RESPON JAMAAH MAJELIS TA
’
LIM BAITUL
MUTTAQIN KEBAYORAN BARU JAKARTA
SELATAN TERHADAP FILM LA TAHZAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Indra Saladin
NIM: 106051001831
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
i
ABSTRAK
Indra Saladin
Respon Jamaah Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin Kebayoran Baru Jakarta Selatan Terhadap Film La Tahzan
Film merupakan media artistik yang memiliki sifat-sifat dasar dari media yang terjalin dalam susunan yang beragam. Film memiliki kesanggupan untuk memainkan ruang dan waktu, mengembangkannya secara bebas dalam batas-batas wilayah yang cukup lapang, penerjemahannya langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya. Berkat unsur inilah film merupakan salah satu bentuk seni alternatif yang banyak diminati oleh masyarakat. Film disamping sifatnya menghibur, juga menyajikan informasi dan pendidikan yang terkandung di dalamnya, nilai Islam dari Film La Tahzan lebih general dan universal, itulah kenapa film ini di buat di Negara Jepang, ada adegan shalat di masjid, perintah menunaikan shalat dan menjauhkan dari hal-hal yang bersifat haram, banyak pesan Islam, tapi aplikasinya umum.
Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana respon
jamaah Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin terhadap film La Tahzan dari segi
kognitif, afektif dan konatif?
Teori yang digunakan yaitu S-O-R (Stimulus-Organism-Response) dengan metode pendekatan kuantitatif dengan format deskripsi analisis. Adapun data-data penelitian diperoleh melalui studi kepustakaan, observasi, penelitian lapangan yaitu penulis mengajak jamaah menonton film La Tahzan secara bersama-sama di
Majelis Ta’lim dan teknik pengumpulan data melalui kuesioner dengan
menggunakan rumus statistik prosentase untuk mendapatkan hasil penelitian. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa respon jamaah
Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin Kebayoran Baru Jakarta Selatan terhadap film La
Tahzan dari segi kognitif sebesar 90% menyatakan bahwa film ini bagus, adapun segi afektif sebesar 100% menyatakan sangat senang menyaksikan film La Tahzan, dan segi konatif sebesar 93% menyatakan bahwa mereka merasakan banyak manfaat setelah menonton film La Tahzan ini, antara lain dengan rajin beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menurut peneliti film tersebut memiliki sifat moral dan menyajikan ajaran-ajaran agama sehingga para jamaah merespon positif film tersebut, terlihat dari perhatian dan aktivitas mereka dengan meyatakan senang terhadap film La Tahzan. Mereka juga sangat memahami bahwa film ini sangat mendidik sekaligus menghibur mereka dan mereka merasakan ada manfaatnya yaitu salah satunya yaitu menjadikan para jamaah lebih meningkatkan keimanan kepada Allah SWT.
Kata Kunci: Respon, Jamaah, Majelis Ta’lim, Film, La Tahzan, Kognitif, Afektif,
ii
Bismillahirahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, hanyalah ucapan syukur yang mampu
terucap atas segala nikmat, karunia, dan rahmat-Nya. Tiada daya dan upaya melainkan atas kehendak-Nya, begitupun dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Kemudahan dan pertolongan Allah senantiasa penulis rasakan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skiripsi dengan judul “Respon Jamaah Majelis
Ta’lim Baitul Muttaqin Kebayoran Baru Jakarta Selatan Terhadap Film La
Tahzan”. Penulisan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam penulis hadiahkan kepada penghuni surga, yang telah membawa umatnya kepada zaman penegetahuan ilmu dunia dan akhirat, kepada baginda terbesar yang ada dimuka bumi ini yaitu Habibina wa syafina wa maulana Muhammad SAW. Yang memberikan inspirasi pada penulis dalam mencapai kegigihan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuan dan bimbingan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, kepada :
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para Wakil Dekan Bapak. Dr. Suparto, M. Ed, M.A selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak. Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
iii
pencerahan dan pengarahan yang begitu berharga bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Umi Musyarofah, M.A selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak H. Fathoni selaku Wakil Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan ikhlas telah memberikan ilmunya kepada penulis selama masa kuliah.
6. Staf Karyawan Perpustakaan Dakwah dan Komunikasi dan Perpustakaan Utama serta Staf TU UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah berbaik hati memberikan referensi kepada penulis dan kemudahan dalam surat menyurat. 7. Orang Tua yang teristimewa, yaitu Muchlis dan Ratnaningsih, terima kasih
atas segalanya yang tidak pernah henti-hentinya mendoakan penulis dalam menuntaskan studi demi meraih cita dan cinta.
8. Teman saya Lusiana yang senantiasa memberi semangat dan dukungan.
9. Para Responden (Jamaah Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin Kebayoran Baru
Jakarta Selatan), yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi angket.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan, penghuni KPI C angkatan 2006 khususnya Nur Azizah, Nadya Ramayani, dan Irma Humaidah yang telah memberikan support kepada penulis.
Penulis dengan segala keterbatasan yang ada tidak akan mampu membalas segala budi baik semua pihak yang telah diutarakan diatas. Dengan tulus penulis memohon kehadirat Allah SWT kiranya berkenan dalam memberikan ganjaran yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berkenan berpartisipasi.
Jakarta, November 2013
iv
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1. Tujuan Penelitian ... 5
2. Manfaat Penelitian ... 5
D. Metodologi Penelitian ... 5
1. Metode Penelitian ... 5
2. Metode Pengumpulan Data ... 6
3. Subjek dan Objek Penelitian ... 6
4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 6
5. Populasi dan Sampel ... 7
6. Teknik Analisis Data ... 7
E. Tinjauan Pustaka ... 7
v
BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 10
A. Respon ... 10
1. Pengertian Respon ... 10
2. Macam-macam Respon ... 12
B. Pengertian Majelis Ta’lim ... 12
1. Manfaat dan Tujuan Majelis Ta’lim ... 13
2. Macam-macam Majelis Ta’lim ... 14
C. Film Religi ... 14
1. Pengertian Film ... 14
2. Jenis-jenis Film ... 16
3. Manfaat Film ... 18
4. Pengertian Religi ... 19
5. Dakwah dan Film Religi ... 20
BAB III PROFIL MAJELIS TA’LIM BAITUL MUTTAQIN DAN FILM LA TAHZAN ………...…….……... 25
A. Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin ………... 25
1. Sejarah Berdirinya ... 25
2. Visi dan Misi ... 26
3. Struktur Organisasi ... 26
4. Jamaah ... 26
vi
2. Sinopsis Film “La Tahzan” ... 28
C. Tim Produksi Film “La Tahzan” ... 29
1. Visi dan Misi Film “La Tahzan” ... 30
D. Alur Cerita Film “La Tahzan” ... 31
E. Subtopik Film “La Tahzan” ... 32
BAB IV RESPON JAMAAH MAJELIS TA’LIM TERHADAP FILM “LA TAHZAN” ... 34
A. Deskripsi Responden ... 34
B. Respon Jamaah terhadap Film “La Tahzan” ... 36
1. Respon Kognitif ... 36
2. Respon Afektif ... 40
3. Respon Konatif ... 47
BAB V PENUTUP ... 52
A. Kesimpulan ... 52
B. Saran-saran ... 54
DAFTAR REFERENSI ... 55
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Usia Responden ... 34
Tabel 2 Pendidikan Terakhir Responden ... 35
Tabel 3 Isi Cerita Dalam Film “La Tahzan” ... 36
Tabel 4 Memberi Manfaat Pada Diri Responden ... 37
Tabel 5 Peran Pemain dalam Film “La Tahzan” ... 38
Tabel 6 Pesan Islam yang Terkandung Dalam Film “La Tahzan” ... 38
Tabel 7 Film “La Tahzan” Termasuk dalam Film Religi ... 39
Tabel 8 Pemahaman Nilai-nilai Islam dalam Film “La Tahzan” ………. 40
Tabel 9 Responden Menyukai Menonton Film ... 41
Tabel 10 Pernah Menonton Film “La Tahzan” sebelumnya ... 42
Tabel 11 Respon Jamaah Terhadap Pesan Moral dalam Film “La Tahzan” ... 42
Tabel 13 Perasaan ketika Menyaksikan adegan Yamada akan melamar Viona ………... 44
Tabel 14 Manfaat Ketaqwaan yang Dirasakan oleh Responden setelah Menyaksikan Film “La Tahzan” ………. 44
Tabel 15 Ajaran Akhlak di dalam Film “La Tahzan”………. 45
Tabel 16 Pemeran/Pemain yang Disukai di Film “La Tahzan” …………. 46
Tabel 17 Isi Pesan Dakwah dalam Film “La Tahzan” ………... 47
Tabel 18 Bertambahnya Keimanan jamaah setelah Menonton Film “La Tahzan”……….... 47
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Struktur Organisasi;
1 A. Latar Belakang Masalah
Dakwah merupakan suatu bentuk penyiaran agama di kalangan masyarakat untuk semua yang memeluk dan mengamalkan agama Islam yang merupakan nilai sakral yang transendental dari Allah yang disampaikan kepada nabi Muhammad SAW. Dewasa ini seringkali kita melihat atau bahkan terlibat dalam suatu kegiatan dakwah islamiyyah di masyarakat sekitar kita. Namun seringkali kita mengabaikan efektifitas dari kegiatan dakwah tersebut. Berdakwah
artinya mempropogandakan suatu keyakinan, menyerukan suatu pandangan hidup, iman dan agama.1
Sejarah mengungkapkan bahwa dalam penyebaran ajaran Islam pada saat pertama kali, Rasulullah menggunakan metode dakwah secara Sirri (sembunyi-sembunyi), setelah itu Rasulullah menggunakan dakwah secara terang-terangan dan hal itu dinyatakan berhasil mengajak kaum yang belum beriman kepada Allah SWT untuk menganut ajaran Islam.
