan fatwa DSN-MUI yang mengatur tentang wakalah bil ujrah dalam
bentuk persentase.
Perbedaan dengan penulis:
Penulis meneliti tentang kesesuaian akad pada kontrak dana pensiun
selanjutnya hanya pengimplementasian akad dana pensiun bukan peninjauan
ulang menggunakan Fatwa DSN.
3. Yoga Aditya Herlambang (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta) dengan judul “ANALISIS KESESUAIAN KONTRAK BISNIS
TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN
MUDHARABAH PADA BMT AL MUNAWARAH” / Skripsi / 2012
Substansi:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan anatomi kontrak,
serta kesesuaian isi (substansi) kontrak tersebut dengan fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) dan Peraturan Bank Indonesia (PBI), yang mengatur tentang
pembiayaan musyarakah dan mudharabah.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan
perspektif terhadap kontrak akad peembiayaan musyarakah dan mudharabah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur dan anatomi kontrak
musyarakah dan mudharabah pada BMT al-Munawarah telah memenuhi
struktur kontrak hukum dan struktur akad syariah.
Perbedaan dengan penulis:
Perbedaan dengan penulis terletak pada objek penelitian, penelitian
sebelumnya adalah akad pembiayaan musyarakah dan mudharabah,
sedangkan penulis mengunakan objek akad dana pensiun yang ditinjau
43 BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah berdiri DPLK Muamalat
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk sebagai pendiri Dana Pensiun
Lembaga Keuangan (DPLK) Muamalat adalah perusahaan yang bergerak
dalam bidang perbankan dengan pengelolaan berdasarkan Syariat Islam.
Sejak beroperasi tahun 1992, Bank Muamalat menunjukkan kinerja yang
senantiasa terus meningkat, baik dari aspek peningkatan asset maupun
perluasan jaringan.
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1991,
diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia,
dan memulai kegiatan operasionalnya pada bulan mei 1992. Dukungan dari
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha
muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat,
terbukti dari komitmen pembelian saham perseroan senilai Rp 84 miliar pada
saat penandatanganan akta pendirian perseroan. Selanjutnya, pada acara
silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan
komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp
Bank Muamalat Indonesia merupakan bank yang beroperasi sesuai
dengan pronsip-prinsip syariah Islam yaitu tidak mempergunakan peraangkat
bunga, melainkan sistem bagi hasil. Bank Muamalat Indonesia menghindari
perangkat bunga karena masih sangat banyak kalangan umat Islam yang
percaya bahwa tata cara penggunaannya dikhawatirkan mengandung unsur
riba.1
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan,
Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa.
Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah
pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk
yang terus dikembangkan.
Pada akhir tahun 90-an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporak-porandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank
Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan
macet (NPF) mencapai 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar.
Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga
modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari
pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic
1
Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada
RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang
saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan
2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan
bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil
membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi Kru
Muamalat ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan
usaha yang tepat, serta ketaatan terhadapa pelaksanaan perbankan syariah
secara murni.
Melalui masa-masa yang sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit
dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana
seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank
Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan
pada 1) Tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang
saham, 2) Tidak melakukan PHK satupun terhadap sumber daya insani yang
ada, dan dalam hal ini pemangkasan biaya, tidak memotong hal Kru Muamlat
sedikitpun, 3) Pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat
menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan direksi baru, 4)
peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disisplin kerja Muamalat
usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi
sasaran Bank Muamalat.2
Salah satu bentuk realisasi dari komitmen membangun sistem syariah
maka tanggal 10 Oktober 1997 berdasarkan SK Menteri Keuangan
No.KEP-485/KM.17/1997 mendirikan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
Muamalat sebagai penyelenggara Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP).
Peraturan Perundangan yang mengatur Dana Pensiun Lembaga Keuangan
dari awal berdirinya adalah:3
1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun
Lembaga Keuangan.
3. Keputusan Menteri Keuangan 228/KMK.017/1993 Tahun 1993 tentang
Tata Cara Permohonan Pesesahan Pendirian DPLK dan Pengesahan atas
Perubahan Peraturan Dana Pensiun dari DPLK.
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 802/KMK.017/1993 tentang
Perubahan Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan Nomor
228/KMK.017/1993 tentang Tata Cara Pengesahan Pendirian DPLK dan
Pengesahan atas Perubahan Peraturan Dana Pensiun dari DPLK.
2
Bank Muamalat Indonesia, Laporan Tahunan 2006 (Jakarta: Bank Muamalat Indonesia, 2006), h. 5
3
5. Keputusan Menteri Keungan Nomor 230/KMK.017/1993 t