Perjalanan Rasulullah dalam berdakwah tidak semudah yang kita bayangkan, Rasulullah berjuang dengan optimal yaitu mempertaruhkan jiwa dan raganya demi tersampaikannya ajaran Islam kepada dunia, dan perjuangan Rasulullah pun membawa hasil yang cukup fantastis dan spektakuler, dengan
1
2
bukti saat ini ajaran Islam tersebar diseluruh dunia, seperti yang sudah beliau cita-citakan.
Saat ini dakwah mengalami kemajuan dalam berbagai hal, diantaranya teknik dan metode serta media dakwah yang sangat variatif dan menarik perhatian masyarakat. Dengan itu, dakwah bisa dikategorikan sebagai macam variasi diantaranya dengan media massa, hal itu sesuai dengan sifat komunikasi massa yang selalu bermedia (mediated).2 Maka dengan hadirnya media cetak maupun elektronik membawa kabar gembira sekaligus implikasi yang positif, khususnya
bagi para pendakwah, dan mad’u pada umumnya.
Para da’i dapat menggunakan fasilitas ini untuk dijadikan media
berdakwahnya. Media cetak maupun elektronik merupakan media massa yang sifatnya kolosal (secara besar-besaran) dan massif, sehingga dalam penyampaian dakwah bisa lebih efektif dan efisien dari segi waktu dan jangkauannya dibandingkan dengan media dakwah yang konvensional. Hal ini merupakan suatu manifestasi yang signifikan ataupun bukti bahwa saat ini paradigma dakwah sudah mengalami perkembangan khususnya dalam tatanan media dakwahnya, dikarenakan masyarakat saat ini sudah memasuki era globalisasi yang serba digital.3
Media cetak dan elektronik mampu mempengaruhi pesan pemirsa sehingga penyampaian pesan melalui media ini lebih efektif dan efisien untuk
diterima “receiver” yaitu masyarakat saat ini dakwah melalui media cetak
2
Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss, Human Communication, Konteks-konteks Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), cet ke-3, h. 198
3
maupun elektronik sudah dikemas dengan sedemikian rupa, yaitu menggunakan unsur “entertaint” sehingga memiliki “human interest”tersendiri bagi mad’unya, media film bisa menjadi suatu tontonan yang menghibur, dan dengan sedikit kreatifitas kita bisa memasukan pesan-pesan dakwah pada tontonan tersebut seperti hanya para pendahulu kita. Menurut Onong Uchyana Efendi, film merupakan medium komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Bahkan, Jakob Sumardjo, dari pusat pendidikan film dan televisi, menyatakan bahwa film berperan sebagai pengalaman dan nilai. Senada dengan pendapat diatas, Haidar Bagir seorang CEO Mizan, menyatakan bahwa kegiatan transformasi ajaran Islam akan dinilai sia-sia apabila para pelaku dakwah tidak memanfaatkan media sebagai suatu kekuatan dalam pelaksanaan dakwah kontemporer. Oleh karena itu, film bisa menjadi suatu solusi ketika masyarakat mengalami suatu stagnansi dalam penerimaan informasi keislaman.
Film La Tahzan (Jangan Bersedih) buah karya sineas muda Danial Rifki adalah film layar lebar pertama bagi Danial, namun bukan berarti sutradara kelahiran 3 Desember 1982 ini hanya coba-coba. Film pendek pertamanya
berjudul “Anak-anak Lumpur” memenangkan penghargaan dari Kyoto
4
soul-nya islam, tapi aplikasinya umum. Semua itu adalah penyampaian ajaran Islam atau dakwah Islam yang dikemas secara profesional oleh para
“broadcaster” dengan tujuan untuk menarik minat masyarakat. Pesan apa yang
ingin disampaikan dalam film "La Tahzan"? yang penulis cermati, orang-orang punya impian untuk tinggal di Jepang. Mereka berkeyakinan, bila kita ingin hidup enak, berarti harus ke negara maju. Kesadaran itu sangat masif. Ternyata tinggal di negara maju seperti Jepang tidak mudah. Mereka harus kerja keras dan ada masa jatuhnya. Meskipun menikah dengan orang Jepang, tidak semuanya bahagia. Ada juga yang gagal. Artinya di manapun kita berada perlu perjuangan hidup. Tokoh-tokoh dalam film mengalami konflik itu. Mereka mendapati masalah bahwa kehidupan di Jepang tidak seindah apa yang dibayangkan saat di Tanah Air. Konfliknya sangat keras. Oleh karena itu muncullah semangat La Tahzan (Jangan Bersedih) sebab Tuhan selalu bersama kita. Pegangan itu membuat mereka survive. Penulis berkeinginan membahas satu media dakwah yang menggunakan media massa yaitu film, maka dari itu penulis ingin mengetahui respon masyarakat terhadap film tersebut, maka judul yang penulis ambil adalah :
Respon Jamaah Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin Kebayoran Baru Jakarta
Selatan Terhadap Film La Tahzan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana respon jamaah dari segi kognitif? 2. Bagaimana respon jamaah dari segi afektif? 3. Bagaimana respon jamaan dari segi konatif?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui respon jamaah dari segi kognitif, b. Untuk mengetahui respon jamaah dari segi afektif, c. Untuk mengetahui respon jamaah dari segi konatif. 2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan media transformasi
dakwah Islam terutama untuk dunia perfilman.
b. Untuk mengembangkan wawasan baru dibidang komunikasi dan
penyiaran Islam dan dapat dijadikan parameter kepada pihak-pihak yang terkait.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
6
2. Metode Pengumpulan Data a. Kuesioner (angket)
Angket yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada jamaah Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin yang hadir pada pengajian saat itu dijadikan sampel penelitian. Adapun alasan penggunaan kuesioner sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data ini karena penelitian data bersifat kuantitatif dan analisa datanya dilandasi pada hasil kuesioner. Angket yang penulis gunakan adalah model angket tertutup.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan proses tanya jawab secara langsung antara pewawancara dengan responden. Untuk mendapatkan data yang objektif, penulis mewawancarai pimpinan Majelis
Ta’lim Baitul Muttaqin untuk mengetahui gambaran umum sejarah Majelis
Ta’lim.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Yang merupakan subjek dari penelitian ini yaitu Jamaah Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin Kebayoran Baru Jakarta Selatan sebanyak 30 responden. Sedangkan objeknya berupa respon Kognitif, Afektif dan Konatif dari jamaah Majelis Ta’lim terhadap Film La Tahzan.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
5. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah jamaah Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin di daerah Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Dalam hal ini populasi jamaah berjumlah 60 orang. Adapun penetapan sampel berdasarkan sample purposive, sample purposive menurut Sugiyono adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.4 Dimana hanya 30 orang yang memenuhi undangan penelitian dan dari jumlah tersebut merupakan syarat untuk menjadi responden yang pernah menonton film La Tahzan.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan cara mengklasifikasikan, mentabulasikan, dan dilakukan dengan perhitungan prosentase untuk mengolah data.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian dan penulisan skripsi, penulis telah terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka. Sebelumnya telah ada skripsi yang berjudul
Respon Jamaah Majelis Ta’lim Al-Faizin Condet Jakarta Timur terhadap Film
Ayat-Ayat Cinta oleh Sri Mulyati 204051002827 tahun 2009. Respon Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Terhadap Film The Message The Story Of Islam oleh Kardiansyah NIM 105051001898 tahun 2009.
4
8
Meskipun penulis menggunakan tema yang sama dengan skripsi diatas, namun penelitian yang dilakukan penulis tetaplah berbeda, walau memiliki kesamaan dari respon dan film tetapi dalam kajiannya berbeda. Karena peneliti membatasi pada respon kognitif, afektif, dan konatif pada jamaah Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin terhadap film La Tahzan.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan penulis terdiri dari lima bab, yang disesuaikan dengan pokok masalah yang hendak dibahas. Adapun sistematika penulisan secara lengkap adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Meliputi: Latar Belakang masalah, Pembatasan dan Perumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis
Berisikan pembahasan mengenai pengertian Respon, Macam-macam Respon, Pengertian Film, jens-jenis film, manfaat film, Pengertian Majelis
Ta’lim, manfaat dan tujuan Majelis Ta’lim, Macam-macam Majelis
Ta’lim, pengertian religi, dakwah dan film religi.
BAB III : Profil Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin dan Film La Tahzan
BAB IV : Respon Jamaah terhadap Film La Tahzan
Deskripsi responden, respon Jamaah terhadap film La Tahzan dilihat dari segi kognitif, afektif, dan konatif
BAB V : Penutup
10 BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Respon
1. Pengertian Respon
Respon adalah tanggapan-tanggapan.1 Respon ini bersifat langsung tanpa memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan jawaban dari objek yang kita teliti, tidak seperti efek atau dampak yang memerlukan waktu untuk mendapatkan jawaban dari objek yang kita teliti. Menurut Ahmad Subandi respon di istilahkan dengan umpan balik (feed back) memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi. Misalnya, dengan adanya respon yang disampaikan oleh objek (film) kepada subjek (penonton), atau dari komunikator kepada komunikan.
Beberapa definisi respon menurut para ahli yaitu: Respon adalah setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan (respon) terhadap rangsangan atau stimulus (Sarlito, 1995). Menurut Gulo (1996), respon adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung pada stimulus atau merupakan hasil stimulus tersebut. Individu manusia berperan serta sebagai pengendali antara stimulus dan respon sehingga yang menentukan bentuk respon individu terhadap stimulus adalah stimulus dan faktor individu itu sendiri (Azwar, 1988). Interaksi antara beberapa faktor dari luar berupa objek, orang-orang dan dalam berupa sikap, mati dan emosi pengaruh masa lampau dan sebagiannya akhirnya
1
menentukan bentuk perilaku yang ditampilkan seseorang. Respons seseorang bisa berbentuk baik atau buruk, positif atau negatif (Azwar, 1988). Apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung untuk menyukai atau mendekati objek, sedangkan respon negatif cenderung untuk menjauhi objek tersebut.2
Teori S- O- R adalah singkatan dari Stimulus – Organism – Response, yang semula berasal dari psikologi yang muncul antara tahun 1930 dan 1940, kemudian menjadi teori komunikasi. Hal ini dikarenakan objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen, sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.3
Teori S - O – R adalah salah satu aliran yang mewarnai teori-teori yang terdapat dalam ilmu komunikasi massa. Aliran ini beranggapan bahwa media massa memiliki efek langsung yang dapat mempengaruhi individu sebagai audience (penonton/pendengar).4
Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat menghadapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi, unsur-unsur dalam model ini adalah : Pesan (Stimulus, S), Komunikan (Organism, O), Efek (Response, R).5
2
Shin Junshu Blog, Definisi Respons Menurut Para Ahli,
(http://junsu.blog.fisip.uns.ac.id/?p=65 /) diakses pada tanggal 17 Agustus 2013
3
Onong Uchyana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT. Citra Aditya Sakti, 2003), cet. Ke-3, h.254
4
Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2005), cet. Ke-9, h.5
5
12
2. Macam-macam Respon
Berdsarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Caffe respon dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Respon Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan
dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap sesuatu yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.
b. Respon Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu.
c. Respon konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata
yang meliputi tindakan atau perbuatan6.
B. Pengertian Majelis Ta’lim
Kata Majelis Ta’lim berasal dari Bahasa Arab yaitu Majelis yang berarti
tempat duduk dan Ta’lim yang berarti hal mengajarkan, maka majelis ta’lim dapat
diartikan sebagai suatu wadah atau tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang di dalamnya terdapat jama’ah (orang yang belajar),
ustadz/ustadzah (orang yang mengajar materi pelajaran yang diajarkan)7. Sedangkan koordinasi dakwah Islam memberikan definisi majelis taklim secara
6 Ismail Hasan, Pengertian Respon,
(http://hasanismailr.blogspot.com/2009/06/pengertian-respon.html?m=1) diakses pada tanggal 10 Januari 2014.
7
lughawiyah yaitu tempat untuk melaksanakan pengajian atau pengajaran agama Islam8.
Menurut Dra. Hj. Tuty Alawiyah A.S. majelis adalah pertemuan atau
perkumpulan orang banyak, sedangkan ta’lim berarti pengajaran atau pengajian
agama Islam.9
1. Manfaat dan Tujuan Majelis Ta’lim
a. Tempat belajar, untuk menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan
mendorong pengamatan agama;
b. Tempat kontak sosial, untuk bersilaturahmi agar dapat menciptakan
persatuan dan kesatuan umat Islam.
c. Mewujudkan minat sosial, untuk meningkatkan kesadaran dan
kesejahteraan rukun tetangga (RT) dan lingkungan jama’ahnya;
1) Tujuan umum : meningkatkan kualitas pemahaman dan amalan keagamaan pada setiap pribadi muslim Indonesia yang mengacu pada keseimbangan antara iman dan taqwa.
2) Tujuan khusus : meningkatkan kemampuan dan peranan majelis
ta’lim.
d. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran beragama dikalangan masyarakat Islam, khususnya bagi anggota jamaah;
8
Koordinasi Dakwah Islam, Pedoman Majelis Taklim. (Jakarta: KODI. 1990) cet. Ke-2, h. 1
9
14
e. Peningkatan amal ibadah masyarakat dengan mempererat silaturrahmi antar jamaah, pembinaan kader dikalangan umat Islam serta upaya pemerintah dalam membina masyarakat kearah takwa dan mensukseskan program pemerintah terutama dibidang pembangunan spiritual.10
2. Macam –macam Majelis Ta’lim :
a. Majelis Ta’lim daerah pinggiran; b. Majelis Ta’lim daerah gedongan;
Secara harfiah, film (sinema) adalah cinematographie yang berasal dari kata cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya), dan graphie atau grhap (tulisan, gambar, citra). Jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar dapat melukis gerak dengan cahaya, harus menggunakan alat khusus, yang biasa disebut kamera. Film sebagai karya seni sering diartikan hasil cipta karya seni yang memiliki kelengkapan dari beberapa unsur seni untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya spiritual. Dalam hal ini unsur seni yang terdapat dan menunjang sebuah karya fim adalah: seni rupa, seni fotografi, seni arsitektur, seni tari, seni
10
Depag, RI,Ensiklopedi Islam Di Indonesia,(Jakarta: Depag RI, 1987) jilid II h.675
11
puisi sastra, seni teater, seni musik. Kemudian ditambah lagi dengan seni pantomin dan novel. Kesemuannya merupakan pemahaman dari sebuah karya film yang terpadu dan biasa kita lihat.12
Film dimasukkan dalam kelompok komunikasi massa yang mengandung aspek hiburan, juga memuat aspek edukatif. Namun, aspek kontrol sosialnya tidak sekuat pada surat kabar, majalah serta televisi yang memang menyiarkan berita berdasarkan fakta yang terjadi.13 Fakta film ditampilkan secara abstrak dimana tema cerita bertolak dari fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Bahkan dari itu, dalam film cerita dibuat secara imajinatif.14
Menurut Onong Uchyana Effendi film merupakan medium komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Bahkan, Jakob Sumardjo dari pusat pendidikan film dan televisi, menyatakan bahwa film berperan sebagai pengalaman dan nilai.15 Film hadir dalam bentuk audio visual, melalui audio visual inilah film dapat memberikan pengalaman-pengalaman baru kepada para penontonnya, pengalaman itu menyampaikan berbagai nuansa perasaan (apektif), dan pemikiran (kognitif) kepada penontonnya, akan tetapi efek yang paling signifikan dari film adalah efek
12
Muchlisin Riadi, Pengertian, Sejarah dan unsur-unsur film, (http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-film.html#ixzz2eIhetjGZ) Diakses pada tanggal 17 Agustus 2013
13
William L. Rivers-Jay W. Jensen, Theodore Peterson, Media Massa dan Mayarakat Modern, (Jakarta: Kencana 2004),h. 252
14
Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), h. 20
15
16
terhadap kognitifnya dibandingkan dengan afektifnya.16 Maka dari sinilah film bisa dijalankan sebagai media komunikasi yang berfungsi sebagai media tabligh, yaitu media untuk mengajak kepada kebenaran dan kembali menginjakan kakinya di jalan Allah SWT.
2. Jenis-jenis Film
Film yang telah beredar memiliki beberapa jenis, jenis tersebut dapat diklasifikasikan kepada :
a. Drama, adalah suatu kejadian atau peristiwa hidup yang hebat, mengandung konflik pergolakan, Clash atau benturan antara dua orang atau lebih. Sifat drama : romance, tragedy, dan komedi. b. Realisme, adalah sebuah film yang mengandung relevansi dengan
kehidupan keseharian.
c. Film Sejarah, melukiskan tokoh tersohor dan peristiwa.
d. Film Perang, menggambarkan peperangan atau situasi didalamnya atau setelahnya.
e. Film Futuristik, menggambarkan masa depan secara khayali. f. Film Anak, mengupas kehidupan kehidupan anak-anak.
g. Cartoon, cerita bergambar yang mulanya lahir di media cetak yang diolah sebagai cerita bergambar, bukan saja sebagai storyboard melainkan yang selalu bergerak dengan teknik animation atau single stroke operation.
16
h. Adventure, film pertarungan tergolong film klasik.
i. Crime Story, pada umumnya mengandung sifat-sifat heroik. j. Film Religi, berisikan mengenai ajaran-ajaran agama. k. Film Sex, menampilkan erotisme.
l. Film Misteri atau horor, mengupas terjadinya fenomena supranatural yang menimbulkan rasa wonder, heran, takjub, dan takut.17
m. Film Iklan, yang berisi kegiatan menyampaikan berita, dimana berita itu
disampaikan atas pesanan pihak yang ingin agar produk jasa yang dimaksud disukai, dipilih dan di beli oleh khalayak ramai.18
Adapun unsur-unsur yang sangat erat kaitannya dalam produksi sebuah film, yaitu sebagai berikut :
a. Title (Judul),
b. Crident title, meliputi: Produser, Karyawan, Artis, dan lain-lain, c. Tema Film,
d. Intrik, yaitu usaha pemeranan film untuk mencapai tujuan, e. Klimaks, yaitu benturan antar kepentingan,
f. Plot (alur cerita),
g. Suspen atau keterangan, masalah yang masih terkatung-katung,
h. Million Setting, yaitu latar belakang terjadinya peristiwa, masa waktu, bagian kota, perlengkapan, aksesoris, dan fashion yang disesuaikan,
17
Aep Kusnawan,et.al, Komunikasi dan Penyiaran Islam, h.100-101
18
18
i. Sinopsis, yaitu untuk memberi ringkasan atau gambaran dengan cepat kepada orang yang berkepentingan,
j. Trailer, yaitu bagian film yang menarik,
k. Character, yaitu karakteristik pelaku-pelakunya.19
Adapun struktur-struktur sebuah film adalah sebagai berikut : a. Pembagian cerita (scene),
b. Pembagian adegan (squence), c. Jenis pengambilan gambar (shoot), d. Pemilihan adegan pembuka (opening), e. Alur cerita dan continuity,
f. Intrique meliputi jealousy, penghianatan, rahasia bocor, tipu muslihat, dan lain-lain,
g. Anti klimaks, penyelesaian masalah, h. Ending, pemilihan adegan penutup.20
3. Manfaat Film Sebagai Media Pengajaran, antara lain : a. Film dapat menggambarkan suatu proses; b. Dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu; c. Penggambarannya bersifat tiga dimensional;
d. Suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar dalam bentuk ekspresi murni;
19
Ibid, h. 101
20
e. Dapat menyampaikan suara seseorang ahli sekaligus melihat penampilannya;
f. Film yang berwarna dapat menambah realita objek yang dipragakan;
g. Dapat menggambarkan teori sain dan animasi.21
4. Pengertian Religi
Kata religi berarti kepercayaan kepada Tuhan.22 Sedangkan dalam literatur lain religi berasal dari bahasa latin yaitu religare yang mempunyai arti mengumpulkan, membaca.23 Jadi pengertiannya dari religi merupakan kata lain dari agama, agama berasal dari kata a = tidak dan gam = pergi, jadi artinya tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun menurun. Kemudian religi berasal dari bahsa Eropa yang berarti sama yaitu agama.24 Hampir sama dengan definisi diatas bahwa agama berasal dari bahasa sansekerta yang berari a = tidak, gama = kacau, kocar-kacir. Jadi agama tidak kocar-kacir akan tetapi teratur, sedangkan arti agama dalam bahasa Arab adalah adat kebiasaan, tingkah laku, taat, hukum, keadaan politik dan pikiran (pendapat).25 Nurcholish mempunyai pengertian yang
21
H. Asnawir & M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers 2002)
22
Kamus Bahasa Indonesia Online, (http://www.artikata.com/arti-347446-religi.html)diakses pada tanggal 17 Agustus 2013
23
Harun Nasution, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspek, (Jakarta : UI Press 1985), cet.ke-5,h.10
24
Abuddinata, Metodologi Study Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,1998), cet.ke-1,h.9
25
20
sama bahwa agama berasal dari bahasa latin yang mempunyai arti yang sama dengan agama yaitu ajaran kepatuhan.26
Dari semua definisi diatas penulis bisa mengambil pengertian operasional bahwa kata religi mempunyai pengertian suatu kepercayaan terhadap Tuhan dan kepada ajarannya dari hasil mengumpulkan ajaran-ajaran yang tercecer dan menjadi pedoman hidup untuk mematuhi segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
5. Dakwah dan Film Religi
Dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim dan muslimat yang sudah baligh, kewajiban ini bukan hanya bertujuan untuk memberikan info tentang Islam, melainkan juga untuk membujuk, mempengaruhi orang lain agar bersedia melakukan tindakan yang mencerminkan ajaran Islam.
Untuk memanifestasikan hal tersebut, kita harus dapat mengemas materi dakwah yang akan disampaikan terutama dengan menggunakan jalan kebahasaan, dalam kemasan yang menarik tidak hanya dengan metode ceramah agama yang kebanyakan hanya menyampaikan hal-hal doktrinal saja jarang mengungkap pada persoalan-persoalan aktual serta solusinya.
Banyak cara yang dapat dilakukan agar kemasan materi-materi dakwah yang akan disampaikan menjadi menarik dan aktual, salah satunya adalah dengan memanfaatkan jalur kesenian, melalui karya sebuah film misalnya. Film sebagai
26
bahasa gambar akan sangat menarik dan diminati jika film itu mampu menjadi tontonan yang memberikan pencerahan sekaligus solusi dari berbgai macam kesulitan hidup seperti materi dakwah tentang perlindungan Seorang Wanita Muslimah yang disampaikan oleh Asrul Sani dalam filmnya yang berjudul
“Perintis Kemerdekaan”. Cerita film tersebut diupayakan sedemikian apa agar
setelah menonton film tersebut masyarakat akan mendapatkan suatu makna kehidupan yang diperlukan.
Film mempunyai kelebihan tersendiri dibandingkan dengan media dakwah yang lainnya, maka dari itulah media film ini dapat dijadikan media dakwah yang efektif, dimana pesan-pesannya dapat disampaikan kepada penonton secara halus dan menyentuh relung hati tanpa mereka merasa digurui.
Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang bersifat satu arah yang sangat efektif untuk dimanfaatkan sebagai sarana komunikasi dakwah. Film dibuat dengan tujuan tertentu kemudian hasilnya ditayangkan untuk dilihat oleh masyarakat dengan menggunakan proyektor atau sejenisnya.
Secara teknis ada 4 tanda pokok dari komunikasi massa, seperti yang diungkapakan oleh Elizabeth Noelle Neuman:
a. Bersifat tidak langsung harus melewati media teknis;
b. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi diantaranya peserta
komunikasi;
22
d. Mempunyai publik yang secara geografis tersebar.27
Maka film itu sendiri bersifat satu arah oleh karna itu, film dianggap sebagai jenis komunikasi efektif yang dapat langsung mempengaruhi penontonnya.
Hal tersebut dapat dilihat secara visual melalui beberapa aspek :
1. Set, adalah sesuatu yang melatarbelakangi atau mengelilingi. Set sangat efektif sebagai alat informasi tentang dimana sang tokoh berada. Set sebagai akibat dari hubungan sang tokoh dalam cerita dengan lokasi atau tempat kejadian;
2. Properti, sebenarnya properti dapat dikatakan sebagai bagian dari set, baik properti maupun set dapat memberikan informasi tentang karakteristik tertentu;
3. Objek, hampir sama dengan properti. Hanya saja objek dapat dihubungkan dengan sentuhan-sentuhan dramatik bahkan emosional. Misalnya, dalam sebuah salah satunya adegan seseorang mengeluarkan senjata tajam dari balik bajunya dan hendak menikam orang lain. Perasaan-perasaan tertentu muncul dalam diri penonton;
4. Pemain, melalui ciri fisik pemain, antara lain, info didapatkan, wajah dapat menunjukkan karakter tertentu. Apakah sebagai seorang kontekstual, pemalas, dungu, dan sebagainya. Wajah juga dapat
27
menampakkan ekspresi tertentu dari perasaan-perasaan sesaat, seperti sedih, senang, gelisah, dan sebagainya.
5. Cahaya, adalah dapat dihadirkan dalam pengertian gambar tanpa harus dipisahkan. Tetapi ada kalanya kita melihat dari peranannya sebagai alat informasi, maka pemisah menjadi penting. Seperti bila akan mengetahui pagi hari, siang dan malam. Pencahayaan juga dapat memberikan aksentuasi tertentu terhadap penting atau tidaknya objek, set, properti atau pemain.
Sebagaimana banyak karya seni dibanding lain, film telah masuk kedalam globalisasi nilai ditengah-tengah perkembangan zaman yang semakin kompleks. Karya film hadir ditengah manusia, tak bisa lagi membawakan diri hanya sebagai barang kesenian dalam pengertian yang eksklusif.
Dengan demikian, jika kemudian ada pengertian seni untuk dakwah atau
film untuk dakwah yang harus digarisbawahi, menurut Chaerul Umam “Yang
berdakwah itu orangnya, karena dakwah itu mengajak orang maju dari tingkat yang rendah ketingkat yang lebih baik, itu kewajiban setiap muslim”. Hendaknya pengertian dakwah itu tidak dipersempit, seperti pengertian dakwah sebagai propaganda, akibatnya bila ada pengertian seni untuk dakwah atau film untuk dakwah, orang akan tergelincir pada pengertian seni untuk propaganda.
24
berfalsafah Islam. Karya yang diwarnai terjemahan ajaran Islam sebagai hasil kajian melalui bidang kekaryaan. Untuk menciptakan karya yang demikian maka sang seniman harus menguasai keislamannya.
Film dakwah pun harus mampu menginterpretasikan berbagai jawaban tentang kehidupan manusia. Tontonan yang sanggup menampilkan bahasa gambar sebagai pengejawantahan berbagai kepelikan dan jalan keluarnya dari problem yang ada di masyarakat sehingga dari gambar itu dapat ditarik makna solusi tertentu dari suatu kasus atau persoalan.
Selama ini film hanya menampilkan wujud seorang kyai dengan tasbih ditangannya, kemudian ia mampu mengusir roh jahat yang menjadi antagonis dalam film tersebut. Dengan kata lain kehadiran tokoh agama dalam film hanya untuk mengusir roh jahat belaka. Jelasnya film dakwah adalah film yang mampu menampilkan berbagai idealis kehidupan sehari-hari dengan jawaban yang riil.
Dakwah lewat film adalah dakwah melalui suatu media. Dimana film
mempunyai hukumannya tersendiri, film mempunyai hukum “aksi dan karakter”,
25
FILM LA TAHZAN
A. Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin
1. Sejarah Berdirinya
Majelis Ta’lim berdiri sejak tahun 1989 yang didirikan oleh KH. Syafi’i
Ayub dengan kegiatan pengajian ibu-ibu setiap Hari Jumat yang diajarkan langsung oleh beliau, berawal dari pengajian beberapa orang saja, ada sekitar 15 orang jamaah, dengan ketekunan KH. Syafi’i Ayub, selaku pendiri Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin, keadaan Majelis Ta’lim kini semakin berkembang pesat dengan ada nya pengajian kaum bapak dan remaja.
Pengajian yang diadakan di Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin pada hari
Jumat jam 13.00 – 15.00 di kelola langsung oleh ketua Majelis Ta’lim yaitu Hj. Amanih, dengan kajian yang berbeda-beda yaitu pelajaran Tajwid dan Al-qur’an, tadarus Al-qur’an ibu-ibu yang belum mengetahui benar akan hukum-hukum tajwid, serta diselingi dengan mengundang penceramah dari luar.
Kemudian pengajian dilanjutkan dengan pembacaan shalawat dan rawi, adapun rawi yang digunakan adalah Syarofal anam, Barzanji, dan Simtudurar.1
1
26
2. Visi dan Misi a. Visi
Visi Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin adalah membangun sumber daya
manusia yang memiliki intergritas keilmuan, keterampilan dan berakhlakul karimah.
b. Misi
Misi Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin adalah mempersiapkan peserta didik
dengan mengacu aspek terhadap kepribadian, jasmani sehingga mampu mengaplikasikan nilai-nilai keimanan dan keterampilan dengan akhlakul karimah.2
3. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin dapat dilihat pada lampiran, yang terdiri dari:
a. Pendiri Majelis Ta’lim, b. Pimpinan Majelis Ta’lim, c. Sekretaris dan Bendahara, d. Anggota Majelis Ta’lim. 4. Jamaah
Secara umum jamaah Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin dari segi usia
rata-rata 45-54 tahun yaitu sebanyak 13 orang, merupakan usia yang paling banyak jumlahnya diantara usia jamaah lainnya, sedangkan dari segi pendidikan rata-rata jamaah berpendidikan SMA/MA sebanyak 13 orang.
2
5. Program Kegiatan Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin
Dalam melakukan keagamaan Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin melakukan
kegiatan pengajian seminggu satu kali untuk ibu-ibu dan setiap hari untuk pengajian anak-anak, pengajian ibu-ibu dimulai dari jam 13.00-15.00 dan dilanjutkan dengan pengajian anak-anak dari jam 16.00-17.30.
Kegiatan Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin, yaitu :
a. Acara Maulid Nabi Muhammad SAW; b. Isra Mi’raj di bulan Rajab;
c. Kegiatan Santunan Anak Yatim Piatu dan Janda; d. Shalat Tarawih berjamaah;
e. Berlatih qasidah dan shalawat; f. Ziarah ke makam para Wali; g. Menonton Film Religi; h. Tour / wisata rohani.
B. Profil Film “La Tahzan”
1. Sekilas Tentang Film “La Tahzan”
28
membantunya mencari Hasan yaitu Yamada. Yamada pun membantu Viona untuk mencari Hasan di Jepang, akhirnya Hasan berhasil ditemukan tapi dengan kondisi yang jauh berbeda. Disini lah konflik dimulai. Terjadi cinta segitiga antara Yamada, Viona dan Hasan. Yamada rela berkorban apapun untuk Viona , namun berbeda keyakinan dengannya, sedangkan Hasan teman semasa kecil yang seiman dan disukai sejak lama dan sama sekali tidak pernah melukai hati Viona.
Film ini mengangkat problematika percintaan hidup manusia dan fenomena pindah agama. Dan didalam kisah cinta di film ini mengajarkan kita untuk selalu mengikuti kata hati dan teguh pada prinsip hdup. Karena masalah apapun yang menghampiri, jangan bersedih (dalam bahasa Arab : La Tahzan), karena kita pasti akan diberikan kemudahan untuk mengatasinya.3
2. Sinopsis Film “La Tahzan”
La Tahzan Berkisah tentang Viona (Atiqah Hasiholan) dan teman-temannya pergi ke Kansai, Osaka, untuk program belajar sambil bekerja di Negeri Matahari Terbit, Jepang. Di sana Viona bertemu dengan Yamada (Joe Taslim) seorang fotografer freelance, yang ternyata bisa bahasa Indonesia.
Hal ini membuat Viona yang mulanya merasa asing di Jepang, seakan mendapat kawan baru. Mereka pun menjadi akrab. Hingga suatu hari Yamada tanpa basa basi, berterus terang ingin melamarnya. Bahkan Yamada siap untuk pindah agama.
3
Majalah Gadis Online, Femina Group,
Saat persiapan Yamada menjadi seorang mualaf, Viona teringat saat di Indonesia, ketika dia dititipi seorang ibu untuk mencarikan anaknya bernama Hasan (Ario Bayu), yang juga teman dekat Viona. Hasan yang selama ini menghindar dari Viona dan keluarga, pergi dengan meninggalkan pertanyaan bagi Viona.
Dibantu Yamada, akhirnya Hasan berhasil ditemukan di Osaka. Saat itu, kondisi Hasan sama sekali berbeda. Pada sebuah malam di Osaka Port, Hasan menceritakan semuanya. Kejujuran yang menjawab pertanyaan hati Viona
Yamada, Hasan, Viona, ketiganya dalam persimpangan memilih agama, kekasih dan masa depan. Tidak ada yang mudah, namun sesungguhnya Allah selalu bersama kita. Jangan bersedih, diantara satu kesulitan ada dua kemudahan.4
C. Tim Produksi Film “La Tahzan” (Pemain dan Crew)
Tim Produksi Film terdiri dari pemain dan crew yang meliputi; 1. Genre,
2. Pemain, 3. Sutradara, 4. Penulis Naskah, 5. Produser,
6. Rumah Produksi, 7. Durasi,
4
30
8. Klasifikasi Penonton 9. Tanggal Rilis
Dan selengkapnya dari isi Tim produksi diatas ada di Lampiran. 1. Visi dan Misi Film “La Tahzan”
a. Visi :
1) Menggunakan media sebagai media dakwah;
2) Memperkokoh dan mempertebal rasa keimanan dan ketakwaan dalam diri
setiap insan;
3) Menciptakan insan yang mau berusaha dan bekerja keras dan tidak putus
asa dalam segala daya dan upaya.5
b. Misi :
1) Mengajarkan kepada manusia jika ingin sukses jangan pernah untuk
berpikir menikah dengan orang yang sukses di Negara yang maju;
2) Mengajarkan agar manusia tetap kerja keras untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik.
3) Mengajarkan kepada manusia agar tidak putus asa saat dihadapi masalah, karena Allah SWT akan tetap bersama kita. 6
5
Yahoo Indonesia Online, ( http://id.omg.yahoo.com/blogs/blog-editor/la-tahzan-mengangkat-kisah-cinta-dan-fenomena-pindah-agama-082310813.html) Diakses pada tanggal 17 Agustus 2013.
6
D. Alur Cerita Film “La Tahzan”
Pertama : Opening Bill Board (OBB) dan Sound Effect, yaitu menampilkan pemandangan indahnya di Jepang dan dengan backsound yang dinyanyikan oleh alm. Ustadz Jeffry Al Buchori, diikuti dengan judul film La Tahzan Background title.
Kedua : Opening shot. Keadaan Negara Jepang pada pagi hari. Beberapa shot Viona saat berada didalam kereta saat tiba di Jepang dan Tiba di Stasiun ia langsung mencari telepon umum untuk menelepon kepala sekolahnya disana. Dan Viona langsung diantar ke tempat tinggal yang berada didekat sekolahnya itu, untuk tinggal disana selama masa belajar. Dan selama di Jepan, Viona menghidupi kehidupan sehari-harinya dengan bekerja part time disana, Sambil belajar dan bekerja, Viona pun juga mencari sahabat lamanya yang pergi dari rumah dan tinggal di Jepang. Selama mencari sahabatnya itu yang bernama Hasan. Viona dibantu dengan Yamada saat mencari Hasan. Yamada adalah pria Jepang Keturunan Indonesia.
32
pernah sedikitpun melukai hati Viona. Disini Yamada, Hasan dan Viona, ketiganya dihadapkan pada persimpangan memilih agama, kekasih dan masa depan.
Keempat : Ending, disaat dihadapkan seperti itu Viona hanya bisa berdoa dan minta petunjuk kepada Allah SWT. Dan akhirnya, Viona diberi jalan keluar dengan keputusan yang diambil Yamada untuk mundur dari kehidupan Viona dan merelakan untuk memilih yang terbaik untuk Viona. Dan akhirnya Viona pun memilih Hasan untuk kehidupan selanjutnya. Di setiap permasalahan yang dihadapi pasti ada jalan keluarNya, karena sesungguhnya Allah SWT selalu bersama kita. Jangan bersedih diantara satu kesulitan pasti ada dua kemudahan.
Kelima : Theme song, lagu tema serial La Tahzan, lalu dilanjutkan dengan credit title yang menayangkan nama-nama para pendukung film La Tahzan.
E. Subtopik dalam Film La Tahzan Berisi Mengenai Persoalan :
1. Akidah atau Keimanan
Isi cerita yang diangkat mengenai Viona yang tetap berpegang teguh pada agamanya saat dilamar dengan seseorang yang non muslim.
2. Ikhtiar dan Doa
Jepang tidak mudah. Dan film ini mengajarkan agar dimanapun kita berada perlu perjuangan hidup.
3. Keyakinan
34 BAB IV
RESPON JAMAAH MAJELIS TA’LIM TERHADAP FILM LA TAHZAN
A. Deskripsi Responden
Setelah melakukan penelitian di Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin,
Kebayoran Baru Jakarta Selatan, ditemukan beberapa hal yang menjadi temuan lapangan. Responden pada penelitian ini adalah Jamaah Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin yang berada di Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Hal ini diadakan untuk mengetahui sejauh mana respon jamaah terhadap film La Tahzan. Maka pada penelitian ini yang menjadi sampel populasi sebanyak 30 orang yang menonton
film “La Tahzan”. Dari 30 kuesioner yang terkumpul valid, peneliti mendapatkan
data mengenai identitas responden dan selanjutnya peneliti mengelompokkan responden berdasarkan usia dan pendidikan terakhir.
1. Usia
Setelah dilakukan penelitian dari deskriptif responden berdasarkan usia dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 1 Usia Responden
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. 25-34 tahun 5 17 %
2. 35-44 tahun 8 27 %
3. 45-54 tahun 13 43 %
4. 55-64 tahun 4 13 %
Adapun deskriptif responden berdasarkan jenis usia berdasrkan tabel 1, dilihat bahwa usia responden yang terbanyak adalah usia 45-54 tahun sebanyak 43%, sedangakan usia 35-44 tahun sebanyak 27%, usia 25-34 tahun sebanyak 17%, dan usia 55-64 tahun responden sebanyak 13%. Terlihat bahwa responden berusia 45-54 tahun adalah usia yang paling banyak jumlahnya yaitu 13 responden dan yang paling sedikit adalah responden yang berusia 55-64 tahun dengan 4 responden.
2. Pendidikan
Setelah dilakukan penelitian dari deskriptif responden berdasarkan pendidikan dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 2
Pendidikan Terakhir Responden
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. SR / SD 5 17 %
2. SMP / MTs 9 30 %
3. SMA / MA 13 43 %
4. D 3 2 7 %
5. S 1 1 3 %
Jumlah 30 100 %
36
responden yang berpendidikan S1 dengan 1 responden. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas pendidikan responden dapat di golongkan berpendidikan tinggi.
B. Respon Jamaah Terhadap Film La Tahzan
Adapun faktor yang berpengaruh penilain atau respon jamaah terhadap
Film “La Tahzan” adalah tergantung dari bagaimana pemahaman jamaah Majelis
Ta’lim Baitul Muttaqin itu sendiri dalam menyikapinya.
1. Respon Kognitif
Respon Kognitif yaitu berkaiatan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dipercayai, atau dipersepsi khalayak. Untuk mengetahui hasil data responden, maka penulis memberikan pertanyaan tentang isi cerita
dalam film “La Tahzan”, dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3
Isi Cerita Dalam Film “La Tahzan”
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. Sangat bagus 2 6,67 %
2. Bagus 28 93,33 %
3. Kurang bagus 0 0 %
4. Tidak bagus 0 0 %
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa sebesar 93,33% responden menjawab bagus, 6,67% responden menjawab sangat bagus, 0% responden menjawab kurang bagus, 0% responden menjawab tidak bagus. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas pendapat responden terhadap isi dari cerita
film “La Tahzan” adalah bagus, karena alur cerita dari film La Tahzan berjalan
begitu natural, tanpa kesan terlalu dibuat-buat, film ini terdiri dari beberapa unsur yaitu : unsur moral, unsur keimanan, dan religi.
Tabel 4
Memberi Manfaat Pada Diri Responden
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. Ya 30 100%
2. Tidak 0 0%
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa sebesar 100% responden menjawab Ya dan 0% responden menjawab Tidak. Dari tabel diatas
dapat disimpulkan bahwasanya film “La Tahzan” memberikan manfaat kepada
38
Tabel 5
Peran Pemain dalam Film “La Tahzan”
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa sebesar 86,67% responden menjawab bagus, 13,33% responden menjawab sangat bagus, 0% responden menjawab kurang bagus, 0% responden menjawab tidak bagus.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa peran pemain dalam film “La
Tahzan” bagus. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang mengatakan bagus sebanyak 26 orang, 4 responden menjawab sangat bagus, tidak ada yang
menjawab kurang bagus dan tidak bagus. Ini terbukti karena para pemain film “La
Tahzan” ini adalah para aktor dan aktris yang sangat profesional dalam berakting.
Tabel 6
Pesan Islam yang Terkandung Dalam Film “La Tahzan”
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. Setuju 30 100 %
2. Tidak Setuju 0 0 %
Jumlah 30 100 %
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. Sangat bagus 4 13,33 %
2. Bagus 26 86,67 %
3. Kurang bagus 0 0 %
4. Tidak bagus 0 0 %
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa sebesar 100% responden menjawab setuju dan 0% responden menjawab tidak setuju.
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa tanggapan responden terhadap pesan Islam yang terkandung dalam film “La Tahzan” adalah sangat baik, hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab setuju sebanyak 30 orang, dan ini terbukti karena pesan yang terkandung dalam film ini sangat banyak salah satunya adalah pentingnya berbuat sabar, ikhtiar, dan tawakal serta tetap memperkokoh keyakinan yang ada dalam diri akan adanya Dzat yang Esa yang dapat menolong kesulitan manusia.
Tabel 7
Film “La Tahzan” Termasuk dalam Film Religi
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. Setuju 30 100 %
2. Tidak setuju 0 0 %
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa sebesar 100% responden menjawab setuju, 0% responden menjawab tidak.
40
2. Respon Afektif
Respon Afektif adalah berkaitan dengan perasaan yang bergejolak di dalam hati, respon ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu. Perasaan responden ketika meyaksikan film La Tahzan, tentulah bervariasi dan berbeda-beda. Film merupakan suatu media elektronik yang berfungsi untuk menghibur khalayak. Untuk mengetahui sejauh
mana respon jamaah Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin terhadap film “La Tahzan”,
maka terlebih dahulu responden diberi pertanyaan mengenai apakah responden suka menonton film. Data mengenai apakah responden menyukai film, dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini :
Tabel 8
Pemahaman Nilai-nilai Islam dalam Film “La Tahzan”
Berdasarkan tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa sebesar 100% responden menjawab setuju, 0% responden menjawab tidak setuju. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa responden setuju terhadap nilai-nilai Islam yang
terdapat dalam film “La Tahzan”. Kerena dalam film tersebut banyak
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. Setuju 30 100 %
2. Tidak setuju 0 0 %
mengandung unsur Islam seperti berbuat sabar, ikhlas, tawakal, dan ikhlas dalam menjalani hidup.
Tabel 9
Responden Menyukai Menonton Film
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. Ya 30 100 %
2. Tidak 0 0 %
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa sebesar 100% responden menjawab ya, dan 0% responden menjawab tidak.
Hal ini menunjukkan, mayoritas responden suka terhadap film dan tidak ada responden yang menjawab tidak suka menonton film. Karena film merupakan salah satu alternatif hiburan yang bisa dilakukan kapan saja.
Film merupakan suatu media elektronik yang berfungsi untuk menghibur
khalayak. Untuk mengetahui sejauh mana respon jamaah Majelis Ta’lim Baitul
42
Tabel 10
Pernah Menonton Film “La Tahzan” sebelumnya
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. Pernah 0 0 %
2. Belum pernah 30 100 %
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa sebesar 100% responden menjawab belum pernah menonton film “La Tahzan”, karena film religi seperti
“La Tahzan” belum pernah di tayangkan di televisi. Hal ini menunjukkan bahwa
perlunya film religi seperti “La Tahzan” di tayangkan di televisi setelah tayang perdana di layar lebar.
Tabel 11
Respon Jamaah Terhadap Pesan Moral dalam Film “La Tahzan”
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. Sangat Baik 2 7 %
2. Baik 28 93 %
3. Kurang Baik 0 0 %
4. Tidak Baik 0 0 %
Jumlah 30 100 %
Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa lebih dari 90 % responden berpendapat baik mengenai pesan moral dalam film “La Tahzan”, karena dengan adanya film “La Tahzan” yang merupakan drama religi yang relevan dengan pesan moral dan agama.
Tabel 12
Tingkat Kesenangan Responden ketika Menonton Film “La Tahzan”
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. Sangat Senang 0 0 %
2. Senang 30 100 %
3. Kurang Senang 0 0 %
4. Tidak Senang 0 0 %
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa sebesar 100% responden menjawab senang, 0% responden menjawab sangat senang, 0% kurang senang, dan 0% tidak senang.
44
Tabel 13
Perasaan ketika Menyaksikan adegan Yamada akan melamar Viona
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. Sedih 17 57 %
2. Terharu 7 23 %
3. Kecewa 3 10 %
4. Marah 3 10 %
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel 13 di atas dapat diketahui bahwa 57% responden menjawab sedih, 23% responden menjawab terharu, 10% responden menjawab kecewa, dan 10% responden menjawab marah.
Dari hasil data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perasaan ketika menyaksikan adegan Yamada melamar Viona yaitu bervariasi, dari yang sedih, terharu, kecewa hingga marah. Akan tetapi jawaban responden yang paling
dominan adalah sedih, hal ini menunjukkan bahwa jamaah Majelis Ta’lim Baitul
Muttaqin sangat menghayati film tersebut hingga terbawa perasaan sedih.
Tabel 14
Manfaat Ketaqwaan yang Dirasakan oleh Responden setelah Menyaksikan Film
“La Tahzan”
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. Ya 30 100 %
2. Tidak 0 0 %
Berdasarkan tabel 14 dapat di ketahui bahwa sebesar 100% responden menjawab ya dan 0% responden menjawab tidak.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwasanya terdapat manfaat ketaqwaan yang dirasakan oleh responden. Hal ini membuktikan bahwa film ini sangat bermanfaat dan menjadikan responden lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan saling tolong menolong antar sesama.
Tabel 15
Ajaran Akhlak di dalam Film “La Tahzan”
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. Ya, setuju 30 100 %
2. Tidak 0 0 %
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel 15 diatas dapat diketahui bahwa sebesar 100% responden menjawab setuju dan 0% responden menjawab tidak setuju.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas dari responden
menjawab setuju tentang ajaran akhlak dalam film “La Tahzan”. Karena di film
46
Tabel 16
Pemeran/Pemain yang Disukai di Film “La Tahzan”
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. Joe Taslim 1 3 %
2. Ario Bayu 14 47 %
3. Atiqah Hasiholan 15 50 %
4. Viona 0 0 %
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui bahwa sebesar 50% responden menjawab Atiqah Hasiholan, 47% responden menjawab Ariyo Bayu, 3% responden menjawab Joe Taslim.
Tabel 17
Isi Pesan Dakwah dalam Film “La Tahzan”
Berdasarkan tabel 17 di atas dapat diketahui bahwa sebesar 37% responden menjawab menunaikan shalat, 30% responden menjawab mengucapkan kalimat syahadat, 13% responden menjawab syariah, 20% responden menjawab akhlak.
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa responden menjawab menunaikan shalat sebagai pesan yang paling dominan, ini dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab menunaikan shalat sebanyak 11 orang, yang menjawab mengucapkan kalimat syahadat sebanyak 9 responden, yang menjawab akhlak sebanyak 6 responden dan yang menjawab syariah sebanyak 4 responden.
3. Respon Konatif
Respon Konatif adalah tanggapan yang berkaitan erat dengan pelaksaan, praktisi dan pengalaman dalam kehidupan atau proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Respon konatif berhubungan erat dengan perilaku yang meliputi tindakan, kegiatan atau
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. Mengucapkan Kalimat Syahadat 9 30 %
2. Menunaikan Shalat 11 37 %
3. Syariah 4 13 %
4. Akhlak 6 20 %
48
kebiasaan perilaku. Untuk lebih rinci mengenai manfaat apa yang dirasakan oleh responden setelah meyaksikan film “La Tahzan” dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 18
Bertambahnya Keimanan jamaah setelah Menonton Film “La Tahzan”
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. Bertambah 30 100 %
2. Tidak bertambah 0 0 %
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel 18 diatas dapat diketahui bahwa sebesar 100% responden menjawab bertambah dan 0% responden menjawab tidak bertambah.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas keimanan responden
bertambah setelah menyaksikan film “La Tahzan”. Hal ini membuktikan bahwa
pesan yang disampaikan dalam film tersebut tersampaikan dengan baik kepada responden sehingga keimanan responden bertambah.
Tabel 19
Rajin Beribadah setelah Menonton Film “La Tahzan”
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. Rajin 30 100 %
2. Tidak rajin 0 0 %
Berdasarkan tabel 19 diatas dapat diketahui bahwa 100% responden menjawab rajin dan 0% responden menjawab tidak.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa responden setelah menyaksikan film tersebut ibadahnya meningkat yaitu dengan prosentase 100% responden rajin beribadah. Hal ini membuktikan bahwa dalam film ini banyak menyadarkan responden untuk rajin beribadah dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Tabel 20
Rasa Saling Tolong Menolong Responden Bertambah Setelah Menyaksikan
Film “La Tahzan”
No Alternatif Jawaban F Prosentase
1. Bertambah 30 100 %
2. Tidak bertambah 0 0 %
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan tabel 20 diatas dapat diketahui bahwa sebesar 100% responden menjawab ya dan 0% responden menjawab tidak.
52 BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian skripsi tentang respon jamaah Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin terhadap Film La Tahzan telah selesai dilakukan oleh penulis.
Penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Respon kognitif adalah respon yang berkaitan dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak. Respon kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, tidak mengerti menjadi mengerti lebih jelas. Hasil dari temuan data respon kognitif melalui 5 tabel yang telah dijabarkan oleh penulis, telah diperoleh hasil bahwa jamaah Majelis Ta’lim merespon positif terhadap pernyataan yang disampaikan. Hal ini menunjukkan bahwa
respon jamaah Majelis Ta’lim memperoleh respon positif dan sebagian
besar jamaah Majelis Ta’lim setelah menonton film La Tahzan dapat
lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Penilaian jamaah Majelis
Ta’lim Baitul Muttaqin terhadap film “La Tahzan” ini sangat baik,
2. Respon Afektif yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu. Respon afektif berkaitan dengan perasaan. Perasaan akibat menonton film La Tahzan bisa bermacam-macam, senang sehingga tertawa terbahak-bahak, sedih sehingga mengeluarkan air mata, dan perasaan lainnya yang hanya bergejolak dalam hati, misalnya marah, benci, kesal, kecewa, penasaran, sayang, gemas, dan lain sebagainya. Hasil dari temuan data respon afektif melalui 10 tabel yang telah dijabarkan oleh penulis, telah diperoleh hasil bahwa jamaah Majelis Ta’lim Baitul Muttaqin merespon positif terhadap pernyataan yang disampaikan. Hal ini menunjukkan bahwa respon jamaah Majelis Ta’lim setelah menyaksikan film La Tahzan sangat senang sebanyak 100%.
3. Respon konatif yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata, yang meliputi tindakan atau kebiasaan seseorang. Respon konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Hasil dari temuan data respon konatif melalui 3 tabel yang telah dijabarkan oleh penulis, telah diperoleh hasil bahwa keimanan jamaah bertambah setelah Menonton
Film “La Tahzan” sebesar 100%, rajin beribadah setelah Menonton
Film “La Tahzan” sebesar 100% dan meningkatkan rasa saling tolong
menolong setelah Menonton Film “La Tahzan” sebesar 100% , respon